Makalah Pemilihan Metode Pembelajaran Da [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Juli
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR Prodi S1 PGSD- FIP



NILAI =



FUNGSI METODE DAN TEKNIK PEMBELAJARAN SERTA FAKTORFAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMILIHAN METODE dan TEKNIK PEMBELAJARAN



NAMA MAHASISWA



: Juliwati E Sianturi



NIM



: 1192411015



KELAS



: PGSD REGULER B 2019



DOSEN PENGAMPU



: Laurensia M.Perangin Angin,SPd.M.Pd



MATA KULIAH



: Strategi Belajar Mengajar



PROGRAM STUDI S1 PEDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN-UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN



1



2020



2



KATA PENGANTAR



Semoga berkah dan keselamatan tercurah kepada kita semua. Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang dengan berkah, rahmat, dan karunia-Nya telah menuntun penulis menyelesaikan makalah berjudul “Pemilihan Metode Pembelajaran dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pembelajaran”. Pembelajaran memiliki peranan vital dalam memberikan pengetahuan, pengalaman belajar dan perubahan perilaku peserta didik. Kegiatan pembelajaran akan lebih terarah, menarik, dan mampu mencapai tujuan yang diharapkan bilamana guru mengoptimalkan peranannya sebagai fasilitator pembelajaran. Menjadi fasilitator berarti guru memiliki kewenangan yang luas dan fungsional. Sebagai fasilitator pembelajaran guru memiliki peran sebagai learning designer, konduktor, sekaligus evaluator. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat memposisikan guru sebagai learning designer yang harus jeli dan memiliki ketajaman penilaian terhadap segala aspek yang berkaitan dengan pembelajaran. Secara garis besar makalah ini membahas mengenai perspektif penulis tentang: (1) pentingnya pemilihan metode pembelajaran bagi pelaksanaan pembelajaran di kelas; (2) faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran. Penulis juga meyakini bahwa hasil refleksi ini akan memunculan berbagai pandangan dari pihak lain yang justru akan menambah pengetahuan bagi penulis secara pribadi. Penulis berharap agar makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai pemilihan metode pembelajaran dengan menginteraksikan, mengitegrasikan, dan mengkompromikan dengan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengundang saran, kritik, serta masukan dari pembaca sekalian. Pangaribuan, Oktober 2020 Penulis



3



DAFTAR ISI



SAMPUL.....................................................................................................................i KATA PENGANTAR..................................................................................................ii BAB I



: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...........................................................4 B. Rumusan Masalah....................................................................8 C. Tujuan.......................................................................................9 D. Manfaat....................................................................................9



BAB II : PEMBAHASAN A. Fungsi metode pembelajaran................................................10 B. Pentingnya



Pemilihan



Metode



Pembelajaran



bagi



Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas.......................................10 C. Faktor-Faktor



yang



Mempengaruhi



Pemilihan



Metode



Pembelajaran.........................................................................14



BAB III : PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................19 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20



4



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah Paradigma



pembelajaran



senantiasa



mengalami



perubahan.



Perubahan dimaksudkan untuk perkembangan dan kemajuan pembelajaran yang dapat memberikan hasil yang lebih baik. Paradigma pembelajaran yang berkembang dan diterapkan selalu menyesuaikan dengan kondisi kekinian. Tidak berlebihan bilamana terdapat anggapan umum, bahwa pembangunan sumber daya manusia dimulai dari ruang-ruang kelas dalam lingkup pendidikan formal di sekolah. Proses pendidikan merupakan langkah nyata untuk mempersiapkan sumber daya manusia bagi kemajuan bangsa dan negara (human investment). Salah satu cita-cita pendidikan diantaranya, proses pembelajaran di kelas mampu membentuk sumber daya manusia yang memiliki kapasitas dan kualitas yang dibutuhkan jaman, tanpa meninggalkan karekter humanis yang berkebangsaan. Melihat betapa pentingnya pembelajaran di kelas, sebagai bagian dari human investement, tentu proses pembelajaran di kelas harus memiliki kualitas yang di atas rata-rata. Penentu proses pembelajaran yang berkualitas terletak di tangan guru. Secara sederhana proses pembelajaran di kelas dapat diringkas dalam tiga tahapan utama. Ketiga tahapan tersebut antara lain: (1) persiapan; (2) pelaksanaan; dan, (3) evaluasi. Terminologi guru berperan sebagai ‘fasilitator’ pembelajaran, memiliki makna yang fungsional. Menjadi seorang fasilitator pembelajaran, tidak cukup dimaknai dengan memberikan bimbingan dan mendampingi pembelajar,



