Makalah Proses Kognitif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROSES KOGNITIF MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Dosen Pengampu: R. A. Ganis H., M. Psi., Psikolog



Oleh: Yolanda Elizabeth 18416273201074



PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG 2020



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 1.2 Rumusan ................................................................................................. 2 1.3 Tujuan..................................................................................................... 2 1.4 Manfaat ................................................................................................... 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Konseptual .......................................................................... 4 2.2 Berpikir ................................................................................................... 4 A. Berpikir Kritis .................................................................................. 5 B. Berpikir Kreatif ................................................................................. 8 2.3 Pemecahan Masalah ................................................................................ 7 2.4 Transfer .................................................................................................. 11 BAB III KASUS DAN ANALISIS KASUS 3.1 Kasus ..................................................................................................... 12 3.2 Analisis Kasus ....................................................................................... 13 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 14 4.2 Saran...................................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 16



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kognisi adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu . proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Menurut Monks (2006) kognisi adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengertian atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengertian. Menurut kuswanan (2013) berpikir merupakan suatu istilah yang digunakan dalam menggambarkan aktivitas mental, baik yang berupa tindakan yang disadari maupun yang tidak sepenuhnya disadari yang merupakan tindakan rutin, tetapi memerlukan perhatian langsung untuk bertindak ke arah lebih sadar secara sengaja dan refleksi atau membawa ke aspek-aspek tertentu atas dasar pengalaman. Diperkuat menurut Walgito (2004) aktivitas berpikir tidak pernah lepas dari suatu situasi atau masalah. Karena proses berpikir berkaitan dengan tingkah laku dan memerlukan keterlibatan aktif pemikirnya. Kemampuan berpikir inilah yang merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran individu. Kemampuan berpikir seseorang dapat dikemabngkan melalui belajar, skeptis, memiliki keinginan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, minat pembelajran yang tinggi, sehingga menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya maupun bagi orang lain. Seorang pengajar harus mengenalkan kiat dan strategi pembelajaran bagi siswa, pemahaman konseptual mengajar dapat membantu individu untuk memahami konsep-konsep utama dalam pembelajara dan membimbing siswa untuk terlibat dalam proses-proses kognitif kompleks lainnya



1



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan permasalahan, sebagai berikut: A. Apa yang dimaksud dengan pemahaman konseptual? B. Bagaimana cara mengembangkan proses berpikir? C. Bagaimana cara memecahkan masalah untuk mencapai suatu tujuan? D. Apa saja jenis-jenis transfer dalam pembelajaran? 1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah tersebut, dapat diuraikan tujuan makalah ini adalah sebagai berikut: A. Untuk



mengetahui



apa



yang



dimaksud



dengan



pemahaman



konseptual. B. Untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan proses berpikir. C. Untuk mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah untuk mencapai suatu tujuan. D. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis transfer dalam pembelajaran. 1.4 Manfaat Makalah ini diharapkan memiliki manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut: A. Manfaat Teoritis Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu khususnya pada bidang psikologi dan pendidikan semoga dapat dijadikan referensi pembelajaran. B. Manfaat Praktis



Adapun manfaat praktis yang dapat diperoleh dalam penelitian ini antara lain: a) Siswa Diharapkan dapat memberi masukan bagi remaja atau siswa untuk mengembangkan cara proses berfikir, sehingga hal tersebut dapat memicu terjadinya keaktifan dalam pembelajaran.



2



b) Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru mengenai apa saja yang dapat meningkatkan rasa proe berfikir murid. c) Sekolah Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menumbuhkan kesadaran pihak sekolah untuk mengembangkan proses belajar siswa dan pengajar.



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Pemahaman Konseptual Pemahaman konseptual merupakan aspek penting dari pembelajaran. Tujuan penting pengajaran adalah membantu siswa memahami konsepkonsep utama dalam subjek daripada hanya menghapal fakta terisolasi. Dalam banyak kasus, pemahaman konseptual ditingkatkan saat guru mengeksplorasi topik secara mendalam dan memberikan yang tepat, adalah contoh menarik dari konsep. Konsep adalah poin penting dalam pemikiran. Konsep adalah kategori yang mengelompokkan objek-objek, peristiwa dan karakteristik berdasarkan properti umum.



