Makalah Studi Kasus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENELITIAN STUDI KASUS Metode Penelitian Pendidikan



Dosen Pengampu : Dr. Antuni Wiyarsi, M.Si.



Oleh:



SyafiraKhairiah (18728251028) Syifa Unisa Putri (18728251030) Annisa Chiyarotul Wardah (18728251033)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2018



i



DAFTAR ISI



COVER .......................................................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... iii DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iv BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1 C. Tujuan .................................................................................................................... 2 BAB II. ISI .................................................................................................................... 3 A. Definisi Penelitian Studi Kasus .............................................................................. 3 B. Jenis Penelitian Studi Kasus ................................................................................... 3 C. Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus .............................................................. 4 D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Studi Kasus ................................................ 6 E. Analisis dan Representasi Data Penelitian Studi Kasus ......................................... 14 F. Penulisan Laporan Penelitian Studi Kasus ............................................................. 23 G. Standar Validasi dan Evaluasi Penelitian Studi Kasus ........................................... 28 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 36



ii



DAFTAR GAMBAR



Gambar 1. Lingkaran Aktivitas Pengumpulan Data ...................................................... 6 Gambar 2. Bentuk Data Penelitian Studi Kasus ............................................................ 10 Gambar 3. Spriral Analisis Data .................................................................................... 15



iii



DAFTAR TABEL



Tabel 1. Aktivitas Pengumpulan Data Penelitian Studi Kasus ...................................... 11 Tabel 2. Strategi Sampling Penelitian Kualitatif ........................................................... 12



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendekatan studi kasus sangat familiar di kalangan ilmuwan sosial karena popularitasnya dalam psikologi, kedokteran (analisis kasus dari sebuah masalah), hukum (kasus hukum), dan ilmu politik (kasus laporan). Penelitian ini memiliki sejarah panjang yang berbeda dengan disiplin ilmu yang lain. Hamel, Dufour, dan Fortin (1993) mencari asal-usul studi kasus ilmu sosial modern melalui antropologi dan sosiologi. Mereka mengutip penelitian dari seorang antropolog yang bernama Malinowski, ia meneliti tentang Kepulauan Trobriand, penelitian dari seorang sosiolog Perancis yang bernama LePlay tentang keluarga, dan studi kasus Departemen Sosiologi Universitas Chicago dari tahun 1920 dan 30-an hingga 1950-an (misalnya, penelitian Thomas dan Znaniecki tahun 1958 tentang petani Polandia di Eropa dan Amerika). Saat ini, penulis studi kasus memiliki banyak sumber pustaka dan pendekatan untuk dipilih, seperti Yin (2003) yang mendukung pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk pengembangan studi kasus dan diskusi explanatory, eksploratif, dan deskriptif kualitatif. Selain itu, Merriam (1998) mendukung pendekatan umum untuk studi kasus kualitatif di bidang pendidikan sedangkan Stake (1995) secara sistematis menetapkan prosedur untuk penelitian studi kasus dan mengutipnya secara ekstensif dalam contoh bukunya "Harper School". Buku terbaru Stake (2006) membahas tentang analisis beberapa studi kasus yang menyajikan pendekatan langkah demi langkah dan memberikan banyak ilustrasi dari beberapa studi kasus di Ukraina, Slovakia, dan Rumania.



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah: 1. Apa definisi penelitian studi kasus? 2. Apa saja jenis-jenis penelitian studi kasus? 3. Bagaimana langkah-langkah penelitian studi kasus? 4. Bagaimana teknik pengumpulan data dalam penelitian studi kasus? 5. Bagaimana analisis data dan representasi dalam penelitian studi kasus? 6. Bagaimana penulisan laporan penelitian studi kasus? 7. Bagaimana standar validasi dan evaluasi dalam penelitian studi kasus? 8. Apa tantangan dan solusi dari permasalahan penelitian studi kasus? 9. Bagaimana contoh dalam penelitian studi kasus?



1



C. Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui definisi penelitian studi kasus 2. Untuk mengetahui jenis-jenis penelitian studi kasus 3. Untuk mengetahui langkah-langkah penelitian studi kasus 4. Untuk mengetahui teknik pengumpulan data dalam penelitian studi kasus 5. Untuk mengetahui analisis data dan representasi dalam pnelitian studi kasus 6. Untuk mengetahui penulisan laporan penelitian studi kasus 7. Untuk mengetahui standar validasi dan evaluasi penelitian studi kasus 8. Untuk mengetahui tantangan dan solusi dari permasalahan penelitian studi kasus 9. Untuk mengetahui contoh penelitian studi kasus



2



BAB II ISI



A. Definisi Penelitian Studi Kasus Stake (2005) menyatakan bahwa penelitian studi kasus bukan merupakan metodologi tetapi sebuah pilihan dari apa yang akan diteliti yaitu sebuah kasus dalam sistem yang dibatasi. Namun, bertolak belakang dengan pendapat Merriam (1998) yang menyatakan bahwa studi kasus merupakan metodologi. Pendapat lain menyatakan studi kasus sebagai strategi penyelidikan (Denzin & Lincoln, 2005), sedangkan menurut Yin (2003) studi kasus sebagai strategi penelitian secara luas. Creswell, J. (2007) memandang penelitian studi kasus sebagai metodologi,dengan jenis desain penelitian kualitatif atau sebuah objek dalam penelitian dan hasil dari penyelidikan. Penelitian studi kasus merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif di mana peneliti mengeksplorasi bounded system (kasus yang dibatasi) atau multiple bounded system (kasus-kasus yang dibatasi) dari waktu ke waktu, melalui pengumpulan data mendalam dan terperinci yang melibatkan berbagai sumber informasi (misalnya, observasi, wawancara, video, dokumen, dan laporan), dan melaporkan deskripsi kasus dan tema berbasis kasus. Misalnya, beberapa program (a multi-site study) atau program tunggal (a within-site study) yang dapat dipilih menjadi penelitian ini.



B. Jenis Penelitian Studi Kasus Jenis penelitian studi kasus dibedakan berdasarkan ukuran kasus yang dibatasi, apakah kasus melibatkan satu individu, beberapa individu, kelompok, keseluruhan program, atau suatu kegiatan. Penelitian tersebut juga dapat dibedakan berdasarkan tujuan dari analisis kasus. Ada tiga variasi penelitian studi kasus berdasarkan maksud dan tujuannya, yaitu: studi kasus instrumental tunggal, studi kasus kolektif atau multiple, dan studi kasus intrinsik. Pada studi kasus instrumental tunggal (Stake, 1995), peneliti fokus pada satu isu dan kemudian memilih satu kasus yang dibatasi untuk mengilustrasikan isu ini. Pada studi kasus kolektif atau multiple, sebuah isu dipilih, tetapi peneliti memilih beberapa studi kasus yang dibatasi untuk mengilustrasikan isu tersebut. Peneliti dapat memilih beberapa program dalam satu atau beberap alokasi penelitian. Seringkali peneliti dengan sengaja memilih beberapa kasus untuk menunjukkan perspektif yang berbeda tentang isu ini. Yin (2003) mengemukakan bahwa desain studi kasus multiple menggunakan logika replikasi, di mana peneliti mereplikasi prosedur untuk setiap kasus. Sebagai aturan umum, peneliti kualitatif enggan untuk melakukan generalisasi dari satu kasus ke kasus lain karena konteks kasus berbeda. Untuk 3



menggeneralisasikan dengan baik, peneliti memilih kasus-kasus yang representatif untuk disertakan dalam studi kualitatif. Jenis terakhir dari desain studi kasus adalah studi kasus intrinsik di mana fokusnya adalah pada kasus itu sendiri (misalnya, mengevaluasi program, atau mempelajari siswa yang mengalami kesulitan dalam penglihatan Stake, 1995) karena kasus ini menyajikan situasi yang tidak biasa atau unik.



C. Langkah-langkah Penelitian Studi Kasus Beberapa prosedur tersedia untuk melakukan studi kasus (Merriam, 1998; Stake, 1995; Yin, 2003). Prosedur ini akan bergantung pada pendekatan Stake (1995) untuk melakukan studi kasus. 1. Pertama, peneliti menentukan apakah pendekatan studi kasus sesuai untuk masalah penelitian. Sebuah studi kasus adalah pendekatan yang baik ketika peneliti memiliki kasus-kasus yang teridentifikasi dengan batas-batas yang jelas dan berusaha untuk memberikan pemahaman mendalam tentang kasus-kasus atau perbandingan beberapa kasus. 2. Para peneliti selanjutnya perlu mengidentifikasi kasus-kasus mereka. Kasus-kasus ini mungkin melibatkan individu, beberapa individu, sebuah program, acara, atau kegiatan. Dalam melakukan penelitian studi kasus, Creswell (2007) merekomendasikan agar para peneliti terlebih dahulu mempertimbangkan jenis studi kasus apa yang paling menjanjikan dan bermanfaat. Kasus ini bisa tunggal atau kolektif, multi-sited atau within-site, yang berfokus pada sebuah kasus atau isu (intrinsik, instrumental) (Stake, 1995; Yin, 2003). Dalam pemilihan kasus untuk diteliti, terdapat banyak kemungkinan untuk pengambilan sampel yang terarah. Creswell (2005) lebih menyarankan untuk memilih kasus-kasus yang menunjukkan perspektif yang berbeda pada masalah, proses, atau acara yang ingin digambarkan yang disebut sebagai purposeful maximal sampling. Namun, peneliti juga dapat memilih kasuskasus biasa, kasus-kasus yang dapat diakses, atau kasus-kasus yang tidak biasa. 3. Pengumpulan data dalam penelitian studi kasus biasanya ekstensif, menggambar pada berbagai sumber informasi, seperti observasi, wawancara, dokumen, dan video.Misalnya, Yin (2003) merekomendasikan untuk mengumpulkan enam jenis informasi yaitu dokumen, arsip rekaman, wawancara, observasi langsung, observasi partisipan, dan artefak fisik. 4. Jenis analisis data ini dapat menjadi analisis holistik dari seluruh kasus atau analisis yang terdapat pada aspek tertentu dari suatu kasus (Yin, 2003). Melalui pengumpulan data ini, penjelasan rinci tentang kasus (Stake, 1995) muncul di mana peneliti merinci aspek-aspek seperti sejarah kasus, kronologi kejadian, atau perenderan aktivitas pada kasus sehari-hari. Kemudian peneliti fokus pada beberapa kunci isu (atau analisis tema), bukan untuk generalisasi di luar kasus, tetapi untuk mengidentifikasi kompleksitas kasus. Salah satu 4



strategi analitik adalah mengidentifikasi masalah dalam setiap kasus dan kemudian mencari tema umum di luar kasus (Yin, 2003). Ketika beberapa kasus dipilih, kemudian dilakukan penjelasan rinci tentang setiap kasus dan tema dalam kasus, yang disebut a within-case analysis, lalu diikuti oleh analisis tematik di seluruh kasus, yang disebut a cross-case analysis, serta pernyataan atau interpretasi dari arti kasus. 5. Dalam tahap interpretative akhir, peneliti melaporkan arti kasus, apakah arti itu berasal dari pembelajaran tentang masalah sebuah kasus (kasus instrumental) atau pembelajaran tentang situasi yang tidak biasa (kasusintrinsik). Seperti yang Lincoln dan Guba (1985) sebutkan, fase ini merupakan “lesson learned” dari kasus.



D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Studi Kasus Pengumpulan data ditujukan untuk proses menilai desain penelitian dengan setiap pendekatannya. Creswell (2007) memvisualisasikan fase pengumpulan data yang umum untuk semua pendekatan yaitu melalui sebuah "lingkaran". Lingkaran tersebut menggambarkan kegiatan yang saling terkait dan menarik pada proses pengumpulan data. Secara singkat, dalam “Lingkaran” tersebut Creswell (2007) memperkenalkan setiap kegiatan. Kegiatan-kegiatan ini meliputi pencarian lokasi atau individu, proses mendapatkan akses dan membuat hubungan baik, mengambil sampel secara purposif, pengumpulan data, merekam informasi, menjelajahi isu-isu lapangan, dan menyimpan data. 1.



