Modul Ajar Sejarah - Kurikulum Merdeka [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



1. IDENTITAS Kode Perangkat Ajar



: Sej . E . SUP. 10.1, 10.2



Nama Penyusun



: Endar Priyo Sulistiyo



Institusi



: SMA Negeri 5 Palangka Raya



Tahun



: 2021



Jenjang



: SMA



Alokasi Waktu



: 630 Menit



2. Tujuan Pembelajaran Fase Domain CP



: E : Elemen Pemahaman Konsep Sejarah : peserta didik mampu memahami konsep dasar ilmu sejarah yang dapat digunakan untuk menjelaskan peristiwa sejarah; memahami konsep dasar ilmu sejarah sebagai pisau analisa untuk mengkaji peristiwa sejarah; memahami manusia sebagai subjek dan objek sejarah; memahami peristiwa sejarah dalam ruang lingkup lokal, nasional, dan global; memahami sejarah dalam dimensi masa lalu, masa kini, dan masa depan; memahami sejarah dari aspek perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberulangan; memahami peristiwa sejarah secara diakronis (kronologi) maupun sinkronis Peserta didik juga memahami konsep dasar jalur rempah dan asal usul nenek moyang; menganalisa manusia dalam jalur rempah dan asal usul nenek moyang; menganalisa jalur rempah dan asal usul nenek moyang dalam ruang lingkup lokal, nasional, dan global; menganalisa jalur rempah dan asal usul nenek moyang dalam dimensi masa lalu, masa kini, dan masa depan; menganalisa jalur rempah dan asal usul nenek moyang dari pola perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberulangan; menganalisa jalur rempah dan asal usul nenek moyang secara diakronis (kronologi) maupun sinkronis Elemen Keterampilan Proses Sejarah : Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengorganisasikan informasi, menarik kesimpulan, mengomunikasikan, merefleksikan dan merencanakan proyek lanjutan secara kolaboratif tentang pengantar dasar ilmu sejarah, jalur



2



rempah dan asal usul nenek moyang bangsa Indonesia, meliputi: 1. Penelitian sejarah lokal dimulai dari lingkungan terdekat (sejarah keluarga, sejarah sekolah, sejarah jalur rempah di daerah, sejarah kerajaan di daerah, dan lain-lain); mengumpulkan sumber-sumber primer maupun sekunder melalui sarana lingkungan sekitar, perpustakaan, dan internet; melakukan seleksi dan kritik terhadap sumber-sumber primer maupun sekunder; melakukan penafsiran untuk mendeskripsikan makna di balik sumber-sumber primer dan sekunder; dan menuliskan hasil penelitian dalam bentuk historiografi. 2. Penjelasan peristiwa sejarah secara diakronis (kronologi) yang menitikberatkan pada proses dan sinkronis yang menitikberatkan pada struktur; Penjelasan peristiwa sejarah berdasarkan hubungan kausalitas; Mengaitkan peristiwa sejarah dengan kehidupan sehari-hari; dan menempatkan peristiwa sejarah pada konteks zamannya. 3. Penjelasan peristiwa sejarah dalam perspektif masa lalu, masa kini, dan masa depan; Penjelasan peristiwa sejarah dari pola perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberulangan. 4. Penjelasan peristiwa sejarah dalam ruang lingkup lokal, nasional, dan global; Mengaitkan hubungan antara peristiwa sejarah lokal, nasional, dan global. 5. Memaknai nilai-nilai dari peristiwa sejarah dan dikontekstualisasikan dalam kehidupan masa kini. 6. Mengolah informasi sejarah secara non digital maupun digital dalam berbagai bentuk aplikasi sejarah, rekaman suara, film dokumenter, foto, maket, vlog, timeline, story board, infografis, videografis, komik, poster, dan lain-lain. Tujuan Pembelajaran Yang Ingin Dicapai



: 10.1 menjelaskan pengantar ilmu sejarah 10.2 menjelaskan asal usul nenek moyang dan pembentukan jalur rempah di Indonesia



Kata Kunci



: Memahami manusia, ruang, waktu, diakronik, sinkronik, dan penelitian sejarah; nenek moyang, jalur rempah;



3



3. Profil Pelajar Pancasila Pelajar menjadi pribadi yang 1. Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Dilakukan Melalui kegiatan berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran,Mengimani segala mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, mensyukuri segala ciptaan Tuhan Yang Maha Esa atas segala hasil alam Indonesia dengan jalur rempahnya ), 2. Berkebhinekaan Global Dilakukan melalui sikap menghargai berbagai teori mengenai asal-usul manusia Indonesia baik yang menyatakan bahwa manusia Indonesia berasal dari luar Indonesia maupun yang menyatakan bahwa manusia Indonesia merupakan keturunan dari Indonesia sendiri 3. Mandiri Dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan saat melihat sebuah video maupun membaca sumber, mengerjakan segala tugas individu yang diberikan dalam upaya menyelesaikan kompetensinya 4. Integritas Dilakukan dengan selalu menyertakan sumber sejarah pada saat proses pembuatan laporan baik tulis, audio, visual, maupun audio visual 5. bernalar kritis Didapaati dengan mampu memproses informasi dan gagasan serta melakukan evaluasi terhadap prosedur yang dilakukan, mampu mengemukakan pendapat mengenai informasi maupun gagasan yang muncul setelah mempelajari hubungan manusia dan sejarah. 6. kreatif Dengan menghasilkan karya atau gagasan atau tindakan yang orisinil dalam pengerjaan tugas-tugas yang diberikan baik dalam bentuk audio, visual, audio visual, maupun karya tulis 7. bergotong-royong Bersama-sama dalam melaksanakan dan mengerjakan tugas-tugas kelompok yang diberikan, mampu berkolaborasi dalam menyelesaikan projek sederhana 4. Sarana Prasarana 1. Perangkat computer atau Laptop 2. Jaringan Internet 3. Aplikasi Tatap Muka Maya 4. LMS (Lembar LMS Terlampir) 5. Target Peserta Didik 1. Siswa Reguler 2. Siswa dengan kesulitan belajar Dengan Daya Ingat yang kurang/Kurang cepat menangkap materi pembelajaran 3. Siswa berpencapaian tinggi



4



6. Target Siswa : Minimal 20 Siswa dan Maksimal 36 Peserta Didik 7. Ketersediaan Materi a. Pengayaan untuk siswa berpencapaian tinggi: YA / TIDAK b. Alternatif penjelasan, metode, atau aktivitas, untuk siswa yang sulit memahami konsep: YA / TIDAK 8. Model Pembelajaran Paduan antara tatap muka dan PJJ (blended lerning) 9. Materi ajar, alat, dan bahan Materi Ajar 1. Konsep manusia, ruang, waktu, diakronik, sinkronik, dan penelitian dalam sejarah 2. Asal usul nenek moyang berdasarkan teori genetika 3. Pembentukan jalur rempah dalam kehidupan awal nenek moyang bangsa Indonesia Sumber Belajar: 1. Kuntowijoyo, PENGANTAR ILMU SEJARAH, (Yogyakarta: Tiara Wacana,2018). 2. Kuntowijoyo, METODOLOGI SEJARAH (Jilid Kedua), (Yogyakarta: Tiara Wacana,2003). 3. Kuntowijoyo, PENJELASAN SEJARAH (Historical Explanation), (Yogyakarta: Tiara Wacana,2008). 4. Sokmono,R.Dr, PENGATAR SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA 1,(Yogyakarta : Kanisius, 1981) 5. Noor.Yusliani, Mansyur,MENELUSURI JEJAK-JEJAK MASA LALU INDONESIA, 6. Vlekke,Bernard H.M, NUSANTARA(Sejarah Indonesia),(Jakarta:KPG(Kepustakaan Populer Gramedia,2016) 10. Kegiatan Pembelajaran Utama Kegiatan Pembelajaran dilaksanakan secara Individu, Berpasangan dan berkelompok dengan dengan metode : Diskusi, Presentasi, , Demonstrasi, dan Project. 11. Asesmen Asesmen dilaksanakan dengan Asesmen Individu dan Asesmen Kelompok Jenis Asesmen Penilaian Formatif a. Individu - Pengamatan Selama Proses Pembelajaran - Penilaian Diri b. Kelompok - Penilaian Antar Teman Penilaian Sumatif a. Individu - Tes Tertulis



5



- Tes Lisan - Penugasan Individu b. Kelompok - Hasil Unjuk Kerja - Hasil Presentasi Kelompok 12. Persiapan Pembelajaran Langkah-langkah yang perlu dipersiapkan guru adalah : a. Mempersiapkan LMS (Untuk daring, LMS dapat dimasukkan pada LMS yang telah dipakai guru (Moodle/Google Classroom/ Edmodo/dll) b. Mempersiapkan bahan ajar terkait (Buku dan/ atau bahan ajar lainnya, dapat di download melalui link yang telah disediakan dapat juga ditambahkan dari bahan ajar lain yang relefan) c. Mempersiapkan Lembar Penilaian / Asesmen d. Mempersiapkan materi pengayaan dan remedial e. Mempersiapkan Perangkat Asesmen untuk masing-masing pertemuan 13. Urutan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran 1 (Luring) Materi : Hubungan Manusia dan Sejarah Kegiatan Awal 1. Memeriksa kesiapan peserta didik dalam menerima pembelajaran 2. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berdoa bersama 3. Menjelaskan Alur dan tujuan pembelajaran 4. Menyepakati kriteria ketuntasan dan remedial bersama peserta didik 5. Menyampaikan bahan belajar yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik 6. Guru menyajikan gambar olahraga sepak bola seperti contog disamping lalu menyampaikan pertanyaan pemantik : Tahukah kalian persamaan antara sepak bola dan Sejarah? 7. Contoh jawaban : Ya benar, sepak bola melibatkan manusia, dibatasi oleh sebuah ruang yaitu lapangan sepak bola, dan juga dibatasi oleh waktu bermain 90 menit serta sebuah pertandingan bisa menjadi bermaknda dan menjadi sejarah. Nah kali ini kita akan belajar mengenai hubungan Manusia, Sejarah, Ruang dan Waktu



6



Kegiatan Inti



Kegiatan Penutup



1. Peserta didik kembali diberikan pertanyaan pemantik, “Sebenarnya untuk apa kalian belajar sejarah?”. Setelah itu peserta didik diberikan tampilan video berjudul ancient aliens Indonesia Lost Pyramid di Link https://drive.google.com/file/d/1AC69tvsCigM0jBzmMxuBx7i4tKMNJCG/view?usp=sharing 2. Berdasarkan pada video tersebut, peserta didik menyusun pernyataan-pernyataan mengenai mengapa harus belajar sejarah dan hubungan antara sejarah dengan manusia. Peserta didik juga menyusun pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang ditemukan dalam video dalam hubungannya dengan sejarah 3. Peserta didik boleh membuka buku, atau memanfaatkan website untuk menggali informasi mengenai Hubungan manusia dan Sejarah, konsep berpikir diakronik dan sinkronis dalam penulisan sejarah 4. Peserta didik dibagi kedalam 6 kelompok lalu secara bersama mengolah dan melakukan analisis terhadap berbagai informasi yang ditemukan mengenai hubungan manusia dan Sejarah 5. Peserta didik menyusun sebuah laporan dalam bentuk video singkat mengenai hubungan manusia dan Sejarah 6. Setiap kelompok mempubublikasikan laporan yang dibuat dalam bentuk video dan menyematkan link nya pada medsos guru atau dapat pula pada form yang diberikan oleh guru agar dapat dilihat oleh kelompok lainnya. 7. Setiap peserta didik berkewajiban untuk memberikan tanggapan terhadap hasil video dari peserta di kelompok lainnya 8. Setiap kelompok akan menanggapi video dari kelompok lainnya dan memberikan jawaban dalam bentuk laporan verbal maupun non verbal seperti gambar, atau video singkat mengenai penjelasan terhadap tanggapan kelompok lainnya 1. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru mengenai Hubungan manusia dan Sejarah, konsep berpikir diakronik dan sinkronis dalam penulisan sejarah 2. Kesimpulan Perserta didik diminta untuk memberikan kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan hari ini 3. evaluasi dilaksanakan secara tertulis 4. refleksi



7



Kegiatan Pembelajaran 2 (Daring plus Luring (Blended) Materi : Konsep , Sinkronik,Diakronik dan Kronologi dalam Sejarah Kegiatan Awal 1. Memeriksa kesiapan peserta didik dalam menerima pembelajaran 2. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berdoa bersama 3. Menjelaskan Alur dan tujuan pembelajaran 4. Menyepakati bersama tentang penugasan dan juga penilaian pembelajaran 5. Menyampaikan bahan belajar yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik 6. Peserta didik diberikan pemahaman awal mengenai konsep sinkronik, diakronik, dan kronologi dalam sejarah 7. Dalam membuka pembelajaran peserta didik dapat diberikan sebuah diagram



Kegiatan Inti



1.



2. 3. 4.



Sumber : https://edusejarah.blogspot.com/2016/05/materisejarah-konsep-berpikir.html Setelah mengamati dan mendengarkan pemahaman awal konsep sinkronik, diakronik, dan kronologis dalam sejarah, peserta didik diberikan tampilan video berjudul 17 abad kekuasaan nusantara yang ada pada link https://drive.google.com/file/d/1caGzpYdFbx8mwm2g6EOokrwx J-VfLbrY/view?usp=sharing Berdasarkan pada video tersebut, peserta didik menyusun dan mencatat peristiwa-peristiwa berdasarkan urutan waktunya Peserta didik membuat Informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang tertuang dalam video Peserta didik secara bersama mengolah dan melakukan analisis terhadap berbagai informasi yang ditemukan kemudian menghubungkannya dengan konsep Sinkronik, Diakronik dan Kronologi dalam sejarah



8



5. Peserta didik memberikan kesimpulan mengenai konsep Sinkronik, Diakronik, dan Kronologi dalam sejarah berdasarkan pada hasil pengamatan video dan diskusi dengan kelompok.



Kegiatan Penutup



6. Peserta didik menyampaikan kesimpulannya dalam bentuk Poster yang diunggah ke media sosial dengan hastag (#): “Kenapa Sejarah Harus Kronologis” 7. Peserta didik saling berbalas komentar dari peserta didik yang lainnya dalam status tersebut 1. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru mengenai konsep Sinrkonik, Diakronik, dan kronologis dalam sejarah 2. Kesimpulan Perserta didik diminta untuk memberikan kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan hari ini 3. evaluasi dilaksanakan melalui penilaian tertulis dan penugasan 4. refleksi



Kegiatan Pembelajaran 3 (Daring) Materi : Penelitian Sejarah Kegiatan Awal 1. Memeriksa kesiapan peserta didik dalam menerima pembelajaran 2. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berdoa bersama 3. Menjelaskan Alur dan tujuan pembelajaran 4. Menyepakati bersama tentang penugasan dan juga penilaian pembelajaran 5. Menyampaikan bahan belajar yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik Kegiatan Inti 1. Peserta didik diminta membaca sebuah artikel di tirto.id https://tirto.id/pengertian-historiografi-metode-tahapanpenelitian-sejarah-f9fK. Selama kurang lebih 5 menit 2. Setelah membaca peserta didik diberikan tampilan video berjudul jugun ianfu yang terlupakan pada link https://drive.google.com/file/d/1qEkLJLiw0ZXJ9VGzu1eeqZj_7 Q4PZQ96/view?usp=sharing 3. Berdasarkan pada artikel dan video tersebut, peserta didik diminta memberikan kesimpulan mengenai video termasuk pada tahapan apa dalam penelitian sejarah, peserta didik menuliskan tahapan dan alasannya pada papan padlet 4. Peserta didik dibagi dalam Break Out Room untuk mendiskusikan mengenai sebuah projek penelitian sejarah secara sederhana 5. Peserta didik membuat timeline penelitian sejarah yang akan dilakukan dengan mengemukakan tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian sejarah



9



Kegiatan Penutup



6. Peserta didik mempresentasikan timeline yang dibuat dalam bentuk poster yang menjelaskan langkah-langkah penelitian sejarah 1. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru mengenai Langkahlangkah penelitian sejarah 2. Kesimpulan Perserta didik diminta untuk memberikan kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan hari ini 3. evaluasi dilaksanakan melalui penugasan dalam bentuk laporan penelitian sejarah yang dilaksanakan secara berkelompok 4. refleksi



Kegiatan Pembelajaran 4 (Blended) Materi : Manusia Praaksara Kegiatan Awal Kegiatan Sinkronous 1. Memeriksa kesiapan peserta didik dalam menerima pembelajaran 2. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berdoa bersama 3. Menjelaskan Alur dan tujuan pembelajaran 4. Menyepakati bersama tentang penugasan dan juga penilaian pembelajaran 5. Menyampaikan bahan belajar yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik 6. Guru membuka pembelajaran dengan memberikan link padlet, lalu bertanya “Pernahkah anda mendengar bahwa manusia berasal dari kera?. Setujukah anda dengan pendapat tersebut? 7. Setiap peserta didik kemudian menyampaikan pendapatnya melalui padlet yang linknya telah diberikan sebelumnya Kegiatan Inti Kegiatan Sinkronous 1. Peserta didik dibagi kedalam 6 kelompok, dimana setiap kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 6 orang Kegiatan A Sinkronous 2. Setiap kelompok diberikan tugas untuk menonton sebuah video : a. Kelompok 1 https://drive.google.com/file/d/1mxmVaHS2GmSxp73vI9pX GGFNauzNYwHk/view?usp=sharing b. Kelompok 2 https://drive.google.com/file/d/1ay7HFSvxVporz4K0VkgUd VDE0fynHw2F/view?usp=sharing c. Kelompok 3 https://drive.google.com/file/d/1ZE3jkPgjCMevWn_SR6iRJs 2rkfYBKEMu/view?usp=sharing



10



d. Kelompok 4 https://drive.google.com/file/d/118FXe8oZsRE0i3xXclUN6F JPnwcC9pxl/view?usp=sharing e. Kelompok 5 https://drive.google.com/file/d/1CsFVShWKZsO3sNM4xigY LoWRJL3BUU28/view?usp=sharing f. Kelompok 6 https://drive.google.com/file/d/1X_FgiTS8t1pQj72opPpLK72 Kk6UO-AQj/view?usp=sharing



Kegiatan Penutup



3. Peserta didik secara berkelompok mengumpulkan Informasi mengenai teori-teori tentang asal usul manusia kemudian menghubungkannya dengan hasil pengamatan video yang telah dilakukan 4. Peserta didik membuat sebuah infografis mengenai kehidupan manusia praaksara dan hubungannya dengan persebaran manusia ke Indonesia dan asal usul nenek moyang bangsa Indonesia 5. Peserta didik membuat sebuah penjelasan dalam bentujk infografis mengenai manusia praaksara dan persebaran manusia praaksara di Indonesia hingga asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia 1. Kesimpulan Perserta didik diminta untuk memberikan kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan hari ini 2. evaluasi dilaksanakan melalui penilaian penugasan 3. refleksi



Kegiatan Pembelajaran 5 (Blended) Materi : Asal usul nenek moyang bangsa Indonesia Kegiatan Awal



Kegiatan Inti



1. Memeriksa kesiapan peserta didik dalam menerima pembelajaran 2. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berdoa bersama 3. Menjelaskan Alur dan tujuan pembelajaran 4. Menyepakati bersama tentang penugasan dan juga penilaian pembelajaran 5. Menyampaikan bahan belajar yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik 1. Peserta didik dibagi kedalam kelompok agar dapat mempresentasikan sajian dalam bentuk visual (poster atau infografis) mengenai asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia. Untuk peserta yang luring dipersilahkan berkelompok saat menyampaikan presentasi dan peserta didik yang daring melalui zoom di Pin pada video agar dapat dilihat tampilannya oleh kelompok lainnya



11



Kegiatan Penutup



2. Setiap kelompok memberikan penjelasan (Melakukan Presentasi) mengenai sajian dalam bentuk visual (poster atau infografis) mengenai asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia 3. Kelompok lainnya memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi kelompok lain dalam kolom komentar 4. Kelompok yang melakukan presentasi dapat menjawab komentar dari kelompok lainnya baik secara lisan maupun komentar di kolom komentar 1. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru mengenai asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia ditinjau dari berbagai teori 2. Kesimpulan Perserta didik diminta untuk memberikan kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan hari ini 3. evaluasi dilaksanakan secara tertulis 4. refleksi



Kegiatan Pembelajaran 6 (Blended) Materi : Pembentukan jalur rempah Kegiatan Awal 1. Memeriksa kesiapan peserta didik dalam menerima pembelajaran 2. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berdoa bersama 3. Menjelaskan Alur dan tujuan pembelajaran 4. Menyepakati bersama tentang penugasan dan juga penilaian pembelajaran 5. Menyampaikan bahan belajar yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik Kegiatan Inti 1. Peserta didik diminta membaca artikel dengan judul sebelum jalur rempah: awal interaksi niaga lintas batas di maluku dalam perspektif arkeologi link artikel : https://drive.google.com/file/d/1Y9DYCC69vIohT0DwjQLtcbQ _ldCWhO93/view?usp=sharing 2. Peserta didik mengamati video Misteri Kemiri Sang Manusia Gua Link Video : https://drive.google.com/file/d/1ABONOTaGCKu4rwtHeJ4iGb 4Csl1_2nHk/view?usp=sharing 3. Peserta didik mengumpulkan Informasi mengenai pembentukan jalur rempah di Indonesia dalam kaitannya dengan persebaran awal manusia Indonesia 4. Peserta didik dibagi dalam Break Out Room untuk peserta yang daring dan kelompok bagi peserta didik luring untuk mendiskusikan mengenai pembentukan jalur rempah di Indonesia



12



5. Kegiatan Penutup



1. 2.



3. 4.



untuk menjawab pertanyaan pemantik “ Mengapa rempah menjadi amat penting dalam linimasa sejarah Indonesia?” Peserta didik membuat poster atau tampilan lainnya berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan Peserta didik mendengarkan penguatan guru mengenai pembentukan jalur rempah di Indonesia Kesimpulan Perserta didik diminta untuk memberikan kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan hari ini evaluasi dilaksanakan secara tertulis refleksi



Kegiatan Pembelajaran 7 (Daring) Materi : Pembentukan jalur rempah Kegiatan Awal 1. Memeriksa kesiapan peserta didik dalam menerima pembelajaran 2. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berdoa bersama 3. Menjelaskan Alur dan tujuan pembelajaran 4. Menyepakati bersama tentang penugasan dan juga penilaian pembelajaran 5. Menyampaikan bahan belajar yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik Kegiatan Inti 1. Peserta didik dipersilahkan menyampaikan poster mengenai pembentukan jalur rempah, saat menyampaikan presentasi dan peserta didik yang daring melalui zoom di Pin pada video agar dapat dilihat tampilannya oleh kelompok lainnya 2. Setiap kelompok memberikan penjelasan (Melakukan Presentasi) mengenai sajian dalam bentuk poster pembentukan jalur rempah 3. Kelompok lainnya memberikan dapat memberikan tanggapan, sanggahan maupun penguatan terhadap hasil presentasi kelompok lain dengan terlebih dahulu diberikan kesempatan oleh moderator kelompoK 4. Kelompok yang melakukan presentasi dapat menjawab komentar dari kelompok lainnya baik secara lisan maupun komentar di kolom komentar Kegiatan Penutup



1. Peserta didik mendengarkan penguatan guru mengenai pembentukan jalur rempah di Indonesia 2. Kesimpulan Perserta didik diminta untuk memberikan kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan hari ini 3. evaluasi dilaksanakan secara tertulis 4. refleksi



13



14. Refleksi Guru a. Apakah peserta didik bisa menerima materi dengan baik? b. Apakah peserta didik mendapatkan penguatan pendidikan karakter melalui pembelajaran? c. Kesulitan apa yang dialami selama proses pembelajaran? d. Apa langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar? e. Apakah peserta didik mampu menterjemahkan evaluasi dan penugasan dengan benar? 15. Kriteria untuk mengukur ketercapaian Tujuan Pembelajaran Penilaian Formatif a. Individu - Jurnal Nama Siswa :……………….. Kelas :……………… No.



Hari/Tanggal



Sikap/Perilaku Keterangan Positif Negatif



Kesimpulan : -



Penilaian Sikap Kegiatan Diskusi Lembar Penilaian Sikap - Observasi pada Kegiatan Diskusi Mata Pelajaran Kelas Topik/Subtopik Indikator



No



Nama Siswa



: : : :



Sejarah X ………….. Peserta didik menunjukkan perilaku kerja sama, santun, toleran, responsif dan proaktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan. Kerja sama



Rasa Ingin Tahu



Santun Komunikatif Keterangan



1 2 ,,,, Kolom Aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut. 4 = sangat baik 3 = baik 2 = cukup 1 = kurang



14



Penilaian Sumatif c. Individu - Rubrik Penulaian Tes Tertulis (PG dan Esai) Evaluasi Pertemuan 1 Penilaian Pengetahuan - Tes Tulis Uraian Topik : …………………. Indikator : ………………….. Soal :



Hubungan Antara Manusia Dengan Sejarah https://legalstudies71.blogspot.com/2019/10/hubungan-antara-manusia-dengan-sejarah.html



Diposkan oleh Abi Asmana di 6:41 AM Pengertian Manusia. Terdapat banyak pengertian tentang manusia. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain, oleh karena itu manusia senantiasa membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain. Manusia juga sebagai makhluk individu yang memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya baik dan sesuai dengan tindakan-tindakan yang akan diambilnya.



Manusia :  secara bahasa, berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu "manu" atau dari bahasa Latin, yaitu "mens", yang keduanya berarti berpikir, berakal budi, atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lainnya).  secara istilah, dapat diartikan sebagai sebuah konsep atau fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Manusia, dari sudut pandang biologi diklasifikasikan sebagai homo sapiens, sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi dengan otak berkemampuan tinggi. Dari sudut pandang antropologi kebudayaan, manusia dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk, kemampuan mereka dalam bersosialisasi dan tolong-menolong, dan lain-lain. Dalam sudut pandang rohani, manusia dijelaskan dengan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi, Dalam sudut pandang agama, manusia dikaitkan dengan proses penciptaan dan ketuhanan. Serta masih banyak pengertian manusia ditinjau dari sudut pandang keilmuan yang lain.



15



Manusia merupakan makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk pada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati, dan seterusnya. Manusia senantiasa berkaitan dan berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik yang positif maupun negatif. Pengertian Sejarah. Kata sejarah yang dalam bahasa Inggris adalah "history", berasal dari bahasa Yunani yaitu "historia" yang berarti pengetahuan atau penyelidikan yang didapatkan dari suatu proses penelitian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah diartikan sebagai : 1. asal usul (keturunan) silsilah. 2. kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; riwayat; tambo; cerita. 3. pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau; ilmu sejarah. Secara umum, sejarah dapat diartikan sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang telah terjadi di masa lalu dan dapat diketahui dengan mempelajari peninggalanpeninggalan pada masa itu yang ditemukan pada masa sekarang. Unsur Sejarah. Beberapa unsur penting dari sejarah adalah sebagai berikut :  Ruang, yaitu tempat di mana terjadinya suatu kejadian yang menjadi bukti sejarah yang nyata.  Waktu, yaitu saat terjadinya peristiwa sejarah dan dapat menjelaskan kronologis dalam kajian sejarah.  Manusia, yaitu unsur terpenting dari sejarah, karena setiap peristiwa sejarah sangat berkaitan dan melibatkan manusia. Dimensi Sejarah. Dalam sejarah terdapat tiga dimensi yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya, yaitu :  Dimensi masa lalu. Hal yang telah terjadi mengenai kehidupan dan kebudayaan manusia, dapat digunakan sebagai pengalaman dan pelajaran untuk melalui kehidupan selanjutnya.  Dimensi masa sekarang. Segala hal yang menyelimuti kehidupan sehari-hari di masa sekarang, yang dapat menentukan masa yang akan datang.  Dimensi masa akan datang. Suatu masa yang belum terjadi, dan segala sesuatu yang dilakukan di masa sekarang akan mempengaruhi masa depan. Belajar dari dimensi masa lalu dan masa sekarang untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi dimensi yang akan datang. Orang sukses tidak akan pernah melupakan sejarah. Pertanyaan yang sering muncul berkaitan dengan manusia dan sejarah adalah apa hubungan antara manusia dengan sejarah ? Dari uraian tentang pengertian manusia dan sejarah tersebut di atas, dapat dilihat bahwa antara manusia dengan sejarah mempunyai keterkaitan yang sangat erat.



16



Hubungan paling sederhana antara manusia dengan sejarah adalah bahwa manusia merupakan obyek sekaligus pelaku (subyek) dalam sejarah.  manusia sebagai obyek sejarah, mengandung arti bahwa manusia adalah pokok kajian, penelitian, bahasan, dan lain-lain dalam sejarah.  manusia sebagai subyek sejarah, mengandung arti bahwa manusia adalah pelaku sejarah. Sejarah pada hakekatnya adalah hasil perbuatan manusia. Sehingga dapat dikatakan, bahwa dalam konsep ruang dan waktu, manusia dan sejarah merupakan satu kesatuan. Manusia tanpa sejarah patut dipertanyakan eksistensinya sebagai makhluk hidup yang tinggal dan menetap, baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai makhluk individu. Demikian juga sebaliknya, sejarah tanpa manusia akan menjadi kosong (khayal), karena sejarah di dalamnya terdiri dari kejadian-kejadian yang melibatkan manusia sebagai obyeknya. Jika manusia dipisahkan dari sejarah, maka ia bukan manusia lagi melainkan sejenis makhluk biasa, seperti hewan. Oleh karenanya dikatakan bahwa tiga unsur utama dalam sejarah adalah ruang, waktu, dan manusia. Lebih lanjut, hubungan antara manusia dengan sejarah dapat dijelaskan sebagai berikut. Sejarah merupakan pengalaman manusia dan ingatan manusia yang diceritakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa manusia sangat berperan dalam sejarah, yaitu sebagai pembuat sejarah, karena manusialah yang membuat pengalaman menjadi sejarah. Manusia merupakan sumber sejarah. Hubungan antara manusia dengan sejarah (berkaitan dengan pengertian, unsur, dan dimensi sejarah) : 1. Manusia hidup dan beraktivitas dalam ruang dan waktu. Sejarah membahas aktivitas manusia pada masa lalu. Kajian utama sejarah adalah manusia dalam kegiatan dengan kelompoknya (masyarakat, bangsa, dan lainlain). Kegiatan manusia dimaksud adalah berkaitan dengan kehidupan manusia yang berkreasi dalam menghadapai kehidupannya. Kegiatan manusia yang dibatasi oleh ruang dan waktu, serta tempat di mana manusia tersebut berada. Pemahaman tentang ruang dan waktu tersebut diperlukan untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara kronologis. 2. Manusia hidup dalam perubahan dan berkelanjutan. Selain membahas manusia, baik sebagai makhluk sosial maupun makhluk pribadi, sejarah juga membahas hal yang berkaitan dengan waktu. Menurut Kuntowijoyo, konsep waktu dalam sejarah meliputi perkembangan, berkelanjutan, pengulangan, dan perubahan.  dikatakan mengalami perkembangan, apabila dalam kehidupan manusia dan masyarakat terjadi gerak secara berturut-turut dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain atau dari bentuk sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks.  dikatakan berkelanjutan, apabila manusia atau masyarakat hanya mengambil atau mengadopsi hal-hal yang lama.  dikatakan pengulangan, apabila peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau terjadi lagi di masa berikutnya.  dikatakan perubahan, apabila dalam diri manusia atau masyarakat terjadi perkembangan secara besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat.



17



Berkaitan dengan konsep waktu inilah, sejarah menceritakan kehidupan manusia pada masa lalu. Masa lalu merupakan masa yang sudah terlewati, tetapi tidak berhenti dan tertutup. Masa lalu bersifat terbuka dan berkelanjutan, sehingga dalam sejarah, masa lalu manusia bukan demi masa lalu itu sendiri. Segala kejadian di masa lalu akan dijadikan acuan untuk bertindak di masa kini dan untuk meraih kehidupan yang lebih baik di masa datang. 3. Kehidupan manusia masa kini merupakan akibat dari perubahan di masa lalu. Peristiwa sejarah yang terjadi adalah suatu perubahan dalam kehidupan manusia. Sejarah mempelajari aktivitas manusia dalam konteks waktu. Perubahan yang meliputi segala aspek kehidupan manusia yang terjadi di masa lalu mempengaruhi kehidupan masa kini. Masa lalu merupakan masa yang telah dilalui oleh manusia atau masyarakat yang selalu berkaitan dengan konsepkonsep dasar berupa ruang dan waktu. Sartono Kartodirdjo, seorang sejarawan, menyebutkan bahwa mereka yang lupa akan masa lampaunya telah kehilangan identitas dan oleh karena itu dapat membahayakan masyarakat di sekitarnya. Hal tersebut terjadi karena perbuatan manusia tersebut mungkin sudah tidak menentu dan terlepas dari norma-norma hidup yang berlaku di masyarakat. Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian manusia, pengertian sejarah, unsur dan dimensi sejarah, serta hubungan antara manusia dengan sejarah. Soal : 1. Jika sejarah adalah Alfa dan Manusia adalah Omega Maka Apakah yang merupakan unsur Beta dan Gama yang kemudian dapat menghubungkan antara manusia dan sejarah… 2. Sejarah adalah ilmu tentang asal-usul dan perkembangan masyarakat yang memiliki arti penting sebagai pengalaman masa lampaunya, (Gagne dan Briggs). Dalam hubungannya dengan manusia bagaimana kemudian manusia dapat mempengaruhi sejarah dan sejauh mana sejarah dapat berpengaruh terhadap kehidupan manusia…



3. Merujuk pada gambar di atas, bagaimana menjelaskan hubungan manusia dan sejarah terkait dengan pembabakan sejarah Indonesia…. 4. Sejarah bukan berkembang dan bergerak lurus ke depan dengan tujuan pasti, melainkan melingkar, yang tinggi rendahnya disebabkan oleh keadaan manusia. Pernyataan Herodotus ini jika dihubungkan dengan artikel diatas maka akan



18



merujuk pada keberlanjutan dan kausalitas. Jelaskan yang dimaksud dengan keberlanjutan dan kausalitas dalam sejarah terkait dengan pendapat Herodotus tersebut… Jawaban : 1. Merujuk pada unsur penting sejarah Unsur Sejarah. Beberapa unsur penting dari



sejarah adalah sebagai berikut :  Ruang, yaitu tempat di mana terjadinya suatu kejadian yang menjadi bukti sejarah yang nyata.  Waktu, yaitu saat terjadinya peristiwa sejarah dan dapat menjelaskan kronologis dalam kajian sejarah.  Manusia, yaitu unsur terpenting dari sejarah, karena setiap peristiwa sejarah sangat berkaitan dan melibatkan manusia. Maka jika Sejarah adalah Alfa dan Manusia adalah omega untuk bisa menghubungkan antara keduanya diperlukan Ruang dan Waktu sebagai Beta dan Gama karena dengan adanya unsur inilah maka didapati peristiwa sejarah yang bermakna bagi manusia dan manusia dalam dimensi ruang dan waktu dapat membuat sejarah 2. Hubungan antara manusia dengan sejarah dapat dijelaskan sebagai berikut. Sejarah merupakan pengalaman manusia dan ingatan manusia yang diceritakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa manusia sangat berperan dalam sejarah, yaitu sebagai pembuat sejarah, karena manusialah yang membuat pengalaman menjadi sejarah. 3. Dalam pembabakan sejarah Indonesia sejak masa prasejarah hingga pada masa reformasi selalu melibatkan manusia di dalamnya, pada masa prasejarah terdapat manusia praaksara hingg bagaimana menggali asal-usul manusia Indonesia. Selanjutnya pada masa Hindu Budha juga didapati orang-orang yang berperan di dalamnya, baik yang berperan positif maupun negative. Bahkan hingga masa reformasi terdapat peran manusia. Karena seperti dijelaskan sebelumnya bahwa sejarah merupakan pengalaman manusia dan ingatan manusia yang diceritakan sehingga pembabakan sejarah tidak bisa terlepaskan dengan peran manusia yang ada di dalamnya. Setiap masa ada tokohnya dan setiap tokoh ada masanya. 4. Menjawab pendapat Herodotus maka kita bisa merujuk pada



pendapat Kuntowijoyo, konsep waktu dalam sejarah meliputi perkembangan, berkelanjutan, pengulangan, dan perubahan.  dikatakan mengalami perkembangan, apabila dalam kehidupan manusia dan masyarakat terjadi gerak secara berturut-turut dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain atau dari bentuk sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks.  dikatakan berkelanjutan, apabila manusia atau masyarakat hanya mengambil atau mengadopsi hal-hal yang lama.  dikatakan pengulangan, apabila peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau terjadi lagi di masa berikutnya.  dikatakan perubahan, apabila dalam diri manusia atau masyarakat terjadi perkembangan secara besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat Dengan adanya perkembangan, keberlanjutan, pengulangan, dan perubahan, maka sejarah akan terus berputar pada sebuah lingkaran seperti yang dinyatakan oleh Herodotus



19



Pedoman Penskoran No Jawaban 1 1. Merujuk pada unsur penting sejarah Unsur Sejarah.



Beberapa unsur penting dari sejarah adalah sebagai berikut :  Ruang, yaitu tempat di mana terjadinya suatu kejadian yang menjadi bukti sejarah yang nyata.  Waktu, yaitu saat terjadinya peristiwa sejarah dan dapat menjelaskan kronologis dalam kajian sejarah.  Manusia, yaitu unsur terpenting dari sejarah, karena setiap peristiwa sejarah sangat berkaitan dan melibatkan manusia. Maka jika Sejarah adalah Alfa dan Manusia adalah omega untuk bisa menghubungkan antara keduanya diperlukan Ruang dan Waktu sebagai Beta dan Gama karena dengan adanya unsur inilah maka didapati peristiwa sejarah yang bermakna bagi manusia dan manusia dalam dimensi ruang dan waktu dapat membuat sejarah 2



4



25



2. Hubungan antara manusia dengan sejarah dapat



dijelaskan sebagai berikut. Sejarah merupakan pengalaman manusia dan ingatan manusia yang diceritakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa manusia sangat berperan dalam sejarah, yaitu sebagai pembuat sejarah, karena manusialah yang membuat pengalaman menjadi sejarah. 3



Skor



3. Dalam pembabakan sejarah Indonesia sejak masa prasejarah hingga pada masa reformasi selalu melibatkan manusia di dalamnya, pada masa prasejarah terdapat manusia praaksara hingg bagaimana menggali asal-usul manusia Indonesia. Selanjutnya pada masa Hindu Budha juga didapati orang-orang yang berperan di dalamnya, baik yang berperan positif maupun negative. Bahkan hingga masa reformasi terdapat peran manusia. Karena seperti dijelaskan sebelumnya bahwa sejarah merupakan pengalaman manusia dan ingatan manusia yang diceritakan sehingga pembabakan sejarah tidak bisa terlepaskan dengan peran manusia yang ada di dalamnya. Setiap masa ada tokohnya dan setiap tokoh ada masanya.



25



25



4. Menjawab pendapat Herodotus maka kita bisa merujuk



pada pendapat Kuntowijoyo, konsep waktu dalam sejarah meliputi perkembangan, berkelanjutan, pengulangan, dan perubahan.  dikatakan mengalami perkembangan, apabila dalam kehidupan manusia dan masyarakat terjadi gerak secara berturut-turut dari bentuk yang satu ke bentuk



25



20



yang lain atau dari bentuk sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks.  dikatakan berkelanjutan, apabila manusia atau masyarakat hanya mengambil atau mengadopsi halhal yang lama.  dikatakan pengulangan, apabila peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau terjadi lagi di masa berikutnya.  dikatakan perubahan, apabila dalam diri manusia atau masyarakat terjadi perkembangan secara besarbesaran dalam waktu yang relatif singkat Dengan adanya perkembangan, keberlanjutan, pengulangan, dan perubahan, maka sejarah akan terus berputar pada sebuah lingkaran seperti yang dinyatakan oleh Herodotus Skor maksimal



100



Evaluasi Pertemuan 2 : Penilaian Pengetahuan - Tes Tulis Uraian Topik : …………………. Indikator : ………………….. Soal :



Soal : 1. Grafis di atas merujuk pada sebuah periodisasi Sejarah Indonesia yang di sesuaikan berdasarkan urutan waktu secara kronologis, dengan tujuan agar terhindar dari anakronisme. Apa yang dimaksud dengan anakronisme dalam peristiwa sejarah …



21



2. Setelah mengamati graphic tersebut, dono seorang pelajar SMA mengatakan bahwa kekalahan Jepang terhadap sekutu berpengaruh besar terhadap kemerdekaan Indonesia, bagaimana Dono bisa memperkuat pernyataan yang dibuatnya… 3. KOMPAS.com - Peristiwa Rengasdengklok merupakan salah satu peristiwa yang membekas di sepanjang sejarah Indonesia. Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan terhadap Soekarno dan Hatta yang terjadi pada 16 Agustus 1945. Baca juga: Wilayah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok menjadi peristiwa yang memiliki keterkaitan terhadap pengumuman proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Lantas, bagaimana proses terjadinya Peristiwa Rengasdengklok? Kala itu, Indonesia sedang dijajah oleh Jepang karena ambisi Jepang yang ingin membangun imperium Asia Timur Raya pada masa Perang Dunia II. Dari peristiwa tersebut, Jepang mengalami kekalahan yang ternyata memberikan dampak besar pada Indonesia. Sejak saat itu, ketegangan pun mulai muncul antara golongan tua dan golongan muda. Golongan tua dan golongan muda memiliki perbedaan pendapat terkait kapan waktu yang tepat untuk mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Pemerintahan Jepang yang dengan tegas melarang penduduk Indonesia untuk mendengarkan radio luar negeri menjadi salah satu penyebab terhambatnya pengumuman proklamasi. Namun berkat keuletan para pemuda Indonesia terutama yang bekerja di kantor berita Jepang, berita menyerahnya Jepang tanpa syarat ke Sekutu pun sampai di Indonesia. Sutan Syahrir yang mendengar berita kekalahan Jepang melalui radio gelap pun lantas mendesak Soekarno-Hatta untuk segera melakukan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Namun Soekarno-Hatta menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui PPKI, badan buatan Jepang. Merasa tidak puas dengan jawaban tersebut, para golongan muda pun lantas menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok untuk menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang.



Lihat Foto Bung Hatta (berdiri) ketika menjelaskan lagi pendapatnya tentang saat-saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan di rumah bekas penculiknya, Singgih (baju batik hitam) Jum'at siang kemarin. Tampak dari kiri kekanan: GPH Djatikusumo, D. Matullesy SH, Singgih, Mayjen (Purn) Sungkono, Bung Hatta, dan bekas tamtama PETA Hamdhani, yang membantu Singgih dalam penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok. (Kompas/JB Suratno)



22 Tokoh Peristiwa penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok ini tidak terlepas dari para tokoh yang terlibat di dalamnya yang dibagi menjadi dua golongan, golongan tua dan golongan muda. Siapa saja yang terlibat dalam Peristiwa Rengasdengklok? Golongan Tua Tokoh-tokoh yang sering disebut sebagai golongan tua adalah Soekarno dan Mohammad Hatta, para anggota dan pengurus BPUPKI, dan PPKI. Golongan Muda 1. Sukarni 2. Chairul Saleh 3. Yusuf Kunto 4. dr. Muwardi 5. Shodanco Singgih 6. Wikana 7. Sayuti Melik 8. Sudiro 9. BM Diah 10. Djohar Nur 11. Kusnandar 12. Subadio 13. Subianto 14. Margono 15. Adam Malik 16. Armansyah Kronologi; Pada tanggal 15 Agustus, golongan muda mengadakan rapat di Pegangsaan Timur, Jakarta, terkait kapan pengumuman Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebaiknya dilakukan. Rapat yang dipimpin oleh Chaerul Saleh ini kemudian menyepakati bahwa kemerdekaan Indonesia adalah keputusan dari rakyat Indonesia, bukan Jepang. Malamnya, para golongan muda mengutus Wikana dan Darwis untuk menemui Soekarno dan Hatta, mereka menuntut agar proklamasi kemerdekaan dilakukan pada tanggal 16 Agustus 1945. Jika Soekarno-Hatta menolak, maka akan terjadi sebuah pergolakan besar. Namun permintaan Wikana dan Darwis ditolak oleh Soekarno dan Hatta. Soekarno tidak bisa melepas tanggung jawabnya sebagai ketua PPKI, sehingga ia harus berunding terlebih dulu dengan badan buatan Jepang itu. Karena menerima penolakan dari Soekarno dan Hatta, Wikana dan Darwis lantas kembali dan mengadakan rapat yang digelar di Jalan Cikini 71, Jakarta. Rapat tersebut dihadiri oleh para tokoh golongan muda lainnya. Mereka pun memutuskan untuk membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdenglok guna menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang. Baca juga: Kabinet Hatta II: Penetapan, Susunan, dan Pergantian Hasil Setelah Soekarno dan Hatta diculik ke Rengasdengklok, Soekarno di hadapan Shodanco Singgih memutuskan untuk bersedia mengadakan proklamasi setelah ia kembali ke Jakarta. Golongan tua dan golongan muda pun menyepakati keputusan bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus dilakukan di Jakarta oleh Soekarno.



23 Esok harinya, Ahmad Subardjo rela menaruhkan nyawanya dengan menjemput Soekarno dan Hatta untuk kembali ke Jakarta dan menjamin Proklamasi Kemerdekaan terselenggarakan. Hasil setelah terjadinya Peristiwa Rengasdengklok adalah Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB. Referensi: Adams, Cindy. (2007). Bung Karno, penyambung lidah rakyat Indonesia. Jakarta: Yayasan Bung Karno. Sularto, St dan Dorothea Rini Yunarti. (2010). Konflik di Balik Proklamasi. Indonesia: Penerbit Buku Kompas. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peristiwa Rengasdengklok: Latar Belakang, Tokoh, Kronologi, dan Hasil", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/09/142323179/peristiwarengasdengklok-latar-belakang-tokoh-kronologi-dan-hasil?page=all. Penulis : Verelladevanka Adryamarthanino Editor : Nibras Nada Nailufar



Pertanyaan : Mengapa Ahmad Subardjo dikatakan menaruhkan nyawanya dengan menjemput Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta? 4. Setelah membaca artikel tersebut Ahmad menyampaikan pada teman-temannya bahwa kaum muda yang membawa Soekarno ke Rengas Dengklok sudah memiliki alasan yang kuat sehingga terjadilah peristiwa Rengas Dengklok. Jelaskan alasan yang mendukung pendapat Ahmad? Jawaban : 1. Anakronisme adalah kerancuan waktu antara satu peristiwa sejarah yang satu dan peristiwa sejarah yang lain. 2. Kekalahan Jepang terhadap Sekutu yang kemudian beritanya di dengar oleh kaum muda pergerakan menjadikan mereka menuntut kepada Soekarno dan Hatta agar segera memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia, dikarenakan adanya kekosongan kekuasaan yang terjadi pasca penyerahan Jepang pada sekutu. Keinginan pemuda agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan dan terhindar dari pengaruh Jepang menjadikan terjadinya peristiwa pengamanan Soekarno Hatta yang dikenal dengan peristiwa Rengas Dengklok. 3. Ahmad Soebarjo menjadikan nyawanya sebagai jaminan pada para pemuda bahwa proklamasi akan di kumandangkan pada 17 Agustus 1945\ 4. Pada tanggal 15 Agustus, golongan muda mengadakan rapat di Pegangsaan Timur, Jakarta, terkait kapan pengumuman Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebaiknya dilakukan. Rapat yang dipimpin oleh Chaerul Saleh ini kemudian menyepakati bahwa kemerdekaan Indonesia adalah keputusan dari rakyat Indonesia, bukan Jepang. Malamnya, para golongan muda mengutus Wikana dan Darwis untuk menemui Soekarno dan Hatta, mereka menuntut agar proklamasi kemerdekaan dilakukan pada tanggal 16 Agustus 1945. Jika Soekarno-Hatta menolak, maka akan terjadi sebuah pergolakan besar. Namun permintaan Wikana dan Darwis ditolak oleh Soekarno dan Hatta. Soekarno tidak bisa melepas tanggung jawabnya sebagai ketua PPKI, sehingga ia harus berunding



24 terlebih dulu dengan badan buatan Jepang itu. Karena menerima penolakan dari Soekarno dan Hatta, Wikana dan Darwis lantas kembali dan mengadakan rapat yang digelar di Jalan Cikini 71, Jakarta. Rapat tersebut dihadiri oleh para tokoh golongan muda lainnya. Mereka pun memutuskan untuk membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdenglok guna menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang. Baca juga: Kabinet Hatta II: Penetapan, Susunan, dan Pergantian Hasil Setelah Soekarno dan Hatta diculik ke Rengasdengklok.



Pedoman Penskoran No Jawaban 1 Anakronisme adalah kerancuan waktu antara satu peristiwa sejarah yang satu dan peristiwa sejarah yang lain. Kekalahan Jepang terhadap Sekutu yang kemudian beritanya di dengar oleh kaum muda pergerakan menjadikan mereka menuntut kepada Soekarno dan Hatta agar segera memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia, dikarenakan adanya kekosongan kekuasaan yang terjadi pasca penyerahan Jepang pada sekutu. Keinginan pemuda agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan dan terhindar dari pengaruh Jepang menjadikan terjadinya peristiwa pengamanan Soekarno Hatta yang dikenal dengan peristiwa Rengas Dengklok 3 Ahmad Soebarjo menjadikan nyawanya sebagai jaminan pada para pemuda bahwa proklamasi akan di kumandangkan pada 17 Agustus 1945 Sebelum peristiwa Rengas Dengklok terjadi, 4 pada tanggal 15 Agustus, golongan muda mengadakan rapat di Pegangsaan Timur, Jakarta, terkait kapan pengumuman Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebaiknya dilakukan. Rapat yang dipimpin oleh Chaerul Saleh ini kemudian menyepakati bahwa kemerdekaan Indonesia adalah keputusan dari rakyat Indonesia, bukan Jepang. Malamnya, para golongan muda mengutus Wikana dan Darwis untuk menemui Soekarno dan Hatta, mereka menuntut agar proklamasi kemerdekaan dilakukan pada tanggal 16 Agustus 1945. Jika Soekarno-Hatta menolak, maka akan terjadi sebuah pergolakan besar. Namun permintaan Wikana dan Darwis ditolak oleh Soekarno dan Hatta. Soekarno tidak bisa melepas tanggung jawabnya sebagai ketua PPKI, sehingga ia harus berunding terlebih dulu dengan badan buatan Jepang itu. Karena menerima penolakan dari Soekarno dan Hatta, Wikana dan Darwis lantas kembali dan mengadakan rapat yang digelar di Jalan Cikini 71, Jakarta. Rapat tersebut dihadiri oleh para tokoh golongan muda lainnya. Mereka pun memutuskan untuk membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdenglok guna menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang. Baca juga: Kabinet Hatta II: Penetapan, Susunan, dan Pergantian Hasil Setelah Soekarno dan Hatta diculik ke Rengasdengklok. Skor maksimal



Skor 15



2



30



20



35



100



25



Evaluasi Pertemuan 5 Topik : Indikator : Soal :



1. Perhatikan tabel berikut ini :



Jika merujuk pada tabel berikut ini, nenek moyang bangsa Indonesia berdasarkan pada teori out of Afrika masuk ke Idonesia pada sekitaran waktu.... A. 3500 – 1500 B. 6500 – 2000



26



C. 4500 – 2500 D. 2500 – 2000 E. 8000 – 4500 2. Bacalah artikel berikut ini dengan seksama



Dok.MI/Antara Penelitian genetika membuktikan tak ada pemilik gen murni di Nusantara.



Penelitian genetika membuktikan tak ada pemilik gen murni di Nusantara. Manusia Indonesia ialah campuran beragam genetika yang awalnya berasal dari Afrika. KULIT sawo matang, hidung pesek, dan mata belo, selama ini kerap dianggap sebagai ciri-ciri orang Indonesia asli alias pribumi. Akibatnya, orang yang di luar ciri-ciri umum itu kerap disebut sebagai warga pendatang. Sesungguhnya telah berketurunan hidup di Tanah Air ini, mereka tetap saja mudah jadi bahan ejekan rasisme dan termarginalkan. Tidak hanya menimbulkan gesekan sosial sehari-hari, masih bercokolnya anggapan adanya ras pribumi dan ras pendatang itu juga menjadi komoditas politik. Akibatnya, kekerabatan dan rasa toleransi yang sesungguhnya telah diajarkan sejak zaman nenek moyang bisa pudar akibat mitos-mitos kepribumian itu. Padahal, sesungguhnya telah menjadi pengetahuan umum pula jika Indonesia terdiri dari beragam populasi etnik yang juga melahirkan keragaman bahasa.



27



Setidaknya ada 700 bahasa dan 500 populasi etnik hidup di Indonesia. Maka, pertanyaan siapakah pribumi itu sesungguhnya bukan saja tidak relevan, melainkan juga seperti memungkiri akar bangsa ini sendiri. Untuk menyingkap dan memberikan pencerahan terhadap pertanyaan-pertanyaan sejenis itu, sebuah proyek penelitian DNA (deoxyribo nucleic acid) orang-orang Indonesia dilakukan Historia.id. "DNA merupakan pengetahuan penting yang memberikan pencerahan bahwa masalah pribumi dan nonpribumi sudah tidak relevan lagi," kata Bonnie Triyana, Pemimpin Redaksi Historia.id dalam pembukaan Pameran ASOI: Asal- usul Orang Indonesia, Selasa (15/10). Penelitian yang dilakukan Historia.id dalam proyek DNA membuktikan bahwa batas antara orang Indonesia dan lainnya telah bias karena gen yang terdapat pada tubuh seseorang telah bercampur dengan gen nenek moyang yang bisa saja berasal dari tempat berbeda. Seperti dua politikus PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto dan Budiman Sudjatmiko, setelah melalui tes DNA diketahui keduanya memiliki asal-usul yang sebagian besar berasal dari Asia Timur. Menariknya lagi, keduanya memiliki jejak moyang Timur Tengah, yaitu Semitik yang kemungkinan besar dari orang-orang Samaria (kini di Palestina). Menurut Herawati Supolo Sudoyo, Peneliti Genetika Molekul dari lembaga Eijkman, genetika itu memang bisa terlihat melalui tes DNA sebab dalam DNA tersimpan semua informasi tentang genetika. "DNA inilah yang menentukan jenis rambut, warna kulit, dan sifat-sifat khusus manusia, bahkan gen awalnya," kata Herawati. Lebih khusus, proyek ini dilakukan dengan penelitian genetik DNA mitokondria yang diturunkan melalui jalur maternal atau ibu, lalu kromosom Y yang hanya diturunkan dari sisi paternal atau ayah, serta DNA autosom yang diturunkan dari kedua orangtua. Penanda genetik tersebut memperlihatkan bukti adanya pembauran beberapa leluhur genetik yang datang dari periode maupun dari jalur yang beragam. Tempat lalu-lalang Menurutnya, Indonesia memiliki kedudukan yang sangat istimewa dalam proses pencariannya. Sejak dahulu, wilayah Indonesia telah menjadi tempat manusia berlalu-lalang, seperti manusia dari daratan Asia yang bergerak ke arah timur menuju Pasifik atau ke selatan menuju



28



Australia, sudah tentu akan melewati Indonesia terlebih dahulu. Saat proses persebaran terjadi, tidak hanya fisik yang terpengaruh, tetapi juga kebiasaan, bahasa, budaya, bahkan komposisi gen pun ikut berubah. Hal itu terjadi saat manusia mulai melakukan pembauran dengan manusia lain yang memiliki perbedaan secara DNA. "Secara genetis terdapat empat gelombang migrasi yang berkontribusi. Gelombang awal, nenek moyang datang 50 ribu tahun lalu melewati jalur selatan menuju Paparan Sunda yang ketika itu masih menggabungkan Pulau Kalimantan, Sumatra, dan Semenanjung Malaya," tambah Herawati. Gelombang kedua, yakni kontribusi dari Asia daratan yang menuturkan bahasa Austroasiatik. Mereka berpindah ke selatan masuk ke Nusantara dari daratan Asia melewati Semenanjung Malaya yang saat itu masih menyatu dengan Pulau Sumatra dan Kalimantan. Gelombang ketiga merupakan ekspansi dari utara. Pada periode sekitar 4.000 tahun lalu mereka bermigrasi dari daerah Tiongkok Selatan, menyebar ke Taiwan, Filipina, sampai ke Sulawesi, dan Kalimantan. Mereka inilah yang membawa bahasa Austronesia. Diaspora Austronesia ini terjadi mulai Madagaskar hingga ke Pulau Paskah di dekat Amerika. Gelombang keempat terjadi pada zaman sejarah. Ini termasuk periode Indianisasi dan islamisasi di Kepulauan Nusantara. Empat gelombang migrasi yang melalui Kepulauan Nusantara itulah yang menjadi cikal bakal lahirnya keragaman pada masa kini. Herawati menegaskan, migrasi manusia sampai ke Nusantara merupakan nenek moyang orang Indonesia. Dengan begitu, tak ada pemilik gen murni di Nusantara. Manusia Indonesia adalah campuran beragam genetika yang awalnya berasal dari Afrika. Melihat keseluruhan hasil tes DNA, keberagaman tentu sudah ada di depan mata yang tentunya menguatkan kebanggaan menjadi bangsa Indonesia. Hal ini juga yang dirasakan Grace Natalie, mantan jurnalis yang terjun jadi politikus ini menyadari bangsa ini bukan terbentuk atas ikatan darah atau keturunan. "Yang menyatukan kita adalah kesamaan nilai, kesamaan visi, kesamaan cita-cita," kata Grace. (historia/L-2/M-1) [email protected]



29



DNA Nazril Irham Garis leluhur dari pihak ibunya berasal dari Padang, dan ayahnya campuran Padang-Batak. Hasil tes DNA penyanyi Nazril Irham alias Ariel menunjukkan beberapa gen: 79,78% gen Asia Selatan (India, Bangladesh, Tamil, dan Nepal) 15,14% gen Asia Timur (Jepang) 5,03% gen diaspora Asia 0,05% gen Yunani Najwa Shihab Darah Arab di tubuh Najwa diturunkan langsung oleh moyangnya dari Hadramaut, Yaman. Namun, hasil uji DNA menunjukkan gen Arab di tubuhnya hanya 3,4%. 48,54% Asia Selatan (Nepal, India, Bangladesh, dan Tamil) 26,81% Afrika Utara (Maroko, Algeria, Aljazair, dan Berbers) 6,86% Afrika (Mozambik) 4,19% Asia Timur (Tiongkok) 4,15% Diaspora Afrika (Afrika-Amerika) 3,48% Timur Tengah (Arab) 2,28% Eropa Selatan (Portugis) 1,91% Eropa Utara (Dorset) 1,43% Diaspora Asia (Asia-Amerika) 1,233% Diaspora Eropa (Puerto Riko) Grace Natalie Grace yang berwajah oriental ternyata memiliki gen Afghanistan. 0,01% Afghanistan 76,92% Asia Timur Mira Lesmana Di dalam tubuh Mira mengalir darah 14 suku berbeda dari Asia Selatan. 49,68% Asia Timur (Taiwan, Jepang, Tiongkok, Vietnam, Korea, dan Makau) 38,10% Asia Selatan (14 suku bangsa di India) 12,21% Diaspora Asia (Asia-Amerika) 0,03% Irak,Kurdi. Sumber: https://mediaindonesia.com/weekend/267673/nyatanya-tidak-adapribumi-di-indonesia Merujuk pada artikel tersebut, menunjukan bahwa tidak ada yang dominan dalam gen bangsa Indonesia. Jika melihat pada artikel dan data tabel pada soal sebelumnya, mengapa hal ini bisa terjadi?.... Jawaban : 3. Jika merujuk pada artikel tersebut ada sebuah pembenaran sejarah yang muncul yaitu... A. Bangsa Indonesia tidak memiliki nenek moyang yang pasti B. Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari berbagai RAS C. Nenek moyang bangsa Indonesia merupakan Ras Protomelayu yang merupakan percampuran antara Eropa dan Asia



30



D. Indonesia merupakan wilayah dimana terjadi akulturasi dan perkawinan antar berbagai Ras nenek moyang E. Indonesia merupakan keturunan dari Ras bangsa Afrika yang melakukan perjalanan jauh melewati Eropa dan Asia sehingga terjadi percampuran gen selama perjalanan 4. Beberapa teori asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia didasarkan pada kemiripan fisik. Akan tetapi saat dilakukan penelitian gen seperti yang dijelaskan pada artikel diatas, ternyata setelah dilakukan uji gen ternyata kemiripan fisik belum tentu menunjukan asalusul manusia Indonesia maka bisa disimpulkan bahwa... A. Teori yang menjelaskan asal-usul manusia Indonesia adalah salah B. Berbagai teori tentang asal usul manusia Indonesia lebih banyak yang melihat pada kesamaan fisik C. Nenek moyang bangsa Indonesia juga berasal dari percampuran beberapa ras sebelum masuk ke Indonesia D. Kesamaan fisik antara bangsa Indonesia dengan bangsa lain menunjukan adanya hubungan kesamaan gen E. Indonesia tidak memiliki nenek moyang yang sama



LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN TERTULIS (Bentuk Uraian) Soal Tes Uraian 1. Merujuk pada artikel tersebut, menunjukan bahwa tidak ada yang dominan



dalam gen bangsa Indonesia. Jika melihat pada artikel dan data tabel pada soal sebelumnya, mengapa hal ini bisa terjadi?.... Kunci Jawaban Soal Uraian dan Pedoman Penskoran Alternatif Penyelesaian jawaban 1



B. 6500 – 2000



Skor 20



Kesamaan waktu datangnya bangsa-bangsa di Indonesia memunculkan kemungkinan untuk terjadinya akulturasi dan 2



percampuran ras diantara nenek moyang bangsa Indonesia hal ini kemudian menjadikan bangsa Indonesia tidak memiliki ras



40



31



dominan dalam gen nya dan adanya percampuran gen ini menunjukkan kekuatan dari berbagai teor-teori yang ada 3



B. Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari berbagai RAS



20



D. Kesamaan fisik antara bangsa Indonesia dengan bangsa lain 4



20



menunjukan adanya hubungan kesamaan gen Jumlah



Nilai =



𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐤𝐨𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡 𝟒



× 𝟏𝟎𝟎



100



32 LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN -TERTULIS (Pilihan Ganda) Pilih Satu Jawaban yang paling tepat ! 1. a. b. c. d. e. dst. Kunci Jawaban Piliahan Ganda dan Pedoman Penskoran Alternatif Penyelesaian Jawaban 1 2 3 4 .... 20



Skor



Jumlah Nilai =



Jumlah skor yang diperoleh × 20



10



Penilaian Pengetahuan - Tes Tulis Pilihan Ganda Topik : …………………. Indikator : ………………….. Soal : …………………. Jawaban : a. ………………… b. ………………… c. ………………… d. ………………… e. …………………



Pertemuan 2 : Rubrik Penilaian Diskusi dan Presentasi Kelompok LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN Observasi terhadap Diskusi Tanya Jawab dan Percakapan



1 1 1 1 1 1 20



33



Tidak



Dan lain sebaginya



Ya



Tidak



Ya



Tidak



Ya



Pernyataan Ketepatan Kebenaran penggunaan Konsep istilah



Tidak



Nama Peserta Didik



Ya



No



Pengungkapan gagasan yang orisinil



1 2 3 Penilaian pengetahuan - Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan Nama Peserta Didik



Pengungkapan gagasan yang orisinil YA TIDAK



Pernyataan Kebenaran konsep YA



TIDAK



Ketepatan Jumlah penggunaan istilah YA TIDAK YA TIDAK



…. …. ....



No 1 2



3



Total Skor



LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN PENILAIAN PRODUK Nama Produk : Poster mengenai konsep Sinkronik, Diakronik, Kronologis, serta konsep perubahan dan Keberlanjutan dalam sejarah Nama Peserta Didik :1 ……………………………….. 2 ……………………………….. 3 ……………………………….. 4 ……………………………….. 5 ……………………………….. 6 ……………………………….. Aspek Skor Kesesuaian Tema 1 2 3 4 Proses Pembuatan a. Persiapan Alat dan Bahan b. Penggunaan Gambar yang sesuai c. Kreatifitas d. Penggunaan Teknologi Hasil Produk a. Dimensi Poster b. Tingkat kesukaran c. Kesesuaian Jenis File d. Kesesuaian Judul dan Tema e. Ketepatan Ilustrasi



34  Aspek yang dinilai disesuaikan dengan jenis produk yang dibuat  Skor diberikan tergantung dari ketepatan dan kelengkapan jawaban yang diberikan. Semakin lengkap dan tepat jawaban, semakin tinggi perolehan skor.



Pertemuan 3 : LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN - PROYEK Proyek : Membuat sebuah penelitian sejarah sederhana secara berkelompok Orientasi Masalah: Bentuklah tim kelompokmu, Buatlah sebuah rancangan penelitian sejarah mengenai tempat maupun tokoh sejearah yanga da di daerahmu. Kemudian pergilah ke tempat bersejarah ataupun sumber sejarah lisan yang ada di wilayah mu. Ambil bahan amatan dari penelitian sejarah yang digunakan untuk melakukan projek penelitian dan historiografi. Berikan sumber-sumber lain yang dapat mendukung pekerjaanmu. Langkah-langkah Pengerjaan: 1. Kerjakan tugas ini secara kelompok. Anggota tiap kelompok paling banyak 4 orang. 2. Buat sebuah desain penelitian 3. Cari data dengan melakukan pengamatan ataupun wawancara dengan sumber sejarah tersebut 4. Bandingkan untuk mencari sumber-sumber lain terkait penelitian sejarah yang dilakukan 5. Lakukan kritik sumber 6. Hasil penelitian tuliskan dalam bentuk historiografi sederhana 7. Laporan bagian perencanaan meliputi: (a) Latar Belakang, (b) Tujuan 8. Laporan bagian pelaksanaan meliputi: (a) pengumpulan data, (b) kritik sumber, dan (c) penyajian data hasil (Hiostoriografi) 9. Laporan bagian pelaporan hasil meliputi: (a) kesimpulan akhir, (b) Saran 10. Laporan dikumpulkan paling lambat dua minggu setelah tugas ini diberikan Rubrik Penilaian Proyek: Kriteria



Skor



 Jawaban benar sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah  Laporan memuat perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan  Bagian perencanaan memuat tujuan kegiatan yang jelas dan persiapan/strategi pemecahan masalah yang benar dan tepat  Bagian pelaksanaan memuat proses pengumpulan data yang baik, penyajian data berbasis bukti  Bagian pelaporan memuat penulisan sejarah yang dibuat secara kronologis  Kerjasama kelompok sangat baik  Jawaban benar sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah  Laporan memuat perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan  Bagian perencanaan memuat tujuan kegiatan yang jelas dan persiapan  Bagian pelaksanaan memuat proses pengumpulan data yang baik, kritik sumber dan historiografi  Bagian pelaporan memuat kesimpulan akhir dan saran  Kerjasama kelompok sangat baik  Jawaban benar tetapi kurang sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah  Laporan memuat perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan



4



3



2



35



Kriteria



Skor



 Bagian perencanaan memuat tujuan kegiatan yang kurang jelas dan persiapan/strategi pemecahan masalah yang kurang benar dan tepat  Bagian pelaksanaan memuat proses pengumpulan data yang kurang baik, pemecahan masalah yang kurang masuk akal (nalar) dan penyajian data kurang berbasis bukti dan tidak kronologis  Bagian pelaporan memuat kesimpulan akhir yang kurang sesuai dengan data  Kerjasama kelompok baik  Jawaban tidak benar  Laporan memuat perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan  Bagian perencanaan memuat tujuan kegiatan yang tidak jelas dan persiapan/strategi pemecahan masalah yang kurang benar dan tepat  Bagian pelaksanaan memuat proses pengumpulan data yang kurang baik, pemecahan masalah yang kurang masuk akal (nalar) dan penyajian data tidak berbasis bukti dan tidak kronologis  Bagian pelaporan memuat kesimpulan akhir yang tidak sesuai dengan data, Kerjasama kelompok kurang baik Tidak melakukan tugas proyek



Mata Pelajaran Nama Proyek Alokasi Waktu No



1



2



3



: …………… : …………… : ……………



Penilaian Keterampilan – Proyek Guru Pembimbing : …………… Nama : …………… Kelas : …………… Aspek



PERENCANAAN : a. Rancangan Alat - Alat dan bahan - Gambar rancangan/desain b. Uraian langkah penelitian, alat, metode dan bahan PELAKSANAAN : a. Keakuratan Sumber Data / Informasi b. Kuantitas dan kualitas Sumber Data c. Analisis Data d. Penarikan Kesimpulan LAPORAN PROYEK : a. Sistematika Laporan b. Performans c. Presentasi Total Skor



Skor (1 – 5)



1



0



36 PERTEMUAN 4 Tugas Membuat Infografis yang menjelaskan perkembangan dan persebaran manusia praaksara di Indonesia Rubrik Penilaian Nama siswa : …………………. …………………. …………………. …………………. Kelas : X No



Kategori



Skor



Alasan



1 1. Apakah portofolio lengkap dan sesuai dengan rencana? 2 2. Apakah info yang terdapat pada infografis terbaca dengan baik? 3 3. Apakah terdapat uraian tentang informasi yang dibuat ? 4 Apakah data dan fakta yang disajikan akurat? 5. Apakah interpretasi dan kesimpulan yang dibuat logis? 6. Apakah tulisan dan diagram disajikan secara menarik? 7. Apakah bahasa yang digunakan untuk menginterpretasikan lugas, sederhana, runtut dan sesuai dengan kaidah EYD? Jumlah Kriteria: 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup,2 = kurang, dan 1 = sangat kurang Nilai Perolehan =



Skor Perolehan 35



Penilaian Keterampilan – Portofolio Mata Pelajaran Kelas/Semester Peminatan Tahun Ajaran Judul portofolio Tujuan



: : : : : :



Sejarah X/1 2021/2022 Inforgrafis mengenai perkembanga dan persebaran manusia praaksara di Indonesia Peserta didik dapat membuat infografis yang memperlihatkan perkembangan serta pesebaran manusia praaksara di Indonesia



Ruang lingkup : Karya portofolio yang dikumpulkan adalah Laporan hasil diskusi dan infografis yang dibuat berdasarkan diskusi yang telah dilakukan Uraian tugas portofolio 1. Perhatikan video-video berikut ini sesuai dengan kelompok masing-masing



a. Kelompok 1 https://drive.google.com/file/d/1mxmVaHS2GmSxp73vI9pXGGFNauzNYwHk/ view?usp=sharing b. Kelompok 2 https://drive.google.com/file/d/1ay7HFSvxVporz4K0VkgUdVDE0fynHw2F/vie w?usp=sharing



37



c. Kelompok 3 https://drive.google.com/file/d/1ZE3jkPgjCMevWn_SR6iRJs2rkfYBKEMu/vie w?usp=sharing d. Kelompok 4 https://drive.google.com/file/d/118FXe8oZsRE0i3xXclUN6FJPnwcC9pxl/view? usp=sharing e. Kelompok 5 https://drive.google.com/file/d/1CsFVShWKZsO3sNM4xigYLoWRJL3BUU28/ view?usp=sharing f. Kelompok 6 https://drive.google.com/file/d/1X_FgiTS8t1pQj72opPpLK72Kk6UOAQj/view?usp=sharing 2. Carilah Informasi mengenai teori-teori tentang asal usul manusia kemudian menghubungkannya dengan hasil pengamatan video yang telah dilakukan 3. membuat sebuah infografis mengenai kehidupan manusia praaksara dan hubungannya



dengan persebaran manusia ke Indonesia dan asal usul nenek moyang bangsa Indonesia 4. Masukan jawaban dalam sebuah infografis mengenai manusia praaksara dan persebarannya di Indonesia. 5. Setiap laporan dikumpulkan selambat-lambatnya seminggu setelah peserta didik melaksanakan tugas Penilaian Portofolio Penyusunan Laporan Perancangan Percobaan dan Laporan Praktik Mata Pelajaran : Sejarah Alokasi Waktu : 90 Menit Sampel yang dikumpulkan : Laporan dan Infografis Nama Peserta didik : 1. ………………… 2. ………………… 3. …………………. 4. …………………. Kelas :X Aspek yang dinilai No



1 2 3 4



No 1



Indikator



Keben aran Konse p



Kelengka pan gagasan



Siste mati ka



Tata Bahasa



Catatan / Nilai



Tampilan Menyusun Laporan hasil diskusi Menyusun Kerangka Infografis Hasil Infografis



Rubrik Penilaian portofolio Laporan Praktikum Komponen Skor Kebenaran Konsep Skor 25 jika seluruh konsep bidang studi pada laporan benar Skor 15 jika sebagian konsep bidang studi pada laporan benar



38



2



Kelengkapan gagasan



3



Sistematika



4



Tatabahasa



Skor 5 jika semua konsep bidang studi pada laporan salah Skor 25 jika kelengkapan gagasan sesuai konsep Skor 15 jika kelengkapan gagasan kurang sesuai konsep Skor 5 jika kelengkapan gagasan tidak sesuai konsep Skor 25 jika sistematika laporan sesuai aturan yang disepakati Skor 15 jika sistematika laporan kuang sesuai aturan yang disepakati Skor 5 jika sistematika laporan tidak sesuai aturan yang disepakati Skor 25 jika tatabahasa laporan sesuai aturan Skor 15 jika tatabahasa laporan kuang sesuai aturan Skor 5 jika tatabahasa laporan tidak sesuai aturan



Keterangan: Skor maksimal = jumlah komponen yang dinilai x 25 = 4 x 25 = 100 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 Nilai portofolio = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖= 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 4



Pertemuan 6 : Mata Pelajaran Kelas/Semester Peminatan Tahun Ajaran Judul portofolio



: Sejarah : X/1 : : 2021/2022 : Infografis, Poster, Video, Maupun Karya lainnya seperti pop up, madding 3D, dll. Menjelaskan mengenai pembentukan jalur rempah di Indonesia Tujuan : Peserta didik dapat membuat karya Infografis, Poster, Video, Maupun Karya lainnya seperti pop up, madding 3D, dll. Menjelaskan mengenai pembentukan jalur rempah di Indonesia Ruang lingkup : Karya portofolio yang dikumpulkan adalah Laporan yang dapat dibuat dalam bentuk Infografis, Poster, Video, Maupun Karya lainnya seperti pop up, madding 3D, dll. Menjelaskan Masuk dan Berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia Uraian tugas portofolio 1. Peserta didik diminta membaca artikel dengan judul sebelum jalur rempah: awal interaksi niaga lintas batas di maluku dalam perspektif arkeologi link artikel : https://drive.google.com/file/d/1Y9DYCC69vIohT0DwjQLtcbQ_ldCWhO93/view?usp=sharing 2. Peserta didik mengamati video Misteri Kemiri Sang Manusia Gua 3. Link Video : https://drive.google.com/file/d/1ABONOTaGCKu4rwtHeJ4iGb4Csl1_2nHk/view?usp=sharing 4. Peserta didik mengumpulkan Informasi mengenai pembentukan jalur rempah di Indonesia dalam kaitannya dengan persebaran awal manusia Indonesia 5. Peserta didik dibagi dalam Break Out Room untuk peserta yang daring dan kelompok bagi peserta didik luring untuk mendiskusikan mengenai pembentukan jalur rempah di Indonesia untuk menjawab pertanyaan pemantik “ Mengapa rempah menjadi amat penting dalam linimasa sejarah Indonesia?”



