Makalah Kognitif Behavior [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENDEKATAN DAN TEKNIK KONSELING KOGNITIF BEHAVIOR Tugas Mata Kuliah Pendekatan dan Teknik Konseling Kognitif Behavior Dosen Pengampu : Siti Rahmi, S.Sos.I.,M.Pd



Disusun oleh: Meldelin Beti.V 1840606039



Program Studi Bimbingan Dan Konseling Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Borneo Tarakan 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur saya haturkan kepada kehadirat Tuhan YME atas limpahan berkat karunia nikmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan dan Teknik Konseling Kognitif behavior ” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Pendekatan dan Teknik Konseling Kognitif behavior yang diampu oleh Ibu Siti Rahmi, S.Sos.I.,M.Pd Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini. Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca. Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.



Tarakan, 9 Maret 2021



Penyusun



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah 3. Tujuan BAB II PEMBAHASAN 1. Konsep Dasar Hidup Manusia Kognitif Behavioral 2. Perbedaan Konsep Dasar Dua Model Pendekatan Konseling Kognitif Behavioral 3. Teknik-teknik Konseling Kognitif 4. Tahap-tahap Konseling Kognitif 5. Teknik-teknik Konseling Behavioral 6. Tahap-tahap Konseling behavioral



BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan 2. saran DAFTAR PUSTAKA



BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Cognitive behavioral therapy atau terapi kognitif-behavioral adalah salah satu dari pendekatan konseling barat yang memiliki asumsi bahwa pola pikir dan keyakinan mempengaruhi perilaku, dan perubahan pada kognisi ini dapat menghasilkan perubahan perilaku yang diharapkan. Ringkasnya cognitive behavior therapy ini mengarahkan klien kepada pemikiran yang rasional dan logis, karena menurut pendekatan ini seseorang bertingkah laku hasil pemikirannya. Menurut Alford dan Beck cognitive behavior therapy (CBT) merupakan pendekatan konseling yang didasarkan atas konseptualisasi atau pemahaman pada setiap konseli, yaitu pada tiga keyakinan khusus konseli dan pola perilaku konseli. Proses konseling dengan cara memahami konseli didasarkan pada restrukturisasi kognitif yang menyimpang, keyakinan konseli untuk membawa perubahan emosi dan strategi perilaku ke arah yang lebih baik. Tujuan cognitive behavior therapy adalah untuk mengajak konseli menentang pikiran dan emosi yang salah dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah yang dihadapi. 2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep dasar hidup manusia cognitive behavioral ? 2. Apa perbedaan konsep dasar dari dua model pendekatan konseling cognitive behavior ? 3. Apa saja teknik-teknik konseling cognitive ? 4. Apa saja tahap-tahap konseling cognitive ? 5. Apa saja teknik-teknik konseling behavior ? 6. Apa saja tahap-tahap konseling behavior ?



3. Tujuan 1. Mengetahui tentang konsep dasar hidup manusia cognitive behavioral 2. Mengetahui perbedaan konsep dasar dari dua model pendekatan konseling cognitive behavior 3. Mengetahui apa saja teknik-teknik konseling cognitive 4. Mengetahi apa saja tahap-tahap konseling cognitive 5. Mengetahui apa saja teknik-teknik konseling behavior 6. Mengetahui apa saja tahap-tahap konseling behavior



BAB II PEMBAHASAN 1. Konsep Dasar Hidup Manusia Cognitive Behavioral Pendekatan behavioral berpandangan bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari. Proses belajar tingkah laku adalah melalui dan belajar (Rosjidan, 1994,p. 10). Selanjutnya tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru. Manusia dipandang memiliki potensi untuk berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah. Manusia mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri, dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan dapat belajar tingkahlaku baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang lain. Pendekatan behavioral didasari oleh pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yaitu pendekatan yang sistematik dan terstruktur dalam konseling. Albert Bandura denhan teori belajar social berpandangan bahwa manusia dapat berpikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri, manusia dan lingkungan saling mempengaruhi dan fungsi kepribadian melibatkan interaksi satu orang dengan rang laainnya. Teori belajar sosialnya didasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal determinism), tanpa penguatan (beyond reinforcement), dan pengaturan diri/berpikir (self regulation/cognition). Individu dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan mengulang apa yang dilihat. Tingkah laku ditentukan oleh antisipasi terhadap konsekuensi. Menusia sebagai pribadi dapat mengatur diri sendiri, dan dapat melihat konsekuensi bagi tingkah laku sendiri. 2. Perbedaan Konsep Dasar dari Dua Model Pendekatan Konseling Cognitive Behavior Aaron T.Beck (Beck, 2011:2) mendefinisikan Konseling Kognitif sebagai pendekatan konseling yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan konseli pada saat ini dengan cara melakukan restrukturisasi kognitif dan perilaku yang menyimpang. Pikiran negatif dan perasaan yang tidak nyaman dapat membawa individu pada permasalahan psikologis yang lebih serius, seperti gangguan kecemasan bahkan depresi. Konseling Kognitif berfokus pada distorsi kognitif yang berlebihan seperti pola pikir, prediksi negatif, generalisasi berlebihan, melabeli diri sendiri, mengkritik diri sendiri dan personalisasi (Gladding, 2012:273). Pendekatan



