Makalah Siregar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Toga Siregar, merupakan keturunan Raja Batak ke empat dengan garis keturunan dari Guru Tatea Bulan, Saribu Raja, dan Raja Lontung.Toga Siregar bersaudara dengan 6 toga lainnnya dari batak



yaitu TogaSinaga, TogaSitumorang, TogaPandiangan, TogaNainggolan,



TogaSimatupang, dan TogaAritonang. Toga Siregar merupakan yang termuda diantara yang lainnya.Toga Siregar memiliki 4 keturunan laki-laki yaitu Silo, Dongoran, Silali, dan Siagian. Sedangkan marga Sormin dan Ritonga adalah marga yang berasal dari keturunan Toga Siregar, yaitu, Sormin dan Baumi dari anak Siregar Silo, dan Ritonga dari Siregar Silali. Kampung asli(Hutaberada di pinggir danau toba tepatnya di kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, dimana berdiri "Tugu Siregar" yang dibangun oleh Keturunan Marga Siregar, tetapi karena kondisi alam yang kurang subur banyak anak-anak keturunan marga siregar yang merantau ke daerah lain seperti Sipirok, Sidempuan, Bahal Batu, Kota cane dan Selanjutnya keturunan-keturunan Toga Siregar tersebar ke seluruh tanahBatak danNusantara.



B. Rumusan Masalah Pengenal sejarah Marga Siregar



BAB II PEMBAHASAN



A. Sejarah Asal Mula Marga Siregar Siregar adalah salah satu marga Batak. Menurut riwayat silsilah Batak, Toga Siregar merupakan generasi keempat keturunan Siraja Batak. Toga Siregar merupakan keturunan yang termuda dari Si Raja Lontung. Kampung asal marga Siregar berada di pinggir danau toba tepatnya di Kec. Muara, Tapanuli Utara, Sumatera Utara dimana berdiri "Tugu Siregar" yang dibangun oleh Keturunan Marga Siregar, Keturunan Toga Siregar memiliki empat keturunan laki-laki dari isterinya boru Limbong yaitu Silo, Dongoran, Silali, dan Siagian. Sedangkan marga Sormin dan Ritonga adalah marga yang berasal dari keturunan Toga Siregar, dimana, Sormin dan Baumi dari anak turunan Siregar Silo, dan Ritonga dari anak turunan Siregar Silali. Kekerabatan Menurut riwayat silsilah Batak, Siregar atau Toga Siregar merupakan generasi keempat keturunan Siraja Batak. Toga Siregar bersama dengan enam toga lainnnya yaitu Toga Sinaga, Toga Situmorang, Toga Pandiangan, Toga Nainggolan, Toga Simatupang, dan Toga Aritonang adalah anak dari Siraja Lontung, di mana Toga Siregar merupakan yang termuda di antara yang lainnya. Padan Kisah lahirnya SILALI bermula dari Siboru Pandan So Malos Boru Limbong (istri Toga Siregar). Diceritakan, istri Toga Siregar resah dan ingin segera memiliki anak laki-laki karena selama ini selalu melahirkan anak perempuan. Sedangkan istri klan Nainggolan Parhusip sebaliknya, selalu melahirkan anak laki-laki dan ingin mempunyai anak perempuan. Pada suatu kesempatan tanpa diduga mereka sama-sama mengandung dan secara kebetulan pula mereka melahirkan pada waktu yang bersamaan. Namun, Siboru Pandan So Malos Boru Limbong kembali melahirkan anak perempuan dan istri Nainggolan Parhusip melahirkan anak laki-laki lagi. Akhirnya dibantu Sang Sibaso (yang membantu persalinan), istri Siregar dan istri Siparhusip kemudian sepakat untuk mengadakan pertukaran untuk mencapai



