Membangun Paradigma Psikologi Islami PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KAJIAN BUKU MEMBANGUN PARADIGMA PSIKOLOGI ISLAMI Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas presentasi mata kuliah Pendekatan Studi Islam dengan dosen pengampu: Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M. Ag



Disusun oleh Moh Hani Saputro NIM 20151010038



MAGISTER STUDI ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015



DAFTAR ISI Prakata - v Kata Pengantar – ix Dr. Djamaludin Ancok Daftar Isi - xvii Prolog Membangun Paradigma Psikologi Islami - xxi



BAG 1 JEJAK PEMIKIRAN DAN KERANGKA DASAR PSIKOLOGI ISLAM Perkembangan dan Evaluasi Diskursus Psikologi Islami – 3 Fuat Nashori Kemungkinan Membangun Psikologi Qur ani – 11 Audith M Turmudhi Situasi Eksistensial dan Realisasi Diri Psikoanalisis Pasca Fredian dan Masalah Spiritualitas – 19 Budhy Munawar - Rachman Kerangka Dasar Psikologi Islami – 27 Arif Wibisono Adi



BAG 2 TELAAH KRITIS ATAS TEORI PSIKOLOGI MODERN Ketimpangan – ketimpangan dalam Psikologi – 35 Sukanto MM Sejumlah Kritik terhadap Psikologi Modern – 45 Sofia Retnowati Kritik Teori Psikologi – 51 Audith M Turmudhi Kritik Islam terhadap Psikoanalisis – 57 Achmad Salim Sungkar Keunggulan dan Kelemahan Behaviorisme – 69 Yapsir G Wirawan Dari Anthropo – Sentris ke Anthropo – Religious – Sentris : Telaah Kritis atas Psikologi Humanistik – 77 Hanna Djumhana Bastaman



2 | Membangun Paradigma Psikologi Islami



BAG 3 PARADIGMA PSIKOLOGI ISLAMI DALAM PERSPEKTIF Psikologi Islami: Sebuah Perspektif – 91 Fuat Nashori Psikologi Islami dan Sufisme – 103 Subandi Kedudukan Ruh dalam Struktur Kepribadian Manusia: Menuju Psikologi Islami – 117 Hanna Djumhana Bastaman Memperkenalkan Nafsiologi – 127 Sukanto MM



