Manajement FT Oa Genu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Osteoarthritis (OA) adalah salah satu dari 10 penyebab utama kelumpuhan dan gangguan pergerakan sendi. Menurut data dari WHO, terdapat 9,6% laki-laki dan 18,0% wanita di atas usia 60 tahun memiliki OA simtomatik.Terdapat lebih dari 30 juta orang di Amerika Serikat memiliki OA.12 Sedangkan, di Inggris terdapat sekitar 8 juta orang mengalami OA. Prevalensi OA dapat berbeda-beda berdasarkan etnis, jenis kelamin, dan usia. OA meningkat seiring dengan bertambahnya usia, 80-90% pasien dengan OA berusia 65 tahun ke atas dan ditemukan lebih sering pada wanita, dengan rasio wanita-pria. Berdasarkan keterlibatan sendinya, OA paling sering ditemukan di lutut, tangan, dan panggul. Menurut studi kohort Framingham, prevalensi OA simtomatik pada tangan, lutut, dan panggul adalah 6,8%, 4,9%, dan 4,3%. Sedangkan, OA radiografik ditemukan sebanyak 19,2% pada lutut, 27,2% pada tangan, dan 19,6% pada panggul. Angka ini berbeda dengan studi Johnston County Osteoarthritis Project (JCOP), dimana prevalensi OA simtomatik ditemukan sebanyak 16,7% di lutut dan 9% di panggul. Di Cina, OA paling sering ditemukan terjadi pada sendi lutut. Prevalensi OA diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2020 seiring dengan pertambahan usia dari populasi serta meningkatnya prevalensi dari obesitas (Johnson dan Hunter, 2014). Indonesia Prevalensi OA di Indonesia tidak terdata dengan jelas. Salah satu penelitian di Bandung mendapatkan bahwa 74,48% dari keseluruhan kasus reumatik pada tahun 2004 merupakan kasus OA, dimana 69% diantaranya adalah pasien wanita dan 87% merupakan OA lutut.



1



B. Rumusan masalah  Apa itu osteoarthritis?  Bagaimana susunan Anatomi dan fisiologi knee?  Bagaimana proses terjadinya osteoarthritis?.  Apa roblematika fisioterapi pada osteoarthritis?  Bagaimana penatalaksanakan fisioterapi terhadap osteoarthritis?



C. Tujuan penulisan  Untuk mengetahui apa itu osteoarthritis.  Untuk memahami anatomi dan fisiologi knee.  Untuk memahami proses terjadinya osteoarthritis.  Untuk mengetahui problematika fisioterapi pada osteoarthritis.  Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi terhadap osteoarthritis.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Latar belakang Osteoartriti (OA) merupaka penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan



kartilago,



lapisan



sendi,



ligamen,



dan



tulang



sehingga



menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi (CDC, 2014). Osteoarthritis merupakan suatu kelainan degerasi sendi yang terjadi pada cartilage (tulang rawan) yang ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi penekanan pada sendi yang terkena. Faktor yang dapat mempemgaruhi terjadinya osteoarthritis yaitu genetika, usia lanjut, jenis kelamn perempuan, dan obesitas (Zhanget al, 2016) Osteoartritis (OA) merupakan penyakit muskuloskeletal yang ditandai dengan rusaknya tulang rawan sendi dan penyempitan celah sendi. Penyakit ini disebut juga dengan artritis degeneratif, artritis hipertrofik atau penyakit sendi degeneratif. Patogenesis bertambah beratnya osteoartritis merupakan hal yang kompleks dan terdiri dari beberapa faktor, faktor utama adalah regulasi kondrosit dalam matriks ekstrasel, pengaruh genetik, faktor mekanik lokal dan inflamasi. Keluhan paling umum dari OA muncul secara asimetris dan lokal, yang ditandai dengan nyeri, kaku pagi hari/morning stiffness, krepitus, dan limitasi pergerakan/range pemeriksaan



of



radiologi



motion (ROM). untuk



Diagnosis



membantu



ditegakkan



menentukan



melalui



derajad



OA.



Penatalaksanaan meliputi penatalaksanaan medikamentosa untuk manajemen nyeri, fisioterapi, dan terapi pembedahan. (dr. Josephine Darmawan )



3



B. Anatomi



1. Struktur kartilago Pada kondisi Osteoarthritis kartilago yang berada disekitar persendian mengalami kerusakan. Hal ini bisa diakibatkan karena adanya gangguan genetik seperti cacat pada kolagen tipe 2 dan beberapa kondropati lainnya, dimana mutasi akan mempengaruhi protein pada kartilago yang terkait, sehingga menyebabkan osteoarthritisberkembang semakin cepat. Pada Osteoarthritisnon traumatis, kartilago mengalami pelunakan yang diakibatkan adanya kerusakan jaringan paa kolagen tipe2 yang menyebabkan peningkatan penyerapan air proteoglycaanyang lama terjadi sehingga dianggap sebagai patogenik awal (Mcgonagle et al, 2010).



4



2. Struktur ligamen Robekan pada anterior crusiate ligamen ( ACL ) dan cedera gabungan yang melibatkan ligamen kolateral telah terbukti sebagai faktor berkembangnya penyakit Osteoarthritis, hal ini telah dibuktikan berdasarkan hasil radiografi. Menurut analisa Cohort, robeknya ACL dapat menyebabkan peningkatan resiko kehilangan tulang rawan (Ordeberg, 2009). 3. Struktur meniscus Pada kasus Osteoarthritis meniskus mengalami ekskrusi, yaitu kondisi dari pada kehilangan tulang rawan artikular, sebenarnya telah diketahui bahwa penyempitan ruang sendi dalam waktu yang lama dan diabaikan merupakan penyebab



utama



terjadinya



Osteoarthritis.



