Makalah Toilet Training Kep Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama Dosen : Ns. Hamdayani,S.Kep.,M.Kes. Mata Kuliah : Keperawatan Anak II MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II (Mengenal Pengetahuan Tntang Toilet Training Terhadap Anak)



Oleh : Fahrul Hamunung



(183010014)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS PATRIA ARTHA GOWA 2020



KATA PENGANTAR Dengan Mengucap syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa. dengan rahmat serta petunjuk-nya, penulis berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Mengenal Pengetahuan Tntang Toilet Training Terhadap Anak”  Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II Dalam penulisan ini tidak lepas dari pantauan bimbingan saran dan nasehat dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kapada yang terhormat dosen Pembimbing yang telah memberikan tugas dan kesempatan kepada penulis untuk membuat dan menyusun makalah ini. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta nasehat  hingga tersusunnya makalah ini hingga akhir. Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman, penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang berkaitan dengan penyusunan makalah ini akan penulis terima dengan senang hati untuk menyempurnakan penyusunan makalah tersebut. Semoga



makalah



Keperawatan



Anak



II



yang



berjudul “Mengenal



Pengetahuan Tntang Toilet Training Terhadap Anak”  ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.



Makassar, 20 November 2020



Penulis



ii



DAFTAR ISI



JUDUL............................................................................................................................ KATA PENGANTAR.................................................................................................ii DAFTAR ISI...............................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1 A. Latar Belakang...................................................................................................1 B. Tujuan Makalah.................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3 A. Definisi toilet training........................................................................................3 B. Cara Melakukan Toilet Training.....................................................................4 C. Latihan Mengontrol BAK Dan BAB................................................................8 D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Toilet Training.................11 E. Hal Yang Penting Yang Perlu Diperhatikan Dalam Latihan Toilet Training..................................................................................................................12 F. Tanda Atau Ciri Anak Sudah Siap Toilet Training.....................................13 G. Dampak Toilet Training pada anak...............................................................13 BAB III PENUTUP...................................................................................................15 A. Kesimpulan.........................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang



Toilet training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian pada anak. Suksesnya toilet training tergantung pada kesiapan yang ada pada diri anak dan keluarga seperti fisik, dimana kemampuan anak secara fisik sudah mampu dan kuat duduk sendiri atau berdiri sehingga memudahkan anak untuk dilatih buang air kecil dan buang air besar, demikian juga kesiapan psikologi dimana anak membutuhkan suasana yang nyaman agar mampu mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang untuk buang air besar dan buang air kecil. Pelaksanaan toilet training dapat dimulai sejak dini untuk melatih respon terhadap kemampuan untuk buang air kecil dan buang air besar (Hidayat, 2012). Data statistik menunjukkan bahwa 90% dari anak-anak antara usia 24-30 bulan berhasil diajari menggunakan toilet dengan rata-rata usia 27-28 bulan, 80% anak-anak mendapat kesuksesan tidak buang air kecil dimalam hari (enuresis) antara usia 30-42 bulan dengan rata-rata usia 33 bulan (Warner, 2007). Permasalahan yang sering terjadi ketika anak tidak mau melakukan BAB atau BAK menuju toilet adalah disebabkan karena pengetahuan ibu yang masih kurang tentang pelaksanaan toilet training. Toilet training tidak sama dengan membawa anak ke toilet, tetapi melatih



1



2



anak mengontrol BAB atau BAK dan melakukannya sendiri. Sedangkan yang banyak dilakukan oleh para orang tua sejak anak masih bayi adalah membawa anak ke toilet dengan menggendongnya supaya anak BAB atau BAK sehingga anak tidak mandiri dalam melakukannya. hal ini terlihat saat anak hendak BAB ibu tidak mengarahkan anak untuk melepas pakaiannya sendiri dan menuju ke kamar kecil, kemudian ibu memarahi anak saat anak BAK dan BAB dicelana, hal ini dapat menjadikan psikologis anak terganggu. Tugas tenaga kesehatan untuk meningkatkan perannya dalam pembelajaran toilet training salah satunya adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang toilet training atau juga membantu orang tua guna mengidentifikasikan kesiapan anaknya untuk toilet training (Nursalam, 2008). Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk Menyusun makalah dengan judul “Mengenal Pengetahuan Tntang Toilet Training Terhadap Anak” B. Tujuan Makalah



