Modul 2B - Pelaksanaan Material Ringan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

i



MODUL PELAKSANAAN TEKNOLOGI TIMBUNAN MATERIAL RINGAN MORTAR-BUSA UNTUK KONSTRUKSI JALAN



PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum www.pusjatan.pu.go.id



MODUL PELAKSANAAN TEKNOLOGI TIMBUNAN MATERIAL RINGAN MORTAR-BUSA UNTUK KONSTRUKSI JALAN



Penulis: Ahmad Numan, Maulana Iqbal, Dea Pertiwi November 2014 Cetakan Ke-1 November 2014 © Pemegang Hak Cipta Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan No. ISBN : Kode Kegiatan



: 2432. 001. 003. 107



Koordinator Penelitian Ir. Rudy Febrijanto, MT. Ketua Program Penelitian Dr. Ir. M. Eddie Sunaryo, M.Sc. Desain dan Tata Letak Balai Geoteknik Jalan, Puslitbang Jalan dan Jembatan dan PT. Gemini Mitra Gemilang Diterbitkan oleh: Kementerian Pekerjaan Umum Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Jl. A.H. Nasution No. 264 Ujungberung – Bandung 40293 KEANGGOTAAN SUB TIM TEKNIS BALAI GEOTEKNIK JALAN Ketua Sub Tim Teknis: Ir. Rudy Febrijanto, MT. Anggota: Dr. Ir. Hindra Mulya Ir. Imam Aschuri, M.Sc., Ph.D. Dr. Ir. M. Eddie Sunaryo, M.Sc. Ir. GJW Fernandez Ir. Benny Moestofa Drs. M. Suherman



i



© PUSJATAN 2014 Modul ini disusun dengan sumber dana APBN Tahun 2104, pada paket pekerjaan Penyusunan dan Workshop (Diseminasi) Teknologi Penanganan Tanah PRoblematik, DIPA Puslitbang Jalan dan Jembatan. Pandangan-pandangan yang disampaikan di dalam publikasi ini merupakan pandangan penulis dan tidak selalu menggambarkan pandangan dan kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum, unsur pimpinan, maupun institusi pemerintah lainnya. Penggunaan data dan informasi yang dimuat di dalam publikasi ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Buku ini juga dibuat versi e-book dan dapat diunduh dari website pusjatan.pu.go.id.



ii



PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) adalah lembaga riset yang berada di bawah Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Lembaga ini memiliki peranan yang sangat strategis di dalam mendukung tugas dan fungsi Kementerian Pekerjaan Umum dalam menyelenggarakan jalan di Indonesia. Sebagai lembaga riset, Pusjatan memiliki visi sebagai lembaga penelitian dan pengembangan yang terkemuka dan terpercaya, dalam menyediakan jasa keahlian dan teknologi bidang jalan dan jembatan yang berkelanjutan, dan dengan misi sebagai berikut:   



Meneliti dan mengembangkan teknologi bidang jalan dan jembatan yang inovatif, aplikatif, dan berdaya saing; Memberikan pelayanan teknologi dalam rangka mewujudkan jalan dan jembatan yang handal; dan Menyebarluaskan dan mendorong penerapan hasil litbang bidang jalan dan jembatan.



Pusjatan memfokuskan dukungan kepada penyelenggara jalan di Indonesia, melalui penyelenggaraan litbang terapan untuk menghasilkan inovasi teknologi bidang jalan dan jembatan yang bermuara pada standar, pedoman, dan manual. Selain itu, Pusjatan mengemban misi untuk melakukan advis teknik, pendampingan teknologi, dan alih teknologi yang memungkinkan infrastruktur Indonesia menggunakan teknologi yang tepat guna. Kemudian Pusjatan memiliki fungsi untuk memastikan keberlanjutan keahlian, pengembangan inovasi, dan nilai-nilai baru dalam pengembangan infrastruktur.



iii



Kata Pengantar Modul Pelaksanaan Teknologi Material Ringan Mortar-Busa untuk Konstruksi Jalan ini merupakan wujud pertukaran informasi dan penyebarluasan hasil kegiatan penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan di Balai Geoteknik Jalan Puslitbang Jalan dan Jembatan, khususnya oleh Kelompok Program Penelitian (KPP) Teknologi Penanganan Tanah Problematik. Modul ini juga disusun untuk mendapatkan masukan yang bermanfaat dari peserta, terkait kesesuaian materi dengan kebutuhan dalam pekerjaan pelaksanaan teknologi material ringan mortar-busa untuk konstruksi jalan. Peserta disarankan untuk menelaah tujuan workshop (diseminasi) ini, termasuk tujuan instruksional umum maupun tujuan instruksional khusus agar dapat memahami modul ini secara efektif.



Tujuan Tujuan workshop (diseminasi) ini adalah agar peserta mengetahui pelaksanaan teknologi material ringan mortar-busa untuk konstruksi jalan.



Tujuan Instruksional Umum Peserta diharapkan mengetahui tahapan-tahapan pelaksanaan teknologi material ringan mortar-busa untuk konstruksi jalan.



Tujuan Instruksional Khusus Pada akhir workshop (diseminasi), diharapkan para peserta mampu: 1. Memahami persyaratan bahan yang diperlukan dan penggunaannya dalam pelaksanaan teknologi timbunan material ringan mortar-busa. 2. Memahami persyaratan peralatan dalam pelaksanaan teknologi timbunan material ringan mortar-busa. 3. Memahami persyaratan hasil dalam pelaksanaan teknologi timbunan ringan. 4. Memahami persyaratan penyimpanan bahan dalam pelaksanaan teknologi timbunan ringan. 5. Memahami persyaratan pengendalian mutu dalam pelaksanaan teknologi timbunan ringan. 6. Memahami pembuatan rancangan campuran dalam pelaksanaan pekerjaan teknologi timbunan ringan. 7. Memahami prosedur pelaksanaan konstruksi timbunan ringan material ringan mortar-busa.



iv



Daftar Isi TUJUAN ................................................................................................................................. IV TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM .......................................................................................... IV TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ........................................................................................ IV DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... VII DAFTAR GAMBAR................................................................................................................ VIII 1



PERSYARATAN .............................................................................................................. 1 1.1 PERSYARATAN BAHAN ...................................................................................................... 1 1.1.1 Semen ..................................................................................................................... 1 1.1.2 Pasir ........................................................................................................................ 1 1.1.3 Busa (foam) ............................................................................................................ 2 1.1.4 Air ........................................................................................................................... 2 1.2 PERSYARATAN CAMPURAN MORTAR-BUSA .......................................................................... 3 1.3 PERSYARATAN PERALATAN ................................................................................................ 3 1.3.1 Umum ..................................................................................................................... 3 1.3.2 Unit Pencampur Material Ringan Mortar-Busa ..................................................... 3 1.3.3 Peralatan Angkut ................................................................................................... 5 1.3.4 Pompa .................................................................................................................... 6 1.3.5 Peralatan Perata .................................................................................................... 6 1.3.6 Peralatan Pembuat Tekstur .................................................................................... 6 1.3.7 Peralatan Penunjang .............................................................................................. 6 1.4 PENYIMPANAN DAN PERLINDUNGAN BAHAN ........................................................................ 7 1.4.1 Pasir ........................................................................................................................ 7 1.4.2 Air ........................................................................................................................... 8 1.4.3 Bahan Baku Busa.................................................................................................... 8 1.4.4 Semen ..................................................................................................................... 8 1.5 PERSYARATAN KETEBALAN DAN KERATAAN ........................................................................... 9 1.5.1 Kerataan Permukaan Mortar-Busa Setelah Dihampar .......................................... 9 1.5.2 Kerataan Permukaan Material Ringan Setelah Mengeras ................................... 10 1.6 PERSIAPAN PEKERJAAN ................................................................................................... 10 1.7 PENGAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA .......................................................................... 10 1.8 PERSYARATAN BEKISTING ................................................................................................ 11 1.9 PERSYARATAN ANYAMAN BAJA ........................................................................................ 11 1.10 PERSYARATAN PENGHAMPARAN ....................................................................................... 12 1.11 PERSYARATAN PERATAAN................................................................................................ 12 1.12 PERSYARATAN TEKSTUR PERMUKAAN ................................................................................ 13 1.13 PERSYARATAN PERAWATAN ............................................................................................. 13



v



1.14 PERSYARATAN LAPIS PENCEGAH RETAK REFLEKSI ................................................................... 13 1.15 PERSYARATAN LAPISAN ASPAL.......................................................................................... 13 1.16 PENGENDALIAN MUTU ................................................................................................... 14 1.16.1 Pengujian Ketebalan dan Kerataan Permukaan .............................................. 14 1.16.2 Ketentuan Densitas, Kuat Tekan Bebas dan Flow ............................................ 14 1.16.3 Core Drill ........................................................................................................... 15 1.17 PEMASANGAN INSTRUMEN .............................................................................................. 16 2



