Makalah Pneumonia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka



kematiannya tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada dan negara-negara Eropa. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang.Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus misalnya virus influensa. Pneumonia sebenarnya bukan peyakit baru. American Lung Association misalnya, menyebutkan hingga tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab kematian nomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi pneumonia dan influenza kembali merajalela dan menjadi penyebab kematian ketujuh di negara itu. Pneumonia menyebabkan infeksi paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal. Sebenarnya pneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel. Mengingat tentang bahaya penyakit pneumonia maka perawat 1



2



harus tahu apa Pneumonia itu dan bagaimana cara merawat pasien dengan penyakit Pneumonia. 1.2 Tujuan 1 Mengetahui definisi Pneumonia dan jenis – jenis Pneumonia 2 Mengetahui etiologi Pneumonia 3. Mengetahui patofisiologi Pneumonia 4. Mengetahui manifestasi klinis Pneumonia 5. Mengetahui pemeriksaan diagnostic Pneumonia 6. Mengetahui komplikasi dan prognosis Pneumonia 7. Dapat memberikan Asuhan Keperawatan terhadap pasien Pneumonia.



2



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Di dalam buku “Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita”, disebutkan bahwa pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli) (Depkes RI, 2004:4) Klasifikasi pneumonia antara lain: 1. Pneumonia Lobaris Penyakit pneumonia dimana seluruh lobus ( biasanya 1 lobus ) terkena infeksi scara difusi. Penyebabnya adalah streptococcus pneumonia. Lesinya yaitu bakteri yang dihasilkannya menyebar merata ke seluruh lobus. 2. Bronchopneumonia Pada Bronchopneumonia terdapat kelompok-kelompok infeksi pada seluruh jaringan pulmo dengan “multiple focl infection” yang terdistibusi berdasarkan tempat dimana gerombolan bakteri dan debrisnya tersangkut di bronchus. Penyebab utamanya adalah obstruksi bronchus oleh mukus dan aspirasi isi lambung lalu bakteri terperangkap disana kemudian memperbanyak diri dan terjadi infeksi pada pulmo. Bronchopneumonia terbagi menjadi 2 subtipe,yakni: a. Pneumonia aspirasi Mekanisme infeksi terjadi saat partikel-partikel udara membawa bakteri masuk ke paru-paru. Banyak terjadi pada pasien-pasien post operasi dan pasien-pasien dengan kondisi yang lemah. b. Pneumonia intertitialis Reaksi inflamasi melibatkan dinding alveoli dengan eksudat yang relatif sedikit dan sel-sel lekosit poli-morfo-nuklear dalam jumlah yang relatif sedikit. Pneumonia intertitialis biasanya ada kaitannya dengan infeksi saluran pernapasan atas.



3



4



Penyebabnya adalah virus ( influenza A dan B, respiratory syncytial virus, dan rhino virus ) dan mycoplasma pneumonia. 2.2 Etiologi Penyebab pneumonia bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi dengan sumber utama: bakteri, virus, mikroplasma, jamur, dan senyawa kimia maupun partikel. a. Pneumonia oleh bakteri. Heiskansen et.al (1997) menjelaskan bahwa “S. pneumoniae adalah jenis bakteri penyebab pneumonia pada anak-anak di semua umur berdasarkan komunitas penyakit pneumonia. Sedangkan M. pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae adalah penyebab utama pneumonia pada anak di atas umur 5 tahun.” Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi sampai usia lanjut. Pada pencandu alkohol, pasien pasca-operasi, orang-orang dengan penyakit gangguan pernapasan, dan penurunan kekebalan tubuh adalah golongan yang paling berisiko. Anak-anak juga termasuk kelompok yang rentan terinnfeksi penyakit ini karena daya tahan tubuh yang masih lemah. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa S.pneumoniae diidentifikasikan sebagai agen etiologi pada 34 dari 64 pasien (53%) dan pada 34 dari 43 pasien (79%). S.pneumonia adalah pathogen teridentifikasi yang sering ditemukan pada pasien di segala usia walaupun tidak ada hubungan antara usia dan kemungkinan jenis darah positif terinfeksi (Wall., et al: 1986). b. Pneumonia oleh virus Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Sebagian besar virus-virus ini menyerang saluran pernapasan bagian atas (terutama pada anak). Namun, sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan dapat disembuhkan dalam waktu singkat. Bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influensa, gangguan ini masuk ke dalam tingkatan berat dan kadang menyebabkan kematian. Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan. 4



5



c. Pneumonia oleh Mikoplasma Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri walaupun memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia. Tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan pada orang yang tidak menjalani pengobatan. Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda fisiknya bila dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Oleh karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut Atypical Pneumonia



‘pneumonia



yang



tidak



tipikal’.



