Mini Pro Scabies Edit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN MINI PROJECT HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PENYAKIT SKABIES DI KELURAHAN TELUK PUCUNG KOTA BEKASI



Disusun oleh: dr. Nadya Fachfudyana Pendamping: dr. Rumintang Margareta



PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA PUSKESMAS TELUK PUCUNG KOTA BEKASI 2021



LEMBAR PENGESAHAN Telah dipresentasikan serta disetujui laporan Mini Project dengan judul: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PENYAKIT SKABIES DI KELURAHAN TELUK PUCUNG KOTA BEKASI



Oleh: dr. Nadya Fachfudyana Dokter Internsip Puskesmas Teluk Pucung



Laporan Mini Project ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas internship di Puskesmas



Bekasi, Mei 2021 Mengetahui, Dokter Pendamping,



Peserta Internship



dr. Rumintang Margareta NIP 198304182011012001



dr. Nadya Fachfudyana



Kepala Puskesmas Teluk Pucung



dr. Chairul Inda NIP 196803182002121003



ABSTRAK Hubungan Pengetahuan Dengan Penyakit Skabies DiKelurahan TelukPucung Kota Bekasi Nadya Fachfudyana1 Latar Belakang: Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi sarcoptes scabiei varietas hominis dan salah satu faktor penyebab scabies adalah kurang nya pengetahuan akan penyakit scabies. Kasus : anak laki-laki berusia 13 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan gatal pada kedua tangan, sela jari dan kedua perut yang disertai dengan gejala khas bentol kecil dan gatal di malam hari. Tujuan: Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan penyakit skbies. Metode: Laporan ini dibuat dengan metode studi kasus dengan pasien yang dipilih adalah pasien laki-laki usia 13 tahun yang mengalami keluhan gatal di Kelurahan Teluk Pucung Kota Bekasi. Pasien diperiksa kondisi fisiknya, ibu diwawancarai terkait penyebaran penyakit dan Riwayat kebersihan pasien dan keluarga pasien, serta dilakukan evaluasi setelah mendapat terapi yang sesuai dengan penyakit skabies. Hasil: Dari hasil kuisioner didapatkan masih kurangnya tingkat pengetahuan akan penyakit scabies. Kesimpulan: terdapat hubungan antara pengetahuan yang rendah terhadap penyakit scabies. Dengan tingkat pengetahuan yang rendah akan penyakit scabies mayoritas tidak mengetahui cara penyebaran penyakit tersebut dan berdampak kurang mengertinya bagaimana menjaga kebersihan diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar. Kata kunci: scabies, bentol kecil pada area tubuh, gatal malam hari, pengetahuan dan kebersihan diri yang rendah.



1



Dokter internsip di Puskesmas Teluk Pucung, Kota Bekasi



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Mini Project yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dengan Penyakit Skabies Di Kelurahan Teluk Pucung Kota Bekasi”. Laporan ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Teluk Pucung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membimbing dan membantu penyelesaian Laporan Mini Project ini, yaitu: 1. dr. Chairul Inda, selaku Kepala Puskesmas Teluk Pucung 2. dr. Rumintang Margareta, selaku pembimbing dokter internsip di Puskesmas Bojong Rawalumbu 3. dr. Vernia, sebagai dokter pendamping di Puskesmas Telung Pucung 4. Rekan-rekan ahli gizi, perawat, bidan, dan paramedis di Puskesmas Teluk Pucung 5. Teman-teman dokter internsip di Puskesmas Teluk Pucung 6. Orang tua penulis 7. Keluarga binaan sebagai subjek penelitian untuk laporan Mini Project ini Penulis berharap laporan ini dapat memberikan pengetahuan tentang perkembangan anak terutama pada anak dengan gizi buruk sehingga dapat digunakan dalam praktik sehari-hari di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Akhir kata, penulis mohon maaf bila ada kesalahan kata dan kekurangan dalam penulisan laporan ini.



Bekasi, Mei 2021



dr. Nadya Fachfudyana



DAFTAR ISI



LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................2 ABSTRAK................................................................................................................................3 KATA PENGANTAR..............................................................................................................4 DAFTAR ISI.............................................................................................................................5 BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................16 BAB IV: PEMBAHASAN.....................................................................................................29 BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................32 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................33



BAB I PENDAHULUAN



1. Latar Belakang Salah satu masalah Kesehatan di dunia adalah penyakit scabies yang disebabkan oleh sarcoptes scabeiei. Penyakit ini dapat menyerang semua orang pada semua umur, ras dan level social ekonomi. Angka kejadian penyakit ini diseluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus pertahun dan dapat menyerang negara berkembang maupun negara maju. Menurut Depkes RI data dari puskesmas tahun 2008, angka kejadian scabies 5,6-12,95%. Penyakit scabies di Indonesia mendapat urutan ke 3 dari 12 penyakit kulit tersering. Pada beberapa orang, kelompok atau keluarga yang terkena penyakit ini akan menimbulkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kenyamanan dalam menjalani aktivitas kehidupannya. Penderita akan mengeluh gatal yang khas dimalam hari, gatal yang terjadi teutama dibagian sela-sela jari tangan, dibawah ketiak, pinggang, alat kelamin, bawah ketiak, sekeliling siku, aerola ( area sekeliling putting susu) dan permukaan depan pergelangan, sehingga akan timbul perasaan malu karena sangat mempengaruhi penampilan seseorang. Scabies merupakan penyakit yang berkaitan dengan kebersihan diri, angka kejadian scabies meningkat pada kelompok masyarakat yang hidup dengan kondisi kebersihan diri dan lingkungan di bawah standar, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit scabies. Kurangnya pengetahuan tentang factor penyebab dan bahaya penyakit scabies membuat penyakit ini dianggap sebagai penyakit yang biasa saja karena tidak membahayakan jiwa. Selain itu rendahnya pengetahuan masyarakat tentang cara penyebaran dan pencegahan scabies menyebabkan angka kejadian scabies tinggi di beberapa kelompok masyarakat.



