Makalah Sistem Moneter Internasional Kelompok 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SISTEM MONETER INTERNASIONAL Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Internasional Dosen Pengampu : Rizka Ariyanti S.E., M.M



Oleh: 1. Ratna Kumalasari



(2013116077)



2. Lia Rovita



(2013116078)



3. Evi Yunita



(2013116080)



Kelas : D



INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM PRODI EKONOMI SYARIAH 2019



KATA PENGANTAR



Assalamualaikum Wr.Wb. Alhamdulillah dengan segala puji bagi Allah Semesta Alam yang telah memberikan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa sholawat serta salam kami junjungkan kepada Nabi besar, Muhammad SAW. yang senantiasa kami nantikan syafaatnya di hari akhir kelak. Makalah ini dibuat dan disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Internasional yang telah memberikan bimbingan demi kelancaran pembuatan makalah ini.Tidak terlepas dari itu, adanya kekurangan dalam tata bahasa dan penyusunan kalimat, baik itu penulisan dalam materi pembahasan. Dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan saran dari pembaca. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memenuhi tugas pada khususnya dan bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.



Wassalamu’alaikum Wr.Wb.



Pekalongan, 20 September 2019



Penulis



ii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1 C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Sistem Moneter Internasional.............................................................. 2 B. Sejarah Sistem Moneter Internasional ................................................................... 4 C. Sistem Penetapan Kurs Mata Uang ....................................................................... 9 D. Transaksi Pembayaran Internasional ..................................................................... 11 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................................ 13 B. penutupan .............................................................................................................. 14 DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem moneter internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku untuk semua Negara di dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksi lintas negara dilaksanakan. Sistem ini menentukan bagaimana kurs tukar asing ditentukan dan bagaimana pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar. Sistem moneter internasional yang berfungsi dengan baik akan memfasilitasi perdagangan internasional dan investasi, serta mempermudah adaptasi terhadap perubahan. Pembahasan inti dari sistem moneter internasional adalah menentukan pengaturan sistem kurs tukar. Semenjak dimulainya sistem standar emas hingga abad ke 20, sistem moneter internasional telah mengalami pasang surut. Perubahan dari sistem ke sistem yang lain diakibatkan oleh gejolak ekonomi pada saat itu. Sampai saat ini pun sistem moneter internasional masih menjadi perhatian semua negara dan masih ingin merubah sistemnya menjadi lebih berfungsi optimal. Untuk itu penulis akan membahas terkait dengan “Sistem Moneter Internasional”. B. Rumusan Masalah a. Apa pengertian Sistem Moneter Internasional? b. Bagaimana sejarah Sistem Moneter Internasional? c. Bagaimana Sistem Penetapan Kurs Mata Uang? d. Bagaimana cara melakukan Transaksi Pembayaran Internasional? C. Tujuan Penulisan a. Mengetahui dan memahami pengertian Sistem Moneter Internasional b. Mengetahui dan memahami sejarah Sistem Moneter Internasional c. Mengetahui dan memahami Sistem Penetapan Kurs Mata Uang Internasional d. Mengetahui dan Memahami cara Bertransaksi Internasional