1. Untuk mengetahui tahapan melakukan toilet training! 2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kesiapan anak menerima toilet training! 3. Untuk mengetahui dampak terhadap anak bila dilakukan toilet training!



BAB II PEMBAHASAN



A. Definisi toilet training



Toilet training adalah latihan bowel dan bladder yang diberikan pada anak perempuan mulai usia 18 bulan ( atau lebih cepat ) sampai usia 3 tahun ( atau 5 tahun pada yang termasuk delayed toilet training ), yang bertujuan melatih anak buang air besar dan buang air kecil yang baik dan bersih,seperti cara membilas (cebok dari depan ke belakang),dan secara luas termasuk kontrol bowel dan badder yang baik. Para orangtua umumnya ingin secepatnya melatih anak mereka untuk latihan toilet. Biasanya anak akan siap pada saat usia 18 sampai 24 bulan.Ketika anak siap untuk latihan toilet ( ketika anak tertarik ) pelatihan akan berjalan dengan lancar. Latihan toilet/kamar kecil akan memakan waktu 3 bulan. Terdiri dari latihan Kebanyakan anak-anak tetap basah pada malam hari setelah mereka belajar untuk menggunakan kamar kecil. Penyakit dapat menyebabkan anak yang dilatih kamar kecil mulai basah lagi. Kesabaran sangat penting dan pujian diberikan pada anak jika berhasil, yakni bila anak telah mampu untuk membuang air besar dan kencingnya ke kamar kecil. Langkah selanjutnya menyuruh dia membersihkan dirinya. Pembersihan dapat dilakukan dari depan ke belakang ( cebok dari 3



4



belakang ke depan, mungkin dapat meningkatkan untuk mendapatkan infeksi saluran kemih ). Bantuan pada anak saat belajar untuk menyiram kamar kecil dan mencuci dan mengeringkan tangan baik untuk dilakukan. Kebanyakan anak-anak ketika diijinkan untuk mengambil inisiatif sendiri, biasanya dapat belajar latihan toilet dengan cepat. Jika seorang anak menolak untuk dilatih, biasanya alasannya adalah karena dia belum siap. B. Cara Melakukan Toilet Training.



Tahapan toilet training adalah sebagai berikut: pembuatan jadwal harian kebiasan buang air besar dan kecil antara anak dan orangtua, pembuatan alat bantu visual misalnya: foto, gambar atau gambar bertulisan urutan kegiatan toilet training, membiasakan anak menggunakan toilet untuk buang air, memberikan contoh atau menjadi model yang baik untuk anak mengenai cara buang air dan cara menggunakan toilet, tidak memaksa anak saat buang air atau menggunakan toilet, memberikan rasa nyaman selama proses latihan, memberikan penguatan saat anak melakukan tugas perkembangannya dengan benar. Teknik yang dapat dilakukan orang tua dalam melatih anak untuk buang air besar dan kecil, diantaranya: teknik lisan dan teknik modeling. Melatih anak usia toddler dalam melakukan toilet training cukup sulit, dimana seorang anak memasuki tahap perkembangan dalam melawan keragu – raguan. Anak-anak yang berada pada usia 2-3 tahun menginginkan kebebasan secara emosional yang tergantung



