8 0 121 KB
DISUSUN OLEH:
WOC TB PARU
LATIFAH SIREGAR 214119006
Mycobaterium tuberculosis Yang mengontaminasi/ditularkan melalui udara atau melalui droplet penderita Dipengaruhi oleh faktor:
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2019
Lingkungan dengan sanitasi buruk
PENATALAKSANAAN 1. Farmakologi a. OAT: Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol, Streptomisin 2. Komplementer, mis: akupresur
Sosial ekonomi rendah
Status gizi kurang/malnutrisi
PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Kultur sputum 2. Tes tuberculin 3. Foto thorax 4. Bronchografi 5. Pemeriksaan darah, ABGs 6. Spirometry
Status gizi kurang/malnutrisi
TB Paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobaterium tuberculosis yang menyerang paru-paru (Muttaqin, 2014).
Jenis kelamin (lebih banyak pada laki-laki)
TANDA DAN GEJALA 1. Batuk produktif >3 minggu dan/batuk berdarah (hemoptoe) 2. Sesak nafas 3. Nyeri dada 4. Demam meriang >1 bulan 5. Malaise 6. Anoreksia 7. Penurunan BB 8. Nyeri otot
Proses peradangan di alveoli oleh invasi M. tuberculosis
Asupan nutrisi kurang Produksi mukosa goblet meningkat
Tuberkel
Daya tahan tubuh menurun
KOMPLIKASI 1. Hemoptisis berat 2. Efusi pleura 3. Malnutrisi 4. Kolaps paru 5. Bronkiektasis 6. Fibrosis paru 7. Pneumotoraks
Reaksi immunologi
Meluas Produksi sekret meningkat
Risiko infeksi b.d malnutrisi
Infeksi primer (Ghon) pada alveoli
Hematogen
Mengalami perkejuan
Bakterimia
Kalsifikasi
Peritonium
Sekret kental Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. hipersekresi jalan nafas dan sekresi yang tertahan Luaran: Bersihan jalan nafas meningkat,dibukti kan dengan kriteria: a. Batuk efektif meningkat b. Dispnea mnurun c. Mengi menurun d. Sianosis menurun
1. Identifikasi kemampuan batuk dan retensi sputum 2. Kaji frekuensi nafas 3. Auskultasi suara nafas tambahan 4. Atur psosisi semi fowler atau fowler 5. Ajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif 6. Berikan nebulizer 7. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi obat
DAFTAR PUSTAKA: Muttaqin, A. (2014). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Mengganggu perfusi & difusi O2
Asam lambung meningkat
Gangguan pertukaran gas b.d. ketidakseimbangan perfusi dan difusi Luaran: Pertukaran gas meningkat,di buktikan dengan kriteria: a. Respirasi dan TTV normal b. Saturasi dan AGD normal c. Tidak ada sianosis
Luaran: Risiko infeksi berkurang, dibuktikan dengan kriteria: a. Mengenali tanda dan gejala infeksi b. Klien dapat mengontrol/ mengurangi penularan infeksi
1. Monitor frekuensi, kedalaman, pola nafas 2. Monitor saturasi, nilai AGD, hasil foto toraks 3. Berikan oksigen tambahan 4. Jelaskan tujuan pemantauan respirasi 5. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Mual, muntah, anoreksia
1. Kaji tanda-tanda infeksi: suhu tubuh,nyeri,perdarahan 2. Pantau tanda vital 3. Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan kegiatan perawatan pada pasien 4. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi 5. Ajarkan pasien & keluarga cara menghindari infeksi
Defisit nutrisi b.d. faktor psikologis Luaran: Status nutrisi membaik,dibuktikan dengan kriteria: a. Asupan makanan meningkat b. Porsi makan dihabiskan c. BB meningkat mencapai normal d. Kelemahan menurun
1. 2. 3. 4.
Identifikasi status nutrisi Monitor asupan makanan Monitor berat badan Lakukan oral hygiene sebelum makan bila perlu 5. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (anti nyeri, anti emetik) bila perlu 6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penentuan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan 7. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan
Merangsang termoregulator di hipotalamus Panas Hipertermia b.d. proses infeksi Luaran: Hipertermia menurun, dibuktikan dengan kriteria: a. Suhu tubuh menurun mencapai normal b. TTV dalam batas normal c. Tidak ada peruba han warna kulit
1. Monitor suhu, haluaran urine, kadar elektrolit 2. Longgarkan pakaian 3. Beri cairan oral 4. Ganti linen bila terjadi hiperhidrasi 5. Anjurkan tirah baring 6. Kolaborasi pemberian elektrolit atau cairan IV bila perlu