Makalah Sistem Moneter Internasional Dan Neraca Pembayaran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Sistem Moneter dan Neraca Pembayaran serta Penukaran Uang Tugas Mata Kuliah Bisnis Internasional



Oleh Kelompok 3 Anggota: Ega Sasmita Yususilowati



170810301123



Amanda Sekar Arum



170810301124



Riawati Ningtiyas



170810301139



Arista Yunia Safitri



170810301141



Gracia Audrey Karen



170810301145



Denadya Natania Siahaya



170810301152



Afifa Pricillia Putri



170810301154



Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember 2019



BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem moneter internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku untuk semua Negara di dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksi lintas negara dilaksanakan. Sistem ini menentukan bagaimana kurs tukar asing ditentukan dan bagaimana pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar. Sistem moneter internasional



yang berfungsi dengan baik



akan memfasilitasi perdagangan



internasional dan investasi, serta mempermudah adaptasi terhadap perubahan. Semenjak dimulainya sistem standar emas hingga abad ke 20, sistem moneter internasional telah mengalami pasang surut. Perubahan dari sistem ke sistem yang lain diakibatkan oleh gejolak ekonomi pada saat itu. Sampai saat ini pun sistem moneter internasional masih menjadi perhatian semua negara dan masih ingin merubah sistemnya menjadi lebih berfungsi optimal. Belum lagi rencana anggota Negaranegara asean untuk merumuskan kebijakan pemberlakuan mata uang bersama yang hanya berlaku tunggal di kawasan ASEAN. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat tema sistem moneter internasional.



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan sistem moneter internasional? 2. Bagaimana sejarah sistem moneter internasional? 3. Apa saja komponen dalam kekuatan finansial?



1.3 Tujuan Masalah 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem moneter internasional 2. Mengetahui bagaimana sejarah sistem moneter internasional 3. Mengetahui apa saja komponen dalam kekuatan finansial



BAB 2. PEMBAHASAN



2.1 Definisi Sistem Moneter Internasional Sistem moneter internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku untuk semua Negara di dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksi lintas negara dilaksanakan. Sistem ini menentukan bagaimana kurs tukar asing ditentukan dan bagaimana pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar. Sistem moneter internasional yang berfungsi dengan baik akan memfasilitasi perdagangan internasional dan investasi, serta mempermudah adaptasi terhadap perubahan. Pembahasan inti dari sistem moneter internasional adalah menentukan pengaturan sistem kurs tukar. Untuk itu dalam penulisan makalah ini penulis akan membahas terkait dengan pengertian sistem moneter internasional, sejarah terbentuknya sistem moneter internasional, fenomena aktual yamg terkait moneter, serta faktor penghambat nonekonomi penerapan mata uang tunggal di ASEAN. Semenjak dimulainya sistem standar emas hingga abad ke 20, sistem moneter internasional telah mengalami pasang surut. Perubahan dari sistem ke sistem yang lain diakibatkan oleh gejolak ekonomi pada saat itu. Sampai saat ini pun sistem moneter internasional masih menjadi perhatian semua negara dan masih ingin merubah sistemnya menjadi lebih berfungsi optimal. Belum lagi rencana anggota negara-negara ASEAN untuk merumuskan kebijakan pemberlakuan mata uang bersama yang hanya berlaku tunggal di kawasan ASEAN. Dalam ekonomi internasional dikenal suatu sistem yang memungkinkan suatu negara dapat saling berhubungan satu dangan yang lain. Sistem tersebut disebut sebagai sistem moneter internasional. Sistem moneter internasional menunjukkan seperangkat kebijakan, institusi, praktik, peraturan dan mekanisme yang menentukan tingkat dimana suatu mata uang diitukarkan dengan mata uang lain.(Shapiro, 1992). Sistem keuangan internasional dari sejarahnya telah mengalami begitu banyak perkembangan dan transformasi dari masa ke masa. Perkembangan ini disebabkan oleh adanya perubahan ekonomi dan politik domestik serta internasional pada masing-masing masa. Jika dalam skala domestik atau nasional problema ketidakseimbangan pembayaran antar daerah dapat disesuaikan melaui pergerakan modal ataupun kebijakan fiskal dan moneter, dalam skala internasional akan sedikit lebih rumit. Pembayaran yang tidak seimbang



antar negara dapat diselesaikan melalui financing, perubahan kebijakan domestik untuk menggeser pola perdagangan dan investasi, melalui kontrol devisa untuk melakukan penjatahan pasokan devisa, atau dengan cara membiarkan nilai tukar mata uang berubah sesuai situasi dan kondisi. Sehingga yang terpenting dalam sistem moneter internasional adalah tersedianya alat atau cara untuk menyesuaikan ketidakseimbangan pembayaran internasional. 2.2 Sejarah Sistem Moneter Internasional 2.2.1 Sejarah Singkat Sejarah penenentuan sistem internasional tidak luput dari berbagai polemik dalam sejarah keberadaannya. Dimulai dari penetapan standar emas hingga berakhir pada sistem kurs mata uang mengambang. 2.2.1.1 Standar Emas