Epilog Agenda Masa Depan Psikologi Islami – 141 Tentang Editor dan Penulis – 145



3 | Membangun Paradigma Psikologi Islami



DESKRIPSI BUKU



Judul



: Membangun Paradigma Psikologi Islami



Editor



: Fuat Nashori



Kata Pengantar



: Dr Djamaludin Ancok



Keterangan



: xxiv, 149 halaman, 24 cm



Penerbit



: SIPRESS, Yogyakarta



Tahun terbit



: 1996



ISBN



: 979 – 8251 – 11 – 3



Subyek



: Psikologi Islami



Bahasa



: Indonesia



4 | Membangun Paradigma Psikologi Islami



LATAR BELAKANG PENULISAN BUKU Fuad Nashori di dalam kata pengantar buku ini menyampaikan bahwa salah satu perkenalan beliau dalam ranah Psikologi Islami adalah ketika membaca tulisan dari Prof Dr. Malik B Badri tentang keunggulan dan kelemahan dari Psikologi modern1. Makalah yang disampaikan dalam konferensi tahunan ke – 4 American Muslim Social Scientists (AMSS) Amerika Serikat dan Kanada pada tahun 1975, berjudul The Dilemma of Muslim Psychologists yang kemudian diterbitkan sebagai sebuah buku berjudul Dilema Psikolog Muslim, yang memulai gerakan Psikologi Islami di seluruh dunia. Fuad Nashori sebagai penulis buku ini juga berkesempatan berkenalan dan berdialog dengan orang – orang yang sudah mengkaji tentang Psikologi Islami misalnya Bapak Sukanto MM, Bapak Hanna Djumhana Bastaman, Bapak Arif Wibisono Adi, Bapak Audith Turmudhi, Bapak Subandi dan lain sebagainya. Selain itu Fuad Nashori juga terlibat langsung dalam penanganan dan pengelolaan Jurnal Pemikiran Psikologi Islami KALAM 2. Fuad Nashori merasa bahwa kajian tentang Psikologi Islami walaupun diragukan, tetapi menyimpan potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Maka perlu adanya upaya – upaya nyata, salah satunya adalah menulis buku bersama – sama tentang masalah Psikologi Islami, selain menulis buku secara mandiri. Selain itu dengan mempertemukan para pemikir dan psikolog Islami dalam suatu forum terjadwal, mengadakan riset, memasukkan kajian ke kurikulum dan lainnya. Tujuan utama dari penerbitan buku ini adalah dimulainya era komunikasi antar peminat dan pemikir kajian Psikologi Islami serta sebagai stimulasi bagi munculnya pemikiran dan tindakan yang lebih bermakna dalam kancah kajian Psikologi Islami 3. Kehadiran buku ini diharapkan dapat menjadi awal yang baik bagi pengembangan Psikologi Islami.



Halaman v Halaman v 3 Halaman vii 1 2



5 | Membangun Paradigma Psikologi Islami



MEMBANGUN PARADIGMA PSIKOLOGI ISLAMI A. JEJAK PEMIKIRAN DAN KERANGKA DASAR PSIKOLOGI ISLAMI 1. Perkembangan dan Evaluasi Diskursus Psikologi Islam 4 Salah satu ukuran luar (face validity) yang dapat dipakai untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemajuan suatu disiplin ilmu adalah melihat upaya dan hasil diskursus misalnya pertemuan pakar tingkat nasional, regional dan internasional, penerbitan jurnal, buku, majalah, pendirian lembaga, pengadaan riset – riset dan tingkat keberhasilan masuk dalam kurikulum perguruan tinggi. Berikut kami sampaikan evaluasi perkembangan Psikologi Islami: Pertama, Psikologi Islami masih berpusat pada kritik terhadap psikologi barat dan upaya menghasilkan konsep Psikologi Islami. Belum ada teori Psikologi Islami yang kokoh dan menjadi alternatif untuk psikologi modern Kedua, diskursus Psikologi Islami tampak kurang begitu pesat perkembangannya karena kurangnya komunikasi gagasan antar pemikir dan peminat Psikologi Islami. 2. Kemungkinan Membangun Psikologi Qur ani5 Ada tiga arus utama teori Psikologi modern yaitu Psikoanalisis, Behaviorisme dan Humanistik. Bab ini menjelaskan kelemahan masing – masing mazhab. Misalkan behaviorisme yang tidak mengenal benar salah karena setiap manusia hanyalah produk dari lingkungan sekitarnya. Atau psikoanalisis yang menganggap manusia sama halnya dengan binatang sebagai makhluk psikologis semata. Kemudian mazhab humanistik yang tampaknya lebih “manusiawi” di balik kelemahan – kelemahannya. Ada beberapa kelemahan mendasar yang terdapat dalam ketiga mazhab psikologi tersebut yaitu : Pertama, untuk menentukan siapa manusia “sehat” yang dipilih, tentang kriteria yang dipakai. Kedua, ketika menentukan kerangka konsep atau kerangka teori yang akan digunakan untuk melihat dan mengorganisasi data perilaku orang – orang yang diteliti.