PROSEDUR PELAKSANAAN ........................................................................................... 18 2.1 RANCANGAN................................................................................................................. 18 2.2 PELAKSANAAN............................................................................................................... 19 2.2.1 Persiapan Alat dan Bahan .................................................................................... 19 2.2.2 Persiapan Lantai Kerja .......................................................................................... 23 2.2.3 Pembuatan Mortar Busa ...................................................................................... 24 2.2.4 Pemasangan bekisting.......................................................................................... 25 2.2.5 Pemasangan Anyaman Baja................................................................................. 26 2.2.6 Pengecekan Flow dan Densitas Basah .................................................................. 27 2.2.7 Penghamparan ..................................................................................................... 29 2.2.8 Perataan ............................................................................................................... 31 2.2.9 Pembentukan tekstur permukaan ........................................................................ 31 2.2.10 Perawatan ........................................................................................................ 32 2.2.11 Pembukaan Bekisting ....................................................................................... 33 2.2.12 Pengecekan Densitas Kering dan Kuat Tekan Bebas (UCS) .............................. 34 2.2.13 Pengecekan Visual ........................................................................................... 36 2.2.14 Penghamparan Lapis Pencegah Retak Refleksi ................................................ 36 2.2.15 Penghamparan Lapisan Aspal .......................................................................... 37 2.2.16 Pengendalian Mutu .......................................................................................... 37 2.2.17 Pembukaan untuk Lalu Lintas .......................................................................... 39



DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 40 UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................................................ 41



vi



Daftar Tabel TABEL 1. GRADASI PASIR UNTUK MORTAR BUSA 1 TABEL 2. KUAT TEKAN MINIMUM (UMUR 14 HARI ) MATERIAL RINGAN LAPIS FONDASI ATAU BASE (KEMEN. PU, 2011) 3 TABEL 3. KUAT TEKAN MINIMUM (UMUR 14 HARI) MATERIAL RINGAN LAPIS FONDASI-BAWAH ATAU SUBBASE (KEMEN. PU, 2011) 3 TABEL 4. PENGENDALIAN MUTU 15 TABEL 5. INSTRUMEN YANG DIMONITOR DAN ACUANNYA 17



vii



Daftar Gambar GAMBAR 1. GRAFIK GRADASI AGREGAT PASIR UNTUK MORTAR BUSA 2 GAMBAR 2 TIPIKAL ALAT PERATAAN PERMUKAAN MATERIAL RINGAN DENGAN MORTAR-BUSA 7 GAMBAR 3. GUDANG PENYIMPANAN SEMEN 9 GAMBAR 4. PELAKSANAAN PENGHAMPARAN PERCOBAAN MORTAR-BUSA DI LAPANGAN (PUSJATAN, 2010) 18 GAMBAR 5. PROSEDUR PEMBUATAN RANCANGAN CAMPURAN KERJA 20 GAMBAR 6. BAGAN ALIR PELAKSANAAN TIMBUNAN MATERIAL RINGAN DENGAN MORTAR-BUSA UNTUK KONSTRUKSI JALAN 21 GAMBAR 7. PELAKSANAAN PERSIAPAN PERALATAN (PUSJATAN, 2010) 22 GAMBAR 8. PELAKSANAAN PERSIAPAN BAHAN (PUSJATAN, 2010) 22 GAMBAR 9. SATU SISTEM PEMBUATAN MATERIAL RINGAN MORTAR-BUSA (PUSJATAN, 2009) 23 GAMBAR 10. PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN PEMBERIAN RAMBU PENUTUPAN JALAN (PUSJATAN, 2010) 23 GAMBAR 11. PERSIAPAN LANTAI KERJA BERUPA PERATAAN LAHAN (PUSJATAN, 2010) 24 GAMBAR 12. PENCAMPURAN MATERIAL MORTAR-BUSA DI BATCHING PLANT (PUSJATAN, 2010) 25 GAMBAR 13. ILUSTRASI BEKISTING PER SEGMEN 25 GAMBAR 14. PEMASANGAN BEKISTING (PUSJATAN, 2010) 26 GAMBAR 15 PEMASANGAN ANYAMAN BAJA DI ATAS LAPIS PERTAMA PENGHAMPARAN MORTAR-BUSA PERTAMA (PUSJATAN, 2009) 26 GAMBAR 16. PENGECEKAN DENSITAS KERING DAN UCS LABORATORIUM (PUSJATAN, 2012) 27 GAMBAR 17. PENGECEKAN DENSITAS BASAH (PUSJATAN, 2010) 28 GAMBAR 18. PENUANGAN CAMPURAN UNTUK UJI FLOW (PUSJATAN, 2010) 28 GAMBAR 19. PELAKSANAAN UJI FLOW (PUSJATAN, 2010) 28 GAMBAR 20. DENAH PENGHAMPARAN 29 GAMBAR 21. POTONGAN MELINTANG DENAH PENGHAMPARAN 29 GAMBAR 22. DENAH PENGHAMPARAN 1 SEGMEN 30 GAMBAR 23. PEMBUATAN SILINDER UJI (PUSJATAN. 2009) 30 GAMBAR 24. PENGHAMPARAN MATERIAL RINGAN MORTAR-BUSA (PUSJATAN.PU.GO.ID, 2012) 30 GAMBAR 25. PENGHAMPARAN MORTAR-BUSA (PUSJATAN.PU.GO.ID, 2012) 31 GAMBAR 26. PERATAAN MATERIAL RINGAN MORTAR-BUSA (PUSJATAN, 2009) 31 GAMBAR 27. PERMUKAAN MORTAR-BUSA YANG SUDAH MEMILIKI ALUR (PUSJATAN, 2009) 32 GAMBAR 28. PERLINDUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN TERPAL (PUSJATAN, 2009) 32 GAMBAR 29. PENGECEKAN SETTING TIME SEBELUM PEMBUKAAN BEKISTING (PUSJATAN. 2009) 33 GAMBAR 30. PEMBUKAAN BEKISTING (PUSJATAN, 2010) 33 GAMBAR 31. PEMBONGKARAN LAPISAN MORTAR-BUSA YANG MENGALAMI KERUSAKAN (PUSJATAN, 2010) 34 GAMBAR 32. KERUSAKAN PADA MORTAR-BUSA BERUPA “SARANG TAWON” (PUSJATAN, 2010) 34 GAMBAR 33. PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS (UCS) DI LABORATORIUM (PUSJATAN, 2009) 35 GAMBAR 34. PENGUJIAN BERAT ISI (PUSJATAN, 2009) 35 GAMBAR 35. PENANDAAN KERUSAKAN BERDASARKAN PENGAMATAN VISUAL (PUSJATAN, 2010) 36 GAMBAR 36. PERBAIKAN RETAKAN DENGAN MENGGUNAKAN RESIN EPOXY (VUBA SUPPLIES, 2014) 36



viii



GAMBAR 37. STRESS ABSORBING MEMBRANE INTERLAYER [SAMI] (CLEMSON.EDU, 2014) GAMBAR 38. PENGHAMPARAN LAPISAN ASPAL (PUSJATAN, 2010) GAMBAR 39. PENCATATAN MUTU MORTAR-BUSA (DENSITAS BASAH DAN FLOW) LENGKAP DENGAN LOKASI SEGMEN PENGHAMPARAN (PUSJATAN, 2010) GAMBAR 40. PENGAMBILAN CORE DRILL (PUSJATAN, 2009) GAMBAR 41. HASIL CORE DRILL (PUSJATAN, 2009)



ix



37 37 38 38 39



11



Persyaratan



1.1 Persyaratan Bahan 1.1.1 Semen Semen yang digunakan dalam pembuatan mortar-busa adalah semen Portland, semen komposit, atau semen pozzolan, sesuai SNI 15-2049-2004, SNI 15-7064-2004, SNI 15-0302-2004.