Emas sebagai logam murni yang muda diperiksa kemurniannya dan dipercaya sebagai media penyimpanan kekayaan, tukar menukar dan alat untuk mengukur nilai suatu benda sejak zaman kuno hingga akhir abad ke-19 menggunakan emas sebagai alat tukar internasional. Namun, seiring berkembangnya perdagangan, membawa emas diberbagai tempat cukup membuat banyak penggunanya kewalahan, selain itu emas juga membutuhkan banyak ruang penyimpanan dan rawan terjadi pencurian. Sehingga banyak pakar akhirnya membuat evolusi uang kertas sebagai alat tukar perdaganga. Pada tahun 1717 Sir Isaac Newton menetapkan harga emas dalam mata uang inggris sebesar 3 poundsterling, 17 shilling, 10,5 pence per ons. Hal tersebut sekaligus memosisikan Inggris secara de facto sebagai penganut standar emas yang kemudian diikuti oleh banyak negara lain. Tiap negara menetapkan mata uang tertentu untuk tiap ons emas, dan Inggris pun bersedia mengonversi uang menjadi mata uang dan sebaliknya. Namun saat terjadinya perang dunia 1 dan 2, Inggris terpaksa harus membiayai pembiayaan perang dan menjual banyak emasnya hal tersebut berdampak pada penangguhan dari nilai tukar mata berbasis emas Kemudahan standar emas disaat terjadi ketidak seimbangan, transaksi akan dapat diperbaiki dengan arus emas ke arah surplus dan diikuti dengan peningkatan jumlah uang yang beredar. Penyesuaian otomatis ini dikenal dengan price-specie-flow mechanism. Walaupun tandar emas tidak menjadi sistem moneter internasional dalam



kurun waktu yang lama. Namun peminat dari standar emas ini cukup banyak. Hingga saat ini emas juga tetap menjadi “pelindung” bagi orang-orang yang mengkhawatirkan inflasi seperti Iran.



2.2.1.2 Sistem Bretton Woods



Pada tahun 1944 para petinggi diantara negara-negara di dunia melakukan pertemuan di Bretton Woods untuk merencanakan pengaturan moneter dengan nilai tukar yang stabil, tetapi tetap berdasarkan pengalaman yang diperlukan adanya penyesuaian. Semua menyepakatai bahwa nilai tukar yang mengambang dan terus berfluktuasi terbukti tidak memuaskan. Pertemuan ini melahirkan IMF (International Monetary Fund) yang berisi peraturan untuk sistem moneter internasional terbaru yaitu Sistem Bretton Woods. Sistem ini menetapkan nilai tukar tetap diantara mata uang negara-negara anggotanya, dengan nilai pari yang didasarkan pada nilai emas dan Dollar Amerika Serikat pada nilai 35 dolar per ons emas. Sistem ini mendorong terjadinya pertumbuhan perdagangan Internasional secara substansial dari tahun 1950 hingga 1960-an. Banyak negara mulai mengubah mata uang mereka terhadap emas dan Dollar Amerika, hal ini berdampak pada tingginya arus dollar yang keluar dan berujung pada defisit kumulatif sebesar 56 milliar dollar. Hal ini mengakibatkan menurunnya kepercayaan pengguna Dollar sebagai mata uang cadangan atau devisa di negarany hal ini dikenal dengan istillah Paradoks Triffin. Untuk mengatasi hak ini pada tahun 1969 Brotten Woods membuat penyesuaian untuk menghambat krisis tersebut dengan menciptakan aset cadangan yang disebut special drawing rights (SDR). Nilai SDR didasarkan pada 4 mata uang, yaitu ero, yen, sterling dan dolar Amerika Serikat. Sebanyak 185 anggota IMF dan 15 lembaga internasional dan Bank for International Settlements menggunakan SDR sebagai satuan hitung. Namun karena penggunaannya yang terbatas dan kemampuan sebagai jaring pengaman yang harus digunakan oleh sistem moneter Internasional belum teruji. Sehingga penerapannya belum optimal.



2.2.1.3 Sistem Kurs Mata Uang Mengambang



Sebagai bentuk tekanan yang terjadi pada saat penerapan sistem Bretto Woods untuk menukarkan cadangan dolar ke dalam bentuk emas, maka pad tahun 1971