5



pada orang tua. Anak ingin mandiri dalam berbagai hal secara fisik, namun tugas tersebut tidak bisa diselesaikan tanpa dibimbing, sehingga muncul fenomena berhati-hati dari orang tua dalam menjalankan perannya pada saat anaknya memasuki usia toddler, karena pada masa-masa tersebut sering terjadi reaksi penolakan dari anak. Usia toddler (1-3 tahun) biasanya digunakan patokan oleh para ibu untuk memulai toliet training karena pada usia tersebut hampir semua fungsi tubuh sudah matang dan stabil, rasa ingin tahu yang besar, menaruh minat kepada apa yang dilakukan oleh orang sekitar dan anak telah memasuki fase anal (pusat kesenangan anak pada perilaku menahan dan juga pengeluaran tinja). Mengajarkan toilet training dibutuhkan metode atau cara yang tepat sehingga mudah dimengerti oleh anak. Penggunaan metode yang tepat akan mempengaruhi keberhasilan orangtua dalam mengajarkan konsep toilet training pada anak. Ketika ibu memberikan penjelasan dengan cara yang baik, kemungkinan besar anak akan mudah menerima apa yang disampaikan oleh ibu, begitupun sebaliknya. Orang tua yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang toilet training akan menerapkan sesuai dengan kemampuan dan kesiapan sang anak. Sebaliknya pada orang tua yang kurang dalam pengetahuan tentang toilet training akan menerapakan tidak sesuai dengan usia serta kemampuan anak, hal ini dapat menimbulkan



6



kecemasan, stres dan muncul rasa marah jika melihat anak tidak mampu melakukan toilet training. Mengajarkan toilet training pada anak memerlukan beberapa tahapan seperti membiasakan menggunakan toilet pada anak untuk buang air, dengan membiasakan anak masuk ke dalam toilet anak akan lebih cepat adaptasi. Anak juga perlu dilatih untuk duduk di toilet meskipun dengan pakaian lengkap dan dijelaskan kepada anak kegunaan toilet. Lakukan rutin kepada anak ketika anak terlihat ingin buang air. Anak dibiarkan duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari terutama 20 menit setelah bangun tidur dan seusai makan, ini bertujuan agar anak dibiasakan dengan jadwal buang airnya. Anak sesekali enkopresis(mengompol) dalam masa toilet training itu merupakan hal yang normal. Anak apabila berhasil melakukan toilet training maka orangtua dapat memberikan pujian dan jangan menyalahkan apabila anak belum bisa melakukan dengan baik. Ada beberapa tahapan dalam toilet training (6 Trik Toilet Training, 2013, p. 2). : 1. Memperhatikan kebiasaan anak Orangtua pasti bisa mengenali kapan anak merasa ingin buang air kecil. Bila sudah terlihat tanda-tanda anak ingin buang air, ajak anak ke toilet. Meskipun dia belum akan pipis, tapi kamar mandi akan mengingatkan anak serta memberi sugesti untuk buang air kecil.



7



2. Mulai biasakan tidak menggunakan popok Coba memakaikan celana kain pada anak. Jika anak memiliki baju kesayangan, hal ini akan membuatnya merasa lebih sayang untuk tidak mengotorinya. Jika anak terlanjur mengompol di celana, jangan pernah memarahinya, tapi ajaklah ke toilet untuk membersihkannya, agar ia bisa mengerti bahwa kotoran harus segera dibersihkan dan dibuang ke toilet. 3. Menggunakan Potty (Tempat Buang Air) Anak dilatihlah dengan menggunakan alat pipis atau potty yang bentuknya menyerupai kloset di kamar mandi, tapi dengan ukuran yang lebih kecil. Hal itu dapat membantu anak dalam melakukan toilet training. 4. Usahakan tetap santai dan tidak emosi Jangan



terlalu



menekan



anak



agar



lulus



toilet



trainingsecepatnya. Jika anak melakukan kesalahan, jangan pernah memarahinya, karena sebagai orangtua harus bisa mengerti dan memahami anak daripada memberikan perintah-perintah. 5. Menciptakan kebiasaan Buatlah kebiasaan-kebiasaan untuknya, misalnya saat anak baru bangun tidur, ajaklah anak untuk pergi ke toilet dulu. Hal ini akan menjadi rutinitas baru baginya.



