Membangun Paradigma Qur'Ani [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Dosen Pengampu: Khun’Aji, S.Ag., M.Si



Oleh :



Dimas Agus Nugroho Vidya nova hardiyanti



D3 MANAGEMEN PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI



UNIVERSITAS PANCA SAKTI TEGAL 2017



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan ini telah selesai. Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Mekatronika. Penulis menyadari pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis masih terbatas untuk menciptakan sebuah karya tanpa cela. Tentulah masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mohon segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, agar menjadi bahan koreksi pada penulis, sehingga kelak penulis mampu menghasilkan sebuah karya yang jauh lebih baik dan penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.



ii



DAFTAR ISI Hal



HALAMAN JUDUL ...........................................................................................



i



KATA PENGANTAR .........................................................................................



ii



DAFTAR ISI .....................................................................................................



iii



A.



PENDAHULUAN ......................................................................................



1



B. TUJUAN PENULISAN …..........................................................................



1



C. PEMBAHASAN .........................................................................................



2



1. Apa itu Paradigma .......................................................................



2



2. Mengapa Paradigma penting bagi kehidupan? ......................................



2



3.



Menggali Sumber Historis, Filosofis, Psikologis, Sosiologis, dan Pedagogis tentang Paradigma Qurani untuk Kehidupan Modern ..........



3



4. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Paradigma Qurani dalam Menghadapi Kehidupan Modern ..........................................................



6



5. Paradigma Al-Qur'an mengenai pendidikan Islam ...............................



7



6. Mengaplikasikan Kerangka Paradigma Qurani .....................................



11



D. KESIMPULAN ..........................................................................................



13



DAFTAR PUSTAKA



14



......................................................................................



iii



BAB I A. PENDAHULUAN  Latar Belakang Bagi umat Muslim, menjadikan Al-Qur’an sebagai inspirasi sekaligus paradigma dalam mewujudkan atau mendesain pendidikan bukanlah hal yang bersifat utopis dan berlebihan justru merupakan suatu keniscayaan mengingat Al-Qur’an merupakan sumber utama sekaligus menjadi basis referensi dalam perumusan hukum Islam. Sebagai sebuah paradigma, maka hal tersebut akan terwujud dalam kerangka yang menjadi tolak ukur sejauhmana semangat dan pesan Al-Qur’an direalisasikan dalam mengupayakan pendidikan Islam.



 Rumusan Masalah Dalam artikel ini, saya mencoba untuk menguraikan tentang paradigma qur’ani sebagai pedoman hidup di masa modern ini. 



Apa yang dimaksud dengan Paradigma Qur’ani?







Mengapa harus membangun Paradigma Qur’ani?







Apa saja peran Paradigma Qur’ani dalam kehidupan?



B. TUJUAN PENULISAN Dari perumusan masalah diatas maka dapat disimpulkan tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 



Untuk mengetahui apa itu Paradigma Qur’ani.







Untuk mengetahui pentingnya Paradigma Qur’ani.







Untuk mengetahui peran dari Paradigma Qur’ani.



Makalah Kelompok 3 Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam - 2017 | 1



BAB II C. PEMBAHASAN 1. Apa itu Paradigma. Secara etimologis kata paradigma berasal dari bahasa Yunani yang asal katanya adalah para dan digma. Para mengandung arti “disamping”,”di sebelah‟,dan “keadaan lingkungan‟. Digma berarti “sudut pandang‟, ”teladan‟, ”Arketif Dan ideal‟. Dapat dikatakan bahwa paradigma adalah cara pandang, cara berpikir, cara berpikir tentang suatu realitas. Adapun secara terminologis paradigmaadalah cara berpikir berdasarkan pandang dan yang menyeluruh dan konseptual terhadap suatu realitas atau suatu permasalahan dengan menggunakan teori-teori ilmiah yang sudah baku, eksperimen, dan metode keilmuan yang bisa dipercaya. Dengan demikian, paradigma Qurani adalah cara Pandang dan cara berpikir tentang suatu realitas atau suatu permasalahan berdasarkan Al-Quran. “Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil” Qs.Annisa (3)



