MINIPRO Obat HT [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MINI PROJECT TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS BARADATU WAY KANAN



Disusun oleh : dr. Putu Vidya Radha Sulatra



Dokter Pendamping : dr. Eka Siswantini, M.Kes



UPTD PUSKESMAS BARADATU WAY KANAN KOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIA KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2021



1



MINI PROJECT TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS BARADATU WAY KANAN Diajukan untuk Memenuhi Tugas Pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia Di Puskesmas Baradatu Way Kanan



Disusun oleh : dr. Putu Vidya Radha Sulatra



Mengetahui, Dokter Pendamping



dr. Eka Siswantini, M.Kes



2



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................



1



HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................



2



DAFTAR ISI ..................................................................................................



3



BAB I.



PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang ....................................................................................



5



1.2 Rumusan masalah ……………………………………………...........



8



1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................



8



1.4 Manfaat................................................................................................



8



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi



.........................................................................................



9



2.1.1



Definisi .....................................................................................



9



2.1.2



Klasifikasi.................................................................................



10



2.1.3



Faktor risiko .............................................................................



11



2.1.4



Gambaran Klinis.......................................................................



15



2.1.5



Diagnosis...................................................................................



15



2.1.6



Tatalaksana................................................................................



17



2.1.7



Komplikasi................................................................................



20



2.2 Kerangka Teori.....................................................................................



20



BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian.........................................................................



21



3.2 Metode Pengambilan Sampel......................................................



21



3.3 Teknik Pengumpulan Data..........................................................



22



3.4 Kerangka Konsep, Variabel Penelitian........................................



22



3.5 Pengolahan Data..........................................................................



26



3.6 Analisis Data................................................................................



27



3.7 Penyajuan data.............................................................................



27



BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian.............................................................................



3



28



4.1.1 Data Umum...............................................................................



28



4.1.2 Data Khusus..............................................................................



30



4.2 Pembahasan..................................................................................



32



BAB V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan..................................................................................



37



5.2 Saran............................................................................................



37



BAB VIDAFTAR PUSTAKA.........................................................................



39



LAMPIRAN I...................................................................................................



42



LAMPIRAN II..................................................................................................



45



4



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg.1 Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.2 Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat Indonesia yang dapat terjadi akibat dari salah satu masalah yang sering muncul dari perubahan gaya hidup, seperti mengkonsumsi makanan yang kadar garamnya tinggi, hipertensi diperkirakan



sebagai



penyebab



berbagai



penyakit



berat



beserta



komplikasinya. Berbagai faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada usia lanjut dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti nyeri kepala, obesitas, nutrisi serta gaya hidup serta faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti genetik, usia, jenis kelamin (Widjaya, 2009). Kepatuhan mengkonsumsi obat penderita hipertensi di Indonesia yang telah mengalami penderita hipertensi selama 1-5 tahun cenderung lebih mematuhi proses mengkonsumsi obat, sedangkan pasien yang telah mengalami hipertensi 6-10 tahun cenderung memiliki kepatuhan mengkonsumsi obat yang lebih buruk karena faktor lama menerita,



5



pekerjaan,



jenuh



minum



obat,



kurang



dukungan



dari



keluarga (WHO, 2010) Hasil dari Riset Kesehatan Dasar 2017 penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia, angka prevalensi hipertensi di Indonesia sangat tinggi, yakni mencapai 31,7% dari total jumlah penduduk dewasa. Luscher dan tim melaporkan bahwa 80% kepatuhan terhadap regimen obat antihipertensi dapat menurunkan tekanan darah ke tingkat normal dan kepatuhan< 50% tidak efektif dan adekuat untuk menurunkan tekanan darah (WHO,2010). Pengobatan



hipertensi



dipengaruhi



oleh



kepatuhan



penderita



mengkonsumsi obat darah tinggi dan melakukan modifikasi gaya hidup (Harijanto,2015). Kepatuhan penderita hipertensi dalam menjalani pengobatan hipertensi sangat diperlukan agar didapatkan kualitas hidup penderita



hipertensi



menyebabkan



yang



lebih



ketidakpatuhan



baik. minum



Faktor-faktor obat



yang



antara



dapat lain



pengalaman pengguna obat terhadap efek samping dan kenyamanan obat, terhadap kemanjuran obat atau tingkat kesembuhan yang telah dicapai, komunikasi antara pasien dengan dokter atau apoteker, memberikan sikap yang positif atau negatif bagi pengguna obat, faktor ekonomi, kepercayaan atau persepsi pasien terhadap penyakit dan pengobatannya, faktor kebosanan dalam menggunakan obat terus- menerus akibat lamanya pasien menderita penyakit hipertensi.



