Makalah Spesialite Obat Hormonal - Kelompok 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SPESIALITE & TERMINOLOGI KESEHATAN “SPESIALITE OBAT HORMONAL”



Kelomopok 2: Evelina Munthe



(P07539019118)



Fikriyah Hafni Matondang



(P07539019119)



Fitri Hayati



(P07539019120)



Hasdima Fajariska Pasaribu



(P07539019121)



Hijrotun Nur



(P07539019122)



Dosen Pengampu: Pratiwi Rukmana Nasution, M.Si., Apt



FAKULTAS FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN TA. 2020/ 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Spesialite Obat Hormonal”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Spesialite dan Terminologi Kesehatan. Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang Spesialite dan Terminologi Kesehatan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai kalangan guna menyempurnakan pembuatan makalah di waktu yang akan datang. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.



Medan, September 2021



Penulis



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Menurut pengertian umum, obat dapat didefinisikan sebagai bahan yang



menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia. Sedangkan definisi yang lengkap, obat adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan (1) pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit, kelainan fisik atau gejala-gejalanya pada manusia atau hewan; atau (2) dalam pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi organik pada manusia atau hewan. Obat dapat merupakan bahan yang disintesis di dalam tubuh (misalnya : hormon, vitamin D) atau merupakan merupakan bahan-bahan kimia yang tidak disintesis di dalam tubuh. Pada makalah ini akan dibahas memgenai obat hormonal. Walaupun hormon merupakan zat yang disintesis oleh badan dalam keadaan normal, tidak berarti hormon bebas dari efek toksis/racun. Pemberian hormon eksogen / dari luar yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal dengan segala akibatnya. Analog hormon adalah zat sintetis yang berkaitan dengan reseptor hormon. Analog hormon sangat mirip dengan hormon alami dan sering kali fungsi klinisnya lebih baik dari pada hormon alaminya sebab mempunyai beberapa sifat yang lebih menguntungkan. Misalnya estradiol adalah hormon alami yang masa kerjanya sangat pendek, sedangkan etinilestradiol adalah analog hormon yangmasa kerjanya lebih panjang.



1.2



Rumusan Masalah 1. Apa defenisi dari obat hormonal? 2. Apa saja penggolongan obat hormonal?



1.3



Tujuan 1. Untuk mengetahui defenisi dari obat hormonal 2. Untuk mengetahui penggolongan obat hormonal



BAB II PEMBAHASAN 2.1



Defenisi Hormon Hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti merangsang. Hormon yang



dihasilkan oleh kelenjar endokrin langsung disekresikan ke dalam darah karena tidak memiliki saluran sendiri. Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang masuk ke dalam peredaran darah tanpa saluran untuk memengaruhi jaringan



target



secara



spesifik. Jaringan yang dipengaruhi umumnya terletak jauh dari tempat hormon tersebut dihasilkan, misalnya hormon pemacu folikel (FSH, folicle stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior hanya merangsang jaringan tertentu di ovarium. Hormon pertumbuhan (GH, growth hormon, somatotropin) mempunyai lebih dari satu organ target sebab GH memengaruhi berbagai jenis jaringan dalam badan. Jaringan target suatu hormon sangat spesifik karena sel- selnya mempunyai receptor untuk hormon tersebut. Sistem kerja hormon berdasarkan mekanisme umpan balik. Artinya, kekurangan atau kelebihan hormon tertentu dapat mempengaruhi produksi hormon yang lain. Hal ini disebut homeostasis, yang berarti seimbang. Di dalam tubuh manusia terdapat tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipotalamus, hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar andrenal, pankreas, dan kelenjar gonad (ovarium atau testis). Contoh efek hormon pada tubuh manusia: a. Perubahan Fisik: yang ditandai dengan tumbuhnya rambut di daerah tertentu dan bentuk tubuh yang khas pada pria dan wanita (payudara membesar, lekuk tubuh feminin pada wanita dan bentuk tubuh maskulin pada pria). b. Perubahan Psikologis: Perilaku feminin dan maskulin, sensivitas, mood/suasana hati. c. Perubahan Sistem Reproduksi: Pematangan organ reproduksi, produksi organ seksual (estrogen oleh ovarium dan testosteron oleh testis). Pada dasarnya hormon bisa dibagi menurut komposisi kandungannya yang berbedabeda sebagai berikut:



