Makalah Torticollis Sinistra [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PROFESI STASE MUSCULOSKELETAL NON BEDAH



MANAJEMEN PELAYANAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLLIS SINISTRA DI RSJ.Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG



OLEH FAHRYZA AKBAR DIYANTO FIRMANSYAH 201910641011036



PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2020



1



DAFTAR ISI JUDUL DAFTAR ISI RINGKASAN MATERI HALAMAN PENGESAHAN BAB I PENDAHULUAN..........................................................................5 A. Latar Belakang...............................................................................5 B. Rumusan Masalah..........................................................................6 C. Tujuan ...........................................................................................7 D. Manfaat..........................................................................................7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................8 A. Pengertian Torticollis Sinistra......................................................8 B. Antomi dan Fisiologi Neck............................................................8 C. Biomekanika Neck ......................................................................11 D. Deskripsi Kasus............................................................................13 E. Penatalaksanaan Fisioterapi.........................................................17 BAB III PEMBAHASAN........................................................................32 A. Keaslian Penelitian.......................................................................32 B. Pembahasan Jurnal.......................................................................34 LOGBOOK Lampiran



2



RINGKASAN MATERI Latar Belakang : Tortikolis merupakan leher yang terputar atau keadaan dimana otot-otot leher terkontraksi disertai perputaran leher. Tortikolis dapat terjadi sejak lahir, Congenital Muscular Torticollis (CMT), atau didapat saat dewasa, acquired torticollis. Congenital musculoskeletal



Muscular



kongenital



Torticollis (CMT)



terbanyak



ketiga



merupakan



setelah



dislokasi



kelainan panggul



dan clubfoot. Kelainan kongenital ini ditandai dengan pemendekan otot sternokleidomastoideus unilateral. Tujuan Penulisan : Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada klien dengan Torticollis Sinistra di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat. Metode : Dalam kasus kali ini , peneliti menggunakan modalitas yaitu Infrared (IR), Massage dan Stretching Hasil Evaluasi Terakhir : Pasien atas nama adik A dengan usia 16 serta diagnose medis torticollis sinistra telah diberikan treatment berupa INFRARED , MASSAGE , dan STRETCHING dengan jumlah pertemuan 3x dalam 1 minggu di dapatkan hasil yaitu terdapat penurunan nyeri , penurunan spasme otot , peningkatan ROM , untuk peningkatan kekuatan otot harus dilakukan terapi rutin selama 1 bulan kira kira untuk melihat perkembangan secara signifikan , Kemampuan Fungsional Yang Semakin Membaik , untuk postur dari sang anak sendiri harus di evaluasi secara berkala dengan cara terapi yang rutin , Dari LGS Sendiri Terdapat Perubahan Nilai Dan Akan Terdapat Perubahan Lagi Dengan Melakukan Terapi Yang Rutin Untuk Evaluasi Berkala .



3



HALAMAN PENGESAHAN



MANAJEMEN PELAYANAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLLIS SINISTRA DI RSJ.Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG Disahkan pada tanggal 27 Mei 2020 Menyetujui, Pembimbing Stase Non Bedah



A.Joko Saptono SST.Ft NIP. 19680419 199203 1 004



Mengetahui, Kepala Prodi Profesi Fisioterapi



Safun Rahmanto, SST.Ft, M.Fis NIDN. 071008403



4



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya untuk mencapai kualitas kehidupan rakyat yang optimal, salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah bidang kesehatan, sesuai dengan susunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 dan Paradigma Sehat yang lebih menekankan upaya



peningkatan



(promotive)



dan



pencegahan



(preventive)



tanpa



mengabaikan upaya penyembuhan (curative) dan pemulihan (rehabilitative) (Depkes RI, 1999). Peran fisioterapi sebagai salah satu tenaga kesehatan yang berperan dalam tumbuh kembang anak adalah memberikan pelayanan secara optimal pada tahapan tumbuh kembang anak baik anak dengan tumbuh kembang normal