Konsep



membantu untuk



menyederhanakan, meringkas, dan mengatur informasi. (Quinn, dalam John W. Santrock, 2014( hlm. 2)). Konsep adalah kategori yang mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan bentuk-bentuk yang sama. Konsep adalah elemen kognisi yang membantu kita untuk menyederhanakan dan merangkum informasi. Konsep membantu siswa memahami dunia dan juga membantu proses mengingat, sehingga lebih efisien. Saat siswa mengelompokkan objek-objek untuk membentuk konsep, mereka dapat mengingat konsep kemudian mengambil karakteristik konsep tersebut. 2.2 Berpikir Berpikir adalah memanipulasi dan mengubah informasi dalam memori seperti membentuk konsep, alasan, berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah. Penalaran (reasoning) adalah pemikiran logis yang menggunakan logika induksi dan deduksi untuk menghasilkan kesimpulan. Penalaran induktif adalah penalaran dari hal-hal spesifik ke hal-hal yang bersifat umum, yakni mengambil kesimpulan (membentuk konsep) tentang semua anggota kategori berdasarkan observasi dari beberapa anggota. Penalaran induktif adalah dasar untuk analogi. Analogi adalah hubungan (korespondensi) kemiripan dalam beberapa hal diantara hal-hal yang berbeda. Analogi dapat dipakai untuk meningkatkan



4



pemahaman atas konsep baru dengan membandingkannya dengan konsep yang sudah dipelajari. Sebaliknya, penalaran deduktif adalah penalaran dari yang bersifat umum ke spesifik. Misalnya saat anda memecahkan teka-teki, ketika mempelajari aturan umum dan kemudian memahami bagaimana aturan itu berlaku dalam beberapa situasi tetapi tidak untuk situasi yang lain, maka yang digunakan adalah penalaran deduktif. A. Berpikir Kritis Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif, dan melibatkan evaluasi bukti. Salah satu cara yang mendorong murid untuk berpikir kritis adalah dengan memberikan mereka topik atau artikel kontroversial



yang



menghadirkan dua



sisi



permasalahan untuk



didiskusikan. Pemikiran kritis siswa dapat ditingkatkan ketika siswa menemui argumen dan perdebatan yang berada dalam konflik , yang dapat memotivasi mereka untuk menyelidiki sebuah topik lebih mendalam dan berusaha untuk memecahkan sebuah masalah. Berpikir kritis adalah berpikir reflektif, produktif, dan mengevaluasi bukti. Banyak dari pertanyaan “Refleksi” yang muncul pada setiap bagian buku ini agar berpikir kritis. Kesadaran menurut Ellen Langer (1997, 2005) kesadaran penting untuk berpikir kritis. Kesadaran berarti menjadi waspada, hadir secara mental, dan kognitif fleksibel saat melalui kegiatan dan tugas hidup sehari-hari. Siswa yang sadar akan mempertahankan kesadaran aktif pada keadaan hidup mereka. Siswa dengan kesadaran ialah siswa yang menciptakan ide-ide baru, terbuka terhadap informasi baru, dan sadar lebih dari satu perpektif. Sebaliknya, siswa ceroboh akan terperangkap dalam ide-ide lama, terlibat dalam perilaku otomatis, dan beroperasi dari perspektif tunggal. Siswa yang ceroboh juga akan menerima hal yang pernah dibaca atau didengar tanpa mempertanyakan keakuratan informasi. Selain itu, siswa yang ceroboh akan terjebak dalam pola pikir



5



yang kaku, tidak memperhitungkan kemungkinan variasi dalam konteks dan perspektif. a) Berpikir Kritis di Sekolah Jacqueline dan Martin Brooks (1993, 2001) mengeluh bahwa hanya sedikit sekolah yang benar-benar mengajar siswa untuk berpikir secara kritis. Dalam pandangan mereka, sekolah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk membuat siswa agar memberikan jawaban yang benar dengan cara meniru daripada mendorong siswa untuk memperluas pemikiran mereka dengan membuat ide-ide baru dan memikirkan kembali kesimpulan sebelumnya. Beberapa cara guru agar membentuk pemikiran kritis dalam rencana pelajaran secara sadar : 



Menanyakan tidak hanya apa yang terjadi, tetapi juga “bagaimana” dan “ mengapa”.