Pneumonia mikoplasma mulai diidentifikasi saat perang dunia II. d. Pneumonia jenis lainnya Pneumonia lain yang jarang ditemukan, yakni disebabkan oleh masuknya makanan, cairan, gas, debu maupun jamur. Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur, adalah salah satu contoh dari pneumonia jenis lainnya. PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PCP dapat diobati pada banyak kasus. Namun, bisa saja penyakit ini muncul lagi beberapa bulan kemudian. Rickettsia (golongan antara virus dan bakteri yang menyebabkan demam Rocky Mountain, demam Q, tipus, dan psittacosis) juga mengganggu fungsi paru. 2.3 Patofisiologi Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi.Meskipun lebih dari seratus jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka yang bertanggung jawab pada sebagian besar kasus.Penyebab paling sering pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab yang jarang menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit. Virus Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak.Biasanya virus masuk kedalamparu-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan hidung.setelahmasuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini 5



6



sering menunjukan kematiansel, sebagian virus langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis.Ketika sistem imun (DL leukosit meningkat) merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi kerusakan paru.Sel darah putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli.Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah (terjadi pertukaran gas) .Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru,banyak virus merusak organ lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu.Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan komplikasi dari pneumonia yang disebabkan oleh virus.Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus influensa,virus



syccytial



respiratory(RSV),adenovirus



dan



metapneumovirus.Virus herpes simpleks jarang menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah pada sistem imun juga berresiko terhadap pneumonia yang disebabkan oleh cytomegalovirus(CMV). Bakteri Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara dihirup,tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika ada infeksi pada bagian lain dari tubuh.Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti hidung,mulut,dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli.Setelah memasuki alveoli,bakteri mungkin menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga penghubung.Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah putih,menuju paru.Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang berlawanan dan mereka juga melepaskan cytokin,menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun.Hal ini menyebabkan demam,menggigil,dan mual umumnya pada pneumoni yang disebabkan bakteri dan jamur.Neutrophil,bakteri,dan cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan 6



7



tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada(cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema.Penyebab paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri atipikal.Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri(ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah



“atipikal”



digunakan



karena



bakteri



atipikal



umumnya



mempengaruhi orang yang lebih sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain. Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut”pneumococcus” adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram positif penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus.Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif.Beberapa dari bakteri gram



negatif



yang



menyebabkan



pneumoni



termasuk



Haemophilus



influenzae,Klebsiella pneumoniae,Escherichia coli,Pseudomonas aeruginosa,dan Moraxella catarrhalis.Bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup.Bakteri atipikal yang menyebabkan pneumonia termasuk Chlamydophila pneumoniae,Mycoplasma pneumoniae,dan Legionella pneumophila. Jamur Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin terjadi pada individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS,obatobatan imunosupresif atau masalah kesehatan lain.patofisiologi dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan bakteri,Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum,Cryptococcus neoformans,Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides immitis.Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai Missisipi,dan Coccidiomycosis paling sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya. 7



8



Parasit Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru.Parasit ini secara khas memasuki tubuh melalui kulit atau dengan ditelan.Setelah memasuki tubuh,mereka berjalan menuju paru-paru,biasanya melalui darah.Terdapat seperti pada pneumonia tipe lain ,kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun yang menyebabkan ganguan transportasi oksigen.Salah satu tipe dari sel darah putih,eosinofil berespon dengan dahsyat terhadap infeksi parasit.Eosinofil pada paru-paru dapat menyebabkan pneumonia eosinofilik yang menyebabkan komplikasi yang mendasari pneumonia yang disebabkan parasit.Parasit paling umum



yang



dapat



menyebabkan



gondii,Strongioides stercoralis dan Ascariasis. 2.4 Web of Cause (WOC)



8



pneumonia



adalah



Toxoplasma



9 DROPLETS



Bakteri, Virus, Organisme mirip bakteri, jamur Bakteri pathogen menginfeksi saluran napas bagian bawah Menuju parenkim paru Inflamasi di alveoli