maupun



anak



dengan



gangguan



tumbuh



kembang,



guna



mempersiapkan anak sebagai generasi penerus bangsa dan negara. Masalah utama bayi baru lahir adalah masalah yang sangat spesifik yang terjadi pada masa perinatal serta dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Timbulnya masalah pada masa perinatal akibat kondisi kesehatan ibu yang jelek, perawatan selama kehamilan yang optimal, menanganan persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta neonatal yang tidak adekuat (Hasan, 2002). Salah satu permasalahan yang terjadi pada perinatal adalah torticollis. Torticollis (bahasa Latin: Torquere, tortio = putar, collum = leher), terjadi akibatan trauma persalinan biasanya pada bayi lahir letak sungsang. Bila dilakukan traksi (tarikan) pada kepala untuk melahirkan bayi, terjadi cedera pada muskulus 2 sternokleidomastoideus (otot yang menyilang leher dari telinga ke depan dada), yang menimbulkan hematoma sehingga terjadi pemendekan



otot



akibat



fibrosis.



Cedera



pada



muskulus



sternokleidomastoideus dapat terjadi pada setiap cara penarikan bayi. Selainan trauma persalinan juga bisa disebabkan malposisi intra uteri. Torticollis banyak terjadi pada wanita dari pada laki-laki. Penderita yang mengalami penyakit ini



5



akan menunjukkan adanya kepala dan wajah yang asimetri pada congenital muscular torticollis dan pada aquired torticollis tidak disertai wajah yang asimetris, dan biasanya disebabkan oleh kebiasaan sikap dalam aktivitas dalam kurun waktu yang cukup lama (Tandiyo, 2012). Berdasarkan data Statistik di Indonesia menunjukkan 1 dari 300 bayi lahir dengan tortikolis otot bawaan. Kelainan ini lebih sering terjadi pada anak pertama. Tortikolis terjadi pada 0,4 % dari seluruh kelahiran. 3 untuk torticollis muscular nonkongenital, rata-rata terjadi pada usia 40 tahun. Perempuan lebih sering terkena dengan perbadingan 2:1 dibandingkan laki-laki (Putri, 2010). Apabila bayi mengalami torticollis dibiarkan tanpa mendapatkan penanganan. Selain berpotensi mengalami gangguan tumbuh kembang, torticollis juga sangat mungkin mempengaruhi psikologis anak, serta torticollis bisa



menetap



sepanjang



hidup



penderita



dan



menyebabkan



nyeri



berkepanjangan, terbatasnya gerakan leher serta kelainan bentuk sikap tubuh. Berdasarkan data statistik sekitar 90% bayi dengan torticollis bila diterapi sedini mungkin akan memberikan hasil yang signifikan (Putri, 2010). Oleh karena itu dalam kasus ini penulis memberikan intervensi fisioterapi, yaitu dengan pemberian massage dan terapi latihan. Massage disini berfungsi untuk meningkatkan relaksasi otot sehingga mengurangi 3 ketegangan/spasme atau kram otot. membantu menghancurkan myloglosis, yaitu timbunan sisa-sisa pembakaran energi (asam laktat) yang terdapat pada otot yang menyebabkan pengerasan pada otot. Sedangkan dengan pemberian terapi latihan ini di maksudkan untuk mencegah terjadinya kontraktur otot dengan cara mencerai beraikan struktur yang melengket dengan mengulur jaringan yang memendek B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah gambaran pada klien dengan Torticollis Sinistra di RSJ.Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang? 2. Apa diagnosa fisioterapi pada klien dengan Torticollis Sinistra di RSJ RSJ.Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang? 3. Apa sajakah intervensi fisioterapi pada klien dengan Torticollis Sinistra di RSJ.Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang? 6



C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada klien dengan Torticollis Sinistra di RSJ.Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi gambaran pada klien dengan Torticollis Sinistra di RSJ.Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang b. Mengidentifikasi diagnosis fisioterapi pada Torticollis Sinistra di RSJ.Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang c. Menerapkan intervensi fisioterapi pada klien dengan Torticollis Sinistra di RSJ.Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Penulis dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang penatalaksanaan



fisioterapi



pada



kasus



Torticollis



Sinistra



dan



mengaplikasikan intervensi dengan baik. 2. Bagi Pasien Klien dapat memperoleh penanganan fisioterapi dengan baik dan dapat melakukan pencegahan pertama terhadap permasalahan yang dihadapi.