Lingkaran Pengumpulan Data Creswell (2007) memvisualisasikan pengumpulan data sebagai serangkaian kegiatan yang saling terkait yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang baik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang muncul. Peneliti kualitatif terlibat dalam serangkaian kegiatan pada proses pengumpulan data. Peneliti dapat memulai langkahnya dari suatu titik maupun titik yang lain dalam lingkaran tersebut. Hal yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti yaitu pada titik pengumpulan data, di mana pada fase ini melampaui titik referensi khas pada proses wawancara atau melakukan observasi. Lingkaran tersebut ditunjukkan pada Gambar 1 berikut.



5



Gambar 1. Lingkaran Aktivitas Pengumpulan Data



Langkah penting dalam proses ini adalah menemukan orang atau tempat untuk penelitian dan mendapatkan akses serta menjalin hubungan dengan partisipan sehingga mereka akan menyediakan data yang baik. Sebuah langkah yang terkait erat dalam proses yang melibatkan penentuan strategi untuk pengambilan sampel individu atau situs. Dalam penelitian ini bukan sampel probabilitas yang akan memungkinkan peneliti untuk menentukan kesimpulan statistik untuk suatu populasi, melainkan sampel purposif pada sekelompok orang yang dapat memberikan informasi terbaik kepada peneliti tentang masalah penelitian yang sedang diteliti. Oleh karena itu, peneliti perlu menentukan jenis sampling yang terbaik untuk digunakan. Setelah penyelidik memilih situs atau orang, kemudian memuutuskan pendekatan dan pengumpulan data yang paling tepat untuk dilakukan. Semakin baik apabila peneliti memiliki lebih banyak pilihan mengenai pengumpulan data, seperti pesan e-mail dan pengumpulan data online, biasanya peneliti akan mengumpulkan data lebih dari satu sumber. Untuk mengumpulkan informasi ini, peneliti mengembangkan protokol atau formulir tertulis untuk mencatat informasi dan mengembangkan beberapa bentuk perekaman data, seperti wawancara atau protokol observasi. Selain itu, peneliti perlu mengantisipasi masalah pengumpulan data, yang disebut "masalah lapangan," yang mungkin menjadi masalah, seperti memiliki data yang tidak memadai. Pada saat masalah ini terjadi, perlu meninggalkan lapangan atau situs sebelum waktunya, atau berkontribusi terhadap informasi yang hilang. 6



Akhirnya, seorang peneliti kualitatif harus memutuskan bagaimana peneliti akan menyimpan data sehingga data tersebut dapat dengan mudah ditemukan dan dilindungi dari kerusakan atau kehilangan. Kemudian, Creswell (2007) membahas masing-masing kegiatan untuk prosedur umum dalam pendekatan penelitian studi kasus, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Aktivitas Pengumpulan Data Penelitian Studi Kasus No. Aktivitas Pengumpulan Data Penelitian Studi Kasus 1. Apa yang diteliti? (Situs atau Sebuah sistem yang dibatasi, seperti sebuah individu) proses, sebuah aktivitas, sebuah peristiwa, sebuah program, atau sekelompok individu 2. Apa jenis akses dan hubungan Pemerolehan akses melalui gatekeeper dan dalam isu? (Akses dan pemerolehan kepercayaan diri partisipan hubungan) 3. Bagaimana proses pemilihan Penemuan sebuah kasus atau beberapa kasus, sebuah situs atau individu untuk sebuah kasus atipikal, atau variasi maksimum diteliti? (Strategi purposeful atau kasus ekstrim sampling) 4. Apa jenis informasi yang Bentuk ekstensif, seperti dokumen dan dikumpulkan? (Bentuk data) rekaman, wawancara, observasi, dan artefak fisik 5. Bagaimana infomasi direkam? Catatan lapangan, wawancara, dan protocol (Perekaman informasi) observasi 6. Apa masalah pada proses Proses wawancara dan pengamatan isu pengumpulan data (Masalah lapangan) 7. Bagaimana proses penyimpanan Catatan lapangan, transkrip, dan file komputer informasi? (Penyimpanan data) Pada penelitian studi kasus, peneliti perlu memilih sebuah situs atau beberapa situs untuk diteliti, seperti program, peristiwa, proses, kegiatan, individu, atau beberapa individu. Meskipun Stake (1995) merujuk pada individu sebagai "kasus" yang tepat, Creswell (2007) beralih ke pendekatan biografi naratif atau riwayat hidup dalam mempelajari individu tunggal. Namun, pada penelitian tentang beberapa individu, masing-masing didefinisikan sebagai kasus dan dianggap sebagai studi kasus kolektif. Sebuah pertanyaan yang sering ditanyakan oleh siswa adalah apakah mereka dapat meneliti organisasi mereka sendiri, tempat kerja, atau diri mereka sendiri, penelitian semacam itu dapat menimbulkan masalah kekuasaan dan risiko bagi peneliti, partisipan, dan situs.Untuk menelitii tempat kerja sendiri, misalnya, menimbulkan pertanyaan tentang apakah data yang baik dapat dikumpulkan. Pengumpulan data dapat menimbulkan 7



ketidakseimbangan antara peneliti dan individu yang sedang diteliti. Meskipun meneliti diri sendiri mudah dan tidak banyak hambatan untuk mengumpulkan data, namun peneliti dapat membahayakan pekerjaan mereka jika mereka melaporkan data yang tidak menguntungkan atau jika partisipan mengungkapkan informasi pribadi yang mungkin berpengaruh negatif terhadap organisasi atau tempat kerja. 2.



Strategi Purposeful Sampling Konsep purposeful sampling digunakan dalam penelitian kualitatif. Hal ini berarti bahwa penyelidik memilih individu dan situs untuk diteliti karena mereka dapat secara sengaja menginformasikan pemahaman tentang masalah penelitian dan fenomena pusat dalam penelitian. Keputusan harus dibuat tentang siapa atau apa yang harus diambil sampelnya, apa bentuk pengambilan sampel, dan berapa banyak orang atau situs yang perlu diambil sampelnya. Keputusan tentang siapa atau apa yang harus diambil sampel dapat memperoleh manfaat dari konseptualisasi. Creswell (2007) sependapat dengan marshall dan Rossman 2006), yang memberikan contoh sampling empat aspek: peristiwa, pengaturan, aktor, dan artefak. Mereka juga mencatat bahwa pengambilan sampel dapat berubah selama penelitian dan peneliti harus fleksibel, tetapi meskipun demikian, rencanakan ke depan sebanyak mungkin untuk strategi pengambilan sampel. Creswell (2007) mengungkapkan bahwa peneliti dapat mengambil sampel di tingkat situs, acara atau proses, dan di tingkat partisipan. Mengenai pertanyaan bentuk pengambilan sampel yang seperti apa, Creswell (2007) menjelaskan bahwa ada beberapa strategi sampling penelitian kualitatif yang tersedia dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Strategi Sampling Penelitian Kualitatif No



Jenis Sampling



1.



Maximum Variation



2. 3. 4. 5.



6.



Tujuan Sampling



Dokumen yang beragam dan mengidentifikasi pola umum yang penting Homogeneous Memfokuskan, mengurangi, menyederhanakan, dan memfasilitasi wawancara kelompok Critical Case Memungkinkan generalisasi logis dan aplikasi maksimum untuk informasi kasus-kasus lain Theory based Menemukan contoh-contoh konstruk teoritis dan menguraikan serta memeriksanya Confirming and Menguraikan analisis awal, mencari pengecualian, disconfirming cases mencari variasi Snowball or Chain



Mengidentifikasi kasus-kasus yang menarik dari orangorang yang memiliki banyak informasi 8



7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.



Extreme or deviant case Belajar dari manifestasi yang sangat tidak biasa pada fenomena yang menarik Typical case Menyoroti apa yang normal atau rata-rata Intensity Kasus-kasus yang kaya informasi memanifestasikan fenomena itu secara intens tetapi tidak secara ekstrim Politically important Menarik perhatian yang diinginkan atau menghindari menarik perhatian yang tidakdiinginkan Random purposeful Menambahkan kredibilitas ke sampel ketika sampel yang memiliki tujuan potensial terlalu besar Stratified purposeful Menggambarkan sub kelompok dan memfasilitasi perbandingan Criterion Semua kasus yang memenuhi beberapa kriteria; berguna untuk jaminan kualitas Oportunistic Ikuti petunjuk baru; mengambil keuntungan dari hal yang tidak terduga Combination or mixed Triangulasi, fleksibilitas, memenuhi berbagai kepentingan dan kebutuhan Convenience Menghemat waktu, uang, dan usaha, tetapi dengan mengorbankan informasi dan kredibilitas Strategi-strategi ini memiliki nama dan definisi, dan mereka dapat dijelaskan dalam



laporan penelitian. Selain itu, peneliti mungkin menggunakan satu atau lebih strategi dalam satu penelitian. Strategi pengambilan sampel lain yang sering digunakan adalah kasus kritis, yang memberikan informasi spesifik tentang masalah, yang mewakili beberapa situs atau individu dari mana peneliti dapat mengakses dan mengumpulkan data dengan mudah. Dalam penelitian studi kasus, Creswell (2007) lebih cenderung untuk memilih kasuskasus yang tidak biasa dalam studi kasus kolektif dan menggunakan variasi maksimum sebagai strategi pengambilan sampel untuk mewakili beragam kasus dan untuk sepenuhnya menggambarkan berbagai perspektif tentang kasus-kasus tersebut. Kasus-kasus ekstrim dan menyimpang mungkin terdiri dari studi kasus kolektif yang pernah ditelitinya, seperti studi tentang insiden penembak yang tidak biasa di kampus universitas (Asmussen & Creswell, 1995) dapat dilihat pada bagian I. Contoh Penelitian Studi Kasus. 3.



Bentuk Data Bentuk-bentuk baru data kualitatif terus muncul dalam literatur (Creswell, 2003), tetapi semua bentuk tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat tipe dasar informasi yaitu observasi (mulai dari bukan partisipan hingga partisipan), wawancara (mulai dari closeended hingga open-ended), dokumen (mulai dari pribadi hingga publik), dan materi audiovisual (termasuk materi seperti fotografi, compact disk, dan rekaman video). Bentuk data tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. 9



Observasi  Kumpulkan catatan lapangan dengan melakukan observasi sebagai partisipan.  Kumpulkan catatan lapangan dengan melakukan observasi sebagai pengamat.  Kumpulkan catatan lapangan dengan menghabiskan lebih banyak waktu sebagai partisipan daripada sebagai pengamat.  Kumpulkan catatan lapangan dengan menghabiskan lebih banyak waktu sebagai pengamat daripada sebagai peserta.  Kumpulkan catatan lapangan terlebih dahulu dengan mengamati sebagai “di luar” dan kemudian dengan pindah ke pengaturan dan mengamati sebagai “orang dalam” Wawancara  Melakukan wawancara tidak terstruktur, terbuka, dan mengambil catatan wawancara.  Melakukan wawancara tidak terstruktur, terbuka, rekaman wawancara, dan tuliskan wawancara.  Melakukan wawancara semi terstruktur, rekam jejak wawancara, dan transkripsikan wawancara.  Melakukan wawancara fokus kelompok, merekam wawancara, dan menuliskan wawancara.  Melakukan berbagai jenis wawancara: email, tatap muka, fokus kelompok, fokus kelompok online, wawancara telepon. Dokumen  Simpan jurnal selama penelitian.  Mintalah seorang partisipan membuat jurnal atau buku harian selama penelitian.  Kumpulkan surat pribadi dari partisipan.  Analisis dokumen publik (misalnya, memo resmi, notulen, catatan, materiarsip).  Memeriksa autobiografi dan biografi.  Minta para informan untuk mengambil foto atau kaset video (yaitu, foto yang diekstraksi).  Melakukan audit bagan.  Tinjau catatan medis. MateriAudiovisual  Memeriksa bukti jejak fisik (misalnya jejak kaki di salju),  Rekam video atau film situasi social atau individu atau kelompok.  Periksa foto atau videotapes.  Kumpulkan suara (misalnya suara musik, tawa anak-anak, klakson mobil honki ng).  Kumpulkan e-mail atau pesan elektronik.  Kumpulkan pesan teks telepon.  Periksa harta benda atau benda-benda ritual. Gambar 2. Bentuk Data Penelitian Studi Kasus 10



Dari semua sumber pengumpulan data pada Gambar 3, wawancara dan observasi layak mendapat perhatian khusus karena mereka sering digunakan di semua lima pendekatan penelitian kualitatif, berikut penjelasannya. a.