4 5



Halaman 3 Halaman 11



6 | Membangun Paradigma Psikologi Islami



Umat Islam memiliki Al Qur an yang berasal dari Allah sebagai pencipta manusia. Allah tentu tahu persis siapa manusia itu, apa dan siapa yang baik dan buruk, dan apa yang semestinya dilakukan manusia. Di dalam Al Qur an itulah terdapat karakteristik dan keterangan paling lengkap mengenai manusia. Tugas para psikolog muslim untuk mengungkapkannya. 6 Selanjutnya konsep manusia sesuai Qur an harus diverifikasi dengan metodologi ilmiah karena a. Yang membaca dan mencoba rumuskan teori tentang manusia adalah manusia juga, selalu mengandung kemungkinan keliru b. Agar konsep atau teori tentang manusia dapat menjadi teori psikologi sehingga dapat diperiksa, didialogkan dan didiskusikan secara terbuka oleh semua anggota masyarakat akademis. Maka jelaslah semua langkah ini merupakan kerja besar seluruh psikolog dan calon psikolog muslim karena membangun Psikologi Qurani jelas mungkin. 3. Situasi Eksistensial dan Realisasi Diri: Psikoanalisis Pasca Freudian dan Masalah Spiritualitas7 Psikoanalisa Freud saat ini dianggap “ketinggalan jaman” karena terlalu terpaku pada “psikologi orang sakit”. Perkembangan Psikoanalisa belakangan (khususnya tradisi humanistik), berkembang sejalan dengan apa yang disebut “gerakan ketiga Psikologi”, yang memberi perhatian pada pertumbuhan psikologis bahkan spiritual. Di sinilah Psikoanalisis baru, Erich Fromm memberikan suatu kemungkinan analitik untuk jalan agama –justru setelah kemungkinan motivasi neurosis dalam beragama dibersihkan. Jika Freud menganggap bahwa libido adalah sumber motivasi perilaku seorang individu, maka pada psikoanalisis Fromm justru ditunjukkan bahwa cintalah yang memotivasi itu. Tingga persoalannya cinta yang bagaimana? Apakah cinta yang narsistik atau cinta produktif yang bersifat persaudaraan itu. Yang terakhir itu sangat dekat dengan pandangan Islam tentang pertumbuhan spiritual. Karena itu melalui Psikoanalisis Fromm, orang akan dibawa pada pengertian – pengertian mengenai insan kamil, walaupun untuk itu tidak bisa dicapai lewat



6 7



Halaman 15 Halaman 19



7 | Membangun Paradigma Psikologi Islami



Psikoanalisa tapi harus lewat Sufisme. Psikoanalisa dapat menjadi langkah pertama sebelum memasuki Sufisme. 4. Kerangka Dasar Psikologi Islami8 Psikologi Islami berusaha untuk mengembalikan keutuhan totalitas manusia serta meluruskan arah dan tujuan ilmu untuk menyejahterakan manusia lahir maupun batin, individual maupun sosial serta dunia maupun akhirat. Dalam Psikologi Islami ilmu pengetahuan dikaji dengan penuh semangat spiritual. Baik pikir maupun dzikir, keduanya dipakai untuk saling mendukung dalam memahami fenomena manusia dan alam semesta ini. Untuk memahami kenyataan tak cukup hanya dengan “mata indra” saja, tapi perlu pula dengan “mata batin” lewat jalan spiritual yang sudah dituntunkan lewat Al Qur an. Secara singkat dapat dikatakan bahwa untuk menyusun Psikologi Islami hendaknya berpedoman pada prinsip Tauhid atau paham Keesaan. Sumber dari segala sumber keberadaan dan keteraturan alam semesta ini adalah Allah Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa. B. TELAAH KRITIS ATAS TEORI PSIKOLOGI MODERN 1. Ketimpangan – Ketimpangan dalam Psikologi9 Pada abad ke – 19, psikologi tampil sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Tampilnya psikologi sebagai suatu disiplin ilmu ditandai dengan berdirinya Laboratorium Psikologi di Leipzig yang didirikan oleh Wilhelm Wundt tahun 1879. Dalam usianya yang lebih dari seratus tahun, masih banyak dijumpai ketimpangan – ketimpangan yang sangat mendasar pada psikologi misalnya masalah obyek studi psikologi, teori kepribadian, verifikasi ilmiah dan keengganan psikologi bersentuhan dengan masalah hubungan manusia dengan tuhan. 2. Sejumlah Kritik terhadap Psikologi Modern10 Kepercayaan manusia terhadap kekuatan indera dan rasionya mengilhami lahirnya berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dengan mudah kita dapat menyaksikan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi modern terbukti telah mampu memecahkan berbagai problem yang dihadapi manusia.