keinginan tadi. Manahan Laut (anak Parhusip) akhirnya menjadi Silali, sebagai gantinya anak perempuan Siregar yang bernama Sitatap Birong menjadi anak dari Parhusip. Demikianlah pertukaran terjadi bahkan tanpa sepengetahuan suami mereka. Dan atas dasar kesepakatan itu mereka merahasiakannya ; rahasia/husip. Pertukaran anak ini menjadi suatu PADAN (perjanjian/ikrar). Bukan hanya marga Nainggolan Parhusip dengan marga Siregar Silali saja, namun padan ini dipegang dan dihormati seluruh keturunan Toga Siregar dan Toga Nainggolan. Hingga kini, Siregar dan Nainggolan tidak boleh menikah satu sama lain. Siregar adalah anak bungsu dari 9 bersaudara yang terdiri dari 7 laki – laki dan 2 perempuan, anak keturunan dari Si Raja Lontung dan istrinya Si Raja Pareme. Pada awalnya, Si Raja Lontung bermukim di Desa BANUARAJA yang terletak diperbukitan diatas desa SABULAN, persis dipinggiran Danau Toba, bersebrangan dengan Panguruan di Pulo Samosir. Suatu ketika terjadilah banjir besar yang melanda desa Banuaraja dan Sabulan, sehingga anak keturunan Si Raja Lontung terpaksa mengungsi, yaitu Sinaga dan Pandiangan ke Urat – Samosir, Nainggolan ke Nainggolan – Samosir, Simatupang dan Aritonang ke Pulau Sibandang, dan Siregar ke AEKNALAS – SIGAOL, namun Situmorang hanya sampai di Sabulan. Suatu saat Aritonang memanggil adiknya Siregar dari Aeknalas – Sigaol ke desa Aritonang di MUARA, yang kemudian menetap dan beranak pinak disitu, Selanjutnya dari Desa Aritonang lah marga siregar menyebar kesekitar Muara Konon pada suatu masa, kemarau panjang melanda Muara yang mengakibatkan gagal panen sehingga sebagian keturunan Marga Siregar berpindah lagi menuju kearah Siborongborong – HUMBANG dan langsung membangun kampung disana yang diberi nama LOBU SIREGAR. Kemudian untuk mencari kehidupan yang lebih baik, dari sini mereka berangkat lagi menjelajah ke arah PANGARIBUAN dan selanjutnya sebagian menuju ke desa SIBATANGKAYU. Setelah bermukim beberapa lama, dari sini mereka berangkat lagi menjelajah ke BUNGABONDAR sampai ke SIPIROK – Tapanuli Selatan. Mendengar saudara – saudaranya berhasil diperantauan, sebagian sebagian keturunan Marga Siregar yang tadinya masih tinggal di Muara berangkat menuju TARUTUNG – SILINDUNG dan mendirikan kampung yang diberi nama Desa SIMARLALA PANSURNAPITU. Dari desa tersebut mereka menjelajah lagi menuju PANTIS – PAHAE dan beranak pinak disana. Kemudian salah satu keturunan Marga Siregar yang dari Pantis ini menjelajah lagi



dan mendirikan kampung di ONANHASANG yang masih disekitar PAHAE. Dari Onanhasang keturunannya merantau lagi dan mendirikan kampung di SIMANGUMBAN dan BULUPAYUNG. Demikianlah perjalanan panjang perantauan Marga Siregar mulai dari BANUARAJA – SABULAN di Kecamatan Pangururan menyebar sampai kedaerah MUARA, HUMBANG, PANGURURAN,



BUNGABONDAR,



SIPIROK,



PAHAE,



SIMANGUMBAN



dan



BULUPAYUNG. Dalam hal ini, sekalipun ada yang berpindah lagi, namun disetiap perkampungan yang dibuat selalu ada keturunannya yang ditinggalkan disana, berkembang beranak pinak serta memiliki tanah, desa atau “HUTA”. Itulah sebabnya kenapa masing – masing keturunan Marga Siregar menhatakan bahwa asal muasalnya adalah dari tempat – tempat tersebut, Namun kini sudah menjadi jelas bagi Toga Siregar dari mana asal muasal aslinya. Toga Siregar, merupakan keturunan Raja Batak ke empat dengan garis keturunan dari Guru Tatea Bulan, Saribu Raja, dan Raja Lontung. Toga Siregar bersaudara dengan 6 toga lainnnya dari batak yaitu Toga Sinaga , Toga Situmorang , Toga Pandiangan, Toga Nainggolan , Toga Simatupang, dan Toga Aritonang . Toga



Siregar



merupakan



yang



termuda



diantara



yang



lainnya.



