MI 2 - Pemberdayaan Masyarakat Untuk Penanggulangan TBC [PDF]

  • Author / Uploaded
  • tanto
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL LOKAKARYA BAGI FASILITATOR DALAM PELATIHAN KADER TBC BOGOR, 3 – 7 JUNI 2018 MATERI INTI 2 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN TBC



KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT JAKARTA 2018



MATERI INTI. 2 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN TBC



I.



DESKRIPSI SINGKAT Keberhasilan dalam penanggulangan TBC di suatu wilayah tidak terlepas dari adanya peran serta masyarakat yang diupayakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Keterbatasan penemuan kasus baru TBC oleh petugas fasilitas kesehatan dapat dibantu oleh masyarakat seperti tokoh masyarakat dan kader yang dapat dipercaya. Kader kesehatan adalah warga masyarakat yang dipilih masyarakat oleh masyarakat serta bekerja dengan sukarela untuk membantu peningkatan kesehatan masyarakat. Kader berperan serta secara aktif dan juga mempunyai tanggung jawab dalam menyukseskan pembangunan dalam bidang kesehatan. Disinilah peran kader yang sangat penting untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat khususnya mengenai penyakit TBC dan melakukan penggerakan agar meningkatkan kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi/mengenali permasalahan TBC yang dapat mengancam kehidupan, faktorfaktor penyebab terjadinya masalah TBC, upaya mencegah dan mengatasi masalah TBC sehingga masyarakat tahu, mau dan mampu berperilaku menemukan, mencegah dan mengobati TBC sesuai standar. Untuk itu kader kesehatan dalam penanggulangan TBC harus membekali dirinya dengan kemampuan sebagai tenaga penggerak yang dapat memotivasi, membimbing, menyuluh keluarga menuju keluarga sehat. Upaya yang dilakukan oleh kader terhadap pasien, keluarga, dan masyarakat dalam partisipasinya untuk penanggulangan TBC merupakan pemberdayaan masyarakat. Pada materi inti 2 ini, ruang lingkup materi Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Tuberkulosis yang akan dibahas meliputi pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan tuberkulosis dan peran kader kesehatan.



II.



TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah menpelajari materi ini peserta mampu peserta mampu melakukan Pemberdayaan Masyarakat untuk Mendukung Upaya Penanggulangan TBC B.



Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu : 1. Menjelaskan pengertian, tujuan dan prinsip pemberdayaan masyarakat; 2. Menjelaskan peran dan tanggung jawab masyarakat; 3. Menjelaskan peran dan tanggung jawab kader; 4. Menjelaskan kegiatan penemuan kasus dan pendampingan pasien; 5. Melakukan kegiatan edukasi untuk peningkatan kesadaran masyarakat.



III.



POKOK BAHASAN DAN ATAU SUB POKOK BAHASAN Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut: Pokok Bahasan 1. Pemberdayaan Masyarakat Sub pokok bahasan: a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat c. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat d. Peran Masyarakat dalam Penanggulangan TBC Pokok Bahasan 2. Kader TBC Sub pokok bahasan: a. Pengertian kader TBC b. Peran dan manfaat menjadi kader TBC c. Peran kader dalam penemuan dan pendampingan kasus TBC



IV.



V.



VI.



METODE a. Ceramah tanya jawab b. Curah Pendapat c. Diskusi kelompok d. Permainan Pemberdayaan Masyarakat MEDIA DAN ALAT BANTU a. Bahan Tayang b. Laptop c. LCD d. Metaplan e. Flipchart f. Spidol g. Panduan diskusi kelompok h. Panduan permainan pemberdayaan masyarakat



LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN



Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 2 jam pelajaran (T=1 , P=1,) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut: Langkah 1. Pengkondisian Langkah pembelajaran: 1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan disampaikan. 2. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima materi dengan menyepakati proses pembelajaran. 3. Menyampaikan judul materi, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi ini. Langkah 2. Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan tentang pemberdayaan masyarakat Langkah Pembelajaran: a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang pemberdayaan masyarakat. Fasilitator menuliskan jawaban peserta di flipchart. b. Fasilitator menyampaikan materi mengenai pengertian pemberdayaan masyarakat, tujuan pemberdayaan masyarakat untuk penanggulangan TBC, prinsip pemberdayaan masyarakat, dan peran masyarakat dalam penanggulangan TBC. Materi yang disampaikan menggunakan media bahan tayang. c. Permainan mengenai pemberdayaan masyarakat, menggunakan bahan permen chacha warna warni. Fasilitator meminta peserta dibagi menjadi 5 kelompok. Fasilitator menjelaskan cara permainan, peserta melakukan permainan tersebut. Setelah permainan, fasilitator mengajak peserta untuk melakukan refleksi dari permainan tersebut. Jawaban peserta dituliskan di kertas flipchart, kemudian fasilitator mengonsolidasi jawaban peserta dengan materi pemberdayaan masyarakat.



Langkah 3. Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan tentang kader TBC Langkah Pembelajaran:



a. Fasilitator melakukan curah pendapat seputar kader TBC, seperti apa yang diketahui peserta tentang kader TBC, apa saja peran yang bisa dilakukan oleh kader TBC dalam penanggulangan TBC. Jawaban peserta dituliskan di flipchart. b. Fasilitator menyampaikan materi mengenai pengertian kader TBC, peran kader TBC, dan manfaat menajdi kader TBC. Selain itu, fasilitator juga memberikan materi tentang peran kader TBC dalam mendukung penemuan kasus dan pendampingan kasus TBC. Langkah 4. Diskusi kelompok mengenai materi pemberdayaan masyarakat dan kader TBC Langkah Pembelajaran: a. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok. b. Fasilitator membagikan tugas kelompok pada tiap kelompok. Tiap kelompok mendapatkan memberikan flipchart, spidol, metaplan untuk menuangkan gagasannya. Adapun tugas kelompok antara lain:  Kelompok I mendiskusikan tentang peran tokoh masyarakat (perangkat RT/RW dan perangkat Desa) dan tokoh agama dalam penanggulangan TBC.  Kelompok II mendiskusikan cara melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat, penekanannya pada sasaran aparat desa/ kelurahaan, ketua-ketua lembaga kemasyarakat (PKK, LPM, Majelis Taklim, dll) dan tokoh agama/ adat.  Kelompok III mendiskusikan mengenai bagaimana penerapan prinsip pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan TBC.  Kelompok IV tantangan dan alternatif solusi, yang dihadapi oleh kader dalam menjalankan peran pemberdayaan masyarakat untuk penanggulangan TBC. c. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta berdiskusi selama 15 menit. Peserta diminta menempelkan hasil diskusi di dinding. d. Fasilitator meminta tiap kelompok memaparkan secara singkat hasil diskusi kelompok. Kelompok lainnya menyimak paparan tiap kelompok. Langkah 5. Rangkuman dan Kesimpulan Langkah pembelajaran: a. Fasilitator mengajak peserta untuk mengungkapkan kembali beberapa hal penting tentang pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan TB yang telah dibahas pada sesi ini. b. Fasilitator merangkum materi yang telah diberikan kepada peserta. c. Fasilitator menutup proses pembelajaran pada sesi ini, dengan mengucapkan terima kasih serta memberikan apresiasi kepada semua peserta yang telah berpartisipasi aktif sehingga tujuan pembelajaran pada sesi ini dapat tercapai. VII. URAIAN MATERI