1.1.2 Pasir Pasir yang dimaksud adalah pasir yang memenuhi persyaratan berikut: 1. Memenuhi gradasi sesuai Tabel 1 dan Gambar 1. 2. Harus mempunyai butiran-butiran yang keras dan awet (durable). 3. Tidak boleh mengandung lumpur, tanah liat dan material-material gembur/mudah hancur (clay lumps and friable particles) lebih dari 3% (SNI 036819-2002). 4. Harus bebas dari arang, benda-benda dari kayu serta kotoran-kotoran lainnya yang tidak dikehendaki. Tabel 1. Gradasi Pasir untuk Mortar Busa



No. 4 5 6 7 8 9 10



Ukuran Saringan (ASTM) Inc / No mm No. 4 4,76 No. 8 2,36 No. 16 1,19 No. 30 0,595 No. 50 0,297 No. 100 0,149 No. 200 0,075



% Berat Lolos Saringan Minimum Maksimum 95 100 80 100 50 85 25 60 11 33 4 15 0 3



1



Gambar 1. Grafik Gradasi Agregat Pasir untuk Mortar Busa



1.1.3 Busa (foam) Busa yang digunakan mengandung protein nabati atau sejenisnya yang dapat menghasilkan gelembung terpisah yang stabil sehingga dapat menghasilkan campuran material ringan yang memenuhi spesifikasi teknis.



1.1.4 Air Air untuk mencampur adonan material ringan mortar-busa sesuai spesifikasi SNI 7974:2013.



2



1.2 Persyaratan Campuran Mortar-Busa Bahan adukan merupakan campuran dari pasir, semen air, dan busa yang memiliki sifat memadat sendiri. Densitas dan kuat tekan minimum material ringan mortarbusa harus merujuk pada spesifikasi teknis (Kemen. PU, 2011), sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Selain itu campuran mortar-busa juga harus mempunyai flow sebesar 180 mm ± 20mm. Tabel 2. Kuat Tekan Minimum (Umur 14 Hari ) Material Ringan Lapis Fondasi atau Base (Kemen. PU, 2011)



Densitas kering maksimum (gr/cm3) 0,8



Kuat tekan minimum kPa kg/cm2 2000 20



Tabel 3. Kuat Tekan Minimum (Umur 14 Hari) Material Ringan Lapis Fondasi-Bawah atau Subbase (Kemen. PU, 2011)



Densitas kering maksimum (gr/cm3) 0,6



Kuat tekan minimum kPa 800



kg/cm2 8



1.3 Persyaratan Peralatan 1.3.1 Umum Untuk pekerjaan mortar-busa diharuskan menggunakan peralatan yang lengkap, antara lain mesin pembangkit busa, mesin pencampur dan penghamparan.



1.3.2 Unit Pencampur Material Ringan Mortar-Busa 1.3.2.1



Alat Pembangkit Busa



Peralatan pembangkit busa terdiri dari alat pembangkit busa dan kompresor. Alat pembangkit busa yang digunakan dengan kapasitas minimum 0,2 MPa dan kapasitas kompresor yang digunakan adalah minimum 0,6 MPa. 1.3.2.2



Alat Pencampur dan Penghamparan



Alat pencampur dan penghamparan mengikuti acuan sebagai berikut:



3



a. Central mixing plant (stationary mixer) tipe wet-mix yang dilengkapi alat penimbang, alat pengontrol kelembaban dan kadar air pasir serta alat pengontrol lainnya yang memenuhi persyaratan sesuai dengan spesifikasi sesuai SNI 03-44331997. b. Jika menggunakan alat terpisah yaitu mesin pengaduk , dapat digunakan jenis truck mixer, transit mixer atau concrete mixer. Mesin pengaduk harus memiliki poros yang berputar (bukan drum pengaduknya yang berputar), dengan kecepatan putaran maksimum 60 rpm. 1.3.2.3



Tempat Penyimpanan



Tempat penyimpanan dan pemasokan pada produksi material ringan dapat menggunakan tempat penyimpanan bahan pengisi (filler storage atau silo filler) yang dilengkapi dengan alat pemasoknya. Penyimpanan material dilakukan secara terpisahpisah, hal ini bertujuan agar material tidak saling bercampur sehingga material tetap bersih. 1.3.2.4



Timbangan



Timbangan yang digunakan harus merujuk pada ketentuan-ketentuan berikut ini: a. Timbangan-timbangan untuk setiap kotak penimbangan dari jenis jarum tanpa pegas harus memiliki ketelitian 0,5% sampai dengan 1% dari beban maksimum yang diperlukan. b. Timbangan harus dilengkapi penunjuk-penunjuk yang dapat diatur untuk menandai berat masing-masing bahan dalam campuran. Bila digunakan timbangan-timbangan dengan jenis piringan pembaca tanpa pegas, ujung dari penunjuk-penunjuk tersebut harus diletakkan sedekat mungkin dengan permukaan piringan dan harus dari jenis yang bebas dari kesalahan parallax yang berlebihan. Timbangan harus memiliki konstruksi yang kokoh dan timbangan yang mudah berubah harus diganti. Semua piringan pembaca timbangan harus diletakkan sedemikian rupa sehingga selalu dapat terlihat dengan mudah oleh operator. c. Timbangan harus memenuhi persyaratan timbangan agregat. Skala pembacaan minimum tidak boleh lebih dari 1kg. Pembacaan piringan timbangan peremaja harus memiliki kapasitas yang tidak lebih besar dari dua kali berat bahan yang akan ditimbang dan harus dibaca sampai 1kg terdekat. d. Untuk trial mix busa, penakaran menggunakan timbangan dengan kapasitas 2 kg atau 10 kg, sensitifitas 0,1 g. Sedangkan untuk bahan cairan menggunakan gelas ukur dengan kapasitas 10 cc, 20 cc atau 500 cc. e. Timbangan harus dikalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.



4



1.3.2.5



Alat-Alat Penakar (Penimbang dan Pengukur)



Alat-alat penakar (penimbang dan pengukur) harus mempunyai ketepatan penakaran dengan batas-batas toleransi sesuai SNI 03-6414-2002, yaitu : a) Alat Penakar Semen Semen harus ditimbang dengan alat penimbang tersendiri dalam mixing plant tersebut, baik dalam pengiriman semen berbentuk curah maupun dalam kantongkantong. Alat penimbang ini harus menimbang dengan ketepatan ± 2% berat dari jumlah semen yang akan dipergunakan. b) Alat Penakar Pasir Dalam penakaran pasir, berat tiap-tiap fraksi pasir harus dikoreksi sehingga sesuai dengan besarnya kandungan air atau kelembapan dalam pasir. Kandungan air atau kelembapan dalam pasir harus diukur setiap hari, atau bilamana ada perubahan cuaca yang dipandang perlu. Ketepatan penakaran tiap-tiap fraksi pasir dalam batas-batas toleransi ± 3% berat total pasir dan untuk seluruh pasir harus dalam batas-batas toleransi ± 2% dari jumlah total adukan. c) Alat Penakar Air untuk Adukan Air untuk adukan harus ditakar dengan cara ditimbang atau dengan cara volume. Banyaknya air yang dimasukkan pada waktu pengadukan harus sudah diperhitungkan. Penakaran air ini harus mempunyai ketepatan ± 2% dari jumlah total yang dipergunakan dalam pengadukan. d) Alat Penakar Busa Busa harus ditambahkan bersamaan dengan air untuk adukan dan banyaknya diukur dengan sistem pengukur otomatis yang bisa menjamin dosis yang tepat seperti yang direncanakan. 1.3.2.6



Tangki Air



Tangki ini harus memiliki kapasitas yang cukup memadai dan laik pakai serta harus dilengkapi dengan batang semprot dan alat pengendali pasokan dan semprotan.



1.3.3 Peralatan Angkut Truk untuk mengangkut campuran busa harus tertutup dapat melindungi campuran busa dari udara. Truk harus mempunyai bak yang terbuat dari logam yang rapat, bersih dan rata.