a. Hormon yang mengandung asam amino (epinefrin, norepinefrin, tiroksin dan triodtironin). b. Hormon yang mengandung lipid (testosteron, progesteron, estrogen,aldosteron, dan kortisol). c. Hormon yang mengandung protein (insulin, prolaktin, vasopresin, oksitosin, hormon pertumbuhan (growth hormone), FSH, LH,TSH). Hormon-hormon ini bisa dibuat secara sintetis.



2.2



Penggolongan Obat Hormonal Berikut penggolongan hormon-hormon berdasarkan gangguan pada sistem



endokrin : 



Diabetes Melitus







Hormon Tiroid Dan Antitiroid







Hormon Kelamin







Hormon Hipotalamus dan Hipofisis Serta Antiestrogen







Gangguan Endokrin Lain



1. Diabetes Melitus Diabetes Melitus (DM) timbul karena defisiensi sintesis dan sekresi insulin atau resisten terhadap kerja insulin. Diagnosis DM ditegakkan dengan mengukur kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan (kadang- kadang dengan uji toleransi glukosa). Berdasarkan klasifikasinya diabetes dibedakan atas diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. a. Diabetes tipe 1, yang bergantung pada insulin (IDDM), timbul karena defisiensi insulin akibat pengrusakan autoimun sel beta pankreas. Penderita diabetes melitus tipe 1 membutuhkan pemberian insulin. b. Diabetes tipe 2, yang tidak bergantung pada insulin (NIDDM), timbul karena penurunan sekresi insulin atau resistensi periferal terhadap kerja insulin. Walaupun ada penderita yang dapat mengatur kadar gula hanya dengan diet, tapi banyak juga yang membutuhkan obat antidiabetik oral atau insulin (atau keduanya) untuk mengendalikan kadar gula darah. Untuk penderita dengan berat badan berlebih, diabetes tipe 2 dapat dicegah dengan menurunkan berat



badan dan meningkatkan aktifitas fisik. Pengobatan semua tipe diabetes ditujukan untuk mengurangi gejala dan risiko komplikasi jangka panjang (lihat di bawah), oleh karena itu diabetes perlu dikendalikan secara ketat. Hormon-hormon dalam pengobatan Diabetes Mellitus (DM), antara lain :  Insulin Insulin berperan mengatur metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Insulin merupakan hormon polipeptida dengan struktur kompleks. Ada perbedaan susunan asam amino pada insulin hewan, insulin manusia, dan analog insulin manusia. Insulin dapat diekstraksi dari pankreas babi atau pankreas sapi dan dimurnikan dengan kristalisasi, tetapi insulin dari pankreas sapi sekarang jarang digunakan. Insulin untuk manusia dibuat secara biosintetis dengan teknologi rekombinan DNA menggunakan bakteri atau ragi atau semisintetik dengan modifikasi enzimatik insulin babi. Ada 3 macam sediaan insulin: 



Insulin kerja singkat (short-acting): mula kerja relatif cepat, Suntikan subkutan insulin soluble memiliki mula kerja cepat (30 – 60 menit), kerja puncak antara 2 dan 4 jam, dan lama kerja hingga 8 jam. Yaitu insulin soluble, insulin lispro dan insulin aspart. Sebagai contoh, Insulin Lispro Mekanisme kerja : Cara kerjanya adalah membantu glukosa atau gula darah masuk ke dalam sel tubuh, sehingga tubuh bisa mengubahnya menjadi energi. Indikasi : Diabetes Mellitus (DM) Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap insulin aspart atau komponen formulasi lainnya seperti hipoglikemia (gula darah rendah). Efek samping : bengkak di tangan atau kaki kalium rendah (kebingungan, denyut jantung tidak stabil, rasa haus yang ekstrem, sering buang air kecil, rasa tidak nyaman pada kaki, kelemahan otot atau merasa lemas).