1



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Sistem Moneter Internasional Suatu kegiatan perekonomian diperlukan suatu sistem yang berguna untuk mengatur jalannya sistem perekonomian itu sendiri. Salah satu sistem dalam melakukan interaksi dibidang ekonomi ialah Sistem Moneter Internasional (International Monetary System). Sistem Moneter Internasional dapat didefinisikan sebagai struktur, instrumen, institusi, dan perjanjian yang menentukan kurs atau nilai berbagai mata uang didunia. Termasuk juga penyesuaian aliran modal dan perdagangan internasional, dan neraca pembayaran. International Monetary System dapat diartikan sebagai pengaturan atau kesepakatan formal antarnegara terkait nilai tukar dari masing-masing mata uang negara dunia, terhadap mata uang lain. Jadi, sederhananya, sistem moneter ini berhubungan dengan nilai mata uang dan perbandingannya. Di dalam sistem moneter internasional tersebut terdapat ketentuan-ketentuan yang mengatur cara-cara atau metode pembayaran yang dapat diterima antara pembeli (konsumen) dan penjual (produsen) dalam batas negara yang berbeda. Namun, ketentuanketentuan ini tentu harus disepakati oleh para anggotanya atau negara serta bank sentralnya. Negara-negara melalui bank sentral yang dimilikinya harus mampu menyediakan cadangan kapital atau likuiditas sesuai dengan aturan yang disepakati sehingga cukup untuk mengatasi fluktuasi perdagangan internasional. Hal ini memungkinkan neraca perdagangan internasional dapat mencapai ekuilibrium ekonomi global, terutama dalam hal nilai pada setiap entitas ekonomi yang dapat dikoreksi sewaktu-waktu sesuai nilai riilnya.1 Sistem Moneter Internasional (International Monetary System)2, merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana stabilitas fluktuasi nilai tukar. Sistem moneter internasional juga sebagai penentu arah dalam perdagangan global, arus investasi asing, ketergantungan suatu negara dengan negara lain dalam melakukan kerjasama ekonomi.



1



Hamdy Hady, Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Keuangan Internasional, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004). Hlm. 122. 2



Robert Glipin, Global Political Economy: Unferstanding the International Economic Order, (New Jersey: Princeton University Press, 2001). Hlm. 234.



2



Sistem moneter internasional merupakan suatu sistem institusional diantara bank-bank sentral dari negara-negara yang menjadi anggota IMF (International Monetary Fund). Keseluruhan sistem moneter ini meliputi beraneka ragam lembaga, instrumen finansial, peraturan, dan prosedur yang didalamnya pasar valuta asing berfungsi. Tujuan sistem ini adalah menciptakan suatu lingkungan internasional yang kondusif bagi arus lalu-lintas barang, jasa, dan modal antar negara. Sistem ini juga menciptakan suatu pasar valuta asing, menjamin konvertibilitas valuta, dan menjamin likuiditas. Sistem moneter internasional disebut juga sistem kurs devisa yang menciptakan kerangka kerja struktural dimana transaksi devisa antarnegara dilakukan3. Dalam tulisan The International Monetary System: Past, Present and Future oleh Dominick Salvatore bahwa sistem moneter internasional merupakan suatu aturan, fasilitas serta organisasi yang memiliki pengaruh besar dalam sistem transaksi ataupun pembayaran dalam level internasional. Sistem moneter internasional diklasifikasikan menjadi dua bagian, yakni fixed exchange rate dan floating exchange rate. Pembagian tersebut diklasifikasikan berdasarkan sistem nilai tukar penetapan standar serta aturan mengenai cadangan aset dalam suatu negara. Selain itu, sistem moneter internasional harus memenuhi klasifikasi dalam mengatur arus perdagangan sekaligus investasi dalam skala global agar keuntungan yang diperoleh dalam sistem perekonomian dapat didistribusikan secara adil dan merata ke negara-negara yang berada dalam sistem internasional. Sistem moneter internasional harus memiliki dan memenuhi tiga syarat komponen yang ada, yakni adjustment, liquidity dan confidence. Adjustment ialah suatu metode yang digunakan oleh suatu negara untuk mengatasi ketidakstablian nilai tukar uang dalam suatu negara dan berfungsi untuk menstabilkan perekonomian internasional yang meliputi ekspansi ekonomi dan fluktuasi transaksi dalam perdagangan internasional. Liquidity ialah cadangan/pasokan dana yang digunakan suatu negara dalam melakukan perdagangan domestik maupun internasional dan sebagai pengatur cadangan finansial dalam perdagangan internasional. Confidence ialah suatu metode bersifat regulatif, efisien dan integratif yang direalisasikan melalui institusi untuk mewujudkan sistem perekonomian dunia yang stabil.4



3



Ahmad Jamli, Dasar-Dasar Keuangan Internasional, (Yogyakarta: BBFE Yogyakarta, 2001). hlm. 175.



4



Dominick Salvatore, The International Monetary System: past,present and feature dalam International Economic. John Wiley & Sons.PP.423-462, 2013.



