Makalah Taat Aturan [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Hani
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1 A. Kata pengantar



BAB II PEMBAHASAN..................................................................... 2 1. Pengertian dari Perilaku Taat............................................................ 2 -3 2. Memahami Surah An-Nisa [4] : 50 ............................................................. 3 - 6 3. Mentaati Perintah Allah dan Rasulnya ............................................ 6 - 8 4. Taat kepada Pemimpin ........................................... 8 - 9 5. Berperilaku taat kepada Aturan ...................................... 9



BAB III PENUTUP ........................................................................... A. Kesimpulan ...................................................................................



10 10



BAB 1 PENDAHULUAN KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah Agama dengan Judul Taa Kepada Aturan. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesarbesarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Agam kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.



Cirebon, 6 Agustus 2019



Penulis



Taat Kepada Aturan Menurut Agama Pengertian Taat dan Dalil Naqli-Nya (Al-Qur’an) Taat memiliki arti tunduk, sedangkan Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Secara bahasa artinya mengerjakan sesuatu yang diperintahkan. Sedangkan secara syari’ah ialah beramal melaksanakan perintah disertai niat dan keyakinan. Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibuat. Dalam agama islam, Peraturan dibuat oleh Allah Swt, nabi, ulil amri, atau yang lainnya. Aturan yang paling tinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu terdapat pada al-Qur’an. Aturan dibuat dengan tujuan agar tercipta ketertiban dan ketenteraman.



Ada sedikit Hadits dari Ibnu Umar r.a., Rasulullah Saw. bersabda, ‫صيِعةة فعلع عسممعع عولع ع‬ ‫طاَّععةع‬ ‫السسممعع عوالطساَّععةع عععلىَ العممرءء العممسلءءم ءفيِعماَّ أععح س‬ ‫َ فعإ ءعذا أعءمعر بءعممع ء‬،‫صيِعةة‬ ‫َ عماَّ لعمم يعمؤعممر بءعممع ء‬،‫ب عوعكءرعه‬ "Wajib bagi setiap muslim untuk mendengar dan taat (kepada atasan), baik ketika dia suka maupun tidak suka. Selama dia tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Jika dia diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengarkan maupun mentaatinya". (HR. Bukhari 7144, Abu Daud 2626 dan yang lainnya)



Selain taat kepada Allah SWT dan Nabi, islam juga memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin, karena dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin (selama tidak maksiat), akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran. Jika kita melanggar peraturan, maka kita akan mendapatkan sanksi seperti dosa, hukuman atau yang lain. Contoh perbuatan taat peraturan dalam agama islam yaitu Menjalankan sholat lima waktu, puasa, dan melaksanakan perintah-perintah Allah yang lain. Mustahil aturan dibuat tanpa adanya tujuan. Oleh karena itu, wajib hukumnya kita menaati aturan yang berlaku.



Tapi kabanyakan dari manusia suka dan bangga jika mereka melanggar aturan yang ada. Padahal kita tahu bahwa tidaklah perutaran itu dibuat kecuali untuk kemaslahatan bersama.



Sering kita mendengar dengan banganya seseorang bercerita bahwa dia telah melanggar aturan yang ada, dan berlepas dari sanksi yg ada dengan berkelit dengan dalih yang gak masuk akal atau bahkan merendahkan petugas dengan perkataannya atau bahkan dengan marah dan memakinya.



Tidakkah mereka tahu bahwa itu semua adalah perbuatan yang sangat di benci Allah dan diancam dengan adzab Nya.



Allah Swt memerintahkan kepada orang-orang yang beriman supaya taat kepada Allah Swt, Rasulullah saw, dan ulil amri (pemimpin).



Dengan demikian perintah ketaatan itu dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut : 1. Taat kepada Allah 2. Taat kepada Rasul 3. Taat kepada Pemimpin



A. Memahami Surat An-nisa ayat 59 Firman Allah swt.: ‫اع عوأعءطيِععوُا السرعسوُعل عوعأوءليِ املعممءر ءممنعكمم ۖ فعإ ءمن تعنعاَّعزمعتعمم ءفيِ عشميِةء فععريَدوهع إءعلىَ س‬ ‫يعاَّ أعيَيهعاَّ السءذيعن آعمعنوُا أعءطيِععوُا س‬ ‫اء عوالسرعسوُءل إءمن عكمنتعمم تعمؤءمعنوُعن بءبباَّسلء عوامليِعببموُءم‬ ‫ذ‬ ‫م‬ ‫ك عخميِرْر عوأعمحعسعن تعأءويلل‬ ‫املءخءر ۚ عذلء ع‬



An-Nisā':59 : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.