2. Presentasi Kasus Identitas Pasien Nama



: An. H



Jenis Kelamin



: laki-laki



Tanggal lahir



: 26 Oktober 2008



Usia



: 13 tahun



Alamat



: Teluk Pucung RT 01/01, Bekasi Utara, Jawa Barat



Tanggal Pemeriksaan



: 27 Februari 2021



Identitas Orang Tua Nama Ayah



: Bp. S



Jenis Kelamin



: laki-laki



Usia



: 38 tahun



Pendidikan terakhir



: SMP



Pekerjaan



: Buruh Bangunan



Nama Ibu



: Ibu. I



Jenis Kelamin



: perempuan



Usia



: 35 tahun



Pendidikan terakhir



: SD



Pekerjaan



: Cleaning Service (CS)



I. Anamnesis Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan pasien di poli balai pengobatan puskesmas telukpucung Bekasi tanggal 27 Februari 2021. Keluhan Utama Pasien laki-laki berusia 13 Tahun dating ke poli balai pengobatan puskesmas telukpucung Bekasi dengan keluhan gatal pada kedua tangan, sela jari dan perut sejak 7 hari yang lalu. Keluhan Tambahan



Keluhan disertai bentol kecil di tempat yang gatal terutama saat malam hari. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien laki-laki berusia 13 tahun datang ke poli Balai pengobatan puskesmas Telukpucung Bekasi dengan keluhan gatal pada kedua tangan, sela jari serta perut sejak 7 hari yang lalu. Keluhan gatal hilang timbul namun lebih terasa pada malam hari Keluhan disertai bentol kecil ditempat gatal, terlihat jelas pada kedua tangan dan perut. Pasien mengatakan teman bermainnya mengalami penyakit yang serupa. Pasien mengatakan sempat bermain dengan teman yang terkena yaitu dengan kontak langsung secara bersentuhan tangan. Pasien mengatakan gejala tambahannya adalah sering gatal di malam hari hingga sulit tidur. Orangtua pasien mengatakan jarang mencuci tangan ketika setelah bermain dan ingin makan. Terkadang jika sedang libur sekolah pasien jarang membersihkan badan nya biasanya hanya 1kali sehari. Pasien memiliki kebiasaan memakai handuk adiknya dan Pasien mengganti pakaian hanya 1kali sehari. Gejala tambahan demam disangkal pasien. Pasien baru pertama kali berobat. Riwayat Penyakit Dahulu a) Riwayat rawat inap



: disangkal



b) Riwayat penyakit serupa



: disangkal.



c) Riwayat alergi obat/makanan



: tidak diketahui



d) Riwayat perdarahan/ operasi



: disangkal



Riwayat Penyakit Keluarga Dalam satu rumah terdapat gejala serupa yaitu adik pasien yang berusia 3 tahun. Riwayat Alergi Makanan : (-) Rhinitis alergi, konjungtivitis alergi, Dermatitis atopi disangkal pasien. Riwayat Pekerjaan Pasien merupakan seorang pelajar.



Riwayat Lingkungan dan Sosial Ekonomi Pasien dan keluarga tinggal di sebuah rumah dengan luas sekitar 60 m 2 dengan alas lantai dan dinding tembok namun tidak disertai dengan plafon atap, sehingga berbatasan langsung dengan atap yang terbuat dari kayu. Sehari-hari ibu pasien bekerja sebagai cleaning service. Ibu pasien menitipkan keduaa anaknya di rumah nenek pasien. Keadaan lingkungan disekitar rumah nenek pasien sangat padat penduduk. Banyak hewan unggas yang berkeliaran seperti ayam, burung merpati. Keluarga pasien menjemur pakaian dipekarangan rumah yang sempit dan kurang sinar matahari. Tidak adanya selokan air (GOT). Ibu pasien mengatakan pendapatan per hari sekitar 100rb. Sedangkan ayah pasien bekerja sebagai buruh bangunan dengan gaji 1juta /bulan. II. Pemeriksaan Fisik Status Generalis Keadaan Umum



: Sakit ringan



Kesadaran



: Compos mentis



Tanda Vital Tekanan Darah



:-



Nadi



: 80x/menit



Suhu



: 36,5 C



Pernafasan



: 20x/menit



Berat Badan



: 35 kg



Kepala



: Rambut berwarna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, skuama (-), krusta (-)



Leher



: Tidak didapati pembesaran KGB



Thorax



: Tidak dilakukan pemeriksaan



Abdomen



: Tidak dilakukan pemeriksaan



Ekstremitas



: Tidak dilakukan pemeriksaan



Status Dermatologikus



Gambar 1. Regio abdomen dan extremitas superior Regio



: Abdomen dan manus bilateral



Efloresensi primer



: Makula, papul, vesikel



Efloresensi sekunder



: Skuama



Distribusi



: Diskret



Bentuk



: Tidak teratur



Batas



: Sirkumskrip



Ukuran



: Miliar, lentikuler



Efloresensi



: Regio abdomen dan manus bilateral tampak makula hiperpigmentasi, papul sewarna dengan kulit dan vesikel berisi cairan bening ukuran miliar, lentikuler diskret multiple , skuama di lesi, serta terdapat ekskoriasi.



III. Pemeriksaan Penunjang Tidak dilakukan



IV. Resume



Pasien laki-laki berusia 13 tahun datang ke poli balai pengobatan puskesmas telukpucung bekasi dengan keluhan gatal pada kedua tangan, sela jari serta perut sejak 7 hari yang lalu. Keluhan gatal hilang timbul namun lebih terasa pada malam hari Keluhan disertai bentol kecil ditempat gatal, terlihat jelas pada kedua tangan dan perut. Pasien mengatakan teman bermainya mengalami penyakit yang serupa. Gejala tambahan yang pasien alami adalah gatal di malam hari hingga sulit tidur, hygenitas kebersihan pasien kurang mulai dari sering berganti-ganti handuk dengan adiknya, mandi hanya 1kali sehari, jarang mencuci tangan setelah bermain hingga ketika ingin makan. Keluhan demam disangkal pasien. . Pada pemeriksaan fisik didapati keadaan umum pasien tampak sakit ringan dan kesadaran compos mentis, nadi 80/menit, suhu 36.5, pernapasan 20x/menit. Pada status dermatologi. Regio abdomen



dan manus bilateral tampak makula



hiperpigmentasi, papul sewarna dengan kulit dan vesikel berisi cairan bening ukuran miliar, lentikuler diskret multiple , skuama di lesi. V. Diagnosis Banding - Prurigo - Pedikulosis korporis



VI. Diagnosis Kerja Skabies VII. Penatalaksanaan a. Non-medika mentosa -



Edukasi tentang penyakit pasien



-



Edukasi agar minum obat teratur.