3



B. Sejarah Sistem Moneter Internasional Sistem moneter yang dianut oleh banyak negara saat ini telah mengalami berbagai perubahan dan penyempurnaan. Perubahan sistem dikarenakan ada peristiwa seperti perang dunia yang menghancurkan tatanan ekonomi hampir di seluruh dunia. Untuk kembali mengingat apa saja sistem moneter yang pernah digunakan, berikut akan dipaparkan sejarah mengenai sistem moneter internasional dari zaman emas hingga sekarang. Secara histotis, SMI mengalami evolusi mulai dari: sistem standar emas (18211914), nonsistem (1914-1946), sistem Bretton Woods (1946-1968), sistem kurs terlambat (1968-1973), sistem kurs mengembang (1973-sekarang).5 1. Sistem Standar Emas Konsep tradisional mengenai kontrabilitas mata uang mengajarkan standar komoditi beropeasi atas dasar full-bodied coins, artinya nilai mata uang adalah sama dengan nilai logam pembuatannya. Dengan kata lain, nilai intrinsik (nilai logam pembuat uang) sama dengan nilai nominalnya (nilai yang tertera pada mata uang tersebut). Oleh karena itu sistem ini disebut Gold Specie Standard karena nilai uang logam emas persis sama dengan nilai intrinsiknya. Pada saat yang hampir bersamaan berlaku pula sistem emas batangan (Gold Bullion Standard). Dimana tidak ada hubungan langsung antara emas dengan mata uang: mata uang dapat berbentuk emas atau kertas namun nilai nominal dapat lebih besar di banding nilai intrinsiknya. Meskipun Inggris telah menerapkan standar emas sepanjang abad ke-19, namun baru pada tahun 1870-an standar emas secara luas ditiru oleh negara lain. Sebagian besar negara Eropa, diawali oleh Jerman pasa tahun 1871, beralih menganut standar emas dalam dasawarsa tersebut. AS mengikuti jejak Eropa pada tahun 1879. Mulai tahun 1880 barulah standar emas diterima sebagai SMI oleh hampir semua negara utama di dunia. Standar emas memiliki ciri-ciri penting yang dapat dilihat dari beberapa aturan dasarnya, pertama suatu negara yang menganut standar emas menetapkan nilai mata uangnya dalam nilai emas. Kedua, impor dan ekspor emas diizinkan bebas antar



5



Mudrajad Kuncoro, Manajemen Keuangan Internasional: Pengantar Ekonomi dan Bisnis Global,



(Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2001) hlm. 21.



4



negara. Ketiga, otoritas moneter harus memegang cadangan emas dalam kaitannya dengan uang kertas yang dikeluarkan.6 Karena nilai emas relatif tidak berubah banyak dibanding barang dan jasa lain dalam jangka waktu yang cukup lama, disiplin moneter dalam standar emas dapat menjamin stabilitas harga dalam jangka panjang. Ini benar-benar terjadi sebelum meletusnya perang dunia I (PD I) ketika hampir semua negara menerapkan standar emas. Data yang ada menunjukan bahwa tingkat harga umum pada awal PD I tidak banyak berbeda dengan tingkat harga umum pada akhir abad ke-18 sebelum perang nepoleon berkobar; sangat kontras dengan tingkat harga setelah Perang Dunia II dimana angka indeks harga konsumen pada tahun 1985 melonjak berlipat kali angka pada tahun 1950. 2. Non Sistem Begitu dasyatnya Perang Dunia I pada tahun 1914 terbukti ikut menggoncangkan stabilitas standar emas. Begitu perang tersebut berakhir, sistem moneter internasioal (SMI) berada dalam kondisi berantakan. Sebagian besar mata uang mengalami fluktuasi yang tajam dan ekonomi negara-negara Eropa rusak berat akibat perang. Memang ada upaya untuk menghidupkan kembali standar emas pada pertengahan dekade 1920-an. Namun fakta menunjukan standar emas ini tidak berumur panjang. Depresi besar pada tahun 1929 menyebabkan goncangnya sistem perbankan di seluruh dunia dan menimbulkan krisis kepercayaan terhadap kemampuan menjaga konvertibilitas mata uang mereka terhadap emas. Sistem moneter dunia bekalangan mengalami disentegrasi menjadi blok-blok mata uang, seperti blok sterling atau blok dolar. Dalam setiap blok mata uang terdapat beberapa negara anggota yang tidak menganut sistem pengawasan devisa, namun semua anggota secara bersama-sama menerapkan kontrol devisa terhadap negara diluar blok. Suatu blok mata uang masih berdasarkan emas dengan mengambangkan kurs mereka. Apa yang terjadi ternyata adalah kekacauan moneter. maka bermunculan lah sistem kurs dirty float (mengambang dengan campur tangan pemerintah), runtuhnya blok mata uang ,dan sistem moneter yang disepakatipun hancur



