4 0 262 KB
MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA KASUS AMYOTROPIC LATERAL SKLEROSIS
Nama Kelompok : Komang Dian Utami Chandra Dinata (18031009) Luh Dian Raika Pramesti (18031010) Ryan Ramadhan (18031014)
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL DENPASAR 2021
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi...................................................................................................
3
1.2 Etiologi...................................................................................................
3
1.3 Faktor Risiko..........................................................................................
4
1.4 Tanda dan Gejala...................................................................................
5
1.5 Patofisiologi...........................................................................................
7
BAB II PROSES ASUHAN FISIOTERAPI 2.1
Assesment...........................................................................................
8
2.2
Pemeriksaan Khusus...........................................................................
9
2.3
Problematika Fisioterapi.....................................................................
18
2.4
Planning..............................................................................................
19
2.5
Evaluasi..............................................................................................
20
2.6
Clinical Reasononing..........................................................................
25
BAB III HOME PROGRAM Home Program............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA
2
27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau yang dikenal sebagai Lou Gehrig disease adalah penyakit neurodegeneratif yang menyerang neuron motorik. Amyotrophy menunjukkan adanya atrofi serat otot, yang diinervasi oleh anterior horn cell yang mengalami degenerasi, menyebabkan kelemahan otot dan
fasikulasi.
Lateral
sclerosis
menunjukkan
pengerasan
traktus
kortikospinalis lateral maupun anterior dimana neuron motorik di daerah tersebut mengalami degenerasi melalui proses gliosis (Rowland dan Shenider, 2001). ALS merupakan penyakit degeneratif yang paling banyak ditemukan pada sistem motor neuron. ALS pertama kali dideskripsikan pada tahun 1874 oleh seorang neurologis Perancis bernama Jean-Martin Charcot dan ALS dikenal juga dengan nama penyakit Charcot (Rowland dan Shneider, 2001). 1.2 Etiologi Etiologi dari Amyotrophic Lateral Sclerosis yaitu: 1. Intoksikasi Glutamat
merupakan
salah
satu
neurotransmitter pada otak. Para ilmuwan
messenger
kimiawi
atau
menemukan dibandingkan
dengan orang yang sehat, penderita-penderita ALS mempunyai kadar Glutamat yang tinggi dalam serum dan cairan spinal. Menunjukkan sel-sel syaraf atau neuron mengalami kematian satu demi satu setelah terpapar Glutamat dengan jumlah yang berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama 2. Autoimun Respon autoimun muncul ketika sistem imun tubuh menyerang sel-sel tubuh sendiri yang normal, hal tersebut dapat dijadikan kemungkinan penyebab terjadinya degenerasi motor neuron pada ALS. Memungkinkan
3
yang menjadi penyebab ALS, seperti pemaparan zat toksik, benturan dan lain-lain. 3. Genetik ALS sporadis dan familial secara klinis dan patologis serupa, sehingga ada kemungkinan memiliki patogenesis yang sama. Dua puluh persen dari kasus FALS (Familial Amyotrophic Lateral Sclerosis) diturunkan secara autosomal dominan dan hanya 2% pasien penderita SALS (Sporadic Amyotrophic Lateral Sclerosis) memiliki mutasi pada superoksida dismutase 1 (SOD1). 1.3 Faktor Risiko Faktor risiko yang mapan untuk ALS meliputi:
Keturunan. Lima sampai 10 persen orang dengan ALS mewarisinya ( ALSkeluarga ). Pada kebanyakan orang dengan ALS familial , anak-anak mereka memiliki kemungkinan 50-50 untuk terserang penyakit tersebut.
Usia. Risiko ALS meningkat seiring bertambahnya usia, dan paling umum terjadi antara usia 40 dan pertengahan 60-an.
Seks. Sebelum usia 65 tahun, sedikit lebih banyak pria daripada wanita yang mengalami ALS . Perbedaan jenis kelamin ini menghilang setelah usia 70 tahun.
Genetika. Beberapa penelitian yang meneliti seluruh genom manusia menemukan
banyak
dengan ALS familial dan
kesamaan beberapa
dalam
variasi
orang
genetik
orang
dengan ALS
yang
tidak diturunkan . Variasi genetik ini mungkin membuat orang lebih rentan terhadap ALS . Faktor lingkungan, seperti berikut ini, dapat memicu ALS .