39 6. Peserta didik membuat poster atau tampilan lainnya berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan Upload hasil karya yang kalian buat melalui media sosial dengan Hastag (#) “BelajarSejarahSiapaTakut” dan dikumpulkan link nya pada grup kelas/classroom/LMS/media lain dimana setiap peserta didik dapat memperoleh informasi mengenai karya kelompok lainnya 7. Setiap laporan dikumpulkan selambat-lambatnya seminggu setelah peserta didik melaksanakan tugas Penilaian Portofolio Penyusunan Laporan Perancangan Percobaan dan Laporan Praktik Mata Pelajaran : Sejarah Alokasi Waktu : 90 Menit Sampel yang dikumpulkan : Laporan dan Infografis Nama Peserta didik : 1. ………………… 5. ………………… 6. …………………. 7. …………………. Kelas :X



No



Indikator



1 2



Tampilan Menyusun Laporan hasil diskusi Menyusun Kerangka portofolio Hasil Portofolio



3



4



Kebenaran Konsep



Aspek yang dinilai Kelengkapan Sistematika gagasan



Tata Bahasa



Catatan / Nilai



Rubrik Penilaian portofolio Laporan Praktikum N o 1



Komponen



Skor



Kebenaran Konsep



Skor 25 jika seluruh konsep bidang studi pada laporan benar Skor 15 jika sebagian konsep bidang studi pada laporan benar Skor 5 jika semua konsep bidang studi pada laporan salah Skor 25 jika kelengkapan gagasan sesuai konsep Skor 15 jika kelengkapan gagasan kurang sesuai konsep Skor 5 jika kelengkapan gagasan tidak sesuai konsep Skor 25 jika sistematika laporan sesuai aturan yang disepakati Skor 15 jika sistematika laporan kuang sesuai aturan yang disepakati



2



Kelengkapan gagasan



3



Sistematika



40



4



Skor 5 jika sistematika laporan tidak sesuai aturan yang disepakati Skor 25 jika tatabahasa laporan sesuai aturan Skor 15 jika tatabahasa laporan kuang sesuai aturan Skor 5 jika tatabahasa laporan tidak sesuai aturan



Tatabahasa



Keterangan: Skor maksimal = jumlah komponen yang dinilai x 25 = 4 x 25 = 100 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 Nilai portofolio = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖= 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 4



Pertemuan 7 : Rubrik Penilaian Diskusi dan Presentasi Kelompok LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN Observasi terhadap Diskusi Tanya Jawab dan Prersentasi



1 2 3 Penilaian pengetahuan - Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan Nama Peserta Didik …. …. ....



Pengungkapan gagasan yang orisinil YA TIDAK



Pernyataan Kebenaran konsep YA



TIDAK



Jumlah Ketepatan penggunaan istilah YA TIDAK



YA



TIDAK



Tidak



Dan lain sebaginya



Ya



Tidak



Ya



Tidak



Pernyataan Ketepatan Kebenaran penggunaan Konsep istilah



Ya



Tidak



Nama Peserta Didik



Ya



No



Pengungkapan gagasan yang orisinil



41



16. Pertanyaan Refleksi Untuk Siswa a. Apakah proses berfikir konsep sejarah berhasil diterapkan dalam proses pembelajaran? b. Apakah penanaman karakter dapat diimplementasikan oleh para siswa? c. Kesulitan apa yang dialami para siswa selama proses pembelajaran? d. Apa langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar para siswa? e. Apakah seluruh siswa mengikuti pelajaran dengan baik? 17. Daftar Pustaka 1. Amal.M.Adnan,KEPULAUAN REMPAH-REMPAH (Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250 – 1950) 2. Burhanuddin.Safri,Dkk. SEJARAH MARITIM INDONESIA : MENELUSURI JUWA BAHARI BANGSA INDONESIA DALAM PROSES INTEGRASI BANGSA (Sejak Jaman Prasejarah hungga Abad XVII). (Semarang : Pusat Kajian Sejarah dan Budaya Maritim Asia Tenggara Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro Semarang Bekerjasama dengan Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati Badan Riset Kelautan Perikanan (BRKP) Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003) 3. Kuntowijoyo, PENGANTAR ILMU SEJARAH, (Yogyakarta: Tiara Wacana,2018). 4. Kuntowijoyo, METODOLOGI SEJARAH (Jilid Kedua), (Yogyakarta: Tiara Wacana,2003). 5. Kuntowijoyo, PENJELASAN SEJARAH (Historical Explanation), (Yogyakarta: Tiara Wacana,2008). 6. Noor.Yusliani, Mansyur,MENELUSURI JEJAK-JEJAK MASA LALU INDONESIA, 7. Sokmono,R.Dr, PENGANTAR SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA 1,(Yogyakarta : Kanisius, 1981) 8. Vlekke,Bernard H.M, NUSANTARA(Sejarah Indonesia),(Jakarta:KPG(Kepustakaan Populer Gramedia,2016)



42



18. Lembar Kerja Siswa Pertemuan 1 LEMBAR KERJA SISWA (Hubugan Manusia dan Sejarah) Materi : Manusia dan Sejarah Petunjuk Kegiatan Pembelajaran: - Bentuklah 6 kelompok dalam kelas! - Setiap kelompok membuat sebuah video disertai penjelasan mengenai hubungan antara manusia dan sejarah disertai dengan contoh hubungan tersebut - Silahkan upload video tersebut melalui media sosial dan kirimkan link melalui wa grup - Setiap anggota kelompok dipersilahkan menanggapi hasil video dari kelompok lain serta memberikan penilaian dalam bentuk komentar dan nilai dengan rentang 10 s.d 90 - Setiap kelompok membuat laporan tertulis mengenai kegiatan kelompoknya dan dikumpulkan dalam bentuk pdf pada link yang disediakan - Laporan diketik dalam kertas A4 dan dikirim melalui link aplikasi belajar on line. - Laporan yang sudah dinilai setelah diperbaiki dapat di upload ke blog atau link medsos stiap anggota kelompok Penilaian: 1. Penilaian Pengetahuan 2. Penilaian Keterampilan 3. Penilaian Produk ( hasil video) 4. Penilaian Sikap



43



Pertemuan 2 LEMBAR KERJA SISWA (Konsep Sinkronik,Diakronik, dan Kronologi dalam Sejarah) Materi : Sinkronik, Diakronik, dan Kronologi dalam Sejarah Petunjuk Kegiatan Pembelajaran: 1. Silahkan perhatikan video berjudul 17 abad kekuasaan nusantara yang ada pada link https://drive.google.com/file/d/1caGzpYdFbx8mwm2g6EOokrwxJ-VfLbrY/view?usp=sharing 2. Catatlah informasi-informasi yang anda dapatkan melalui video tersebut 3. Bentuklah 6 kelompok dalam kelas (Bisa berdasarkan pada kelompok sebelumnya) 4. Berdasarkan pada video tersebut lakukan analisis tentang konsep Sinkronik, Diakronik dan Kronologi dalam sejarah 5. Buatlah sebuah poster berdasarkan pada hasil analisis dan upload di media sosial dengan hastag (#): “Kenapa Sejarah Harus Kronologis” Penilaian: 1. Penilaian Pengetahuan 2. Penilaian Keterampilan 3. Penialaian Produki ( hasil poster) 4. Penilaian Sikap



Pertemuan 3 LEMBAR KERJA SISWA (Penelitian Sejarah) Materi : Penelitian Sejarah Petunjuk Kegiatan Pembelajaran: 1. Bacalah artikel berikut ini : https://tirto.id/pengertian-historiografi-metode-tahapan-penelitian-sejarah-f9fK.



2. Silahkan amati tayangan video berjudul jugun ianfu yang terlupakan pada link berikut : https://drive.google.com/file/d/1qEkLJLiw0ZXJ9VGzu1eeqZj_7Q4PZQ96/view?usp=sharing 3. Berdasarkan pada hasil artikel dan video tersebut, tentukan a. Video tersebut termasuk pada langkah penilitian apa? b. Jika anda melakukan penelitian dengan tema yang sama, jabarkan langkah-langkah penelitian sejarah yang anda lakukan. Anda dapat menyertakan sumber-sumber dari lingkungan sekitar anda (jika ada) c. Buatlah sebuah laporan singkat mengenai penelitian yang akan anda lakukan tersebut dalam sebuah poster berisikan timeline langkah-langkah penelitian sejarah dengan tema jugun ianfu laian: 1. Penilaian Pengetahuan 2. Penilaian Keterampilan 3. Penilaian Portofolio ( hasil Laporan) 4. Penialaian Produk (Poster) 5. Penilaian Sikap



44



Pertemuan 4 LEMBAR KERJA SISWA (Manusia Praaksara) Materi : Asal-Usul Manuia Indonesia Petunjuk Kegiatan Pembelajaran: 1. Buatlah kelompok beranggotakan 6 orang 2. Setiap kelompok diberikan tugas untuk menonton sebuah video : a. Kelompok 1 https://drive.google.com/file/d/1mxmVaHS2GmSxp73vI9pXGGFNauzNYwHk/view? usp=sharing b. Kelompok 2 https://drive.google.com/file/d/1ay7HFSvxVporz4K0VkgUdVDE0fynHw2F/view?us p=sharing c. Kelompok 3 https://drive.google.com/file/d/1ZE3jkPgjCMevWn_SR6iRJs2rkfYBKEMu/view?usp =sharing d. Kelompok 4 https://drive.google.com/file/d/118FXe8oZsRE0i3xXclUN6FJPnwcC9pxl/view?usp= sharing e. Kelompok 5 https://drive.google.com/file/d/1CsFVShWKZsO3sNM4xigYLoWRJL3BUU28/view ?usp=sharing f. Kelompok 6 https://drive.google.com/file/d/1X_FgiTS8t1pQj72opPpLK72Kk6UOAQj/view?usp=sharing 3. Tuliskan Informasi mengenai teori-teori tentang asal usul manusia kemudian menghubungkannya dengan hasil pengamatan video yang telah dilakukan 4. Buatlah sebuah infografis mengenai kehidupan manusia praaksara dan hubungannya dengan persebaran manusia ke Indonesia hingga asal-usul nenek moyang bansga Indonesia dan di upload melalui media sosial 5. Kumpulkan infograsfis atau poster pada link yang disediakan laian: 1. Penilaian Pengetahuan 2. Penilaian Keterampilan 3. Penilaian Portofolio ( hasil Laporan) 4. Penialaian Produk (Poster Infografis) 5. Penilaian Sikap



1. Perhatikan tabel berikut ini :



45



Pertemuan 5 LEMBAR KERJA SISWA (Asal Usul Manusia Indonesia) Materi : Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia Petunjuk Kegiatan Pembelajaran: 1. Peserta didik dibagi kedalam kelompok agar dapat mempresentasikan sajian dalam bentuk visual (poster atau infografis) mengenai asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia. Untuk peserta yang luring dipersilahkan berkelompok saat menyampaikan presentasi dan peserta didik yang daring melalui zoom di Pin pada video agar dapat dilihat tampilannya oleh kelompok lainnya 2. Setiap kelompok memberikan penjelasan (Melakukan Presentasi) mengenai sajian dalam bentuk visual (poster atau infografis) mengenai asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia 3. Kelompok lainnya memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi kelompok lain dalam kolom komentar 4. Kelompok yang melakukan presentasi dapat menjawab komentar dari kelompok lainnya baik secara lisan maupun komentar di kolom komentar Penilaian: 1. Penilaian Pengetahuan 2. Penilaian Keterampilan Diskusi 3. Penilaian Portofolio ( hasil Laporan) 4. Penilaian Sikap



19. Bahan Bacaan Siswa https://tirto.id/pengertian-historiografi-metode-tahapan-penelitian-sejarah-f9fK https://drive.google.com/file/d/1Y9DYCC69vIohT0DwjQLtcbQ_ldCWhO93/view?usp=sha ring



20. Bahan Bacaan Guru Kepualauan Rempah-Rempah https://drive.google.com/file/d/1wh2Z4GEj_0evEQWEmI54WxEluTcJzbzM/view?usp=shar ing Kuntowijoyo, PENGANTAR ILMU SEJARAH, (Yogyakarta: Tiara Wacana,2018). https://drive.google.com/file/d/13TfHyZ3evRzELyNb0tLJJpVuGGg9vfw/view?usp=sharing Kuntowijoyo, METODOLOGI SEJARAH (Jilid Kedua), https://drive.google.com/file/d/1zWDuzScuwGCKtbQiq8k6gS5Dit3bKlKZ/view?usp=shari ng Kuntowijoyo, PENJELASAN SEJARAH (Historical Explanation), https://drive.google.com/file/d/1zWDuzScuwGCKtbQiq8k6gS5Dit3bKlKZ/view?usp=shari ng Sokmono,R.Dr, PENGATAR SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA 1 https://drive.google.com/file/d/1uzPxmAfQoHMEO7bHadjU5eu3_z8AXSVL/view?usp=sh aring



46



Noor.Yusliani, Mansyur,MENELUSURI JEJAK-JEJAK MASA LALU INDONESIA, https://drive.google.com/file/d/15Rl5TSzo1lId_5vYoYJi10xEYdCm4nVP/view?usp=sharin g 21. Materi Pengayaan 1. Kegiatan pengayaan dilakukan dengan melakukan pengembangan sumber belajar. Berikut beberapa sumber belajar yang dapat dipergunakan peserta didik dalam kegiatan pengayaan MATERI PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR Materi 10.1 Hubungan Sejarah dan Manusia Kuntowijoyo, PENGANTAR ILMU SEJARAH, (Yogyakarta: Tiara Wacana,2018). https://drive.google.com/file/d/13TfHyZ3evRzELyNb0tLJJpVuGGg9vfw/view?usp=sharing Modul Sejarah https://drive.google.com/file/d/1tuwJTH0SI_yhaNG7pOb8RwqUo1VlsXDt/view?usp=sh aring Materi 10.2 Teori Asal Usul Manusia : https://drive.google.com/file/d/1hN70md4wvV2C7LcjhIt7FEF2X9St_jO/view?usp=sharing Modul Sejarah https://drive.google.com/file/d/1tuwJTH0SI_yhaNG7pOb8RwqUo1VlsXDt/view?usp=sh aring Materi Jalur Rempah : Artikel : https://jalurrempah.kemdikbud.go.id/gong-nekara-selayar/ Buku : Kepualauan Rempah-Rempah https://drive.google.com/file/d/1wh2Z4GEj_0evEQWEmI54WxEluTcJzbzM/view?usp=s haring 2. Kegiatan pengayaan selanjutnya yang dapat dilakukan adalah menggunakan tutor sebaya Melalui keiatan tutor sebaya, pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan meningkat karena selain mereka harus menguasai konsep yang akan dijelaskan mereka juga harus mencari teknik menjelaskan konsep tersebut kepada temannya. Selain itu tutor sebaya juga dapat mengembangkan kemampuan kognitif tingkat tinggi. 3. Kegiatan pengayaan yang ketiga dengan memberikan kesempatan anak untuk membuat artikel dengan tema : a. Manusia Penguasa Sejarah b. Jalur Rempah Milik Manusia Purba



47



22. Materi Remidial Kegiatan remedial dilakukan dengan : 1. Tutor Sebaya : Kegiatan tutorial dapat dipilih sebagai kegiatan remedial. Dalam kegiatan ini seorang guru meminta bantuan kepada siswa yang lebih pandai untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Siswa yang dijadikan tutor bisa berasal dari kelas yang sama atau dari kelas yang lebih tinggi. Apabila menggunakan tutor yang sebaya sangat membantu sekali, karena tingkat pemahaman dan penyampaian tutor yang sebaya lebih dimengerti oleh siswa yang bermasalah, selain itu mereka tidak merasa canggung dalam menanyakan setiap permasalahan karena usia mereka sama sehingga mudah dimengerti olehnya. 2. Menggunakan sumber lain : Guna lebih memahami mengenai materi yang diberikan silahkan membaca sumber berikut ini : 1. Modul Sejarah BAB 1 , BAB 2, dan BAB 3 https://drive.google.com/file/d/1tuwJTH0SI_yhaNG7pOb8RwqUo1VlsXDt/view?usp =sharing 2. Sebelum Jalur Rempah: Awal Interaksi Niaga Lintas Batas Di Maluku Dalam Perspektif Arkeologi https://drive.google.com/file/d/1Y9DYCC69vIohT0DwjQLtcbQ_ldCWhO93/view?us p=sharing 3. Kegiatan Kelompok : Untuk kegiatan kelompok setiap peserta didik yang melaksanakan remedial diwajibkan memberikan kemajuan pengetahuan dan akan dilaksanakan posttest guna mengetahui hasil dari kegiatan kelompok tersebut. Sebagai control akan dibuat penilaian antar teman saat melakukan kegiatan kelompok.



1



MODUL AJAR SEJARAH INDONESIA A. Informasi Umum Nama penyusun : Lilik Suharmaji Asal Instansi : SMA Negeri 8 Yogyakarta Tahun Penyusunan : 2021 Jenjang sekolah : SMA Kelas : XI (Sebelas) Kata Kunci : Kolonisasi dan perlawanan bangsa Indonesia Kode Perangkat : Sej.F. LIS. 11.1 Jumlah Peserta : 36 Moda : Tatap Muka Alokasi waktu : 2 JP x 8 pertemuan ( 720 menit) B. Tujuan Pembelajaran Capaian Pembelajaran -



-



Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep konsep dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam dimensi manusia, ruang, dan waktu. Melalui literasi, diskusi, dan penyelidikan (penelitian) berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu menjelaskan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia dan dunia meliputi Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia, Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Pendudukan Jepang di Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, Peserta didik di Kelas XI mampu menggunakan sumber primer dan sekunder untuk melakukan penelitian sejarah nasional dan sejarah lokal secara diakronis atau sinkronis kemudian mengomunikasikannya dalam



Alur Tujuan Pembelajaran 11.1. Menjelaskan kolonisasi dan perlawanan bangsa Indonesia - 11.1.1. Menganalisis keterkaitan faktor-faktor lahirnya kolonialisme dan imperialisme serta kebijakan dinasti Turki Usmani, pelayaran ke timur dan eksploitasi wilayah penghasil rempah-rempah dengan perlawanan kerajaan-kerajaan lokal terhadap bangsa-bangsa Eropa seperti perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis, kerajaan Demak terhadap Portugis, dan perlawanan Maluku terhadap Portugis. - 11.1.2. Menjelaskan strategi mendirikan kongsi dagang VOC sebagai cara kolaboratif untuk eksploitasi, hak Oktroi dan kebijakan-kebijakan gubernur jenderal dalam strategi eksploitasi wilayah-wilayah penghasil rempahrempah, serta perlawanan raja-raja lokal terhadap VOC seperti Sultan Agung Hanyokrokusuma di Mataram, Sultan Hasanuddin di Makassar, Untung Surapati di Jawa, Sultan Ageng Tirtayasa di Banten, serta korupsi dan kehancuran VOC - 11.1.3. Menganalisis keterkaitan kebijakan Kolonial Belanda dalam mengeksploitasi tanah jajahan dengan perlawanan Sultan Hamengku Buwono II di Yogyakarta, Kapiten Patimura di Maluku, Sultan Mahmud Badaruddin di Palembang, I Gusti Jelantik di Bali, Pangeran Antasari di Kalimantan, Teuku Umar di Aceh, dan perlawanan Sisingamangaraja I menghadapi kebijakan kolonial Belanda - 11.1.4. Menjelaskan konflik Inggris dengan Belanda



2



bentuk lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain itu mereka juga mampu menggunakan keterampilan sejarah untuk menganalisis dan mengevaluasi peristiwa sejarah



memperebutkan Pulau Jawa dan perlawaanan Sultan Hamengku Buwono II terhadap Inggris dalam peristiwa Geger Sepoy serta tindakan Raffles dalam mengeksploitasi kekayaaan Hindia Belanda dengan cara melakukan penelitian sejarah lokal ( penelitian dapat disesuaikan dengan sejarah lokal daerah masing-masing) - 11.1.5. Menganalisis keterkaitan lunturnya kearifan budaya lokal dan penderitaan rakyat dengan perlawanan Tuanku Imam Bonjol di Minangkabau dan Pangeran Diponegoro di Jawa. - 11.1.6. Menganalisis keterkaitan perlawanan Tuanku Imam Bonjol di Minangkabau dan Pangeran Diponegoro di Jawa dengan tanam paksa, serta efek positif dan negatif dari kebijakan tanam paksa - 11.1.7. Menganalisis keterkaitan antara kebijakan tanam paksa dengan munculnya politik pintu terbuka, politik etis dan keterkaitan antara politik etis dengan kesempatan pendidikan, kesempatan berwirausaha, dan tumbuhnya kesadaran politik - 11.1.8. Menganalisis keterkaitan antara politik etis dengan eksploitasi kekayaan alam Indonesia dan penderitaan rakyat serta keterkaitan antara politik etis dengan tumbuhnya intelektual dengan munculnya kesadaran kebangsaan



C. Profil Pelajar Pancasila yang berkaitan: Dengan mempelajari sejarah kolonisasi dan perlawanan bangsa Indonesia, peserta didik diharapkan dapat: 1. Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia Selalu bersyukur kepada Tuhan YME atas segala kekayaan alam yang diberikan dari dahulu sampai sekarang sehingga wajib menjaga dan melestarikan kekayaan alam sebagai anugerah Tuhan. 2. Berkebhinekaan Global Meneladani sikap raja-raja lokal yang bersedia bekerja sama dengan bangsa lain dalam perdagangan atas dasar saling memberikan keuntungan 3. Mandiri - Melakukan penelitian sejarah dengan mandiri dalam melakukan proses heuristik atau pengumpulan sumber sejarah. - Meneladani sikap mandiri Sultan Hamengku Buwono II dan raja-raja di Nusantara yang mandiri menentang bangsa kolonial yang ingin menjajah Nusantara. 4. Integritas - Menumbuhkan nilai kejujuran kepada para siswa dengan mencantumkan asal sumber



3



D. Sarana Prasarana 1. Jaringan internet yang memadai 2. Komputer/laptop 3. Perpustakaan, buku-buku sejarah sebagai referensi 4. Peta pelayaran Bangsa Eropa



E. Target peserta Didik Perangkat ajar ini dapat digunakan untuk siswa reguler F. Jumlah peserta didik 36 peserta didik/ kelas G. Ketersediaan materi: 1. Materi pengayaan 2. Materi remedial H. Model Pembelajaran: PJJ daring dan luring



I. Materi ajar, alat dan bahan 1. Materi Kolonisasi dan perlawanan bangsa Indonesia A. Faktor-faktor Penyebab Lahirnya Kolonialisme dan Imperialisme dan Keebijakan Tuki Ustmani 1. Faktor Utama a. Gold (Kekayaan) Keinginan bangsa Eropa untuk berdagang secara langsung dengan dunia Timur adalah merengkuh kekayaan sebanyak banyaknya. Usaha mencari kekayaan ini semakin tajam setelah di Eropa saat itu merebak semangat merkantilisme. Paham merkantilisme adalah teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang dimiliki serta besarnya volume perdagangan suatu negara. Modal negara itu dapat berupa emas, perak, dan komoditas lain yang dimiliki negara. b. Gospel (Menyebarkan Agama) Portugis dan Spanyol adalah negara yang dilandasi agama Katolik. Dengan mematuhi seruan Paus sebagai pemimpin Katolik dunia agar menyebarkan iman Kristiani ke wilayah jajahan, maka mereka merasa telah mengemban tugas sebagai orang Katolik yang taat. c. Glory (Kejayaan)



4



Di tempat-tempat yang baru didudukinya, bangsa Portugis selalu menancapkan Padrao. Padrao adalah suatu batu prasasti besar yang bergambar lambang kerajaan Portugis (sekarang Portugal). Selain sebagai simbol tercapainya perjanjian kerja dengan penguasa lokal, Padrao dianggap sebagai simbol kejayaan bangsa Portugis. 2. Faktor-faktor Pendukung a. Adanya penemuan baru dalam teknologi maritim, misalnya kompas, navigasi, kartografi (pembuatan peta). b. Adanya semangat dan idealisme pribadi. Sejak Galileo Galilei mengatakan bahwa bumi itu bulat, mereka tertantang untuk membuktikan teori itu. Rasa penasaran dan idealisme pribadi ini kemudian banyak ditulis oleh mereka sebagai kisah perjalanan. 3. Faktor Pemicu Konstantinopel (Turki) merupakan tempat bertemunya pedagang Eropa dengan pedagang dari dunia Timur. Dagangan yang dijual misalnya emas, perak, rempah-rempah, tembikar, karpet, batu mulia, dan lain-lain. Mereka membeli barang-barang itu kemudian dijual di Eropa dengan harga mahal. Dari sinilah mereka secara perlahan-lahan mengenal kekayaan dari dunia Timur. Konstantinopel dikuasai oleh Sultan Mehmed II, penguasa Ottoman. Tahun 1453, Sultan Mehmed II melarang keras bangsa Barat berdagang di Konstantinopel sehingga satu-satunya akses Eropa menikmati komoditas perdagangan Asia tertutup. Untuk itu, mereka berusaha keras untuk menuju ke Asia dalam usaha berdagang lewat jalan lain. Dalam perkembangannya, bangsa Barat, terutama bangsa Portugis, merasa keuntungan akan bertambah besar bila berdagang secara langsung dengan sumbernya dengan tidak melalui pedagang perantara di Konstantinopel. Mereka ingin datang sendiri ke India, Cina, Indonesia, dan lain-lain. Untuk itulah bangsa-bangsa Barat mulai melakukan penjelajahan ke dunia Timur. B. Perlawanan Raja-raja Lokal menghadapi Bangsa Eropa a. Perlawanan Terhadap Portugis Portugis merupakan salah satu negara pelopor penjelajahan samudra. Pada awalnya kedatangan Bangsa Portugis adalah untuk mencari tempat penghasil rempah-rempah. Dari berbagai penjelajah Portugis, pada tahun 1511 Alfonso de Albuquerque berhasil menguasai Malaka yang menjadi tempat penting bagi perdagangan rempah-rempah. Penguasaan Portugis terhadap Malaka kemudian memunculkan berbagai perlawanan rakyat Indonesia. 1. Perlawanan Rakyat Aceh Terhadap Portugis Sejak kedatangan orang Portugis di Malaka pada tahun 1511, telah terjadi persaingan yang berbuntut permusuhan antara Portugis dan Kesultanan Aceh yang pada waktu itu diperintah oleh Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Sultan menganggap bahwa orang Portugis merupakan saingan dalam politik, ekonomi, dan penyebaran agama. Berikut latar belakang perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis. a. Adanya monopoli perdagangan oleh Portugis.



5



b. Pelarangan terhadap orang-orang Aceh untuk berdagang dan berlayar ke Laut Merah. c. Penangkapan kapal-kapal Aceh oleh Portugis. Oleh sebab itulah Kesultanan Aceh tetap pada pendiriannya bahwa Portugis harus segera diusir dari Malaka. Tindakan kapal-kapal Portugis telah mendorong munculnya perlawanan rakyat Aceh. Sebagai persiapan, Aceh melakukan langkah-langkah antara lain sebagai berikut. d. Melengkapi kapal-kapal dagang Aceh dengan persenjataan, meriam, dan prajurit. e. Mendatangkan bantuan persenjataan, sejumlah tentara, dan beberapa ahli dari Turki pada tahun 1567. f. Mendatangkan bantuan persenjataan dari Kalikut dan Jepara. Setelah berbagai bantuan berdatangan, Aceh segera melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka. Portugis harus bertahan mati matian di Formosa/Benteng. Portugis harus mengerahkan semua kekuatannya sehingga serangan Aceh ini dapat digagalkan. Sebagai tindakan balasan, pada tahun 1569 Portugis balik menyerang Aceh, tetapi serangan Portugis di Aceh ini juga dapat digagalkan oleh pasukan Aceh. Sejak Kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636), perjuangan mengusir Portugis mencapai puncaknya. Untuk mencapai tujuannya, Sultan Iskandar Muda menempuh beberapa cara untuk melumpuhkan kekuatan Portugis, seperti blokade perdagangan. Sultan Aceh melarang daerah-daerah yang dikuasai Aceh menjual lada dan timah kepada Portugis. Cara ini dimaksudkan agar kekuatan Portugis benar-benar lumpuh karena tidak memiliki barang yang harus dijual di Eropa. Upaya ini ternyata tidak berhasil sepenuhnya, karena raja-raja kecil yang merasa membutuhkan uang secara sembunyi-sembunyi menjual barang dagangannya kepada Portugis. Gagal dengan taktik blokade ekonomi, Sultan Iskandar Muda menyerang kedudukan Portugis di Malaka pada tahun 1629. Seluruh kekuatan tentara Aceh dikerahkan. Namun, upaya itu mengalami kegagalan. Pasukan Kesultanan Aceh dapat dipukul mundur oleh pasukan Portugis. Faktor penyebab kegagalan serangan Aceh terhadap Portugis di Malaka adalah sebagai berikut. a. Tidak dipersiapkan dengan baik. b. Perlengkapan senjata yang digunakan masih sederhana. c. Terjadi konflik internal di kalangan pejabat Kerajaan Aceh. 2. Perlawanan Kerajaan Demak Terhadap Portugis Dikuasainya Malaka pada tahun 1511 oleh orang-orang Portugis merupakan ancaman tersendiri bagi Kerajaan Demak. Pada tahun 1512, Kerajaan Demak di bawah pimpinan Pati Unus (Pangeran Sabrang Lor) dengan bantuan Kerajaan Aceh menyerang Portugis di Malaka. Namun, serbuan Demak tersebut mengalami kegagalan. Berikut ini penyebab kegagalan serangan Demak ke Portugis di Malaka. a. Serangan tersebut tidak dilakukan dengan persiapan yang matang. b. Jarak yang terlalu jauh. c. Kalah persenjataan.



6



Penyerangan dilakukan sekali lagi bersama Aceh dan Kerajaan Johor, tetapi tetap berhasil dipatahkan oleh Portugis. Perjuangan Kerajaan Demak terhadap orang-orang Portugis tidak berhenti sampai di situ. Kerajaan Demak selalu menyerang dan membinasakan setiap kapal dagang Portugis yang melewati jalur Laut Jawa. Oleh sebab itulah kapal dagang Portugis yang membawa rempah-rempah dari Maluku (Ambon) tidak melalui Laut Jawa, tetapi melalui Kalimantan Utara. Upaya Demak untuk mengusir Portugis diwujudkan dengan ditaklukkannya Kerajaan Pajajaran oleh Fatahilah pada tahun 1527. Penaklukkan Pajajaran ini disebabkan Kerajaan Pajajaran mengadakan perjanjian perdagangan dengan Portugis, sehingga Portugis diperbolehkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa. Ketika orang orang Portugis mendatangi Sunda Kelapa (sekarang Jakarta), terjadilah perang antara Kerajaan Demak di bawah pimpinan Fatahilah dengan tentara Portugis. Dalam peperangan itu, orang-orang Portugis berhasil dipukul mundur pada 22 Juni 1527. Kemudian, pelabuhan Sunda Kelapa diganti namanya oleh Fatahilah menjadi Jayakarta yang berarti kejayaan yang sempurna. 3. Perlawanan Maluku Terhadap Portugis Pada tahun 1512, bangsa Portugis berhasil menemukan kepulauan rempahrempah, Maluku. Saat itu, bangsa Portugis yang dipimpin oleh Antonio de Abreau mendarat di Ternate. Kedatangan Portugis semula diterima dengan baik oleh rakyat Ternate. Sultan Bayanull (1500-1521) mengizinkan Portugis mendirikan pos dagang di Ternate. Sultan dan rakyat Ternate berharap Portugis dapat menjadi pembeli tetap rempahrempah dengan harga tinggi. Portugis juga diharapkan dapat membantu Ternate untuk mengalahkan Tidore yang menjadi saingan dalam perdagangan rempah rempah di Maluku. Setelah mengetahui Ternate menjadi pusat utama perdagangan rempah-rempah di Maluku, Portugis berniat memonopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate. Bahkan, Portugis ikut campur dalam urusan pemerintahan di Ternate. Tindakan Portugis tersebut akhirnya memancing kemarahan rakyat Ternate. Pada masa pemerintahan Sultan Hairun (1534-1570), rakyat Ternate bangkit melakukan perlawanan terhadap Portugis. Sultan Hairun mengobarkan perang mengusir Portugis dari Ternate. Perlawanan itu telah mengancam kedudukan Portugis di Maluku. Keberadaan Aceh dan Demak yang terus mengancam kedudukan Portugis di Malaka telah menyebabkan Portugis di Maluku kesulitan mendapat bantuan. Oleh karena itu, Gubernur Portugis di Maluku, Lopez de Mesquita, mengajukan perundingan damai kepada Sultan Hairun. Selanjutnya, Lopez de Mesquita mengundang Sultan Hairun ke Benteng Sao Paulo. Dengan cara tersebut, Sultan Hairun berhasil ditangkap dan dibunuh oleh Lopez de Mesquita. Peristiwa itu semakin memicu kemarahan rakyat. Bahkan, seluruh rakyat Maluku dapat bersatu melawan Portugis. Di bawah kepemimpinan Sultan Baabullah (15701583), rakyat menyerang pos-pos perdagangan dan pertahanan Portugis di Maluku. Benteng Sao Paulo dikepung selama lima tahun. Strategi tersebut berhasil mengalahkan Portugis. Pada tahun 1575, Portugis meninggalkan Maluku.



7



Setelah kepergian Portugis, Ternate berkembang menjadi kerajaan Islam terkuat di Maluku. Sultan Baabullah berhasil membawa Ternate mencapai puncak kejayaan. Wilayah kekuasaan Ternate membentang dari Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Timur di bagian barat hingga Kepulauan Marshall di bagian timur, dari Filipina Selatan di bagian utara hingga Kepulauan Kai dan Nusa Tenggara di bagian selatan. Setiap wilayah atau daerah ditempatkan wakil sultan yang disebut sangaji. Sultan Baabullah diberi gelar “Heer van twee en zeventig eilanden” atau “Penguasa atas 72” pulau berpenghuni yang meliputi pulau-pulau di Nusantara bagian timur, Mindanao Selatan, dan Kepulauan Marshall. Pulau-pulau tersebut semuanya berpenghuni dan memiliki raja yang tunduk kepada Sultan Baabullah.



C. Berdirinya VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) Dan Hak Oktroi 1. Sejarah Lahirnya VOC Keberhasilan Van Neck berlayar ke Indonesia pada tahun 1600 menjadikan Belanda dalam dua tahun menjadi negara yang kaya rempah-rempah. Keuntungan yang diperoleh berlipat-lipat sehingga banyak kongsi dagang dari Negeri Belanda dan negara Eropa lain tergiur untuk datang ke Indonesia. Akan tetapi, banyaknya rempahrempah menjadikan penawaran melebihi permintaan sehingga harga rempah-rempah jatuh. Kenyataan ini diperparah dengan bersaingnya kongsi-kongsi dagang yang berujung saling konflik. Melihat situasi seperti itu, banyak kalangan mengusulkan agar dibentuk sebuah organisasi dagang sehingga tahun 1602 terbentuklah serikat dagang untuk wilayah timur yang disebut VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Lidah orang Indonesia menyebutnya Kompeni. Pemegang sahamnya adalah pedagangpedagang besar Belanda. a. Tujuan berdirinya VOC 1) Menghindari persaingan tidak sehat antarkongsi dagang Belanda. 2) Memperkuat posisi Belanda menghadapi persaingan dagang dengan bangsa Eropa lain. 3) Monopoli pedagang rempah-rempah di Indonesia. 4) Membantu pemerintah Belanda yang sedang berjuang melawan pendudukan Spanyol. b. Hak-hak istimewa (hak Oktroi) VOC VOC berkembang pesat karena pemerintah Belanda (Hindia Belanda) memberi hak-hak istimewa (hak Oktroi), yakni: 1) Menjadi wakil sah pemerintah Belanda di Asia. 2) Melakukan monopoli perdagangan. 3) Mencetak dan mengedarkan mata uang sendiri. 4) Melakukan perjanjian dan perang dengan negara lain. 5) Memungut pajak. 6) Memiliki angkatan perang sendiri. 7) Menyelenggarakan pemerintahan sendiri.



8



Dengan wewenang seperti itu, perkumpulan dagang seperti VOC bertindak layaknya seperti sebuah negara sehingga tidak heran jika dalam waktu lima tahun VOC mempunyai 15 armada dan sangat berkuasa. D. Kebijakan-Kebijakan VOC di Indonesia 1) Memberlakukan dua jenis pajak kepada rakyat. Pertama, pajak contingenten, yaitu pajak hasil bumi yang langsung dibayarkan kepada VOC. Pajak ini diterapkan terhadap jajahan langsung, misalnya Batavia. Kedua, pajak verplichete leverente, yaitu penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah ditentukan VOC. Pajak ini diterapkan terhadap daerah jajahan yang secara tidak langsung dikuasai, misalnya Kerajaan Mataram Islam. 2) Menyingkirkan pedagang-pedagang lain, baik pedagang negara Eropa lain maupun pedagang Jawa, Cina, Arab, dan Melayu. Hal ini dilakukan untuk monopoli rempahrempah. 3) Menentukan luas areal penanaman rempah-rempah. Kebijakan ini diterapkan di Maluku. 4) Melakukan kebijakan ekstirpasi, yakni penebangan kelebihan jumlah tanaman rempahrempah agar harga tetap dipertahankan. Untuk melindungi kebijakan tersebut, Belanda melakukan pelayaran Hongi, yakni pelayaran menggunakan perahu kecil (kora-kora) untuk patroli terhadap penyelundupan rempah-rempah. 5) Mewajibkan kerajaan-kerajaan untuk menyerahkan upeti setiap tahun kepada VOC. 6) Mewajibkan rakyat menanam tanaman tertentu, misalnya kopi, dan hasilnya dijual kepada VOC dengan harga yang sudah ditentukan oleh VOC. Langkah-langkah VOC Dalam rangka mendukung kebijakan-kebijakan, VOC melakukan dua hal sebagai berikut. 1) Menggunakan cara kekerasan Bila ada raja atau sultan yang menolak berdagang dengan syarat-syarat yang telah ditentukan VOC, maka raja tersebut ditangkap dan diasingkan ke daerah lain. Selanjutnya, VOC mengangkat raja atau sultan baru yang menuruti kemauan VOC. 2) Taktik jitu devide et impera Devide et impera secara harfiah artinya “pecah belah dan kuasai”. Salah satu bentuknya adalah dengan mencampuri urusan dalam negeri setiap kerajaan. Caranya, apabila ada konflik internal di suatu kerajaan atau dengan kerajaan lain, VOC akan mendatangi salah satu kerajaan untuk menawarkan bantuan. Ketika tawaran bantuan tersebut diterima, VOC akan membantu mengalahkan kerajaan lain dengan berbagai syarat atau perjanjian. Isinya imbalan monopoli perdagangan atau mendapatkan sebagian wilayah yang dikalahkan. Monopoli perdagangan adalah VOC mengharuskan para petani menjual rempah-rempahnya kepada VOC dan tidak boleh kepada kongsi dagang lain dengan harga yang sudah ditentukan sendiri oleh VOC. Dengan cara itu, pada tahun 1669, VOC merupakan perusahaan dagang terkaya sepanjang sejarah. VOC memiliki 150 kapal dagang, 40 kapal perang, 50.000 pekerja, 10.000 tentara, dan pembayaran deviden (sistem pembagian keuntungan) sebanyak 40%. Seorang filsuf dari Jerman yang bernama Karl Marx (1818-1883) menulis dalam bukunya yang berjudul Das Salam Historia VOC merupakan perusahaan



9



internasional pertama di dunia. Anggota kongsi ini tidak hanya orang-orang Belanda, tetapi juga ada orang Spanyol, Portugis, dan Inggris. Yang mengejutkan, mereka kebanyakan merupakan bekas-bekas penjahat yang kemudian bergabung dengan VOC sehingga tidak mengherankan bila VOC hancur akibat korupsi yang merajalela. Das Capital menyebut VOC sebagai salah satu korporasi pertama dalam sejarah dunia yang paling jahat dan rakus. Sejarawan Onghokham pernah mengatakan bahwa kolonialisme di Jawa bukan dengan operasi militer, melainkan lebih banyak dengan melakukan perjanjian dengan raja atau pangeran setempat. Jumlah tentara VOC dan Hindia Belanda tidaklah terlalu besar, tetapi hanya kuat secara finansial. E. Perlawanan Raja-Raja Lokal Terhadap VOC Setelah VOC menancapkan pengaruhnya dengan tujuan menguasai kerajaan-kerajaan dan melakukan monopoli perdagangan, banyak kerajaan lokal yang menentang dan melakukan perlawanan. Berikut ini perlawanan perlawanan terhadap VOC. 1. Sultan Agung Hanyokrokusumo di Mataram (1628–1629) Kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645). Daerah kekuasaannya meliputi hampir seluruh Pulau Jawa. Hanya Jawa Barat yang belum masuk wilayah Mataram. Pada mulanya, hubungan antara Mataram dengan VOC berjalan baik. Dibuktikan dengan diperbolehkannya VOC mendirikan kantor dagang di wilayah Mataram tanpa membayar pajak. Namun, akhirnya VOC menunjukkan sikap yang tidak baik, ingin memonopoli perdagangan di Jepara. Tuntutan VOC tersebut ditolak oleh Bupati Kendal bernama Baurekso, yang bertanggung jawab atas wilayah Jepara. Namun, penolakan itu tidak menyurutkan keinginan VOC. Persekutuan dagang VOC tetap melaksanakan monopoli perdagangannya. Hal ini membangkitkan kemarahan rakyat Mataram sehingga kantor VOC diserang. Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterszoon Coen, membalasnya dengan memerintahkan pasukannya untuk menembaki daerah Jepara. Menyikapi peristiwa tersebut, Sultan Agung bertekad menyerang Kota Batavia. Penyerangan Sultan Agung terhadap VOC di Kota Batavia dilakukan sebanyak dua kali. Serangan pertama dilakukan tahun 1628. Pada pertengahan bulan Agustus 1628, secara tiba-tiba armada Mataram muncul di perairan Kota Batavia. Mereka segera menyerang benteng VOC. Berikut ini panglima-panglima Sultan Agung. a. Tumenggung Baurekso. b. Tumenggung Sura Agul-agul. c. Kyai Dipati ManduroRejo. d. Kyai Dipati Uposonto. Dalam perlawanan tersebut, Tumenggung Baurekso gugur beserta putranya. Pasukan Sultan Agung menggunakan taktik perang yang tinggi, antara lain dengan membendung sungai Ciliwung, (seperti waktu penyerangan di Surabaya). Namun, penyerangan kali ini mengalami kegagalan. Akhirnya, pasukan Sultan Agung terpaksa mengundurkan diri. Meskipun gagal, tetapi tidak membuat Sultan Agung dan pasukannya, para bangsawan serta rakyatnya patah semangat. Kemudian, disusunlah strategi baru untuk persiapan serangan kedua. Serangan kedua dilaksanakan pada tahun 1629 dengan perencanaan yang lebih sempurna, antara lain sebagai berikut. a. Persenjataan dilengkapi dengan senjata api



10



dan meriam. b. Pasukan berkuda dan beberapa gajah. c. Persediaan makanan yang cukup dan pengadaaan lumbung lumbung padi di Tegal dan Cirebon. Serangan kedua ini berhasil menghancurkan Benteng Hollandia dan menewaskan J.P. Coen sewaktu mempertahankan Benteng Meester Cornellis. Karena banyak pasukan yang tewas, daerah itu dinamakan Rawa Bangke. Rupanya, VOC dapat mengetahui tempat lumbung padi di Tegal dan Cirebon. Kemudian, lumbung lumbung itu dibakar. Akhirnya, serangan kedua ini juga mengalami kegagalan. Kedua serangan yang gagal ini tidak membuat Sultan Agung putus asa. Dia telah memikirkan untuk serangan selanjutnya. Namun, sebelum rencananya terwujud, Sultan Agung mangkat (1645). Kegagalan yang menyebabkan kekalahan itu, antara lain sebagai berikut. a. Pasukan lelah karena jarak Mataram (sekarang Yogyakarta) menuju Batavia (Jakarta) sangat jauh. b. Kekurangan persediaan makanan (kelaparan). c. Kalah dalam persenjataan. d. Banyak yang meninggal akibat penyakit malaria. Setelah Sultan Agung mangkat (wafat) pada tahun 1645, kedudukan sultan digantikan oleh putranya yang bergelar Sunan Amangkurat I. Sunan Amangkurat I dalam menjalankan politik pemerintahannya melakukan kerja sama dengan VOC. Pada tahun 1646 diadakan perjanjian bilateral antara Mataram dengan VOC. Isi perjanjian itu sangat merugikan Mataram. Adapun isi perjanjian sebagai berikut. a. Mataram mengakui kekuasaan VOC di Batavia dan VOC mengakui kekuasaan Amangkurat I di Mataram. b. Apabila ada utusan Mataram yang akan bepergian ke luar negeri akan diangkut oleh kapal-kapal VOC. c. Kapal-kapal Kesultanan Mataram diperbolehkan melintasi Selat Malaka dengan seizin VOC. d. Mataram tidak diperkenankan mengadakan hubungan dagang dengan Maluku. e. Apabila terjadi peperangan, masing-masing tidak akan saling membantu musuh. Dengan ditandatanganinya perjanjian ini, maka Mataram di bawah Amangkurat I mengakui kedaulatan VOC. 2. Perlawanan Sultan Hasanuddin dari Makassar (1666 - 1667) Pada abad ke-17 di Sulawesi Selatan telah muncul beberapa kerajaan kecil seperti Gowa, Tallo, Sopeng, dan Bone. Di antara kerajaan itu yang paling kuat secara ekonomi dan militer adalah kerajaan Gowa atau Makassar. Adapun kondisi yang membuat Makassar menjadi kerajaan yang penting karena hal-hal berikut. a. Letak Makassar yang sangat strategis dalam lalu lintas perdagangan, yakni Malaka-Batavia-Maluku. b. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) membuat saudagar-saudagar Arab, India, dan Melayu berpindah ke Makassar. c. Posisi Makassar sebagai pelabuhan transit yang berasal dari Kesultanan Banjar (Banjarmasin). mulanya, hubungan VOC dengan Makassar berjalan dengan baik. Posisi strategis Makassar memperkuat hubungan tersebut. Setelah VOC menerapkan kebijakan monopoli perdagangan di Goa, hubungan mereka menjadi retak. VOC ingin menguasai perdagangan Malaka-Batavia-Maluku. Sebagai balasannya, Makassar selalu menerobos monopoli VOC yang memicu ketegangan yang berujung pada



11



peperangan. Perang diawali dengan perampasan armada VOC di Maluku oleh pasukan Hasanuddin. Tindakan ini memicu perang yang kemudian dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669). Dalam perang itu, VOC bersekutu dengan Aru Palaka, Raja Bone yang sedang berseteru dengan Kerajaan Gowa. Karena kalah persenjataan, maka Kesultanan Gowa dapat dikalahkan dan Sultan Hasanuddin tunduk pada Perjanjian Bongaya (1667) yang sangat merugikan Kerajaan Gowa. Isi perjanjian itu adalah: a. Gowa harus mengakui monopoli perdagangan VOC. b. Pedagang dari Barat kecuali VOC harus meninggalkan Gowa. c. Gowa harus membayar kerugian perang. d. VOC akan membangun banteng-benteng di Makassar. e. Gowa harus mengakui kedaulatan Kesultanan Bone. 3. Untung Suropati di Jawa (1685 - 1706) Suropati melawan VOC terjadi pada tahun 1685-1706. Nama lengkapnya adalah Untung Surapati atau Untung Suropati. Ia adalah bekas seorang budak yang berasal dari Bali. Setelah menjadi orang bebas, ia masuk dinas militer VOC. Karena kecakapan dan kepribadiannya yang kuat, ia dapat mencapai pangkat letnan. Kemudian, ia mendapat tugas mengadakan operasi militer di daerah Banten dan Priangan. Dalam operasi itu, Suropati berhasil menangkap Pangeran Purbaya. Pangeran Purbaya menyerahkan kerisnya kepada Untung Suropati. Namun secara kesatria, Suropati mengembalikan keris itu kepada Pangeran Purbaya. Wakil Suropati, seorang pembantu letnan bangsa Belanda bernama Kuffeler, tidak menyetujui kebijakan Suropati itu. Dengan sombong, ia menghina Suropati sebagai atasannya, karena Suropati seorang pribumi. Maka, terjadilah perselisihan antara keduanya. Dalam perselisihan itu, Kuffeler mati terbunuh. Sejak itulah Suropati keluar dari dinas tentara VOC, kemudian mengadakan perlawanan di daerah Priangan. Ketika VOC mengirimkan pasukan untuk menangkapnya, ia telah menyingkir ke Kartasura. Kemudian, VOC mengirimkan pasukan ke Kartasura di bawah pimpinan Kapten Tack. Dalam pertempuran di Kartasura, Kapten Tack dan sebagian besar anak buahnya terbunuh oleh pasukan Surapati. Kemudian, Suropati dan anak buahnya bergerak ke Jawa Timur dan mendirikan kerajaan kecil di Pasuruan. Sementara itu, di Mataram terjadi pergantian takhta. Sunan Amangkurat II wafat pada tahun 1703. Ia digantikan oleh putranya, Sunan Amangkurat III, yang juga terkenal dengan sebutan Sunan Mas. Dari tindakan-tindakannya, tampaklah bahwa Sunan Mas memihak perjuangan Suropati. Oleh sebab itu, VOC mencalonkan Pangeran Puger sebagai raja baru. Dengan dukungan VOC, Pangeran Puger dapat menggeser kedudukan Sunan Mas. Setelah naik takhta, Pangeran Puger bergelar Paku Buwono I. Namun, ia harus menandatangani perjanjian dengan VOC pada tahun 1705. Sementara itu, setelah kedudukannya tergeser, Sunan Mas menggabungkan diri dengan Untung Suropati di Jawa Timur. Pada tahun 1706, VOC mengirimkan tentara yang kuat ke Jawa Timur



12



untuk menyerang Suropati. Dengan gagah berani, Suropati memimpin perlawanan terhadap VOC, tetapi ia gugur dalam pertempuran di Bangil. 3. Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682) Pada tahun 1651 sampai dengan 1682, Banten diperintah oleh Pangeran Surya dengan gelar Pangeran Ratu Ing Banten dan setelah kembali dari Mekah mendapat gelar Sultan Abdulfatah atau lebih dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Sebelumnya, Banten diperintah oleh kakek dari Sultan Ageng Tirtayasa, yaitu Sultan Abdulmafakhir Mahmud Abdulkadir. Sultan Ageng Tirtayasa merupakan anak dari Sultan Abul Ma’ali Ahmad. Pada waktu itu Banten memiliki posisi yang strategis sebagai bandar perdagangan internasional. Oleh karena itu, sejak semula Belanda ingin menguasai Banten, tetapi tidak pernah berhasil. Akhirnya, VOC membangun bandar di Batavia pada tahun 1619. Hal ini menyebabkan timbulnya persaingan antara Banten dan Batavia untuk memperebutkan posisi sebagai bandar perdagangan internasional. Oleh karena itu, rakyat Banten sering melakukan serangan-serangan terhadap VOC. Sultan Ageng Tirtayasa berusaha memulihkan posisi Banten sebagai bandar perdagangan internasional sekaligus menandingi perkembangan perdagangan di Batavia. Beberapa yang dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa adalah sebagai berikut. a. Mengundang para pedagang dari Eropa lain seperti Inggris, Prancis, Denmark, dan Portugis. b. Mengembangkan hubungan dagang dengan negara-negara Asia seperti Persia, Benggala, Siam, Tonkin, dan Cina. VOC sangat tidak menyukai perkembangan di Banten. Oleh karena itu, untuk melemahkan peran Banten sebagai bandar perdagangan, VOC sering melakukan blokade, yaitu kapal-kapal dagang dari Maluku dilarang meneruskan perjalanan ke Banten. Sebagai balasan, Sultan Ageng mengirimkan beberapa pasukannya untuk mengganggu kapal-kapal dagang VOC dan membuat kekacauan di Batavia. Dalam rangka memberi tekanan dan melemahkan kedudukan VOC, rakyat Banten juga melakukan perusakan terhadap beberapa bibit tanaman milik VOC. Akibatnya, hubungan Banten dengan Batavia semakin memburuk. Untuk menghadapi tentara Banten, VOC terus memperkuat Kota Batavia dengan mendirikan benteng-benteng pertahanan seperti Benteng Noorwijk dengan harapan VOC mampu bertahan dari berbagai serangan dari luar. Sementara itu, untuk kepentingan pertahanan, Sultan Ageng Tirtayasa memerintahkan untuk membangun saluran irigasi yang membentang dari Sungai Untung Jawa sampai Pontang. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dan memudahkan transportasi perang. Karena jasanya itulah, maka Sultan diberi gelar Tirtayasa (“tirta” artinya air). Pada tahun 1671, Sultan Ageng mengangkat putra mahkota Abdul Nazar Abdulkahar sebagai sultan pembantu yang kemudian lebih dikenal dengan nama Sultan Haji. Sebagai raja pembantu, Sultan Haji bertanggung jawab pada urusan dalam negeri, sedangkan Sultan Ageng beserta putranya yang lain, yakni Pangeran Arya Purbaya, bertanggung jawab atas urusan luar negeri. Pemisahan urusan pemerintahan ini tercium oleh perwakilan VOC di Banten, yakni W. Caeff. Ia kemudian mendekati dan menghasut Sultan Haji agar urusan



13



pemerintahan di Banten tidak dipisah-pisahkan dan jangan sampai kekuasaan jatuh di tangan Arya Purbayasa. Hingga akhirnya, Sultan Haji mencurigai ayahnya dan saudaranya serta membuat persengkongkolan dengan VOC. Untuk merebut tanah Kesultanan Banten, maka timbullah pertentangan yang begitu tajam antara Sultan Haji dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam persengkongkolan tersebut, VOC sanggup membantu Sultan Haji untuk merebut Kesultanan Banten, tetapi dengan empat syarat, yakni: a. Banten harus menyerahkan Cirebon kepada VOC. b. Monopoli ada di Banten, dikuasai dan dipegang VOC. c. Banten harus membayar 600.000 ringgit apabila mengingkari janji. d. Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan segera ditarik kembali. Isi perjanjian tersebut disetujui oleh Sultan Haji. Pada tahun 1681, VOC dengan atas nama Sultan Haji berhasil merebut Kesultanan Banten dan menguasai Istana Surosawan. Sultan Ageng Tirtayasa kemudian membangun istana yang baru dan berpusat di Tirtayasa. Sultan Ageng pun berusaha merebut Banten kembali. Pada tahun 1682, pasukan Sultan Ageng berhasil mengepung Istana Surosawan. Kemudian, Sultan Haji meminta bantuan pasukan VOC di bawah pimpinan Francos Tack. Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa dapat dipukul mundur dan terdesak hingga ke Benteng Tirtayasa. Sultan Ageng Titayasa akhirnya meloloskan diri bersama putranya, Pangeran Arya Purbaya, ke Hutan Lebak. Mereka masih melancarkan serangan walaupun dengan bergerilya. Tentara VOC terus mencari Sultan Ageng Tirtayasa beserta pengikutnya yang kemudian bergerak ke arah Bogor. Baru setelah melalui tipu muslihat, pada tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan ditawan di Batavia sampai meninggal pada tahun 1692. F. Sebab-sebab Kehancuran VOC Setelah berkuasa kurang dari 200 tahun, VOC tidak lagi dapat mempertahankan hegemoni perdagangannya. Tahun 1799, VOC dibubarkan oleh Belanda. Sebab-sebab VOC dibubarkan adalah sebagai berikut. a. Faktor Internal Persaingan dagang dan korupsi di semua tingkatan, menjadi penyebab hancurnya VOC yaitu. 1) Menyunat keuntungan yang menjadi hak VOC. 2) Menyunat uang kas dan anggaran. 3) Menggelembungkan anggaran agar kelebihan masuk ke kantong sendiri. 4) Dalam mengangkat bupati melakukan pungutan liar. 5) Melakukan penyuapan untuk duduk di jabatan-jabatan 19 VOC. 6) Memaksa penduduk menyerahkan upeti. 7) Sengaja membiarkan pedagang liar beroperasi sehingga mendapatkan sumber pungutan liar. 8) Memaksa rakyat menyerahkan hasil bumi lebih dari ketentuan. 9) Apabila menjadi karyawan VOC harus menyuap pejabat VOC.



14



10) Sebagai pejabat VOC berdagang rempah-rempah untuk dirinya sendiri, bukan atas nama VOC. 11) Perdagangan gelap merajalela karena difasilitasi pejabat VOC yang korup karena mereka mendapat setoran pungutan liar. 12) Anggaran penggajian pegawai semakin besar sedangkan penghasilan VOC semakin menipis. 13) Biaya perang untuk menghadapi perlawanan raja/sultan sangat besar sehingga utang VOC terus menumpuk. 1). Adanya persaingan dagang dari Eropa lain seperti Inggris dan Prancis. 2). Pemasukan kecil serta utang menumpuk menyulitkan VOC memberikan bagi hasil kepada pemegang saham VOC. b. Faktor Eksternal Belanda di Eropa dikuasai oleh Prancis tahun 1795 di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte yang kemudian mengganti namanya menjadi Republik Bataaf (1795-1806). Perubahan politik ini memengaruhi VOC karena pemerintahan di bawah Napoleon menyerukan “republikanisme-kebebasan kesetaraan”. Kebijakan VOC menurut Napoleon bertentangan dengan kebebasan dan kesetaraan. Untuk itu, VOC harus dibubarkan. VOC pun dibubarkan pada tahun 1799. G. Kolonialisme Belanda di Indonesia a. Indonesia Pasca-VOC Ketika VOC dibubarkan pada tahun 1799, terjadi kekosongan kekuasaan di Nusantara. Sementara itu, Inggris mengincar Nusantara untuk dikuasai. Saat itu antara Belanda dengan Prancis menjadi sekutu di Eropa untuk menghadapi Inggris. Jawa merupakan daerah koloni Belanda-Perancis yang belum dikuasai Inggris. Untuk itu, Belanda-Prancis mengangkat seorang gubernur jenderal agar Inggris tidak bisa masuk ke Jawa. Tugas berat gubernur jenderal ini adalah menghadapi serangan Inggris secara tiba-tiba. Dengan demikian, dalam kurun waktu 1806-1811, Nusantara menjadi jajahan Prancis karena sekutu Belanda-Prancis dipimpin oleh Prancis walaupun pejabat yang memerintah masih didominasi orang-orang Belanda. Adapun pejabat tersebut adalah sebagai berikut. 1. Herman Willem Daendels (1808-1811) Daendels memegang dua tugas, yaitu mempertahankan Pulau Jawa agar tidak jatuh ke tangan Inggris dan memperbaiki tanah jajahan dari pengaruh korupsi. Untuk itulah kekuasaan periode ini tidak semata-mata memperoleh keuntungan ekonomi, tetapi mempertahankan hegemoni selama mungkin. Daendels menyadari bahwa sekutu Prancis-Belanda tidak akan mampu menandingi kekuatan armada Inggris. Untuk itu, Daendels menerapkan kebijakan sebagai berikut. a. Membangun jalan raya dari Anyer (ujung barat Jawa) sampai Panarukan (ujung timur Jawa) agar tentaranya dapat bergerak dengan cepat. Selain itu juga untuk mengangkut kopi dari pedalaman Priangan ke Pelabuhan Cirebon. Dalam pembangunan itu, Daendels menerapkan kebijakan menghidupkan lagi kerja wajib



15



(verplichte diensten) serta kebijakan wajib penyerahan hasil bumi (verplichte leverantie). b. Membangun benteng pertahanan, contohnya Benteng Lodewijk di Surabaya. c. Membangun pangkalan angkatan laut di Merak dan Ujung Kulon. d. Mendirikan pabrik senjata di Surabaya. Daendels tidak menyukai raja-raja Jawa karena semangatnya yang anti feodalis. Dia memang pengagum Napoleon Bonaparte yang menyebarkan paham republikanisme, kebebasan, kesetaraan. Kebijakan yang antifeodal tampak pada sikapnya terhadap Raja Solo dan Raja Yogyakarta, yakni: a. Semua Raja Jawa harus mengakui Raja Belanda, junjungannya. b. Mengangkat pejabat Belanda dengan sebutan minister. c. Jika di VOC seorang residen Belanda ketika menghadap raja diperlakukan sama seperti seorang bupati dengan duduk di lantai dan mempersembahkan sirih sebagai tanda hormat kepada Raja 22 Jawa, maka minister tidak diperlakukan seperti itu. Minister duduk sejajar dengan raja dan tidak perlu mempersembahkan sirih sebagai tanda hormat. d. Ketika minister datang ke keraton harus disambut raja. e. Ketika bertemu di jalan dengan raja, minister tidak perlu turun dari kereta, tetapi cukup membuka jendela. Melihat tindakan Daendels seperti itu, Sultan Hamengkubuwono II membangkang dan akhirnya Daendels menyerbu Yogyakarta lalu menurunkan Sultan Hamengkubuwono II dan menggantikannya dengan Sultan Hamengkubuwono III yang masih kecil. Sikap yang kedua ialah terhadap Raja Banten. Daendels mengasingkan Raja Banten karena menentang pembangunan jalan Anyer-Panarukan. Karena otoriter, Daendels dipanggil ke Belanda. Ada dua versi sebab Daendels dipanggil, yakni tenaganya diperlukan untuk memimpin tentara Prancis menghadapi Rusia atau hubungannya yang buruk dengan raja-raja Jawa dikhawatirkan merugikan Belanda jika Inggris menyerbu Jawa. 2. Jan Willem Janssen (1811-1811) Pada masa Janssen menjabat (20 Februari sampai 18 September 1811), Inggris menyerbu Jawa melalui darat dan laut sehingga Janssen menyerah di Tuntang (Jawa Tengah) dengan membuat perjanjian Tuntang yang isinya sebagai berikut. a. Pulau Jawa dan sekitarnya jatuh ke tangan Inggris. b. Tentara yang dahulu anak buah Daendels menjadi tentara Inggris. c. Orang-orang Belanda dapat dipekerjakan oleh Inggris. Dengan penjanjian Tuntang ini, berarti Nusantara jatuh ke tangan pemerintahan Inggris. H. Perlawanan Raja-raja Lokal terhadap Kolonialisme Belanda Pascapembubaran VOC, perlawanan rakyat Indonesia terhadap kolonial Belanda tidak surut, bahkan semakin luas. Dengan berbagai kelicikan dan tipu muslihat, pejabat kolonial Belanda berhasil menangkap para pahlawan tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut perlawanan terhadap Hindia Belanda



16



1. Sultan Hamengku Buwono II dan Raja Banten Daendels tidak menyukai raja-raja Jawa karena semangatnya yang anti feodalis. Dia memang pengagum Napoleon Bonaparte yang menyebarkan paham republikanisme, kebebasan, kesetaraan. Kebijakan yang antifeodal tampak pada sikapnya terhadap Raja Solo dan Raja Yogyakarta, yakni: a. Semua Raja Jawa harus mengakui Raja Belanda, junjungannya. b. Mengangkat pejabat Belanda dengan sebutan minister. c. Jika di VOC seorang residen Belanda ketika menghadap raja diperlakukan sama seperti seorang bupati dengan duduk di lantai dan mempersembahkan sirih sebagai tanda hormat kepada Raja 22 Jawa, maka minister tidak diperlakukan seperti itu. Minister duduk sejajar dengan raja dan tidak perlu mempersembahkan sirih sebagai tanda hormat. d. Ketika minister datang ke keraton harus disambut raja. e. Ketika bertemu di jalan dengan raja, minister tidak perlu turun dari kereta, tetapi cukup membuka jendela. Melihat tindakan Daendels seperti itu, Sultan Hamengkubuwono II membangkang dan akhirnya Daendels menyerbu Yogyakarta lalu menurunkan Sultan Hamengkubuwono II dan menggantikannya dengan Sultan Hamengkubuwono III yang masih kecil. Sikap yang kedua ialah terhadap Raja Banten. Daendels mengasingkan Raja Banten karena menentang pembangunan jalan Anyer-Panarukan. Karena otoriter, Daendels dipanggil ke Belanda. Ada dua versi sebab Daendels dipanggil, yakni tenaganya diperlukan untuk memimpin tentara Prancis menghadapi Rusia atau hubungannya yang buruk dengan raja-raja Jawa dikhawatirkan merugikan Belanda jika Inggris menyerbu Jawa 2. Perlawanan Kapitan Pattimura di Maluku (1817). Menurut Konvensi London (1814), Kepulauan Maluku merupakan salah satu wilayah kekuasaan Inggris yang harus diserahkan kepada Belanda. Pascapenyerahan, pemerintah Belanda segera menunjuk Van Middelkoop sebagai gubernur di Kepulauan Maluku. Kembalinya Belanda ke Maluku menimbulkan kekecewaan sekaligus kemarahan dari rakyat Maluku. Mengapa rakyat Maluku marah? Pertama, kolonial Belanda diduga akan membebani rakyat dengan berbagai kewajiban yang memberatkan. Hal yang serupa ini memang telah terjadi pada masa kekuasaan VOC. Kedua, rakyat takut Belanda akan memonopoli perdagangan. Karena tidak ingin kembali menderita akibat penguasaan Belanda, maka rakyat Maluku pun bersiap melakukan gerakan perlawanan. Pada 9 Mei 1817, rakyat Saparua mengangkat Thomas Matulessy sebagai pemimpin gerakan perlawanan. Thomas Matulessy juga diberikan gelar Pattimura. Pattimura dipilih karena dianggap mempunyai kecakapan bidang militer serta kemampuan memimpin. Kemampuan Pattimura atau Thomas Matulessy ini sudah tidak diragukan lagi. Ia memiliki pengalaman yang cukup dalam memimpin pasukan militer. Pada masa



17



pemerintah Inggris di Maluku, Pattimura bekerja di dinas militer. Ia juga memiliki pangkat terakhir sebagai mayor. Ketika dilaksanakan suatu pertemuan, para pejuang Maluku bertekad untuk merebut Benteng Duurstede dan mengusir semua penghuninya. Aksi perlawanan untuk merebut Benteng Duurstede tersebut dimulai pada 15 Mei 1817. Kala itu, rakyat Maluku melakukan perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda, dimulai dari 56 perampasan perahu-perahu pos yang berada di Pelabuhan Porto. Pascaperampasan tersebut, mereka mulai menyerang benteng. Pada saat itu, banyak serdadu Belanda yang ditangkap dan dibunuh. Hal yang sama dialami juga oleh Residen Porto, Van den Berg. Saat itu juga, Benteng Duurstede jatuh ke tangan rakyat Maluku. Gubernur Van Middelkoop terkejut mendengar kabar mengenai kejadian tersebut. Ia lalu segera mengirimkan pasukan dari Ambon di bawah pimpinan Mayor Beetjes. Pasukan ini didaratkan di Saparua pada 20 Mei 1817. Begitu pasukan Belanda mendarat, rakyat Saparua dengan segera menyambutnya dengan serentetan tembakan. Akibatnya, dengan terpaksa pasukan Beetjes memutar haluan dan membelokkannya ke sebuah tikungan teluk yang terletak di sebelah kiri benteng. Di tempat ini, lagi-lagi pasukan Beetjes kembali disambut dengan serangan yang semakin gencar. Pasukan Beetjes pun menjadi kacau-balau. Sebaliknya, rakyat Maluku semakin bersemangat dalam melakukan penyerangan terhadap Belanda. Pasukan Belanda berusaha untuk mundur, tetapi pasukan Pattimura terus-menerus mengejarnya. Di dalam pertempuran ini, Mayor Beetjes akhirnya tewas. Sebagai pembalasan atas kekalahannya, Belanda lalu segera menempatkan kapalkapal perangnya di wilayah perairan Saparua. Serangan segera dilancarkan dengan menembakkan meriam ke arah Duurstede yang dilakukan secara terus-menerus. Pada 2 Agustus 1817, pasukan Belanda berhasil menduduki Benteng Duurstede. Namun, mereka gagal menangkap Pattimura. Oleh karena itu, Belanda segera melancarkan politik adu domba. Belanda mengumumkan kepada masyarakat tentang tawaran hadiah sebesar 1.000 gulden. Hadiah tersebut akan diberikan bagi siapa pun yang dapat menginformasikan keberadaan Pattimura. Ternyata, jeratan yang dibuat Belanda ini betul mengenai sasaran. Raja Boi adalah orang yang memberitahukan tempat persembunyian Pattimura kepada pihak Belanda. Setelah mengetahui lokasi persembunyian Pattimura, Belanda dengan segera mengerahkan pasukannya. Ia membawa pasukan besar-besaran demi menangkap Pattimura yang bersembunyi 57 di Bukit Boi. Pada 16 Desember 1918, Pattimura pun dijatuhi dengan hukuman gantung di Benteng Nieuw Victoria di Kota Ambon. Penangkapan Pattimura ini pun menjadi tanda berakhirnya perjuangan rakyat Maluku terhadap Belanda. 3. Perlawanan Sultan Mahmud Badaruddin di Palembang (1817 - 1821) Sultan Mahmud Badaruddin II lahir di Palembang pada tahun 1767. Ia adalah pemimpin Kesultanan Palembang-Darussalam selama dua periode (1803-1813 dan 1818-1821) setelah masa pemerintahan ayahnya, Sultan Muhammad Bahauddin



18



(1776- 1803). Nama aslinya sebelum menjadi Sultan adalah Raden Hasan Pangeran Ratu. Sejak hasil tambang timah ditemukan di Bangka pada pertengahan abad ke-18, Palembang menjadi incaran Inggris dan Belanda. Demi menjalin kontrak dagang, bangsa Eropa berniat menguasai Palembang. Karena timbul persaingan antara Belanda dan Inggris, maka Inggris melalui Raffles berusaha membujuk Sultan Mahmud Badaruddin ll agar mengusir Belanda dari Palembang. Sultan Mahmud menolak permintaan Raffles karena tidak ingin terlibat dalam pertikaian Inggris dan Belanda. Namun, akhirnya terjalin kerja sama Inggris dan Palembang dengan pihak Palembang lebih diuntungkan. a. Peristiwa Loji Sungai Aur (1811). Pada 14 September 1811, terjadi pembantaian di Loji Sungai Aur. Pihak Belanda yang disalahkan atas pembataian tersebut. Namun, Belanda beranggapan bahwa Inggris sengaja melakukannya agar Kesultanan Palembang mengusir Belanda dari Palembang. Karena merasa terpojok, Inggris di bawah pimpinan Raffles mengadakan perundingan dengan Sultan Mahmud Badaruddin II dan berharap mendapatkan jatah Pulau Bangka yang saat itu masuk wilayah Kesultanan Palembang. Pulau tersebut juga merupakan penghasil timah yang diperebutkan Belanda dan Inggris. Namun, permintaan Inggris jelas ditolak oleh Sultan Mahmud Badaruddin II. b. Penyerbuan Inggris ke Palembang tahun 1812. Hubungan Sultan Mahmud Badaruddin II dengan Raffles cukup baik sebelum takluknya Belanda dari Inggris. Namun, pada 12 Maret 1812, Inggris mengirim ekspedisi militer di bawah pimpinan Gillespie ke Palembang dan memerangi Palembang dengan alasan menghukum Sultan Mahmud Badaruddin atas penolakannya menyerahkan wilayah Pulau Bangka. Dalam pertempuran itu, Inggris berhasil menduduki Palembang. Sultan Mahmud Badaruddin pun menyingkir ke Muara Rawas di hulu Sungai Musi. Pada 1811, Inggris mengalahkan Belanda dan memaksa Belanda menandatangani Perjanjian Tuntang yang isinya sebagai berikut. 1) Pemerintah Belanda menyerahkan Indonesia kepada Inggris di Kalkuta (India). 2) Semua tentara Belanda menjadi tawanan perang Inggris. 3) Orang Belanda dapat dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris. Dengan demikian, Palembang jatuh ke tangan Inggris. Setelah menguasai Palembang, Inggris mengangkat Pangeran Adipati yang merupakan adik kandung Sultan Mahmud Badaruddin ll sebagai Sultan Palembang setelah menandatangani perjanjian dengan syarat-syarat yang menguntungkan Inggris. Inggris mengambil alih Pulau Bangka dan mengganti namanya menjadi Duke of York’s Island dan menempatkan Meares sebagai residennya. Sementara itu, Sultan Mahmud Badaruddin yang melarikan diri ke Muara Rawas mulai menghimpun kekuatan dan mendirikan kubu di Muara Rawas untuk menghadapi serangan dari Meares yang ingin menangkapnya.