2. Mengapa Paradigma penting bagi kehidupan? Al-Quran bagi umat Islam adalah sumber primer dalam segala segi kehidupan. Al-Quran adalah sumber ajaran teologi, hukum, mistisisme, pemikiran, pembaharuan, pendidikan, akhlak dan aspek aspek lainnya. Tolok ukur benar / salah, baik / buruk, dan indah / jelek adalah Al-Quran. Jika mencari sumber lain dalam menentukan benar / salah, baik / buruk, dan indah / jelek, maka seseorang diangap tidak konsisten dalam berislam, suatu sikap hipokrit yang dalam pandangan Al-Quran termasuk sikap tidak terpuji.



Makalah Kelompok 3 Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam - 2017 | 2



Untuk apa Al-Quran diturunkan? Apa tujuan Al-Quran diturunkan? Yusuf al-Qardhawi (seorang cendekiawan Muslim yang berasal dari Mesir.) menjelaskan



bahwa tujuan diturunkan Al-Quran paling tidak ada tujuh macam, yaitu: 1) meluruskan akidah manusia, 2) meneguhkan kemuliaan manusia dan hak-hak asasi manusia, 3) mengarahkan manusia untuk beribadah secara baik dan benar kepada Allah, 4) mengajak manusia untuk menyucikan rohani, 5) membangun rumah tangga yang sakinah dan menempatkan posisi terhormat bagi perempuan, 6) membangun umat menjadi saksi atas kemanusiaan, dan ke 7) mengajak manusia agar saling menolong.



3.



Menggali Sumber Historis, Filosofis, Psikologis, Sosiologis, dan Pedagogis tentang Paradigma Qurani untuk Kehidupan Modern. Untuk menggali sumber historis, filosofis, psikologis, sosiologis, dan paedagogis tentang paradigma Qurani yang membawa kemajuan dan kemodernan pada zaman silam, Anda dapat mempelajari cara-cara untuk mencapai kemajuan pada zaman keemasan Islam dan mempelajari peran Al-Quran dalam mewujudkan kemajuan itu. Dalam sejarah peradaban Islam ada suatu masa yang disebut masa keemasan Islam. Disebut masa keemasan Islam karena umat Islam berada dalam puncak kemajuan dalam pelbagai aspek kehidupannya: ideologi, politik, sosial budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, pertahanan dan keamanan. Karena kemajuan itu pula, maka dunia Islam menjadi pusat peradaban, dan dunia Islam menjadi super-power dalam ekonomi dan politik. Ekspansi dakwah Islam semakin meluas dan diterima oleh belahan seluruh dunia ketika Islam datang. Kekuasaan politik semakin luas yang implikasinya kemakmuran ekonomi juga semakin terbuka tambah subur dan tentu lebih merata. Kalau Anda kaji secara mendalam faktor-faktor yang menyebabkan umat Islam bisa maju pada saat itu dan dalam waktu yang amat lama (lebih dari lima abad.), maka jawabannya tentu saja karena umat Islam menjadikan Al-Quran sebagai paradigm kehidupan. Al-Quran pada Makalah Kelompok 3 Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam - 2017 | 3