6



Ketidakpatuhan minum obat dapat dilihat terkait dengan dosis, cara minum obat, waktu minum obat dan periode minum obat yang tidak sesuai dengan aturan. Beberapa dampak dari ketidak patuhan pasien dalam mengkonsumsi obat terjadi efek samping obat yang dapat merugikan kesehatan penderita. Dampak dari ketidakpatuhan minum obat dapat menyebabkan komplikasi seperti kerusakan organ meliputi otak, karena hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan beban kerja jantung yang akan menyebabkan pembesaran jantung sehingga meningkatkan resiko gagal jantung dan serangan jantung. (Hayer, 2009). Pengobatan penderita hipertensi merupakan hal penting karena hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan harus selalu dikontrolkan atau dikendalikan agar tidak terjadi kompliksi yang dapat berujung pada kematian (Palmer dan William, 2007). Ketidakpatuhan umum dijumpai dalam pengobatan penyakit kronis yang memerlukan pengobatan jangka panjang seperti hipertensi. Obat-obat anti hipertensi telah terbukti dapat mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi, dan sangat berperan dalam menurunan resiko berkembangnya komplikasi kardiovaskuler. Namun demikian, penggunaan anti hipertensi terbukti tidak cukup untuk menghasikan efek pengontrolan tekanan darah jangka panjang apabila tidak didukung dengan kepatuhan



dalam



menggunakan



anti



hipertensi



(Saepudin,2011).



Berdasarkan hal tersebut, solusi mengkonsumsi minum obat bias terkait karena dosis, cara minum obat, waktu minum obat dan period.



7



1.2 Rumusan masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di Puskesmas Baradatu Way Kanan”. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1



Tujuan Umum



Untuk mengetahui tingkat kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di Puskesmas Baradatu Way Kanan, diharapkan dapat meningkatkan presentase kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi. 1.3.2



Tujuan Khusus



Mengidentifikasi gambaran tingkat kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di Puskesmas Baradatu Way Kanan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Untuk Masyarakat a) Diharapkan penelitian ini menjadi acuan pentingnya untuk patuh dan disiplin dalam minum obat hipertensi. b) Masyarakat lebih memahami klasifikasi dan komplikasi Hipertensi apabila terjadi ketidakpatuhan dalam minum obat Hipertensi 1.4.2



Untuk Dokter Internship



a) Merupakan



kesempatan



untuk



menambah



pengalaman



dan



menerapkan ilmu kedokteran terutama Ilmu Kesehatan Masyarakat. b) Meningkatkan



ketrampilan



komunikasi



di



masyarakat



dan



bersosialisasi dengan masyarakat dan juga meningkatkan kemampuan berpikir



analisis



dan



sistematis



dalam



mengidentifikasi



dan



menyelesaikan masalah Kesehatan. 1.4.3



Untuk Puskesmas



a) Memudahkan pihak puskesmas dalam pendataan kasus Hipertensi b) Menambah informasi mengenai keadaan kesehatan masyarakat di Puskesmas Baradatu Way Kanan



8



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.



Hipertensi



2.1.1. Definisi Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VIII) telah mempublikasikan revisi panduan nilai tekanan darah sistolik dan diastolik yang optimal dan hipertensi. Pada umumnya tekanan darah yang dianggap optimal adalah kurang dari 120 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan darah diastolik, sementara tekanan yang dianggap hipertensi adalah lebih dari 140 mmHg untuk tekanan sistolik dan lebih dari 90 mmHg untuk tekanan diastolik. Untuk individu terutama yang memiliki faktor risiko kardiovaskular bermakna, termasuk riwayat yang kuat dalam keluarga untuk infark miokard atau stroke, atau riwayat diabetes pada individu, bahkan pada nilai pra hipertensi dianggap terlalu tinggi.20 Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.Hipertensi primer atau hipertensi esensial terjadi karena peningkatan persisten tekanan arteri akibat ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, dapat juga disebut hipertensi idiopatik. Hipertensi



ini



mencakup



sekitar



95%



kasus.



Banyak



faktor



yang



mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf



9



simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas dan merokok.21 Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan hipertensi yang penyebabnya



diketahui



dan



terjadi



sekitar



10%



dari



kasus-kasus



hipertensi.Hampir semua hipertensi sekunder berhubungan dengan gangguan sekresi hormon dan fungsi ginjal. Penyebab spesifik hipertensi sekunder antara lain



penggunaan



estrogen,



penyakit



ginjal,



hipertensi



vaskular



renal,



hiperaldesteronisme primer, sindroma cushing, feokromositoma, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Umumnya hipertensi sekunder dapat disembuhkan dengan penatalaksanaan penyebabnya secara tepat.22 Pada masa ini ada 2 klasifikasi yang banyak dianut, yaitu berdasarkan pedoman The Joint National Commision (JNC VII) dari Amerika Serikat dan yang dikeluarkan oleh The European Society of Hypertension (ESC) tahun 2007, yang sama dengan klasifikasi The International Society of Hypertension (ISH).23 2.1.2.