-



Jaga kebersihan diri



-



Mencegah bertambah hebatnya gatal yang ditimbulkan, dengan menggunakan pakaian yang mudah menyerap keringat. Mengganti seprai.



b. Medikamentosa -



Scabimite 10 g 1x single dose (permethrin 5 %)



-



Cetirizine 1x 10 mg pada malam hari selama 1 minggu



-



Multivitamin syrup 1x1 cth



VIII. Prognosis Ad vitam



: Dubia ad bonam



Ad fungsionam



: Dubia ad bonam



Ad sanationam



: Dubia ad bonam



IX. Daftar Masalah 1. Hyigenitas buruk 2. Tingkat pengetahuan rendah 3. Sosial ekonomi rendah Follow up 1 S : keluhan gatal pada malam hari berkurang (-). O : Tampak sakit ringan, CM BB: 35 kg



RR: 24x/menit



TB: 145 cm



Suhu: 36,9º C



Status lokalis : Eritema dan papul vesikel sudah mulai mengering dan berkurang. A : scabies pengobatan hari pertama P : Cetirizine 1x 10 mg pada malam hari Multivitamin syrup 1x1 cth



Follow up 2 S : Saat ini pasien tidak ada keluhan. Keluhan gatal dimalam hari tidak ada.



O : Tampak sakit ringan, CM BB 35 kg



RR 24x/menit



TB 145cm



Suhu 36,9º C



Status lokalis : sudah tidak ditemukan lesi seperti papul dan vesikel, lesi sudah mengering dan hanya terdapat ektima (koreng) A : scabies dengan penyembuhan P:Lampiran Foto



Gambar 2 : fase penyembuhan



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



I. Definisi Scabies memiliki sinonim yaitu itch, sky bees, gudik, budukan gatal dan agogo. Skabiesa dalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya.1 II. Epidemiologi Menurut WHO (World Health Organization) terdapat sekitar 300 juta kasus skabies di dunia setiap tahunnya.2 Skabies termasuk penyakit kulit yang endemis di wilayah beriklim tropis dan subtropis, seperti Afrika, Mesir, Amerika tengah, Amerika selatan, Australia utara, Australia tengah, Kepulauan karabia, India, dan Asia tenggara.3 Sebuah studi epidemiologi di United Kingdom (UK) menunjukkan bahwa skabies lebih banyak terdapat di area perkotaan dan lebih sering terjadi pada musim dingin dibandingkan musim panas.4 Skabies masih menjadi masalah utama di banyak komunitas Aborigin di Australia, dimana berkaitan dengan tingkat kemiskinan dan kepadatan penduduk. Hasil survei didapatkan prevalensi skabies 25% pada orang dewasa, sedangkan prevalensi tertinggi terjadi pada anak sekolah yaitu 30-65%.3 Laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Bekasi tahun 2013 menunjukkan dari sepuluh penyakit terbanyak yang berkunjung di beberapa puskesmas, penyakit kulit infeksi menduduki peringkat ketiga, setelah ISPA diurutan pertama dan gastritis diurutan kedua. Kejadian skabies pada tahun 2013 didapatkan sebanyak 1.926 kasus. Kejadian skabies terbanyak ditemukan di beberapa tempat seperti puskesmas, tempat bermain dan tempat ibadah anak-anak yang mengaji.4 III. Etiologi1,5 Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya.. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, super famili Sarcoptes. Secara morfologik merupakan tungau kecil berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250



– 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat dengan alat perekat.



Gambar 3 : morfologik Sarcoptes scabiei



IV. Cara Penularan 6,7 Beberapa faktor yang berkontribusi dalam kejadian skabies yaitu; kontak dengan penderita skabies, rendahnya tingkat personal hygiene dan kondisi lingkungan yang mendukung untuk berkembangnya skabies seperti kepadatan hunian, sanitasi yang tidak baik, dan akses air bersih yang sulit. Tungau skabies dapat menyebar melalui kontak langsung dengan penderita skabies atau kontak secara tidak langsung dengan menggunakan peralatan atau benda yang telah terkontaminasi tungau skabies seperti penggunaa handuk bersama, memakai alas tempat tidur penderita skabies dan lainnya. Penyebaran tungau skabies akan lebih mudah terjadi pada penduduk yang hidup berkelompok atau padat penghuni pada suatu lingkungan seperti asrama, kelompok anak sekolah, antar anggota keluarga pada rumah yang padat penghuni bahkan antar warga di suatu perkampungan. V. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kejadian Skabies28 1. Faktor Pengetahuan



Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi faktor internal dan eksternal a. Faktor Internal: Usia, Pengalaman, b. Faktor Eksternal: Pendidikan, Informasi, Sosial dan Budaya, Ekonomi, Lingkungan 2. Faktor Sikap 3. Faktor Perilaku Personal Hygiene a. Faktor Intern: Pengetahuan, persepsi, emosi, motivasi, dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar b. Faktor Ekstern: Lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan, dan lain sebagainya. 4. Faktor Sanitasi Lingkungan a. Ketersediaan Air Bersih b. Kebersihan Kamar Tidur c. Kelembapan d. Luas Ventilasi e. Pencahayaan f. Kepadatan Hunian Kamar Tidur. Menurut Pratiwi Aminah dkk berdasarkan hasil analisis data adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian scabies serta tingkat prevalensi scabies. Tingkat pengetahuan yang rendah cenderung memiliki prevalensi scabies lebih tinggi secara signifikan dibandingan dengan orang dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Peneli lain juga meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu pemulung dengan personal hygiene pada kejadian scabies balita di tempat pembuangan akhir kota semarang dengan menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian scabies. Penelitian ini menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sehari-hari, terutama dalam praktek kebersihan diri sehingga pemulung yang memilikipengetahuan yang rendah cenderung tidak memperhatikan personal hygiene yang baik. Hal seperti itu semakin



meningkatkan kejadian scabies yang merupakan penyakit yang sangat terkait dengan kebersihan diri.



Gambar 4 : pengaruh tingkat pengetahuan dengan kejadian scabies



VI. Patogenesis8,9 Kutu scabies betina menggali terowongan pada stratum corneum dengan kecepatan 2 mm per hari, dan meletakkan 2 atau 3 telur-telurnya setiap harinya.Telur-telur ini akan menetas setelah 3 hari dan menjadi larva, yang akan membentuk kantung dangkal di stratum corneum dimana larva-larva ini akan bertrasnformasi dan menjadi dewasa dalam waktu 2 minggu. Kutu ini kawin didalam kantongnya, dimana kutu jantan akan mati tetapi kutu betina yang telah dibuahi menggali terowongan dan melanjutkan siklus hidupnya. Setelah invasi pertama dari kutu ini, diperlukan 4 hingga 6 minggu untuk timbul reaksi hipersensitivitas dan rasa gatal akibat kutu ini.