kognitif berusaha memfokuskan untuk menempatkan suatu pikiran, keyakinan, atau bentuk pembicaraan diri (self talk) terhadap orang lain (misalnya, hidup saya sengsara sehingga sulit untuk dapat menentukan tujuan hidup saya). Selain itu, terapi juga memfokuskan pada upaya membelajarkan klien agar dapat memiliki cara berpikir yang lebih positif dalam berbagai peristiwa kehidupan dan tidak hanya sekedar berupaya mengatasi penyakit atau gangguan yang sedang dialaminya.. Dengan kata lain, konseling kognitif memfokuskan pada kegiatan mengelola dan memonitor pola fikir klien sehingga dapat mengurangi pikiran negatif dan mengubah isi pikiran agar dapat siperoleh emosi yang lebih positif. Sedangkan behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Terapi perilaku ini lebih mengkonsentrasikan pada modifikasi tindakan, dan berfokus pada perilaku saat ini daripada masa lampau. Belakangan kaum behavioris lebih dikenal dengan teori belajar, karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Terapi perilaku ini lebih mengkonsentrasikan pada modifikasi tindakan, dan berfokus pada perilaku saat ini daripada masa lampau. Konseling behavioral menaruh perhatian pada upaya perubahan tingkah laku. Konseling behavioral merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu. Terapi tingkah laku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar. Konseling Behavioral memfokuskan pada kegiatan (tindakan) yang dilakukan klien, menentukan bentuk imbalan (rewards) yang dapat mendorong klien untuk melakukan tindakan tertentu, pemberian konsekuensi yang tidak menyenangkan, guna mencegah klien melakukan tindakan yang tidak dikehendaki. 3. Teknik-teknik Konseling Cognitive Ada beberapa teknik yang biasa digunakan dalam praktek atau proses konseling kognitif behavior. Dalam redaksi lain Hackney dan Cormier (2009: 209), menyebut teknik teknik tersebut antara lain yang terbagi pada kelompok skill intervensi kognitif dan skill intervensi perilaku. Teknik yang terkelompokkan pada skill intervensi kognitif antara lain:



a. Eliciting thought: menolong klien untuk membedakan antara pikiran dan perasaan serta untuk mengekspresikan pendapat, keyakinan, aturan-aturan diri, dan lain-lain. b. Modifying thoughts: menolong klien mengubah pola-pola berpikir ketika hal itu dianggap cocok/tepat. c. Problem solving: menolong klien untuk mengidentifikasi bagaimana dia memecahkan masalah, mengevaluasi proses, dan mengembangkan strategi pemecahan masalah yang lebih epektif. d. Information giving: menentukan informasi apa yang klien perlukan untuk membuat putusan dan menolong klien mendapatkan informasi. e. Decision Making: menolong klien mengembangkan praktek membuat keputusan. f. A-B-C Analysis, menolong klien untuk menganalisis pola-pola pikirnya. Analisis didasarkan pada A= activating event (peristiwa yang terjadi), B=beliefs (keyakinan), C=Emotional and Behavior consequence (konsekuensi emosi dan perilaku). Bahwa problem emosi dan perilaku muncul bukan karena peristiwa itu sendiri melainkan pada keyakinan atau cara pandang klien terhadap peristiwa. g. Disputation, menentang proses berpikir dan berperilaku klien h. Desibles and countering intervention, mengintervensi dan mengganti atau melawan pikiran-pikiran yang berhubungan dengan gangguan perasaan. i. Cognitive restructuring, menolong klien untuk mengidentifikasi dan mengganti pernyataan diri negatifnya j. Thought stopping, membantu klien untuk mengembangkan cara menghentikan pikiran destruktif dan tidak produktif tentang diri dan orang lain k. Positive self talk, menunjukkan kepada klien cara-Cara menggantikan self talk negatifnya dengan self talk yang positif (membangun keyakinan) l. Anchoring, menolong klien untuk mengganti reaksi yang tidak mendukung terhadap situasi dengan respon yang positif dan mendukung terhadap situasi.