Presiden Nixon mengumumkan bahwa Amerika Serikat tidak lagi menukar emas untuk uang dollar yang dimiliki oleh bank lain. Begitupun harga emas yang dipatok 35 dolar per onsnya sudah tidak berlaku lagi. Mata yang yang ada dibiarkan mengambang. Pada Maret 1973, mata uang utama mulai mengambang di pasar valuta asing dan kurs mata uang menga,bang tetap berlaku. Hal ini juga sudah melalui persetujuan IMF melalui Jamaica Agreement yang memungkinkan adanya nilai tukar yang fleksibel antara anggota IMF. 2.2.2 Pengaturan Mata Uang Saat Ini IMF pada mulanya mengakui hanya ada tiga jenis pengaturan nilai tukar yaitu mengambang bebas, mengambang yang dapat dikontrol, dan nilai tukar tetap, lalu kemudian menambahkannya saat ini menjadi delapan. Adapun delapan jenis pengaturan mata uang yang ditetapkan oleh IMF yaitu: 1. Pengaturan pertukaran tanpa adanya mata uang resmi, merupakan pemakaian mata uang negara lain oleh suatu negara atau sekelompok negara yang memakai mata uang bersama. Contohnya terjadi di El Savador dan Ekuador yang menggunakan dolar resmi Amerika Serikat sebagai mata uang resmi di negaranya. Selain itu, juga ada mata uang euro yang digunakan di 15 negara anggota Uni Eropa (saat ini 27 negara), dengan slowakia yang bergabung pada tahun 2009. 2. Pengaturan Dewan mata uang menggambarkan komitmen legislatif untuk menukar mata uang dalam negeri ke mata uang negara tertentu dengan menggunakan nilai tukar tetap. Sistem ini menuntut komitmen dari pemerintah negara yang bersangkutan untuk memegang cadangan devisa sebesar pasokan mata uang domestiknya. Di Hongkong, dolar Hong Kong (HKD) dipatok pada dolar Amerika Serikat, begitu juga dengan balboa Panama. 3. Pengaturan Nilai Tukar Tetap Konvensional lain menggambarkan pematokan mata uang ketika terdapat hubungan nilai tukar tetap dan dibolehkan adanya fluktuasi nilai tukar di kisaran yang sempit di sekitar nilai tukar tersebut, tetapi tidak lebih dari 1 persen. Patokan nilai tukar tersebut bisa dilakukan terhadap satu mata uang atau terhedap sekelompok mata uang. Contohnya adalah real Arab Saudi yang dipatok terhadap dolar Amerika Serikat, meskipun secara teknis mata uang ini dipatok pada SDR.



4. Patokan nilai tukar di dalam kisaran horisontal menggambarkan pengaturan yang ditetapkan ketika diperbolehkan adanya fluktuasi nilai tukar lebih dari 1 persen di sekitar nilai tukar yang telah ditetapkan. Contohnya, Krona Denmark dipatok terhadap Euro 5. Crawling pegs adalah pengaturan ketika mata uang disesuaikan ulang secara berkala pada suatu nilai tertentu. Nilai tukar ini akan diumumkan sebelumnya atau berdasarkan respons perubahan indikator-indikator yang ada. Negara-negara yang meberlakukan pengaturan nilai tukar ini adalah Bostwana, Kosta Rika, dan Iran. 6. Crawling



Banks



menggambarkan



penyesuaian



ulang



nilai



tukar



untuk



mempertahankan marin fluktuasi di kisaran nilai tukar yang terpusat. Sistem ini digunakan oleh Denmark. 7. Kurs mengambang yang dapat dikontrol tanpa adanya bagian nilai tukar yang ditentukan sebelumnya menggambarkan suatu otoritas moneter yang secara aktif melakukan intervensi ke pasar valas tanpa menjabarkan atau memberitahukan ke publik menegnai tujuan dan targetnya. Al jazair, Indiam Malaysia dan Singapura merupakan contoh negara-negara yang menerapkan pendekatan ini. 8. Kurs mengambang bebas adalah pendekatan yang tergantung sepenuhnya ke pasar. Dalam pendekatan ini masih memungkinkan adanya intervensi, akan tetapi intervensi yang dilakukan hanya untuk meredam perubahan dan bukan untuk menetapkan sebuah nilai tukar tertentu. Contoh dari negara yang melakukan pendekatan ini adalah Amerika serikat, Meksiko, Jepang, dll. 2.3 Kekuatan Finansial Kekuatan finansial dalam suatu negara dibutuhkan untuk memahami arah ekonomi dan kebijakan moneter suatu negara. Kajian dalam kekuatan finansial ini akan berfokus kepada fluktuasi nilai mata uang, menguji kurs valuta asing, penyebab pergerakan nilai tukar, dan prediksi nilai tukar. Kajian ini juga akan membahas tentang control nilai tukar, perpajakan, inflasi, dan neraca pembayaran. 2.3.1 Fluktuasi Nilai Mata Uang Sistem ekonomi moneter Bretton Woods mengakibatkan nilai mata uang yang mengambang mengalami fluktuasi satu sama lain. Fluktuasi menurut Gunawan (2018:19) adalah sesuatu yang berlaku dalam perekonomian yang menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi tidak berkembang secara teratur tetapi selalu mengalami kenaikan atau kemunduran yang berubah dari waktu ke waktu. Sehingga dapat



disimpulkan bahwa fluktuasi mata uang adalah naik-turunnya harga suatu mata uang dibanding mata uang lainnya. 2.3.2 Nilai Tukar Valuta Asing Pengertian Kurs secara umum adalah nilai atau harga mata uang sebuah negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang negara lain. Definisi kurs (exchange rate) dapat juga diartikan sebagai sebuah perjanjian yang dikenal dengan nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat sekarang atau di masa depan antara dua mata uang negara yang berbeda. Di dalam nilai tukar ini memiliki beberapa jenis yaitu: 2.3.2.1 Jenis-Jenis Kurs Kurs merupakan harga mata uang dari suatu negara yang diukur dalam satuan mata uang negara lain. Mudahnya, pengertian kurs adalah rasio atau perbandingan nilai tukar mata uang satu negara dengan negara lain. Berikut ini adalah macam-macam kurs: 1. Kurs Jual Pengertian kurs jual adalah dimana bank atau pedagang valas membeli valuta asing. Bisa juga disebut sebagai kurs yang berlaku jika pedagang valas membeli mata uang dari negara lain. 2. Kurs Beli Pengertian kurs beli adalah dimana bank atau pedagang valas menjual valuta asing. Misalnya jika Anda ingin menukarkan mata uang negara Indonesia (Rupiah) dengan mata uang negara Amerika (Dollar). 3. Kurs Tengah Pengertian kurs tengah adalah istilah yang digunakan untuk gabungan antara kurs jual dan beli. Jadi kurs jual ditambah dengan kurs beli kemudian dibagi dua (rata-rata).