Pneumonia



B1Breathin g



B2 Blood



B3 Brain



B4 Bowel



Penumpuk an secret pada



Kadar O2 menurun ke jantung



Suplai O2 menurun ke otak



Suplai O2 menurun ke ginjal



Pertukaran gas terganggu



Menurunnya kontraksi jantung



Kesadaran menurun



CO Menurun



PO2



Gangguan pertukaran gas



Sesak



Pola nafas tidak



Glomerolus filtrat pate menurun



Perubahan perfusi jaringan serebral



Oliguria



Batuk



Kelelaha n Penurun an nafsu makan



Malnutris i



Penurunan curah



Inflamasi



Meningkatka n med inflamasi Histamin, P9



Hipertermia



9



B6 Bone



B5 GI



Migrasi bakteri secara hematogen ke



Diare



Suplai O2 menurun ke jaringan



Intoleransi aktivitas



Kelemahan



10



2.5 Manifestasi Klinis Menurut Wahab (2000: 884, dalam skripsi Annisa Rizkianti) menyebutkan gambaran klinis pneumonia ditunjukkan dengan adanya pelebaran cuping hidung, ronki, dan retraksi dinding dada atau sering disebut tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing). Rizkianti menambahkan bahwa penyakit yang sering terjadi pada anak-anak ini ditandai dengan ciri-ciri adanya demam, batuk disertai nafas cepat (takipnea) atau nafas cepat. Gejala dan tanda pneumonia tergantung kuman penyebab, usia, status imunologis, dan beratnya penyakit. Gejala dan tanda dibedakan menjadi gejala umum infeksi (non spesifik), gejala pulmonal, pleural, dan ekstrapulmonal. Gejalagejala tersebut meliputi: 1. demam 2. menggigil 3. sefalgia 4. gelisah 5. muntah,



kembung,



diare



(terjadi



pada



pasien



dengan



gangguan



gastrointestinal) 6. wheezing (pneumonia mikoplasma) 7. otitis media, konjungtivitis, sinusitis (pneumonia oleh streptococcus pneumonia atau Haemophillus influenza) 2.6 Pemeriksaan Diagnostik 1. Sinar X Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih. 2. GDA Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada. 3. JDL leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun. 4. LED meningkat 10



11



5. Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan komplain menurun. 6. Elektrolit Na dan Cl mungkin rendah 7. Bilirubin meningkat 8. Aspirasi / biopsi jaringan paru Alat diagnosa termasuk sinar-x dan pemeriksaan sputum. Perawatan tergantung dari penyebab pneumonia; pneumonia disebabkan bakteri dirawat dengan antibiotik. Pemeriksaan penunjang: 1. Rontgen dada; 2. Pembiakan dahak; 3. Hitung jenis darah; 4. Gas darah arteri. 2.7 Penatalaksanaan 1. Indikasi MRS : a.



Ada kesukaran nafas, toksis



b. Sianosis c.



Umur kurang 6 bulan



d. Ada penyulit, misalnya :muntah-muntah, dehidrasi, empiema e.



Diduga infeksi oleh Stafilokokus



f.



Imunokompromais



g.



Perawatan di rumah kurang baik



h.



Tidak respon dengan pemberian antibiotika oral



2. Pemberian oksigenasi : dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor dengan pulse oxymetry. Bila ada tanda gagal nafas diberikan bantuan ventilasi mekanik. 3. Mempertahankan suhu tubuh normal melalui pemberian kompres 4. Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu cairan parenteral). Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi. 5. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai diet enteral bertahap melalui selang nasogastrik. 6. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal 7. Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi. 11



12



8. Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan dugaan penyebab Evaluasi pengobatan dilakukan setiap 48-72 jam. Bila tidak ada perbaikan klinis dilakukan perubahan pemberian antibiotik sampai anak dinyatakan sembuh. Lama pemberian antibiotik tergantung : kemajuan klinis penderita, hasil laboratoris, foto toraks dan jenis kuman penyebab : •



Stafilokokus : perlu 6 minggu parenteral







Haemophylus influenzae/Streptokokus pneumonia : cukup 10-14 hari



Pada keadaan imunokompromais (gizi buruk, penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuskular, keganasan, pengobatan kortikosteroid jangka panjang, fibrosis kistik, infeksi HIV), pemberian antibiotik harus segera dimulai saat tanda awal pneumonia didapatkan dengan pilihan antibiotik : sefalosporin generasi 3. Dapat dipertimbangkan juga pemberian : -