m. Reframing, membantu klien untuk mengenal penafsiran yang lebih realistis dan konstruktif terhadap peristiwa yang diinterpretasikan secara negative n. Symptom prescription, menentang klien yang nyata-nyata rendah kontrolnya terhadap masalah dengan kepemilikan prakarsa terhadap masalah.



4. Tahap-tahap Konseling Cognitive Tahap-tahap konseling kognitif terdiri dari 9 tahap (Seligman, 2006). Adapun kesembilan tahap tersebut adalah sebagai berikut : a. Membangun agenda yang bermakna untuk konseli. b. Menentukan dan mengukur intensitas mood seseorang. c. Mengidentifikasi dan mereview masalah yang ditunjukkan. d. Membangkitkan ekspektasi konseli dalam perlakuan. e. Mengajarkan konseli tentang konseling kognitif dan peran dari konseli. f. Menggali informasi tentang kesulitan konseli dan mendiagnosisnya. g. Menentukan tujuan konseling. h. Memberikan tugas dan tugas rumah kepada konseli. i. Merangkum sesi konseling. j. Meminta umpan balik dari konseli.



5. Teknik-teknik Konseling Behavior 1. Penguatan Positif (Positive Reinforcement) Penguatan positif adalah memberikan penguatan yang menyenangkan setelah tingkahlaku yang diinginkan ditampilkan yang bertujuan agar tingkahlaku yang diinginkan cenderung akan diulang, meningkat dan menetap dimasa akan datang (walker dan Shea, 1984), Reinforcement positif, yaitu peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah laku yang dikehendaki berpeluang diulang karena bersifat disenangi. Dalam memahami penguatan positif, perlu dibedakan dengan penguatan negatif Yaitu menghilangkan aversive stimulus yang biasa dilakukan agar tingkah laku yang tidak diinginkan berkurang dan tingkah laku yang diinginkan meningkat. Reinforcement negatif, yaitu peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah laku yang di kehedaki kecil peluang untuk di ulang.



Reinforcement dapat bersifat tidak menyenangkan atau tidak memberi dampak pada perubahan tingkah laku tujuan (Sukdji, 1983,P.12). Jenis-jenis Penguatan (Reinforcement) Terdapat tiga jenis reinforcement yang dapat digunakan untuk modifikasi tingkah laku yaitu:



 







Primary reinforcement atau uncondition reinforcer, yaitu reinforcement yang langsung dapat dinikmati misalnya makanan dan minuman. Secondary reinforcer atau conditioned reinforcer, pada umumnya tingkah laku manusia berhubungan dengan ini, misalnya uang, senyuman pujian, mendal, pin, hadiah, dan kehormatan. Contingency reinforcement, yaitu tingkah laku tidak menyensngkan dipakai sebaga syarat agar anak melakukan tingkah laku menyenangkan, misalnya kerjsksn dulu PR baru nonton tv. Reinforcement ini sangat efektif dalam modifikasi tingkah laku. Penerapan Penguatan positif yang efektif Untuk menerapkan penguatan positif yang efektif, konselor perlu mempertimbangkan beberapa syarat diantaranya adalah:



         



Memberikan penguatan dengan segera Penguatan akan memiliki efek yang lebih bermakna bila diberikan segera setelah tingkah laku yang di inginkan oleh konseli. Memilih penguatan yang tepat Mengatur kondisi situasional Menentukan kuantitas penguatan Memberikan sampel penguatan Menangani persaingan asosiasi Mengatur jadwal penguatan Mempertimbangkan efek penguatan terhadap kelompok Menangani efek kontrol kontra



Langkah-langkah pemberian penguatan (reinforcement) Adapun langkah-langkah penerapan reinforcement positif adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan informasi tentang permasalahan melalui analisis ABC  Antecedent (pencetus perilaku)  Behavior (perilaku yang dipermasalahkan; frekuensi, intensitas, dan durasi)  Consequence ( akibat yang diperoleh dari perilaku tersebut) 2. Memilih perilaku target yang ingin ditinggatkan 3. Menetapan data awal (baseline) perilaku awal 4. Menenukan reinforcement yang bermakna



