Makalah Studi Kasus Etprof [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

i



MAKALAH STUDI KASUS PELANGGARAN ETIKA DIBIDANG SIPIL RUNTUHNYA SELASAR HYATT REGENCY – KANSAS CITY –



Oleh : Imranah Sidikah Ahmad 1615012010



PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2017



KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul “Runtuhnya Selasar Hyatt Regency– Kansas City ” ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing mata kuliah Etika Profesi, Ibu Dr. Ir. Citra Persada, M.Sc yang mana telah banyak memberikan arahan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik, demikian juga kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena



itu



masukan



berupa



kritikan



dan



saran



sangat kami harapkan



demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata,kiranya makalah ini dapat berguna dan bisa menjadi pedoman bagi mahasiswa untuk dapat mempelajari serta memahami tentang etika profesi. Sekian dan terima kasih.



Lampung, 12 September 2017



Penulis



ii



DAFTAR ISI



Cover ……………………………………………………………………… i Kata Pengantar …………………….……………………………………… ii Daftar Isi ……………………………………….……………………..….. iii



BAB I



PENDAHULUAN ........................................................................



4



A. Latar Belakang Masalah ……………………………………...........



4



B. Batasan Masalah ……………………………………………...........



5



C. Rumusan Masalah ……………………………………..……...........



5



D. Tujuan Penyusunan …………………………………………...........



6



BAB II IDENTIFIKASI KASUS .............................................................



7



A. Identifikasi Kasus ……………………………………………........



7



B. Analisa Data ......................................................................................



9



BAB III DIAGNOSIS .................................................................................



11



A. Analisis Akar Penyebab Masalah ...................................................... B. Analisis Investigasi ............................................................................ C. Analisis Pelanggaran sesuai dengan Etika Profesi yang Berlaku



11 12



............................................................................................................



16



BAB IV PROGNOSIS DAN TINDAK LANJUT ……………………….. A. B. C. D.



Solusi Analisis Penyebab Akar .......................................................... Tinjauan secara Teknis Desain. ......................................................... Tinjauan secara Hukum. .................................................................... Analisis Akar Penyebab Setelahnya ..................................................



17 17 18 19 20



BAB V PEMBAHASAN .............................................................................



22



BAB VI PENUTUP .....................................................................................



26



………………………………....................................



26



DAFTAR PUSTAKA …………………………………………..……........



27



A. Kesimpulan



iii



BAB I



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah Etika profesi diperlukan dalam bidang keteknikan yaitu untuk perilaku anggotanya dalam menjalankan praktek profesinya bagi masyarakat dan lingkungannya. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau kejujuran dari seorang tenaga ahli profesi. Dalam rangka menjunjung tinggi integritas, kehormatan dan martabat profesi keteknikan sesuai dengan kode etika profesi keteknikan menurut ABET-Engineering Criteria 2000 terdapat 4 (empat) prinsip dasar (fundamental principles) yang harus dilakukan oleh insinyur, yaitu: a. Menggunakan keterampilan dan pengetahuan para orang teknik untuk peningkatan kesejahteraan manusia. b. Menjadi tidak berat sebelah dan bersikap jujur, melayani dengan ketepatan publik, serta pemberi kerja dan klien para orang teknik. c. Bekerja keras untuk meningkatkan kemampuan wewenang d. Mendukung profesional dan masyarakat yang teknis dari disiplin. Dengan mengacu pada ABET-Engineering Criteria 2000 tersebut, maka seorang profesional teknik tidak saja harus menguasai kepakaran (hard-skill) keteknikan, tetapi juga harus memiliki wawasan, pemahaman, dan kemampuan/kompetensi lainnya (soft-skill) seperti : a) Kemampuan untuk bekerja dalam kelompok (organisasi), b) Pemahaman tentang tanggung jawab sosial dan etika profesi, c) Kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, d) Kesadaran lingkungan (alam maupun sosial), e) Kepekaan tinggi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi menyangkut berbagai macam isu kontemporer, aktual maupun situasional, f) Kemampuan berorganisasi, manajemen dan leadership, Sehingga seorang profesional teknik tidak saja diharapkan akan memiliki kemampuan akademis dan kompetensi profesi keinsinyuran (engineering) yang baik saja, tetapi juga memiliki wawasan dan kepekaan terhadap segala permasalahan yang ada di industri maupun masyarakat. Bidang keteknikan merupakan suatu bidang yang berorientasi dalam menyelesaikan masalah. Sehingga pada aplikasinya etika profesi bidang keteknikan ini merupakan suatu ilmu tentang hak dan kewajiban untuk menyelesaikan masalah dalam suatu pekerjaan.



4



Dasar ini merupakan hal yang diperlukan dalam bidang keteknikan. Sehingga tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang menyebabkan ketidaksesuain dengan bidang tersebut. Profesionalisme sangat penting dalam suatu pekerjaan, bukan hanya loyalitas. Sehingga, etika profesilah yang sangat penting. Bidang keteknikan tergabung atas berbagai bidang, dimana dalam bidang pekerjaan disini akan ada banyak orang yang tergabung, tidak menutup kemungkinan terdapat teman, saudara ataupun orang yang dicinta. Sehingga ketika hendak mengambil keputusan tidak terjadi penyimpangan, oleh sebab itu etika disini sangat dibutuhkan, sehingga tidak terjadi ketidakadilan. Salah tetap salah dan benar tetap benar. Etika sangat penting dalam menyelesaikan suatu masalah dalam bidang keteknikan, sehingga bila suatu profesi keteknikan tanpa etika akan terjadi penyimpangan-penyimpangan yang mengakibatkan terjadinya ketidakadilan. Ketidakadilan yang dirasakan oleh orang lain akan mengakibatkan kehilangan kepercayaan. Kehilangan kepercayaan berdampak sangat buruk, karena kepercayaan merupakan suatu dasar atau landasan yang dipakai dalam suatu pekerjaan. Begitu luasnya ruang lingkup yang bisa dirambah untuk mengaplikasikan keteknikan jelas akan membawa persoalan tersendiri bagi profesional teknik pada saat mereka harus menjelaskan secara tepat “what should we do and where should we work” ? Pertanyaan ini jelas tidak mudah untuk dijawab secara memuaskan oleh mereka yang masih awam dengan keteknikan. Bila profesi keteknikan tanpa adanya etika profesi, kepercayaan masyarakat akan berkurang dan akan terjadi penyalahgunaan dalam keteknikan itu sendiri. Sehingga pentingnya etika profesi ini dalam mewujudkan harapan yang dinginkan dengan hasil baik tanpa melakukan tindakan-tindakan penyimpangan yang tidak diperlukan.



B. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis memutuskan untuk mengambil kasus Runtuhnya Selasar Hyatt Regency – Kansas City, sebagai contoh pelanggaran etika di bidang sipil.



C. Rumusan Masalah  Apa penyebab dari kasus runtuhnya selasar Hyatt Regency ditinjau dari segi desain konstruksi?  Apa penyebab dari kasus runtuhnya selasar hyatt regency dalam tinjauan secara teknis pelaksanaan, prosedural, dan hukum ?  Apa saja aturan yang dilanggar dalam kasus runtuhnya selasar Hyatt Regency?



5



D. Tujuan Penyusunan Tujuan penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas mata kuliah etika profesi adalah untuk :  Mengetahui penyebab dari kasus runtuhnya selasar Hyatt Regency ditinjau dari segi desain konstruksi.  Mengetahui penyebab dari kasus runtuhnya selasar hyatt regency dalam tinjauan secara teknis pelaksanaan, prosedural, dan hukum.  Memahami berbagai aturan kode etik dalam profesi keteknikan.  Memahami pentingnya etika dalam keprofesian, serta akibatnya jika mengabaikannya.  Menanamkan pada mahasiswa rasa integritas tinggi, kehormatan dan martabat profesi sesuai dengan kode etika profesi.



6



BAB II



IDENTIFIKASI KASUS



A. Identifikasi Kasus Kisah ini terjadi di Kansas City Hyatt-Regency Hotel pada tahun 1981. Pada saat itu, Hyatt baru, modern, apik, dan mengesankan. Konstruksi dimulai pada bulan Mei, 1978, dan hotel dibuka pada tanggal 1 Juli 1980. Daya tarik utama di lobi hotel adalah atrium yang dikelilingi oleh 3 trotoar pejalan kaki di lantai kedua, ketiga, dan keempat yang tergantung di atap. Jembatan di lantai empat terletak di atas yang di kedua; Jembatan lantai tiga diimbangi. Setiap jembatan kira-kira 12 kaki panjangnya, beratnya 64.000 pound, dan ditangguhkan oleh tiga pasang hanggar di ujungnya dan pada interval yang seragam.



Tempat itu sangat sejuk untuk mengadakan acara-dan begitulah terjadi pada tanggal 17 Juli 1981, lebih dari setahun setelah hotel pertama kali dibuka, sekitar 1.600 orang berkumpul di lobi untuk menonton (atau berpartisipasi dalam) sebuah kompetisi dansa. Jalan setapak (selasar) menawarkan lokasi yang bagus untuk ditonton, jadi sekitar 40 orang berkumpul di lantai dua dan kira-kira 20 berada di lantai empat. Berat dari orang-orang itu, tampaknya, terlalu banyak bagi jalan setapak untuk bertahan; Lantai empat runtuh pada kedua, dan keduanya lalu terjatuh di lantai lobi. 111 orang meninggal dengan segera, 3 meninggal kemudian di rumah sakit, dan 216 lainnya luka-luka.



Description: View of the collapsed walkways, during the first day of the investigation of the Hyatt Regency walkway collapse. Source: http://ethics.tamu.edu/ethics/hyatt/hyatt2.htm. Author: Lee L. Lowery, Jr., PhD, P.E.



7



View of the lobby floor, during the first day of the investigation of the Hyatt Regency walkway collapse. Source: http://ethics.tamu.edu/ethics/hyatt/hyatt2.htm.



Keruntuhan itu benar-benar tak terduga; Ini bukan bangunan tua dan rusak dimana orang mungkin berpikir dua kali tentang integritas struktural tempat seseorang berjalan. Ini adalah tempat baru yang modern dan jelas mahal sehingga Anda tidak akan berpikir dua kali menginjakkan kaki. Jalan setapak itu sendiri pastinya modern dan mengesankan secara visual, namun desain mereka tidak terlalu inovatif atau revolusioner-tidak ada yang bisa menyebabkan rata-rata orang tersebut. berpikir, "berhati-hatilah, ini yang pertama dari jenisnya, tapak ringan." Mereka tampak solid;. Bencana di Hyatt adalah keruntuhan struktural paling mematikan dalam sejarah Amerika, sampai World Trade Center ambruk pada 9/11.



Dalam beberapa kasus, tingkat kegagalan diharapkan terjadi. Saat menerapkan desain inovatif atau menyempurnakan beberapa teknologi baru, kemunduran adalah harga kemajuan.



Namun, ini bukan salah satu cerita itu. Apa yang terjadi di Kansas City HyattRegency Hotel adalah akibat dari sejumlah kesalahan manajemen proyek yang dikombinasikan untuk memungkinkan masalah desain konstruksi fatal dipasang di sistem pendukung jembatan. Kabar baiknya: ada solusi yang relatif sederhana untuk masalah yang bisa diundangkan. Kabar buruknya: masalahnya hanya tertangkap saat orang meninggal.



Analisis Penyebab Akar tidak asing dengan kegagalan struktural. Ketika sesuatu yang salah besar ini terjadi, sangat penting untuk memahami dengan tepat apa yang terjadi-tidak hanya bahwa jalan setapaknya jatuh atau bahkan ada salah perhitungan yang dibuat, tapi juga bagaimana setiap faktor pendukung muncul dan mengapa kesalahan tidak tertangkap sebelumnya. 8



Penyebab kejadian tragis ini dapat diselidiki dengan membangun Cause Map, sebuah Analisis Akar Akar visual, yang menunjukkan hubungan sebab dan akibat antara berbagai faktor yang berkontribusi terhadap keruntuhan. Analisis Penyebab Akar akan membantu kita menganalisis keruntuhan dan menerapkan solusi untuk memastikan hal itu tidak akan pernah terjadi lagi.