Di



dalam



radiografi



telah



menunjukkan bahwa hilangnya ruang sendi adalah sebuah konsekuensi ekskrusi meniskus



medial



dari



posisi



normal.



Sehingga



meniskus



mengalami



perpindahan. Selain itu disfungsi MCL juga bisa menjadi penyebab utama terjadinya ekskrusi meniskus, karena MCL bertindak sebagai pengekang meniskus medial selama melakukan lonjakan, perpanjangan dari lutut dan dapat memainkan peran dalam mencegah ekskrusi. Selain itu robekan pada meniskus posterior dapat menyebabkan osteoarthritisyang progresif, hal ini disebakan karena gangguan sendi luut yang dinamismembuat tekanan di lingkaran meniskus menjadi abnormal (Mcgonagle et al, 2010). 4. Struktur tulang Sebagaimana cedera pada jaringan sendi lainnya, trauma tulang dapat menyebabkan mal alignment atau predisposisi sendi bisa menyebabkan tekanan yang abnormal, sehingga akan mempercepat pula terjadinya osteoarthritis, bebrapa jenis displasia tulang juga dapat menyebabkan perubahan



biomekanik



sendi



dan



selanjutnya



akan



mengakibatkan



osteoarthritis. Hal utama yang sering menyebabkan Osteoarthritisyaitu peningkatan kekakuan plat tulang subchondralbisa memulai kerusakan kartilago, terutamafibrilasi, karena integritas kedua jaringan diperlukan fungsi sendi yang normal (Mcgonagle et al, 2010).



5



5. Sinovial Sinovitis mungkin bukan inisiator utama yang mengakibatkan osteoarthritis, namun pentingnya sinovitis dan radang sendi secara umum sebagai faktor sekunder yang melibatkan sitokin pro inflamasi mendorong perusakan sendi yang progresif.Osteoarthritisyang berasal dari sinovial mengacu pada pengaturan penyakit dimanaOsteoarthritisdipicu terutama oleh lapisan sendi peradangan autoimun primer, artropati septikatau kristal (Mcgonagle et al, 2010)



C. BiomekaniK Sendi Lutut Arthrokinematic dan osteokinematic hinge joint dengan gerak ayun dalam bidang sagital sebagai fleksi ekstensi rotasi spin pada posisi menekuk dalam bidang transversal sebagai rotasi internal dan eksternal. Pada ekstensi terakhir terjadi rotasi eksternal tibia yang dikenal closed rotation phenomen. Disamping itu juga terjadi gerak valgus. Tibiofemoral joint, jenis sinovial hinge joint terdapat medial meniscus (c) dalateral meniscus (o) yang terikat coronary ligament. 2/3 bag dalam meniscus avascular, tidak puya aferent, membentuk sendi tibia-meniscus-femur. Sebagai peredam force, melicinkan gerak, mencegah friction curciatum ligament extra articular. Structur sendi tibiofemoral joint modified plane joint. Permukaan patella tertutup kartilago tebal, fungsinya membantu mekanisme kerja dan mengurangi friction quadriceps. Kerja quadriceps lebih efisien pada extension 30 derajat terakhir.



Mal



alignment



menimbulkan



patellafemoral



athralgia



(



chondromalacia) Gerak geres patella terhadap femur mengikuti pola ulur gerak lurusmelenkung kemedial lurus. Gerak geser patela ke proximal dan flexion,. Saat ekstensi disetai gerak geser pada patella ke medial hingga kembali lurus. Proximal tibiafemoral joint struktur sendinya plane sinovial joint antara caput fibula dengan tibia. Gerakan karena pengaruh gerak ankle joint ke cranial dorsal. 10persen populasi kapsul sendinya menyatu dengan tibiofemoral.



6



Gerakan pada sendi lutut : fleksi 135o-ekstensi 0o



D. Patologi 1. Etiologi Etiologi osteoarthritis belum diketahui secar pasti, namu factor mekanik dan biokimia merupakan factor terpenting dalam proses terjadinya OA. Kerusakan sendi terjadi multifaktorial. Faktor Resiko Banyak faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya OA. Beberapa faktor yang dinilai cukup signifikan adalah: Usia Seiring dengan bertambahnya usia, proses degeneratif pada sendi juga meningkat. Hal ini menyebabkan OA lebih sering ditemukan pada usia yang lebih tua (>60 tahun). Jenis Kelamin Wanita memiliki risiko untuk terkena OA lebih tinggi, terutama OA primer. Hal ini disebabkan struktur sendi wanita yang memiliki ruang antar sendi yang lebih sempit. Wanita juga memiliki lebih banyak hormon esterogen. Esterogen diperkirakan dapat mempengaruhi metabolisme kondrosit. Obesitas Obesitas menyebabkan meningkatnya beban/stres pada sendi, terutama lutut. Obesitas juga mengakibatkan peningkatan sekresi sitokin adipose (adipokin), seperti interleukin (IL)-1, IL-6, IL-8, dan tumor necrosis factor (TNF)-α yang meningkatkan aktivitas enzim MMP. Studi metaanalisis menemukan risiko terjadinya OA meningkat seiring dengan meningkatnya indeks masa tubuh (IMT). Risiko OA mulai meningkat pada IMT >25. Riwayat Trauma Trauma dapat menyebabkan instabilitas dan beban biomekanik sendi, terutama trauma meniskus, ligament, tulang, dan sendi. Selain dari trauma, tindakan operasi juga bisa menyebabkan hal serupa. Aktivitas Fisik