6



Mudrajad Kuncoro, Manajemen Keuangan Internasional: Pengantar Ekonomi dan Bisnis Global,



(Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2001) hlm. 22-23.



5



berantakan.ini diperparah dengan menjamurnya pengawasan devisa,tafif dan restriksi perdagangan lainnya. Fenomena yang terakhir inilah yang dinamakan nonsistem dalam SMI, di mana nilai mata uang ditentukan secara arbitrer oleh penguasa dan mekanisme pasar. Devaluasi7 sterling diikuti oleh 25 negara yang mendevaluasi mata uangnya untuk mempertahankan daya saing produk perdagangannya. Perang perdagangan yang dikenal dengan nama beggar-thy-neighbor (politik memiskinkan negara tetangga) terjadi, di mana semua negara menurunkan nilai mata uangnya agar dapat menaikkan ekspor dan menurunkan impor. Banyak yang sependapat bahwa kebijakan perdagangan dan kurs yang proteksionis telah memperparah deprsi dunia. Akibatnya perdagangan dan keuangan internasional kacau sekaligus memberikan pelajaran bagi generasi berikutnya bahwa upaya preventif keadaan kacau semacam itu merupakan tujuan utama dari SMI. 3. Bretton Woods Pada bulan Juli 1944 diadakan konferensi moneter internasional di Bretton Woods, New Hampshire. Konferensi ini dihadiri 44 negara dan berhasil menciptakan dua lembaga baru, yaitu Dana Moneter Internasional (IMF)8 dan Bank Dunia (IBRD), yang bertugas melaksanakan SMI baru yang dikenal dengan nama sistem Bretton Woods. Peran kunci emas dan sistem Bretton Woods sering dikaitkan dengan konvertibilitas dolar AS terhadap emas pada harga yang konstan. Dengan kata lain, sistem Bretton Woods beroperasi atas dasar standar pertukaran emas (gold exchange standard). Setiap negara diminta menetapkan nilai pari mata uangnya dengan kurs tetap atau terlambat terhadap dolar AS atau emas. Karena satu ons emas nilainya ditentukan sebesar $35, penentuan harga emas disuatu negara berarti menentukan kurs mata uangnya relatif terhadap dolar. Sebagai contoh, DM ditentukan nilainya identik dengan 1/140 ons emas, artinya 1 DM bernilai $0,25 ($35/140). Kurs tersebut diperbolehkan untuk berfluktuasi dengan batas 1% dari nilai pari. Nilai kurs tetap ini



7



Devaluasi adalah penurunan besar nilai tukar mata uang negara tertentu terhadap nilai mata uang negara lain. Biasanya diumumkan resmi oleh pemerintah negara yang bersangkutan. Dari Galih Wahyu Jananuraga, Analisis Kebijakan Devaluasi Yuan dan Cadangan Devisa sebagai Faktor-faktor Penyebab Depresiasi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat pada Tahun 2015, Universitas Widyatama, (2016). 8



IMF didanai oleh setiap anggotanya dengan kuota yang berupa 25% emas dan 75% mata uang negara yang bersangkutan. IMF menciptakan mata uang (reserve) baru yang dinamakan sebagai Special Drawing Right (SDR). Dari Mamduh M. Hanafi, Manajemen Keuangan Internasional (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2003), hlm. 53.