Klasifikasi Hipertensi



Klasifikasi Hipertensi JNC VIII Normal



Sistolik 100 mmHg



Klasifikasi Hipertensi ESC/ISH (2007) Optimal



Sistolik 110 mmHg



Hipertensi sistolik



>140 mmHg dan



50%, 20% dan 35%, dengan kontrol tekanan darah yang adekuat. 2.1.6.1 Pengobatan nonfarmakologi JNC8merekomendasikan menurunkan berat badan berlebih atau kegemukan, pembatasan asupan garam kurang atau sama dengan 100 meq/L/hari (2,4 gram natrium atau 6 gram natrium klorida), meningkatkan konsumsi buah dan sayur, menurunkan konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 kali minum/hari, meningkatkan aktivitas fisik paling tidak berjalan 30 menit/hari selama 5 hari/minggu serta menghentikan merokok, akan mengurangirisiko kejadian kardiovaskular.



17



2.1.6.2 Pengobatan farmakologi Pengobatan hipertensi di layanan primer sebaiknya ditujukan untuk pasien-pasien dengan hipertensi Tingkat 1 dan Tingkat 2. Hipertensi Tingkat 3 dan yang sudah memiliki kerusakan organ target atau KV lain sebaiknya dirujuk kepada dokter yang lebih ahli atau spesialistik.23 Prinsip farmakoterapi : 



Pada pasien berisiko rendah dengan hipertensi tingkat 1 modifikasi gaya hidup bisa merupakan terapi tunggal.







Pada hipertensi dengan faktor risiko lain harus dipertimbangkan farmakoterapi bila tekanan darah tetap sama atau lebih dari 140/90 mmHg dengan upaya modifikasi gaya hidup







Pasien dengan target organ demage (hipertrofi ventrikel kiri) disarankan untuk farmakoterapi bila tekanan darah sama dengan atau diatas 140/90 mmHg.







Pasien



dengan



diabetes



atau



penyakit



ginjal



menahun



harus



dipertimbangkan untuk farmakoterapi bila TD sama dengan atau diatas 130/80 mmHg. Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis antara lain: 



Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron Antagonist (Aldo Ant)







Beta Blocker (BB)







Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)







Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)



18







Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor Antagonist/Blocker (ARB)







Direct Renin Inhibitor (DRI) Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektifitas dan keamanan



dalam pengobatan hipertensi. Untuk pemilihan obat antihipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: faktor sosio ekonomi, profil faktor kardiovaskular, ada tidaknya kerusakan organ target, ada tidaknya penyakit penyerta, variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi, kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk penyakit lain, bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam menurunkan risiko kardiovaskular.34 Efek



samping



pengobatan



antihipertensi



bisa



dihindari



dengan



menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Hampir sebagian penderita memerlukan kombinasi antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi pengobatan kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah.34 Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi penderita adalah: diuretika dengan Angiotensin Converting Enzyme (ACEI) atau Angiotensin II Receptor Blocker (ARB), Calcium Channel Blocker (CCB) dengan Angiotensin II Receptor Blocker (ARB), Calcium Channel Blocker (CCB) dengan diuretika, Alfa Blocker (AB) dengan Beta Blocker (BB), dan kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat.34



19



2.1.7 Komplikasi Hipertensi Hipertensi dibahas di atas sebagai penyebab hipertrofi jantung dan infark miokard. Hipertensi dapat pula menyebabkan kerusakan ginjal (nefropati), retinopati, stroke, perdarahan intrakranial, aneurisme dan diseksi aorta.35 2.2 Kerangka teori Faktor Risiko Hipertensi



Dapat dikontrol Gaya hidup: 1. Kebiasaan makan 2. Aktivitas fisik 3. Stress 4. Kebiasaan merokok



Tidak dapat dikontrol: 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Riwayat Keluarga



Hipertensi Penatalaksanaan



Farmakologis



Non Farmakologis



Perubahan gaya hidup : 1. Kurangi faktor penyebab 2. Olahraga dan 3. Disiplin dalam menkonsumsi obat Hipertensi BAB III METODOLOGI PENELITIAN