7



Aktivitas fisik yang berat dapat meningkatkan risiko OA. Penggunaan sendi yang berlebih



(skuating,



jongkok,



berlutut,



melompat,



angkat



berat)



dapat



menyebabkan mikrotrauma dan perlahan-lahan kerusakan sendi. Aktivitas fisik yang berat juga menyebabkan tekanan/stress, terutama pada sendi-sendi penopang/weight-bearing joints. Genetik Osteoarthritis dapat terjadi secara herediter. Faktor genetik yang terlibat antara lain adalah ADAM12, CLIP, MMP3, COL11, COL12, dan CLIP. Mutasi pada gen tersebut meningkatkan aktifitas enzim degradatif pada kartilago dan reaksi inflamasi.



2. Patofisiologi Osteoarthritis (OA) paling sering disebabkan karena penuaan sendi secara fisiologis, sehingga sering kali disebut dengan penyakit sendi degeneratif. Akan tetapi, banyak faktor yang berperan dalam terjadi OA, seperti trauma, penggunaan berlebihan/overuse, faktor genetik, obesitas, perubahan hormone. Faktor-faktor tersebut memberikan beban pada sendi secara berkepanjangan, sehingga menyebabkan terganggunya homeostasis dari sintesis-degradasi sendi dan perubahan morfologi berupa kerusakan tulang rawan, pembentukan osteofit, sklerosis subkondral, dan kista tulang subkondral. Kerusakan kartilago adalah proses patognomonik/hallmark process yang terjadi pada OA, proses ini terjadi secara fokal dan progresif. Pada stadium awal, kartilago mengalami penebalan tetapi dalam perkembangannya akan menjadi lunak dan berfibril. Hal ini menyebabkan terganggunya integritas permukaan sendi, penipisan, dan ulserasi yang meluas ke tulang. Selain itu kasus Osteoarthritis juga disebabkan oleh faktor kelainan struktural yang ada di sekitar persendian. Pada kartilago, terdapat kerusakan yang diakibatkan oleh cacat kolagen tipe 2 dan beberapa kondropati lainnya, dimana mutasi akan mempengaruhi protein pada kartilago yang terkait, sehingga menyebabkan osteoarthritis berkembang semakin cepat. Pada struktur ligamen, terdapat kerusakan pada ACL atau cedera gabungan yang melibatkan ligamen ko



8



lateral, sehingga dapat meningkatkan resiko kehilangan tulang rawan. Kemudian pada struktur meniskus, terdapat ekskrusi meniskus, yaitu kondisi hilangnya tulang rawan yang diakibatkan oleh penyempitan ruang sendi dalam waktu yang lama dan terabaikan, hal tersebut juga merupakan penyebab utama OA. Kemudian pada struktur tulang, terdapat trauma tulang atau predispoisisi yang menyebabkan tekanan menjadi abnormal (Mcgonagle et al, 2010).



3. Tanda dan gejala Nyeri pada osteoarthritis biasanya meningkat ketika penderita melakukan aktifitas an berkurang ketika beristirahat. Ostoarthritis yang lebih lanjut dapat menyebabkan nyeri pada saat beristirahat dan dimalam hari, sehingga dapat mempengaruhi kenyamanan dalam tidur karena nyeri yang semakin meningkat. Gejala utama yang menunjukkan adanya diagnosis osteoarthritis meliputi: a. Nyeri Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar) contonya terkena ujung pisau atau gunting Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemuluh darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama daripada cutaneus contohnya sparain sendi. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan Berdasarkan durasi atau waktu nyeri, nyeri dapat dibagi mejadi dua yaitu nyeri aku dan nyeri kronik. Nyeri akut diirasakan 6 bulan pertama dan nyeri kronik dirasakan lebih dari 6 bulan. b. Inflamasi Inflamasi dimulai ketika sel tubuh mengalami kerusakan dan terjadi pelepasan zat kimia tubuh sebagai tanda bagi sistem imun. Inflamasi sebagai respon imun pertama bertujuan untuk merusak zat atau objek asing yang dianggap merugikan, baik itu sel yang rusak, bakteri, atau virus. Menghilangkan zat atau objek asing



9



tersebut penting untuk memulai proses penyembuhan. Dengan melalui berbagai mekanisme lainnya, sel inflamasi dalam pembuluh darah memicu pembengkakan pada area tubuh yang mengalami kerusakan dan menyebabkan pembengkakan, warna kemerahan, dan rasa nyeri. Inflamasi memang akan menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi hal tersebut penting dalam proses penyembuhan. Mekanisme inflamasi diawali dengan adanya iritasi, di mana sel tubuh memulai proses perbaikan sel tubuh yang rusak. Sel rusak dan yang terinfeksi oleh bakteri dikeluarkan dalam bentuk nanah. Kemudian diikuti dengan proses terbentuknya jaringan-jaringan baru untuk menggantikan yang rusak. Inflamasi dapat terjadi secara akut dalam waktu singkat atau terjadi secara kronis, yaitu menetap dalam waktu yang lama. Inflamasi akut dimulai dalam hitungan detik atau menit ketika suatu jaringan mengalami kerusakan. Baik itu akibat luka fisik, infeksi, atau respon imun. Berbeda dengan inflamasi akut, inflamasi kronis terjadi dengan mekanisme yang lebih rumit sehingga dapat bertahan dalam hitungan tahun hingga bulan. Inflamasi kronis bisa terjadi ketika tubuh tidak dapat menghilangkan penyebab inflamasi akut, paparan penyebab inflamasi secara terus-menerus, dan juga bentuk respon autoimun di mana sistem imun menyerang jaringan yang sehat.



c. Spasme d. Keterbatsan luas gerak sendi ( kekakuan) e. Atropi otot quadriceps f. Ketidak stabilan sendi g. Perubahan bentuk sendi, genu valgus atau varus (depormitas).