Periksalah yang seharusnya “fakta” untuk menentukan apakah ada bukti untuk mendukung mereka.







Berdebat dengan cara masuk akal dari pada melalui emosi.







Mengakui bahwa kadang-kadang terdapat lebih satu jawaban atau penjelasan yang baik.







Bandingkan berbagai jawaban atas pertanyaan atau putuskan jawaban yang benar-benar terbaik.







Mengevaluasi dan mungkin mampertahankan apa yang orang lain katakan dari pada segera menerimanya sebagai kebenaran.







Ajukan pertanyaan dan berspekulasi melalui apa yang sudah Anda ketahui untuk menciptakan ide-ide dan informasi baru.



b) Berpikir Kritis Pada Masa Remaja masa remaja merupakan masa transisi yang penting dalam perkembangan berpikir kritis (Kuhn, 2009). Menurut Keating (1990) ada beberapa perubahan kognitif terjadi selama masa remaja yang



6



memungkinkan peningkatan berpikir kritis, diantaranya sebagai berikut: 



Peningkatan



kecepatan,



otomatisasi,



dan



kapasitas



pengolahan informasi, yang membebaskan sumber daya kognitif untuk tujuan lain. 



Pengetahuan lainnya dalam berbagai domain.







Kemampuan



meningkat



untuk



membentuk



kombinasi



pengetahuan baru. 



Rentang yang lebih besar dan penggunaan strategi atau prosedur



lebih



spontan



seperti



perencanaan,



mempertimbangkan alternatif, dan pemantauan kognitif. Sayangnya, jika dasar yang kuat dari keterampilan dasar (seperti membaca dan keterampilan matematika) tidak dikembangkan sejak masa kanak-kanak, keterampilan berpikir kritis tidak mungkin berkembang pada masa remaja. Bagi remaja yang tidak memiliki keterampilan dasar, potensi keuntungan dalam pemikiran remaja adalah tidak mungkin. c) Berpikir Kritis dan Teknologi secara meningkat, jumlah aplikasi teknologi yang tersedia untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. David Jonassen (2006, 2010) berpendapat bahwa salah satu penggunaan terbaik dari teknologi dalam pendidikan, melibatkan aplikasi computer agar siswa berpikir kritis mengenal isi bacaan yang dipelajari. Ia menyebutkan bahwa aplikasi seperti “alat pikiran”, dan melihatnya sebagai alat konstruktif yang disimpulkan oleh siswa terkait pengetahuan dan penalaran tentang



isi pelajaran.



Jonassen



membedakan beberapa kategori alat pemikiran, termasuk alat-alat semantik organisasi, alat pemodelan dinamis, alat interpretasi informasi, serta percakapan dan alat-alat kolaborasi. Alat organisasi semantik seperti pusat data dan alat pemetaan konsep, membantu



7



siswa mengatur, menganalisis, dan memvisualisasi informasi yang dipelajari. Sebagai contoh, siswa yang mempelajari iklim dapat bertanya pada pusat data global dankidspiration adalah alat pemetaan konsep untuk siswa tingkat 12 yang relatif murah dan mudah digunakan.