5



Jika proses pencampuran menggunakan central mixing plant (stationary mixer) tipe wet-mix, maka alat pengangkut dapat menggunakan truck mixer atau transit mixer.



1.3.4 Pompa Mesin pompa dapat digunakan untuk memompa campuran material ringan basah ke titik penghamparan apabila tidak bisa dijangkau oleh truck mixer tersebut.



1.3.5 Peralatan Perata Alat perata digunakan untuk meratakan permukaan timbunan jalan menggunakan material ringan setelah penghamparan selesai. Tipikal alat perataan permukaan ditunjukkan pada Gambar 2.



1.3.6 Peralatan Pembuat Tekstur Alat pembuat tekstur berupa sikat yang harus dibuat dari kawat kaku dan lebar sikat tidak boleh kurang dari 45 cm. Sikat harus terdiri dari dua baris dengan jarak 2 cm dari sumbu ke sumbu, masing-masing baris terdiri dari beberapa ikatan kawat dengan jarak antar ikatan 1 cm, yang setiap ikatan terdiri dari 14 kawat. Letak ikatan kawat harus dipasang secara zigzag. Panjang kawat 10 cm dan harus diganti apabila panjangnya menjadi 9 cm.



1.3.7 Peralatan Penunjang Peralatan penunjang adalah terdiri dari:         



Cawan/ember Stopwatch Sendok mortar Pisau Ring Flow (diameter 80 mm tinggi 80 mm) Papan plastik / kaca (400x400 mm atau lebih) Penggaris untuk mengukur diameter flow Cetakan silinder (diameter 100 mm, tinggi 200 mm) Pocket penetrometer



6



Gambar 2 Tipikal Alat Perataan Permukaan Material Ringan dengan Mortar-Busa



1.4 Penyimpanan dan Perlindungan Bahan 1.4.1 Pasir Bahan harus disimpan sedemikian hingga dapat mencegah terjadinya segregasi dan menjamin gradasi yang sebagaimana mestinya, serta tidak terdapat kadar air yang berlebihan. Tinggi maksimum dari penumpukan bahan harus dibatasi sampai dengan maksimum 5 meter. Tumpukan pasir harus dilindungi dari hujan untuk mencegah pengurangan mutu bahan yang dihampar atau paling tidak mempengaruhi penghamparan bahan. Bila lokasi penumpukan pasir tidak memungkinkan karena keterbatasan area, maka harus dilengkapai bangunan pencegah atau dinding penyekat agar pasir hasil



7



pengujian tidak tercampur dengan material lain, baik ditempat penumpukan maupun di tempat penimbangan.



1.4.2 Air Air harus disimpan dan ditampung dalam tangki air yang tertutup untuk mencegah air terkontaminasi karena cuaca dan hal lainnya.



1.4.3 Bahan Baku Busa Bahan baku busa harus disimpan dalam tempatnya dan selalu dalam keadaan tertutup agar tidak terjadi pengurangan mutu busa itu sendiri.



1.4.4 Semen Penyimpanan dan perlindungan persyaratan berikut:



semen



hendaknya



mengikuti



persyaratan-



a. Semen disimpan di ruangan yang kering dan ditutup rapat. b. Semen ditumpuk dengan jarak setinggi 30cm dari lantai ruangan, tidak menempel/melekat pada dinding ruangan dan maksimum setinggi 10 zak semen seperti pada Gambar 3. c. Tumpukan zak semen disusun sedemikain rupa sehingga tidak terjadi perputaran udara di antaranya dan mudah untuk diperiksa. d. Semen dari berbagai jenis merek harus disimpan secara terpisah sehingga tidak mungkin tertukar dengan jenis atau merek lain. e. Semen yang baru datang tidak langsung digunakan tapi penggunaannya harus dilakukan menurut urutan pengirimannya. f.



Apabila mutu semen diragukan atau telah disimpan lebih dari 2 bulan, maka sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan bahwa semen tersebut memenuhi syarat.



g. Pada penggunaan semen curah, suhu semen harus kurang dari 70 C. h. Semen produksi pabrik di dalam kantung-kantung yang telah diketahui beratnya tidak perlu ditimbang ulang, namun semua semen curah harus ditimbang beratnya.



8



Gambar 3. Gudang Penyimpanan Semen



1.5 Persyaratan Ketebalan dan Kerataan Penghamparan material ringan mortar-busa adalah bertahap sampai dengan ketebalan perencanaan terpenuhi. Satu kali hamparan material ringan mortar-busa adalah setebal 20 cm - 30 cm. Kerataan material ringan mortar-busa perlu mempertimbangkan persyaratan-persyaratan berikut.



1.5.1 Kerataan Permukaan Mortar-Busa Setelah Dihampar 1.5.1.1



Persyaratan Kerataan Melintang



Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan tegak lurus sumbu jalan tidak boleh melampaui 10 mm. 1.5.1.2



Persyaratan Kerataan Memanjang



Bilamana diukur dengan mistar lurus atau mistar lurus berjalan (rolling) sepanjang 3 m yang diletakkan sejajar dengan sumbu jalan tidak boleh melampaui 10 mm.



9



1.5.2 Kerataan Permukaan Material Ringan Setelah Mengeras 1.5.2.1



Persyaratan Kerataan Melintang



Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan tegak lurus sumbu jalan tidak boleh melampaui 6 mm. 1.5.2.2



Persyaratan Kerataan Memanjang



Setiap ketidakrataan bila diukur dengan mistar lurus atau mistar lurus berjalan (rolling) sepanjang 3 m yang diletakkan sejajar dengan sumbu jalan tidak boleh melampaui 6 mm.



1.6 Persiapan Pekerjaan Pada tahap ini, semua bahan yang akan digunakan perlu dilengkapi dengan data pengujian bahan dari laboratorium. Selain itu, rancangan campuran rencana yang akan digunakan dipersiapkan sebelum pekerjaan timbunan material ringan mortarbusa untuk konstruksi jalan dimulai. Rencana pelaksanaan pencampuran atau pelaksanaan timbunan material ringan mortar-busa untuk konstruksi jalan juga perlu dipersiapkan minimal 24 jam sebelum pelaksanaan.



1.7 Pengamanan dan Keselamatan Kerja Bahan busa dapat digunakan tanpa menimbulkan bahaya apabila dilakukan tindakan pengamanan. Sebagai acuan, tindakan pengamanan yang dilakukan pada waktu melaksanakan pekerjaan timbunan jalan dengan material mortar-busa adalah sebagai berikut: a. Menghindari terjadinya kontak dengan kulit karena bahan pengikat tersebut mengandung alkalin di dalamnya; b. Menggunakan alat sejenis masker untuk menutupi hidung dan mulut sehingga mencegah debu masuk ke dalam tubuh; c. Menggunakan perlengkapan seperti celana panjang, baju lengan panjang, sarung tangan dan sepatu boot; d. Pertolongan pertama yang dilakukan adalah: 1. Melakukan perawatan khusus jika debu/serbuk busa masuk ke dalam mata, yaitu dengan menggunakan kapas dan dengan mencucurkan air bersih ke dalam mata



10



selama sekurang-kurangnya 10 menit. Lanjutkan cara tersebut sampai mata mendapatkan pengobatan; 2. Jika bahan baku busa terminum, orang tersebut sebaiknya dipindahkan ke tempat berudara segar, dijaga agar tetap hangat dan beristirahat sampai mendapatkan pengobatan.



1.8 Persyaratan Bekisting Pembuatan dan penggunaan bekisting perlu memperhatikan persyaratan-persyaratan berikut: a. Bekisting dibuat dari papan yang kokoh sehingga tidak mudah berubah tempat, miring atau melengkung bila penghamparan telah di mulai atau terinjak. b. Bekisting dibuat sesuai volume mortar-busa yang dihasilkan. c. Papan bekisting harus dipasang tegak dan lurus sesuai dengan dimensi yang direncanakan. d. Tinggi papan cetakan harus dipasang secara rapi berdasarkan bentuk timbunan ringan yang akan dihampar. e. Tinggi papan cetakan dipasang melebihi tinggi mortar-busa yang akan dituang. f.