Pada tahun 1970, desain hotel yang terkenal adalah hotel berbintang dengan atrium yang besar, yg beberapa diantaranya menjulang setinggi keseluruhan hotel. Fitur seperti ini menghasilkan ruang arsitektur yang sangat dramatis di hotel lobi dan masih sering terlihat dalam desain hotel saat ini. Banyak desain ini juga meliputi selasar yang tergantung diatas atrium. Salah satu hotel yang mengunakan desain ini adalah Hyatt Regency Kansas City. Pembangunan hotel ini dimulai pada tahun 1976, dan selesai pada musim panas 1980. Satu tahun kemudian, Juli 1981 ketika pesta dansa diadakan di lobi atrium, beberapa bagian selasar dimana orang-orang sedang berdansa runtuh menimpa lantai atrium yang dipenuhi orang, mengakibatkan ratusan orang tewas dan terluka.



B. Analisa Data Pembangunan Hyatt Regency Kansas City dimulai pada tahun 1976 oleh Crown Center



Redevelopment



Corporation,



yang



memperkerjakan Gillum-Colaco



Inc.



of



Texas sebagai konsultan struktur. Gillum-Colaco Inc. of Texas bekerja sama secara erat dengan Crown Center Redevelopment Corporation dan arsitek proyek untuk mengembangkan rencana dan membuat gambar dan spesifikasi struktur. Konstruksi dimulai tahun 1978, Gillum-Colaco Inc. of Texas sebenarnya tidak melakukan perhitungan struktur proyek ini, tapi mensubkontrakkan pekerjaan ini ke anak perusahaannya Jack D Gillum and associate Ltd. Kontraktor



Umum



nya



adalah



Eldridge



Construction



Company,



yang



mempekerjakan Havens Steel Company sebagai sub kontraktor fabrikasi dan pengangkatan baja atrium. Desain asli menyebutkan bahwa selasar digantung dengan batang baja (rod) yang disambungkan kelangit-langit atrium. Akan ada dua selasar yang dihubungkan ke masing-masing batang baja oleh mur terpisah. Implementasi disain ini mengharuskan ditembuskannya batang baja itu untuk seluruh panjang batang baja, hal ini akan meningkatkan



biaya



cukup



banyak, Havens menyarankan



9



perubahan



desain



untuk



menghindari keharusan menembuskan batang baja yang panjang. Biasanya sub kontraktor tidak menyarankan perubahan struktur terutama jika perubahan itu dapat menghemat biaya atau mempermudah fabrikasi. Desain yang berubah hanya memerlukan tembusan baja yang lebih pendek didekat ujung batang baja. Dalam desain aslinya masing-masing mur hanya menahan satu lantai selasar. Sayangnya dalam revisi desain itu beberapa mur menahan berat kedua selasar, secara efektif mengandakan beban mur. Gillum and associate kemudian mengklaim tidak pernah melihat dokumen yang berhubungan dengan perubahan ini. Mereka juga menyatakan bahwa tidak ada orang dari Havens atau Eldridge yang menghubungi mereka tentang perubahan ini. Meskipun demikian gambar menunjukkan perubahan ini distempel oleh Gillum februari 1979. Pada bulan oktober 1979 selama masa konstruksi sebagian atap atrium runtuh. Ada beberapa penyelidikan tentang kejadian ini yang dilakukan oleh Gillum and associate dan oleh Perusahaan Teknik Independent. Laporan yang dikirim ke pemilik dan arsitek memberikan jaminan bahwa desain atrium aman. Bulan Juli 1980 Hotel dibuka untuk bisnis, 1981 selama pesta dansa bayak yang berdansa di selasar lantai 2 dan lantai 4, akibat beban yang besar dan beban ayunan menyebabkan kegagalan penghubung yang mendukung selasar, bangunan selasar pun runtuh (collapse).



10



BAB III



DIAGNOSIS



Diagnosis adalah dugaan terhadap apa saja yang menjadi faktor penyebab runtuhnya selasar hotel Hyatt Regency di Kansas city.



A. Analisis Akar Penyebab Masalah Analisis Akar Penyebab dari bencana jalan setapak menunjukkan keruntuhan jalan dan luka-luka yang diderita sebagai masalah utama. Karena penyelidikan Root Cause Analysis memimpin dari berbagai tujuan, di sini kami hanya mencoba memberi diri kami sketsa kejadian berdasarkan fakta yang diketahui; kami akan menemukan "masalah" lain dalam tahap analisis penyelidikan kami, namun untuk saat ini kami mencatat masalah utama secara jelas kemudian terus berlanjut. Analisis Akar Penyebab juga mengharuskan kita untuk menangkap tanggal dan waktu, serta setiap perbedaan yang hadir pada saat itu, atau apa yang membuat hari ini berbeda dari hari lainnya. Bencana tersebut terjadi pada tanggal 17 Juli 1981, sekitar pukul 07.05; Perbedaannya pada hari ini adalah bahwa ada lebih banyak orang daripada biasanya di jalan setapak, dan beberapa di antaranya mungkin telah menari atau bergoyang, menciptakan lebih banyak gerakan daripada biasanya di jalan setapak. Untuk melanjutkan garis besar analisis Root Cause Analysis kami, kami juga harus menentukan lokasi (sebuah hotel di Kansas City, Missouri), dan proses yang sedang dilakukan pada saat itu (kompetisi dansa). Akhirnya, deskripsi masalah Analisis Akar Penyebab kami menguraikan secara rinci dampak yang ditimbulkan pada sasaran organisasi yang bersangkutan, yang dalam hal ini adalah hotel Hyatt Regency. Analisis Akar Penyebab melibatkan hal yang spesifik dalam menentukan tujuan organisasi tertentu seperti dalam menentukan masalah. Semua organisasi memiliki banyak kesamaan tujuan. Ini adalah bisnis yang baik untuk menjamin keamanan karyawan dan masyarakat, tetap sesuai anggaran, mencapai tujuan organisasi, menghindari kerusakan properti, dan melakukan semuanya seefisien mungkin. Dalam Root Cause Analysis, unsur-unsur ini dipahami dalam hal keselamatan, properti, produksi, dan tujuan kerja. Sama seperti Root Cause Analysis dari setiap kejadian yang mempertimbangkan banyak masalah, hal itu juga menanyakan bagaimana masalah tersebut mempengaruhi banyak tujuan. Analisis Akar Penyebab selalu memikirkan "masalah" sehubungan dengan dampak yang diteliti dalam penyelidikan terhadap keseluruhan sasaran organisasi. Kematian