Halaman 27 Halaman 35 10 Halaman 45 8 9



8 | Membangun Paradigma Psikologi Islami



Akan tetapi, ketika masyarakat melihat dan merasakan akibat dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak membawa ruh dan kemanusiaan, maka orang lalu



mempertanyakan



sejauh



mana



ilmu



pengetahuan



modern



dalam



menyejahterakan umat manusia. Ilmu psikologi juga menempatkan indera sebagai alat untuk mendapatkan kebenaran. Bahkan dibatasi sebagai ilmu tentang perilaku (yang tampak). Padahal hal yang sulit untuk mengingkati hal – hal selain kenyataan empiris. Untuk mendapat kebenaran tidak semata – mata dengan indra dan rasio, tapi juga dengan perasaan dan intuisi. Gugatan pada ilmu psikologi bukan hanya pada epistemologi yang dipakai tetapi juga asumsi – asumsi dasar, teori – teori dan penerapannya dalam dunia modern. Orang pun mempertanyakan kesahihan mazhab psikologi berkenaan dengan pandangan mazhab tersebut tentang manusia. 3. Kritik Teori Psikologi11 Kritisisme sangat diperlukan agar suatu karya budaya apapun, menjadi dinamik, tumbuh dan berkembang menuju penyehatan dan penyempurnaan. Lebih – lebih bagi kita sebagai masyarakat akademik negara dunia ketiga, bukan hany sebagai konsumen yang baik tetapi prasyarat tumbuhnya kreatifitas penciptaan teori – teori baru atau bahkan psikologi baru. Ada beberapa kritik terhadap teori psikologi yang meliputi kritik empiris, kritik epistemologis dan kritis ideologis. Kritik teori ini diharapkan dapat menyingkap cacat – cacat sistematik yang melekat pada beberapa teori psikologi. Dengan kritisisme dan selanjutnya dengan tetap memelihara sikap arif, yaitu tetap mengapresiasi dan memanfaatkan (apa yang kita anggap sebagai) kebenaran – kebenaran yang terkandung dalam psikologi, diharapkan akan memunculkan sikap progresif. 4. Kritik Islam terhadap Psikoanalisis12 Konsep manusia sehat menurut Al Quran dapat dibagi menjadi: -



Fujura (dari kata fajir = menyimpang) yang cocok dengan kecenderungan syahwat (gharizah)



-



Taqwa (dari kata waqa = memelihara) yang cocok dengan kecenderungan fitrahnya



11 12



Halaman 51 Halaman 57



9 | Membangun Paradigma Psikologi Islami



Psikoanalisis masih sangat sempit, hanya mengungkap model manusia fajir dan itupun masih menjangkau bagian kecil dari keseluruhan penyimpangan manusia. Model manusia takwa yang berhasil mengembangkan fitrahnya melalui cara – cara yang diajarkan Allah lewat Al Qur an masih belum ditemukan pendekatan psikologisnya, padahal informasi tentang ini tersimpan dengan rapi dan lengkap serta utuh di dala Al Qur an 5. Keunggulan dan Kelemahan Behaviorisme13 Psikologi Behaviorisme diawali dari penemuan Ivan Pavlov tentang faali, menarik perhatin John B Watson. Watson kemudian menggabungkan prinsip kondisioning dari Pavlov dan pandangan filsafat Thomas Hobbes yang dianutnya dan menyatakan bahwa psikologi meruapakan cabang dari ilmu eksperimental yang murni obyektif. Inti dari teori ini adalah setiap organisme (O), jika diberikan stimulus (S) maka akan memberikan respon (R). Penelitian yang dilakukan kepada binatang, tetapi Watson menggeneralisasikannya kepada manusia. Keunggulan dari Behaviorisme adalah dapat dimanfaatkan dengan sangat sukses untuk pelatihan hewan. Misalnya sirkus atau tujuan yang lebih serius. Sedangkan kritiknya adalah bahwa teori ini mengabaikan manusia. Manusia dianggap sama seperti hewan atau binatang lainnya. Tidak memiliki kesadaran dan keinginan. 6. Dari Anthropo – Sentris ke Anthropo – Religious – Sentris. Telaah Kritis atas Psikologi Humanistik14 Telaah kritis meninjau asumsi – asumsi filsafat insani yang melandasinya, karena perbedaan mendasar antara Psikologi Humanistik dan aliran – aliran yang lain terlihat paling jelas pada level filsafat manusia. Sedangkan perbedaan pada level teori dan level aplikasi sering tidak begitu tajam dan terkesan tumpang tindih, sekalipun masing – masing berakar pada wawasan manusia yang berbeda. Tujuan studi kritis ini adalah untuk pengembangan ilmu, dalam artian secara analisis ditunjukkan berbagai keunggulan dan keterbatasan dan mengurangi kelemahan – kelemahannya. Adapun sudut pandang dan tolok ukur telaah adalah nilai – nilai Islami.