Dalam Al-Qur’an, surah An-Nisa’ [4]:59, orang beriman harus taat kepada Allah, rasul, ataupun ulil amri. Ulil amridi sini, yaitu pemimpin yang taat kepada Allah dan rasul-Nya.



Isi Kandungan : 1. Taat kepada Rasul dan Ulil Amri dalam ayat ini bersifat mutlak, selama Ulil Amri tidak memerintahkan kepada yang dilarang oleh Allah swt.



2. Rasul memiliki dua kedudukan. Pertama, menjelaskan hukum-hukum Tuhan dan menunaikan risalahNya. Kedua, mengelola urusan masyarakat dan menjelaskan peraturan-peraturan pemerintahan berdasarkan kebutuhan.



3. Jalan yang terbaik menyelesaikan perselisihan mazhab Islam adalah merujuk kepada al-Quran dan Sunnah Rasul yang diterima oleh semua orang.



4.



Masyarakat haruslah menerima pemerintahan Islam dan mendukung para pimpinan yang adil.



Dan sebuah perintah bagi kaum muslim agar menaati putusan hukum, yang secara hirarkis dimulai dari penetapan hukum Allah. Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah perintah-perintah Allah dalam AlQur’an, dan taatilah pula perintah-perintah Rasul Muhammad, dan juga ketetapan-ketetapan yang dikeluarkan oleh Ulil Amri pemegang kekuasaan di antara kamu selama ketetapan-ketetapan itu tidak melanggar ketentuan Allah dan Rasul-Nya.



jika terdapat perbedaan pendapat tentang sesuatu masalah yang tidak bisa dipertemukan, maka kembalikanlah kepada nilai-nilai dan jiwa firman Allah, yakni Al-Qur’an, dan juga nilai-nilai dan jiwa tuntunan Rasul dalam bentuk sunahnya, maka yang demikian itu adalah sebagai bukti jika kamu benarbenar beriman kepada Allah dan hari Kemudian.







Asbabun Nuzul Surat An Nisa Ayat 59



Adapun asbabun nuzul pada surat an nisa ayat 59 ini adalah tatkala terjadi sengketa di antara seorang Yahudi dengan seorang munafik. Orang munafik ini meminta kepada Kaab bin Asyraf agar menjadi hakim di antara mereka sedangkan Yahudi meminta kepada Nabi saw. lalu kedua orang yang bersengketa itu pun datang kepada Nabi saw dan beiau yang memberikan kemenangan kepada orang Yahudi. Lalu, Orang munafik itu tidak rela menerimanya dan mereka mendatangi Umar dan si Yahudi pun menceritakan persoalannya. Kata Umar kepada si munafik, “Benarkah demikian?” “Benar,” jawabnya. Maka orang itu pun dibunuh oleh Umar.







Tafsir Makna Ulil Amri



Tafsir at-Thabari, sebuah kitab tafsir klasik yang ditulis oleh ulama besar Abu Jafar Muhammad bin Jarir at-Thabari dan banyak dirujuk oleh para mufassir berikutnya, menyebutkan bahwa para ahli ta’wil berbeda pandangan mengenai arti ulil amri. Satu kelompok ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ulil amri adalah umara.



Berkata sebagian ulama lain, masih dalam kitab tafsir yang sama, bahwa ulil amri itu adalah ahlul ilmi wal fiqh (mereka yang memiliki ilmu dan pengetahuan akan fiqh). Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa sahabat-sahabat Rasulullah-lah yang dimaksud dengan ulil amri. Sebagian lainnya berpendapat ulil amri itu adalah Abu Bakar dan Umar.



Imam al-Mawardi dalam kitab tafsirnya menyebutkan ada empat pendapat dalam mengartikan kalimat “ulul amri” pada QS An-Nisa:59. Pertama, ulil amri bermakna umara (para pemimpin yang konotasinya adalah pemimpin masalah keduniaan). Ini merupakan pendapat Ibn Abbas, as-Sady, dan Abu Hurairah serta Ibn Zaid. Imam al-Mawardi memberi catatan bahwa walaupun mereka mengartikannya dengan umara namun mereka berbeda pendapat dalam sabab nuzul turunnya ayat ini.