11



pelanggan tidak pernah menjadi bagian dari rencana bisnis Hotel; Idealnya, setiap orang yang berjalan masuk ke pintu hotel akan meninggalkan hotel dalam kondisi yang sama. Kematian dan luka-luka dapat dikatakan telah mempengaruhi tujuan keselamatan. Demikian pula, hotel tidak suka dikenal karena bencana. Dampak kehumasan yang disebabkan oleh keruntuhan selasar ini jelas mempengaruhi reputasi hotel, dimana Analisis Akar Penyebab kami merujuk pada sasaran pelanggan. Hotel juga harus diperbaiki setelah jalan setapak runtuh, usaha mahal yang mempengaruhi sasaran layanan pelanggan dan produksi.



B. Analisis Investigasi Sekarang kami memiliki gagasan bagus tentang apa yang sebenarnya terjadi, Analisis Akar Penyebab kami terus menganalisis kejadian tersebut dengan bertanya, sesering mungkin, pertanyaan kunci lainnya: Mengapa? Root Cause Analysis berlanjut pada langkah ini dengan mengidentifikasi sebab dan akibat hubungan yang terdiri dari kejadian tersebut. Dimulai dengan tujuan yang terpengaruh oleh kejadian tersebut, kami membangun Peta Penyebab kami ke kanan. Sementara Peta Penyebab dapat dimulai secara linier, ia akan memperluas untuk memberikan gambaran terperinci tentang insiden tersebut sebanyak informasi yang dikumpulkan saat Root Cause Analysis terus berlanjut. Baik tujuan keselamatan dan pelanggan dipengaruhi oleh korban jiwa dan luka akibat terjatuh dan / atau hancur oleh struktur saat selasar runtuh.



12



Mengapa selasar runtuh? Analisis Akar Penyebab insiden Hyatt Regency mengungkapkan sejumlah penyebab yang berkontribusi. Pertama, desain struktural selasar tidak memadai. Las-an gagal, memungkinkan batang pendukung menarik balok kotak, menyebabkan selasar jatuh.



Fakta bahwa las-an longitudinal tidak cukup kuat bukan satu-satunya alasan penyebab terjadinya keruntuhan ini. Pada saat bersamaan, ada tekanan yang lebih tinggi dari biasanya karena ada lebih banyak orang daripada biasanya di selasar. Pada swaktu kejadian, kerumunan besar berkumpul untuk menyaksikan kontes dansa; sekitar 20 orang berada di lantai dua, dan kira-kira 40 orang berada di lantai empat, menciptakan beban yang lebih tinggi yang dikombinasikan dengan desain struktural yang cacat. Bila dua kondisi diperlukan untuk menghasilkan bencana itu digabungkan, Analisis Akar Penyebab kami menggabungkan keduanya pada Peta Penyebab dengan kata "dan", seperti :



13



Setelah bertanya dan menjawab pertanyaan, "mengapa?" Beberapa kali, Analisis Penyebab Akar kami mulai mengungkapkan representasi visual dasar tentang apa yang terjadi. Mengidentifikasi mekanisme kegagalan penting selama investigasi Analisis SebabSebab Akar, dan kami memilikinya: pengelasan dan kerumunan. Namun, Analisis SebabSebab Akar yang menyeluruh harus mengambil analisis lebih lanjut untuk lebih memahami penyebab dan mengajukan beberapa solusi. Jika desainnya tidak memadai, mengapa desainnya dibangun? Dalam hal ini, tampak bahwa desain itu diubah tanpa persetujuan insinyur struktural. Bagaimana kami bisa tahu? Bukti kami untuk pernyataan ini, dicatat di bawah sebab yang dikontrolnya, adalah bahwa desain akhir berbeda dari konsep desain pada kontrak. Semua informasi ini muncul di Peta Penyebab seperti :



Perubahan desain ini dihasilkan dari kesalahan komunikasi antara fabricator dan structural engineer. Tidak ada yang tertangkap masalah karena proses review desain tidak efektif. Insinyur struktur telah mengirimkan sketsa desain jalan yang diusulkan ke fabricator, dengan asumsi fabricator akan menentukan rincian desainnya. Oleh karena itu, fabricator menganggap bahwa sketsa itu adalah gambar akhir.



Desain asli pasti sulit diterapkan, karena membutuhkan bagian panjang batang yang akan dijalin, dan karena itu memerlukan bagian yang tidak standar. Namun, gambar-gambar itu memungkinkan "penghakiman fabricator", dan fabricator ingin menggunakan komponen 14



standar (lebih murah dan mudah). Dengan asumsi gambar itu final dan dia bisa, faktanya, memilih komponen standar agar sesuai dengan sketsa, lalu dia melakukannya.



Hal ini mengakibatkan perubahan yang signifikan dari desain aslinya dan secara dramatis menurunkan daya dukung beban trotoar. Perubahan yang dimaksud berhubungan dengan koneksi batang gantungan. Perancang mengubah desain dari sistem satu batang ke sistem dua batang. Ini melipatgandakan beban pada connecter, yang akhirnya menyebabkan selasar runtuh.