Wawancara Seseorang peneliti melihat wawancara sebagai serangkaian langkah dalam prosedur berikut. 1) Mengidentifikasi orang yang diwawancarai berdasarkan salah satu prosedur pengambilan sampel yang disebutkan dalam diskusi sebelumnya. 2) Menentukan jenis wawancara apa yang praktis dan akan menjaring informasi yang paling berguna untuk menjawab pertanyaan penelitia, seperti wawancara telepon, wawancara kelompok atau wawancara satu-satu. Wawancara telepon memberikan sumber informasi terbaik saat tidak memiliki akses langsung ke individu. Kelemahan dari wawancara jenis ini adalah peneliti tidak dapat melihat komunikasi informal dan mengeluarkan biaya untuk akses menelepon. Pada jenis wawancara kelompok fokus sangat bermanfaat ketika interaksi di antara yang diwawancara mungkin akan menghasilkan informasi terbaik, ketika yang diwawancarai adalah serupa dan saling bekerja sama, ketika waktu untuk mengumpulkan informasi terbatas, dan ketika individu yang diwawancarai satu-satu mungkin ragu untuk memberikan informasi. Dalam wawancara jenis ini, perhatian harus diambil untuk mendorong semua partisipan untuk berbicara dan untuk memantau individu yang dapat mendominasi percakapan. Untuk wawancara satu-satu, peneliti membutuhkan individu yang tidak ragu-ragu untuk berbicara dan berbagi ide. Namun, apabila wawancara ini dilakukan pada partisipan yang kurang pandai berbicara dan mengartikulasikan akan menimbulkan tantangan pada peneliti dan data yang diperoleh kurang memadai. 3) Mnggunakan prosedur pencatatan yang memadai ketika melakukan wawancara kelompok fokus atau satu-satu. Creswell (2007)



merekomendasikan peralatan



seperti lapel mike (mikrofon kerah) untuk pewawancara dan orang yang diwawancarai atau bisa juga menggunakan mikrofon yang cukup sensitif terhadap akustik ruangan. 4) Merancang dan menggunakan protokol wawancara, formulir tersebut sekitar empat atau lima halaman, dengan sekitar lima pertanyaan terbuka dan banyak ruang antara pertanyaan untuk menulis tanggapan terhadap komentar yang diwawancarai 5) Perbaiki pertanyaan wawancara. 11



6) Menentukan tempat untuk melakukan wawancara. Jika memungkinkan, cari lokasi yang tenang dan bebas dari gangguan. 7) Setelah tiba di lokasi wawancara, dapatkan persetujuan dari orang yang diwawancara untuk berpartisipasi dalam penelitian. Mintalah orang yang diwawancara untuk melengkapi formulir. Kaji tujuan penelitian, jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan wawancara, dan rencana untuk menggunakan hasil dari wawancara (tawarkan salinan laporan atau abstraknya kepada orang yang diwawancarai). 8) Selama wawancara, tetap fokus pada pertanyaan, selesaikan wawancara dalam waktu yang ditentukan (jika mungkin), hormati dan sopan, dan tawarkan beberapa pertanyaan dan saran. Poin terakhir ini mungkin yang paling penting, dan ini adalah pengingat tentang bagaimana seorang pewawancara yang baik adalah pendengar yang baik daripada pembicara yang sering selama wawancara. Juga, catat informasi pada protokol wawancara (jika rekaman audio tidak berfungsi). Sadari bahwa catatan yang ditulis dengan cepat mungkin tidak lengkap dan sebagian karena kesulitan mengajukan pertanyaan dan menulis jawaban pada waktu yang sama. b.



Observasi Observasi merupakan keterampilan khusus yang dibutuhkan untuk mengatasi isu-isu seperti potensi penipuan orang yang diwawancarai, manajemen kesan, dan potensi marjinalitas peneliti dalam pengaturan yang aneh. Seperti halnya wawancara, Creswell (2007) juga menentukan serangkaian langkah untuk observasi. 1) Pilih situs yang akan diamati. Dapatkan izin yang diperlukan untuk mengakses situs tersebut. 2) Pada situs tersebut, identifikasi siapa atau apa yang harus diamati, kapan, dan untuk berapa lama. Seorang gatekeeper membantu dalam proses ini. 3) Tentukan, awalnya, peran yang harus diasumsikan sebagai pengamat. Peran ini dapat berkisar dari seorang partisipan lengkap dengan seorang pengamat lengkap. Creswell (2007) lebih menyukai prosedur menjadi orang luar pada awalnya, kemudian diikuti dengan menjadi orang dalam dari waktu ke waktu. 4) Merancang protokol observasi sebagai metode untuk mencatat catatan di lapangan. Sertakan dalam protokol ini baik catatan deskriptif dan reflektif (yaitu, catatan pengalaman, firasat, dan pembelajaran yang Anda peroleh). 5) Mencatat aspek-aspek seperti potret informan, pengaturan fisik, acara, dan kegiatan tertentu, serta reaksi Anda sendiri (Bogdan & Biklen, 1992). 12



6) Selama observasi, mintalah seseorang untuk memperkenalkan Anda jika Anda orang luar, pasif dan ramah, dan mulai dengan tujuan terbatas dalam beberapa sesi pertama. 7) Sesi observasi awal mungkin kali di mana untuk mengambil beberapa catatan dan hanya mengamati. 8) Setelah observasi, perlahan menarik diri dari situs, berterima kasih kepada para partisipan dan memberi tahu mereka tentang penggunaan data dan aksesibilitas mereka dalam penelitian. 4.



Prosedur Perekaman Dalam membahas prosedur observasi dan wawancara, Creswell (2007) menyebutkan penggunaan protokol, formulir yang dirancang sebelumnya digunakan untuk merekam informasi yang dikumpulkan selama observasi atau wawancara. Protokol wawancara memungkinkan seseorang untuk mencatat selama wawancara tentang tanggapan orang yang diwawancara. Ini juga membantu seorang peneliti mengatur pemikiran tentang hal-hal seperti judul, informasi tentang memulai wawancaraBerikut adalah instruksi untuk menggunakan protokol wawancara. a. Gunakan header untuk mencatat informasi penting tentang proyek dan sebagai pengingat untuk membahas tujuan penelitian dengan orang yang diwawancara. b. Tempatkan ruang di antara pertanyaan dalam formulir protokol. Seorang partisipan mungkin tidak selalu menanggapi langsung pertanyaan yang ditanyakan. Sebagai contoh, seorang peneliti dapat mengajukan pertanyaan 2, tetapi jawaban yang diwawancarai mungkin untuk pertanyaan 4. Bersiaplah untuk menulis catatan pada semua pertanyaan ketika partisipan berbicara. c. Menghafal pertanyaan dan meminimalkan kehilangan kontak mata dengan partisipan. Berikan transisi verbal yang sesuai dari satu pertanyaan ke peserta berikutnya. d. Tuliskan komentar penutup yang berisi terima kasih kepada partisipan telah melakukan wawancara dan memintanya untuk mengikuti informasi lebih lanjut (jika diperlukan).



5.



Penyimpanan Data Pendekatan penyimpanan akan mencerminkan jenis informasi yang dikumpulkan, yang bervariasi dengan pendekatan untuk penyelidikan. Davidson (1996) menjelaskan tentang membuat cadangan informasi yang dikumpulkan dan mencatat perubahan yang dilakukan pada basis data adalah saran yang bagus untuk semua jenis penelitian. Dengan penggunaan komputer yang luas dalam penelitian kualitatif, perhatian lebih besar akan diberikan pada bagaimana data kualitatif diorganisasikan dan disimpan, apakah data tersebut 13



adalah catatan lapangan, transkrip, atau semboyan kasar. Beberapa prinsip tentang penyimpanan dan penanganan data yang sangat sesuai untuk penelitian kualitatif. a.



Selalu mengembangkan salinan atau cadangan dari file komputer (Davidson, 1996)



b.



Gunakan kaset berkualitas tinggi untuk informasi perekaman audio selama wawancara dan pastikan bahwa ukuran kaset sesuai dengan mesin transcriber.



c.



Kembangkan daftar utama jenis-jenis informasi yang dikumpulkan.



d.



Lindungi anonimitas partisipan dengan menutupi nama mereka dalam data.



e.



Mengembangkan matriks pengumpulan data sebagai sarana visual untuk menemukan dan mengidentifikasi informasi untuk penelitian.



E. Analisis dan Representasi Data Menganalisis teks dari berbagai bentuk data lainnya merupakan tugas yang menantang bagi para peneliti kualitatif. Menentukan bagaimana merepresentasikan data dalam tabel, matriks, dan bentuk narasi menambah tantangan. Creswell (2007) membahas beberapa prosedur umum untuk analisis data kualitatif dan kemudian merinci prosedur analisis data dalam studi kasus. Creswell (2007) meringkas tiga strategi analisis umum penelitian kuliatatif yang disajikan oleh penulis terkenal yaitu Madison (2005), Huberman dan Miles (1994), dan Wolcott (1994). Dalam bukunya Creswell (2007) menyajikan model visual spiral analisis data yang dianggap berguna untuk membuat konsep gambaran besar dari semua langkah dalam proses analisis data dalam penelitian kualitatif. Creswell (2007) menggunakan spiral ini sebagai konseptualisasi untuk mengeksplorasi lebih jauh dalam penelititan studi kasus dan mengakhirinya dengan menggunakan komputer dalam analisis kualitatif. Terdapat empat program software yang dapat digunakan untuk analisis data seperti template pada pengkodingan data dalam penelitian studi kasus, yaitu Atlas.ti, NVivo, HyperRESEARCH, dan Maxqda. 1. Tiga Strategi Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari persiapan dan pengaturan data (yaitu teks dalam transkrip, atau data gambar seperti dalam foto) untuk analisis, kemudian mengurangi data ke dalam tema melalui proses pengkodean dan pengkondisian kode, dan akhirnya menampilkan serta membuat perbandingan data dalam bentuk angka, grafik, tabel, atau diskusi, dan bagan data. Dibeberapa buku tentang penelitian kualitatif, proses tersebut merupakan proses umum yang digunakan para peneliti. Proses pengumpulan data, analisis data, dan penulisan laporan bukanlah langkah-langkah yang berbeda dalam proses, namun saling terkait satu sama lain dalam proyek penelitian. Hal ini mengarahkan bahwa penelitian kualitatif sebagian besar bersifat intuitif, lunak, dan relativistik (Dey, 1995). Tidak dapat disangkal, peneliti kualitatif melestarikan gaya penulisan mereka dan kerajinan masing14



masing penulis berbeda, menggunakan prosedur analitik yang berkembang di lapangan. Tetapi dengan perspektif ini, Creswell percaya bahwa proses analisis sesuai dengan kontur umum. Kontur terbaik diwakili dalam gambar spiral yaitu spiral analisis data. Untuk menganalisis data kualitatif, peneliti terlibat dalam proses yang bergerak dalam lingkaran analitik daripada menggunakan pendekatan linier tetap. Ketika masuk dengan data teks atau gambar (misalnya foto, kaset, dan video) dan keluar dalam bentuk narasi. Manajemen data dalam lingkaran pertama pada spiral, yaitu proses. Pada tahap awal dalam proses analisis, peneliti mengatur data mereka ke dalam folder file, kartu indeks, atau file komputer. Selain mengatur file, peneliti mengubah file ke unit teks yang sesuai (misalnya, kata, kalimat, atau keseluruhan cerita) untuk analisis baik dengan tangan atau komputer. Materi harus mudah ditemukan dalam basis data teks besar (atau gambar). Menulis memo di pinggir catatan lapangan, transkrip atau di bawah foto membantu dalam proses awal menjelajahi database. Memo ini merupakan frasa singkat, ide, atau konsep untuk pembaca. Asmussen & Creswell (1995) menggunakan prosedur ini dalam studi kasus dengan memindai semua basis data untuk mengidentifikasi gagasan pengorganisasian utama. Melihat catatan lapangan dari pengamatan, data wawancara, bukti jejak fisik, dan gambar, dan video peneliti mengabaikan pertanyaan yang telah ditentukan sehingga kami dapat “mendengar” apa yang dikatakan oleh orang yang diwawancarai. Kami merefleksikan pemikiran yang lebih besar yang disajikan dalam data dan membentuk kategori awal. Kategori-kategori ini jumlahnya sedikit (sekitar 10), dan kami mencari berbagai bentuk bukti untuk mendukung masing-masing. Selain itu, kami menemukan bukti yang menggambarkan berbagai perspektif tentang setiap kategori (Stake, 1995). Spiral analisis data dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.