Gambar 5 : patogenesis scabies Siklus hidup ini menjelaskan mengapa pasien mengalami gejala selama bulan pertama setelah kontak dengan individu yang terinfeksi. Setelah sejumlah kutu (biasanya kurang dari 20) telah dewasa dan telah menyebar dengan cara bermigrasi atau karena garukan pasien, hal ini akan berkembang dari rasa gatal awal yang terlokalisir menjadi pruritus generalisata. Selama siklus hidup kutu ini, terowongan yang terbentuk meluas dari beberapa milimeter menjadi beberapa centimeter. Terowongan ini tidak meluas kelapisan bawah epidermis, kecuali pada kasus hiperkeratosis scabies Norwegia, kondisi dimana terdapat kulit yang bersisik, menebal, terjadi imunosupresan, atau pada orang-orang tua dengan jumlah ribuan kutu yang menginfeksi. Telur-telur kutu ini akan dikeluarkan dengan kecepatan 2-3 telur perharinya dan massa feses(skibala) terdeposit pada terowongan. Skibala ini



dapat menjadi iritan dan menimbulkan rasa gatal. Reaksi hipersensitivitas akibat adanya benda asing mungkin menjadi penyebab lesi. peningkatan titer IgE dapat terjadi pada beberapa pasien scabies, bersama dengan eosinofilia, dan reaksi hipersensitivitas tipe langsung akibat reaksi dari kutu betina ini. Kadar IgE menurun dalam satu tahun setelah terinfeksi. Eosinofil kembali normal segera setelah dilakukannya perawatan. Fakta bahwa gejala yang timbul jauh lebih cepat ketika terjadi reinfeksi mendukung pendapat bahwa gejala dan lesi scabies adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas. VII. Diagnosis dan Gambaran Klinik1 Diagnosa dapat ditegakkan dengan menentukan 2 dari 4 tanda dibawah ini : 1. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas. 2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga, begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. 3. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papula (tonjolan padat) atau vesikel (kantung cairan). Jika ada infeksi sekunder, timbul polimorf (gelembung leokosit). 4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Gatal yang hebat terutama pada malam sebelum tidur. Adanya tanda : papula (bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan). Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, selangkangan dan lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit.



VIII. Gambaran Klinis10,11 Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang tidak khas, meskipun jarang ditemukan. Kelainan ini dapat menimbulkan kesalahan diagnostik yang



dapat



berakibat



gagalnya



pengobatan.



Bentuk-bentuk



skabiesantara lain : 1. Skabies pada orang bersih Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah yang sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. 2. Skabies nodular Lesi



berupa



nodul



kecoklatan



yang



gatal,



nodul



terjadi



akibat



reaksi hipersensitivitas terhadap Sarcoptes scabiei. Umumnya terdapat pada daerah yang tertutup terutama pada genitalia, inguinal dan axila. Pada nodul yang lama tungau sukar ditemukan, dan dapat menetap selama beberapa minggu hingga beberapa bulan walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies. 3. Skabies incognito Penggunaan obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda pada penderita apabila penderita mengalami skabies. Akan tetapi dengan penggunaan steroid, keluhan gatal tidak hilang dan dalam waktu singkat setelah penghentian penggunaan steroid lesi dapat kambuh kembali bahkan lebih buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon imun seluler. 4. Skabies yang ditularkan oleh hewan Sarcoptes



scabiei varcanis



bisa



menyerang



manusia



yang



pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut, misalnya anjing, kucing dan gembala. Lesi tidak pada daerah predileksi skabies tipe humanus tetapi pada daerah yang sering berkontak dengan hewan peliharaan tersebut, seperti dada, perut, lengan.Masa inkubasi jenis ini lebih pendek dan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih oleh karena varietas hewan tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia. 5. Norwegian Scabies (Skabies berkrusta)



Merupakan skabies berat ditandai dengan lesi klinis generalisata berupa krusta dan hiperkeratosis dengan tempat predileksi pada kulit kepala berambut,telinga, bokong, telapak tangan, kaki, siku, lutut dapat pula disertai kuku distrofik.Bentuk ini sangat menular tetapi gatalnya sangat sedikit. Dapat ditemukan lebih dari satu juta populasi tungau di kulit. Bentuk ini ditemukan pada penderita yang mengalami gangguan fungsi imun



misalnya AIDS,



penderita gangguan neurologik dan retardasi mental. 6. Skabies pada bayi dan anak Pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di wajah dan kulit



kepala



sedangkan



pada



orang



dewasa



jarang



terjadi.



Nodul



pruritis eritematous keunguan dapat ditemukan pada axila dan daerah lateral badan pada anak-anak. setelah



Nodul-nodul ini



bisa timbul



berminggu-minggu



eradikasi infeksi tungau dilakukan. Vesikel dan bula bisa timbul



terutama pada telapak tangan dan jari. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima, sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di wajah. IX. Pemeriksaan Penunjang10,13 Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan.



Tetapi



penderita sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari empat



cardinal sign. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan



tungau dan produknya yaitu : 1. Kerokan kulit Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH10% lalu dilakukan kerokan dengan menggunakan skalpel steril yang bertujuanuntuk mengangkat atap papul atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan digelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop. 2. Mengambil tungau dengan jarum



Bila



menemukan



terowongan,



jarum



suntik



yang



runcing



ditusukkan kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya kemudian



dikeluarkan.Bila



positif,



tungau



terlihat



pada



ujung jarum sebagaiparasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi memerlukan keahlian tinggi. 3. Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test) Papul skabies dilapisi dengan menit.Setelah tersebut



tinta



dibersihkan



tinta cina, dibiarkan selama 20-30 dengan



kapas



alkohol,



terowongan



akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di sekitarnya karena



akumulasi tinta didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila terbetuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai bentuk S. 4. Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy) Dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superfisial menggunakan pisau dan berhati-hati



dalam



melakukannya



agar



tidak



berdarah.



Kerokan



tersebut diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang mudian diperiksa dibawah mikroskop. Biopsi irisan dengan pewarnaan Hematoksilin and Eosin



Gambar 6 : Sarcoptes scabiei dalam epidermis (panah) dengan pewarnaan H.E15,16 5. Uji tetrasiklin Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli. Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet dari



lampu Wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan efluoresensi kuning keemasan pada kanalikuli.