19



Pada 28 Agustus 1812, terjadi pertempuran di Buay Langu yang menyebabkan Meares tertembak dan tewas setelah dibawa ke Mentok. Kedudukan residen kemudian diambil alih oleh Mayor Robinson. Dalam upaya menangkap Sultan Mahmud Badaruddin, Mayor Robinson mengadakan perundingan damai dengan Sultan Mahmud Badaruddin. Melalui serangkaian perundingan, Sultan Mahmud Badaruddin kembali ke Palembang dan naik takhta pada Juli 1813 sebelum kembali dilengserkan pada Agustus 1813. Sementara itu, Mayor Robinson ditahan dan dipecat oleh Raffles karena mandat yang diberikan tidak dijalankan dengan baik. Perlawanan Sultan Mahmud Badaruddin bersama rakyat yang menggunakan stategi perang bergerilya dengan ketangkasan dan kecerdasannya serta pemahaman terhadap medan perang akhirnya mampu memaksa Inggris untuk mundur dan kalah. Inggris pun mengakui kedaulatan Palembang sebagai kesultanan. Konflik Sultan Mahmud Badaruddin ll dengan Belanda dimulai sejak ditandatangani Perjanjian London antara Belanda dan Inggris yang membuat Inggris menyerahkan daerah koloni di Nusantara, termasuk Palembang, kepada Belanda. Serah terima dilakukan dua tahun kemudian, tepatnya pada 19 Agustus 1816 oleh Jhon Fendall sebagai pengganti Raffles. Setelah serah terima kekuasaan, Belanda mengangkat Herman Warner Muntinghe sebagai komisaris di Palembang. Tindakan pertama yang dilakukannya adalah mendamaikan kedua sultan, Sultan Mahmud Badaruddin II dan Husin Diauddin. Tindakannya berhasil. Sultan Mahmud Badaruddin II berhasil naik takhta kembali pada 7 Juni 1818. Sementara itu, Husin Diauddin yang pernah bersekutu dengan Inggris berhasil dibujuk oleh Muntinghe ke Batavia sebelum akhirnya dibuang ke Cianjur. Mutinghe melakukan penjajahan ke pedalaman wilayah Kesultanan Palembang dengan alasan untuk inventarisasi wilayah, karena pada dasarnya hanya untuk menguji kesetiaan Sultan Mahmud Badaruddin ll dan karena ketidakpercayaan Mutinghe kepada Sultan Mahmud Badaruddin ll. Akan tetapi, di daerah Muara Rawas, Mutinghe dan pasukannya diserang oleh pengikut Sultan Mahmud Badaruddin ll. Setelah kembali, Mutinghe bermaksud memaksa Kesultanan Palembang agar menyerahkan putra mahkota sebagai jaminan agar Kesultanan Palembang selalu setia terhadap pemerintah Belanda. Namun, sampai habis batas penyerahannya, Kesultanan Palembang tidak menyerahkan putra mahkota dan Sultan Mahmud Badaruddin menyerang Belanda yang didasari oleh sikap Belanda yang terlalu mencampuri urusan kesultanan dan mengekang kesultanan agar tunduk kepada Belanda. Sikap inilah yang menyebabkan Sultan Mahmud Badaruddin dan Kesultanan Palembang beserta rakyat menyatakan perang terhadap Belanda. c. Perang Palembang I (1819) Pertempuran Belanda melawan Kesultanan Palembang pecah pada 12 Juni 1819. Perlawanan itu dikenal dengan Pertempuran Menteng yang merupakan pertempuran terdahsyat karena banyak korban berjatuhan dari pihak Belanda.



20



Pertempuran terus berlanjut, akan tetapi karena kuatnya pertahanan Palembang yang sulit ditembus dan banyaknya korban di pihak Belanda, maka Belanda memutuskan kembali ke Batavia dengan membawa kekalahan. d. Perang Palembang II (1819) Sekembalinya ke Batavia dan memberitahukan keadaaan peperangan ke pemerintah di Batavia, Gubernur Jenderal Belanda saat itu, Van der Capellen, mengadakan perundingan dengan Laksamana Constantijn Johan Wolterbeek dan Mayjend. Hendrik Markus de Kock yang membahas tentang Kesultanan Palembang yang sangat sulit ditaklukkan oleh Belanda. Akhirnya, diputuskan untuk kembali menyerang Palembang. Oleh karena itu, Belanda mengirimkan ekspedisi ke Palembang dengan kekuatan penuh dengan tujuan menggulingkan Sultan Mahmud Badaruddin ll dan menguasai Palembang secara penuh, serta mengganti Sultan Mahmud Badaruddin dengan Pangeran Jayadiningrat yang didukung oleh Belanda. Sebab, Belanda beranggapan bahwa selama Sultan Mahmud Badaruddin masih berkuasa, maka Palembang tidak akan pernah bisa dikuasai seluruhnya dan itu berarti Belanda tidak bisa menjangkau jalur perdagangan di Pulau Bangka yang menjadi wilayah dari Kesultanan Palembang. Kabar bahwa Belanda mengirimkan pasukan ekspedisi ke Palembang telah didengar oleh Sultan Mahmud Badaruddin ll. Karena ia telah mengira akan ada serangan balik, maka ia mempersiapkan pertahanan yang tangguh di beberapa tempat di Sungai Musi sebelum masuk ke Palembang dengan dibuat benteng-benteng pertahanan yang dikomandani oleh keluarga sultan. Pada 21 Oktober 1819, pecah pertempuran di Sungai Musi antara Belanda yang dipimpin oleh Wolterbeek dengan Kesultanan Palembang yang dipimpin sendiri oleh Sultan Mahmud Badaruddin. Terjadi tembak-menembak meriam di kedua belah pihak hingga Wolterbeek menghentikan pertempuran dan memutuskan kembali ke Batavia. e. Perang Palembang III (1821) Setelah pertempuran pada 21 Oktober 1819, Sultan Mahmud Badaruddin ll mengangkat anaknya, Pangeran Ratu, menjadi sultan di Kesultanan Palembang dengan gelar Ahmad Najamuddin lll. Hal ini dilakukan karena Sultan Mahmud Badaruddin ll hanya ingin terfokus untuk melawan Belanda dan mengusirnya dari Tanah Palembang dan tidak diganggu oleh urusan Kesultanan Palembang. Namun, persiapan benteng dan pertahanan Sultan Mahmud Badaruddin ll di Sungai Musi sudah diketahui oleh Belanda melalui mata-matanya yang ternyata adalah dari kalangan bangsawan dan orang Arab di Palembang. Hal ini menyebabkan Belanda mempersiapkan pasukan yang besar dalam rangka menghadapi Kesultanan Palembang. Pada 16 Mei 1821, Belanda di bawah pimpinan De Kock memasuki sungai Musi dan pertempuran baru terjadi pada 11- 20 Juni 1821. Belanda kembali mengalami kekalahan, akan tetapi hal ini tidak menyurutkan semangat Belanda. Belanda kembali menyusun strategi dalam menghadapi



21



Kesultanan Palembang. Hingga akhirnya pada 24 Juni 1821, yang pada saat itu bertepatan dengan bulan Ramadan, Belanda menyerang Palembang pada dini hari. Terjadilah pertempuran hebat antara pemerintah Belanda dengan rakyat Palembang. Akibat serangan fajar tersebut, Palembang dapat dilumpuhkan, tetapi belum dapat dikuasai sepenuhnya. Baru pada 25 Juni 1821, Palembang jatuh ke tangan Belanda. Maka, resmilah kolonialisme Belanda di Palembang. Setelah melakukan perlawanan dan menderita kekalahan akibat serangan tiba-tiba dari Belanda, Palembang pun dapat dikuasai oleh Belanda. Sementara itu, Sultan Mahmud Badaruddin ll dan keluarganya menjadi tawanan Belanda. Pada 13 Juli 1821, Sultan Mahmud Badaruddin dan keluarganya dikirim ke Batavia sebelum dipindahkan ke Ternate pada 26 September 1821 sampai Sultan Mahmud Badaruddin ll meninggal di Ternate pada 26 September 1852. Sebagian keluarga sultan yang tidak tertangkap mengasingkan diri ke Marga Sembilan sambil melanjutkan perlawanan atas Belanda waluapun tidak sehebat Sultan Mahmud Badaruddin ll. Karena banyaknya perlawanan Kesultanan Palembang kepada Belanda, maka Belanda membekukan Kesultanan Palembang. 4. Perlawanan I Gusti Ketut Jelantik di Bali (1846 - 1849) I Gusti Ketut Jelantik adalah putra dari I Gusti Nyoman Jelantik Raya. Ia diangkat sebagai patih di Kerajaan Buleleng pada tahun 1828 dan meninggal pada tahun 1849. I Gusti Ketut Jelantik dikenal luas karena keberaniannya dalam melawan penjajah Belanda pada saat itu. Sikap dan tindakannya dinilai berani karena menolak tuntutan Belanda dalam sebuah perundingan yang menuntut agar Kerajaan Buleleng mengganti kerugian kapal yang dirusak dan mengakui kedaulatan pemerintah Hindia Belanda. Pada saat perundingan itu, pihak Belanda diwakili oleh JPT Mayor Komisaris Hindia Belanda, sedangkan Kerajaan Buleleng diwakili oleh Raja Buleleng, I Gusti Ngurah Mada Karangasem, dan Patih Agung, I Gusti Ketut Jelantik. I Gusti Ketut Jelantik marah besar dengan tuntutan pihak Belanda agar kerajaannya tunduk kepada kolonial Belanda. Oleh sebab itu, ia berucap, “Tidak bisa menguasai negeri orang lain hanya dengan sehelai kertas saja, tapi harus diselesaikan di atas ujung keris. Selama saya hidup, kerajaan ini tidak akan pernah mengakui kedaulatan Belanda.” Belanda terus mencoba mencari celah untuk melawan I Gusti Ketut Jelantik, salah satunya dengan memanfaatkan Raja Klungkung. Dalam pertemuan yang berlangsung pada 12 Mei 1845, Belanda menuntut agar Buleleng mengganti rugi kapal dan menghapuskan hak “tawan karang”, yakni merampas perahu yang terdampar di kawasan Buleleng. I Gusti Ketut Jelantik marah dengan tuntutan Belanda itu, bahkan ia menghunuskan sebilah keris pada kertas perjanjian. Pada 27 Juni 1846, Belanda melakukan serangan ke Kerajaan Buleleng. Akhirnya, Kerajaan Buleleng jatuh ke tangan Belanda pada 29 Juni 1846. Kemudian,



22



Rraja Buleleng dan Patih I Gusti Ketut Jelantik mundur ke Desa Jagaraga untuk menyusun kekuatan. Patih I Gusti Ketut Jelantik adalah seseorang yang ahli strategi perang dan menjadi sosok yang disegani oleh raja-raja lain karena sikapnya yang teguh pendirian. Hal ini ditunjukkan ketika mempertahankan Desa Jagaraga, Patih I Gusti Ketut Jelantik terus memperkuat pasukannya dan mendapat bantuan dari kerajaan lain seperti Klungkung, Karangasem, Badung, dan Mengwi. Pada 6-8 Juni 1848, pihak Belanda melakukan serangan kedua dengan mendaratkan pasukannya di Sangsit. Bali yang dipimpin oleh I Gusti Ketut Jelantik mengerahkan pasukan Benteng Jagaraga yang merupakan benteng terkuat bila dibandingkan dengan empat benteng lainnya. Sedangkan pihak Belanda dipimpin oleh Jendral Van Der Wijck. Namun, pihak Belanda gagal menembus benteng yang dipimpin oleh I Gusti Ketut Jelantik dan hanya mampu merebut satu benteng saja, yakni benteng sebelah timur Sangsit yang berada dekat Bungkulan. Adanya kekalahan ini semakin mengangkat semangat raja-raja lainnya untuk semakin mengerahkan kekuatan dalam melawan Belanda. Pasukan Patih Jelantik ini menggegerkan parlemen Belanda yang kemudian melancarkan serangan besarbesaran yang dipimpin oleh Jendral Michiels pada 31 Maret 1849. Belanda menyerang Bali dengan menembakkan meriam-meriamnya. Pada 7 April 1849, Raja Buleleng dan Patih Jelantik bersama 12 ribu prajurit berhadapan dengan Jendral Michiels. Karena kalah persenjataan, Bali terdesak dan mundur sampai Pegunungan Batur Kintamani. Jagaraga akhirnya jatuh ke tangan Belanda pada 16 April 1849. I Gusti Ketut Jelantik gugur pada serangan di Karangasem oleh Belanda yang didatangkan dari Lombok dan menyerang hingga ke Pegunungan Bale Punduk. Gugurnya I Gusti Ketut Jelantik membuat perlawanan raja-raja Bali mulai mengalami kemunduran. Daerah Bali dapat dengan mudah dikuasai. Hanya tersisa Bali Selatan yang masih melakukan perlawanan. 5.



Perlawanan Pangeran Antasari di Kalimantan (1859 - 1862) Pangeran Antasari lahir pada tahun 1797 di Banjar. Ayahnya bernama Pangeran Masohut (Mas’ud). Ayahnya merupakan anak dari Pangeran Amir yang merupakan anak dari Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang gagal naik takhta pada tahun 1785. Ibunya bernama Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman. Semasa muda, Pangeran Antasari mempunyai nama Gusti Inu Kartapati. Pangeran Antasari memiliki tiga putra dan delapan putri. Ia memiliki saudara perempuan yang bernama Ratu Antasari yang menikah dengan Sultan Muda Abdurrahman bin Sultan Adam, tetapi meninggal setelah melahirkan calon pewaris Kesultanan Banjar yang diberi nama Rakhmatillah, yang juga meninggal semasa masih bayi. Penjajahan kolonial Belanda ketika menduduki wilayah Kalimantan tepatnya berada di Banjar. Strategi yang mereka jalankan dikenal dengan nama politik divide et impera, yang berarti membagi, memecah belah, dan menguasai atau yang dikenal dengan istilah “politik adu domba”. Hal tersebut bertujuan untuk menguasai kerajaan di Banjar. Pada tahun 1859, Sultan Tamjid diangkat menjadi Sultan Kerajaan Banjar, padahal yang berhak naik takhta adalah Pangeran Hidayat. Sultan Tamjid tidak disukai oleh rakyat karena terlalu memihak kepada Belanda. Belanda sengaja



23



memberikan dukungannya kepada Sultan Tamjid. Hal ini menunjukkan campur tangan Belanda sudah sangat meresahkan, bahkan dalam pengangkatan seorang sultan pun merekalah yang menentukan. Sebagai salah seorang keturunan Raja Banjarmasin yang dibesarkan di luar istana, Pangeran Antasari merasa prihatin dengan situasi tersebut. Walaupun ia keluarga Sultan Banjar, tetapi tidak pernah hidup dalam lingkungan istana. Karena dibesarkan di tengah-tengah rakyat biasa, Antasari menjadi dekat dengan rakyat, mengenal perasaan, dan mengetahui penderitaan mereka. Pada waktu itu, kekuasaan kolonial Belanda sedang berusaha untuk melemahkan Kerajaan Banjar. Belanda mengadu domba golongan-golongan yang ada di dalam istana sehingga mereka terpecah-pecah dan bermusuhan. Maka, Antasari pun berinisiatif untuk mengusir penjajah dari Kerajaan Banjar tanpa kompromi. Pangeran Antasari berusaha membela hak Pangeran Hidayat, lalu bersekutu dengan kepala-kepala daerah Hulu Sungai, Martapura, Barito, Pleihari, Kahayan, Kapuas, dan daerah lain. Mereka semuanya bertekad untuk mengangkat senjata mengusir Belanda dari Kerajaan Banjar. Sikap anti terhadap Belanda muncul akibat pergantian kekuasaan di istana yang menimbulkan keresahan di antara rakyat. Pada 25 April 1859, Perang Banjar terjadi saat Pangeran Antasari beserta dengan sekitar 6.000 pasukan menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron. Berawal dari peperangan tersebut, peperangan demi peperangan terjadi di seluruh wilayah Kerajaan Banjar yang dipimpin oleh Pangeran Antasari yang dibantu dengan para panglima dan pasukannya. Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tabalong, Tanah Laut, dan Sungai Barito sampai ke Puruk Cahu. Pertempuran yang terjadi antara pasukan Khalifatul Mukminin dengan pasukan Belanda berlangsung terus di berbagai medan. Pasukan Belanda yang mendapat bantuan dari Batavia menang dalam persenjataan sehingga berhasil membuat mundur pasukan Khalifatul Mukminin dan memindahkan pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh. Pangeran Antasari berhasil mengerahkan tenaga rakyat dan mengobarkan semangat mereka sehingga Belanda menghadapi kesulitan. Karena hebatnya perlawanan, maka Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, tetapi ia tetap pada pendiriannya. Ini dijelaskan dalam surat yang ditulisnya untuk Letnan Kolonel Gustave Verspijk di Banjarmasin tanggal 20 Juli 1861, “... dengan tegas kami terangkan kepada tuan: kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami berjuang terus menuntut hak pusaka (kemerdekaan) ....” Pada 14 Maret 1862, Pangeran Antasari diangkat sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin di hadapan para kepala suku Dayak dan adipati penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas, dan Kahayan, yaitu Tumenggung Surapati/Tumengung Yang Pati Jaya Raja. Pangeran Antasari juga merupakan pemimpin Suku Bakumpai, Kutai, Maanya, Murung, Ngaju, Pasir, Siang, Sihong, dan beberapa suku yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang Sungai Barito.



24



Sebagai salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun sebagai sepupu dari pewaris Kesultanan Banjar, untuk mengukuhkan kedudukannya sebagai pemimpin perjuangan umat Islam tertinggi di Banjar bagian utara (Muara Teweh dan sekitarnya), maka pada 14 Maret 1862, bertepatan dengan 13 Ramadan 1278 Hijriah, dimulai dengan seruan, “Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah.” Seluruh rakyat Banjar mengangkat Pangeran Antasari menjadi Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminini, yaitu pemimpin pemerintahan, panglima perang, dan pemuka agama tertinggi. Dalam keadaan sangat terjepit, Pangeran Hidayat akhirnya menyerah kepada Belanda. Kepala-kepala daerah lain pun banyak pula yang menyerah. Pangeran Antasari tetap melanjutkan perjuangan. Baginya, pantang untuk berdamai dengan Belanda, apalagi menyerah. Ia terus melanjutkan perjuangannya dengan berperang di kawasan Kalimantan Selatan dan Tengah. Pada Oktober 1862, suatu serangan besarbesaran telah direncanakan. Pasukan telah disiapkan, wabah penyakit cacar menyerang dan melemahkan pasukan ini beserta Antasari juga terkena wabah tersebut. Pangeran Antasari meninggal dunia pada 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan Begok, Sampirang. Perjuangannya dilanjutkan oleh putranya yang bernama Muhammad Seman. 6. Perlawanan Teuku Umar di Aceh (1873-1899) Teuku Umar dilahirkan di Meulaboh, Aceh Barat, pada tahun 1854. Ia anak seorang uleebalang (hulubalang) bernama Teuku Achmad Mahmud dari perkawinannya dengan adik perempuan Raja Meulaboh. Umar mempunyai dua orang saudara perempuan dan tiga saudara laki-laki. Nenek moyang Umar adalah Datuk Makhudum Sati yang berasal dari Minangkabau. Dia merupakan keturunan dari Laksamana Muda Nanta yang merupakan perwakilan Kesultanan Aceh pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda di Pariaman. Salah seorang keturunan Datuk Makhudum Sati pernah berjasa terhadap Sultan Aceh, yang pada waktu itu terancam oleh seorang Panglima Sagi yang ingin merebut kekuasaannya. Berkat jasanya tersebut, orang itu diangkat menjadi Uleebalang VI Mukim dengan gelar Teuku Nan Ranceh. Teuku Nan Ranceh mempunyai dua orang putra, yaitu Teuku Nanta Setia dan Teuku Ahmad Mahmud. Sepeninggal Teuku Nan Ranceh, Teuku Nanta Setia menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Uleebalang VI Mukim. la mempunyai anak perempuan bernama Cut Nyak Dhien. Teuku Umar dari kecil dikenal sebagai anak yang cerdas, pemberani, dan kadang suka berkelahi dengan teman-teman sebayanya. Ia juga memiliki sifat yang keras dan pantang menyerah dalam menghadapi segala persoalan. Teuku Umar tidak pernah mendapatkan pendidikan formal. Meski demikian, ia mampu menjadi seorang pemimpin yang kuat, cerdas, dan pemberani. Ketika Perang Aceh meletus pada 1873, Teuku Umar ikut serta berjuang bersama pejuang-pejuang Aceh lainnya. Ketika itu, umurnya baru menginjak 19 tahun. Mulanya ia berjuang di kampungnya sendiri, kemudian dilanjutkan ke Aceh Barat.



25



Pada umur yang masih muda ini, Teuku Umar sudah diangkat sebagai keuchik gampong (kepala desa) di daerah Daya Meulaboh. Pada usia 20 tahun, Teuku Umar menikah dengan Nyak Sofiah, anak Uleebalang Glumpang. Untuk meningkatkan derajat dirinya, Teuku Umar kemudian menikah lagi dengan Nyak Malighai, putri dari Panglima Sagi XXV Mukim. Pada tahun 1880, Teuku Umar menikahi janda Cut Nyak Dhien, putri pamannya, Teuku Nanta Setia. Suami Cut Nya Dien, yaitu Teuku Ibrahim Lamnga meninggal dunia pada Juni 1878 dalam peperangan melawan Belanda di Gle Tarun. Keduanya kemudian berjuang bersama melancarkan serangan terhadap pos-pos Belanda. Teuku Umar kemudian mencari strategi untuk mendapatkan senjata dari pihak Belanda. Akhirnya, Teuku Umar berpura-pura menjadi antek Belanda. Belanda berdamai dengan pasukan Teuku Umar pada tahun 1883. Gubernur Van Teijn pada saat itu juga bermaksud memanfaatkan Teuku Umar sebagai cara untuk merebut hati rakyat Aceh. Teuku Umar kemudian masuk dinas militer. Ketika bergabung dengan Belanda, Teuku Umar menundukkan pos-pos pertahanan Aceh. Hal tersebut dilakukan Teuku Umar secara pura-pura untuk mengelabuhi Belanda agar Teuku Umar diberi peran yang lebih besar. Taktik tersebut berhasil. Sebagai kompensasi atas keberhasilannya itu, permintaan Teuku Umar untuk menambah 17 orang panglima dan 120 orang prajurit, termasuk seorang Pang Laot (Panglima Laut) sebagai tangan kanannya, dikabulkan. Tahun 1884, Kapal Inggris “Nicero” terdampar. Kapten dan awak kapalnya disandera oleh Raja Teunom. Raja Teunom menuntut tebusan senilai 10 ribu dolar tunai. Oleh pemerintah kolonial Belanda, Teuku Umar ditugaskan untuk membebaskan kapal tersebut, karena kejadian tersebut telah mengakibatkan ketegangan antara Inggris dengan Belanda. Teuku Umar menyatakan bahwa merebut kembali Kapal “Nicero” merupakan pekerjaan yang berat. Sebab, tentara Raja Teunom sangat kuat, sehingga Inggris sendiri tidak dapat merebutnya kembali. Namun, ia sanggup merebut kembali asal diberi logistik dan senjata yang banyak sehingga dapat bertahan dalam jangka waktu 74 yang lama. Dengan perbekalan perang yang cukup banyak, Teuku Umar berangkat dengan Kapal “Bengkulen” ke Aceh Barat dengan membawa 32 orang tentara Belanda dan beberapa panglimanya. Tidak lama, Belanda dikejutkan berita yang menyatakan bahwa semua tentara Belanda yang ikut dibunuh di tengah laut. Seluruh senjata dan perlengkapan perang lainnya dirampas. Sejak itu, Teuku Umar kembali memihak pejuang Aceh untuk melawan Belanda. Teuku Umar juga menyarankan Raja Teunom agar tidak mengurangi tuntutannya. Teuku Umar membagikan senjata hasil rampasan kepada tentara Aceh dan memimpin kembali perlawanan rakyat. Teuku Umar juga berhasil merebut kembali daerah 6 Mukim dari tangan Belanda. Nanta Setia, Cut Nyak Dhien, dan Teuku Umar kembali ke daerah 6 Mukim dan tinggal di Lampisang, Aceh Besar, yang juga menjadi markas tentara Aceh.



26



Dua tahun setelah insiden Nicero, pada 15 Juni 1886 merapatlah ke Bandar Rigaih Kapal “Hok Canton” yang dinakhodai pelaut Denmark bernama Kapten Hansen, dengan maksud menukarkan senjata dengan lada. Hansen bermaksud menjebak Umar untuk naik ke kapalnya, menculiknya, dan membawa lari lada yang bakal dimuat ke Pelabuhan Ulee Lheu dan diserahkan kepada Belanda yang telah menjanjikan imbalan sebesar $ 25 ribu untuk kepala Teuku Umar. Umar curiga dengan syarat yang diajukan Hansen dan mengirim utusan. Hansen berkeras Umar harus datang sendiri. Teuku Umar lalu mengatur siasat. Pagi dini hari, salah seorang panglima bersama 40 orang prajuritnya menyusup ke kapal. Hansen tidak tahu kalau dirinya sudah dikepung. Paginya, Teuku Umar datang dan menuntut pelunasan lada sebanyak $ 5 ribu. Namun, Hansen ingkar janji dan memerintahkan anak buahnya menangkap Umar. Teuku Umar sudah siap dan memberi isyarat kepada anak buahnya. Hansen berhasil dilumpuhkan dan tertembak ketika berusaha melarikan diri. Nyonya Hansen dan John Fay ditahan sebagai sandera, sedangkan awak kapal dilepas. Belanda sangat marah karena rencananya gagal. Perang pun berlanjut. Pada tahun 1891, Teungku Chik Di Tiro dan Teuku Panglima Polem VIII Raja Kuala (ayah dari Teuku Panglima Polem IX Muhammad Daud) gugur dalam pertempuran. Belanda sebenarnya pun sangat kesulitan karena biaya perang terlalu besar dan lama. Teuku Umar sendiri merasa perang ini sangat menyengsarakan rakyat. Rakyat tidak bisa bekerja sebagaimana biasanya, petani tidak dapat lagi mengerjakan sawah ladangnya. Teuku Umar pun mengubah taktik dengan cara menyerahkan diri kembali kepada Belanda. September 1893, Teuku Umar menyerahkan diri kepada Gubernur Deykerhooff di Kutaraja bersama 13 orang panglima bawahannya setelah mendapat jaminan keselamatan dan pengampunan. Teuku Umar dihadiahi gelar “Teuku Johan Pahlawan Panglima Besar Nederland”. Istrinya, Cut Nyak Dhien, sempat bingung, malu, dan marah atas keputusan suaminya itu. Umar suka menghindar apabila terjadi percekcokan. Teuku Umar menunjukkan kesetiaannya kepada Belanda dengan sangat meyakinkan. Setiap pejabat yang datang ke rumahnya selalu disambut dengan menyenangkan. Ia selalu memenuhi setiap panggilan dari gubernur Belanda di Kutaraja dan memberikan laporan yang memuaskan sehingga ia mendapat kepercayaan yang besar dari gubernur Belanda. Kepercayaan itu dimanfaatkan dengan baik demi kepentingan perjuangan rakyat Aceh selanjutnya. Sebagai contoh, dalam peperangan, Teuku Umar hanya melakukan perang pura-pura dan hanya memerangi Uleebalang yang memeras rakyat (misalnya Teuku Mat Amin). Pasukannya disebarkan bukan untuk mengejar musuh, melainkan untuk menghubungi para pemimpin pejuang Aceh dan menyampaikan pesan rahasia. Pada suatu hari di Lampisang, Teuku Umar mengadakan pertemuan rahasia yang dihadiri para pemimpin pejuang Aceh untuk membicarakan rencana Teuku Umar untuk kembali memihak Aceh dengan membawa lari semua senjata dan perlengkapan perang milik Belanda yang dikuasainya. Cut Nyak Dhien pun sadar bahwa selama ini suaminya telah bersandiwara di hadapan Belanda untuk mendapatkan keuntungan demi perjuangan Aceh. Bahkan, gaji yang diberikan



27



Belanda secara diam-diam dikirim kepada para pemimpin pejuang untuk membiayai perjuangan. Pada 30 Maret 1896, Teuku Umar keluar dari dinas militer Belanda dengan membawa pasukannya beserta 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, 500 kilogram amunisi, dan uang 18.000 dolar. Berita larinya Teuku Umar menggemparkan pemerintah kolonial Belanda. Gubernur Deykerhooff dipecat dan digantikan oleh Jenderal Vetter. Tentara baru segera didatangkan dari Pulau Jawa. Vetter mengajukan ultimatum kepada Umar untuk menyerahkan kembali semua senjata kepada Belanda. Umar tidak mau memenuhi tuntutan itu. Maka, pada 26 April 1896, Teuku Johan Pahlawan dipecat sebagai Uleebalang Leupung dan Panglima Perang Besar Gubernemen Hindia Belanda. Teuku Umar mengajak uleebalang-uleebalang yang lain untuk memerangi Belanda. Seluruh komando perang Aceh mulai tahun 1896 berada di bawah pimpinan Teuku Umar. la dibantu oleh istrinya, Cut Nyak Dhien, dan Panglima Pang Laot serta mendapat dukungan dari Teuku Panglima Polem Muhammad Daud. Pertama kali dalam sejarah Perang Aceh, tentara Aceh dipegang oleh satu komando. Pada Februari 1898, Teuku Umar tiba di wilayah VII Mukim Pidie bersama seluruh kekuatan pasukannya lalu bergabung dengan Panglima Polem. Pada 1 April 1898, Teuku Panglima Polem bersama Teuku Umar dan para Uleebalang serta para ulama terkemuka lainnya menyatakan sumpah setianya kepada Raja Aceh Sultan Muhammad Daud Syah. Pada Februari 1899, Jenderal Van Heutsz mendapat laporan dari mata-matanya mengenai kedatangan Teuku Umar di Meulaboh dan segera menempatkan sejumlah pasukan yang cukup kuat di perbatasan Meulaboh. Malam menjelang 11 Februari 1899, Teuku Umar bersama pasukannya tiba di pinggiran Kota Meulaboh. Pasukan Aceh terkejut ketika pasukan Van Heutsz mencegat. Posisi pasukan Umar tidak menguntungkan dan tidak mungkin mundur. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan pasukannya adalah bertempur. Dalam pertempuran itu, Teuku Umar gugur terkena peluru musuh yang menembus dadanya. Jenazahnya dimakamkan di Mesjid Kampung Mugo di Hulu Sungai Meulaboh. Mendengar berita kematian suaminya, Cut Nyak Dhien sangat bersedih. Namun, itu bukan berarti perjuangan telah berakhir. Dengan gugurnya suaminya tersebut, Cut Nyak Dhien bertekad untuk meneruskan perjuangan rakyat Aceh melawan Belanda. Ia pun mengambil alih pimpinan perlawanan pejuang Aceh. 7. Perlawanan Sisingamangaraja (1878 - 1907) Sisingamangaraja XII (lahir di Bakara, 18 Februari 1845, meninggal di Dairi, 17 Juni 1907 pada umur 62 tahun) adalah seorang raja di Negeri Toba, Sumatra Utara dan pejuang yang berperang melawan Belanda. Sebelumnya, ia dimakamkan di Tarutung Tapanuli Utara, lalu dipindahkan ke Soposurung, Balige pada tahun 1953. Nama kecil Sisingamangaraja XII adalah Patuan Bosar, yang kemudian digelari Ompu Pulo Batu. Ia juga dikenal dengan Patuan Bosar Ompu Pulo Batu. Ia naik takhta pada tahun 1876 untuk menggantikan ayahnya, Sisingamangaraja XI yang bernama Ompu Sohahuaon. Selain itu, ia juga disebut juga sebagai Raja Imam. Penobatan Sisingamangaraja XII sebagai maharaja di Negeri Toba bersamaan dengan dimulainya open door policy (politik pintu terbuka) Belanda dalam



28



mengamankan modal asing yang beroperasi di Hindia Belanda. Ia tidak mau menandatangani Korte Verklaring (perjanjian pendek) di Sumatra, terutama Kesultanan Aceh dan Toba karena kerajaan ini membuka hubungan dagang dengan negara-negara Eropa lainnya. Di sisi lain, Belanda sendiri berusaha untuk menanamkan monopolinya atas kerajaan tersebut. Politik yang berbeda ini mendorong situasi selanjutnya untuk melahirkan Perang Tapanuli yang berkepanjangan hingga puluhan tahun. Sisingamangaraja adalah keturunan seorang pejabat yang ditunjuk oleh Raja Pagaruyung yang sangat berkuasa ketika itu, yang datang berkeliling Sumatra Utara untuk menempatkan pejabat-pejabatnya. Dalam sepucuk surat kepada Marsden bertahun 1820, Raffles menulis bahwa para pemimpin Batak menjelaskan kepadanya mengenai Sisingamangaraja yang merupakan keturunan Minangkabau dan bahwa di Silindung terdapat sebuah arca batu berbentuk manusia sangat kuno yang diduga dibawa dari Pagaruyung. Sampai awal abad ke-20, Sisingamangaraja masih mengirimkan upeti secara teratur kepada pemimpin Minangkabau melalui perantaraan Tuanku Barus yang bertugas menyampaikannya kepada pemimpin Pagaruyung. Tahun 1877, para misionaris di Silindung dan Bahal Batu meminta bantuan kepada pemerintah kolonial Belanda dari ancaman diusir oleh Singamangaraja XII. Kemudian, pemerintah Belanda dan para penginjil sepakat untuk tidak hanya menyerang markas Sisingamangaraja XII di Bakara, tetapi sekaligus menaklukkan seluruh Toba. Pada 6 Februari 1878, pasukan Belanda sampai di Pearaja, tempat kediaman penginjil Ingwer Ludwig Nommensen. Kemudian, beserta penginjil Nommensen dan Simoneit sebagai penerjemah, pasukan Belanda terus menuju ke Bahal Batu untuk menyusun benteng pertahanan. Namun, kehadiran tentara kolonial ini telah memprovokasi Sisingamangaraja XII yang kemudian mengumumkan pulas (perang) pada 16 Februari 1878 dan penyerangan ke pos Belanda di Bahal Batu mulai dilakukan. Pada 14 Maret 1878, datang Residen Boyle bersama tambahan pasukan yang dipimpin oleh Kolonel Engels sebanyak 250 orang tentara dari Sibolga. Pada 1 Mei 1878, Bakkara, pusat pemerintahan Sisingamangaraja diserang pasukan kolonial dan pada 3 Mei 1878, seluruh Bakkara dapat ditaklukkan. Namun, Sisingamangaraja XII beserta pengikutnya dapat menyelamatkan diri dan terpaksa keluar mengungsi. Sementara para raja yang tertinggal di Bakara dipaksa Belanda untuk bersumpah setia dan kawasan tersebut dinyatakan berada dalam kedaulatan pemerintah Hindia Belanda. Walaupun Bakara telah ditaklukkan, Sisingamangaraja XII terus melakukan perlawanan secara gerilya. Namun, sampai akhir Desember 1878, beberapa kawasan seperti Butar, Lobu Siregar, Naga Saribu, Huta Ginjang, serta Gurgur juga dapat ditaklukkan oleh pasukan kolonial Belanda. Di antara tahun 1883-1884, Sisingamangaraja XII berhasil melakukan konsolidasi pasukannya. Kemudian, bersama pasukan bantuan dari Aceh, secara ofensif menyerang kedudukan Belanda, di antaranya Uluan dan Balige pada Mei 1883 serta Tangga Batu pada tahun 1884.



29



Sisingamangaraja XII meninggal pada 17 Juni 1907 dalam sebuah pertempuran dengan Belanda di pinggir Bukit Lae Sibulbulen, di suatu desa yang bernama Si Ennem Kodn, di perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi yang sekarang. Sebuah peluru menembus dadanya akibat tembakan pasukan Belanda yang dipimpin Kapten Hans Christoffel. Menjelang napas terakhir, ia tetap berucap, “Ahu (aku) … Sisingamangaraja.” Turut gugur pada waktu itu dua putranya, Patuan Nagari dan Patuan Anggi, serta putrinya, Lopian. Sementara itu, keluarganya yang tersisa ditawan di Tarutung. Sisingamangaraja XII sendiri kemudian dikebumikan Belanda secara militer pada 22 Juni 1907 di Silindung setelah sebelumnya mayatnya diarak dan dipertontonkan kepada masyarakat Toba. Makamnya kemudian dipindahkan ke Makam Pahlawan Nasional di Soposurung, Balige sejak 14 Juni 1953. I. Konflik Inggris Dengan Belanda Memperebutkan Pulau Jawa Pada bulan Mei 1811 Daendels dipanggil Kaisar Napoleon untuk kembali ke Belanda. Kedatangan gubernur jenderal yang baru pengganti Daendels membawa angin segar bagi raja-raja Jawa. Karakter gubernur jenderal yang baru ini berbanding terbalik dengan Daendels sehingga cepat mendapatkan simpati di lingkungan yang dipimpinnya. Jan Willem Janssens memang mempunyai karakter yang jujur, kebapakan, dan sabar. Janssens memerintah sejak tanggal 6 Mei 1811 dan tidak lagi memusatkan perhatian kepada raja-raja Jawa tetapi pada mempersiapkan strategi dan infrastruktur pertahanan Jawa dalam rangka menghadapi invansi pasukan Inggris yang sudah semakin dekat. Karena hubungan yang baik dengan raja-raja Jawa Janssens meminta bantuan militer kepada raja-raja Jawa, termasuk juga Kesultanan Yogyakarta. Selain bantuan militer Janssens tidak meminta bantuan dalam bentuk apa pun. Sikap Janssens ini dipertahankan sampai ia menandatangani Kapitulasi Tuntang pada 18 September 1811 dan menyerahkan wilayah koloni Jawa kepada Inggris. Untuk menghadapi Belanda di Jawa, Inggris sudah bersiap di Malaka dengan kekuatan 12.000 serdadu terlatih yang didatangkan langsung dari resimen-resimen garis depan, batalion-batalion Sepoy Benggala dan pasukan artileri berkuda dari Madras. Inggris di bawah komando Raffles berkirim surat kepada raja-raja Jawa yang isinya Inggris siap membantu mereka untuk mengakhiri segala sesuatu yang berkaitan antara raja-raja Jawa dengan rezim Perancis-Belanda. Bukan itu saja, Raffles juga berkirim surat kepada Sultan Sepuh dan berjanji akan memulihkan martabatnya dan mengembalikan kekuasaannya sebagai raja. Para raja Jawa itu juga diminta membatalkan atau tidak membuat perjanjian apa pun dengan rezim Belanda dan menunggu saja kedatangan Inggris. Dengan janji Raffles itu seakan-akan Inggris berbeda dengan Belanda yang kejam dan serakah. Dengan adanya surat itu pupus sudah harapan Rezim Belanda di bawah kekuasaan Janssens untuk meminta bantuan raja-raja Jawa, walaupun hanya berupa tentara untuk melawan Inggris.



30



Untuk menghadapi tentara Inggris, rezim Belanda menyiapkan 17.774 tentara warisan Daendels. Tentara sejumlah itu merupakan jerih payah Daendels untuk mengorganisasi pertahanan militer yang semula hanya berjumlah 7.000 tentara. Pada 3 Agustus 1811 tentara Inggris yang dipimpin oleh Kolonel (kelak Mayor Jenderal Sir) Samuel Gibbs melakukan pendaratan besar-besaran. Sejumlah kapal dikerahkan untuk menggempur rezim Belanda di Jawa. Ada 81 kapal baik kapal angkut maupun kapal perang mendarat di pantai Batavia, di Cilincing, dan pada 8 Agustus 1811 Kota Tua (Batavia) berhasil direbut Raffles. Janssens berusaha mempertahankan kekuasaannya bersama dengan tentaranya di Meester Cornelis (sekarang Jatinegara), akan tetapi gelombang tentara Inggris yang dahsyat tidak dapat dibendung Janssens. Dalam pertempuran itu, tentara Belanda dibuat berantakan sehingga 50 persen serdadu Eropa dan Ambon tewas. Tentara bantuan dari Jawa dan Madura juga 80 persen tewas. Pertempuran tidak seimbang itu kelak diabadikan di daerah sekitar Jatinegara sebagai nama daerah Rawabangke atau Rawaangke tempat di mana para korban pertempuran mati di rawa-rawa secara bertumpuk-tumpuk. Meester Cornelis (Jatinegara) jatuh pada 26 Agustus 1811 dan mengakibatkan 500 serdadu korban tewas di pihak Inggris. Janssens kemudian memindahkan pusat pertahanan dan pemerintahan ke Semarang. Di sana ia menyusun lagi kekuatan militernya. Tetapi karena ia sudah banyak kehilangan tentara di Meester Cornelis (Jatinegara), maka gempuran Inggris yang mendaratkan pasukannya pada 12 September 1811 sebanyak 1.600 yang dikomandani Kolonel Samuel Gibbs membuat Janssens tidak berdaya. Akhirnya, empat hari setelah pendaratan tentara Inggris di Semarang, tepatnya di Jatingaleh dekat Srondol di daratan tinggi Semarang, Janssens dan sekutu-sekutu Jawanya (prajurit Kesunanan dan Mangkunegaran) dapat dikalahkan dengan telak, karena sebagian besar dari tentara campuran itu melarikan diri. Tapi Janssens tidak begitu mudah menyerah. Ia mundur ke Salatiga untuk kembali menyusun kekuatan kembali. Ketika tentara Inggris mendarat di Semarang Pangeran Notokusumo dan putranya disuruh Raffles pergi ke Surabaya dan berada di sana. Tentara Inggris yang beringas itu terus merangsek ke depan menghancurkan sisasisa tentara Belanda. Akhirnya pada 18 September 1811 di atas Jembatan Kali Tuntang Janssens dengan terpaksa menandatangani surat pernyataan menyerah. Isi perjanjian Tuntang yaitu: 1. Jawa dan semua pangkalannya (Madura, Palembang, Makassar, dan Sunda Kecil) diserahkan kepada Inggris. 2. Militer-militer Belanda menjadi tawanan Inggris. 3. Pegawai-pegawai sipil yang ingin bekerja, dapat bekerja terus dalam pemerintahan Inggris. Engelhard tetap menjadi minister walaupun dia orang Belanda. Setelah Janssens menyerah, pemerintahan Raffles mengambil kebijakan bahwa semua pejabat sipil dalam pemerintahan Prancis-Belanda diizinkan untuk terus bekerja demi melayani pemerintahan yang baru, yakni Inggris. Dari orang-orang inilah agaknya Raffles mendapatkan informasi bahwa Sultan Sepuh adalah raja Jawa yang suka membangkang terhadap kekuasaan asing di Jawa. Sementara itu para



31



pejabat militer yang menjadi tawanan perang dan dikirim ke Benggala. Sejak saat itu, rezim Inggris menancapkan hegemoninya di tanah Jawa di bawah komando Raffles. J. Geger Sepoy (1812) Sultan Hamengku Buwono II atau dikenal dengan Sultan Sepuh memang tokoh yang tidak mengenal kompromi dengan pihak asing yang bertujuan menginjak-injak harga diri dan martabat kesultanan Yogyakarta. Untuk itulah dia berkali kali turun tanhta. Mengikuti pergolakan dan perang di Eropa maka pihak asing di tanah Jawa pada akhir tahun 1700-an dan awal tahun 1800-an berkutat pada tiga negara yaitu Perancis, Belanda dan Inggris. Sultan Sepuh diturunkan dari takhtanya pertama kali pada tahun 1810 pada saat Daendels sebagai wakil Perancis dan gubernur jenderal yang berkuasa. Penyebabnya adalah Sultan Sepuh tidak mau tunduk pada aturan Daendels yang ingin menjadikan Kesultanan Yogyakarta sebagai bawahannya. Sultan Sepuh tetap memegang tradisi, budaya dan adat istiadat keraton yang akan diubah Dendels menjadi keraton yang berhaluan liberalisme misalnya tempat duduk raja harus sejajar dengan residen Yogyakarta atau sejajar dengan tempat duduk gubernur jenderal di Batavia. Karena Sultan Sepuh menentang maka Daendels mengirim tentara sebanyak 3.200 tentara untuk menggempur Yogyakarta. Akhirnya Sultan sepuh bersedia diturunkan dari takhtanya dari pada banyak korban di pihak rakyat. Kesultanan kemudian diserahkan kepada Putra Mahkota sebagai “Pangeran Wali” yaitu Pangeran Surojo. Tetapi saat itu walaupun Sultan Sepuh turun takhta tetap diperbolehkan di keraton sehingga segala keputusan keraton masih dikendalikan oleh Sultan Sepuh. Ketika Inggris datang ke tanah Jawa merebut Jawa dari tangan kekuasaan Perancis-Belanda maka Sultan Sepuh naik takhta lagi menggantikan Putra mahkota. Ketika Inggris menguasai Jawa dan Sultan Sepuh naik takhta kembali, Sultan Sepuh juga tidak mau tunduk kepada aturan yang diberlakukan oleh Inggris di bawah Raffles. Tempat duduk Sultan Sepuh harus lebih tinggi dari residen Inggris di Yogyakarta dan tempat duduk Raffles sendiri apabila mereka bertemu dalam sebuah perundingan. Cara meninggikan tempat duduk itu dengan mengganjal kursi dengan kursi kecil di bawahnya sehingga tampak lebih tinggi. Hal itu kemudian membuat Raffles memutuskan menurunkan Sultan sepuh dan diganti dengan Putra mahkota yang naik takhta. Akhirnya Raffles mengultimatum Sultan Sepuh dengan membawa tentara Sepoy dan Inggris agar Sultan Sepuh turun takhta dan kedudukan raja digantikan Putra Mahkota. Apabila tidak turun takhta maka keraton Yogyakarta akan diserang Inggris. Karena Sultan Sepuh tidak menuruti perintah Inggris maka pada tanggal 18, 19 dan 20 Juni 1812 Keraton Yogyakarta diserang tentara Sepoy dan Inggris yang berjumlah 1200 tentara. Serangan itu disebut Geger Sepoy karena tentara Inggris membawa prajurit Sepoy dari India sebagai tentara bayaran. Setelah Keraton Yogyakarta kalah dalam penyerbuan, Sultan Sepuh ditangkap dan diputuskan dibuang ke Pulau Penang (sekarang wilayah Malaysia). Sedangkan harta milik keraton Yogyakarta dijarah habis oleh tentara Sepoy dan tentara Inggris.



32



Harta itu berupa uang, emas, berlian, keris dan lain sebagainya. Tidak itu saja Kekayaan intelektual milik keraton Yogyakarta baik berupa manuskrip, arsip keraton, gamelan juga turut dirampas oleh tentara Inggris dan Sepoy. Raffles kemudian mengangkat Pangeran Surojo sebagai Putra Mahkota naik takhta menjadi Sultan Hamengku Buwono III dan sejak itu Kesultanan Yogyakarta menjadi kekuasaan Inggris hingga Inggris pergi dari tanah Jawa karena hasil perjanjian London yang mengharuskan Inggris pergi dari Jawa dan diganti dengan kolonial Belanda menguasai Indonesia.



K. Perlawanan Tuanku Imam Bonjol di Minangkabau (1821-1838) Muhammad Shahab atau lebih dikenal dengan nama Tuanku Imam Bonjol adalah seorang ulama dan pemimpin yang memiliki peran penting dalam melawan Belanda ketika Perang Padri yang terjadi pada 1803-1838. Imam Bonjol lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat pada 1772. Ia merupakan anak dari pasangan Bayanuddin dan Hamatun. Ayahnya adalah seorang alim ulama dari Sungai Rimbang, Suliki. Sebagai anak seorang alim ulama, Imam Bonjol dididik dan dibesarkan secara Islami. Sejak 1800 hingga 1802, Imam Bonjol menimba dan mendalami ilmu-ilmu agama Islam di Aceh. Usai menuntaskan masa pendidikannya, ia pun mendapat gelar Malin Basa, yakni gelar untuk tokoh yang dianggap besar atau mulia. Ia adalah sosok yang ingin menegakkan kebenaran. Perjalanan Tuanku Imam Bonjol dalam menegakkan kebenaran terbagi dalam beberapa periode sebagai berikut. a. Periode 1803-1821. Ketika itu kaum Padri, yang di dalamnya juga termasuk Imam Bonjol, hendak membersihkan dan memurnikan ajaran Islam yang cukup banyak diselewengkan. Kala itu, kalangan ulama di Kerajaan Pagaruyung menghendaki Islam yang berpegang teguh pada Alquran serta sunah-sunah Rasulullah SAW. Dalam proses perundingan dengan kaum adat, tidak didapatkan sebuah kesepakatan yang dirasa adil untuk kedua belah pihak. Seiring dengan macetnya perundingan, kondisi pun kian bergejolak hingga akhirnya kaum Padri di bawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang Pagaruyung pada 1815. Pertempuran pun pecah di Koto Tangah, dekat Batu Sangkar. b. Periode 1821-1825. Pada Februari 1821, kaum adat yang tengah digempur menjalin kerja sama dengan Hindia Belanda untuk membantunya melawan kaum Padri. Sebagai imbalannya, Hindia Belanda mendapatkan hak akses dan penguasaan atas wilayah Darek (pedalaman Minangkabau). Salah satu tokoh yang menghadiri perjanjian dengan Hindia Belanda kala itu adalah Sultan Tangkal Alam Bagagar, anggota keluarga dinasti Kerajaan Pagaruyung. Meskipun dibantu oleh kekuatan dan pasukan kolonial dalam peperangan, kaum Padri tetap sulit ditaklukkan. Oleh karena itu, Hindia Belanda melalui Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch mengajak pemimpin kaum Padri, yang kala itu telah



33



diamanahkan kepada Imam Bonjol, untuk berdamai. Tanda dari perjanjian damai tersebut adalah dengan menerbitkan maklumat Perjanjian Masang pada 1824. c. Periode 1825-1830. Pada tahun 1825, di Pulau Jawa sedang terjadi Perang Diponegoro. Belanda menghadapi kesulitan. Mereka harus mengerahkan kekuatan militernya ke Pulau Jawa. Oleh karena itu, Belanda bermaksud mengadakan perjanjian damai dengan Imam Bonjol. Pada 29 Oktober 1825, Belanda berhasil mengadakan perjanjian damai dengan kaum Padri yang terkenal dengan sebutan Perjanjian Padang. Isi perjanjian tersebut adalah kedua belah pihak sepakat mengadakan gencatan senjata. Setelah perjanjian itu, selama empat tahun Tanah Minangkabau aman, tidak ada peperangan antara kaum Padri dengan Belanda. d. Periode 1830-1838. Perang Diponegoro selesai pada tahun 1830, pasukan Belanda dialihkan untuk menyerang Imam Bonjol. Pada pertengahan tahun 1832, Belanda mengirimkan pasukannya ke Sumatra Barat. Benteng Padri berhasil direbut Belanda. Namun, pada tahun 1833, benteng itu dapat direbut kembali oleh pasukan Imam Bonjol dari tangan Belanda. Belanda terus berusaha menundukkan Iman Bonjol. Kemudian, Belanda menggunakan siasat benteng. Pasukan Belanda dipimpin Jenderal Michiels. Ketika itu, kaum Padri sudah bersatu dengan kaum adat untuk bersama-sama melawan Belanda. Pada tahun 1833, kondisi peperangan pun berubah. Kaum adat akhirnya bergabung dan bahu-membahu dengan kaum Padri melawan pasukan kolonial. Bersatunya kaum adat dan Padri ini dimulai dengan adanya kompromi yang dikenal dengan nama Plakat Puncak Pato di Tabek Patah. Dari sana lahirlah sebuah konsensus adat basandi syarak, yakni adat berdasarkan agama. Bergabungnya kaum adat dan kaum Padri tentu semakin menyulitkan pasukan Hindia Belanda. Kendati sempat melakukan penyerangan bertubi-tubi dan mengepung benteng kaum Padri di Bonjol pada Maret hingga Agustus 1837, hal tersebut tak mampu menundukkan perlawanan kaum Padri. Hindia Belanda bahkan tiga kali mengganti komandan perangnya untuk menaklukkan benteng kaum Padri tersebut. Sadar bahwa taktik dan strategi perangnya kalah oleh kaum Padri, pemerintah Hindia Belanda pun mengambil jalan pintas. Pada tahun 1837, mereka mengundang Imam Bonjol sebagai pemimpin kaum Padri ke Palupuh untuk kembali merundingkan perdamaian. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Hindia Belanda memanfaatkan momen perundingan untuk menjerat Imam Bonjol. Sesampainya di Palupuh, Imam Bonjol ditangkap. Tak hanya ditangkap, pemimpin kaum Padri itu pun diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Perjalanan pengasingan Imam Bonjol tak berhenti di sana. Dia sempat dibuang ke Ambon. Pengasingannya terhenti di Lotak, Minahasa, dekat Manado, Sulawesi Selatan. Di tempat pengasingannya yang terakhir itu Imam Bonjol mengembuskan napas terakhirnya pada 8 November 1864. Setelah



34



Imam Bonjol tertangkap, akhirnya seluruh Sumatra Barat jatuh ke tangan Belanda. Itu berarti, seluruh perlawanan dari kaum Padri berhasil dipatahkan oleh Belanda. L. Perlawanan Pangeran Diponegoro di Jawa (1825-1830) Belanda di Surakarta dan Yogyakarta semakin bertambah pengaruhnya pada permulaan abad ke-19. Khususnya di Yogyakarta, campur tangan Belanda telah menjadikan kekecewaan di kalangan kerabat keraton yang kemudian menjadikan perlawanan di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro. Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwano III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Ia Lahir pada 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir, istri non permaisuri) bernama R.A. Mangkarawati yang berasal dari Pacitan. Sultan Hamengkubuwano III menghendaki Pangeran DiponegoroPerlawanan Pangeran Diponegoro di Jawa (1825-1830) Belanda di Surakarta dan Yogyakarta semakin bertambah pengaruhnya pada permulaan abad ke19. Khususnya di Yogyakarta, campur tangan Belanda telah menjadikan kekecewaan di kalangan kerabat keraton yang kemudian menjadikan perlawanan di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro. Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwano III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Ia Lahir pada 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir, istri non permaisuri) bernama R.A. Mangkarawati yang berasal dari Pacitan. Sultan Hamengkubuwano III menghendaki Pangeran Diponegoro menjadi raja karena selain berstatus putra tertua, ia juga cakap, ahli agama, dan dianggap mampu melaksanakan cita-cita leluhurnya. Bahkan, Inggris menyarankan kepada Sultan Hamengkubuwano III untuk mengangkat Diponegoro menjadi putra mahkota. Namun, Diponegoro tidak mau dengan alasan bukan putra dari permaisuri (garwa padmi). Pangeran Diponegoro bernama kecil Raden Mas Mustahar, lalu diubah namanya oleh Hamengkubuwono III tahun 1805 menjadi Bendoro Raden Mas Ontowiryo. Sebab-sebab perlawanan Diponegoro, antara lain sebagai berikut. a. Adanya kekecewaan dan kebencian kerabat istana terhadap tindakan Belanda yang makin intensif mencampuri urusan keraton melalui Patih Danurejo (kaki tangan Belanda). b. Adanya kebencian dari rakyat pada umumnya dan para petani pada khususnya karena tekanan pajak yang sangat memberatkan. c. Adanya kekecewaan di kalangan para bangsawan, karena hak haknya banyak yang dikurangi. d. Sebagai alasannya, secara khusus ialah adanya pembuatan jalan oleh Belanda yang melewati makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo. Pertempuran pertama meletus pada 20 Juli 1825 di Tegalrejo. Setelah pertempuran di Tegalrejo, Pangeran Diponegoro dan pasukannya menyingkir ke Dekso. Di kawasan Plered, pasukan Diponegoro dipimpin oleh Kertapengalasan yang memiliki kemampuan yang cukup kuat.



35



Kabar mengenai pecahnya perang melawan Belanda segera meluas ke banyak daerah. Dengan dikumandangkannya perang sabil, di Surakarta oleh Kiai Mojo, di Kedu oleh Kiai Hasan Besari, dan di daerah-daerah lain, maka pada pertempuran tahun 1825- 1826 pasukan Belanda banyak terpukul dan terdesak. Melihat kenyatan ini, kemudian Belanda menggunakan usaha dan tipu daya untuk mematahkan perlawanan, antara lain sebagai berikut. a. Siasat benteng stelsel yang dilakukan oleh Jenderal de Kock mulai tahun 1827. 67 b. Siasat bujukan agar perlawanan menjadi reda. c. Siasat dukungan hadiah sebesar 20.000 ringgit kepada siapa saja yang dapat menangkap Pangeran Diponegoro. d. Siasat tipu muslihat, yaitu usul berunding dengan Pangeran Diponegoro dan akhirnya ditangkap. Dengan banyak sekali tipu daya, akhirnya satu per satu pemimpin perlawanan tertangkap dan menyerah, antara lain Pangeran Suryamataram dan Ario Prangwadono (tertangkap pada 19 Januari 1827), Pangeran Serang serta Notoprodjo (menyerah pada 21 Juni 1827), Pangeran Mangkubumi (menyerah pada 27 September 1829), dan Alibasah Sentot Prawirodirdjo (menyerah pada 24 Oktober 1829). Semua itu merupakan pukulan yang berat bagi Pangeran Diponegoro. Melihat situasi yang demikian, pihak Belanda ingin menyelesaikan perang secara cepat. Jenderal de Kock melaksanakan tipu muslihat dengan mengajak berunding Pangeran Diponegoro. De Kock berjanji, apabila perundingan gagal, maka Diponegoro diperbolehkan kembali ke pertahanan. Atas dasar komitmen tersebut, Diponegoro mau berunding di rumah Residen Kedu, Magelang, pada 28 Maret 1830. Namun, De Kock ingkar janji sehingga Pangeran Diponegoro ditangkap saat perundingan mengalami kegagalan. Pangeran Diponegoro kemudian dibawa ke Batavia, dipindahkan ke Manado, dan pada tahun 1834 dipindahkan ke Makassar sampai wafatnya pada 8 Januari 1855. M. Tanam Paksa Dan Politik Pintu Terbuka Pada masa Van den Bosch (1830-1870) sebagai gubernur jenderal yang baru diberi tugas menyelamatkan keuangan Negeri Belanda. Untuk tugas itu, Van den Bosch menerapkan kebijakan sebagai berikut. Bosch menghapus sistem sewa tanah peninggalan Raffles dan menggantinya dengan sistem yang disebut cultuurstelsel. Secara harfiah, cultuurstelsel berarti sistem budaya. Oleh bangsa Indonesia, sistem itu disebut Tanam Paksa atau TP, karena dalam praktiknya rakyat dipaksa menanam tanaman ekspor seperti kopi, tarum (nila), tebu, tembakau, kayu manis, dan kapas. Kebijakan tanam paksa adalah sebagai berikut. 1) Mewajibkan setiap desa menyisakan 20 persen tanah untuk ditanami kopi, tebu, dan nila. Hasilnya dijual kepada pemerintah dengan harga yang sudah ditentukan. Tanah yang digunakan untuk tanam paksa bebas dari pajak. 2) Rakyat yang tidak memiliki tanah pertanian wajib mengerjakan tanah pertanian milik pemerintah selama 66 hari. 3) Waktu mengerjakan tanaman tidak boleh melebihi waktu tanam padi, yakni tiga bulan. 4) Kelebihan hasil produksi akan dikembalikan kepada rakyat. 5) Kerugian tanaman akibat bencana alam atau serangan hama sehingga gagal panen akan ditanggung oleh pemerintah. 6) Pengawasan dalam penggarapan tanam paksa dilakukan oleh para kepala desa.



36



Dalam pelaksanaannya, ternyata tanam paksa berbeda jauh dari konsep awalnya, yaitu sebagai berikut. 1) Tanah milik petani digunakan seluruhnya untuk tanam paksa. 2) Tanah yang digunakan tanam pajak tetap dikenakan pajak. 3) Warga yang tidak mempunyai tanah tetap bekerja di tanah pertanian pemerintahan selama satu tahun penuh. Bagi pemerintah Hindia Belanda, sistem TP berhasil dengan luar biasa. Kas Belanda menjadi surplus sehingga Bosch dipuja-puja sebagai tokoh yang memakmurkan dan menyejahterakan Negeri Belanda. Atas “jasanya” itu, Bosch diberi gelar bangsawan de Graaf. Gelar ini diberikan untuk orang-orang yang berjasa kepada negara. Namun demikian, Sistem TP banyak mendapat kritik dari berbagai pihak, termasuk orang-orang Belanda sendiri karena dianggap lebih kejam dari zaman VOC. Salah satu pengkritik yang paling keras adalah Eduard Douwes Dekker. Kritiknya ditulis dalam sebuah buku (novel) berjudul Max Havelaar dengan menggunakan nama samaran Multatuli. Isi buku (novel) itu menjelaskan kisah petani yang menderita karena kebijakan sewenang-wenang Belanda dan bertentangan dengan moral Eropa saat itu yang menjunjung tinggi semangat Revolusi Perancis: kesamaan, kebebasan, dan persaudaraan. Sistem TP kemudian dihapus pada tahun 1870 setelah dikeluarkan Undang-undang Agraria dan Undang-undang Gula. Tujuan dikeluarkan Undang-undang Agraria adalah sebagai berikut. 1) Melindungi hak milik petani dari penguasa dan modal asing. Hal ini reaksi dari pemerintah Belanda yang mengambil alih tanah rakyat dalam TP. 2) Pemodal asing dapat menyewa tanah rakyat seperti halnya di Inggris, Amerika, Jepang, dan Cina. 3) Membuka kesempatan rakyat untuk bekerja menjadi buruh perkebunan. Sementara itu, Undang-undang Gula memberi kesempatan kepada para pengusaha gula untuk mengambil alih pabrik gula milik pemerintah Belanda. Penerapan kedua undang-undang itu melatarbelakangi para pengusaha swasta untuk menanamkan modalnya di Indonesia sehingga era liberalisasi ekonomi dimulai di Indonesia. Politik Pintu Terbuka (1870-1900) 28 Tahun 1850, partai liberal di Belanda memenangkan pemilu sehingga partai ini menjalankan pemerintahan. Perkembangan liberalisme di Belanda dipicu oleh semangat Revolusi Perancis dan revolusi industri Inggris. Dampak dari kemenangan partai liberal adalah diterapkannya sistem ekonomi liberal, termasuk di negeri jajahan (Indonesia). Karena tergantung kepada modal individu dan swasta untuk menggerakkan perekonomian, maka sistem ini disebut sistem kapitalisme. 1) Penerapan Sistem Pintu Terbuka. Di Indonesia, sistem ekonomi liberal diwujudkan dalam bentuk kebijakan pintu terbuka. Hal tersebut sesuai dengan maksud utama kebijakan ini, yaitu membuka ruang (pintu) seluas-luasnya bagi swasta untuk melakukan kegiatan ekonomi. Kebijakan ini berhasil menarik minat banyak pengusaha, baik dari asing maupun dari etnis Tionghoa untuk menanamkan modalnya secara besarbesaran. Tidak hanya dalam bidang perkebunan, tetapi juga pertambangan. Berikut ini contoh perkebunan milik swasta asing yang ada di Indonesia. 1. Perkebunan tembakau di Deli (Sumatra Utara), Kedu, Klaten, dan lain-lain. 2.



37



Perkebunan tebu di Cirebon dan Semarang. 3. Perkebunan kina di Jawa Barat. 4. Perkebunan karet di Palembang dan Sumatra Timur. 5. Perkebunan kelapa sawit di Sumatra Utara. 6. Perkebunan teh di Jawa Barat. 7. Bersamaan dengan itu, para pengusaha juga mendirikan pabrik teh, tembakau, gula, rokok, dan pabrik cokelat. Sementara itu, pertambangan berkembang di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Batubara di Sumatra Barat dan Selatan, sedangkan timah di Pulau Bangka. 2) Dampak Kebijakan Pintu Terbuka. dampak dari Kebijakan Pintu terbuka? Bagi Belanda dan penguasa asing berdampak pada peningkatan kesejahteraan mereka, sedangkan bagi rakyat berdampak pada kesengsaraan dan penderitaan. Kebijakan ini menjadi tempat 29 eksploitasi baru yang tidak berbeda dengan TP. Eksploitasi tersebut adalah eksploitasi manusia dan eksploitasi agraria. 1. Eksploitasi Manusia. Eksploitasi manusia ialah pengerahan tenaga manusia yang diwarnai tipu daya dan paksaan, ketidakadilan, serta kesewenang-wenangan yang mereka alami di perkebunan. Contohnya adanya hukuman cambuk terhadap para kuli yang melakukan pelanggaran selama bekerja di perkebunan tembakau di Deli, Sumatra. Bagi yang melarikan diri mendapat hukuman denda, disekap, kerja tanpa upah, bahkan dibunuh. Kebijakan ini juga ditandai dengan pengiriman secara besar-besaran dan secara paksa tenaga kerja dari Jawa untuk dipekerjakan di perkebunan perkebunan Belanda di tanah jajahannya yang lain seperti di Suriname dan Guyana. Sekitar tahun 1890-an, orang Jawa dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang dikirim ke Suriname mencapai 32.965 orang. Setelah kemerdekaan, mereka hanya sebagian kecil yang kembali ke Indonesia. Perhitungan tahun 1972 sebanyak 57.688 keturunan Jawa berada di Suriname dan pada tahun 2004 berjumlah 71.879. 2. Eksploitasi Agraria. Eksploitasi agraria tampak dalam bentuk penggunaan lahan-lahan produktif yang sedang dikerjakan rakyat maupun lahan-lahan kosong yang masih berupa hutan untuk dijadikan perkebunan serta areal pertambangan. Pemanfaatan lahan produktif umumnya di Jawa, sedangkan perkebunan di Sumatra, dengan menggunakan lahan-lahan yang masih kosong. Ada beberapa dampak negatif dari kebijakan pintu terbuka bagi masyarakat Jawa, yakni sebagai berikut. 3. Para priayi dan birokrat kesultanan menyewakan tanah lungguhnya kepada para pengusaha perkebunan swasta asing karena lebih menguntungkan daripada disewakan kepada para petani penggarap. 4. Di lahan-lahan perkebunan tenaga kerjanya dari rakyat 30 Jawa dan sistem pengupahannya tidak adil karena sangat murah. 5. Sebagian dari rakyat Jawa dikirim ke Suriname untuk bekerja di perkebunan Belanda. 6. Para bupati di 18 wilayah keresidenan di Jawa ikut menyewakan sebagian tanahnya kepada pengusaha perkebunan asing dan memaksa rakyat di 18 keresidenan tersebut bekerja diperkebunan-



38



perkebunan tersebut. 7. Reaksi Terhadap Kebijakan Pintu Terbuka. Kebijakan tersebut sebagai tempat untuk mengeksploitasi rakyat sehingga Belanda semakin makmur. Hal ini membuat kaum humanis bersuara lantang. Sudah berabad-abad rakyat menderita demi kemakmuran Belanda sehingga sudah sepantasnya Belanda membalas budi dengan memajukan bangsa Indonesia, bukannya menyengsarakannya. Itulah gagasan dasar yang mendorong lahirnya politik etis. Salah satu penggagas munculnya politik etis adalah Van Deventer. Menurutnya, pemerintah Belanda harus melakukan sesuatu demi kesejahteraan kaum pribumi. N. Politik Etis Kebijakan politik etis menyangkut dua bidang, yakni politik dan ekonomi. Dalam bidang politik adalah diberlakukannya kebijakan desentralisasi, yaitu memberikan ruang, peran, serta Salam Historia Dari orang-orang Belanda ternyata ada yang peduli terhadap penderitaan rakyat, yakni Eduard Douwes Dekker (Multatuli). Dialah yang menghentikan praktek jahat Tanam Paksa karena karya novelnya yang berjudul “Akulah yang Menderita” atau Max Havelaar. Sikap kritis terhadap pemerintah Belanda rupanya menurun pada cucunya yang bernama Ernest Francois Eugene Dekker alias Ernest Douwes Dekker (Danudirja Setyabudi), pendiri Indische Partij yang tergabung dalam kelompok tiga serangkai bersama Ki Hadjar Dewantara dan Cipto Mangunkusuma. kesempatan bagi orang-orang Indonesia untuk memikirkan nasib dan masa depannya sendiri dengan melibatkan mereka di dewan-dewan lokal, yaitu sebuah dewan rakyat (masuk dalam pemerintahan) yang dikenal dengan Volksraad (Dewan Rakyat). Dewan ini semacam Dewan Perwakilan Rakyat. Melalui dewan ini, aspirasi rakyat disalurkan melalui wakil-wakilnya yang duduk di dewan ini. 1) Rencana Politik Etis. Dalam bidang ekonomi diberlakukan Trias van Deventer, yaitu: 1. Irigasi (pengairan) yaitu membangun dan memperbaiki pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian. 2. Migrasi yaitu mengajak rakyat untuk bertransmigrasi sehingga terjadi keseimbangan jumlah penduduk. 3. Edukasi yaitu menyelenggarakan pendidikan dengan memperluas bidang pengajaran dan pendidikan. 2) Penyimpangan Politik Etis. Sekilas gagasan van Deventer sangat mulia, tetapi pada kenyataanya tidak seindah gagasannya. Penyimpangan tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Irigasi. Perairan hanya dialirkan kepada tanah-tanah perkebunan swasta, bukan tanah-tanah pertanian rakyat. 2. Migrasi. Rakyat yang diberangkatkan ke luar Pulau Jawa ternyata hanya untuk bekerja di perkebunan milik pengusaha Belanda dan asing. Rakyat yang ikut program ini dijadikan kuli kontrak seperti di Lampung dan Sumatra Utara. Karena tidak sesuai dengan tujuan awal, banyak rakyat melarikan diri dan kembali ke daerah asal. Bagi yang melarikan diri dan tertangkap akan diberi hukuman dan dikembalikan untuk bekerja lagi. 3. Edukasi. Pengajaran hanya untuk anak-anak pegawai



39



negeri, bangsawan, dan orang-orang mampu dengan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Rakyat biasa hanya diberi pelajaran membaca, menulis, dan berhitung sampai kelas 2 dengan pengantar bahasa Melayu. Politik etis dalam bidang pengajaran juga tidak mengakomodasi orang asing seperti Cina dan Arab. Untuk itu, orang Cina mendirikan pendidikan Tiong Hoa Hak Tong dan Arab mendirikan madrasah. Pelaksanaan pendidikan yang tidak merata mendorong munculnya sekolah nonpemerintah seperti Taman Siswa, Perguruan Muhammadiyah, dan pendidikan kaum perempuan yang digagas R.A. Kartini. 3) Dampak Politik Etis. Terlepas dari segala penyimpangan, ternyata politik etis membawa efek positif bagi pendidikan di Indonesia. Salah satu orang dari kelompok etis yang bernama Mr. Abendanon (sahabat R.A. Kartini) berjasa mendirikan sekolahsekolah, baik untuk priayi maupun rakyat biasa. Kian terbukanya sekolahsekolah untuk pribumi menjadikan pemuda Indonesia berilmu, tetapi juga berwawasan luas dan sadar politik sehingga lahirlah Dr. Wahidin Sudirohusodo, Dr. Sutomo, sampai pada tokoh sentral seperti Ir. Sukarno.



2. Alat dan bahan - komputer/laptop - internet - Power Point K. Kegiatan pembelajaran Utama: Pengaturan Peserta didik Berkelompok



Metode -



Diskusi Project (penelitian sejarah lokal) Ceramah Debat Bermain peran



L. Asesmen: -



Individu Test tertulis PG atau Essay Sikap peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran



Berkelompok - Diskusi kelompok - Presentasi - Produk laporan penelitian (mengkomunikasikan laporan dalam bentuk tulisan/tulisan/ media lain)



40



M. Persiapan Pembelajaran: No 1 2 3 4



Langkah Persiapan Pembelajaran Membuat maind maping materi kolonisasi dan perlawanan bangsa Indonesia Mencari informasi materi dan membuat pemaparan power point Membuat tekhnis kegiatan project penelitian peserta didik Membuat assesmen



Waktu 15 menit 90 menit 15 menit 30 menit



N. Urutan kegiatan pembelajaran dalam1 sesi pembelajaran: Pertemuan ke-1 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan Inti



-



-



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang pembelajaran hari ini Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa orang-orang Eropa berlomba-lomba melakukan pelayaran ke Timur? Menyajikan informasi awal materi tentang keterkaitan faktor-faktor lahirnya kolonialisme dan imperialisme serta kebijakan dinasti Turki Usmani, pelayaran ke timur dan eksploitasi wilayah penghasil rempah-rempah dengan perlawanan kerajaan-kerajaan lokal terhadap bangsa-bangsa Eropa seperti perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis, kerajaan Demak terhadap Portugis, dan perlawanan Maluku terhadap Portugis dengan media power point Guru memberikan kesempatan berdiskusi tentang keterkaitan kebijakan dinasti Turki Usmani,



Waktu 10 menit



70 menit



41



No



Jenis Kegiatan



Penutup



Kegiatan yang dilakukan pelayaran ke timur dan eksploitasi wilayah penghasil rempah-rempah dengan perlawanan kerajaankerajaan lokal terhadap bangsabangsa Eropa seperti perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis, kerajaan Demak terhadap Portugis, dan perlawanan Maluku terhadap Portugis. -



Pertemuan ke-2 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan Inti



Waktu



Penguatan guru tentang keterkaitan 10 menit antara perlawanan raja-raja lokal dengan eksploitasi bangsa Eropa Kesimpulan tentang materi hari itu Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran hari ini



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang pembelajaran hari ini



- Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa para pedagang Eropa dari Belanda mendirikan sebuah organisasi dagang yang bernama VOC? Apa latar belakangnya? - Menyajikan informasi awal untuk membuka wawasan tentang strategi mendirikan kongsi dagang VOC sebagai cara kolaboratif untuk eksploitasi, hak Oktroi dan kebijakan-kebijakan gubernur jenderal dalam strategi eksploitasi



Waktu 10 menit



70 menit



42



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan yang dilakukan wilayah-wilayah penghasil rempahrempah, serta perlawanan raja-raja lokal terhadap VOC seperti Sultan Agung Hanyokrokusuma di Mataram, Sultan Hasanuddin di Makassar, Untung Surapati di Jawa, Sultan Ageng Tirtayasa di Banten, serta korupsi dan kehancuran VOC dengan media power point - Guru menerapkan metode bermain peran misalnya tentang “Terbunuhnya kapten Tack oleh Surapati”. (Guru silahkan memilih perlawanan tokoh lain) dengan menunjuk peserta didik ada yang berperan sebagai Surapati, Kapten Tack, Sunan Amangkurat II, pasukan kapten Tack, pasukan Surapati dan sebagainya. Guru sudah memberi naskah yang kemudian dibagikan pada peserta didik alur ceritera terbunuhnya Kapten Tack.