15



C. Analisis Pelanggaran sesuai dengan Etika Profesi yang Berlaku Canon 1 dari Kode Etik pada saat jalan setapak runtuh dibaca sebagai berikut: "Insinyur harus memegang kendali terpenting keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat dalam menjalankan tugas profesional mereka." Kategori (a) pedoman praktik kanon 1 mengatakan hal ini: "Insinyur harus menyadari bahwa kehidupan, keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat umum bergantung pada pertimbangan teknik, keputusan, dan praktik yang dimasukkan ke dalam struktur, mesin , produk, proses, dan perangkat. " Selanjutnya, kategori (b) dalam pedoman untuk kanon tersebut dibaca sebagai berikut: "Insinyur harus menyetujui atau menyegel hanya dokumen desain tersebut, yang ditinjau atau dipersiapkan oleh mereka, yang ditentukan agar aman untuk kesehatan masyarakat dan kesejahteraan sesuai dengan standar teknik yang berlaku . " Komite Perilaku Profesional (CPC) tidak dibujuk oleh argumen catatan insinyur bahwa setiap orang dalam proses perancangan bertanggung jawab atas bagian pekerjaannya sendiri. Menemukan bahwa cap insinyur membuatnya bertanggung jawab atas semua elemen desain struktural, CPC menganggap bahwa anggotanya telah melanggar Kode Etik, dan memilih untuk merekomendasikan kepada Dewan Direksi bahwa dia dikeluarkan dari Perhimpunan. Namun, dewan tersebut tidak setuju mengenai pelanggaran-pelanggaran anggota, sehingga insinyur tersebut "bertanggung jawab" atas tragedi tersebut "namun tidak bersalah karena kelalaian atau perilaku tidak profesional." mereka memilih untuk menunda insinyur dari keanggotaan untuk jangka waktu tiga tahun.Ruang tidak mengizinkan eksposisi penuh tentang keadaan seputar keruntuhan Hyatt Regency.



16



BAB IV



PROGNOSIS DAN TINDAK LANJUT



Prognosa adalah langkah yang ditempuh setelah diagnosis. Langkah dimana kami merumuskan cara bagaimana tindak lanjut dan pemecahan masalah dari kasus runtuhnya selasar hotel Hyatt Regency yang telah diuraikan pada bab diagnosis sebelumnya.



A. Solusi Analisis Penyebab Akar Sekarang kita memiliki gambaran yang lebih rinci tentang apa yang terjadi dan mengapa Analisis Akar Penyebab kita beralih pada masalah mengajukan solusi. Sementara kebanyakan organisasi menganggap Root Cause Analysis sebagai pencarian akar penyebab atau akar penyebab suatu masalah, pendekatan Penyebab Pemetaan terhadap Analisis Akar Penyebab berfokus pada menemukan solusi spesifik untuk mencegah masalah dengan cara mencocokkannya dengan penyebab tertentu. Karena Penyebab Pemetaan mengidentifikasi sistem penyebab yang menyebabkan masalah dan memetakan informasi secara visual dan jelas, ini memberi dasar yang tepat untuk mengungkapkan semua solusi yang mungkin terjadi. Yang terbaik dipilih dari solusi yang mungkin, dan pada akhirnya seseorang dapat memilih item tindakan spesifik untuk mencegah agar masalah tidak terjadi. Seperti yang ditunjukkan oleh Analisis Akar Penyebab kami, bencana di Kansas City terjadi karena adanya hubungan yang terlalu banyak karena perubahan yang tidak disarankan pada detail struktur yang sangat jelas. Sebagai penyelidikan setelahnya menunjukkan, bahkan jika desain aslinya telah diimplementasikan, selasar tidak akan mampu menahan beban yang diharapkan, sehingga gagal memenuhi persyaratan Peraturan Bangunan Kansas City. Memeriksa perhitungan ditahap desain bisa mencegah bencana ini. Jadi bagaimana kita memastikan hal itu tidak akan pernah terjadi lagi? Analisis Akar Penyebab kami mengungkapkan bahwa bagian dari masalah dalam kejadian ini adalah bahwa baik para perancang maupun pembangun tidak bertanggung jawab atas produk akhir. Ini bukan masalah menyalahkan pada satu kelompok atau kelompok lain, namun untuk menentukan pada titik manakah seseorang dapat mempertimbangkan sebuah proyek rekayasa yang akan diselesaikan. Tanpa pedoman dan prosedur yang jelas, miskomunikasi dan asumsi bisa menyerang dengan lebih mudah, menempatkan hidup dalam bahaya. Analisis Akar Sebab-Sebab ini menunjukkan solusi prosedural yang agak sederhana: Terapkan pedoman yang jelas untuk menentukan tanggung jawab utama sebuah desain. 17



Bahkan dengan tanggung jawab atas desain yang dibuat, unsur lain yang hilang dari konsepsi dan pembangunan lobby adalah pengawasan formal. Seperti yang ditunjukkan oleh Analisis Akar Penyebab kami, sebagian alasan bahwa perubahan desain yang tidak disetujui dibuat adalah bahwa proses peninjauan desain tidak efektif. Oleh karena itu, Analisis Akar Penyebab membuat proses tinjauan desain formal sebagai solusi yang mungkin.



Akhirnya, Root Cause Analysis memperjelas bahwa keruntuhan selasar juga disebabkan oleh mengandalkan las-an longitudinal yang tidak cukup kuat. Solusi lain, kemudian, adalah memperkuat lasan.



B. Tinjauan secara Teknis Desain. Penyelidikan yang dilaksanakan oleh Missouri Board of Architect, Profesional Engineer and Land Surveyor menghasilkan bahwa terdapat kesalahan desain struktur selasar. Skets-skets desain awal menetapkan kekuatan 413 MPa untuk belakang dan depan penggantung yang sudah dihilangkan pada As-built struktur. Kontraktor menggunakan kekuatan hanya 248 MPa dari desain awal. Walau bagaimana pun desain awal sangat tidak



18



praktis celakanya insinyur menyetujui perubahan desain tanpa pemeriksaan terlebih dahulu sehingga mengakibatkan beban ganda pada mur . ( Roddis, 1993 ) Analisis dua rancangan ini mengungkapkan bahwa Desain awal dari hubungan penggantung batang mendukung 90 kN, hanya 60% dari 151 kN yang telah ditetapkan oleh Peraturan Bangunan Gedung yang dikeluarkan oleh Kansas City. Meskipun Desain awal belum dimodifikasi desain hubungan penggantung batang tersebut telah melanggar Peraturan Bangunan, apalagi berdasarkan As-built, kekuatan tersebut hanya 30% dari beban maksimum yang telah ditetapkan ( Feld dan Carper, 1997 ). Seharusnya dari semula desain awal dan perubahan Engineer harus melakukan prosedur standar : Desain sesuai dengan standar yang berlaku secara umum, Seluruh desain seharusnya dicek kembali dan diuji kembali sebelum pelaksanaan, Modifikasi teknis haruslah dari persetujuan Engineer.