Merokok. Merokok adalah satu-satunya faktor risiko lingkungan yang mungkin menyebabkan ALS . Risikonya tampaknya paling besar bagi wanita, terutama setelah menopause.
Paparan racun lingkungan. Beberapa bukti menunjukkan bahwa paparan timbal atau zat lain di tempat kerja atau di rumah mungkin terkait
4
dengan ALS . Banyak penelitian telah dilakukan, tetapi tidak ada agen atau bahan kimia tunggal yang secara konsisten dikaitkan dengan ALS . Pelayanan militer. Studi menunjukkan bahwa orang yang pernah
bertugas di militer berisiko lebih tinggi terkena ALS . Tidak jelas bagaimana dinas militer dapat memicu pengembangan ALS . Ini mungkin termasuk paparan logam atau bahan kimia tertentu, cedera traumatis, infeksi virus, dan aktivitas intens. 1.4 Tanda dan Gejala ALS sporadis dan familial dikaitkan dengan hilangnya neuron motorik secara progresif. Gejala ALS bergantung pada area sistem saraf yang terpengaruh. Ini akan berbeda dari orang ke orang. Medula adalah bagian bawah batang otak. Ia mengontrol banyak fungsi otonom tubuh. Ini termasuk pernapasan, tekanan darah, dan detak jantung. Kerusakan medula dapat menyebabkan:
pidato cadel
suara serak
kesulitan menelan
labilitas emosional, yang ditandai dengan reaksi emosional yang berlebihan seperti tertawa atau menangis
hilangnya kontur otot lidah, atau atrofi lidah
kelebihan air liur
sulit bernafas
Saluran kortikospinalis adalah bagian otak yang terdiri dari serabut saraf. Ini mengirimkan sinyal dari otak Anda ke sumsum tulang belakang Anda. ALS merusak saluran kortikospinalis dan menyebabkan kelemahan tungkai. Anterior Horn adalah bagian depan sumsum tulang belakang. Degenerasi di sini dapat menyebabkan:
otot lemas, atau kelemahan lembek
pemborosan otot
5
berkedut
masalah pernapasan yang disebabkan oleh kelemahan pada diafragma dan otot pernapasan lainnya
1.5 Patofisiologi Kebanyakan kasus dari ALS bersifat sporadik. Beberapa kasus diakibatkan oleh gen-gen autosom yang dominan pada familial ALS. Penyebab dari ALS yang sporadik sampai saat ini tidak diketahui, meskipun etiologi yang diusulkan oleh para ahli adalah keracunan glutamate, akumulasi abnormal dari neurofilamen, dan keracunan dari radikal bebas. Penyebab genetik dari kebanyakan kasus familial ALS tidak diketahui, tetapi 20 % dari kasus familial ALS memperlihatkan mutasi pada protein copper-zinc superoxide dismutase (SOD1), yang ditemukan pada kromosom 21. Enzim SOD1 ini adalah antioksidan kuat yang melindungi tubuh dari kerusakan akibat dari radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif yang diproduksi oleh sel pada metabolisme normal. Radikal bebas yang bertumpuk dalam jumlah berlebih dapat mengoksidasi protein dan lemak pada sel. Familial ALS yang disebabkan oleh mutasi SOD1 ataupun tidak, tidak dapat dibedakan secara klinis dari ALS sporadik, sehingga ada alasan untuk mempercayai bahwa kerusakan oksidatif pada neuron adalah mekanisme normal yang melandasi semua bentuk ALS.
6
Penelitian juga difokuskan pada peran glutamate dalam proses degenerasi neuron motorik. Glutamate merupakan salah satu dari neurotransmitter dalam otak yang paling penting dalam pengantaran sinyal dari satu neuron ke neuron lainnya dalam otak. Para ilmuan menemukan bahwa, bila dibandingkan dengan orang normal, penderita ALS memiliki lebih tinggi kadar glutmat dalam serum dan cairan tulang belakang. Penelitian laboratorium telah menunjukkan bahwa neuron mulai mati saat terekspose dengan glutamate berlebih dalam waktu yang lama. Sekarang, para ilmuan mencoba mencari tahu mekanisme yang menyebabkan peningkatan dan penumpukan glutamate yang tidak dibutuhkan dalam cairan spinal dan bagaimana pengaruh ketidakseimbangan ini memberikan pengaruh dalam perkembangan ALS. Kerusakan
yang
sistematik
akan
melanda
kornu
anterior
dan
jarang
kortikospinal/kortikobulbar, menimbulkan kelumpuhan yang disertai tanda- tanda LMN dan UMN secara berbauran.