20



3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif. Pengertian dari deskriptif menurut (Sugiono: 2009;29) adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran berupa tingkatan terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan intervensi dan analisis. Data yang dikumpulkan dalam penelitian deskriptif biasanya meliputi angka kejadian pada suatu populasi, penyebaran, frekuensi, morbiditas dan mortalitas dalam suatu populasi. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Baradatu Way Kanan. 2. Waktu Penelitian Pengambilan sampel dilakukan pada awal bulan Oktober hingga bulan November 2021 3.2 Metode Pengambilan Sampel Sampel adalah sebagian objek yang nyata dan memiliki karakteristik tertentu yang mewakili populasi. (Martono,2012). Dalam hal ini sampel yang ditargetkan pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang berkunjung atau berobat di Puskesmas Baradatu Way Kanan. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah penderita hipertensi yang bersedia menjadi responden dalam penelitian. 3.2.1 Teknik Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan cara Purposive Sampling, yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan yang memenuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi di Puskesmas Baradatu Way Kanan. Kriteria Inklusi:



21



a. Pasien yang berkunjung dan bersedia menjadi responden Puskesmas Baradatu Way Kanan. b. Pasien penderita hipertensi. Kriteria Eksklusi : c. Penderita hipertensi mengalami komplikasi yang menyebabkan proses penelitian terganggu. d. Responden tidak ada ditempat selama penelitian. e. Menderita gangguan jiwa. f. Hipertensi gravidarum. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data ini dilakukan langsung oleh peneliti diperoleh dari pemberian kuesioner kepada pasien yang berobat dan berkunjung ke Puskesmas Baradatu Way Kanan. 3.3.1



Besar sampel Besarnya sampel dalam penelitian ini semua penderita hipertensi di



Puskesmas Baradatu Way Kanan yang memenuhi kriteria inklusi yang jumlahnya 100 responden. 3.3.2



Cara Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada



pasien yang sedang berkunjung atau berobat di Puskesmas Baradatu Way Kanan. 3.4 Kerangka Konsep , Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep ini dikembangkan atau diacukan kepada tujuan penelitian yang telah dirumuskan, serta didasari oleh kerangka teori yang telah disajikan dalam tinjauan kepustakaan. (Notoatmodjo,2012). Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu. (Notoatmodjo,2010). 22



Menurut Notoatmodjo (2010), hubungan antara satu variable dengan variable yang lain maka dalam penelitian ini dibedakan menjadi: Variabel Bebas (Independen) Variabel bebas merupakan variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable terikat (dependen) (Notoatmodjo,2010). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pasien Hipertensi di Puskesmas Baradatu Way Kanan. Variabel Terikat (Dependen) Variabel terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable bebas. (Notoatmodjo,2010). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Tingkat Kepatuhan Minum Obat Hipertensi pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Baradatu Way Kanan Definisi operasional variabel merupakan pedoman bagi peneliti untuk mengukur atau memanipulasi variabel penelitian sehingga memudahkan pengumpulan data dan menghindarkan perbedaan interpretasi



serta



membatasi



ruang



lingkup



variabel.



(Notoatmodjo,2010). Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah: 1.



Tingkat Kepatuhan minum obat Hipertensi (Ordinal) : a. Patuh (>75-100%) b. Cukup Patuh (56-75%) c. Tidak Patuh (51 Tahun 26 26 TOTAL 100 100 Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Terdapat 100 subjek yang memenuhi kriteria penelitian dengan berbagai usia dimana yang terbanyak berada pada rentang usia 31-40 tahun



28



sebanyak 56 orang (56%), lalu rentang usia 41-50 tahun sebanyak 26 orang (26%) dan sebanyak 18 orang pada rentang usia >51 tahun (18%). c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No. Umur



Jumlah Prosentase (%)



1. 2. 3. 4.



6 11 71 12



SD SLTP SLTA Perguruan



6 11 71 12



Tinggi TOTAL 100 100 Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan dari seluruh riwayat pendidikan yang diteliti, SLTA merupakan pendidikan yang paling banyak yaitu 71 orang (71%). d. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit Dahulu No. 1. 2. 3.



RPD Tidak ada Kolesterol Diabetes



Jumlah Prosentase (%) 23 23 37 37 12 12



Melitus 4. Asam Urat 9 9 5. Tidak tahu 19 19 TOTAL 100 100 Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit Dahulu Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki riwayat penyakit dahulu menderita kolesterol yang paling banyak yaitu 37 orang (37%). e. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit Keluarga No. RPK Jumlah Prosentase (%) 1. Non-Hipertensi 33 33 2. Hipertensi 67 67



29



TOTAL



100



100



Tabel 5.5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit Keluarga Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki riwayat penyakit keluarga menderita hipertensiyaitu 67 orang (67%). 4.1.2



Data Khusus



Data khusus merupakan karakteristik responden yang diamati seperti tabel berikut: a. Penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Baradatu Way Kanan No. 1. 2. 3.