E. Klasifikasi osteoarthritis Menurut Kellgren dan Lawrencedalam pemeriksaan radiologi diklasifikasikan sebagai berikut : Grade 0: normal, tidak tapak adanya tanda-tanda Osteoarthritis



10



radiologi.Grade 1: Ragu-ragu tanpa osteofit. Grade 2: Ringan, osteofit yang pasti, tidak terdapat ruang antar sendi. Grade 3: Sedang, terdaat ruang antar sendi yang cukup besar. Grade 4: Berat atau parah, osteofit besar, terdapat ruang antar sendi yang lebar dengan sclerosis pada tulang subchondral (Kohn, Sassoon, & Fernando, 2016).



Gambar (1) klasifikasi osteoarthritis



11



Gambar (2) sendi lutut fisiologis dan potologis



F. Diagnosa banding osteoarthritis Terdapat beberapa diagnosa banding dalam hal mendiagnosa osteoartritis, khususnya



pada daerah lutut. Dengan gejala dan gambaran radiologis yang



hampir sama, sangat penting bagi para klinisi untuk dapat membedakannya dan menentukan dasar penyakit, agar dapat menentukan penanganan yang tepat. Beberapa diagnosa banding osteoartritis yang sering dijumpai adalah.  Rheumatoid arthritis : terjadi karena gangguan auto imun yang menyerang paada sendi kecil dan bilateral. gangguan auto imun adalah suatu kondisi dimana sisitem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat dalam tubuh itu sendiri. Rheumatoid arthritis bisa dan menyerang seseorang setiap saat tidak memiliki usia yang khusus yang rentan. Kekakuan pada sendi yang terkena RA terjadi lebih dari 30 menit pada suatu waktu.  Gout arthritis : suatu penyakit yang terjadi akibat dari tingginya kadar asam urat didalam darah ( hyperurisemia ) penyakit ini paling sering mengenai pangkal ibu jari kaki, tetapi juga sering menyerang pergelangan



12



kaki, lutut, pergelangan tangan dan siku,gejala lain adalah terjadi demam,menggigil, perasaaan tidak eanak badan dan denyut jantung cepat. G. Komplikasi osteoarhtritis  Penurunan kualitas hidup karena adanya hambatan dalam melakuakan aktivitas sehari-hari akibat nyeri dan peradangan.  Kontraktur.  Deformitas sendi  Pertumbuhan tulang baru berlebih osteofit H. Prognosis Osteoarthritis Osteoarhtritis adalah penyakit yang berjalan kronis dan progresif. Sampai saat belum ditemukan metode therapy yang dapat menyembuhkan OA, Namun demikian modalitas therapy yang ada dapat mengatasi keluhan, menghambat progresifitas penyakit, dan menjaga fungsi sendi. Komplikasi akibat obat AINS saat sering terjadi dan dapat memperberatkan gangguan kualitas hidup. Prognosis pasien lebih baik jika dilakukan penggantian sendi total.



I. Pemeriksaan pada osteoarthritis lutut Diagnosa Osteoarthritis ditegakkan berdasarkan gejala klinis seperti diatas dan perkuat dengan pemeriksaan yaiitu: a. pemeriksaan fungsi gerak dasar apabila gerakan aktif nyeri masalah bisa terjadi pada miotendogenik dan apabila geraka pasif nyeri masalah bisa terjadi pada capsuloarthrogeni. Apabila gerakan aktif pasif berlawanan arah nyeri masalah bisa terjadi pada miotendinogenik, dan aktif pasif ke arah yang sama masalah bisa terjadi pada capsuloarthrogenik. Gerakan melawan tahanan positif nyeri masalah bisa terjadi pada miogeniktendogenik. b. Pemeriksaan sfesifik Test laci sorong : ada 2macam yaitu laci sorong ke anterior ditujukan untuk ACL posterior untuk PCL. Prosedur pemeriksaan, posisi pasien tidur



13



terlentang dengan satu lutut yang diperiksa difleksikan dan yang lain lurus. Penggelangan kaki di fiksasi dengan cara diduduki oleh terapis. Kedua tang memberikan tarikan kearah anterior untuk mengetahui adanya rupture tendon ACL dan tarikan ke posterior untuk PCL.



Gambar (3) anterior dan psterior drawer test



Tes hipermobilitas varus : tes ini untuk mengetahui lesi pada ligamentul collateral lateral. Prosedurnya posisi pasien tidur terlentang tungkai yang diperiksa berada disamping luar bed dan tungkai yang lain lurus di bed. Salah satu tangan terapis berada di medial lutut sebagai fiksasi yang dan tang yang lain di sisi lateral dari pergelangan kaki untuk memberikan dorongan ke arah dalam.



Gambar (4) hipermobile varus test 14



Tes hipermobilitas valgus :tes ini untuk mengetahui lesi ligamentum collateral medial, prosedurnya mirip dengan tes hipermobiliti varus hanya saja posisi tangan terapis yang berfungsi sebagaifiksasi berada disisi lateral sendi lutut sementara tangan yang lain disisi medial dari pergelangan kaki untuk memberi dorongan.