7
BAB II PROSES ASUHAN FISIOTERAPI 2.1 Assesment A. Anamnesis I. Identitas Pasien a. Nama : Ny. Y b. Umur : 64tahun c. Jenis Kelamin : Perempuan d. Alamat : Jalan Gn. Batur Denpasar e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga f. No. RM : 09482 B. Riwayat Penyakit a. Keluhan Utama (KU) Pasien mengeluh mengalami kelemahan pada anggota gerak atas dan anggota gerak bawah, pasien mengalami sulit makan dan sulit saat bernafas b. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) Pasien sering mengalami kesandung dan kesulitann saat berjalan/berlari. Kemudian pasien merasakan kesulitan saat mengancingkan baju, dan memutar kunci. Lalu pasien dibawa kerumah sakit untuk melakukan pengobatan, kemudian pasien di diagnosis mengalami Amyotrophic Lateral Sclerosis. 4bulan kemudian pasien datang ke fisioterapi dengan keluhan kelemahan pada anggota gerak atas dan gerak bawah serta mengalami kesulitan makan dan bernafas. c. Riwayat Penyakit Dahulu(RPD) & Penyakit Penyerta -
RPD : tidak ada
-
RPP : tidak ada
d. Riwayat Keluarga Tidak ada
8
e. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien seorang ibu rumah tangga
f. Pemeriksaan Objektif Vital Sign HR : 83 RR : 29 BP : 120/80 Suhu : 36,7°
Saturasi Oksigen : 83% Kesadaran : Compos mentis
2.2 Pemeriksaan Khusus Inspeksi statis :
Pasien Menggunakan Kursi Roda
Tampak Lemas
Bahu tidak simetris
Inspeksi dinamis :
Sulit melakukan gerakan
Sulit berbicara
Palpasi:
Adanya Atropi pada esktermitas atas dan bawah
Perkusi:
Tidak dilakukan
Auskultasi:
Adanya suara Wheezing
a. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar Regio Shoulder
Gerakan Fleksi
Aktif Tidak mampu
9
Pasif Isometrik Full ROM Tidak mampu
full ROM Ekstensi
Tidak
Adduksi
Eksorotasi
Elbow
mampu
full ROM
melawan
Fleksi
mampu
full ROM
melawan
mampu
full ROM
melawan
Tidak
mampu
full ROM
melawan
Tidak
tahanan Full ROM Tidak
mampu
mampu
full ROM
melawan tahanan Full ROM Tidak
mampu
mampu
full ROM
melawan tahanan Full ROM Tidak
mampu
mampu
full ROM
melawan
Tidak
10
tahanan Full ROM Tidak
mampu
Tidak
Supinasi
tahanan Full ROM Tidak
mampu
Tidak
Ekstensi
tahanan Full ROM Tidak
mampu
Tidak
Endorotasi
tahanan Full ROM Tidak
mampu
Tidak
Abduksi
melawan
tahanan Full ROM Tidak
mampu
mampu
full ROM
melawan
Pronasi
Wrist
Tidak
Palmarfleksi
Dorsofleksi
tahanan Full ROM Tidak
mampu
mampu
full ROM
melawan
Tidak
tahanan Full ROM Tidak
mampu
mampu
full ROM
melawan
Tidak
tahanan Full ROM Tidak
mampu
mampu
full ROM
melawan tahanan
Hip
Radial
Tidak
Full ROM Tidak
deviasi
mampu
mampu
full ROM
melawan tahanan Full ROM Tidak
Ulnar
Tidak
deviasi
mampu
mampu
full ROM
melawan
Fleksi
Tidak
Ekstensi
mampu
mampu
full ROM
melawan
Tidak
Adduksi
tahanan Full ROM Tidak
tahanan Full ROM Tidak
mampu
mampu
full ROM
melawan
Tidak
tahanan Full ROM Tidak
mampu
mampu
full ROM
melawan tahanan
11
Abduksi
Tidak
Endorotasi