5. Menetapkan jadwal pemberian reinforcement 6. Penerapan reinforcement positif 2. Kartu Berharga (token economy) Kartu berharga merupakan Teknik konseling behavioral yang didasarkan pada prinsip operant conditioning skinner yang termasuk didalamnya adalah penguatan. Token economy adalah strategi menghindari pemberian reinforcement secara langsung, token merupakan penghargaan yang dapat ditukar kemudian dengan berbagai barang yang diinginkan oleh konseli. Kartu beharga (token economy) dapat diterapkan di berbagai seting dan populasi seperti dalam seting individual, kelompok dan kelas, juga berbagai populasi mulai dari anak-anak hingga orang dewasa (corey,1986,p.185). Token economy bertujuan untuk mengembangkan perilaku adaptif melalui pemberian reinforcement dengan token. Ketika tingkah laku yang diinginkan telah cenderung ,menetap, pemberian token dikurangi secara bertahap (corey,1986,p,185). Penggunaan token sebagai reinforcer untuk membentuk tingkah laku memiliki beberapa keuntungan antara lain:  Token tidak mengurangi nilai insentif, terutama Ketika kekuatan pemerolehan (earning power) dan nilai meningkat seiring dengan peningkatan perilaku  Token dapat mengurangi penundaan antara tingkah laku yang diinginkan dengan hadiah (reward).  Token dapat digunakan sebagai motivator kongkrit (concrete motivator) untuk mengubah tingkah laku tertentu.  Token adalah bentuk dari penguatan positif.  Individu memiliki kesempatan untuk menentukan bagaimana menggunakan token yang didapatkan  Token economy dapat mengarahkan ke peningkatan moral konseli dan staf  Sistem token dapat memungkinkan untuk mengukur penguatan sosisal  Token menjadi jembatan isntitusi dan kehidupan diluar sekolah (Corey,1986,p.185) Langkah-langkah penerapan token economy, yaitu: Penggunaan token economy mengikuti Langkah-langkah sebagai berikut:       



Membuat analisis ABC Menetapkan target perilaku yang akan dicapai Bersama konseli Penetapan besaran harga atau poin token yang sesuai dengan perilaku target. Penetapan saat kapan token yang akan digunakan misalnya: bintang, stemple, dan kartu Mengidentifikasi pihak yang terlibat dalam program seperti staf sekolah,Guru, relawan, siswa, anggota token economy Menetapkan jumlah dan frekuensi penukaran token, missal 25-75 token perorang dan menurun sampai 15-30 token perhari Membuat pedoman pelaksanaan token economy (perilaku mana yang akan diberi penguatan, bagaimana cara memberi penguatan dengan token, kapan waktu



 



pemberian, berapa jumlah token yang bisa diperoleh, data apa yang harus dicatat, siapa administatotrnya dan bagaimana prosedur evaluasinya. Pedoman diberikan kepada konseli dan staf Lakukan monitoring.



3. Pembentukan (shaping) Shaping adalah bentuk tingkah laku baru yang sebelumnya belum ditampilkan dengan memberikan reinforcement secara sistematik dan langsung setiap kali tingkah laku ditampilkan. Tingkah laku diubah secara bertahap dengan memperkuat usur-unsur kecil tingkah laku baru yang di inginkan secara berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir. Pada anak autistic yang tingkah laku, verbal, emosional, dan sosial adaptip. Konselor membentuk tingkahlaku yang lebih adaptip dengan memberi reinforcement primer maupun sekunder Langkah-langkah penerapan shaping  Membuat analisis ABC  Menetapkan target perilaku spesifik yang akan dicapai Bersama konseli  Tentuksn Bersama jenis reinforcement positif yang akan digunakan  Membuat perencanaan dengan membuat tahapan pencapaian perilaku mulai dari perilaku awal sampai perilaku akhir (misalnya bolos menjadi tidak bolos)  Perencanaan dapat dimodifikasi selama berlangsungnya program shaping  Peneta[an waktu pemberian reinforcement pada setiap tahap program, misalnya setelah beberapa kali percobaan perilaku target dalam suatu tahap. 4. Pembuatan kontrak (contingency contracting) Pembuatan kontrak adalah mengatur kondisi sehingga konseli menampilkan tingkah laku yang diinginkan berdasarkan kontrak antara konseli dan konselor. Prinsip dasar kontrak  Kontrak disertai dengan penguatan  Reinforcement diberikan dengan segera  Kontrak harus dinegosiasikan secara terbuka dan bebas serta disepakati antara konseli dan konselor  Kontrak harus fair  Kontrak harus jelas (target tingkah laku, frekuensi, lamanya kontrak)  Kontrak dilaksanakan secara terintegrasi dengan program sekolah Langkah-langkah pembuatan kontrak  Pilih tingkah laku yang akan diubah dengan melakukan analisis ABC  Tentukan data awal (baseline data) (tingkah laku yang akan di ubah )  Tentukan jenis penguatan yang akan diterapkan



