Makalah Pengembangan Media Edukasi Remaja Kelompok 6 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENGEMBANGAN MEDIA EDUKASI REMAJA “Persiapan Fisik, Gizi, Psikologi dan Menghadapi Kehamilan Pada Masa Remaja dan Pranikah” 07 Oktober 2020 Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Praktek Kebidanan Stase I Asuhan Kebidanan Holistik Remaja



Oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Intan Nurul Ilma Anggun Puji Lestari Audrey Andini Ruswandi Sri Hani Purwati Nadya Olivia Prameswari Nur Rohmatul Aini



(P17312205030) (P17312205031) (P17312205032) (P17312205033) (P17312205034) (P17312205035)



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN TAHUN 2020



LEMBAR PENGESAHAN MAKALAH PENGEMBANGAN MEDIA EDUKASI REMAJA “Persiapan Fisik, Gizi, Psikologi dan Menghadapi Kehamilan Pada Masa Remaja dan Pranikah” 07 Oktober 2020 Ini telah diperiksa dan disahkan pada tanggal : Pembimbing I



Pembimbing II



Heny Astutik, S.Kep, Ns,. M.Kes



Ita Yuliani, SST., M.Keb



NIP. 196906211992032003



NIK. 82.07.2.102



Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan



Ika Yudianti, SST., M.Keb NIP. 198007272003122002



i



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahn rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pengembangan Media Edukasi Remaja tentang “Persiapan Fisik, Gizi, Psikologi dan Menghadapi Kehamilan Pada Masa Remaja dan Pranikah” Dalam kesempata ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1.



Ika Ika Yudianti, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang



2.



Heny Astutik, S.Kep,Ns.,M.Kes selaku pembimbing I yang banyak membantu dan memberikan masukan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.



3.



Ita Yuliani, SST.,M.Keb selaku pembimbing II yang banyak memberikan petunjuk, koreksi serta saran sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari bahwa dalam penyusuna makalah ini jauh dari kata sempurna,



baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisanya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.



Malang, 06 Oktober 2020



Penyusun



ii



DAFTAR ISI Halaman Pengesahan........................................................................................



i



Kata pengantar..................................................................................................



ii



Daftar Isi...........................................................................................................



iii



Daftar Tabel......................................................................................................



iv



Daftar Lampiran................................................................................................



v



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.................................................................................



1



1.2 Tujuan.............................................................................................. 1.2.1 Tujuan Umum.........................................................................



2



1.2.2 Tujuan Khusus........................................................................



2



BAB II MEDIA EDUKASI REMAJA 2.1 Pengertian Kesiapan Menikah........................................................



3



2.2 Persiapan Fisik Pranikah.................................................................



5



2.3 Persiapan Gizi Pranikah..................................................................



18



2.4 Psikologi Pranikah..........................................................................



24



BAB III PENGEMBANGAN MEDIA EDUKASI 3.1 Analisis Media...................................................................................



34



3.1.1 Kelebihan Dari Media Lembar Balik Dice Pouch...................



34



3.1.2 Kekurangan Dari Media Lembar Balik Dice Pouch................



35



3.2 Rencana Pengembangan Media........................................................



35



3.2.1 Tampilan media........................................................................



35



3.2.2 Isi media..................................................................................



36



3.2.3 Game dalam media...................................................................



36



Daftar Pustaka...................................................................................................



37



Lampiran ..........................................................................................................



39



iii



DAFTAR TABEL



Halaman : Tabel 2.1 Tentang Klasifikasi Nilai IMT………………………………………… 11 Tabel 2.2 Tentang Klasifikasi Imunisasi TT……………………………………..



17



Tabel 2.3 Parameter Kadar Hemoglobin Normal………………………………... 20



iv



DAFTAR LAMPIRAN Halaman : Lampiran 1 Media lembar balik…………………………………………………… 39 Lampiran 2 Pedoman lembar balik………………………………………………… 39



v



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus perceraian sudah menjadi fenomena yang banyak terjadi pada saat sekarang ini, Berdasarkan data Demografi Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial Persatuan Bangsa Bangsa, kasus perceraian di dunia tahun 2012 mencapai 5.685.602 kasus. Sementara itu di tahun 2011 Cina merupakan angka perceraian tertinggi di dunia yaitu sebanyak 2.111.000 kasus, diikuti oleh Amerika Serikat dengan 877.000 kasus, kemudian Rusia dengan 669.376 kasus, selanjutnya Jepang dengan 235.719 kasus. Indonesia menempati urutan kelima dengan 276.791 kasus perceraian.Angka perceraian di Indonesia dalam lima tahun terakhir menunjukkan angka yang cukup siknifikan. Berdasarkan data tahun 2010 - 2014 , dari sekitar dua juta pasangan menikah maka pasangan yang melakukan perceraian di pengadilan agama jumlahnya mencapai sekitar tiga ratus ribu lebih atau 15% atau lebih. Perceraian tersebut dilakukan oleh suami maupun istri dengan berbagai alasan. Menikah merupakan hubungan yang bersifat suci atau sakral antara pasangan dari seorang pria dan seorang wanita yang telah menginjak atau dianggap telah memiliki umur cukup dewasa dan hubungan tersebut telah diakui secara sah dalam hukum dan secara agama. Kesiapan mental untuk menikah mengandung pengertian kondisi psikologis emosional untuk siap menanggung berbagai risiko yang timbul selama hidup dalam pernikahan, misalnya pembiayaan ekonomi keluarga, memelihara dan mendidik anak-anak dan membiayai kesehatan keluarga (Jannah, 2012). Pernikahan merupakan bagian dari siklus kehidupan manusia dimana pernikahan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia. Namun membentuk keluarga yang bahagia dan harmonis bukanlah perkara mudah, karena banyak hal yang harus disiapkan sebelum memasuki jenjang pernikahan. Oleh karena itu diperlukan sebuah persiapan dan perencanaan. Salah satu yang harus dipersiapkan untuk menikah selain dari materi adalah fisik, gizi dan mental (Yunita dkk, 2018). 1



Pendidikan pra nikah merupakan sebuah proses atau upaya untuk memberikan perubahan atau transformasi pengetahuan, nilai-nilai serta keterampilan yang lebih baik mengenai pernikahan, sebelum pernikahan itu sendiri dilakukan. Pendidikan pra nikah ini penting untuk dipelajari bagi setiap orang guna membekali diri agar mampu menjalani kehidupan pernikahan dengan langgeng. Oleh karena itu sangat penting bagi perempuan untuk mengetahui apa saja yang perlu dipersiapkan untuk kehamilan. Pendidikan ini dapat diberikan sedini mungkin yaitu pada masa remaja. Tidak hanya pendidikan tentang kehamilan, namun pendidikan sebelum menghadapi kehamilan juga penting yaitu pendidikan pra nikah. Pendidikan pra nikah diberikan kepada remaja karena masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Jahja, 2011). Pada masa ini penting bagi remaja untuk mengetahui persiapan apa saja yang harus disiapkan untuk pernikahan terutama persiapan fisik, gizi, mental atau psikologi serta persiapan kehamilan. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Menjelaskan pengembangan media edukasi remaja tentang persiapan fisik, gizi, psikologi dan menghadapi kehamilan pada masa remaja dan pranikah 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Membuat media edukasi remaja tentang persiapan fisik, gizi, psikologi dan menghadapi kehamilan pada masa remaja dan pranikah dengan bentuk pengembangan pada lembar balik dice pouch 2. Mengimplementasikan