Eksorotasi
Knee
Fleksi
Ankle
mampu
mampu
full ROM
melawan
Tidak
mampu
full ROM
melawan
Tidak
Dorsofleksi
Eversi
mampu
full ROM
melawan
mampu
full ROM
melawan tahanan Full ROM Tidak
mampu
mampu
full ROM
melawan
Tidak
tahanan Full ROM Tidak
mampu
mampu
full ROM
melawan
Tidak
tahanan Full ROM Tidak
mampu
mampu
full ROM
melawan tahanan Full ROM Tidak
mampu
mampu
full ROM
melawan
Tidak
12
tahanan Full ROM Tidak
mampu
Tidak
Inversi
tahanan Full ROM Tidak
mampu
Tidak
Plantarfleksi
tahanan Full ROM Tidak
mampu
Tidak
Ekstensi
Full ROM Tidak
tahanan Full ROM Tidak
mampu
mampu
full ROM
melawan tahanan
b. Pemeriksaan Spesifik a. Pemeriksaan Sensasi Pasien bisa merasakan perbedaan saat diberikan tes tajam tumpul dan mampu merasakan sentuhan ringan karena tidak adanya gangguan sensasi sensorik. b. Pemeriksaan nyeri dengan VAS a. Nyeri diam : 1 b. Nyeri tekan : 1 c. Nyeri gerak : 4 Dari Hasil Pengukuran didapatkan nyeri diam 1/10 yang berarti nyeri ringan, nyeri tekan 1/10 yang berarti nyeri ringan dan nyeri gerak 4/10 yang artinya nyeri sedang
c. Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT Regio
Gerakan
Dextra
Shoulder
Fleksi Ekstensi Adduksi Abduksi Internal rotasi Eksternal rotasi Fleksi Ekstensi Supinasi Pronasi Palmar Fleksi Dorso Fleksi Radial deviasi Ulnar deviasi
2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3
Elbow
Wrist
13
Sinistr a 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3
Regio HIP
Gerakan Fleksi Ekstensi Adduksi Abduksi Internal rotasi Eksternal rotasi Fleksi Ekstensi Plantar Fleksi Dorso Fleksi Eversi Inversi
Knee Ankle
Dextra 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3
Sinistra 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
d. Pemeriksaan ROM dengan Goniometer ABA dan AGB Bidang Sagital
ROM aktif Region Shoulder
Dekstra S = 35o-0o-130o
Sinistra S = 55-0o-140o
Elbow
S = 0o-0o-95o
S = 0o-0o-125o
Wrist
S = 45o-0o-50o
S = 55o-0o-60o
Hip Knee Ankle Shoulder Wrist Hip
S = 15o-0o-50o S = 0o-0o-60o S = 30o-0o-5o F = 110o-0o-10o F = 5o-0o-15o F = 20o-0o-15o
S = 20o-0o-65o S = 0o-0o-65o S = 40o-0o-10o F = 120o-0o-25o T = 10o-0o-20o F = 25o-0o-15o
Rotasi
Shoulder Hip
R = 650-00-600 R = 25o-0o-30o
R = 700-00-650 R = 20o-0o-15o
ABA dan AGB Bidang Sagital
ROM Pasif Region Shoulder
Dekstra S = 600-00-1800
Sinistra S = 600-00-1800
Elbow Wrist
S = 00-00-1500 S = 700-00-800
S = 00-00-1500 S = 700-00-800
Hip Knee Ankle Shoulder Wrist
S = 300-00-1200 S = 100-00-1350 S = 500-00-200 F = 1800-00-00 F = 200-00-300
S = 300-00-1200 S = 100-00-1350 S = 500-00-200 F = 1800-00-00 F = 200-00-300
Frontal
Frontal
14
Rotasi
Hip
F = 450-00-300
F = 450-00-300
Shoulder Hip
R = 900-00-700 R = 45o-0o-45o
R = 900-00-700 R = 45o-0o-45o
e. Tes Kemampuan Fungsional Untuk mengetahui seberapa gangguan aktifitas fisik pada pasien maka terdapat pemeriksaan kemampuan fungsional yaitu
Indeks
Barthel.