Kedua, ulil amri itu maknanya adalah ulama dan fuqaha. Ini menurut pendapat Jabir bin Abdullah, alHasan, Atha, dan Abi al-Aliyah. Ketiga, Pendapat dari Mujahid yang mengatakan bahwa ulil amri itu adalah sahabat-sahabat Rasulullah saw. Pendapat keempat, yang berasal dari Ikrimah, lebih menyempitkan makna ulil amri hanya kepada dua sahabat saja, yaitu Abu Bakar dan Umar.



Ahmad Mustafa al-Maraghi menyebutkan bahwa ulil amri itu adalah umara, ahli hikmah, ulama, pemimpin pasukan dan seluruh pemimpin lainnya dan zuama yang manusia merujuk kepada mereka dalam hal kebutuhan dan kemaslahatan umum. Dalam halaman selanjutnya al-Maraghi juga



menyebutkan contoh yang dimaksud dengan ulil amri ialah ahlul halli wal aqdi yang dipercaya oleh umat, seperti ulama, pemimpin militer dan pemimpin dalam kemaslahatan umum seperti pedagang, petani, buruh, wartawan dan sebagainya.



Imam Fakhur Razi mencatat ada empat pendapat tentang makna ulil amri. Pertama, makna ulil amri itu adalah khulafa ar-rasyidin. Kedua, pendapat lain mengatakan bahwa ulil amri bermakna pemimpin perang (sariyah). Ketiga, Ulil amri itu adalah ulama yang memberikan fatwa dalam hukum syara’ dan mengajarkan manusia tentang agama (islam). Keempat, dinukil dari kelompok rawafidh bahwa yang dimaksud dengan ulil amri adalah imam-imam yang mashum. Ada yang mengatakan bahwa ulil amri itu adalah pemimpin kaum muslimin (umara al-muslimin) pada masa Rasul dan sesudahnya. Mereka itu adalah para khalifah, sultan, qadhi (hakim) dan yang lainnya. Ada juga yang mengatakan bahwa maknanya adalah pemimpin sariyah. Juga ada yang berpendapat bahwa ulil amri itu adalah ahlul ilmi



Ibn Katsir, setelah mengutip sejumlah hadis mengenai makna ulil amri, menyimpulkan bahwa ulil amri itu adalah, menurut zhahirnya, ulama. Sedangkan secara umum ulil amri itu adalah umara dan ulama”



B. Menaati Perintah Allah SWT Aturan yang tertinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu aturan-aturan yang terdapat pada al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang dibuat oleh para pemimpin (amir), baik pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga.



Taat kepada Allah Swt berarti bahwa setiap mukmin harus melaksanakan segala perintah-Nya sebagaimana yang terdapat didalam Al qur~an dan menjauhi larangan-Nya. Karena apapun yang diperintahkan Allah Swt itu mengandung maslahat (kebaikan) dan apa yang dilarang oleh-Nya mengandung mudarat (keburukan). Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail telah mengajarkan bentuk ketaatan yang final. Ketaatan yang tak ringan. Logika manusia tentu akan menolak kondisi semacam itu. Ketika Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar di tengah padang pasir, tanyanya, "Apakah ini perintah Allah?" Ibrahim mengangguk. Landasan



iman dan kejernihan hati seketika membuat Hajar mengerti dan menaati. Pun, ketika Ibrahim menuturkan mimpi untuk menyembelih Ismail. "Apakah ini perintah Allah?" Ibrahim mengangguk. Keimanan yang diwariskan kedua orang tuanya seketika membuat Ismail mengerti dan menaati. Ketaatan seorang hamba pada Rabb-Nya diwujudkan dalam takwa. Patuh melaksanakan segala perintahNya, dan meninggalkan segenap larangan-Nya. Bagi kaum Muslim, ketaatan kepada Allah ini juga harus disertai ketaatan kepada Rasulullah. Allah berfirman, "Siapa menaati Allah dan Rasul, maka akan bersama orang-orang yang Allah anugerahi nikmat kepada mereka, yaitu para nabi, orang-orang lurus, syuhada, dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Ketaatan hanya akan terlaksana apabila seorang hamba memiliki keimanan. Allah dan Rasul-Nya tidak pernah memerintahkan keburukan bagi umat manusia. Apa yang tampak ganjil, apa yang tampak mustahil, apa yang tampak salah, hakikatnya tidak selalu demikian. Tugas seorang hamba adalah taat. Biarkan syukur dan sabar memperindah ketaatan kita. Ada 3 makna taat kepada Allah swt., yaitu taat bermakna patuh, penurut dan tunduk. a. Taat Bermakna Patuh Taat bermakna patuh adalah mematuhi perintah Allah swt. dan menjauhi larangannya. Perintah Allah, contohnya salat, puasa, dan menunaikan zakat. Sementaraitu, yangdilarangAllah, seperti minum minuman yang memabukkan, meninggalkan salat fardu, berjudi, dan mengambil hak orang lain. b. Taat Bermakna Penurut Taat bermakna penurut adalah menuruti semua aturan yang bersumber dari ajaran Islam. Contohnya, yang tercantum dalam surah Al-Maidah ayat 6, yang menerangkan jika kita hendak melaksanakan salat harus ada aturan, yaitu harus berwu«u atau bertayamum.



