MAKALAH Pneumonia Kel 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN



(PNEUMONIA)



Oleh : KELOMPOK 1 Adinda Nurul B. Pattihua



1420120012



Anggraini Hamdun



1420120021



Arsya Rahmawati Wahid



1420120025



Cintami Molle



1420120035



Fahdil Azi Gailea



1420120052



La Daim Kalidupa



1420120082



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA AMBON 2022



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan “PNEUMONIA” Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari temanteman, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itukami menyampaikan banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.



Ambon, 25 Januari 2022



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.........................................................................................................



i



DAFTAR ISI.......................................................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................



1



1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 1.3.1 Tujuan Umum................................................................................................. 1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................................ 1.4 Manfaat.............................................................................................................. 1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................................. 1.4.2 Manfaat Praktis...............................................................................................



1 1 1 1 2 2 2 2



BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................



3



2.1 Konsep Dasar Medik................................................................................................. 2.1.1 Definisi............................................................................................................ 2.1.2 Klasifikasi....................................................................................................... 2.1.3 Etiologi............................................................................................................ 2.1.4 Manifestasi Klinis........................................................................................... 2.1.5 Patofisiologi.................................................................................................... 2.1.6 Pathway........................................................................................................... 2.1.7 Komplikasi...................................................................................................... 2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................. 2.1.9 Penatalaksanaan.............................................................................................. 2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan......................................................................... 2.2.1 Pengkajian....................................................................................................... 2.2.1 Diagnosa......................................................................................................... 2.2.3 Intervensi........................................................................................................ 2.2.4 Implementasi................................................................................................... 2.2.5 Evaluasi...........................................................................................................



3 3 3 4 4 5 7 8 8 8 9 9 12 12 15 16



BAB III PENUTUP.............................................................................................................



17



3.1 Kesimpulan............................................................................................................... 3.2 Saran.........................................................................................................................



17 17



DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISNBA) dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak napas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycroplasma (fungil), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi (NANDA Nic-Noc 2015). Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak napas. Hal ini diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru (Khasanah, 2017). Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, maupun mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2019). Menurut WHO 2012, Insiden pneumonia pada anak balita di negara berkembang adalah 151,8 juta kasus pneumonia / tahun, 10% diantaranya pneumonia berat dan perlu perawatan di rumah sakit, Di negara maju terdapat 4 juta kasus setiap tahun sehingga setiap insiden pneumonia di seluruh dunia ada 156 juta kasus pneumonia pada anak balita setiap tahun. Terdapat 15 negara dengan insiden pneumonia pada anak balita paling tinggi, Mencakup 74% (115,3%) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari setengahnya terdapat di 6 negara, Mencakup 44% populasi anak balita di dunia. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana konsep penyakit Pneumonia? 1.2.2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan Pneumonia? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Pneumonia 1



1.3.2 Tujuan khusus a. Untuk mengetahui konsep penyakit Pneumonia b. Untuk mengetahui konsep askep pasien dengan gangguan sistem pernapasan Pneumonia 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Manfaat teoritis Mengembangkan ilmu keperawatan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah khususnya pada klien Penyakit Pneumonia. 1.4.2 Manfaat praktis 1. Bagi Klien Untuk menangani masalah Bio-Psiko- Sosial dan Spiritual bagi klien dan keluarga. 2. Bagi Keluarga Dapat memberikan dukungan kepada pasien untuk meningkatkan derajat kesehatannya atau meningkatkan koping pasien. 3. Bagi institusi rumah sakit Untuk meningkatkan mutu pelayanan dirumah sakit terkhususnya pelayanan keperawatan dan juga dapat menjadi bahan masukan serta pertimbangan dalam menyakapi masalah Pneumonia ini. 4.Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan penilitian,bahan kajian terkhususnya sebagai bahan ajar dan referensi bagi kalangan mahasiswa kesehatan yang akan melakukan penilitian lebih lanjut dengan topic yang berhubungan dengan judul makalah diatas.