C. Tinjauan secara Hukum. Pemerintah Kansas City tidak menghukum insinyur-insinyur Hyatt Regency dari kealpaan yang telah mereka lakukan sebagai pengawas dari pekerjaan Konstruksi tersebut karena tidak adanya bukti yang kuat, Missouri Board Architects, Engineering profesional, dan Land Surveyorsmengeluarkan rekomendasi / catatan buruk terhadap insinyur proyek dari kealpaan. Izin kerja Missouri rancang-bangun profesional mereka ditarik kembali, dan mereka kehilangan keanggotaan ASCE, juga kehilangan milyar dolar.( Roddis, 1993 ) Seharusnya Perhatian terhadap Prosedur desain selasar tersebut harus berdasarkan prosedur yang resmi Peraturan Gedung Kansas City, selain itu untuk perubahan desain haruslah memahami secara menyeluruh dan terintegritas serta bertanggung jawab ( Roddis, 1993 ). Selama pemeriksaan setelah runtuhnya selasar tersebut Arsitek, Kontraktor semua bersaksi bahwa selama konstruksi mereka telah menghubungi Konsultan proyek mengenai integritas struktur Join selasar tersebut setiap kali konstruksi tersebut.Tapi kenyataannya ia belum pernah melaksanakan setiap perhitungan desain ini sama sekali. Melalaikan untuk memeriksa keselamatan dan kapasitas muat penggantung selasar tersebut dan yang terpenting mereka tak mengindahkan keamanan publik. ( Rubin dan Banick, 1987 )



19



Konsultan Perencana secara etika perlu memeriksa dan meneliti lagi pekerjaan apakah mampu dengan baik meyakinkan publik dari suatu integritas bangunan secara struktural. ( Delatte, 1997 ) Tingginya angka kematian yang diakibatkan oleh ambruknya selasar tersebut menambah pertanyaan-pertanyaan apakah faktor keamanan/keselamatan yang diperlukan pada suatu bangunan harus proporsional terhadap konsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi. ( Kaminetzky, 1991 ) Berdasarkan hasil Investigasi baik secara Teknis, Prosedural, dan Hukum maka dapat disimpulkan bahwa : Kesalahan Desain awal dari Struktur selasar yang tidak mematuhi prosedur perencanaan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kansas City jelas merupakan kesalahan Konsultan Perencana Struktur yaitu : Gillum – Colaco Inc of Texas dimana setelah dilakukan investigasi beban yang mampu ditahan adalah 60 % dari beban standar. 1. Konsultan Perencana tidak mengetahui secara detail Desain yang ada karena mereka terlalu mempercayai kepada Sub Kontraktor Perencana Struktur yaitu : Jack D Gillum and Associates Ltd. 2. Pada saat terjadi perubahan desain yang diajukan oleh Subkontraktor Havens Steel Company dengan alasan penghematan biaya, Konsultan Perencana menyetujui tanpa adanya perhitungan dan pengujian kembali jelas melanggar etika perencanaan. Rekomendasi yang mereka keluarkan tidak dilengkapi dengan hasil pengujian laboratorium dan teknis lainnya.



D. Analisis Akar Penyebab Setelahnya Di tengah keruntuhan jalan, pemilik Hotel Hyatt-Regency membayar lebih dari $ 140 juta untuk korban. Dewan Arsitek Missouri, Insinyur Profesional, dan Surveyor Tanah memvonis insinyur yang dipekerjakan oleh Jack D. Gillum and Associates yang telah menyetujui gambar akhir kelalaian, kesalahan, dan perilaku profesional yang tidak profesional dalam praktik rekayasa. Mereka semua kehilangan lisensi teknik mereka di Missouri dan Texas, serta keanggotaan American Society of Civil Engineers (ASCE) mereka. Jack D. Gillum and Associates, pada akhirnya kehilangan lisensi untuk menjadi firma teknik, namun Jack Gillum sendiri masih menjadi pembicara di konferensi teknik, sehingga orang lain bisa belajar dari kesalahannya.



20



Untuk profesi teknik, tragedi runtuhnya selasar menjadi model klasik dalam mempelajari etika dan kesalahan enjiniring. Sebagai permulaan, American Society of Civil Engineers menetapkan preseden bahwa tanggung jawab atas bangunan itu terletak pada gelar insinyur, yang berarti siapa pun yang memberi persetujuan mereka pada serangkaian rencana. Seorang insinyur kota, terlebih lagi, harus melakukan pemeriksaan formal mengenai perhitungan beban. Dengan cara ini, potensi kegagalan akan tertangkap pada tahap perancangan, dan bukan dari selasar yang penuh dengan penonton tanpa disadari. Hotel itu sendiri memang telah dibangun kembali, dan masih berdiri hari ini (meski telah berganti nama beberapa kali di tahun-tahun berikutnya). Alih-alih jalan setapak yang ditangguhkan, lobby dibangun kembali dengan satu persimpangan di lantai dua yang didukung oleh pilar-pilar besar, menghasilkan konstruksi yang terstruktur secara struktural. Analisis Akar Penyebab terhadap bencana di hotel Hyatt Regency menunjukkan pentingnya membangun jaring pengaman untuk proses kerja yang tidak membahayakan bisnis namun mengurangi tingkat risiko yang dioperasikannya sampai pada tingkat yang dapat diterima. Dengan dasar prinsip-prinsip sebab-akibat, Analisis Akar Penyebab dapat diterapkan secara konsisten untuk masalah duniawi maupun bencana atau berisiko tinggi. Pendekatan Pemetaan Root Cause Analysis dengan demikian merupakan cara yang sederhana namun ampuh untuk menyelidiki semua jenis masalah, apakah itu keamanan, lingkungan, kepatuhan, pelanggan, produksi, peralatan atau layanan yang terkait.