tetapi



berkaitan



dengan



sejauh



mana



guru



mampu



mengoptimalkan kewenangan yang dimilikinya sebagai seorang fasilitator



5



pembelajaran. Sebenarnya sangat disadari bahwa guru, sebagai seorang pendidik memiliki kewenangan yang luas dalam mengelola pembelajaran di kelas yang diampunya. Kewenangan yang luas tersebut dapat dilihat dari peran guru yang multidimensi. Pertama, dilihat dari dimensi persiapan pembelajaran, guru berperan sebagai seorang desainer, yang memiliki kebebasan dalam membuat perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dalam hal ini meliputi pembuatan RPP sekaligus berbagai persiapan yang dibutuhkan sebelum proses pembelajaran di kelas dilaksanakan, seperti penguasaan materi, penentuan sumber maupun media belajar, menentukan setting belajar (lingkungan yang meliputi situasi dan suasana belajar), dan lain sebagainya. Kedua, dilihat dari dimensi pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru memiliki peran sebagai konduktor. Dalam analogi yang sederhana, guru seolah-olah adalah seorang pemimpin orkestra musik yang banyak melibatkan banyak instrumen dan pemain musik yang beragam. ‘Guru sebagai konduktor’ dalam hal ini adalah guru bertugas memimpin proses pembelajaran. Memimpin proses pembelajaran tidak diartikan guru mendominasi di dalamnya, tetapi guru memastikan rencana pembelajaran (learning design) benar-benar terlaksana dengan baik, dengan berbagai penyesuaian terhadap lingkungan kelas. Sebagai seorang konduktor dalam proses pembelajaran, guru harus mampu mengelola berbagai aspek yang dibutuhkan dalam situasi belajar. Termasuk kemampuan dalam mengelola situasi yang muncul pada saat pembelajaran berlangsung, yang terkadang menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Sebagaimana tugas seorang konduktor dalam sebuah orkestra musik yang mampu menggabungkan berbagai macam instrumen musik menjadi sebuah simponi. Demikian halnya dengan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Ketiga, dimensi evaluasi. Penilaian yang ideal adalah penilaian yang mampu mencakup tiga ranah penting dalam pembentukan pengalaman



6



belajar. Antara lain mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik. Ini menjadikan penilaian tidak hanya pada penilaian pekerjaan siswa, tetapi juga penilaian terhadap kinerja siswa. Pekerjaan dan kinerja merupakan dua hal yang berbeda. Pekerjaan menunjuk pada hasil secara fisik, seperti jawaban soal, lembar kerja, laporan dan sebagainya yang bersifat fisik, sehingga penilaian terhadap pekerjaan dapat dilakukan setelah pembelajaran di kelas selesai. Berbeda dengan kinerja, penilaian kinerja peserta didik dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam menilai kinerja peserta didik, yang menjadi indikator penilaian adalah partisipasi, performa, dan sikap peserta didik yang dapat diamati secara langsung oleh guru dan dicatat dalam lembar penilaian kinerja. Peran guru sebagai seorang evaluator harus dijalankan secara profesional, sistematis, adil, dan terekam. Agar peran tersebut terlaksana secara ideal, guru harus memberikan penilaian sebagaimana telah dirumuskan dalam desain pembelajaran. Penilaian akhir merupakan akumulasi dari pekerjaan dan kinerja. Proses evaluasi tidak berhenti pada penilaian terhadap proses pembelajaran yang terpusat pada pekerjaan dan kinerja peserta didik saja. Evaluasi