 



Berikan reinforcement setiapkali tingkah laku yang diinginkan ditampilkan sesua jadwal kontrak Berikan penguatan setiap saat tingkah laku yang ditampilkan menetap



5. Penokohan (Modeling) Modeling berakar dari teori albert bandura dengan teori belajar sosial. Penggunaan Teknik modeling telah dimulai pada akhir tahun 50-an, meliputi tokoh nyata melalui film, tokoh imajinasi. Beberapa istilah yang digunakan adalah penokohan, peniruan, dan belajar melalui pengamatan penokohan istilah yang menunjukan terjadinya proses belajar melalui pengamatan terhadap orang lain dan perubahan terjadi melalui peniruan. Peniruan menunjukan bahwa perilaku lain yang diamati, yang ditiru, lebih merupakan peniruan terhadap yang dilihat dan diamati. Proses belajar melalui pengamatan menunjukann terjadinya proses belajar setelah mengamati perilaku kepada orang lain. Modeling merupakan belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus,melibatkan proses kognitif.Terdapat beberapa tipe modelng yaitu: modeling tingkah laku, Modeling simbolik, Modeling kondisioning.



 



 



 



   



Proses penting modeling Perhatian, harus focus pada model. Proses ini dipengaruhi asosiasi pengamat dengan model, sifat yang atraktif, arti penting tingkah laku yang diamati bagi si pengamat Representasi, yaitu tingkah laku yang akan di tiru harus simbolisasi dalam ingatan. Bak bentuk verbal maupun gambar dan imajinasi. Verbal memungkinkan orang mengevluasi secara verbal tingkah laku yang dicoba lakukan. Imajinasi memungkinkan dilakukan Latihan simbolik dalam pikiran. Peniruan tingkah laku model, yaitu bagaimana melakukannya apa yang harus dikerjakan apakah sudah benar Hasil lebih pada pencapaian tujuan belajar dan efikasi pembelajar. Motivasi dan pengiatan. Motivasi tinggi untuk melakukan tingkah laku model membuat menjadi efektif. Imitasi lebih kuat pada tingkah laku yang diberi penguatan dari pada dihukum. Langkah-langkah Menetapkan bentuk penokohan (live model, symbolic model, multiple model) Pada live model, pilih model yang bersahabat atau teman sebaya konseli yang memiliki kesamaan seperti: Usia, status ekonomi, dan penampilan fisik. Hal in penting terutama bagi anak-anak Bila mungki gunakan lebih dari satu model Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan tingkat perilaku konseli Kombinasikan modeling dengan aturan, intruksi, behavioral rehearsal, dan penguatan. Pada saat konseli memperhatikan penampilan tokoh berikan penguatan alamiah







  



Bila mungkin buat desain pelatihan untuk konseli menirukan model secara tepat, sehinga akan mengarahkan konseli pada penguatan alamiah. Bila tidak maka buat perencanaan pemberian penguatan untuk setiap peniruan tingkah laku yang tepat Bila perilaku bersifat kompleks, maka episode modeling dilakukan mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar Scenario modeling harus dibuat realistik Melakukan pemodelan dimana tokoh menunjukan perilaku yang menimbulkan rasa takut bagi konseli (dengan sikap manis, perhatian, Bahasa yang lembut dan perilaku yang menyenangkan konseli