Pokok Bahasan 1. Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan TBC a. Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan TBC yaitu menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan dalam memutus mata rantai penularan TBC. b. Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum dari pemberdayaan masyarakat antara lain: a. Perbaikan kelembagaan; meningkatkan kapasitas lembaga baik perangkat RT/RW, perangkat Desa/Kelurahan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), atau stakeholder terkait dalam upaya menaggulangi TBC. b. Perbaikan usaha; lembaga dan masyarakat perlu meningkatkan usaha seperti kualitas layanan pasien TBC, aksesibilitas, usaha penemuan kasus, usaha pendampingan kasus demi mendukung upaya penanggulangan TBC. c. Perbaikan pendapatan; lembaga atau kader TBC perlu memperbaiki tingkat pendapatan, agar dapat mendukung biaya operasional kader yang dibutuhkan, dukungan material kepada pasien yang membutuhkan, dll. d. Perbaikan lingkungan; lingkungan fasilitas layanan kesehatan maupun pemukiman penduduk perlu diperbaiki, dijaga kesehatan lingkungannya agar masyarakat disekitar mendapatkan kehidupan yang sehat dan layak. e. Perbaikan kehidupan; lingkungan yang baik dapat menunjang kehidupan yang lebih baik, seperti tingkat kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memelihara dirinya agar tidak tertular TBC melalui perilaku hidup bersih dan sehat. Perbaikan kehidupan dapat mengurangi tingkat penularan TBC di masyarakat. f. Perbaikan masyarakat; perbaikan yang sistematis dari berbagai komponen masyarakat dapat menunjang perbaikan masyarakat itu secara keseluruhan. Hal ini merupakan tujuan akhir dari pemberdayaan masyarakat.



Tujuan Khusus :



a. Menemukan, merencanakan dan memecahkan masalah kesehatan masyarakat dalam penanggulangan TB. b. Menggali, meningkatkan dan mengarahkan peran serta masyarakat dalam penanggulangan TB. c. Menggunakan sumber daya dan potensi masyarakat dalam penanggulangan TB. d. Memanfaatkan fasilitas kesehatan tingkat pertama/Puskesmas sesuai dengan kebutuhan keluarga dalam penanggulangan TB. c. Prinsip- prinsip Pemberdayaan Masyarakat 1. Peningkatan Kesadaran Mencari solusi masalah ternyata lebih mudah daripada mencari masalah. Biasanya, masalah yang ada di masyarakat seringkali tidak dianggap sebagai masalah. Masyarakat menganggapnya hal yang wajar atau baik-baik saja. Contoh kasus adalah bahaya TBC. Masyarakat tidak waspada akan resiko dan bahaya penularan TBC yang berakibat pada penurunan kualitas kesehatan di masyarakat hingga kematian pada penderita TBC. Batuk lebih dari 2 minggu dianggap sebagai batuk biasa, bahkan muncul komentar klasik seperti ini, “Ah, nanti juga sembuh dengan sendirinya.” Peran kader dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya atau resiko TBC menjadi sangat penting. Setelah masyarakat mengerti permasalahannya, langkah berikutnya adalah mengatasi masalah tersebut bersama-sama. 2. Berorientasi pada Kebutuhan Kebutuhan adalah jarak antara kondisi saat ini dengan keadaan yang harus dicapai. Kebutuhan harus selalu muncul dari masyarakat itu sendiri, bukan kebutuhan kader, proyek, atau mungkin kelompok tertentu. Dalam pemberdayaan masyarakat, melakukan kegiatan berdasarkan kebutuhan masyarakat akan lebih efisien dan efektif dibandingkan dengan kegiatan yang dilakukan hanya berdasarkan kepentingan semata. Menggali kebutuhan masyarakat bisa didahului dengan menggali masalah yang terdapat di dalam masyarakat itu sendiri. Selanjutnya, masalah akan saling berkaitan dengan kebutuhan, namun lagi-lagi menemukan sebuah masalah juga tidak mudah. Maka dari itu, peran kader sangatlah penting dalam mengajak masyarakat memahami kebutuhan masyarakat, dan merubah kebutuhan tersebut itu sebagai sesuatu yang harus dicapai secara bersama-sama oleh masyarakat. 3. Partisipasi Partisipasi mensyaratkan adanya keterlibatan aktif setiap individu dalam berbagai kegiatan di masyarakat. Partisipasi yang dimaksud disini bukanlah partisipasi dengan paksaan atau imbalan, melainkan kontribusi nyata dari masyarakat secara sukarela. Bentuk partisipasi masyarakat dalam penanangulangan TBC antara lain keterlibatan perangkat RT/RW atau perangkat desa dalam membuat kebijakan mengenai TBC,



