Makalah Penanganan Spesimen Cairan Ascites Kelompok 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KIMIA KLINIK PANANGANAN SPESIMEN CAIRAN ASCITES



Disusun Oleh: KELOMPOK 4 Muhammad Irsal Qadri (PO714203191056) Fardiansyah Muchtar (PO714203191046) Iga Maya Safitra (PO714203191048) Nurul Annisa Yunus (PO714203191065) Qutratunnad Usman (PO714203191066)



TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR TAHUN 2021



i



KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kimia Klinik 1 ini tepat pada waktunya. Melalui makalah ini kami akan membahas mengenai “Penanganan Spesimen Cairan Ascites” Dalam penulisan ini tentu saja kami banyak mengalami kesulitan, sehingga kami banyak memperoleh dukungan dan bantuan dari beberapa pihak. Karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan makalah. Sebagai penyusun, kami menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Olehnya kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ke depannya. Akhirnya kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Makassar, 16 Febaruari 2021



TIM PENULIS



ii



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i KATA PENGANTAR...................................................................................... ii DAFTAR ISI.................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang......................................................................................1 B. Rumusan Masalah.................................................................................1 C. Tujuan...................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi..................................................................................................3 B. Penanganan Spesimen Cairan Ascites..................................................4 a. Persiapan Paasien.............................................................................4 b. Peralatan...........................................................................................5 c. Posisi Pasien.....................................................................................5 d. Prosedural.........................................................................................6 C. Penyebab dan Gejala Ascites................................................................8 D. Diagnosis Ascites..................................................................................9 E. Pemeriksaan Ascites.............................................................................9 F. Pengobatan Ascites...............................................................................14 G. Komplikasi Ascites...............................................................................15 H. Pencegahan Ascites...............................................................................15 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...........................................................................................16 B. Saran.....................................................................................................16 Daftar Pustaka...................................................................................................17



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ascites merupakan akumulasi cairan patologis di dalam cavum abdomen. Kata ascites berasal dari Bahasa Yunani ‘askos’ yang berarti tas atau karung. Secara klinis ascites adalah komplikasi dari beberapa penyakit seperti hepar, jantung, ginjal, infeksi, dan keganasan. Prognosis tergantung dari penyebab dari ascites tersebut. Pada keadaan normal, jumlah cairan peritoneal tergantung pada keseimbangan antara aliran plasma ke dalam dan keluar dari darah dan pembuluh limfa. Apabila keseimbangan



tersebut



terganggu



maka



terbentuklah



ascites.



Ketidakseimbangan kadar plasma mungkin disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan tekanan vena, penurunan protein (tekanan onkotik), atau peningkatan obstruksi limfa. Ascites merupakan salah satu komplikasi yang paling sering terjadi pada penyakit sirosis dan hipertensi portal. Lebih dari 50% penderita sirosis akan berkembang menjadi ascites dalam waktu 10 tahun periode pengamatan. 85% kasus ascites disebabkan oleh sirosis hepatis dan 10% ascites disebabkan oleh keganasan. Tipe lain dari ascites dikategorikan sebagai kardiogenik, neprogenik, infeksi, dan varian lainnya (Huang et al., 2014). B. Rumusan Masalah 1. Apakah Penyebab dan gejala ascites? 2. Apa saja yang termaksuk dalam pemeriksaan cairan ascites ? 3. Bagaimana diagnosis ascites? 4. Bagaimana pemeriksaan ascites? 5. Bagaimana pengobatan ascites? 6. Bagaimana Komplikasi ascites? 7. Bagaimana pencegahan ascites?



1



C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Penyebab dan gejala ascites 2. Untuk mengetahui yang termaksuk dalam pemeriksaan cairan ascites ? 3. Untuk mengetahui bagaimana diagnosis ascites 4. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan ascites 5. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan ascites 6. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi ascites 7. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan ascites



2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ascites Asites adalah pengumpulan cairan di dalam rongga perut. Asites merupakan peningkatan jumlah cairan intra peritoneal. Asites adalah akumulasi cairan dan sel maligan di kavum peritoneum sebagai tanda dari karsinomatosis peritoneal. (Suharjo, 2014). Penyebab asites terbanyak adalah gangguan hati kronis dan kurangnya protein (albumin). Albumin adalah salah satu jenis protein yang berfungsi untuk mengikat cairan. Saat tubuh kekurangan albumin atau hipoalbuminemia, maka cairan yang ada di dalam sel akan bocor ke jaringan sekitar, termasuk ke rongga peritoneal. Penumpukan cairan tersebut akan menyebabkan munculnya beragam gejala, termasuk nyeri perut, kembung, dan perut membesar.