Berdasarkan
hasil
pemeriksaan
didapatkan hasil: No
Indeks Barthel Skor
Item Yang
Hasil
Dinilai 0 = Tidak Mampu 1 = Butuh bantuan memotong, 1
Makan
mengoles mentega dan
1
lain-lain
2
2 = Mandiri 0 = Tergantung orang lain
Mandi
1 = Mandiri 0 = membutuhkan bantuan
0
orang lain 3
Perawatan Diri
1 = mandiri dalam perawatan
0
muka, rambut, gigi dan bercukur 0 = tergantung orang lain 4
Berpakaian
1 = Sebagian dibantu
0
2 = mandiri 0 = incontinencia/pakai kateter 5
Buang air kecil
6
Buang air besar
dan tidak terkontrol 1 = kadang intontinensia 2 = kontinentia 0 = Inkontinensia (tidak teratur)
15
2
2
1 = kadang inkontinensia 2 = kontinensia (teratur) 0 = membutuhkan bantuan orang lain 7
1 = membutuhkan bantuan,
Toilet
tapi dapat melakukan
0
beberapa hal sendiri 2 = Mandiri 0 = Tidak Mampu 1 = butuh bantuan untuk bisa 8
Transfer
duduk (2 orang)
1
2 = bantuan kecil (1 orang) 3 = mandiri 0 = imobile 1 = menggunakan kursi roda 9
Mobilitas
2 = berjalan dengan bantuan 1
1
orang
10
3 = mandiri 0 = tidak mampu
Naik turun tangga
1 = membutuhkan bantuan 2 = mandiri Total Skor
0
7
Hasil dari pemeriksaan Indeks Bartel di kategorikan menjadi 5 kategori dengan rentang nilai berikut ini : Skor 20
: Mandiri
Skor 12-19 : Ketergantungan Ringan Skor 9-11
: Ketergantungan Sedang
Skor 5-8
: Ketergantungan Berat
Skor 0-4
: Ketergantungan Total
Pasien
tersebut
memiliki
Ketergantungan Berat.
16
hasil
pemeriksaan
yaitu
f. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendukung diagnosis yaitu: a.
Elektromiografi
Konsentris
Jarum
Elektromiografi
(EMG)
memberikan bukti disfungsi LMN yang diperlukan untuk mendukung diagnosis ALS . b. Transkranial magnetic stimulasi dan Central motor conduction studies Transkranial magnetic stimulasi (TMS) memungkinkan evaluasi non invasif jalur motorik kortikospinalis, dan memungkinkan deteksi lesi UMN. c.
Tes laboratorium klinis yang mungkin abnormal dalam kasus dinyatakan khas ALS meliputi: Enzim Otot (serum kreatinin kinase yang tidak biasa di atas sepuluh kali batas atas normal, ALT, AST, LDH) , Serum kreatinin (terkait dengan hilangnya massa otot rangka) dan Hipochloremia, bikarbonat meningkat (terkait dengan gangguan pernapasan lanjutan).
2.3 Problematika Fisioterapi a. Keterbatasan ROM b. Atropi Otot c. Kelemahan Otot karena Atropi d. Gangguan pernafasan e. Kesulitan dalam menggerakan tubuh f. Gangguan ADL 2.4 Planning a. Jangka Pendek -
Meningkatkan ROM
-
Meningkatkan Pernafasan
-
Meningkatkan Kekuatan Otot
b. Jangka Panjang -
Pasien mampu berjalan
-
Pasien dapat melakukan ADL dengan mandiri
17
2.5 Intervensi a. Deep Breathing Exercise Deep Breathing Exercise bertujuan untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta mengurangi kerja pernafasan, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, merileksasikan otot pernafasan. b. ROM Exercise ROM Exercise bertujuan untuk meningkatkan kembali lingkup gerak sendi pasien. Latihan ini adalah latihan untuk meningkatkan gerak sendi pasien baik anggota gerak atas dan anggota gerak bawah agar kembali normal. Dilakukan dengan cara aktif-asissted yang artinya pergerakan sendi dibantu oleh terapis dan pergerakan aktif dilakukan oleh terapis. Latihan ini dilakukan 2-3 set dengan 8-10 repetisi. c. Isometric Exercise Isometric Exercise ini bertujuan untuk mencegah