Gambar (5) hipermobile valgus test



Clarkes sign : untuk mengetahui kelainan pada kartilago patella femoral joitn, prosedurnya pasien tidur terlentangdengan lutu ekstensi, terapis mem fiksasibagian superior patella dan tekan kearah inferior tangan yang lain menahan patella bagian inferior, kemudian instruksikan pasien untuk mengkontraksi otot quadriceps. Ballotement test Ressesus patellaris dikosongkan dengan menekan menggunakan satu tangan, sementara jari-jari tangan lainnya menekan patella kebawah. Bila banyak cairan dalam lutut maka patella akan terangkat dan memungkinksedikit ada cairan.



15



Mc. Murrat test Pasien terlentang dengan knee fleksi & medial rotasi tibia untuk meniscus lateral. Demikian juga sebaliknya untuk memeriksa meniscus medialis. Tujuan : mengetahui kelainan pada meniscus medialis & meniscus lateral. Fluction test Ibu jari dan jari telunjuk dari satu tangan diletakkan disebelah kiri dan disebelah kanan patella. Sesekali proc. Suprapetellaris dikosongkan memakai tangan lain, maka ibu jari dan jari telunjuk seolah-olah terdorong oleh perpindahan cairan itu. Bila ada cairan dalam lutut yang melebihi normal maka tes tersebut akan positif. Pemeriksaan penunjang Sinar-x emeriksaanntambahan sinar-X lutut. Sinar-X menunjukkan fraktur (patah tulang) dan dislokasi tulang di lutut serta adanya arthritis (radang sendi) dan apakah ukuran ruang sendi normal, besar, atau kecil. Meski jarang dilakukan, dokter dapat melakukan tindakan scan (Sinar-X 3 dimensi) lutut sampai menemukan deformita MRI merupakan magnet besar untuk membuat gambar 3 dimensi dari lutu. Berbeda dengan sinar-x, MRI tidak menggambar tulang dan fraktur. MRI sangat baik untuk mengevaluasi jaringan lunak seperti ligament, tendon, dan meniscus untuk cidera.



J. Penatalaksanaan Fisioterapi a. Infrared Pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 7.700 – 4 juta Amstrong. Berdasarkan panjang gelombang maka infra red dapat diklasifikan menjadi : Gelombang panjang (non – penetrating) Panjang gelombang di atas 12.000 A sampai dengan 150.000 A, daya penetrasi sinar ini hanya sampai kepada lapisan superficial epidermis, yaitu sekitar 0,5 mm. Gelombang pendek 16



Panjang gelombang antara 7.700 – 12.000 A. daya penetrasi lebih dalam dari yang gelombang panjang, yaitu sampai sub cutan kira – kira dapat mempengaruhi secara langsung terhadap pembuluh darah kapiler, pembuluh darah lymphe, ujung – ujung saraf dan struktur lain dibawah kulit. Pengaruh fisiologis sinar infra merah jika diabsorpsi oleh kulit akan meningkatkan temperatur suhu tubuh dan pengaruh lainnya antara lain : Meningkatkan proses metabolisme Seperti yang telah dikemukakan oleh hokum Vant’t Hoff bahwa suatu reaksi kimia akan dapat dipercepat dengan adanya panas atau kenaikan temperatur akibat pemanasan. Proses metabolism terjadi pada lapisan superfiscial kulit akan meningkat sehingga pemberian oksigen da nutrisi kepada jaringan lebih diperbaiki,begitu juga pengeluaran sisa – sisa pembakaran. Vasodilatasi pembuluh darah Dilatasi pembuluh darah kapiler dan arteriolae akan terjadi segera setelah penyinaran, sehingga kulit akan segera tampak kemerah –merhan tetapi tidak merata, berkelompok – kelompok atau seperti bergaris – garis. Reaksi kemerah – merahan pada kulit disebut juga erythema yaitu disebabkan oleh adanya energy panas yang diterima ujung –ujung saraf sensoris yang kemudian mempengaruhi mekanisme pengaturan panas (heat regulating mechanism). Pigmentasi Penyinaran yang berulang – ulang dengan sinar infra red akan menimbulkan pigmentasi pada tempat ysng disinari. Hal tersebut terjadi karena adanya perusakan pada sebagian sel – sel darah merah ditempat tersebut. 2. Tranduser electrical nerve stimulasi TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik yang digunakan untuk merangsang sistem saraf dan peripheral motor yang berhubungan dengan perasaan melalui permukaan kulit dengan penggunaan energi listrik dan terbukti efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri. TENS mampu



17



mengaktivasi baik syaraf berdiamater besar maupun kecil yang akan menyampaikan informasi sensoris ke saraf pusat efektifitas. TENS merupakan alat stimulasi elektris, maksudnya alat yang mengubah arus listrik menjadi stimulasi. Untuk terapi TENS dapat memodulasi nyeri dengan 2 cara yaitu menstimulasi serabut afferen berdiameter besar dengan mekanisme



gerbang



kontrol



dan



memodulasi



nyeri.