2.3.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Kurs Setelah memahami pengertian kurs dan jenis-jenisnya, maka kita juga perlu mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi nilai kurs. Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara: 1. Kebijakan Pemerintah Berbagai kebijakan yand dibuat oleh pemerintah suatu negara akan berpengaruh pada nilai tukar mata uang di negara tersebut. Kebijakan tersebut berfungsi sebagai kontrol untuk: a.



Menghindari berbagai hambatan terhadap nilai tukar valuta asin



b.



Menghindari berbagai hambatan terhadap perdagangan internasional



c.



Upaya intervensi dalam pasar uang dengan cara jual-beli mata uang. Intervensi pasar ini dilakukan biasanya dengan alasan berikut: 1) Memudahkan perubahan nilai tukar mata uang domestik 2) Mengkondisikan nilai tukar mata uang domestik pada batasan yang sudah ditentukan 3) Sebagai respon terhadap hambatan yang bersifat sementara 4) Untuk mempengaruhi variabel-variabel makro, misalnya inflasi, tingkat pendapatan, dan tingkat suku bunga



2. Tingkat Inflasi Dalam pasar valuta asing, yang menjadi dasar utama adalah perdagangan internasional, baik berbentuk jasa maupun barang. Dengan begitu, perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri merupakan faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai mata uang asing. Misalnya; Tiongkok merupakan mitra dagang Indonesia. Tiongkok mengalami inflasi yang cukup tinggi yang menyebabkan harga barang akan menjadi lebih tinggi. Hal ini otomatis akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap produk relatif. Inflasi di suatu negara akan mengakibatkan menurunnya mata uang domestik, begitu juga sebaliknya. 3. Perbedaan Tingkat Suku Bunga Arus modal internasional dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku bunga suatu negara. Dengan kata lain, kenaikan suku bunga akan memancing masuknya modal asing. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi operasi pasar valuta asing dan pasar uang. Ketika terjadi aktivitas transaksi, maka bank akan mempertimbangkan perbedaan suku bunga di pasar modal nasional dan global dengan pandangan yang berasal dari keuntungan. Pihak Bank lebih memilih mendapatkan pinjaman murah di pasar uang asing dengan tingkat bunga yang lebih rendah dan tempat mata uang asing pada pasar kredit domestik jika tingkat bunganya yang lebih tinggi. 4. Aktivitas Neraca Pembayaran Nilai tukar mata uang juga dipengaruhi oleh neraca pembayaran. Neraca pembayaran aktif akan meningkatkan nilai mata uang domestik dengan meningkatnya jumlah debitur asing. Jika saldo pembayaran pasif, hal ini akan mengakibatkan menurunnya nilai tukar mata uang domestik sehingga debitur akan akan menjual semuanya dengan mata uang asing untuk membayar kembali kewajiban eksternal mereka.



Dampak dari neraca pembayaran diukur terhadap nilai tukar yang sudah ditentukan oleh tingkat keterbukaan ekonomi. Pembatasan impor, perubahan tarif, kuota perdagangan, dan subsidi akan mempengaruhi neraca perdagangan. 5. Tingkat Pendapatan Relatif Laju pertumbuhan pendapatan terhadap harga-harga luar negeri merupakan faktor lain yang mempengaruhi penawaran dan permintaan dalam pasar valuta asing. Kurs mata uang asing akan melemah ketika laju pertumbuhan pendapatan domestik membaik. 6. Ekspektasi Ekspektasi nilai tukar mata uang suatu negara di masa depan juga menjadi faktor yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing. Sebagai contoh, berita tentang prediksi peningkatan inflasi di Amerika kemungkinan besar akan mendorong para pedagang valas melakukan aksi jual terhadap dollar. Hal ini karena diperkirakan harga dollar akan turun di masa depan. Dan reaksi ini akan langsung menekan nilai tukar dollar di pasar. 2.3.2.3 Pengaruh Kurs Terhadap Bisnis Berikut beberapa pengaruh kurs terhadap bisnis: 1. Pengaruh Terhadap Importir Jika Anda memiliki bisnis dibidang penjualan produk yang mengharuskan mengimpor bahan baku dari luar negeri, tentu nilai kurs sangat menentukan keuntungan yang akan Anda dapatkan. Namun, dalam kondisi rupiah yang melemah terhadap mata uang asing yang umumnya dollar, maka akan membuat perusahaan Anda mengeluarkan uang lebih banyak daripada biasanya. Jika terjadi kondisi seperti ini, maka perusahaan Anda akan mengalami kerugian jika tidak menaikkan harga jual produk. 2. Pengaruh Terhadap Eksportir Perubahan nilai kurs lebih sering menguntungkan bagi pebisnis yang melakukan kegiatan ekspor. Nilai tukar dollar yang sering menguat menyebabkan harga jual produknya yang di ekspor keluar negeri akan semakin terjual dengan harga tinggi karena konsumen membayar dengan dollar. Tentu hal ini sangat menguntungkan. 3. Pengaruh Terhadap Hutang Piutang Jika nilai tukar rupiah terus melemah terhadap mata uang asing, ini akan merugikan pengusaha yang memiliki utang luar negeri. Karena nilai utangnya akan semakin tinggi juga. Jadi, sebaiknya bagi pebisnis muda menghindari utang piutang dengan luar negeri. 4. Pengaruh Terhadap Pemilik Dollar