21



BAB VI PEMBAHASAN Persoalan yang ada :  Bagaimana implementasi kode etik dalam praktek sehari-harinya?  Apakah kode etik itu cukup operasional untuk dipatuhi?  Apakah persoalan-persoalan yang menyangkut tindakan tidak profesional, melanggar kode etik, segala penyimpangan sudah bisa diselesaikan dengan aturan (kode etik) yang ada?  Seberapa jauh organisasi profesi (PII) memiliki kekuatan mengontrol dan mengambil tindakan terhadap pelanggaran profesi?  Adakah supremasi hukum mampu dan bisa diterapkan untuk menangani tindakan pelanggaran kode etik profesi ini? Persoalan



pelanggaran



etika



profesi



dan



ketidak-berdayaan



hukum



untuk



menindaknya merupakan masalah besar, karena hal ini bisa mengganggu dan menghilangkan kepercayaan masyarakat akan jasa profesi tertentu.



Beberapa kasus dan merupakan tipikal umum isue yang dianggap sebagai bentuk pelanggaran (kode) etika profesi antara lain berupa : 



konflik kepentingan, sebagai contoh seberapa jauh bisa dikatakan telah terjadi penyimpangan manakala karena posisi/jabatannya seorang professional menerima “hadiah” dari pemasok barang/ material atau klien lainnya ? Seberapa besar nilai sebuah “cinderamata” itu dianggap masih dalam batas-batas kewajaran, dan seberapa pula yang bisa dianggap melanggar etika profesi ?;







kerahasiaan dan loyalitas, seorang profesional harus punya komitmen yang jelas terhadap segala informasi yang diklasifikasikan sebagai konfidensial (terbatas/rahasia) dan juga harus menunjukkan loyalitasnya kepada klien-nya. Pelanggaran berupa pemberian informasi yang seharusnya dijaga kerahasiaannya kepada kompetitor jelas merupakan tindakan yang tidak profesional (membuka rahasia dan tidak loyal);







kontribusi (dana) balik, berupa pemotongan sebagian dana yang harus dikembalikan kepada pemilik proyek atau pemberi order;







tiupan peluit (whistleblowing), kesadaran dan keberanian dari sesame profesi meniupkan “peluit”-nya untuk mengingatkan bahwa telah terjadi pelanggaran kode etik. Sebagai contoh, bukankah pelayanan jasa profesi itu tidak boleh ditawar-tawarkan (lewat iklan, misalnya), terlebih kalau belum apa-apa sudah mematok tarif jasa pelayanan tersebut ? Banyak kasus sengaja untuk ditutup atau diselesaikan secara internal dengan dalih 22



melindungi kehormatan dan masa depan rekan sesama profesi (dan justru mengorbankan kepentingan umum) karena ada kekawatiran kalau persoalan pelanggaran etik profesi ini berkembang luas dan menjadi terbuka akan bisa menurunkan kehormatan, kepercayaan, ataupun kredibilitas terhadap profesi tersebut; dan seterusnya. Globalisasi membawa banyak tantangan dan persoalan yang harus dihadapi serta menjadi tanggung-jawab para profesional. Persoalan yang semakin kompleks, keterkaitan dan ketergantungan antar individu dalam sebuah sistem akan memberikan dampak sosial dari setiap kebijakan maupun keputusan yang diambil. Setiap profesi (tidak terkecuali) harus benar-benar menaruh perhatian akan dampak sosial dari setiap keputusan yang diambil dan akan



diterapkan.



Semuanya



harus



dikemas



berdasarkan



keahlian-kepakaran



serta



mengindahkan betul etika profesionalnya. Pelajaran paling berharga yang bisa ditarik dari masa lalu telah menunjukkan bahwa semua kebijakan, keputusan, maupun aktivitas yang dikemas tanpa mengindahkan nilai moral, etika dan hukum pada akhirnya terjerembab, terpuruk serta bangkrut secara memalukan. Moral, etika dan hukum ibaratnya konstruksi bangunan merupakan pondasi, pilar dan atap-nya.



Kehidupan masyarakat yang terus berubah cepat dan secara mendasar karena terbentuknya suasana baru (reformasi) dan dipicu dengan kemajuan teknologi di penghujung akhir abad 20 ini telah menyadarkan kita akan arti pentingnya nilai moral, etika dan meningkatnya peran profesionalisme didalam menyelesaikan tantangan dan persoalan yang dihadapi.yang memberikan wawasan maupun keterampilan (skill) yang berhubungan dengan persoalan manusia, organisasi & manajemen industri, lingkungan serta persoalan-persoalan praktis yang dihadapi oleh industri dalam aktivitas rutin-nya sehari-hari. Arah perkembangan dan kemajuan di bidang sains-teknologi memang perlu untuk senantiasa diikuti, akan tetapi yang juga tidak kalah pentingnya adalah bagaimana persoalan-persoalan industri seperti peningkatan daya saing, perselisihan perburuhan, pencemaran lingkungan, rendahnya kualitas sumber daya manusia, kelangkaan energi, restrukturisasi organisasi, analisa finansial, dan sebagainya ikut dipikirkan serta dicarikan solusi pemecahannya.



Persoalan-persoalan semacam ini jelas harus bisa dijawab oleh manajemen dan pengambil keputusan di lingkungan industri (yang banyak diantara mereka memiliki latar belakang pendidikan di bidang teknologi dan engineering). Untuk menghadapi persoalanpersoalan yang kebanyakan lebih bersifat kualitatif dan non-eksak semacam begini, jelas kurikulum pendidikan tinggi sains-teknologi akan memerlukan “supplemen” berupa materi 23



materi yang berasal dari luar kepakaran ilmu keteknikan (engineering) seperti hal-nya organisasi/manajemen (industri), ekonomi (makro-mikro), bisnis, analisa finansial, psikologi industri, ergonomi, kepemimpinan (leadership), etika (bisnis & profesi) dan wawasan social ekonomi lainnya.