mingkatnya atropi otot dan meningkatkan kekuatan otot. Latihan ini adalah latihan yang dapat meningkatkan kekuatan otot dengan beban yang diberikan dari tahanan yang dilakukan oleh terapis. Latihan ini dilakukan dengan 8-10 kali. d. Shaker Exercise Shaker Exercise merupakan Latihan isometrik dilakukan dengan mengangkat kepala selama 60 detik diikuti dengan istirahat satu menit untuk pengulangan sebanyak tiga kali. Diikuti dengan ini, latihan isotonik dilakukan dengan tiga puluh pengulangan gerakan kepala naik-turun secara bergantian. Ini meningkatkan kontraksi otot tirohyoid, memperkuat otot suprahyoid, memfasilitasi gerakan ke atas dan ke depan laring, dan dengan demikian membuka sfingter esofagus bagian atas
18
e. TENS Trans Cutaneus Electrical Stimulation merupakan modalitas fisioterapi yang dapat merangsang aktivasi otot yang mengalami kelemahan atau paralysis dan mencegah atropi berlanjut. Latihan ini dapat dilakukan pada motot point, sehingga latihan ini dapat menggerakan otot perpoint melalui titik penggerak di suatu otot (motor point). 2.6 Evaluasi Evaluasi dilakukan setelah pasien melakukan 6x Terapi, dimana didapatkan perubahan sebagai berikut: a. Pemeriksaan nyeri dengan VAS -
Nyeri diam : 0
-
Nyeri tekan : 0
-
Nyeri gerak : 2
Dari Hasil Pengukuran didapatkan nyeri diam 0/10 yang berarti tidak nyeri, nyeri tekan 0/10 yang berarti tidak nyeri dan nyeri gerak 2/10 yang artinya nyeri ringan b. Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT Regio Shoulder
Elbow
Wrist
Gerakan Fleksi Ekstensi Adduksi Abduksi Internal rotasi Eksternal rotasi Fleksi Ekstensi Supinasi Pronasi Palmar Fleksi Dorso Fleksi Radial deviasi Ulnar deviasi
19
Dextra 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4
Sinistr a 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3
Regio HIP
Gerakan Fleksi Ekstensi Adduksi Abduksi Internal rotasi Eksternal rotasi Fleksi Ekstensi Plantar Fleksi Dorso Fleksi Eversi Inversi
Knee Ankle
Dextra 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4
Sinistra 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
c. Pemeriksaan ROM dengan Goniometer ABA dan AGB Bidang Sagital
ROM aktif Region Shoulder
Dekstra S = 55o-0o-165o
Sinistra S = 60-0o-170o
Elbow
S = 0o-0o-120o
S = 0o-0o-145o
Wrist
S = 65o-0o-70o
S = 70o-0o-75o
Hip Knee Ankle Shoulder Wrist Hip
S = 25o-0o-100o S = 5o-0o-120o S = 40o-0o-10o F = 145o-0o-30o F = 10o-0o-20o F = 35o-0o-20o
S = 20o-0o-115o S = 5o-0o-130o S = 45o-0o-15o F = 170o-0o-45o T = 20o-0o-25o F = 35o-0o-25o
Rotasi
Shoulder Hip
R = 750-00-700 R = 40o-0o-30o
R = 900-00-700 R = 40o-0o-25o
ABA dan AGB Bidang Sagital
ROM Pasif Region Shoulder
Dekstra S = 600-00-1800
Sinistra S = 600-00-1800
Elbow Wrist
S = 00-00-1500 S = 700-00-800
S = 00-00-1500 S = 700-00-800
Hip Knee Ankle Shoulder Wrist
S = 300-00-1200 S = 100-00-1350 S = 500-00-200 F = 1800-00-00 F = 200-00-300
S = 300-00-1200 S = 100-00-1350 S = 500-00-200 F = 1800-00-00 F = 200-00-300
Frontal
Frontal
20
Rotasi
Hip
F = 450-00-300
F = 450-00-300
Shoulder Hip
R = 900-00-700 R = 45o-0o-45o
R = 900-00-700 R = 45o-0o-45o
d. Tes Kemampuan Fungsional Untuk mengetahui seberapa gangguan aktifitas fisik pada pasien maka terdapat pemeriksaan kemampuan fungsional yaitu
Indeks
Barthel.
Berdasarkan
hasil
pemeriksaan
didapatkan hasil: No.