6



dipertahankan dengan campur tangan bank sentral negara tersebut dalam pasar valuta asing. Campur tangan ini dilakukan dalam bentuk pembelian dan penjualan dolar oleh bank sentral negara di luar AS terhadap mata uangnya sendiri apabila kondisi permintaan dan penawaran di pasar meneybabkan kurs menyimpang dari nilai pari yang telah disepakati. IMF selalu siap membantu menyediakan valuta asing yang dibutuhkan oleh negara anggotanya untuk mempertahankan mata uang mereka. Tidak mengherankan, konsep modern mengenai konvertabilitas mata uang sering diasosiasikan dengan peranan Amerika Serikat dalam menstabilkan sistem moneter dunia. Dalam praktek, ternyata tidak mudah menerapkan sistem Bretton Woods. Dari 21 negara industri hanya AS dan Jepang saja yang tidak berubah nilai parinya selama periode 1946-1971. Dari 21 negara tersebut, 12 mendevaluasi mata uangnya lebih dari 30% terhadap dolar, 4 melakukan revaluasi, dan 4 mengambangkan mata uangnya pada pertengahan 1971. Tanda-tanda krisis tidak hanya terlihat dari pemborongan emas secara besarbesaran yang mendorong harga pasar meroket di atas harga resmi US$35 per mengendalikan harga emas, setidaknya pada tingkat resmi, dengan pembentuk “pusar emas” dan melakukan operasi pasar terbuka. Akibatnya pasar emas terbagi menjadi dua, yaitu resmi dan tidak resmi, dimana pemerintah AS bersedia menukarkan dolar AS dengan emas hanya dari sumber resmi. Kelemahan kedua dari sistem ini adalah menyebarnya dampak kebijakan moneter AS ke negara lain. Bila AS menjalankan kebijakan ekspansi moneter agar dapat mempertahankan kurs parinya. Susahnya, tingkat inflasi AS selalu lebih tinggi di banding negara-negara Eropa. Ketidakmampuan menetralisir dampak inflasioner pemegangan dolar AS mengganggu banyak negara, yang merasa bahwa mereka kehilangan kontrol terhadap kebijakan moneter domestiknya. Memang di bawah sistem Bretton Woods, AS menjadi penopang utama (reserve currency country), yang menyuplai likuiditas internasional dengan dolar dan menjamin konvertibilitas dolar terhadap emas. Ironisnya, alasan utama runtuhnya sistem ini adalah apa yang disebut dengan dilema triffin: di satu sisi peran AS dalam memecahkan masalah likuiditas dunia membuat utang AS meningkat terhadap negara



7



lain; di sisi lain peran AS dalam menjaga kepercayaan terhadap konvertibilitas dolar terhadap emas telah diperlemah akibat ekspansi utang dolar.9 4. Kurs Mengambang Pada bulan Desember 1971, di bawah Persetujuan Smithsonian, dolar di devaluasi menjadi 1/38 per ons emas, dan negara lain direvaluasi berdasarkan jumlah yang disetujui terhadap dolar. Pada 1973, dunia akhirnya beralih menganut kurs mengambang. Sistem ini terjadi karena sistem sebelumnya telah runtuh dan tidak ada persetujuan formal untuk menggantikan sistem lama. Kenyataannya memang tidak ada persetujuan umum mengenai pengaturan kurs yang sesuai bagi setiap negara. Akibatnya saat ini dikenal berbagai kurs yang dianut oleh kelompok negara yang berbeda, seperti sistem kurs mengambang (floating exchange rates), sistem kurs tertambat (pegged exchange rates), sistem tertambat merangkat (crawling pegs), sekeranjang mata uang (basket of currencies), dan sistem kurs tetap (fixed exchange rates). a. Sistem kurs mengambang. Ciri penting sistem ini adalah tidak konvertibel terhadao emas dan kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Ada dua macam sistem kurs mengambang. Pertama, mengambang bebas, yaitu kurs ditentukan sepenuhnya tanpa ada campur tangan pemerintah. Kedua, mengambang terkendali, yaitu kurs dicampur tangani oleh otoritas moneter dalam menyetabilkan kurs pada tingkat tertentu. b. Sistem kurs tertambat. Dalam sistem ini suatu negara mengaitkan (menambatkan) nilai mata uangnya dengan suatu nilai mata uang lain atau sekelompok mata uang, biasanya mata uang negara partner dagang yang utama. Menambatkan ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti nilai mata uang yang menjadi tambatannya. c. Sistem kurs tertambat merangkak. Dalam sistem ini suatu negara melakukan perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju suatu nilai tertentu. Namun sistem ini mudah dimanfaatkan oleh spekulan10