intern



oleh



guru



terhadap



keseluruhan



tahapan



utama



pembelajaran yang diselenggarakannya pun harus dilakukan. Guru harus melakukan penilaian terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang ia rancang dan ia laksanakan. Tujuannya agar guru menemukan kelebihan, kekurangan, maupun kendala-kendala yang dihadapi saat pelaksanaan proses pembelajaran. Guru juga perlu melakukan evaluasi diri dan memberikan tindak lanjut dari keseluruhan evaluasi yang dilakukannya, demi kemajuan kapasitasnya sebagai seorang pendidik. Pelaksanaan pembelajaran yang meliputi tiga tahapan utama proses pembelajaran di kelas, mutlak memerlukan pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai. Metode pembelajaran



7



dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat berbagai macam metode pembelajaran, antara lain: ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, simulasi, sosiodrama, resitasi, karyawisata, dril, problem solving, dan lainnya. Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai akan memudahkan guru dan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Di sisi lain, pemilihan metode pembelajaran yang sesuai akan mampu memberikan pengalaman belajar pada peserta didik yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Konsepsi student center, saat ini menjadi sebuah euforia pendidikan di Indonesia yang selama ini didominasi oleh porsi keaktifan guru daripada keaktifan siswa. Para pakar pendidikan menjadi lebih gencar dalam mensosialisasikan



berbagai



metode



pembelajaran



yang



dapat



menumbuhkan keaktifan siswa. Pemerhati pendidikan termasuk guru terdorong untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam merancang metode-metode pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif. Namun tidak dipungkiri pula, bahwa tuntutan ini menjadi sulit dipenuhi oleh guru manakala guru dihadapkan pada kendala-kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal. Kendala internal berkaitan dengan kompetensi dan kemauan guru untuk mampu mengimplementasikan metode pembelajaran yang sesuai dalam mata pelajaran yang diampunya. Kendala eksternal berkaitan dengan kondisi sekitar lingkungan belajar, apakah mendukung atau tidak untuk dapat menerapkan suatu metode pembelajaran. Adanya tuntutan pendidikan di Indonesia, bahwa penyelenggaraan pembelajaran harus mampu membentuk karakter dan nilai-nilai budaya bangsa yang luhur, juga menuntut guru untuk dapat mengintegrasikan nilainilai tersebut dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Oleh sebab itu, pemilihan metode pembelajaran sebenarnya akan membantu guru



8



mengimplementasikan pembelajaran yang dapat memunculkan nilai-nilai luhur tersebut. Melihat banyaknya tuntutan pelaksanaan pembelajaran yang ideal, untuk menentukan penggunaan suatu metode pembelajaran harus mempertimbangkan banyak hal. Tujuannya, agar metode pembelajaran yang dipilih dapat mencapai hasil yang hendak dicapai, memudahkan interaksi dan kegiatan belajar, memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik secara fungsional, serta ‘membekas’. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat diraih manakala semua aspek yang berkaitan dengan pembelajaran membentuk hubungan yang sinergis, saling melengkapi, dan didukung oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya. Dukungan dari semua warga belajar tidak diperoleh begitu saja, tetapi harus dibangun melalui pola interaksi positif antara pendidik dan peserta didik. Seorang pendidik harus memiliki kepercayaan diri yang dilandasi dengan kapasitas, kualitas, dan komitmen yang kuat, sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan peserta didik akan kemampuan pendidik sebagai seorang fasilitator pembelajaran. Guru sebagai seorang learning



designer,



konduktor,



sekaligus



evaluator



harus



mampu



mengoptimalkan peranan-peranan fungsional tersebut agar keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran, bukan keberhasilan guru seorang, tetapi keberhasilan yang sama-sama diraih beserta peserta didik.