Penutup



-



Pertemuan ke-3 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Waktu



Penguatan guru tentang keterkaitan 10 menit antara perlawanan raja-raja lokal dengan eksploitasi bangsa Eropa Kesimpulan tentang materi hari itu Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran hari ini



Kegiatan yang dilakukan Presensi tentang kehadiran peserta didik hari ini Berdoa secara bersama-sama sesuai agama dipimpin satu orang peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang materi yang



Waktu 10 menit



43



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan yang dilakukan dipelajari hari ini



Waktu



Kegiatan Inti



70 menit - Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa raja-raja lokal melakukan perlawanan terhadap pedagang Belanda yang dipersenjatai? - Guru menyajikan informasi awal tentang keterkaitan kebijakan Kolonial Belanda dalam mengeksploitasi tanah jajahan dengan perlawanan Sultan Hamengku Buwono II di Yogyakarta, Kapiten Patimura di Maluku, Sultan Mahmud Badaruddin di Palembang, I Gusti Jelantik di Bali, Pangeran Antasari di Kalimantan, Teuku Umar di Aceh, dan perlawanan Sisingamangaraja I menghadapi kebijakan kolonial Belanda dengan power point - Guru menerapkan metode bermain peran tentang perlawanan Teuku Umar (guru bisa memilih tokoh lain) agar peserta didik semakin memahami perlawanan raja-raja lokal terhadap kolonialisme Belanda



Penutup



-



Pertemuan ke-4 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



10 menit Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi kekurangan dan kelebihan pembelajaran hari ini



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa sesuai agama dan keyakinan masing-masing Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini



Waktu 10 menit



44



No



Jenis Kegiatan Kegiatan Inti



-



-



-



-



-



-



Kegiatan yang dilakukan Waktu 70 menit Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa kita harus melakukan penelitian sejarah? apa manfaatnya? Guru menyajikan informasi awal tentang penelitian sejarah lokal (bisa menyesuiakan dengan daerah masing-masing) bisa juga tentang konflik Inggris dengan Belanda memperebutkan Pulau Jawa dan perlawaanan Sultan Hamengku Buwono II terhadap Inggris dalam peristiwa Geger Sepoy serta tindakan Raffles dalam mengeksploitasi kekayaaan Hindia Belanda dengan media power point Guru memberikan penjelasan singkat termasuk pembentukan kelompok kerja sesuai bidang penelitian masing-masing tentang penelitian sejarah lokal (bisa menyesuiakan dengan daerah masing-masing) bisa juga tentang konflik Inggris dengan Belanda memperebutkan Pulau Jawa dan perlawaanan Sultan Hamengku Buwono II terhadap Inggris dalam peristiwa Geger Sepoy serta tindakan Raffles dalam mengeksploitasi kekayaaan Hindia Belanda. Membentuk 5 kelompok dalam 1 kelas dengan tentang perlawanan Sultan Hamengku Buwono II terhadap Inggris dalam peristiwa Geger Sepoy atau peristiwaperistiwa sejarah lokal di daerah masing-masing perlawanan terhadap kolonial dalam bidang: 1. politik 2. sosial 3. budaya 4. ekonomi 5. teknologi Guru menjelaskan tekhnis pelaksanaan kegiatan project penelitian sejarah sederhana dalam bentuk laporan penelitian



45



No



Jenis Kegiatan



-



Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan atau vlog yang akan dilakukan para siswa secara berkelompok untuk kunjungan perpustakaan/ museum/ tempat yang relevan dengan informasi perlawaanan Sultan Hamengku Buwono II terhadap Inggris dalam peristiwa Geger Sepoy atau peristiwaperistiwa sejarah lokal di daerah masing-masing perlawanan terhadap kolonial (bidang politik, sosial, budaya, ekonomi, teknologi). Memberikan ruang untuk setiap kelompok merencanakan kegiatan proyeknya Penguatan dari guru tentang materi yang baru saja didiskusikan Kesepakatan pengumpulan hasil penelitian sejarah lokal Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi terhadap kelebihan dan kekurangan pembelajaran hari ini



Waktu



10 menit



Pertemuan ke-5 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



Kegiatan Inti



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan pentingnya pokok bahasan hari ini bagi kehidupan peserta didik Peserta didik siberi pertanyaan pemantik: Mengapa terjadi



Waktu 10 menit



70 menit



46



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan yang dilakukan perlawanan dari Tuanku Imam Bonjol? Mengapa Diponegoro melakukan perlawanan terhadap belanda? Apa akibatnya dari perlawanan itu terhadap rakyat? - Guru menyajikan informasi awal tentang keterkaitan lunturnya kearifan budaya lokal dan penderitaan rakyat dengan perlawanan Tuanku Imam Bonjol di Minangkabau dan Pangeran Diponegoro di Jawa. - Guru menerapkan metode diskusi tentang keterkaitan lunturnya kearifan budaya lokal dan penderitaan rakyat dengan perlawanan Tuanku Imam Bonjol di Minangkabau dan Pangeran Diponegoro di Jawa.



Penutup



-



Waktu



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan Kesimpulan secara bersama-sama antara guru dan peserta didik Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi terhadap kekurangan dan kelebihan pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-6 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



Kegiatan Inti



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan Peserta didik diberi pertanyaan



Waktu 10 menit



70 menit



47



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan yang dilakukan pemantik: Mengapa perlawanan Tuanku Imam Bonjol dan perlawanan Diponegoro mengakibatkan adanya tanam paksa? - Guru menyajikan informasi awal tentang keterkaitan perlawanan Tuanku Imam Bonjol di Minangkabau dan Pangeran Diponegoro di Jawa dengan tanam paksa, serta efek positif dan negatif dari kebijakan tanam paksa - Guru menerapkan metode debat dengan membentuk dua kelompok tentang tema “Dampak yang terjadi terhadap perlawanan Diponegoro terhadap rakyat”. Pihak kelompok satu menyoroti dari pihak Belanda yang harus melunasi hutang-hutang Belanda akibat Perang Jawa. Pihak kelompok lain menyoroti dari pihak Indonesia yang harus melakukan tanam paksa untuk menutup hutanghutang Belanda.



Penutup



-



Waktu



Penguatan dari guru tentang materi yang baru saja didiskusikan Kesimpulan Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



10 menit



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Guru memberikan informasi tentang kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari



Waktu 10 menit



Pertemuan ke-7 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



48



No



Jenis Kegiatan -



Kegiatan Inti



-



-



-



Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa kebijakan politik etis memunculkan kesempatan berwirausaha, dan pendidikan bagi pribumi? Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang keterkaitan antara kebijakan tanam paksa dengan munculnya politik pintu terbuka, politik etis dan keterkaitan antara politik etis dengan kesempatan pendidikan, kesempatan berwirausaha. Guru menerapkan diskusi kelompok tentang dampak tanam paksa terhadap munculnya politik etis dan dampak politik etis terhadap kesempatan pendidikan.



Waktu



70 menit



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan Kesimpulan bersama-sama antara guru dan peserta didik pelajaran hari ini Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-8 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Guru memberikan informasi tentang kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari



Waktu 10 menit



49



No



Jenis Kegiatan -



Kegiatan yang dilakukan ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan



Kegiatan Inti



Waktu



70 menit - Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa politik etis (eksploitasi kekayaan alam) menimbulkan penderitaan rakyat dan menumbuhkan kesadaran nasional? - Menyajikan informasi awal materi tentang keterkaitan antara politik etis dengan eksploitasi kekayaan alam Indonesia dan penderitaan rakyat serta keterkaitan antara politik etis dengan tumbuhnya intelektual dengan munculnya kesadaran kebangsaan. - Guru menerapkan metode diskusi tentang keterkaitan antara politik etis dengan meningkatkan kesadaran nasional bagi pribumi setelah mereka berpendidikan.



Penutup



-



Penguatan dari guru tentang materi yang baru saja didiskusikan Kesimpulan bersama-sama antara guru dan peserta didik pelajaran hari ini Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



10 menit



O. Refleksi guru - Apakah guru yakin bahwa semua siswa memahami pelajaran yang diberikan? - Apakah penanaman karakter dari guru dapat diimplementasikan oleh para peserta didik? - Guru harus memahami kesulitan yang dialami peserta didik selama proses pembelajaran. - Apa langkah yang perlu dilakukan guru untuk memperbaiki proses belajar? - Guru harus memastikan agar seluruh peserta didik mengikuti pelajaran dengan baik.



50



A. Kriteria untuk mengukur ketercapaian Tujuan Pembelajaran dan asesmennya (asesmen formatif) 1. Penilain Individu a. Penilaian Tertulis Kisi-kisi Soal: CP



-



ATP



Pada Fase F, - 11.1.1. Menganalisis peserta didik di keterkaitan faktor-faktor Kelas XI dan XII lahirnya kolonialisme dan mampu imperialisme serta mengembangkan kebijakan dinasti Turki konsep-konsep Usmani, pelayaran ke dasar sejarah untuk timur dan eksploitasi mengkaji peristiwa wilayah penghasil sejarah dalam rempah-rempah dengan dimensi manusia, perlawanan kerajaanruang, dan waktu. kerajaan lokal terhadap Melalui literasi, bangsa-bangsa Eropa diskusi, dan seperti perlawanan rakyat penyelidikan Aceh terhadap Portugis, (penelitian) kerajaan Demak terhadap berbasis proyek Portugis, dan perlawanan kolaboratif peserta Maluku terhadap Portugis. didik mampu menjelaskan - 11.1.2. Menjelaskan berbagai peristiwa strategi mendirikan sejarah yang kongsi dagang VOC terjadi di Indonesia sebagai cara kolaboratif dan dunia meliputi untuk eksploitasi, hak Pemerintahan Orde Oktroi dan kebijakanBaru, kebijakan gubernur Pemerintahan jenderal dalam strategi Reformasi, serta eksploitasi wilayahRevolusi Besar wilayah penghasil



Indikator Soal



Nonor Soal/Bentuk Soal Disajikan peta 1 /PG tentang perdagangan (Penggunaan internasional, peserta visual/ peta/ didik dapat gambar) menentukan daerah Konstantinopel yang ditutup oleh Turki Usmani



Disajikan beberapa 2/PG hak-hak VOC di Hindia Belanda peserta didik dapat mengidentifikasi hak-hak oktroi yang diberikan pemerintah Belanda di Eropa



51



CP



-



ATP



Dunia, Perang rempah-rempah, serta Dunia I dan II, perlawanan raja-raja lokal Perang Dingin, dan terhadap VOC seperti Peristiwa Sultan Agung Kontemporer Hanyokrokusuma di Dunia sampai Mataram, Sultan abad-21. Hasanuddin di Makassar, Peserta didik di Untung Surapati di Jawa, Kelas XII mampu Sultan Ageng Tirtayasa di menggunakan Banten, serta korupsi dan sumber sekunder kehancuran VOC dan sumber primer untuk melakukan - 11.1.3. Menganalisis penelitian sejarah keterkaitan kebijakan nasional, sejarah Kolonial Belanda dalam dunia, dan/atau mengeksploitasi tanah sejarah tematis jajahan dengan secara sinkronis perlawanan Sultan atau diakronis Hamengku Buwono II di kemudian Yogyakarta, Kapiten mengomunikasika Patimura di Maluku, nnya dalam bentuk Sultan Mahmud lisan, tulisan, Badaruddin di Palembang, dan/atau media I Gusti Jelantik di Bali, lain. Selain itu Pangeran Antasari di mereka juga Kalimantan, Teuku mampu Umar di Aceh, dan menggunakan perlawanan keterampilan Sisingamangaraja I sejarah untuk menghadapi kebijakan menganalisis kolonial Belanda peristiwa sejarah - 11.1.4. Menjelaskan dari berbagai konflik Inggris dengan perspektif dan Belanda memperebutkan mengaktualisasika Pulau Jawa dan n minat bakatnya perlawaanan Sultan dalam bidang Hamengku Buwono II sejarah melalui terhadap Inggris dalam studi lanjutan atau peristiwa Geger Sepoy kegiatan serta tindakan Raffles kesejarahan diluar dalam mengeksploitasi sekolah. kekayaaan Hindia Belanda.



Indikator Soal



Nonor Soal/Bentuk Soal



Disajikan ilustrasi tentang perlawanan terhadap kolonialisme Belanda, peserta didik dapat menentukan sebabsebab perlawanan Sultan Hamengku Buwono II terhadap Belanda (Daendels)



3/PG



Disajikan beberapa pernyataan tentang pertempuran Inggris dengan Belanda, peserta didik dapat mengidentifikasi sebab-sebab Inggris ingin menguasai tanah Jawa



4/PG



52



CP



ATP



Indikator Soal



Nonor Soal/Bentuk Soal 5/PG (HOTS)



- 11.1.5. Menganalisis keterkaitan lunturnya kearifan budaya lokal dan penderitaan rakyat dengan perlawanan Tuanku Imam Bonjol di Minangkabau dan Pangeran Diponegoro di Jawa.



Peserta didik mengkaji ulang permasalahanpermasalahan yang menyebabkan perlawanan Diponegoro



- 11.1.6. Menganalisis keterkaitan perlawanan Tuanku Imam Bonjol di Minangkabau dan Pangeran Diponegoro di Jawa dengan tanam paksa, serta efek positif dan negatif dari kebijakan tanam paksa



Disajikan beberapa pernyataan tentang tanam paksa, peserta didik dapat mengidentifikasi kebijakan tanam paksa



6/PG



Disajikan ilustrasi tentang kritikan Douwes Dekker tentang tanam paksa, peserta didik dapat menentukan tujuan dikeluarkan undangundang agraria menuju politik pintu terbuka.



7/PG



Disajikan beberapa pernyataan tentang politik etis, peserta didik dapat mengidentifikasi penyimpangan politik etis



8/PG



- 11.1.7. Menganalisis keterkaitan antara kebijakan tanam paksa dengan munculnya politik pintu terbuka, politik etis dan keterkaitan antara politik etis dengan kesempatan pendidikan, kesempatan berwirausaha, dan tumbuhnya kesadaran politik - 11.1.8. Menganalisis keterkaitan antara politik etis dengan eksploitasi kekayaan alam Indonesia dan penderitaan rakyat serta keterkaitan antara politik etis dengan tumbuhnya intelektual dengan munculnya kesadaran kebangsaan



53



CP



ATP



Indikator Soal



- 11.1.8. Menganalisis keterkaitan antara politik etis dengan eksploitasi kekayaan alam Indonesia dan penderitaan rakyat serta keterkaitan antara politik etis dengan tumbuhnya intelektual dengan munculnya kesadaran kebangsaan



Disajikan ilustrasi tentang latar belakang munculnya politik etis, peserta didik dapat menentukan bidang garapan politik etis



- 11.1.8. Menganalisis keterkaitan antara politik etis dengan eksploitasi kekayaan alam Indonesia dan penderitaan rakyat serta keterkaitan antara politik etis dengan tumbuhnya intelektual dengan munculnya kesadaran kebangsaan



Disajikan beberapa pernyataan dampak politik etis, peserta didik dapat mengidentifikasi efek positif bagi kesadaran kebangsaan



2. Penilain Berkelompok a. Penilaian Diskusi Kelompok Dan Debat Rubrik Penilaian: No Aspek Penilaian 0 1



Keaktifan diskusi/ debat a. Aktif memberi masukan pemikiran b. mendengarkan pendapat orang lain



2



Kreatifitas diskusi/ debat a. Kreatif dan inovasi dalam diskusi/ debat b. Ide/gagasan adalah original



3



Kualitas hasil diskusi/ debat a. hasil runtut dan logis b.Pengumpulan hasil diskusi/



Skor 1 2



3



Nonor Soal/Bentuk Soal 9/PG



10/PG



54



debat Indikator Rubrik Penilaian No 1



Indikator Aktif memberi masukan pemikiran



Rubrik 2 = aktif berpendapat 1.= kurang aktif 0 = tidak aktif



2



Mendengarkan pendapat orang 1 = Mendengarkan pendapat lain 0 = Tidak mendengar pendapat



3



Kreatifitas dalam diskusi/ debat



3= 2= 1= 0=



Sangat kreatif Kreatif Kurang kreatif Tidak kreatif



4



Origionalitas gagasan



3= 2= 1= 0=



gagasan sangat orisionil gagasan orisionil gagasan kurang orisionil gagasan tidak orisionil



4



Hasil diskusi runtut dan logis



2 = Sangat runtut dan logis 1 = Runtut dan logis 0 = tidak runtut dan tidak logis



5



Pengumpulan hasil diskusi/ debat tepat waktu



3 = lebih awal 2 = tepat waktu 1= terlambat 0 = tidak dilaksanakan 25



Jumlah Skor



Nilai = Jumlah perolehan skor X 100 % Jumlah skor maksimum b. Penilaian Presentasi dan diskusi Rubrik Penilaian : No Aspek Penilaian



Skor 0



1



2



3



55



1 2 3 4 5



Kelengkapan materi Penulisan materi Kemampuan presentasi Keaktifan selama kegiatan presentasi Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain



Indikator rubrik penilaian: No 1



Indikator Kelengkapan materi



2



Penulisan materi



3



Kemampuan presentasi



Keaktifan selama kegiatan presentasi



4



Kreatifitas media presentasi



5



Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain



Jumlah Skor



Rubrik 2 = lengkap 1 = kurang lengkap 0 = tidak ada 2 = sesuai dengan ramburambu yang diberikan 1 = tidak sesuai rambu-rambu yang diberikan 0 = tidak ada 2 = Komunikatif 1 = Kurang komunikatif 0 =Tidak Komunikatif 3 = Sangat aktif 2 = Cukup aktif 1 = Kurang aktif 0 = Tidak aktif 2 = Menggunakan kreasi digital lebih dari 1(animasi/paint/ video/ dll) 1 = Menggunakan 1 kreasi digital (animasi/paint/ video/ dll) 0 = Tidak menggunakan kreasi digital 1 = Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain 0 = Tidak Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain 20



56



Nilai = Jumlah perolehan skor X 100 % Jumlah skor maksimum



c. Penilaian Project Penelitian Sejarah Petunjuk kegiatan project: - Bentuklah 5 kelompok dalam kelas! - Pembagian tema penelitian setiap kelompok: Perlawanan Sultan Hamengku Buwono II terhadap Inggris dalam peristiwa Geger Sepoy, dalam: 1. Bidang politik 2. Bidang sosial 3. Bidang budaya 4. Bidang ekonomi 5. Bidang Teknologi - Buatlah perencanan kegiatan kunjungan perpustakaan atau tempat yang relevan dengan tema perlawanan Sultan Hamengku Buwono II di Yogyakarta (guru dapat menyesuikan dengan sejarah lokal di daerahnya yang berkaitan antara sejarah lokal dengan sejarah nasional) - Laporan kegiatan project penelitian sejarah setiap temanya harus memperhatikan: 1. Metodologi penelitian sejarah 2. Cara berfikir sinkronis dan atau diakronis dalam penulisan 3. Terdapat unsur manusia, ruang dan waktu 4. Menampilkan latar belakang, proses peristiwa dan pengaruh peristiwa sejarah dalam masa kini dan masa yang akan datang 5. Menampilkan refleksi nilai-nilai profil pelajar Pancasila - Laporan diketik dalam kertas A4 dan dikirim melalui link aplikasi belajar online. - Laporan yang sudah dinilai setelah diperbaiki dapat di upload ke blog atau link medsos setiap anggota kelompok



Rubrik Penilaian: No Aspek Penilaian 0 1



Format laporan a. Pendahuluan b. Isi c. Penutup



2



Kreatifitas c. Kreatif dan inovasi dalam mengembangan laporan d. Ide/gagasan adalah original Kesesuaian isi dengan tema



Skor 1 2



3



57



3



waktu pengumpulan laporan penelitian sejarah



Indikator Rubrik Penilaian No 1



Indikator Format laporan Pendahuluan Isi penutup



Rubrik 2 = lengkap 1.= kurang lengkap 0 = tidak lengkap



2



Kreatifitas a. Kreatif dan inovasi dalam mengembangan laporan b. Ide/gagasan adalah original



3 = laporan digital dan non digital serta original 2 = laporan digital atau non digital saja serta original 1 = laporan manual serta original 0 = laporan plagiat



3



Kesesuaian isi dengan tema



1 = sesuai dengan tema 0 = Tidak sesuai 3 = menggunakan sumber primer dan sekunder 2 = menggunakan sumber sekunder 1 = menggunakan sumber tersier 0 = tidak menggunakan sumber



Data dan sumber informasi



4



Analisis dan simpulan



2 = berfikir sejarah dan konsep sejarah 1 = berfikir sejarah atau berfikir konsep sejarah saja 0 = tidak berfikir sejarah dan berfikir konsep sejarah



5



waktu pengumpulan laporan penelitian sejarah



3 = lebih awal 2 = tepat waktu 1= terlambat 0 = tidak dilaksanakan 25



Jumlah Skor Nilai = Jumlah perolehan skor



X 100 % Jumlah skor maksimum



58



B. Pertanyaan refleksi untuk peserta didik - Apakah peserta didik sudah mengerjakan tugas penelitian dengan baik? - Apakah penanaman karakter yang diberikan guru dapat dipahami oleh para oeserta didik? - Kesulitan apa yang dialami para peserta didik selama proses pembelajaran? - Peserta didik harus menentukan langkah agar dapat memahami materi pelajaran. - Apakah seluruh peserta didik mengikuti pelajaran dengan baik?



C. Daftar pustaka Carey, Peter 2011. Kuasa Ramalan Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa Jilid I. Jakarta: Gramedia Carey, Peter 2011. Kuasa Ramalan Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa Jilid II. Jakarta: Gramedia Hannigan, Tim. 2015. Raffles dan Invansi Inggris Ke Jawa, Jakarta: Gramedia Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Lilik Suharmaji. 2019. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Lilik Suharmaji, 2020. Geger Sepoy Sejarah Kelam Perseteruan Inggris Dengan Keraton Yogyakarta (1812-1815). Yogyakarta: Araska. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2008. Sejarah Indonesia Baru 1200-2008, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Sartono Kartodirdjo, 2017. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 Dari Emperium Sampai Imperium, Yogyakarta: Ombak William Thorn, Mayor. 2015. Sejarah Penaklukkan Jawa, Yogyakarta: Indoliterasi Link Literasi: https://id.wikipedia.org/wiki/Kejatuhan_Konstantinopel https://www.donisetyawan.com/akibat-jatuhnya-kota-konstantinopel/ https://www.slideshare.net/MuhammadIqbal604/proyek-2-perlawanan-rakyat-terhadapbangsa-eropa-di-nusantara https://www.slideshare.net/MuhammadIqbal604/proyek-2perlawanan-rakyat-terhadap-bangsa-eropa-di-nusantara https://www.berpendidikan.com/2019/10/hak-istimewa-voc-hak-oktroi-voc.html https://ngeblogbersama.wordpress.com/2012/03/13/sebab-sebab-runtuhnya-voc/ https://www.dosenpendidikan.co.id/pemerintahan-daendels/ https://scholarhub.ui.ac.id/hubsasia/vol12/iss1/4/ https://daerah.sindonews.com/read/88352/707/keturunan-hb-ii-minta-inggris-kembalikanharta-rampasan-geger-sepehi-1593673652



59



https://daerah.sindonews.com/read/88352/707/keturunan-hb-ii-minta-inggris-kembalikanharta-rampasan-geger-sepehi-1593673652



D. Lembar kerja peserta didik LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (Project Penelitian Sejarah) Materi : Perlawanan Sultan Hamengku Buwono II terhadap Inggris dalam peristiwa Geger Sepoy (sejarah lokal di daerahnya yang berkaitan antara sejarah lokal dengan sejarah nasional)



Petunjuk Kegiatan Project: - Bentuklah 5 kelompok dalam kelas! - Pembagian tema penelitian setiap kelompok: Perlawanan Sultan Hamengku Buwono II terhadap Inggris dalam peristiwa Geger Sepoy dalam: 1. Bidang politik 2. Bidang sosial 3. Bidang budaya 4. Bidang ekonomi 5. Bidang teknologi - Buatlah perencanan kegiatan kunjungan ke perpustakaan atau tempat yang relevan sesuai dengan tema besar - Selama kegiatan proyek di luar sampai tahap historiografi atau penulisan sejarah , kalian harus mengerjakan secara kolaboratif dalam kelompok masing-masing. - Laporan kegiatan proyek penelitian sejarah setiap temanya harus memperhatikan: 1. Metodologi penelitian sejarah 2. Cara berfikir sinkronis dan atau diakronis dalam penulisan 3. Terdapat unsur manusia, ruang dan waktu 4. Menampilkan latar belakang, proses peristiwa dan pengaruh peristiwa sejarah dalam masa kini dan masa yang akan datang 5. Menampilkan refleksi nilai-nilai profil pelajar Pancasila



60



E. Bahan bacaan siswa Buku- buku: Carey, Peter 2011. Kuasa Ramalan Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa Jilid I. Jakarta: Gramedia Carey, Peter 2011. Kuasa Ramalan Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa Jilid II. Jakarta: Gramedia Hannigan, Tim. 2015. Raffles dan Invansi Inggris Ke Jawa, Jakarta: Gramedia Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Lilik Suharmaji. 2019. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Lilik Suharmaji, 2020. Geger Sepoy Sejarah Kelam Perseteruan Inggris Dengan Keraton Yogyakarta (1812-1815). Yogyakarta: Araska. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2008. Sejarah Indonesia Baru 1200-2008, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Sartono Kartodirdjo, 2017. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 Dari Emperium Sampai Imperium, Yogyakarta: Ombak William Thorn, Mayor. 2015. Sejarah Penaklukkan Jawa, Yogyakarta: Indoliterasi Link Literasi: https://id.wikipedia.org/wiki/Kejatuhan_Konstantinopel https://www.donisetyawan.com/akibat-jatuhnya-kota-konstantinopel/ https://www.slideshare.net/MuhammadIqbal604/proyek-2-perlawanan-rakyat-terhadapbangsa-eropa-di-nusantara https://www.slideshare.net/MuhammadIqbal604/proyek-2perlawanan-rakyat-terhadap-bangsa-eropa-di-nusantara



61



https://www.berpendidikan.com/2019/10/hak-istimewa-voc-hak-oktroi-voc.html https://ngeblogbersama.wordpress.com/2012/03/13/sebab-sebab-runtuhnya-voc/ https://www.dosenpendidikan.co.id/pemerintahan-daendels/ https://scholarhub.ui.ac.id/hubsasia/vol12/iss1/4/ https://daerah.sindonews.com/read/88352/707/keturunan-hb-ii-minta-inggris-kembalikanharta-rampasan-geger-sepehi-1593673652 https://daerah.sindonews.com/read/88352/707/keturunan-hb-ii-minta-inggris-kembalikanharta-rampasan-geger-sepehi-1593673652



F. Bahan bacaan guru Buku-buku: Carey, Peter 2011. Kuasa Ramalan Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa Jilid I. Jakarta: Gramedia Carey, Peter 2011. Kuasa Ramalan Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa Jilid II. Jakarta: Gramedia Hannigan, Tim. 2015. Raffles dan Invansi Inggris Ke Jawa, Jakarta: Gramedia Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Lilik Suharmaji. 2019. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Lilik Suharmaji, 2020. Geger Sepoy Sejarah Kelam Perseteruan Inggris Dengan Keraton Yogyakarta (1812-1815). Yogyakarta: Araska. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2008. Sejarah Indonesia Baru 1200-2008, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Sartono Kartodirdjo, 2017. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 Dari Emperium Sampai Imperium, Yogyakarta: Ombak William Thorn, Mayor. 2015. Sejarah Penaklukkan Jawa, Yogyakarta: Indoliterasi



Link Literasi: https://id.wikipedia.org/wiki/Kejatuhan_Konstantinopel https://www.donisetyawan.com/akibat-jatuhnya-kota-konstantinopel/ https://www.slideshare.net/MuhammadIqbal604/proyek-2-perlawanan-rakyat-terhadapbangsa-eropa-di-nusantara https://www.slideshare.net/MuhammadIqbal604/proyek-2perlawanan-rakyat-terhadap-bangsa-eropa-di-nusantara https://www.berpendidikan.com/2019/10/hak-istimewa-voc-hak-oktroi-voc.html https://ngeblogbersama.wordpress.com/2012/03/13/sebab-sebab-runtuhnya-voc/ https://www.dosenpendidikan.co.id/pemerintahan-daendels/ https://scholarhub.ui.ac.id/hubsasia/vol12/iss1/4/ https://daerah.sindonews.com/read/88352/707/keturunan-hb-ii-minta-inggris-kembalikanharta-rampasan-geger-sepehi-1593673652 https://daerah.sindonews.com/read/88352/707/keturunan-hb-ii-minta-inggris-kembalikanharta-rampasan-geger-sepehi-1593673652



62



G. Materi pengayaan Link literasi; https://id.wikipedia.org/wiki/Kejatuhan_Konstantinopel https://www.donisetyawan.com/akibat-jatuhnya-kota-konstantinopel/ https://www.slideshare.net/MuhammadIqbal604/proyek-2-perlawanan-rakyat-terhadapbangsa-eropa-di-nusantara https://www.slideshare.net/MuhammadIqbal604/proyek-2perlawanan-rakyat-terhadap-bangsa-eropa-di-nusantara



-



-



Tugas Pengayaan : Hanya untuk peserta didik yang memiliki nilai formatif individu minimal = 85 Setelah membaca link literasi dan link youtube di atas, peserta didik membuat analisis dan evaluasi terhadap materi jatuhnya Konstantinopel oleh Turki Ustnami dan dampaknya bagi pedagang rempah-rempah Eropa, dan perlawanan raja dan rakyat terhadap bangsa-bangsa Eropa di Nusantara berdasarkan informasi-informasi lain yang relevan Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital



H. Materi untuk peserta didik yang kesulitan belajar Link literasi: https://www.berpendidikan.com/2019/10/hak-istimewa-voc-hak-oktroi-voc.html https://ngeblogbersama.wordpress.com/2012/03/13/sebab-sebab-runtuhnya-voc/ https://www.dosenpendidikan.co.id/pemerintahan-daendels/ https://scholarhub.ui.ac.id/hubsasia/vol12/iss1/4/



Tugas Remedial : - Hanya untuk peserta didik yang nilainya kurang dari Kriteria Minimal - Setelah melihat link yang diberikan, peserta didik menjelaskan hak-hak oktroi, sebab-sebab runtuhnya VOC, dan pemerintahan Daendels di Indonesia - Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital



1



MODUL AJAR SEJARAH INDONESIA A. Informasi Umum Nama penyusun : Lilik Suharmaji Asal Instansi : SMA Negeri 8 Yogyakarta Tahun Penyusunan : 2021 Jenjang sekolah : SMA Kelas : XI (Sebelas) Kata Kunci : Pergerakan kebangsaan Indonesia Kode Perangkat : Sej. F. LIS. 11.2 Jumlah Peserta : 36 Moda : Tatap Muka Alokasi waktu : 2 JP x 7 pertemuan ( 630 menit) B. Tujuan Pembelajaran Capaian Pembelajaran -



-



Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep konsep dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam dimensi manusia, ruang, dan waktu. Melalui literasi, diskusi, dan penyelidikan (penelitian) berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu menjelaskan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia dan dunia meliputi Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia, Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Pendudukan Jepang di Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, Peserta didik di Kelas XI mampu menggunakan sumber primer dan sekunder untuk melakukan penelitian sejarah nasional dan sejarah lokal secara diakronis atau sinkronis kemudian mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain itu mereka juga mampu menggunakan keterampilan sejarah untuk menganalisis dan mengevaluasi peristiwa sejarah



Alur Tujuan Pembelajaran 11.2. Menjelaskan pergerakan kebangsaan Indonesia - 11.2. 1 Membandingkan organisasi perjuangan nasional sebelum tahun 1908 dan sesudah 1908 - 11.2.2 Menganalisis faktor internal (dalam negeri) dan eksternal (luar negeri) tumbuhnya organisasi pergerakan nasional - 11.2.3 Menjelaskan pergerakan nasional dalam periode moderat/ kooperatif - 11.2.4 Menjelaskan pergerakan nasional dalam periode politik - 11.2.5 Menjelaskan pergerakan nasional dalam periode radikal. - 11.2.6 Menganalisis perbedaan respon pemerintah kolonial Belanda terhadap organisasi pergerakan nasional bertipe moderat dan radikal - 11.2.7 Membandingkan dampak dan keunggulan antara strategi kolaboratif (kerja sama) dan radikal (bawah tanah) yang ditempuh oleh organisasi pergerakan nasional



2



Dengan mempelajari sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia peserta didik diharapkan dapat: C. Profil Pelajar Pancasila 1. Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia D. Profil Pelajar Pancasila yang berkaitan: Selalu bersyukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang diberikan kepada bangsa Indonesia dengan munculnya kaum terpelajar mulai timbul kesadaran pergerakan kebangsaan untuk menuju Indonesia merdeka. 2. Berkebhinekaan Global Mengambil pelajaran dari para pejuang pergerakan nasional bahwa dalam membangun organisasi pergerakan tidak bersifat kadaerahan tetapi bersifat nasional dan internasional dengan mengenyampingkan suku, agama, budaya, bahasa dan lain sebagainya. 3. Mandiri - Mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan guru secara mandiri - Meneladani sikap mandiri para pejuang pergerakan nasional untuk melepaskan diri dari kolonialisme menjadi negara yang merdeka. 4. Integritas - Menumbuhkan nilai kejujuran kepada para siswa dalam mengerjakan evaluasi dan tugas-tugas belajarnya. - Meneladani para pejuang pergerakan nasional yang sabar, pantang menyerah, rela berkorban untuk kemerdekaan tanah air. 5. Kritis - Dapat memetik pelajaran nilai-nilai (value) bahwa perjuangan yang dilakukan sendiri-sendiri antar daerah akan menemui kesulitan jika tidak adanya kerjasama dan persatuan antar daerah. 6. Kreatif - Kreatif dalam memilih sumber belajar sebagai bahan diskusi kelompok sehingga menghasilkan materi hasil diskusi dapat dipertanggungjawabkan. 7. Gotong royong - Berkolaborasi dalam diskusi kelompok dengan saling menghargai pendapat orang lain dan tidak memaksakan pendapatnya diterima oleh orang lain. - Mengambil hikmah bahwa keberhasilan untuk mencapai tujuan dilandasi semangat kerjasama (kolaborasi).



3



D. Sarana Prasarana 1. Jaringan internet yang memadai 2. Komputer/laptop 3. Perpustakaan, buku-buku sejarah sebagai referensi 4. Peta kekuasaan Majapahit di masa Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada yang luas hingga ke luar negeri yang menginspirasi faktor internal (dalam negeri) tumbuhnya organisasi pergerakan



E. Target peserta Didik Perangkat ajar ini dapat digunakan untuk speserta didik reguler



F. Jumlah siswa 36 peserta didik/kelas G. Ketersediaan materi: 1. Materi pengayaan 2. Materi remedial H. Model Pembelajaran: PJJ daring dan luring



I. Materi ajar, alat dan bahan 1. Materi: Pergerakan Kebangsaan Indonesia A. Organisasi Perjuanagn Pergerakan Nasional Sebelum dan Sedudah 1908 Perjuangan bangsa menuju Indonesia merdeka memang sudah ada jauh sebelum adanya politik etis yang dituntut Van Deventer untuk memberi kesempatan kepada pribumi agar mengenyam pendidikan. Namun, karena perjuangan mereka masih sebatas pada kepentingan kedaerahan atau karena harga diri serta martabat yang terabaikan karena monopoli perdagangan, maka kolonial Belanda mudah mematahkan perjuangan mereka. Perjuangan Imam Bonjol dan Diponegoro yang secara tidak sengaja terjadi bersamaan ternyata sangat merepotkan kolonial Belanda. Baru setelah kolonial Belanda menghadapi mereka satu demi satu, akhirnya perjuangan mereka dapat dihentikan. Untuk lebih memahami karakter perjuangan sebelum dan sesudah tahun 1908, perhatikan paparan berikut ini. 1. Sebelum Tahun 1908 dipimpin raja atau bangsawan dan tokoh agama, sedangkan setelah 1908 dipimpin dan digerakkan kaum terpelajar.



4



2. Sebelum Tahun 1908 bersifat kedaerahan (lokal), sedangkan setelah 1908 bersifat nasional dan sudah ada interaksi antardaerah. 3. Sebelum Tahun 1908 bersifat fisik atau perjuangan dengan mengangkat senjata, sedangkan setelah 1908 perjuangan menggunakan jalur organisasi. 4. Sebelum Tahun 1908 terfokus pada pemimpin yang berkarisma, sedangkan setelah 1908 memiliki organisasi dengan adanya kaderisasi. 5. Sebelum Tahun 1908 bersifat reaktif dan spontan, sedangkan setelah 1908 memiliki visi secara jelas, yakni Indonesia Merdeka. Berikut penjelasan dari perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme setelah tahun 1908. 1. Dipimpin dan Digerakkan KaumTerpelajar Setelah tahun 1908, walaupun di antara mereka berlatar belakang bangsawan yang sehari-harinya bergelut dengan sistem feodalisme, tetapi mereka adalah orang-orang terpelajar. Munculnya kaum terpelajar pada saat itu tidak terlepas dari politik etis yang membuka keran bagi kaum pribumi (inlander) untuk dapat mengenyam pendidikan. Walaupun sebatas pada kaum bangsawan dan bukan untuk rakyat jelata, tetapi sudah cukup untuk mengantar para tokoh untuk berpikir bagaimana cara mencapai Indonesia merdeka. Awalnya, pendidikan dalam politik etis dibuka dengan tujuan menciptakan tenaga administrasi terdididik dengan gaji yang murah. Namun, dengan adanya sekolah-sekolah milik Belanda seperti HIS, ELS, MULO, dan HBS yang dinikmati tidak lebih 10 persen orang Indonesia, ternyata dapat melahirkan golongan cendekiawan seperti Supomo, Suwardi Suryaningrat, Sukarno, Moh. Hatta, dan Sutan Syahrir. Kaum cendekia ini ada yang berjuang secara kooperatif seperti Sukarno dan ada yang berjuang nonkooperatif seperti Sutan Syahrir. 2. Bersifat Nasional dan Sudah Ada Interaksi Antardaerah Setelah tahun 1908, kolonial Belanda mencanangkan penjajahannya di Indonesia dalam satu komando yang memantau dari berbagai daerah dengan nama Pax Netherlandica. Sistem Pax Netherlandica merupakan sistem politik pembulatan negeri oleh kolonial Belanda dengan tujuan agar negara asing seperti Inggris, Spanyol, dan Portugis tidak lagi menduduki wilayah Indonesia. Salah satu upayanya adalah mengirim pasukan militer ke daerah yang belum dikuasai di Nusantara. Keberhasilan sistem politik Pax Netherlandica berdampak pada penyatuan rakyat Indonesia dalam perasaan senasib sepenanggungan, yaitu sama-sama dijajah Belanda. Penderitaan yang dialami satu daerah tidak lagi dianggap sebagai penderitaan daerah itu semata, melainkan penderitaan seluruh rakyat Hindia Timur (Indonesia). Hal inilah yang memicu persatuan yang pada akhirnya melahirkan kesadaran sebagai suatu bangsa atau kesadaran nasional. Kesadaran berbangsa ini tidak terlepas dari peran kaum terpelajar dan terdidik. Mereka bertemu satu sama lain antardaerah di dalam negeri maupun di luar negeri saat mengenyam pendidikan. Di tempat pendidikan, pelajar-pelajar tersebut bertemu untuk membahas nasib dan masa depan Indonesia. Contohnya mahasiswa STOVIA (kedokteran) yang bertemu satu



5



sama lain antardaerah yang kemudian melahirkan organisasi Budi Utomo untuk Indonesia merdeka. 3. Perjuangan Menggunakan Jalur Organisasi Meskipun perjuangan dengan senjata dilakukan secara sporadis, tetapi pada dasarnya setelah tahun 1908, perjuangan sudah menggunakan jalur organisasi. Banyak cara dalam berjuang secara organisatoris, misalnya diplomasi, kampanye lewat media radio dan 90 surat kabar, pidato di lapangan terbuka (rapat akbar), dan ada yang menolak bekerja sama dengan kolonial Belanda. Perjuangan dengan cara organisasi dikarenakan bangsa kita sudah mulai sadar bahwa jika berjuang dengan senjata tidak mungkin menandingi kecanggihan senjata yang dimiliki penjajah. Terbukti, keberhasilan kita mempertahankan kemerdekaan adalah karena tokoh-tokoh pejuang Indonesia menyeimbangkan antara perjuangan secara militer dan perjuangan melalui diplomasi. 4. Memiliki Organisasi dengan Adanya Kaderisasi Sebelum tahun 1908, perjuangan pada umumnya tergantung pada munculnya satu atau beberapa tokoh sehingga jika tokoh tersebut gugur atau ditangkap, dengan mudah kolonial memadamkan api perjuangan. Setelah tahun 1908, perlawanan tergantung pada organisasi-organisasi pergerakan dengan kaderisasi yang sudah rapi. Dengan demikian, jika pionir wafat, maka perjuangan tetap terjaga keberlangsungannya. Contohnya dengan wafatnya Jenderal Sudirman pada usia 34 tahun, perjuangan diteruskan oleh penggantinya, yakni jenderal Gatot Subroto. 5. Memiliki Visi Secara Jelas, yakni Indonesia Merdeka Sebelum tahun 1908, perjuangan raja-raja lokal dilatarbelakangi oleh monopoli perdagangan atau penguasaan daerah yang dianggap melecehkan martabat dan harga diri penguasa daerah. Setelah tahun 1908, munculnya organisasi-oganisasi pergerakan dilatarbelakangi satu misi dan visi yang jelas, yakni Indonesia menuju kemerdekaan. Walaupun organisasi-organisasi kepemudaan tersebut bersifat sosial budaya, tetapi lambat laun berubah menjadi organisasi politik dengan tujuan mengusir penjajah dari bumi Indonesia. B. Faktor Internal dan Eksternal Lahirnya Organisasi Pergerakan Ada beberapa faktor yang memicu gerakan nasionalisme di Indonesia, baik bersifat internal (dari dalam negeri) maupun bersifat eksternal (dari luar negeri). Untuk lebih jelasnya, ikutilah paparan berikut ini. 1. Faktor Internal (dari Dalam Negeri) a. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik yang Parah Akibat Penjajahan. Penindasan, kekejaman, eksploitasi, dan ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial telah menyebabkan kebencian dan ketidaksukaan yang akhirnya memicu perlawanan terhadap penjajah. b. Munculnya Kaum Terpelajar Kebijakan politik etis atau politik balas budi yang digagas oleh Van Deventer pada awalnya mempunyai prinsip dasar bahwa pemerintah kolonial memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki taraf hidup rakyat pribumi. Walaupun pada kenyataannya oleh penjajah niat dasar moral itu diselewengkan dengan tujuan



6



mendidik para pribumi agar penjajah memperoleh tenaga administratif yang cerdas dan bergaji murah, ternyata dengan adanya pendidikan itu muncul para pelajar yang terdidik dengan wawasan lebih luas. Setelah mempelajari berbagai perjuangan kemerdekaan bangsa lain, maka tumbuh kesadaran dalam diri mereka bahwa setiap bangsa adalah sederajat dan berhak merdeka, lepas dari belenggu penjajahan bangsa lain. c. Motivasi Kejayaan Bangsa pada Masa Lampau Tumbuh kesadaran dari para aktivis pergerakan bahwa bangsa ini pernah menjadi bangsa yang besar, yakni ketika kejayaan Sriwijaya (Palembang) dan Majapahit (Jawa Timur) yang dapat mempersatukan berbagai wilayah, bahkan kekuasaannya melebihi Nusantara, yakni dari Selat Malaka sampai Tanah Genting Kra di Thailand. Kejayaan ini dapat memotivasi bahwa bangsa ini mempunyai potensi menjadi bangsa yang mandiri dan besar seperti halnya Sriwijaya dan Majapahit. 2. Faktor Eksternal (dari Luar Negeri) a. Keberhasilan Pergerakan Nasional di Negara-negara Lain. Keberhasilan pergerakan di Asia dan Afrika seperti Cina, India, Filipina, Turki, dan Mesir membangkitkan semangat para kaum terdidik untuk berjuang sehingga dapat menikmati keberhasilan yang sama dengan mereka. b. Kemenangan Jepang Terhadap Rusia. Perang tahun 1905 menyadarkan bahwa bangsa Barat (ras Kaukasoid) bukanlah bangsa yang superior segala-galanya terhadap bangsa Timur (ras Mongoloid) karena ternyata bangsa Asia dapat mengalahkan bangsa Eropa. c. Masuk dan Berkembangnya Paham Baru di Eropa dan Amerika. Paham seperti liberalisme (kebebasan, kesetaraan derajat manusia, dan supremasi hukum) yang dibawa T.S. Raffles, kebebasan-kesetaraan yang dikampanyekan Napoleon Bonaparte, dan paham nasionalisme yang terus menggema ke seluruh dunia menumbuhkan kesadaran bahwa setiap bangsa berhak untuk merdeka. C. Periode Moderat/ Kooperatif Periode moderat/kooperatif merupakan periode awal kebangkitan nasional, ketika gerakan nasionalisme di Indonesia diwarnai dengan perjuangan untuk memperbaiki kondisi sosial dan budayanya. Sifat gerakan organisasi yang lahir pada periode ini adalah moderat dan kooperatif dengan pemerintah kolonial Belanda. Organisasi yang lahir pada periode ini antara lain sebagai berikut. 1. Budi Utomo Budi Utomo adalah organisasi pergerakan nasional yang pertama kali didirikan pada 20 Mei 1998 di Jakarta. Kemunculan organisasi ini tidak lepas dari pengaruh penerapan politik etis dari pihak Belanda. Organisasi ini dirintis oleh dr. Wahidin Sudirohusodo. Organisasi Budi Utomo didirikan dengan tujuan untuk menggalang dana demi membantu anak-anak bumiputra yang kekurangan dana. Ide tersebut kemudian dikembangkan oleh Sutomo, seorang mahasiswa STOVIA yang kemudian dipilih menjadi ketua organisasi tersebut. Sebagian besar pendiri Budi



7



Utomo adalah pelajar STOVIA, seperti Sutomo, Gunawan Mangunkusumo, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo. Para tokoh pendiri Budi Utomo berpendapat bahwa untuk mendapatkan kemajuan, pendidikan dan pengajaran harus menjadi perhatian utama. Organisasi ini memiliki corak sebagai organisasi modern, yaitu memiliki pimpinan, ideologi, dan keanggotaan yang jelas. Organisasi Budi Utomo bersifat kooperatif terhadap pemerintah kolonial Belanda, moderat, serta tidak membedakan agama, keturunan, dan jenis kelamin. Pada 3-5 Oktober 1908, Budi Utomo menyelenggarakan kongres pertama di Yogyakarta. Dalam kongres itu, dibahas dua prinsip perjuangan, yaitu golongan muda yang menginginkan perjuangan politik dalam menghadapi pemerintah kolonial, sedangkan golongan tua yang mempertahankan cara lama, yaitu perjuangan sosiokultural. Selanjutnya, kongres Budi Utomo tahun 1931 di Jakarta memutuskan bahwa Budi Utomo terbuka bagi seluruh bangsa Indonesia. Pada kongres tahun 1932 di Solo, diputuskan secara tegas bahwa tujuan Budi Utomo adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk tujuan inilah pada tahun 1935 Budi Utomo rela meleburkan dirinya dengan mengadakan fusi dan membentuk suatu wadah baru yang lebih besar, yaitu Partai Indonesia Raya (Parindra). 2. Sarekat Islam (SI) Organisasi lain yang berdiri pada periode moderat/kooperatif adalah Sarekat Islam (Syarikat Islam). Organisasi ini merupakan pengembangan dari Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan tahun 1909 di Jakarta oleh R.M. Tirtodisuryo. Tujuan utama SDI adalah untuk membela kepentingan pedagang Indonesia dari ancaman persaingan dengan pedagang Cina. Namun, karena sering terjadi perkelahian dan kerusuhan yang dilakukan pedagang Cina dan SDI, maka pemerintah melarang SDI. Atas anjuran H.O.S. Cokroaminoto, pada 10 September 1912, SDI diubah menjadi Sarekat Islam. Dasar organisasi Sarekat Islam adalah persatuan bangsa dengan Islam sebagai tali atau simbol persatuan. Tujun dari organisasi ini adalah kemajuan perdagangan, kemajuan hidup kerohanian, dan menggalang persatuan di antara umat Islam. Sarekat Islam merupakan partai yang diorganisasi oleh pengusaha kecil Indonesia. Tokoh-tokoh Sarekat Islam yang terkenal adalah H.O.S. Cokroaminoto, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis. Untuk mendekati atau menarik rakyat, agama Islam-lah yang dijadikan daya tariknya. Jadi, untuk bisa menjadikan Sarekat Islam suatu organisasi yang kuat, ia harus bersifat massal. Hingga tahun 1916, Sarekat Islam telah memiliki 80 cabang Sarekat Islam lokal di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota 800.000 orang. Pada tahun 1913, Sarekat Islam menyelenggarakan kongres pertama di Surabaya. Kongres itu menetapkan keputusan sebagai berikut. a. Sarekat Islam bukan partai politik. b. Sarekat Islam tidak melawan Pemerintah Hindia Belanda. c. Haji Oemar Said Cokroaminoto dipilih menjadi ketua Sarekat Islam. d. Kota Surabaya ditetapkan menjadi pusat kegiatan Sarekat Islam. 3. Muhammadiyah



8



Organisasi yang lahir pada periode moderat/kooperatif adalah Muhammadiyah. Keberadaan organisasi Budi Utomo telah memberikan inspirasi kepada K.H. Ahmad Dahlan untuk mendirikan sebuah organisasi yang bersifat modern. Ia pun mendirikan organisasi Muhammadiyah pada 18 November 1912 yang bercirikan organisasi sosial, pendidikan, dan keagamaan. Salah satu tujuan didirikannya Muhammadiyah adalah untuk memurnikan ajaran Islam, yaitu seharusnya Islam bersumber pada Alquran dan Al-Hadis, tindakannya adalah amar makruf nahimunkar, atau mengajak hal yang baik dan mencegah hal yang buruk. Pembaruan model Wahabiyah di Arab pun dimulai, antara lain dengan manajemen organisasi modern, pendirian lembaga pendidikan, dan dakwah melalui media atau surat kabar. Sistem pendidikan dibangun dengan cara sendiri, menggabungkan cara tradisional dengan cara modern. Model sekolah Barat ditambah pelajaran agama yang dilakukan di dalam kelas. Dalam bidang kemasyarakatan, organisasi ini mendirikan rumah sakit, poliklinik, dan rumah yatim piatu yang dikelola oleh lembaga-lembaga. Usaha di bidang sosial itu ditandai dengan berdirinya Pertolongan Kesengsaraan Umum (PKU) pada tahun 1923. Itulah bentuk kepedulian sosial dan tolong-menolong sesama muslim. Selanjutnya, organisasi wanita juga dibentuk dengan nama ‘Aisyiyah di Yogyakarta sebagai bagian dari organisasi wanita Muhammadiyah. Nama tersebut terinspirasi dari nama ‘Aisyah, istri Nabi Muhammad yang dikenal taat beragama, cerdas, dan rajin bekerja untuk mendukung eko nomi rumah tangga. Diharapkan profil ‘Aisyah juga menjadi profil warga ‘Aisyiyah. Aisyiyah yang masih eksis sampai sekarang didirikan sebagai pembantu peran kaum perempuan, terutama bidang keagamaan. Ketika ‘Aisyiyah berdiri, perempuan tidak mendapatkan akses pendidikan dan kemasyarakatan karena dianggap tidak perlu mengenyam pendidikan, apalagi mempunyai peran kemasyarakatan. Aisyiyah berpendapat bahwa perempuan dan laki-laki sama sama mempunyai kewajiban untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, termasuk melalui bidang pendidikan. 4. Taman Siswa Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Awalnya, Taman Siswa memiliki nama Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa (Institut Pendidikan Nasional Taman Siswa). Saat itu, Taman Siswa hanya memiliki 20 murid kelas Taman Indria. Kemudian, Taman Siswa berkembang pesat dengan memiliki 52 cabang dengan murid kurang lebih 65.000 siswa. Azas Taman Siswa adalah “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Artinya, “guru jika di depan harus memberi contoh atau teladan, di tengah harus bisa menjalin kerja sama, dan di belakang harus memberi motivasi atau dorongan kepada para siswanya”. Hingga saat ini, azas ini masih relevan dan penting dalam dunia pendidikan. Taman Siswa mendobrak sistem pendidikan Barat dan pondok pesantren dengan mengajukan sistem pendidikan nasional. Pendidikan nasional yang ditawarkan adalah pendidikan bercirikan kebudayaan asli Indonesia.



9



5.



Taman Siswa mengalami banyak kendala dari pihak-pihak yang tidak mendukung. Pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan berbagai aturan untuk membatasi pergerakan Taman Siswa, seperti dikenai pajak rumah tangga dan Undangundang Ordonansi Sekolah Liar Tahun 1932, yakni larangan mengajar bagi guru-guru yang terlibat partai politik. Meski demikian, Taman Siswa mampu memberikan kontribusi yang luar biasa bagi masyarakat luas dengan pendidikan. Taman Siswa juga mampu menyediakan pendidikan untuk rakyat yang tidak mampu disediakan oleh pemerintah kolonial. Saat ini, sekolah Taman Siswa masih berdiri dan tetap berperan bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Partai Indonesia Raya (Parindra) Partai Indonesia Raya didirikan oleh dr. Sutomo di Solo pada Desember 1935. Partai ini merupakan gabungan dari dua organisasi yang berfusi, yaitu Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia. Tujuan partai adalah mencapai Indonesia Raya dan mulia yang hakikatnya mencapai Indonesia merdeka. Di Jawa, anggota Parindra banyak berasal dari petani, mereka kemudian disebut dengan kaum kromo. Di daerah lain, masuk kaum Betawi, Serikat Sumatera, dan Sarikat Selebes. Partai ini adalah yang mengajukan petisi Sutardjo yang ditandatangani oleh Sutardjo, penandatanganan pertama, yang lainnya I.J.Kasimo, dr. Sam Ratulangi, Datuk Tumenggung, Kwo Kwat Tiong, dan Alatas. Dalam mewujudkan tujuannya, Parindra berusaha menyusun kaum tani dengan mendirikan Rukun Tani, menyusun serikat pekerja perkapalan dengan mendirikan Rukun Pelayaran Indonesia (Rupelin), menyusun perekonomian dengan menganjurkan Swadeshi (menolong diri sendiri), mendirikan Bank Nasional Indonesia di Surabaya, serta mendirikan percetakan-percetakan yang menerbitkan surat kabar dan majalah. Kegiatan Parindra ini semakin mendapatkan dukungan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada saat itu, Van Starkenborg, Salam Historia Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan bangsa Indonesia. Sebelum meninggal, Ki Hajar Dewantara berpesan kepada ahli warisnya agar tidak menggunakan nama jalan dengan menggunakan namanya karena dapat mengkultuskan individukan dirinya. Sehingga pemerintah pusat maupun daerah sampai sekarang tidak menggunakan nama jalan “Ki Hajar Dewantara”. Untuk menghargai jasa-jasanya, pemerintah menggunakan nama “Taman Siswa” sebagai nama jalan. yang menggantikan De Jonge pada tahun 1936. Gubernur Jenderal van Starkenborg memodifikasi politiestaat peninggalan De Jonge menjadi beambtenstaat (negara pegawai) yang memberi konsensi yang lebih baik kepada organisasi-organisasi yang kooperatif dengan pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1937, Parindra memiliki anggota 4.600 orang. Pada akhir tahun 1938, anggotanya menjadi 11.250 orang. Anggota ini sebagian besar terkonsentrasi di Jawa Timur. Pada Mei 1941 (menjelang Perang Pasifik), Partai Indonesia Raya diperkirakan memiliki anggota sebanyak 19.500 orang. Ketika dr. Soetomo meninggal pada Mei 1938, kedudukannya sebagai ketua Parindra digantikan oleh Moehammad Hoesni Thamrin, seorang pedagang dan anggota Volksraad. Sebelum menjadi ketua Parindra, M.H. Thamrin telah mengadakan kontak-kontak dagang dengan Jepang sehingga ia memainkan kartu Jepang ketika ia berada di panggung politik Volksraad.



10



6.



Karena aktivitas politiknya yang menguat dan kedekatannya dengan Jepang, pemerintah Hindia Belanda menganggap Thamrin lebih berbahaya daripada Sukarno. Maka, pada 9 Februari 1941, rumah M.H. Thamrin digeledah oleh PID (dinas rahasia Hinda Belanda) ketika ia sedang terkena penyakit malaria. Selang dua hari kemudian, M.H. Thamrin mengembuskan napas yang terakhir. Dengan demikian, Parindra digambarkan sebagai partai yang bekerja sama dengan pemerintahan Hindia Belanda pada awal berdirinya, akan tetapi dicurigai pada akhir kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia pada tahun 1942 sebagai partai yang bermain mata dengan Jepang untuk memperoleh kemerdekaan. Gabungan Politik Indonesia (GAPI) Gabungan Politik Indonesia (GAPI) adalah suatu organisasi payung dari partaipartai dan organisasi-organisasi politik yang berdiri pada 21 Mei 1939 di dalam rapat pendirian organisasi nasional di Jakarta. Walaupun tergabung dalam GAPI, masing masing partai tetap mempunyai kemerdekaan penuh terhadap program kerjanya masing-masing dan bila timbul perselisihan antara partai-partai, GAPI bertindak sebagai penengah. Pertama kali, 117 pimpinan dipegang oleh Mohammad Husni Thamrin, Mr. Amir Syarifuddin, dan Abikusno Tjokrosujono. Inisiatif datang dari Thamrin, tokoh Perindra, untuk membentuk suatu badan konsentrasi nasional. Karena melihat gelagat internasional yang semakin genting serta memungkinkan keterlibatan langsung Indonesia dalam perang, maka pembentukan badan ini terasa sangat mendesak, antara lain untuk memupuk rasa saling menghargai serta kerja sama untuk membela kepentingan rakyat. Adapun alasan yang tidak kalah penting adalah situasi internasional pada saat itu. Alasan ini pula yang melatarbelakangi inisiatif M.H. Thamrin (Parindra) mengadakan rapat pada 19 Maret 1939 untuk mendirikan badan konsentrasi yang baru. Sebagai realisasi dari rapat di atas, maka pada 21 Mei 1939 diadakan rapat umum yang menghasilkan pembentukan konsentrasi nasional, Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Kepengurusan federasi dijalankan oleh suatu sekretariat tetap yang terdiri atas sekretaris umum, sekretaris pembantu, dan bendahara. Jabatan-jabatan ini untuk pertama kali diduduki oleh M.H. Thamrin dari Parindra sebagai bendahara, Abikusno Tjokrosuyoso dari PSII sebagai sekretaris umum, dan Amir Sjarifudin dari Gerindo sebagai sekretaris pembantu. Anggota GAPI terdiri atas Parindra (Partai Indonesia Raya), Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia), PH (Partai Islam Indonesia), PPKI (Persatuan Partai Katolik Indonesia), PSII (Persatuan Sarekat Islam Indonesia), Persatuan Minahasa, dan Pasundan. Dasar dasar federasi meliputi hak menentukan nasib sendiri, persatuan Indonesia, demokrasi dalam usaha-usaha politik, ekonomi, sosial, serta kesatuan aksi. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengadakan kerja sama dan mempersatukan semua partai politik Indonesia dan mengadakan kongres-kongres rakyat Indonesia. Sesuai dengan anggaran dasarnya, tujuan GAPI adalah 1) menghimpun organisasiorganisasi politik bangsa Indonesia untuk bekerja bersama-sama, 2) menyelenggarakan kongres Indonesia. Pada bagian lain anggaran dasarnya, disebutkan bahwa Gabungan Politik Indonesia berdasarkan kepada beberapa hal berikut, 1) hak



11



118 untuk menentukan dan mengurus nasib bangsa sendiri, 2) persatuan nasional dari seluruh bangsa Indonesia, dengan berdasar kerakyatan dalam paham politik, serta 3) persatuan aksi seluruh pergerakan Indonesia. Meskipun persatuan nasional merupakan dasar aksi GAPI, akan tetapi dalam kenyataannya perpecahan dalam tubuh kaum pergerakan tidak bisa diabaikan begitu saja. Bagaimanapun, hal ini akan memengaruhi bahkan menghambat pencapaian tujuan GAPI. Perpecahan tersebut terlihat ketika berdirinya Golongan Nasional Indonesia di samping adanya Fraksi Nasional. Di samping itu, di antara anggota-anggota pun terdapat perbedaan yang tidak bisa diselesaikan. Terdapatnya anggota anggota GAPI, Parindra, PSII, PII, Pasundan, dan Gerindo yang mempunyai konflik: PII Sukiman dengan PSII Abikusno; Gerindo dengan Moh. Yamin. Sementara itu, perpecahan kaum pergerakan tidak menjadi penghalang utama bagi GAPI untuk melakukan aksiaksinya. Pada rapat tanggal 4 Juli 1939, GAPI memutuskan pendirian Kongres Rakyat Indonesia (KRI). Pembentukan kongres ini merupakan pelaksanaan program GAPI. Pada 1 September 1939, Hitler menyerbu Polandia dan mulai berkobarlah Perang Dunia II di Eropa. GAPI menekan Belanda supaya memberikan otonomi sehingga dapat dibentuk aksi bersama Belanda-Indonesia dalam melawan fasisme. Tentu saja Belanda tidak bereaksi. Di samping itu, GAPI melakukan aksi Indonesia Berparlemen. Dengan aksi ini, diharapkan pemerintah Nederland memberi peluang untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan rakyat melalui Kongres Rakyat Indonesia. Tujuan ini dikemukakan berhubung dengan timbulnya Perang Dunia II. Bertalian dengan hal di atas, GAPI juga menawarkan hubungan kerja sama Indonesia dengan Belanda, dengan harapan adanya perhatian Belanda terhadap aspirasi rakyat Indonesia. Hal ini untuk merealisasikan keputusan-keputusan konferensi GAPI yang dilangsungkan pada 19-20 September 1939 yang antara lain sebagai berikut. a. Perlunya dibentuk parlemen yang anggota-anggotanya dipilih dari dan oleh rakyat. Pemerintah harus bertanggung jawab kepada parlemen itu. b. Jika keputusan di atas dipenuhi, maka GAPI akan memaklumkan kepada rakyat untuk mendukung Belanda. c. Anggota-anggota GAPI akan bertindak semata-mata dalam ikatan GAPI. Berparlemen merupakan program yang terus-menerus dan disebarluaskan kepada semua partai, baik anggota GAPI maupun anggota Kongres Rakyat Indonesia. Tuntutan GAPI, yakni Indonesia Berparlemen, ternyata kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Alasan yang dikemukakannya adalah bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan status kenegaraan Indonesia akan dibicarakan setelah selesai perang. Kondisi Belanda yang diduduki Jerman sejak Mei 1940 tentu merupakan salah satu alasan bagi pemerintah Belanda. Ketika pemerintah Nederland menjadi Exile Government di London, ini berarti semakin menjauhkan hubungan Indonesia dengan Belanda. Pada Agustus 1940, mosi-mosi (Thamrin, Soetardjo, dan Wiwoho) mendapat tanggapan yang umumnya negatif dari pemerintah sehingga ditarik kembali oleh para sponsornya. Pada bulan yang sama, GAPI memulai upaya yang terakhir ketika organisasi tersebut mengusulkan pembentukan suatu uni Belanda Indonesia yang berdasarkan atas kedudukan yang sama bagi kedua belah pihak dengan Volksraad



12



akan berubah menjadi badan legislatif yang bersifat bikameral atas dasar sistem pemilihan yang adil. Akan tetapi, desakan yang terus-menerus dari GAPI, Indonesia Berparlemen telah memaksa Belanda membentuk suatu panitia Commisie tot bestudering van staattrechtelijke hervormingen (Panitia untuk mempelajari perubahanperubahan tata negara). Panitia yang biasa disebut Commisie Visman karena nama ketuanya Visman ini dibentuk pada November 1940 dan laporannya ke luar tahun 1942. Partai Indonesia Raya (Parindra) Partai Indonesia Raya didirikan oleh dr. Sutomo di Solo pada Desember 1935. Partai ini merupakan gabungan dari dua organisasi yang berfusi, yaitu Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia. Tujuan partai adalah mencapai Indonesia Raya dan mulia yang hakikatnya mencapai Indonesia merdeka. Di Jawa, anggota Parindra banyak berasal dari petani, mereka kemudian disebut dengan kaum kromo. Di daerah lain, masuk kaum Betawi, Serikat Sumatera, dan Sarikat Selebes. Partai ini adalah yang mengajukan petisi Sutardjo yang ditandatangani oleh Sutardjo, penandatanganan pertama, yang lainnya I.J.Kasimo, dr. Sam Ratulangi, Datuk Tumenggung, Kwo Kwat Tiong, dan Alatas. Dalam mewujudkan tujuannya, Parindra berusaha menyusun kaum tani dengan mendirikan Rukun Tani, menyusun serikat pekerja perkapalan dengan mendirikan Rukun Pelayaran Indonesia (Rupelin), menyusun perekonomian dengan menganjurkan Swadeshi (menolong diri sendiri), mendirikan Bank Nasional Indonesia di Surabaya, serta mendirikan percetakanpercetakan yang menerbitkan surat kabar dan majalah. Kegiatan Parindra ini semakin mendapatkan dukungan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada saat itu, Van Starkenborg, Salam Historia Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan bangsa Indonesia. Sebelum meninggal, Ki Hajar Dewantara berpesan kepada ahli warisnya agar tidak menggunakan nama jalan dengan menggunakan namanya karena dapat mengkultuskan individukan dirinya. Sehingga pemerintah pusat maupun daerah sampai sekarang tidak menggunakan nama jalan “Ki Hajar Dewantara”. Untuk menghargai jasa-jasanya, pemerintah menggunakan nama “Taman Siswa” sebagai nama jalan yang menggantikan De Jonge pada tahun 1936. Gubernur Jenderal van Starkenborg memodifikasi politiestaat peninggalan De Jonge menjadi beambtenstaat (negara pegawai) yang memberi konsensi yang lebih baik kepada organisasi-organisasi yang kooperatif dengan pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1937, Parindra memiliki anggota 4.600 orang. Pada akhir tahun 1938, anggotanya menjadi 11.250 orang. Anggota ini sebagian besar terkonsentrasi di Jawa Timur. Pada Mei 1941 (menjelang Perang Pasifik), Partai Indonesia Raya diperkirakan memiliki anggota sebanyak 19.500 orang. Ketika dr. Soetomo meninggal pada Mei 1938, kedudukannya sebagai ketua Parindra digantikan oleh Moehammad Hoesni Thamrin, seorang pedagang dan anggota Volksraad. Sebelum menjadi ketua Parindra, M.H. Thamrin telah mengadakan kontak-kontak dagang dengan Jepang sehingga ia memainkan kartu Jepang ketika ia berada di panggung politik Volksraad. Karena aktivitas politiknya yang menguat dan kedekatannya dengan Jepang, pemerintah Hindia Belanda menganggap Thamrin lebih berbahaya daripada Sukarno. Maka, pada 9 Februari 1941, rumah M.H. Thamrin digeledah oleh PID (dinas rahasia



13



7.



Hinda Belanda) ketika ia sedang terkena penyakit malaria. Selang dua hari kemudian, M.H. Thamrin mengembuskan napas yang terakhir. Dengan demikian, Parindra digambarkan sebagai partai yang bekerja sama dengan pemerintahan Hindia Belanda pada awal berdirinya, akan tetapi dicurigai pada akhir kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia pada tahun 1942 sebagai partai yang bermain mata dengan Jepang untuk memperoleh kemerdekaan. Gabungan Politik Indonesia (GAPI) Gabungan Politik Indonesia (GAPI) adalah suatu organisasi payung dari partaipartai dan organisasi-organisasi politik yang berdiri pada 21 Mei 1939 di dalam rapat pendirian organisasi nasional di Jakarta. Walaupun tergabung dalam GAPI, masing masing partai tetap mempunyai kemerdekaan penuh terhadap program kerjanya masing-masing dan bila timbul perselisihan antara partai-partai, GAPI bertindak sebagai penengah. Pertama kali, 117 pimpinan dipegang oleh Mohammad Husni Thamrin, Mr. Amir Syarifuddin, dan Abikusno Tjokrosujono. Inisiatif datang dari Thamrin, tokoh Perindra, untuk membentuk suatu badan konsentrasi nasional. Karena melihat gelagat internasional yang semakin genting serta memungkinkan keterlibatan langsung Indonesia dalam perang, maka pembentukan badan ini terasa sangat mendesak, antara lain untuk memupuk rasa saling menghargai serta kerja sama untuk membela kepentingan rakyat. Adapun alasan yang tidak kalah penting adalah situasi internasional pada saat itu. Alasan ini pula yang melatarbelakangi inisiatif M.H. Thamrin (Parindra) mengadakan rapat pada 19 Maret 1939 untuk mendirikan badan konsentrasi yang baru. Sebagai realisasi dari rapat di atas, maka pada 21 Mei 1939 diadakan rapat umum yang menghasilkan pembentukan konsentrasi nasional, Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Kepengurusan federasi dijalankan oleh suatu sekretariat tetap yang terdiri atas sekretaris umum, sekretaris pembantu, dan bendahara. Jabatan-jabatan ini untuk pertama kali diduduki oleh M.H. Thamrin dari Parindra sebagai bendahara, Abikusno Tjokrosuyoso dari PSII sebagai sekretaris umum, dan Amir Sjarifudin dari Gerindo sebagai sekretaris pembantu. Anggota GAPI terdiri atas Parindra (Partai Indonesia Raya), Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia), PH (Partai Islam Indonesia), PPKI (Persatuan Partai Katolik Indonesia), PSII (Persatuan Sarekat Islam Indonesia), Persatuan Minahasa, dan Pasundan. Dasar-dasar federasi meliputi hak menentukan nasib sendiri, persatuan Indonesia, demokrasi dalam usaha-usaha politik, ekonomi, sosial, serta kesatuan aksi. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengadakan kerja sama dan mempersatukan semua partai politik Indonesia dan mengadakan kongres-kongres rakyat Indonesia. Sesuai dengan anggaran dasarnya, tujuan GAPI adalah 1) menghimpun organisasi-organisasi politik bangsa Indonesia untuk bekerja bersama-sama, 2) menyelenggarakan kongres Indonesia. Pada bagian lain anggaran dasarnya, disebutkan bahwa Gabungan Politik Indonesia berdasarkan kepada beberapa hal berikut, 1) hak 118 untuk menentukan dan mengurus nasib bangsa sendiri, 2) persatuan nasional dari seluruh bangsa Indonesia, dengan berdasar kerakyatan dalam paham politik, serta 3) persatuan aksi seluruh pergerakan Indonesia.