media



edukasi



pengembangan pada lembar balik dice pouch



2



remaja



dengan



bentuk



BAB 2 MEDIA EDUKASI REMAJA



2.1 Pengertian Kesiapan Menikah Pernikahan atau perkawinan adalah lambang disepakatinya suatu perjanjian (akad) antara seorang laki-laki dan perempuan, atas dasar hak dan kewajiban yang setara dengan kedua pihak. Dalam UU pernikahan No.1 Tahun 1974 pernikahan adalah ikatan batin antara pria dan perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasar Ketuhanan YME (Kumalasari & Andhyantoro, 2013). Perkawinan adalah suatu hubungan antara seorang lakilaki dan perempuan yang diakui secara social, menyediakan hubungan seks dan pengasuh anak yang sah dan di dalamnya terjadi pembagian hubungan kerja yang jelas bagi masing-masing pihak baik suami maupun istri (Duvall dan Miller dalam Bethsaida & Herri, 2013). Adapun ahli yang mengawali penelitian tentang persiapan pernikahan adalah Larson (1988) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah evaluasi subjektif terhadap kesiapan seseorang untuk menerima tanggung jawab dan tantangan dalam pernikahan. Ia juga menemukan bahwa usia dan status pernikahan orang tua seperti keluarga yang bahagia ataupun keluarga bercerai tidak berhubungan dengan persepsi terhadap pernikahan. Peneliti lain, Sarah B. (2005) menemukan bahwa individu dewasa muda (emerging adult) mempersepsikan bahwa kesiapan menikah berperan penting dalam masa transisi mereka menuju usia dewasa. Sarah B. (2005) juga menemukan bahwa individu dewasa muda memiliki budaya yang unik dalam mempersiapkan pernikahan mereka yang tentunya berbeda dibandingkan pada masa orang tua atau kakek nenek mereka. Stinnet (dalam Badger,2005) mengatakan bahwa kesiapan menempuh pernikahan berkaitan erat dengan kompetensi menjalani kehidupan pernikahan, yaitu kemampuan 3



dalam melaksanakan perannya untuk memenuhi kebutuhan pasangan sehingga meningkatkan kualitas hubungan dengan pasangannya dalam pernikahan. Holman dan Li (dalam Badger, 2005) juga mengatakan bahwa kesiapan individu dalam menempuh pernikahan sangat ditentukan oleh factor-faktor pranikah, yaitu 1. Proses interaksi pasangan 2. Latar belakang individu 3. Sifat dan sikap individu 4. Persetujuan atau dukungan dari orang-orang yang dekat. Selain itu, penelitian di Iran mengenai kesiapan menikah di teliti oleh Ghalili, Etemadi, Ahmadi, Fatehizadeh dan Abedi (2012) yang menemukan bahwa usia dewasa muda yang masih lajang memiliki budaya yang unik mengenai kriteria kesiapan menikah dibandingkan dengan dewasa muda lajang yang tinggal di Bagian Barat daerah Industri. Partisipan menunjukkan bahwa terdapat 9 kategori utama yang penting bagi mereka untuk kesiapan menikah: kesiapan umur, kesiapan fisik, kesiapan mental, kesiapan keuangan, kesiapan moral, kesiapan emosional, kesiapan kontekstual-sosial, kesiapan interpersonal dan keterampilan dalam kehidupan pernikahan. Kesiapan menikah pada dasarnya penting untuk dipelajari dikarenakan kesiapan menikah merupakan dasar dari pengambilan keputusan dengan siapa individu menikah, kapan pernikahan tersebut dilangsungkan dan apa alasan mereka menikah serta bagaimana perilaku mereka kemudian dalam relasi pernikahan. (Larson & Lamont, 2005). Masalah kesiapan menikah ini menjadi hal yang akan sangat menentukan dan menjadi pondasi awal bagaimana kelak calon pasangan suami isteri ini akan menjalani kehidupan pernikahannya. Namun sampai saat ini, studi mengenai kesiapan menikah ini belum sepenuhnya menjadi sasaran bagi BKKBN maupun Kantor Urusan Agama sebagai salah satu upaya terwujudnya rumah tangga yang harmonis dan sebagai prevensi jangka panjang terhadap tingginya angka perceraian. Merencanakan



kehamilan



merupakan



perencanaan



kehamilan



untuk



mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013). Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap pasangan suami istri (Kurniasih, 2010). Kehamilan yang sehat membutuhkan 4



persiapan fisik dan mental dari setiap ibu. Perencanaan kehamilan yang sehat harus dilakukan sebelum masa kehamilan sehingga membutuhkan persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum menikah. Menurut kemenkes (2015) dan PMK No.97 tahun 2014. Kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah sebagaimana yang dimaksud meliputi persiapan fisik, persiapan gizi, persiapan psikologi. 2.2 Persiapan Fisik Pranikah Persiapan fisik dalam menghadapi pranikah menjadi hal yang menentukan dan menjadi pondasi awal bagaimana calon pasangan suami istri menjalani kehidupan pernikahannya, menurut Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (BKKBN), pernikahan perlu dipersiapkan dan direncanakan dengan baik. Masalah kesiapan ini pun diperkuat hasil penelitian Septiawan (2016) Dalam permenkes RI Nomor 97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa sebelum



hamil,



masa



hamil,



persalinan



dan



masa



sesudah



melahirkan,



penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi serta pelayanan kesehatan seksual, pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa “pelayanan kesehtan masa sebelum hamil adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan yang ditunjukan pada perempuan sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat. 1. Persiapan Organ Reproduksi Perempuan Perempuan pranikah yang ingin merencanakan kehamilan harus menjaga kesehatan reproduksi, yaitu dengan mengganti pakaian dalam 2x sehari, berbahan yang mudah menyerap keringat dan tidak terlalu ketat. Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang dengan menggunakan air bersih dan mengeringkan kan pakai handuk. Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas vagina. Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu yang lama, mengganti pembalut setiap 4 jam sekali atau setiap buang air. Jika mengalami keputihan berbau dan berwarna segera bertanya atau periksa ke petugas kesehatan. 5



a. Organ Reproduksi Perempuan



1) Ovarium (Indung Telur). Organ yang terletak di kiri dan kanan rahim di ujung saluran telur (fimbrae/umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul, indung telur berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum), sebulan sekali indung telur kiri dan kanan secara bergiliran mengeluarkan sel telur. Sel telur adalah sel yang dihasilkan oleh indung telur yang dapat dibuahi oleh sperma sehingga terjadi konsepsi (pembuahan). Bila tidak dibuahi, sel telur akan ikut keluar bersama darah saat menstruasi. 2) Tuba Fallopii (saluran telur). Saluran di kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk mengantar ovum dari indung telur menuju rahim. 3) Fimbrae (umbai-umbai). Dapat di analogikan dengan jari-jari tangan, umbai-umbai ini berfungsi untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan indung telur. 4) Uterus (rahim). Merupakan tempat janin berkembang, bentuknya seperti buah pir dan berat normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung, dindingnya tediri dari: 6



5) Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang berhubungan dengan rongga perut. - Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi) - Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah. 6) Serviks (leher rahim). Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat persalinan tiba, leher rahin membuka sehingga bayi dapat keluar. 7) Vagina (liang senggama). Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan diameter depan ± 6,5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang bersifat elastis dengan berlipat lipat. Fungsinya sebagai tempat penis berada saat bersanggama, tempat keluarnya menstruasi dan bayi. 8) Klitoris (kelentit). Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan dibanding dengan bagian-bagian alat kelamin perempuan yang lain. Klitoris banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. 9) Labia (bibir kemaluan). Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar(labia mayor) dan bibir kecil (labia minor).