TENS mempunya ibentuk pulsa monophasic, biphasic dan poliphasic. Monophasic mempunyai bentuk gelombang rektangular, triangular, dan searah. Biphasic mempunyai bentuk pulsa rectangular biphasic simetrisdan sinusoidal biphasic simetris . Sedangkan poliphasic ada rangkaian gelombang sinus dan bentuk interferensi. Burst TENS • Spesifikasi Sinyal : – Symmetric Rectangular Alternate Current, – Biphasic pulsed, – Interrupted modulation, • Waktu Durasi : 200μS atau ( Simetris 2,5 KHz ) • Frekwensi : 1 – 10 Hz Burst TENS jika conventional TENS tidak efektif misalya pada daerah di jaringan yang dalam seperti myofacial pain dan kasus kasus nyeri kronis Conventional TENS Spesifikasi Sinyal : Symmetric Rectangular Alternate Current, Biphasic pulsed, Interrupted modulation, • Waktu Durasi : 200μS atau ( Simetris 2,5 KHz ) • Frekwensi : 80 – 100 Hz Sasaran arus adalah mengaktivasi saraf diameter besar.Serabut yang akan teraktivasi adalah A beta, mekanoreseptor.Sensasi yang ditimbulkan adalah Paraestesia yang kuat dengan sedikitkontraksi.Karakter fisika yang dimiliki



18



adalah frekwensi tinggi dengan intensitas rendah pola kontinyu Conventional TENS Intens TENS Spesifikasi Sinyal : • Symmetric Rectangular Alternate Current, • Biphasic pulsed, • Interrupted modulation, • Frekwensi : 200Hz • Interval/Durasi : 0,5 – 2 detik AL-TENS ( Acupuncture Like TENS ) Spesifikasi Sinyal : • Symmetric Rectangular Alternate Current, • Biphasic pulsed, • Interrupted modulation, • Waktu Durasi : 200μS atau ( Simetris 2,5 KHz ) • Frekwensi : 1 – 10 Hz 3. EXERCISE Strengthening/ penguatan Dilakukan untuk membantu pasien meningkatkan fungsi dari otot. Tujuan akhirnya dalah meningkatkan kekuatan, ketahanan dan menjaga luas gerak sendi. Jenis latihan yang diberikan adalah Kuadriceps tense pasien tidur terlentang dengan lutu lurus dan diberi gulungan handuk di bawah lutut. Menguatkan otot kuadriceps dengan mendorong menggerakkan lutut ke handuk ditahan 10detik dan kemudian lepaska 20detik ulangi sampai 10kali. Statik bicycele untuk penguatan stabilasi aktif pada sendi lutut dan latihan stabilasi. Quadriceps stretch pasien berbaring di lantai atau matras dengan lutut lurus perlahan lahan menekuk lutut yang bermasalah semampu pasien sedekat mungkin dengan bokong setelah terasa peregangan pada hamstring tahan posisi



19



selama selama 10 detik kemudian kembali luruskan lutut dan tahan 10 detik ualngi 10 kali. Latihan lain untuk stabilisasi aktif sendi lutut dapat diberikan quadriceps bens dan dapat diberikan latihan modifikasi dengan memberi beban pada sendi ankle.



20



BAB III LAPORAN STATUS KLINIS Tanggal Pembuatan Laporan : 11 DESEMBER 2018 Kondisi/kasus



: FT A/FT B/ FT C/FT E



I. KETERANGAN UMUM PENDERITA NAMA



: HELMI NARIA HUTABARAT



UMUR



: 74 TAHUN



JENIS KELAMIN



: PEREMPUAN



AGAMA



: KRISTEN



PEKERJAAN



: PENSIUNAN DOSEN



ALAMAT



: JLN.SEROJA RAYA 204 BLOK. (14 )



NO.CM



: 039757



II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT A. DIAGNOSA MEDIS : OSTEOARHTRITIS B. CATATAN KLINIS : C. TERAPI UMUM ( GENERAL TREATMENT ) Herbeser Aptor Ramifil Simvaskutin D. RUJUKAN DARI DOKTER dr. ortopedi III. SEGI FISIOTERAPI A. ANAMNESIS ( AUTO/HETERO ) 1. KELUHAN UTAMA dan RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Keluhan Utama: Nyeri lutut sebelah kanan



21



RPS : Pasien mengatakn nyeri pada lutut sebelah kanan pasien mengatakan tidak tahu nyeri terjadi sejak kapan, nyeri bertambah berat dirasakan setelah menjalani operasi pengganti tulang bonggol paha, sebelum pasien menjalani operasi, pasien mengatakan pasien terjatuh dan lutut terbentur, pasien mengatakan kaku tiba-tiba pada lutut pada pagi hari sehingga pasien sulit untuk meluruskan lutut tertapi tidak berlangsung lama. Pasien mengatakan nyeri hanya pada bagian lutut saja, nyeri sering timbul pada malam hari dan pasien mengatakan nyeri pada lutut berkurang apabila lutut disanggah pakai bantal saat tidur. 2. RIWAYAT KELUARGA DAN STATUS SOSIAL Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit keluar yaitu jantung. Pasien mengatakan tinggal bersama anak, pasien mengatakan menggunakan tongkat untuk membantu berjalan. Pasien mengatakan tidak melakukan aktivitas lain dirumah selain aktivitas mandiri untuk pasien. 3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Px mengatakan 2 tahun yang lalu pasien terjatuh telungkup dan lutut terbentur. B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF 1. TANDA-TANDA VITAL a) Tekanan darah : 120/70 mmHg b) Denyut nadi



: 80x/i



c) Pernapasan



: 18x/i



d) Temperature : 36,5x/i e) Tinggi badan : 156cm f) Berat badan



: 54kg



2. INSFEKSI DAN OBSERVASI  Pasien datang menggunakan kursi roda  Saat berdiri lutut cenderung fleksi  Terdapat perubahan bentuk lutut ( genu valgus)  Saat berbaring lutut tidak sepenuhnya merapat pada tempat tidur, terdapat celah antara lutu dan tempat tidur  Terdapat perubahan warna kulit ( kemerahan)



22



 Atropi otot kuadriceps.