Toga Siregar memiliki 4 keturunan laki-laki yaitu Silo, Dongoran, Silali, dan Siagian. Sedangkan marga Sormin dan Ritonga adalah marga yang berasal dari keturunan Toga Siregar, dimana, Sormin dan Baumi dari anak turunan Siregar Silo, dan Ritonga dari anak turunan Siregar Silali. Kampung asli (Huta berada di pinggir danau toba tepatnya di kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, dimana berdiri “Tugu Siregar” yang dibangun oleh Keturunan Marga Siregar, tetapi karena kondisi alam yang kurang subur banyak anak-anak keturunan marga siregar yang merantau ke daerah lain seperti Sipirok, Sidempuan, Bahal Batu, Kota cane dan Selanjutnya keturunan-keturunan Toga Siregar tersebar ke seluruh tanah Batak. Sebagai catatan, ada juga Marga Babiat yang tinggal di Angkola, konon ceritanya mereka ini juga masuk horong Siregar.



Sekilas Tentang Tarombo Marga Siregar Marga Siregar merupakan generasi keempat setelah Si Raja Batak. Diceritakan dalam buku Pustaha Batak Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak karya WM.Hutagalung bahwa si Raja Batak memiliki dua orang anak, yaitu Guru Tateabulan dan Raja Isumbaon. Guru Tateabulan memiliki lima orang anak laki-laki dan empat orang anak perempuan, yaitu sebagai berikut: A. Anak laki-laki 1. Raja Biakbiak 2. Tuan Saribu Raja, Margoar hunut Ompu Rajadoli 3. Limbongmulana 4. Sagalaraja 5. Silauraja (Malauraja) B. Anak Perempuan 1. Si Boruparomas (si Boruanting-antingsabungan) 2. Si Borupareme 3. Si Borubidinglaut 4. Nan Tinjo Sariburaja memiliki tiga orang anak dari istri yang berbeda, yaitu sebagai berikut: Ina I lahir Raja Lontung Ina II lahir Raja Borbor Ina III na ginoaran ni halak tubu ni babiat Si Raja Lontung kemudian menikah dengan Si Borupareme dan dikarunia tujuh orang anak laki dan dua orang anak perempuan, yaitu sebagai berikut: A. Anak Laki-laki 1. Situmorang 2. Toga Sinaga 3. Toga Pandiangan 4. Toga Nainggolan 5. Simatupang 6. Siregar 7. Aritonang



B. Anak Perempuan 1. Si Boruamakpandan 2. Si Borupanggabean Setelah generasi Siregar kemudian dijadikan sebagai sebuah marga/klan. Diceritakan di buku Pustaha Batak Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak tersebut bahwa Siregar memiliki empat orang anak, yaitu sebagai berikut: 1. Silo 2. Dongoran 3. Silali 4. Siagian Keturunan Silo kemudian menyebut dirinya bermarga Silo. Keturunan Dongoran juga kemudian menyebut dirinya bermarga Dongoran, demikian juga dengan keturunan Siagian yang menyebut dirinya bermarga Siagian. Berbeda dengan Silali tidak menyebut keturunannya dengan marga Silali. Silali memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Sapiaklangit. Kemudian Sapiaklangit memiliki dua orang anak laki-laki bernama Ritonga dengan Sormin. Keturunan Ritonga dengan Sormin kemudian menyebut dirinya bermarga Ritonga dan Sormin. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa WM.Hutagalung membagi Siregar menjadi lima bagian, yaitu: 1. Siregar Silo 2. Siregar Dongoran 3. Siregar Siagian 4. Siregar Ritonga, dan 5. Siregar Sormin. Tentang pembagian marga Siregar, Mangaradja Onggang Parlindungan (MOP) dalam bukunya yang berjudul Tuanku Rao menjelaskan Raja Parlindungan Siregar telah mereorganisasi marga Siregar menjadi delapan bagian di Pinarung/Pangaribuan sebelum bermigrasi keberbagai daerah. Kedelapan bagian tersebut adalah sebagi berikut: 1. Siregar Salak (yang Sulung) 2. Siregar Dongoran 3. Siregar Ritonga 4. Siregar Baumi