7



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tortikolis Tortikolis merupakan leher yang terputar atau keadaan dimana otot-otot leher terkontraksi disertai perputaran leher. Tortikolis dapat terjadi sejak lahir, Congenital dewasa, acquired



Muscular



Torticollis (CMT),



torticollis. Congenital



atau



Muscular



didapat



saat



Torticollis (CMT)



merupakan kelainan musculoskeletal kongenital terbanyak ketiga setelah dislokasi panggul dan clubfoot. Kelainan kongenital ini ditandai dengan pemendekan otot sternokleidomastoideus unilateral. Tortikolis merupakan leher yang terputar atau keadaan dimana otot-otot leher terkontraksi disertai perputaran leher. Tortikolis bisa juga diartikan sebagai istilah umum untuk berbagai kondisi dystonia kepala dan leher , yang menampilkan variasi tertentu dalam gerakan kepala ( komponen phasic ) ditandai dengan arah gerakan (horizontal , seolah-olah mengatakan " tidak" , atau vertikal , seolah-olah mengatakan " iya ". Tortikolis berasal dari bahasa Latin , tortus , berarti memutar dan collum , berarti leher . B. Anatomi dan Fisiologi Neck Otot leher ada yang melekat pada tulang hyoid dan ada yang tidak melekat pada tulang hyoid. Otot yang tidak melekat pada tulang hyoid yaitu : (1) Musculus Sternocleidomastoideus, origo di  manubrium sterni dan clavicula (1/3 medial) serta insersio di processus mastoideus os temporalis. Adapun aksinya yakni bilateral-flexi kepala, rotasi unilateral kepala, memalingkan wajah ke sisi sebaliknya. Otot ini dipersarafi oleh nervus accessorius (N XI); (2) Musculus scalenus anterior dan scalenus medius, origo di processus transverses vertebra cervicalis bagian atas dan insersio di costa 1. Aksinya adalah fleksi leher dan elevasi costa 1. Otot ini dipersarafi oleh ramus ventralis nervus cervicalis (Gambar 2.1 dan Gambar 2.2).



8



Gambar 2.1 Neck Muscle Lateral View



Gambar 2.2 Neck Muscle Anterior Vew Otot leher yang melekat pada hyoid terbagi menjadi dua yaitu suprahyoid dan infrahyoid. Otot yang berada infrahyoid yaitu : (1) Musculus Omohyoid (otot ini memiliki dua belly yang dihubungkan dengan tendon intermediet), origo untuk inferior belly dari scapula-medial ke suprascapular notch (tendon intermediet dihubungkan ke klavikula dan rib 1. Insersionya pada tulang hyoid. Aksinya yaitu untuk menekan tulang hyoid. Omohyoid dipersarafi oleh ansa cervicalis; (2) Musculus Sternohyoid , origonya berasal dari sternum-manubrium klavikula dan insersionya di tulang hyoid. Aksinya untuk mendepresi tulang hyoid. Sternohyoid dipersarafi ansa cervicalis; (3) Musculus Sternothyroid, origonya dari sternum-manubrium dan insersionya di kartilago tiroidea. Aksinya adalah untuk depresi  kartilago tiroidea, depresi tulang hyoid dan laring secara indirek. Sternothyroid dipersarafi oleh ansa cervicalis; (4) Musculus Thyrohyoid, origo dari kartilago tiroidea dan insersio



9



di tulang hyoid. Aksinya untuk depresi tulang hyoid dan elevasi laring. Thyrohyoid dipersarafi oleh C1 dan Nervus hipoglossus ( N X11) (Gambar 2.3 dan Gambar 2.4)