7



b. Organ Reproduksi Laki-laki



1) Testis (buah zakar). Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari dengan bantuan testosteron. Testis berada dalam skrotum, diluar rongga panggul karena pembentukan sperma membutuhkan suhu yang lebih rendah dari pada suhu badan (36,7◦C). Sperma merupakan sel yang berbentuk seperti berudu (kecebong) berekor hasil dari testis yang dikeluarkan saat ejakulasi bersama cairan mani dan bila bertemu dengan sel telur yang matang akan terjadi pembuahan. 2) Skrotum (kantung buah zakar). Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat lipat. Skrotum adalah tempat bergantungnya testis. Skrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak testis ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap. 3) Vas deferens (saluran sperma). Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-epididimis menuju ke uretra/ saluran kencing pars prostatika. Vas deferens panjangnya ± 4,5 cm dengan diameter ±2,5 mm. Saluran ini muara dari Epididimis yaitu saluran- saluran yang lebih kecil dari vas deferens. Bentuknya berkelok-kelok dan membentuk



8



bangunan seperti topi. Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya. Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan mani (semen) yang berguna untuk memberikan makanan pada sperma. 4) Penis. Berfungsi sebagai alat sanggama dan sebagai saluran untuk pengeluaran sperma dan air seni. Pada keadaan biasa, ukuran penis kecil. Ketika terangsang secara seksual darah banyak dipompa ke penis sehingga berubah menjadi tegang dan besar disebut sebagai ereksi. Bagian glans merupakan bagian depan atau kepala penis. Glans banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi glans disebut foreskin (preputium). Pada lakilaki sunat dilakukan dengan cara membuang kulit preputium. Secara medis sunat



dianjurkan



karena



memudahkan



pembersihan



penis



sehingga



mengurangi kemungkinan terkena infeksi, radang dan kanker. 2. Persiapan Usia Menurut WHO (World Health Organization) tentang persiapan perkawinan yang ditulis oleh Hawari di dalam bukunya usia yang Ideal menurut kesehatan dan juga program KB, maka usia antara 20-25 tahun bagi wanita dan usia antara 25- 30 tahun bagi pria adalah masa yang paling baik untuk berumah tangga. Lazimnya usia pria lebih daripada usia wanita, perbedaan usia tersebut relatif sifatnya. Pada usia menikah dibawah 20 tahun merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perencanaan kehamilan, karena pada usia dibawah 20 tahun apabila terjadi kehamilan maka akan beresiko mengalami tekanan darah tinggi, kejang-kejang, perdarahan bahkan kematian pada ibu atau bayinya, dan beresiko terkena kanker serviks. 3. Persiapan kesehatan fisik Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan. Tanpa ada fisik yang bagus, kehamilan kemungkinan tidak akan terwujud dan bahkan kalau kehamilan itu terwujud, kemungkinan fisik yang tidak prima akan 9



memengaruhi janin. Kondisi fisik bagi mereka yang hendak berkeluarga amat dianjurkan untuk menjaga kesehatan, sehat jasmani dan sehat rohani. Kesehatan fisik meliputi kesehatan dalam arti orang itu tidak menghidap penyakit (apalagi penyakit menular) dan bebas dari penyakit keturunan. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu : a. Pemeriksaan Fisik Menurut Surussin dan Moh. Muhsin (2014) pertumbuhan jasmani dalam fase kehidupan manusia akan mengalami perkembangan yang sangat signifikan ketika memasuki usia remaja, karena pada usia remaja sudah mulai tumbuh dan berfungsi organ reproduksinya. Pertumbuhan fisik akan semakin kuat saat mengakhiri usia remaja, demikian pula dengan fungsi organ reproduksi akan berjalan dengan baik saat berakhir usia remaja dan semakin matang ketika memasuki fase dewasa. Menurut ilmu kesehatan, fase terbaik untuk melahirkan adalah usia 20-30 tahun. Pemeriksaan fisik termasuk status gizi yang diperlukan oleh catin antara lain adalah : -



Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi status kesehatan melalui pengukuran dan pemeriksaan (denyut nadi, frekuensi nafas, suhu tubuh dan seluruh tubuh).



-



Pemeriksaan



status



gizi,



dilakukan



untuk



mengetahui



dan



mengidentifikasi status gizi dan deteksi awal anemia, melalui pengukuran atau pemeriksaan (berat badan, tinggi badan, LILA dan tanda-tanda anemia)(BKKBN, 2006). Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran Indek Massa Tubuh (IMT). Untuk catin perempuan ditambahdengan pengukuran lingkar lengan atas (LiLA). IMT merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB). Jika seseorang termasuk kategori : -



IMT < 17,0 : keadaan orang tersebut disebut sangat kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau KEK tingkat berat.



10



-



IMT 17,0-18,5 : keadaan orang tersebut disebutkurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK tingkat ringan. Pengukuran LiLA bertujuan untuk mengetahui adanya risiko kurang



energi kronik (KEK). Ambang batas LiLA pada WUS dengan KEK di indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LiLA kurang dari 23,5 cm (bagian merah pita LiLA), artinya catin perempuan mengalami KEK. 1.



Cara menghitung IMT :



2.



Tabel Klasifikasi Nilai IMT Tabel 2.1 Tentang Klasifikasi Nilai IMT



b. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium) Menurut Kemenkes RI (2018), menyatakan bahwa Pemeriksaan penunjang (laboratorium) yang diperlukan oleh catin terdiri dari : -



Pemeriksaan darah meliputi (Hemoglobin (HB) dan golongan darah).



-



Dalam kondisi tertentu/atas saran dokter dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu sebagai berikut (Gula darah, HIV, IMS (Sifilis),



11



Hepatitis,



TORCH,



Malaria



(daerah



endemis),



Talasemia



dan



pemeriksaan lain sesuai indikasi). -



Penyakit genetik, misalnya : Talasemia, buta warna, Hemofilia dan lainlain.



-



Penyakit tertentu yang diturunkan, misalnya kecenderungan Diabetes Mellitus (kencing manis), Hipertensi (tekanan darah tinggi), kelainan jantung, dan sebagainya.



-



Penyakit infeksi misalnya, Penyakit Menular Seksual (PMS), Hepatitis B dan HIV/AIDS.



-



Vaksinasi, Hal ini dilakukan untuk kekebalan terhadap virus Rubella. Infeksi Rubella pada kehamilan dapat menimbulkan kelainan pada janin seperti kepala kecil, tuli, kelainan jantung dan bahkan kematian. Perlu pula pemeriksaan virus Herpes karena dapat menyebabkan cacat janin dan kelahiran prematur (Kemenkes RI, 2013).



Pemeriksaan kesehatan pranikah disesuaikan dengan gejala tertentu yang dialami calon pasangan secara jujur, berani dan objektif (Hamdani, 2012). Adapun pemeriksaan tersebut sebagai berikut : -



Pemeriksaan Hemoglobin Menurut Kemenkes RI (2013) anemia adalah kondisi kekurangan sel darah merah atau hemoglobin antara Kadar HB 6,5% dengan menggunakan metode HighPerformance



Liquid



Chromatograhy



(HPLC)



yang



terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP) (Perkeni, 2015). -



Pemeriksaan HbsAG (Hepatitis B Surface Antigen) Hepatitis B merupakan infeksi menular serius yang terjadi pada hati disebabkan oleh virus hepatitis B. Hepatitis B bisa menjadi kronis setelah beberapa bulan seja terinfeksi pertama kali (Kemenkes RI, 2013). Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi virus hepatitis B, diagnosis hepatitis B, screening pravaksinasi dan memantau Clearence Virus. Selain itu pemeriksaan ini juga bermanfaat jika ditemukan salah satu pasangan menderita Hepatitis B maka dapat diambil langkah antisipasi dan pengobatan secepatnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2014). HBsAg (Hepatitis B surface antigen) merupakan suatu protein antigen dimana antigen tersebut dapat menjadi indikator awal dari hepatitis B akut dan sering kali (digunakan untuk) mengidentifikasi orang-orang yang terinfeksi sebelum gejala-gejala muncul. HBsAg



14



dapat dideteksi pada cairan tubuh yang terinfeksi dan menghilang dari darah selama masa pemulihan. Pada beberapa orang (khususnya mereka yang terinfeksi adalah anak-anak atau mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada penderita AIDS), infeksi kronis dengan VHB dapat terjadi dan HBsAg tetap positif (Sri W. dkk, 2008). -