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 KONSEP DASAR MEDIK 2.1.1 DEFINISI Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah akut (ISNBA) dengan gejala batuk dengan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti Virus, Bakteri, Mycoplasma (fungi), Dan aspirasi subtansi asing, berupa radang paru-paru yang sertai eksudasi dan konsolidasi (Nanda 2015). Pneumonia merupakan istilah umum yang menandakan inflamasi pada daerah pertukaran gas dalam pleura, biasanya mengimplikasikan inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi. (Caia Francis 2011). Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius (Brunner & suddarth 2012). 2.1.2 KLASIFIKASI Hariadi (2010) membuat klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemilogi serta letak anatomi. a. Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi 1. Pneumonia Komunitas (PK) adalah pneumonia infeksius pada seseorang yang tidak menjalani rawat inap di rumah sakit. 2. Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh selama perawatan di rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau prosedur. 3. Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung, baik ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena bahan teraspirasi mungkin mengandung bakteri aerobic atau penyebab lain dari pneumonia. 4. Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia yang terjadi pada penderita yang mempunyai daya tahan tubuh lemah. b. Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi



3



1. Pneumonia lobaris Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”. 2. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) Bronkopneumonia terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya. 3. Pneumonia interstisial Proses implamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular. 2.1.3 ETIOLOGI Menurut Hariadi (2010) dan Bradley dkk (2011) pneumonia dibagi berdasarkan kuman penyebab yaitu : a



Pneumonia bacterial/tipikal adalah pneumonia yang dapat terjadi pada semua usia. Bakteri yang biasanya menyerang pada balita dan anak- anak yaitu Streptococcus pneumonia, Haemofilus influenza, Mycobacterium tuberculosa dan Pneumococcus.



b



Pneumonia atipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh Mycoplasma. Organisme atipikal yang biasanya menyerang pada balita dan anak-anak yaitu Chlamidia trachomatis, Mycoplasma pneumonia, pneumonia dan Pneumocytis.



c



Pneumonia virus adalah virus yang biasanya menyerang pada balita dan anakanak yaitu Virus parainfluenza, Virus influenza, Adenovirus, Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan Cytomegalovirus.



d



Pneumonia jamur adalah pneumonia yang sering, merupakan infeksi sekunder, terutama



pada



penderita



dengan



daya



tahan



tubuh



lemah



(Immunocompromised). 2.1.4 MANIFESTASI KLINIS Menurut Nanda Nic Noc (2015) manifestasi klinis yang muncul pada pasien dengan pneumonia adalah : 1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Suhu mencapai 39°C - 40°C bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsangan atau terkadang euforia dan lebih aktif dari normal.



4



2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningael tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba disertai dengan nyeri kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kerning dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun. 3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanakkanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. 4. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dengan nyeri apendiksitis. 5. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusui pada bayi. 6. Keluaran nasal, sering menyertai dengan infeksi saluran pernafasan. Mungkin encer dan sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi. 7. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti hanya fase akut. 8. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok, auskultasi terdengar mengi, krekels (ronki). 9. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar. Ditandai dengan menolak makan atau minum peroral. 2.1.5 PATOFISILOGI Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang mengisi elveoli dan brokiolus. Saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi nafas (Terry & Sharon, 2013). Sebagian besar pneumoni didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia disaluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru , partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral. Infeksi 5



pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sisten limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral. Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia (Nugroho.T, 2011).



6



2.1.6 PATHWAY



(Sumberpathway : Nurarif A.H, 2015)



7



2.1.7 KOMPLIKASI Menurut WHO dalam Seyawati dan Marwiati (2018), apabila kondisi anak memburuk dan tidak membaik selama 2 hari, maka perlu dilihat komplikasi atau diagnosis lain dengan melakukan foto dada. Beberapa komplikasi antara lain : 1. Pneumonia stafilokokus,ditandai dengan pneumatokel atau pneumotorak dengan efusi pleura pada foto dada dan ditemukan gram positif pada sputum, adanya infeksi kulit disertai pus/pustula. Pnemonia Stafilokokus memperburuk gejala klinis secara cepat walaupun telah diberikan terapi. 2. Empiema, apabila ditemukan demam persisten, tanda klinis dan gambaran foto dada maka curiga empiema. Apabila masih terdapat tanda pendorongan organ intratorakal, pekak pada perkusi, gambaran foto dada menunjukkan adanya cairan pada satu atau kedua sisi dada, demam menetap meskipun sedang diberi antibiotik dan cairan pleura menjadi keruh atau purulen. Pnemonia Stafilokokus dapat ditandai dengan adanya pneumatokel atau pneumothoraks dengan efusi pleura. 2.1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG a



Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial), dapat juga menyatakan abses.



b



Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.



c



Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.



d



Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.



e



Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.



f



Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.



g



Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.



2.1.9 PENATALAKSANAAN MEDIK Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2010) antara lain : a



Manajemen umum



8



1. Humidifikasi : humidiafer atau nebulizer jika sekret yang kental dan berlebihan. 2. Oksigenasi : jikan pasien memiliki PaO2 mmHg 3. Fisioterapi : berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia pasti, pasien harus di dorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan kemampuan ventilator. 4. Hidrasi : pemantauan asupan dan keluaran, cairan tambahan untuk mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi. b



Operasi Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada : mungkin diperlukan jika masalah sekunder seperti empiema terjadi.



c



Terapi Obat Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu perlu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya : Penicilin G untuk infeksi pneumonia staphylococcus, amantadine, rimantadine untuk infeksi pneumonia virus. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.



2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 2.2.1Pengkajian Menurut Hidayat (2012), pengkajian pasien dengan pneumonia yaitu : a. Identitas klien meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir dan suku bangsa. Tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia. Jenis keadaan lantai, pencahayaan yang masuk, kelembapan ruang kamar, jumlah anggota penghuni rumah yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor penyebab terjadinya penyakit pneumonia (Khasanah, 2016 ) b. Keluhan utama klien dengan pneumonia adalah sesak nafas, batuk, dan peningkatan suhu tubuh atau demam. c. Riwayat penyakit saat ini



9



Gejala saat ini dan durasinya : adanya sesak nafas atau kesulitan bernafas, nyeri dada dan kaitan nyeri dengan pernapasan: batuk, produktif atau tidak produktif, warna, konsistensi sputum,: gejala lain: kesakitan pernapasan atas saat ini atau kesakitan akut lain; penyakit kronik seperti DM, PPOK, atau penyakit jantung; medikasi saat ini; alergi obat. d. Riwayat penyakit dahulu Apakah klien pernah mengalami infeksi saluran pernafasan atas dengan gejala seperti luka tenggorokan, kongesti nasal, bersin, dan demam ringan. e. Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya penyakit keturunan, kecenderungan alergi dalam satu keluarga, penyakit yang menular akibat kontak langsung antara anggota keluarga. f. Riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional 1. Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat Keluarga sering menganggap seperti batuk biasa, dan menganggap benarbenar sakit apabila sudah mengalami sesak nafas. 2. Pola metabolik nutrisi Sering muncul anoreksia, mual muntah karena terjadi peningkatan rangsangan gaster dari dampak peningkatan toksik mikroorganisme. 3. Pola eliminasi Penderita mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan karena demam. 4. Pola tidur dan istirahat Pasien kesulitan tidur karena sesak nafas. Penampilan lemah, sering menguap, dan tidak bisa tidur dimalam hari karena ketidaknyamanan tersebut. 5. Pola aktivitas dan latihan Aktivitas menurun dan terjadi kelemahan fisik. 6. Pola kognitif – persepsi Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigenasi pada otak. 10



7. Pola persepsi diri Tampak gambaran keluarga terhadap pasien, karena pasien hanya diam saja. 8. Pola peran hubungan Pasien terlihat selalu malas dalam berbicara atau diajak berbicara dengan keluarga, pasien lebih banyak diam. 9. Pola stress – koping Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah pasien selalu diam dan mudah marah. 10. Pola nilai dan kepercayaan Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk mendapat sumber dari kesembuhan, dan mendekat kan diri kepada yang diatas. 11. Pemeriksaan Fisik Head to Toe 



Rambut, Kulit kepala tampak bersih, tidak ada luka, ketombe tidak ada, pertumbuhan rambut jarang, warna rambut hitam, kekuatan rambut: mudah dicabu atau tidak, dan tidak ada pembengkakan atau tidak ada nyeri tekan.