9



Mudrajad Kuncoro, Manajemen Keuangan Internasional: Pengantar Ekonomi dan Bisnis Global, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2001) hlm. 27. 10



Spekulan adalah orang yang mengambil keuntungan besar dengan cara melakukan spekulasi (dugaan, perkiraan, dsb). Dalam dunia forex, pengaruhnya terhadap pergelarakan nilai mata uang cukup besar jika mereka pemodal besar. Contohnya George Soros, spekulan ulung yang berhasil meraup untung 1,2 miliar dolar dalam perdagangan mata uang poundsterling, sehingga perekonomian Inggris hancur. www.seputarforex.com



8



valas untuk menjual atau membeli mata uang agar memperoleh keuntungan yang besar. d. Sistem sekeranjang mata uang. banyak negara berkembang, menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. keuntungan sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Pemilihan mata uang didasarkan pada peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. e. Sistem kurs tetap. Dalam sistem ini suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk membeli atau menjual valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Saat ini hampir tidak ada negara yang menerapkan sistem kurs yang kaku seperti ini.11



C. Sistem Penetapan Kurs Mata Uang Mekanisme penentuan kurs bisa dikategorikan menjadi beberapa kelompok: 1. Free Float (Mengambang Bebas) Berdasarkan sistem ini, kurs mata uang dibiarkan mengambang bebas tergantung kekuatan pasar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kurs, misal inflasi, pertumbuhan ekonomi, inflasi akan digunakan oleh pasar dalam mengevaluasi kurs mata uang negara yang bersangkutan. Jika variable tersebut berubah, atau penghargaan terhadap variable tersebut berubah, kurs mata uang akan berubah. Sistem mengambang bebas juga disebut sebagai clean float. 2. Float yang dikelola (Managed Float) Sistem mengambang bebas mempunyai kerugian karena ketidakpastian kurs cukup tinggi. Sistem float yang dikelola, yang sering disebut juga sebagai dirty float, dilakukan melalui campur tangan Bank Sentral yang cukup aktif. Bank Sentral kemudian akan melakukan intervensi jika kurs yang terjadi di luar batasan yang telah ditetapkan. Beberapa bentuk intervensi: a. Menstabilkan fluktuasi harian. Bank Sentral melakukan cara ini dengan tujuan menjaga stabilasisasi kurs agar perubahan atau pergerakan kurs tetap teratur.



11



Mudrajad Kuncoro, Manajemen Keuangan Internasional: Pengantar Ekonomi dan Bisnis Global, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2001) hlm. 32.



9



b. Menunda kurs (leaning against the wind). Melalui cara ini bank sentral melakukan intervensi dengan tujuan mencegah atau mengurangi fluktuasi jangka pendek yang cukup tajam, yang diakibatkan oleh kejadian yang sifatnya sementara. c. Kurs tetap secara tidak resmi (unofficial pegging). Melalui cara ini Bank Sentral melawan kekuatan pasar dengan menetapkan (secara resmi) kurs mata uangnya. 3. Perjanjian Zona Target Tertentu Melalui perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata uangnya secara bersama dalam wilayah kurs tertentu. Jika kurs melewati batas atas atau batas bawah, Bank Sentral negara yang bersangkutan akan melakukan intervensi. a. Dikaitkan dengan Mata Uang Lain Sekitar 62 negara dari 162 negara anggota IMF mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap mata uang lainnya. Sebagian mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap mata uang negara tetangga. b. Dikaitkan dengan Kelompok Mata Uang lain Sekitar 21 negara mengkaitkan mata uangnya terhadap kelompok mata uang lainnya. Basket, kelompok, atau portofolio mata uang tersebut biasanya terdiri dari mata uang partner dagang yang penting. 19 negara mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap portofolio yang mereka buat sendiri. c. Dikaitkan dengan Indikator Tertentu Dua negara, Chili dan Nikaragua, mengkaitkan mata uangnya terhadap indikator tertentu, seperti kurs riil efektif, kurs yang telah memasukkan inflasi terhadap partner dagang mereka yang penting. 4. Sistem Kurs Tetap Di bawah sistem kurs tetap, pemerintah atau Bank Sentral menetapkan kurs secara resmi. Kemudian Bank Sentral akan selalu melakukan intervensi secara aktif untuk menjaga kurs yang telah ditetapkan tersebut. Jika kurs resmi dirasakan sudah tidak sesuai dengan kondisi fundamental ekonomi negara tersebut, devaluasi atau revaluasi dilakukan. Cara yang bisa dilakukan selain devaluasi adalah: a. pinjaman asing b. pengetatan c. pengendalian harga dan upah d. pembatasan aliran modal keluar12