6. Pengelolaan Diri (Self Management) Pengelolaan diri adalah prosedur dimana individu mengatur perilakunya sendiri. Pada Teknik ini individu terlihat pada beberapa atau keseluruhan kompenen dasar yaitu: menentukan perilaku sasaran,memonitor perilaku tersebut, memilih prosedur yang akan ditetapkan, melaksanakan prosedur tersebut dan mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut. (sukadji,1983,p,96). Dalam penerapan Teknik pengelolaan diri (self management) jawab keberhasian konseling berada di tangan konseling berada ditangan konseli.konselor berperan sebagai pencetus gagasan, fasilitor, yang membantu merancang program serta motivator bagi konseli.(sukadji,1983,p.96). Tahap-tahap pengelolaan diri Pengelolaan diri biasa dilakukan dengan mengikuti Langkah-langkah sebagai berikut:  Tahap monitor diri atau observasi diri Pada tahap ini konselidengan sengaja mengamati tingkah lakunya sendiri serta mencatatnya dengan teliti.  Tahap evaluasi diri Pada tahap ini konseli membandingkan hasil catatan tingkah laku dengan target tingkah laku yang dibuat konseli.  Tahap pemberian penguatan, penghapusan atau penghukuman Pada tahap ini konseli mengatur dirinya snediri, memberikan penguatan, menghapus dan memberikan hukuman pada diri sendiri. 7. Penghapusan (Extinction) Penghapusan adalah menghentikan reinforcement pada tingkah laku yang sebelumnya diberi reinforcement Langkah-lamgkah  Tentukan tingkah laku yang akan dihentikan dengan analisis ABC.  Bila tingkah laku itu ditampilkan, guru atau orang tua diam dan tidak memberikan indikasin bahwa guru atau orang tua melihat tingkah laku tersebut  Extincition akan lebih kuat bila dikombinasikan dengan Teknik penguatan positif



8. Pembanjiran (Flooding) Pembanjiran merupakan Teknik modifikasi perilaku berdasarkan prinsip teori yang dikemukakan oleh B.F Skinner, pembanjran adalah membanjiri konseli dengan situasi atau penyebab kecemasan atau tingkah laku tidak dikehendaki, sampai konseli sadar bahwa yang dicemaskan tidak terjadi. Pembanjiran harus dilakukan hati-hati karena mungkin akan terjadi reaksi emosi sangat tinggi. Pembanjiran sesuai untuk menangani kasus fobia. Tujuannya untuk menurunkan tingkat rasa takut yang ditimbulkan, dengan menggunakan stimulus yang dikondisikan yang dimunculkan secara berulang-ulang sehingga terjadi penurunan, tanpa memberi penguatan.











Cara-cara penerapan pembanjiran (flooding) Terdapat dua cara melakukan pembanjiran yang dijadikan alternatif bagi konselor dalam menerapkan pembanjiran (flooding). Invivo Yaitu, konselor mencoba membawa konseli hadir pada situasi atau stimulus yang menibulkan rasa takut dengan segera selama terapi berlangsung, dilakukan selama 1 jam atau lebih setiap sesinya, disertai pencegahan terhadap perilaku untuk menghindari atau lari dari situasi tersebut. Imajeri Yaitu stimulus yang menakutkan bisa dihadirkan juga dengan membayangkan, konselor akan membuat gambaran situasi yang semakin meningkatkan rasa takut dan semakin mencemaskan. Pengalaman konseli membayangkan tanpa disertai akibat ynag dahsyat dapat menurunkan tingkat rasa takutnya, dan ia akan siap menghadapi situasi sebenarnya. Tetapi berdasarkan pendapat ahli, proses mengalami langsung lebih efektif. Teknik in biasa digunakan untuk kasus-kasus fobia, obsesif psikotik.



9. Penjenuhan (satiation) Penjenuhan (statiation) adalah varian flooding untuk self control. Kontrol diri (self control) berasumsi bahwa tingkah laku dipengaruhi variabel eksternal. Penjenuhann adalah membuat diri jenuh terhadap satu tingkah laku, sehingga tidak lagi bersedia melakukannya. Menurunkan atau menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan dengan memberikan reinforcement yang semakin banyak dan terus menerus, sehingga individu merasa puas dan tidak akan melakukan tingkah laku yang tidak diinginkan lagi. 10. Hukuman (punishment) Hukuman atau punishment merupakan intervensi operant-conditioning yang digunakan konselor untuk mengurangi tingkah laku yang tidak diingnkan. Hukuman terdiri dari stimulus yang tidak menyenangkan sebagai konsekuensi dari tingkah laku.Skinner berkeyakinan bahwa hukuman kerapkali dingunakan bukan untuk menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan tetapi hanya mengurangi kecenderungan tingkah laku. Ketika hukuman dihilangkan maka tingkah laku tersebut akan muncul kebali (corey,1986,p.186).