Saat ini sudah banyak masyarakat kita yang mengumpulkan uang dollar. Tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai tukar yang lebih tinggi daripada saat ia membeli dollar tersebut. Taktik ini sebenarnya sah-sah saja dan bisa diterapkan sebagai uang deposito perusahaan.



2.3.2.4 Perhitungan Kurs Valuta Asing Suatu hari Azizah mendapat tugas dalam pekerjaannya, meliput berita ke Amerika Serikat. Dia memperoleh tunjangan dari layanan dengan biaya perjalanan sebesar Rp.38.000.000,00. Pada saat itu, nilai tukar yang berlaku adalah. Tingkat penjualan Rp.9.500 per US $ 1. Beli kurs Rp.9.200 per US $ 1. Berapa jumlah uang saku yang diterima Azizah dalam nilai dolar?. Sementara di Amerika, Azizah menggunakan uangnya hanya US $ 3.000. Dan setelah kembali ke Amerika, Azizah kembali untuk menukar sisa uang dengan rupiah. Dan kurs yang berlaku saat itu adalah kurs jual, yaitu Rp.9.750 per US $ 1 dan kurs beli adalah Rp.9.425 per US $ 1. Berapa jumlah rupiah yang akan diterima Azizah? Jawaban : Jika Azizah akan menukar rupiah ke dolar, perhitungan yang digunakan adalah perhitungan



kurs



jual.



Jadi,



uang



Azizah



dalam



dolar



sama



dengan:



Rp.38.000.000: Rp9.500 = US $ 4.000 Dan sisa uang Azizah adalah US $ 4.000 – US $ 3.000 = US $ 1.000. Jika Azizah akan menukar dolar ke rupiah, perhitungan yang digunakan adalah perhitungan kurs beli. Jadi, sisa uang yang dimiliki Azizah dalam rupiah sama dengan: US $ 1.000 x Rp.9.425 = Rp.9.425.000.00.



2.3.2.5 Penyebab Pergerakan Nilai Tukar Pada tahun 1973, nilai relatif mata uang mengambang dan kemudahan konversinya ditentukan oleh kekuatan pasar dan dipengaruhi oleh beberaapa faktor. Faktr-faktor tersebut meliputi; dasar permintaan dan penawaran mata uang, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan ekspektasi masa depan. Kebijakan moneter dan fiskal pemerintah, seperti kebijakan perpajakan, suku bunga, dan kebijakan perdagangan, serta kekuatan eksternal lain dari bisnis, seluruhnya memegang peranan penting dalam proses ini. Kebijakan moneter yaitu, pemerintah mengontrol jumlah uang yang beredar, apakah bertumbuh dan jika demikian secepat apa pertumbuhan itu terjadi. Sedangkan kebijakan fiskal yaitu mengacu pada pendapatan dan pengeluaran uang oleh pemerintah.



Faktor yang menyebabkan nilai tukar sangat luas dan bervariasi sebagian besar berdasarkan adanya inflasi, suku bunga dan ekspektasi pasar yang memainkan peranan cukup besar dalam penentuan nilai tukar. Hubungan paritas, yaitu hubungan kesetaraan diantara beberapa faktor yang berkaitan dengan pergerakan nilai tukar. Paritas suku bunga dan paritas daya beli keduanya termasuk kedalam hukum satu harga (law of one place) yang menyatakan bahwa pada pasar yang efisien, produk yang sama akan memiliki harga yang sama. Jika terdapat perbedaan harga, proses arbitrase (pembelian dan penjualan untuk memperoleh keuntungan tanpa adanya risiko) akan menutupi selisih yang terjadi, hingga terjaga keseimbangan pasar. Penjelasan ekonomi yang berimbas pada paritas nilai tukar disebut dampak fisher. Konsep ini menyatakan bahwa suku bunga rill (r1) adalah suku bunga nominal (r2) dikurangi ekspektasi inflasi (I).



r1=(r2)-1. Jadi kenaikan inflasi yang diekspektasikan akan mendorong



kenaikan suku bunga, dan turunnya inflasi yang diekspektasikan akan mendororng turunya suku bunga. Perbedaan antara suku bunga dua negara mencerminkan ekspektasi perubahannilai tukar, hal ini dikenal dengan konsep dampak Fisher



Internasional.