c. Taat Bermakna Tunduk Taat bermakna tunduk adalah tunduk terhadap qada dan qadar yang datangnya dari Allah swt., seperti kita tunduk bahwa Allah swt. menetapkan manusia hanya boleh beribadat kepada Allah.



 Ketaatan Kepada Rasul-Nya Ketaatan kepada rasul mempunyai posisi sejajar dengan ketaatan kepada Allah Swt. Mengapa demikian? Hal ini sebab apa pun yang disampaikan, dilakukan, serta diinginkan Rasulullah saw. adalah wahyu dari Allah Swt. Pada saat yang sama, Allah Swt. senantiasa menjaga kehidupan rasul berikut segala gerakgerik yang dilakukan beliau. Sedikit saja beliau bergeser dari kebenaran, Allah Swt. segera mengingatkannya. Dengan adanya penjagaan Allah Swt. ini Rasulullah menjadi seorang yang maksum atau terjaga dari kesalahan. Dengan kedudukannya yang sedemikian istimewa, Allah Swt. menempatkan



Rasulullah saw. dalam posisi yang terhormat dalam ketaatan seorang muslim. Allah menyatakan bahwa menaati Rasulullah sama dengan menaati Allah Swt. Dengan demikian, ketaatan kepada Rasulullah saw. adalah prioritas yang sama dengan ketaatan kepada Allah Swt. Meskipun begitu, kita tidak boleh menganggap Rasulullah saw. sejajar dengan kedudukan Allah Swt. sebagai Tuhan. Menyamakan Rasulullah saw. dengan Allah Swt. sebagai Tuhan adalah tindakan kemusyrikan sebab Rasulullah hanyalah manusia biasa yang diberi wahyu oleh Allah Swt. Menaati perintah Allah Swt. dan menjauhi laranganNya berarti menaati rasul- Nya. Hal ini sebab perintah rasul berarti perintah Allah Swt.



Taat kepada Rasul-Nya berarti setiap mukmin harus melaksanakan ajaran-ajaran yang terdapat dalam hadist Nabi Muhammad Saw. Sebagai rasul Allah Swt, beliau mempunyai tugas menyampaikan amanah kepada umat-Nya. Oleh karena itu, bagi setiap muslim yang taat kepada Allah Swt juga harus taat kepada Rasul-Nya



C. Taat Kepada Pemimpin Ketaatan tingkat ketiga adalah taat kepada ulil amri. Sebagian ulama menafsirkan kata ulil amri di sini terbatas pada pemerintah di negara kita berada. Oleh karena itu, kita juga harus taat pada berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Semua peraturan itu disusun untuk menjaga keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian ulama yang lain meluaskan makna ulil amri ini. Taat kepada ulil amri juga berarti setiap mukmin harus taat kepada peraturan-peraturan pemimpinnya selama tidak menyimpang dari ajaran islam . Bahkan tidak hanya terhadap pemimpin, tetapi juga orangorang mempunyai yang kuasa atau kedudukan lebih tinggi, seperti anak kepada orang tua, murid kepada guru, istri kepada suami, dan masyarakat kepada pemimpin setempat. Mereka tidak membatasi makna ulil amri sebatas pemerintah saja, tetapi segala hal atau aturan atau sistem yang ada di sekitar dan terkait dengan kita. Oleh karena itu, taat kepada ulil amri dapat diartikan sebagai taat pada orang tua, taat pada aturan masyarakat, taat pada norma yang berlaku hingga taat pada janji kita kepada teman. Ketaatan kepada ulil amri ini ada syarat-syarat tertentu. Syarat tertentu itu adalah tidak boleh bertentangan dengan aturan Allah Swt. dan rasul-Nya. Ketika bertentangan dengan aturan Allah Swt. dan rasul-Nya, perintah ulil amri harus kita tinggalkan. Kita juga dianjurkan untuk bersikap taat kepada guru. Ketaatan kepada guru ditunjukkan dengan mematuhi perintahnya, menghormati, dan bersikap peduli. Kita patuhi perintah dan tugas yang guru berikan kepada kita, baik itu tugas sekolah maupun tugas luar.Kita juga wajib menghormatinya, misalnya dengan berkata dan bersikap sopan kepadanya. Sikap peduli kepada guru dapat ditunjukkan dengan selalu mengingat jasa baiknya, mendoakannya, dan berbuat sesuatu yang menyenangkan hatinya. D. Berperilaku Taat Kepada Aturan