keterlibatan anggota masyarakat seperti keluarga, tetangga terhadap dukungan untuk kesembuhan pasien TBC dan tidak mengucilkan pasien TBC, selain itu juga peran serta kader TBC dalam menemukan kasus dan mendampingi pasien TBC hingga sembuh. 4. Kemandirian Mandiri berarti mampu merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi seluruh kegiatan mereka sendiri. Peran kader TBC dalam penanggulangan TBC hanyalah sebagai katalisator atau pemicu saja. Selanjutnya, kemandirian dari masyarakat merupakan hal yang penting. Masyarakat akan lebih mandiri jika keterlibatan semua komponen berjalan beriringan dan saling berkolaborasi. Kemandirian masyarakat dalam penanggulangan TBC antara lain:  Jika mengalami batuk 2 minggu atau lebih dan gejala TBC lainnya, individu langsung memeriksakan dirinya ke fasyankes terdekat.  Pasien TBC tidak mau menularkan penyakit TBc dengan menjaga perilaku PHBS, terutama memakai masker dan menjalankan pengobatan hingga tuntas.  Masyarakat menjaga PHBS agar memperkecil potensi penularan TBC.  Tokoh masyarakat dan tokoh agama bergerak cepat membantu warga masyarakat yang membutuhkan bantuan, misal transportasi menuju fasyankes, kemudahan administrasi seperti pembuatan BPJS Kesehatan, dll. 5. Keberlanjutan Kemandirian menjadi modal utama untuk terus bergerak dengan kemampuan sendiri dan secara lebih jauh mampu melanjutkan siklus kegiatan pada tahap yang lebih besar dan periode jangka panjang. d. Peran Masyarakat dalam Penanggulangan Tuberkulosis 1. Peran Individu  Segera memeriksakan diri bila mengalami keluhan sakit TB;  Memotivasi individu lainnya yang mengalami keluhan/sakit TB untuk memeriksakannya ke tempat pelayanan kesehatan terdekat;  Dapat menjadi pengawas/pendamping penderita sakit TB yang telah mendapat pengobatan dengan OAT untuk menjaga keteraturan pengobatannya sampai penderita dinyatakan sembuh. 2. Peran Keluarga  Memberikan saran kepada keluarga lainnya yang telah menderita sakit TB untuk segera mendapat pemeriksaan/pengobatan TB;  Memotivasi keluarga lainnya yang telah mengalami keluhan batuk 2 minggu atau lebih dengan gejala klinis kearah TB untuk segera memeriksakan dirinya ke tempat pelayanan kesehatan terdekat;