·    



Asites dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, diantaranya: 1) Peningkatan tekanan hidrostatik : Sirosis, oklusi vena hepatika (sindrom Budd-Chiari),obstruksi vena cava inferior, perikarditis konstriktif, penyakit jantung kongestif. 2) Penurunan tekanan osmotik koloid : Penyakit hati stadium lanjut dengan gangguan sintesis protein, sindrom nefrotik, malnutrisi, protein lossing enteropathy. 3) Peningkatan permeabilitas kapiler peritoneal : Peritonitis TB, peritonitis bakteri, penyakit keganasan pada peritonium.· 4) Kebocoran cairan di cavum peritoneal:Bile ascites, pancreatic ascites (secondary to a leaking pseudocyst), chylous ascites, urine ascites.



3



5) Micellanous : Myxedema, ovarian disease (Meigs’ syndrome), chronic hemodialysis BAB II PEMERIKSAAN CAIRAN ASITES A. Penanganan Spesimen Cairan Ascites a) Persiapan Pasien Persiapan pasien yang paling awal dilakukan tindakan pungsi asites adalah memperoleh informed consent pasien. Pasien harus mendapatkan penjelasan dari dokter mengenai tindakan yang akan dilakukan, termasuk risiko dan komplikasi yang bisa terjadi, serta alternatif tindakan lainnya. Pernyataan persetujuan pasien dinyatakan dalam lembar persetujuan sesuai dengan aturan rumah sakit/klinik tempat tindakan dilakukan. Pada umumnya tidak ada persiapan khusus yang perlu dilakukan pada pasien. Pasien dengan risiko gangguan pembekuan darah dan perdarahan sebaiknya dilakukan pemeriksaan international normalised ratio (INR) dan trombosit. Pemeriksaan USG dapat dilakukan pada pasien dengan asites walaupun bukan prosedur yang rutin. Pada beberapa kondisi dapat dilakukan pungsi asites dengan panduan USG, seperti pada saat terdapat kontraindikasi relatif. Pemeriksaan USG terutama dapat dilakukan untuk menentukan kemungkinan etiologi penyakit pasien, memperkirakan volume asites, dan menentukan lokasi dilakukannya pungsi asites. Pemeriksaan USG juga dapat dilakukan guna mencegah terjadinya komplikasi. Studi juga menemukan bahwa pemeriksaan USG lebih superior pada untuk menentukan jumlah dan lokasi asites dibanding CTscan. Pemeriksaan fisik umum dilakukan untuk menentukan keadaan umum pasien, terutama tanda vital, serta pemeriksaan status lokalis untuk menentukan lokasi dilakukannya penusukan. Pasien juga diminta untuk



4



mengosongkan kandung kemih sebelum dilakukan tindakan pungsi, dapat dengan kateter atau secara spontan. b) Peralatan Beberapa peralatan yang digunakan pada tindakan pungsi asites adalah:  Sarung tangan steril  Masker  Cairan povidone iodine 10% atau alkohol 70%  Kassa setril  Duk steril  Anestesi lokal, biasanya lidocaine  Syringes 5 ml dan 50 ml  Jarum 18 G untuk anestesi, 20 atau 22 G untuk pungsi asites diagnostik. 14 atau 16 G angiokateter  Tabung pemeriksaan steril  Infus set untuk mengalirkan cairan asites  Tabung untuk menampung cairan, terutama pada pasien dengan asites masif.  Tensimeter c) Posisi Pasien Posisi pasien saat dilakukan pungsi asites memengaruhi keberhasilan tindakan. Pasien harus berada dalam posisi yang nyaman. Biasanya posisi yang paling optimal untuk dilakukannya pungsi asites adalah supine. Posisi ini terutama dipilih pada pasien dengan asites dalam jumlah yang besar. Pada pasien dengan asites masif, posisi dapat dimodifikasi dengan posisi semi supine dengan kepala lebih tinggi dalam posisi yang nyaman untuk pasien. Pasien biasanya akan merasa nyaman dalam posisi 30o dengan kepala terletak lebih tinggi. Posisi pasien tersebut akan menyebabkan pergerakan cairan asites sehingga manuver yang dapat dilakukan adalah melakukan pungsi pada daerah parakolik atau midline linea alba. Posisi lain yang