Pemeriksaan VDLR (Venereal Disease Research Laboratory) Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan ada atau tidaknya infeksi penyakit Herpes, Klamidia, Gonorea, Hepatitis dan Sifilis pada calon pasangan, sehingga bisa dengan segera menentukan terapi yang lebih tepat jika dinyatakan terjangkit penyakit tersebut. Selain itu pemeriksaan ini juga berguna untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit yang bisa mempengaruhi kesehatan ibu hamil maupun janinnya (Mia Fatmawati, 2016). Untuk menegaskan diagnosa perlu dilakukan tes yang bersifat lebih spesifik yaitu dengan tes TPHA (Treponema Pallidum Haem Glutination) (Wagiyo, 2016). 1) Prinsip Pemeriksaan Antigen VDRL (reagin, kardiolipin, lesitin) + antibodi yang diduga mengandung T. Pallidum membentuk flokulasi. 2) Metode



Pemeriksaan



VDRL



(Venereal



Disease



Research



Laboratory) dilakukan dengan metode flokulasi. Komponen Reagen Komponen reagen yang digunakan dalam pemeriksaan VDRL terdiri dari :  Antigen VDRL, Kardiolipin 0,9%, kolesterol dan lesitin murni secukupnya (0,21%).  Kontrol positif/+.  Kontrol negatif/-



15



3) Interpretasi Hasil Interpretasi hasil metode flokulasi diamati langsung pada mikroskop. Interpretasi hasil pada VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) ada 2 macam :  Interpretasi kualitatif, dilaporkan dengan menyebutkan nonreaktif reaktif 1, reaktif 2, reaktif 3 atau reaktif 4.  Interpretasi kuantitatif, derajatnya disesuaikan pada pengenceran tertinggi yang masih menunjukkan adanya flokulan (Wagiyo, 2016). -



Pemeriksaan TORCH TORCH



adalah



singkatan



dari



Toksoplasma,



Rubella,



Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Keempat penyakit tersebut merupakan infeksi yang bisa menular dari ibu hamil terhadap janin yang dikandungnya. Jika seorang ibu hamil menularkan infeksi tersebut ke janinnya, maka hal fatal bahkan risiko cacat lahir bisa terjadi pada kesehatan janin (Emma Kasyi, 2018). Pada umumnya, pemeriksaan TORCH tidak selalu harus dilakukan oleh para ibu hamil. Pemeriksaan ini hanya penting dilakukan terhadap beberapa perempuan dengan kriteria berikut: 1) Perempuan yang suka mengkonsumsi sayuran tanpa dimasak terlebih dahulu (lalapan atau salad). 2) Perempuan yang memelihara kucing atau anjing tanpa menjaga kebersihan peliharaannya. 3) Perempuan yang suka makan daging tanpa dimasak matang (sushi) (Wagiyo, 2016). c. Status Imunisasi TT Imunisasi tetanus berfungsi untuk mencegah dan melindungi dari penyakit Tetanus baik bagi diri sendiri maupn bayi yang akan dilahirkan kelak. Oleh karena itu skrining imunisasi status TT sangat penting. Perempuan



16



pranikah perlu mendapatkan imunisasi tetanus, pencegahan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit tetanus dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi tetanus untuk mencapai kekebalan penuh. Imunisasi yang diberikan merupakan imunisasi lanjutan yang terdiri dari imunisasi terhadap penyakit tetanus dan difteri. Pemberian imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi melalui skrining terlebih dahulu. Pemberian imunisasi tidak perlu diberikan, apabila status imunisasi T5 (Kemenkes, 2018). Imunisasi td untuk wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil dan catin, merupakan imunisasi lanjutan yang terdiri dari imunisasi terhadap penyakit Tetanus dan Difteri. Catin perempuan perlu mendapat imunisasi Tetanus agar memiliki kekebalan sehingga bila hamil dan melahirkan, ibu dan bayi akan terlindungi dari penyakit Tetanus. Setiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah mendapat 5 kali imunisasi Tetanus lengkap (T5). Pemberian imunisasi Tetanus tidak perlu diberikan, apabila status T sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan catatan yang tercantum antara lain pada kartu imunisasi, buku kesehatan ibu dan anak, buku rapor kesehatanku, kohort dan/atau rekam medis catin yang bersangkutan. Tabel 2.2 Tentang Klasifikasi Imunisasi TT Status TT TT I TT II TT III TT IV TT V



d.



Interval (selang waktu)



4 minggu setelah TT I 6 bulan setelah TT II 1 tahun TT III 1 tahun TT IV



Menjaga kebersihan organ reproduksi :



17



minimal Lama perlindungan 0 Tahun 3 Tahun 5 Tahun 10 Tahun 25 ahun



 Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.  Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.  Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang dengan menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.  Khusus untuk perempuan: - Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas vagina. - Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama. - Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti paling lama setiap 4 jam sekali atau setelah buang air. - Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna harap memeriksakan diri ke petugas kesehatan. 



Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan.



2.3 Persiapan Gizi pranikah Persiapan Gizi Pra Nikah Pengertian Persiapan Gizi Pra Nikah Gizi pranikah merupakan suatu cara untuk memperhatikan status gizi Wanita Usia Subur (WUS) demi tercapainya keluarga yang sehat dan keturunan yang berkualitas pada saat menikah, karena tidak lepas dari tujuan wanita menikah adalah untuk memperoleh keturunan. Oleh karena itu baik Wanita Usia Subur (WUS) maupun pria perlu memperhatikan status gizinya masingmasing sebelum memasuki jenjang perkawinan (Kemenkes RI. 2018). Asupan Gizi Pada Wanita Usia Subur (WUS) dalam Masa Pranikah Menurut (Kemenkes RI. 2018) untuk bisa memenuhi standar asupan gizi sebelum memasuki jenjang pernikahan, WUS perlu melakukan memperhatikan asupan gizi antara lain:



a. Setiap pasangan catin dianjurkan mengonsumsi makanan bergizi seimbang.



18



b. Setiap WUS dianjurkan mengonsumsi asupan gizi dalam penanggulangan KEK (Kurang Energi Kronik) dan anemia. Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi atau keadaan patologis akibat kekurangan secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2013). Kekurangan Energi Kronis (KEK) memberikan tanda dan gejala yang dapat dilihat dan diukur. Tanda dan gejala KEK yaitu Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm (Supariasa, 2013). Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada saat kehamilan dapat berakibat terjadinya anemia pada ibu. Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin. Hemoglobin merupakan zat warna di dalam darah yang berfungsi mengangkut oksigen dan karbondioksida dalam tubuh. Anemia terjadi karena rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainya. Zat gizi lain yang menyebabkan anemia adalah kekurangan vitamin A, vitamin C, asam folat, dan vitamin B12. Adapun faktor-faktor yang mendorong terjadinya anemia gizi pada usia remaja adalah menstruasi yang berlebihan dan jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk dari zat besi, vitamin B12, vitamin B6, vitamin C, serta tembaga. Kadar hemoglobin merupakan parameter yang paling mudah digunakan dalam menentukan status anemia pada skala luas. Parameter batasan kadar hemoglobin normal menurut WHO (1968) dalam Andriani dan Wirjatmadi (2012) adalah sebagai berikut :



Tabel 2.3 Parameter Kadar Hemoglobin Normal 19



Kelompok Anak



Umur 6 bulan - 6 tahun



Hemoglobin (gr/dl) 11



Dewasa



6 tahun – 14 tahun Laki-laki



12 13



Wanita



12



Wanita hamil



11



c. Untuk mendapatkan masukan gizi yang seimbang ke dalam tubuh WUS perlu mengonsumsi lima kelompok pasangan yang beraneka ragam setiap hari atau setiap kali makan kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan, dan minuman. CDC mengeluarkan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan pekayanan kesehatan prakonsepsi, yaitu: a. Kunjungan ketempat pelayanan secara teratur b. Pemberian edukasi terkait kesehatan prakonsepsi, dan kehamilan seperti skrining berat badan, vaksinasi, status zat besi dan asam folat, pengkajian konsumsi alcohol dan riwayat penyakit c. Pemberian konseling terhadap modifikasi kebiasaan individu The reference daily intake menyarankan untuk asupan harian untuk perempuan prakonsepsi adalah konsumsi zat gizi asam folat 400 mcg yang diperoleh dari sayursayuran, buah-buahan, biji-bijian ataupun suplemen. a. Vitamin A Konsumsi vitamin A sebanyak 5000 IU dan pembatasan dalam konsumsi minuman alcohol.