saat itu bukan hanya dijadikan sebagai sumber ajaran tetapi juga menjadi paradigma dalam pengembangan Iptek, pengembangan budaya, bahkan Al-Quran dihadirkan untuk mengatasi dan menghadapi pelbagai problem kehidupan umat Islam saat itu. Pada zaman keemasan Islam, Al-Quran dijadikan sebagai paradigma dalam segala aspek kehidupan dan Rasulullah saw. menjadi role model (uswatun ḫasanah) dalam mengimplementasikan Al-Quran dalam kehidupan sehari hari. Rasulullah dalam sabdanya, “Sebaik-baik generasi adalah generasiku lalu generasi berikutnya dan generasi berikutnya” (HR Muslim). Sikap komitmen para sahabat dan generasi berikutnya menjadikan Rasulullah sebagai uswah dalam segala segi kehidupan dan sesungguhnya perilaku mereka sesuai dengan tuntunan Al-Quran itu sendiri. Allah berfirman, “Apa-apa yang Rasulullah datangkan untuk kamu, maka ambillah dan apaapa yang Rasulullah melarangnnya, maka tinggalkanlah” (QS Al-Hasyr/59: 7). Toshihiko Izutsu (1993: 91-116) mencoba meneliti konsep-konsep etika religius dalam Al-Quran. Hasil penelitiannya menetapkan ada lima nilai etik yang perlu dikembangkan manusia yaitu: 1) murah hati, 2) keberanian, 3) kesetiaan, 4) kejujuran, dan 5) kesabaran. Berikutnya Izutsu menuangkan konsep kemunafikan religius serta membahas konsep baik dan buruk secara mendalam. Bahasannya meliputi konsep salih, birr, fasad, ma‟ruf dan munkar, khair dan syarr, ḫusn dan qubḫ, fakhisyah atau fawakhisy, thayyib dan khabis, haram dan halal termasuk konsep dosa. Selain masyarakat muslim menjadikan Al-Quran sebagai paradigma dalam berbagai aspek kehidupan, faktor penyebab kemajuan pada zaman keemasan Islam adalah sikap umat Islam yang mencintai dan mementingkan penguasaan Iptek. Tidak mungkin kemajuan dicapai tanpa menguasai Iptek. Sejarah membuktikan para khalifah baik dari Dinasti Umayyah maupun Dinasti Abbasiyah, semisal Khalifah Al-Mansur, Al-Ma‟mun (813-833), Harun Ar-Rasyid (786-809), mendorong masyarakat untuk menguasai dan mengembangkan Iptek. AlMansur telah memerintahkan penerjemahan buku-buku ilmiah dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Demikian juga, Harun Ar-Rasyid melakukan hal yang sama dengan khalifah yang sebelumnya. Harun memerintahkan Yuhana (Yahya Ibn Masawaih (w. 857), seorang dokter istana, untuk menerjemahkan buku-buku kuno mengenai kedokteran. Pada masa itu juga diterjemahkan karya-karya dalam bidang astronomi,



Makalah Kelompok 3 Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam - 2017 | 4



seperti Sidhanta, sebuah risalah India yang diterjemahkan oleh Muhammad Ibn Ibrahim Al-Fazari (w. 806). Pada abad berikutnya sekitar pertengahan abad ke-10 muncul dua orang penerjemah yang sangat penting dan produktif yaitu Yahya Ibn „Adi (974) dan Abu Ali Isa Ibnu Ishaq Ibn Zera (w. 1008). Yahya banyak memperbaiki terjemahan dan menulis komentar mengenai karya-karya Aristoteles seperti Categories, Sophist, Poetics, metaphiysics, dan karya Plato seperti Timaesus dan Laws. Yahya juga dikenal sebagai ahli logika dan menerjemahkan The Prolegomena of Ammocius dan sebuah kata pengantar untuk Isagoge-nya Pophyrius (Amsal Bakhtiar, 2004). Sikap penguasa yang mendukung kemajuan Iptek selain diwujudkan dengan membangun pusat-pusat pendidikan tinggi dan riset semisal Bait al-Hikmah di Bagdad, juga para khalifah selalu mengapresiasi setiap ilmuwan yang dapat menuliskan karya ilmiahnya, baik terjemahan ataupun karangan sendiri. Setiap ilmuwan yang berhasil menerjemahkan suatu karya yang berasal dari bahasa asing, maka khalifah menghargai karya itu ditimbang dan diganti dengan emas sesuai dengan berat buku yang ia hasilkan. Ini merupakan suatu apresiasi akademis yang sangat prestisius dan membanggakan. Akibatnya tentu saja semangat keilmuan tumbuh di tengah kehidupan masyarakat dan masyarakat menjadi belajar. Penghargaan terhadap seseorang pada saat itu dilihat dari sisi keimanan dan keilmuannya. Banyak masyarakat memuliakan para ilmuwan dan ulama. Oleh karena itu, ulama dengan ilmu dan akhlaknya menjadi panutan dalam keseharian. Fatwa para ulama bukan hanya ditaati oleh masyarakat tetapi juga oleh para raja. Fatwa sifatnya mengikat karena dianggap produk hukum yang menjadi hukum positif dan juga dihormati dan dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat. Perkembangan Iptek sangat pesat dengan lahirnya pusat-pusat keilmuan dan penelitian di pelbagai kota-kota besar di negara Islam. Mekah, Medinah, Bagdad, Kairo, Damaskus, Samarkand menjadi tempat-tempat favorit untuk belajar para mahasiswa dari pelbagai penjuru dunia. Semarak keilmuan tumbuh di tengah masyarakat, ilmu pun berkembang dan maju sehingga ilmu menjadi hiasan bagi diri setiap orang.