X. Diagnosis Banding Skabies merupakan the great immitator karena menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal seperti : a. Prurigo nodularis 11,12 Merupakan tanda klinik yang kronis yaitu nodul yang gatal dan secara histologi ditandai adanya hiperkeratosis dan akantosis hingga ke bawah epidermis. Sedangkan pada skabies ditemukan Sarcoptes scabiei di bagian teratas epidermis yang mengalami akantosis. Pada prurigo, penyebabnya belum diketahui. Namun dalam beberapa kasus,faktor stress emosional menjadi salah satu pemicu sehingga sulit untuk ditentukan apakah ini adalah penyebab atau akibat dari prurigo sedangkan pada skabies disebabkan oleh adanya tungau Sarcoptes scabiei melalui pewarnaan Hematoksilin-Eosin (H.E). b. Pedikulosis korporis Pedikulosis korporis timbul rasa gatal akibat gigitan Pedikulus humanus varitas corporis. Pedikulus humanus varitas corporis bentuknya bulat, lonjong, pipih. Pedikulus korporis dapat berupa ekskoriasi dan krusta. Sama halnya dengan skabies, pedikulosis ini juga dipengaruhi higiene yang buruk. 1 c. Insect bite (gigitan serangga)10,13,14 Karakteristik



lesi



berupa



urtikaria



papul



eritematous



1-4



mm



berkelompok dan tersebar di seluruh tubuh, sedangkan tungau skabies lebih suka memilih area tertentu yaitu menghindari area yang memiliki banyak folikel pilo sebaseus. Pada umumnya popular urtikaria terjadi akibat gigitan dan sengatan serangga tetapi area lesinya hanya terbatas pada daerah gigitan dan sengatan serangga saja sedangkan skabies ditemukan lesi berupa terowongan yang tipis dan



kecil



seperti



benang



berwarna



putih



abu-abu,



pada



ujung



terowongan ditemukan papul atau vesikel. Gigitan serangga



biasanya



hanya



mengenai satu anggota keluarga saja, sedangkan skabies menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. d. Folikulitis11 Merupakan peradangan folikel rambut yang disebabkan oleh bakteri Stafilokokus berupa makula eritem disertai papul atau pustul yang ditembus oleh rambut. Berbeda dengan skabies, folikulitis memiliki rasa gatal danr asa terbakar pada daerah rambut. Kadang-kadang penyakit ini ditimbulkan oleh discharge (sekret) dari luka dan abses.



Kemudian, lesi folikulitis muncul pada daerah



yang ditumbuhi oleh rambut, sedangkan pada skabies menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus. XI. Penatalaksanaan17,18,19,20,21 1. Penatalaksanaan secara umum Edukasi pada pasien skabies : a. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan. b. Pengobatan meliputi seluruh bagian dari kulit tanpa terkecuali baik yang yang terkena oleh skabies ataupun bagian kulit yang tidak terkena. c. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur. d. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan. e. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila perlu direndam dengan air panas f. Jangan ulangi penggunaan skabisid yang berlebihan dalam seminggu walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari g. Setiap orang di yang tinggal dalam satu rumah sebaiknya mendapatkan penanganan di waktu yang sama. h. Melapor ke dokter anda setelah satu mingguUmum 2. Penatalaksanaan secara khusus



Ada banyak cara pengobatan secara khusus pada pengobatan skabies dapat berupa topikal maupun oral antara lain : a. Permethrin Permethrin merupakan sintesa dari pyrethtoid , sifat skabisidnya sangat baik. obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan scabies karena efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat salah dalam penggunaannya sangatkecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorbsi dan cepat dimetabolisme di kulit dan deksresikan di urin. Tersedia dalam bentuk krim 5 % dosis tunggal digunakan selama 8-12 jam, digunakan malam hari sekali dalam 1 minggu selama 2 minggu, apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu.Permethrin tidak dapat diberikan pada bayi yang kurang dari 2 bulan, wanita hamil, dan ibu menyusui. Efek samping jarang ditemukan berupa rasa terbakar, perih, dan gatal. Beberapa studi menunjukkan tingkat keberhasilan permetrin lebih tinggi dari lindane dan crotamiton. Kelemahannya merupakan obat topikal yang mahal. b. Presipitat Sulfur 2-10% Presipitat sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan, sejak 25 M. Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%) dan umumnya salep konsentrasi 6% lebih disukai.Cara aplikasi salep sangat sederhana, yakni mengoleskan salep setelahmandi ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam tiga hari berturut-turut.Keuntungan penggunaan obat ini adalah harganya yang murah danmungkin merupakan satu-satunya pilihan di negara yangmembutuhkan terapi massal. Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk hidrogen sulfida dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat germisid dan fungisid. Secara umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. c. Benzyl benzoate



Benzyl benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzyl yang merupakan bahan sintesis balsam peru. Benzyl benzoate bersifat neurotoksik pada tungau skabies. Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzyl benzoate sangatefektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik bisa diterima. Efek samping dari benzyl benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakan secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzyl benzoate lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted scabies. Di negara-negara berkembang dimana sumber daya yang terbatas, benzyl benzoate digunakan dalam pengelolaan skabies sebagai alternatif yang lebih murah. d. Lindane (Gamma benzene heksaklorida) Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzene , adalah sebuah insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat tungau.Lindane diserap masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir kemudian keseluruh bagian tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau, lindane dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan feses. Lindane tersedia dalam bentuk krim, losion, gel, tidak berbau dan tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal den gan mengoleskan keseluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1%krim atau losion. Setelah pemakaian dicuci bersih dan dapat



diaplikasikan lagi setelah 1



minggu. Hal ini untuk memusnahkan larva-larva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan lindane selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta tidak menggunakan konsentrasi lainselain 1%.



Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas sistem saraf pusat, kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-tanda klinis toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah, gelisah, tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang, kegagalan pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti menunjukkan lindane dapat mempengaruhi perjalanan fisiologis kelainan darah seperti anemia aplastik, trombositopenia, dan pansitopenia. e. Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine) Crotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10%atau losion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%.Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari berturutturut setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2 malam, kemudian dicuci setelah aplikasi kedua. Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka panjang. Beberapa ahli beranggapan bahwa krim ini tidak direkomendasikan terhadap skabies karena kurangnya efikasi dan data penunjang tentang tingkat keracunan terhadap obat tersebut. Crotamiton 10% dalam krimatau losion, tidak mempunyai efek sistemik dan aman digunakan padawanita hamil, bayi dan anak kecil. f. Ivermectin Ivermectin adalah bahan semisintetik yang dihasilkan oleh Streptomyces avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotik makrolid, namun tidak mempunyai aktifitas sebagai antibiotik,diketahui aktif melawan ekto dan endo parasit. Digunakan secarameluas pada pengobatan hewan, pada mamalia, pada manusia digunakan untuk pengobatan penyakit filaria terutama oncocerciasis. Diberikan secara oral, dosis tunggal, 200 ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk skabies. Digunakan pada umur lebih dari 5 tahun. Juga dilaporkan secara khusus tentang formulasi ivermectin topikal efektif untuk mengobati skabies. Efek samping yang sering adalah kontak dermatitis dan toxicepidermal necrolysis.