Keluarga (ayah, ibu, anak) dapat menjadi pengawas/pendamping penderita sakit TB yang telah mendapat pengobatan dengan OAT untuk menjaga keteraturan pengobatannya sampai penderita dinyatakan sembuh. 3. Peran Kelompok  Memberikan saran kepada individu, keluarga dan kelompok lainnya yang telah menderita sakit TB untuk segera mendapat pemeriksaan/pengobatan TB;  Dapat membentuk suatu peguyuban mantan penderita TB;  Melakukan disiminasi informasi kepada kelompok masyarakat sekitar lingkungan agar TB dapat diketahui dan masyarakat menyadari bahwa mereka tepat selalu peduli terhadap penyakit TB;  Membantu menyiapkan rujukan penderita TB yang kronis;  Kelompok dapat menjadi pengawas/pendamping penderita sakit TB yang telah mendapat pengobatan dengan OAT untuk menjaga keteraturan pengobatannya sampai penderita dinyatakan sembuh;  Kelompok dapat membentuk wadah peguyuban peduli TB. Pokok Bahasan 2. Kader TBC a. Pengertian Kader TBC adalah warga masyarakat setempat yang bersedia bekerja secara sukarela dan mengikuti pelatihan dan melakukan kegiatan untuk mendukung upaya penanggulangan TBC. b. Kriteria Kader TBC Kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh Kader TBC:  Bisa baca tulis dan berhitung, diutamakan tamat SLTP;  Kemampuan komunikasi yang baik;  Mampu membina hubungan sosial yang baik dengan masyarakat sekitarnya;  Memahami budaya dan bahasa lokal. Syarat untuk menjadi Kader TBC:  Sehat jasmani dan rohani;  Usia minimal 18 tahun;  Berjiwa sosial dan mau bekerja sebagai relawan;  Bersedia meluangkan waktu untuk penemuan kasus dan pendampingan terhadap pasien TBC;  Telah mengikuti pelatihan kader TBC;  Mendapatkan ijin dari suami/istri bagi yang telah menikah atau keluarga.



Siapa saja dapat menjadi kader Semua anggota masyarakat yang bersedia, berminat dan mempunyai kepedulian terhadap masalah sosial dan kesehatan, khususnya TBC. Contoh: Anggota PKK, Karang Taruna, Pramuka, Pelajar, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, anggota Kelompok Keagamaan, Tokoh Adat, Aparat Pemerintah, anggota Ormas, dan sebagainya. c. Manfaat sebagai kader TBC      d.



Meningkatnya rasa peduli terhadap lingkungan; Menambah pengetahuan dan wawasan tentang kesehatan, khususnya TBC; Menambah rasa percaya diri kader; Merasa lebih dihargai dan diterima masyarakat; Mempunyai hubungan baik dengan Fasilitas Kesehatan. Peran Kader TBC



Peran kader dalam penanggulangan TBC adalah mengatasi masalah TBC di wilayahnya, dengan cara: a. Menggerakkan masyarakat untuk ikut berperan dalam penanggulangan TBC misal: mengajak masyarakat peduli bila ada orang bergejala TBC di lingkungannya, mendorong masyarakat menjadi PMO, dll. b. Memberikan penyuluhan tentang TBC dan penanggulangannya kepada masyarakat. c. Membantu menemukan orang yang diduga sakit TBC di wilayah kerjanya, dan merujuknya untuk memeriksakan diri ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan DOTS yang terdekat. b. Menginformasikan kepada petugas kesehatan mengenai orang yang diduga sakit TBC di wilayah kerjanya. c. Membantu Puskesmas atau sarana Kesehatan lainnya melakukan pelacakan kontak atau kontak investigasi. d. Membantu Puskesmas atau sarana kesehatan lainnya dalam membimbing dan memberikan motivasi kepada PMO untuk selalu melakukan pengawasan menelan obat sebagai koordinator PMO (KPMO). e. Jika pasien tidak memiliki PMO, maka seorang kader bisa menjadi PMO. Peran kader dalam mendukung upaya penemuan kasus TBC, yaitu melakukan kegiatan dalam penyuluhan dan investigasi kontak. Adapun penyuluhan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 



Sosialisasi, edukasi dan penyuluhan TBC di masyarakat;







Melakukan skrining gejala TBC di masyarakat;







Merujuk terduga TBC ke fasyankes;







Memotivasi terduga TBC untuk melakukan pemeriksaan TBC di fasyankes.



Kegiatan investigasi kontak dapat dilakuka dengan cara sebagai berikut: 



Melakukan skrining terhadap kontak sekitar kasus indeks;







Menemukan terduga TBC di sekitar kasus indeks;







Memberikan edukasi tentang TBC secara komprehensif ke semua kontak;







Merujuk terduga TBC ke fasyankes;







Merujuk kontak anak