Insulin kerja sedang (intermediate-acting) dan Insulin kerja panjang dengan mula kerja lebih lambat. Injeksi subkutan insulin kerja sedang atau insulin kerja lama mempunyai mula kerja kira-kira 1-2 jam, efek maksimal pada 412 jam, dan lama kerja 16-35 jam. Misalnya : Insulin Isophane / Insulin NPH (Neutral Protamine Hagedorn)



Mekanisme kerja : menggantikan peran insulin alami tubuh yang tidak mampu diproduksi dalam jumlah yang cukup. Indikasi



: diabetes mellitus (DM)



Kontraindikasi



: hipoglikemia



Efek samping



: Kadar gula darah rendah, gatal, ruam ringan pada kulit,



hipoglikemia (jika kalori tidak cukup, aktivitas terlalu banyak), Penebalan atau lekukan pada titik injeksi.  Anti Diabetik Oral Obat antidiabetik oral digunakan untuk pengobatan diabetes melitus tipe 2 (noninsulin dependent diabetes melitus, NIDDM). Obat–obat ini hanya digunakan jika pasien gagal memberikan respon terhadap setidaknya 3 bulan diet rendah karbohidrat dan energi disertai aktivitas fisik yang dianjurkan. Obat tersebut sebaiknya digunakan untuk meningkatkan efek diet dan aktivitas fisik yang cukup, bukan menggantikannya. Obat golongan anti diabetik oral dapat dibagi menjadi 3, yaitu : 



Sulfonilurea Mekanisme kerja : Kerja utama sulfonilurea adalah meningkatkan sekresi insulin sehingga efektif hanya jika masih ada aktivitas sel beta pankreas; pada pemberian jangka lama sulfonilurea juga memiliki kerja di luar pankreas. Indikasi : Sulfonilurea digunakan untuk pasien yang tidak kelebihan berat badan, atau yang tidak dapat menggunakan metformin. Kontraindikasi: Sulfonilurea sedapat mungkin dihindari pada gangguan fungsi hati (lampiran 2); gagal ginjal (lampiran 3) dan pada porfiria. Sulfonilurea sebainya tidak digunakan pada ibu menyusui dan selama kehamilan sebaiknya diganti dengan terapi insulin (lihat juga lampiran 4). Sulfonilurea dikontraindikasikan jika terjadi ketoasidosis. Efek samping: umumnya ringan dan jarang, diantaranya gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah, diare dan konstipasi. Klorpropamid memiliki efek samping lebih banyak karena durasi kerjanya yang lama dan risiko hipoglikemia sehingga tidak lagi digunakan. Juga dapat menyebabkan



muka kemerahan setelah minum alkohol; efek ini tidak terjadi pada sulfonilurea lain. Klorpropamid juga dapat meningkatkan sekresi hormon antidiuretik dan sangat jarang menyebabkan hiponatremia (hiponatremia juga dilaporkan pada glimepirid dan glipizid). 



Biguanida Obat dari kelompok ini masih terbagi lagi menjadi : Metformin Hidroklorida : Metformin merupakan obat pilihan pertama pasien dengan berat badan berlebih dimana diet ketat gagal untuk mengendalikan diabetes, jika sesuai bisa juga digunakan sebagai pilihan pada pasien dengan berat badan normal. Mekanisme kerja : bekerja dengan cara meningkatkan efektivitas tubuh dalam menggunakan insulin untuk menekan peningkatan kadar gula darah. Indikasi : diabetes mellitus tipe 2, terutama untuk pasien dengan berat badan berlebih (overweight), apabila pengaturan diet dan olahraga saja tidak dapat mengendalikan kadar gula darah. Metformin dapat digunakan sebagai monoterapi atau dalam kombinasi dengan obat antidiabetik lain atau insulin (pasien dewasa), atau dengan insulin (pasien remaja dan anak >10 tahun). Kontra indikasi : gangguan fungsi ginjal, ketoasidosis, hentikan bila terjadi kondisi seperti hipoksia jaringan (sepsis, kegagalan pernafasan, baru mengalami infark miokardia, gangguan hati), menggunakan kontras media yang mengandung iodin (jangan menggunakan metformin sebelum fungsi ginjal kembali normal) dan menggunakan anestesi umum (hentikan metformin pada hari pembedahan dan mulai kembali bila fungsi ginjal kembali normal), wanita hamil dan menyusui. Efek samping : anoreksia, mual, muntah, diare (umumnya sementara), nyeri perut, rasa logam, asidosis laktat (jarang, bila terjadi hentikan terapi), penurunan penyerapan vitamin B12, eritema, pruritus, urtikaria dan hepatitis.