5. Siregar Pahu 6. Siregar Ri 7. Siregar Sormin 8. Siregar Siagian (yang Bungsu) Dijelaskan lebih lanjut dalam buku tersebut bahwa dari ke delapan bagian marga Siregar tersebut yang tetap tinggal di Pinarung/Pangaribuan hanyalah Siregar Sormin. Karena dianggap paling baik hubungannya daerah tersebut. Raja Parlindungan sendiri lebih memilih untuk mendampingi Siregar Siagian (yang Bungsu) bermigrasi ke daerah Batang Toru. Selain berbeda pendapat tentang pembagian marga Siregar, Mangaradja Onggang Parlindungan (MOP) juga memiliki pendapat yang berbeda dengan WM.Hutagalung tentang tata urutan anak Toga Lontung. Menurut Mangaradja Onggang Parlindungan (MOP), urutan anak laki-laki Toga Lontung adalah sebagai berikut: 1. Situmorang 2. Sinaga 3. Nainggolan 4. Pandiangan 5. Simatupang 6. Aritonang 7. Siregar Jadi Siregar merupakan anak paling bungsu dari Toga Lontung. Kemudian yang bersatus sebagai anak boru adalah marga Panggabean dan Pandan. Pendapat Mangaradja Onggang Parlindungan (MOP) tentang tarombo marga Siregar ini tentu tidak bisa dipandang sebelah mata. Kendati beliau hanya menyinggung sekilas di buku Tuanku Rao tersebut. Karena Mangaradja Onggang Parlindungan (MOP) merupakan orang bermarga Siregar, ayahnya bernama Sutan Martua Raja Siregar, seorang guru sejarah. Sehingga sangat memungkinkan Mangaradja Onggang Parlindungan (MOP) Siregar mendapat warisan catatan maupun referensi yang kuat dari ayahnya dalam menuliskan tarombo marga Siregar ini. Semoga bermanfaat.



BAB III PENUTUP



Kesimpulan Marga Siregar merupakan generasi keempat setelah Si Raja Batak. Diceritakan dalam buku Pustaha Batak Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak karya WM.Hutagalung bahwa si Raja Batak memiliki dua orang anak, yaitu Guru Tateabulan dan Raja Isumbaon.



DAFTAR PUSTAKA https://dokumen.tips/documents/asal-usul-marga-siregar.html https://id.wikipedia.org/wiki/Siregar



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat. Terima kasih sebelum dan sesudahnya penulis ucapkan kepada Guru serta temanteman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangankekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada Guru serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan penulis jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini dilain waktu. Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang penulis susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari makalah ini sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.



Pasir Pengaraian, Desember 2019 Penyusun



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ....................................................................................... KATA PENGANTAR ..................................................................................... i DAFTAR ISI.................................................................................................... ii



BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2



BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3 A. Asal Mula Marga Siregar ...................................................................... 3 B. Sekilas Tentang Tarombo Marga Siregar ............................................. 3



BAB III PENUTUP ......................................................................................... 8 A. Kesimpulan............................................................................................ 8



DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9



MAKALAH SEJARAH INDONESIA TENTANG MARGA SIREGAR



D I S U S U N



OLEH :



FITRI SUSANTI KELAS : X IPS 2



SMA NEGERI 1 RAMBAH 2019