5



dapat dilakukan adalah dengan posisi lateral dekubitus, terutama pada jumlah cairan asites yang sedikit. Penusukan dilakukan dengan pendekatan parakolik lateral. d) Prosedural Prosedural pungsi asites harus dilakukan dengan teknik steril. Berikut kah-langkah pungsi asites: 1. Menentukan Lokasi Penusukan Penusukan dilakukan dengan sebelumnya menentukan lokasi. penusukan adalah tidak ada infeksi lokal, tidak terlalu jauh ke lateral, tidak ada jaringan parut, tidak ada pembesaran vena yang terlihat jelas, dan tidak ada adhesi saluran cerna dalam rongga peritoneal. Penusukan sebaiknya dilakukan pada dinding abdomen yang paling tipis yang sudah ditentukan sebelumnya pada pemeriksaan USG. Lokasi dinding abdomen yang paling tipis adalah midline linea alba. Pada pasien dengan obesitas, lokasi yang paling disarankan adalah daerah parakolik lateral yang memiliki dinding yang paling tipis.[1-3] Pada keadaan kondisi pungsi asites tanpa panduan USG, perkusi dinding abdomen dapat dilakukan untuk menentukan lokasi penusukan. Penusukan dilakukan di garis tengah abdomen, 2 cm di bawah umbilikus atau di kuadran bawah, yakni 2-3 cm di sisi lateral muskulus rektus abdominis. 2. Universal Precautions Tindakan diawali dengan operator melakukan cuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril. Bila memungkinkan dapat menggunakan masker. Pada daerah kulit yang akan ditusuk dilakukan



tindakan



antiseptik



dengan



klorheksidin,



cairan



povidone iodine, atau alkohol 70%. Daerah tersebut lalu ditutupi oleh duk steril. 3. Anestesi Lokal Setelah menentukan lokasi penusukan, lakukan anestesi lokal pada akan dipungsi. Anestesi lokal biasanya dilakukan dengan



6



menggunakan lidocaine yang diaplikasikan dengan jarum dengan ukuran yang kecil. Anestesi awalnya dilakukan secara infiltratif pada daerah penusukan, kemudian dilanjutkan ke dalam secara perlahan sehingga menembus dinding peritoneum. 4. Aspirasi Cairan Asites Operator kemudian melakukan penusukan dengan jarum ukuran 22 G dan tabung 50 ml secara perpendikular. Sembari dilakukan penusukan, lakukan peregangan kulit dengan tangan lainnya guna mencegah terjadi penusukan pada lapisan otot yang tumpang tindih sehingga mengurangi risiko kebocoran. Setelah jarum menembus rongga peritoneum, cairan diaspirasi untuk dikirimkan ke laboratorium guna pemeriksaan bila diperlukan. Bila pungsi



asites



terapeutik



akan



dilakukan, syringes kemudian



dilepaskan dan diganti dengan infus set untuk dapat mengalirkan cairan asites pada tabung yang sudah disiapkan sebelumnya. Pemeriksaan tensi berkala harus dilakukan guna mencegah terjadi hipotensi



terutama



selama



tindakan



pungsi



asites



yang



mengeluarkan cairan dalam jumlah yang besar. 5. Tahap Penyelesaian Bila cairan asites yang diaspirasi sudah cukup, jarum kemudian ditarik perlahan sembari melepaskan traksi kulit. Setelah jarum keluar sepenuhnya, diberikan penekanan pada daerah penusukan untuk menghentikan perdarahan. 6. Pemeriksaan Cairan Asites secara Visual Pemeriksaan cairan asites secara visual dapat dilakukan langsung setelah dilakukan aspirasi cairan. Cairan asites dapat menunjukkan gambaran jernih, seperti susu, berkabut atau keruh, kemerahan dan straw coloured. Impresi awal ini dapat membantu klinisi dalam memikirkan kemungkinan diagnosis pasien.