 Antidiabetik lain Obat dari kelompok ini masih terbagi lagi menjadi : Akarbosa, Dapagliflozin, Linagliptin,



Liraglutid,



Nateglinid,



Pioglitazon,



Repaglinid,



Saksagliptin dan Vildagliptin. Sebagai contoh, Akarbosa :



Sitagliptin,



Indikasi: diabetes mellitus yang tidak dapat diatur hanya dengan diet atau diet dengan obat antidiabetik oral. Kontraindikasi: wanita hamil, wanita menyusui, anak, inflammatory bowel disease (seperti ulserativa kolitis, Crohn's disease), obstruksi usus halus sebagian (atau predisposisi), gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, hernia, riwayat bedah perut. Efek Samping: flatulensi, tinja lunak, diare (mungkin perlu pengurangan dosis atau penghentian), perut kembung dan nyeri, mual (jarang), reaksi pada kulit dan fungsi hati yang tidak normal. Ada laporan ileus, udema, ikterus, dan hepatitis.  Anti Hipoglikemia Kelompok obat yang mekanisme kerjanya mampu menurunkan kadar glukosa dalam darah. 



Glukagon, hormon polipeptida yang dihasilkan oleh sel alfa dari pulau Langerhans. Mekanisme Kerja : Meningkatkan kadar glukosa plasma dengan mengubah glikogen yang disimpan di hati Indikasi : hipoglikemia Kontra Indikasi : feokromositoma Efek Samping : mual, muntah, nyeri perut, hipokalemia, hipotensi, reaksi hipersensitivitas (jarang terjadi).



2. Hormon Tiroid dan Anti Tiroid a. Hormon Tiroid Hormon tiroid digunakan pada hipotiroidisme (myxoedema) dan juga digunakan pada goiter non toksik yang diffuse (luas tidak berbatas tegas), tiroiditis Hashimoto (lymphadenoid goiter) dan karsinoma tiroiditis. Penggolongan Obat : Natrium Levotiroksin (Garam tiroksin) Mekanisme Kerja Obat : Levotiroksin akan mengalami de-iodinasi menjadi triiodotironin (T3) yang kemudian akan masuk ke dalam sel dan berikatan dengan reseptor hormon tiroid nuklear, yang kemudian memicu ekspresi gen dan menghasilkan protein yang dibutuhkan dalam meregulasi respirasi seluler,



termogenesis, pertumbuhan, dan diferensiasi sel, serta metabolisme dari protein, karbohidrat, dan lemak. Indikasi : hipotiroidisme Kontra Indikasi : tirotoksikosis. Efek Samping : biasanya terjadi karena kelebihan dosis (lihat dosis awal di atas), nyeri angina, aritmia, palpitasi, kram otot skelet, takikardi, diare, muntah, tremor, gelisah, bergairah, insomnia, sakit kepala, muka merah, berkeringat, demam, intoleransi terhadap panas, berat badan turun drastis, otot lemah.



b. Hormon Anti Tiroid Obat antitiroid digunakan pada pengobatan hipertiroidisme, yaitu untuk persiapan pengangkatan tiroid (thyroidectomy) atau untuk pengobatan jangka panjang. Penggolongan Obat : Iodida dan Iodin, Propiltiourasil, Karbimazol, Tiamazol. Sebagai contoh, obat Karbimazol yang umum digunakan. Mekanisme kerja : bekerja dengan cara menurunkan produksi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Indikasi : hipertiroidisme Kontra Indikasi : gangguan hati berat, gangguan darah Efek Samping : muntah, gangguan pencernaan ringan, sakit kepala, ruam kulit dan pruritus, nyeri sendi, miopati, alopesia, supresi sumsum tulang (pansitopenia dan agranulositosis), jaundice.