Makalah Kelompok 3 Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam - 2017 | 5



4. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Paradigma Qurani dalam Menghadapi Kehidupan Modern Ciri utama kehidupan modern adalah adanya pembangunan yang berhasil dan membawa kemajuan, kemakmuran, dan pemerataan. tolak ukur pembangunan yang berhasil adalah sebagai berikut. 1. Tingkat produksi dan pendapatan lebih tinggi. 2. Kemajuan dalam pemerintahan sendiri yang demokratis, mantap, dan skaligus tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan dan kehendak-kehendak rakyat. 3. Pertumbuhan hubungan sosial yang demokratis, termasuk kebebasan yang luas, kesempatan-kesempatan untuk pengembangan diri, dan penghormatan kepada kepribadian individu. 4. Tidak mudah terkena komunisme dan totaliarianisme lainnya, karena alasan-alasan tersebut. Kunci sukses dunia Islam tentu saja adalah kembali kepada Al-Quran. Al-Faruqi menjabarkannya dengan langkah sebagai berikut: 1. Memadukan sistem pendidikan Islam. Dikotomi pendidikan umum dan pendidikan agama harus dihilangkan. 2. Meningkatkan visi Islam dengan cara mengukuhkan identitas Islam melalui dua tahapan; Tahap pertama yaitu mewajibkan bidang studi sejarah peradaban Islam; Tahap keduayaitu Islamisasi ilmu pengetahuan. 3. Untuk mengatasi persoalan metodologi ditempuh langkah-langkah berupa penegasan prinsip-prinsip pengetahuan Islam sebagai berikut: a. The unity of Allah b. The unity of creation c. The unity of truth and knowledge d. The unity if life e. The unity of humanity



Makalah Kelompok 3 Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam - 2017 | 6



Berikutnya, Al-Faruqi menyebutkan bahwa langkah-langkah kerja yang harus ditempuh adalah sebagai berikut: 1. Menguasai disiplin ilmu modern 2. Menguasai warisan khazanah Islam 3. Membangun relevansi yang Islami bagi setiap bidang kajian atau wilayah penelitian pengetahuan modern. 4. Mencari jalan dan upaya untuk menciptakan sintesis kreatif antara warisan Islam dan pengetahuan modern. 5. Mengarahkan pemikiran Islam pada arah yang tepat yaitu sunatullah.



5. Paradigma Al-Qur'an mengenai pendidikan Islam Dalam konteks pengembangan pendidikan Islam dengan semangat memadukan ilmu umum dan ilmu agama sebagaimana sekarang menjadi tren di kalangan sekolah dan perguruan tinggi Islam, maka paradigma organisme merupakan pilihan yang lebih bisa diterima karena hal tersebut mengulang kembali situasi kejayaan Islam di awal-awal abad hijriah yang mana integrasi ilmu agama dan ilmu umum bisa tercapai yang sejatinya kedua ilmu tersebut berasal dari sumber yang sama yaitu Allah SWT.