Kriteria Frekuensi Prosentase (%) Ringan 68 68 Sedang 24 24 Berat 8 8 TOTAL 100 100 Tabel 5.6 Klasifikasi Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Baradatu Way Kanan Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukkan sebagian besar responden mengalami hipertensi ringan 68 responden (68%).sebagian kecil mengalami hipertensi sedang 24 orang (24%) dan berat 8 responden (8 %).



b. Kepatuhan responden dalam meminum obat hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Baradatu Way Kanan No. 1. 2. 3.



Kepatuhan Patuh Cukup Patuh Tidak Patuh TOTAL



Frekuensi Prosentase (%) 62 62 27 27 11 11 100 100



30



Tabel 5.6Tingkat Kepatuhan Minum Obat Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Baradatu Way Kanan Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan mayoritas responden Patuh dalam meminum obat Hipertensi 62 responden (62 %) responden. Dan sebagian kecil responden tidak patuh minum obat 11 responden (11 %).



4.2 PEMBAHASAN 4.2.1 Karakteristik Penderita Hipertensi di Puskesmas Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami hipertensi ringan, sebagian kecil mengalami hipertensi sedang dan berat. Dari data tersebut di ketahui bahwa Hipertensi yang dialami oleh responden adalah hipertensi ringan. Hal ini dapat di pahami karena penanganan hipertensi diawali dengan hipertensi ringan terlebih dahulu agar tidak terjadinya hipertensi berat. Pengobatan hipertensi



31



merupakan salah satu aspek penting ke arah pencegahan terjadinya hipertensi. Apabila masyarakat tidak melakukan pencegahan hipertensi maka akan berpengaruh terhadap kesehatannya. Untuk itu pengobatan hipertensi merupakan aspek penting yang berpengaruh terhadap antisipasi hipertensi. Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah kondisi medis dimana tekanan darah dalam arteri melebihi batas normal. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, hipertensi tak ubahnya bom waktu, dia tidak mengirimkan sinyal-sinyal terlebih dahulu. Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Ada beberapa faktor resiko hipertensi yang tidak bisa diubah seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, dan etnis. Akan tetapi, fakta yang sering terjadi justru faktor diluar itulah yang menjadi pemicu terbesar terjadinya hipertensi dengan komplikasi stroke dan serangan jantung, sperti stres, obesitas, dan nutrisi(Nurrahmani,2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebgaian besar responden berjenis kelamin laki-laki, sedangakan sebagian kecil berjenis kelamin perempuan. Dari data tersebut semakin bertambahnya usia, hormon estrogen yang dimililki perempuan tidak mampu menghasilkan HighDensity Lipoprotein (HDL) dalam jumlah banyak, sehingga beresiko terkena arteriskerosis akibat meningkatnya Low-Density Lipoprotein (LDL). Perempuan yang sudah memasuki menopause hormon estrogen yang berperan dalam melindungi pembuluh darah sudah rusak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Smantummkul (2014) yang menyatakan bahwa perempuan mengalami perubahan hormonal (menopause) yaitu terjadinya penurunan perbandingan estrogen dan anderogen yang menyebabkan peningkatan pelepasan rennin, sehingga dapat memicu peningkatan tekanan darah.



32



Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar umur responden 41- 50 tahun. Umur 41- 50 tahun merupakan umur yang sudah memiliki kematangan, sehingga mampu memahami tentang pencegahan hipertensi, dimana umur tersebut responden mengerti bahwa hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang dapat mengganggu kesehatan seseorang dan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari (Nurrahmani, 2014). Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan dan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir semakin matang dan dewasa (Nurrahmani, 2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SLTA. Pada tingkat pendidikan responden tidak melatar belakangi responden terhadap kepatuhan dalam pengobatan atau mengontrol tekanan darah. Dalam penelitian ini responden sudah memiliki kesadaran untuk menjaga tekanan darah agar tetap stabil, responden mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan karena tidak ingin penyakit hipertensi menjadi semakin parah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rasajati, Raharjo, dan Ningrum (2015) responden yang berpendidikan tinggi maupun yang berpendidikan rendah sama-sama ingin sembuh dari penyakit sehingga tingkat pendidikan tidak mempengaruhi kepatuhan melakukan pengobatan. (Natoatmodjo;2010) perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan pada pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran.