7



B. Penyebab dan Gejala Ascites a. Penyebab Ascites Ada beberapa penyebab terjadinya asites atau pengumpulan cairan dirongga perut seperti berikut ini : Kelainan di hati  Sirosis, terutama yang disebabkan oleh alkoholisme  Hepatitis alkoholik tanpa sirosis  Hepatitis menahun  Penyumbatan vena hepatic  Kelainan diluar hati  Gagal jantung  Gagal ginjal, terutama sindroma nefrotik  Perikarditis konstriktiva  Karsinomatosis, dimana kanker menyebar ke rongga perut  Berkurangnya aktivitas tiroid  Peradangan pankreas. b. Gejala Ascites Gejala dan keluhan yang timbul saat seseorang mengalami ascites bisa muncul secara bertahap atau tiba-tiba. Hal ini tergantung pada penyebab yang mendasari terjadinya asites. Namun, saat seseorang mengalami asites, biasanya akan muncul beberapa gejala berikut ini:  Perut yang terlihat membesar dan membengkak seperti balon  Muncul rasa kembung  Mual atau muntah  Sakit perut  Sesak napas, terutama pada saat berbaring  Gangguan pencernaan  Sensasi rasa terbakar di dada (heartburn) akibat naiknya asam lambung  Peningkatan berat badan



8



Selain gejala yang telah disebutkan di atas, penderita asites juga bisa mengalami pembengkakan pada tungkai dan pergelangan kaki, pembengkakan pada pembuluh darah vena yang ada di anus (wasir), demam, dan hilangnya nafsu makan C. Diagnosis Asites  Tes pemindaian, seperti USG, CT scan, atau MRI, untuk melihat keberadaan dan jumlah cairan berlebih, sekaligus memeriksa penyebab yang mendasari asites  Tes darah, untuk memeriksa fungsi hati, fungsi ginjal, kadar elektrolit, dan kadar albumin di dalam darah  Paracentesis dengan mengambil sampel cairan dari rongga perut, untuk mengetahui jumlah sel darah merah dan putih, memeriksa kadar albumin (protein), amilase, dan glukosa, serta melihat keberadaan partikel penyakit, seperti infeksi atau kanker  Angiografi, untuk memeriksa aliran darah terutama pada vena hati  Laparoskopi, untuk memeriksa kondisi organ di dalam perut D. Jenis Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Fisik 2. Pemeriksaan Makroskopis Terdiri dari pemeriksaan warna dan kejernihan 3. Pemeriksaan Mikroskopis (hitung sel dan hitung jenis) 4. Pemeriksaan Kimia 5. Pemeriksaan Bakteriologi



1. Pemeriksaan Fisik  Shifting dullnes = pada penderita yang terlentang, dicari batas timpani pekak (permukaan cairan) di bagian lateral abdomen Bila posisi penderita dimiringkan, maka batas timpani pekak menjadi bergeser



9



Gambar teknik untuk memeriksa redup yang berpindah. Daerah berwarna menunjukkan daerah timpani. (Dari Mark H. Swartz. 1995, hal 252)  Undulasi: 1. Dua telapak tangan ditaruh di kiri dan kanan dinding abdomen. 2. Telapak tangan penderita atau pemeriksa kedua, pada sisi ulnar ditekan ke dinding abdomen. 3. Ujung-ujung jari memberikan tekanan pada satu sisi, maka telapak tangan yang lain merasakan adanya gelombang.  Fluid Wave Pemeriksaan asites bisa dilakukan dengan cara menekan secara dalam ke arah garis tengah dinding abdomen (untuk mencegah vibrasi sepanjang dinding abdomen), letakkan telapak tangan yang satu berlawanan dengan telapak tangan yang lain untuk mendengarkan adanya cairan asites.