13 14



Halaman 69 Halaman 77



10 | Membangun Paradigma Psikologi Islami



C. PARADIGMA PSIKOLOGI ISLAMI DALAM PERSPEKTIF 1. Psikologi Islami: Sebuah Perspektif15 Salah seorang yang sangat antusias mengembangkan Psikologi Islami adalah Hanna Djumhana Bastaman. Ia memandang Psikologi Islami lebih merupakan koreksi teoretis terhadap Psikologi Barat. Menurut Bastaman, salah satu kelemahan teori Psikologi Barat adalah ia terlalu Anthropo – Sentris. Psikologi Islami seharusnya memberi tekanan yang khusus terhadap ‘faktor’ tuhan dan karenanya Bastaman menawarkan pendekatan baru yang disebut Antropo – Religious – Sentris. Tetapi pandangan di atas mempunyai kelemahan sendiri, karena kita masih menggunakan cara berpikir Barat. Sebenarnya yang kita butuhkan lebih dari sekedar cara berpikir yang tambal sulam. Yang kita butuhkan adalah suatu cara berpikir yang dikerangkai pandangan dunia Islam tentang manusia. 2. Psikologi Islami dan Sufisme16 Istilah Psikologi Islami sangat luas jangkauannya, karena dapat menampung berbagai pemikiran baik dari agama Islam sendiri maupun dari luar. Sumber – sumber pemikiran dari luar Islam perlu dipertimbangkan, mengingat bahwa pada hakekatnya esensi nilai – nilai Islami itu sendiri tidak hanya ada pada agama Islam saja, melainkan juga tersimpan dalam agama – agama atau tradisi – tradisi pemikiran Psikologi lain, baik dari Barat maupun dari Timur, sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Tasawuf/ sufisme merupakan dimensi isoterik (batiniyah) dalam agama Islam, sebagai sisi lain dari Syari’ah yang merupakan dimensi eksoterik (lahiriah). Sufisme bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan psikologi Islami. 3. Kedudukan Ruh dalam Struktur Kepribadian Manusia: Menuju Psikologi Islami17 Data – data dan temuan – temuan Psikologi mengenai fenomena ruh sangat minim, demikian pula telaah teoritis mengenai masalah itu sulit ditemukan. Karena itu referensi terpercaya untuk mendapatkan keterangan mengenai dimensi ruh manusia, tak lain adalah Al Qur an dan hadits, di samping pandangan para