b. Protein



20



Remaja putrid an perempuan disarankan untuk mengkonsumsi protein sekitar 12% dari total energy 2000 kkal atau setara dengan 46 gr protein perhari. Makanan sumber protein adalah ikan, ungags, daging, telur, tahu dan tempe. c. Asam amino Asam amino berguna untuk kesuburan laki-laki seperti arginine dan triptofan. Argini berguna untuk mempertahankan daya tahan hidup sperma dan mencegah kemandulan. Asam amino dapat ditemukan dalam kemangi, seafood, gandum dan coklat. d. Lemak Kebutuhan lemak untuk perempuan pada masa pra konsepsi sebanyak 15-30% dari total energy. Bisa didapatkan dari biji-bijian, minyak nabati, dan kacangkacangan. e. Karbohidrat Kebutuhan karbohidrat untuk masa prakonsepsi sebanyak 130gr. Bahan makanan sumber karbohidrat adalah serelia, beras merah, ubi, kentang, pisang, dan kacang-kacangan f. Serat Kebutuhan serat sangat berguna untuk mencegah penyakit degenerative. Bahan makanan yang mengandung serta adalah buah-buahan, dan sayur-sayuran utuh bukan olahan.



Proporsinya dalam setiap kali makan dapat digambarkan dalam ISI PIRINGKU yaitu: 21



a. Sepertiga piring berisi makanan pokok b. Sepertiga piring berisi sayuran c. Sepertiga piring berisi lauk pauk dan buah-buahan dalam proporsi yang sama Beberapa hal yang perlu diperhatikan dlam menjaga agar tubuh tetap sehat: a. Biasakan minum air putih 8 gelas per hari b. Hindari minum teh atau kopi setelah makan c. Batasi mengonsumsi garam, gula, dan lemak/minyak d. Berikut adalah 4 pilar gizi seimbang yang dapat dijadikan pedoman untuk gaya hidup sehat.



Dalam pembahasan diatas maka tidak dapat dipungkiri bahwa seorang Wanita Usia Subur (WUS) wajib mengetahui persiapan gizi sejak dini. Menurut Winarti



22



(2018) makanan untuk meningkatkan kesuburan sebelum masuk masa pernikahan antara lain sebagai berikut: a. Makanan yang belum disuling, seperti nasi, roti, sereal, atau biji-bijian b. Makanan yang segar, seperti sayuran baru setiap hari c. Memperbanyak mengkonsumsi kacang-kacangan, seperti kacang polong dan kedelai d. Mengonsumsi ikan segar minimal seminggu sekali e. Mengonsumsi vitamin B, seperti B6, B12, asam folat karena berpengaruh terhadap kesuburan f. Mengonsumsi zat besi karena perempuan anemia biasanya cenderung berkurang kesuburannya g. Memasak makanan dengan cara dikukus h. Makanan rendah lemak, cukup protein, memperbanyak buah dan sayuran Menjaga pola makan juga bukan tanpa alasan. Karena, zat-zat gizi akan mengoptimalkan fungsi organ reproduksi, mempertahankan kondisi kesehatan selama hamil, serta mempersiapkan cadangan energy bagi tumbuh kembang janin. Caranya sebagai berikut: a. Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang. Masukkan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air dalam menu makanan sehari-hari secara bervariasi dan dalam jumlah yang pas, sesuai kebutuhan. b. Hindari zat pengawet atau atau tambahan pada makanan, karena dapat menyebabkan kecacatan pada janin dan alergi. c. Perbanyak makan-makanan yang segar dan tidak terlalu lama diolah, sehingga kandungan zat-zat gizinya tidak hilang. Departemen Kesehatan RI menganjurkan agar seseorang perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan. Adapun yang dimaksud dengan keaneka ragaman makanan adalah hidangan yang paling tidak terdiri dari 4 kelompok bahan makanan yaitu:



23



1. Satu jenis atau lebih makanan pokok sumber karbohidrat misalnya beras, jagung, gandum, ubi kayu, kentang, sagu, dan sebagainya. 2. Satu jenis atau lebih makanan lauk pauk sebagai sumber protein misalnya kacang-kacangan, tempe, tahu, telur, ikan, daging, dan sebagainya. 3. Satu jenis atau lebih makanan kelompok jenis sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral misalnya wortel, bayam, kangkung, dan sebagainya. 4. Satu jenis atau lebih makanan kelompok buah-buahan sebagai sumber vitamin dan mineral misalnya pisang, mangga, pepaya, jeruk, dan sebagainya. Kesalahan menu makanan yang sering terjadi di masyarakat adalah kurang beragamnya makanan yang dimakan. Banyak terjadi orang makan nasi dengan lauk mie atau kentang. Padahal nasi, mie, dan kentang adalah sama-sama sumber karbohidrat. Jika pola menu makanan yang salah ini berlanjut terus-menerus, dalam jangka panjang dapat berakibat terjadinya hipertrigiseridemia (kadar trigliserida darah yang meningkat) dan diabetes mellitus tipe 2. Maka dari itu, mari kita biasakan konsumsi makanan dengan menu yang beragam supaya kita dapat memiliki hidup yang sehat dan produktif. 2.4



Psikologis Pranikah Persiapan psikologi pranikah sangat penting agar calon pengantin memiliki



kesiapan mental yang baik. Menurut Rahmatin (2011) Kesiapan menikah merupakan hal yang sangat penting, agar tugas-tugas perkembangan dalam pernikahan dapat terpenuhi seseorang dinyatakan siap untuk menikah apabila memenuhi kriteria: a. Memiliki kemampuan mengendalikan perasaan diri sendiri b. Memiliki kemampuan untuk berhubungan baik dengan orang banyak c. Sensitif terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain d. Dapat berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran, perasaan dan harapan e. Bersedia berbagi rencana dengan orang lain



24



Menurut Rahmatin (2011 ) terdapat tiga prasyarat minimal bagi calon pasangan yang akan berkomitmen membangun sebuah keluarga, dimana ketiga prasyarat tersebut merupakan pengembangan dari model hubungan antar konsep-konsep keluarga. Prasyarat minimal tersebut dapat dikatakan sebagai aspek kesiapan menikah yang harus dipersiapkan oleh individu sebelum memasuki gerbang pernikahan. Ketiga prasyarat tersebut yaitu : a. Mampu memperoleh sumber daya ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar maupun kebutuhan perkembangan anggota keluarga b. Memiliki kualitas SDM yang memadai untuk mengelola keluarga sebagai ekosistem c. Memiliki kematang kepribadian untuk menjalankan fungsi, peran dan tugas keluarga. d. Kesiapan menikah memerlukan kemampuan dalam mengelola diri dan persiapan situasional. Dari berbagai macam persiapan yang juga dilakukan pranikah, persiapan mental merupakan persiapan yang penting dilakukan. Individu yang memiliki kesiapan mental yang baik akan lebih siap dalam menghadapi pernikahan. Berbagai cara dilakukan untuk memperoleh kesiapan mental dalam menjalani pernikahan, antara lain dengan membaca buku, mendengar cerita dari individu yang telah menikah, mengikuti majelis taklim, mendengarkan nasehat dari orang tua dan lain sebagainya. Persiapan-persiapan tersebut merupakan persiapan informal yang dilakukan secara individual oleh yang bersangkutan, sehingga persiapan yang dilakukan oleh individu satu dengan yang lain tidak sama. 1. Kesiapan Pribadi a. Kematangan emosi Menurut Chaplin dalam



bukunya menjelaskan



Kematangan



emosi



(emotional maturity) adalah suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional, karena itu pribadi yang