4.2.2 Kepatuhan responden dalam meminum obat hipertensi di Puskesmas Baradatu Way Kanan



33



Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden patuh dalam meminum obat hipertensi, dan sebagian kecil responden tidak patuh minum obat. Dari hasil data tersebut masyarakat menyadari pentingnya menjaga kesehatan dan mulai menyadari pentingnya mematuhi perintah tenaga kesehatan dalam hal pemberian obat, tepat waktu dalam mengkonsumsi obat-obatan, sebagai tenaga kesehatan selalu memberikan informasi terkait cara pencegahan hipertensi karena lebih baik mencegah dari pada mengobati. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mursiany, Ermawati, dan Oktaviani (2013) yang menjelaskan bahwa kepatuhan pasien hipertensi juga terlihat dalam waktu kontrol pasien hipertensi. Semakin sering mereka melakukan kontrol maka semakin patuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden



berpendidikan SLTA. Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan kepribadian atau proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia dengan jalan membina dan mengembangkan potensi kepribadiannya, yang berupa rohani (cipta, rasa, karsa) dan jasmani. Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya interaksi anatara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti rencana dengan segala konsekuensinya dan menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya (Kemenkes R.I,



34



2011). Jenis ketidakpatuhan pada terapi obat, mencakup kegagalan menebus resep, melalaikan dosis, kesalahan dalam waktu pemberian konsumsi obat, dan penghentian obat sebelum waktunya. Ketidakpatuhan akan mengakibatkan penggunaan suatu obat yang kurang. Dengan demikian, Pasien kehilangan manfaat terapi dan



kemungkinan



mengakibatkan



kondisi



secara



bertahap



memburuk. Ketidakpatuhan juga dapat berkibat dalam penggunaan suatu obat berlebih. Apabila dosis yang digunakan berlebihan atau apabila obat dikonsumsi lebih sering daripada dimaksudkan, terjadi resiko reaksi merugikan yang meningkat. Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Ada beberapa faktor resiko hipertensi yang tidak bisa diubah seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, dan etnis. Akan tetapi, fakta yang sering terjadi justru faktor diluar itulah yang menjadi pemicu terbesar terjadinya hipertensi dengan komplikasi stroke dan serangan jantung, sperti stres, obesitas, dan nutrisi (Nurrahmani, 2014). Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi yaitu dengan nonfarmakologis dan dengan farmakologis. Cara non-farmakologis dengan menurunkan berat badan pada penderita yang gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak, mengubah kebiasaan hidup, olahraga secara teratur dan kontrol tekanan darah secara teratur. Sedangkan dengan cara farmakologis yaitu dengan cara memberikan



35



obat-obatan anti hipertensi seperti deuretik seperti HCT, Higroton, Lasix. Beta bloker seperti propanolol. Alfa bloker seperti phentolamin, prozazine, nitroprusside captapril. Simpatolitic seperti hidralazine, diazoxine. Antagonis kalsium seperti nefedipine (adalat). Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip yaitu pengobatan hipertensi sekunder harus lebih mendahulukan pengobatan kausal, pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi, upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi, pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang bahkan mungkin seumur hidup, pengobatan dengan menggunakan standard triple therapy (STT) menjadi dasar pengobatan hipertensi. Tujuan pengobatan



dari



hipertensi



adalah



menurunkan



angka



morboditassehingga upaya dalam menemukan obat anti hipertensi yang memenuhi harapan terus dikembangkan.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Tingkat kepatuhan minum obat hipertensi pada penderita hipertensi di puskesmas Baradatu Way Kanan masih tergolong baik. Namun, masih ada 36



yang tergolong Hipertensi Berat dan memiliki tingkat ketidakpatuhan dalam minum obat Hipertensi, sehingga pengetahuan masyarakat harus lebih ditingkatkan agar dapat dijadikan preventif terhadap komplikasi dari penyakit Hipertensi. terutama pada golongan individu hipertensi sedang – berat. b. Penderita Hipertensi di Puskesmas Baradatu Way Kanan sebagian besar dalam kategori hipertensi ringan, dan umumnya ialah penderita berjenis kelamin laki-laki, dalam rentang usia 41-50 tahun yang memiliki riwayat penyakit dahulu mengalamai kolesterol tinggi, dan riwayat penyakit keluarga hipertensi. 6.2 Saran 6.2.1 Untuk Masyarakat Masyarakat dalam hal ini terutama tokoh masyarakat dan kader diharapkan untuk tetap berperan aktif dalam memberikan motivasi dan dorongan untuk mematuhi perintah tim medis khususnya dalam pemberian obat agar terhindar terjadinya hipertensi berat dan memberikan informasi pentingnya mencegah terjadinya hipertensi. 6.2.2 Untuk Puskesmas Tetap menggalakkan penyuluhan guna memberikan informasi dan motivasi secara kontinu kepada responden tentang pentingnya patuh atau taat dalam



mengkonsumsi



obat



hipertensi



dan



pihak



puskesmas



rutin



menggalakkan skrining hipertensi baik dalam kegiatan posyandu lansia maupun kegiatan promotive dan kuratif lainnya. .