12



Boediono, Ekonomi Internasional, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000). Hlm. 106.



10



D. Cara Melakukan Transaksi Internasional Dalam melakukan pembayaran transaksi ekonomi luar negeri, seorang pengusaha dapat menggunakan beberapa cara. Cara-cara ini antara lain: 1. Cash Pembayaran ini dilakukan dengan menggunakan check atau bank draft, pada saat barang dikirim oleh eksportir atau sebelumnya. Cara ini biasanya tidak disukai oleh pembeli (importir) karena: -



Harus tersedia uang kas yang cukup besar.



-



Kehilangan penggunaan modal kerja karena barang diterima kemudian.



-



Harus berdasarkan kepercayaan dan kejujuran eksportir. Tetapi cara ini akan sangat baik bagi eksportir yang keadaan keuangannya lemah dan belum kenal baik dengan importir.



2. Open Account Cara ini merupakan kebalikan daripada cash. Sebab dengan cara open account barang telah dikirimkan kepada importir tanpa disertai surat perintah membayar serta dokumen-dokumen. Pembayaran dilakukan setelah beberapa waktu atau terserah kebijaksanaan importir. Dalam hal ini risiko sebagian besar ditanggung eksportir, misalnya: eksportir harus mempunyai banyak modal dan apabila pembayaran akan dilakukan dengan mata uang asing maka risiko perubahan kurs menjadi tanggungannya. Cara ini akan baik digunakan apabila: -



Pembeli sudah dikenal dengan baik.



-



Keadaan ekonomi dan politik yang stabil.



-



Dekat dengan pasar.



3. Commerciall Bills of Exchange Cara ini paling umum dipakai. Commercial Bill of Exchange sering disebut drafts atau trade bills, adalah surat yang ditulis oleh penjual yang berisi perintah kepada pembeli untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu tertentu di masa dating. Surat perintah semacam ini sering disebut wesel. Apabila si pembeli menyetujui maka dia lalu membubuhkan tanda tangan pada drafts tersebut, sehingga drafts tersebut dapat diperjualbelikan (disebut trade drafts). Jenis/ macam daripada drafts ini ada: a. Clean drafts yakni draft yang tidak disertai jaminan dokumen barang. b. Documentary draft yakni draft yang disertai jaminan dokumen pengiriman serta asuransi barang. 11



Waktu kapan pembayaran draft itu dilakukan disebut tenor atau usance. Dalam hubungan dengan tenor/ usance, maka draft dapat dibagi dalam: a. Sight draft: yakni draft yang dibayar sesaat setelah diperlihatkan pada pembeli. Jadi mungkin pembayarannya sebelum barangnya tiba di tempat pembeli sebab draft dikirim melalui kapal laut. b. Arrival draft: yakni draft yang dibayar sesaat setelah barang-barangnya dating. c. Date draft: yakni draft yang pembayarannya dilakukan pada tanggal tertentu atau beberapa hari setelah tanggal tersebut. 4. Letters of Credit (L/C) Dalam cara dengan letter of credit wesel ditarik kepada Bank bukan kepada importir, sehingga transaksinya akan lebih terjamin. Yang dimaksud dengan letter of credit adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh Bank atas permintaan pembeli barang (importir) dimana Bank tersebut yang menyetujui dan membayar wesel yang ditarik oleh penjual barang (eksportir). Dengan demikian letter of credit merupakan suatu alat pengganti kredit Bank dan dapat menjamin pembayarannya bagi eksportir. 5. Private Compensation Penyelesaian pembayaran dapat dilakukan dengan cara: Amat membayar utangnya dalam rupiah sebesar Rp 166.000,00 ( =$400,00) kepada Ranu dan Arlen membayar utang dengan dolar sebesar $400 (=Rp 166.000,00) kepada John. Dengan demikian utang piutang tersebut dapat diselesaikan pembayarannya tanpa perpindahan mata uang ke negara lain. Hanya saja kesulitannya dalam mendapatkan orang-orang yang persis mempunyai utang-piutang dalam jumlah sama.13