g. Monosulfiran Tersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus ditambahkan 23 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3hari. h. Malathion Malathion 0,5% adalah dengan dasar air digunakan selama 24 jam, pemberian berikutnya beberapa hari kemudian. Namun saat ini tidak lagi direkomendasikan karena berpotensi memberikan efek samping yang sangat tinggi. XII. Prognosis Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi antara lain hiegene, serta orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit ini dapat diberantas dan prognosis baik



BAB III METODOLOGI Laporan ini dibuat dengan menggunakan metode studi kasus di mana subjek penelitian adalah salah seorang pasien di Puskesmas Teluk Pucung. Pasien yang terpilih kemudian diwawancara dan di ikuti perkembangannya selama 1 bulan. Metode pengambilan data-data didapatkan melalui pemeriksaan langsung di Puskesmas dan tempat tinggal pasien dan menggunakan recall dari orang tua pasien. Sehingga sangat mungkin adanya bias recall pada data-data yang didapatkan pada laporan ini. Penulis melakukan dua kali pertemuan tatap muka dengan follow up sebanyak dua kali selama bulan maret – April 2021. Pertemuan pertama dilakukan di Puskesmas saat pasien pertama kali teridentifikasi pada tanggal 27 Februari 2021. Follow up pertama dilakukan di rumah pasien 1 hari setelah pemberian tatalaksana. Selanjutnya follow up kedua dilakukan di tempat tinggal pasien dengan hasil keluhan sudah membaik. Penulis mengidentifikasi lingkungan tempat tinggal pasien, interaksi keluarga pasien, sanitasi, dan penerapan edukasi yang telah diberikan. Selain itu penulis juga memberikan edukasi lanjutan untuk memperbaiki kondisi pasien pada setiap pertemuan.



BAB IV: PEMBAHASAN



Pada kasus ini, pasien anak laki-laki (An. SP) berusia 1 tahun 6 bulan datang dibawa ibunya dengan keluhan BAB cair sejak 5 hari yang lalu dengan ampas yang sangat sedikit disertai dengan bau busuk, demam, dan tanda-tanda dehidrasi berupa mata cekung, bibir kering, turgor kulit melambat, dan air mata kering. Selain itu, ibu pasien juga mengatakan berat badan pasien tidak bertambah dan pasien belum mampu untuk duduk dan berdiri. Pasien selalu ingin duduk di pangkuan orang tua dan sangat rewel bila dicoba didudukan sendiri. Pasien juga tampak sangat lemah dan selalu bersandar pada orang tua. Berdasarkan kondisi umum terkait BAB cair, pasien dikategorikan mengalami dehidrasi ringan sedang dengan kecurigaan penyebab diare adalah infeksi bakteri karena disertai bau busuk dan demam. Terkait pertumbuhan, berdasarkan perhitungan berat badan menurut umur sesuai kurva WHO, pasien termasuk gizi buruk, sementara berdasarkan perhitungan tinggi badan menurut umur sesuai kurva WHO, pasien termasuk berperawakan sangat pendek. Untuk perkembangan saat ini, berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan kuesione pra skrining perkembangan (KPSP) untuk anak usia 15 bulan, tampak pasien mengalami keterlambatan perkembangan. Berdasarkan KPSP untuk anak usia 15 bulan, untuk motorik halus, seharusnya pasien mampu untuk mempertemukan 2 kubus kecil yang sedang dipegang dan mampu untuk memungut benda-benda kecil seperti kacang, kismis atau biskuit namun pasien hanya mampu untuk memungut benda kecil dan tampak kesulitan saat mempertemukan 2 kubus kecil yang dipegangnya. Untuk motorik kasar, pasien seharusnya mampu untuk berdiri dan berjalan dengan seimbang, namun pasien sama sekali belum dapat berdiri dan berjalan. Saat ini pasien hanya mampu duduk dengan bantuan. Untuk sosialisasi dan kemandirian, seharusnya pasien mampu bertepuk tangan dan melambai tanpa bantuan serta menunjuk sesuatu yang diinginkannya tanpa menangis dan merengek. Saat ini pasie mampu untuk bertepuk tangan tanpa bantuan namun terkadang masih menunjuk sesuatu yang diinginkannya dengan menangis atau merengek. Sementara untuk perkembangan bahasa, di usia 15 bulan, seharusnya pasien mampu untuk mengatakan papa saat memanggil atau melihat ayahnya dan mengatakan mama saat memanggil atau melihat mamanya. Namun pasien masih bergumam dan belum dapat dengan jelas mengucapkan papa dan mama. Pada pasien keterlambatan perkembangan pasien sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor risiko paling awal yang dimiliki adalah terkait masa kehamilan, dimana ibu



baru menyadari kehamilan di usia 6 bulan. Padahal pada usia kehamilan 22 hari, janin didalam kandungan sudah memasuki tahap perkembangan neural tube yang akan menjadi saraf pusat dan perifer. Terlambat menyadari kehamilan, dapat berkontribusi pada tidak optimalnya nutrisi ibu selama masa kehamilan awal yang akhirnya berpengaruh pada kurang optimalnya perkembangan saraf termasuk otak anak. Selain itu, terlambat menyadari kehamilan akan berpengaruh pada kurangnya stimulasi yang diberikan ibu bagi janin selama kehamilan, padahal stimulasi ini sangat penting dalam perkembangan janin di dalam kandungan. Pasien yang terlahir prematur dengan berat badan lahir rendah juga berpengaruh pada perkembangan di masa selanjutnya. Bayi premature dengan berat lahir rendah sangat membutuhkan perhatian dan penanganan khusus agar mampu mengejar pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Selain itu bayi premature dengan berat lahir rendah juga lebih rentan mengalami infeksi karena sistem imun tubuh yang belum optimal. Bila infeksi yang dialami berulang, maka nutrisi yang diperoleh anak hanya digunakan tubuh untuk melawan proses infeksi sehingga anak akan kekurangan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Nutrisi yang kurang merupakan faktor lain yang juga sangat berpengaruh pada terlambatnya perkembangan pasien. Hingga usia 4 bulan, pasien masih mendapatkan ASI eksklusif. Namun setelahnya, pasien tidak lagi mendapat ASI karena menurut ibu pasien, ASI nya sudah tidak lagi keluar sehingga pasien diberikan susu formula tanpa berkonsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Penggantian ASI ke susu formula di usia yang sangat dini akan sangat berpengaruh pada sistem pencernaan dan imunitas bayi. Bayi yang diberikan susu formula terlalu dini akan mudah mengalami diare sehingga nutrisi yang diperolehnya lebih mudah terbuang dan tidak dapat digunakan untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu, penggantian susu dari susu formula ke kental manis juga sangat mempengaruhi status nutrisi pasien. Hal ini disebabkan karena kandungan dalam kental manis tidak mencukupi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain kental manis, pasien juga hanya mendapatkan tambahan makanan pendamping yang kurang bergizi seperti jajanan di warung. Hal ini semakin memperparah status nutrisi pasien. Nutrisi pasien yang sangat kurang, membuat pasien sangat lemah sehingga pasien tidak mampu menggerakan tubuhnya dengan leluasa yang akhirnya berpengaruh pada keterlambatan perkembangan pasien. Faktor ekonomi juga menjadi faktor yang tidak kalah penting dalam keterlambatan perkembangan pasien. Status sosio ekonomi yang rendah berpengaruh pada kemampuan