3. Hormon Kelamin a. Hormon pada Wanita Esterogen: Estrogen perlu untuk perkembangan ciri seks sekunder perempuan, juga dapat menstimulasi myometrial hypertrophy dan hiperplasia endometrium. Jika perkembangan pubertas anak tertunda karena patologi organ, pubertas dapat diinduksi dengan etinil estradiol dalam dosis yang dinaikkan berdasarkan pindai saluran kemih dan perkembangan/ pertumbuhan payudara. Mekanisme kerja: Hormon ini mengalir dalam pembuluh darah dan berdampak pada banyak organ, seperti otak, hati, dan sistem motorik (gerak)



termasuk otot dan tulang, yang secara khusus berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan organ seksual wanita. Penggolongan : 



Levonorgestrel : Levonorgestrel/etinil estradiol adalah obat oral yang terdiri dari kombinasi hormon progresteron dan estrogen.







Raloksifen Hidroklorida



Indikasi:



Pengobatan



dan



pencegahan



osteoporosis



pada



wanita



pascamenopause. Ketika menentukan untuk memilih raloksifen atau terapi yang lain, termasuk estrogen untuk wanita pascamenopause individual, perhatian harus diberikan pada gejala menopause, efek pada jaringan payudara dan uterus, dan risiko serta manfaat kardiovaskular. Kontraindikasi: Riwayat tromboembolisme vena, perdarahan uterus tak terdiagnosa, kanker endometrium, kerusakan hati, kolestasis, kerusakan ginjal parah; kehamilan dan menyusui. Efek Samping: tromboembolisme vena, tromboplebitis, hot flushes, kram kaki, udem perifer, gejala seperti influenza; jarang ruam, gangguan saluran cerna, hipertensi, sakit kepala (termasuk migren), ketidaknyamanan payudara.



Progesteron Mekanisme kerja : Mekanisme kerja progesteron dalam kontrasepsi adalah sebagai berikut : 



Ovulasi Ovulasi sendiri mungkin dapat dihambat karena terganggunya fungsi poros hipotalamus-hipofisis-ovarium dan karena modifikasi dari FSH dan LH pada pertengahan siklus yang disebabkan oleh progesteron.







Implantasi Implantasi mungkin dapat dicegah bila diberikan progesteron praovulasi. Ini yang menjadi dasar untuk membuat IUD yang mengandung progesteron. Pemberian progesteron-eksogenous dapat mengganggu kadar puncak FSH dan LH, sehingga meskipun terjadi ovulasi produksi progesteron yang berkurang dari korpus luteum menyebabkan penghambatan dari implantasi. Pemberian progesteron secara sistemik



dan untuk jangka waktu yang lama menyebabkan endometrium mengalami keadaan istirahat dan atropi. 



Transpor Gamet atau Ovum Pengangkutan ovum dapat diperlambat bila diberikan



progesteron



sebelum terjadi fertilisasi. 



Luteolisis Pemberian jangka lama progesteron saja mungkin menyebabkan fungsi corpus luteum yang tidak adekuat pada siklus haid sehingga menghambat folikulogenesis.







Lendir serviks yang kental Dalam 48 jam setelah pemberian progesteron, sudah tampak lendir serviks yang kental, sehingga motilitas dan daya penetrasi



dari



spermatozoa sangat terhambat. Lendir serviks yang tidak cocok dengan sperma adalah lendir yang jumlahnya sedikit, kental dan seluler serta kurang menunjukkan ferning dan spinnbarkeit. Indikasi : wanita yang memiliki tidak seimbangan hormon progesterone Kontraindikasi : Progestogen sebaiknya dihindari pada pasien dengan riwayat tumor hati, dan gangguan hati berat. Juga kontraindikasi pada pasien dengan kanker kelamin dan payudara (kecuali progestogen digunakan dalam pengobatan penyakit ini), penyakit arteri berat, pendarahan vagina yang tidak terdiagnosa dan porfiria. Progestogen tidak boleh digunakan jika ada riwayat idiopatik jaundice, gatal-gatal berat atau pemphigoid gestationis selama kehamilan. Efek samping : gangguan menstruasi, gejala mirip pramenstruasi (termasuk kembung, kekurangan cairan, breast tenderness), berat badan bertambah, mual, sakit kepala, pusing, insomnia, mengantuk, depresi, reaksi kulit, (termasuk urtikaria, pruritus, kemerahan dan jerawat), hirsutisme, alopesia. Reaksi anafilaktik dan penyakit kuning juga pernah dilaporkan.