14



Meskipun persatuan nasional merupakan dasar aksi GAPI, akan tetapi dalam kenyataannya perpecahan dalam tubuh kaum pergerakan tidak bisa diabaikan begitu saja. Bagaimanapun, hal ini akan memengaruhi bahkan menghambat pencapaian tujuan GAPI. Perpecahan tersebut terlihat ketika berdirinya Golongan Nasional Indonesia di samping adanya Fraksi Nasional. Di samping itu, di antara anggotaanggota pun terdapat perbedaan yang tidak bisa diselesaikan. Terdapatnya anggota-anggota GAPI, Parindra, PSII, PII, Pasundan, dan Gerindo yang mempunyai konflik: PII Sukiman dengan PSII Abikusno; Gerindo dengan Moh. Yamin. Sementara itu, perpecahan kaum pergerakan tidak menjadi penghalang utama bagi GAPI untuk melakukan aksi-aksinya. Pada rapat tanggal 4 Juli 1939, GAPI memutuskan pendirian Kongres Rakyat Indonesia (KRI). Pembentukan kongres ini merupakan pelaksanaan program GAPI. Pada 1 September 1939, Hitler menyerbu Polandia dan mulai berkobarlah Perang Dunia II di Eropa. GAPI menekan Belanda supaya memberikan otonomi sehingga dapat dibentuk aksi bersama Belanda-Indonesia dalam melawan fasisme. Tentu saja Belanda tidak bereaksi. Di samping itu, GAPI melakukan aksi Indonesia Berparlemen. Dengan aksi ini, diharapkan pemerintah Nederland memberi peluang untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan rakyat melalui Kongres Rakyat Indonesia. Tujuan ini dikemukakan berhubung dengan timbulnya Perang Dunia II. Bertalian dengan hal di atas, GAPI juga menawarkan hubungan kerja sama Indonesia dengan Belanda, dengan harapan adanya perhatian Belanda terhadap aspirasi rakyat Indonesia. Hal ini untuk merealisasikan keputusan-keputusan konferensi GAPI yang dilangsungkan pada 19-20 September 1939 yang antara lain sebagai berikut. a. Perlunya dibentuk parlemen yang anggota-anggotanya dipilih dari dan oleh rakyat. Pemerintah harus bertanggung jawab kepada parlemen itu. b. Jika keputusan di atas dipenuhi, maka GAPI akan memaklumkan kepada rakyat untuk mendukung Belanda. c. Anggota-anggota GAPI akan bertindak semata-mata dalam ikatan GAPI. Berparlemen merupakan program yang terus-menerus dan disebarluaskan kepada semua partai, baik anggota GAPI maupun anggota Kongres Rakyat Indonesia. Tuntutan GAPI, yakni Indonesia Berparlemen, ternyata kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Alasan yang dikemukakannya adalah bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan status kenegaraan Indonesia akan dibicarakan setelah selesai perang. Kondisi Belanda yang diduduki Jerman sejak Mei 1940 tentu merupakan salah satu alasan bagi pemerintah Belanda. Ketika pemerintah Nederland menjadi Exile Government di London, ini berarti semakin menjauhkan hubungan Indonesia dengan Belanda. Pada Agustus 1940, mosi-mosi (Thamrin, Soetardjo, dan Wiwoho) mendapat tanggapan yang umumnya negatif dari pemerintah sehingga ditarik kembali oleh para sponsornya. Pada bulan yang sama, GAPI memulai upaya yang terakhir ketika organisasi tersebut mengusulkan pembentukan suatu uni Belanda Indonesia yang berdasarkan atas kedudukan yang sama bagi kedua belah pihak dengan Volksraad akan berubah menjadi badan legislatif yang bersifat bikameral atas dasar sistem pemilihan yang adil. Akan tetapi, desakan yang terus-menerus dari GAPI, Indonesia Berparlemen telah memaksa Belanda membentuk suatu panitia Commisie tot bestudering van



15



staattrechtelijke hervormingen (Panitia untuk mempelajari perubahan-perubahan tata negara). Panitia yang biasa disebut Commisie Visman karena nama ketuanya Visman ini dibentuk pada November 1940 dan laporannya ke luar tahun 1942. D. Periode Politik Periode politik merupakan kelanjutan dari periode moderat/kooperatif. Dalam periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia dalam bidang politik lahir untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Beberapa organisasi yang muncul pada periode ini adalah sebagai berikut. 1. Indische Partij (IP) Indische Partij (IP) didirikan oleh Tiga Serangkai, yakni Douwes Dekker (Setyabudi Danudirjo), Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) pada 25 Desember 1912 di Bandung. Organisasi ini berkomitmen untuk menyatukan semua golongan yang ada di Indonesia dengan menyebarluaskan paham Indische nationalism (nasionalisme Hindia) yang tidak membedakan keturunan, suku bangsa, agama, kebudayaan, maupun adat istiadat. Cita-cita tersebut terwujud dalam surat kabar De Expres dengan semboyan “Indische los van Holland” yang berarti Indonesia bebas dari Belanda dan “Indie voor Indiers” yang berarti Hindia untuk orang Hindia. Adapun Indische Partij memiliki program kerja seperti menanamkan cita-cita nasional Hindia Timur (Indonesia), memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan baik di bidang pemerintahan maupun kemasyarakatan, memberantas usaha usaha yang menyebabkan kebencian antaragama, memperbesar pengaruh proHindia Timur di lapangan pemerintahan, berusaha mendapatkan kesamaan hak bagi semua orang Hindia, serta dalam hal pengajaran kegunaannya harus ditujukan untuk kepentingan ekonomi Hindia. Kritik yang terlalu keras membuat Indische Partij mendapat pengawalan lebih ketat dari pihak Belanda. Belanda menolak permohonan organisasi ini untuk mendapat status badan hukum. Kecemasan Belanda mencapai puncaknya pada tahun 1913. Belanda menangkap dan mengasingkan ketiga pemimpin Indische Partij. Rencana penangkapan dimulai ketika Ki Hajar Dewantara menulis di surat kabar De Expres dengan judul “Als ik eens Nederlander was” (Seandainya Saya Seorang Belanda) terbitan 13 Juli 1913. Di dalamnya, Ki Hajar Dewantara menuliskan tentang bagaimana pemerintah Belanda mencari dana dari rakyat Indonesia untuk merayakan peringatan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari tangan Prancis. Pada tahun yang sama, pemerintah Belanda menyatakan Indische Partij sebagai organisasi terlarang. Kemudian, organisasi ini berganti nama menjadi Insulinde, tetapi tidak berumur panjang. Pada tahun 1919, organisasi ini berubah nama lagi menjadi National Indische Partij (NIP). Pada 1914, Dr. Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit, sedangkan Ki Hajar Dewantara dan Douwes Dekker baru dikembalikan pada tahun 1919. Douwes Dekker tetap bertahan di dunia politik, sedangkan Ki Hajar Dewantara terjun ke dunia pendidikan dengan mendirikan Taman Siswa. 2. Gerakan Pemuda



16



Organisasi politik yang kedua adalah gerakan pemuda. Sejak berdirinya Budi Utomo, unsur pemuda Indonesia mulai terlibat. Namun, unsur pemuda ini tidak lama bertahan dalam Budi Utomo karena didominasi oleh golongan tua atau priayi. Setelah itu, gerakan pemuda mulai tumbuh dan berkembang secara mandiri di berbagai daerah di Indonesia. Bermula dari gerakan solidaritas yang bersifat informal, gerakan-gerakan pemuda ini kemudian menjelma menjadi gerakan politik yang bercita-cita mewujudkan Indonesia yang merdeka dan maju. Gerakan pemuda yang muncul pertama kali adalah Trikoro Dharmo yang merupakan cikal bakal dari Jong Java. Organisasi ini didirikan oleh R. Satiman Wiryosanjoyo, dan kawan-kawan di gedung STOVIA, Batavia pada tahun 1915. Trikoro Dharmo memiliki misi dan visi yang dikembangkan sebagai tujuan dari Trikoro Dharmo, yaitu mempererat tali persaudaraan antarsiswa siswi bumiputra pada sekolah menengah dan kejuruan, menambah pengetahuan umum bagi para anggotanya, serta membangkitkan dan mempertajam peranan untuk segala bahasa dan budaya. Meski demikian, tujuan sesungguhnya dari organisasi ini adalah mencapai Jawa Raya dengan memperkukuh rasa persatuan antarpemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Dalam kongres pertamanya di Solo pada 12 Juni 1918, organisasi ini kemudian berubah nama menjadi Jong Java dan berubah haluan menjadi organisasi politik. Dalam kongres selanjutnya di Solo pada tahun 1926, Jong Java mengutarakan hendak menghidupkan rasa persatuan bangsa Indonesia serta kerja sama antarpemuda di seluruh Indonesia. Dengan demikian, organisasi ini menghapus sifat Jawa sentris sehingga lahirlah Perkumpulan Pasundan, Persatuan Minahasa, Molukas, Sarekat Celebes, Sarekat Sumatera, dan lain lain. Selain itu, juga ada organisasi kepemudaan lain yang berasal dari Sumatra dengan nama Jong Sumatranen Bond yang didirikan pada tahun 1917. Dari organisasi ini muncul nama-nama besar seperti Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, dan Bahder Johan. Pada kongresnya yang ketiga, organisasi ini melontarkan pemikiran Mohammad Yamin, yakni semua penduduk Nusantara menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dan bahasa persatuan. Selanjutnya, pada tahun 1918, berdirilah persatuan pemuda Ambon yang diberi nama Jong Ambon. Kemudian, antara tahun 1918-1919 berdiri pula Jong Minahasa dan Jong Celebes. Salah satu tokoh yang terkenal dari Jong Minahasa adalah Sam Ratulangi. Pada tahun 1926, berbagai organisasi kepemudaan berkumpul dan mengadakan Kongres Pemuda I di Yogyakarta yang menunjukkan adanya persatuan antar pemuda Indonesia. Selanjutnya, dalam Kongres Pemuda II di Batavia pada 26-28 Oktober 1928, sebanyak 750 orang wakil dari organisasi-organisasi kepemudaan seluruh Indonesia berhasil menunjukkan persatuan tekad dalam Sumpah Pemuda. Dalam kongres ini, lagu “Indonesia Raya” ciptaan W.R. Supratman pertama kali dikumandangkan beriringan dengan dikibarkannya bendera Merah Putih sebagai simbol identitas bangsa. Dalam butir sumpah pemuda yang pertama, “Bertumpah darah satu, tanah air Indonesia”, menyiratkan makna bahwa banyaknya pulau di Indonesia bukan menjadi penghalang untuk bersatu. Butir pertama ini juga menjadi tolok ukur kesetiaan rakyat terhadap negaranya.



17



Butir kedua, yaitu “Berbangsa satu, bangsa Indonesia”, dibutuhkan untuk menguatkan butir pertama. Beragamnya suku bangsa di Indonesia dapat dilihat dalam sejarah berdirinya organisasi pergerakan nasional yang awalnya masih bersifat kesukuan. Contohnya Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, dan Jong Java. Meskipun banyaknya perbedaan dapat menimbulkan konflik, tetapi dengan sikap saling menghormati dan toleransi yang tinggi, perbedaan yang ada dapat menyatukan bangsa menuju kemerdekaan. Butir ketiga dalam Sumpah Pemuda berbunyi, “Berbahasa satu, bahasa Indonesia.” Tolok ukur eksistensi suatu bangsa dapat dilihat dari cara dan sikap rakyat dalam berbahasa. Menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan merupakan tanggung jawab bagi setiap warga negara. Latar belakang pemilihan bahasa Melayu berdasarkan bukti sejarah menunjukkan sebagai bahasa penghubung dalam berbagai kegiatan, khususnya perdagangan di wilayah Nusantara. Sumpah Pemuda telah membuktikan bahwa keberagaman masyarakat bukanlah hambatan untuk mencapai persatuan dan kesatuan. Sebaliknya, keberagaman harus disikapi sebagai hal yang mendorong kemajuan bangsa. Semangat Sumpah Pemuda yang mengilhami berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia sangat relevan hingga saat ini. 3. Gerakan Perempuan Kemunculan organisasi-organisasi wanita merupakan realisasi dari cita-cita Kartini untuk memperjuangkan kedudukan sosial wanita. Pada awal kemunculannya, pergerakan wanita belum begitu mempersoalkan masalah-masalah yang menyangkut politik, fokus mereka adalah pada perbaikan dalam hidup berkeluarga dan meningkatkan kecakapan sebagai seorang ibu. Pada tahun 1912, atas segala usaha Budi Utomo, berdirilah organisasi Putri Merdika di Jakarta. Organisasi ini bertujuan memajukan pengajaran anak-anak perempuan. Kemunculan Putri Merdika kemudian disusul oleh munculnya organisasi pendidikan Kautaman Istri yang dirintis oleh Dewi Sartika sejak tahun 1904, sebelum akhirnya berubah menjadi Vereninging Kaoetaman Istri. Mulai tahun 1910, sekolah ini diurus oleh sebuah panitia yang terdiri dari Njonja Directour Opleidingschool, Raden Ajoe Regent, Raden Ajoe Patih, dan Raden Ajoe Hoofd-Djaksa. Selanjutnya, Kautaman Istri berdiri di beberapa wilayah lain, yakni Tasikmalaya (1913), Sumedang dan Cianjur (1916), Ciamis (1917), dan Cicurug (1918). Organisasi-organisasi wanita juga muncul di daerah Jawa Tengah seperti Pawiyatan Wanito di Magelang (1915), Wanita Susilo di Pemalang (1918), Wanito Hadi di Jepara (1915). Organisasi-organisasi tersebut memfokuskan pada pelatihan untuk memajukan kecapakan wanita, khususnya kecakapan rumah tangga. Selain itu juga bertujuan untuk mempererat persaudaraan antara kaum ibu. Tidak hanya di Jawa, organisasiorganisasi wanita juga bermunculan di luar Jawa. Di antaranya adalah “Kaoetaman Istri Minangkabau” di Padang Panjang dan sekolah “Kerajinan Amai Setia” di Kota Gedang, Sumatra Barat tahun 1914. Banyak keterampilan kerumahtanggaan diajarkan di sekolah-sekolah ini. Salah satu tokoh wanita yang berpengaruh di luar Jawa adalah Maria Walanda Maramis. Pada tahun 1918, melalui perkumpulan Percintaan Ibu Kepada Anak



18



Temurunnya (P.J.K.A.T) yang dibentuknya, pada tahun 1917 ia mendirikan sekolah rumah tangga Indonesia pertama di Manado dengan 20 murid tamatan sekolah dasar. Setelah tahun 1920, organisasi wanita semakin luas orientasinya, terutama dalam menjangkau masyarakat bawah dan tujuan politik dilakukan bersama organisasi politik induk. Dengan semakin bertambahnya organisasi wanita, setiap organisasi politik mempunyai bagian kewanitaan, misalnya Wanudyo Utomo yang menjadi bagian dari Sarekat Islam, kemudian berganti nama menjadi Sarekat Perempuan Islam Indonesia. Namun, tidak semua organisasi wanita yang muncul selalu identik dengan politik. Salah satu contohnya adalah kemunculan ‘Aisyiyah di Muhammadiyah yang memfokuskan tujuannya pada kegiatan sosial keagamaan. beberapa organisasi di atas, ada jenis organisasi wanita lain yang merupakan organisasi terpelajar seperti Putri Indonesia, JIB dames Afdeling, Jong Java bagian wanita, organisasi Wanita Taman Siswa, dan lain-lain. Dari beberapa jenis organisasi wanita tersebut, paham kebangsaan dan persatuan Indonesia juga diterima di kalangan organisasi ini. Oleh karena itu, untuk membulatkan tekad dan mendukung persatuan Indonesia, diadakan kongres perempuan Indonesia di Yogyakarta pada 22-25 November 1928. Kongres tersebut bertujuan untuk mempersatukan cita-cita dan memajukan wanita Indonesia serta membuat gabungan organisasi wanita. Beberapa organisasi yang hadir dalam kongres tersebut ialah Wanita Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Wanito Mulyo, ‘Aisyiyah, SI bagian wanita, dan lain-lain. Kongres ini menghasilkan keputusan untuk membentuk gabungan organisasi wanita dengan nama Perikatan Perempuan Indonesia (PPI). Setahun kemudian, pada 28-31 Desember 1929, PPI mengadakan kongres di Jakarta. Pokok pembahasan di dalam kongres masih mengenai kedudukan wanita dan antipoligami. Selain itu, kongres juga memutuskan untuk mengubah nama organisasi menjadi Perikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPII) yang bertujuan untuk memperbaiki nasib dan derajat wanita Indonesia. Dengan dana yang dikumpulkannya, diharapkan mampu memperbaiki nasib wanita pada masa itu. Organisasi ini tidak mencampuri politik dan agama. Pada tahun 1930, atas anjuran PNI, didirikan organisasi wanita kebangsaan bernama Istri Sedar (IS) di Bandung. Organisasi ini memusatkan tenaganya di bidang ekonomi dan kemajuan wanita. IS bersikap netral terhadap agama dan menjangkau semua lapisan wanita, baik golongan atas atau bawah. IS juga tidak secara langsung terjun ke dalam politik, tetapi pemerintah selalu mengamati aktivitas organisasi itu, terutama setelah mengadakan kongres pada 4-7 Juni 1931. Dalam propagandanya, IS sering menyuarakan antikolonial. Selain itu, ada sebuah organisasi wanita yang sangat mengecam pemerintah kolonial, yaitu perkumpulan “Mardi Wanita” yang didirikan tahun 1933 oleh anggota-anggota wanita partai politik Partai Indonesia (Partindo) setelah partai ini dikenakan vergadeverbod (larangan mengadakan rapat) oleh pemerintah kolonial. ini mempunyai banyak cabang terutama di Jawa Tengah dan namanya diganti menjadi “Persatuan Marhaen Indonesia” yang berpusat di Yogyakarta. Akan tetapi, setahun kemudian, organisasi ini dikenai larangan dan ketuanya, S.K. Trimurti dimasukkan ke penjara karena masalah pamflet. PPII dan IS dapat dikatakan sebagai organisasi wanita yang berpengaruh saat itu. Namun, keduanya justru larut ke dalam



19



konflik antarorganisasi. Sejak awal pendiriannya, IS terus berselisih dengan PPII. IS mencemooh karena PPII hanya bergerak untuk memajukan sejahteraan wanita seperti di negara merdeka. Menurutnya, perjuangan wanita sudah sewajarnya masuk ke lapangan politik. Di satu sisi, PPII sebagai federasi organisasi wanita tidak dapat bekerja sama dengan IS yang lebih banyak menyerang federasi itu. Akan tetapi, keduanya juga saling bekerja sama dalam rangka pengiriman delegasi kongres Wanita Asia di Lahore. Pada 20-24 Juli 1935, Kongres Perempuan Indonesia (KPI) kedua diadakan di Jakarta. Beberapa keputusan KPI adalah mendirikan Badan Penyelidikan Perburuhan Perempuan yang berfungsi meneliti pekerjaan yang dilakukan perempuan Indonesia. Selain itu, juga didirikan pula Badan Kongres Perempuan Indonesia sekaligus mengakhiri kiprah PPII. Selanjutnya, KPI ketiga diadakan di Bandung pada 25-28 105 Juli 1938. Kongres tersebut menetapkan tanggal 22 Desember sebagai hari ibu. Peringatan hari ibu setiap tahun diharapkan dapat mendorong kesadaran wanita Indonesia akan kewajibannya sebagai ibu bangsa. Dengan mulai banyaknya kaum wanita yang bekerja di lapangan, maka dirasakan perlunya membentuk sebuah organisasi. Oleh karena itu, pada tahun 1940 di Jakarta dibentuk perkumpulan Pekerja Perempuan Indonesia (PPI) yang terdiri dari mereka yang bekerja di kantor-kantor pemerintah atau swasta, guru, perawat, dan buruh. Mereka menyatukan diri meskipun bekerja di bidang yang berbeda-beda karena mereka merasa senasib, yakni diskriminasi kaum wanita terlihat jelas dalam kesempatan untuk memperoleh pekerjaan, gaji, dan kesempatan untuk maju. Kendati demikian, perkumpulan itu tidak melakukan kegiatan sebagai serikat pekerja, melainkan menekankan pada pendidikan keterampilan untuk mata pencaharian dan pembentukan kesadaran nasional. Satu hal yang juga mencerminkan kemajuan wanita adalah terbentuknya perkumpulan dalam kalangan mahasiswi dengan nama Indonesische Vrouwelijke Studentedvereniging (perkumpulan mahasiswi Indonesia) di Jakarta pada tahun 1940. Kegiatan organisasiorganisasi wanita dalam tahun sebelum pecah Perang Pasifik yang pantas dicatat adalah rapat protes yang diselenggarakan atas prakarsa delapan perkumpulan. Protes ini muncul karena tidak adanya anggota wanita dalam Volksraad (semacam DPR sekarang). Rapat ini diadakan di Gedung Permufakatan Indonesia, Gang Kenari, Jakarta, yang dihadiri 500 dari 45 perkumpulan. Organisasi-organisasi itu juga mendukung aksi Gabungan Politik Indonesia (GAPI) agar Indonesia mempunyai parlemen sebagai wakil rakyat. Dapat dikatakan bahwa dalam periode ini kaum wanita telah menaruh perhatian pada perjuangan politik, baik dengan sikap kooperatif maupun nonkooperatif dengan pemerintah kolonial. E. Metode Radikal Periode radikal merupakan suatu periode yang memunculkan organisasi organisasi politik yang kemudian dinamakan “partai”. Organisasi-organisasi ini pada umumnya bersifat radikal dan nonkooperatif. Mereka tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda dalam mewujudkan cita cita organisasinya. Organisasi-organisasi tersebut antara lain sebagai berikut.



20



1. Perhimpunan Indonesia Pada awal abad ke-20, para pelajar Hindia yang berada di Belanda mendirikan organisasi yang bernama Indische Vereniging Salam Historia Lagu “Indonesia Raya” diciptakan W.R. Supratman tahun 1924. Saat itu, umur pemuda yang berasal dari Purworejo ini baru 24 tahun. Lagunya baru diperdengarkan kepada publik tahun 1928. Siapa sangka, pada uang kertas Rp 50.000,00 edisi W.R. Supratman ada tulisan kecil/micro word teks asli lagu Indonesia Raya hasil ciptaannya (1908), yaitu perkumpulan Hindia yang beranggotakan orang-orang Hindia, Cina, dan Belanda. Organisasi itu didirikan oleh R.M. Notosuroto, R. Panji Sostrokartono, dan R. Husein Djajadiningrat. Semula, organisasi itu bergerak di bidang sosial dan kebudayaan sebagai ajang bertukar pikiran tentang situasi tanah air. Organisasi itu juga menerbitkan majalah yang diberi nama Hindia Putera. Banyaknya pemuda pelajar di Tanah Hindia yang dibuang ke Belanda semakin menggiatkan aktivitas perkumpulan itu. Dalam perkembangan selanjutnya, perkumpulan itu mengutamakan masalahmasalah politik. Jiwa kebangsaan yang semakin kuat di antara mahasiswa Hindia di Belanda mendorong mereka untuk mengganti nama Indische Vereninging menjadi Indonesische Vereeniging (1922). Selanjutnya, pada tahun 1925, perkumpulan itu berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI) dengan pimpinan Iwa Kusuma Sumatri, J.B. Sitanala, Moh. Hatta, Sastramulyono, dan D. Mangunkusumo. Nama majalah terbitan mereka juga berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Itu semua merupakan usaha baru dalam memberikan identitas nasionalis yang muncul di luar tanah air. Mereka juga membuat simbol-simbol baru, merah putih sebagai lambang mereka, dan Pangeran Diponegoro sebagai tokoh perjuangan. Perhimpunan Indonesia semakin mendapat simpati dari para mahasiswa Indonesia di Tanah Belanda. Jumlah keanggotaannya semakin bertambah banyak. Tahun 1926, jumlah anggota mencapai 38 orang. Di Tanah Belanda itulah para mahasiswa itu menyerukan kepada semua pemuda di Indonesia Hindia untuk bersatu padu dalam setiap gerakan-gerakan mereka. PI bersemboyan “self reliance, not mendiancy”, yang berarti tidak meminta-minta dan menuntut-nuntut. Dalam anggaran dasarnya juga disebutkan bahwa kemerdekaan Indonesia hanya diperoleh melalui aksi bersama, yaitu kekuatan serentak oleh seluruh rakyat Indonesia berdasarkan kekuatan sendiri. Kepentingan penjajah dan yang terjajah berlawanan dan tidak mungkin diadakan kerja sama (nonkooperasi). Bangsa Indonesia harus mampu berdiri di atas kaki sendiri, tidak tergantung pada bangsa lain. PI menjadi organisasi politik yang semakin disegani karena pengaruh Moh. Hatta. Di bawah pimpinan Hatta, PI berkembang dengan pesat dan merangsang para mahasiswa yang ada di Belanda untuk terus memikirkan kemerdekaan tanah airnya. Aktivitas politik PI tidak saja dilakukan di Belanda dan Indonesia, tetapi juga dilakukan secara internasional. Mahasiswa secara teratur melakukan diskusi dan melakukan kritik terhadap pemerintah Belanda. PI juga menuntut kemerdekaan Indonesia dengan segera. Dengan demikian, jelaslah bahwa Perhimpunan Indonesia merupakan manifesto politik pergerakan Indonesia karena Perhimpunan itu lahir di negeri asing yang saat itu



21



menjadi penjajah Tanah Hindia. Dari tempat penjajah itulah perkumpulan pemuda terpelajar itu berhasil mengobarkan semangat dan panji-panji kemerdekaan Indonesia. Jelaslah bahwa para pemuda Indonesia tidak takut untuk membela dan berjuang untuk kemerdekaan tanah airnya dengan segala risikonya. 2. Partai Komunis Indonesia (PKI) Istilah komunis, berasal dari bahasa Latin “comunis” yang artinya “milik bersama”. Istilah ini berakar dari pemikiran Karl Marx dan Lenin. Dalam perkembangannya, komunis terbagi menjadi dua aliran, yaitu aliran sosial demokrat yang disebut juga sosialisme serta aliran komunisme ajaran Marx dan Lenin. Aliran yang pertama bertujuan membentuk pemerintahan demokratis parlementer dengan pemilihan. Sedangkan yang kedua “Komunisme Marx” yang menjadi dasar perjuangan Marx, Lenin, Stalin, dan Mao Tse Tung adalah komunisme “Diktator Proletar” yang menolak sistem demokrasi parlementer. Pada tahun 1913, H.J.F.M. Hendriek Sneevliet, bekas anggota Partai Buruh Sosial Demokrat Negeri Belanda, tiba di Jawa sebagai sekretaris serikat dagang perusahaan Belanda. Tahun berikutnya ia mendirikan perkumpulan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) bersama dengan Bergsma, Brandstander, dan H.W. Dekker. Tujuannya adalah menyebarkan Marxisme. Semula, anggotanya hanya orang-orang Belanda saja, seperti Cramer, Van Gelderen, dan Strokis. Demi kemajuan perkumpulan, Sneevliet mendekati Sarekat Islam Cabang Semarang yang dipimpin Samaun dan Darsono. Pendekatan itu berhasil dengan baik. Samaun dan Darsono dipengaruhi dan masuk sebagai anggota ISDV. PKI sendiri berdiri pada tahun 1920 dengan Semaun sebagai ketuanya. Dalam perjuangannya, PKI menggunakan strategi garis komunis internasional, yaitu dengan melakukan penyusupan ke dalam tubuh partai-partai lain. Tujuannya agar organisasi lain terpecah belah dan anggotanya beralih menjadi anggota PKI sehingga kelak mereka dapat membentuk negara komunis. Salah satu organisasi yang disusupi PKI adalah Sarekat Islam. Hal itu mungkin karena Sarekat Islam memperkenankan adanya keanggotaan rangkap, sehingga timbul SI putih dan SI merah (telah disusupi ISDV atau PKI). PKI yang sebagian besar anggotanya adalah kaum buruh sejak semula sudah sadar bahwa pemerintah Belanda selalu menindas rakyat, termasuk kaum buruh. Untuk itu, setiap ada kesempatan, PKI selalu melakukan pemogokan dan kekacauan, dengan puncak berupa pemberontakan. Pemberontakan PKI meletus pada tahun 1926 di Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, kemudian meluas ke Sumatra pada tahun 1927. Akan tetapi, pemberontakan tersebut dapat ditumpas oleh pemerintah Hindia Belanda sehingga banyak anggota PKI yang ditawan dan sebagian dibuang ke Tanah Merah dan Digul, Irian Barat. Di antara mereka terdapat Aliarkham dan Sarjono, 110 sementara Alimin dan Muso berhasil melarikan diri ke luar negeri. 3. Partai Nasional Indonesia (PNI)



22



Partai Nasional Indonesia merupakan perkembangan dari kelompok belajar (Algemeene Studie Club). Rapat yang dihadiri Sukarno, Cipto Mangunkusumo, Suyudi, dan beberapa mantan anggota Perhimpunan Indonesia, di antaranya Iskaq Cokroadisuryo, Budiarto, dan Sunario, berhasil membentuk organisasi pergerakan baru yang dinamakan Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI ini sangat terpengaruh oleh Perhimpunan Indonesia. Tujuan didirikannya PNI adalah kemerdekaan Indonesia. Ideologi partai ini dikenal dengan istilah Marhaenisme, yaitu suatu ideologi kerakyatan yang mencita-citakan terbentuknya masyarakat sejahtera yang merata. Adapun perjuangan PNI didasarkan pada trilogi perjuangan, yaitu kesadaran nasional, kemauan nasional, dan perbuatan nasional. Dengan trilogi perjuangannya ini, PNI berhasil menghimpun partai-partai lain ke dalam suatu organisasi bersama, yaitu Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). PNI bersama partai lain dalam PPPKI melakukan propaganda untuk menumbuhkan semangat nasionalisme di kalangan rakyat Indonesia. Tindakan PNI itu tentu saja menggusarkan pemerintah Belanda. Oleh karena itu, pemerintah Belanda melakukan tindakan keras dengan menggeledah markas PNI dan menangkap para tokohnya. Dalam peristiwa penangkapan yang terjadi pada 28 Desember 1929 itu, pemerintah Belanda berhasil menangkap Sukarno, Maskun, Gatot Mangkupraja, dan Supriadinata. Mereka kemudian diajukan ke pengadilan kolonial. Dalam sidang di pengadilan kolonial Bandung, Sukarno dan kawan kawannya didampingi pembela, yaitu Sastro Mulyono, Sartono, dan Suyudi, yang juga merupakan anggota PNI. Dalam sidang itu, Sukarno menyampaikan pembelaannya yang diberi judul Indonesia Menggugat. Di sana, Soekarno mengungkapkan bahwa pergerakan di kalangan rakyat bukanlah hasil dari hasutan, melainkan reaksi yang wajar dari kaum tertindas yang ingin merdeka. Namun, meskipun pengadilan tidak dapat membuktikan kebenaran tuduhannya, Sukarno dan kawan-kawan tetap dijatuhi hukuman penjara. 4. Partai Indonesia (Partindo) Partai Indonesia (Partindo) didirikan di Jakarta pada 30 April 1931. Pendirian partai ini merupakan hasil keputusan Sartono sewaktu ia menjabat ketua PNI-Iama menggantikan Sukarno yang ditangkap pemerintah Belanda pada tahun 1929. Sartono kemudian membubarkan PNI dan membentuk Partindo yang memiliki tujuan pokok sama dengan PNI-lama, yaitu mencapai Indonesia merdeka dengan menjalankan politik nonkooperatif terhadap pemerintahan Belanda. Tindakan Sartono ini mendapat reaksi keras dari anggota PNI-lama, di antaranya Moh. Hatta dan Sutan Syahrir, serta golongan yang tidak menyetujui dengan pembubaran ini. Mereka membentuk Golongan Merdeka dan menjadi organisasi baru bernama Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-baru). Partindo dan PNI-baru pun bersaing dalam memperoleh simpati rakyat. Setelah Sukarno dibebaskan dari Penjara Sukamiskin pada tahun 1932, ia bertekad menyatukan kembali PNI-baru dengan Partindo. Akan tetapi, usahanya mengalami kegagalan sehingga ia akhirnya memutuskan untuk memilih Partindo karena organisasi tersebut lebih sesuai dengan pribadinya dan menawarkan kebebasan



23



untuk mengembangkan kemampuan agitasinya. Ia mengumumkan keputusannya tersebut pada 1 Agustus 1932. Jumlah anggota Partindo tahun 1932 meningkat cukup pesat karena daya tarik Sukarno. Akan tetapi, kewibawaannya telah menurun dibandingkan saat ia memimpin PNI-lama. Pendapat pendapatnya sering kali ditentang oleh pengurus Partindo lainnya dan peranannya lebih terbatas di Partindo Cabang Bandung. Meskipun demikian, usul Sukarno untuk mengganti nama Partindo menjadi PNI (Partai Nasional Indonesia) mendapat dukungan dari banyak anggota. Meskipun mendapat banyak dukungan, usul tersebut menemui kegagalan, tetapi konsepnya tentang Marhaenisme dan sosio-ekonomi diterima partai. Sejak Sukarno memilih Partindo, maka PNI-baru berjuang sekuat tenaga untuk menarik simpati rakyat. Antara kedua organisasi ini kadang terjadi saling ejekmengejek. Pemimpin Partindo seperti Sartono dan Sujudi dinilai sebagai kaum borjuis nasionalis yang menentang kapitalisme Barat tetapi mendukung kapitalisme Indonesia. Gerakan Swadesi Partindo juga mendapat kritikan. Menurut Hatta dan Syahrir, kaum nasionalis harus bersatu untuk mencapai kemerdekaan. Aktivitas Partindo juga dihambat oleh pemerintah Hindia Belanda. Meskipun mendapat pembatasan-pembatasan dan pelarangan, tokoh-tokoh Partindo tidak pernah menggubrisnya. Lewat majalah Pikiran Rakjat dan Soeloeh Indonesia Moeda, mereka melancarkan kritik pedas tentang situasi ekonomi, sosial, dan mengejek tindakan imperialisme Belanda. Melihat hal itu, Gubernur de Jonge menjalankan kewenangan gubernur jenderal, yaitu exorbitante rechten, membuang aktivis pergerakan yang dianggap membahayakan ketenteraman negara. Sukarno kemudian dibuang ke Ende (Flores). Penangkapan Sukarno dan larangan mengadakan rapat oleh pemerintah memberikan pengaruh kepada partai ini. Pada tahun 1936, pengurus Partindo mengumumkan pembubaran dirinya. Pembubaran ini atas ide Sartono yang menggantikan kedudukan Sukarno sebagai ketua. Golongan yang tidak setuju kemudian mendirikan Komite Pertahanan Partindo di Semarang dan Yogyakarta untuk menghambat pembubaran itu, tetapi tidak berhasil. Akhirnya, tahun 1937, partai tersebut benar-benar bubar dan sebagian besar anggotanya masuk dalam Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). Gerindo sedikit berbeda dengan Partindo, yaitu menjunjung asas kooperatif terhadap Belanda. F. Respon Kolonial Belanda terhadap Perjuangan Moderat dan Radikal Perjuangan pergerakan melalui strategi moderat adalah bentuk perjuangan untuk memperbaiki kondisi sosial dan budaya. Sifat gerakan ini sangat kooperatif dengan Kolonial Belanda sehingga Belanda tidak merasa terancam. Karena bersifat non politis maka Kolonial Belanda membiarkan organisasi ini berkembang. Perkembangan organisasi akibat pembiaran dari pihak kolonial inilah yang kemudian menumbuh kembangkan rasa cinta tanah air dan kesadaran nasional untuk Indonesia merdeka. Sebaliknya strategi perjuangan dengan cara radikal mendapat tentangan keras dari Kolonial Belanda karena perjuangan ini mengancam kolonisasi pihak Belanda. Para pejuang pergerakan itu tidak mau bekerja sama dengan Kolonial Belanda bahkan ada



24



yang melakukan pemberontakan terhadap Belanda seperti yang dilakukan PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1926. Akibatnya para tokohnya dikejar-kejar kolonial dan organisasi dibubarkan kolonial. G. Keunggulan antara strategi kolaboratif (kerja sama) dan radikal (bawah tanah) Strategi perjuangan pergerakan dengan cara kolaboratif tentunya mempunyai keuntungan:1). Perjuangan dapat berkembang dengan pesat karena memperjuangkan pendidikan, agama, budaya, dan kesejahteraan rakyat. 2). Dapat bekerja sama dengan kolonial untuk tujuan Indonesia merdeka. 3). Hasil perjuangan dapat terlihat secara nyata misalnya a). KH. Ahmad Dahlan bergerak dalam bidang keagamaan yang mendirikan Muhammadiya. b). Ki Hajar Dewantara begerak dalam bidang pendidikan yang mendirikan Taman Siswa. c). Budi Utomo yang membangun organisasi kepemudaan berdasarkan cita-cita nasionalisme tampa membedakan suku, agama, daerah dan asalusul. d). Serekat Islam yang bertujuan untuk kemajuan perdagangan dari anggotanya sehingga meningkatkan kesejateraan para pedagang dan konsumennya.



H. Organisasi Perjuanagn Pergerakan Nasional Sebelum dan Sedudah 1908 Perjuangan bangsa menuju Indonesia merdeka memang sudah ada jauh sebelum adanya politik etis yang dituntut Van Deventer untuk memberi kesempatan kepada pribumi agar mengenyam pendidikan. Namun, karena perjuangan mereka masih sebatas pada kepentingan kedaerahan atau karena harga diri serta martabat yang terabaikan karena monopoli perdagangan, maka kolonial Belanda mudah mematahkan perjuangan mereka. Perjuangan Imam Bonjol dan Diponegoro yang secara tidak sengaja terjadi bersamaan ternyata sangat merepotkan kolonial Belanda. Baru setelah kolonial Belanda menghadapi mereka satu demi satu, akhirnya perjuangan mereka dapat dihentikan. Untuk lebih memahami karakter perjuangan sebelum dan sesudah tahun 1908, perhatikan paparan berikut ini. 1. Sebelum Tahun 1908 dipimpin raja atau bangsawan dan tokoh agama, sedangkan setelah 1908 dipimpin dan digerakkan kaum terpelajar. 2. Sebelum Tahun 1908 bersifat kedaerahan (lokal), sedangkan setelah 1908 bersifat nasional dan sudah ada interaksi antardaerah. 3. Sebelum Tahun 1908 bersifat fisik atau perjuangan dengan mengangkat senjata, sedangkan setelah 1908 perjuangan menggunakan jalur organisasi. 4. Sebelum Tahun 1908 terfokus pada pemimpin yang berkarisma, sedangkan setelah 1908 memiliki organisasi dengan adanya kaderisasi. 5. Sebelum Tahun 1908 bersifat reaktif dan spontan, sedangkan setelah 1908 memiliki visi secara jelas, yakni Indonesia Merdeka. Berikut penjelasan dari perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme setelah tahun 1908. 1. Dipimpin dan Digerakkan KaumTerpelajar



25



Setelah tahun 1908, walaupun di antara mereka berlatar belakang bangsawan yang sehari-harinya bergelut dengan sistem feodalisme, tetapi mereka adalah orang-orang terpelajar. Munculnya kaum terpelajar pada saat itu tidak terlepas dari politik etis yang membuka keran bagi kaum pribumi (inlander) untuk dapat mengenyam pendidikan. Walaupun sebatas pada kaum bangsawan dan bukan untuk rakyat jelata, tetapi sudah cukup untuk mengantar para tokoh untuk berpikir bagaimana cara mencapai Indonesia merdeka. Awalnya, pendidikan dalam politik etis dibuka dengan tujuan menciptakan tenaga administrasi terdididik dengan gaji yang murah. Namun, dengan adanya sekolah-sekolah milik Belanda seperti HIS, ELS, MULO, dan HBS yang dinikmati tidak lebih 10 persen orang Indonesia, ternyata dapat melahirkan golongan cendekiawan seperti Supomo, Suwardi Suryaningrat, Sukarno, Moh. Hatta, dan Sutan Syahrir. Kaum cendekia ini ada yang berjuang secara kooperatif seperti Sukarno dan ada yang berjuang nonkooperatif seperti Sutan Syahrir. 2. Bersifat Nasional dan Sudah Ada Interaksi Antardaerah Setelah tahun 1908, kolonial Belanda mencanangkan penjajahannya di Indonesia dalam satu komando yang memantau dari berbagai daerah dengan nama Pax Netherlandica. Sistem Pax Netherlandica merupakan sistem politik pembulatan negeri oleh kolonial Belanda dengan tujuan agar negara asing seperti Inggris, Spanyol, dan Portugis tidak lagi menduduki wilayah Indonesia. Salah satu upayanya adalah mengirim pasukan militer ke daerah yang belum dikuasai di Nusantara. Keberhasilan sistem politik Pax Netherlandica berdampak pada penyatuan rakyat Indonesia dalam perasaan senasib sepenanggungan, yaitu sama-sama dijajah Belanda. Penderitaan yang dialami satu daerah tidak lagi dianggap sebagai penderitaan daerah itu semata, melainkan penderitaan seluruh rakyat Hindia Timur (Indonesia). Hal inilah yang memicu persatuan yang pada akhirnya melahirkan kesadaran sebagai suatu bangsa atau kesadaran nasional. Kesadaran berbangsa ini tidak terlepas dari peran kaum terpelajar dan terdidik. Mereka bertemu satu sama lain antardaerah di dalam negeri maupun di luar negeri saat mengenyam pendidikan. Di tempat pendidikan, pelajar-pelajar tersebut bertemu untuk membahas nasib dan masa depan Indonesia. Contohnya mahasiswa STOVIA (kedokteran) yang bertemu satu sama lain antardaerah yang kemudian melahirkan organisasi Budi Utomo untuk Indonesia merdeka. 3. Perjuangan Menggunakan Jalur Organisasi Meskipun perjuangan dengan senjata dilakukan secara sporadis, tetapi pada dasarnya setelah tahun 1908, perjuangan sudah menggunakan jalur organisasi. Banyak cara dalam berjuang secara organisatoris, misalnya diplomasi, kampanye lewat media radio dan 90 surat kabar, pidato di lapangan terbuka (rapat akbar), dan ada yang menolak bekerja sama dengan kolonial Belanda. Perjuangan dengan cara organisasi dikarenakan bangsa kita sudah mulai sadar bahwa jika berjuang dengan senjata tidak mungkin menandingi kecanggihan senjata yang dimiliki penjajah. Terbukti, keberhasilan kita mempertahankan kemerdekaan adalah karena tokoh-tokoh pejuang Indonesia menyeimbangkan antara perjuangan secara militer dan perjuangan melalui diplomasi.



26



4.



Memiliki Organisasi dengan Adanya Kaderisasi Sebelum tahun 1908, perjuangan pada umumnya tergantung pada munculnya satu atau beberapa tokoh sehingga jika tokoh tersebut gugur atau ditangkap, dengan mudah kolonial memadamkan api perjuangan. Setelah tahun 1908, perlawanan tergantung pada organisasi-organisasi pergerakan dengan kaderisasi yang sudah rapi. Dengan demikian, jika pionir wafat, maka perjuangan tetap terjaga keberlangsungannya. Contohnya dengan wafatnya Jenderal Sudirman pada usia 34 tahun, perjuangan diteruskan oleh penggantinya, yakni jenderal Gatot Subroto. 5. Memiliki Visi Secara Jelas, yakni Indonesia Merdeka Sebelum tahun 1908, perjuangan raja-raja lokal dilatarbelakangi oleh monopoli perdagangan atau penguasaan daerah yang dianggap melecehkan martabat dan harga diri penguasa daerah. Setelah tahun 1908, munculnya organisasi-oganisasi pergerakan dilatarbelakangi satu misi dan visi yang jelas, yakni Indonesia menuju kemerdekaan. Walaupun organisasi-organisasi kepemudaan tersebut bersifat sosial budaya, tetapi lambat laun berubah menjadi organisasi politik dengan tujuan mengusir penjajah dari bumi Indonesia. I. Faktor Internal dan Eksternal Lahirnya Organisasi Pergerakan Ada beberapa faktor yang memicu gerakan nasionalisme di Indonesia, baik bersifat internal (dari dalam negeri) maupun bersifat eksternal (dari luar negeri). Untuk lebih jelasnya, ikutilah paparan berikut ini. 1. Faktor Internal (dari Dalam Negeri) a. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik yang Parah Akibat Penjajahan. Penindasan, kekejaman, eksploitasi, dan ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial telah menyebabkan kebencian dan ketidaksukaan yang akhirnya memicu perlawanan terhadap penjajah. b. Munculnya Kaum Terpelajar Kebijakan politik etis atau politik balas budi yang digagas oleh Van Deventer pada awalnya mempunyai prinsip dasar bahwa pemerintah kolonial memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki taraf hidup rakyat pribumi. Walaupun pada kenyataannya oleh penjajah niat dasar moral itu diselewengkan dengan tujuan mendidik para pribumi agar penjajah memperoleh tenaga administratif yang cerdas dan bergaji murah, ternyata dengan adanya pendidikan itu muncul para pelajar yang terdidik dengan wawasan lebih luas. Setelah mempelajari berbagai perjuangan kemerdekaan bangsa lain, maka tumbuh kesadaran dalam diri mereka bahwa setiap bangsa adalah sederajat dan berhak merdeka, lepas dari belenggu penjajahan bangsa lain. c. Motivasi Kejayaan Bangsa pada Masa Lampau Tumbuh kesadaran dari para aktivis pergerakan bahwa bangsa ini pernah menjadi bangsa yang besar, yakni ketika kejayaan Sriwijaya (Palembang) dan Majapahit (Jawa Timur) yang dapat mempersatukan berbagai wilayah, bahkan kekuasaannya melebihi Nusantara, yakni dari Selat Malaka sampai Tanah Genting Kra di Thailand. Kejayaan ini dapat memotivasi bahwa bangsa ini mempunyai potensi menjadi bangsa yang mandiri dan besar seperti halnya Sriwijaya dan Majapahit.



27



2. Faktor Eksternal (dari Luar Negeri) a. Keberhasilan Pergerakan Nasional di Negara-negara Lain. Keberhasilan pergerakan di Asia dan Afrika seperti Cina, India, Filipina, Turki, dan Mesir membangkitkan semangat para kaum terdidik untuk berjuang sehingga dapat menikmati keberhasilan yang sama dengan mereka. b. Kemenangan Jepang Terhadap Rusia. Perang tahun 1905 menyadarkan bahwa bangsa Barat (ras Kaukasoid) bukanlah bangsa yang superior segala-galanya terhadap bangsa Timur (ras Mongoloid) karena ternyata bangsa Asia dapat mengalahkan bangsa Eropa. c. Masuk dan Berkembangnya Paham Baru di Eropa dan Amerika. Paham seperti liberalisme (kebebasan, kesetaraan derajat manusia, dan supremasi hukum) yang dibawa T.S. Raffles, kebebasan-kesetaraan yang dikampanyekan Napoleon Bonaparte, dan paham nasionalisme yang terus menggema ke seluruh dunia menumbuhkan kesadaran bahwa setiap bangsa berhak untuk merdeka. J. Periode Moderat/ Kooperatif Periode moderat/kooperatif merupakan periode awal kebangkitan nasional, ketika gerakan nasionalisme di Indonesia diwarnai dengan perjuangan untuk memperbaiki kondisi sosial dan budayanya. Sifat gerakan organisasi yang lahir pada periode ini adalah moderat dan kooperatif dengan pemerintah kolonial Belanda. Organisasi yang lahir pada periode ini antara lain sebagai berikut. 1. Budi Utomo Budi Utomo adalah organisasi pergerakan nasional yang pertama kali didirikan pada 20 Mei 1998 di Jakarta. Kemunculan organisasi ini tidak lepas dari pengaruh penerapan politik etis dari pihak Belanda. Organisasi ini dirintis oleh dr. Wahidin Sudirohusodo. Organisasi Budi Utomo didirikan dengan tujuan untuk menggalang dana demi membantu anak-anak bumiputra yang kekurangan dana. Ide tersebut kemudian dikembangkan oleh Sutomo, seorang mahasiswa STOVIA yang kemudian dipilih menjadi ketua organisasi tersebut. Sebagian besar pendiri Budi Utomo adalah pelajar STOVIA, seperti Sutomo, Gunawan Mangunkusumo, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo. Para tokoh pendiri Budi Utomo berpendapat bahwa untuk mendapatkan kemajuan, pendidikan dan pengajaran harus menjadi perhatian utama. Organisasi ini memiliki corak sebagai organisasi modern, yaitu memiliki pimpinan, ideologi, dan keanggotaan yang jelas. Organisasi Budi Utomo bersifat kooperatif terhadap pemerintah kolonial Belanda, moderat, serta tidak membedakan agama, keturunan, dan jenis kelamin. Pada 3-5 Oktober 1908, Budi Utomo menyelenggarakan kongres pertama di Yogyakarta. Dalam kongres itu, dibahas dua prinsip perjuangan, yaitu golongan muda yang menginginkan perjuangan politik dalam menghadapi pemerintah kolonial, sedangkan golongan tua yang mempertahankan cara lama, yaitu perjuangan sosiokultural.



28



Selanjutnya, kongres Budi Utomo tahun 1931 di Jakarta memutuskan bahwa Budi Utomo terbuka bagi seluruh bangsa Indonesia. Pada kongres tahun 1932 di Solo, diputuskan secara tegas bahwa tujuan Budi Utomo adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk tujuan inilah pada tahun 1935 Budi Utomo rela meleburkan dirinya dengan mengadakan fusi dan membentuk suatu wadah baru yang lebih besar, yaitu Partai Indonesia Raya (Parindra). 2. Sarekat Islam (SI) Organisasi lain yang berdiri pada periode moderat/kooperatif adalah Sarekat Islam (Syarikat Islam). Organisasi ini merupakan pengembangan dari Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan tahun 1909 di Jakarta oleh R.M. Tirtodisuryo. Tujuan utama SDI adalah untuk membela kepentingan pedagang Indonesia dari ancaman persaingan dengan pedagang Cina. Namun, karena sering terjadi perkelahian dan kerusuhan yang dilakukan pedagang Cina dan SDI, maka pemerintah melarang SDI. Atas anjuran H.O.S. Cokroaminoto, pada 10 September 1912, SDI diubah menjadi Sarekat Islam. Dasar organisasi Sarekat Islam adalah persatuan bangsa dengan Islam sebagai tali atau simbol persatuan. Tujun dari organisasi ini adalah kemajuan perdagangan, kemajuan hidup kerohanian, dan menggalang persatuan di antara umat Islam. Sarekat Islam merupakan partai yang diorganisasi oleh pengusaha kecil Indonesia. Tokoh-tokoh Sarekat Islam yang terkenal adalah H.O.S. Cokroaminoto, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis. Untuk mendekati atau menarik rakyat, agama Islam-lah yang dijadikan daya tariknya. Jadi, untuk bisa menjadikan Sarekat Islam suatu organisasi yang kuat, ia harus bersifat massal. Hingga tahun 1916, Sarekat Islam telah memiliki 80 cabang Sarekat Islam lokal di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota 800.000 orang. Pada tahun 1913, Sarekat Islam menyelenggarakan kongres pertama di Surabaya. Kongres itu menetapkan keputusan sebagai berikut. a. Sarekat Islam bukan partai politik. b. Sarekat Islam tidak melawan Pemerintah Hindia Belanda. c. Haji Oemar Said Cokroaminoto dipilih menjadi ketua Sarekat Islam. d. Kota Surabaya ditetapkan menjadi pusat kegiatan Sarekat Islam. 3. Muhammadiyah Organisasi yang lahir pada periode moderat/kooperatif adalah Muhammadiyah. Keberadaan organisasi Budi Utomo telah memberikan inspirasi kepada K.H. Ahmad Dahlan untuk mendirikan sebuah organisasi yang bersifat modern. Ia pun mendirikan organisasi Muhammadiyah pada 18 November 1912 yang bercirikan organisasi sosial, pendidikan, dan keagamaan. Salah satu tujuan didirikannya Muhammadiyah adalah untuk memurnikan ajaran Islam, yaitu seharusnya Islam bersumber pada Alquran dan Al-Hadis, tindakannya adalah amar makruf nahimunkar, atau mengajak hal yang baik dan mencegah hal yang buruk. Pembaruan model Wahabiyah di Arab pun dimulai, antara lain dengan manajemen organisasi modern, pendirian lembaga pendidikan, dan dakwah melalui media atau surat kabar. Sistem pendidikan dibangun dengan cara sendiri,



29



menggabungkan cara tradisional dengan cara modern. Model sekolah Barat ditambah pelajaran agama yang dilakukan di dalam kelas. Dalam bidang kemasyarakatan, organisasi ini mendirikan rumah sakit, poliklinik, dan rumah yatim piatu yang dikelola oleh lembaga-lembaga. Usaha di bidang sosial itu ditandai dengan berdirinya Pertolongan Kesengsaraan Umum (PKU) pada tahun 1923. Itulah bentuk kepedulian sosial dan tolong-menolong sesama muslim. Selanjutnya, organisasi wanita juga dibentuk dengan nama ‘Aisyiyah di Yogyakarta sebagai bagian dari organisasi wanita Muhammadiyah. Nama tersebut terinspirasi dari nama ‘Aisyah, istri Nabi Muhammad yang dikenal taat beragama, cerdas, dan rajin bekerja untuk mendukung eko nomi rumah tangga. Diharapkan profil ‘Aisyah juga menjadi profil warga ‘Aisyiyah. Aisyiyah yang masih eksis sampai sekarang didirikan sebagai pembantu peran kaum perempuan, terutama bidang keagamaan. Ketika ‘Aisyiyah berdiri, perempuan tidak mendapatkan akses pendidikan dan kemasyarakatan karena dianggap tidak perlu mengenyam pendidikan, apalagi mempunyai peran kemasyarakatan. Aisyiyah berpendapat bahwa perempuan dan laki-laki sama sama mempunyai kewajiban untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, termasuk melalui bidang pendidikan. 4. Taman Siswa Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Awalnya, Taman Siswa memiliki nama Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa (Institut Pendidikan Nasional Taman Siswa). Saat itu, Taman Siswa hanya memiliki 20 murid kelas Taman Indria. Kemudian, Taman Siswa berkembang pesat dengan memiliki 52 cabang dengan murid kurang lebih 65.000 siswa. Azas Taman Siswa adalah “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Artinya, “guru jika di depan harus memberi contoh atau teladan, di tengah harus bisa menjalin kerja sama, dan di belakang harus memberi motivasi atau dorongan kepada para siswanya”. Hingga saat ini, azas ini masih relevan dan penting dalam dunia pendidikan. Taman Siswa mendobrak sistem pendidikan Barat dan pondok pesantren dengan mengajukan sistem pendidikan nasional. Pendidikan nasional yang ditawarkan adalah pendidikan bercirikan kebudayaan asli Indonesia. Taman Siswa mengalami banyak kendala dari pihak-pihak yang tidak mendukung. Pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan berbagai aturan untuk membatasi pergerakan Taman Siswa, seperti dikenai pajak rumah tangga dan Undangundang Ordonansi Sekolah Liar Tahun 1932, yakni larangan mengajar bagi guru-guru yang terlibat partai politik. Meski demikian, Taman Siswa mampu memberikan kontribusi yang luar biasa bagi masyarakat luas dengan pendidikan. Taman Siswa juga mampu menyediakan pendidikan untuk rakyat yang tidak mampu disediakan oleh pemerintah kolonial. Saat ini, sekolah Taman Siswa masih berdiri dan tetap berperan bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. 5. Partai Indonesia Raya (Parindra) Partai Indonesia Raya didirikan oleh dr. Sutomo di Solo pada Desember 1935. Partai ini merupakan gabungan dari dua organisasi yang berfusi, yaitu Budi Utomo



30



6.



dan Persatuan Bangsa Indonesia. Tujuan partai adalah mencapai Indonesia Raya dan mulia yang hakikatnya mencapai Indonesia merdeka. Di Jawa, anggota Parindra banyak berasal dari petani, mereka kemudian disebut dengan kaum kromo. Di daerah lain, masuk kaum Betawi, Serikat Sumatera, dan Sarikat Selebes. Partai ini adalah yang mengajukan petisi Sutardjo yang ditandatangani oleh Sutardjo, penandatanganan pertama, yang lainnya I.J.Kasimo, dr. Sam Ratulangi, Datuk Tumenggung, Kwo Kwat Tiong, dan Alatas. Dalam mewujudkan tujuannya, Parindra berusaha menyusun kaum tani dengan mendirikan Rukun Tani, menyusun serikat pekerja perkapalan dengan mendirikan Rukun Pelayaran Indonesia (Rupelin), menyusun perekonomian dengan menganjurkan Swadeshi (menolong diri sendiri), mendirikan Bank Nasional Indonesia di Surabaya, serta mendirikan percetakan-percetakan yang menerbitkan surat kabar dan majalah. Kegiatan Parindra ini semakin mendapatkan dukungan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada saat itu, Van Starkenborg, Salam Historia Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan bangsa Indonesia. Sebelum meninggal, Ki Hajar Dewantara berpesan kepada ahli warisnya agar tidak menggunakan nama jalan dengan menggunakan namanya karena dapat mengkultuskan individukan dirinya. Sehingga pemerintah pusat maupun daerah sampai sekarang tidak menggunakan nama jalan “Ki Hajar Dewantara”. Untuk menghargai jasa-jasanya, pemerintah menggunakan nama “Taman Siswa” sebagai nama jalan. yang menggantikan De Jonge pada tahun 1936. Gubernur Jenderal van Starkenborg memodifikasi politiestaat peninggalan De Jonge menjadi beambtenstaat (negara pegawai) yang memberi konsensi yang lebih baik kepada organisasi-organisasi yang kooperatif dengan pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1937, Parindra memiliki anggota 4.600 orang. Pada akhir tahun 1938, anggotanya menjadi 11.250 orang. Anggota ini sebagian besar terkonsentrasi di Jawa Timur. Pada Mei 1941 (menjelang Perang Pasifik), Partai Indonesia Raya diperkirakan memiliki anggota sebanyak 19.500 orang. Ketika dr. Soetomo meninggal pada Mei 1938, kedudukannya sebagai ketua Parindra digantikan oleh Moehammad Hoesni Thamrin, seorang pedagang dan anggota Volksraad. Sebelum menjadi ketua Parindra, M.H. Thamrin telah mengadakan kontak-kontak dagang dengan Jepang sehingga ia memainkan kartu Jepang ketika ia berada di panggung politik Volksraad. Karena aktivitas politiknya yang menguat dan kedekatannya dengan Jepang, pemerintah Hindia Belanda menganggap Thamrin lebih berbahaya daripada Sukarno. Maka, pada 9 Februari 1941, rumah M.H. Thamrin digeledah oleh PID (dinas rahasia Hinda Belanda) ketika ia sedang terkena penyakit malaria. Selang dua hari kemudian, M.H. Thamrin mengembuskan napas yang terakhir. Dengan demikian, Parindra digambarkan sebagai partai yang bekerja sama dengan pemerintahan Hindia Belanda pada awal berdirinya, akan tetapi dicurigai pada akhir kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia pada tahun 1942 sebagai partai yang bermain mata dengan Jepang untuk memperoleh kemerdekaan. Gabungan Politik Indonesia (GAPI) Gabungan Politik Indonesia (GAPI) adalah suatu organisasi payung dari partaipartai dan organisasi-organisasi politik yang berdiri pada 21 Mei 1939 di dalam rapat pendirian organisasi nasional di Jakarta. Walaupun tergabung dalam GAPI,



31



masing masing partai tetap mempunyai kemerdekaan penuh terhadap program kerjanya masing-masing dan bila timbul perselisihan antara partai-partai, GAPI bertindak sebagai penengah. Pertama kali, 117 pimpinan dipegang oleh Mohammad Husni Thamrin, Mr. Amir Syarifuddin, dan Abikusno Tjokrosujono. Inisiatif datang dari Thamrin, tokoh Perindra, untuk membentuk suatu badan konsentrasi nasional. Karena melihat gelagat internasional yang semakin genting serta memungkinkan keterlibatan langsung Indonesia dalam perang, maka pembentukan badan ini terasa sangat mendesak, antara lain untuk memupuk rasa saling menghargai serta kerja sama untuk membela kepentingan rakyat. Adapun alasan yang tidak kalah penting adalah situasi internasional pada saat itu. Alasan ini pula yang melatarbelakangi inisiatif M.H. Thamrin (Parindra) mengadakan rapat pada 19 Maret 1939 untuk mendirikan badan konsentrasi yang baru. Sebagai realisasi dari rapat di atas, maka pada 21 Mei 1939 diadakan rapat umum yang menghasilkan pembentukan konsentrasi nasional, Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Kepengurusan federasi dijalankan oleh suatu sekretariat tetap yang terdiri atas sekretaris umum, sekretaris pembantu, dan bendahara. Jabatan-jabatan ini untuk pertama kali diduduki oleh M.H. Thamrin dari Parindra sebagai bendahara, Abikusno Tjokrosuyoso dari PSII sebagai sekretaris umum, dan Amir Sjarifudin dari Gerindo sebagai sekretaris pembantu. Anggota GAPI terdiri atas Parindra (Partai Indonesia Raya), Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia), PH (Partai Islam Indonesia), PPKI (Persatuan Partai Katolik Indonesia), PSII (Persatuan Sarekat Islam Indonesia), Persatuan Minahasa, dan Pasundan. Dasar dasar federasi meliputi hak menentukan nasib sendiri, persatuan Indonesia, demokrasi dalam usaha-usaha politik, ekonomi, sosial, serta kesatuan aksi. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengadakan kerja sama dan mempersatukan semua partai politik Indonesia dan mengadakan kongres-kongres rakyat Indonesia. Sesuai dengan anggaran dasarnya, tujuan GAPI adalah 1) menghimpun organisasiorganisasi politik bangsa Indonesia untuk bekerja bersama-sama, 2) menyelenggarakan kongres Indonesia. Pada bagian lain anggaran dasarnya, disebutkan bahwa Gabungan Politik Indonesia berdasarkan kepada beberapa hal berikut, 1) hak 118 untuk menentukan dan mengurus nasib bangsa sendiri, 2) persatuan nasional dari seluruh bangsa Indonesia, dengan berdasar kerakyatan dalam paham politik, serta 3) persatuan aksi seluruh pergerakan Indonesia. Meskipun persatuan nasional merupakan dasar aksi GAPI, akan tetapi dalam kenyataannya perpecahan dalam tubuh kaum pergerakan tidak bisa diabaikan begitu saja. Bagaimanapun, hal ini akan memengaruhi bahkan menghambat pencapaian tujuan GAPI. Perpecahan tersebut terlihat ketika berdirinya Golongan Nasional Indonesia di samping adanya Fraksi Nasional. Di samping itu, di antara anggota-anggota pun terdapat perbedaan yang tidak bisa diselesaikan. Terdapatnya anggota anggota GAPI, Parindra, PSII, PII, Pasundan, dan Gerindo yang mempunyai konflik: PII Sukiman dengan PSII Abikusno; Gerindo dengan Moh. Yamin. Sementara itu, perpecahan kaum pergerakan tidak menjadi penghalang utama bagi GAPI untuk melakukan aksi-



32



aksinya. Pada rapat tanggal 4 Juli 1939, GAPI memutuskan pendirian Kongres Rakyat Indonesia (KRI). Pembentukan kongres ini merupakan pelaksanaan program GAPI. Pada 1 September 1939, Hitler menyerbu Polandia dan mulai berkobarlah Perang Dunia II di Eropa. GAPI menekan Belanda supaya memberikan otonomi sehingga dapat dibentuk aksi bersama Belanda-Indonesia dalam melawan fasisme. Tentu saja Belanda tidak bereaksi. Di samping itu, GAPI melakukan aksi Indonesia Berparlemen. Dengan aksi ini, diharapkan pemerintah Nederland memberi peluang untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan rakyat melalui Kongres Rakyat Indonesia. Tujuan ini dikemukakan berhubung dengan timbulnya Perang Dunia II. Bertalian dengan hal di atas, GAPI juga menawarkan hubungan kerja sama Indonesia dengan Belanda, dengan harapan adanya perhatian Belanda terhadap aspirasi rakyat Indonesia. Hal ini untuk merealisasikan keputusan-keputusan konferensi GAPI yang dilangsungkan pada 19-20 September 1939 yang antara lain sebagai berikut. 119 a. Perlunya dibentuk parlemen yang anggota-anggotanya dipilih dari dan oleh rakyat. Pemerintah harus bertanggung jawab kepada parlemen itu. b. Jika keputusan di atas dipenuhi, maka GAPI akan memaklumkan kepada rakyat untuk mendukung Belanda. c. Anggota-anggota GAPI akan bertindak semata-mata dalam ikatan GAPI. Berparlemen merupakan program yang terus-menerus dan disebarluaskan kepada semua partai, baik anggota GAPI maupun anggota Kongres Rakyat Indonesia. Tuntutan GAPI, yakni Indonesia Berparlemen, ternyata kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Alasan yang dikemukakannya adalah bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan status kenegaraan Indonesia akan dibicarakan setelah selesai perang. Kondisi Belanda yang diduduki Jerman sejak Mei 1940 tentu merupakan salah satu alasan bagi pemerintah Belanda. Ketika pemerintah Nederland menjadi Exile Government di London, ini berarti semakin menjauhkan hubungan Indonesia dengan Belanda. Pada Agustus 1940, mosi-mosi (Thamrin, Soetardjo, dan Wiwoho) mendapat tanggapan yang umumnya negatif dari pemerintah sehingga ditarik kembali oleh para sponsornya. Pada bulan yang sama, GAPI memulai upaya yang terakhir ketika organisasi tersebut mengusulkan pembentukan suatu uni Belanda Indonesia yang berdasarkan atas kedudukan yang sama bagi kedua belah pihak dengan Volksraad akan berubah menjadi badan legislatif yang bersifat bikameral atas dasar sistem pemilihan yang adil. Akan tetapi, desakan yang terus-menerus dari GAPI, Indonesia Berparlemen telah memaksa Belanda membentuk suatu panitia Commisie tot bestudering van staattrechtelijke hervormingen (Panitia untuk mempelajari perubahanperubahan tata negara). Panitia yang biasa disebut Commisie Visman karena nama ketuanya Visman ini dibentuk pada November 1940 dan laporannya ke luar tahun 1942. Partai Indonesia Raya (Parindra) Partai Indonesia Raya didirikan oleh dr. Sutomo di Solo pada Desember 1935. Partai ini merupakan gabungan dari dua organisasi yang berfusi, yaitu Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia. Tujuan partai adalah mencapai Indonesia Raya dan mulia yang hakikatnya mencapai Indonesia merdeka. Di Jawa, anggota



33



Parindra banyak berasal dari petani, mereka kemudian disebut dengan kaum kromo. Di daerah lain, masuk kaum Betawi, Serikat Sumatera, dan Sarikat Selebes. Partai ini adalah yang mengajukan petisi Sutardjo yang ditandatangani oleh Sutardjo, penandatanganan pertama, yang lainnya I.J.Kasimo, dr. Sam Ratulangi, Datuk Tumenggung, Kwo Kwat Tiong, dan Alatas. Dalam mewujudkan tujuannya, Parindra berusaha menyusun kaum tani dengan mendirikan Rukun Tani, menyusun serikat pekerja perkapalan dengan mendirikan Rukun Pelayaran Indonesia (Rupelin), menyusun perekonomian dengan menganjurkan Swadeshi (menolong diri sendiri), mendirikan Bank Nasional Indonesia di Surabaya, serta mendirikan percetakanpercetakan yang menerbitkan surat kabar dan majalah. Kegiatan Parindra ini semakin mendapatkan dukungan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada saat itu, Van Starkenborg, Salam Historia Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan bangsa Indonesia. Sebelum meninggal, Ki Hajar Dewantara berpesan kepada ahli warisnya agar tidak menggunakan nama jalan dengan menggunakan namanya karena dapat mengkultuskan individukan dirinya. Sehingga pemerintah pusat maupun daerah sampai sekarang tidak menggunakan nama jalan “Ki Hajar Dewantara”. Untuk menghargai jasa-jasanya, pemerintah menggunakan nama “Taman Siswa” sebagai nama jalan yang menggantikan De Jonge pada tahun 1936. Gubernur Jenderal van Starkenborg memodifikasi politiestaat peninggalan De Jonge menjadi beambtenstaat (negara pegawai) yang memberi konsensi yang lebih baik kepada organisasi-organisasi yang kooperatif dengan pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1937, Parindra memiliki anggota 4.600 orang. Pada akhir tahun 1938, anggotanya menjadi 11.250 orang. Anggota ini sebagian besar terkonsentrasi di Jawa Timur. Pada Mei 1941 (menjelang Perang Pasifik), Partai Indonesia Raya diperkirakan memiliki anggota sebanyak 19.500 orang. Ketika dr. Soetomo meninggal pada Mei 1938, kedudukannya sebagai ketua Parindra digantikan oleh Moehammad Hoesni Thamrin, seorang pedagang dan anggota Volksraad. Sebelum menjadi ketua Parindra, M.H. Thamrin telah mengadakan kontak-kontak dagang dengan Jepang sehingga ia memainkan kartu Jepang ketika ia berada di panggung politik Volksraad. Karena aktivitas politiknya yang menguat dan kedekatannya dengan Jepang, pemerintah Hindia Belanda menganggap Thamrin lebih berbahaya daripada Sukarno. Maka, pada 9 Februari 1941, rumah M.H. Thamrin digeledah oleh PID (dinas rahasia Hinda Belanda) ketika ia sedang terkena penyakit malaria. Selang dua hari kemudian, M.H. Thamrin mengembuskan napas yang terakhir. Dengan demikian, Parindra digambarkan sebagai partai yang bekerja sama dengan pemerintahan Hindia Belanda pada awal berdirinya, akan tetapi dicurigai pada akhir kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia pada tahun 1942 sebagai partai yang bermain mata dengan Jepang untuk memperoleh kemerdekaan. K. Periode Politik Periode politik merupakan kelanjutan dari periode moderat/kooperatif. Dalam periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia dalam bidang politik lahir untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Beberapa organisasi yang muncul pada periode ini adalah sebagai berikut.



34



1. Indische Partij (IP) Indische Partij (IP) didirikan oleh Tiga Serangkai, yakni Douwes Dekker (Setyabudi Danudirjo), Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) pada 25 Desember 1912 di Bandung. Organisasi ini berkomitmen untuk menyatukan semua golongan yang ada di Indonesia dengan menyebarluaskan paham Indische nationalism (nasionalisme Hindia) yang tidak membedakan keturunan, suku bangsa, agama, kebudayaan, maupun adat istiadat. Cita-cita tersebut terwujud dalam surat kabar De Expres dengan semboyan “Indische los van Holland” yang berarti Indonesia bebas dari Belanda dan “Indie voor Indiers” yang berarti Hindia untuk orang Hindia. Adapun Indische Partij memiliki program kerja seperti menanamkan cita-cita nasional Hindia Timur (Indonesia), memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan baik di bidang pemerintahan maupun kemasyarakatan, memberantas usaha usaha yang menyebabkan kebencian antaragama, memperbesar pengaruh proHindia Timur di lapangan pemerintahan, berusaha mendapatkan kesamaan hak bagi semua orang Hindia, serta dalam hal pengajaran kegunaannya harus ditujukan untuk kepentingan ekonomi Hindia. Kritik yang terlalu keras membuat Indische Partij mendapat pengawalan lebih ketat dari pihak Belanda. Belanda menolak permohonan organisasi ini untuk mendapat status badan hukum. Kecemasan Belanda mencapai puncaknya pada tahun 1913. Belanda menangkap dan mengasingkan ketiga pemimpin Indische Partij. Rencana penangkapan dimulai ketika Ki Hajar Dewantara menulis di surat kabar De Expres dengan judul “Als ik eens Nederlander was” (Seandainya Saya Seorang Belanda) terbitan 13 Juli 1913. Di dalamnya, Ki Hajar Dewantara menuliskan tentang bagaimana pemerintah Belanda mencari dana dari rakyat Indonesia untuk merayakan peringatan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari tangan Prancis. Pada tahun yang sama, pemerintah Belanda menyatakan Indische Partij sebagai organisasi terlarang. Kemudian, organisasi ini berganti nama menjadi Insulinde, tetapi tidak berumur panjang. Pada tahun 1919, organisasi ini berubah nama lagi menjadi National Indische Partij (NIP). Pada 1914, Dr. Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit, sedangkan Ki Hajar Dewantara dan Douwes Dekker baru dikembalikan pada tahun 1919. Douwes Dekker tetap bertahan di dunia politik, sedangkan Ki Hajar Dewantara terjun ke dunia pendidikan dengan mendirikan Taman Siswa. 2. Gerakan Pemuda Organisasi politik yang kedua adalah gerakan pemuda. Sejak berdirinya Budi Utomo, unsur pemuda Indonesia mulai terlibat. Namun, unsur pemuda ini tidak lama bertahan dalam Budi Utomo karena didominasi oleh golongan tua atau priayi. Setelah itu, gerakan pemuda mulai tumbuh dan berkembang secara mandiri di berbagai daerah di Indonesia. Bermula dari gerakan solidaritas yang bersifat informal, gerakan-gerakan pemuda ini kemudian menjelma menjadi gerakan politik yang bercita-cita mewujudkan Indonesia yang merdeka dan maju. Gerakan pemuda yang muncul pertama kali adalah Trikoro Dharmo yang merupakan cikal bakal dari Jong Java. Organisasi ini didirikan oleh R. Satiman



35



Wiryosanjoyo, dan kawan-kawan di gedung STOVIA, Batavia pada tahun 1915. Trikoro Dharmo memiliki misi dan visi yang dikembangkan sebagai tujuan dari Trikoro Dharmo, yaitu mempererat tali persaudaraan antarsiswa siswi bumiputra pada sekolah menengah dan kejuruan, menambah pengetahuan umum bagi para anggotanya, serta membangkitkan dan mempertajam peranan untuk segala bahasa dan budaya. Meski demikian, tujuan sesungguhnya dari organisasi ini adalah mencapai Jawa Raya dengan memperkukuh rasa persatuan antarpemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Dalam kongres pertamanya di Solo pada 12 Juni 1918, organisasi ini kemudian berubah nama menjadi Jong Java dan berubah haluan menjadi organisasi politik. Dalam kongres selanjutnya di Solo pada tahun 1926, Jong Java mengutarakan hendak menghidupkan rasa persatuan bangsa Indonesia serta kerja sama antarpemuda di seluruh Indonesia. Dengan demikian, organisasi ini menghapus sifat Jawa sentris sehingga lahirlah Perkumpulan Pasundan, Persatuan Minahasa, Molukas, Sarekat Celebes, Sarekat Sumatera, dan lain lain. Selain itu, juga ada organisasi kepemudaan lain yang berasal dari Sumatra dengan nama Jong Sumatranen Bond yang didirikan pada tahun 1917. Dari organisasi ini muncul nama-nama besar seperti Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, dan Bahder Johan. Pada kongresnya yang ketiga, organisasi ini melontarkan pemikiran Mohammad Yamin, yakni semua penduduk Nusantara menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dan bahasa persatuan. Selanjutnya, pada tahun 1918, berdirilah persatuan pemuda Ambon yang diberi nama Jong Ambon. Kemudian, antara tahun 1918-1919 berdiri pula Jong Minahasa dan Jong Celebes. Salah satu tokoh yang terkenal dari Jong Minahasa adalah Sam Ratulangi. Pada tahun 1926, berbagai organisasi kepemudaan berkumpul dan mengadakan Kongres Pemuda I di Yogyakarta yang menunjukkan adanya persatuan antar pemuda Indonesia. Selanjutnya, dalam Kongres Pemuda II di Batavia pada 26-28 Oktober 1928, sebanyak 750 orang wakil dari organisasi-organisasi kepemudaan seluruh Indonesia berhasil menunjukkan persatuan tekad dalam Sumpah Pemuda. Dalam kongres ini, lagu “Indonesia Raya” ciptaan W.R. Supratman pertama kali dikumandangkan beriringan dengan dikibarkannya bendera Merah Putih sebagai simbol identitas bangsa. Dalam butir sumpah pemuda yang pertama, “Bertumpah darah satu, tanah air Indonesia”, menyiratkan makna bahwa banyaknya pulau di Indonesia bukan menjadi penghalang untuk bersatu. Butir pertama ini juga menjadi tolok ukur kesetiaan rakyat terhadap negaranya. Butir kedua, yaitu “Berbangsa satu, bangsa Indonesia”, dibutuhkan untuk menguatkan butir pertama. Beragamnya suku bangsa di Indonesia dapat dilihat dalam sejarah berdirinya organisasi pergerakan nasional yang awalnya masih bersifat kesukuan. Contohnya Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, dan Jong Java. Meskipun banyaknya perbedaan dapat menimbulkan konflik, tetapi dengan sikap saling menghormati dan toleransi yang tinggi, perbedaan yang ada dapat menyatukan bangsa menuju kemerdekaan. Butir ketiga dalam Sumpah Pemuda berbunyi, “Berbahasa satu, bahasa Indonesia.”



36



Tolok ukur eksistensi suatu bangsa dapat dilihat dari cara dan sikap rakyat dalam berbahasa. Menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan merupakan tanggung jawab bagi setiap warga negara. Latar belakang pemilihan bahasa Melayu berdasarkan bukti sejarah menunjukkan sebagai bahasa penghubung dalam berbagai kegiatan, khususnya perdagangan di wilayah Nusantara. Sumpah Pemuda telah membuktikan bahwa keberagaman masyarakat bukanlah hambatan untuk mencapai persatuan dan kesatuan. Sebaliknya, keberagaman harus disikapi sebagai hal yang mendorong kemajuan bangsa. Semangat Sumpah Pemuda yang mengilhami berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia sangat relevan hingga saat ini. 3. Gerakan Perempuan Kemunculan organisasi-organisasi wanita merupakan realisasi dari cita-cita Kartini untuk memperjuangkan kedudukan sosial wanita. Pada awal kemunculannya, pergerakan wanita belum begitu mempersoalkan masalah-masalah yang menyangkut politik, fokus mereka adalah pada perbaikan dalam hidup berkeluarga dan meningkatkan kecakapan sebagai seorang ibu. Pada tahun 1912, atas segala usaha Budi Utomo, berdirilah organisasi Putri Merdika di Jakarta. Organisasi ini bertujuan memajukan pengajaran anak-anak perempuan. Kemunculan Putri Merdika kemudian disusul oleh munculnya organisasi pendidikan Kautaman Istri yang dirintis oleh Dewi Sartika sejak tahun 1904, sebelum akhirnya berubah menjadi Vereninging Kaoetaman Istri. Mulai tahun 1910, sekolah ini diurus oleh sebuah panitia yang terdiri dari Njonja Directour Opleidingschool, Raden Ajoe Regent, Raden Ajoe Patih, dan Raden Ajoe Hoofd-Djaksa. Selanjutnya, Kautaman Istri berdiri di beberapa wilayah lain, yakni Tasikmalaya (1913), Sumedang dan Cianjur (1916), Ciamis (1917), dan Cicurug (1918). Organisasi-organisasi wanita juga muncul di daerah Jawa Tengah seperti Pawiyatan Wanito di Magelang (1915), Wanita Susilo di Pemalang (1918), Wanito Hadi di Jepara (1915). Organisasi-organisasi tersebut memfokuskan pada pelatihan untuk memajukan kecapakan wanita, khususnya kecakapan rumah tangga. Selain itu juga bertujuan untuk mempererat persaudaraan antara kaum ibu. Tidak hanya di Jawa, organisasiorganisasi wanita juga bermunculan di luar Jawa. Di antaranya adalah “Kaoetaman Istri Minangkabau” di Padang Panjang dan sekolah “Kerajinan Amai Setia” di Kota Gedang, Sumatra Barat tahun 1914. Banyak keterampilan kerumahtanggaan diajarkan di sekolah-sekolah ini. Salah satu tokoh wanita yang berpengaruh di luar Jawa adalah Maria Walanda Maramis. Pada tahun 1918, melalui perkumpulan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (P.J.K.A.T) yang dibentuknya, pada tahun 1917 ia mendirikan sekolah rumah tangga Indonesia pertama di Manado dengan 20 murid tamatan sekolah dasar. Setelah tahun 1920, organisasi wanita semakin luas orientasinya, terutama dalam menjangkau masyarakat bawah dan tujuan politik dilakukan bersama organisasi politik induk. Dengan semakin bertambahnya organisasi wanita, setiap organisasi politik mempunyai bagian kewanitaan, misalnya Wanudyo Utomo yang menjadi bagian dari Sarekat Islam, kemudian berganti nama menjadi Sarekat Perempuan Islam Indonesia. Namun, tidak semua organisasi wanita yang muncul selalu identik dengan politik.