keluarga untuk menyediakan nutrisi yang sesuai untuk kebutuhan dan perkembangan anak. Selain itu, status ekonomi juga berhubungan dengan rendahnya edukasi orang tua. Rendahnya edukasi pada orang tua sangat berpengaruh pada stimulasi yang diberikan untuk pasien. Walaupun keluarga sangat menyayangi pasien, namun orang tua tidak mampu memberikan stimulus yang tepat sesuai usia anak sehingga perkembangan yang dimiliki anak pada tiap tahapan umur tidak maksimal. Selain itu, edukasi yang rendah juga membuat kondisi orang tua tidak paham dengan kondisi anak, baik secara medis, pertumbuhan maupun perkembangannya. Hal ini terbukti dimana saat pasien dibawa untuk diperiksakan karena BAB cairnya, orang tua tidak menyadari bahwa anaknya mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Faktor sosio ekonomi juga berpengaruh pada lingkungan tempat tinggal pasien. Kebersihan dan sanitasi yang buruk berpengaruh pada imunitas pasien. Imunitas yang rendah disertai dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk sangat memudahkan pasien mengalami infeksi. Bila infeksi terus berulang, maka nutrisi yang diperoleh hanya dihabiskan untuk pemulihan diri dari proses infeksi dan tidak ada lagi nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Penanganan kondisi dehidrasi dan gizi buruk untuk pasien sudah tepat melalui pemberian mineral mix dan susu F75 untuk 3 hari pertama dan F100 untuk 7 hari selanjutnya. Ibu pasien juga sudah lebih memperhatikan pemberian nutrisi untuk pasien sesuai anjuran dokter. Berdasarkan follow up yang dilakukan, pasien juga tampak sudah lebih baik dari kondisi sebelumnya. Pasien sudah alami kenaikan berat badan serta sudah lebih bertenaga dan tampak lebih ceria. Keluaraga pasien juga sudah mengupayakan mengejar keterlambatan perkembangan dengan memberikan stimulus seperti membantu mengajarkan duduk, berdiri dan berbicara. Karena tubuh yang lebih kuat, pasien sudah tampak lebih mudah belajar untuk mengejar perkembangannya. Orang tua juga disarankan untuk melihat buku KIA yang sudah dimiliki untuk membantu menentukan stimulasi apa harus diberikan untuk anak sesuai tahapan umur.



BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Perkembangan pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, yaitu faktor internal seperti ras, genetik, usia dan jenis kelamin serta faktor eksternal seperti kondisi saat dalam kehamilan (nutrisi, pertumbuhan perkembangan janin, ada tidaknya penyakit, infeksi atau kelainan bawaan), kondisi saat persalinan (ada tidaknya trauma atau penyulit persalinan), serta kondisi pasca persalinan (nutrisi, lingkungan, stimulasi). 2. Perkembangan anak dipantau dalam 4 aspek utama yaitu motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, serta sosialisai dan kemandirian. 3. Tiap tahapan umur memiliki milestone perkembangan yang harus dicapai agar anak dapat memiliki perkembangan yang optimal. 4. Status nutrisi yang rendah akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Namun, keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dapat dikejar bila anak masih berada dalam usia perkembangan serta terus diberikan nutrisi serta stimulasi yang tepat. Saran 1. Tenaga kesehatan harus mampu dan selalu mengingat untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan untuk setiap pasien anak yang datang ke fasilitas kesehatan agar intervensi lebih awal dapat diberikan bila ditemukan adanya keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada anak. 2. Tenaga kesehatan dapat berkoordinasi dengan kader di wilayah kerjanya untuk memantau tumbuh kembang anak melalui posyandu dan membantu mengedukasi ibu terkait pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memanfaatkan buku KIA yang didapat ibu sejak awal kehamilan



DAFTAR PUSTAKA



1. Handayani, D., Sulastri, A., Mariha, T. and Nurhaeni, N., 2017. Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak dengan Orang Tua Bekerja. Jurnal Keperawatan Indonesia, 20(1), pp.48-55. 2. Hockenberry, M & Wilson, D. 2012. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing (9th Ed.). St Louis: Elsevier Inc 3. Kementrian Kesehatan RI. 2016. Buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. 4. Kementrian Kesehatan RI. 2019. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta ; Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 5. Lantz SE, Ray S. Freud Developmental Theory. [Updated 2020 May 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557526/ 6. Nguyen PH, DiGirolamo AM, Gonzalez‐Casanova I, et al. Influences of early child nutritional status and home learning environment on child development in Vietnam. Matern Child Nutr. 2018;14:e12468. https://doi.org/10.1111/mcn.12468 7. Prado, E. and Dewey, K., 2014. Nutrition and brain development in early life. Nutrition Reviews, 72(4), pp.267-284. 8. Sally Grantham-McGregor, Patrice Engle, Maureen Black, et al. Developmental potential in the fi rst 5 years for children in developing countries. Lancet 2007; 369: 60–70 9. UNICEF. Malnutrition prevalence remains alarming: stunting is declining too slowly while wasting still impacts the lives of far too many young children. Dapat diakses di https://data.unicef.org/topic/nutrition/malnutrition/ 10. Tasnim, T., 2018. Determinants of Malnutrition in Children Under Five Years in Developing Countries: A Systematic Review. Indian Journal of Public Health Research & Development, 9(6), p.333. 11. Beer, S., Juarez, M., Vega, M. and Canada, N., 2015. Pediatric Malnutrition. Nutrition in Clinical Practice, 30(5), pp.609-624.