Mata, Kebersihan mata: mata tanpak bersih, gangguan pada mata: mata berfungsi dengan baik, pemeriksaan konjungtiva: anemis atau ananemis, sclera biasanya putih, pupil: isokor atau anisokor dan kesimetrisan mata: mata simetris kiri dan kanan dan ada atau tidaknya massa atau nyeri tekan pada mata.







Telinga, Fungsi pendengaran: biasanya berfungsi dengan baik, bentuk telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga.







Hidung, Kesimetrisan hidung: biasnya simetris, kebersihan hidung, nyeri sinus, polip, fungsi pembauan dan apakah menggunakan otot bantu pernapasan.







Mulut dan Gigi, Kemampuan bicara, adanya batuk atau tidak, adanya sputum saat batuk atau tidak, keadaan bibir, keadaan platum, kelengkapan gigi, dan kebersihan gigi.



11







Leher, Biasanya simetris kiri dan kanan, gerakan leher; terbatas atau tidak, ada atau tidak pembesaran kelenjer thyroid, ada atau tidaknya pembesaran vena juguralis dan kelenjer getah bening.







Thorak, Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan gerakan dada, frekuensi napas cepat (tachipnea), irama, kedalamannya pernapasan cuping hidung, Palpasi : Adanya nyeri tekan, fremitus traktil bergetar kiri dan kanan. Auskultasi : Suara napas ronchi (nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi). Perkusi : Terdengar bunyi redup (Dullnes) adanya jaringan yang lebih padat atau konsolidasi paru-paru seperti pneumonia.



2.2.2 Diagnosa Keperawatan Menurut (Dianosa Medis & Nanda, 2015). Kemungkinan Diagnosa keperawatan yang muncul adalah : 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas: spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus. 2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan apnea: deformitas dinding dada, gangguan kognitif, keletihan hiperventilasi, sindrom hipovnetilasi. 3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. 4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen darah. 5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber pengetahuan.  2.2.3 Intervensi Keperawatan NO 1



DIAGNOSA KEPERAWATAN



NOC



NIC



Bersihan jalan nafas



Setelah dilakukan tindakan



tidak efektif



keperawatan 3 x 24 jam bersihan



nafas sebelum dan



berhubungan



jalan napas tidak efektif teratasi



sesudah suctioning



dengan obstruksi jalan



dengan kriteria hasil :



nafas: spasme jalan



1. Mendemontrasikan batuk 12



1. Auskultasi suara



2. Informasikan pada klien dan keluarga



nafas, sekresi tertahan,



efektif dan suara nafas



banyaknya mukus.



bersih,tidak ada sianosis dan dyspneu. 2. Menunjukan jalan nafas yang paten. 3. Mampu



tentang suctioning. 3. Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan. 4. Berikan O2 dengan menggunakan nasal



mengidentifikasikan dan



untuk memfasilitasi



mencegah faktor yang dapat



suksion nasotrakeal.



menghambat jalan nafas.



5. Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan. 6. Monitor status oksigen pasien



2



Ketidakefektifan pola



Setelah dilakukan tindakan



napas berhubungan



keperawatan 3 x 24 jam



untuk



dengan apnea:



diharapkan ketidakefektifan pola



memaksimalkan



deformitas dinding



nafas teratasi dengan kriteria



ventilasi



dada, gangguan



hasil :



kognitif, keletihan



1. Posisikan pasien



2. Indentifikasikan



1. Mendemontrasikan batuk



pasien perlunya



hiperventilasi, sindrom



efektif dan suara nafas yang



pemasangan alat



hipovnetilasi



bersih, tidak ada sianosis



jalan nafas buatan.



dan dyspneu. 2. Menunjukan jalan nafas yang paten. 3. T anda T anda vital dalam



3. Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction. 4. Auskultasi suara



rentang normal (tekanan



nafas, catat adanya



darah, nadi.



suara tambahan. 5. Monitor respirasi dan status O2. 6. Pertahankan jalan nafas yang paten.