Kotrimoksasol pada Pneumonia Pneumokistik Karinii



-



Anti viral (Aziclovir , ganciclovir) pada pneumonia karena CMV



-



Anti jamur (amphotericin B, ketokenazol, flukonazol) pada pneumonia karena jamur



-



Imunoglobulin



a. Vaksin Saat ini ada 2 jenis vaksin pneumokokus yaitu vaksin pneumococcal conjugate (PCV13) dan vaksin polisakarida pneumokokus (PPSV). Berikut tahap pemberian vaksin : 1. Bayi dan Anak di bawah Usia 2 Tahun a. PCV13 secara rutin diberikan kepada bayi sebagai rangkaian 4 dosis, satu dosis di setiap



usia: 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan 12 sampai 15



bulan. Anak-anak yang kehilangan tembakan mereka atau memulai seri nanti masih harus mendapatkan vaksin. b. Jumlah dosis yang dianjurkan dan interval antara dosis akan tergantung pada usia anak saat vaksinasi dimulai. 2. Anak-anak usia 2 sampai 5 Tahun 12



13



Sehat anak-anak 24 bulan sampai 4 tahun yang tidak divaksinasi atau belum menyelesaikan seri PCV13 harus mendapatkan 1 dosis. Anak-anak 24 bulan sampai 5 tahun dengan kondisi medis seperti berikut ini harus mendapatkan 1 atau 2 dosis PCV13 jika mereka belum menyelesaikan seri 4-dosis. Tanyakan pada penyedia layanan kesehatan untuk rincian penyakit sel sabit, limpa limpa rusak atau tidak,koklea implan, cairan cerebrospinal (CSF) kebocoran,HIV / AIDS atau penyakit lain yang mempengaruhi sistem kekebalan (seperti diabetes, kanker, atau penyakit hati), kronis jantung atau penyakit paru-paru, atau anak-anak yang memakai obat yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, seperti kemoterapi atau steroid. 3. Anak-anak usia 6 sampai 18 Tahun Dosis tunggal PCV13 dapat diberikan kepada anak-anak 6 sampai 18 tahun dengan kondisi medis tertentu (misalnya, penyakit sel sabit, infeksi HIV, atau kondisi immunocompromising lainnya, implan koklea, atau kebocoran cairan serebrospinal), terlepas dari apakah mereka sebelumnya telah menerima vaksin pneumokokus. Tanyakan pada penyedia layanan kesehatan untuk rincian. PCV dapat diberikan pada waktu yang sama dengan vaksin lainnya. 2.8 Komplikasi Komplikasi yang menyertai penyakit pneumonia , sebagai berikut: 1. efusi pleura;



2. empyema; 3. pneumothoraks; 4. piopneumotoraks; 5. pneumatosel; 6. abses paru; 7. sepsis; 8. gagal nafas; 9. ileus paralitik fungsional.



2.9 Prognosis Faktor resiko pneumonia antara lain : 1. Faktor yang meningkatkan resiko berjangkitnya pneumonia 13



14



a. Umur dibawah 2 bulan b. Jenis kelamin laki-laki c. Gizi kurang d. Berat badan lahir rendah e. Tidak mendapat ASI memadai f. Polusi udara g. Kepadatan tempat tinggal h. Imunisasi yang tidak memadai i. Defisiensi vitamin A 2. Faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat pneumonia a. Umur dibawah 2 bulan b. Tingkat sosial ekonomi rendah c. Gizi kurang d. Berat badan lahir rendah e. Tingkat pendidikan ibu rendah f. Tingkat pelayanan kesehatan rendah g. Imunisasi yang tidak memadai h. Menderita penyakit kronis 2.10 Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian 1.1 Identitas Nama Klien, Umur, Suku/Bangsa, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat. Perlu diperhatikan pada anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa, serta mycoplasma yang terjadi pada anak relatif besar. Perlu diperhatikan juga tempat tinggal/lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar dengan keluhan utama sesak nafas. 1.2 Riwayat Penyakit Sekarang Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure). 14



15



1.3 Riwayat Penyakit Dahulu Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis penderita. 1.4 Observasi dan Pemeriksaan Fisik a. Tanda Tanda Vital b. B1 (Breathing)



1. Subyektif Sesak nafas, dada tertekan, cengeng 2. Obyektif



Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif atau non-produktif),



sputum



banyak,



penggunaan



otot



bantu



pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru. c. B2 (Blood)



1. Subyektif Sakit kepala. 2. Obyektif Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah. menurun. d. B3 (Brain) 1. Subyektif



Gelisah, penurunan kesadaran, kejang. 2. Obyektif GCS menurun, refleks menurun atau normal, letargi. e. B4 (Bladder) 1. Subyektif 2. Obyektif



Produksi urine menurun atau normal. 15



16



1. Subyektif Mual, kadang muntah. 2. Obyektif Konsistensi feses normal atau diare. f. B6 (Bone) 1. Subyektif Lemah, cepat lelah. 2. Obyektif Tonus otot menurun, nyeri otot atau normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan. Kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan. 1.5 Pemeriksaan Penunjang a. Hb



: Menurun atau normal. Analisa Gas Darah : Acidosis



b.



respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon darah meningkat atau normal. Elektrolit



c.