Akan tetapi, hukuman memiliki efek emosional yang negative seperti kemarahan dan depresi. Bila hukumn digunakan harus diiringi dengan penguatan positif. Pada penelitian yang dilakukan oleh skinner menunjukan bahwa penguatan positif memberikan efek yang lebih efektif disbanding aversif dan hukuman (corey, 1986,p.186).







 



Hal-hal yang harus diperhatikan Dalam pemberian punishment terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu: Hukuman diberikan segera setelah perilaku yang tidak diinginkan muncul pada satu situasi agar individu sedikit memliki keinginan untuk mengulang Kembali perilaku tersebut bila berapada pada situasi yang sama. Penerapan punishment dalam pengubahan tingkah laku, lebih kepada fungsi konsekuensi yang memberi efek penurunan perlaku Pemberian hukuman bisa dilakukan sebagai tambahan atas konsekuensi tingkah laku (tambahan tugas) atau penghilang sesuatu yang menyenangkan bagi siswa (mengikuti kegiatan ekstrakulikuler diganti dengan tugas tambahan)



11. Terapi Aversi Terapi aversi merupakan Teknik yang bertujuan untuk meredakan gangguangangguan brhavior yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya. Stimulus aversi biasanya berupa hukuman dengan kejutan listri atau ramuan yang membuat mual. Kendali aversi bisa melibatkan penarikan penguatan positif atau penggunaan hukuman. Area penggunaan aversi adalah untuk tingkah laku maladaptif antara lain: ketergantungan alcohol, obat-obatan, merokok, obsesi, kompulsi, berjudi homoseksualitas, penyimpangan seksual seperti pedofilia. Merupakan Teknik utama untuk alkoholik , melalui pemberian ramuan yang menimbulkan mual kedalam alcohol yang diminum. Prosedur aversif menyajikan caracara menahan respons maladaptive pada suatu periode, sehingga ada kesempatan untuk memperoleh tingkah laku alternatif yang adaptif. o Hukuman jangan sering digunakan, meskipun konseli mengingnkannya. o Bila menggunakan hukuman, perumusan tingkah laku alternatif harus spesifik dan jelas o Selain itu hukuman digunakan dengan cara-cara yang tidak mengakibatkan konselimerasa ditolak sebagai pribadi o Konseli harus tahu bahwa konsekuensi aversif diasosiasikan dengan tingkah laku maladaptive spesifik. 12. Disensitisasi Sistematis Disensitisasi sistematis digunakan untuk menghapus rasa cemas dan tingkah laku menghindar. Disensitisasi sistematis dilakukan dengan menerapkan pengkondisian klasik yaitu dengan melemahkan kekuatan stimulus penghasil kecemasan, gejala kecemasan bisa dikendalikan dan dihapus melalui penggantian stimulus. Melibatkan Teknik



relaksasi. Melatih konseli untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau divisualisasi. 6. Tahap-tahap Konseling Behavior Tingkah laku yang bermasalah dalam konseling behavioral adalah tingkah laku yang berlebihan (excessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit).Konseling behavioral memiliki empat tahap yaitu: 1. Melakukan Asesmen (Assessment) Tahap ini bertujuan untuk menentukan apa yang dilakukan oleh konseli pada saat ini. Asesmen dilakukan adalah aktivitas nyata, perasaaan dan pikiran konseli.Kanfer dan Saslow (1969) mengatakan terdapat tujuh informasi yang digali dalam assessment, yaitu: -



2.



1. 2. 3. 4.