37



BAB VI DAFTAR PUSTAKA



1. Muttaqin A. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009. 2. Sustrani L. Hipertensi. Jakarta: GramediaPustakaUtama; 2004. 3. Saunders C. Pemilihan uji laboratorium yang efektif. Jakarta: Kedokteran EGC; 1994.



38



4. Baradero M. Klien gangguan kardiovaskular :seri asuhan keperawatan. Jakarta: Kedokteran EGC; 2005. 5. A T. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Gaya Baru; 2001. 6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2013 [Internet]. 2013 [cited 2015 May 20]. 7. Kemenkes. Riskesdas dalam angka provinsi Jawa Tengah 2013. 2013. 8. Anies. Waspada ancaman penyakit tidak menular :Solusi pencegahan dari aspek perilaku & lingkungan. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2006. 9. Sugiharto A. Faktor-faktor risiko hipertensi grade II pada masyarakat (studi kasus di kabupaten Karanganyar). Univ Diponegoro. 2007;1(2):60–4. 10. Julianti E. Bebas hipertensi dengan terapi jus. Jakarta: Niaga Swadaya; 2011. 11. Puspitorini M. Hipertensi cara mudah mengatasi tekanan darah tinggi. 3rd ed. Yogyakarta: Image Press; 2009. 12. Nuryati S. Gaya hidup dan status gizi serta hubungannya dengan hipertensi dan diabetes mellitus pada pria dan wanita dewasa di DKI Jakarta. 2009. 13. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2007. Lap Nas 2007. 2008;1–384. 14. Hembing W. Ramuan tradisional untuk pengobatan darah tinggi. Jakarta: PT AgroMedia. 15. A. SyahriAinun, MS, Dian SidikArsyad R. Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Mahasiswa di Lingkup Kesehatan Universitas Hasanuddin.



Bagian



Epidemiologi



Fak.Kesehatan



Masyarakat



Univ



Hasanuddin. 2012;1–10. 16. N A. Faktor risiko hipertensi pada masyarakat di desa kabongan kidul, kabupaten rembang laporan hasil penelitian karya tulis ilmiah. 2012. 17. Lili M. 100 Questions & Answer Hipertensi. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2007. 18. Setiawan D. Care your self, Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus; 2008.



39



19. Hu B, Liu X, Yin S, Fan H, Feng F, Yuan J. Effects of Psychological Stress on Hypertension in Middle-Aged Chinese: A Cross-Sectional Study. PLoS One. 2015;10(6):e0129163. 20. Corwin, EJ,. 2009. Dalam: Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3, Jakarta: EGC :484-489. 21. ArifMansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I :Nefrologi dan Hipertensi. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520. 22. Sheps, S. G. (2005). Mayo clinic hipertensi; mengatasi tekanan darah tinggi. Jakarta: Intisari Mediatama. 23. Rilantono LI. 2012. Penyaki tKardiovaskular (PKV). Jakarta: FK UI. 24. Sandhya Pruthi. Menopause and High Blood Pressure. 2010. Available from:



http://www.mayoclinic.com/health/ 25. Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga



Suku



Batak



danSuku



Jawa



di



Kelurahan



Lau



Cimba



Kabanjahe.2011. P: 10 – 13. 26. Aris Sugiarto. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar). 2007. P:29-50, 90-126. 27. Kartikasari AN. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Kabongan



Kidul,



Kabupaten



Rembang.



2012.



Available



from:



http://eprints.undip.ac.id/37291/ 28. Kaplan M. Norman. Measurenment of Blood Pressure and Primary Hypertension: Pathogenesis in Clinical Hypertension: Seventh Edition. Baltimore, Maryland USA: William & Wilkins; 1998. P:28-46 29. Mayo Clinic Staff. High Blood Pressure ( Hypertension ). 2012. Available



from: http://www.mayoclinic.com/health/high-blood-pressure/risk-factors/ 30. Efendi Sianturi. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan



Faktor Risiko di RSU dr.Pirngadi Kota Medan. 2004. Available from: http://repository.usu.ac.id/ 31. S.A. Nugraheni, Mellina Suryandari, Ronny Aruben. Pengendalian Faktor



Determinan



sebagai



Upaya



Penatalaksanaan



Hipertensi



di



Tingkat



Puskesmas.2008.Available from: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/



40



32. Williams, G. H., 2000.



Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam,



Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC: 1256-1272. 33. Panggabean MM. Penyakit Jantung Hipertensi. Dalam:Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Eds: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing,2009;p 1777-1778. 34. Mohani, CI,.Hipertensi Primer. Dalam: Buku Ajar IlmuPenyakitDalam,Eds: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setyohadi B, Syam AF. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing, 2014;p2284-2293. 35. Berkowitz Aaron. Lecture Notes Patofisiologi Klinik. Tangerang: BINARUPA



AKSARA, 2013;p69-70.