3. PALPASI  Spasme otot quadriceps  Tidak ada hangat pada daerah lutut 4. PERKUSI Tidak dilakukan



5. AUSKULTASI Ada bunyi klik (krepitasi) di sendi lutut pada setiap gerakan. 6. GERAKAN DASAR a. Gerakan aktif Fleksi – ekstensi terbatas dan nyeri Kekuatan normal b. Gerakan pasif Fleksi – ekstensi nyeri rom tebatas c. Gerakan melawanan tahanan Fleksi – ekstensi nyeri dan penurunan kekuatan otot- otot,pasien dapat



melawan tahanan minimal



7. KEMAMPUAN FUNGSIONAL & LINGKUNGAN AKTIVITAS a. Kemampuan fungsional dasar Pasien sulit berdiri & berjalan b. Aktivitas fungsional Pasien tidak dapat berjalan tanpa alat bantu tongkat c. Lingkungan fungsional Pasien tidak bias menggunakan water close duduk



1. PEMERIKSAAN SPESIFIK ( FT A/ FT B/ FT C/ FT D/ FTE ) Clarkes sign test Untuk mengetahui kelainan pada permukaan cartilage patella femoral join



23



Prosedurnya 1. Pasien tidur terlentang dengan lutut ekstensi 2. Dengan bagian superior patella & tekan ke arah inferior 3. Tahan patella bagian inferior, kemudian mintak pasien untuk mengkontraksi quadriceps 4. Positive nyeri Laci sorong (-) Rom : S (R) : 0o-15o-120o Kekuatan otot : 4 Vas : Nyeri Diam



:2



Nyeri Tekan



:4



Nyeri Gerak



:7



Atropi : kaki kiri Kaki kanan



: 39 cm : 36 cm



24



C. UNDERLYING REASONING)



PROCESS



dan



MEKANISME



(CLINICAL



OSTEOARTHRITIS



DEDEGENATIF



TRAUMA



OBESITAS



PERADANGAN SENDI



P



PENIPISAN TULANG RAWAN



IMPAIRMENT



KETERBATASAN ROM



SPASME



IMMOBILISASI



ATROPI



DEPORMITAS



KONTRAKTUR



PLANNING



JANG PENDEK MENGURANGI NYERI MENGURANGI SPASME MENAMBAH ROM



D. DIAGNOSA FISIOERAPI



JANGKA PANJANG MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT MENCEGAH PENAMBAHAN DERAJAT DEPORMITAS MENCEGAH KONTRAKTUR



INFRA RED TENS M ANUAL DAN EXERCISE



25



1. Impairment Body Structure : Nyeri pada lutut Atropi pada otot quadriceps Spasme Perubahan bentuk lutut ( genu valgus ) Body funtion : keterbatasan luas gerak sendi penurunan kekuatan otot 2. Functional Limitation -



Pasien tidak bisa jongkok



-



Pasien sulit berdiri



-



Pasien tidak bias berjalan tanpa tongkat



3. Disability/participation restriction Pasien mengatakan sulit pergi beribadah pada hari minggu



E. PROGRAM / RENCANA FISIOTERAPI 1. TUJUAN Tujuan jangka pendek



: Mengurangi nyeri Mengurangi spasme Menambah ROM



Tujuan Jangka panjang :



Meningkatkan kekuatan otot Mencegah penembahan derajat perubahan bentuk



2. TINDAKAN FISIOTERAPI a. Teknologi fisioterapi : 1) Teknologi alternative : infra merah TENS,IT US ( Ultra Sound ) Manual terapi & Exercise terapi 2) Teknologi yang dilaksanakan : (Jelaskan argumentasi/alas an mengapa ini yang dilaksanakan) IR (untuk relaksasi & melancarkan sirkulasi



darah)



TENS (Untuk stimulasi sensorik & mengurangi rasa nyeri)



26



Exercise ( meningkatkan kekuatan otot dan melatih fungsional gerak pasien) b. Edukasi Home program : pasien diminta untuk menggerakkan lutut sendiri tanpa bantuan fisioterapi, boleh dilakukan di atas tempat tidur,di kursi dengan di kasih sanggahan di bawah lutut



3. RENCANA EVALUASI :  Nyeri mengguanakan VAS  ROM menggunakan goniometer  Sirkum ferencial otot menggunakan midline  Kekuatan otot menggunakan MMT



E. PROGNOSIS :  Qua ad Vitam



: Baik



 Qua ad sanam



: Ragu-Ragu



 Qua ad fungsionam



: Ragu-Ragu



 Qua ad cosmeticam



: Ragu-Ragu



F. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI TANGGAL 11 DESEMBER 2018



INTERVENSI YANG DILAKSANAKAN Infrared 15 menit Tens 15 menit Exercise Aktif exercise 50 kali pengulangan Resisted exercise dengan tahanan minimal 50 kali pengulangan.