 Pudle Sign Pasien pada posisi bertumpu pada lutut dan siku tangan, yang mana akan menyebabkan cairan asites berkumpul di bagian bawah abdomen.



10



Lakukan perkusi dari bagian samping perut (lank) ke garis tengah. Pada area asites suara perkusi akan lebih mengeras.



Pemeriksaan penunjang  Foto thorax dan abdomen  CT-Scan 2. Pemeriksaan Makroskopis a) Metode : Visual (Manual) b) Tujuan: Untuk mengetahui warna dan kejernihan cairan c) Alat dan Bahan : - Tabung reaksi - cairan ascites d) Cara Kerja : 1. Cairan Ascites dimasukkan dalam tabung bersih dan kering. 2. Diamati warna, kejernihan, adanya bekuan pada cahaya terang.



e) Hasil:



Normal warna cairan peritoneal yaitu putih jernih sampai kuning pucat. Cairan ascites yang seperti susu (chylous ascites) ditandai dengan adanya kilomikron, Penyebab chylous ascites yaitu sirosis,



11



infeksi (parasite dan tuberkulosis), keganasan, kelainan kengenital, traumatis, proses inflamasi, nefropati, dan kardiopati. Ascites berdarah menunjukkan adanya tumor jinak atau ganas, pankreatitis hemoragik, atau ulkus perforasi, Ascites berwarna jernih atau kekuning-kuningan sering dihubungkan dengan sirosis 3. Pemeriksaan Mikroskopis 1) Hitung jumlah leukosit a. Metode : Bilik Hitung b. Tujuan : Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan Ascites. c. Prinsip Pemeriksaan: sampel diencerkan dengan larutan pengencer tertentu kemudian leukosit dalam larutan di hitung dalam kamar hitung improved Neubauer dengan mikroskop. d. Alat dan Bahan  Mikroskop  Hemacytometer : Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup, pipet thoma leukosit  Tissue  Larutan Turk atau NaCl 0,9%  Cairan Rongga Perut / Ascites e. Cara kerja 1) Pipet sampel sampai tanda 0,5 2) Pipet larutan turk/NaCl 0,9% sampai tanda 11 3) Kocok pipet lalu buang 4-5 tetes 4) Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung pada semua kotak leukosit di mikroskop lensa objektif 10x/40x. Catatan : -



Pengencer NaCl 0,9% digunakan apabila pada pemeriksaan makroskopik ditemukan adanya cairan ke arah eksudat dan terdapat bekuan yang banyak. Namun sebaiknya digunakan larutan NaCl 0,9% bila ragu membedakanya.



12



-



Larutan



Turk



mengandung



asam



asetat



yang



dapat



menyebabkan protein menjadi denaturasi sehingga terjadi bekuan. f. Hasil Cairan asites yang normal mengandung < 500 leukosit/microliter dan < 250 leukosit PMN / microliter. Inflamasi yang lain dapat menyebabkan peningkatan sel darah putih. Jumlah netrofil > 250 sel / microliter menunjukan adanya hepatitis bakterial. Pada peritonitis TB dan peritoneal  Carsinomatosis terhadap predominan limfosit. 2) Hitung jenis leukosit a. Metode : Giemsa Stain b. Tujuan : Untuk menghitung jenis sel mononuklear dan polinuklear dalam cairan c. Alat dan Bahan : - Objek Gelas



- Metanol absolut



- Kaca Penghapus



- Giemsa



- Sentrifuge



- Cairan Rongga Perut / Ascites



- Tabung reaksi - Timer d. Cara Kerja : 



Apabila cairan jernih maka cairan dilakukan sentrifugasi 5 menit 3000 rpm dibuat hapusan tebal, namun bila cairan sudah keruh dan berkeping-keping maka dapat langsung dibuat sediaan hapus tipis/tebal.







Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal







Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut.







Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit.







Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x dengan oil emersi.



4. Pemeriksaan Kimia



13



Pemeriksaan SAAG (Serum-ascites albumin gradient) SAAG adalah pemeriksaan terbaik untuk mengklasifikasikan asites dengan hipertensi portal (SAAG>1,1 g/dl) dan non portal HT (SAAG