Sebagai umat islam kita harus menaati aturan-aturan yang telah ditentukan oleh Allah SWT dan Rosulnya, selain itu juga kita harus menaati aturan Pemerintah. Karna Jika kita melanggar peraturan, maka kita akan mendapatkan sanksi seperti dosa, hukuman atau yang lain. Contoh perbuatan taat peraturan dalam agama islam yaitu Menjalankan sholat lima waktu, puasa, dan melaksanakan perintahperintah Allah yang lain Memiliki sifat taat akan memberikan akibat baik untuk pemiliknya. Jika setiap orang telah memahami maksud sikap ini, dia akan menerapkan- nya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, dapat dipastikan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan berjalan dengan harmonis.



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN



Jadi dari penjabaran yang telah kita uraikan dalam materi diatas, dapat kita berikan kesimpulan Taat secara bahasa artinya senantiasa tunduk dan patuh. Secara istilah taat adalah tunduk dan patuh, baik terhadap perintah Allah Swt, Rasul-Nya, maupun ulil amri (pemimpin). Jadi, Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibuat. Semuanya ini memiliki sisi positif dari pergaulan yang kita lakukan, baik dalam melakukan hubungan yang bersifat horizontal atau dalam melakukan hubungan dengan AllahSWT atau dalam melakukan hubunga secara vertikal yaitu dalam melakukan hubungan atau bergaul antar sesama Manusia. Orang yang mentaati peraturan akan merasakan dampak positifnya seperti :



1.



Memperoleh kepuasan batin karena telah melaksanakan salah satu kewajibannya kepada Allah.



2.



Memperoleh kemenangan yang besar



3.



Mendapatkan ridho Allah karena telah mampu mentaati perintah-Nya.



4. Melatih diri untuk disiplin dalam segala hal termasuk dalam urusan belajar dan mematuhi peraturan.



Orang yang taat pada peraturan jugaakan masuk Surga. Seperti Sabda Nabi Muhammad SAW. ‫ يعاَّ عرعسوُعل س‬: ‫َ قعاَّعلوُا‬، َ‫عكيَل أعسمءتيِ يعمدعخعلوُعن العجنسةع إءسل عممن أععبى‬ ‫ عممن أع ع‬: ‫َ عوعممن يعأمعبىَ ؟ قعاَّعل‬، ‫اء‬ َ‫صاَّءنيِ فعقعمد أععبى‬ ‫َ عوعممن عع ع‬، ‫طاَّععءنيِ عدعخعل العجنسةع‬ Artinya : Setiap umatku akan masuk Surga kecuali yang tidak mau?” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah siapakah yang tidak mau?” Beliau bersabda: “Barangsiapa yang taat kepadaku maka ia masuk Surga dan barangsiapa yang tidak taat padaku maka dialah yang tidak mau (masuk Surga).”



Jadi, kita di dunia dianjurkan hidup taat pada Aturan Allah, Rasul dan Pemimpin. Karena Asalnya Manusia itu dari tanah, Berdiri diatas Tanah, dan Akan kembali ke Tanah. Seburuk apapun seorang Pemimpin yang Sholeh, Habaib dan Ulama, Setidaksuka bagaimanapun dengan Perilakunya, Ibarat Secarik Robekan Mushaf Qur'an. Ia Tetap Terhormat dan haram dihinakan.