25



bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosional yang pantas bagi anakanak (dalam Kartini Kartono: 2011) Menurut Kataskovsky, W dan Garlow,L dalam Aulia (2010) mengemukakan 7 kriteria kematangan emosi, yaitu : 1. Berkembang kearah kemandirian (toward independent) Kemandirian



merupakan



kapasitas



seseorang



untuk



mengatur



kehidupannya sendiri, individu lahir ke dunia dalam keadaan tergantung pada orang lain namun dalam perkembangannya mereka belajar untuk mandiri dan mengendalikan dorongan. Artinya, mereka mampu memutuskan apa yang dikehendaki dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut. 2. Mampu menerima kenyataan (ability to accept reality) Seseorang yang matang bisa menerima kenyataan hidup yang positif maupun yang negatif tidak menyangkal atau lari darinya. Ia menggunakan apa yang ada pada dirinya untuk menghadapi kenyataan tersebut dan secara efektif mengembangkan pola tingkah laku dan pola hubungan dengan orang lain. 3. Mampu beradaptasi (adaptability) Menurut smitson dalam Aulia (2010) aspek ini merupakan yang terpenting dalam kematangan emosi, yang matang emosinya mampu beradaptasi dan menerima beragam karakteristik orang serta mampu menghadapi situasi apapun. Maksudnya, ia dapat dengan fleksibel berhubungan dengan orang atau situasi tertentu secara produktif. 4. Mampu merespon dengan tepat (readiness to responed) Individu yang matang emosinya memiliki kepekaan untuk berespon terhadap kebutuhan emosi orang lain, baik yang di ekspresikan maupun yang tidak di ekspresikan. Hal ini melibatkan kesdaran bahwa setiap individu itu unik, memiliki hak dan perasaan. 5. Kapasitas untuk seimbang (capacity to balance) 26



Individu yang matang emosinya, mereka akan menyeimbangkan pemenuhan kebutuha sendiri dan orang lain 6. Mampu berempati (empatic understanding) Pada kemampuan ini, individu tidak hanya mengetahui apa yang dirasakan orang lain tetapi juga memahami hal-hal dibalik munculnya perasaan tersebut. 7. Mampu menguasai amarah (controlling anger) Menerima rasa marah serta kesadaran akan adanya perasaan-perasaan lain yang mendasari kemarahan tersebut akan membantu mengetahui ra marah dan menyalurkan dengan cara yang lebih positif dan baik. b. Kematangan sosial Menurut Chaplin (2004:433) mendefinisikan kematangan sosial merupakan suatu perkembangan keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan individu yang menjadi ciri khas kelompoknya, dengan demikian ciri-ciri kematangan sosial ditentukan oleh kelompok sosial dilingkungan tersebut. Kematangan sosial adalah kemampuan untuk mengerti orang lain dan bagaimana bereaksi terhadap situasi sosial yang ber beda (Goleman, 2007). Kematangan sosial, sebagai salah satu aspek kematangan yang harus dimiliki oleh remaja merupakan suatu tahap perkembangan dimana remaja memperoleh kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1988). Kematangan sosial secara sosial psikologi dianggap penting karena setiap orang berusaha untuk menyesuaikan diri secara aktif dengan lingkungannya. Tanpa kematangan sosial, seseorang akan sulit dapat bertahan dalam lingkungan. Pembentukan dan perkembangan kematangan sosial sebagai salah satu unsur kepribadian seseorang, tidak dapat di pisahkan dari keberadaan keluarga, karena pengaruh keluarga terhadap perkembangan kepribadian seseorang sangat besar. Sementara itu, kematangan sosial diduga juga dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. 27



Perbedaan itu lebih disebabkan karena perlakuan dan harapan-harapan masyarakat yang diterimanya. Dikatakan oleh Kagan dan Moss (dalam Johnson dan Medinnus, 1974) bahwa anak laki-laki yang menunjukkan tingkah laku tergantung akan mendapat hukuman, sedangkan anak wanita tidak diharapkan untuk mandiri dan matang, dan diberi kesempatan untuk tergantung. Situasi lingkungan yang dikondisi sedemikian rupa diduga akan membentuk kematangan sosial yang berbeda antara remaja laki-laki dan remaja perempuan c. Kesiapan Modal Peran Orangtua yang memiliki figur suami dan istri yang baik dapat mempengaruhi kesiapan menikah anak-anak mereka. Setiap pasangan perlu mengetahui apa saja peran mereka setelah menikah (Rahmatin, 2011 ). Peran yang ditampilkan harus sesuai dengan tugas-tugas mereka sebagai suami ataupun istri, diantaranya : 



Siapkan Untuk Menjadi Suami dan Istri Yang Baik Hal penting lain yang menjadi persiapan mental saat akan menikah yaitu siapkan mental untuk menjadi suami dan istri yang baik. Dalam artian memberikan sikap saling melengkapi satu sama lain. Ada kalanya butuh perjuangan dan pengorbanan untuk saling mengalah, memaafkan dan sebagainya agar hubungan rumah tangga bisa terbina secara harmonis dan langgeng.







Siapkan Diri Menjadi Ayah dan Ibu Menikah tentunya berharap akan adanya keturunan, memiliki anak adalah anugrah terbesar. Namun, bagaimana Anda bisa menyikapi banyak hal dalam artian memiliki anak haruslah siap menjadi ayah dan ibu yang baik. Baik tidak hanya dalam hal keuangan, namun juga psikis juga perhatian lebih. Mengurus anak tidak mudah dan butuh kerjasama bersama kedua pasangan.



28



2. Kesiapan Situasional a. Kesiapan finansial Faktor



kesiapan finansial, lebih penting dipersiapkan oleh laki-laki



terkait dengan



tugas



suami



sebagai



pemimpin keluarga yang



bertanggung jawab memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Kesiapan finansial



juga



perempuan



penting



adalah



bagi



memiliki



perempuan. kesiapan finansial bagi



pekerjaan



untuk membantu



suami



meningkatkan pendapatan keluarga. b. Kesiapan Menghadapi Kehamilan Dalam Riskesdas tahun 2010 tidak seluruh pasangan siap memiliki dan menghadapi proses kehamilan atau memiliki anak, salah satu alasan dari pasangan adalah ketidak tepatan waktu dari terjadinya proses Kehamilan tersebut. Dampak kehamilan yang tidak direncanakan selain berdampak pada kehamilan juga berdampak pada ketidaksiapan ibu bahkan dapat berujung pada keputusan untuk



untuk



hamil



dan



pengguguran kandungan



yang tidak aman (unsafe abortion) Kondisi unsafe abortion akan sangat dekat dengan kejadian kesakitan dan kematian ibu yang saat ini masih sangat tinggi di indonesia. Program pemerintah saat ini yang terkait perencanaan kehamilan baru pada seputar mencegah kehamilan tidak diinginkan melalui program Keluarga Berencana dan kelas calon pengantin Untuk menunda kehamilan tersedia beberapa metode KB yang dianjurkan, yaitu : METODE MODERN: 1. Jangka Pendek -



Kondom



-



Pil



-



Suntik



2. Jangka Panjang -



implan/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)



-



IUD/ AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) 29



METODE ILMIAH -



pantang berkala



-



pengukuran



-



suhu basal



-



penilaian lendir vagina Untuk menyiapkan kehamilan, tidak hanya ditinjau dari segi persiapan fisik saja namun, juga dibarengi dengan persiapan secara mental. Sehat iwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan social sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, menghadapi tekanan, ciri-ciri jiwa yang sehat adalah : 1. perasaan sehat dan bahagia 2. menyadari kemampuan diri 3. merasa nyaman terhadap diri sendiri 4. dapat menerima orang lain apaadanya 5. mampu mengahadapi tantangan hidup 6. mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain Untuk menjaga harmonisasi pasangan suami istri, catin perlu mengenali karakteristik pasangan. Karakteristik pasangan suami istri yang baik adalah : 1. mengetahui dan menjalankan tugas dan tanggung jawab masingmasing yang sudah menjadi komitmen bersama dengan sebaikbaiknya 2. saling mengerti, menghargai, menghormati, dan menutupi kekurangan masing-masing 3. bersama sama menjaga kesehatan keluarga.