8



6. Memberi pujian Berikanlah pujian ketika anak berhasil melakukannya, karena hal tersebut akan membuatnya merasa senang dan semakin termotivasi.



C. Latihan Mengontrol BAK Dan BAB



Kemandirian balita dapat dilihat dari keberhasilannya dalam melakukan latihan berkemih dan defekasi seperti anak mampu mengenal sinyal-sinyal saat buang air dan menahannya sampai tiba di toilet, anak mampu mengingat letak toilet dan berjalan kearahnya, mampu membuka celananya sendiri dan harus menyelesaikan semuanya sebelum siap duduk di toilet untuk buang air (Gilbert, 2003). Stimulasi merupakan kegiatan untuk merangsang kemampuan dan perkembangan anak yang dilakukan oleh ibu dan keluarga sehingga dapat mencapai tingkat perkembangan yang optimal atau sesuai dengan yang diharapkan. Toilet training merupakan salah satu bentuk stimulasi untuk melatih anak buang air kecil maupun buang air besar. Pelatihan toilet training yang tidak tepat akan menyebabkan anak tidak dapat mengontrol BAB dan BAKnya.



9



Konsep ini dapat diperkenalkan pada si kecil sejak usia 1 sampai 3 tahun. Pada saat usia tersebut anak harus melakukan toilet training, jika anak tidak mampu melakukan toilet training sendiri boleh jadi anak pernah mengalami hambatan baik perkembangan fisik (seperti kaki bengkok, strabismus atau juling, dan lain-lain) maupun perkembangan sarafnya (seperti gangguan motorik, gangguan bicara, atau gangguan personal sosial) (Hidayat, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di TK Surya Baru Lamongan pada sekitar sepuluh anak didapatkan bahwa 3 diantaranya masih belum bisa mengontrol BAK dan 2 diantaranya belum bisa mengontrol BAB. Gangguan pengontrolan berkemih dan defekasi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal (anatomi kandung kemih, jenis kelamin, umur, motivasi, status gizi, kemampuan meniru, kecerdasan dan gangguan perkembangan) dan faktor eksternal (pengetahuan orang tua, pendidikan orang tua, pola asuh orang tua, sosial ekonomi, stimulasi toilet training, penghargaan dan dorongan keluarga, stabilitas rumah tangga dan penolakan terhadap anak). Gangguan pengontrolan tersebut dapat memberikan dampak misalnya membuat tempat tidur menjadi kotor, mengakibatkan tidur anak menjadi terganggu, padahal jika anak mengalami gangguan saat tidur akan menyebabkan anak menjadi rewel, selain itu jika terjadi pada anak yang alergi akan menyebabkan gatal-gatal pada daerah genital dan memerahnya kulit karena terlalu lama bersentuhan dengan air seni



10



(We R Momies, Mengajak si kecil berlatih b.a.b dan b.a.k dengan Toilet Training) 1. Membuat jadwal untuk anak Orang tua bisa menyusun jadwal dengan mudah ketika orang tua tahu dengan tepat kapan anaknya biasa buang air besar (BAB) atau buang air kecil ( BAK). Orang tua bisa memilih waktu selama 4 kali dalam sehari untuk melatih anak yaitu pagi, siang, sore dan malam bila orang tua tidak mengetahui jadwal yang pasti BAK ( buang air kecil ) atau BAB ( buang air besar) anak. 2. Melatih anak untuk duduk di pispotnya Orang tua sebaiknya tidak memupuk impian bahwa anak akan segera menguasai dan terbiasa untuk duduk di pispot dan buang air disitu. Awalnya anak dibiasakan dulu untuk duduk di pispotnya dan ceritakan padanya bahwa pispot itu digunakan sebagai tempat membuang kotoran. Orang tua bisa memulai memberikan rewardnya ketika anak bisa duduk dipispotnya selama 2 – 3 menit misalnya ketika anak bisa menggunakan pispotnya untuk BAK maka reward yang diberikan oleh orang tua harus lebih bermakna dari pada yang sebelumnya. 3. Orang tua menyesuaikan jadwal yang dibuat dengan kemajuan yang diperlihatkan oleh anak. Misalnya anak hari ini pukul 09.00 pagi anak buang air kecil (BAK) di popoknya maka esok harinya orang tua sebaiknya membawa anak ke pispotnya pada pukul 08.30 atau bila orang tua