Menurut Mujib (2006: 33-38), pendidikan Islam yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada nilai dasar Al-Qur'an karena Al-Qur'an memuat tentang sejarah pendidikan Islam melalui beberapa kisah nabi yang berkaitan dengan pendidikan dan Al-Qur'an juga memuat nilai normatif pendidikan Islam yang menjadi acuan dalam pendidikan Islam yaitu i'tiqadiyyah (berkaitan dengan pendidikan keimanan), khuluqiyyah (berkaitan dengan pendidikan etika), dan amaliyyah (berkaitan dengan pendidikan tingkah laku sehari-hari). Al-Qur'an sendiri dalam beberapa ayatnya sering memberikan dorongan kepada orangorang yang beriman untuk menuntut ilmu dengan menegaskan bahwa orang-orang yang berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya, sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al-Mujadilah ayat 11.



Makalah Kelompok 3 Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam - 2017 | 7



ٍ ‫يَ ْرفَعِ هللاُ الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم وال ِذيْنَ ْأوتُوا ال ِع ْل َم دَ َر َجا‬ )11 ‫ت وهللاُ بِ َما ت َ ْع َملُ ْونَ َخبِي ٌْر (المجادلة‬ “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diaintaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajatnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” Dalam karyanya, Tarbiyat al-Aulad fi Al-Islam, Abdullah Nashih Ulwan (1997) menguraikan pandangan Al-Quran mengenai pendidikan dalam Islam sebagai berikut: a. Tarbiyah Imaniyah. Pendidikan dalam Islam diarahkan untuk penanaman nilai-nilai keimanan disertai dengan penguatan aspek-aspek keimanan sehingga menjadi pondasi spiritual bagi kehidupan seseorang. Dengan demikian pendidikan dalam Islam bukan pengusung paham atheism melainkan justru pendukung adanya paham theisme atau berketuhanan sebagai pangkal dari segala eksistensi di alam semesta. Dalam realisasinya, pendidikan harus diupayakan bermuara pada pengokohan iman seseorang yang menjadi dasar dari segala pola pikir, pola sikap, dan pola perbuatan manusia. Beberapa ayat Al-Qur'an yang merefleksikan pesan-pesan tarbiyah imaniyah ini misalnya: Perintah untuk melakukan penelitian terhadap alam semesta untuk menghasilkan kebenaran (Al-Baqarah: 164, At-Thariq: 5-10, 'Abasa: 24-32); Menanamkan semangat ketaqwaan dan penghambaan kepada Allah (Az-Zumar: 23, AlHajj: 34-35, Maryam: 58); Membangkitkan rasa diawasi oleh Allah (Al-Baqoroh: 281283). b. Tarbiyah Khuluqiyah Pendidikan dalam Islam juga diarahkan sebagai sebuah proses pendidikan untuk menata kepribadian, akhlak, dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perluasannya, akhlak yang mulia merupakan salah satu output dari pendidikan Islam. Beberapa ayat Al-Qur'an yang memberikan contoh seputar tarbiyah khuluqiyah adalah sebagai berikut: Anjuran untuk menjadikan rasul sebagai teladan (Al-Ahzab: 21); Perintah untuk memaafkan, berbuat kebaikan dan berpaling dari kejahatan (Al-A’raaf: 199, Ali Imran: 134); Menjaga sopan santun dalam pergaulan dengan lawan jenis (AnNur: 30-31).



Makalah Kelompok 3 Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam - 2017 | 8



c.