37



Salah satu contohnya adalah kemunculan ‘Aisyiyah di Muhammadiyah yang memfokuskan tujuannya pada kegiatan sosial keagamaan. beberapa organisasi di atas, ada jenis organisasi wanita lain yang merupakan organisasi terpelajar seperti Putri Indonesia, JIB dames Afdeling, Jong Java bagian wanita, organisasi Wanita Taman Siswa, dan lain-lain. Dari beberapa jenis organisasi wanita tersebut, paham kebangsaan dan persatuan Indonesia juga diterima di kalangan organisasi ini. Oleh karena itu, untuk membulatkan tekad dan mendukung persatuan Indonesia, diadakan kongres perempuan Indonesia di Yogyakarta pada 22-25 November 1928. Kongres tersebut bertujuan untuk mempersatukan cita-cita dan memajukan wanita Indonesia serta membuat gabungan organisasi wanita. Beberapa organisasi yang hadir dalam kongres tersebut ialah Wanita Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Wanito Mulyo, ‘Aisyiyah, SI bagian wanita, dan lain-lain. Kongres ini menghasilkan keputusan untuk membentuk gabungan organisasi wanita dengan nama Perikatan Perempuan Indonesia (PPI). Setahun kemudian, pada 28-31 Desember 1929, PPI mengadakan kongres di Jakarta. Pokok pembahasan di dalam kongres masih mengenai kedudukan wanita dan antipoligami. Selain itu, kongres juga memutuskan untuk mengubah nama organisasi menjadi Perikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPII) yang bertujuan untuk memperbaiki nasib dan derajat wanita Indonesia. Dengan dana yang dikumpulkannya, diharapkan mampu memperbaiki nasib wanita pada masa itu. Organisasi ini tidak mencampuri politik dan agama. Pada tahun 1930, atas anjuran PNI, didirikan organisasi wanita kebangsaan bernama Istri Sedar (IS) di Bandung. Organisasi ini memusatkan tenaganya di bidang ekonomi dan kemajuan wanita. IS bersikap netral terhadap agama dan menjangkau semua lapisan wanita, baik golongan atas atau bawah. IS juga tidak secara langsung terjun ke dalam politik, tetapi pemerintah selalu mengamati aktivitas organisasi itu, terutama setelah mengadakan kongres pada 4-7 Juni 1931. Dalam propagandanya, IS sering menyuarakan antikolonial. Selain itu, ada sebuah organisasi wanita yang sangat mengecam pemerintah kolonial, yaitu perkumpulan “Mardi Wanita” yang didirikan tahun 1933 oleh anggota-anggota wanita partai politik Partai Indonesia (Partindo) setelah partai ini dikenakan vergadeverbod (larangan mengadakan rapat) oleh pemerintah kolonial. ini mempunyai banyak cabang terutama di Jawa Tengah dan namanya diganti menjadi “Persatuan Marhaen Indonesia” yang berpusat di Yogyakarta. Akan tetapi, setahun kemudian, organisasi ini dikenai larangan dan ketuanya, S.K. Trimurti dimasukkan ke penjara karena masalah pamflet. PPII dan IS dapat dikatakan sebagai organisasi wanita yang berpengaruh saat itu. Namun, keduanya justru larut ke dalam konflik antarorganisasi. Sejak awal pendiriannya, IS terus berselisih dengan PPII. IS mencemooh karena PPII hanya bergerak untuk memajukan sejahteraan wanita seperti di negara merdeka. Menurutnya, perjuangan wanita sudah sewajarnya masuk ke lapangan politik. Di satu sisi, PPII sebagai federasi organisasi wanita tidak dapat bekerja sama dengan IS yang lebih banyak menyerang federasi itu. Akan tetapi, keduanya juga saling bekerja sama dalam rangka pengiriman delegasi kongres Wanita Asia di Lahore.



38



Pada 20-24 Juli 1935, Kongres Perempuan Indonesia (KPI) kedua diadakan di Jakarta. Beberapa keputusan KPI adalah mendirikan Badan Penyelidikan Perburuhan Perempuan yang berfungsi meneliti pekerjaan yang dilakukan perempuan Indonesia. Selain itu, juga didirikan pula Badan Kongres Perempuan Indonesia sekaligus mengakhiri kiprah PPII. Selanjutnya, KPI ketiga diadakan di Bandung pada 25-28 105 Juli 1938. Kongres tersebut menetapkan tanggal 22 Desember sebagai hari ibu. Peringatan hari ibu setiap tahun diharapkan dapat mendorong kesadaran wanita Indonesia akan kewajibannya sebagai ibu bangsa. Dengan mulai banyaknya kaum wanita yang bekerja di lapangan, maka dirasakan perlunya membentuk sebuah organisasi. Oleh karena itu, pada tahun 1940 di Jakarta dibentuk perkumpulan Pekerja Perempuan Indonesia (PPI) yang terdiri dari mereka yang bekerja di kantor-kantor pemerintah atau swasta, guru, perawat, dan buruh. Mereka menyatukan diri meskipun bekerja di bidang yang berbeda-beda karena mereka merasa senasib, yakni diskriminasi kaum wanita terlihat jelas dalam kesempatan untuk memperoleh pekerjaan, gaji, dan kesempatan untuk maju. Kendati demikian, perkumpulan itu tidak melakukan kegiatan sebagai serikat pekerja, melainkan menekankan pada pendidikan keterampilan untuk mata pencaharian dan pembentukan kesadaran nasional. Satu hal yang juga mencerminkan kemajuan wanita adalah terbentuknya perkumpulan dalam kalangan mahasiswi dengan nama Indonesische Vrouwelijke Studentedvereniging (perkumpulan mahasiswi Indonesia) di Jakarta pada tahun 1940. Kegiatan organisasiorganisasi wanita dalam tahun sebelum pecah Perang Pasifik yang pantas dicatat adalah rapat protes yang diselenggarakan atas prakarsa delapan perkumpulan. Protes ini muncul karena tidak adanya anggota wanita dalam Volksraad (semacam DPR sekarang). Rapat ini diadakan di Gedung Permufakatan Indonesia, Gang Kenari, Jakarta, yang dihadiri 500 dari 45 perkumpulan. Organisasi-organisasi itu juga mendukung aksi Gabungan Politik Indonesia (GAPI) agar Indonesia mempunyai parlemen sebagai wakil rakyat. Dapat dikatakan bahwa dalam periode ini kaum wanita telah menaruh perhatian pada perjuangan politik, baik dengan sikap kooperatif maupun nonkooperatif dengan pemerintah kolonial. L. Metode Radikal Periode radikal merupakan suatu periode yang memunculkan organisasiorganisasi politik yang kemudian dinamakan “partai”. Organisasi-organisasi ini pada umumnya bersifat radikal dan nonkooperatif. Mereka tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda dalam mewujudkan cita cita organisasinya. Organisasi-organisasi tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Perhimpunan Indonesia Pada awal abad ke-20, para pelajar Hindia yang berada di Belanda mendirikan organisasi yang bernama Indische Vereniging (1908) yaitu kumpulan Hindia yang beranggotakan orang-orang Hindia, Cina, dan Belanda. Organisasi itu didirikan oleh R.M. Notosuroto, R. Panji Sostrokartono, dan R. Husein Djajadiningrat. Semula, organisasi itu bergerak di bidang sosial dan kebudayaan sebagai ajang bertukar pikiran tentang situasi tanah air. Organisasi itu juga menerbitkan majalah yang diberi nama



39



Hindia Putera. Banyaknya pemuda pelajar di Tanah Hindia yang dibuang ke Belanda semakin menggiatkan aktivitas perkumpulan itu. Dalam perkembangan selanjutnya, perkumpulan itu mengutamakan masalahmasalah politik. Jiwa kebangsaan yang semakin kuat di antara mahasiswa Hindia di Belanda mendorong mereka untuk mengganti nama Indische Vereninging menjadi Indonesische Vereeniging (1922). Selanjutnya, pada tahun 1925, perkumpulan itu berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI) dengan pimpinan Iwa Kusuma Sumatri, J.B. Sitanala, Moh. Hatta, Sastramulyono, dan D. Mangunkusumo. Nama majalah terbitan mereka juga berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Itu semua merupakan usaha baru dalam memberikan identitas nasionalis yang muncul di luar tanah air. Mereka juga membuat simbol-simbol baru, merah putih sebagai lambang mereka, dan Pangeran Diponegoro sebagai tokoh perjuangan. Perhimpunan Indonesia semakin mendapat simpati dari para mahasiswa Indonesia di Tanah Belanda. Jumlah keanggotaannya semakin bertambah banyak. Tahun 1926, jumlah anggota mencapai 38 orang. Di Tanah Belanda itulah para mahasiswa itu menyerukan kepada semua pemuda di Indonesia Hindia untuk bersatu padu dalam setiap gerakan-gerakan mereka. PI bersemboyan “self reliance, not mendiancy”, yang berarti tidak meminta-minta dan menuntut-nuntut. Dalam anggaran dasarnya juga disebutkan bahwa kemerdekaan Indonesia hanya diperoleh melalui aksi bersama, yaitu kekuatan serentak oleh seluruh rakyat Indonesia berdasarkan kekuatan sendiri. Kepentingan penjajah dan yang terjajah berlawanan dan tidak mungkin diadakan kerja sama (nonkooperasi). Bangsa Indonesia harus mampu berdiri di atas kaki sendiri, tidak tergantung pada bangsa lain. PI menjadi organisasi politik yang semakin disegani karena pengaruh Moh. Hatta. Di bawah pimpinan Hatta, PI berkembang dengan pesat dan merangsang para mahasiswa yang ada di Belanda untuk terus memikirkan kemerdekaan tanah airnya. Aktivitas politik PI tidak saja dilakukan di Belanda dan Indonesia, tetapi juga dilakukan secara internasional. Mahasiswa secara teratur melakukan diskusi dan melakukan kritik terhadap pemerintah Belanda. PI juga menuntut kemerdekaan Indonesia dengan segera. Dengan demikian, jelaslah bahwa Perhimpunan Indonesia merupakan manifesto politik pergerakan Indonesia karena Perhimpunan itu lahir di negeri asing yang saat itu menjadi penjajah Tanah Hindia. Dari tempat penjajah itulah perkumpulan pemuda terpelajar itu berhasil mengobarkan semangat dan panji-panji kemerdekaan Indonesia. Jelaslah bahwa para pemuda Indonesia tidak takut untuk membela dan berjuang untuk kemerdekaan tanah airnya dengan segala risikonya. 2. Partai Komunis Indonesia (PKI) Istilah komunis, berasal dari bahasa Latin “comunis” yang artinya “milik bersama”. Istilah ini berakar dari pemikiran Karl Marx dan Lenin. Dalam perkembangannya, komunis terbagi menjadi dua aliran, yaitu aliran sosial demokrat yang disebut juga sosialisme serta aliran komunisme ajaran Marx dan Lenin. Aliran yang pertama bertujuan membentuk pemerintahan demokratis parlementer dengan pemilihan. Sedangkan yang kedua “Komunisme Marx” yang menjadi dasar



40



perjuangan Marx, Lenin, Stalin, dan Mao Tse Tung adalah komunisme “Diktator Proletar” yang menolak sistem demokrasi parlementer. Pada tahun 1913, H.J.F.M. Hendriek Sneevliet, bekas anggota Partai Buruh Sosial Demokrat Negeri Belanda, tiba di Jawa sebagai sekretaris serikat dagang perusahaan Belanda. Tahun berikutnya ia mendirikan perkumpulan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) bersama dengan Bergsma, Brandstander, dan H.W. Dekker. Tujuannya adalah menyebarkan Marxisme. Semula, anggotanya hanya orang-orang Belanda saja, seperti Cramer, Van Gelderen, dan Strokis. Demi kemajuan perkumpulan, Sneevliet mendekati Sarekat Islam Cabang Semarang yang dipimpin Samaun dan Darsono. Pendekatan itu berhasil dengan baik. Samaun dan Darsono dipengaruhi dan masuk sebagai anggota ISDV. PKI sendiri berdiri pada tahun 1920 dengan Semaun sebagai ketuanya. Dalam perjuangannya, PKI menggunakan strategi garis komunis internasional, yaitu dengan melakukan penyusupan ke dalam tubuh partai-partai lain. Tujuannya agar organisasi lain terpecah belah dan anggotanya beralih menjadi anggota PKI sehingga kelak mereka dapat membentuk negara komunis. Salah satu organisasi yang disusupi PKI adalah Sarekat Islam. Hal itu mungkin karena Sarekat Islam memperkenankan adanya keanggotaan rangkap, sehingga timbul SI putih dan SI merah (telah disusupi ISDV atau PKI). PKI yang sebagian besar anggotanya adalah kaum buruh sejak semula sudah sadar bahwa pemerintah Belanda selalu menindas rakyat, termasuk kaum buruh. Untuk itu, setiap ada kesempatan, PKI selalu melakukan pemogokan dan kekacauan, dengan puncak berupa pemberontakan. Pemberontakan PKI meletus pada tahun 1926 di Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, kemudian meluas ke Sumatra pada tahun 1927. Akan tetapi, pemberontakan tersebut dapat ditumpas oleh pemerintah Hindia Belanda sehingga banyak anggota PKI yang ditawan dan sebagian dibuang ke Tanah Merah dan Digul, Irian Barat. Di antara mereka terdapat Aliarkham dan Sarjono, sementara Alimin dan Muso berhasil melarikan diri ke luar negeri. 3. Partai Nasional Indonesia (PNI) Partai Nasional Indonesia merupakan perkembangan dari kelompok belajar (Algemeene Studie Club). Rapat yang dihadiri Sukarno, Cipto Mangunkusumo, Suyudi, dan beberapa mantan anggota Perhimpunan Indonesia, di antaranya Iskaq Cokroadisuryo, Budiarto, dan Sunario, berhasil membentuk organisasi pergerakan baru yang dinamakan Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI ini sangat terpengaruh oleh Perhimpunan Indonesia. Tujuan didirikannya PNI adalah kemerdekaan Indonesia. Ideologi partai ini dikenal dengan istilah Marhaenisme, yaitu suatu ideologi kerakyatan yang mencita-citakan terbentuknya masyarakat sejahtera yang merata. Adapun perjuangan PNI didasarkan pada trilogi perjuangan, yaitu kesadaran nasional, kemauan nasional, dan perbuatan nasional. Dengan trilogi perjuangannya ini, PNI berhasil menghimpun partai-partai lain ke dalam suatu organisasi bersama, yaitu Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan



41



Indonesia (PPPKI). PNI bersama partai lain dalam PPPKI melakukan propaganda untuk menumbuhkan semangat nasionalisme di kalangan rakyat Indonesia. Tindakan PNI itu tentu saja menggusarkan pemerintah Belanda. Oleh karena itu, pemerintah Belanda melakukan tindakan keras dengan menggeledah markas PNI dan menangkap para tokohnya. Dalam peristiwa penangkapan yang terjadi pada 28 Desember 1929 itu, pemerintah Belanda berhasil menangkap Sukarno, Maskun, Gatot Mangkupraja, dan Supriadinata. Mereka kemudian diajukan ke pengadilan kolonial. Dalam sidang di pengadilan kolonial Bandung, Sukarno dan kawan kawannya didampingi pembela, yaitu Sastro Mulyono, Sartono, dan Suyudi, yang juga merupakan anggota PNI. Dalam sidang itu, Sukarno menyampaikan pembelaannya yang diberi judul Indonesia Menggugat. Di sana, Soekarno mengungkapkan bahwa pergerakan di kalangan rakyat bukanlah hasil dari hasutan, melainkan reaksi yang wajar dari kaum tertindas yang ingin merdeka. Namun, meskipun pengadilan tidak dapat membuktikan kebenaran tuduhannya, Sukarno dan kawan-kawan tetap dijatuhi hukuman penjara. 4. Partai Indonesia (Partindo) Partai Indonesia (Partindo) didirikan di Jakarta pada 30 April 1931. Pendirian partai ini merupakan hasil keputusan Sartono sewaktu ia menjabat ketua PNI-Iama menggantikan Sukarno yang ditangkap pemerintah Belanda pada tahun 1929. Sartono kemudian membubarkan PNI dan membentuk Partindo yang memiliki tujuan pokok sama dengan PNI-lama, yaitu mencapai Indonesia merdeka dengan menjalankan politik nonkooperatif terhadap pemerintahan Belanda. Tindakan Sartono ini mendapat reaksi keras dari anggota PNI-lama, di antaranya Moh. Hatta dan Sutan Syahrir, serta golongan yang tidak menyetujui dengan pembubaran ini. Mereka membentuk Golongan Merdeka dan menjadi organisasi baru bernama Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-baru). Partindo dan PNI-baru pun bersaing dalam memperoleh simpati rakyat. Setelah Sukarno dibebaskan dari Penjara Sukamiskin pada tahun 1932, ia bertekad menyatukan kembali PNI-baru dengan Partindo. Akan tetapi, usahanya mengalami kegagalan sehingga ia akhirnya memutuskan untuk memilih Partindo karena organisasi tersebut lebih sesuai dengan pribadinya dan menawarkan kebebasan untuk mengembangkan kemampuan agitasinya. Ia mengumumkan keputusannya tersebut pada 1 Agustus 1932. Jumlah anggota Partindo tahun 1932 meningkat cukup pesat karena daya tarik Sukarno. Akan tetapi, kewibawaannya telah menurun dibandingkan saat ia memimpin PNI-lama. Pendapat pendapatnya sering kali ditentang oleh pengurus Partindo lainnya dan peranannya lebih terbatas di Partindo Cabang Bandung. Meskipun demikian, usul Sukarno untuk mengganti nama Partindo menjadi PNI (Partai Nasional Indonesia) mendapat dukungan dari banyak anggota. Meskipun mendapat banyak dukungan, usul tersebut menemui kegagalan, tetapi konsepnya tentang Marhaenisme dan sosio-ekonomi diterima partai. Sejak Sukarno memilih Partindo, maka PNI-baru berjuang sekuat tenaga untuk menarik simpati rakyat. Antara kedua organisasi ini kadang terjadi saling ejek-



42



mengejek. Pemimpin Partindo seperti Sartono dan Sujudi dinilai sebagai kaum borjuis nasionalis yang menentang kapitalisme Barat tetapi mendukung kapitalisme Indonesia. Gerakan Swadesi Partindo juga mendapat kritikan. Menurut Hatta dan Syahrir, kaum nasionalis harus bersatu untuk mencapai kemerdekaan. Aktivitas Partindo juga dihambat oleh pemerintah Hindia Belanda. Meskipun mendapat pembatasan-pembatasan dan pelarangan, tokoh-tokoh Partindo tidak pernah menggubrisnya. Lewat majalah Pikiran Rakjat dan Soeloeh Indonesia Moeda, mereka melancarkan kritik pedas tentang situasi ekonomi, sosial, dan mengejek tindakan imperialisme Belanda. Melihat hal itu, Gubernur de Jonge menjalankan kewenangan gubernur jenderal, yaitu exorbitante rechten, membuang aktivis pergerakan yang dianggap membahayakan ketenteraman negara. Sukarno kemudian dibuang ke Ende (Flores). Penangkapan Sukarno dan larangan mengadakan rapat oleh pemerintah memberikan pengaruh kepada partai ini. Pada tahun 1936, pengurus Partindo mengumumkan pembubaran dirinya. Pembubaran ini atas ide Sartono yang menggantikan kedudukan Sukarno sebagai ketua. Golongan yang tidak setuju kemudian mendirikan Komite Pertahanan Partindo di Semarang dan Yogyakarta untuk menghambat pembubaran itu, tetapi tidak berhasil. Akhirnya, tahun 1937, partai tersebut benar-benar bubar dan sebagian besar anggotanya masuk dalam Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). Gerindo sedikit berbeda dengan Partindo, yaitu menjunjung asas kooperatif terhadap Belanda. M. Respon Kolonial Belanda terhadap Perjuangan Moderat dan Radikal Perjuangan pergerakan melalui strategi moderat adalah bentuk perjuangan untuk memperbaiki kondisi sosial dan budaya. Sifat gerakan ini sangat kooperatif dengan Kolonial Belanda sehingga Belanda tidak merasa terancam. Karena bersifat non politis maka Kolonial Belanda membiarkan organisasi ini berkembang. Perkembangan organisasi akibat pembiaran dari pihak kolonial inilah yang kemudian menumbuh kembangkan rasa cinta tanah air dan kesadaran nasional untuk Indonesia merdeka. Sebaliknya strategi perjuangan dengan cara radikal mendapat tentangan keras dari Kolonial Belanda karena perjuangan ini mengancam kolonisasi pihak Belanda. Para pejuang pergerakan itu tidak mau bekerja sama dengan Kolonial Belanda bahkan ada yang melakukan pemberontakan terhadap Belanda seperti yang dilakukan PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1926. Akibatnya para tokohnya dikejar-kejar kolonial dan organisasi dibubarkan kolonial.



N. Keunggulan antara strategi kolaboratif (kerja sama) dan radikal (bawah tanah) Strategi perjuangan pergerakan dengan cara kolaboratif tentunya mempunyai keuntungan:1). Perjuangan dapat berkembang dengan pesat karena memperjuangkan pendidikan, agama, budaya, dan kesejahteraan rakyat. 2). Dapat bekerja sama dengan kolonial untuk tujuan Indonesia merdeka. 3). Hasil perjuangan dapat terlihat secara nyata misalnya a). KH. Ahmad Dahlan bergerak dalam bidang keagamaan yang mendirikan Muhammadiya. b). Ki Hajar Dewantara begerak dalam bidang pendidikan yang



43



mendirikan Taman Siswa. c). Budi Utomo yang membangun organisasi kepemudaan berdasarkan cita-cita nasionalisme tampa membedakan suku, agama, daerah dan asalusul. d). Serekat Islam yang bertujuan untuk kemajuan perdagangan dari anggotanya sehingga meningkatkan kesejateraan para pedagang dan konsumennya. 2. Alat dan bahan - Komputer/laptop - Internet - Power point J. Kegiatan pembelajaran Utama: Pengaturan Siswa Berkelompok



-



Metode Diskusi kelompok Presentasi Ceramah Debad Bermain peran



K. Asesmen: -



Individu Test tertulis PG dan essay Sikap peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran



-



Berkelompok Diskusi kelompok Presentasi Produk hasil diskusi kelompok dalam bentuk tulisan/tulisan/ media lain)



L. Persiapan Pembelajaran: No 1 2 3 4



Langkah Persiapan Pembelajaran Membuat maind maping materi pergerakan kebangsaan Indonesia Mencari informasi materi dan membuat pemaparan power point Membuat tekhnis diskusi kelompok Membuat assesmen



Waktu 15 menit 90 menit 15 menit 30 menit



44



M. Urutan kegiatan pembelajaran dalam1 sesi pembelajaran: Pertemuan ke-1 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang pembelajaran hari ini



Waktu 10 menit



Kegiatan Inti



70 menit - Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Apa perbedaan organisasi perjuangan nasional sebelum dan sesudah tahun 1908? - Menyajikan informasi awal materi tentang organisasi perjuangan nasional sebelum tahun 1908 dan sesudah 1908 dengan media power point - Siswa berdiskusi kelompok dengan tema bentuk-bentuk perjuangan nasional sebelum dan sesudah tahun 1908. Hasil diskusi kelompok tersebut kemudian dipresentasikan di depan kelas.



Penutup



-



Pertemuan ke-2 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kesimpulan tentang materi hari itu Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran hari ini



10 menit



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik Kesepakatan aturan dalam



Waktu 10 menit



45



No



Jenis Kegiatan -



Kegiatan yang dilakukan kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang pembelajaran hari ini



Waktu



Kegiatan Inti



- Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Apa yang mendorong terjadinya tumbuhnya pergerakan nasional dari dalam dan dari luar negeri? - Menyajikan informasi awal untuk membuka wawasan tentang faktor internal (dalam negeri) dan eksternal (luar negeri) tumbuhnya organisasi pergerakan nasional dengan media Power point - Guru menyajikan video/ film tentang faktor internal (dalam negeri) dan eksternal (luar negeri) tumbuhnya organisasi pergerakan nasional - Siswa berdiskusi kelompok tentang faktor internal (dalam negeri) dan eksternal (luar negeri) tumbuhnya organisasi pergerakan nasional. Hasil diskusi kelompok tersebut kemudian dipresentasikan di depan kelas.



70 menit



Penutup



-



Kesimpulan tentang materi hari itu Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran hari ini



10 menit



Kegiatan yang dilakukan Presensi tentang kehadiran peserta didik hari ini Berdoa secara bersama-sama sesuai agama dipimpin satu orang



Waktu 10 menit



-



Pertemuan ke-3 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



46



No



Jenis Kegiatan -



Kegiatan yang dilakukan peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang materi yang dipelajari hari ini



Waktu



Kegiatan Inti



70 menit - Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa organisasi Budi Utomo bersifat moderat/ kooperatif dengan kolonial Belanda? - Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang pergerakan nasional dalam periode moderat dengan media Power point - Guru menggunakan metode debat dengan tema “Bentuk perjuangan Budi Utomo”. Debat dibagi 2 kelompok pertama temanya agar Budi Utomo bersikap politis menentang kolonialisme sedangkan kelompok lain mengambil tema Budi Utomo dalam perjuangan memilih kooperatif atau moderat. - Dari hasil debat itu kemudian disimpulkan dampak positif dan negatifnya dalam memilih perjuangan moderat maupun politik.



Penutup



-



Pertemuan ke-4 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



10 menit Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi kekurangan dan kelebihan pembelajaran hari ini



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa sesuai agama dan keyakinan Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini



Waktu 10 menit



47



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan yang dilakukan



Kegiatan Inti



- Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa organisasi pergerakan Indische Partij (IP) memilih bentuk perjuangan lewat politik? - Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang pergerakan nasional dalam periode politik - Peserta didik berdiskusi kelompok membahas tentang Indische Partij (IP), gerakan pemuda, dan gerakan perempuan. - Hasil diskusi kelompok kemudian dipresentasikan di depan kelas



Penutup



-



Waktu 70 menit



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan Kesimpulan secara bersama-sama antara guru dan siswa Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi terhadap kelebihan dan kekurangan pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-5 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



Kegiatan Inti



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan pentingnya pokok bahasan hari ini bagi kehidupan peserta didik Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa Perhimpunan



Waktu 10 menit



70 menit



48



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan yang dilakukan Indonesia setelah ketuanya Muh. Hatta, organisasi mahasiswa di Belanda ini berkembang pesat? - Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang pergerakan nasional dalam periode radikal - Peserta didik diskusi kelompok tentang Perhimpunan Indonesia, Partai Nasional Indonesia, Partai Komunis Indonesia, dan Partai Indonesia. - Hasil diskusi kelompok kemudian dipresentasikan di depan kelas



Penutup



-



Waktu



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan Kesimpulan secara bersama-sama antara guru dan peserta didik Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi terhadap kekurangan dan kelebihan pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-6 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



Kegiatan Inti



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa pemerintah kolonial Belanda merespon positif kepada organisasi pergerakan yang bersifat moderat/ kooperatif tetapi sebaliknya merespon negatif



Waktu 10 menit



70 menit



49



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan yang dilakukan organisasi pergerakan yang bersifat radikal? - Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang perbedaan respon pemerintah kolonial Belanda terhadap organisasi pergerakan nasional bertipe moderat dan radikal - Guru menerapkan motode debat dalam pembelajaran. Kelompok satu membahas pentingnya pergerakan nasional dalam bentuk kooperatif. Sedangkan lain membahas pentingnya pergerakan nasional dalam bentuk radikal.



Penutup



-



Waktu



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja di debatkan Kesimpulan Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-7 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



-



Kegiatan Inti



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Guru memberikan informasi tentang kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa perjuangan pergerakan nasional dengan cara



Waktu 10 menit



70 menit



50



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan yang dilakukan kolaboratif (kerja sama) lebih berhasil dibanding dengan radikal? - Guru menyajikan informasi awal tentang dampak dan keunggulan antara strategi kolaboratif (kerja sama) dan radikal (bawah tanah) yang ditempuh oleh organisasi pergerakan nasional - Guru menerapkan metode debat dengan membuat dua kelompok. Kelompok pertama membahas tentang keberhasilan perjuangan dengan cara kolaboratif/ kerjasama. Sedangkan kelompok kedua membahas tentang keberhasilan perjuangan dengan cara radikal (perjuangan di bawah tanah)



Penutup



-



Waktu



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didebatkan Kesimpulan bersama-sama antara guru dan peserta didik pelajaran hari ini Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



N. Refleksi guru - Apakah guru sudah memberikan pembelajaran terbaik untuk siswa? - Dibutuhkan penanaman karakter dari guru untuk diimplementasikan bagi para siswa - Kesulitan apa yang dialami guru selama proses pembelajaran? - Perlu adanya langkah nyata dari guru untuk memperbaiki proses belajar. - Apakah menurut guru seluruh siswa mengikuti pelajaran dengan baik?



O. Kriteria untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dan asesmennya (asesmen formatif) 1. Penilain Individu a. Penilaian Tertulis Kisi-kisi Soal:



51



CP



-



-



Pada Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep-konsep dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam dimensi manusia, ruang, dan waktu. Melalui literasi, diskusi, dan penyelidikan (penelitian) berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu menjelaskan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia dan dunia meliputi Pemerintahan Orde Baru, Pemerintahan Reformasi, serta Revolusi Besar Dunia, Perang Dunia I dan II, Perang Dingin, dan Peristiwa Kontemporer Dunia sampai abad-21. Peserta didik di Kelas XII mampu menggunakan sumber sekunder dan sumber primer untuk melakukan penelitian sejarah nasional, sejarah



ATP



Indikator Soal



- 11.2. 1 Membandingkan organisasi perjuangan nasional sebelum tahun 1908 dan sesudah 1908



Disajikan ilustrasi tentang perjuangan pergerakan nasional peserta didik dapat membandingkan perjuangan sebelum 1908 dan setelah 1908.



- 11.2.2 Menganalisis faktor internal (dalam negeri) dan eksternal (luar negeri) tumbuhnya organisasi pergerakan nasional



Peserta didik dapat mengkaji ulang faktor-faktor dari internal (dalam negeri) yang menyebabkan tumbuhnya organisasai pergerakan nasional



2/PG (Soal HOTS)



- 11.2.3 Menjelaskan pergerakan nasional dalam periode moderat/koopera tif



Disajikan ilustrasi tentang pergerakan nasional, peserta didik dapat menentukan pergerakan nasional dalam bidang moderat



3/PG



- 11.2.4 Menjelaskan pergerakan nasional dalam periode politik



Disajikan beberapa contoh pergerakan nasional dalam bidang politik, moderat dan radikal perserta didik mampu mengidentifikasi pergerakan nasional dalam bidang politik Disajikan beberapa gambar tokoh-tokoh pergerakan peserta didik dapat mengidentifikasi gambar tokoh pergerakan nasional secara radikal



4/PG



Disajikan ilustrasi tentang respon pemerintah kolonial



6/PG



- 11.2.5 Menjelaskan pergerakan nasional dalam periode radikal. - 11.2.6 Menganalisis



Nonor Soal/Bentuk Soal 1 /PG



5/PG (penggunaan visual/ peta/ gambar)



52



CP



ATP



Indikator Soal



Nonor Soal/Bentuk Soal



dunia, dan/atau perbedaan sejarah tematis respon secara sinkronis pemerintah atau diakronis kolonial Belanda kemudian terhadap mengomunikasika organisasi nnya dalam bentuk pergerakan lisan, tulisan, nasional bertipe dan/atau media moderat dan lain. Selain itu radikal mereka juga mampu menggunakan - 11.2.7 keterampilan Membandingkan sejarah untuk dampak dan menganalisis keunggulan peristiwa sejarah antara strategi dari berbagai kolaboratif perspektif dan (kerja sama) dan mengaktualisasika radikal (bawah n minat bakatnya tanah) yang dalam bidang ditempuh oleh sejarah melalui organisasi studi lanjutan atau pergerakan kegiatan nasional kesejarahan diluar sekolah.



Belanda terhadap munculnya organisasi pergerakan ,nasional peserta didik mampu menentukan respon kolonial terhadap pergerakan nasional bertipe moderat



Disajikan ilustrasi tentang pergerakan nasional secara moderat dan radikal, peserta didik dapat menentukan keunggulan strategi kolaboratif yang ditempuh oleh organisasi pergerakan nasional



7/PG



- 11.2.7 Membandingkan dampak dan keunggulan antara strategi kolaboratif (kerja sama) dan radikal (bawah tanah) yang ditempuh oleh organisasi pergerakan nasional



Disajikan ilustrasi tentang pergerakan nasional dengan cara radikal peserta didik dapat menentukan hambatanhambatan yang diperoleh oleh tokoh-tokoh pergerakan



8/PG



- 11.2.7 Membandingkan dampak dan



Disajikan beberapa keunggulan pergerakan nasional dengan cara



9/PG



53



CP



ATP



Indikator Soal



keunggulan antara strategi kolaboratif (kerja sama) dan radikal (bawah tanah) yang ditempuh oleh organisasi pergerakan nasional - 11.2.7 Membandingkan dampak dan keunggulan antara strategi kolaboratif (kerja sama) dan radikal (bawah tanah) yang ditempuh oleh organisasi pergerakan nasional



kolaboratif dan radikal peserta didik dapat mengidentifikasi keunggulan strategi pergerakan nasional secara kolaboratif



Disajikan beberapa organisasi pergerakan nasional dengan cara kolaboratif dan radikal peserta didik dapat mengidentifikasi organisasi pergerakan dengan cara radikal



2. Penilain Berkelompok a. Penilaian Diskusi Kelompok dan Debat



Rubrik Penilaian: No Aspek Penilaian 0 1



Keaktifan diskusi/ debat a. Aktif memberi masukan pemikiran b. mendengarkan pendapat orang lain



2



Kreatifitas diskusi a. Kreatif dan inovasi dalam diskusi/ debat



Skor 1 2



3



Nonor Soal/Bentuk Soal



10/PG



54



b. Ide/gagasan adalah original



3



Kualitas hasil diskusi/ debat a. hasil runtut dan logis b.Pengumpulan hasil diskusi/debat



Indikator Rubrik Penilaian No 1



Indikator Aktif memberi masukan pemikiran



2



Mendengarkan pendapat orang 1 = Mendengarkan pendapat lain 0 = Tidak mendengar pendapat



3



Kreatifitas dalam diskusi/ debat



3= 2= 1= 0=



Sangat kreatif Kreatif Kurang kreatif Tidak kreatif



4



Origionalitas gagasan



3= 2= 1= 0=



gagasan sangat orisionil gagasan orisionil gagasan kurang orisionil gagasan tidak orisionil



4



Hasil diskusi/ debat runtut dan logis



2 = Sangat runtut dan logis 1 = Runtut dan logis 0 = tidak runtut dan tidak logis



5



Pengumpulan hasil diskusi/ debat tepat waktu



3 = lebih awal 2 = tepat waktu 1= terlambat 0 = tidak dilaksanakan 25



Jumlah Skor



Rubrik 2 = aktif berpendapat 1.= kurang aktif 0 = tidak aktif



Nilai = Jumlah perolehan skor X 100 % Jumlah skor maksimum



55



b. Penilaian Presentasi dan diskusi Rubrik Penilaian : No Aspek Penilaian



Skor 0



1 2 3 4 5



1



2



3



Kelengkapan materi Penulisan materi Kemampuan presentasi Keaktifan selama kegiatan presentasi Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain



Indikator rubrik penilaian: No 1



Indikator Kelengkapan materi



2



Penulisan materi



3



Kemampuan presentasi



Keaktifan selama kegiatan presentasi



4



Kreatifitas media presentasi



Rubrik 2 = lengkap 1 = kurang lengkap 0 = tidak ada 2 = sesuai dengan ramburambu yang diberikan 1 = tidak sesuai rambu-rambu yang diberikan 0 = tidak ada 2 = Komunikatif 1 = Kurang komunikatif 0 =Tidak Komunikatif 3 = Sangat aktif 2 = Cukup aktif 1 = Kurang aktif 0 = Tidak aktif 2 = Menggunakan kreasi digital lebih dari 1(animasi/paint/ video/ dll) 1 = Menggunakan 1 kreasi digital (animasi/paint/ video/ dll) 0 = Tidak menggunakan kreasi



56



No



Indikator



Rubrik digital



5



Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain



1 = Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain 0 = Tidak Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain 20



Jumlah Skor Nilai = Jumlah perolehan skor



X 100 % Jumlah skor maksimum



P. Pertanyaan refleksi untuk Peserta Didik - Apakah peserta didik dapat mencerna seluruh materi yang diberikan oleh guru? - Apakah peserta didik sudah menerapkan karakter yang ditanamkan guru dalam proses pembelajaran? - Kesulitan apa yang dialami para peserta didik selama proses pembelajaran? - Perlu adanya langkah-langkah dari peserta didik untuk memperbaiki hasil belajar. - Perlu adanya sikap dari peserta didik untuk selalu mengikuti pelajaran dengan baik.



Q. Daftar Pustaka Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas Bambu Lilik Suharmaji. 2019. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Link Literasi https://javasrizqi88.wordpress.com/2015/05/05/karakteristik-pergerakan-nasional-sebelumdan-sesudah-1908/ https://slimesite.wordpress.com/2016/05/18/faktor-ekstern-dan-intern-yang-mempengaruhipergerakan-nasional-indonesia/ https://orctha.blogspot.com/2015/05/organisasi-pergerakan-bersifat-moderat.html https://www.donisetyawan.com/perbedaan-strategi-perjuangan-pergerakan-nasional/ https://quizizz.com/admin/quiz/5dce808204a85c001b76a435/pergerakan-nasional-diperiode-moderat



57



R. Lembar Kerja Peserta Didik LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (Diskusi kelompok) Materi : Organisasi perjuangan sebelum dan sesudah tahun 1908 Petunjuk Kegiatan Diskusi: - Bentuklah 6 kelompok dalam kelas! - Pembagian yaitu 3 kelompok tema : Organisasi perjuangan sebelum 1908 dan tiga kelompok dengan tema: Organisasi perjuangan setelah 1908 - Buatlah perencanan kegiatan kunjungan ke perpustakaan, atau link internet - Selama diskusi , kalian harus mengerjakan secara kolaboratif dalam kelompok masing-masing. - Laporan hasil diskusi harus memperhatikan: 1. Keaktifan diskusi 2. Kreatifitas diskusi 3. Mendengarkan pendapat 4. Orisionalitas gagasan 5. Hasil diskusi runtut dan logis 6. Pengumpulan hasil diskusi tepat waktu - Hasil diskusi ditulis dalam kertas dan setelah selesai dikumpul disertai nama kelompok dan nomor absen siswa Penilaian: Peninilaian terhadap individu meliputi: 1. Keaktifan diskusi 2. Kreatifitas diskusi 3. Mendengarkan pendapat 4. Orisionalitas gagasan 5. Hasil diskusi runtut dan logis 6. Pengumpulan hasil diskusi tepat waktu



S. Bahan bacaan peserta didik Buku- buku: Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas Bambu Lilik Suharmaji. 2019. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.



58



Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Link Literasi: https://javasrizqi88.wordpress.com/2015/05/05/karakteristik-pergerakan-nasional-sebelumdan-sesudah-1908/ https://slimesite.wordpress.com/2016/05/18/faktor-ekstern-dan-intern-yang-mempengaruhipergerakan-nasional-indonesia/ https://orctha.blogspot.com/2015/05/organisasi-pergerakan-bersifat-moderat.html https://www.donisetyawan.com/perbedaan-strategi-perjuangan-pergerakan-nasional/ https://quizizz.com/admin/quiz/5dce808204a85c001b76a435/pergerakan-nasional-diperiode-moderat



T. Bahan bacaan guru Buku-buku: Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas Bambu Lilik Suharmaji. 2019. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Link Literasi: https://javasrizqi88.wordpress.com/2015/05/05/karakteristik-pergerakan-nasional-sebelumdan-sesudah-1908/ https://slimesite.wordpress.com/2016/05/18/faktor-ekstern-dan-intern-yang-mempengaruhipergerakan-nasional-indonesia/ https://orctha.blogspot.com/2015/05/organisasi-pergerakan-bersifat-moderat.html https://www.donisetyawan.com/perbedaan-strategi-perjuangan-pergerakan-nasional/ https://quizizz.com/admin/quiz/5dce808204a85c001b76a435/pergerakan-nasional-diperiode-moderat



U. Materi pengayaan Link literasi; https://javasrizqi88.wordpress.com/2015/05/05/karakteristik-pergerakan-nasional-sebelumdan-sesudah-1908/ https://slimesite.wordpress.com/2016/05/18/faktor-ekstern-dan-intern-yang-mempengaruhipergerakan-nasional-indonesia/ https://orctha.blogspot.com/2015/05/organisasi-pergerakan-bersifat-moderat.html Tugas Pengayaan :



59



-



Hanya untuk peserta didik yang memiliki nilai formatif individu minimal = 85 Setelah membaca link literasi siswa dapat lebih memahami tentang perbedaan organisasi perjuangan sebelum dan sesudah 1908, faktor eksteren dan interen yang berpengaruh terhadap perjuangan pergerakan nasional dan gerakan-gerakan yang bersifat moderat berdasarkan informasi-informasi lain yang relevan Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital



V. Materi untuk peserta didik yang kesulitan belajar Link literasi: https://orctha.blogspot.com/2015/05/organisasi-pergerakan-bersifat-moderat.html https://www.donisetyawan.com/perbedaan-strategi-perjuangan-pergerakan-nasional/ https://quizizz.com/admin/quiz/5dce808204a85c001b76a435/pergerakan-nasional-diperiode-moderat Tugas Remedial : - Hanya untuk peserta didik yang nilainya kurang dari Kriteria Minimal - Setelah melihat link yang diberikan,siswa dapat memahami dan menjelaskan pergerakan nasional yang bersifat moderat, perbedaan strategi perjuangan yang moderat dan radikal, serta memahami pergerakan nasional di periode politik. - Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital



MODUL AJAR SEJARAH INDONESIA A. Informasi Umum Nama penyusun : Lilik Suharmaji Asal Instansi : SMA Negeri 8 Yogyakarta Tahun Penyusunan : 2021 Jenjang sekolah : SMA Kelas : XI (Sebelas) Kata Kunci : Pendudukan Jepang di Indonesia Kode Perangkat : Sej. F. LIS. 11.3 Jumlah Peserta : 36 Moda : Tatap Muka Alokasi waktu : 2 JP x 8 pertemuan ( 720 menit) B. Tujuan Pembelajaran Capaian Pembelajaran -



-



Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep konsep dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam dimensi manusia, ruang, dan waktu. Melalui literasi, diskusi, dan penyelidikan (penelitian) berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu menjelaskan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia dan dunia meliputi Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia, Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Pendudukan Jepang di Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, Peserta didik di Kelas XI mampu menggunakan sumber primer dan sekunder untuk melakukan penelitian sejarah nasional dan sejarah lokal secara diakronis atau sinkronis kemudian mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain itu mereka juga mampu menggunakan keterampilan sejarah untuk menganalisis dan mengevaluasi peristiwa sejarah



Alur Tujuan Pembelajaran 11.3. Menjelaskan pendudukan Jepang di Indonesia - 11.3.1 Menganalisis keterkaitan Restorasi Meiji, kemajuan industri, perluasan pasar, dengan keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II - 11.3.2 Menganalisis keterkaitan antara spionase Jepang dengan keberhasilan Jepang dalam mengambil alih wilayah Hindia Belanda - 11.3.3 Menganalisis keterkaitan strategi Jepang untuk mendapatkan simpati rakyat dengan pemerintahan militer Jepang - 11.3.4 Menjelaskan dampak pendudukan Jepang di Indonesia - 11.3.5 Menganalisis keterkaitan strategi politik Jepang membentuk organisasi kemasyarakatan dengan persiapan kelengkapan alat negara setelah kemerdekaan - 11.3.6 Menjelaskan perlawanan terhadap Jepang secara kooperatif - 11.3.7 Menjelaskan perlawanan terhadap Jepang melalui perjuangan bawah tanah dan bersenjata -11.3.8 Menganalisis kebijakan Jepang yang melunak dengan menjelang kekalahan perang Jepang dengan Sekutu



C. Profil Pelajar Pancasila



Dengan mempelajari sejarah pendudukan Jepang di Indonesia peserta didik diharapkan dapat: 1. Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia D. bersyukur Profil Pelajar Pancasila yang berkaitan: Selalu terhadap karunia Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat yang diberikan sehingga bangsa Indonesia dapat terelepas dari penjajahan Jepang menuju Indonesia merdeka. 2. Berkebhinekaan Global Mengambil pelajaran dari Restorasi Meiji bahwa untuk menjadi negara yang besar harus berani berubah untuk mengambil nilai-nilai yang positif dari bangsa lain sehingga terwujud negara yang lebih beradab dan maju. 3. Mandiri - Mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan guru secara mandiri - Meneladani sikap mandiri dan tegas seperti para pendahulu yang menolak budaya Sekere yang dipaksakan terhadap bangsa Indonesia. 4. Integritas - Menumbuhkan nilai kejujuran kepada para siswa dalam mengerjakan evaluasi dan tugas-tugas belajarnya. - Meneladani para pejuang pergerakan nasional yang sabar, pantang menyerah, rela berkorban untuk mencapai kemerdekaan. 5. Kritis - Dapat memetik pelajaran (value) dari budaya Jepang yang tidak mudah menyerah dalam mencapai cita-cita walaupun banyak hambatan yang menghadang. 6. Kreatif - Kreatif dalam memilih sumber belajar sebagai bahan diskusi kelompok sehingga menghasilkan materi hasil diskusi dapat dipertanggungjawabkan. 7. Gotong royong - Berkolaborasi dalam diskusi kelompok dengan saling menghargai pendapat orang lain dan tidak memaksakan pendapatnya diterima oleh orang lain. - Mengambil hikmah bahwa sebuah keberhasilan aktifitas di dunia sebagian besar didasari karena adanya kolaborasi atau kerjasama



D. Sarana Prasarana 1. Jaringan internet yang memadai 2. Komputer/laptop 3. Perpustakaan, buku-buku sejarah sebagai referensi 4. Peta Indonesia (Tarakan, Kalimantan Timur) sebagai tempat yang harus dikuasai Jepang terlebih dahulu agar dapat menguasai seluruh kepulauan Indonesia.



E. Target peserta didik Perangkat ajar ini dapat digunakan untuk peserta didik reguler F. Jumlah peserta didik 36 peserta didik/kelas G. Ketersediaan materi: 1. Materi pengayaan 2. Materi remedial H. Model Pembelajaran: PJJ daring dan luring



I. Materi ajar, alat dan bahan 1. Materi Pendudukan Jepang di Indonesia A. Restorasi Meiji: Awal Modernisasi Jepang Sebelum menjadi negara modern Jepang merupakan negara feodalis. Mengapa feodalis? Sebab, kekuasaan politik dan ekonomi dipegang oleh kaisar, shogun (semacam panglima militer), dan daimyo (semacam tuan tanah/raja lokal). Kekuasaan itu terbentuk secara hierarki dengan puncak kekuasaan di tangan kaisar, sedangkan kekuasaan pemerintahan dipegang oleh seorang shogun. Tahun 1639, Shogun Tokugawa menjalankan kebijakan Sakoku (negara tertutup). Melalui kebijakan ini, orang asing dilarang masuk ke Jepang dan sebaliknya orang Jepang dilarang berhubungan dengan orang selain Jepang. Namun, pada kenyataannya, Belanda, Cina, serta Korea tetap berhubungan dengan Jepang. Mengapa Jepang menerapkan kebijakan Sakoku (tertutup) dengan bangsa lain? Ada dua alasan. Alasan pertama, pemerintahan Shogun Tokugawa terancam dengan kehadiran misionaris dari Spanyol dan Portugis yang menyebarkan agama Katolik. Mereka dituduh ikut campur urusan dalam negeri. Contohnya, ketika perang antar-shogun mereka memperkenalkan senjata api dan meriam terhadap salah satu shogun, sedangkan senjata orang Jepang berupa pedang (katana). Penyebaran agama yang dilakukan oleh Spanyol dan Portugis juga dituding mengancam kebudayaan asli Jepang. Alasan kedua ialah mempertahankan supremasi Tokugawa atas pesaingnya, Daimyo Tozama. Daimyo Tozama adalah daimyo di bawah Shogun Tokugawa, tetapi secara ekonomi lebih sejahtera karena menjalin hubungan dengan bangsa asing. Apabila Daimyo Tozama tetap



bekerja sama dengan bangsa asing, maka dikawatirkan mereka menjadi kuat sehingga mengancam kekuasaan Tokugawa. Pada abad ke-19 (1854), kebijakan Sakoku mulai surut. Tahun 1854, kapal perang Amerika Serikat (kapal hitam) yang dipimpin oleh Komodor Matthew C. Perry menyerang Jepang sehingga memaksa pemerintahan Shogun Tokugawa menandatangani Konvensi Kanagawa pada tahun 1854. Konvensi itu pada intinya menyebutkan bahwa Jepang harus membuka diri dengan bangsa asing sehingga mengakhiri kebijakan tertutup Jepang yang telah berlangsung 200 tahun. Meskipun demikian, hasil Konvensi Kanagawa dianggap menjatuhkan harga diri dan martabat mereka sehingga tersebar sentimen anti-Barat, bahkan terjadi peperangan yang kemudian dimenangkan oleh Barat. Karena adanya konflik dan rasa tidak puas tersebut, Barat menganggap Tokugawa adalah pihak yang paling bertanggung jawab. Untuk itu, ke-shogun-an Tokugawa dihapus dan kekuasaan Jepang sepenuhnya di tangan kaisar, yaitu Kaisar Komei. Kemajuan Barat dan terbukanya pelabuhan-pelabuhan di Jepang yang semakin ramai menyadarkan Jepang betapa terbelakangnya mereka dibanding dengan negara-negara Barat sehingga Jepang bertekad untuk mengejar ketertinggalan. Pada masa pemerintahan Kaisar Meiji (anak dari Kaisar Komei), kesadaran mengejar ketertinggalan mulai terwujud melalui berbagai langkah perubahan besar yang dikenal dengan Restorasi Meiji (1868-1912). Kata “Meiji” berarti “kekuasaan pencerahan”. Pencerahan yang dimaksud adalah kombinasi kemajuan Barat dengan nilai-nilai tradisional Jepang. Dengan misi inilah Jepang mengutus pejabat untuk belajar ke Amerika dan Eropa, yang disebut misi Iwakura. Sebagai hasil misi Iwakura, Jepang memutuskan untuk mengadopsi sistem politik, hukum, dan militer dari dunia Barat. Restorasi Meiji kemudian mengubah Kekaisaran Jepang menjadi negara industri modern sekaligus menjadi kekuatan militer dunia. Berikut ini adalah beberapa bidang garapan Tenno Meiji yang tercakup dalam gerakan pembaruan itu. a. Bidang Perindustrian Dengan mengadopsi teknologi dari Barat, Jepang membangun industri-industri seperti pabrik senjata, galangan kapal, peleburan besi, dan lain sebagainya. Hasil produksi ini dijual ke pasar internasional dengan harga relatif murah dibandingkan harga penjualan produk yang sama di dalam negeri. Kebijakan ini disebut dumping. Hal ini membuat industri dalam negeri Jepang berkembang pesat. b. Bidang Perdagangan Jepang membangun bank-bank yang memungkinkan orang untuk meminjam uang agar berinvestasi. Jepang membangun pelabuhan-pelabuhan dan kapal-kapal dagang sehingga perdagangan mengalami kemajuan pesat. c. Bidang Militer Jepang gencar membangun angkatan perangnya. Tahun 1873, Jepang menerapkan kebijakan wajib militer. Jepang juga memesan sebuah kapal perang modern dari Belanda dan untuk mempelajari ilmu kelautan, Jepang mengirim 16 mahasiswa untuk belajar di Belanda. Jepang meniru sistem dan strategi dari Jerman dan Inggris. Dalam waktu singkat, Jepang telah memiliki tentara yang kuat, modern, dan tangguh. d. Bidang Pendidikan



Jepang menerapkan wajib belajar bagi generasi mudanya. Mereka dididik untuk merasa memiliki rasa cinta kepada tanah airnya, semangat pantang menyerah dan berani mati (bushido), serta hormat dan tunduk kepada Kaisar. Pemerintah Jepang juga mengirim mahasiswa untuk menimba ilmu-ilmu Barat. e. Bidang Sosial Menghapus sistem kasta di Jepang. Saat itu, Jepang mempunyai empat kasta. Kasta pertama adalah kelas kaum terpelajar, kasta kedua adalah petani, kasta ketiga adalah seniman, dan kasta keempat adalah pedagang. Selain itu, pemerintah juga melarang adat istiadat yang bersifat feodalis seperti laki-laki memperlihatkan dan memakai kimono, laki-laki memanjangkan dan mengucir rambut serta ke mana-mana membawa pedang panjang dan pedang pendek yang menjadi ciri khas kelas samurai. f. Bidang Hukum Sistem hukum dan konstitusi mengikuti model Jerman. Sebagai akibat dari industrialisasi itu, Jepang kemudian menjadi satu-satunya kekuatan besar negara non-Barat di dunia sekaligus kekuatan utama di Asia Timur dan Asia Tengara dalam waktu 40 tahun. B. Kemajuan Industri Perluasan Pasar Industri, Dan Keterlibatan Jepang Pada PD II Jepang sebagai negera industri sebagaimana negara-negara Barat mempunyai tiga tantangan, yakni 1) pasokan bahan mentah yang stabil, 2) jalur pelayaran yang aman, dan 3) pasar bagi hasilhasil industrinya. Pada saat yang bersamaan, kepercayaan diri militer Jepang yang didukung kemajuan ekonomi membangkitkan rasa bangga terhadap negaranya. Nasionalisme ini berkembang menjadi nasionalisme radikal dalam bentuk keinginan sebagian warga agar Jepang menjadi negara imperialis. Faktor ekonomi (gold) dan faktor kejayaan (glory) inilah yang mendorong Jepang menduduki (menjajah) berbagai negara di Asia termasuk Indonesia menjelang akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Pada tahun 1894, Jepang membangun imperium yang sangat luas, meliputi Taiwan, Korea, Manchuria, serta Cina bagian Utara. Pada tahun 1894 dan 1895, Jepang terlibat perang dengan Cina (Perang Sino). Perang ini diawali oleh pemberontakan petani terhadap pemerintahan Korea. Merasa terdesak, pemerintah Korea meminta bantuan kepada Dinasti Qing dari Cina. Karena sejak lama Jepang ingin menguasai Korea, maka Jepang memanfaatkan situasi itu untuk menginvansi Korea. Karena Korea sekutunya Cina, maka Cina protes sehingga antara Jepang dengan Cina terlibat perang. Perang akhirnya dimenangkan Jepang dan kemudian membentuk pemerintahan boneka di Seoul. Kekalahan Cina terhadap Jepang ditandai dengan Perjanjian Shimonoseki yang isinya menyebutkan bahwa Semenanjung Liaodong dan Taiwan diserahkan kepada Jepang. Rusia, Jerman, dan Prancis yang semula menduduki Semenanjung Liaodong akhirnya mundur. Namun, karena Perjanjian Shimonoseki dianggap tidak sah, maka Rusia kembali menduduki Semenanjung Liaodong yang strategis itu. Untuk pertahanannya, Rusia kemudian mendirikan Benteng Port Arthur di situ dan menjadikan pangkalan angkatan lautnya di Pasifik. Tindakan Rusia ini membuat Jepang marah sehingga memicu perang Jepang dengan Rusia yang bernama “Perang Rusia-Jepang” pada tahun 1894 dan 1895. Dalam perang itu, tidak terduga Rusia kalah sehingga harus menandatangani Perjanjian Portsmouth yang diselenggarakan di Amerika Serikat dengan difasilitasi Presiden Roosevelt. Jenderal yang berjasa dalam kemenangan Jepang atas Rusia adalah Laksamana Togo Heihachiro. Isi



Perjanjian Portsmouth yakni Jepang mendapatkan Pulau Shakalin dan daerah ManchuriaTindakan Rusia ini membuat Jepang marah sehingga memicu perang Jepang dengan Rusia yang bernama “Perang Rusia-Jepang” pada tahun 1894 dan 1895. Dalam perang itu, tidak terduga Rusia kalah sehingga harus menandatangani Perjanjian Portsmouth yang diselenggarakan di Amerika Serikat dengan difasilitasi Presiden Roosevelt. Jenderal yang berjasa dalam kemenangan Jepang atas Rusia adalah Laksamana Togo Heihachiro. Isi Perjanjian Portsmouth yakni Jepang mendapatkan Pulau Shakalin dan daerah Manchuria. Kemenangan Jepang atas Rusia ini membangkitkan kepercayaan dan harga diri Jepang. Ternyata, bangsa Asia (ras Mongoloid) dapat mengalahkan bangsa Barat (ras Kaukasoid). Dampaknya, selain wilayah kekuasaannya semakin luas, juga muncul ambisi tersembunyi yang tidak hanya ingin menguasai Asia, tetapi juga mengalahkan bangsa-bangsa Barat lainnya. Ketika Prancis menyerah kepada pasukan Nazi Jerman di Eropa tahun 1941, Jepang memanfaatkannya dengan menginvansi wilayah jajahan Prancis di Indocina yang meliputi Kamboja, Laos, dan Vietnam. Pada saat yang bersamaan (tahun 1941), Jerman menginvansi Rusia. Sebelumnya, pada tahun 1940, terjadi kesepakatan “Pakta Tripartit”, yaitu bersatunya fasisme Jepang, Italia, dan Jerman dalam “kekuatan poros” yang kemudian hari bersama sama melawan “kekuatan Sekutu” yang terdiri dari AS, Inggris, dan Prancis dalam Perang Dunia II. Meski tidak memiliki kepentingan di Indocina (Kamboja, Laos, dan Vietnam), sikap agresi Jepang membuat Amerika Serikat menjadi geram. Pada tahun 1941, Amerika membidani persekutuan yang disebut ABDACOM (America, British, Dutch, Australian Command) untuk menghadapi keagresifan Jepang. Selain membuat organisasi, Presiden Roosevelt juga menerapkan embargo baja dan besi tua kepada Jepang yang kemudian diikuti dengan pembekuan semua aset-aset Jepang. Embargo baja dan besi tua ini sungguh memukul telak Jepang karena peralatan militernya semua terbuat dari baja dan besi tua. Seperti belum cukup, Amerika segera mengembargo minyak bumi terhadap Jepang. Minyak bumi merupakan penopang utama industri-industri militer Jepang. Embargo minyak bumi ini membuat industri militer Jepang menjadi kesulitan sehingga Jepang dihadapkan pada dua pilihan, hidup atau mati. Jepang bukannya menyerah dengan situasi, tetapi semakin berambisi menguasai minyak bumi Asia Selatan (India, Bangladesh, Pakistan, dan lain-lain) serta Asia Tenggara (Vietnam, Filipina, Indonesia, dan lain-lain) untuk mengatasi embargo minyak bumi Amerika Serikat. Sebagian wilayah yang menjadi sasaran Jepang itu merupakan jajahan Belanda, termasuk Indonesia, sehingga Jepang harus menghadapi kekuatan militer terbesar saat itu, yaitu Amerika Serikat. Di bawah ABDACOM, Amerika Serikat bertanggung jawab melindungi kepentingankepentingan Belanda di Indonesia. Menyerang Indonesia dianggap menyerang ABDACOM. Untuk mengatasi kekuatan militer itu, Jepang mengambil keputusan, yakni harus terlebih dahulu melumpuhkan Amerika Serikat. Sasaran yang paling dekat di Asia adalah pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Asia Pasifik, yaitu di Pearl Harbour, Hawaii. Maka, secara mendadak tanpa ultimatum terlebih dahulu, Jepang menyerang Pearl Harbour pada 7 Desember 1941. Dengan serangan ini, Jepang telah mengawali perang Pasifik. Setelah menghancurkan Pearl Harbour, Jepang menduduki Filipina pada 10 Desember 1941, Burma pada 16 Desember 1941, dan pada 11 Januari 1942 Jepang mendarat di Indonesia dengan menguasai Kalimantan lalu menyusul Sumatra dan Jawa. Setelah Jawa dikuasai, Jepang



mengendalikan seluruh wilayah Indonesia dalam waktu singkat. Perang yang dilancarkan Jepang di Asia Tenggara dan di Lautan Pasifik ini dikenal dengan Perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik.



C. Spionase Jepang Mengapa Jepang begitu mudah masuk Indonesia dan menguasai Yogyakarta? Ternyata, jauh sebelum tahun 1942 Jepang telah mengirimkan perwira-perwiranya di beberapa kota penting di Indonesia, termasuk Yogyakarta untuk dijadikan sebagai spionase. Perwira yang dikenal sebagai mata-mata di Yogyakarta adalah Shizukino Yamachi. Tugas Shizukino Yamachi adalah melakukan penyamaran untuk memata-matai kawasan Yogyakarta, yang nantinya pada wilayah tersebut akan dilakukan ekspansi besar-besaran oleh tentara Jepang. Untuk mengelabuhi masyarakat, Shizukino Yamachi mendirikan toko Fuji sebagai toko kelontong yang berada di daerah pecinan Yogyakarta atau sekarang dikenal Jalan Malioboro. Shizukino Yamachi mengubah namanya menjadi Tao Ai dan lebih suka memperkenalkan dirinya kepada orang baru sebagai pedagang dari Cina. Sehari-harinya, Shizukino Yamachi keluar rumah dari pagi hingga menjelang petang. Shizukino Yamachi menulis dengan detail segala hal yang ada dan terjadi di Yogyakarta. Kemudian, segala hasil data pengamatannya dikirimkan ke Jepang, agar mudah melakukan ekspansi. Data tersebut dikirimkan melalui radio komunikasi dari kamarnya sehingga pintu kamarnya yang berada di lantai atas selalu tertutup rapat. Shizukino Yamachi sering berkeliling menggunakan sepeda, berbusana putih dan mengenakan topi bulat. Semua orang tidak mengenal siapa sesungguhnya Shizukino Yamachi. Dia hanya dikenal sebagai seorang pengusaha yang baik dan ramah kepada setiap orang. Di pertengahan tahun 1939, Shizukino Yamachi mendadak pergi dan hilang begitu saja. Pada 6 Maret 1942, tentara Jepang telah memasuki Kota Yogyakarta. Mereka datang dari arah Jalan Solo menuju ke barat, setelah sampai di perempatan tugu, mereka berbelok ke selatan menuju Jalan Malioboro dan Gedung Agung. Iring-iringan pasukan disambut oleh warga tanpa ketakutan, bahkan warga bersorak sorai dengan melambailambaikan bendera merah putih. Para pasukan Jepang datang dengan mengaku sebagai saudara tua. Untuk menarik simpati khususnya kepada rakyat Yogyakarta, serdadu Jepang menyerukan “Nipon Indonesia sama-sama”, mengumandangkan lagu Indonesia Raya, serta secara demonstratif membawa potret ratu Belanda yang ditusuk-tusuk dengan bayonet. Ketika peristiwa ini berlangsung, Shizukino Yamachi berada di kendaraan jeep paling depan diikuti kendaraan truk, sepeda, dan bahkan ada yang berjalan kaki. Setelah diketahui, ternyata Shizukino Yamachi merupakan salah satu perwira komandan divisi Angkatan Darat Jepang.



D. Jepang Mengambil Alih Wilayah Hindia Belanda Serangan Jepang pertama terjadi pada 11 Januari 1942 dengan Salam Historia Mengapa Thailand menjadi negara Asia yang tidak dijajah Jepang? Pada Perang Dunia II, Thailand



“membantu” Jepang melawan Sekutu dengan cara memberikan wilayah negaranya sebagai tempat akomodasi tentara Jepang. Namun, seusai perang dan Jepang kalah perang melawan Sekutu, Thailand memutuskan untuk menjadi sekutu Amerika Serikat. Thailand juga merupakan negara yang tidak pernah dijajah bangsa Barat (Inggris, Prancis, Belanda, Spanyol, dan Portugal). mendarat di Tarakan (Kalimantan Timur). Pada bulan Februari, Jepang menduduki Pontianak, Banjarmasin, Makassar, Palembang, dan Bali. Mengapa Jepang mendarat pertama kali di Tarakan dan kemudian menguasai Tarakan? Sebagaimana dibahas dalam pokok bahasan terdahulu, Jepang sangat kesulitan dalam mengoperasikan industri-industrinya, termasuk mesin-mesin perangnya, setelah Amerika Serikat mengembargo minyak bumi. Tarakan adalah salah satu daerah yang terdapat sumber-sumber minyak di Indonesia. Dengan menguasai Tarakan, berarti menguasai sumber minyak sehingga dengan demikian untuk menguasai daerah lain di Indonesia lebih mudah dan untuk menghadapi Sekutu juga lebih siap. Di Jawa, Jepang pertama kali mendarat di Banten, kemudian Indramayu, Rembang, Tuban, dan Surabaya. Sejak Maret 1942, Indonesia menjadi kekuasaan Jepang. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hindia Belanda (Indonesia) adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung industri dan kampanye perang Jepang. Gubernur Jenderal Belanda, Tjarda van Strarkenborgh, tidak berdaya menghadapi serangan kilat Jepang sehingga terpaksa menyerah tanpa syarat kepada Letnan Jenderal Hitoshi Imamura di Kalijati, Subang, Jawa Barat, 8 Maret 1942. Mengapa Jepang begitu mudah mengalahkan Belanda sedangkan peralatan militer Belanda juga sangat modern untuk saat itu? Jepang, sebelum menyerang Hindia Belanda, ternyata sudah jauh hari memperhitungkan penyerangan itu. Beberapa tahun sebelum 1942, para perwira Jepang sudah menyelidiki daerah-daerah yang menjadi titik kelemahan dan kekuatan Belanda. Di Jawa, daerah Banten, Indramayu, Rembang, Tuban, dan Surabaya adalah daerah strategis. Apabila menguasai daerah itu, maka Jepang dengan mudah akan dapat memaksa Belanda menyerah. E. Strategi Jepang Untuk Mendapatkan Simpati Rakyat Kedatangan Jepang disambut baik oleh Sukarno, Hatta, dan Ki Hajar Dewantara. Mereka optimistis bahwa kedatangan Jepang akan membawa kemerdekaan. Dasarnya adalah hal-hal berikut ini. 129 a. Menyerahnya Belanda dianggap sebagai akhir penjajahan Belanda. Dengan kekalahan Belanda, maka berarti dimulainya era baru ketika bangsa-bangsa Asia bebas merdeka dan menentukan nasibnya sendiri dengan dipelopori oleh Jepang. Keyakinan itu bertambah tebal setelah Jepang memperkenalkan diri sebagai saudara tua bangsa-bangsa Asia. b. Jepang berjanji jika Perang Pasifik dimenangkan, maka bangsabangsa di Asia akan mendapatkan kemerdekaan. c. Jepang bersifat simpatik kepada aktivis pergerakan kemerdekaan, misalnya membebaskan tokoh-tokoh yang ditahan dan diasingkan kolonial Belanda seperti Sukarno, Hatta, Syahrir, dan lain-lain. d. Jepang menjanjikan kepada bangsa Indonesia untuk memberikan kemudahan-kemudahan yang tidak pernah diberikan oleh kolonial Belanda, misalnya mengibarkan bendera Merah Putih berdampingan dengan bendera Hinomaru Jepang, menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari, kebebasan beribadah sesuai keyakinan, dan membolehkan



menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” bersama lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo”.



F. Pemerintahan Militer Jepang Setelah menguasai Indonesia, Jepang memerintah dengan sistem pemerintahan militer dengan membagi menjadi tiga daerah militer yang dikendalikan oleh angkatan darat (rigukun) dan angkatan laut (kaigun). Ketiga daerah tersebut di bawah komando panglima besar tentara Jepang yang bertempat di Saigon (Vietnam). Ketiga daerah tersebut meliputi: a. Daerah Jawa dan Madura dengan pusat di Batavia di bawah kendali angkatan laut (kaigun). b. Daerah Sumatra dan Semenanjung Melayu dengan pusat di Singapura di bawah kendali angkatan darat (rigukun). c. Daerah Kalimantan dan Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua di bawah kendali angkatan laut (kaigun). Selain memerintah dengan sistem militer, Jepang dalam rangka mengawasi masyarakat dan membangun gerakan pertahanan masyarakat menggunakan sistem Tonarigumi yang sekarang lebih dikenal sistem Rukun Tetangga (RT). Dalam bidang politik, Jepang membentuk Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa) sebagai lembaga yang bertugas mengumpulkan dana, misalnya dalam bentuk uang, beras, ternak, logam mulia, kayu jati, dan sebagainya. Dalam usaha mendapatkan tenaga kerja, Jepang membentuk Romukyokai (panitia pengerah romusha) untuk dipekerjakan dalam proyek pembangunan jalan raya, pelabuhan, dan lapangan udara. Pada awalnya, romusha ini mendapatkan upah. Namun, pada perkembangan selanjutnya para pekerja ini tanpa diupah oleh pemerintah Jepang. Dalam sistem pertahanan menghadapi Sekutu dan usaha melanggengkan kekuasaannya, di Indonesia dibentuk lembaga-lembaga semimiliter dan militer. Organisasi-organisasi buatan Jepang itu misalnya Keibodan (barisan pembantu polisi), Seinendan (barisan pemuda), Fujinkai (barisan wanita), Heiho (barisan cadangan prajurit), PETA (pembela tanah air), Putera (Pusat Tenaga Rakyat), Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa), Jibakutai (pasukan berani mati), Kempetai (barisan polisi rahasia), dan Gakukotai (laskar pelajar). G. Dampak pendudukna Jepang Di Indonesia Masa pendudukan Jepang membawa dampak yang luar biasa terhadap bangsa Indonesia, baik dampak secara politik, ekonomi, dan sosial budaya. Untuk lebih jelasnya, berikut paparannya. 1. Bidang Politik Setelah Jepang berkuasa di Indonesia, organisasi kemasyarakatan baik itu organisasi politik, sosial, maupun keagamaan dibubarkan dan menggantikannya dengan organisasi bentukan Jepang. Satu-satunya organisasi yang dibiarkan oleh Jepang adalah Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang berdiri sejak pemerintahan kolonial Belanda. Organisasi ini mendapat simpati masyarakat sehingga berkembang dengan cepat. Karena organisasi ini mengkhawatirkan Jepang, maka pada tahun 1943 MIAI dibubarkan dan menggantikannya dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dengan K.H. Hasyim Asy’ari sebagai ketuanya.



Untuk menekan tokoh pergerakan yang tidak kooperatif terhadap Jepang, dilakukan pengawasan yang ketat dengan menyebar polisi rahasia yang sangat ditakuti, yakni Kempetai. Jepang tidak segan-segan menangkap, menginterogasi, bahkan menghukum mati orang yang dianggap bersalah tanpa proses pengadilan. Di samping cara-cara represif, Jepang juga menerapkan caracara yang diharapkan mengundang simpati, misalnya: a. Menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan melarang keras penggunaan bahasa Belanda. b. Membentuk kerja sama dengan para nasionalis serta membentuk gerakan 3A (Nipon cahaya Asia, Nipon pelindung Asia, Nipon pemimpin Asia) dengan menunjuk Mr. Syamsuddin sebagai ketuanya. Tujuan gerakan bentukan Jepang ini adalah menarik simpati rakyat Indonesia agar membantu Jepang menghadapi Amerika Serikat dan sekutunya. Gerakan ini akhirnya tidak mendapat simpati rakyat karena pada kenyataannya Jepang terlalu kejam bagi rakyat Indonesia. c. Membentuk organisasi yang bernama Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dan menunjuk Sukarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur sebagai pemimpinnya. Tujuan organisasi ini adalah memusatkan segala potensi rakyat Indonesia untuk membantu Jepang melawan tentara Sekutu. Namun, organisasi ini dimanfaatkan pimpinannya untuk membangkitkan nasionalisme yang sempat pudar. Karena organisasi ini ternyata lebih menguntungkan Indonesia daripada kepentingan Jepang, maka akhirnya Putera dibubarkan. d. Membentuk Badan Pertimbangan Pusat yang kemudian disebut Cuo Sangi In (pada zaman kolonial Belanda disebut Volksraad). Badan ini bertugas memberikan usul atau saran-saran terhadap Jepang tentang masalah-masalah politik. Jepang menunjuk Sukarno sebagai ketuanya. e. Membentuk Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa) sebagai lembaga yang bertugas mengumpulkan dana, misalnya dalam bentuk uang, beras, ternak, logam mulia, kayu jati, dan sebagainya. Jepang menunjuk gunseikan atau seorang kepala pemerintahan sebagai ketuanya. Seperti organisasi lain bentukan Jepang, organisasi ini tidak mendapat sambutan rakyat, terutama di luar Pulau Jawa. 2. Bidang Ekonomi Dalam bidang ekonomi, Jepang menginginkan Indonesia sebagai tempat eksploitasi segala sumber daya, baik itu pangan, sandang, logam, dan minyak demi kepentingan perang, sebagaimana tampak dalam hal-hal berikut ini. a. Menyita Aset Ekonomi Jepang menyita aset hasil perkebunan (teh, kopi, karet, tebu), pabrik, bank, dan perusahaan-perusahaan penting. Banyak lahan pertanian yang terbengkalai karena pemerintah Jepang fokus pada ekonomi perang dan industri perang. Dampaknya, kelaparan rakyat dan kemiskinan di mana-mana. Kebijakan Jepang di antaranya juga adanya ekonomi perang. Ekonomi perang adalah semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk menopang kegiatan perang. Bagi Jepang, Indonesia merupakan negara yang sangat menarik perhatian karena merupakan negara kepulauan yang kaya akan hasil bumi, pertanian, tambang, dan lain sebagainya.