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan berikut ini: 1. Mengapa pemilihan metode pembelajaran merupakan hal penting dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas? 2. Apakah



faktor-faktor



yang



mempengaruhi



pembelajaran?



9



pemilihan



metode



3. Apa saja Fungsi metode pembelajaran?



C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Mengetahui



pentingnya



pemilihan



metode



pembelajaran



bagi



pelaksanaan pembelajaran di kelas. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran. 3. Mengetahui fungsi metode pembelajaran



D. Manfaat Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, diharapkan makalah ini dapat menambah



pengetahuan



mengenai



konsepsi



pemilihan



metode



pembelajaran dengan melihat berbagai faktor yang mempengaruhi, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk penulisan dengan topik terkait. Manfaat praktisnya, antara lain: 1. Diharapkan penulisan makalah ini dapat menjadi masukan bagi pemerhati pendidikan khususnya guru, agar mempertimbangkan faktorfaktor pemilihan metode pembelajaran dalam penyusunan learning design. 2. Bagi



sekolah,



mengembangkan



dapat dan



mendorong



antusiasme



mengimplementasikan



guru



dalam



metode-metode



pembelajaran yang kreatif dan inovatif, dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana sekolah.



10



BAB II PEMBAHASAN



A. Fungsi metode pembelajaran Bukan tanpa tujuan, metode pembelajaran dibentuk dan diciptakan dengan fungsi dan tujuan tertentu. Pertama, metode pembelajaran berfungsi untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik (siswa) memperoleh kemudahan dalam belajar. Kedua, berfungsi unnik mewujudkan dan menyajikan bahan ajar berupa media yang relevan. Dengan demikian, tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik oleh peserta didik (siswa). Fungsi selanjumya, yaitu ketiga, sebagai pedoman teoritis yang logis dan rasional yang disusun oleh guru bagi para siswa. Selanjumya, pedoman tersebut dapat dijadikan model sehingga proses belajar mengajar dapat berhasil mencapai tujuan. Terakhir atau keempat, metode pembelajaran berfungsi sebagai sarana komunikasi penting Tentang bagaimana proses mengajar di kelas, atau bagaimana praktik dalam mengawasi siswa saat belajar. B. Pentingnya



Pemilihan



Metode



Pembelajaran



bagi



Pelaksanaan



Pembelajaran di Kelas. Trend pendidikan modern memusatkan kegiatan belajar pada aktifitas peserta didik. Guru tidak lagi mendominasi pelaksanaan pembelajaran di kelas. Paradigma pembelajaran yang demikian memiliki tujuan yang positif bagi pembangunan kualitas sumber daya manusia sebagai aset pembangunan bangsa dan negara. Student center sebagai salah



11



satu pendekatan pembelajaran dirasakan lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran sekaligus dalam membangun kecerdasan peserta didik yang meliputi tiga ranah penting. Wajah pendidikan di masa lalu selalu terfokus pada pembentukan kecerdasan pada ranah kognitif, sedangkan kecerdasan pada ranah afektif dan psikomotor sering kali diabaikan. Pendidikan di masa lalu kurang memberikan tempat dan pengakuan bagi pengembangan multi intelegency yang tidak hanya meliputi ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotor peserta didik. Pembelajaran yang hanya berkonsentrasi pada pembangunan kognitif ternyata kurang berhasil menciptakan sumber daya manusia yang dibutuhkan kompetitif. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center), faktanya justru kurang memberikan ruang bagi perkembangan peserta didik agar memiliki kecerdasan di tiga ranah penting tersebut. Agar dapat meraih keberhasilan dalam hidup, seseorang tidak cukup berbekal kecerdasan kognitif saja. Pembentukan kapasitas dan kualitas seseorang yang diperoleh di bangku sekolah harus dilakukan dengan cara membangun ketiga ranah tersebut secara bersamaan. Pendekatan pembelajaran yang berbasis student center akan lebih aplikatif jika dituangkan dalam bentuk metode-metode pembelajaran. Berbagai inovasi pembelajaran marak disosialisasikan oleh para pakar pendidikan. Kalangan pendidik pun tidak mau kalah dalam berinovasi menemukan dan mengembangkan berbagai metode pembelajaran. Komitmen positif para pemerhati pendidikan tersebut, bukan tanpa alasan. Berbagai problematika yang mewarnai pelaksanaan pembelajaran dipandang