Materi yang dinilai penting dan sangat dibutuhkan sebagai persiapan psikologis pranikah. Aspek yang penting dalam pernikahan yang diangkat oleh Tim Pengabdian adalah sikap saling percaya, sikap saling menjaga perasaan pasangan dan saling 30



komunikasi. Hal ini dilatarbelakangi oleh sikap saling percaya dalam pernikahan membuat hubungan antara suami istri semakin erat. Memberi dan menerima kepercayaan merupakan hal yang sulit, namun dapat dilaksanakan. Jika dalam keluarga tidak ada rasa saling percaya maka akan timbul rasa curiga, buruk sangka yang akan menimbulkan rasa tidak tentram. Kepercayaan antara suami istri timbul jika masing-masing pihak berbuat seperti apa yang dikatakan. Jika kepercayaan yang ada dirusak, maka akan sulit pulih kembali. Hilangnya kepercayaan antara suami istri, maka merupakan suatu pertanda adanya kesulitan dalam kehidupan keluarga Saling menjaga perasaan, hubungan antara suami istri harus saling menghargai, hal ini penting dilakukan karena termasuk dalam hak dan kewajiban sebagai suami istri. Pasangan saling menolong, menghargai, menghormati, mempunyai kedudukan yang sama dalam keluarga, hukum dan masyarakat, mendapatkan cinta dan kasih sayang dalam keluarga, hak berreproduksi, terlibat dalam urusan keluarga, menjaga rahasia keluarga. a. Aspek memiliki pendapat yang sama dalam membentuk keluarga Pernikahan membawa dua individu ke satu bentuk keluarga. Diperlukan kesamaan tujuan agar suami dan istri dapat berjalan ke arah yang diinginkan. Pemikiran mengenai bentuk keluarga semestinya sudah disepakati sebelum pernikahan, agar individu lebih mudah melangkah dipernikahan. Persamaan tujuan, bentuk keluarga, dasar hidup keluarga perlu di bereskan terlebih dahulu sebelum menikah, sehingga tercapai dasar-dasar pernikahan, setelah itu baru bisa memulai hidup berkeluarga. b. Memiliki kemampuan mengendalikan emosi Suami istri yang memiliki kemampuan mengendalikan emosi akan dapat berpikir secara matang. Dalam pernikahan kemampuan ini akan bermanfaat ketika menghadapi masalah. Emosi yang terkendali membuat suami istri lebih objektif dalam memandang permasalahan dan menyelesaikannya, sehingga permasalahan sesulit apapun mudah terselesaikan.



31



c. Sikap saling tolong menolong antara suami istriDua individu yang hidup dalam satu atap merupakan satu kesatua. Diperlukan sikap tolong menolong agar keduanya dapat hidup rukun sehingga tercipta hubungan yang lebih erat d. Mengetahui alasan dan konsekuensi menikah di akhirat, Mengetahui alasan dan konsekuensi menikah, diperlukan agar individu lebih perduli bahwa pernikahan membawa perubahan dalam hidup, dan agar ia tidak seenaknya berperilaku dalam pernikahan. Tujuannya mengetahui alasan dan konsekuensi menikah agar individu memiliki road map yang lengkap menuju kesuksesan pernikahan di dunia dan akhirat. e. Memiliki tujuan menikah yang sama Memiliki tujuan yang sama dalam pernikahan akan membuat perjalanan pernikahan menjadi lebih ringan, suami dan istri bekerjasama mencapai tujuan. Persamaan dalam tujuan pernikahan, yaitu membentuk keluarga sejahtera. f. Saling pengertian Perbedaan (misalnya minat, dan sebagainya) yang menjadi jurang pemisah dalam hubungan suami istri tidak akan menjadi hal yang merugikan apabila antara suami istri terjalin rasa saling pengertian yang baik. Rasa pengertian ini diawali dengan kemampuan masing-masing pihak untuk menyesuaikan dengan pasangannya dan menerima keadaan pasangannya apa adanya. Keberhasilan pasangan suami istri tercapai berkat usaha dan kerja keras mereka sendiri dalam berkomunikasi, menyesuaikan diri, saling percaya dan saling pengertian diantara mereka. g. Niat menikah karena ridho Allah, Menurut persiapan rohani dilakukan agar individu dapat mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Allah, dengan tujuan mensucikan jiwa, sehingga mencapai niat nikah yang sempurna karena ridho Allah. h. Sikap saling mencintai dan mengasihi, Sikap saling mencintai merupakan dasar pernikahan dan hidup keluarga yang kuat, kemauan baik, toleransi dan cinta kasih. Salah satu Kebutuhan individu adalah rasa cinta dan kasih sayang. Pada pasangan suami istri cinta kasih diekspresikan dalam bentuk perhatian dari masing-masing 32



pihak. Masalah akan terjadi jika salah satu pihak tidakmemberikan perhatian kepada pasangannya, sehingga dalam pernikahan perhatian terhadap pasangan merupakan hal yang harus dijaga i. Memiliki agama yang sama, Memiliki agama yang sama merupakan bekal yang cukup penting. Ini akan menjadi bekal dalam menjalankan pernikahan, dengan mengetahui rambu-rambu pernikahan diharapkan pernikahan berjalan lancar, dan tidak ada yang merasa diabaikan. j. Mengetahui hak dan kewajiban sebagai suami isteri Setiap orang yang menikah harus benar-benar menyiapkan dirinya dengan mengetahui kewajiban dan haknya sebagai suami istri.



BAB 3 PENGEMBANGAN MEDIA EDUKASI



33



3.1 Analisis Media 3.1.1



Analisis SWOT Media Tabel 3.1 Analisi SWOT Media Strength (S)



Weakness (W)



a. Menarik minat peserta untuk



a. Fasilitator memerlukan banyak waktu



lebih mendengarkan penjelasan



untuk menyelesaikan permainan dan



dari fasilitator karena dimulai



focus untuk mendengar jawaban



dengan game yang dimainkan.



peserta.



b. Melatih keaktifan peserta dalam mengikuti pembelajaran.



menjadi seru agar peserta dapat



c. Mengetahui sejauh mana



mengikutinya dengan baik.



pemahaman peserta tentang



c. Fasilitator harus memilih pertanyaan



materi yang akan disampaikan. d. Memantapkan



b. Fasilitator harus membuat permainan



yang mudah dimengerti peserta.



pemahaman



peserta terhadap materi



yang



diberikan. Opportunity (O)



Threat (T)



a. Permainan yang terdapat pada



a. Permainan ataupun media



media penyampaian dapat



penyampaian membutuhkan



dilakukan pada setiap sub-bab



banyak waktu, tenaga, dan



materi yang akan disampaikan



kefokusan bagi peserta maupun



sehingga permainan dapat



fasilitator



dilakukan di sepanjang pemberian materi.



b. Permainan tidak bisa dimainkan atau tidak dapat berjalan untuk



b. Antusiasme peserta karena



semua jenis pendidikan peserta.



bermain bersama fasilitator ataupun teman sebaya.



34



3.1.2



Tabel Perbandingan Media Tabel 3.2 Perbandingan Media No



Media Lembar Balik Dice Circle



Media Lembar Balik Dice pouch



Menggunakan dadu angka 1-6 dan



Dadu yang digunakan memiliki angka 1-



lingkaran yang berisikan pertanyaan.



3 yang diberikan warna setiap sisinya dan



. a.



terdapat kantong-kantong pertanyaan. b.



Permainan dilakukan pada awal Permainan sebelum diberikan edukasi.



c.



disisipkan



pada



saat



melakukann edukasi.



Pada materi persiapan fisik tidak Terdapat pokok penjelasan mengenai menjelaskan mengenai pemeriksaan pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan fisik yang dapat dilakukan oleh dalam mempersiapkan fisik pranikah. remaja



dalam



mempersiapkan



pranikah. d.