Tarbiyah Jismiyah Tidak bisa dipungkiri bahwa jasmani yang sehat merupakan suatu keniscayaan



bagi kelangsungan hidup manusia. Demikian halnya demi tegaknya agama dan peradaban Islam, umat Muslim harus memiliki fisik atau jasmani yang memberinya kekuatan dalam mengemban semangat syiar nilai-nilai Islam. Disinilah Al-Qur'an memberi penegasan akan pentingnya pemeliharaan jasmani yang mana tarbiyah jismiyah menjadi tak terelakkan dalam koridor pendidikan Islam. Menurut Nashih Ulwan, ada beberapa contoh ayat yang menerangkan aspek tarbiyah jismiyah di dalam Al-Qur'an yaitu sebagai berikut: Pemenuhan kebutuhan jasmani (Al-Baqarah: 233); Anjuran berolah raga (Al-Anfaal: 60); dan Pemeliharaan kesehatan (Al-Baqarah: 195, An-Nisa’: 29). d. Tarbiyah Aqliyah Jasmani yang kuat tanpa disertai akal yang sehat hanya akan mereduksi nilai kemanusiaan karena peradaban manusia dibangun melalui eksplorasi dan kreasi akal budi manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlepas dari optimalisasi potensi intelektualitas manusia. Disinilah tarbiyah aqliyah memegang peranan penting dalam pendidikan Islam. Dengan mengacu pada pesan-pesan Al-Qur'an, sebagaimana disarikan oleh Nashih Ulwan, ada beberapa aspek tarbiyah aqliyah yang termuat di dalam Al-Qur'an, diantaranya: Kewajiban belajar (Al-'Alaq: 1-5, Thaha: 114, Al-Mujaadilah: 11); Penyadaran pikiran (Al-Baqarah: 159-160); dan Kewajiban memelihara kesehatan akal (Al-Ma’idah: 90) e.



Tarbiyah Nafsiyah Tarbiyah Nafsiyah disini merujuk pada pendidikan jiwa atau lebih berkaitan



dengan aspek-aspek mental yang dimiliki manusia. Kombinasi jasmani dan akal tidak akan lengkap tanpa disertai keberadaan mental yang kokoh atau jiwa yang stabil. Nashih Ulwan memberikan contoh dengan mengacu pada beberapa ayat Al-Qur'an sebagai berikut: Ajaran Islam untuk mengatasi sifat-sifat yang jelek pada manusia (Al-Ma’aarij: 19-23); Penyadaran manusia untuk mengatasi rasa takut dan kurang percaya diri (AlBaqoroh: 155-157); Anjuran untuk bersabar dan bersikap wajar dalam menghadapi berbagai masalah (Al-Hadid: 22-23); Larangan untuk saling menghina dan mencemooh (Al-Hujuraat: 11); Anjuran untuk peduli pada kaum yang lemah (Ad-Dhuha: 9-10, AlMaa’un: 1-2).



Makalah Kelompok 3 Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam - 2017 | 9



f.



Tarbiyah Ijtima’iyah Keberadaan masyarakat atau umat menjadi hal penting dalam Islam karena



tegaknya Islam akan terwujud dengan adanya masyarakat yang menyangga pilar-pilar Islam dan menjunjung nilai-nilainya. Dari sinilah letak pentingnya pendidikan kemasyarakatan menjadi salah satu paradigma dalam pendidikan Islam. Tarbiyah Ijtima'iyah diarahkan untuk melengkapi aspek dasar keberadaan manusia yang juga merupakan makhluk sosial. Pendidikan ini ditujukan untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang bersendikan nilai-nilai sosial yang bersumber dari Al-Qur'an. Dalam AlQur'an beberapa hal yang disinggung sebagaimana berikut: 1. Penanaman dasar-dasar pergaulan seperti persaudaraan (Al-Hujuraat: 10, Ali Imran: 103), kasih sayang (Al-Fath: 29), itsar atau mendahulukan kepentingan orang lain (Al-Hasyr: 9) dan saling memaafkan (Al-Baqarah: 237) 2. Pemeliharaan hak orang lain seperti hak orang tua (Al-Isra’: 23-24), hak sanak saudara dan kerabat (An-Nisa’: 36, Al-Isra’: 26) dan hak tetangga (An-Nisa’: 36) 3. Sopan santun berinteraksi sosial seperti adab memberi salam (An-Nur: 27 & 61), adab meminta izin (An-Nur: 58-59), adab menghadiri pertemuan (Al-Mujaadilah: 11) dan adab berbicara (Al-Furqan: 63) 4. Mengembangkan sikap saling mengawasi dan kritik sosial (Ali Imran: 110, AtTaubah: 71) Dari pemaparan diatas, bisa digambarkan bahwa paradigma Qurani dalam wujudnya merupakan serangkaian kerangka sudut pandang semangat pendidikan dalam Al Quran yang bersifat holistik atau menyeluruh dalam pribadi seorang muslim. Karakteristik pendidikan yang bersifat holistik-integral itu terlihat dari keragaman pendidikan mulai dari pendidikan keimanan hingga pendidikan sosial kemasyarakatan. Bisa dikatakan keenam aspek itu merupakan paradigma Qur'ani untuk menjadi acuan sebagai bahan indikator implementasi pendidikan Islam yang bersifat organik dan integral.