14 DESEMBER 2018



Infrared 15 menit Tens 15 menit Exercise Aktif exercise 100 kali pengulanagn



27



Resisted exercise dengan tahanan minimal100 kali pengulanagn Latihan berjalan FWB 19 DESEMBER 2018



Infrared 15 menit Tens 15 menit Exercise Aktif exercise Resisted exercise dengan tahanan minimal Latihan berjalan FWB



G. EVALUASI DAN FOLLOW UP



TANGGAL



11 DESEMBER 2018



14 DESEMBER 2018



19 DESEMBER 2018



INTERVENSI YANG DILAKSANAKAN IR 15menit Tens 15menit Aktif exercise 50x repetisi Resisted exercise dengan tahanan minimal IR 15menit Ens 15menit Aktif exercise 100x repetisi Resisted exercise dengan tahanan minimal 100xrepetisi Latihan berjalan dengan FWB IR 15menit Ens 15menit Aktif exercise Resisted exercise dengan tahanan minimal Latihan berjalan dengan FWB



EVALUASI NYERI



ROM



TROPIC



KEKUATAN



CHANGE



OTOT



Diam 2



Fleksi



Quadriceps



4 dapat



Tekan 4



120o



kanan 36cm



melawanan



Gerak 7



Ekstensi



Quadriceps



tahanan



15o



kiri 39cm



Diam 2



Fleksi



Quadriceps



Tekan 4



130o



kanan 36cm



Gerak 6



Ekstensi



Quadriceps



10o



kiri 39cm



Diam 1



Fleksi



Quadriceps



Tekan 4



130o



kanan 36cm



Gerak 5



Ekstensi



Quadriceps



5o



kiri 39cm



FOLLOW UP



setelah dilakukan fisiterapi pada pasien diperoleh minimal penurunan skala nyeri peningkat sirkum 4 dapat rom ferencial menetap melawan dan kekuatan otot menetap perlu tahanan dilakukan minimal fisioterapi lanjut untuk penurunan skala nyeri optimal 4 dapat peningkatan sikum ferensial otot, melawanan peningkatan luas tahan minimal gerak sendi, dan peningkatan kekuatan otot



28



G. HASIL TERAPI TERAKHIR Pasien dengan inisial H dengan keluhan nyeri lutu sebelah kanan dan sudah dilaksanakan



tindakan



fisioterap



etelah



dilaksanakan



fisioterapi



dengan



menggunakan intervensi infrared, tens, dan exercise diperoleh hasil yaitu, penurunan skala nyeri diam 1 dari 2, nyeri gerak 2 dari 7 menjadi 5, nyeri tekan sama 4. Peningkatan ROM fleksi knee 10o dari 120o menjadi 130o, defisit ekstensi 10o dari 15o menjadi 5o. . sirkum ferencial menetap, dan kekuatan otot tetap. Dan perlu dilaksanakan therapy lanjut untuk penurunan skala nyeri dan penambahan rom dan penambahan sirkum ferensial paha.



H. CATATAN PEMBINGBING PRARKTEK



2018



PEMBIMBING



______________



I. CATATAN TAMBAHAN



29



BAB IV PENUTUP Kesimpulan Osteoarhtritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai dengan perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa degenarasi tulang rawan/kartilago. Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada ornag tua. Selain itu, osteoarhtritisbini juga merupakan penyebab kecacatan paling tinggi pada orang tua. Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun factor biokimia sepertinya merupakan factor terpennting dala prose terjadinya



osteoarthritis.



penghancuran



Ketidakseimbangan



matriks-matriks



kartilago



antara



merupakan



pembentukan kata



kunci



dan dalam



patofisiologo osteoarthritis. Osteoarthritis menyerang sendi-sendi tertentu terutama sendi-sendi yang mendapat beban cukup berat dari aktivitas sehari-hari. Osteoarthritis dapat didiagnosis berdasarkan kelainan struktur anatomis dan gejala yang sering muncul pada osteoarthritis adalah nyeri sendi yang diperburuk oleh aktivitas dan gejala akan mereda setelah istirahat. Diagnosis osteoarthritis didasarkan pada pemeriksaan radiologis berupa foto sinar-x sebagai penungjng/pemastian diagnosis. Gambaran yang ditemukan pada foto sinar-x pasien dengan osteoarthritis adalah menyempitnya celah antara sendi, terbentuknya osteofit, terbentuknyakista, dan sclerosis subhchondral. Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah MRI yaitu untuk mengetahui derajad patofisiologisnya, namun pemeriksaan ini jarang dilakukan sebagai penunjang diagnostic dalam osteoarthritis, karena sebagian besar penyakit ini sudah bias dinilai dengan pemeriksaan sinar-x samapai saat ini belum ada therapy definitive untuk mengobati osteoarthritis. Therapy yang sudah ada bertujuan mengurangi rasa nyeri dan meminumalisasi hilangnya fungsi fisik. Hal ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan cara membantu pasien agar tetap bias melakukan aktivitas sehari-hari.



30



DAFTAR PUSTAKA



1. Lozada C, Pace S, Diamond H, et al. Osteoarthritis. Medscape. 2017. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/330487-overview 2.. World Health Organization. Chronic rheumatic conditions. WHO. 2017. Diundah dari: http://www.who.int/chp/topics/rheumatic/en/. Diakses tanggal 10 September 2017 3.. Kalunian K, Tugwell P, Curtis M. Risk factors for and possible causes of osteoarthritis. UpToDate. 2017. Diunduh dari: https://www.uptodate.com/contents/risk-factors-for-and-possible-causes-ofosteoarthritis. Diakses tanggal 10 September 2017 4. Indonesian Rheumatology Association. Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia untuk Diagnosis dan Penatalaksanaan Osteoartritis. [Tempat tidak diketahui]: PB IRA; 2014. Diunduh dari: http://www.reumatologi.or.id/reurek/download/24. Diakses tanggal 10 September 2017



31