Contohnya perbedaan suku bunga diantara dua mata uang mencerminkan perubahan yang diharapkan dalam nilai tukarnya. Hubungan paritas daya beli (purchasing power party-PPP), adalah hasil dari hukum satu harga yang duterapkan pada sekelompok barang. PPP menyatakan setiap dolar bisa membeli jumlah yang sama baik di Amerika maupun di Inggris, harga barang di Inggris harus sama dengan yang ada di Amerika dikalikan dengan nilai tukar antara dolar dan pound sterling. Hubungan ini terdapat dalam rumus berikut: £ P($£)=$P atau ($/£)=$P/ £P. Hal ini berlaku untuk pound sterling dan dolar , P adalah harga komoditas kelompok. 2.2.3.6 Proyeksi Nilai Tukar Pendekatan yang paling sering digunakan untuk melakukan proyeksi antara lain: 1. Pendekatan pasar efisien, asumsi bhwa harga pada saat ini sepenuhnya mencerminkan seluruh informasi yang relevan yang tersedia, dengan pendekatan ini juga kita harus melihat kurs forward dan mengasumsikan bahwa pendekatan ini merupakan alat prediksi yang terbaik untuk nilai tukar masa depan sebab telah mempertimbangkan seluruh informasi yang tersedia. Pendekatan pasar efisien tidak menyiratkan bahwa kurs forward akan menjadi masa depan kurs spot dengan akurasi sempurna, malahan



simpangannya akan menjadi random. Pendekatan ini disebut hipotesis random walk, dan menyatakan bahwa faktor-faktor jangka pendek yang tidak bisa diprediksi menyiratkan bahwa alat prediksi untuk harga esok adalah hari ini. 2. Pendekatan fundamental, memprediksi pergerakan nilai tukar dengan melihat faktorfaktor yang mendasar dan memiliki peranan untuk menentukan nilai tukar dan mengembangkan berbagai ekonometri untuk menangkap variabel-variabel dan hubungannya. Variabel-variabel ini seperti inflasi, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi dan pendekatan fundamental ini di bangun berdasarkan variabel-variabel tersebut. 3. Analisis



teknikal,



dilakukan



dengan



data-data



historis



untuk



trend



dan



memproyeksikan trend kedepannya dengan asumsi bahwa masa lalu akan menjadi masa depan 2.3.2.7 Kontrol Nilai Tukar Mata uang Pemerintah suatu negara dapat membatasi nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang lain. Terdapat perbedaan kontrol antara negara-negara di dunai. Ada pun kontrol mata uang ada beberapa jenis, antara lain : 1. Convertible currency, yaitu dapat ditukarkan dengan mata uang lain tanpa hambatan 2. Hard currency,dalam hal ini pemerintah menerapkan kontrol nilai tukar untuk membatasi atau melarang penggunaan legal matauang sebuah negara dalam transaksi internasional, misalnya yen Jepang, dollar AS, pound Inggris, dan Euro. 3. Nonconvertible currency, yaitu nilai mata uang akan diperbaiki melalui arbitrase, biasanya pada tingkat yang lebih tinggi dari harganya di pasar bebas. 4. Blocked currency, yaitu keadaan saat pemerintah mengharuskan perusahan memperoleh izin untuk membeli mata uang asing dan nilai tukarnya berada di atas nilai tukar pasar.



2.3.2.7.1 Perpajakan Pajak merupakan salah satu kekuatan finansial yang berdampak signifikan. Jika perusahaan dapat memperoleh beban pajak yang lebih rendah dibanding dengan pesaingnya, maka perusahaan dapat menurunkan harga jualnya yang berdampak pada pendapatan yang lebih tinggi, sehingga perusahaan dapat membayar gaji dan dividen dalam jumlah yang lebih besar. Perusahaan internasional harus memahami hukum oajak di negaa tempatnya beropersai



dan bagaimanana keterkaitan hukum tersebut dengan hukum pajak di negara lain. Ada pun tiga pajak yang dapat mendorong pendapatan antara lain : 1. Pajak Penghasilan, yaitu pajak yang dikenakan secara langsung terhadap penghasilan individu atau perusahaan. 2. Pajak Pertambahan Nilai, yaitu pajak yang dikenakan terhadap nilai yang ditambahkan pada barang seiring pergerakannya melalui produksi dari bahan mentah hingga pembeli akhir. 3. Potongan Pajak, yaitu pajak tidak langsung yang dikenakan pada penghasilan pasif (seperti dividen, royalti, dan bunga) yang dibayarkan oleh perusahaan kepada orangorang atau perusahaan di yurisdiksi berbeda.



2.3.2.7.2 Tingkat Inflasi dan Bunga Inflasi adalah tren kenaikan harga, maka suatu negara yang mengalami inflasi akan mengalami kenaikan harga seara umum. Inflasi dapat diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK). Terdapat dua penyebab inflasi, yaitu permintaanyang melebihi penawaran, dan naiknya pasokan uang yang beredar. Inflasi juga merupakan kekuatan finansial di luar perusahaan yang berdampak pada perusahaan. Tingkat inflasi yang tinggi membuat perencenaan pegeluaranmodal menjadi lebih berisiko. Misalnya, suatu perusahaan mengalokasikan 1 juta dollar untuk pembangunan pabrik, namun karena terjadi inflasi sehingga perusahaan harus membayar lebih banyak. Tingginya inflasi juga dapat mendorong pinjaman, karena pinjaman akan dilunasi dengan uang yang terinflasi dan lebih murah.selain itu, inflasi juga dapat meningkatkansuku bunga karena bank harus menawarkan penghargaan yang lebih besar untuk menarik penyetoran. Negara yang terkena inflasi juga dapat menyebabkan melemahnya mata uang negara tersebut terhadap mata uang dari negara dnegan inflai yang rendah. Dampak lainnya yang ditimbulkan dari inflasi adalah naiknya biaya produksi barang dan jasa di suatu negara sehingga produknya menjadi kalah saing secara global.