Sambungan pada bekisting harus merupakan garis lurus serta sambungan harus rapat sehingga tidak terjadi kebocoran.



g. Kebersihan dalam bekisting diperiksa sebelum penuangan mortar-busa. h. Bekisting tidak boleh dibuka dari saat material ringan mortar-busa dihampar sampai final setting time atau dengan pengecekan UCS lapangan dengan menggunakan pocket penetrometer. i.



Bekisting harus dibuka secara hati-hati untuk menghindari kerusakan pada material ringan. Area “sarang tawon” (keropos-keropos, honey comb) setelah bekisting dibuka, maka harus dibongkar dan diganti dengan adukan yang baru.



1.9 Persyaratan Anyaman Baja Anyaman baja digunakan apabila diperlukan dan ditempatkan sebelum penghamparan dipasang setiap 1 m. Lebar dan panjang anyaman baja harus diatur sedemikian rupa sehingga pada saat dipasang, anyaman baja tersebut diletakkan di atas masing-masing lapisan dan tidak bergeser sesuai dengan gambar perencanaan. Untuk mencegah anyaman bergeser, lembar anyaman yang berdampingan harus diikat kuat.



11



1.10 Persyaratan Penghamparan Pelaksanaan penghamparan perlu memperhatikan persyaratan-persyaratan berikut: a. Penghamparan harus dilakukan pada saat cuaca yang cerah, karena air hujan yang masuk pada adukan material ringan akan menyebabkan material ringan tidak mengeras dengan sempurna. b. Tata cara pencampuran sesuai dengan tata cara pengadukan dan penghamparan beton, sesuai SNI 03-3976-1995. Pada mortar-busa tidak dilakukan proses pemadatan karena sifat dari mortar-busa yang memadat sendiri. c. Tinggi jatuh penghamparan minimum 1 meter. d. Mortar-busa dihampar dengan menuangkan mortar-busa dari alat pengangkut sesuai dengan batas bekisting. e. Mortar-busa harus dihampar per lapisan dengan takaran yang cukup untuk menghampar seluruh lebar mortar-busa yang bekerjanya sedemikian rupa sehingga tidak akan timbul segregasi atau pemisahan material-material pembentuk mortar-busa sendiri. f.



Level permukaan harus diawasi dari bekisting samping dan harus diatur pada kemiringan yang betul sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam gambar rencana.



g. Apabila pada saat penghamparan titik penghamparan tidak bisa dijangkau oleh truck mixer dapat menggunakan mesin pompa (concrete pump) untuk memompa mortar-busa basah ke lokasi penghamparan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya buih yang terlalu besar pada hasil pelaksanaan penghamparan, yang akan mengakibatkan segregasi atau penurunan hasil penghamparan sehingga keroposnya permukaan atas hasil penghamparan. h. Pengangkutan material ringan yang dicampur di batching plant, ke lokasi penghamparan harus menggunakan antara lain tipping trucks, truck mixer, transit mixers, sesuai dengan pertimbangan ekonomis dan jumlah material ringan yang diangkut. Pengangkutan harus dapat menjaga mortar material ringan tetap homogen, tidak segregasi dan tidak menyebabkan perubahan konsistensi material ringan.



1.11 Persyaratan Perataan Perataan permukaan mortar-busa dilakukan dengan alat perata pada Error! Reference source not found. dengan tidak mengurangi ketebalan mortar-busa.



12



1.12 Persyaratan Tekstur Permukaan Pembuatan tekstur permukaan perlu memperhatikan persyaratan-persyaratan berikut: a. Pembuatan tekstur permukaan dilakukan setelah setting time sesuai dengan Pd T07-2005-B. b. Pembuatan tekstur permukaan ini untuk mengasarkan permukaan mortar-busa setelah dihampar sebelum penghamparan lapisan mortar-busa berikutnya. c. Pembuatan tekstur permukaan dilakukan arah melintang jalan.



1.13 Persyaratan Perawatan Perawatan atau curing perlu memperhatikan persyaratan-persyaratan berikut: a. Perawatan mortar-busa sesuai dengan SNI 4810:2013. b. Perawatan mortar-busa dilakukan selama minimum 14 hari c. Perawatan mortar-busa menggunakan terpal atau plastik tebal agar terlindung dari sinar matahari, hujan atau angin secara langsung sehingga tidak terjadi penguapan yang berlebihan untuk menghindari keretakan.



1.14 Persyaratan Lapis Pencegah Retak Refleksi Material lapis pencegah retak refleksi dapat menggunakan: a. Stress Absorbing Membrane Interlayer (SAMI), penggunaannya dapat merujuk pada Aschuri & Yamin (2011). b. Lapisan pasir dengan berat isi 19 ± 0,3 t/m3, direncanakan di antara lapis penutup permukaan (pekerasan aspal atau beton) dan mortar-busa dengan prinsip sesuai perencanaan CROW (2013) dengan tebal 300 mm.



1.15 Persyaratan Lapisan Aspal a. Lapisan aspal bertujuan sebagai lapis pelindung (jacket) timbunan jalan dengan mortar-busa. b. Lapisan tersebut adalah AC/WC dengan tebal minimum 4 cm dan AC/BC dengan tebal minimum 5 cm.



13



c. Bahan lapisan aspal AC/WC dan AC/BC terdiri dari agregat dan aspal sesuai Revisi PERMEN 28/PRT/M/2007. d. Pelaksanaan lapisan aspal sesuai PERMEN 28/PRT/M/2007.



1.16 Pengendalian Mutu Pengendalian mutu yang dilakukan pada pelaksanaan timbunan jalan dengan material ringan sesuai dengan Tabel 4.



1.16.1 Pengujian Ketebalan dan Kerataan Permukaan Ketebalan dan kerataan permukaan timbunan jalan dengan material ringan mortarbusa harus diperiksa dengan mistar lurus sepajang 3 meter dan dilaksanakan tegak lurus dan sejajar as jalan. Pengujian untuk pemeriksaan toleransi ketebalan dan kerataan yang disyaratkan harus mulai dilaksanakan segera setelah penghamparan dan perataan, penyimpangan yang terjadi harus diperbaiki dengan membuang atau menambahkan bahan sebagaimana yang dipersyaratkan.



1.16.2 Ketentuan Densitas, Kuat Tekan Bebas dan Flow Ketentuan densitas, kuat tekan bebas dan flow diuraikan sebagai berikut: 1. Berat isi dan kekuatan tekan timbunan jalan dengan mortar-busa dan flow harus sesuai dengan ketentuan 4.2 2. Pengujian UCS timbunan jalan dengan material ringan mortar-busa harus mengikuti SNI 3638:2012. 3. Pengambilan benda uji silinder dilakukan sesaat sebelum penghamparan material ringan mortar-busa perhari atau 110 m3 atas dasar segmen yang diwakili oleh benda uji yang diambil. Benda uji yang harus diambil minimum sebanyak 3 (tiga) buah benda uji silinder per set yang setiap setnya diuji pada umur 3 hari dan 14 hari. 4. Hasil pengetesan benda uji tersebut di atas digunakan sebagai dasar untuk mempertimbangkan apakah perlu diadakan perubahan rancangan campuran rencana dan cara pelaksanaannya. 5. Benda-benda uji tersebut harus dibuat/disiapkan menurut cara standar tentang pembuatan dan perawatan benda uji di laboratorium seperti tercantum dalam SNI 2458:2008.