Makalah Kelompok 3 Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam - 2017 | 10



6. Mengaplikasikan Kerangka Paradigma Qurani Sebuah konsep di tataran paradigmatik hanya akan terlihat mengawang bila tidak disertai upaya membumikan dan mengaktualisasikannya dalam kenyataan sehari-hari. Paradigma Qurani yang bersifat holistik-integral bisa diterapkan dalam setiap aspek pendidikan baik informal seperti pendidikan di dalam lingkup keluarga hingga dalam konteks formal penyelenggaraan tingkat satuan pendidikan di Indonesia yang diterapkan salah satunya melalui pintu kurikulum. Dalam level pendidikan informal seperti dalam keluarga, keenam komponen paradigma Qur'ani diatas bisa dijadikan panduan bagi kedua orang tua untuk mendidik, membimbing, dan mengarahkan anak dalam meniti kehidupan dengan menekankan pada beragam aspek kehidupan seperti dalam hal keimanan dengan mengajarkan sholat dan doa (tarbiyah imaniyah); mendidik etika kepada diri dan sesama (tarbiyah khuluqiyah); mendorong anak untuk rajin berolahraga (tarbiyah jismiyah); mendisiplinkan anak untuk belajar (tarbiyah aqliyah); membangkitkan kepercayaan diri anak (tarbiyah nafsiyah); dan pengenalan hak & kewajiban anak (tarbiyah ijtima'iyah). Menurut S. Nasution (1995: 5), penggolongan kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil karya para pengembang kurikulum. Kurikulum juga bisa dipandang sebagai program, yakni alat yang dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya. Disamping itu, kurikulum dapat pula diartikan sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap keterampilan sesuatu. Selain itu, kurikulum adalah bentuk pengalaman siswa yang merefleksikan kenyataan pada setiap siswa. Dalam realisasinya di ranah pendidikan formal, paradigma Qurani yang mencerminkan aplikasi keenam pendekatan diatas bisa diterjemahkan dalam kurikulum di tingkat satuan pendidikan dengan mengelaborasi dan mengoptimalkan pendidikan berbasiskan keimanan, etika, jasmani, akal, jiwa, dan sosial peserta didik secara terpadu baik melalui pengayaan materi di komponen mata pelajaran, muatan lokal maupun kegiatan pengembangan diri siswa seperti terlihat di gambar 2. Paradigma Qur'ani diatas kemudian bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai pedoman bagi tenaga pendidik seperti guru untuk menyusun metode pengajaran dan pendidikan yang mencerminkan nilai-nilai Qur'ani.