Gambar 3. Spiral Analisis Data Proses ini berawal dari membaca dan memposting lingkaran kedalam spiral untuk menggambarkan, mengklasifikasikan, dan menafsirkan. Dalam lingkaran ini, kode atau 15



kategori (kedua istilah ini akan digunakan secara bergantian) membentuk formasi merepresentasikan analisis data kualitatif. Para peneliti menjelaskan secara detail, mengembangkan tema atau dimensi melalui beberapa sistem klasifikasi, dan memberikan interpretasi dalam pandangan mereka sendiri atau perspektif dalam literatur. Penulis menggunakan detail deskriptif, klasifikasi, interpretasi atau kombinasi dari beberapa prosedur analisis. Deskripsi terperinci berarti bahwa penulis menggambarkan apa yang mereka lihat. Detail ini disediakan in situ, yaitu dalam konteks pengaturan orang, tempat, atau acara. Deskripsi menjadi tempat yang baik untuk memulai dalam studi kualitatif (setelah membaca dan mengelola data), dan memainkan peran penting dalam studi etnografi dan studi kasus.Selama proses penggambaran, pengklasifikasian dan penafsiran ini, peneliti kualitatif mengembangkan kode atau kategori dan mengurutkan teks atau gambar visual ke dalam kategori. Peneliti mengembangkan daftar singkat kode sementara (misalnya, 12 atau lebih) yang cocok dengan segmen teks, terlepas dari panjangnya basis data. Para peneliti cenderung mengembangkan daftar kode yang rumit ketika mereka meninjau basis data mereka. Sedangkan Creswell (2007) mulai dengan daftar pendek,”lean coding” yang disebut lima atau enam kategori dengan singkatan Label atau kode dan kemudian memperluas kategori saat meninjau ulang basis data. Biasanya, terlepas dari ukuran database, Cresweell (2007) tidak mengembangkan lebih dari 25-30 kategori informasi, mengurangi dan menggabungkannya ke dalam lima atau enam tema yang digunakan untuk menulis narasi. Para peneliti yang berakhir dengan 100 atau 200 kategori. Beberapa masalah penting dalam proses pengkodean adalah apakah peneliti kualitatif harus menghitung kode. Huberman dan Miles (1994), misalnya, menunjukkan bahwa peneliti membuat penghitungan awal kode data dan menentukan seberapa sering kode itu muncul dalam database. Beberapa (tetapi tidak semua) peneliti kualitatif merasa nyaman menghitung dan melaporkan berapa kali kode yang muncul dalam database mereka. Ini memberikan indikator frekuensi kejadian, sesuatu yang biasanya terkait dengan penelitian kuantitatif atau pendekatan sistematis untuk penelitian kualitatif. Dalam artikel (Asmussen & Creswell, 1995) dapat dilihat jumlah bagian yang terkait dengan masing-masing kode sebagai indikator ketertarikan peserta pada suatu kode, tetapi melakukan penghitungan pada laporan. Hal ini karena dalam penghitungan menyampaikan orientasi kuantitatif besarnya dan frekuensi yang bertentangan dengan penelitian kualitatif. Sebagai tambahan, suatu penghitungan menyatakan bahwa semua kode yang diberikan harus sama.Masalah lainnya adalah penggunaan kode yang sudah ada sebelumnya, atau kode prioritas yang menuntun proses pengkodean yang dilakukan Crewell (2007). Berdasarkan penelitian Marshall & Rossman (2006), dan Crabtree dan Miller (1992) membahas suatu rangkaian strategi pengkodean dari kategori “prefigured” hingga 16



kategori “emergent”. Menggunakan kode atau kategori “prefigur” (seringkali dari model teoritis atau literatur) yang popular dalam ilmu kesehatan, tetapi berfungsi untuk membatasi analisis pada kode yang telah dibuat sebelumnya dari pada membuka kode untuk mencerminkan pandangan peneliti dalam cara tradisional kualitatif. Jika skema pengkodean "prefigur" digunakan dalam analisis, Creswell biasanya mendorong para peneliti untuk terbuka terhadap kode tambahan yang muncul selama analisis.Masalah lainnya adalah pertanyaan tentang asal-usul nama atau label kode. Label kode muncul dari beberapa sumber. Mungkin nama kode yang digunakan diambil dari ilmu sosial atau ilmu kesehatan (misalnya, strategi penanggulangan), atau nama yang disusun oleh peneliti yang tampaknya paling menggambarkan informasi, dalam proses data dan analisis, Creswell mendorong peneliti kualitatif untuk mencari kode segmen yang dapat digunakan untuk menggambarkan informasi dan mengembangkan tema. Di luar pengkodean, pengklasifikasian berkenaan dengan mengambil teks atau informasi kualitatif secara terpisah, dan mencari kategori, tema, atau informasi. Sebagai bentuk dari klasifikasi analisis melibatkan identifikasi lima hingga tujuh tema umum. Topik yang terkait adalah jenis-jenis informasi yang menjadi kode peneliti kualitatif dan berkembang menjadi tema.Peneliti harus menginterpretasikan data yang diperoleh dalam melakukan penelitian kualitatif. Interpretasi melibatkan pemahaman data, "pelajaran yang dipetik," seperti yang dijelaskan oleh Lincoln dan Guba (1985). Ada beberapa bentuk interpretasi berdasarkan firasat, wawasan, dan intuisi. Interpretasi juga berada dalam konstruksi ilmu sosial atau gagasan atau kombinasi pandangan pribadi yang dikontraskan dengan sains atau ide. Pada fase akhir spiral, peneliti menyajikan data, suatu kemasan dari apa yang ditemukan dalam bentuk teks, tabel, atau bentuk angka. Misalnya, membuat gambar visual dari informasi, peneliti dapat menyajikan tabel perbandingan memalui tabel 2 x 2 yang membandingkan antara dua atau lebih kategori dalam penelitian kualitatif. Tabel berisi teks, bukan angka. Sebuah diagram hierarkis pohon merepresentasikan bentuk presentasi lain. Ini menunjukkan tingkat abstraksi yang berbeda, pohon mewakili informasi paling abstrak dan yang paling bawah yang mewakili tema abstrak terkecil. Ilustrasi ini menunjukkan analisis induktif yang dimulai dengan data yang terdiri dari sumber informasi dan diperluas ke beberapa tema khusus (misalnya keamanan, penolakan) dan pada tema yang paling umum diwakili oleh dua perspektif faktor sosial-psikologis dan psikologis . Untuk studi kasus, seperti dalam etnografi, analisis terdiri dari pembuatan deskripsi rinci tentang kasus dan pengaturannya. Jika kasus menyajikan kronologi kejadian, Creswell merekomendasikan menganalisis berbagai sumber data untuk menentukan bukti untuk setiap langkah atau fase dalam perkembangan kasus. Terlebih lagi, pengaturannya sangat penting. 17



Dalam addlition, Stake (1995) menganjurkan empat bentuk analisis data dan interpretasi dalam penelitian studi kasus. Dalam interpretasi langsung, di sisi lain, peneliti studi kasus melihat contoh tunggal dan menarik. Peneliti juga menetapkan pola dan mencari korespondensi antara dua atau lebih kategori. Korespondensi ini mungkin berupa tabel 2 x 2 yanag menunjukkan hubungan antara dua kategori. Yin (2003) memajukan sintesis lintaskasus sebagai teknik analitik ketika peneliti mempelajari dua atau lebih kasus. Tabel dapat dibuat untuk menampilkan data dari masing-masing kasus sesuai dengan beberapa kerangka yang seragam. Implikasinya adalah bahwa peneliti dapat mencari persamaan dan perbedaan di antara kasus-kasus. Akhirnya, peneliti mengembangkan generalisasi naturalistik dari menganalisis data, generalisasi bahwa orang dapat belajar dari kasus baik untuk diri mereka sendiri atau untuk diterapkan pada populasi kasus.Untuk langkah-langkah analisis, Creswell (2007) menambahkan deskripsi kasus, pandangan rinci tentang aspek-aspek tentang kasus “fakta-fakta”. Untuk studi kasus Asmussen & Creswell (1995) menggambarkan peristiwaperistiwa yang telah diamati. Kemudian menggabungkan data ke dalam 20 kategori dan membaginya menjadi lima tema. Di bagian akhir dari studi mengembangkan generalisasi tentang kasus dalam hal tema-tema dan bagaimana mereka membandingkan dan kontras dengan literatur. 2. Penggunaan Program Komputer dalam Analisis Data Kualitatif Program komputer dalam analisis data kualitatif telah tersedia sejak akhir 1980-an, dan telah membantu dalam proses analisis data teks dan gambar (Weitzman dan Miles, 1995). Proses yang digunakan untuk analisis data kualitatif adalah sama untuk pengkodean dengan tangan atau menggunakan komputer: Peneliti mengidentifikasi segmen teks atau segmen gambar, menetapkan label kode, dan kemudian mencari melalui database untuk semua segmen teks yang memiliki label kode yang sama. Dalam proses ini peneliti, bukan dengan program komputer, tapi melakukan pengkodean dan pengkategorian. Berikut adalah keuntungan dan kerugian dalam penggunaan komputer untuk menganalisis Data Kualitatif. a. Keuntungan Program Komputer dalam Analisis DataKualitatif Program komputer hanya menyediakan sarana untuk menyimpan data dan mudah mengakses kode yang disediakan oleh peneliti. Program komputer sangat membantu dengan database besar, seperti 500 atau lebih halaman teks. Meskipun menggunakan komputer mungkin juga tidak menarik bagi semua peneliti kualitatif, ada bebrapa keuntungan untuk menggunakannya, diantaranya. 1) Program komputer menyediakan sistem file penyimpanan yang terorganisir sehingga peneliti dapat dengan cepat dan mudah menemukan materi dan menyimpannya di satu tempat. 18