Alat



pemodelan



dinamis membantu



siswa



mengeksplorasi hubungan antara konsep-konsep. Hal tersebut termasuk spreadsheet, sistem pakar, system alat pemodelan , microworld. B. Berpikir Kreatif Kreatifitas merupakan kemampuan untuk berpikir



mengenai



sesuatu, dalam cara yang baru dan tidak biasa serta memikirkan solusisolusi unik terhadap masalah. J.P. Guilford (1967) membedakan antara pemikiran konvergen , yang menghasilkan satu jawaban yang benar dan merupakan karakteristik dari jenis pemikiran yang dibutuhkan saat ujian konvensional dan pemikiran divergen, yang menghasilkan banyak jawaban atas pertanyaan yang sama dan yang lebih merupakan kreatifitas. Satu tujuan pengajaran yang penting adalah mendorong anak menjadi lebih kreatif. Strategi yang dapat menginspirasi kreatifitas anakanak, antara lain mendorong pemikiran kreatif pada tingkat kelompok dan individual, memberi murid lingkungan yang merangsang kreativitas, tidak mengendalikan murid secara berlebihan, mendorong motivasi internal, mengembangkan pemikiran yang fleksibel dan suka bermainmain, serta memperkenalkan murid pada orang-orang kreatif. Langkah langkah dalam proses kreatif, Proses kreatif sering digambarkan sebagai urutan 5 langkah : 1) Persiapan. Siswa tenggelam dalam isu masalah yang membuat mereka tertarik dan rasa ingin tau muncul. 2) Inkubasi. Siswa mengolah ide mereka di kepala , titik dimana mereka cenderung membuat beberapa koneksi yang tidak biasa dalam pemikiran mereka.



8



3) Wawasan. Siswa mengalami momen “AHA!” saat semua potongan teta-teki terlihat cocok satu sama lain. 4) Evaluasi. Sekarang siswa harus memutuskan tentang suatu ide yang berharga dan layak dikejar. Mereka harus berpikir “apakah ide baru, atau sedah jelas?” 5) Elaborasi. Langkah terakhir



sering



meliputi rentan waktu



terpanjang dan melibatkan pekerjaan yang paling sulit. 2.3 Pemecahan Masalah Pemecahan masalah adalah mencari atau menemukan cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan. Contohnya, penugasan oleh guru kepada muridnya untuk membuat makalah tentang kondisi pendidikan anak jalanan. A. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Beberapa usaha dilakukan untuk menerapkan langkah-langkah yang dilalui individu dalam menemukan pemecahan masalah yang efektif sebagai berikut: a) Temukan dan Susun Masalahnya. Sebelum Anda dapat memecahkan suatu masalah, Anda harus mengenali bahwa masalah tersebut ada. b) Kembangkan Strategi Pemecahan Masalah yang Baik. Beberapa strategi yang baik adalah penetapan subtujuan, menggunakan logaritma dan mengandalkan heuristis. Menentukan subtujuan merupakan proses untuk menetapkan tujuan lanjutan yang lebih kecil yang menetapkan murid dalam posisi yang lebih baik untuk mencapai tujuan atau pemecahan akhir. Logaritma adalah strategi yang menjamin sebuah solusi terhadap suatu masalah. Sedangkan heuritis adalah strategi atau aturan umum yang dapat memberikan solusi pada suatu masalah tapi tidak menjamin keberhasilannya. c) Mengevaluasi Solusi-solusi.



Kita berfikir



bahwa kita telah



memecahkan suatu maslah, kita tidak tahu apakah solusi kita efektif atau tidak , kecuali kalau kita mengavaluasinya.



9



d) Setiap Saat Memikirkan Kembali serta Mendefinisikan Kembali Masalah dan Solusi. Secara kontinu memikirkan dan mendefinisikan kembali masalah dan solusinya. Orang yang ahli dalam pemecahan masalah akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya di masa lalu dan memberikan kontribusi orisinil. B. Hambatan Dalam Memecahkan Masalah Beberapa hambatan umum dalam memecahkan masalah yaitu sebagai berikut: a) Fiksasi, merupakan penggunaan sebuah strategi terdahulu dan kegagalan untuk memandang suatu masalah dari perspektif yang baru dan segar. Termasuk di dalamnya mental set. b) Kurangnya motifasi dan kegigihan. Hal yang terpenting bagi para murid adalah untuk termotivasi secara internal, guna menangani masalah dan gigih dalam menemukan suatu pemecahan. c) Kurangnya membatasi



kontrol suatu



emosi. Emosi



masalah.