Kekayaan Indonesia tersebut sangat cocok untuk keperluan industri Jepang. Setelah berhasil menguasai Indonesia, Jepang mengambil kebijakan dalam ekonomi yang sering disebut Self Help, yaitu hasil perekonomian di Indonesia dijadikan modal untuk mencukupi kebutuhan pemerintahan Jepang, contohnya sebagai berikut. 1) Jepang memerintahkan menanam padi karena beras adalah sumber energi tentara Jepang. 2) Jepang memerintahkan menanam jarak karena getah jarak dijadikan pelumas mesin-mesin industri alat perang Jepang termasuk pesawat tempur. 3) Jepang memerintahkan menanam tanaman kina karena menjadi obat antimalaria. Penyakit malaria sangat melemahkan kemampuan bertempur pasukan Jepang. b. Pengawasan Ketat di Bidang Ekonomi Jepang melakukan pengawasan ekonomi secara ketat. Pengawasan tersebut antara lain penggunaan dan penyediaan barang serta pengendalian harga untuk mencegah meningkatkan harga barang. Jika ada yang melanggar, akan dikenai sanksi sangat berat. c. Kebijakan Self-sufficiency Kebijakan self-sufficiency yaitu pemerintah Jepang mengharuskan pada wilayah-wilayah yang ada di bawah pemerintah Jepang harus memenuhi kebutuhannya sendiri. d. Memberlakukan Setoran Wajib, Romusha Pada tahun 1944, Jepang dalam ambisi perangnya semakin terdesak dan kalah di berbagai front sehingga kebutuhan bahanbahan pangan semakin meningkat. Untuk mengatasinya, Jepang membuat aturan agar rakyat menyerahkan bahan pangan dan barang secara besarbesaran melalui organisasi bentukan Jepang yang bernama Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa) dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian). Setiap rakyat harus menyerahkan bahan makanan 30 persen untuk pemerintah Jepang, 30 persen untuk lumbung desa (simpanan), dan 40 persen menjadi hak miliknya. Kewajiban yang memberatkan itu membuat rakyat menderita dan kekurangan pangan sehingga rakyat makan makanan yang tidak biasa seperti umbi-umbian hutan, bekicot, dan sebagainya. Karena sandang juga langka, rakyat terpaksa memakai pakaian dengan bahan dasar karung goni. Keadaan itu diperparah dengan kewajiban romusha atau kerja paksa. Banyak rakyat meninggal di tempat kerja atau ditembak mati karena melarikan diri dari kewajiban romusha. 3. Bidang Sosial a. Romusha Penerapan romusha pada awalnya secara sukarela dari rakyat karena mendapat upah dari pemerintah Jepang. Namun, lambat laun romusha menjadi kerja paksa yang tidak ada lagi sistem pengupahan. Banyak pemuda desa dan laki-laki desa lainnya yang dipaksa kerja romusha sehingga mengakibatkan lahan pertanian menjadi tidak tergarap. Mereka dimobilisasi tidak saja untuk membangun jalan, bandara, dan pelabuhan di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri seperti Burma, Thailand, Vietnam, dan Malaysia. b. Jugun Ianfu Selain memobilisasi para pemuda desa untuk romusha, pemerintah Jepang juga merekrut wanita-wanita desa untuk dijadikan perempuan penghibur tentara Jepang atau yang dikenal dengan Jugun Ianfu. Para wanita itu awalnya direkrut dijanjikan dididik menjadi perawat kesehatan, tetapi pada kenyataanya mereka dijadikan sebagai wanita penghibur. c. Pendidikan



Pada masa Jepang, sistem pendidikan lebih buruk daripada masa kolonial Belanda. Jumlah sekolah menurun drastis dan jumlah warga buta aksara semakin banyak. Sistem pembelajaran dan kurikulum dijadikan untuk kepentingan perang. Pelajar diindoktrinasi dengan slogan Hakko Ichiu (delapan penjuru dunia di bawah satu atap). Slogan ini terus diterapkan sebagai alat propaganda Jepang bahwa Jepang pemimpin dunia dan alat pembenaran Jepang selalu menginvansi negara lain selama Perang Dunia II. d. Bahasa dan Stratifikasi Sosial Ada sisi positif dalam diri Jepang. Pertama, dalam bidang bahasa, karena bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar. Bahasa Indonesia juga dijadikan sebagai pelajaran wajib. Kedua, dalam penjajahan Jepang ini, stratifikasi sosial golongan bumiputra (inlander, zaman Belanda) ditempatkan di atas golongan Eropa dan golongan Timur Asing kecuali Jepang. Jepang ingin mengambil hati rakyat dalam usaha menghadapi Sekutu dalam Perang Pasifik. 4. Bidang Kebudayaan Sebagai negara fasis, Jepang memang mendidik warga negaranya dengan sangat ketat. Semua urusan warga negaranya harus taat pada aturan yang ditetapkan oleh negara. Walaupun menjadi negara modern akibat Restorasi Meiji, Jepang tetap sangat menghormati kaisarnya. Sebab bagi mereka, kaisar dianggap sebagai keturunan Dewa Matahari. Oleh karena itu, dalam tradisi Jepang, mereka memberi hormat ke arah matahari terbit dengan cara membungkukkan punggung dalam-dalam (disebut dengan Seikerei) sebagai simbol penghormatan terhadap kaisar. Kebiasaan Jepang itu dipaksakan kepada setiap negara jajahannya, termasuk di Indonesia sehingga menimbulkan rasa tidak suka terhadap Jepang. Perilaku seperti itu bertentangan dengan agama karena dianggap sebagai Syrik (menyekutukan Tuhan). Perlawanan K.H. Zainal Mustafa di Tasikmalaya, Jawa Barat pada tahun 1944 sebagai bukti bahwa Jepang tidak bisa memaksa begitu saja budayanya kepada tanah jajahan. Dalam usaha mengendalikan kebudayaan, Jepang membentuk organisasi yang bernama Keimin Bunkei Shidoso (pusat kebudayaan). Keimin Bunkei Shidoso dijadikan sebagai wadah perkembangan kesenian Indonesia. Lembaga ini juga dimanfaatkan Jepang untuk mengawasi dan mengarahkan seniman-seniman Indonesia agar karyanya tidak menyimpang dari kepentingan Jepang. Jika ada seniman yang berani mengkritik Jepang, maka seniman itu ditangkap dan dipenjarakan. Contohnya, Chairil Anwar dijebloskan ke penjara karena karya sastranya yang berjudul Siap Sedia. H. Strategi Politik Jepang Membentuk Organisasi Kemasyarakatan 1. Organisasi sosial kemasyarakatan a. Gerakan 3A Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia dalam perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik, Jepang membentuk sebuah perkumpulan yang dinamakan Gerakan 3A (Nipon cahaya Asia, Nipon pelindung Asia, Nipon pemimpin Asia). Perkumpulan ini dibentuk pada 29 Maret 1942. Jepang berusaha agar gerakan ini menjadi alat propaganda yang efektif untuk memenangkan perang dengan Sekutu. Oleh karena itu, di berbagai daerah dibentuk berbagai komite-komite.



Ternyata, sekalipun dengan berbagai upaya, gerakan ini kurang mendapat simpati rakyat karena ternyata Jepang sudah mulai menampakkan sifat-sifat penjajahannya. Pada Desember 1942, Gerakan 3A dinyatakan gagal dan dibubarkan. b. Pusat Tenaga Rakyat (Putera) Karena Gerakan 3A gagal, kemudian Jepang mengajak para tokoh pergerakan untuk bekerja sama. Jepang kemudian mendirikan organisasi pemuda yang dipimpin oleh Sukardjo Wiryopranoto. Karena lambat laun organisasi ini tidak mendapat sambutan rakyat, akhirnya Jepang membubarkannya. Dukungan rakyat terhadap Jepang memang tidak seperti awal kedatangannya, karena Jepang sudah banyak berubah. Misalnya, melarang pengibaran bendera Merah Putih yang berdampingan dengan bendera Hinomaru serta mengganti lagu “Indonsia Raya” dengan lagu “Kimigayo”. Jepang ketika perang dengan sekutu mulai menampakkan kekalahan di mana-mana sehingga rakyat Indonesia mulai tidak percaya dengan Jepang. Untuk memulihkan keadaan itu, Jepang harus bekerja sama dengan tokoh-tokoh nasionalis terkemuka, misalnya Sukarno dan Moh. Hatta. Karena Sukarno masih ditahan oleh pemerintah kolonial Belanda di Padang, maka Jepang membebaskannya. Jepang kemudian membentuk organisasi massa yang dapat diharapkan bekerja sama untuk menggerakkan rakyat. Pada Desember 1942, Sukarno, Hatta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara dipercaya untuk membentuk gerakan baru. Gerakan itu bernama Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang kemudian berdiri pada 16 April 1943. Tokoh-tokoh nasionalis ini terkenal dengan sebutan empat serangkai. Putera diketuai oleh Sukarno. Tujuan Putera adalah untuk membangun dan menghidupkan kembali segala sesuatu yang telah dihancurkan kolonial Belanda. Jepang menginginkan Putera bekerja untuk menggali potensi masyarakat guna membantu Jepang dalam perang. Di samping bertugas sebagai propaganda perang, Putera juga bertugas memperbaiki bidang sosial dan ekonomi. Putera kemudian membentuk organisasi sampai ke tingkat daerah-daerah dan pimpinan pusat tetap dipegang oleh empat serangkai sehingga dalam waktu singkat Putera berkembang sangat pesat. Melalui rapat-rapat, para tokoh nasionalis memanfaatkan Putera untuk menyiapkan Indonesia merdeka. Rupanya, Jepang mulai sadar bahwa Putera dimanfaatkan oleh para nasonalis bukan untuk kepentingan Jepang sehingga pada tahun 1944 Putera dibubarkan Jepang. c. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) Berbeda dengan pemerintah kolonial Belanda yang anti organisasi Islam, Jepang lebih bersahabat terhadap umat Islam. Jepang mendekati umat Islam karena Jepang menginginkan agar umat Islam di Indonesia membantu Jepang melawan Sekutu. Oleh karena itu, organisasi Islam yang bernama MIAI yang cukup berpengaruh pada masa pemerintahan Belanda dan dibubarkan Belanda mulai dihidupkan kembali oleh Jepang. Tanggal 4 September 1942, MIAI diizinkan aktif kembali. Dengan demikian, MIAI dapat dimobilisasi untuk keperluan Jepang. MIAI berkembang sangat pesat karena merupakan tempat bersilaturahmi antar sesama para tokoh Islam untuk menuju Indonesia merdeka. Arah perkembangan MIAI mulai dipahami oleh Jepang. MIAI dianggap tidak memberi kontribusi terhadap Jepang dan itu berarti tidak sesuai dengan harapan Jepang. Maka, pada November 1943, MIAI dibubarkan



Jepang. Sebagai penggantinya, Jepang membentuk organisasi Islam baru yang bernama Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Tugas dari Masyumi adalah dapat mengumpulkan dana dan dapat menggerakkan umat Islam untuk menopang kegiatan Perang Asia Timur Raya. Masyumi diketuai oleh Hasyim Asy’ari dan wakil ketuanya dijabat oleh Mas Mansur dan Wahid Hasyim, sedangkan penasihatnya adalah Ki Bagus Hadikusumo. Masyumi sebagai Gambar 4.d. K.H. Hasyim Asy’ari. Seorang ulama yang diberi kepercayaan Jepang memimpin Masyumi. 140 organisasi induk umat Islam, anggotanya sebagian besar dari para ulama. Dengan kata lain, ulama dilibatkan dalam kegiatan pergerakan politik. Organisasi Islam ini berkembang sangat pesat dan di setiap karesidenan ada cabangnya. Masyumi dalam perkembangannya menjadi tempat penampungan berkeluh kesah rakyat. Masyumi berkembang menjadi organisasi yang pro dengan rakyat sehingga tidak heran bila Masyumi menentang keras kebijakan romusha. Bahkan, Masyumi menolak permintaan Jepang agar organisasi bentukan Jepang ini menggerakan romusha. Dengan demikian, Masyumi telah membentuk dirinya menjadi organisasi pejuang yang membela rakyat. d. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa) Pada tahun 1944, dalam Perang Asia Timur Raya, Jepang terus mengalami kekalahan di mana-mana sehingga kondisi ini sangat mengkhawatirkan keberadaan Jepang di Indonesia. Untuk itu, panglima ke-16, Jenderal Kumakici Harada membentuk oganisasi baru yang bernama Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa). Organisasi ini dibentuk karena Jepang membutuhkan bantuan segenap rakyat secara lahir batin, yakni rakyat memberikan darmanya kepada pemerintah Jepang demi kemenangan perang. Agar pengalaman yang sudah terjadi tidak terulang, yakni pimpinan organisasi membelokkan organisasi sehingga tidak sesuai harapan Jepang, maka Jawa Hokokai dipimpin langsung oleh orang Jepang, yakni gunseikan. Sedangkan penasehatnya boleh orang Indonesia, yakni Sukarno dan Hasyim Asy’ari. Organisasi ini sampai ke tingkat RT (rukun tetangga). Di tingkat daerah (syu/shu) dipimpin oleh syucokan dan seterusnya sampai ke tingkat daerah ku oleh kuco, bahkan sampai ke gumi di bawah pimpinan gumico. Dengan demikian, Jawa Hokokai memiliki alat sampai ke desa-desa, dukuh, bahkan sampai RT (gumi atau tonari gumi). Tonari gumi dibentuk untuk memobilisasi seluruh penduduk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 10 sampai 20 keluarga. Para kepala desa atau kepala dukuh atau ketua RT bertanggung jawab atas kelompoknya masing-masing. Program kegiatan Jawa Hokokai adalah sebagai berikut. 1) Melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi pemerintah Jepang. 2) Memimpin rakyat berdasarkan semangat kekeluargaan. 3) Memperkukuh pembelaan tanah air. Jawa Hokokai adalah organisasi pusat yang anggotaanggotanya atas bermacammacam hokokai (himpunan kebaktian) sesuai dengan bidang profesinya. Misalnya, Kyoiku Hokokai (kebaktian para guru), Isi Hokokai (kebaktian para dokter), dan sebagainya. Dalam perkembangannnya, Jawa Hokokai memobilisasi potensi rakyat untuk kemenangan perang Jepang, misalnya dalam bidang ekonomi dengan cara penarikan hasil bumi untuk keperluan perang. 2. Organisasi Semimiliter dan Militer Dalam memerintah Indonesia, Jepang menerapkan pemerintahan militer. Untuk itu, Jepang mengambil kebijakan membuat organisasi yang bersifat semimiliter dan



militer. Para pemuda dilatih Jepang untuk disiplin dan memiliki semangat juang yang tinggi (seishin) dan berjiwa kesatria (bushido). Untuk lebih jelasnya, berikut ulasannya. a. Organisasi Semimiliter 1) Seinendan Seinendan (korps pemuda) adalah sebuah organisasi yang mewadahi para pemuda yang berusia 14 sampai 22 tahun. Organisasi ini dibentuk dengan tujuan menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Kepentingannya bagi Jepang ialah menjadi tenaga cadangan dalam menghadapi perang Asia Timur Raya. Seinendan difungsikan sebagai barisan cadangan yang mengamankan garis belakang. Pengorganisasian Seinendan diserahkan kepada penguasa setempat, misalnya di tingkat syu/shu (keresidenan) ketuanya syucokan sendiri. Begitu juga di tingkat daerah ken (kabupaten), ketuanya kenco sendiri, dan seterusnya sampai ke tingkat gun (kawedanan), son (kecamatan), aza (dusun), dan gumi (RT). Tokoh-tokoh yang pernah mencicipi pendidikan Seinendan adalah Sukarni dan Latief Hendraningrat. 2) Keibodan Keibodan (korps kewaspadaan) anggotanya berusia 25 sampai 35 tahun. Tujuannya untuk membantu tugas polisi Jepang dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Untuk itu, mereka dilatih kemiliteran. Pembina Keibodan adalah Departemen Kepolisian (Keimubu) dan di daerah syu (keresidenan) dibina oleh bagian kepolisian (Keisatsubu). Di kalangan orang Cina juga dibentuk Keibodan yang diamakan Kakyo Keibotai. Organisasi keibodan juga dibentuk di daerahdaerah seluruh Indonesia meskipun namanya berbedabeda. Misalnya Keibodan di Sumatra disebut Bogodan atau di Kalimantan disebut Borneo Konan Kokokudan. Ketika situasi perang semakin memanas, Jepang melatih Fujinkai (perkumpulan wanita) dengan diberi latihan militer sederhana. Bahkan, pada tahun 1944 dibentuk Pasukan Srikandi. Organisasi sejenis juga dibentuk untuk usia murid SD yang disebut Seinentai (barisan murid sekolah dasar). Kemudian, untuk murid SMP dibentuk Gakukotai (barisan murid sekolah lanjutan).



3) Barisan Pelopor Jepang membentuk Chuo Sangi in (semacam DPR). Salah satu keputusan lembaga itu adalah merumuskan cara untuk menumbuhkan keadaran di kalangan rakyat untuk 143 membela tanah air dari serangan musuh. Sebagai bentuk nyata dari keputusan itu, Jepang pada 1 November 1944 membetuk organisasi baru yang bernama Barisan Pelopor. Melalui organisasi ini diharapkan adanya kesadaran rakyat untuk berkembang sehingga jika tanah airnya diserang musuh, maka rakyat siap membantu Jepang mempertahankan tanah airnya. Organisasi ini dipimpin oleh Sukarno yang dibantu oleh R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo. Barisan pelopor berkembang pesat hanya di perkotaan. Organisasi ini mengadakan pelatihan militer bagi angotanya meskipun hanya menggunakan senapan dari kayu dan bambu runcing. Anggotanya sangat heterogen karena ada yang terpelajar, berpendidikan rendah, bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan sekalipun.



Tokoh yang pernah menjadi anggotanya adalah Supeno, D.N. Aidit, Johar Nur, dan Asmara Hadi. Dengan adanya organisasi ini, nasionalisme dan rasa persaudaran di lingkungan rakyat Indonesia semakin berkobar. Organisasi ini di bawah naungan Jawa Hokokai. 4) Hizbullah Pada 7 September 1944, Perdana Menteri Jepang Kaiso mengeluarkan pernyataan tentang pemberian kemerdekaan untuk Indonesia karena kekalahan Jepang ada di mana-mana sehingga Jepang mengalami berbagai kesulitan. Cara yang ditempuhnya menambah kekuatan yang sudah ada, yakni membentuk pasukan cadangan khusus dari pemuda-pemuda Islam sebanyak 40.000 orang. Bagi Jepang, dibentuknya pasukan khusus Islam ini digunakan untuk membantu dalam pemenangan perang Jepang. Tokoh-tokoh Masyumi menyambut antusias pembentukan pasukan khusus Islam ini dan tentu saja sambutan itu disambut gembira pemerintah Jepang. Tujuan Masyumi membentuk organisasi ini adalah untuk persiapan menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia. Maka, pada 15 Desember 1944, Jepang membentuk organisasi 144 baru berupa pasukan sukarelawan Islam yang dinamakan Hizbullah (tentara Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaykio Seinin Teishinti. Tugas pokok Hizbullah adalah sebagai berikut. 1. Sebagai tentara cadangan. • Melatih diri baik jasmani maupun rohani dengan giat. • Membantu tentara Dai Nippon. • Menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh. • Menggiatkan usaha-usaha untuk kepentingan tugas perang. 2. Sebagai pemuda Islam dengan tugas berikut. • Menyiarkan agama Islam. • Memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama Islam. • Membela agama dan umat Islam Indonesia. Agar organisasi berjalan lancar, maka dibentuk pengurus pusat Hizbullah dengan ketuanya K.H. Zainul Arifin, wakil ketuanya Moh. Roem, dan anggota pengurusnya antara lain Prawoto Mangunsasmito, Kia Zarkasi, dan Anwar Cokroaminito. Para pelatihnya berasal dari komandan-komandan Peta dan di bawah pengawasan perwira Jepang. Kapten Yanagawa Moichiro, yakni seorang perwira Jepang, akhirnya memeluk Islam dan menikahi gadis dari Tasik. Dalam pelatihan, selain keterampilan militer juga kerohanian. Keterampilan fisik militer dilatih oleh para komandan Peta, sedangkan bidang mental kerohanian dilatih oleh K.H. Mustafa Kamil (bidang kekebalan), K.H. Mawardi (bidang Tauhid), K.H. Abdul Halim (bidang politik), dan K.H. Tohir (bidang sejarah). Pelatihan Hizbullah di Cibarusa itu ternyata membentuk kader pejuang yang militan serta menumbuhkan semangat nasionalisme para kader Hizbullah. Setelah pelatihan di Cibarusa itu mereka kembali ke daerah masing-masing dan membentuk Hizbullah di daerah sehingga Hizbullah berkembang dengan pesat. Para Hizbullah menyadari bahwa Tanah Jawa adalah pusat pemerintahan. Jika musuh sewaktu-waktu menyerang, maka Hizbullah akan mempertahankan dengan penuh semangat. Semangat itu tentunya bukan karena membantu Jepang, tetapi



demi tanah air Indonesia. Jika barisan pelopor di bawah naungan Jawa Hokokai, maka Hizbullah di bawah naungan Masyumi. b. Organisasi Militer 1) Heiho Heiho (pasukan pembantu) adalah prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan di organisasi militer, baik angkatan darat maupun laut. Tujuan dari dibentuknya Heiho adalah membantu tentara Jepang. Anggotanya 42.000 orang, tetapi mereka tidak sampai berpangkat perwira karena perwira hanya untuk orang Jepang. Syarat untuk menjadi tentara Heiho antara lain 1) usia 18 sampai 25 tahun, 2) berbadan sehat, 3) berkelakuan baik, dan 4) berpendidikan minimal sekolah dasar. Adapun kegiatan pelatihan tentara Heiho adalah membangun kubu-kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan, dan membantu perang tentara Jepang di medan perang. Contohnya, banyak anggota Heiho yang diterjukan di peperangan melawan tentara Sekutu di Kalimantan, Papua, bahkan ada yang sampai ke Burma. Dalam organisasinya, tentara Heiho sudah dibagi-bagi menjadi kesatuan menurut daerahnya. Di Jawa menjadi bagian tentara Jepang ke-16 dan di Sumatra menjadi bagian dari tentara Jepang ke-25. Selain itu, tentara Heiho juga sudah dibagi menjadi beberapa angkatan, misalnya angkat darat, laut, dan kepolisian (kempeitei). Keterampilan khusus juga diberikan, misalnya bagian senjata antipesawat terbang, tank, artileri, dan pengemudi mesin perang. 2) Peta Heiho sebagai bagian dari pasukan Jepang untuk menghadapi serangan Sekutu dipandang belum memadai. Oleh sebab itu, dibentuklah organisasi militer lain yang bernama Peta (Pembela Tanah Air). Para anggota Peta mendapat pelatihan militer karena organisasi ini organisasi militer. Semula, yang ditugasi melatih anggota Peta adalah seksi khusus dari bagian inteligen yang disebut Tokubetsu Han. Bahkan, sebelum ada perintah melatih Peta, Tokubetsu Han sudah melatih pemuda Indonesia untuk menjadi inteligen yang dipimpin oleh Yanagawa. Pelatihan pertama berlokasi di Tangerang dengan anggota 40 orang dari seluruh Jawa. Baru pada pelatihan tahap kedua, Jenderal Kumaikici Harada panglima tentara Jepang memerintahkan untuk membentuk Peta dan melatih Peta. Pada 3 Oktober 1943, secara resmi Peta didirikan dan anggota Peta berasal dari berbagai golongan, termasuk dari Seinendan. Dalam Peta sudah dikenalkan pangkat, misalnya daidanco (komandan batalion), cudanco (komandan kompi), shodanco (komandan peleton), bundanco (komandan regu), dan giyuhei (prajurit sukarela). Untuk mencapai tingkat perwira Peta, para anggota harus melalui pendidikan khusus. Pertama kali pendidikan dilaksanakan di Bogor dan setelah mereka lulus pelatihan ditempatkan di berbagai daidanco (komandan batalion) yang tersebar di Jawa, Madura, dan Bali. Dalam organisasi, Peta tidak seperti Heiho yang ditempatkan pada struktur organisasi tentara Jepang. Peta dibentuk sebagai pasukan gerilya yang melawan apabila terjadi serangan dari pihak musuh. Tegasnya, Peta dibentuk untuk mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan Sekutu.



Dalam kedudukan struktur organisasi, Peta memiliki kedudukan yang lebih bebas/fleksibel dan dalam hal kepangkatan ada orang Indonesia yang sampai mencapai perwira. Untuk itulah banyak orang yang tertarik untuk menjadi anggota Peta. Sampai pada akhir pemerintahan Jepang, anggota Peta sudah mencapai 37.000 orang di Jawa dan Sumatra mencapai 20.000 orang. Di Sumatra, nama yang terkenal bukan Peta, tetapi Giyugun (prajurit-prajurit sukarela). Orang-orang Peta inilah yang kemudian hari sangat berperan dalam ketentaraan setelah Indonesia merdeka. Tokoh terkenal Peta adalah Supriyadi dan Sudirman. I. Perlawanan Terhadap Jepang Secara Kooperatif (kerjasama) Perjuangan secara kooperatif dilakukan oleh tokoh-tokoh nasionalis yang duduk di organisasi-organisasi bentukan Jepang. Melalui organisasi ini, mereka dengan rapi melakukan koordinasi-koordinasi agar rakyat bersatu untuk Indonesia merdeka. Dengan organisasi bentukan Jepang seperti Putera (Pusat Tenaga Rakyat), Sukarno, Hatta, Mas Mansur, dan Ki hadjar Dewantara membentuk empat serangkai untuk membangkitkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia yang sempat luntur akibat tekanan dari kolonial Belanda. Sukarno dengan tidak ragu-ragu juga bekerja sama dengan Jepang agar perjuangan untuk Indonesia merdeka segera terwujud. Sikap Sukarno ini dimanfaatkan oleh pemerintah Jepang sebagai alat untuk memobilisasi rakyat karena Sukarno dianggap Jepang sebagai tokoh yang paling berpengaruh terhadap rakyat. Akhirnya, antara Sukarno dengan Jepang saling memanfaatkan. Sikap Sukarno itu pernah dikecam keras oleh tokoh nasionalis lainnya, misalnya ketika Sukarno mendukung penerapan romusha dan bahkan ikut terlibat memobilisasi rakyat agar ikut romusha yang mengakibatkan mereka mati kelaparan, menderita penyakit dan meninggal, serta ditembak Jepang karena lari dari romusha. Karena kecaman keras dari beberapa pihak, Sukarno pernah berujar, “Aku telah mengorbankan hidupku untuk tanah ini … tidak jadi soal kalau ada yang menyebutku kolaborator Jepang … halamanhalaman dari revolusi Indonesia akan ditulis dengan darah Sukarno …. Sejarahlah yang akan membersihkan namaku ….” Untuk kepentingan Indonesia merdeka, Sukarno juga terlibat dalam persiapan kemerdekaan seperti BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Coosakai dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Inkai J. Perlawanan Terhadap Jepang Melalui bawah tanah Gerakan bawah tanah di Indonesia tidak seperti gerakan bawah tanah di Eropa yang mengangkat senjata secara sembunyi-sembunyi. Gerakan bawah tanah di Indonesia artinya perjuangan yang dilakukan secara tertutup dan rahasia. Mereka, di balik kepatuhan terhadap Jepang, tersembunyi kegiatan-kegiatan yang menggerakkan rakyat untuk Indonesia merdeka. Walaupun akhirnya gerakan mereka diketahui Jepang dan organisasi yang mereka jalankan dibubarkan, tetapi peranan mereka sangat penting bagi Indonesia merdeka. Untuk lebih jelasnya, berikut ulasan tokoh-tokoh yang melakukan perjuangan bawah tanah. a. Kelompok Sukarni Sukarni adalah tokoh pergerakan pada zaman kolonial Belanda. Pada zaman pendudukan Jepang, Sukarni bersama Muhammad Yamin bekerja di Sendenbu (Barisan Propaganda



Jepang). Sukarni juga menghimpun tokoh-tokoh pergerakan seperti Adam Malik, Kusnaini, dan Pandu Wiguna untuk terus mengobarkan perjuangan dan menggelorakan paham nasionalisme. Untuk menyamarkan gerakannya, Sukarni mendirikan asrama politik yang diberi nama “Angkatan Baru Indonesia” sehingga dapat mengumpulkan tokoh-tokoh penting seperti Sukarno, Hatta, Ahmad Subarjo, dan Sunarya. Keempat tokoh itu bertugas mendidik para pemuda tentang politik dan pengetahuan umum. b. Kelompok Ahmad Subarjo Pada masa pendudukan Jepang, Ahmad Subarjo bertugas sebagai Kepala Biro Riset Kaigun Bukanfu (Kantor Penghubung Angkatan Laut) di Jakarta. Di samping bekerja di lembaga itu, Ahmad Subarjo menghimpun tokoh-tokoh pergerakan yang bekerja di angkatan laut Jepang dengan mendirikan asrama pemuda yang bernama “Asrama Indonesia Merdeka”. Di asrama itu, Ahmad Subarjo menanamkan jiwa nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia. c. Kelompok Sutan Syahrir Sutan Syahrir sangat yakin bahwa Jepang tidak akan menang perang melawan Sekutu. Untuk itu, menurut Syahrir, Indonesia harus segera merebut kemerdekaan pada saat yang paling tepat. Syahrir membuat jaringan-jaringan para pemuda yang mempunyai semangat nasionalisme tinggi, yakni para mahasiswa progresif. Ketika mendengar lewat radio bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Syahrir beserta pemuda lainnya mendesak kepada Sukarno dan Hatta untuk memproklamasikan pada 15 Agustus 1945. Karena Sukarno belum mendengar secara langsung penyerahan Jepang, maka Sukarno belum merespons secara positif. Lagi pula, Sukarno yang saat itu sebagai ketua PPKI dalam membuat keputusan harus sesuai prosedur, yakni adanya kesepakatan dari para anggota untuk Indonesia merdeka. K. Perlawanan Terhadap Jepang Melalui Bersenjata Selain perlawanan dengan cara kooperatif dan gerakan bawah tanah, para tokoh pergerakan juga melakukan perlawanan dengan cara mengangkat senjata. Berikut tokoh-tokoh yang melakukan perlawanan secara fisik. a. Perlawanan Rakyat Desa Sukamanah di Tasikmalaya Perlawanan ini diawali dengan penolakan para santri di Pondok Pesantren Sukamanah Singaparma yang dipimpin oleh K.H. Zaenal Mustafa. Mereka menolak seikerei (sikap menghormati Tenno Haika dengan membungkukkan badan 90 derajat ke arah matahari terbit). Kewajiban seikerei ini menyinggung umat Islam karena termasuk perbuatan syrik yakni menyekutukan Tuhan. Selain alasan seikerei, K.H. Zaenal Mustafa juga sudah tidak tahan melihat penderitaan rakyat akibat penerapan romusha. Tanggal 25 Februari 1944, Kiai Zaenal memimpin perlawanan tetapi dapat dipadamkan pemerintah Jepang karena persenjataan yang tidak memadai. Banyak pengikut Kiai Zaenal yang terbunuh dan Kiai Zaenal sendiri tertangkap pada 25 Oktober 1944 hingga akhirnya dihukum mati Jepang. b. Perlawanan Rakyat Indramayu Peristiwa Indramayu terjadi pada April 1944. Pencetusnya adalah karena Jepang mewajibkan kepada rakyat untuk menyetorkan sebagian hasil panen padi dan pelaksanaan romusha yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat. April 1944, mereka melakukan perlawanan di daerah Karangapel. Karena sifatnya spontan, maka perlawanan ini dapat dipadamkan pemerintah Jepang.



c. Perlawanan Rakyat Aceh Perlawanan Aceh terjadi pada 10 November 1942 yang dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil. Pemicunya karena tindakan sewenang-wenang Jepang terhadap rakyat Aceh. Usaha perundingan tidak berhasil sehingga Jepang menyerang di Cot Plieng. Tengku Abdul Jalil ditembak bersama pengikutnya ketika melarikan diri dari kepungan Jepang. Informasi yang didapat dalam pertempuran itu, 90 serdadu Jepang tewas dan 3.000 rakyat Cot Plieng gugur di medan laga. d. Perlawanan Peta di Blitar Perlawanan dilakukan oleh Peta (Pembela Tanah Air), sebuah organisasi militer bentukan Jepang. Pemicunya adalah persoalan pengumpulan hasil panen padi yang diwajibkan Jepang kepada rakyat, romusha yang menyebabkan penderitaan rakyat, dan pelatihan Heiho yang keras di luar batas kemanusiaan. Alasan lain yang terungkap bahwa dalam Peta, pelatih militer Jepang bersikap angkuh dan selalu memandang rendah prajurit-prajurit Indonesia. Perlawanan dipimpin oleh anggota Peta komandan pleton (shodanco) yang bernama Supriyadi pada 14 November 1944 di Blitar. Perlawanan ini termasuk perlawanan yang terbesar dalam masa pendudukan Jepang di Indonesia. Meskipun perlawanan dapat dipatahkan dan pengikut Supriyadi dapat ditangkap, dilucuti, dan dihukum mati, tetapi perlawanan ini dapat membangkitkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia untuk lepas dari penjajahan. Setelah perlawanan itu selesai, orang tidak tahu lagi di mana Shodancho Supriyadi berada. Jika Supriyadi ikut diadili oleh Mahkamah Militer Jepang dan mati dieksekusi, tidak ada saksi maupun catatannya. Kalau Supriyadi mati karena alasan lain, tidak jelas di mana makamnya. Sebaliknya, jika Supriyadi berhasil melarikan diri dan selamat, juga tidak seorang pun mengetahui di mana Supriyadi berada sehingga sampai sekarang keberadaan Supriyadi masih misterius. L. Kebijakan Jepang yang Melunak Karena Kalah Perang 1944, posisi Jepang dalam Perang Pasifik semakin terdesak. Sekutu di bawah pimpinan Jenderal Douglas Mac Arthur dengan strategi militernya berhasil merebut pulau demi pulau yang dikuasai Jepang sehingga Sekutu berhasil mendekati negara tersebut. Melihat situasi yang Salam Historia Pemberontakan Peta di Blitar ternyata jauh sebelum kejadian Sukarno sudah mengetahui rencana itu. Supriyadi dan kawan-kawan datang menemui Sukarno ketika Sukarno berkunjung ke Blitar. Supriyadi meminta restu kepada Sukarno akan melakukan pemberontakan. Ujar Sukarno, “Pertimbangkanlah masak-masak untung ruginya melakukan pemberontakan. Saudara masih terlalu lemah dalam kekuatan militer untuk melakukan gerakan semacam itu pada waktu sekarang.” Sukarno melanjutkan kata, “Kalaulah Saudara sekalian gagal dalam usaha ini, hendaknya sudah siap memikul akibatnya, Jepang akan menembak mati Saudara-saudara semua.” Begitulah, walaupun Sukarno sudah memperingatkan, Supriyadi dan kawan-kawan tetap melakukan pemberontakan. Akhirnya, ramalan Sukarno tepat, mereka tidak mampu melawan militer Jepang. serbasulit, Jepang kembali berjanji memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Tanggal 7 September 1944, dalam sidang istimewa parlemen Jepang, Perdana Menteri Kuniaki Koiso mengumumkan sikap pemerintah Jepang bahwa daerah Hindia Timur (Indonesia) akan diperkenankan merdeka. Untuk membuktikan kesungguhannya, pada 1 Maret



1945, Letnan Jenderal Kumakici Harada sebagai panglima tentara Jepang di Jawa mengumumkan dibentuknya BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Coosakai. Badan ini bertugas menyelidiki berbagai hal terkait aspek politik, ekonomi, pemerintahan, dan lain sebagainya yang diperlukan bagi pembentukan sebuah negara merdeka. Badan ini diketuai oleh dr. Radjiman Wedyodiningrat dan wakilnya R.P. Soeroso. Anggota BPUPKI berjumlah 60 orang, di antaranya masuk juga wakil dari Tionghoa, Arab, bahkan peranakan Belanda dan tujuh orang sebagai anggota istimewa dari Jepang. Tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945, BPUPKI bersidang untuk pertama kalinya. Dalam sidang tersebut, pada hari terakhir, yakni 1 Juni 1945, Sukarno mengusulkan rumusan dasar negara yaitu: 1. Kebangsaan Indonesia. 2. Internasionalisme atau perikemanusiaan. 3. Mufakat atau demokrasi. 4. Kesejahteraan sosial. 5. Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut ahli bahasa, rumusan ini kemudian diberi nama Pancasila. Meskipun demikian, sampai sidang terakhir belum diperoleh kata sepakat untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Oleh karena itu, BPUPKI kemudian membentuk panitia kecil yang terdiri dari sembilan orang sehingga disebut Panitia Sembilan. Tugasnya adalah merumuskan dasar negara serta tujuan atau asas yang digunakan oleh negara Indonesia yang akan lahir. Pada 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil menyusun dokumen penting yang sampai sekarang digunakan, yakni preambule yang berisi asas Gambar 4.f. Pancasila. Dasar negara yang merupakan hasil dari nilainilai yang digali Sukarno dari tradisi, adat istiadat, dan budaya Indonesia. 154 dan tujuan negara Indonesia merdeka. Rumusan itu dikenal sebagai Piagam Jakarta karena penandatanganannya bertepatan dengan ulang tahun Jakarta. Isi dari Piagam Jakarta itu adalah: 1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya, 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3). Persatuan Indonesia. 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selanjutnya, pada 14 Juli 1945, selaku panitia hukum dasar, Sukarno mengajukan rancangan dari isi hukum dasar tersebut yang terdiri dari tiga bagian yang meliputi: 1. Pernyataan Indonesia merdeka. 2. Pembukaaan Undang-undang Dasar. 3. Batang tubuh Undang-undang Dasar. Rancangan pernyataan Indonesia merdeka diambil dari tiga kalimat awal alinea pertama dan rancangan pembukaan UUD, sedangkan rancangan pembukaan UUD diambil dari Piagam Jakarta. Setelah BPUPKI menyelesaikan tugasnya, badan ini dibubarkan pada 7 Agustus 1945 dan digantikan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Inkai. Anggotanya dipilih langsung oleh Marsekal Terauchi, penguasa tertinggi Jepang untuk wilayah Asia Tenggara yang bermarkas di Vietnam. Badan ini berangotakan 21 orang yang terdiri dari 12 orang wakil dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Sunda Kecil, 1 orang dari Maluku, dan 1 orang dari perwakilan Tionghoa. Anggota tanpa sepengetahuan Jepang ditambah 6 orang di antaranya Sukarno (ketua), Moh. Hatta (wakil ketua), Soepomo (anggota), dan Radjiman Wedyodiningrat (anggota). Badan ini kemudian ditetapkan pada 9 Agustus 1945. Marsekal Terauchi kemudian mengundang tiga tokoh yang tergabung dalam PPKI, yakni Sukarno, Hatta, dan Radjiman



Wedyodiningrat untuk datang ke markas pusat Jepang di Asia Tenggara, yaitu di Dalat, Vietnam Selatan. Dalam pertemuan itu, penguasa tertinggi Jepang untuk Asia Tenggara mengatakan akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia pada 24 Agustus 1945 dengan wilayah meliputi seluruh wilayah bekas Hindia Belanda



2. Alat dan bahan - Komputer/laptop - Internet - Power Point



J. Kegiatan pembelajaran Utama: Pengaturan Peserta Didik Berkelompok



-



Metode Diskusi kelompok Presentasi Ceramah Debat Bermain peran



K. Asesmen: Individu Test tertulis PG atau Essay Sikap peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran



-



-



Berkelompok Diskusi kelompok Presentasi Produk hasil diskusi kelompok dalam bentuk tulisan/tulisan/ media lain)



L. Persiapan Pembelajaran: No 1 2 3 4



Langkah Persiapan Pembelajaran Membuat maind maping materi pendudukan Jepang di Indonesia Mencari informasi materi dan membuat pemaparan power point Membuat tekhnis diskusi kelompok Membuat assesmen



Waktu 15 menit 90 menit 15 menit 30 menit



M. Urutan kegiatan pembelajaran dalam 1 sesi pembelajaran: Pertemuan ke-1 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang pembelajaran hari ini



Waktu 10 menit



Kegiatan Inti



- Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa Jepang ingin menguasai Asia Pasifik sehingga terlibat langsung dengan Perang Dunia II? - Menyajikan informasi awal materi tentang keterkaitan Restorasi Meiji, kemajuan industri, perluasan pasar, dengan keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II dengan media power point. - Guru menggunakan metode diskuasi kelompok untuk membahas keberhasilan restorasi Meiji dengan perluasan pasar sehingga terlibat dalam Perang Dunia II. - Presentasi di depan kelas setelah selesai diskusi kelompok



70 menit



Penutup



-



Kesimpulan tentang materi hari itu Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran hari ini



10 menit



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik



Waktu 10 menit



-



Pertemuan ke-2 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



No



Jenis Kegiatan -



Kegiatan yang dilakukan Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang pembelajaran hari ini



Waktu



Kegiatan Inti



70 menit - Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa Jepang begitu mudah memenangkan perang terhadap Belanda sehingga Indonesia dapat dikuasainya? - Menyajikan informasi awal untuk membuka wawasan tentang keterkaitan antara spionase Jepang dengan keberhasilan Jepang dalam mengambil alih wilayah Hindia Belanda dengan media power point - Guru menggunakan metode diskusi kelompok untuk membahas peranan spionase Jepang untuk memenangkan perang dengan Belanda merebut Indonesia. - Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas



Penutup



-



Pertemuan ke-3 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kesimpulan tentang materi hari itu Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran hari ini



10 menit



Kegiatan yang dilakukan Presensi tentang kehadiran peserta didik hari ini Berdoa secara bersama-sama sesuai agama dipimpin satu orang peserta didik



Waktu 10 menit



No



Jenis Kegiatan -



Kegiatan yang dilakukan Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang materi yang dipelajari hari ini



Waktu



Kegiatan Inti



70 menit - Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa diawal pendudukan Jepang mereka membolehkan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya bersanding dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo? - Guru menyajikan informasi tentang keterkaitan strategi Jepang untuk mendapatkan simpati rakyat dengan pemerintahan militer Jepang dengan media power point - Guru menggunakan metode debat. Kelompok satu membahas perlunya Lagu kebangsaan Indonesia Raya bersanding dengan lagu Kimigayo. Sedangkan kelompok lain membahas tidak perlu menyanyikan lagu kebangsaan bersama-sama. Lebih baik yang dinyanyikan lagu Indonesia Raya saja



Penutup



-



Pertemuan ke-4 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Menyimpulkan hasil debat hari ini 10 menit Refleksi kekurangan dan kelebihan pembelajaran hari ini



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa sesuai agama dan keyakinan Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini



Waktu 10 menit



No



Jenis Kegiatan Kegiatan Inti



-



-



-



-



Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan Waktu 70 menit Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa Jepang mengharuskan kerja romusha terhadap rakyat Indonesia? Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang dampak pendudukan Jepang di Indonesia Guru menggunakan metode diskusi kelompok untuk membahas dampak pendudukan Jepang di Indonesia Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan Kesimpulan secara bersama-sama antara guru dan peserta didik Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi terhadap kelebihan dan kekurangan pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-5 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



Kegiatan Inti



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan pentingnya pokok bahasan hari ini bagi kehidupan peserta didik Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa Jepang membentuk pasukan Peta yang serdadunya dari warga pribumi?



Waktu 10 menit



70 menit



No



Jenis Kegiatan -



-



Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan Waktu Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang keterkaitan strategi politik Jepang membentuk organisasi kemasyarakatan dengan persiapan kelengkapan alat negara setelah kemerdekaan Guru menggunakan metode belajar bermain peran tentang perbincangan Sukarno dengan Supriyadi sebelum pemberontakan Peta dan jalannya pemberontakan Peta di Blitar Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja dipelajari Kesimpulan secara bersama-sama antara guru dan peserta didik Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi terhadap kekurangan dan kelebihan pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-6 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



Kegiatan Inti



-



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Mengingatkan Kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa Sukarno terlibat dalam pembentukan BPUPKI dan PPKI? Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang perlawanan terhadap Jepang secara kooperatif



Waktu 10 menit



70 menit



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan yang dilakukan



Waktu



- Guru menerapkan metode diskusi kelompok untuk membahas perlawanan terhadap Jepang secara kooperatif - Peserta didik mendesiminasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas Penutup



-



Penguatan dari guru tentang materi yang baru saja didiskusikan Kesimpulan antara guru dan peserta didik tentang materi yang dibahas Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



10 menit



Pertemuan ke-7 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



-



Kegiatan Inti



-



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Guru memberikan informasi tentang kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa K.H. Zaenal Mustofa dari Tasikmalaya melakukan perlawanan terhadap Jepang? Guru menyajikan informasi awal tentang perlawanan terhadap Jepang melalui perjuangan bawah tanah dan bersenjata



Waktu 10 menit



70 menit



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan yang dilakukan - Guru menerapkan metode diskusi kelompok untuk membahas perlawanan terhadap Jepang melalui perjuangan bawah tanah dan bersenjata - Peserta didik mempresentasikan dikusi kelompoknya di depan kelas



Penutup



-



Waktu



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan Kesimpulan bersama-sama antara guru dan peserta didik pelajaran hari ini Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-8 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



-



Kegiatan Inti



-



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Guru memberikan informasi tentang kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa Jepang mengundang Sukarno, Hatta dan Rajiman Wedyodiningrat ke Dalat markas tentara Jepang di Asia Tenggara pada 9 Agustus 1945? Guru menyajikan informasi awal tentang kebijakan Jepang yang melunak dengan menjelang kekalahan perang Jepang dengan



Waktu 10 menit



70 menit



No



Jenis Kegiatan -



Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan Sekutu Guru menggunakan metode debat dengan membentuk tiga kelompok. kelompok pertama membahas tentang pentingnya perjuangan dengan cara kerjasama, kelompok kedua membahas pentingnya perjuangan bawah tanah/ rahasia dan kelompok ketiga membahas pentingnya perjuangan dengan cara bersenjata/ kekerasan. Penguatan dari guru tentang materi yang baru saja didebatkan Kesimpulan bersama-sama antara guru dan peserta didik dalam pelajaran hari ini Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



Waktu



10 menit



N. Refleksi guru - Apakah guru sudah memberikan perhatian kepada peserta didik yang belum aktif dalam diskusi? - Dibutuhkan penanaman karakter kepada peserta didik yang ada di setiap materi ajar. - Kesulitan apa yang dialami guru selama proses pembelajaran? - Perlu adanya langkah nyata dari guru untuk memperbaiki proses belajar. - Apakah peserta didik yang mengikuti pelajaran sudah semua memahami materi pelajaran?



O. Kriteria untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dan asesmennya (asesmen formatif) 1. Penilain Individu a. Penilaian Tertulis Kisi-kisi Soal: CP



ATP



Indikator Soal



Nonor Soal/Bentuk Soal



CP



-



-



Pada Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep-konsep dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam dimensi manusia, ruang, dan waktu. Melalui literasi, diskusi, dan penyelidikan (penelitian) berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu menjelaskan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia dan dunia meliputi Pemerintahan Orde Baru, Pemerintahan Reformasi, serta Revolusi Besar Dunia, Perang Dunia I dan II, Perang Dingin, dan Peristiwa Kontemporer Dunia sampai abad-21. Peserta didik di Kelas XII mampu menggunakan sumber sekunder dan sumber primer untuk melakukan penelitian sejarah nasional, sejarah dunia, dan/atau sejarah tematis



ATP



Indikator Soal



Nonor Soal/Bentuk Soal 1 /PG



- 11.3.1 Menganalisis keterkaitan Restorasi Meiji, kemajuan industri, perluasan pasar, dengan keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II



Disajikan beberapa pernyataan, peserta didik dapat mengidentiffikasi bidang garapan Restorasi Meiji



- 11.3.2 Menganalisis keterkaitan antara spionase (mata-mata) Jepang dengan keberhasilan Jepang dalam mengambil alih wilayah Hindia Belanda



Disajikan ilustrasi tentang spionase Jepang di Indonesia peserta didik dapat menentukan sebabsebab Jepang menggunakan matamata (spionase) sebelum merebut Indonesia dari kekuasaan Belanda. Peserta didik dapat mengkaji alasan Jepang membolehkan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersanding dengan lagu Kimigayo



2/PG



Disajikan beberapa gambar tentang tanaman-tanaman yang di tanam di Indonesia peserta didik dapat mengidentifikasi tanaman yang diwajibkan Jepang untuk menunjang kemenangan Jepang dalam Perang Pasifik



4/PG (penggunaan visual/ peta/ gambar)



- 11.3.3 Menganalisis keterkaitan strategi Jepang untuk mendapatkan simpati rakyat dengan pemerintahan militer Jepang



- 11.3.4 Menjelaskan dampak pendudukan Jepang di Indonesia



- 11.3.5 Menganalisis keterkaitan strategi politik Jepang



3/PG (soal HOTS)



5/PG Disajikan beberapa pernyataan, peserta didik dapat



CP



ATP



secara sinkronis membentuk organisasi atau diakronis kemasyarakatan dengan kemudian persiapan kelengkapan mengomunikasika alat negara setelah nnya dalam bentuk kemerdekaan lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain itu - 11.3.6 Menjelaskan mereka juga perlawanan terhadap mampu Jepang secara menggunakan kooperatif keterampilan sejarah untuk menganalisis peristiwa sejarah dari berbagai perspektif dan mengaktualisasika - 11.3.7 Menjelaskan n minat bakatnya perlawanan terhadap dalam bidang Jepang melalui sejarah melalui perjuangan bawah tanah studi lanjutan atau dan bersenjata kegiatan kesejarahan diluar sekolah. 11.3.8 Menganalisis kebijakan Jepang yang melunak dengan menjelang kekalahan perang Jepang dengan Sekutu



- 11.3.7 Menjelaskan perlawanan terhadap Jepang melalui perjuangan bawah tanah dan bersenjata



- 11.3.7 Menjelaskan perlawanan terhadap Jepang melalui



Indikator Soal



Nonor Soal/Bentuk Soal



mengidentifikasi tujuan Jepang membentuk tentara Peta



Disajikan ilustrasi tentang hubungan Jepang dan Sukarno peserta didik dapat mengidentifikasi manfaat untuk bangsa dari Sukarno menjalin kerjasama dengan Jepang



6/PG



7/PG Disajikan beberapa sebab-sebab perlawanan peserta didik dapat mengidentifikasi sebab-sebab perlawanan Peta di Blitar 8/PG Disajikan beberapa bentuk pernyataan peserta didik dapat mengidentifikasi tujuan Sukarno, Hatta dan Rajiman diundang Jepang ke Dalat Disajikan beberapa 9/PG perlawanan melawan kolonial peserta didik dapat mengidentifikasi perlawananperlawanan pada masa penjajahan Jepang Disajikan beberapa 10/PG kelompok perlawanan bawah tanah kepada



CP



ATP



Indikator Soal



perjuangan bawah tanah kolonial peserta didik dan bersenjata dapat mengidentifikasi perlawanan bawah tanah pada masa penjajahan Jepang



2. Penilain Berkelompok a. Penilaian Diskusi Kelompok/ Debat



Rubrik Penilaian: No Aspek Penilaian 0 1



Keaktifan diskusi/ debat a. Aktif memberi masukan pemikiran b. mendengarkan pendapat orang lain



2



Kreatifitas diskusi a. Kreatif dan inovasi dalam diskusi/ debat b. Ide/gagasan adalah original



3



Skor 1 2



Kualitas hasil diskusi a. Hasil runtut dan logis b.Pengumpulan hasil diskusi



Indikator Rubrik Penilaian No 1



Indikator Aktif memberi masukan pemikiran



Rubrik 2 = aktif berpendapat 1.= kurang aktif 0 = tidak aktif



3



Nonor Soal/Bentuk Soal



No



Indikator



Rubrik



2



Mendengarkan pendapat orang 1 = Mendengarkan pendapat lain 0 = Tidak mendengar pendapat



3



Kreatifitas dalam diskusi/ debat



3= 2= 1= 0=



Sangat kreatif Kreatif Kurang kreatif Tidak kreatif



4



Origionalitas gagasan



3= 2= 1= 0=



gagasan sangat orisionil gagasan orisionil gagasan kurang orisionil gagasan tidak orisionil



4



Hasil diskusi runtut/ debat dan logis



2 = Sangat runtut dan logis 1 = Runtut dan logis 0 = tidak runtut dan tidak logis



5



Pengumpulan hasil diskusi/ debat tepat waktu



3 = lebih awal 2 = tepat waktu 1= terlambat 0 = tidak dilaksanakan 25



Jumlah Skor



Nilai = Jumlah perolehan skor X 100 % Jumlah skor maksimum



b. Penilaian Presentasi dan diskusi Rubrik Penilaian : No Aspek Penilaian



Skor 0



1 2 3 4



Kelengkapan materi Penulisan materi Kemampuan presentasi Keaktifan selama



1



2



3



5



kegiatan presentasi Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain



Indikator rubrik penilaian: No 1



Indikator Kelengkapan materi



2



Penulisan materi



3



Kemampuan presentasi



Keaktifan selama kegiatan presentasi



4



Kreatifitas media presentasi



5



Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain



Jumlah Skor



Rubrik 2 = lengkap 1 = kurang lengkap 0 = tidak ada 2 = sesuai dengan ramburambu yang diberikan 1 = tidak sesuai rambu-rambu yang diberikan 0 = tidak ada 2 = Komunikatif 1 = Kurang komunikatif 0 =Tidak Komunikatif 3 = Sangat aktif 2 = Cukup aktif 1 = Kurang aktif 0 = Tidak aktif 2 = Menggunakan kreasi digital lebih dari 1(animasi/paint/ video/ dll) 1 = Menggunakan 1 kreasi digital (animasi/paint/ video/ dll) 0 = Tidak menggunakan kreasi digital 1 = Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain 0 = Tidak Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain 20



Nilai = Jumlah perolehan skor X 100 % Jumlah skor maksimum P. Pertanyaan refleksi untuk peserta didik - Apakah peserta didik aktif dalam diskusi sesuai harapan guru?



- Apakah peserta didik sudah menerapkan karakter yang ditanamkan guru dalam proses pembelajaran? - Kesulitan apa yang dialami para peserta didik selama proses pembelajaran? - Perlu adanya langkah-langkah dari peserta didik untuk memperbaiki hasil belajar. - Perlu adanya sikap dari peserta didik untuk selalu mengikuti pelajaran dengan baik



Q. Daftar Pustaka Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas Bambu Kasenda, Peter. 2015. Sukarno di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas Media Sarana. Kurasawa, Aiko. 1993. Mobilisasi dan Kontrol: Studi Tentang Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa, 1942-1945 (terjemahan). Jakarta: Grasindo Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Lilik Suharmaji, 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang RI. Yogyakarta: Ombak Peter Kasenda, 2015. Soekarno Di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Link Literasi https://www.minews.id/kisah/pengaruh-restorasi-meiji-terhadap-kemajuan-jepang https://lensabudaya.com/restorasi-meiji-latar-belakang-dan-dampaknya/ https://tirto.id/sejarah-jepang-mendarat-dan-betapa-loyonya-knil-di-tarakan-dckd https://www.kompasiana.com/roby_irzal_maulana/56d51497e2afbdda0c52734a/selamatdatang-saudara-tua https://www.harianaceh.co.id/2020/10/05/soekarno-juga-bertanggung-jawab-untuk-tragediromusha/ https://www.donisetyawan.com/perlawanan-yang-dipicu-penolakan-seikerei/ https://kelasips.com/organisasi-bentukan-jepang/ R. Lembar kerja peserta didik LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (Diskusi kelompok) Materi : Restorasi Meiji (garapan Restorasi Meiji) Petunjuk Kegiatan Diskusi: - Bentuklah 5 kelompok dalam kelas! - Pembagian tema diskusi setiap kelompok: 1. Bidang perindustrian 2. Bidang perdagangan 3. Bidang militer 4. Bidang pendidikan 5. Bidang sosial - Buatlah perencanan kegiatan kunjungan ke perpustakaan, atau



S. Bahan bacaan peserta didik Buku- buku: Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas Bambu Kasenda, Peter. 2015. Sukarno di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas Media Sarana. Kurasawa, Aiko. 1993. Mobilisasi dan Kontrol: Studi Tentang Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa, 1942-1945 (terjemahan). Jakarta: Grasindo Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Lilik Suharmaji, 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang RI. Yogyakarta: Ombak Peter Kasenda, 2015. Soekarno Di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.



Link Literasi: https://www.minews.id/kisah/pengaruh-restorasi-meiji-terhadap-kemajuan-jepang https://lensabudaya.com/restorasi-meiji-latar-belakang-dan-dampaknya/



https://tirto.id/sejarah-jepang-mendarat-dan-betapa-loyonya-knil-di-tarakan-dckd https://www.kompasiana.com/roby_irzal_maulana/56d51497e2afbdda0c52734a/selamatdatang-saudara-tua https://www.harianaceh.co.id/2020/10/05/soekarno-juga-bertanggung-jawab-untuk-tragediromusha/ https://www.donisetyawan.com/perlawanan-yang-dipicu-penolakan-seikerei/ https://kelasips.com/organisasi-bentukan-jepang/



T. Bahan bacaan guru Buku-buku: Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas Bambu Kasenda, Peter. 2015. Sukarno di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas Media Sarana. Kurasawa, Aiko. 1993. Mobilisasi dan Kontrol: Studi Tentang Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa, 1942-1945 (terjemahan). Jakarta: Grasindo Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Lilik Suharmaji, 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang RI. Yogyakarta: Ombak Peter Kasenda, 2015. Soekarno Di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Link Literasi: https://www.minews.id/kisah/pengaruh-restorasi-meiji-terhadap-kemajuan-jepang https://lensabudaya.com/restorasi-meiji-latar-belakang-dan-dampaknya/ https://tirto.id/sejarah-jepang-mendarat-dan-betapa-loyonya-knil-di-tarakan-dckd https://www.kompasiana.com/roby_irzal_maulana/56d51497e2afbdda0c52734a/selamatdatang-saudara-tua https://www.harianaceh.co.id/2020/10/05/soekarno-juga-bertanggung-jawab-untuk-tragediromusha/ https://www.donisetyawan.com/perlawanan-yang-dipicu-penolakan-seikerei/ https://kelasips.com/organisasi-bentukan-jepang/



U. Materi pengayaan Link literasi; https://www.minews.id/kisah/pengaruh-restorasi-meiji-terhadap-kemajuan-jepang https://lensabudaya.com/restorasi-meiji-latar-belakang-dan-dampaknya/ https://tirto.id/sejarah-jepang-mendarat-dan-betapa-loyonya-knil-di-tarakan-dckd -



Tugas Pengayaan : Hanya untuk peserta didik yang memiliki nilai formatif individu minimal = 85



-



Setelah membaca link literasi peserta didik dapat lebih memahami Restorasi Meiji terhadap kemajuan Jepang yang berdanpak pada imperialisme Jepang, keberhasilan Jepang mendarat di Tarakan berdasarkan informasi-informasi lain yang relevan Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital



V. Materi untuk peserta didik yang kesulitan belajar Link literasi: https://www.kompasiana.com/roby_irzal_maulana/56d51497e2afbdda0c52734a/selamatdatang-saudara-tua https://www.harianaceh.co.id/2020/10/05/soekarno-juga-bertanggung-jawab-untuk-tragediromusha/ https://www.donisetyawan.com/perlawanan-yang-dipicu-penolakan-seikerei/ https://kelasips.com/organisasi-bentukan-jepang/



Tugas Remedial : - Hanya untuk peserta didik yang nilainya kurang dari Kriteria Minimal - Setelah melihat link yang diberikan, peserta didik dapat memahami lebih dalam tentang propaganda saudara tua, keterlibatan Sukarno dalam rumusha (saling memanfaatkan antara Jepang dan Sukarno), penolakan Sekere yang memicu perlawanana, dan organisasiorganisasi bentukan Jepang - Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital



1



MODUL AJAR SEJARAH INDONESIA A. Informasi Umum Nama penyusun : Lilik Suharmaji Asal Instansi : SMA Negeri 8 Yogyakarta Tahun Penyusunan : 2021 Jenjang sekolah : SMA Kelas : XI (Sebelas) Kata Kunci : Proklamasi kemerdekaan Indonesia Kode Perangkat : Sej. F. LIS. 11.4 Jumlah Peserta : 36 Moda : Tatap Muka Alokasi waktu : 2 JP x 8 pertemuan ( 720 menit) B. Tujuan Pembelajaran Capaian Pembelajaran -



-



Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep konsep dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam dimensi manusia, ruang, dan waktu. Melalui literasi, diskusi, dan penyelidikan (penelitian) berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu menjelaskan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia dan dunia meliputi Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia, Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Pendudukan Jepang di Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, Peserta didik di Kelas XI mampu menggunakan sumber primer dan sekunder untuk melakukan penelitian sejarah nasional dan sejarah lokal secara diakronis atau sinkronis kemudian mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain itu mereka juga mampu menggunakan keterampilan sejarah untuk menganalisis dan mengevaluasi peristiwa sejarah



Alur Tujuan Pembelajaran 11.4. Menjelaskan proklamasi kemerdekaan Indonesia - 11.4.1 Menganalisis sifat kolaboratif (peristiwa Rengasdengklok, perumusan teks proklamasi dan pembacaan teks proklamasi) antara golongan tua (Sukarno, Hatta, dan Soebardjo) dengan golongan muda (Syahrir, Sayuti Melik dll) di sekitar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 - 11.4.2 Menjelaskan penyebaran berita proklamasi dan dukungan spontan terhadap proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 - 11.4.3 Menjelaskan peran dan jasa tokoh-tokoh yang tergabung dalam peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan. - 11.4.4 Menganalisis kontribusi dan kolaborasi diantara berbagai suku, agama, ras, dan golongan dalam pengesahan UUD 1945 dan pemilihan presiden dan wakil presiden - 11.4.5 Menganalisis kontribusi dan kolaborasi diantara berbagai suku, agama, ras, dan golongan dalam pembentukan pembagian wilayah dan pembentukan kementrian - 11.4.6 Menganalisis kontribusi dan kolaborasi diantara berbagai suku, agama, ras, dan golongan dalam pembentukan badan-badan negara - 11.4.7 Menganalisis hubungan antara integritas Sultan Hamengku Buwono IX dan respon positif pemimpin daerah lain dalam mendukung proklamasi - 11.4.8 Menjelaskan peran pemuda dalam



2



mempertahankan proklamasi pada peristiwa Lapangan Ikada (Jakarta), Hotel Yamato (Surabaya), dan terbentuknya komite Van-Aksi



C. Profil Pelajar Pancasila Dengan mempelajari sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia peserta didik diharapkan dapat: 1. Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia D. Profil Pelajar Pancasila yang berkaitan: Selalu bersyukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya sehingga menjadi bangsa yang terlepas dari penjajahan dengan memproklamasikan diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdiri sejajar dengan bangsa lain di dunia. 2. Berkebhinekaan Global Mengambil pelajaran dari peristiwa proklamasi kemerdekaan RI bahwa setiap bangsa di dunia berhak menjadi bangsa yang merdeka sehingga tidak mentoleransi penjajahan bangsa satu terhadap bangsa lainnya. 3. Mandiri - Mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan guru secara mandiri - Meneladani sikap mandiri dan tegas seperti para tokoh-tokoh di sekitar peristiwa proklamasi yang bertekad ingin memerdekakan bangsa dari belenggu penjajahan 4. Integritas - Menumbuhkan nilai kejujuran kepada para siswa dalam mengerjakan evaluasi dan tugas-tugas belajarnya. - Meneladani para pejuang pergerakan nasional yang sabar, pantang menyerah, rela berkorban untuk mencapai kemerdekaan. 5. Kritis - Dapat memetik pelajaran nilai-nilai (value) dari para tokoh-tokoh orang tua dan pemuda di sekitar peristiwa proklamasi yang berjuang demi bangsanya tanpa pamrih. 6. Kreatif - Kreatif dalam memilih sumber belajar sebagai bahan diskusi kelompok sehingga menghasilkan materi hasil diskusi dapat dipertanggungjawabkan. 7. Gotong royong - Berkolaborasi dalam diskusi kelompok dengan saling menghargai pendapat orang lain dan tidak memaksakan pendapatnya diterima oleh orang lain. - Mengambil hikmah bahwa sebuah keberhasilan proklamasi kemerdekaan RI tercipta karena adanya kolaborasi atau kerjasama



3



D. Sarana Prasarana 1. Jaringan internet yang memadai 2. Komputer/laptop 3. Perpustakaan, buku-buku sejarah sebagai referensi 4. Peta daerah Rengasdengklok di Jawa Barat



E. Target peserta Didik Perangkat ajar ini dapat digunakan untuk peserta didik reguler F. Jumlah peserta didik 36 peserta didik/ kelas G. Ketersediaan materi: 1. Materi pengayaan 2. Materi remedial H. Model Pembelajaran: PJJ daring dan luring



I. Materi ajar, alat dan bahan 1. Materi proklamasi kemerdekaan Indonesia A. Peristiwa Rengasdengklok Jepang Kalah Perang dengan Sekutu Sejak tahun 1939, Perang Dunia II yang berkecamuk menyebabkan dua kekuatan besar, yakni Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat melawan negara-negara Fasis (Jerman, Itali, dan Jepang). Amerika ingin menghancurkan kekuatan Jepang dengan mengirimkan dua pesawat pembawa bom atom. Tanggal 6 Agustus 1945, bom atom pertama diledakkan di Kota Hiroshima dan pada 9 Agustus 1945, bom atom kedua diledakkan di Kota Nagasaki. Dalam waktu singkat, dua kota kebanggaan Jepang itu luluh lantak. Akibatnya, Jepang memutuskan mengakhiri perang dengan melakukan penyerahan kepada Sekutu tanpa syarat. Penyerahan Jepang dilakukan pada 15 Agustus 1945.



4



Tanggal 15 Agustus 1945 merupakan kesempatan yang baik untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan. Menurut golongan muda, menyerahnya Jepang kepada Sekutu berarti Indonesia sedang kosong kekuasaan. Proklamasi dipercepat adalah pilihan yang sangat tepat dan realistis. Untuk itulah para pemuda mendesak pada tokoh senior untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Sutan Syahrir yang mendengar penyerahan Jepang lewat radio gelap segera menemui Hatta di rumahnya. Syahrir mendesak agar Sukarno-Hatta segera memerdekakan Indonesia, tetapi Sukarno-Hatta ternyata belum bersedia. Mereka berdua menolak segera memproklamasikan karena harus dibicarakan dulu dengan PPKI (Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia) bentukan Jepang. Sedangkan menurut golongan pemuda, proklamasi kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan oleh kekuatan bangsa sendiri, bukan oleh PPKI. Menurut para pemuda, PPKI itu buatan Jepang. Oleh sebab itu pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.00 WIB, para pemuda yang dipimpin Wikana, Sukarni, dan Darwis datang ke rumah Sukarno untuk memaksa Sukarno memproklamasikan kemerdekaan. Para pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan dilaksanakan paling lambat 16 Agustus 1945. Sutan Syahrir yang mendengar penyerahan Jepang lewat radio gelap segera menemui Hatta di rumahnya. Syahrir mendesak agar Sukarno-Hatta segera memerdekakan Indonesia, tetapi Sukarno-Hatta ternyata belum bersedia. Mereka berdua menolak segera memproklamasikan karena harus dibicarakan dulu dengan PPKI (Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia) bentukan Jepang. Sedangkan menurut golongan pemuda, proklamasi kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan oleh kekuatan bangsa sendiri, bukan oleh PPKI. Menurut para pemuda, PPKI itu buatan Jepang. Oleh sebab itu pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.00 WIB, para pemuda yang dipimpin Wikana, Sukarni, dan Darwis datang ke rumah Sukarno untuk memaksa Sukarno memproklamasikan kemerdekaan. Para pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan dilaksanakan paling lambat 16 Agustus 1945. Sukarno yang mendapat desakan keras itu kemudian marah sambil menunjukkan lehernya dan berkata, “Ini, goroklah leherku! Saudara boleh membunuh saya sekarang juga! Saya tidak bisa melepas tanggung jawab saya sebagai ketua PPKI. Untuk itu akan saya tanyakan kepada wakil-wakil PPKI besok.” Setelah gagal mendesak Sukarno, pemuda undur diri dari rumah Sukarno, tetapi tidak langsung pulang ke rumah masing masing. Mereka pada tengah malam (pukul 24.00) berkumpul di Jalan Cikini 71 Jakarta. Mereka yang hadir adalah Sukarni, Yusuf Kunto, Chaerul Saleh, dan Singgih. Hasil pertemuan itu adalah sepakat untuk membawa Sukarno-Hatta keluar kota. Tujuannya adalah agar kedua tokoh itu tidak terpengaruh Jepang yang bersedia memproklamasikan kemerdekaan. Mereka juga sepakat menunjuk Singgih (Shodanco) untuk memimpin pelaksanaan rencana tersebut. Singgih (anggota Peta) dan para pemuda menuju ke rumah Moh. Hatta. Secara singkat, Singgih meminta kesediaan Moh. Hatta untuk ikut keluar kota dan Moh. Hatta menuruti kehendak para pemuda itu. Rombongan kemudian menuju ke rumah Sukarno. Setelah tiba di kediaman Sukarno, Singgih meminta Sukarno bersedia keluar kota dan dituruti juga oleh Sukarno dengan syarat Fatmawati yang baru saja menyusui Guntur yang masih berusia 163



5



delapan bulan dan Moh. Hatta juga ikut. Tanggal 16 Agustus 1945, sekitar pukul 04.00, rombongan Sukarno-Hatta dan pemuda menuju Rengasdengklok. Rengasdengklok dipilih karena daerah itu sangat terpencil dan aman. Setelah tiba di Rengasdengklok, mereka diterima oleh Shodanco Subeno dan Affan. Mereka ditempatkan di rumah Kie Song yang simpati kepada perjuangan bangsa Indonesia. Sehari di Rengasdengklok tidak menghasilkan apa-apa karena tidak bisa memaksa Sukarno untuk menyatakan kemerdekaan. Namun, Singgih menangkap gelagat bahwa Sukarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan jika sudah kembali ke Jakarta. Gelagat itu muncul dari pernyataan Sukarno dalam sebuah diskusi kecil ketika para pemuda melakukan tekanan terhadap Sukarno-Hatta. “Revolusi ada di tangan kami sekarang dan kami memerintahkan, Bung! Kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini lalu .... “Lalu apa?” teriak Sukarno. Kemudian, Sukarno berdiri dengan kemarahan yang menyala-nyala, memandang semua dengan sorot mata yang tajam. Itu membuat semua orang yang hadir di situ terperenyak tanpa kata-kata, tidak ada bantahan kata-kata hingga Sukarno kembali tenang. Lalu, berkatalah Sukarno, “Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17. Mengapa tanggal 17? Tidak sekarang atau tanggal 16?” tanya Sukarno. “Saya orang yang percaya pada mistik. Tidak dapat saya terangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Namun, saya merasakan di dalam kalbuku bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang di dalam bulan Ramadan, saat kita semua berpuasa. Ini berarti saat yang paling suci buat kita. Tanggal 17 hari Jumat. Hari itu Jumat Legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Alquran diturunkan tanggal 17, orang Islam salat 17 rakaat. Oleh karena itu, kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia,” demikianlah Sukarno menjelaskan semuanya. Jakarta sangat tegang karena pada 16 Agustus 1945 seharusnya diadakan pertemuan PPKI, tetapi Sukarno-Hatta tidak ada di tempat. Ahmad Subarjo mencari kedua tokoh itu hingga akhirnya setelah terjadi kesepakatan dengan Wikana, Ahmad Subarjo diantar ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto. Ahmad Subarjo tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB untuk menjemput Sukarno dan rombongan. Para pemuda curiga dengan kedatangan Subarjo sehingga Subarjo memberi jaminan apabila tanggal 17 Agustus 1945 belum ada proklamasi kemerdekaan Indonesia, nyawa Ahmad Subarjo taruhannya. Dengan jaminan itu, akhirnya para pemuda merasa lega dan mengizinkan Sukarno-Hatta kembali ke Jakarta. Petang itu juga, Sukarno-Hatta kembali ke Jakarta dan berakhirlah peristiwa Rengasdengklok. B. Perumusan Teks Proklamasi Semula, rombongan langsung tiba di rumah Laksamana Maeda. Oleh Maeda, Sukarno diantar menemui Gunseikan Mayor Jenderal Hoichi Yamamoto (Kepala Pemerintahan Militer Jepang) akan tetapi Gunseikan menolak menerima Sukarno-Hatta pada tengah malam.