2) Program komputer membantu peneliti menemukan materi dengan mudah, apakah materi ini adalah ide, pernyataan, frasa, atau kata. Tidak lagi kita perlu "memotong dan menyisipkan" materi, ke kartu file dan mengurutkan dan menggunakan kartu sesuai dengan tema. 3) Tidak lagi kita perlu mengembangkan sistem "kode warna" yang rumit untuk teks yang terkait dengan tema atau topik. Pencarian teks dapat dengan mudah dicapai dengan program komputer. Setelah peneliti mengidentifikasi kategori tema dalam studi kasus, nama-nama kategori dapat dicari menggunakan program komputer. 4) Program komputer mendorong peneliti untuk melihat lebih dekat pada data, bahkan baris demi baris, dan memikirkan arti dari setiap kalimat dan ide. 5) Fitur pemetaan konsep program komputer memungkinkan peneliti untuk memvisualisasikan hubungan antara kode dan tema dengan menggambar model visual dengan mudah. 6) Program komputer memungkinkan peneliti untuk dengan mudah mengambil memo (catatan) yang terkait dengan kode, tema, atau dokumen. b. Kerugian Program Komputer dalam Analisis DataKualitatif 1) Menggunakan program komputer mengharuskan peneliti belajar bagaimana menjalankan program ini, kadang-kadang tugas yang banyak di luar penelitian yang diperlukan untuk memahami prosedur penelitian kualitatif. 2) Beberapa peneliti mungkin menemukan perubahan kategori atau memindahkan informasi yang kurang diinginkan dan menemukan program komputer melambat sehingga menghambat proses ini 3) Instruksi untuk menggunakan program komputer yang bervariasi dalam kemudahan penggunaan dan aksesibilitasnya. Banyak dokumen untuk program komputer tidak memberikan informasi tentang bagaimana menggunakan program untuk menghasilkan penelitian kualitatif atau pendekatan studi kasus untuk penelitian. 4) Program komputer mungkin tidak memiliki fitur atau kemampuan yang dibutuhkan peneliti, sehingga peneliti harus mendownload atau menginstal untuk menemukan program yang memenuhi kebutuhan mereka.



c. Jenis-Jenis Program Komputer dalam Analisis Data Kualitatif Ada banyak program komputer yang tersedia untuk analisis kualitatif; beberapa telah dikembangkan oleh Creswell (2005); Creswell & Maietta (2002) yaitu Atlas.ti, NVivo, Maxqda, dan HyperRESEARCH. Meskipun tiga program pertama berbasis PC, 19



HyperRESEARCH adalah satu-satunya program yang tersedia untuk Macintosh atau PC. Untuk menggunakan program lain pada Macintosh, pengguna harus menjalankan PC virtual. 1) Atlas. t (http ://www.atlasti .com) Dalam PC ini, program berbasis Windows, memungkinkan mengatur file teks, grafik, audio, dan data visual, bersama dengan pengkodean, memo, dan temuan penilitiana, ke dalam proyek. Lebih lanjut lagi mendapat kode, menambahkan keterangan, dan membandingkan informasi. Anda dapat drag dan drop kode-kode dalam layar margin interaktif. Peneliti dapat dengan cepat mencari, mengambil, dan menelusuri semua segmen data dan catatan yang relevan dengan sebuah ide, dan yang penting, membangun jaringan visual yang memungkinkan.Peneliti dapat menghubungkan bagian, memo, dan kode yang dipilih secara visual dalam peta konsep. Data dapat diekspor ke SPSS, HTML, XML, dan CSV. Memori komputer kurang diperlukan untuk program ini dibandingkan dengan program lain karena secara langsung mengeluarkan file data ke proyek. Program ini juga memungkinkan sekelompok peneliti untuk bekerja pada proyek yang sama dan membuat perbandingan tentang bagaimana masing-masing peneliti mengkodekan data. 2) QSR NVivo (http://www.qsrínternational.com) NVivo adalah versi terbaru dari perangkat lunak dari QSR International. NVivo menggabungkan fitur-fitur program perangkat lunak populer N6 (atau Nud.isr) dan NVivo 2.0. Ini hanya tersedia untuk PC Windows. NVivo membantu menganalisis, mengelola, membentuk, dan menganalisis data kualitatif. Tampilannya yang ramping membuatnya mudah digunakan. Pada aplikasi ini menyediakan keamanan dengan penyimpanan database dan file secara bersama-sama dalam satu file, memiliki fungsi gabungan untuk penelitian tim, dan memungkinkan peneliti untuk dengan mudah memanipulasi data dan melakukan pencarian. Lebih lanjut lagi dapat menampilkan kode dan kategori secara grafis. Gambaran umum evolusi perangkat lunak dari N3 ke Nvivo tersedia dari Bazeley (2002). NVivo didistribusikan oleh QSR International di Australia. Salinan demonstrasi tersedia untuk melihat dan mencoba fitur-fitur program perangkat lunak ini. 3) HyperRESEARCH (http://www.researchware. com) Program ini tersedia dalam Windows atau Macintosh. Program ini merupakan perangkat lunak kualitatif yang mudah digunakan yang memungkinkan untuk mengkode dan mengambil data, membangun teori, dan melakukan analisis terhadap data. Sekarang dengan kemampuan multimedia yang canggih, HyperRESEARCH memungkinkan peneliti untuk bekerja dengan sumber teks, grafik, audio, dan video 20



menjadikannya alat analisis penelitian. HyperRESEARCH adalah program analisis kode dan mengambil yang padat, dengan tambahan fitur-fitur pengembangan teori yang disediakan oleh Hyper Research. Program ini juga memungkinkan peneliti untuk menggambar diagram visual, dan memiliki modul yang dapat ditambahkan, "HyperTranscriber" yang akan memungkinkan para peneliti untuk membuat transfer data video dan audio. Program ini, dikembangkan oleh Research Ware di Amerika Serikat. 4) MAXqda (htip://www.maxqda. com) MAXqda adalah program perangkat lunak berbasis PC yang membantu peneliti secara sistematis dapat mengevaluasi dan menginterpretasi teks kualitatif. Program ini merupakan program yang kuat untuk mengembangkan teori dan menguji kesimpulan teoritis. Menu utama memiliki empat jendela: data, kode atau sistem kategori, teks yang dianalisis, dan hasil pencarian dasar dan kompleks. Program ini menggunakan sistem kode hirarkis, dan peneliti dapat melampirkan skor ke segmen teks untuk menunjukkan relevansi segmen. Memo dapat dengan mudah ditulis dan disimpan dengan berbagai jenis memo (misalnya Memo teori atau memo metodologi). Data dapat diekspor ke program statistik, seperti SPSS atau Excel, dan perangkat lunak dapat mengimpor program Excel atau SPSS juga. Program ini mudah digunakan oleh beberapa kode di tim peneliti. Gambar dan video juga dapat disimpan dan dikodekan dalam program ini. MAXqda didistribusikan oleh Perangkat Lunak VERBI di Jerman. d. Fasilitas Program Komputer dalam Analisis DataKualitatif Setelah meninjau semua program komputer, Creswell (2007) melihat beberapa cara program komputer dapat memfasilitasi analisis data kualitatif. Program komputer membantu menyimpan dan mengatur data kualitatif. Program-program menyediakan cara yang mudah untuk menyimpan data kualitatif. Data disimpan dalam file dokumen file yang dikonversi dari program pengolah kata ke DOS, ASCII, atau teks di beberapa program). File-file dokumen ini terdiri dari informasi dari satu unit informasi seperti transkrip dari satu wawancara, satu set catatan pengamatan, atau satu artikel dari berita. 1) Program komputer membantu menemukan segmen teks atau gambar yang terkait dengan kode atau tema. Ketika menggunakan program komputer, peneliti menelusuri teks atau gambar satu baris atau gambar pada suatu waktu. Kemudian peneliti memberikan label kode menggunakan kata-kata istilah sosial yang terkait dengan situasi. Setelah meninjau banyak halaman atau gambar, peneliti dapat menggunakan fungsi pencarian program untuk mencari semua segmen teks atau gambar yang sesuai dengan kode label. Dengan cara ini, peneliti dapat dengan mudah melihat bagaimana mendiskusikan kode dengan cara yang sama atau berbeda. 21



2) Program komputer membantu menemukan bagian atau segmen umum yang terkait dengan dua atau lebih label kode. Proses pencarian dapat diperluas untuk menyertakan dua atau lebih label kode. Misalnya label kode "keluarga orang tua" dapat dikombinasikan dengan "wanita" untuk menghasilkan segmen teks di mana wanita membahas "keluarga dengan dua orang tua." Atau, "keluarga dengan dua orang tua" dapat dikombinasikan dengan "pria" untuk menghasilkan segmen teks di mana pria berbicara tentang “keluarga dua orang tua.” Satu label kode yang bermanfaat adalah tanda kutip dan peneliti dapat menuliskan kutipan yang menarik untuk digunakan dalam laporan kualitatif ke dalam label kode ini dan dengan mudah mengambil kutipan. Program komputer juga memungkinkan pengguna untuk mencari kata-kata tertentu untuk melihat seberapa sering kode muncul dalam teks. 3) Program komputer membantu membuat perbandingan di antara label kode. Jika peneliti membuat kedua permintaan ini tentang perempuan dan laki-laki dalam contoh sebelumnya, data kemudian ada untuk membuat perbandingan antara tanggapan perempuan dan laki-laki pada pandangan mereka tentang "keluarga dua orang tua". Program komputer memungkinkan seorang peneliti untuk memeriksa basis data tentang keterkaitan antar kode atau kategori. 4) Program komputer membantu peneliti untuk mengonseptualisasikan berbagai tingkat dalam analisis data kualitatif. Proses analisis data kualitatif, seperti yang dibahas sebelumnya, dimulai dengan peneliti menganalisis data mentah (misalnya, wawancara), membentuk data mentah menjadi kode, dan kemudian menggabungkan kode ke dalam tema yang lebih luas. Program perangkat lunak menyediakan sarana untuk mengatur kode secara hierarkis menjadi unit yang lebih kecil, seperti kode, dapat ditempatkan di bawah unit yang lebih besar, seperti tema. Program komputer membantu peneliti untuk membangun tingkat analisis dan melihat hubungan antara data mentah dengan tema yang lebih luas. 5) Program komputer memberikan gambaran visual tentang kode dan tema. Banyak program komputer berisi fitur pemetaan konsep sehingga pengguna dapat menghasilkan diagram visual dari kode dan tema dan hubungan timbal baliknya. Kode-kode dan tematema ini dapat secara terus-menerus dipindahkan dan diorganisasikan dalam kategori informasi baru. 6) Program komputer menyediakan kemampuan untuk menulis memo dan menyimpannya sebagai kode. Dengan cara ini, peneliti dapat mulai membuat laporan kualitatif selama analisis data atau mencatat hasil penelitian. 22



7) Dengan program komputer, peneliti dapat membuat template untuk pengkodean data dalam masing-masing dari lima pendekatan. Peneliti dapat menetapkan daftar kode yang cocok yang telah ditetapkan dengan prosedur analisis data dalam penelitian. Kemudian, ketika data ditinjau selama analisis komputer, peneliti dapat mengidentifikasi informasi yang cocok dengan kode atau menulis memo yang menjadi kode. Creswell (2007) mengembangkan kode-kode ini sebagai gambar hierarkis, tetapi bisa digambarkan sebagai lingkaran atau dengan cara yang kurang linear. Organisasi kode hirarkis adalah pendekatan yang sering digunakan dalam fitur pemetaan konsep program perangkat lunak.



Dalam template untuk pengkodean studi kasus, Creswell (2007) memilih studi kasus ganda untuk mengilustrasikan spesifikasi kode untuk setiap kasus, kode untuk konteks dan deskripsi kasus. Creswell (2007) memasukkan kode untuk tema dalam setiap kasus, dan untuk tema yang serupa dan perbedaan dalam analisis lintas kasus. Akhirnya Creswell (2007) memasukkan kode untuk pernyataan dan generalisasi di semua kasus.Dengan berbagai program yang tersedia, keputusan dibuat tentang pilihan yang tepat dari program perangkat lunak kualitatif. Pada dasarnya, semua program menyediakan fitur yang serupa, dan beberapa memiliki lebih banyak fitur daripada yang lain. Banyak program memiliki salinan demonstrasi yang tersedia di situs web sehingga dapat memeriksa dan mencoba program tersebut. Creswell (2007) menulis tentang penilaian beberapa program komputer menggunakan delapan kriteria. Kriteria untuk memilih program adalah kemudahan menggunakan program; jenis data yang diterima; kemampuannya untuk membaca dan meninjau teks; penyediaan fungsi penulisan memo; proses kategorisasi; fitur analisisnya, seperti pemetaan konsep; kemampuan program untuk memasukkan data kuantitatif; dan dukungannya bagi peneliti dan menggabungkan berbagai basis data. Kriteria ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi program komputer yang akan memenuhi kebutuhan peneliti.