11



melihat bahwa beberapa jam setelah buang air kecil (BAK) yang terakhir anak tetap kering, bawalah dia ke pispot untuk buang air kecil (BAK). Hal yang terpenting adalah orang tua harus menjadi pihak yang pro aktif membawa anak ke pispotnya jangan terlalu berharap anak akan langsung mengatakan pada orang tua ketika dia ingin buang air besar (BAB) atau buang air kecil ( BAK). 4. Buatlah bagan untuk anak supaya dia bisa melihat sejauh mana kemajuan yang bisa dicapainya dengan stiker yang lucu dan warna – warni, orang tua bisa meminta anaknya untuk menempelkan stiker tersebut di bagan itu. Anak akan tahu bahwa sudah banyak kemajuan yang dia buat dan orang tua bisa mengatakan padanya orang tua bangga dengan usaha yang telah dilakukan anak (Dr Sears, 2006). D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Toilet Training



Faktor – faktor yang mempengaruhi kesiapan toilet training anak yaitu: 1. Minat. Suatu minat telah diterangkan sebagai sesuatu dengan apa anak mengidentifikasi kebenaran pribadinya. Minat tumbuh dari tiga jenis pengalaman belajar. Pertama, ketika anak-anak menemukan sesuatu yang menarik perhatian mereka. Kedua, mereka belajar melalui identifikasi dengan orang yang dicintai atau dikagumi atau anak-anak mengambil operminat orang lain itu dan



12



juga pola perilaku mereka. Ketiga, mungkin berkembang melalui bimbingan dan pengarahan seseorang yang mahir menilai kemampuan



anak.



Perkembangan



kemampuan



intelektual



memungkinkan anak menangkap perubahan-perubahan pada tubuhnya sendiri dan perbedaan antara tubuhnya dengan tubuh teman sebaya dengan orang dewasa, sehingga dengan adanya bimbingan dan pengarahan dari orang tua maka sangatlah mungkin seorang anak dapat melakukan toilet training sesuai dengan apa yang diharapkan (Hidayat, 2008 )



2. Pengalaman Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang telah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu(Notoatmodjo, 2003). 3. Lingkungan Lingkungan



merupakan



salah



satu



faktor



yang



mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosiopsikologis termasuk didalamnya adalah belajar. (Sudrajat, 2008)



13



E. Hal Yang Penting Yang Perlu Diperhatikan Dalam Latihan Toilet Training.



Menurut Imam (2003) hal yang penting perlu diperhatikan dalam toilet training adalah ; 1. Berikan penghargaan Anak bila berhasil menahan buang air besar atau buang air kecil, berilah penghargaan pada anak. Anak akan memahami tujuan dari toilet training yang sedang dilaksanakannya. 2. Jangan marah atau memberi hujatan pada anak Orang tua jangan marah bila anak belum bisa menahan kencing atau enkopresis (mengompol). Terkadang orang tua terlalu memaksakan anak agar dapat segera buang air dengan benar.



3. Jelaskan pada anak tentang toilet training Orang tua perlu menjelaskan kepada anak bahwa apada umur dia sekarang sudah harus dapat buang air di tempatnya dengan benar dan tidak memerlukan lagi popok sekali pakai ( diapers). 4. Perhatikan siklus buang air Orang tua memperhatikan siklus buang air anak dengan begitu pelatihan buang air dapat berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada pemaksaan dari orang tua.