Lampiran Kuesioner B. Karakteristik Responden 1.



Nama Responden



:



2.



Umur



:



3.



Jenis Kelamin



:



4.



Pendidikan



:



C. Penyakit Skabies No 1



Pernyataan Apabila anda pernah mengalami penyakit gatal dengan gejala gatal terutama di malam hari Apakah anda mengetahui tentang penyakit kudis ?



2 3.



Ya



Apakah disekeliling lingkungan rumah (keluarga inti) anda ada yang menderita penyakit kudis? Apakah anda tau gambaran penyakit kudis seperti apa ?



4.



D. Pengetahuan 1. Apakah anda tahu apa itu penyakit skabies (gudikan)? a.



Tahu



b. Tidak tahu



2. Apakah anda tahu penyebab dari penyakit skabies (gudikan)? a.



Tahu



b. Tidak tahu



3. Menurut anda apakah penyakit skabies (gudikan) itu menular? a.



Menular



b. Tidak menular



4. Berapa kali anda biasanya menjemur kasur dalam 1 bulan? a.



1 kali



b. 2 kali



5. Berapa lama anda biasanya menjemur kasur? a.



< 6 jam



b. > 6 jam



c. 3 kali



Tidak



No 1 2 3



4 5 6 7 8 9 10 12 13



14 E. 15



Pernyataan Penyakit scabies (gudikan) adalah penyakit kulit seperti gatal-gatal yang disebabkan kutu tungau Bintik-bintik kecil sampai besar berwarna kemerahan dan bernanah adalah tanda terjadi scabies (gudikan) Bagian tubuh yang sering terkena scabies (gudikan) adalah ketiak, alat kelamin, siku dan bagian depan pergelangan tangan Cara penularan scabies (gudikan) dapat melalui kontak langsung dengan kulit penderita Siapa saja dapat menderita penyakit Scabies (gudikan) Saling menukar pakaian dengan teman dapat beresiko terkena scabies (gudikan) Mandi dua kali sehari dapat mencegah Scabies (gudikan) Kutu tungau penyebab scabies (gudikan) dapat berkembang biak di air yang kotor Gatal-gatal pada malam hari dengan suhu panas dan lembab adalah gejala scabies Berjabat tangan dengan penderita Scabies (gudikan) dapat menularkan scabies Baju dan handuk yang lembab harus dijemur di matahari untuk mencegah kutu tungau penyebab scabies (gudikan) Cara penularan scabies (gudikan) dapat melalui kontak tidak langsung dengan kulit penderita seperti pakaian, handuk, dan sprei yang digunakan penderita tidak tukar menukar handuk dan pakaian dengan teman atau anggota keluarga dapat mencegah scabies (gudikan) Kutu tungau penyebab scabies (gudikan) bisa mati jika terkena sinar matahari



Sanitasi Lingkungan



Benar



Salah



No 1



2



3



4



5 F. 6



Pernyataan Penyediaan air bersih a. Air tidak berasa b. Air tidak berbau c. Air tidak berwarna d. Air tidak keruh Pembuangan air limbah a. Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang nyamuk b. Tidak menimbulkan bau c. Tidak becek Penyediaan tempat sampah a. Mudah dibersihkan b. Kedap air c. Mempunyai tutup Jamban Keluarga a. Tinja tidak dapat dijamah oleh serangga atau tikus b. Lantai kedap air c. Jamban mudah dibersihkan d. Tersedia air bersih dan alat pembersih Ventilasi dan Pencahayaan a. Terdapat ventilasi b. Luas ventilasi 10% dari lantai c. Cahaya dapat masuk ke dalam ruangan Kondisi Kamar Tidur a. Luas kamar 8 m 2 untuk 2 orang b. Terdapat ventilasi c. Kamar rapi



Personal Hygiene



Memenuhi Syarat



Tdk Memenuhi Syarat



No



Pernyataan



1



Apakah keluarga Bapak/Ibu mandi minimal 2 kali sehari Apakah keluarga Bapak/Ibu mandi menggunakan sabun Apakah keluarga Bapak/Ibu ketika mandi memakai sabun masing-masing Apakah keluarga Bapak/Ibu mengganti pakaian minimal 1 kali dalam sehari Apakah keluarga Bapak/Ibu menggunakan handuk masing-masing saat mandi Apakah keluarga Bapak/Ibu mencuci rambut minimal 2 kali sehari Apakah keluarga Bapak/Ibu menggunakan shampoo saat mencuci rambut Apakah keluarga Bapak/Ibu menggunakan air bersih saat mencuci Apakah keluarga Bapak/Ibu menggunakan handuk yang kering dan bersih setelah mencuci rambut Apakah keluarga Bapak/Ibu mengganti handuk satu minggu sekali Apakah keluarga bapak/ibu memiliki tempat meletakkan jemuran handuk yang habis dipakai stelah mandi Apakah keluarga bapak/ibu mencuci sprey menggunakan deterjen Apakah keluarga bapak/ibu mengganti sprey 1 kali dalam seminggu? Apakah keluarga bapak/ibu menggunakan sprey yang sudah di setrika? Apakah keluarga bapak/ibu menggunakan baju yang sudah di setrika? Apakah keluarga bapak/ibu menjemur kasur dibawah terik matahari?



2 3 4 5 6 7 G. 8 9 10 11 12 13 14 15 16



Selalu



KadangKadang



Sosial Ekonomi 1. Berapa pendapatan keluarga dalam sebulan rata-rata? a. < 1jt/bln



b. 1-3 jt/bln



c. > 3jt/bln



2. Berapa pengeluaran keluarga dalam sebulan rata-rata? a. < 1jt/bln



b. 1-3 jt/bln



c. > 3jt/bln



3. Pendidikan terakhir Kepala Keluarga? a. SD



b. SMP



c. SMA



4. Berapakah jumlah tanggungan dalam keluarga?



d. S1



Tidak Pernah



a. 3



b. 4



c. > 4



5. Berapakah jumlah anggota keluarga yang bekerja? a. 1



b. 2



c. 3



6. Apakah jenis pekerjaan Kepala Keluarga? ....................................................................... 7. Apakah keluarga anda pergi ke puskesmas jika ada salah satu keluarga yang sakit? a. Ya



b. Tidak



c. Jarang



Lampiran Foto Kunjungan Rumah



Teras Rumah



Ruang Tamu



d. Sering



Kamar



Kamar Mandi



Dapur



Ventilasi Rumah