: Natrium atau kalsium



menurun atau normal. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa



Tujuan



Interverensi



Rasional



Keperawat an 1.



Bersihan



Jalan nafas bersih dan efektif



jalan nafas



dalam waktu 10 menit



Nebulizer



mekanisme



tidak



Kriteria Hasil :



2.



pembersihan jalan



efektif.



1. Berikan



a. Suara nafas normal (vesikuler) b. RR normal



16



Lakuka



1. Batuk adalah



n fisioterapi



nafas alami,



dada : claping,



membantu silia



vibrasi,



untuk



17



c. Secara verbal tidak ada keluhan sesak



postural



mempertahankan



drainase



jalan nafas paten.



d. Dipsnea (-)



3.



Ajari



e. Sianosis (-)



pasien batuk



dan nebulizer



f. Batuk (-)



efektif dan



memudahkan



nafas dalam.



pengenceran dan



4.



pmbuangan sekret.



Melaku



2. Fisioterapi dada



kan suction



3. Nafas dalam akan



atas indikasi



memfalisitasi



5.



Mengev



pengembangan



aluasi



maksimum paru –



jumlah/kedala



paru / saluran udara



man



kecil.



pernafasan dan



4. Menstimulasi batuk



pergerakan



atau pembersihan



dada



saluran nafas secara mekanis 5. Melakukan evaluasi awal untuk melihat kemajuan dari hasil interverensi yang telah dilakukan.



2.



Gangguan



Memaksimalkan pertukaran gas



pertukaran



(kebutuhan O2)



warna kulit,



menunjukkan faso



gas



Kriteria Hasil :



membrane



konstriksi atau



mukosa dan



respon tubuh



kuku, catat



terhadap demam



adanya sianosis



atau menggigil.



irama reguler



perifer (kuku)



Namun sianosis



c. Kesadaran penuh



atau sianosis



daun telinga,



a. Keluhan dipsnea berkurang b. Denyut nadi normal dan



17



1. Observasi



1. Sianosis kuku



18



d. Hasil analisis gas darah normal PO2 : 80-100



sentral



membrane mukosa,



(sirkumoral).



dan kulit sekitar



2. Memonitor



mulut (membrane



PCO2 : 34-45



denyut / irama



hangat)



SO2 : 85-100%



jantung dan



menunjukkan



pH : 7,35-7,45



suhu



hipoksemia



3. Mempertahank an bedrest 4. Meninggikan posisi kepala 5. Kolaborasi pemeriksaan BGA



sistemik. 2. Takikardi biasanya timbul sebagai hasil dari demam/ dehidrasi 3. Mencegah



kelelahan dan mengurangi konsumsi oksien 4. Meningkatkan



inspirasi maksimal, mempermudah mengeluarkan secret 5. Mengetahui nilai Blood Gas Arteri pasien untuk menguatkan diagnose keperawatan. 3.



Pola nafas



Anak dapat menunjukkan pola



1. Memantau RR dan suara



tidak



nafas yang efektif.



1. Observasi : RR dan



nafas agar kembali normal.



efektif



Kriteria Hasil :



suara nafas.



Anak diharapkan mampu



1. RR dalam batas normal,



2. Berikan oksigen.



bernafas dengan normal.



suara nafas bersih.



3. Berikan antibiotik



2. Pemberian oksigen



18



19



2. Tidak ditemukan : batuk, PCH, Retraksi,



dan antipiretik sesuai



bertujuan untuk



advis.



menghilangkan sianosis



Sianosis.



dan memenuhi kebutuhan O2.



3. Jumlah sel darah putih



3. meningkatkan imunitas



normal.



tubuh pasien.



4. Rontgen dada bersih.



Saturasi oksigen 85 % 100 %.



4



Resiko



Nutrisi dapat seimbang selama



1.



perubahan



perawatan



g berat badan



intake meskipun



nutrisi,



Kriteria Hasil :



dan berikan



nafsu makan



kurang dari Secara umum, kriteria hasil



makan sedikit



menurun agar berat



kebutuhan



yang ingin dicapai ialah:



dan sering



badan pasien



1



. Berat badan



termasuk



kembali normal.