F. Penulisan Laporan Penelitian Studi Kasus Creswell (2007) menyukai saran Strauss dan Corbin (1990) bahwa penulis menggunakan "metafora spasial" untuk memvisualisasikan laporan lengkap penelitian. Dalam proses ini, Creswell (2007) mulai dengan isu-isu retorika yang sempit dalam membuat suatu penelitian tanpa menghiraukan pendekatan; refleksivitas dan representasi, audiens, pengkodean, dan kutipan. Kemudian Creswell (2007) mengambil masing-masing dari lima pendekatan untuk penyelidikan dan menilai dua struktur retoris: struktur keseluruhan (yaitu, keseluruhan organisasi laporan atau studi) dan struktur tertanam (yaitu, perangkat narasi khusus dan teknik yang penulis 23



gunakan dalam laporan). Berikut adalah masalah retorika luas yang terkait dengan penulisan kualitatif. 1.



Beberapa Masalah Retoris Terdapat berbagai bentuk narasi yang luas dalam penelitian kualitatif. Dalam formulir, Glesne dan Peshkin (1992) mencatat bahwa narasi dalam mode "storytelling" mengaburkan garis antara fiksi, jurnalisme, dan studi ilmiah. Bentuk-bentuk lain melibatkan pembaca melalui pendekatan kronologis ketika peristiwa-peristiwa terjadi secara perlahan dari waktu ke waktu, apakah subjek tersebut merupakan studi tentang kelompok sharing budaya, kisah narasi tentang kehidupan sebuah insiden di suatu tempat, atau evolusi (perubahan) suatu program atau organisasi. Teknik lain adalah untuk mempersempit dan memperluas fokus, membangkitkan metafora lensa kamera yang melebar, memperbesaar, lalu memperbesar lagi.



2.



Refleksi dan Representasi dalam Menulis Peneliti kualitatif saat ini lebih banyak mengungkapkan tentang tulisan-tulisan kualitatif peneliti daripada beberapa tahun yang lalu. Bagaimana peneliti menulis adalah refleksi dari interpretasi peneliti itu sendiri berdasarkan budaya, sosial, gender, kelas, dan politik pribadi yang mereka teliti. Creswell (2007) mengutip diskusi dari Weis dan Fine (2000) tentang satu set refleksi dan representasi dalam menulis laporan penelitian kualitatif. Ada pertanyaan yang dapat dibentuk dari poin utama peneliti dan harus dipertimbangkan oleh semua peneliti kualitatif tentang tulisan peneliti: a.



Haruskah peneliti menulis tentang apa yang orang katakan atau akui bahwa terkadang peneliti tidak ingat atau memilih untuk tidak mengingat?



b.



Apa saja refleksifitas politik peneliti yang perlu dimasukkan ke dalam laporan peneliti?



c.



Apakah tulisan peneliti menghubungkan suara dan cerita individu kembali ke himpunan hubungan historis, struktural, dan ekonomi di mana peneliti berada?



d.



Seberapa jauh peneliti harus berteori dalam kata-kata partisipan?



e.



Sudahkah peneliti mempertimbangkan bagaimana kata-kata peneliti dapat digunakan untuk kebijakan sosial yang progresif, konservatif, dan represif?



f.



Sudahkah peneliti mundur ke dalam suara pasif dan memisahkan tanggung jawab peneliti dari penafsiran peneliti?



g.



Sejauh mana analisis peneliti (dan penulisan) menawarkan alternatif sebagai wacana dominan?



24



3.



Audiens Laporan Penelitian Suatu dasar yang sudah jelas kebenarannya bahwa semua penulis itu menulis untuk audiens. Peneliti kualitatif menggunakan struktur umum, empat paragraf, sebuah pendekatan yang peneliti akui kehilangan kekayaan dan konkritnya. Bentuk lain terdiri dari sinopsis kasus, masing-masing melaporkan pengalaman satu individu dan masing-masing dua setengah halaman panjangnya.



4.



Pengkodean Laporan Penelitian Topik yang terkait erat adalah mengenali pentingnya bahasa dalam membentuk laporan penelitian kualitatif. Kata-kata yang peneliti gunakan menyandikan laporan, mengungkapkan diri penliti sendiri dan bagaimana mempersepsikan kebutuhan khalayak peneliti. Sebelumnya, Creswell (2007) telah mempresentasikan pengkodean masalah, tujuan, dan pertanyaan penelitian;



sekarang peneliti



mempertimbangkan untuk



mengkodekan seluruh narasi laporan. Ide Richardson (1990) memicu pemikiran Creswell sendiri tentang bagaimana peneliti dapat mengkodekan narasi laporan penelitian kualitatif, berikut cara pengkodeannya. a.



Keseluruhan struktur yang tidak sesuai dengan standar pengenalan kuantitatif, metode, hasil, dan format diskusi. Sebagai gantinya, metode dapat disebut “prosedur,” dan hasilnya mungkin disebut “temuan.” Faktanya, peneliti mungkin mengutarakan judul dalam kata-kata partisipan dalam penelitian ketika peneliti membahas “penolakan,” “retriggering” dan sebagainya.



b.



Gaya penulisan yang bersifat pribadi, familier, mungkin “up-close” sangat mudah dibaca dan diterapkan untuk khalayak luas. Selain itu, juga harus bersifat persuasive sehingga pembaca menemukan materi yang menarik dan mudah diinga. (Gilgun, 2005).



c.



Tingkat kedetailan yang membuat karya menjadi hidup-verisimilitude dalam pikiran (Richardson, 1994). Sebuah kriteria untuk studi sastra yang baik di mana tulisan tampak "nyata" dan "hidup" mengajak pembaca langsung ke dunia penelitian. Namun, kita harus mengakui bahwa tulisan hanya merupakan representasi dari apa yang kita lihat atau pahami.



5.



Kutipan Laporan Penelitian Selain pengkodean teks dengan bahasa penelitian kualitatif, penulis menggunakan banyak kutipan, dan Creswell (2007) menemukan diskusi Richardson (1990) tentang tiga jenis kutipan yang paling berguna. Yang pertama terdiri dari kutipan pendek yang menarik perhatian. Ini mudah dibaca, mengambil sedikit ruang, dan menonjol dari teks narator serta menjorok untuk menandakan perspektif yang berbeda. Pada kutipan ke dua terdiri dari kutipan yang disematkan, frasa yang dikutip secara singkat dalam narasi analisis. Kutipan 25



ini, menurut Richardson (1990), mempersiapkan pembaca untuk perubahan penekanan atau menampilkan titik dan memungkinkan penulis (dan pembaca) untuk hidup. Asmussen dan Creswell menggunakan kutipan melekat secara ekstensif dalam penelitian penembakan (Asmussen & Creswell, 1995) karena peneliti mengonsumsi sedikit ruang dan memberikan bukti konkrit tertentu, dalam kata-kata informan, untuk mendukung tema. Jenis kutipan ketiga adalah kutipan yang lebih panjang, yang digunakan untuk menyampaikan pemahaman yang lebih kompleks. Ini sulit untuk digunakan karena keterbatasan ruang dalam publikasi dan karena kutipan yang lebih panjang dapat memuat banyak ide dan oleh karena itu pembaca perlu dipandu “masuk” kutipan dan “keluar dari” kutipan untuk memfokuskan perhatiannya pada ide yang mengendalikan. 6. Struktur Penulisan Laporan Penelitian Studi Kasus Beralih ke studi kasus, Creswell (2007) diingatkan oleh Merriam (1988) bahwa "tidak ada format standar untuk melaporkan penelitian studi kasus". Tidak diragukan lagi, beberapa studi kasus menghasilkan teori, beberapa hanya deskripsi kasus, dan yang lain lebih bersifat analitis dan menampilkan perbandingan lintas-kasus atau intersite. Maksud keseluruhan dari studi kasus itu tentu saja membentuk struktur narasi tertulis yang lebih besar. Namun, Creswell merasa membuat konsep bentuk umum pada penulisan laporan studi kasus sebagai panduan peneliti, berikut konsepnya. a. Struktur Retoris Keseluruhan Seseorang dapat membuka dan menutup narasi studi kasus dengan sketsa untuk menarik pembaca ke dalam kasus. Pendekatan ini disarankan oleh Stake (1995), yang memberikan garis besar lengkap untuk aliran ide dalam studi kasus. Ide-ide ini digambarkan sebagai berikut: 1) Penulis membuka dengan sketsa agar pembaca dapat mengembangkan pengalaman yang mewakili perasaan waktu dan tempat penelitian. 2) Selanjutnya, peneliti mengidentifikasi masalah, tujuan, dan metode penelitian sehingga penulis belajar tentang bagaimana penelitian itu terjadi, latar belakang penulis, dan isu-isu seputar kasus. 3) Ini diikuti oleh deskripsi kasus yang luas dan konteksnya merupakan kumpulan data yang relatif tidak terbantahkan - deskripsi yang mungkin dibuat oleh pembaca jika dia ada di sana. 4) Masalah disajikan berikutnya, beberapa masalah utama, sehingga pembaca dapat memahami kerumitan kasus. Kerumitan ini dibangun melalui referensi ke penelitian lain atau pemahaman penulis tentang kasus lain. 26



5) Selanjutnya, beberapa masalah diperiksa lebih lanjut. Pada point ini, penulis membawa pembaca dalam mengonfirmasi dan mendiskritikan bukti. 6) Pernyataan disajikan, ringkasan tentang apa yang penulis pahami tentang kasus ini dan apakah generalisasi naturalistik awal, kesimpulan datang melalui pengalaman pribadi atau ditawarkan sebagai pengalaman perwakilan bagi pembaca, telah diubah secara konseptual. 7) Akhirnya, penulis berakhir dengan sketsa penutupan, catatan pengalaman, yang mengingatkan pembaca bahwa laporan ini adalah pertemuan satu orang dengan kasus yang rumit. Creswell menyukai garis besar ini karena memberikan deskripsi kasus; menyajikan tema, pernyataan, atau interpretasi dari peneliti; dan dimulai dan diakhiri dengan skenario yang realistis. b. Struktur Retoris Tertanam Peneliti mungkin mendekati deskripsi konteks dan pengaturan untuk kasus dari gambar yang lebih luas ke yang lebih sempit. Misalnya, dalam kasus penembak (Asmussen & Creswell, 1995), mereka menggambarkan insiden kampus yang sebenarnya pertama dalam hal kota di mana situasi berkembang, diikuti oleh kampus dan, lebih sempit lagi, ruang kelas yang sebenarnya di kampus. Pendekatan penyaluran ini menyempitkan pengaturan dari lingkungan kota yang tenang ke ruang kelas yang berpotensi bergejolak dan tampaknya meluncurkan penelitian ini ke dalam kronologi peristiwa yang terjadi. Para peneliti juga perlu menyadari jumlah deskripsi dalam studi kasus mereka versus jumlah analisis dan interpretasi atau pernyataan. Dalam membandingkan deskripsi dan analisis, Merriam (1988) menunjukkan bahwa keseimbangan yang tepat mungkin 60% / 40% atau 70% / 30% mendukung deskripsi. Dalam kasus penembak, Asinussen dan saya menyeimbangkan unsur-unsur dalam jumlah yang sama (33% -33% -33%) - deskripsi konkret dari pengaturan dan peristiwa yang sebenarnya (dan kejadiankejadian yang terjadi dalam 2 minggu setelah insiden); lima tema; dan interpretasi mereka, pelajaran yang didapat, dilaporkan di bagian diskusi. Dalam studi kasus mereka, deskripsi kasus dan konteksnya tidak terlalu besar seperti dalam studi kasus lainnya. Tetapi hal-hal ini tergantung pada para penulis untuk memutuskan, dan dapat dibayangkan bahwa suatu studi kasus mungkin mengandung materi yang paling deskriptif, terutama jika sistem yang dibatasi, kasusnya, cukup besar dan kompleks. Dalam salah satu format ini, seseorang dapat mempertimbangkan struktur untuk membangun ide. Sebagai contoh, dalam penelitian pria bersenjata kami (Asrnussen & 27



Creswell, 1995), mereka secara deskriptif menyajikan kronologi kejadian selama insiden dan segera setelah kejadian. Pendekatan kronologis tampaknya bekerja paling baik ketika peristiwa-peristiwa terjadi dan mengikuti suatu proses; studi kasus sering dibatasi oleh waktu dan menutupi peristiwa dari waktu ke waktu (Yin, 2003). Selain pendekatan ini, seseorang dapat membangun sebuah teori yang terdiri dari mengidentifikasi variabel (atau tema) yang saling terkait; gunakan struktur “ketegangan” dengan “jawaban” untuk hasil kasus yang disajikan pertama, diikuti oleh pengembangan penjelasan untuk hasil ini; atau menggunakan struktur "tidak berurutan" yang terdiri dari peristiwa, proses, atau kegiatan yang tidak perlu disajikan secara berurutan (Yin, 2003).