Gambar 2.3 Infrahyoid and Suprahyoid Muscle



Gambar 2.4 Infrahyoid and Suprahyoid and Their Action Otot leher yang berada suprahyoid yaitu : (1) Musculus Digastricus (memiliki dua belly), origo posterior belly dari tulang temporal-mastoid notch (medial terhadap processus mastoideus) sedangkan origo anterior belly  dari bagian dalam mandibula. Insersionya pada tulang hyoid melalui tendon intermediet. Aksinya untuk elevasi tulang hyoid dan depresi mandibula. Posterior belly dipersarafi oleh nervus facialis ( N VII) dan anterior belly dipersarafi oleh nervus trigeminus (N V3); (2) Muculus Stylohyoid, origo di tulang temporal-processus styloideus dan insersio di tulang hyoid. Aksinya



10



untuk elevasi tulang hyoid dan dipersarafi oleh nervus facialis (N VII); (3) Musculus mylohyoid, origo dari mandibula-mylohyoid line dan insersio di tulang hyoid. Aksinya untuk elevasi tulang hyoid serta mengangkat dasar mulut selama menelan. Otot ini dipersarafi ileh nervus trigeminus (N V3); (4) Musculus Geniohyoid, origonya dari bagian dalam mandibula dan insersio di tulang hyoid. Aksinya untuk elevasi tulang hyoid dan membawa hyoid ke depan. Otot ini dipersarafi oleh C1, nervus hypoglossus ( N XII) (Gambar 2.3 dan Gambar 2.4). C. Biomekanika Neck Cervical diisusun oleh 3 sendi penyusun yaitu atlanto-occipital joint (C0- C1), atlanto-axial joint (C1-C2) dan vertebra joints (C2-C7). Regio ini merupakan regio yang paling sering bergerak dari seluruh bagian tulang vertebra. Hal itu dapat terlihat dari peranannya yaitu untuk mengatur 21 sendi dan memfasilitasi posisi dari kepala, termasuk penglihatan (vision), pendengaran, penciuman dan keseimbangan tubuh. Adapun gerakan yang dihasilkan pada regio ini yaitu fleksi-ektensi, rotasi dan lateral fleksi cervical (Neuman, 2002). 1. Atlanto-occipital Joint (C0-C1) Atlanto-occipital Joint berperan dalam gerakan fleksiekstensi dan lateral fleksi cervical. Arthrokinematika pada gerakan fleksi condylus yang conveks akan slide ke arah belakang terhadap facet articularis yang concaf sebesar 10 º. Sedangkan pada gerakan ekstensi condylus  yang conveks akan slide ke arah depan terhadap facet articularis yang concaf sebesar 17º. Pada gerakan lateral fleksi cervical akan terjadi roll dari sisisisi pada jumlah yang kecil pada condylis occipital yang conveks terhadap facet articularis(atlas) yang concaf sebesar 5º. 2. Atlanto-axial Joint (C1-C2) Gerakan utama pada atlanto-axial joint adalah gerakan rotasi cervical ditambah dengan gerakan fleksi dan ekstensi. Pada gerakan



11



fleksi akan terjadi gerakan pivot kedepan dan sedikit berputar pada atlas terhadap axis (C2) sebesar 15º sedangkan pada gerakan ekstensi gerakan pivot kebelakang dan sedikit berputar pada atlas terhadap axis (C2). 22 Gerakan rotasi pada sendi ini sebesar 45º dimana atlas yang berbentuk cincin akan berputar disekitar procesus odonthoid bagian procesus articularis inferior atlas yang sedikit concaf akan slide dengan arah sirkuler (melingkar) terhadap procesus articularis superior axis. 3. Vertebra joints (C2-C7) Pada vertebra joint terjadi gerakan fleksi-ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical. Pada gerakan fleksi permukaan procesus articularis inferior vertebra superior yang berbentuk concaf akan slide ke arah atas dan depan terhadap procesus articularis superior vertebra inferior sebesar 40º, sedangkan pada gerakan ekstensi permukaan procesus articularis inferior vertebra superior yang berbentuk concaf akan slide ke arah bawah dan belakang terhadap procesus articularis superior vertebra inferior sebesar 70º. Pada gerakan rotasi akan terjadi slide pada procesus articularis inferior vertebra superior ke arah belakang dan bawah pada ipsilateral arah rotasi dan akan terjadi slide ke arah depan atas pada sisi contralateral terhadap procesus articularis superior vertebra inferior sebesar 45º. Gerakan lateral fleksi cervical, procesus articularis inferior vertebra superior pada sisi ipsilateral slide ke arah bawah dan sedikit ke belakang dan pada sisi contralateral akan slide ke arah atas dan 23 sedikit kedepan sebesar 35 º. Inlinasi pada bentuk facet joint akan menghasilkan gerakan coupling yang searah dimana selama gerakan rotasi akan disertai dengan lateral fleksi yang juga searah.