Makalah Kelompok 3 Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam - 2017 | 11



Contoh penerapan paradigma Qur'ani untuk kurikulum tingkat satuan pendidikan di SMA/MA Paradigma Qur'ani Imaniyah



Khuluqiyah



Jismiyah



Aqliyah



Nafsiyah Ijtima'iyah



Mata Pelajaran Agama (Tauhid), Biologi, Fisika, Kimia, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan, Agama (Aqidah Akhlak), Ekonomi, Bahasa (Indonesia) Olah Raga, Biologi, Kimia



Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Bahasa (Arab, Inggris), Agama (Fiqih, Ushul Fiqih) Agama (Tasawuf), Seni Budaya Pendidikan Kewarganegaraan, Sosiologi, Sejarah, Ekonomi, Agama (Tarikh Islam)



Komponen Muatan Lokal Kajian Tafsir AlQuran tentang Alam Bahasa Daerah (Jawa)



Pengembangan Diri Tadabur Alam, Rohis Pramuka



Keterampilan Pengolahan Produk Perkebunan Ilmu Agraria, Hukum Agraria, Manajemen



Pramuka, Klub Olah Raga, Darmawisata



Kewirausahaan



Bimbingan Konseling Pramuka, OSIS



Pengelolaan Limbah, Agribisnis



Kelompok Ilmiah Remaja, Kelompok Diskusi,



Selain melalui kurikulum, implementasi paradigma Qur'ani bisa terwujud dengan menjadikannya sebagai kerangka operasional lembaga atau institusi pendidikan Islam. Kalau kurikulum bisa diibaratkan sebagai jiwa dari pendidikan, maka raganya adalah lembaga pendidikan. Dalam memperbincangkan aktualisasi paradigma Qur'ani dalam pendidikan Islam, penting pula membahas keberadaan institusi lembaga pendidikan Islam. Semua institusi lembaga pendidikan Islam, mulai dari yang bersifat sederhana seperti pengajian di serambi masjid dan yang bersifat klasikal-modern seperti di sekolah atau perguruan tinggi Islam hingga pendidikan dan pelatihan yang bersifat massal dan dikemas secara eksklusif seperti model training kilat yang kian menjamur belakangan ini, berpotensi sebagai agen penyemai paradigma Qur'ani dengan penekanan dan segmen yang beraneka ragam. Setidaknya paradigma Qur'ani bisa menjadi landasan visi lembaga pendidikan Islam untuk mencetak generasi yang rabbani demi kemuliaan Islam.



Makalah Kelompok 3 Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam - 2017 | 12



D. KESIMPULAN Dari berbagai penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Paradigma Qurani adalah cara Pandang dan cara berpikir tentang suatu realitas atau suatu permasalahan berdasarkan Al-Quran. “Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil” Qs.Annisa (3) 2. Tujuan diturunkan Al-Quran paling tidak ada tujuh macam, yaitu: 1) meluruskan akidah manusia, 2) meneguhkan kemuliaan manusia dan hak-hak asasi manusia, 3) mengarahkan manusia untuk beribadah secara baik dan benar kepada Allah, 4) mengajak manusia untuk menyucikan rohani, 5) membangun rumah tangga yang sakinah dan menempatkan posisi terhormat bagi perempuan, 6) membangun umat menjadi saksi atas kemanusiaan, dan ke 7) mengajak manusia agar saling menolong. 3. Adanya kesadaran bagi seluruh umat muslim adalah yang terpenting untuk menjaga dan mewujudkan paradigma qur’ani ini. Karena, tanpa kesadaran dari umat muslim ini, paradigma tak akan terwujud dan mungkin bisa saja terjadi kekacauan bagi seluruh muslim karena memang hanya al-qur’an pedoman bagi seluruh umat islam.



Makalah Kelompok 3 Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam - 2017 | 13



DAFTAR PUSTAKA  Buku ajar mata kuliah wajib umum Pendidikan Agama Islam .2016  Nisatri. 2016. Bagaimana membangun Paradigma Qur’ani. http://nisatri.note.fisip.uns.ac.id/2016/10/25/bagaimana-membangun-paradigmaqurani/  Muhammad Zulkifli. 2015. Bagaimana Membangun Paradigma Qur’ani. https://id.scribd.com/document/329217655/Bagaimana-Membangun-ParadigmaQurani  Aliyudin. 2016. Mewujudkan Paradigma Qur’ani. https://aliyudinweb.wordpress.com/2016/12/17/mewujudkan-paradigma-qurani/



Makalah Kelompok 3 Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam - 2017 | 14