2.3.2.7.3 Neraca Pembayaran Neraca pembayaran atau balance of payment (BOP) adalah catatan transaksi sebuah negara dengan sekuruh dunia. Data BOP diperlukan untuk menunjukkan permintaan terhadapa mata uang sebuah negara. Jika ekspor suatu negara lebih tinggi daripada impornya, maka permintaan mata uang negara tersebut akan meningkat karerna diperlukan untuk



membayar ekspor dari negara tersebut. Dan jika terjadi hal sebaliknya maka mata uang negara tersebut dapat melemah. Dalam neraca pembayaran dikenal istilah akun BOP. Akun BOP dicatat dalam bentuk pembukuan akun ganda. Setiap dana yang keluar akan dicatat sebagai debit, dan setiap dana yang masuk akan dicatat sebagai kredit. Dalam BOP apat terjadi defisit dan surplus, namun jika terjadi defisit pada neraca berjalan maka akan selalu diikuti dengan surplus pada transaksi modal dengan jumlah yang sama.



KESIMPULAN Sistem moneter internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku untuk semua Negara di dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksi lintas negara dilaksanakan. Sistem ini menentukan bagaimana kurs tukar asing ditentukan dan bagaimana pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar. Adapun hal-hal yang mempengaruhi kurs tukar yaitu adanya inflasi, suku bunga dan ekspektasi pasar yang memainkan peranan cukup besar dalam penentuan nilai tukar. Kurs merupakan harga mata uang dari suatu negara yang diukur dalam satuan mata uang negara lain. Terdapat tiga macam jenis kurs, yaitu kurs jual, kurs beli dan kurs tengah. Neraca pembayaran atau balance of payment (BOP) adalah catatan transaksi sebuah negara dengan sekuruh dunia. Data BOP diperlukan untuk menunjukkan permintaan terhadapa mata uang sebuah negara. Jika ekspor suatu negara lebih tinggi daripada impornya, maka permintaan mata uang negara tersebut akan meningkat karerna diperlukan untuk membayar ekspor dari negara tersebut. Dan jika terjadi hal sebaliknya maka mata uang negara tersebut dapat melemah. Sistem akuntansi BOP, yang digunakan untuk mencatat transaksi internasional, sangat penting bagi pelaku bisnis internasional. Sistem BOP memberikan data intelijen ekonomi mengenai daya saing internasinal dari industri suatu Negara, kemungkinan perubahan dalam kebijakan fiscal dan moneternya, dan kemampuannya untuk membayar kembali utang internasionalnya. Terdapat sejumlah cara untuk mengukur surplus atau deficit neraca pembayaran. Masing-masing cara mewakili perspektif berbeda pada kinerja ekonomi global suatu Negara. Neraca perdagangan barang mengukur perbedaan antara ekspor dan impor barang suatu Negara. Neraca jasa menjadi semakin penting karena ekspansi yang cepat dari sektor jasa di berbagai ekonomi. Neraca barang dan jasa mengukur perdagangan barang dan jasa suatu Negara. Neraca penyelesaian resmi memperlihatkan perubahan dalam cadangan resmi suatu Negara.



Studi Kasus Angka inflasi AS stabil, nilai tukar rupiah tertekan Inflasi inti Amerika Serikat (AS) yang stabil di periode Januari 2019, turut memperkuat nilai tukar dollar AS dan menekan rupiah. Mengutip Bloomberg di pasar spot, Kamis (14/2) rupiah tercatat melemah 0,22% ke Rp 14.090 per dollar AS. Sementara, pada kurs tengah Bank Indonesia, rupiah tercatat melemah 0,47% ke Rp 14.093 per dollar AS. Analis Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra mengatakan, rupiah kembali terkoreksi karena dollar AS menguat akibat data inflasi inti atau core CPI AS di periode Januari 2019 tercatat stabil di 0,2%. Ahmad Mikail, Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia menambahkan, indeks dollar bergerak naik di atas level 97 akibat inflasi yang naik di atas ekspektasi tersebut. "Jadi timbul kekhawatiran investor bahwa Federal Reserve akan melanjutkan pengetatan moneter," kata Mikail, Kamis (14/2). Hingga hari ini belum ada data domestik yang bisa membawa pengaruh pada pergerakan rupiah terhadap dollar AS. Namun, data ekonomi, yaitu neraca perdagangan yang akan rilis Jumat (15/2) pagi baru diproyeksikan akan memberi pengaruh pada pergerakan nilai tukar rupiah. Mikail memproyeksikan, neraca perdagangan masih akan defisit sekitar US$ 1 miliar. Dengan begitu, ia memproyeksikan besok rupiah berpotensi masih melanjutkan pelemahan di rentang Rp 14.100 per dollar AS hingga Rp 14.150 per dollar AS. Senada, Putu mengatakan jika ekspor domestik meningkat maka rupiah berpotensi menguat. Namun, bila sebaliknya yang terjadi maka rupiah masih akan melemah. Selain data neraca perdagangan, pergerakan rupiah besok, juga Putu katakan akan mendapat pengaruh dari hasil negosiasi AS dan China terkait perang dagang. "Pelaku pasar masih menunggu negosiasi AS dan China," kata Putu, Kamis (14/2). Untuk besok Putu memproyeksikan rupiah berada di rentang Rp 13.980 per dollar AS hingga Rp 14.145 per dollar AS.