12



Gambar 2.5 Gerakan Lateral Fleksi Leher D. Deskripsi Kasus 1. Definisi Tortikolis Tortikolis merupakan leher yang terputar atau keadaan dimana otot-otot leher terkontraksi disertai perputaran leher. Tortikolis dapat terjadi sejak lahir, Congenital Muscular Torticollis (CMT), atau didapat saat dewasa, acquired torticollis. Congenital Muscular Torticollis (CMT) merupakan kelainan musculoskeletal kongenital terbanyak ketiga setelah dislokasi panggul dan clubfoot. Kelainan kongenital ini ditandai dengan pemendekan otot sternokleidomastoideus unilateral. Tortikolis merupakan leher yang terputar atau keadaan dimana otot-otot leher terkontraksi disertai perputaran leher. Tortikolis bisa juga diartikan sebagai istilah umum untuk berbagai kondisi dystonia kepala dan leher , yang menampilkan variasi tertentu dalam gerakan kepala ( komponen phasic ) ditandai dengan arah gerakan (horizontal , seolaholah mengatakan " tidak" , atau vertikal , seolah-olah mengatakan " iya ". Tortikolis berasal dari bahasa Latin , tortus , berarti memutar dan collum , berarti leher . 2. Etiologi Tortikolis Etiologi tortikolis terbagi menjadi etiologi lokal, etiologi kompensasi, dan etiologi sentral. Masing-masing akan dijelaskan dibawah ini. a) Etiologi lokal Pada orang dewasa, setiap abnormalitas atau trauma tulang servikal bisa menyebabkan tortikolis termasuk trauma minor (tegangan/regangan), fraktur, dislokasi, dan subluxasi, sering menyebabkan spasme dari otot leher. Penyebab lainnya yakni infeksi, spondylosis, tumor, jaringan parut. Selain itu, infeksi saluran nafas bagian atas dan infeksi jaringan lunak di



13



leher bisa menyebabkan tortikolis sekunder terhadap kontraktur otot atau adenitis. Pada anak usia 2-4 tahun biasanya tortikolis sering disebabkan oleh abses retrofaringeal. Tortikolis juga bisa terjadi akibat infeksi yang mengikuti trauma atau infeksi di sekitar jaringan atau struktur leher termasuk faringitis, tonsillitis, epiglottitis, sinusitis, otitis media, mastoiditis, abses nasofaring, dan pneumonia lobus atas. b) Etiologi kompensasi Tortikolis sering merupakan mekanisme kompensasi dari penyakit atau symptom lain seperti strabismus dengan parese nervus IV, nistagmus kongenital, dan tumor fossa posterior. c) Etiologi sentral Tortikolis sering juga disebabkan oleh reaksi distonia sekunder terhadap obat-obatan seperti phenotiazin, metoclopramide, haloperidol, carbamazepine, phenytoin, and terapi L-dopa. Pada wamita usia 30-60 tahun idiopatik spasmodic tortikolis meningkat. Sedangkan, pada anak etiologinya torsion dystonia, drug-induced dystonia, dan cerebral palsy 3. Patofisiologi Tortikolis a) Congenital Torticollis Tortikolis kongenital  jarang dijumpai (insidensi