sebagai



suatu



hambatan



dalam



langkah



nyata



untuk



mengembangkan kecerdasan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Metode pembelajaran memiliki arti penting dalam mengatasi permasalahanpermasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran. Berikut ini



12



adalah alasan pentingnya pemilihan metode pembelajaran bagi pelaksanaan pembelajaran di kelas, yakni: 1. Metode sebagai strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008: 42) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Perbedaan daya serap peserta didik terhadap pelajaran, memerlukan staregi pembelajaran yang tepat. Dalam satu kelas kemampuan peserta didik untuk menyerap pelajaran berbeda-beda, demikian pula gaya belajarnya. Sebagian peserta didik mungkin condong pada kemampuan menangkap pelajaran berdasarkan audiotori, visual, maupun audio – visual. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan mampu mengatasi perbedaan daya serap tersebut. 2. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan. Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan



oleh



tertentu. Oemar



siswa Hamalik



pada



kondisi



(2005)



dan



tingkat



menyebutkan



kompetensi



bahwa



tujuan



pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran Metode pembelajaran merupakan alat yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan menjadikan kegiatan belajar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dapat diukur dari perubahan perilaku peserta didik setelah proses



13



pembelajaran usai. Dinyatakan sebagai perubahan perilaku, karena perubahan yang terjadi tidak hanya pada tataran pengetahuan peserta didik, tetapi meliputi sikap dan cara pandang peserta didik terhadap realitas disekitarnya. Pemilihan suatu metode pembelajaran secara individu, maupun kombinasi antara beberapa metode pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi-kondisi yang mempengaruhi pembelajaran. Tujuan pembelajaran dikatakan tercapai manakala terjadi perubahan perilaku peserta didik, dan perubahan perilaku tersebut cenderung bertahan lama. 3. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik maksudnya, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan minat belajar seseorang. Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran.



Pembelajaran



konvensional



yang



tidak



banyak



menggunakan metode yang bervariasi dan kurang membuat siswa aktif, akan menimbulkan kebosanan. Siswa akan menjadi pasif, tidak bersemangat, dan antusiame rendah saat mengikuti pelajaran di kelas. Pemilihan metode belajar yang inovatif dan memberikan ruang yang luas bagi aktualisasi diri siswa akan memunculkan ‘kegembiraan belajar’. Kegembiraan belajar merupakan atmosfer yang perlu diciptakan oleh guru melalui penggunaan metode pembelajaran yang menantang, interaktif, menarik minat, serta mampu memenangkan perhatian siswa. Pemilihan metode pembelajaran harus mampu melibatkan setiap siswa di kelas untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan porsi dan peranan yang beragam. Dengan demikian, tidak ada seorang pun peserta didik yang tidak terlibat dalam proses berpikir, memahami, dan melakukan kegiatan belajar secara keseluruhan. Penggunaan



14



metode belajar yang tepat, akan mampu meminimalisir adanya alasan siswa tidak memiliki kesempatan berpartisipasi, alokasi waktu yang kurang, terlalu banyaknya jumlah peserta didik dalam satu kelas, dan berbagai alasan yang menyebabkan siswa merasa bosan dan enggan secara intens melibatkan diri dalam pembelajaran siswa aktif.