2



anak normal atau



biskuit atau



meningkat.



makanan yang



pengetahuan akan



hemoglobin dan



menarik pasien.



kesehatan anak



albumin normal.



2.



Tidak lemah,



Education



dapat berperan



lesu, maupun



pemenuhan



dengan baik dalam



pucat.



nutrisi sesuai



merawat anak.



Porsi makan



kebutuhan



habis.



kalori..



tubuh.



3 4



5



Timban



Health



1. Meningkatkan



2. Memberikan



supaya orang tua



3. Penambah nafsu makan diberikan



Kadar albumin normal:3,4-4,8



3.



Kadar hemoglobin normal:



asi : penambah



nafsu makan agar



a.bayi baru lahir: 17-22gr/dl



nafsu makan.



kebutuhan nutrisi



b. umur 1 minggu: 15-20 gr/dl



Kolabor



untuk meningkatkan



terpenuhi.



c. umur 1 bulan: 11-15gr/dl d. anak: 11-13 gr/dl 19



20



e.laki dewasa: 14-18 gr/dl f. wanita dewasa: 12-16 gr/dl g. laki tua: 12,4-14,9 gr/dl h. wanita tua: 11,7-13,8 grr/dl Kriteria secara khusus ialah: a. Menunjukkan peningkatan nafsu makan. b. Mempertahankan/menin gkatkan berat badan, lingkar lengan atas normal c. Tidak adanya anoreksi 5.



Hipertermi



Suhu tubuh anak kembali



a



normal dengan kriteria hasil:



1. Berikan



1. Kompres dengan



kompres air



air suhu ruangan



1. Suhu tubuh normal



dengan suhu



berguna untuk



yakni 36°-37°C



ruangan (air



menurunkan suhu



biasa).



tubuh. Pemberian



2. Berikan parasetamol



kompres hangat berpotensi terjadinya evaporasi berlebihan. Sedangakan pemberian kompres dingin menimbulkan terhambatnya evaporasi karena terjadi



20



21



vasokonstriksi. 2. Bantuan obat parasetamol dapat menurunkan suhu tubuh.



21



22



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paruparu (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Gejala yang lain pada Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru 3.2 Saran Dengan makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat menambah dan mengembangkan referensi tentang penyakit pneumonia dalam melakukan study di fakultas keperawatan serta bagi perawat diharaapkan juga menangani dan menanggulangi penyakit pneumonia pada kliennya.



22



23



DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Pengertian Pneumonia. http://sobatbaru.blogspot.com/2008/12/pengertian-pneumonia.html.Diakses tanggal 7 Juni 2011. Asih, Retno., S, Landia., MS, Makmuri. 2006. Naskah Lengkap Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak VI: Pneumonia. Diakses tanggal 7 Juni 2011 dari www.Pediatrik.com SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair Web Site : http://www.pediatrik.com/isi03.php? page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110lvzc283.html. . 2006. Pneumonia. Diakses tanggal 7 Juni 2011 dari www.Pediatrik.com SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair Web Site: http://www.pediatrik.com/isi03.php? page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110lvzc283.html. Centers for Disease Control and Prevention. 2010. Pneumococcal Disease In Short. http://www.cdc.gov/vaccines/vpd-vac/pneumo/in-short-both.html. Diakses tanggal 7 Juni 2011. Kosma, Heiskansen., Tarja., Korppi., Matti., Jokinen., Camilla., et al. 1998. Etiology of childhood pneumonia: serologic results of a prospective, population-based study. Diakses tanggal 7 Juni 2011, dari The Pediatric Infectious Disease Journal Web site: http://journals.lww.com/pidj/Abstract/1998/11000/Etiology_of_childhoo d_pneumonia__serologic_results.4.aspx. Nurmawaty, Eka. 2009. Pneumonia. http://ekanurmawaty.blogspot.com/2009/08/pneumonia.html. Diakses tanggal 7 Juni 2011. Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika. Supriyadi, Agung. 2009. Pneumonia. http://recyclearea.wordpress.com/2009/09/08/pneumonia/. Diakses tanggal 7 Juni 2011. Wall, R. A., P. T. Corrah., D. C. W. Mabey., & B. M. Greenwood. 1986. The etiology of lobar pneumonia in the Gambia. Diakses tanggal 7 Juni 2011, dari Pubmed Central Web site: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2490896/?page=3.



23