dapat



Individu



yang



memfasilitasi



atau



kompeten dalam



memecahkan masalah biasanya tidak takut membuat kesalahan. C. Perubahan Pengembangan Satu cara untuk mempelajari perubahan dari segi perkembangan dalam pemecahan masalah disebut dengan aturan pendekatan penilaian yang berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk secara aktiv menggunakan



aturan-aturan



dalam



pemecahan



masalah



seiring



bertambahnya usia. Semakin bertambah usia sorang anak, maka pemikiran mereka dalam memcahkan masalah akan semakin baik pula. Ada dua metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam kelas untuk melatih siswa dalam memecahkan masalah, yaitu : 1) Pembelajaran berbasis masalah, merupakan pembelajaran yang menekankan pemecahan masalah-masalah autentik seperti yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.



10



2) Pembelajaran berbasis proyek, merupakan pembelajaran dimana murid-murid bekerja secara nyata mengkaji masalah-masalah yang berarti dan menciptakan produk yang nyata. 2.4 Transfer Transfer



terjadi



ketika



seseorang



menerapkan



pengalaman



dan



pengetahuan sebelumnya, pada pembelajaran atau pemecahan masalah dalam situasi baru. Ada beberapa jenis transfer, antara lain: 1) Transfer dekat. Transfer pembelajaran ke sebuah situasi yang serupa pembelajaran awal. 2) Transfer jauh. Transfer pembelajaran ke situasi yang berbeda jauh dari pembelajaran awal. 3) Transfer low-road. Transfer pembelajaran ke situasi lain secara otomatis dan seringkali secara tidak sadar. 4) Transfer high-road. Transfer pembelajaran dari satu situasi ke situasi lain yang dilakukan secara sadar dan disertai usaha. 5) Transfer forward-reaching. Transfer pembelajaran yang melibatkan pemikiran mengenai bagaimana menerapkan apa yang telah dipelajari kesituasi baru di masa depan. 6) Transfer backward-reaching. Transfer pembelajaran dengan melihat situasi sebelumnya mengenai informasi yang akan membantu memecahkan maslah sebuah konteks baru.



11



BAB III KASUS DAN ANALISIS KASUS



3.1 Kasus A. Nama Inisial



: RSH



B. Kelas



: Mahasiswa Semester 4



C. Usia



: 20 Tahun



D. Jenis Kelamin



: Perempuan



E. Latar Belakang Keluarga : Latar belakang keluarga RSH yang saya ketahui adalah ia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, kedua adiknya adalah lakilaki yang suka bermain game. Ibunya sangat baik dan cukup peduli seperti kebanyakan orang tua lainnya. Ayahnya cukup tegas namun santai. Dan kedua orangtuanya sama-sama bekerja. Kedua orangtuanya sama-sama bekerja, kedua orangtuanya sangat cukup peduli dan cenderung santai dalam mendidik. Kelurga RSH tergolong keluarga yang dalam segi ekonomi terbilang mampu. F. Masalah Yang Dimiliki



:



Menurut pengalaman saya yang selama 2 tahun berinteraksi dengan RSH, ia sangat mengalami kesulitan berpikir, atau Proses Kognitifnya terbilang lambat atau sulit menangkap apa yang disampaikan oleh orang lain, termasuk dosen. Sehingga ia memerlukan bantuan teman-temannya untuk menjelaskan kembali materi yang sudah diberikan, namun masih sulit juga bagi RSH untuk memahami meskipun sudah dijelaskan kembali. Ada beberapa mata kuliah yang harus diulang oleh RSH karena nilai yang tidak mencukupi untuk lulus dari mata kuliah tersebut, permasalahan ini tidak terjadi disatu mata kuliah saja, melainkan ada beberapa mata kuliah lainnya.