14



1.16.3 Core Drill Penyedia jasa diwajibkan untuk melaksanakan core drill dengan kedalaman setebal timbunan jalan menggunakan material ringan mortar-busa menurut gambar rencana serta diwajibkan untuk membuat laporan. Jumlah dan lokasi core drill harus dilaksanakan sebagai berikut : a. Pada timbunan jalan menggunakan material ringan pada setiap lapisannya atau dengan luas 1000 m2 hasil penghamparan harus diadakan 1 core drill. b. Lokasi core drill ditentukan secara acak/uji petik (random) sesuai SNI 03-68682002 dan SNI 4810:2013. Pengujian



Tabel 4. Pengendalian Mutu Frekuensi pengujian



Metode Pengujian



Bahan Semen Semen Portland Semen komposit



Diperiksa setiap pembuatan rancangan campuran rencana/ perubahan produksi/sumber



Semen pozzolan



SNI 15-2049-2004 SNI 15-7064-2004 SNI 15-0302-2004



Pasir Kadar kotoran organik pada pasir



Kadar air Gradasi



Berat jenis dan penyerapan



Gumpalan lempung



Lolos saringan 200



3



Diperiksa setiap 1000 m atau perubahan material baru Diperiksa setiap hasil penghamparan 3 Diperiksa setiap 1000 m atau perubahan material baru 3 Diperiksa setiap 1000 m atau perubahan material baru 3 Diperiksa setiap 1000 m atau perubahan material baru 3 Diperiksa setiap 1000 m atau perubahan material baru



SNI 03-2816-1992



SNI 1971 : 2008 SNI 3423 : 2008



SNI 1970:2008



SNI 03-4141-1996



SNI ASTM C117:2012



Air Pengujian air



Diperiksa setiap perubahan rancangan campuran rencana



SNI 7974 : 2013



Campuran



15



Pengujian Densitas basah dan densitas kering Flow



Frekuensi pengujian Diperiksa setiap dilakukan pencampuran/batch Diperiksa setiap dilakukan penghamparan Diperiksa setiap dilakukan pencampuran di lab



Uji tekan bebas (UCS) umur 14 hari Rancangan campuran rencana



Metode Pengujian SNI 1973:2008 ASTM C1611 SNI 3638:2012



Setiap perubahan materia penyusun/sumber material Tabel 4. Pengendalian Mutu



Pengujian Rancangan campuran rencana



Frekuensi pengujian Setiap perubahan materia penyusun/sumber material



Metode Pengujian



Lapisan yang dihampar : Untuk mengetahui setting time dan pencapaian kekuatan mortarbusa dapat menggunakan alat uji kuat tekan batas lapangan (pocket penetrometer) pada lokasi yang ditentukan, tetapi tidak berselang lebih dari 50 m Uji ketebalan dapat dilakukan dengan menggali dan mengukur ketebalan lapisan mortar-busa padat pada lokasi yang ditentukan oleh Direksi Teknis, tetapi tidak boleh berselang lebih 50 m. Sebagai alternatif uji ketebalan dapat dilakukan dengan core drill setelah mortar-busa berusia minimum 14 hari



50 meter panjang



SNI/ASTM C 403:2012



50 meter panjang



SNI 03-68682002



1.17 Pemasangan Instrumen Apabila diperlukan, pelaksanaan timbunan menggunakan material ringan yang membutuhkan evaluasi kinerja timbunan baik selama pelaksanaan maupun setelah pelaksanaan, pada saat proses penimbunan dan pengaspalan, dapat dipasang instrumen untuk kegiatan monitoring. Instrumen yang digunakan adalah instrumen untuk mengukur penurunan permukaan tanah dasar akibat beban timbunan, tekanan air pori dalam tanah, tekanan tanah, pergerakan lapisan tanah arah vertikal, dan mengukur pergerakan tanah ke arah samping. Instrumen tersebut antara lain:



16



a. Pelat penurunan b. Ekstensometer magnetik c. Pisometer pneumatik d. Inklinometer Instrumen yang dimonitor dan acuan yang digunakan diperlihatkan pada Tabel 5. Tabel 5. Instrumen yang Dimonitor dan Acuannya No. 1 2 3 4



Instrumen Geoteknik Pelat penurunan Ekstensometer magnetik Pisometer pneumatik Inklinometer



Acuan ASTM D6598-11 SNI 03-3454-2008 SNI 03-3453-1994 SNI 03-3404-2008



17



22



Prosedur Pelaksanaan



2.1 Rancangan Pekerjaan timbunan material ringan mortar-busa di mulai dengan pembuatan rancangan campuran rencana untuk mendapatkan komposisi material campuran yang sesuai dengan perencanaan campuran material mortar-busa. Pembuatan rancangan campuran rencana dilakukan dengan dicoba-coba yang mengacu pada pedoman perancangan campuran material ringan dengan mortar-busa untuk konstruksi jalan. Jika percobaan tersebut gagal memenuhi salah satu persyaratan pada ketentuan 4.2 maka dilakukan penyesuaian dan percobaan kembali hingga memenuhi ketentuan tersebut. Setelah pembuatan rancangan campuran rencana, dilakukan penghamparan percobaan di lapangan sesuai dengan ketentuan pada pasal 1.10 pada Gambar 5. Jika percobaan tersebut gagal memenuhi ketentuan pasal 1.10 pada salah salah satu persyaratan maka dilakukan penyesuaian dan percobaan kembali hingga memenuhi ketentuan tersebut. Campuran yang sesuai spesifikasi ini disebut rancangan campuran kerja yang dijadikan acuan untuk pelaksanaan pekerjaaan timbunan material ringan mortar-busa untuk konstruksi jalan. Gambar 4 memperlihatkan dokumentasi pelaksanaan penghamparan percobaan material ringan mortar-busa di lapangan.



Gambar 4. Pelaksanaan Penghamparan Percobaan Mortar-Busa di Lapangan (Pusjatan, 2010)



18



2.2 Pelaksanaan Pelaksanaan timbunan material ringan mortar-busa untuk konstruksi jalan dimulai dengan persiapan alat dan bahan, persiapan lantai kerja kemudian pembuatan mortar-busa sesuai dengan rancangan campuran kerja. Setelah itu dilanjutkan dengan pemasangan anyaman baja (apabila dibutuhkan), pembuatan mortar-busa, pemasangan bekisting, penghamparan, perataan, pembentukan tekstur permukaan, perawatan dan pembukaan bekisting. Langkah berikutnya adalah uji mutu, penghamparan lapis pencegah retak, penghamparan lapisan aspal dan pembukaan lalu lintas sebagaimana ditunjukkan pada bagan alir di Gambar 5 dan Gambar 6.



2.2.1 Persiapan Alat dan Bahan Peralatan sebagaimana pada ketentuan 1.3 disiapkan dan diperiksa dalam kondisi baik. Dokumentasi pada Gambar 7 memperlihatkan beberapa persiapan peralatan di lapangan. Bahan-bahan untuk material ringan dengan mortar-busa sebagaimana tertera pada ketentuan 1.1 yang telah memenuhi persyaratan disediakan di lapangan. Dokumentasi pada Gambar 8 memperlihatkan beberapa persiapan peralatan di lapangan. Gambar 9 merupakan salah satu contoh sistem pembuatan material ringan mortar-busa untuk konstruksi jalan. Pengaturan lalu lintas dilakukan untuk melindungi kerusakan permukaan terhadap lalu lintas umum dan proyek dengan pemasangan rambu lalu lintas dan penghalang. Dokumentasi pada Gambar 10 memperlihatkan pelaksanaan pengaturan lalu lintas dengan pemberian rambu penutupan jalan.



19



Gambar 5. Prosedur Pembuatan Rancangan Campuran Kerja



20



Mulai



Persiapan alat dan bahan



Persiapan lantai kerja



Pemasangan anyaman baja (apabila dibutuhkan)



Pembuatan mortar-busa



Densitas basah Flow sesuai mutu



Pemasangan bekisting Tidak sesuai



Sesuai



Penghamparan



Pembuatan benda uji



Perataan Pembentukan tekstur permukaan Perawatan



Pembukaan bekisting



Tidak sesuai Bongkar



UCS laboratorium densitas kering sesuai persyaratan mutu



Sesuai Ada Ada retakan (secara visual)



Perbaiki



Tidak Ada Penghamparan lapis pencetak retak Pemasangan lapisan aspal



Pembukaan lalu lintas Selesai



Gambar 6. Bagan Alir Pelaksanaan Timbunan Material Ringan dengan Mortar-Busa untuk Konstruksi Jalan



21



(a) Kompresor



(b) Alat Pembangkit Busa



(c) Truck Mixer Gambar 7. Pelaksanaan Persiapan Peralatan (Pusjatan, 2010)



(a) Bahan Baku Busa



(b) Semen



(c) Pasir



(d) Air



Gambar 8. Pelaksanaan Persiapan Bahan (Pusjatan, 2010)



22



Gambar 9. Satu Sistem Pembuatan Material Ringan Mortar-Busa (Pusjatan, 2009)



Gambar 10. Pengaturan Lalu Lintas dengan Pemberian Rambu Penutupan Jalan (Pusjatan, 2010)



2.2.2 Persiapan Lantai Kerja Penyiapan kondisi lapangan yaitu meliputi kebersihan lahan dan semua kerusakan termasuk ketidakrataan telah diperbaiki. Lantai kerja atau lean mixed concrete telah siap, semua peralatan dan operator sudah siap dan laik kerja.