C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pembelajaran. Faktor-faktor Pemilihan Metode Pembelajaran diantaranya, meliputi: tujuan pembelajaran, bahan/materi pembelajaran, sumber belajar, warga belajar, sarana/fasilitas belajar, waktu pembelajaran dan besar-kecilnya kelompok.



Tujuan Pembelajaran Kaitan metode dengan tujuan pembelajaran yaitu didasarkan atas kondisi bahwa metode sebagai cara untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga metode apa yang akan kita gunakan banyak dipengaruhi oleh kondisi tujuan pembelajaran itu sendiri. Tujuan pembelajaran disini menyangkut kemampuan yang harus dimilki warga belajar setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut Bloom (1956) diungkapkan bahwa kemampuan yang terdapat pada tujuan pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk setiap ranah terdapat tingkatan-tingkatan kemampuan yang berkisar dari kualitas yang rendah sampai pada kualitas kemampuan yang tinggi. Tahapan untuk ranah kognitif yaitu menyangkut : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis dan evaluasi. Tahapan untuk ranah afektif yaitu menyangkut penerimaan, memberikan respon, penilaian, organisasi dan pemeranan. Tahapan untuk ranah psikomotor yaitu persepsi kesiapan, respon terpimpin, mekanisme, complex overt response. Penyesuaian dan organisasi. Pencapaian kemampuan-kemampuan untuk setiap tingkatan pada setiap ranah mempunyai implikasi terhadap penetapan jenis metode pembelajaran. Ketepatan pemilihan metode akan menghasilkan kualitas hasil belajar yang tinggi, bahkan dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi pula. Untuk mencapai kemampuan yang bersifat menyatakan tidak usah menggunakan



15



variasi metode yang terlalu rumit, tetapi misalnya cukup menggunakan metode yang hanya untuk menyampiakan informasi. Tetapi sebaliknya apbila kemampuan belajar yang diharapkan itu menyangkut psikomotor yang tinggi maka harus menggunakan variasi metode yang sekiranya warga belajar dapat menampilkan/mempraktekan kemampuan tertentu.



Bahan/Materi Pembelajaran Pengaruh bahan belajar terhadap penetapan metode pada hakekatnya merupakan kelanjutan dari pengaruh tujuan pembelajaran. Gagne (1976) mengungkapkan bahwa bahan belajar terdiri dari konsep, prinsip, prosedur dan fakta atau kenyataan yang ada. Dari setiap jenis bahan belajar tersebut memilki tingkatan kesulitan yang terdiri dari bahan belajar dasar, kelanjutan dan tinggi. Berdasarkan keragaman bahan belajar tersebut maka dituntut adanya penggunaan variasi metode dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan jenis bahan belajar itu sendiri. Metode-metode tertentu ada yang dapat digunakan untuk membahas seluruh bahan belajar, tetapi ada metodemetode tertentu yang hanya tepat digunakan untuk bahan-bahan tertentu pula.



Sumber Belajar Faktor sumber belajar juga merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemlihan suatu metode. Kondisi sumber belajar menyangkut kondisi diri yang mempengaruhi baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Kondisi internal yaitu menyangkut pemahaman terhadap bahan kajian, pemahaman penggunaan metode dan kemampuan mengelola kegiatan pembelajaran, sedangkan kondisi eksternal yaitu kondisi di luar diri sumber belajar tersebut yang dapat mempengaruhi terhadap pengelolaan kegiatan pembelajaran. Bagi sumber belajar jangan terlalu memaksakan dalam penggunaan suatu metode yang hanya didasarkan kepada pengalaman orang lain, sebab belum tentu efektif dan efisien penggunaan suatu metode yang sudah digunakan oleh orang lain apabila diterapkan oleh diri kita dalam proses pembelajaran yang kita kelola.