13



Nopirin, Ekonomi Internasional Edisi Ketiga, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2015), hlm. 233-237.



12



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sistem Moneter Internasional adalah struktur, instrumen, institusi, dan perjanjian yang menentukan kurs atau nilai berbagai mata uang didunia. Perubahan sistem moneter diakibatkan oleh gejolak ekonomi. Dengan mempelajari pengalaman historis akan diperoleh gambaran timbulnya ketidakstabilan ekonomi serta proses penyesuaian neraca pembayaran internasional. Sejarah Sistem Moneter Internasional mengalami evolusi mulai dari: 1. Sistem Standar Emas (1821-1914) dimana pemerintah Inggris menetapkan nilai punsdterling dengan emas. 2. Non Sistem (1914-1946) di mana nilai mata uang ditentukan secara arbitrer oleh penguasa dan mekanisme pasar. 3. Sistem Bretton Woods (1946-1968) Dalam perjanjian Bretton Woods terbentuk dua badan internasional, yaitu Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (IBRD). 4. Sistem Kurs Mengambang (1973-sekarang) Pada sistem ini tidak ada persetujuan umum mengenai pengaturan kurs yang sesuai bagi setiap negara. Akibatnya saat ini dikenal berbagai kurs yang dianut oleh kelompok negara yang berbeda. Sistem penetapan kurs mata uang bisa dikategorikan menjadi beberapa kelompok yaitu Free Float (Mengambang Bebas). Berdasarkan sistem ini, kurs mata uang dibiarkan mengambang bebas tergantung kekuatan pasar. Float yang dikelola (Managed Float) Sistem mengambang bebas mempunyai kerugian karena ketidakpastian kurs cukup tinggi. Perjanjian Zona Target Tertentu melalui perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata uangnya secara bersama dalam wilayah kurs tertentu. Sistem Kurs Tetap dimana Pemerintah atau Bank Sentral menetapkan kurs secara resmi sehingga Bank Sentral akan selalu melakukan intervensi secara aktif untuk menjaga kurs yang telah ditetapkan tersebut. Cara Melakukan Transaksi Internasional yaitu dengan Cash, Open Account, Commercal Bill of Exchange, Letter of Credit, dan Private Compensation.



13



B. Penutupan Demikian makalah yang penulis buat, makalah ini hanya sedikit gambaran tentang sistem moneter internasional dari hasil pemahaman yang sederhana penulis, semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis, Aamiin …



14



DAFTAR PUSTAKA Boediono. 2000. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Glipin, Robert. 2001. Global Political Economy: Unferstanding the International Economic Order. New Jersey: Priceton University Press. Hady, Hamdy. 2004. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Keuangan nternasional. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hanafi, Mamduh M. 2003. Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta: BPFEYogyakarta. Jamli, Ahmad. 2001. Dasar-Dasar Keuangan Internasional. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Jananuraga, Galih Wahyu. 2016. Analisis Kebijakan Devaluasi Yuan dan Cadangan Devisa sebagai Faktor-faktor Penyebab Depresiasi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat pada Tahun 2015. Universitas Widyatama. Kuncoro, Mudrajad. 2001. Manajemen Keuangan Internasional: Pengantar Ekonomi dan Bisnis Global. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Nopirin. 2015. Ekonomi Internasional Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Salvatore, Dominick. 2013. The International Monetary System: past, present and feature dalam International Economic. John Wiley & Sons. www.seputarforex.com



15