Indeks Barthel Skor
Item Yang
Hasil
Dinilai 0 = Tidak Mampu 1 = Butuh bantuan memotong, 1
Makan
mengoles mentega dan
1
lain-lain
2
2 = Mandiri 0 = Tergantung orang lain
Mandi
1 = Mandiri 0 = membutuhkan bantuan
0
orang lain 3
Perawatan Diri
1 = mandiri dalam perawatan
0
muka, rambut, gigi dan bercukur 0 = tergantung orang lain 4
Berpakaian
1 = Sebagian dibantu
1
2 = mandiri 0 = incontinencia/pakai kateter dan tidak terkontrol
5
Buang air kecil
6
Buang air besar
1 = kadang intontinensia 2 = kontinentia 0 = Inkontinensia (tidak teratur)
21
2
2
1 = kadang inkontinensia 2 = kontinensia (teratur) 0 = membutuhkan bantuan orang lain 7
1 = membutuhkan bantuan,
Toilet
tapi dapat melakukan
1
beberapa hal sendiri 2 = Mandiri 0 = Tidak Mampu 1 = butuh bantuan untuk bisa 8
Transfer
duduk (2 orang)
2
2 = bantuan kecil (1 orang) 3 = mandiri 0 = imobile 1 = menggunakan kursi roda 9
Mobilitas
2 = berjalan dengan bantuan 1
1
orang
10
3 = mandiri 0 = tidak mampu
Naik turun
1 = membutuhkan bantuan
tangga
2 = mandiri Total Skor
1
11
Hasil dari pemeriksaan Indeks Bartel di kategorikan menjadi 5 kategori dengan rentang nilai berikut ini : Skor 20
: Mandiri
Skor 12-19 : Ketergantungan Ringan Skor 9-11
: Ketergantungan Sedang
Skor 5-8
: Ketergantungan Berat
Skor 0-4
: Ketergantungan Total
Pasien
tersebut
memiliki
Ketergantungan Sedang.
22
hasil
pemeriksaan
yaitu
2.7 Clinical Reasononing
Intoksikasi Glutamat
Autoimun
Genetik
Degenerasi Motor Neuron
ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis)
Degenerasi Anterior Horn Cell
Respiratory Failure
Bulbar
Atrofi otot
Dyspnea
Gangguan menelan
Kelemahan Otot Strengthening
Breathing Exercise
Keterbatasa n Gerak ROM Exercise
Isometric Exercise
23
Shaker Exercise
24
BAB III HOME PROGRAM Intervensi
Metode
Dosis
Evidance Base
Aerobik
Pelaksanaan Latihan Aerobik
30menit
REHABILITATION IN
(dinamic
yang dapat
setiap hari
AMYOTROPHIC
activities)
dilakukan adalah
LATERAL SCLEROSIS:
latihan aerobic
WHY IT MATTERS:
dengan intensitas
Muscle Nerve. 2014 July ;
sedang seperti
50(1):4-13 Departement of
berjalan kaki,
Physical Medical and
sepeda status,
Rehabilitation, Spaulding
dan berendang
Rehabilitation Hospital, Harvard Medical School, Boston, Massachusetts, USA
Shaker
Latihan
3-5x/sesi , 2x Sonia Babu, Radish Kumar
Exercise
isometrik
sehari
Balasubramaniam, Ancy
dilakukan
Varghese, "Effect of
dengan
Modified Shaker Exercise on
mengangkat
the Amplitude and Duration
kepala selama 60
of Swallowing Sounds:
detik diikuti
Evidence from Cervical
dengan istirahat
Auscultation", Rehabilitatio
satu menit untuk
n Research and
pengulangan
Practice, vol. 2017, Article
sebanyak tiga
ID 6526214, 4 pages, 2017.
kali.
25
DAFTAR PUSATAKA https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/amyotrophic-lateralsclerosis/symptoms-causes/syc-20354022 Diakses 16 April 2021 https://www.healthline.com/health/amyotrophic-lateral-sclerosis. Diakses 16 April 2021 https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar6_Amyotrophic-Lateral-Sclerosis.pdf Diakses 16 April 2021 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4433000/ Diakses 17 April 2021 https://www.medicalnewstoday.com/articles/281472 Diakses 17 April 2021 https://www.hindawi.com/journals/rerp/2017/6526214/ Diakses 17 April 2021
26