Asupan



Gizi



Pranikah



yang Pada Asupan Gizi Pranikah dijelaskan



dijelaskan



lebih



kepada



contoh dengan menggunakan contoh makanan



makanan



yang



tidak



mudah yang mudah ditemukan dan dijangkau



dijangkau oleh masyarakat. e.



oleh masyarakat..



Warna pada lembar balik lebih Tampilan warna pada lembar balik yang mendominasi menggunakan warna digunakan hijau.



3.1.3



bervariasi



sesuai



dengan



warna yang disukai oleh para remaja.



Kelebihan Dari Media Lembar Balik Dice pouch a. Pembuatan media Lembar balik Dice pouch yang relatif lebih mudah b. Pada isi materi lembar balik Dice pouch lebih menarik karena lebih banyak gambar dan materi sebelumnya tidak menunjukan gambar yang bisa



35



mempermudah dalam pengalaman peserta khususnya pada materi pada Gizi c. Pada Lembar balik Dice pouch ini peserta akan mendapatkan buku saku yang diberikan kepada peserta untuk dapat dibawa pulang pada saat selesai melakukan pemberian media edukasi. Sedangkan pada media Lembar balik sebelumnya peserta tidak diberikan sesuatu untuk dibawa pulang setelah pemberiaan media edukasi. d. Setiap kantongnya Dice pouch ini memiliki warna yang berbeda-beda dengan desain menarik sehingga dapat disukai peserta. kantong tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan yang beragam mencakup sub bab yang ada. e. Meningkatkan aktivitas peserta dalam melakukan diskusi dengan menggunakan Dice pouch f. Lembar balik Dice pouch lebih menarik dibandingkan Dice circle karena peserta dapat mengambil sendiri kartu yang ada pada Dice Pouch dan memilih kartu pertanyaan yang sesuai dengan gambar yang mereka sukai. g. Lembar Balik Dice Pouch ini juga lebih menekankan pada desain dan perpaduan warna yang dapat disukai oleh para remaja sehingga dapat lebih menarik perhatian. 3.1.4



Kekurangan Dari Media Lembar Balik Dice Pouch a. Dalam proses pembuatan Lembar Balik Dice Pouch ini dapat memakan waktu dan tenaga yang lebih lama untuk menghasilkan media yang sesuai dengan keinginan. b. Terbatasnya keahlian dalam membuat Lembar Balik Dice Pouch c. Pada pembuatan Lembar Balik Dice Pouch ini memerlukan dana yang cukup banyak untuk mencetak Lembar Balik Dice Pouch dan Buku saku untuk peserta.



3.1.5



Kesesuain Media yang Digunakan dengan Sasaran dan Tujuannya. a. Kesesuaian Media 36



Media Lembar Balik Dice Pouch ini menyampaian pesan atau informasi kesehatan yang berisi gambar-gambar yang menarik dan terdapat kalimat yang berisikan pesan-pesan dan informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut tentang Persiapan Fisik, Gizi, Psikologis Pranikah dan Menghadapi Kehamilan. b. Sasaran Sasaran ditujukan kepada remaja c. Tujuan Memberikan edukasi kepada para remaja dengan informasi yang terdapat di Lembar Balik Dice Pouch 3.2 Rencana Pengembangan Media 3.2.1 Tampilan media 1. Tampilan pada sisi klien, dibuat lebih banyak gambar yang lebih jelas dan nyata. Sehingga diharapkan klien bisa membayangkan kejadian sebenarnya dengan dibantu penjelasan oleh penyaji. 2. Warna untuk tampilan pada sisi klien ditambah agar lebih menarik untuk dilihat dan tidak membuat klien bosan. 3. Warna setiap materi yang akan diberikan pada klien akan berbeda-beda. Menyesuaikan dengan jawaban yang benar pada pouch pertanyaan game. 3.2.2 Isi media Melengkapi kembali isi media. Mengacu pada pertanyaan 5W=1H untuk setiap materi yang akan diberikan. Contoh pada materi status imunisasi TT. Penyaji diharapkan dapat menjelaskan apa itu suntik TT, mengapa harus diberikan suntik TT, dimana dan kapan suntik TT diberikan, siapa yang akan menyuntikkan dan bagaimana cara menyuntikkannya. 3.2.3 Game dalam media Game dalam penyampaian media sebelumnya yaitu menggunakan Dice Circle yang kemudian akan diganti menjadi dice pouch. Pada Lembar Balik terdapat 37



3 Kantong dice pouch yang memiliki warna menarik yaitu kantong yang berwarna pink berisikan pertanyaan sub bab 1, warna biru berisikan sub bab 2, dan warna kuning berisikan pertanyaan sub bab 3. Permainan dice pouch tetap dengan cara melempar dadu yang memiliki 3 warna yaitu pink, biru dan kuning. Karena dadu memiliki 6 sisi yang berbeda jadi warna pada sisi tersebut memiliki kelipatan warna dan setiap sisi warna diberikan nomor 1-3. Kesempatan yang diberikan kepada peserta untuk melempar dadu sebanyak 3x pelemparan setelah dadu sudah dilemparkan, maka klien dapat mengambil kartu yang berisikan pertanyaan-pertanyaan. Setelah klien mengambil kartu klien akan menjawab pertanyaan yang ada pada kartu tersebut. Permainan ini akan dimainkan setelah diberikan pemaparan persubab media edukasi Lembar Balik Dice Pouch.



DAFTAR PUSTAKA



Auliana, R. et al. (2013) ‘Kematangan Emosi’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699. Anggraeny, Olivia, ariestiningsih, dian ayuningtyas, 2017, gizi pra konsepsi, kehamilan, dan menyusui, malang, UB press



38



Agustin Rahmawati (2013) ‘Kematangan Sosial, Jenis Kelamin, Dan Persepsi Tentang Interaksi Ayah Dan Ibu’, 8(2), pp. 733–741. Goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. and Perdana (2018) ‘Perencanaan Kehamilan’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689– 1699. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004. Infodatin. Situasi Kesehatan Ibu.Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.Jakarta.2014 Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2017 Kementerian Kesehatan RI (2018a) ‘Buku Saku Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi calon Pengantin’, pp. 21–22. Kementerian Kesehatan RI (2018b) ‘Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi calon pengantin’, pp. 21–22. Noor , Triana Rosalina, Agustitia Wenika,2018, Pendampingan Persiapan Psikologis Pranikah pada Calon Pasangan Pengantin Muslim melalui Kursus Calon Pengantin (Suscatin) Berbasis Komunitas di Kelurahan Jambangan Kota Surabaya, Surabaya, jurnal pengabdian masyarakat Pane, D. N., Fikri, M. EL and Ritonga, H. M. (2018) ‘Kematangan Sosial’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual (2014). Retnowati, Yuni, Ika Yulianti, and Ririn Ariyanti. 2020. “Pengantar Asuhan Kehamilan.” Thesis Commons. May 18. doi:10.17605/OSF.IO/ABH39.



39



Sabarini, R. 2019. Persiapan Mental Saat Akan Menikah. Available at: https://dosenpsikologi.com/persiapanmental-saat-akan-menikah.



Diakses



tanggal 08 Oktober 2020 Sari, Fitri. 2013. Kesiapan Menikah Pada Dewasa MudaDan Pengaruhnya Terhadap Usia Menikah. Bogor : Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Sari, Y., Khasanah, A. N. and Sartika, S. (2016) ‘Studi Mengenai Kesiapan Menikah Pada Muslim Dewasa Muda’, Kesehatan, pp. 194–204. Sudargo, T., Aristasari, T. and ’Afifah, A. 2018. 1000 Hari Pertama Kehidupan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Supariasa, I. D. N., B. dkk. 2014. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Syepriana, Wahyudi., Himawan. (2018) Gambaran Karakteristik Kesiapan Menikah Dan Fungsi Keluarga Pada Ibu Hamil Usia Muda, Jurnal Kedokteran Diponegoro



Lampiran Lampiran 1 - Media lembar balik = Terlampir Lampiran 2 - Pedoman lembar balik = Terlampir



40



41