Pendidikan tinggi sains-teknologi tidak hanya diharapkan mampu menghasilkan lulusan dalam jumlah yang dibutuhkan, akan tetapi juga harus mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas global, profesional dan memenuhi syarat-syarat kompetensi bekerja yang dituntut oleh pasar tenaga kerja. Tantangan global menghadapkan dunia pendidikan tinggi sains-teknologi agar mampu mengikuti dan menangkap arah perkembangan sains-teknologi yang melaju begitu cepat, dan disisi lain harus pula menghasilkan lulusan yang berdaya-saing tinggi dan memenuhi tuntutan persyaratan maupun standard kompetensi kerja internasional. Langkah evaluasi diri (melalui SWOT analysis), pemetaan posisi maupun “benchmarking” harus dan penting untuk senantiasa dilakukan. Untuk langkah ini, maka dengan mengacu pada “ABET-Engineering Criteria 2000” nampak bahwa lulusan perguruan tinggi sains teknologi (engineering) tidak saja harus menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian dan kepakaran di bidang keteknikan saja; tetapi juga harus memiliki 11 (sebelas) kriteria profil mutu yang dipergunakan untuk mengukur kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh para lulusan



Perguruan Tinggi Teknik berupa wawasan, pemahaman serta kemampuan baik yang berkaitan dengan dasar-dasar ilmu keteknikan/engineering seperti matematika, fisika maupun basic engineering sciences dan juga yang berdimensi diluar lingkup bidang ilmu keteknikan yang berbasis pada attitude dan perilaku intelektual. Salah satunya menyebutkan bahwa lulusan (alumni) haruslah memiliki pemahaman terhadap tanggung jawab dan etika profesional.



Permasalahan menjadi menarik pada saat Persatuan Insinyur Indonesia [2000] melakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kesenjangan mutu dan relevansi Sarjana Teknik (termasuk juga dalam hal ini Sarjana Pertanian) di Industri, dimana diperoleh hasil yang menunjukkan adanya 6 (enam) kesenjangan yang cukup signifikan antara harapan serta persepsi masyarakat industri dan bisnis dengan kompetensi lulusan Perguruan Tinggi Teknik yang memerlukan prioritas untuk diperhatikan dan dicarikan solusi konkritnya, yaitu 24







kemampuan untuk berperan/berfungsi dalam tim kerja multi disiplin,







kemampuan mengidentifikasikan, memformulasikan, dan memecah-kan masalahmasalah engineering,







kesadaran akan kebutuhan untuk memenuhinya dalam proses belajar sepanjang hayat,







kemampuan berkomunikasi dengan efektif,







pemahaman terhadap tanggung jawab dan etika profesional,







kemampuan merancang suatu sistem, komponen, proses dan metode untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Mencermati hasil temuan tersebut, maka keseluruhan kesenjangan yang terjadi lebih



berbasis



pada



lemahnya



attitude



dan



perilaku



intelektual



daripada



kemampuan



teknis/engineering.



Kesimpulan yang bisa ditarik dari hasil studi adalah diperlukannya pembenahan konsep, kurikulum serta strategi proses pembelajaran untuk membentuk attitude berpikir dan perilaku intelektual sedini mungkin (Tim Studi Pokja Program Profesi Insinyur-PII, 2000).



25



BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan sebelumnya maka dapat di simpulkan bahwa etika profesi merupakan pedoman mutu moral profesi didalam masyarakat yang di atur sesuai dengan profesi masing-masing. Hanya etika yang berisikan nilai-nilai dan cita-cita di terima oleh profesi itu sendiri serta menjadi tumpuan harapan untuk di laksanakan dengan tekun dan konsekuen. Kode etik tidak akan efektif kalau didrop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah karena tidak akan di jiwai oleh cita-cita dan nilai hidup dalam kalangan profesi itu sendiri. Tidak terkecuali dalam pelaksanaan konstruksi juga harus dilandasi dengan prinsipprinsip keahlian sesuai kaidah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran intelektual dalam menjalankan profesinya dengan tetap mengutamakan kepentingan umum. Untuk mencapai cita-cita tersebut maka pengaturan di bidang jasa konstruksi harus berdasarkan Azas; 1.) Kejujuran dan keadilan 2.) Manfaat 3.) Keserasian 4.) Keseimbangan 5.) Kemandirian 6.) Keterbukaan 7.) Kemitraan 8.) Keamanan dan keselamatan. Agar dapat memahami dan memperoleh pengetahuan baru maka usaha yang dapat di lakukan adalah mengaplikasikan keahlian sebagai tambahan ilmu dalam praktek pendidikan yang di jalani serta perlu pembahasan dari kode etik diatas menjadikan individu yang tahu akan pentingnya kode etik profesi.



26



DAFTAR PUSTAKA 2863-m_sritomo-ie-Makalah Etika Profesi (Insinyur) dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi TeknikTeknologi Delatte, Norbert ( 1997). “Studi Kasus Kegagalan dan Ethics on Engineering Mechanics Courses.” Jurnal Professional Issues di Engineering Education dan Practice, Juli 1997. http://indarluhsepdyanuri.blogspot.co.id/2014/12/memahami-tanggung-jawab-dan-etika.html



https://nusantaramembangun.wordpress.com/2012/07/25/runtuhnya-selas-2/ https://plus.google.com/115011806697342712496/posts/JhUFKnh8kGJ https://www.thinkreliability.com/case_studies/root-cause-analysis-of-the-hyatt-regencydisaster-cautionary-tale-about-assumptions/ Hyatt Regency walkway collapse – Wikipedia, the free encyclopedia.com Kaminetzky, Dov, Desain dan Construction Failures: Pelajaran-pelajaran dari Forensic Investigations (1991). McGraw-Hill, New York, NY Lowery, Batang Penggantung, Alat pengunci, dan Supporting Nut. [Online Image] Tersedia http://lowery.tamu.edu/ethics/ethics/hyatt/hyatt2.htmJuli, 1,1999. Roddis, WM. ( 1993). “Kegagalan Struktural dan Engineering Ethics.” Jurnal dari Structural Engineering, Mei 1993. Rubin, Robert dan Lisa Banick ( 1987). “Hyatt Regency Decision: one View.” Journal from Performance a Constructed Facilities, Agustus 1987.



27