12



3.2 Analisis Kasus Pada teori pemahaman konseptual, sepertinya RSH sudah mampu untuk mempelajari ciri-ciri konsep, hanya saja perlu bantuan untuk memahami konsep yang kompleks. Sehingga pengajar atau teman-teman yang membantu dalam pembelajaran perlu mendefinisikan sesuatu secara jelas dan memberi contoh yang cermat. Kemudian pada proses berfikir, masih sedikit sulit mentransformasikan informasi dalam memori, sehingga sehingga perlu waktu untuk memproses berpikir untuk membentuk konsep, bernalar, berpikir secara kritis dan memecahkan masalah. Dan pada pemecahan problem atau masalah itu sendiri, sebaiknya RSH ada yang mendampingi untuk membuat langkah-langkah pemecahan masalah yang terjadi. Dan kemampuan untuk mentransfer pembelajaran dirasa cukup sulit bagi RSH sehingga tidak mudah untuk mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya untuk mempelajari atau memecahkan prolem dalam situasi baru.



13



BAB IV PENUTUP



4.3 Kesimpulan Proses kognitif yang mencangkup pemahaman konseptual, berpikir, pemecahan masalah dan transfer membutuhkan pemahaman terhadap konsep. Konsep adalah elemen dari kognisi yang membantu untuk menyederhanakan dan meringkas informasi. Oleh karena itu pemahaman konsep harus diajarkan oleh pengajar maupun orangtua agar individu



mampu mendefinisikan obyek yang ada dalam kehidupan



sehari-hari dengan pemahaman konsep yang di bangunnya sendiri. Konsep adalah kategori yang digunakan untuk mengelompokkan obyek, kejadian, dan karateristik berdasarkan kesamaan properti. Konsep juga dapat meningkatkan memori, komunikasi, dan penggunaan waktu sehingga dapat membantu individu dalam berpikir, memecahkan suatu masalah dan transfer. 4.4 Saran A. Untuk orangtua yang memiliki anak dengan keadaan ini Peran aktif orangtua untuk membimbing anak dalam belajar maupun kehidupan sehari-hari harus ditingkatkan seperti dalam hal kemandirian, bernalar, maupun memecahkan suatu masalah. Sehingga peningkatan kemampuan atau prestasi yang dimilikinya akan semakin berkembang namun tetap memerhatikan kesehatan mental anak dengan tidak terlalu menekankan batas kemampuan anak. Jika dirasa tidak



mampu



menanganinya



seorang



diri,



orangtua



dapat



mengkonsultasikan hal tersebut kepada ahlinya (Psikolog atau terapist psikologi). B. Untuk sekolah yang memiliki anak dengan keadaan ini Guru dan sekolah berperan dalam pengajaran dan evaluasi akademis. Sekolah maupun pengajar mampu untuk menerapkan pembelajaran berbasis problem, yaitu membelajaran yang lebh



14



menekankan pada pemecahan problem autentik seperti problem yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pihak sekolah dan orangtua harus berkolaborasi jika dirasa ada anak yang mengalami masalah proses kognitif, minimal dibutuhkan dari self-monitoring dan wawancara dengan orang yang relevan. C. Sistem pendidikan yang tepat Anak-anak yang memiliki kesulitan dalam proses berfikir sangat mempengaruhi kualitas belajarnya, baik secara umum maupun khusus memerlukan pelayanan khusus dalam proses pembelajarannya disekolah. Mereka membutuhkan bimbingan dan program yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Bimbingan khusus akan sangat membantu dalam menyelesaikan permasalahan belajar siswa yang disebabkan oleh faktor psikologis. Sedangkan anak-anak dengan kesulitan belajar membutuhkan program khusus yang berupa remidi dan laporan program pembelajaran individual untuk mengetaui sejauh mana anak dapat mengembangkan kognitifnya.



15



DAFTAR PUSTAKA



Santrock, John W. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.



16