14



F. Tanda Atau Ciri Anak Sudah Siap Toilet Training



Tanda yang perlu diperhatikan untuk menentukan kesiapan anak melakukan toilet training bisa dilihat dari kebiasaan anak buang air, seperti halnya kebiasaan mengompol di pagi hari atau setelah bangun tidur siang. Anak yang sudah siap secara fisik biasanya tidak lagi mengompol setelah bangun tidur, anak juga telah mampu menahan keinginannya untuk buang air hingga sampai di toilet. Waktu buang airnya telah teratur, biasanya 3 sampai 4 jam sekali. G. Dampak Toilet Training pada anak



Penerapan toilet training ini anak akan lebih mandiri lagi untuk pergi ke kamar mandi sendiri, sehingga anak tidak BAK/ BAB sembarangan. serta toilet training menimbulkan kesadaran anak dan paham cara membersihkan dirinya Ketika selesai mixxie dan defekasi dengan bersih dan benar. Karena jika kurang bersih dalam membersihkan kotoran setelah buang air, maka secara tidak langsung akan terinjak oleh kaki dan terbawa kemanapun anak tersebut melangkahkan kakinya, hal ini tanpa kita sadari tentu akan menyebabkan najis.



15



16



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan 1. Jadi tahapan dalam melakukan toilet training ada 6 yaitu ;



a. Memperhatikan kebiasaan anak b. Mulai biasakan tidak menggunakan popok Menggunakan Potty (Tempat Buang Air d. Usahakan tetap santai dan tidak emosi c.



e. Menciptakan kebiasaan f. Memberi pujian Orang tua perlu merhatikan jadwal harian kebiasan Mixxie dan Defekasi anak, membuat alat bantu visual misalnya: foto, atau gambar bertulisan sesuai urutan kegiatan toilet training, membiasakan anak menggunakan toilet untuk buang air, memberikan contoh yang baik untuk anak mengenai cara buang air dan cara menggunakan toilet, memberikan rasa nyaman selama proses latihan. Teknik yang dapat dilakukan orang tua dalam melatih anak untuk buang air besar dan kecil, diantaranya: teknik lisan dan teknik modeling. 2. Dalam mendidik dan melatih anak, perlu bagi orang tua memperhatikan faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan toilet training, diantaranya ; a. Minat. b. Pengalaman



17



18



c. Lingkungan 3. Efek atau dampak yang timbul dari seorang anak yang mengenal toilet training bisa dikatakan akan lebih mandiri dan paham bagaimana membersihkan diri sendiri tanpa harus terus bergantung pada orang tua dan anak jadi paham agar tidak BAK/BAB sembarangan.



19



DAFTAR PUSTAKA Khoiruzzadi, M., & Fajriyah, N. (2019). Pembelajaran Toilet Training dalam Melatih Kemandirian Anak. JECED Journal of Early Childhood Education and Development, 147 - 150. Natalia, s. (2006). PENGARUH ” TOILET TRAINING ” TERHADAP KEJADIAN ISK BERULANG PADA ANAK PEREMPUAN USIA 1 – 5 TAHUN. Eprint.undip.ac.id, 34 - 37. Rahayuningsih,



S.



I.,



&



Rizki,



M.



(2015).



KESIAPAN



ANAK



DAN



KEBERHASILAN TOILET TRAINING DI PAUD DAN TK BUNGONG SEULEUPOEK UNSYIAH BANDA ACEH. IDEA Nursing Journal, 279. Shalahuddin, I., Pebrianti, S., & Maulana, I. (2018). HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PENERAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI DESA MAJASARI GARUT. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 5 No. 2, 60. Wijaya, D. G., Bangsa, P. G., & Christianna, A. (2016). Perancangan Buku Interaktif Tentang Toilet Training Anak Usia 1-3 Tahun. surabaya: Devina Ganda Wijaya.