13



3



Hipertermi



Setelah dilakukan tindakan



berhubungan dengan



keperawatan 3 x 24 jam



proses infeksi



diharapkan hipertermia teratasi dengan kriteri hasil : 1. Suhu tubuh dalam rentang normal.



1. Monitor suhu sesering mungkin. 2. Monitor tekanan darah, nadi dan RR. 3. Monitor intake dan out put.



2. Nadi dan RR dalam rentang 4. Berikan anti piretik. normal.



5. Kompres pasien



3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.



pada lipatan paha dan aksila. 6. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi. 7. Tingkat kan intake cairan dan nutrisi.



4



Gangguan pertukaran



Setelah dilakukan tindakan



gas berhubungan



keperawatan selam 3 x 24 jam



dengan gangguan



diharapkan gangguan pertukaran 2. Keluarkan secret



kapasitas pembawa



gas teratasi dengan kriteria hasil:



dengan batuk atau



oksigen darah.



1. Mendemontrasikan



suction.



peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat. 2. Memelihara kebersihan paru-



1. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.



3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.



paru dan bebas dari tanda-



4. Monitor respirasi



tanda distress pernafasan.



dan status O2.



3. Mendemonstrasikan batuk



5. Monitor pola nafas



efektif dan suara nafas yang



bradipena, takipenia,



bersih, tidak ada sianosis dan



kussmaul,



dyspneu.



hiperventilasi. 6. Monitor TTV, AGD, elektrolit dan status 14



mental. 7. Observasi sianosis khususnya membrane mukosa. 5



Defisit pengetahuan



Setelah dilakukan tindakan



1. Berikan penilaian



berhubungan dengan



keperawatan selam 3 x 24 jam



tentang tingkat



kurangnya sumber



diharapkan defisit pengetahuan



pengetahuan pasien



pengetahuan.



teratasi dengan kriteria hasil:



tentang proses



1. Mengetahui tentang penyakit.



penyakit.



2. Mengetahui faktor penyebab



2. Gambarkan proses



(dapat menyebutkan



penyakit dengan



penyebab).



cara yang tepat.



3. Mengetahui tanda dan gejala



3. Identifikasi



penyakit dan kekambuhan



kemungkinan



penyakit (dapat menyebutkan



penyebab dengan



tanda dan gejala)



cara yang tepat. 4. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan. 5. Dukung pasien untuk mengeksplorasi mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat.



2.2.4 Implementasi Keperawatan Pelaksanaan adalah realisasi reniana tindakan untuk meniapai tujuan yang telah di tetapkan.



Kegiatan



dalam



pelaksanaan



juga



meliputi



pengumpulan



data



berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan tindakan, serta menilai data yang baru. 15



2.2.5 Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan teriapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari reniana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan teriapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik ( Olfah & Ghofur, 2016).



16



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam nyawa. Ini adalah benar terutama pada orang-orang tua, anak-anak, dan mereka yang mempunyai persolan-persoalan medis lain yang serius, seperti COPD, penyakit jantung, diabetes, dan kanker-kanker tertentu. Untungnya, dengan penemuan dari banyak antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasus-kasus dari pneumonia dapat dirawat dengan sukses. Etiologi dari pneumonia paling umum ditemukan adalah disebabkan karena bakteri streptococcus. Dan yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah orang tua, karena banyak sekali orang tua terdapat riwayat merokok. Penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia pada umumnya sama dilakukan dengan progres keperawatan melalui dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. 3.2 Saran Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia disarankan untuk menghindari merokok, tidak meminum minuman yang mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat



17



DAFTAR PUSTAKA Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI . LeMone, P., Burke, M.K., dan Bauldoff. G. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 4. EdKe-5. Jakarta: EGC. Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Dianosa Medis & Nanda NIC-NOC. Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction. Zul, Dahlan. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Ed ke-VI. Jakarta: EGC. Nanda International. (2018). Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2018 - 2020. EGC



18