Lampiran I KUESIONER TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS BARADATU WAY KANAN Hari/tanggal : Pukul :



41



I. Data Umum Petunjuk pengisian : Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang telah tersedia. 1. Jenis kelamin anda? a. Laki-laki b. Perempuan 2. Umur anda saat ini? a. 21 – 30 tahun b. 31 – 40 tahun c. 41 – 50 tahun d. > 50 tahun 3. Pendidikan terakhir anda? a. SD b. SLTP c. SLTA d. Perguruan tinggi 4. Pekerjaan : 5. Riwayat Penyakit Dahulu : a. Tidak ada b. Kolesterol c. Diabetes Mellitus d. Asam Urat e. Tidak tahu 6. Riwayat Penyakit Keluarga mengalami Hipertensi? a. Ya b. Tidak 7. Saat kontrol berapa tekanan darah Anda? a. 140 /90 – 159/100 b. 160/100 – 179/110 c. > 180/110



42



No



1. 2.



Pertanyaan



Jawaban



Skor



Pasien Ya Tidak



(Ya= 1 /



Pernahkah Anda lupa minum obat ? Selain lupa, mungkin Anda tidak minum obat karena alasan lain. Dalam 2 minggu terakhir, apakah Anda



3.



pernah tidak minum obat? Pernahkah Anda mengurangi atau berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter karena Anda merasa obat yang diberikan membuat



4.



keadaan Anda menjadi lebih buruk? Pernahkah Anda lupa membawa obat



5.



ketika bepergian ? Apakah Anda masih meminum obat



6.



Anda kemarin? Apakah Anda berhenti minum obat ketika Anda merasa gejala yang



7.



dialami telah teratasi? Meminum obat setiap hari merupakan sesuatu ketidaknyamanan untuk beberapa orang. Apakah anda merasa terganggu harus minum obat setiap



8.



hari? Apakah Anda sering mengalami kesulitan mengingat seluruh obat anti



9. 10



hipertensi yang harus dikonsumsi? Apakah Anda rutin kontrol ke faskes ? Berapa sering Anda lupa minum obat?



.



a. Tidak Pernah



Ket :



b. Sesekali



Selalu : 7 kali dalam seminggu



c. Kadang -



43



Tidak=0)



Biasanya : 4-6 kali dalam seminggu



kadang



Kadang- kadang : 2-3 kali dalam



d. Biasanya



seminggu



e. Selalu



Sesekali : 1 kali dalam seminggu Tidak Pernah : Tidak pernah lupa Total Skor



LAMPIRAN II Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.



Skor 60 80 90 50 80 70 80 40 50 80 60 90



44



Kriteria Cukup Patuh Patuh Patuh Tidak Patuh Patuh Cukup Patuh Patuh Tidak Patuh Tidak Patuh Patuh Cukup Patuh Patuh



13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56.



80 40 80 90 70 60 70 70 80 80 80 80 90 90 80 80 80 60 80 90 90 70 70 70 80 50 80 80 70 90 80 80 50 80 80 60 70 80 90 60 80 80 50 70



45



Patuh Tidak Patuh Patuh Patuh Cukup Patuh Cukup Patuh Cukup Patuh Cukup Patuh Patuh Patuh Patuh Patuh Patuh Patuh Patuh Patuh Patuh Cukup Patuh Patuh Patuh Patuh Cukup Patuh Cukup Patuh Cukup Patuh Patuh Tidak Patuh Patuh Patuh Cukup Patuh Patuh Patuh Patuh Tidak Patuh Patuh Patuh Cukup Patuh Cukup Patuh Patuh Patuh Cukup Patuh Patuh Patuh Tidak Patuh Cukup Patuh



57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100.



80 80 80 90 60 80 80 60 80 80 70 90 40 90 70 80 80 80 50 70 80 80 50 50 90 90 80 60 80 80 80 70 80 80 80 90 90 80 60 60 70 90 70 80



46



Patuh Patuh Patuh Patuh Cukup Patuh Patuh Patuh Cukup Patuh Patuh Patuh Cukup Patuh Patuh Tidak Patuh Patuh Cukup Patuh Patuh Patuh Patuh Tidak Patuh Cukup Patuh Patuh Patuh Tidak Patuh Tidak Patuh Patuh Patuh Patuh Cukup Patuh Patuh Patuh Patuh Cukup Patuh Patuh Patuh Patuh Patuh Patuh Patuh Cukup Patuh Cukup Patuh Cukup Patuh Patuh Cukup Patuh Patuh



47