16



Hal ini didasarkan bahawa kemampuan sumber belajar yang satu dengan yang lainnya memiki perbedaan. Sumber belajar harus mempertimbangkan kondisi diri dalam menggunakan metode tersebut baik yang menyangkut pemahaman terhadap bahan belajar, pemahaman penggunaan metode dan kemampuan mengelola kegiatan pembelajaran



Warga Belajar Warga belajar dalam kegiatan pembelajaran sebagai masukan mentah yang akan dirubah melalui proses pembelajaran. Kondisi warga belajar memiliki karakteristik pribadi yang dimilikinya yaitu menyangkut : jenis kelamin, usia, latar belakang sosial ekonomi, pengalaman dan keadaan psikisnya. Keragaman kondisi warga belajar mengakibatkan perlu adanya pemilihan dan penentuan metode pembelajaran yang akan digunakan. Bagi peserta yang memiliki pengalaman yang sederhana dan terbatas akan lain cara belajarnya apabila dibandingkan dengan mereka yang sudah banyak memiliki pengalaman walaupun mempelajari bahan kajian yang sama. Untuk mengatasi keanekaragaman karakteristik warga belajar tersebut maka sumber belajar perlu menganalisinya terlebih dahulu dalam penetapan suatu metode, sehingga dalam penerapannya tidak akan mengalami ketimpangan cara berfikir antara warga belajar yang sudah banyak pengalaman dan warga belajar yang masih kurang memiliki pengalaman dalam bidangbidang tertentu. Apabila sumber belajar sudah dapat mengantisipasi tentang karakteristik warga belajar sejak awal, maka iklim belajar dalam kegiatan pembelajaran akan tercipta secara kondusif.



Sarana/Fasilitas Belajar Sarana dalam pembelajaran diartikan segala macam fasilitas yang dapat menunjang dan melengkapi terselenggaranya kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sarana tersebut dapat berfungsi sebagai : fasilitas atau alat belajar dan sumber belajar. Sebagai fasilitas atau alat belajar diantaranya seperti alat tulis, ruangan kelas, tempat duduk, buku bacaan, dan alat-alat lainnya yang dibutuhkan untuk terselenggaranya kegiatan belajar. Sedangkan sarana sebagai sumber belajar yaitu sarana tersebut merupakan alat atau orang yang digunakan untuk mempelajari bahan kajian tertentu.



17



Secara konsep bahwa sarana dapat mempengaruhi terhadap tingkat kualitas pemahaman peserta. Hal ini terjadi misalnya apanila dalam proses pembelajaran memerlukan alat tertentu, akan tetapi apabila alat yang diperlukan tidak ada maka akibatnya proses pembelajaran tersebut hanya bersifat verbalisme. Kelengkapan sarana dalam kegiatan pembelajaran mempunyai implikasi terhadap penetapan metode yang digunakan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran. Akibat hal ini maka sumber belajar harus mampu menyesuaikan antara penggunaan metode dengan kelengkapan dan jenis sarana yang tersedia. Misalnya apabila sarana belajar yang tersedia hanya grafis maka sebaiknya tidak menggunakan metode yang memerlukan sarana elektronik.



Waktu Pembelajaran Faktor waktu adalah menyangkut jumlah dalam kegiatan pembelajaran, serta menyangkut kondisi waktu kegiatan pembelajaran. Penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran perlu disesuaikan dengan waktu. Walaupun Sumber Belajar dapat menetapkan metoda yang dianggap paling tepat berdasarkan kecenderungan program pembelajaran tertentu, namun apabila metoda tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama sedangkan waktu yang tersedia sangat terbatas, maka metoda tersebut kurang tepat untuk digunakan. Ketepatan metoda dengan jumlah waktu yang tersedia akan menjurus kepada tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik. Mengenai waktu tersebut disamping disesuaikan dengan jumlah waktu yang tersedia, juga perlu disesuaikan dengan kondisi waktu itu sendiri. Kondisi waktu tersebut adalah kondisi pagi hari, siang hari, sore hari atau malam hari. Dengan kondisi-kondisi tersebut berdampak ke dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran, sehingga mempunyai implikasi terhadap metoda yang akan digunakan oleh sumber belajar. Untuk supaya dapat tercipta kondisi pembelajaran yang kondusip dalam kondisi kapanpun maka metoda yang digunakan dalam proses pembelajaran harus disesuaikan, misalnya ketika pembelajaran berlangsung pagi hari penggunaan metoda yang bersifat informasi akan lebih baik daripada diterapkan siang hari dalam keadaan cuaca panas sekali. Untuk menanggulangi hal ini maka apabila siang hari kegiatan pembelajaran dilangsungkan, maka metode yang digunakan harus