G. Standar Validasi dan Evaluasi Creswell (2007) menjawab dua pertanyaan yang saling berkaitan: Apakah akun itu valid, dan menurut standar siapa? Bagaimana kami mengevaluasi kualitas penelitian kualitatif? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membawa kita ke banyak perspektif tentang validasi yang muncul dalam masyarakat dan berbagai standar untuk evaluasi yang dibahas oleh penulis dengan perspektif prosedural, interpretatif, emansipatoris, dan postmodern. 1. Validasi dan Reliabilitas dalam Penelitian Kualitatif Perspektif dalam melihat validasi kualitatif dalam hal ekuivalen kuantitatif, menggunakan istilah kualitatif yang berbeda dari istilah kuantitatif, menggunakan perspektif postmodern dan interpretive, mempertimbangkan validasi sebagai tidak penting, menggabungkan atau mensintesis banyak perspektif, atau memvisualisasikannya secara metafora sebagai kristal. Creswell (2007) telah mencari dan menemukan setara kualitatif yang sejajar dengan pendekatan kuantitatif tradisional untuk validasi. LeCompte dan Goetz (1982) mengambil pendekatan ini ketika mereka membandingkan masalah validasi dan reliabilitas dengan rekan-rekan mereka dalam desain eksperimental dan penelitian survei. Mereka berpendapat bahwa penelitian kualitatif telah mengumpulkan banyak kritik di jajaran ilmiah karena kegagalannya untuk "mematuhi peraturan reliabilitas dan validasi" dalam pengertian tradisional. Mengingat banyak perspektif, Creswell (2007) meringkas pendiriannya sebagai berikut: a) Menganggap "validasi" dalam penelitian kualitatif sebagai upaya untuk menilai "keakuratan" dari temuan, seperti yang dijelaskan oleh peneliti dan para peserta. Pandangan ini juga menunjukkan bahwa setiap laporan penelitian adalah representasi dari penulis; b) Melihat validasi sebagai kekuatan yang berbeda dari riset kualitatif di mana akun dilakukan melalui waktu yang luas yang dihabiskan di lapangan, deskripsi tebal yang terperinci, dan kedekatan peneliti dengan peserta dalam penelitian semuanya menambah nilai atau akurasi 28



dari suatu belajar; c) Menggunakan istilah "validasi" untuk menekankan suatu proses (lihat Angen, 2000), daripada "verifikasi" (yang memiliki nuansa kuantitaif) atau kata-kata historis seperti "kepercayaan" dan "keaslian" (mengakui bahwa banyak penulis kualitatif jangan kembali ke kata-kata seperti "keaslian" dan "kredibilitas," menyarankan "kekuatan tetap" dari Lincoln dan Guba tahun 198. Terdapat banyak jenis validasi kualitatif dan penulis perlu memilih jenis dan istilah yang nyaman bagi mereka; d) Subjek validasi muncul di beberapa pendekatan untuk penelitian kualitatif (misalnya, Stake, 1995; Strauss & Corbin, 1998), tetapi Creswell (2007) tidak berpikir bahwa terdapat pendekatan validasi yang berbeda ada untuk lima pendekatan untuk penelitian kualitatif. Kurang menekankan pada validasi dalam penelitian narasi dan lebih menekankan pada teori grounded, studi kasus, dan etnografi, terutama ketika penulis berbicara tentang pendekatan ini ingin menggunakan prosedur yang sistematis. Creswell (2007) tidak merekomendasikan menggunakan strategi validasi terlepas dari jenis pendekatan kualitatif; e) Validasi dalam penelitian kualitatif adalah untuk menunjukkan bahwa peneliti menggunakan strategi yang dapat diterima untuk mendokumentasikan "akurasi" dari studi mereka yang disebut dengan "strategi validasi". 2. Strategi Validasi Tidak cukup untuk mendapatkan perspektif dan istilah, akhirnya ide-ide diterjemahkan ke dalam praktik sebagai strategi atau teknik. Whittemore, Chase, dan Mandle (2001) telah mengorganisasikan teknik atau strategi ke dalam 29 bentuk yang berlaku untuk pertimbangan desain, pembuatan data, analitik, dan presentasi.Creswell & Miller (2000) telah memilih untuk fokus pada strategi yang sering digunakan oleh peneliti kualitatif. a. Keterlibatan jangka panjang dan observasi secara terus-menerus di lapangan termasuk membangun kepercayaan dengan peserta, mempelajari budaya, dan memeriksa informasi yang salah yang berasal dari distorsi yang diperkenalkan oleh peneliti atau informan. Di lapangan, peneliti membuat keputusan tentang apa yang menonjol untuk penelitian, relavan terhadap tujuan penelitian, dan minat focus. b. Dalam triangulasi, peneliti menggunakan berbagai sumber, metode, peneliti, dan teori yang berbeda untuk memberikan bukti yang menguatkan. Biasanya, proses ini melibatkan bukti yang menguatkan dari berbagai sumber untuk menjelaskan tema atau perspektif. c. Tinjauan atau debriefing rekan memberikan pemeriksaan eksternal dari proses penelitian. Lincoln dan Guba (1985) mendefinisikan peran debriefer sebagai "penyokong" seorang individu yang membuat peneliti tetap jujur; mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang metode, makna, dan pretasi; dan memberi peneliti kesempatan dengan mendengarkan perasaan peneliti secara simpatik. 29



d. Dalam analisis kasus negatif, peneliti memurnikan hipotesis sebagai kemajuan penelitian (Ely et al., 1991; Lincoln & Guba, 1985; Mlles & Huberman, 1994; Patton, 1980, 1990) dalam bukti yang negatif atau tidak mendukung. Peneliti merevisi hipotesis awal sampai semua kasus terjadi, menyelesaikan proses ini di akhir analisis data dan menghilangkan semua, pencilan dan pengecualian. e. Mengklarifikasi bias peneliti sejak awal penelitian merupakan hal yang penting sehingga pembaca memahami posisi peneliti dan bias atau asumsi yang mempengaruhi penyelidikan (Merriam, 1988). Dalam klarifikasi ini, peneliti berkomentar tentang pengalaman masa lalu, bias, prasangka, dan orientasi yang mungkin membentuk interpretasi dan pendekatan untuk penelitian. f. Dalam memeriksa anggota, peneliti mengumpulkan pandangan peserta tentang kredibilitas dan interpretasi (Ely et al., 1991; Erlandson et al., 1993; Glesne & Peshkin, 1992; Lincoln & Guba, 198S; Merriam, 1988; Miles & Huberman, 1994). Teknik ini dianggap oleh Lincol dan Guba (1985) menjadi teknik yang paling penting untuk membangun kelayakan kredibilitas. Pendekatan ini, ditulis besar dalam kebanyakan studi kualitatif, melibatkan pengambilan data, analisis, interpretasi, dan kesimpulan kembali kepada para peserta sehingga mereka dapat menilai akurasi dan kredibilitas akun. Menurut Stake (1995), peserta harus "memainkan peran utama mengarahkan serta bertindak dalam studi kasus" penelitian. Mereka harus diminta untuk memeriksa rancangan kasar dari pekerjaan peneliti, dan untuk menyediakan bahasa alternatif, “pengamatan atau interpretasi kritis”. Untuk strategi validasi ini, Creswell (2007) membentuk kelompok fokus yang terdiri dari peserta dalam penelitian dan meminta mereka untuk merefleksikan keakuratan akun tersebut. g. Kaya, deskripsi tebal memungkinkan pembaca untuk membuat keputusan mengenai pengalihan (Erlandson et al., 1993; Lincoln & Guba, 1985; Merriam, 1988) karena penulis menjelaskan secara rinci peserta atau pengaturan yang diteliti. Dengan deskripsi rinci seperti itu, peneliti memungkinkan pembaca untuk mentransfer informasi ke pengaturan lain dan untuk menentukan apakah temuan tersebut dapat ditransfer "karena karakteristik yang sama" (Erlandson et al., 1993, hal. 32). h. Audit eksternal (Erlandson et al., 1993; Lincoln & Guba, 1985; Merriam, 1988; Miles & fluherman, 1994) memungkinkan konsultan eksternal, auditor, untuk memeriksa proses dan produk dari akun, menilai keakuratannya . Auditor ini seharusnya tidak memiliki hubungan dengan penelitian. Dalam menilai produk, auditor memeriksa apakah temuan, interpretasi, dan kesimpulan didukung oleh data. Lincoln dan Guba (1985) 30



membandingkan ini, secara metaforis, dengan audit fiskal, dan prosedur memberikan reliabilitas antar penilai untuk sebuah penelitian.



Dari kedelapan prosedur tersebut secara keseluruhan, Creswell (2007) merekomendasikan bahwa peneliti kualitatif menggunakan strategi setidaknya dua dari delapan strategi dalam penelitian. Tidak diragukan lagi, prosedur seperti triangulasi sumber data yang berbeda (dengan asumsi bahwa peneliti mengumpulkan lebih dari satu), menulis dengan deskripsi yang rinci dan tebal, dan mengambil seluruh narasi tertulis kembali ke peserta dalam memeriksa semua anggota adalah prosedur yang cukup mudah untuk dilakukan. Prosedur tersebut merupakan prosedur yang paling populer dan hemat biaya. 3. Perspektif Reliabilitas Reliabilitas dalam penelitian kualitatif dapat diatasi dengan beberapa cara (Silverman, 2005). Reliabilitas dapat ditingkatkan jika peneliti mendapatkan catatan lapangan yang terperinci dengan menggunakan alat perekam yang bagus untuk merekam dan dengan menyalin rekaman itu. Serta rekaman ditranskripsikan untuk menunjukkan hasil wawancara. Pengkodean lebih lanjut dapat dilakukan "blind" dengan staf pengkodean, dan dengan menggunakan program komputer untuk membantu dalam merekam dan menganalisis data. Dalam penelitian kualitatif, "reliabilitas" sering mengacu pada stabilitas tanggapan terhadap pembuat data. Creswell (2007) menemukan praktik ini terutama digunakan dalam penelitian ilmu kesehatan kualitatif dan dalam bentuk penelitian kualitatif di mana penanya ingin pemeriksaan eksternal pada proses pengkodean yang sangat interpretatif. Apa yang tampaknya sebagian besar tidak ada dalam literatur (dengan pengecualian Miles dan Huberman, 1994, dan Armstrong, Gosling, Weinman, & Marteau, 1997) adalah diskusi tentang prosedur untuk benar-benar melakukan intercoder yang menyetujui pemeriksaan. Salah satu masalah utama adalah menentukan apa sebenarnya yang disepakati oleh kode, apakah mereka mencari kesepakatan tentang nama kode, bagian yang dikodekan, atau bagian yang sama dengan kode yang sama. Kita juga perlu memutuskan apakah akan mencari kesepakatan berdasarkan kode, tema, atau kedua kode dan tema (lihat Armstrong et al, 1997). Tidak diragukan lagi, ada kelangkaan dalam prosesnya, dan peneliti perlu membuat pendekatan yang konsisten dengan sumber daya dan waktu untuk terlibat dalam pengkodean. Di VA HealthCare System, Ann Arbor, Michigan, saya mendapat kesempatan untuk membantu merancang proses perjanjian interoder menggunakan data yang terkait dengan tindakan privasi HIPPA (Darnschroder, komunikasi pribadi, Maret, 2006). Dalam sebuah proyek di Sistem Perawatan Kesehatan VA Ann Arbor, kami menggunakan langkah-langkah berikut dalam proses perjanjian interkoder kami: 31



a.