b. Hormon Pada Laki-Laki Obat-obat hormonal dari sitem hormonal laki-laki, sebagai berikut : 



Fluoksimesteron



Indikasi: lihat keterangan di atas; kanker payudara lanjut. Kontraindikasi: kanker payudara pada pria, hiperkalsemia, kehamilan, menyusui, nefrosis. Efek Samping: mual, hirsutisme, retensi cairan, akne, ikterus, gangguan haid, virilisasi, ginekomastia. 



Mesterolon



Mekanisme kerja : Obat ini bekerja dengan menambah jumlah androgen yang diproduksi secara alami. Indikasi: Defisiensi androgen dan infertilitas pada pria yang dihubungan dengan hipogonadism. Kontraindikasi: kanker prostat, kanker hati yang sedang atau baru saja diterima. Efek Samping: lihat keterangan testosteron dan ester tetapi spermatogenesis tidak terganggu. 



Testosteron Undekanoat



Indikasi: lihat keterangan di atas. Kontraindikasi: kanker payudara pada pria, hiperkalsemia, kehamilan, menyusui, nefrosis. Efek Samping: kanker prostat, sakit kepala, depresi, perdarahan saluran cerna, mual, ikterus obstruktif,



perubahan



libido, cemas, parestesia,



gangguan



keseimbangan cairan dan elektrolit, hiperkalsemia, pertumbuhan tulang meningkat, efek androgenik seperti hirsutisme, seboroe, akne, perkembangan seksual dini.



4. Hormon Hipotalamus, Hipofisis, dan Anti Estrogen Hormon Hipotalamus (Gonadotropin) a. Obat Gonadorelin Gonadorelin digunakan oleh wanita yang siklus menstruasinya mendadak berhenti karena rendahnya tingkat gonadotropin-releasing hormone (GnRH). Obat ini mungkin digunakan sebagai pengobatan infertilitas wanita. Obat ini menyediakan GnRH yang dibutuhkan oleh tubuh untuk perkembangan dan ovulasi.



Mekanisme kerja



: dilepaskan ke pembuluh darah kecil yang membawa hormon



ini dari otak ke kelenjarpituitari, di mana kelenjar tersebut merangsang produksi dua hormon lagi yaitu hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon lutein (LH). Hormon-hormon ini dilepaskan ke dalam sirkulasi tubuh dan bekerja pada testis dan ovarium untuk memulai dan mempertahankan fungsi reproduksinya. Efek samping : Seperti halnya dalam penggunaan obat Gonadorelin yang juga memiliki beberapa efek samping, sebagai berikut: o Gangguan saluran cerna o Sakit kepala o Peningkatan perdarahan menstruasi o Penekanan paradoksal dari poros gonad hipofisis o Hot flushes o Disfungsi seksual pada pria o Kekeringan vagina o Hilangnya libido pada wanita premenopause o Osteoporosis pada penggunaan yang lama o Reaksi atau nyeri di tempat penyuntikan o Tumor flare (dapat bermanifestasi sebagai peningkatan nyeri tulang). Indikasi



: endometriosis



Kontra indikasi : Adenoma hipofisis, Amenore terkait berat badan, kehamilan.



b. Hormon Hipofisis Antagonis Hormon Antidiuretik 



Tolvaptan



Mekanisme kerja : bekerja dengan meningkatkan aliran urin tanpa menyebabkan tubuh kehilangan terlalu banyak natrium. Indikasi : Hiponatremia sekunder karena gangguan sekresi hormon antidiuretik (syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion), hiponatremia hipervolume yang tidak bisa ditangani dengan pembatasan cairan (natrium dalam serum