18



bervariasi sehingga warga belajar tidak merasa kepanasan atau merasa ngantuk, contoh metode yang dapat digunakan misalnya diskusi , demonstrasi, forum musik.



Besar Kecilnya Kelompok Perubahan dalam diri orang-orang lebih mudah terjadi dalam suasana interaksi antara sumber belajar dengan warga belajar apabila ada kesempatan untuk saling menerima dan memberi untuk kejelasan dan pengembangan suatu gagasan. Makin besar kelompok maka akan menimbulkan kurang interaksi baik antara warga belajar maupun antara warga belajar dengan sumber belajar .



19



BAB III KESIMPULAN Kegiatan pemilihan metode pembelajaran oleh guru, merupakan serangkaian kerja pikiran dengan mengintegrasikan, menginteraksikan, dan mengkompromikan metode pembelajaran dengan berbagai faktor-faktor tersebut. Kegiatan ini memang tidak secara tersurat tergambar seperti pada skema kerangka pikir di atas, akan tetapi skema diatas bertujuan untuk mendeskripsikan dan memvisualisasikan kerja pikiran dalam bentuk ilustrasi di atas. Memilih metode pembelajaran yang tepat termasuk dalam kerja perencanaan pembelajaran. Perencanaan yang matang adalah perencanaan yang sistematis dan melakukan pertimbangan-pertimbangan yang relevan dan proporsional. Produk perencanaan berupa learning design akan menjadi tidak berati manakala guru tidak disiplin dengan perencanaan yang ia susun sendiri. Pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan learning design akan memudahkan guru dan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Adanya kondisi-kondisi lapangan yang berbeda tidak bisa dijadikan suatu alasan bagi guru untuk tidak disiplin menjalankan learning design yang telah ia susun. Kondisi force major memang jarang terjadi, tapi juga tidak menutup kemungkinan untuk terjadi. Memilih metode pembelajaran yang tepat jika dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan faktor-faktor tersebut, tentu akan meminimalisir kendala-kendala dalam pelaksanaan pembelajaran, termasuk



jika



terjadi



force



major.



Alasannya



karena,



dengan



memperhitungkan kondisi riil faktor-faktor tersebut, sama artinya guru telah mengenali secara mendalam, mengidentifikasi, memahami segala situasi dan



20



aspek-aspek pembelajaran, baik subjek pembelajaran maupun objeknya. Dengan demikian peranan guru sebagai fasilitator pembelajaran telah memberikan kontribusi penting dalam peningkatan kualitas pendidikan yang lebih baik, bagi konsepsi penyelenggaraan pendidikan sebagai bagian dari human investment.



DAFTAR PUSTAKA



Anonim. Definisi Model, Pendekatan, dan Strategi Pembelajaran, diunduh dari http://mkhgfthj.blogspot.com/2012/10/definisi-model-pendekatanstrategi.html, Akhmad Sudrajat. Tujuan Pembelajaran sebagai Komponen Penting dalam Pembelajaran,



diunduh



http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/08/30/tujuanpembelajaran-sebagai-komponen-penting-dalam-pembelajaran/,



21



dari