Kami berusaha mengembangkan codebook kode yang akan stabil dan mewakili analisis pengkodean dari empat coders independen. Kami semua menggunakan NVivo sebagai program perangkat lunak untuk membantu dalam pengkodean ini.



b.



Untuk mencapai tujuan ini, kami membaca beberapa rscripts secara independen dan mengkodekan setiap naskah.



c.



Setelah coding, tiga hingga empat transkrip, kami kemudian bertemu dan memeriksa kode-kode, nama-nama mereka, dan segmen teks yang kami kode. Kami mulai mengembangkan codebook kualitatif awal dari kode-kode utama. Codebook ini berisi definisi setiap kode, dan segmen teks yang kami tetapkan setiap kode. Dalam codebook awal ini, kami memiliki kode “orang tua” dan kode “anak-anak”. Dalam codebook initIal kami, kami lebih tertarik pada kode-kode utama yang kami temukan dalam database daripada dalam daftar yang lengkap. Kami merasa bahwa kami dapat menambahkan kode-kode tersebut ketika analisis berjalan.



d.



Kami kemudian masing-masing secara independen mengkodekan tiga transkrip tambahan, misalnya, transkrip 5, 6, dan 7. Sekarang kami siap ro benar-benar membandingkan kode kami. Kami merasa bahwa lebih penting untuk memiliki kesepakatan pada segmen teks yang kami tugaskan untuk dikodekan daripada memiliki kiriman yang sama dan tepat yang dikodekan. Perjanjian Interkoder kepada kami berarti bahwa kami setuju bahwa ketika kami memberikan kata kode ke suatu bagian, bahwa kami semua menugaskan kata kode yang sama ini ke bagian itu. Itu tidak berarti bahwa kita semua membuat kode bagian yang sama ideal yang saya yakini akan sulit untuk dicapai karena beberapa orang membuat kode bagian pendek dan bagian lain yang lebih panjang. Juga tidak berarti bahwa kita semua menggunakan garis yang sama untuk dimasukkan ke dalam kata kode kita, satu lagi ideal yang sulit dicapai.



e.



Jadi kami mengambil sikap yang realistis, dan kami melihat pada bagian-bagian yang kami semua empat kode dan bertanya pada diri sendiri apakah kami semua telah menugaskan kata kode yang sama ke bagian itu, berdasarkan definisi tentatìve kami dalam buku kode. Keputusannya akan berupa keputusan "ya" atau "tidak", dan kita dapat menghitung persentase usia kesepakatan di antara kita berempat pada bagian ini yang kita semua kode. Kami berusaha untuk membangun kesepakatan 80% coding pada bagian-bagian ini (Miles dan Huberman, 1994, merekomendasikan perjanjian 80%. Peneliti lain mungkin benar-benar menghitung statistik kappa Statistik pada perjanjian, tetapi kami merasa bahwa persentase akan cukup untuk melaporkan penelitian kami yang diterbitkan. 32



f.



Setelah kami mencampur kode-kode ke dalam tema yang lebih luas, kami dapat melakukan proses yang sama dengan tema-tema, untuk melihat apakah bagian-bagian yang kita semua kode sebagai tema konsisten dalam penggunaan tema yang sama.



g.



Setelah proses dilanjutkan melalui beberapa transkrip lagi, kami kemudian merevisi buku kode, dan melakukan penilaian terhadap bagian-bagian yang kami semua kode dan tentukan jika kami menggunakan kode yang sama atau berbeda atau tema yang sama atau berbeda. Dengan setiap fase dalam proses kesepakatan ititercoder, kami mencapai persentase yang lebih tinggi dari kode dan tema yang disepakati untuk segmen teks.



4. Kriteria Evaluasi (Kualitatif Perspektif) Dalam meninjau validasi dalam literatur penelitian kualitatif, Creswell (2007) terkejut dengan bagaimana validasi yang kadang-kadang digunakan dalam membahas kualitas penelitian (misalnya, Angen, 2000). Meskipun validasi tentu saja merupakan aspek evaluasi kualitas penelitian, kriteria lain juga berguna. Dalam meninjau kriteria, ditemukan bahwa standar dalam komunitas kualitatif bervariasi. Pertama-tama Creswell (2007) meninjau tiga standar umum dan kemudian beralih ke kriteria spesifik dalam masing-masing dari lima pendekatan untuk penelitian kualitatif. Sebuah perspektif metodologis dari Howe dan Eisenhardt (1990), menunjukkan bahwa hanya standar abstrak yang luas yang mungkin untuk penelitian kualitatif (dan kuantitatif). Selain itu, untuk menentukan, misalnya, apakah suatu penelitian adalah etnografi yang baik atau tidak dapat dijawab terlepas dari apakah studi tersebut berkontribusi pada pemahaman kita tentang pertanyaan-pertanyaan penting. Howe dan Eisenhardt menguraikan lebih lanjut, menunjukkan bahwa lima standar yang diterapkan untuk semua penelitian. Pertama, mereka menilai penelitian dalam hal apakah pertanyaan penelitian mendorong pengumpulan data dan analisis daripada sebaliknya menjadi kasus. Kedua, mereka memeriksa sejauh mana teknik pengumpulan dan analisis data secara kompeten diterapkan dalam pengertian teknis. Ketiga, mereka menanyakan apakah asumsi peneliti dibuat secara eksplisit, seperti subjektivitas penelitian itu sendiri. Keempat, mereka bertanya-tanya apakah penelitian ini memiliki keseluruhan surat perintah. Kelima, penelitian harus memiliki “nilai” baik dalam menginformasikan dan meningkatkan praktik, dan dalam melindungi kerahasiaan, privasi, dan pengungkapan kebenaran dari peserta (pertanyaan etis). 5. Kriteria Penilaian Laporan Studi Kasus yang Baik Kriteria Creswell (2007) untuk mengevaluasi "baik" studi kasus akan mencakup berikut ini: a. Adakah identifikasi yang jelas dari “kasus” atau “kasus” dalam penelitian? b. Apakah "kasus" (atau "kasus-kasus") digunakan untuk memahami masalah penelitian atau digunakan karena "kasus" memiliki (atau "kasus" memiliki) manfaat intrinsik? 33



c. Apakah ada deskripsi yang jelas tentang "kasus"? d. Apakah tema diidentifikasi untuk “kasus”? e. Apakah pernyataan atau generalisasi dibuat dari analisis “kasus”? f. Apakah peneliti refleksif atau membuka diri tentang posisinya dalam penelitian?



H. Tantangan dan Solusi dari Permasalahan Penelitian Studi Kasus Salah satu tantangan yang ada dalam pengembangan studi kasus kualitatif adalah bahwa peneliti harus mengidentifikasi kasusnya. Creswell (2007) mengajukan solusi untuk tantangan ini, yaitu peneliti harus mempertimbangkan apakah akan meneliti satu kasus atau beberapa kasus. Pada penelitian yang melibatkan lebih dari satu kasus perlu dilakukan penyederhanaan keseluruhan analisis; semakin banyak kasus yang diteliti secara individu, maka semakin sedikit kedalaman dalam satu kasus. Ketika seorang peneliti memilih beberapa kasus, misalnya peneliti memilih tidak lebih dari empat atau lima kasus. Motivasi peneliti untuk mempertimbangkan sejumlah besar kasus adalah gagasan "generalisasi," yaitu sedikit makna bagi sebagian besar peneliti kualitatif (Glesne & Peshkin, 1992). Dalam pemilihan kasus, mengharuskan peneliti untuk menetapkan alasan yang rasional pada strategi sampling untuk memilih kasus dan untuk mengumpulkan informasi tentang kasus tersebut. Dalam menyajikan gambaran yang mendalam tentang kasus ini, diperlukan informasi yang cukup untuk membatasi nilai beberapa studi kasus. Dalam merencanakan studi kasus, Creswell (2007) memiliki pengembangan matriks pengumpulan data di mana peneliti menentukan sejumlah informasi yang mungkin mereka kumpulkan tentang kasus tersebut. Penentuan batasan suatu kasus dilihat dalam hal waktu, peristiwa, dan proses. Beberapa studi kasus mungkin tidak memiliki titik awal dan akhir kejadian yang jelas sehingga peneliti perlu menetapkan batasan yang memadai dalam kasus tersebut.



I.



Contoh Penelitian Studi Kasus Studi kasus kualitatif ini menggambarkan reaksi kampus terhadap insiden seorang penembak jitu di mana seorang siswa berusaha menembakkan pistol ke teman-teman sekelasnya. Studi kasus dimulai dengan deskripsi rinci tentang insiden bersenjata, riwayat kejadian 2 minggu pertama setelah insiden, dan memberikan rincian tentang kota, kampus, dan gedung tempat insiden terjadi. Data dikumpulkan melalui berbagai sumber informasi, seperti wawancara, observasi, dokumen, dan materi audiovisual. Kelly Asmussen dan Creswell tidak mewawancarai pria bersenjata itu atau siswa yang berada di tempat kejadian setelah insiden itu berlangsung, dan permohonan kami kepada Institutional Review Board for Human Subjects Research untuk menjamin larangan ini. Dari analisis data muncul tema penolakan, ketakutan, keamanan, pemicuan kembali, dan perencanaan kampus. Menjelang artikel berakhir, kami menggabungkan 34



tema yang lebih sempit ini dan respons sosial-psikologis, dan kami menghubungkannya dengan literatur, kemudian menghasilkan "lapisan" dari analisis dalam penelitian dan memohon penghuni asrama untuk menginterpretasikan arti dari kasus. Kami menyarankan agar kampus merencanakan tanggapan mereka terhadap kekerasan di kampus, dan kami mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk ditangani dalam mempersiapkan rencana-rencana ini. Dalam studi kasus ini, kami mencoba mengikuti struktur studi kasus Lincoln dan Guba (1985) - masalah, konteks, isu, dan "pelajaran yang dipetik". Kami juga menambahkan perspektif pribadi kami sendiri dengan menyajikan tabel dengan informasi tentang sejauh mana pengumpulan data kami dan pertanyaan yang perlu ditangani dalam merencanakan respon kampus terhadap sebuah insiden. Epilog di akhir penelitian secara refleks membawa pengalaman pribadi kita ke dalam diskusi tanpa mengganggu aliran penelitian. Dengan tema terakhir kami tentang perlunya kampus untuk merancang rencana untuk menanggapi insiden lain, kami memajukan implikasi praktis dan berguna dari studi untuk personel di kampus-kampus. Beberapa fitur menandai proyek ini sebagai studi kasus: 1. Kami mengidentifikasi "kasus" untuk penelitian, seluruh kampus dan tanggapannya terhadap kejahatan yang berpotensi kekerasan. 2. "Kasus" ini adalah sistem yang dibatasi, dibatasi oleh waktu (6 bulan untuk pengumpulan data dan tempat atau situasi dalam suatu kampus). 3. Kami menggunakan berbagai sumber informasi yang luas dalam pengumpulan data untuk menghasilkan gambaran rinci dan mendalam tentang respon kampus. Kami menghabiskan banyak waktu untuk menggambarkan konteks atau setting kasus, situasi dalam kota Midwesterm yang damai, kampus yang tenang, bangunan, dan ruang kelas, bersama dengan peristiwa rinci selama periode 2 minggu setelah kejadian.



35



DAFTAR PUSTAKA Creswell. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design (2nd ed). California: Sage Publications.



36