Analisis tingkah laku yang bermasalah yang dialami konseli saat ini.Tingkah laku yang dianalisis adalah tingkah laku yang khusus Analisis situasi yang didalamnya masalah konseli terjadi. Analisis motivasional Analisis self control, yaitu tingkatan control diri konseli terhadap tingkah laku bermasalah ditelusuri atas dasar bagaimana kontrol itu dilatih dan atas dasar kejadiankejadian yang menentukan keberhasilan self-control. Analisis hubungan sosial, yaitu orang lain yang dekat dengan kehidupan konseli di identifikasi juga hubungannya orang tersebut dengan konseli. Analisis lingkungan fisik-sosial budaya. Menetapkan Tujuan Konselor dan konseli menentukan tujuan konseli sesuai dengan kesepakatan Bersama berdasarkan informasi yang telah disusun dan dianaliis. Burks dan Engelkes (1978) mengemukakan bahwa fase goal setting disusun atas tiga Langkah yaitu: Membantu konseling untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan yang di inginkan Memperhatikan tujuan konseli berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan belajar yang dapat di terima dan dapat diukur Memecahkan tujuan kedalam sub tujuan dan Menyusun tujuan menjadi susunan yang berurutan Implementasi Teknik Setelah tujuan konseling dirumuskan,konselor dan konseli menentukan strategi belajar yang terbaik untuk membantu konseli mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan. Konselor dan konseli mengimplementasikan Teknik-teknik konseling sesuai dengan masalah yang dialami oleh konseli. Dalam implementasi Teknik konselor membandingkan perubahan tingkah laku antara baseline data dengan data intervensi.



5. Evaluasi dan pengakhiran (Evaluation-Termination) Evaluasi konseling behavioural merupakan proses yang berkesinambugan. Evaluasi dibuat atas dasar apa yang konseli buat. Tingkah laku konseli digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas tertentu dari Teknik yang digunakan. Terminasi lebih dar sekedar mengakhir konseling. Terminasi meliputi: - Menguji apa yang dilakukan konseli terakhir - Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseli tambahan - Membantu konseli mentrasfer apa yang dipelajari dalam konseling ketingkah laku konseli - Memberi jalan untuk memantau secara terus menerus tingkah laku konseli.



BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Cognitive behavioral therapy atau terapi kognitif-behavioral adalah salah satu dari pendekatan konseling barat yang memiliki asumsi bahwa pola pikir dan keyakinan mempengaruhi perilaku, dan perubahan pada kognisi ini dapat menghasilkan perubahan perilaku yang diharapkan. Ringkasnya cognitive behavior therapy ini mengarahkan klien kepada pemikiran yang rasional dan logis, karena menurut pendekatan ini seseorang bertingkah laku hasil pemikirannya. Sedangkan untuuk teknik yang biasa digunakan dalam praktek atau proses konseling kognitif behavior. Dalam redaksi lain Hackney dan Cormier (2009: 209), menyebut teknik teknik tersebut antara lain yang terbagi pada kelompok skill intervensi kognitif dan skill intervensi perilaku. 2. Saran Jika ada kekurangan dan kesalahan dalam makalah yang kami buat ini, kami sangatmengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kami bias memperbaiki segalakekurangan dan kesalahan saya dalam pembuatan makalah kedepannya



DAFTAR PUSTAKA Komalasari, Gantina. Eka Wahyuni., dan Karsih.(2011). Teori dan teknik konseling. Jakarta: PT Indeks. Septinisa.(2017). Pelaksanaan Pendekatan Konseling Kognitif Perilaku dalam Meningkatkan Perilaku Belajar Peserta Didik SMP Negeri 11 Bandar Lampung. (skripsi, Institut Agama Islam Negeri,2017). Diakses dari http://repository.radenintan.ac.id/579/1/SKRIPSI_LENGKAP_SEPTIANISA.pdf Tajiri, H. (2012). Model Konseling Kognitif-Perilaku Untuk Meningkatkan Kemampuan Kontrol Diri Perilaku Seksual Remaja. (laporan penelitian, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2012). Diakses dari http://digilib.uinsgd.ac.id/3630/1/Model%20Konseling%20Kognitif-



Perilaku



%20untuk%20Meningkatkan%20Kemampuan%20Kontrol%20Diri%20Perilaku %20Seksual %20Remaja.pdf Padmi, D. (2017). Pengaruh Konseling Kognitif Behavioral Model Aaron Beck Dengan Strategi Manajemen Diri Terhadap Self Autonomy Ditinjau Dari Urutan Kelahiran Siswa Melalui Lesson Study, Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran, 1(2), 167-168. Diakses dari https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&scioq=teknikteknik+konseling+kognitif+&q=PENGARUH+KONSELING+KOGNITIF+BEHAVIOR AL+MODEL+AARON+BECK+DENGAN+STRATEGI+MANAJEMEN+DIRI+TERH ADAP+SELF+AUTONOMY+DITINJAU+DARI+URUTAN+KELAHIRAN+SISWA+ MELALUI+LESSON+STUDY+&btnG Tentang Konsep Dasar Behavioral diakses dari http://digilib.uinsby.ac.id/15367/41/Bab%202.pdf