23



Lahan yang akan dihamparkan harus ditutup agar tidak terkena sinar matahari, hujan atau angin secara langsung. Dokumentasi pada memperlihatkan pelaksanaan persiapan lantai kerja.



Gambar 11. Persiapan Lantai Kerja Berupa Perataan Lahan (Pusjatan, 2010)



2.2.3 Pembuatan Mortar Busa Setelah material, alat dan lantai kerja telah disiapkan, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan mortar-busa. Pembuatan busa dan material mortar sesuai dengan rancangan campuran kerja pada 2.1. Berikut adalah ketentuan-ketentuannya. a. Pembuatan mortar-busa mengacu pada ketentuan 1.2. b. Pencampuran material mortar dengan busa dapat dilakukan di batching plant atau di lapangan dengan concrete mixer. c. Alat yang digunakan sesuai dengan ketentuan 1.3.2. d. Pengangkutan material ringan yang dicampur di batching plant, ke lokasi penghamparan harus menggunakan antara lain tipping trucks, truck mixer, transit mixers, sesuai dengan pertimbangan ekonomis dan jumlah material ringan yang diangkut. Pengangkutan harus dapat menjaga mortar material ringan tetap homogen, tidak segregasi dan tidak menyebabkan perubahan konsistensi material ringan. Dokumentasi pada Gambar 12 memperlihatkan pelaksanaan pencampuran material ringan mortar-busa di batching plant.



24



Gambar 12. Pencampuran Material Mortar-Busa di Batching Plant (Pusjatan, 2010)



2.2.4 Pemasangan bekisting Tahapan pemasangan bekisting mengikuti persyaratan berikut ini: a. Bekisting harus dibuat sesuai persyaratan 1.8. b. Bekisting dibuat sesuai dengan denah penghamparan. c. Papan bekisting dipasang tegak dan lurus tidak berbelok-belok sesuai yang direncanakan dan mengacu pada ketentuan 1.8. Untuk memastikan posisi pemasangan tegak dan lurus maka harus dilakukan pengukuran dengan bantuan alat ukur. Gambar 12 memperlihatkan pelaksanaan pembuatan bekisting.



Gambar 13. Ilustrasi Bekisting Per Segmen



25



Gambar 14. Pemasangan Bekisting (Pusjatan, 2010)



2.2.5 Pemasangan Anyaman Baja Pemasangan anyaman baja (jika dibutuhkan) perlu mengacu kepada ketentuan berikut ini. a. Pemasangan anyaman baja sesuai dengan ketentuan 1.9. b. Pekerjaan anyaman baja dilakukan sebelum penghamparan mortar-busa. c. Anyaman baja ditempatkan di atas lapis pertama penghamparan mortar-busa pertama. d. Mortar-busa kemudian dihampar di atas anyaman baja tersebut, pemasangan tersebut dilakukan sampai lapisan mortar-busa rencana tercapai. Dokumentasi pada Gambar 15 memperlihatkan pelaksanaan pemasangan anyaman baja.



Gambar 15 Pemasangan Anyaman Baja di Atas Lapis Pertama Penghamparan Mortar-Busa Pertama (Pusjatan, 2009)



26



2.2.6 Pengecekan Flow dan Densitas Basah Pengecekan flow dan densitas basah harus mengikuti ketentuan-ketentuan berikut: a. Sebelum mortar-busa dihamparkan ke areal yang akan ditimbun maka terlebih dahulu dilakukan pengecekan densitas basah dan flow sesuai ketentuan 1.2. b. Pengujian nilai flow material mortar-busa dilakukan dalam kondisi segar, pengecekan flow sebagai berikut : 1. Tuangkan hasil campuran yang telah terbentuk menjadi mortar-busa di atas bidang yang rata ke dalam ring flow hingga batas atas. 2. Angkat ring flow perlahan hingga mortar-busa mengalir dan menyebar untuk mengetahui nilai flow. 3. Nilai hasil flow sesuai ketentuan 1.2. 4. Apabila nilai flow tidak memenuhi spesifikasi, dapat dikurangi atau menambah jumlah busa atau mengurangi agregat yang digunakan. c. Pengujian densitas basah, dilakukan setelah pengujian flow dilakukan. Pengujian densitas basah dilakukan dengan cara menimbang benda uji hasil pengujian flow dan mengurangi nilai yang dihasilkan terhadap berat dari ring flow. d. Bila sudah memenuhi ketentuan flow maka dilanjutkan dengan penghamparan mortar-busa. Gambar 16 dalah dokumentasi pengecekan densitas kering dan uji tekan bebas (UCS) laboratorium, sedangkan Gambar 17 adalah pengecekan densitas basah. Pengecekan atau pengujian flow ditunjukkan dengan dokumentasi pada Gambar 18 dan Gambar 19.



Gambar 16. Pengecekan Densitas Kering dan UCS Laboratorium (Pusjatan, 2012)



27



Gambar 17. Pengecekan Densitas Basah (Pusjatan, 2010)



Gambar 18. Penuangan Campuran untuk Uji Flow (Pusjatan, 2010)



Gambar 19. Pelaksanaan Uji Flow (Pusjatan, 2010)



28



2.2.7 Penghamparan Penghamparan merupakan salah satu pekerjaan yang memegang peranan penting dan menentukan. Penghamparan yang tidak baik dapat menyebabkan tekstur permukaan buruk, kerataan tidak baik dan ketebalan lapisan kurang. Ketentuanketentuan penghamparan adalah sebagai berikut: a. Penghamparan dilakukan mengacu pada ketentuan 1.10. b. Tebal material ringan mortar-busa sesuai dengan ketentuan 1.5. c. Penghamparan dapat dilakukan secara menerus seperti pada denah penghamparan pada Gambar 20 dan apabila ada tanjakan atau turunan penghamparan dapat dilakukan per segmen seperti pada Gambar 21. d. Alat yang digunakan dalam penghamparan sesuai ketentuan 1.3. e. Apabila pada saat penghamparan titik penghamparan tidak bisa dijangkau oleh truck mixer dapat menggunakan mesin pompa (concrete pump) untuk memompa mortar-busa basah ke lokasi penghamparan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya buih yang terlalu besar pada hasil pelaksanaan penghamparan, yang akan mengakibatkan segregasi atau penurunan hasil penghamparan sehingga keroposnya permukaan atas hasil penghamparan. f.



Pada saat penghamparan dibuat benda uji berbentuk silinder sesuai ketentuan 1.16 (Gambar 23). Dokumentasi pada Gambar 22 sampai dengan Gambar 25 memperlihatkan pelaksanaan penghamparan di lapangan.



Gambar 20. Denah Penghamparan



Gambar 21. Potongan Melintang Denah Penghamparan



29



Gambar 22. Denah Penghamparan 1 Segmen



Gambar 23. Pembuatan Silinder Uji (Pusjatan. 2009)



Gambar 24. Penghamparan Material Ringan Mortar-Busa (pusjatan.pu.go.id, 2012)



30



Gambar 25. Penghamparan Mortar-Busa (pusjatan.pu.go.id, 2012)



2.2.8 Perataan Setelah material ringan mortar-busa dihamparkan, permukaan mortar-busa kemudian diratakan sesuai ketentuan 1.11. Perataan tersebut dilakukan dengan alat perata sesuai Gambar 2 pada ketentuan 1.3. Dalam pekerjaan perataan, dilakukan pengukuran ketebalan mortar-busa dan kerataan mortar-busa harus sesuai ketentuan 1.5. Dokumentasi pada Gambar 26 memperlihatkan pelaksanaan perataan material ringan mortar-busa.



Gambar 26. Perataan Material Ringan Mortar-Busa (Pusjatan, 2009)



2.2.9 Pembentukan tekstur permukaan Setelah pekerjaan perataan kemudian dibuat tekstur pada permukaan material ringan mortar-busa ke arah melintang sesuai ketentuan 1.12. Pembuatan tekstur



31



menggunakan alat sesuai ketentuan 1.3. Dokumentasi pada Gambar 27 memperlihatkan permukaan yang sudah diberi alur.