Pertanyaan Studi Kasus 1. Mengapa inflasi yang terjadi di Amerika Serikat dapat melemahkan nilai tukar rupiah? Jawaban: Inflasi yang dialami oleh Amerika Serikat



cenderung stabil yaitu sebesar



0,2%. Hal ini menyebabkan tumbuhnya kepercayaan dan spekulasi positif terhadap mata uang dollar. Dampak yang terjadi di Indonesia adalah investor domestik dan luar negeri memindahkan aset keuangannya dari rupiah menjadi dollar. Nilai rupiah terhadap dolar pun tertekan dan sempat terdepresiasi tajam akhir-akhir ini menjadi sebesar Rp14.150. 2. Upaya apa yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar? Bank Indonesia selaku bank sentral di negara Indonesia, melakukan penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) sehingga ada di level 5,25%. Bank Indonesia mengaharapkan, turunnya suku bunga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mampu mendorong purchasing power terhadap mata uang rupiah. Selain itu, penurunan suku dapat menarik pasar obligasi, terutama Surat Utang Negara (SUN) termasuk ke dalamnya ORI atau SUKRI (Sukuk Ritel). 3. Ketika Terjadinya pelemahan Rupiah Terhadap dollar, dampak apakah yang akan timbul pada nilai tukar terhadap bisnis ? Pengaruh pertama yaitu terhadap importir, ketika terjadinya pelemahan rupiah maka barang-barang impor akan mengalami kenaikan harga hal ini dapat membuat produk lokol menjadi sangat laris . Sebagai contoh, karena rupiah melemah, harga buah impor mengalami kenaikan. Masyarakat pun menjadi enggan untuk membeli buah impor dan memutuskan beralih mengonsumsi buah lokal. Jika lebih banyak orang memilih buahbuahan lokal, buah-buahan impor akan surut jumlahnya. Situasi ini membuat importir buah mengalami penurunan omzet. Namun, saat yang bersamaan, petani dan pedagang buah lokal memperoleh keuntungan. Yang kedua dari sisi eksportir Akibat kurs rupiah melemah maka banyak permintaan dari luar terhadap produk-produk Indonesia. Meningkatnya pembelian produk-produk dalam negeri tentu saja meningkatkan keuntungan beberapa eksportir Indonesia, seperti eksportir mebel dan tekstil. Kondisi ini adalah hal yang logis karena bila barang-barang dalam negeri dijual dengan mengacu pada rupiah, sudah tentu importir yang membelinya dengan mengonversi



dolarnya ke rupiah akan mendapatkan barang dalam jumlah lebih besar daripada sewaktu rupiah menguat. Sayangnya, keuntungan tersebut tidak dirasakan semua eksportir. Bagi eksportir yang produksi produk-produknya mengandalkan bahan baku dari luar negeri, melemahnya rupiah justru memaksa mereka untuk menaikkan harga jual produknya. Naiknya harga jual produk yang sebanding dengan menguatnya dolar tidak membawa keuntungan berarti bagi eksportir tersebut. Selanjutnya dari posisi pemilik dollar Apabila kurs rupiah melemah, nilai dolar AS akan meningkat. Dengan begitu, mereka yang bergaji dolar AS akan diuntungkan. Sebab dolar yang didapat bila dikonversikan ke rupiah, jumlah rupiah yang didapat lebih banyak dari sebelum melemahnya rupiah. Yang ke empat uterhadap hutang piutang. Melemahnya rupiah menjadi dilema bagi Bank Indonesia (BI) sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas urusan moneter dalam negeri. Bersama dengan Pemerintah, BI terus menstabilkan nilai rupiah yang turun dan menjaga rupiah agar tidak melemah. Menaikkan suku bunga merupakan langkah yang mau tak mau harus dilakukan akibat melemahnya kurs rupiah. Lalu, apa dampak dari dinaikkannya suku bunga? Paling jelas adalah pertumbuhan kredit menjadi melambat. Orang-orang enggan untuk mengambil kredit sebab bunganya yang mahal. Selain itu, bukan tidak mungkin meningginya kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) sebagai dampak dari kenaikan suku bunga.



DAFTAR PUSTAKA



Ball, Donald A dan Wendell H. McCulloch. 2013. Bisnis Internasional Edisi 12. Salemba Empat: Jakarta. Gunawan, Fahmi dan Heksa Biopsi Puji Hastuti. 2018. Senarai Penelitian Pendidikan, Hukum, dan Ekonomi di Sulawesi Tenggara. Deepublish: Yogyakarta https://www.google.com/amp/amp.kontan.co.id/news/angka-inflasi-as-stabil-nilai-tukarrupiah-tertekan