Halaman 91 Halaman 103 17 Halaman 117 15 16



11 | Membangun Paradigma Psikologi Islami



ulama, khususnya para ulama tasawuf, di mana secara langsung mereka banyak membahas masalah ruh ini. Psikologi Islami berusaha menempatkan ruh (dan supraconscious atau di atas alam sadar) sebagai salah satu dimensi di samping dimensi – dimensi fisik dan psikis, tidak apriori meniadakan pandangan – pandangan Psikologi yang sudah ada atau mencampuradukkannya, tetapi berusaha mencakup dan mensinkronkannya dengan wawasan Islami tentang manusia. 4. Memperkenalkan Nafsiologi 18 Pada tahun 1986 dalam masyarakat beredar sebuah buku berjudul Nafsiologi: Suatu Pendekatan Alternatif atas Psikologi, yang ditulis oleh Sukanto, MM. Banyak yang mengira bahwa Nafsiologi adalah ilmu baru. Sebenarnya yang baru hanyalah istilahnya. Obyek yang digarap adalah barang lama, yaitu manusia. Nafsiologi membahasa nafs yang pengertiannya terangkat dari Al Qur an. Nafsiologi muncul dengan mengutamakan referensi yang suku cadangnya terutama diambil dari Al Qur an, yang berasal dari sang pencipta manusia yaitu Allah.



18



Halaman 127



12 | Membangun Paradigma Psikologi Islami



ANALISIS BUKU 1. Kelebihan Buku a. Banyak penulis Salah satu yang membuat buku ini istimewa adalah karena jumlah penulisnya yang tidak hanya satu dua orang. Dan mereka adalah orang – orang yang mumpuni dan mempunyai gagasan dalam Psikologi Islami. Banyak pandangan yang menyeluruh dan dari berbagai perspektif tentunya memberikan wawasan yang lebih luas terhadap psikologi islami b. Tiga bab yang representatif namun menyeluruh dan lengkap Buku ini dibagi menjadi tiga pokok bahasan utama. Diawali dengan kerangka psikologi Islami, kritikan terhadap psikologi modern dan paradigma psikologi islami. Kalau kita baca secara keseluruhan, buku ini sudah mewakili judulnya. c. Sangat minim kesalahan Dengan jumlah penulis yang lebih dari satu, kesalahan penulisan biasanya lazim terjadi. Harus diapresiasi pencapaian dari Fuat Nashori yang dalam buku ini sangat cermat. Buku ini sangat minim dalam kesalahan tulis dan ketik. 2. Kekurangan Buku a. Banyak penulis dengan gaya kepenulisan yang berbeda Karena penulisnya yang lebih dari satu, tentunya mempunyai gaya menulis yang berbeda. Apalagi tidak semuanya bukan tulisan murni karena permintaan editor tetapi tulisan yang pernah dimuat di media lain misalnya. Oleh karena itu kadang kala tidak sinkron antara satu – tulisan dengan tulisan yang lain. Maka wajar untuk pembaca yang baru mendalami psikologi modern dan psikologi islami akan kesulitan memahami beberapa gaya penulis dan beberapa istilah psikologi b. Alur bab yang terbalik Selain itu salah satu hal yang membuat kesulitan memahami adalah pembahasan yang dirasakan agak rancu karena penempatan babnya dirasa kurang pas. Buku ini diawali dengan pembahasan tentang kerangka Psikologi



13 | Membangun Paradigma Psikologi Islami



Islami kemudian dilanjutkan telaah kritis atas Psikologi Modern baru dengan Paradigma Psikologi Islami. Akan terasa lebih baik bila diawali dengan pembahasan Psikologi Modern dahulu dengan segala keunggulan dan kelemahannya dilanjutkan dengan kerangka Psikologi Islami. Dan diakhiri dengan Paradigma Psikologi Islami. c. Tulisan yang tidak sesuai dengan babnya Salah satu tulisan yang tidak sesuai babnya adalah Situasi Eksistensial dan Realisasi Diri: Psikoanalisis Pasca Freudian dan Masalah Spiritualitas. Tulisan ini ditempatkan dalam kerangka Psikologi Islami, sementara tulisannya berisi tentang mazhab psikologi modern Psikoanalisa Pasca Freudian. Tulisan ini seharusnya berada pada telaah kritis atas Psikologi Modern.



14 | Membangun Paradigma Psikologi Islami