Gambar 27. Permukaan Mortar-Busa yang Sudah Memiliki Alur (Pusjatan, 2009)



2.2.10 Perawatan Material ringan yang telah selesai dihampar segera ditutup dengan bahan penutup sesuai ketentuan 1.13. Gambar 28 adalah pelaksanaan perawatan dengan menggunakan terpal.



Gambar 28. Perlindungan dengan Menggunakan Terpal (Pusjatan, 2009)



32



2.2.11 Pembukaan Bekisting Pembukaan bekisting harus dilakukan secara hati-hati sesuai dengan ketentuan 1.8. Apabila pada saat pembukaan beskisting terdapat “sarang tawon”, maka harus dibongkar dan diganti dengan adukan yang baru sesuai dengan ketentuan 1.2. Dokumentasi pada Gambar 29 menunjukkan pengecekan setting time, sedangkan Gambar 30 adalah pelaksanaan pembukaan bekisting.



Gambar 29. Pengecekan Setting Time Sebelum Pembukaan Bekisting (Pusjatan. 2009)



Gambar 30. Pembukaan Bekisting (Pusjatan, 2010)



33



Dokumentasi pada Gambar 31 memperlihatkan pelaksanaan pembongkaran lapisan mortar-busa yang mengalami kerusakan. Kerusakan yang biasanya terjadi adalah keroposnya material sehingga menyerupai bentuk sarang tawon (Gambar 32).



Gambar 31. Pembongkaran Lapisan Mortar-Busa yang Mengalami Kerusakan (Pusjatan, 2010)



Gambar 32. Kerusakan pada Mortar-Busa Berupa “Sarang Tawon” (Pusjatan, 2010)



2.2.12 Pengecekan Densitas Kering dan Kuat Tekan Bebas (UCS) Setelah masa perawatan contoh silinder dilakukan pengecekan densitas kering dan kuat tekan bebas (UCS) di laboratorium, dengan memperhatikan hal-hal berikut:



34



a.



b. c.



Pengecekan densitas kering diperoleh dari hasil pengujian campuran mortar busa yang berbentuk silinder dengan ukuran yang telah ditentukan diuji tekan sehingga diperoleh nilai target kekuatannya sesuai ketentuan 1.16 (Gambar 34). Pengeceken kuat tekan bebas (UCS) di laboratorium sesuai persyaratan dalam ketentuan 1.16 (Dokumentasi pada Gambar 33). Apabila densitas kering serta kuat tekan bebas (UCS) di laboratorium tidak memenuhi ketentuan 1.16 maka material ringan mortar-busa harus dibongkar.



Gambar 33. Pengujian Kuat Tekan Bebas (UCS) di Laboratorium (Pusjatan, 2009)



Gambar 34. Pengujian Berat Isi (Pusjatan, 2009)



35



2.2.13 Pengecekan Visual Pengecekan visual dilakukan untuk mengetahui adanya retakan. Jika ada retakan maka dilakukan perbaikan dengan menggunakan resin epoxy atau sealant. Dokumentasinya dapat dilihat pada Gambar 35 dan Gambar 36.



Gambar 35. Penandaan Kerusakan Berdasarkan Pengamatan Visual (Pusjatan, 2010)



Gambar 36. Perbaikan Retakan dengan Menggunakan Resin Epoxy (vuba supplies, 2014)



2.2.14 Penghamparan Lapis Pencegah Retak Refleksi Setelah mortar-ringan memenuhi persyaratan uji kuat tekan bebas batas lapangan sesuai Error! Reference source not found. dan Tabel 3 pada ketentuan 1.2 dan 1.16, dilakukan penghamparan lapis pencegah refleksi yaitu pasir atau material berbutir lainnya dengan tebal sesuai ketentuan 1.14. Lapis pencegah retak refleksi dapat



36



menggunakan lapisan pasir atau SAMI sesuai ketentuan 1.14. Dokumentasi ilustrasi penerapan SAMI diperlihatkan pada Gambar 37.



Gambar 37. Stress Absorbing Membrane Interlayer [SAMI] (Clemson.edu, 2014)



2.2.15 Penghamparan Lapisan Aspal Setelah penghamparan lapis pencegah retak refleksi, tahap selanjutnya adalah pelapisan aspal dengan tebal sesuai ketentuan 1.15. Pelaksanaan penghamparan lapisan aspal sesuai ketentuan 1.15 dan diperlihatkan pada Gambar 38.



Gambar 38. Penghamparan Lapisan Aspal (Pusjatan, 2010)



2.2.16 Pengendalian Mutu Kunci keberhasilan pelaksanaan timbunan jalan dengan material ringan mortar-busa, adalah baiknya pengendalian mutu sehingga akan memberikan kinerja yang baik. Tiga hal berikut perlu diperhatikan dengan seksama dalam hal pengendalian mutu pekerjaan:



37



a. Frekuensi pengujian minimal dalam pengendalian mutu selama proses pelaksanaan timbunan jalan harus sesuai dengan ketentuan yang diuraikan dalam Tabel 4 pada ketentuan 1.16. b. Pengujian ketebalan dan kerataan permukaan sesuai dengan ketentuan 1.16 butir a. c. Uji ketebalan lapisan mortar-busa dapat dilakukan dengan core drill sesuai Tabel 4 pada ketentuan 1.16. Beberapa dokumentasi pencatatan maupun pelaksanaan core drill diperlihatkan pada Gambar 39, Gambar 40 dan Gambar 41.



Gambar 39. Pencatatan Mutu Mortar-Busa (Densitas Basah Dan Flow) Lengkap dengan Lokasi Segmen Penghamparan (Pusjatan, 2010)



Gambar 40. Pengambilan Core Drill (Pusjatan, 2009)



38



Gambar 41. Hasil Core Drill (Pusjatan, 2009)



2.2.17 Pembukaan untuk Lalu Lintas Kedua hal berikut penting diperhatikan jika menyangkut pembukaan jalan untuk lalu lintas: a.



b.



Pembukaan untuk lalu lintas umum pada pelaksanaan timbunan jalan menggunakan material ringan mortar-busa dapat dibuka setelah pekerjaan lapisan aspal selesai. Sebelum dibuka untuk lalu-lintas umum, maka daerah/jalur tersebut harus dibersihkan lebih dahulu dari kotoran-kotoran yang menempel (tanah, dsb) kotoran-kotoran lepas dan debu.



39



Daftar Pustaka The National Information and Technology Centre for Transport and Infrastructure (CROW). Light-Weight Materials in Road Construction (Lichte Ophoogmaterialen In De Wegenbouw) version 8. Januari 2013. Iqbal, Maulana. 2012. Naskah Ilmiah Kajian Penanganan Tanah Lunak dengan Timbunan Jalan Mortar-Busa. Kemen. PU. Spesifikasi Material Ringan dengan Mortar Busa untuk Konstruksi Jalan. Kementerian Pekerjaan Umum. 2011. Kemen. PU. R3 Pedoman Perancangan Campuran Material Ringan Mortar-Busa untuk Konstruksi Jalan. Kementerian Pekerjaan Umum. 2014. Kemen. PU. R3 Pedoman Pelaksanaan Timbunan Material Ringan Mortar-Busa untuk Konstruksi Jalan. Kementerian Pekerjaan Umum. 2014. Pusjatan. 2009. Kajian dan Pengawasan Uji Coba Skala Penuh Timbunan Badan Jalan dengan Material ringan. Laporan Pendahuluan Balai Geoteknik Jalan. Puslitbang Jalan dan Jembatan. Pusjatan. 2007. Timbunan Badan Jalan dengan Bahan Material ringan, Laporan Akhir Balai Geoteknik Jalan Puslitbang Jalan dan Jembatan. Pusjatan. 2007. Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan. Pd T-072005-B. Pusjatan. 2009. Spesifikasi Material Ringan dengan Mortar-busa untuk Konstruksi Jalan.



40



Ucapan Terima Kasih Tim Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Sub Tim Teknis Balai Geoteknik Jalan yang telah memberikan masukan-masukan berharga untuk penyusunan modul ini.



41