6



Ditemani Maeda, rombongan menuju ke kediaman Somubuko Mayor Jenderal Otoshi Nishimura (Kepala Departemen Umum Pemerintahan Militer Jepang). Kepada Nishimura, Sukarno menyampaikan izin akan mengadakan rapat persiapan kemerdekaan Indonesia. Mendapat perkataan seperti itu, Nishimura keberatan rumahnya digunakan untuk rapatrapat dengan alasan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Sukarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido (pantang menyerah), ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Mendapat penolakan itu, Sukarno berkesimpulan bahwa Jepang tidak mungkin lagi diharapkan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sukarno dan rombongan akhirnya menuju ke kediaman Laksamana Maeda lagi di Jalan Imam Bonjol No. 01. Akhirnya, teks proklamasi disusun di rumah Laksamana Maeda. Tokoh yang hadir adalah anggota PPKI, pemuda, pemimpin pergerakan, serta beberapa anggota Chau Sangi yang ada di Jakarta. Alasan rumah Maeda digunakan menyusun teks proklamasi karena rumah ini aman dari gangguan sewenang-wenang anggota rigukun (Angkatan Darat Jepang). Selain itu, Maeda juga mempunyai hubungan baik dengan para pemimpin pergerakan. Dalam rumusan itu, Maeda tidak hadir karena izin beristirahat dan akhirnya penyusunan teks dilakukan di ruang makan. Sukarno mengawali tulisan dengan kata pernyataan “proklamasi”. Kemudian, Sukarno bertanya kepada Moh. Hatta dan Ahmad Subarjo, “Bagaimana bunyi rancangan pada draf pembukaan UUD?” Subarjo menjawab, “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia.” Hatta menambahkan kalimat, “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.” Sukarno menulis, “Jakarta, 17-8-05. Wakilwakil bangsa Indonesia,” sebagai penutup. Teks proklamasi kemudian dibawa ke serambi muka rumah Maeda, tempat para anggota PPKI dan pemuda telah menunggu. Di situlah teks proklamasi dimusyawarahkan dan kemudian disetujui bersama. Saat itu timbul masalah tentang siapa yang harus menandatangani teks proklamasi itu. Moh. Hatta mengusulkan agar teks proklamasi meniru model Amerika Serikat, yakni ditandatangani oleh semua yang hadir sebagai wakil bangsa. Mendengar usulan Hatta itu, Chairul Saleh menolak jika teks proklamasi ditandatangani oleh semua yang hadir dengan alasan akan menimbulkan kesan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah pemberian Jepang, apalagi beberapa yang hadir di ruangan itu dianggap kolaborator Jepang. Karena kedua pendapat itu mendapat tentangan, kemudian Sukarni usul agar teks proklamasi ditandatangani Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni diterima dengan beberapa perubahan yang telah disetujui, maka konsep itu kemudian diserahkan kepada Sayuti MelikTeks proklamasi kemudian dibawa ke serambi muka rumah Maeda, tempat para anggota PPKI dan pemuda telah menunggu. Di situlah teks proklamasi dimusyawarahkan dan kemudian disetujui bersama. Saat itu timbul masalah tentang siapa yang harus menandatangani teks proklamasi itu. Moh. Hatta mengusulkan agar teks proklamasi meniru model Amerika Serikat, yakni ditandatangani oleh semua yang hadir sebagai wakil bangsa. Mendengar usulan Hatta itu, Chairul Saleh menolak jika teks proklamasi ditandatangani oleh semua yang hadir dengan alasan akan menimbulkan kesan bahwa



7



kemerdekaan Indonesia adalah pemberian Jepang, apalagi beberapa yang hadir di ruangan itu dianggap kolaborator Jepang. Karena kedua pendapat itu mendapat tentangan, kemudian Sukarni usul agar teks proklamasi ditandatangani Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni diterima dengan beberapa perubahan yang telah disetujui, maka konsep itu kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik. Naskah teks proklamasi yang diketik Sayuti Melik dan ditandatangani Sukarno-Hatta inilah yang kemudian disebut teks proklamasi yang autentik. Perundingan dalam menyusun teks proklamasi berlangsung pukul 02.00-04.00 dini hari. Bagaimana cara menyebarluaskan proklamasi? Sukarni mengusulkan agar dibacakan di Lapangan Ikada, tetapi Sukarno tidak setuju karena tempat itu adalah tempat umum yang dapat memancing keributan dengan tentara Jepang. Sukarno mengusulkan agar pembacaan proklamasi dilakuakn di rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Proklamasi dibacakan pukul 10.00 hari Jumat (bulan Ramadan), 17 Agustus 1945. Ada tiga teks proklamasi menurut tata tulisannya, yakni 1) naskah asli tulisan tangan Sukarno, 2) naskah proklamasi yang diketik Sayuti Melik sesuai dengan tulisan tangan Sukarno, dan 3) naskah proklamasi autentik (naskah proklamasi yang sudah ada perubahan-perubahan). Untuk lebih jelasnya, perhatikan konsep rumusan berikut. Beberapa perubahan yang dimaksud dalam naskah proklamasi yang autentik yaitu kata “tempoh”, diganti dengan kata “tempo”. Penulisan tanggal, bulan, dan tahun yang semula “Jakarta, 17-8- ‘05” diubah menjadi “Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun ‘05” (tahun ‘05 adalah singkatan dari tahun Jepang Sumera, yakni tahun 2605 yang bertepatan dengan tahun 1945 Masehi). Kata-kata “wakilwakil bangsa Indonesia” diganti dengan kata-kata “Atas nama bangsa Indonesia”. Naskah proklamasi kemudian diketik dan ditandatangani Sukarno-Hatta. Naskah inilah yang kemudian disebut teks proklamasi yang autentik. Beberapa perubahan yang dimaksud dalam naskah proklamasi yang autentik yaitu kata “tempoh”, diganti dengan kata “tempo”. Penulisan tanggal, bulan, dan tahun yang semula “Jakarta, 17-8- ‘05” diubah menjadi “Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun ‘05” (tahun ‘05 adalah singkatan dari tahun Jepang Sumera, yakni tahun 2605 yang bertepatan dengan tahun 1945 Masehi). Kata-kata “wakilwakil bangsa Indonesia” diganti dengan kata-kata “Atas nama bangsa Indonesia”. Naskah proklamasi kemudian diketik dan ditandatangani Sukarno-Hatta. Naskah inilah yang kemudian disebut teks proklamasi yang autentik. C. Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Sebelum pulang, Moh. Hatta berpesan kepada B.M. Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkan ke seluruh dunia dengan menggunakan radio. Pada pagi harinya di rumah Sukarno, dr. Muwardi meminta Latief Hendradiningrat (Komandan Peta) dan beberapa anak buahnya berjaga-jaga di rumah Sukarno. Suwiryo, wali kota Jakarta, meminta kepada Wilopo untuk menyiapkan peralatan mikrofon. Sedangkan Sudiro meminta kepada Suhud untuk menyiapkan tiang bendera. Sedangkan bendera diperoleh dari ibu Farmawati yang menjahitnya sendiri dengan ukuran besar (tidak standar). Bendera yang dijahit Fatmawati itu dikenal sebagai Bendera Pusaka dan sejak tahun 1969 diganti duplikat untuk dikibarkan di Istana Negara setiap tanggal 17 Agustus.



8



Proklamasi dicetuskan hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, atau 17 Ramadhan 1365 tahun Hijriyah. Sukarno mendekati mikrofon untuk membacakan proklamasi kemerdekaan. Pada awalnya, S.K. Trimurti (istri Sayuti Melik) diminta untuk menaikkan Bendera Pusaka, tetapi ia menolak dengan alasan bahwa pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu, ditunjuklah Latief Hendraningrat yang seorang prajurit Peta dengan dibantu Suhud. Sedangkan S.K. Trimurti membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih). Kemudian, bendera merah putih dikibarkan oleh Latief dan Suhud. Bersamaan dengan naiknya bendera merah putih, para hadirin secara spontan menyanyikan lagu Indonesia Raya tanpa ada yang memimpin. Setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan, datanglah berbondong-bondong warga yang semula menunggu di Lapangan Ikada. Mereka mengira, proklamasi dibacakan di Lapangan Ikada. Setelah tiba di kediaman Sukarno, mereka meminta agar proklamasi dibaca ulang. Karena tidak mungkin proklamasi dibaca ulang, maka Hatta tampil untuk berpidato sebentar demi menenangkan warga dan memberi semangat tentang arti pentingnya proklamasi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. D. Penyebaran berita proklamasi Setelah proklamasi dibacakan, hari itu juga salinan teks proklamasi disampaikan kepada kepala Hoso Kanri Kyoku (Pusat Jawatan Radio, sekarang RRI) yang bernama Waidan B. Palewenen. Ia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Kantor Berita Domei (sekarang Kantor Berita Antara). Setelah itu, berita proklamasi segera diudarakan. Berita proklamasi itu disiarkan oleh penyiar tiga kali berturut-turut. Setelah siaran kedua, tiba-tiba orang Jepang masuk ke ruangan radio sambil marah karena penyiaran proklamasi itu dan memerintahkan agar penyiaran dihentikan. Namun demikian, Waidan B. Palewenen tetap memerintahkan kepada anak buahnya untuk menyiarkan proklamasi. Melalui pemimpin angkatan bersenjata di Jawa, Jepang meminta agar Domei meralat bahwa berita proklamasi itu sebuah kesalahan. Namun, permintaan Jepang itu diabaikan sehingga Kantor Berita Domei tanggal 20 Agustus 1945 disegel dan pegawainya dilarang masuk. Walaupun Domei disegel, berita proklamasi tetap disiarkan melalui pemancar swasta. Para pemuda mendirikan pemancar baru di Menteng No. 31 dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah kemudian berita proklamasi disiarkan sampai ke penjuru Indonesia. Proklamasi juga disebarkan melalui surat kabar, pamflet, poster, serta coretan di gerbong kereta api dan dinding-dinding kota. Tanggal 20 Agustus 1945, hampir semua harian yang diterbitkan di Jawa memuat berita tentang proklamasi kemerdekaan. E.Peran dan jasa para tokoh-tokoh proklamasi dan perjuangannya Proklamasi kemerdekaan bukan peristiwa sejarah yang tiba-tiba muncul begitu saja. Peristiwa mahapenting itu mengalami proses yang sangat panjang dan melibatkan orang-orang yang berperan penting dalam mewujudkannya. Adapun beberapa tokoh-tokoh penting itu di antaranya sebagai berikut. Ir. Sukarno Dr. (HC)



9



Ir. H. Sukarno (nama lahir: Koesno Sosrodihardjo) lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 (meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945–1966. Sukarno memainkan peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Sukarno menjadi proklamator kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Moh. Hatta) pada 17 Agustus 1945. Sukarno mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan Sukarno sendiri yang menamainya. Sukarno dilahirkan dari seorang ayah yang bernama Raden Soekemi Sosrodiharjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali. Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu, sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam. Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Sukarno lahir. Ketika kecil, Sukarno tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur. Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya pindah ke Mojokerto, mengikuti orang tuanya yang ditugaskan di kota tersebut. Di Mojokerto, ayahnya memasukkan Sukarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempatnya bekerja. Peranan Sukarno di sekitar proklamasi antara lain sebagai berikut. a). Sukarno menyusun konsep teks proklamasi di kediaman Laksamana Tadashi Maeda bersama Hatta dan Ahmad Subarjo. b). Sukarno dan Hatta menandatangani teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia. c). Sukarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia di kediamannya, Jl. Pegangasaan Timur No. 56 Jakarta. 2. Drs. Moh. Hatta Dr. (HC). Drs. H. Moh. Hatta lahir di Foert de Kock (sekarang Bukittinggi, Sumatra Barat), Hindia Belanda, 12 Agustus 1902 dengan nama Mohammad Athar dan populer disapa Bung Hatta. Ia meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada usia 77 tahun. Hatta adalah pejuang, negarawan, ekonom, dan wakil presiden Indonesia yang pertama. Hatta bersama Sukarno memegang peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Hatta juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam kabinet Hatta I, Hatta II, dan Republik Indonesia Serikat (RIS). Hatta bersama Sukarno membentuk dwi-tunggal kepemimpinan dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1955. Duet ini terbukti tangguh dan mampu bertahan paling sedikit satu dasawarsa. Dalam perdebatan di KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) pada Februari 1947, misalnya, Perjanjian Linggarjati dikritik keras kelompok oposisi padahal saat itu sudah gawat karena Belanda membentuk NIT (Negara Indonesia Timur). Maka, Hatta sempat berkata kalau kebijakan pemerintah tidak disetujui, silakan mencari pemimpin lain di luar Sukarno-Hatta. Tahun 1948, saat PKI Madiun meletus, juga dilontarkan oleh Sukarno, pilih Sukarno-Hatta atau Muso. Namun dwi-tunggal itu akhirnya tanggal juga. Hatta mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956 karena tidak satu pemikiran dengan Sukarno. Sukarno memimpin negeri ini sendirian. Karena berjasa dalam perkembangan perkoperasian, maka Hatta dinobatkan sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Hatta pertama kali mengenyam pendidikan formal di sekolah swasta.



10



Setelah enam bulan, ia pindah ke sekolah rakyat dan sekelas dengan Rafiah, kakaknya. Namun, pelajarannya berhenti pada pertengahan semester kelas tiga. Ia lalu pindah ke ELS di Padang (kini SMA Negeri 1 Padang) sampai tahun 1913, kemudian melanjutkan ke MULO sampai tahun 1917. Selain pengetahuan umum, ia telah ditempa ilmu-ilmu agama sejak kecil. Ia pernah belajar agama kepada Muhammad Jamil Jambek, Abdullah Ahmad, dan beberapa ulama lainnya. Tahun 1986, pemerintah menjadikan Hatta dan Sukarno sebagai Pahlawan Proklamator Kemerdekaan. Banyak orang mengatakan, mengapa gelar Pahlawan Proklamator diberikan kepada Sukarno dan Hatta sebagai satu kesatuan dwi-tunggal, bukan sebagai pribadi, serta mempertanyakan mengapa bukan gelar Pahlawan Nasional yang disematkan kepada mereka berdua. Tahun 2012, pengakuan akhirnya muncul ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional terhadap Sukarno dan Hatta. Adapun peran Moh. Hatta dalam peristiwa sekitar proklamasi adalah sebagai berikut. a). Hatta bersama Sukarno dan Ahmad Subarjo menyusun teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda. b). Hatta bersama Sukarno menandatangani teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia. c). Hatta berpidato untuk menenangkan rakyat yang tidak sempat menyaksikan proklamasi karena mengira proklamasi di kumandangkan di Lapangan Ikada. 4. Sayuti Melik Muhammad Ibnu Sayuti atau yang lebih dikenal sebagai Sayuti Melik lahir di Sleman, Yogyakarta, 22 November 1908. Meninggal 3. Ahmad Subarjo Mr. Raden Ahmad Subarjo Joyoadisuryo lahir di Karawang, Jawa Barat, 23 Maret 1896 dan meninggal 15 Desember 1978 pada usia 82 tahun. Ahmad Subarjo adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, dan seorang pahlawan nasional. Subarjo merupakan menteri luar negeri Indonesia yang pertama. Subarjo memiliki gelar Meester in de Rechten (sarjana hukum) yang diperoleh di Universitas Leiden Belanda pada tahun 1933. Ahmad Subarjo dilahirkan di Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat, 23 Maret 1896. Ayahnya bernama Teuku Muhammad Yusuf, masih keturunan bangsawan Aceh dari Pidie. Kakek Subarjo dari pihak ayah adalah Ulee Balang dan ulama di wilayah Lueng Putu, sedangkan Teuku Yusuf adalah pegawai pemerintahan dengan jabatan Mantri Polisi di wilayah Teluk Jambe, Karawang. Ibu Subarjo bernama Wardinah. Ia keturunan JawaBugis dan merupakan anak dari camat di Telukagung, Cirebon. Ayahnya mulanya memberikan nama Teuku Abdul Manaf, sedangkan ibunya memberikan nama Ahmad Subarjo. Sedangkan nama Joyoadisuryo ditambahkannya setelah dewasa saat Subarjo dipenjara di Ponorogo karena peristiwa 3 Juli 1946. Ahmad Subarjo bersekolah di Hogere Burger School Jakarta (saat ini setara dengan Sekolah Menengah Atas) pada tahun 1917. Subarjo remaja kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Leiden Belanda. Karena lelah dan tidak bisa menahan rasa kantuk, maka Subarjo tidak menghadiri pembacaan proklamasi. Subarjo diangkat sebagai menteri luar negeri pertama RI. Pada masa Revolusi Fisik tahun 1946-1949, Subarjo ditahan karena dianggap antikabinet Syahrir. Tahun 1948, Subarjo dibebaskan Sukarno. Setelah pengakuan kedaulatan RI tahun 1949, Subarjo diangkat lagi sebagai menteri luar negeri, lalu menjadi duta besar, anggota Dewan Pertimbangan Presiden, dan aktif dalam perjuangan diplomatik di dunia internasional. Subarjo



11



meninggal pada 1978 dan baru tahun 2009 diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Berikut peranan Subarjo dalam peristiwa sekitar proklamasi. a). Menjemput Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok untuk menuju Jakarta dengan taruhan nyawanya. b). Bersama Sukarno dan Hatta menyusun teks proklamasi kemerdekaan. 4. Sayuti Melik Muhammad Ibnu Sayuti atau yang lebih dikenal sebagai Sayuti Melik lahir di Sleman, Yogyakarta, 22 November 1908. Meninggal di Jakarta, 27 Februari 1989, pada usia 80 tahun dan dimakamkan di TMP Kalibata. Sayuti Melik dikenal sebagai pengetik naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Sayuti Melik adalah suami dari Surastri Karma Trimurti (S.K. Trimurti), seorang wartawati dan aktivis perempuan pada zaman pergerakan dan zaman setelah kemerdekaan. Sayuti anak dari Abdul Muin alias Partoprawito, seorang bekel jajar atau kepala desa di Sleman, Yogyakarta. Sedangkan ibunya bernama Sumilah. Pendidikanya dimulai dari sekolah Ongko Loro (setingkat SD) di Desa Srowolan sampai kelas IV dan diteruskan sampai mendapat ijazah di Yogyakarta. Nasionalisme sudah sejak kecil ditanamkan oleh ayahnya kepada Sayuti Melik kecil. Ketika itu, ayahnya menentang kebijakan pemerintah Belanda yang menggunakan sawahnya untuk ditanami tembakau. Ketika belajar di sekolah guru di Solo tahun 1920, Sayuti Melik belajar nasionalisme dari guru sejarahnya yang berkebangsaan Belanda, H.A. Zurink. Pada usia belasan tahun itu Sayuti sudah tertarik membaca majalah Islam Bergerak pimpinan K.H. Misbach di Kauman Solo. K.H. Misbach adalah ulama yang berhaluan kiri. Ketika itu, banyak orang termasuk tokoh Islam memandang Marxisme sebagai ideologi perjuangan menentang penjajahan. Dari kiai, Sayuti belajar Marxisme. Sedangkan perkenalannya dengan Sukarno terjadi di Bandung pada 1926. Tulisan-tulisannya mengenai politik menyebabkan Sayuti ditahan berkali-kali oleh Belanda. Pada 1926, ia ditangkap Belanda karena dituduh membantu PKI dan selanjutnya dibuang ke Boven Digul (1927-1933). Tahun 1936, ia ditangkap Inggris dan dipenjara di Singapura selama setahun. Setelah proklamasi, Sayuti menjadi anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat)¾DPR pada saat itu. Karena berjuang melalui Persatuan Perjuangan bentukan Tan Malaka tahun 1946, Sayuti ditahan dengan tuduhan penggulingan Perdana Menteri Syahrir yang dikenal sebagai peristiwa 3 Juli 1946. Namun, akhirnya ia dibebaskan karena dianggap tidak bersalah. Saat Agresi Militer Belanda II, Sayuti ditahan oleh Belanda dan baru dibebaskan setelah pengakuan kedaulatan tahun 1949. Setelah proklamasi, Sayuti menjadi anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat)¾DPR pada saat itu. Karena berjuang melalui Persatuan Perjuangan bentukan Tan Malaka tahun 1946, Sayuti ditahan dengan tuduhan penggulingan Perdana Menteri Syahrir yang dikenal sebagai peristiwa 3 Juli 1946. Namun, akhirnya ia dibebaskan karena dianggap tidak bersalah. Saat Agresi Militer Belanda II, Sayuti ditahan oleh Belanda dan baru dibebaskan setelah pengakuan kedaulatan tahun 1949. Selanjutnya, Sayuti pernah menjadi anggota MPRS dan DPRGR sebagai wakil angkatan 45. Saat demokrasi terpimpin, Sayuti menentang konsep presiden seumur hidup dan menentang penerapan konsep Nasakom. Setelah Orba berkuasa, Sayuti menjadi anggota DPR mewakili Golkar. Berikut peran Sayuti Melik di sekitar peristiwa proklamasi kemerdekaan.



12



a). Menyaksikan penyusunan teks proklamasi kemerdekaan di kediaman Laksamana Maeda. b). Dipercaya mengetik teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Sukarno. 5. Sukarni Kartodiwirjo Sukarni lahir di Blitar, Jawa Timur, 14 Juli 1916 dan meninggal di Jakarta, 7 Mei 1971 pada usia 54 tahun. Nama lengkapnya Sukarni Kartodiwirjo. Ia merupakan tokoh pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional. Gelar pahlawan disematkan oleh Presiden Joko Widodo pada 7 November 2014 kepada perwakilan keluarga di Istana Negara Jakarta. Di Desa Sumberdiran, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Sukarni dilahirkan. Namanya jika dijabarkan, “Su” artinya “lebih”, sedangkan “Karni” artinya “banyak memerhatikan”. Orang tuanya memberi nama itu dengan tujuan agar Sukarni lebih memerhatikan nasib bangsanya yang saat itu masih dijajah Belanda. Sukarni merupakan anak keempat dari sembilan bersaudara. Ayahnya bernama Kartodiwiryo, keturunan dari Eyang Onggo, juru masak Pangeran Diponegoro. Ibunya bernama Supiah, gadis asal Kediri. Keluarga Sukarni bisa dikatakan berkecukupan jika dibanding penduduk yang lain. Ayahnya membuka usaha toko daging di pasar Garum dan usahanya sangat laris. Sukarni masuk sekolah di Mardisiswo di Blitar (semacam Taman Siswa yang digagas Ki Hajar Dewantara). Di sekolah ini, Sukarni belajar mengenai nasionalisme melalui Moh. Anwar yang berasal dari Banyuwangi. Moh. Anwar ialah seorang pendiri Mardisiswo sekaligus tokoh pergerakan nasional. Sebagai anak muda, Sukarni terkenal nakal karena sering berbuat onar. Sukarni sering berkelahi dan suka menentang orang. Belanda. Sukarni muda pernah mengumpulkan 30 sampai 50 pemuda dan mengirim surat tantangan kepada anak muda Belanda untuk berkelahi. Anak-anak muda Belanda menerima tantangan itu sehingga terjadilah tawuran. Tawuran yang berlokasi di Kebun Raya Blitar itu dimenangkan kelompok Sukarni. Sukarni mulai aktif dalam pergerakan politik sejak kolonial Belanda. Semasa pendudukan Jepang, Sukarni bekerja di Kantor Berita Domei (sekarang Kantor Berita Antara) kemudian aktif dalam pergerakan pemuda. Bahkan, Sukarni menjadi pemimpin gerakan pemuda yang berpusat di Menteng Raya 31 Jakarta. Sejak muda, Sukarni dikenal sebagai pejuang radikal dan temperamental. Setelah proklamasi, Sukarni menjadi anggota KNIP, sempat menjadi ketua Partai Murba, dan menjadi anggota badan konstituante. Sukarni bergabung dengan Tan Malaka yang menjadi oposisi kabinet Syahrir yang berujung pada penjara tahun 1946. Setelah pengakuan kedaulatan 1949, ia dibebaskan dan pada tahun 1961, Sukarni diangkat Sukarno menjadi Duta Besar RI di Cina dan pernah diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung. Sukarni mendapat kehormatan Bintang Mahaputra Kelas Empat atas jasa-jasanya. Peranan Sukarni di sekitar peristiwa proklamasi adalah sebagai berikut. a). Pemuda yang memelopori penculikan Sukarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok. b). Pemuda yang mengusulkan agar teks proklamasi ditandatangani Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia, bukan semua yang hadir ikut tanda tangan. c). Berperan dalam menyebarluaskan teks proklamasi dan berita tentang proklamasi.



13



6. Burhanuddin Mohammad (B.M.) Diah B.M. Diah lahir di Kutaraja yang kini dikenal sebagai Banda Aceh, 7 April 1917, dan meninggal di Jakarta, 10 Juni 1996 pada usia 79 tahun. B.M. Diah merupakan seorang tokoh pers, pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha Indonesia. Sesungguhnya, nama asli B.M. Diah hanya Burhanuddin. Mohammad Diah adalah nama ayahnya yang berasal dari Barus, Sumatra Utara. Ayahnya adalah seorang pegawai pabean di Aceh Barat yang kemudian menjadi penerjemah. Burhanudin kemudian menambahkan nama ayahnya di belakang namanya sendiri. Ibunya, Siti Sa’idah, adalah wanita Aceh yang menjadi ibu rumah tangga. B.M. Diah merupakan anak bungsu delapan delapan bersaudara. Pada usia 17 tahun, B.M. Diah berangkat ke Jakarta dan belajar di Ksatrian Institut (sekarang Sekolah Kesatrian) yang dipimpin oleh Douwes Dekker. B.M. Diah memilih jurusan jurnalistik, tetapi ia banyak belajar tentang kewartawanan dari pribadi Douwes Dekker. B.M. Diah sebenarnya tidak mampu membayar uang sekolah. Namun, karena melihat tekadnya untuk belajar, Dekker mengizinkannya terus belajar bahkan memberikan kesempatan kepadanya menjadi sekretaris di sekolah itu. Sejak tahun 1937, ia sudah menjadi redaktur berbagai surat kabar. Pada awal pendudukan Jepang, B.M. Diah bekerja di radio militer. Pada tahun 1942 sampai dengan 1945, B.M. Diah bekerja sebagai wartawan pada harian Asia Raya. Di sekitar proklamasi, B.M. Diah sudah menjadi wartawan yang terkenal. Pada waktu malam sewaktu akan diadakan perumusan teks proklamasi, B.M. Diah banyak melakukan kontak dengan pemuda, yaitu untuk datang ke rumah Laksamana Maeda. Setelah proklamasi, B.M. Diah mendirikan Surat Kabar Merdeka. Surat kabar inilah yang pertama kali memuat teks proklamasi pada edisi Rabu, 20 Februari 1946. Semasa pemerintahan Sukarno, Diah diangkat menjadi Duta Besar Cekoslovakia, Inggris, dan Thailand. Pada masa pemerintahan Suharto, ia sempat menjadi menteri penerangan. Berikut peranan B.M. Diah di sekitar peristiwa proklamasi. a). Seorang pemuda yang ikut menyaksikan perumusan teks proklamasi. b). Berperan dalam upaya menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan. c). Pemuda yang menyimpan naskah tulisan asli Sukarno. 7. Suhud Nama lengkapnya Suhud Sastro Kusumo. Ketika rencana pembacaan proklamasi yang semula di Lapangan Ikada berganti. Suhud Nama lengkapnya Suhud Sastro Kusumo. Ketika rencana pembacaan proklamasi yang semula di Lapangan Ikada berganti menjadi di rumah Sukarno, banyak yang kebingungan untuk tempat pengibaran bendera. Suhud diberi tugas mencari tiang bendera. Suhud kemudian mencari sebatang bambu yang kemudian dijadikan sebagai tiang bendera. Berikut peranan Suhud di sekitar peristiwa proklamasi. a). Seorang pemuda yang bersama Latif Hendraningrat mengibarkan Bendera Pusaka. b). Mengusahakan tiang bendera. 8. Suwiryo Raden Suwiryo lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, 17 Februari 1903 dan meninggal di Jakarta, 27 Agustus 1967 pada usia 64 tahun. Suwiryo merupakan tokoh pergerakan



14



Indonesia. Suwiryo pernah menjadi Walikota Jakarta dan ketua umum PNI. Suwiryo dalam karier politiknya pernah menjadi wakil perdana menteri Kabinet Sukiman-Suwiryo. Suwiryo menamatkan pendidikan AMS (sekarang SMA) dan kuliah di Rechtshogeschool tetapi tidak sampai tamat. Suwiryo pernah bekerja di Centraal Kantoor voor Statistik. Kemudian, ia bekerja dibidang partikelir, menjadi guru Perguruan Rakyat, kemudian memimpin majalah Kemudi. Ia juga menjadi pegawai pusat di sebuah kantor asuransi dan pernah menjadi pengusaha obat di Cepu. Peranan Suwiryo di sekitar peristiwa proklamasi adalah sebagai berikut. a). Sebagai Wali Kota Jakarta Raya sehingga menjadi ketua penyelenggara proklamasi kemerdekaan. b). Menyiapkan akomodasi, di antaranya pengeras suara dan mikrofon. 9. Latief Hendraningrat Latief Hendraningrat merupakan komandan Peta. Latief menjemput beberapa tokoh penting untuk hadir di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Ia harus menjemput Moh. Hatta agar hadir tepat waktu. Latif juga bertanggung jawab memimpin pasukan Peta pada saat mengawal acara proklamasi kemerdekaan. Setelah proklamasi, pada saat Revolusi Fisik, Latief terus berjuang di jalur militer pasukan gerilya. Setelah pengakuan kedaulatan RI tahun 1949, Latief bertugas di Markas Besar Angkatan Darat. Tahun 1952, Latief diangkat menjadi atase militer RI di Manila, Filipina, dan tahun 1956 dipindahkan ke Washington, Amerika Serikat. Setelah kembali ke Indonesia, Latief ditempatkan sebagai Kepala Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD). Tahun 1965-1966, Latief bertugas sebagai Rektor IKIP Jakarta. Dikenal dekat dengan Sukarno, setelah jatuhnya Sukarno sebagai presiden, Latief ditahan tanpa sebab pada tahun 1966. Akhirnya, pada tahun yang sama, Latief dibebaskan tanpa pengadilan dan tanpa penjelasan. Bebas dari tahanan, Latief pensiun sebagai tentara Angkatan Darat dengan pangkat terakhir Brigadir Jenderal pada tahun 1967. Latief Hendraningrat tutup usia pada 16 November 1987 dan dimakamkan di TMP Kalibata. Berikut peranan Latief Hendraningrat di sekitar peristiwa proklamasi. a). Setelah menyiapkan barisan, Latief mempersilakan Sukarno untuk membacakan teks proklamasi. b). Mengibarkan Bendera Pusaka dengan dibantu Suhud. Sedangkan yang membawa Bendera Pusaka adalah S.K. Trimurti. 10. Frans Sumarto Mendur Frans Sumarto Mendur adalah seorang pemuda yang ikut membantu dalam menyiapkan proklamasi kemerdekaan. Ia seorang wartawan yang bergabung dengan teman-temannya di Press Photo Senice atau Ipphos. Peranan Frans Sumarto Mendur di sekitar peristiwa proklamasi adalah sebagai fotografer peristiwa proklamasi kemerdekaan dan pemuda yang mengabadikan (memotret) berbagai peristiwa penting di sekitar proklamasi. Setelah proklamasi, Frans tetap berjuang melalui bidikan kameranya lewat organisasi Ipphos yang dikenal dengan foto-foto peristiwa sejarah, terutama pada masa Revolusi Fisik 1945-1949. Pada 9 November 2009, ia baru dianugerahi Bintang Jasa Utama. Frans Sumarto Mendur tutup usia pada 24 April 1971. Untuk menghargai jasa-jasanya, pada peringatan Hari Pers, 9 Februari 2013, diresmikan Monumen Mendur di Manado. Frans Sumarto Mendur Frans Sumarto Mendur adalah seorang pemuda yang ikut membantu dalam menyiapkan proklamasi kemerdekaan.



15



Ia seorang wartawan yang bergabung dengan teman-temannya di Press Photo Senice atau Ipphos. Peranan Frans Sumarto Mendur di sekitar peristiwa proklamasi adalah sebagai fotografer peristiwa proklamasi kemerdekaan dan pemuda yang mengabadikan (memotret) berbagai peristiwa penting di sekitar proklamasi. Setelah proklamasi, Frans tetap berjuang melalui bidikan kameranya lewat organisasi Ipphos yang dikenal dengan foto-foto peristiwa sejarah, terutama pada masa Revolusi Fisik 1945-1949. Pada 9 November 2009, ia baru dianugerahi Bintang Jasa Utama. Frans Sumarto Mendur tutup usia pada 24 April 1971. Untuk menghargai jasa-jasanya, pada peringatan Hari Pers, 9 Februari 2013, diresmikan Monumen Mendur di Manado. 11. Muwardi Dr. Muwardi yang merupakan pemimpin Barisan Pelopor Jakarta ini tidak berumur panjang. Setelah Sekutu mendarat di Jakarta, Muwardi ikut pindah bersama pemimpin RI ke Yogyakarta. Dalam perjuangan revolusioner itu, Muwardi mengorganisasikan Barisan Banteng yang sebagian besar anggotanya adalah mantan Barisan Pelopor yang pernah dipimpinnya dulu. Saat terjadi kekacauan di Solo tahun 1948, Muwardi membentuk Gerakan Rakyat Revolusioner untuk menandingi kekuatan komunis yang membentuk Front Demokrat Rakyat. Pertentangan ini berujung pada penculikan dan pembunuhan Muwardi pada 13 September 1948. Untuk menghormati jasa-jasanya Muwardi diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan, Muwardi bertugas dibidang pengamanan agar prosesi proklamasi berjalan lancar. Peranan Muwardi di sekitar peristiwa proklamasi adalah sebagai berikut. a). Menugaskan anggota Barisan Pelopor dan Peta untuk menjaga Bendera Pusaka yang sudah dikibarkan dalam proklamasi selama 24 jam nonstop dengan membentuk pasukan berani mati. b). Setelah proklamasi, ia membagi tugas kepada Barisan Pelopor dan Peta untuk menjaga keamanan Sukarno dan Moh. Hatta. 12. Syahruddin Syahruddin merupakan wartawan Domei (sekarang Kantor Berita Antara). Syahruddin berani memasuki halaman gedung RRI yang dijaga ketat tentara Jepang. Agar tidak terjadi bentrok dengan tentara Jepang, Syahruddin memanjat tembok belakang gedung RRI. Peranan Syahruddin di sekitar peristiwa proklamasi adalah menyerahkan naskah proklamasi kepada kepala bagian siaran untuk menyebarluaskan berita proklamasi ke seluruh rakyat Indonesia. 13. F. Wus dan Yusuf Ronodipuro Dua orang ini berperan penting dalam penyebaran berita proklamasi. Peranan F. Wus dan Yusuf Ronodipuro di sekitar peristiwa proklamasi adalah walaupun dilarang keras dan diancam oleh Kempetai (polisi rahasia Jepang), keduanya tetap menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan. F. Pengesahan UU 1945 Pada 18 Agustus 1945, PPKI menggelar sidang. Sidang ini adalah sidang pertama setelah PPKI dibentuk oleh Jepang. Sidang berhasil memutuskan hal-hal berikut ini. a. Mengesahkan dan menetapkan Undang-undang Dasar sebagai konstitusi negara. b. Memilih Sukarno sebagai presiden dan Moh. Hatta sebagai wakil presiden. c. Presiden untuk sementara waktu akan dibantu oleh sebuah komite nasional.



16



Sementara itu, UUD 1945 sebelum disahkan terdapat beberapa perubahan sebagai berikut. a. Kata “muqadimah” diubah menjadi “pembukaaan”. b. Kalimat dalam pembukaan alenia keempat, “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. c. Kalimat dalam pembukaan alenia keempat, “Menurut kemanusiaan yang adil dan beradab” diganti menjadi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.



d. Pasal 6 ayat (1) yang semula berbunyi, “Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama Islam” diganti menjadi “Presiden adalah orang Indonesia asli”. Perubahan-perubahan tersebut terjadi setelah tokoh-tokoh dari Indonesia yang beragama Kristen, khususnya yang berasal dari Indonesia Timur, mengajukan keberatan terhadap rumusan lama yang terlalu bernuansa Islam. G. Memilih presiden dan wakil presiden Sukarno dan Moh. Hatta terpilih secara aklamasi (bukan menggunakan surat suara) menjadi presiden dan wakil presiden. Setelah terpilih menjadi presiden Sukarno menunjuk sembilan anggota PPKI untuk menjadi panitia kecil yang diketuai Otto Iskandardinata untuk merumuskan pembagian wilayah negara Indonesia. H. Pembentukan wilayah Pada sidang hari kedua, yaitu 19 Agustus 1945, acara yang pertama adalah membahas hasil kerja panitia kecil yang dipimpin oleh Otto Iskandardinata dalam perumuskan pembagian wilayah negara Indonesia. Namun, sebelum acara dimulai, Sukarno sudah menunjuk Ahmad Subarjo, Sutarjo Kartohadikusumo, dan Kasman Singodimejo sebagai panitia kecil untuk merumuskan bentuk kementerian bagi pemerintahan Republik Indonesia (RI), tetapi bukan pejabatnya. Otto Iskandardinata menyampaikan hasil kerjanya, yakni wilayah RI dibagi menjadi delapan provinsi sebagaimana berikut ini. a). Jawa Barat b). Jawa Tengah c). Jawa Timur d). Borneo (Kalimantan) e). Sulawesi. f). Maluku g). Sunda Kecil (Nusa Tenggara) h). Sumatra. Di samping delapan wilayah itu, masih ada tambahan wilayah, yakni Yogyakarta dan Surakarta. I. Pembentukan kementrian Di samping delapan wilayah itu, masih ada tambahan wilayah, yakni Yogyakarta dan Surakarta. Setelah penetapan wilayah RI, sidang dilanjutkan dengan mendengarkan hasil kerja Ahmad Subarjo tentang pembentukan kementerian. Adapun hasil yang disepakati, NKRI terdiri dari 12 kementerian berikut ini. a). Kementerian Dalam Negeri. b). Kementerian Luar Negeri. c). Kementerian Kehakiman. d). Kementerian Keuangan. e). Kementerian Kemakmuran. f). Kementerian Kesehatan. g). Kementerian Pengajaran. h). Kementerian Sosial. i). Kementerian Pertahanan. j). Kementerian Penerangan. k). Kementerian Perhubungan. l). Kementerian Pekerjaan Umum.



17



J. Pembentukan Badan-badan negara Pada sidang hari ketiga, 22 Agustus 1945, presiden memutuskan pembentukan tiga badan baru, yakni 1) Komite Nasional Indonesia (KNI), 2) pembentukan partai politik 3) pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Untuk lebih jelasnya, ikutilah paparan berikut ini. a. Pembentukan Komite Nasional Indonesia (KNI). Komite Nasional Indonesia (KNI) merupakan sebuah badan yang bertugas sebagai pembantu dan penasihat presiden yang anggotanya terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat dari berbagai daerah dan golongan, termasuk di antaranya mantan anggota PPKI. Anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) mencapai 137 orang. Anggota KNIP kemudian dilantik di Gedung Kesenian Pasar Baru pada 29 Agustus 1945 dan sebagai ketua KNIP adalah Kasman Singodimejo serta beberapa wakilnya yakni Sutarjo Kartohadikusumo, Johanes Latuharhary, dan Adam Malik. Untuk tugas-tugas operasional KNIP dibentuk Badan Pekerja KNIP yang kemudian disingkat BPKNIP. Dalam perkembangan selanjutnya, wakil presiden selaku wakil pemerintah mengeluarkan maklumat yang disebut Maklumat Wakil Presiden No. X (dibaca “nomor eks” bukan “nomor sepuluh” karena saat itu surat-menyurat belum rapi) yang isinya KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) sebelum terbentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) diserahi kekuasaan legislatif. Oleh karena itu, KNIP disebut sebagai cikal bakal badan legislatif di Indonesia dan tanggal pembentukan KNIP, yakni 29 Agustus 1945, diresmikan sebagai hari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). b. Pembentukan Partai Politik. Sidang PPKI pada 22 Agustus 1945 juga memutuskan pembentukan partai politik nasional yang kemudian terbentuklah PNI (Partai Nasional Indonesia). BPKNIP mengusulkan perlu adanya partai-partai politik. Melihat usulan itu, wakil presiden merespons dan kemudian mengeluarkan Maklumat 3 November 1945 tentang pembentukan partai-partai politik. Setelah keluar maklumat tersebut, berdirilah partai-partai politik berikut. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). 2) PKI (Partai Komunis Indonesia). 3) PBI (Partai Buruh Indonesia). 4) Partai Rakyat Jelata. 5) Parkindo (Partai Kristen Indonesia). 6) PSI (Partai Sosialis Indonesia). 7) PRS (Partai Rakyat Sosialis). 8) PKRI (Partai Katolik Republik Indonesia). 9) Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia. c. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). 1) Badan Keamanan Rakyat (BKR). Beberapa minggu setelah proklamasi, Sukarno masih bersikap hati-hati karena Jepang ternyata tidak suka dengan perubahan status quo (dari negara jajahan menjadi negara merdeka). Ketidaksukaan Jepang itu dibuktikan Jepang dengan melucuti persenjataan sekaligus membubarkan Peta pada 18 Agustus 1945. Jepang khawatir, anggota Peta menjelma menjadi tentara Indonesia. Untuk itulah pada sidang PPKI, 22 Agustus 1945, 175 perlu dibentuk sebuah badan yang bertugas melindungi rakyat jika ada serangan musuh. Maka, terbentuklah Badan Keamanan Rakyat (BKR). Badan ini bertugas menjaga keamanan rakyat. Badan ini menghimpun semua elemen pemuda yang pernah menjadi anggota Peta, Heiho, Seinendan, Keibodan, dan polisi.



18



Awalnya, BKR dibentuk bukan sebagai institusi militer resmi. Hal ini semata-mata melindungi bentrokan dengan sisa-sisa kekuatan asing yang masih ada di Indonesia. Harus diingat bahwa BKR bukan tentara. Jadi, sampai akhir Agustus 1945, Indonesia belum memiliki tentara. 2) Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Angkatan perang Inggris yang tergabung dalam SEAC (South East Asian Command) pimpinan Laksamana Muda Lord Louis mendarat di Jakarta, 16 September 1945. Pasukan ini mendesak agar Jepang mempertahankan status quo (kekosongan kekuasaan) di Indonesia. Indonesia masih dipandang sebagai negara jajahan seperti saat sebelum proklamasi kemerdekaan. Untuk itulah, Jepang masih bersikap keras dan tetap mempertahankan diri dengan senjata jika para pemuda berusaha melakukan usaha pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang masih tersisa. Tanggal 29 September 1945, mendarat lagi tentara Inggris yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) pimpinan Letjend. Sir Philip Christison. Kedatangan tentara AFNEI ternyata ditumpangi oleh tentara Belanda yang disebut NICA (Netherlands India Civil Administration). Tentara Belanda yang datang lagi menumpang AFNEI tersebut menyulut kemarahan bangsa Indonesia. Melihat situasi yang semakin genting, keluarlah Maklumat Pemerintah 5 Oktober 1945 tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Urip Sumoharjo, seorang nasionalis bekas mayor KNIL, diangkat sebagai kepala staf TKR. Sehari sesudahnya, pemerintah mengangkat Supriyadi (tentara Peta di Blitar) sebagai menteri keamanan rakyat. Ternyata, Supriyadi tidak kunjung datang. Oleh karena itu, pada 12 November 1945 diselenggarakan rapat yang menyepakati untuk mengangkat Kolonel Sudirman (Panglima Divisi V Banyumas) sebagai Panglima Besar TKR dan kepala staf tetap dipegang oleh Urip Sumoharjo. Pelantikan perwira TKR tersebut baru pada 18 Desember 1945 setelah Pertempuran Ambarawa. Pertempuran Ambarawa melambungkan Sudirman karena sukses mengusir tentara AFNEI mundur kembali ke Semarang sehingga pangkat Sudirman menjadi Jenderal dan Urip Sumoharjo menjadi Letnan Jenderal. 3) Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dan Tentara Nasional Indonesia ( TNI) Sebutan keamanan rakyat dinilai hanya merupakan kesatuan yang menjaga keamanan rakyat saja, belum menunjukkan sebagai kesatuan tentara angkatan bersenjata yang mampu melawan musuh dalam pertempuran. Untuk itulah keluar Penetapan Pemerintah No. 2/SD 1946 tanggal 1 Januari 1946 yang isinya mengubah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Belum genap satu bulan, muncul maklumat pemerintah tanggal 26 Januari 1946 untuk mengubah sebutan Tentara Keselamatan Rakyat menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Dalam maklumat itu menegaskan bahwa TRI merupakan tentara rakyat, tentara kebangsaan, atau tentara nasional. Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata di samping TRI ada juga laskar-laskar yang pada umumnya lebih condong kepada induk partainya yang seideologi dan belum tentu perjuangannya searah dengan TRI. Sementara, Belanda terus mengancam keberadaan negara Republik Indonesia. Untuk itulah, tanggal 5 Mei 1947, Presiden Sukarno mengeluarkan dekrit yang berisi pembentukan panitia untuk membentuk organisasi tentara nasional.



19



Setelah panitia itu bekerja, akhirnya keluar penetapan presiden tertanggal 3 Juni 1947, yakni berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Semua laskar dan anggota TRI melebur menjadi anggota TNI. Organisasi kemililiteran ini telah memiliki TNI Angkatan Darat, TNI angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara. K. Integritas Sultan Hamengku Buwono IX Terhadap Proklamasi Kemerdekaan Setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945, rakyat yang sudah cukup menderita karena penjajahan menyambut dengan gembira dan penuh semangat untuk mempertahankannya. Bendera merah putih yang sudah dikibarkan di rumah Sukarno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56 dijaga ketat oleh pemuda nasionalis sampai 24 jam. Siapa pun, termasuk tentara Jepang, tidak boleh menurunkan Bendera Pusaka. Bahkan, pasukan berani mati secara spontan terbentuk untuk menjaga bendera itu agar tetap berkibar. Bendera merah putih juga berkibar di mana-mana. Bahkan, pekik “merdeka” menjadi salam nasional. Tekad pengorbanan dan semangat pemuda ini menggambarkan dukungan luas rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan. Reaksi masyarakat secara langsung dan dukungan yang spontan juga disampaikan oleh raja Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono IX. Tanggal 19 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku Alam VIII telah mengirim kawat ucapan selamat kepada Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta atas berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia serta atas terpilihnya dua tokoh tersebut sebagai presiden dan wakil presiden. Ucapan itu menyiratkan bahwa Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII mengakui kemerdekaan RI dan siap membantu mereka. Kemudian, pada 19 Agustus 1945, sekitar pukul 10.00, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengundang kelompok-kelompok pemuda ke Bangsal Kepatihan. Pada 5 September 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengeluarkan amanat yang dikenal dengan Amanat 5 September yang isinya antara lain sebagai berikut. a). Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat bersifat kerajaan dan merupakan daerah istimewa dari Negara Indonesia. b). Sri Sultan sebagai kepala daerah dan memegang kekuasaan atas Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat. c). Hubungan antara Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan pemerintah pusat negara RI bersifat langsung. Sultan selaku kepala daerah istimewa bertanggung jawab kepada presiden. Amanat Sri Paku Alam VIII sama dengan amanat Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Hanya saja, nama “Sri Sultan Hamengkubuwono IX” diganti dengan “Sri Paku Alam VIII” dan “Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat” diganti dengan “Negeri Paku Alaman”. Amanat 5 September tersebut menegaskan bahwa Sultan dan Paku Alam di Yogyakarta secara resmi telah menyatakan menyatu dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Amanat Sultan maupun Paku Alam mendapat sambutan positif dari pemerintah pusat RI di Jakarta. Hal ini dibuktikan dengan dikirimkannya utusan, yakni Mr. Sartono dan Mr. Maramis, ke Yogyakarta pada 6 September 1945 dengan membawa “Piagam Penetapan” mengenai kedudukan Yogyakarta dalam lingkungan RI. Piagam itu ditandatangani Sukarno pada 19 Agustus 1945 atau dalam hari yang sama ketika dua pemimpin Yogyakarta itu mengirim ucapan selamat kepada presiden dan wakil presiden.



20



L. Peranan pemuda mempertahankan proklamasi kemerdekaan a. Komite van Aksi Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Sukarni dan Adam Malik pun membentuk Komite van Aksi, yaitu sebuah gerakan yang bertugas dalam pelucutan senjata terhadap tentara Jepang dan merebut kantor-kantor yang masih diduduki tentara Jepang. Munculnya Komite van Aksi di Jakarta kemudian disusul dengan lahirnya berbagai badan perjuangan lainnya di bawah Komite van Aksi seperti API (Angkatan Pemuda Indonesia), BARA (Barisan Rakyat Indonesia), dan BBI (Barisan Buruh Indonesia). Di berbagai daerah kemudian berkembang badan-badan perjuangan. Di Surabaya muncul BBI, di Yogyakarta muncul Angkatan Muda Pegawai Kesultanan yang dikenal dengan nama Pekik (Pemuda Kita Kesultanan), di Semarang muncul Angkatan Muda dan Pemuda, serta di Bandung berdiri Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia yang kemudian dikenal dengan PRI (Pemuda Republik Indonesia). Badan-badan perjuangan juga muncul di berbagai daerah di luar Jawa, misalnya di Aceh muncul API (Angkatan Muda Indonesia), di Sumatra Utara muncul Pemuda Republik Andalas, di Kalimantan Barat muncul PPRI (Pemuda Penyongsong Republik Indonesia), di Bali muncul AMI (Angkatan Muda Indonesia), di Sulawesi Selatan muncul PPNI (Pusat Pemuda Nasional Indonesia), dan lain sebagainya. Dengan munculnya badan-badan perjuangan tersebut, dapat dikatakan bahwa di seluruh tanah air telah siap mempertahankan kemerdekaan dan membersihkan kekuatan Jepang dari Indonesia. b. Peristiwa Lapangan Ikada di Jakarta Rapat akbar di Lapangan IKADA (Ikatan Atletik Djakarta) pada 19 September 1945 merupakan bentuk protes dan perlawanan terhadap rencana Jepang menyerahkan kekuasaan kepada Sekutu pada 10 September 1945. Di sisi lain, tersiar kabar bahwa setelah Jepang dikalahkan Sekutu, Belanda ingin berkuasa kembali di Indonesia. Bertolak dari kenyataan itulah maka komisi aksi yang dipelopori oleh Komisi Aksi Menteng 31 (pelopor Gerakan Pemuda di Jakarta) memobilisasi massa serta meminta pemerintah untuk hadir dalam rapat raksasa di Lapangan Ikada. Tujuannya adalah sebagai berikut. a). Para pemimpin Republik Indonesia dapat berbicara di hadapan rakyat sehingga semangat kemerdekaan tetap bertahan di hati rakyat. b). Menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia dapat meraih kemerdekaan berkat perjuangannya sendiri, bukan pemberian dari Jepang. Suasana di Lapangan Ikada menjadi tegang setelah tentara Jepang datang dan mengepung dengan senjata lengkap. Meskipun demikian, massa tetap berdatangan ke tempat tersebut. Sukarno sebagai presiden RI datang dan menyampaikan pidato singkat. Adapun isi pidato Sukarno sebagai berikut. a). Bangsa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan dan bertekad untuk mempertahankannya. b). Meminta dukungan dan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah RI. c). Menuntut rakyat untuk mematuhi kebijakan-kebijakan dengan disiplin. d. Memerintahkan rakyat untuk bubar meninggalkan Lapangan Ikada dengan tenang untuk menghindari pertumpahan darah.



21



c. Peristiwa Hotel Yamato di Surabaya Peritiwa ini terjadi pada 19 September 1945. Orang-orang Belanda yang sebelumnya menjadi tahanan Jepang menduduki Hotel Yamato serta mengibarkan bendera yang berwarna merah, putih, dan biru di puncak gedung hotel tersebut. Tindakan tentara Belanda ini dibantu oleh sekelompok tentara Sekutu. Tentu saja rakyat Surabaya yang melihat berkibarnya bendera tersebut menjadi marah. Untuk menghindari insiden yang berakhir pada pertumpahan darah, Residen Sudirman meminta kepada tentara Belanda untuk menurunkan bendera tersebut karena Indonesia sudah merdeka. Ternyata, permintaan tersebut ditolak tentara Belanda. Para pemuda kemudian menyerbu Hotel Yamato. Dua orang pemuda bahkan berhasil naik ke puncak hotel dan menurunkan bendera Belanda. Setelah di bawah, bagian bendera yang berwarna biru dirobeknya dan dinaikkan kembali sehingga yang tampak bendera merah putih. Tidak hanya itu, para pemuda juga merebut kompleks penyimpanan senjata dan pemancar radio di Embong. Tanggal 1 Oktober 1945, rakyat berhasil merebut markas kempetei (polisi rahasia Jepang) yang dianggap sebagai lambang kekejaman Jepang. 2. Alat dan bahan - Komputer/laptop - Internet - Power point



J. Kegiatan pembelajaran Utama: Pengaturan Peserta Didik Berkelompok



-



Metode Diskusi kelompok Presentasi Ceramah Debat Bermain peran Talking stick



K. Asesmen: -



Individu Test tertulis PG atau Essay Sikap peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran



-



Berkelompok Diskusi kelompok Presentasi Produk hasil diskusi kelompok dalam



22



bentuk tulisan/tulisan/ media lain)



L. Persiapan Pembelajaran: No 1 2 3 4



Langkah Persiapan Pembelajaran Membuat maind maping materi proklamasi kemerdekaan Indonesia Mencari informasi materi dan membuat pemaparan power point Membuat tekhnis diskusi kelompok Membuat assesmen



Waktu 15 menit 90 menit 15 menit 30 menit



M. Urutan kegiatan pembelajaran dalam1 sesi pembelajaran: Pertemuan ke-1 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan Inti



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang pembelajaran hari ini



- Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa terjadi peristiwa Rengasdengklok? - Menyajikan informasi awal materi tentang sifat kolaboratif (peristiwa Rengasdengklok, perumusan teks proklamasi dan pembacaan teks proklamasi) antara golongan tua (Sukarno, Hatta, dan Soebardjo) dengan golongan muda (Syahrir, Sayuti Melik dll) di sekitar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dengan media power point. - Guru menggunakan metode bermain peran dalam peristiwa Rengasdengklok (peserta didik ada



Waktu 10 menit



70 menit



23



No



Jenis Kegiatan



Penutup



Kegiatan yang dilakukan yang bermain peran sebagai Sukarno, Hatta, Suebardjo dll) -



Pertemuan ke-2 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Waktu



Kesimpulan tentang materi hari itu Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran hari ini



10 menit



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang pembelajaran hari ini



Waktu 10 menit



Kegiatan Inti



- Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Bagaimana caranya proklamasi kemerdekaan disebarluaskan? - Menyajikan informasi awal untuk membuka wawasan tentang penyebaran berita proklamasi dan dukungan spontan terhadap proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dengan media power point - Guru menggunakan metode diskusi kelompok bertema penyebaran berita proklamasi dan dukungan spontan terhadap proklamasi kemerdekaan. - Masing-masing kelompok presentasi di depan kelas



70 menit



Penutup



-



10 menit



Kesimpulan tentang materi hari itu Evaluasi kegiatan pembelajaran



24



No



Jenis Kegiatan -



Pertemuan ke-3 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan yang dilakukan hari ini Refleksi tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran hari ini



Kegiatan yang dilakukan Presensi tentang kehadiran peserta didik hari ini Berdoa secara bersama-sama sesuai agama dipimpin satu orang peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang materi yang dipelajari hari ini



Kegiatan Inti



- Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Bagamana peranan Hatta dalam peristiwa sebelum, saat dan setelah proklamasi? - Guru menyajikan informasi tentang peran dan jasa tokoh-tokoh yang tergabung dalam peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan dengan media power point - Guru menggunakan metode debat dengan kelompok satu membahas peranan golongan tokoh tua berperan penting dalam proklamasi sedangkan kelompok lain membahas golongan tokoh muda lebih berperan dalam terwujudnya proklamasi kemerdekaan.



Penutup



-



Waktu



Waktu 10 menit



70 menit



10 menit Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi kekurangan dan kelebihan pembelajaran hari ini



25



Pertemuan ke-4 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa sesuai agama dan keyakinan Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini



Waktu 10 menit



Kegiatan Inti



- Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Bagaimana cara para pendiri bangsa memilih presiden dan wakil presiden yang pertama? - Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang kontribusi dan kolaborasi diantara berbagai suku, agama, ras, dan golongan dalam pengesahan UUD 1945 dan pemilihan presiden dan wakil presiden - Guru meenggunakan metode Talking stick untuk memahami pengesahan UU dan pemilihan presiden dan wakilnya



70 menit



Penutup



-



Penguatan dari guru tentang materi yang baru saja dibahas Kesimpulan secara bersama-sama antara guru dan peserta didik Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi terhadap kelebihan dan kekurangan pembelajaran hari ini



10 menit



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing



Waktu 10 menit



-



Pertemuan ke-5 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



26



No



Jenis Kegiatan -



Kegiatan Inti



-



-



-



-



Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan dipimpin salah satu orang peserta didik Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan pentingnya pokok bahasan hari ini bagi kehidupan peserta didik Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Ada berapa wilayah yang masuk ke Indonesia setelah Indonesia merdeka? Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang kontribusi dan kolaborasi diantara berbagai suku, agama, ras, dan golongan dalam pembagian wilayah dan pembentukan kementrian. Guru menggunakan diskusi kelompok untuk membahas tentang pembentukan kementrian dan wilayah Masing-masing kelompok presentasi di depan kelas



Waktu



70 menit



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan Kesimpulan secara bersama-sama antara guru dan peserta didik Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi terhadap kekurangan dan kelebihan pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-6 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Mengingatkan kembali



Waktu 10 menit



27



No



Jenis Kegiatan -



Kegiatan Inti



-



-



Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan Waktu kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan 70 menit Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Apa latar belakangnya RI membentuk tentara reguler? Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang kontribusi dan kolaborasi diantara berbagai suku, agama, ras, dan golongan dalam pembentukan badan-badan negara Guru menerapkan metode diskusi kelompok untuk membahas pembentukan badan-badan negara Hasil diskusi kelompok dipresentasikan di depan kelas Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan Kesimpulan Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-7 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Guru memberikan informasi tentang kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan



Waktu 10 menit



28



No



Jenis Kegiatan Kegiatan Inti



Kegiatan yang dilakukan - Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Apa langkah-langkah Sultan Hamengku Buwono IX setelah mendengar proklamsi kemerdekaan? - Guru menyajikan informasi awal tentang hubungan antara integritas Sultan Hamengku Buwono IX dan respon positif pemimpin daerah lain dalam mendukung proklamasi. - Guru menggunakan metode bermain peran langkah Sultan Hamengku Buwono IX setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan Sukarno-Hatta



Penutup



-



Waktu 70 menit



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja dibahas Kesimpulan bersama-sama antara guru dan peserta didik pelajaran hari ini Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-8 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



-



Kegiatan Inti



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Guru memberikan informasi tentang kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan Peserta didik diberi pertanyaan



Waktu 10 menit



70 menit



29



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan yang dilakukan pemantik: Apa yang terjadi pada peristiwa Yamato di Surabaya? - Guru menyajikan informasi awal tentang peran pemuda dalam mempertahankan proklamasi pada peristiwa Lapangan Ikada (Jakarta), Hotel Yamato (Surabaya), dan terbentuknya komite Van-Aksi - Guru menggunakan meode diskusi kelompok dalam membahas peran pemuda dalam mempertahankan proklamasi. - Hasil diskusi kelompok dipresentasikan di depan kelas



Penutup



-



Waktu



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan Kesimpulan bersama-sama antara guru dan peserta didik pelajaran hari ini Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



N. Refleksi guru - Apakah guru sudah menyampaikan manfaat dari pelajaran ini untuk kehidupan? - Penanaman karakter kepada peserta didik perlu disampaikan di setiap materi ajar. - Guru harus mencari solusi kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar - Perlu adanya media yang mempermudah peserta didik dalam memahami pelajaran. - Apakah peserta didik menyukai cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran?



O. Kriteria untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dan asesmennya (asesmen formatif) 1. Penilain Individu a. Penilaian Tertulis Kisi-kisi Soal:



CP



ATP



Indikator Soal



Nonor Soal/Bentuk Soal



30



CP



-



-



ATP



Indikator Soal



Pada Fase F, - 11.4.1 Peserta didik dapat mengkaji peserta didik di tujuan Sukarno Hatta dibawa Menganalisis Kelas XI dan XII sifat kolaboratif keluar kota Jakarta menuju mampu Rengasdengklok. (peristiwa mengembangkan Rengasdengklok konsep-konsep , perumusan teks dasar sejarah untuk proklamasi dan mengkaji peristiwa pembacaan teks sejarah dalam proklamasi) dimensi manusia, antara golongan ruang, dan waktu. tua (Sukarno, Melalui literasi, Hatta, dan diskusi, dan Soebardjo) penyelidikan dengan golongan (penelitian) muda (Syahrir, berbasis proyek Sayuti Melik dll) kolaboratif peserta di sekitar didik mampu proklamasi menjelaskan kemerdekaan 17 berbagai peristiwa Agustus 1945 sejarah yang terjadi di Indonesia - 11.4.2 Disajikan ilustrasi tentang dan dunia meliputi proklamasi kemerdekaan RI Menjelaskan Pemerintahan Orde peserta didik dapat penyebaran Baru, menentukan pihak-pihak berita Pemerintahan yang berjasa dalam proklamasi dan Reformasi, serta menyebarkan berita dukungan Revolusi Besar spontan terhadap proklamasi ke seluruh tanah Dunia, Perang air proklamasi Dunia I dan II, kemerdekaan 17 Perang Dingin, dan Agustus 1945 Peristiwa Kontemporer Disajikan beberapa gambar/ - 11.4.3 Dunia sampai foto tokoh-tokoh, peserta Menjelaskan abad-21. didik dapat mengidentifikasi peran dan jasa Peserta didik di tokoh-tokoh yang terlibat di tokoh-tokoh Kelas XII mampu yang tergabung sekitar proklamasi menggunakan dalam peristiwa kemerdekaan RI sumber sekunder sekitar dan sumber primer proklamasi untuk melakukan kemerdekaan. penelitian sejarah nasional, sejarah dunia, dan/atau Disajikan ilustrasi tentang - 11.4.4



Nonor Soal/Bentuk Soal 1 /PG (Soal HOTS)



2/PG



3/PG (penggunaan visual/ peta/ gambar) (penggunaan visual/ peta/ gambar)



4/PG



31



CP



ATP



Indikator Soal



sejarah tematis Menganalisis secara sinkronis kontribusi dan atau diakronis kolaborasi kemudian diantara mengomunikasika berbagai suku, nnya dalam bentuk agama, ras, dan lisan, tulisan, golongan dalam dan/atau media pengesahan lain. Selain itu UUD 1945 dan mereka juga pemilihan mampu presiden dan menggunakan wakil presiden keterampilan sejarah untuk menganalisis - 11.4.5 peristiwa sejarah Menganalisis dari berbagai kontribusi dan perspektif dan kolaborasi mengaktualisasika diantara n minat bakatnya berbagai suku, dalam bidang agama, ras, dan sejarah melalui golongan dalam studi lanjutan atau pembagian kegiatan wilayah dan kesejarahan diluar pembentukan sekolah. kementrian



pengesahan UUD 1945 peserta didik dapat menentukan beberapa perubahan sebelum undangundang itu disahkan



- 11.4.6 Menganalisis kontribusi dan kolaborasi diantara berbagai suku, agama, ras, dan golongan dalam pembentukan badan-badan negara



Disajikan ilustrasi tentang pembentukan partai politik peserta didik dapat menentukan partai politik yang terbentuk pada tanggal 22 Agustus 1945.



- 11.4.7 Menganalisis hubungan antara integritas Sultan



Nonor Soal/Bentuk Soal



5/PG Disajikan beberapa wilayah di Indonesia peserta didik dapat mengidentifikasi wilayah-wilayah yang dibentuk pada tanggal 19 Agustus 1945



6/PG



7/PG Disajikan beberapa dukungan dari berbagai wilayah, peserta didik dapat



32



CP



ATP



Hamengku Buwono IX dan respon positif pemimpin daerah lain dalam mendukung proklamasi - 11.4.8 Menjelaskan peran pemuda dalam mempertahankan proklamasi pada peristiwa Lapangan Ikada (Jakarta), Hotel Yamato (Surabaya), dan terbentuknya komite VanAksi



Indikator Soal



Nonor Soal/Bentuk Soal



mengidentifikasi dukungan yang diberikan Sultan Hamengku Buwono IX kepada pemerintah RI



8/PG Disajikan beberapa sebabsebab terjadinya konflik antara sekutu dengan pemuda peserta didik dapat mengidentifikasi sebab-sebab terjadinya insiden di Hotel Yamato Surabaya



- 11.4.8 Menjelaskan peran pemuda dalam mempertahankan proklamasi pada peristiwa Lapangan Ikada (Jakarta), Hotel Yamato (Surabaya), dan terbentuknya komite VanAksi



Disajikan ilustrasi tentang aksi-aksi pemuda setelah proklamasi kemerdekaan RI peserta didik dapat menentukan tujuan diadakan rapat raksasa di Lapangan Ikada jakarta



9/PG



- 11.4.8 Menjelaskan peran pemuda



Disajikan ilustrasi peranan pemuda setelah proklamasi kemerdekaan peserta didik



10/PG



33



CP



ATP



Indikator Soal



dalam dapat menentukan tujuan mempertahankan dibentuknya komite Van proklamasi pada Aksi peristiwa Lapangan Ikada (Jakarta), Hotel Yamato (Surabaya), dan terbentuknya komite VanAksi



2. Penilain Berkelompok a. Penilaian Diskusi Kelompok/ Debat Rubrik Penilaian: No Aspek Penilaian 0 1



Keaktifan diskusi/ debat a. Aktif memberi masukan pemikiran b. mendengarkan pendapat orang lain



2



Kreatifitas diskusi/ debat a. Kreatif dan inovasi dalam diskusi b. Ide/gagasan adalah original Kualitas hasil diskusi/ debat



Skor 1 2



3



Nonor Soal/Bentuk Soal



34



3



a. hasil runtut dan logis b.Pengumpulan hasil diskusi



Indikator Rubrik Penilaian No 1



Indikator Aktif memberi masukan pemikiran



2



Mendengarkan pendapat orang 1 = Mendengarkan pendapat lain 0 = Tidak mendengar pendapat



3



Kreatifitas dalam diskusi/ debat



3= 2= 1= 0=



Sangat kreatif Kreatif Kurang kreatif Tidak kreatif



4



Origionalitas gagasan



3= 2= 1= 0=



gagasan sangat orisionil gagasan orisionil gagasan kurang orisionil gagasan tidak orisionil



4



Hasil diskusi runtut dan logis



2 = Sangat runtut dan logis 1 = Runtut dan logis 0 = tidak runtut dan tidak logis



5



Pengumpulan hasil diskusi tepat waktu



3 = lebih awal 2 = tepat waktu 1= terlambat 0 = tidak dilaksanakan 25



Jumlah Skor



Rubrik 2 = aktif berpendapat 1.= kurang aktif 0 = tidak aktif



Nilai = Jumlah perolehan skor X 100 % Jumlah skor maksimum b. Penilaian Presentasi dan diskusi Rubrik Penilaian : No Aspek Penilaian



Skor



35



0 1 2 3 4 5



1



2



3



Kelengkapan materi Penulisan materi Kemampuan presentasi Keaktifan selama kegiatan presentasi Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain



Indikator rubrik penilaian: No 1



Indikator Kelengkapan materi



2



Penulisan materi



3



Kemampuan presentasi



Keaktifan selama kegiatan presentasi



4



Kreatifitas media presentasi



5



Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain



Jumlah Skor



Rubrik 2 = lengkap 1 = kurang lengkap 0 = tidak ada 2 = sesuai dengan ramburambu yang diberikan 1 = tidak sesuai rambu-rambu yang diberikan 0 = tidak ada 2 = Komunikatif 1 = Kurang komunikatif 0 =Tidak Komunikatif 3 = Sangat aktif 2 = Cukup aktif 1 = Kurang aktif 0 = Tidak aktif 2 = Menggunakan kreasi digital lebih dari 1(animasi/paint/ video/ dll) 1 = Menggunakan 1 kreasi digital (animasi/paint/ video/ dll) 0 = Tidak menggunakan kreasi digital 1 = Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain 0 = Tidak Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain 20



36



Nilai = Jumlah perolehan skor X 100 % Jumlah skor maksimum



P. Pertanyaan refleksi untuk Peserta Didik - Apakah peserta didik sudah dibangkitkan minatnya untuk mempelajari sejarah? - Peserta didik perlu mendapat wawasan lebih tentang peristiwa di sekitar proklamasi. - Perlu adanya identifikasi kesulitan-kesulitan peserta didik dalam belajar. - Perlu adanya langkah-langkah dari peserta didik untuk memperbaiki hasil belajar. - Apakah ada peserta didik yang malas belajar sejarah?



Q. Daftar Pustaka Adi Sudirman. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia Dari Klasik Hingga Terkini. Yogyakarta: Diva Press Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas Bambu Kasenda, Peter. 2015. Sukarno di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas Media Sarana. Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Lilik Suharmaji. 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang. Yogyakarta: Ombak. Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949 Jilid I. Jakarta: Tira Pustaka Osa Kurniawan Ilham. 2013. Proklamasi Sebuah Rekontruksi. Yogyakarta: Mata Padi Presindo Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Link Literasi https://tirto.id/peristiwa-rengasdengklok-sejarah-latar-belakang-kronologi-f9kW https://wartasejarah.blogspot.com/2013/10/reaksi-berbagai-daerah-terhadap.html https://copasbook.blogspot.com/2012/05/tokoh-tokoh-penting-dalam-peristiwa.html https://serupa.id/perumusan-dan-pengesahan-uud-negara-republik-indonesia-tahun-1945/ https://wawasansejarah.com/kasultanan-yogyakarta-pasca-proklamasi/ https://www.donisetyawan.com/peristiwa-hotel-yamato/ R. Lembar kerja peserta didik LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (Diskusi kelompok) Materi : Sekitar peristiwa proklamasi Kemerdekaan RI Petunjuk Kegiatan Diskusi:



37



S. Bahan bacaan peserta didik Buku- buku: Adi Sudirman. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia Dari Klasik Hingga Terkini. Yogyakarta: Diva Press Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas Bambu Kasenda, Peter. 2015. Sukarno di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas Media Sarana. Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Lilik Suharmaji. 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang. Yogyakarta: Ombak. Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949 Jilid I. Jakarta: Tira Pustaka Osa Kurniawan Ilham. 2013. Proklamasi Sebuah Rekontruksi. Yogyakarta: Mata Padi Presindo Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.



38



Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.



Link Literasi: https://tirto.id/peristiwa-rengasdengklok-sejarah-latar-belakang-kronologi-f9kW https://wartasejarah.blogspot.com/2013/10/reaksi-berbagai-daerah-terhadap.html https://copasbook.blogspot.com/2012/05/tokoh-tokoh-penting-dalam-peristiwa.html https://serupa.id/perumusan-dan-pengesahan-uud-negara-republik-indonesia-tahun-1945/ https://wawasansejarah.com/kasultanan-yogyakarta-pasca-proklamasi/ https://www.donisetyawan.com/peristiwa-hotel-yamato/



T. Bahan bacaan guru Buku-buku: Adi Sudirman. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia Dari Klasik Hingga Terkini. Yogyakarta: Diva Press Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas Bambu Kasenda, Peter. 2015. Sukarno di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas Media Sarana. Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Lilik Suharmaji. 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang. Yogyakarta: Ombak. Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949 Jilid I. Jakarta: Tira Pustaka Osa Kurniawan Ilham. 2013. Proklamasi Sebuah Rekontruksi. Yogyakarta: Mata Padi Presindo Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Link Literasi: https://tirto.id/peristiwa-rengasdengklok-sejarah-latar-belakang-kronologi-f9kW https://wartasejarah.blogspot.com/2013/10/reaksi-berbagai-daerah-terhadap.html https://copasbook.blogspot.com/2012/05/tokoh-tokoh-penting-dalam-peristiwa.html https://serupa.id/perumusan-dan-pengesahan-uud-negara-republik-indonesia-tahun-1945/



39



https://wawasansejarah.com/kasultanan-yogyakarta-pasca-proklamasi/ https://www.donisetyawan.com/peristiwa-hotel-yamato/



Materi pengayaan Link literasi; https://tirto.id/peristiwa-rengasdengklok-sejarah-latar-belakang-kronologi-f9kW https://wartasejarah.blogspot.com/2013/10/reaksi-berbagai-daerah-terhadap.html https://copasbook.blogspot.com/2012/05/tokoh-tokoh-penting-dalam-peristiwa.html -



Tugas Pengayaan : Hanya untuk peserta didik yang memiliki nilai formatif individu minimal = 85 Setelah membaca link literasi peserta didik dapat lebih memahami peristiwa Rengasdengklok, reaksi daerah terhadap proklamasi, dan tokoh-tokoh kiri dan kanan yang terlibat di sekitar peristiwa proklamasi kemerdekaan RI berdasarkan informasi-informasi lain yang relevan Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital



U. Materi untuk siswa yang kesulitan belajar Link literasi: https://serupa.id/perumusan-dan-pengesahan-uud-negara-republik-indonesia-tahun-1945/ https://wawasansejarah.com/kasultanan-yogyakarta-pasca-proklamasi/ https://www.donisetyawan.com/peristiwa-hotel-yamato/



Tugas Remedial : - Hanya untuk peserta didik yang nilainya kurang dari Kriteria Minimal - Setelah melihat link yang diberikan, peserta didik dapat memahami lebih dalam tentang pengesahan UUD 1945, peran Sultan HB IX terhadap berita proklamasi, dan peristiwa Hotel Yamato. - Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital



1



MODUL AJAR SEJARAH INDONESIA A. Informasi Umum Nama penyusun : Lilik Suharmaji Asal Instansi : SMA Negeri 8 Yogyakarta Tahun Penyusunan : 2021 Jenjang sekolah : SMA Kelas : XI (Sebelas) Kata Kunci : Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Kode Perangkat : Sej. F. LIS. 11.5. Jumlah Peserta : 36 Moda : Tatap Muka Alokasi waktu : 2 JP x 8 pertemuan ( 720 menit) B. Tujuan Pembelajaran Capaian Pembelajaran -



-



Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep konsep dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam dimensi manusia, ruang, dan waktu. Melalui literasi, diskusi, dan penyelidikan (penelitian) berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu menjelaskan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia dan dunia meliputi Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia, Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Pendudukan Jepang di Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, Peserta didik di Kelas XI mampu menggunakan sumber primer dan sekunder untuk melakukan penelitian sejarah nasional dan sejarah lokal secara diakronis atau sinkronis kemudian mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain itu mereka juga mampu menggunakan keterampilan sejarah untuk menganalisis dan mengevaluasi peristiwa sejarah



Alur Tujuan Pembelajaran 11.5. Menjelaskan perjuangan mempertahankan kemerdekaan - 11.5.1 Menganalisis keterkaitan kedatangan Sekutu dan Belanda di Indonesia, dengan peranan pemuda dan tentara dalam mempertahankan proklamasi dalam peristiwa 5 hari di Semarang, pertempuran Kotabaru di Yogyakarta dan pertempuran 10 November di Surabaya - 11.5.2 Menganalisis keterkaitan antara patriotisme Sudirman dengan kemenangan perang melawan Sekutu pada peristiwa Ambarawa dan semangat revolusi kemerdekaan dalam pertempuran Medan Area, Bandung Lautan Api, pertempuran Margarana di Bali, peristiwa Westerling di Makassar. - 11.5.3 Menganalisis keterkaitan antara ketidaknyamanan situasi di Jakarta dengan kenegarawanan Sultan Hamengku Buwono IX dengan pemindahan pusat pemerintahan dari Jakarta ke Yogyakarta. - 11.5.4 Menjelaskan implikasi perjanjian Linggarjati terhadap pengakuan kedaulatan oleh Belanda dan negara-negara di dunia serta keterkaitan strategi politik van Mook dengan konferensi Malino dan pembentukan BFO. - 11.5.5 Menganalisis keterkaitan antara Agresi Militer Belanda I dengan penguasaan sumber-sumber ekonomi, dan pembentukan Komisi Tiga Negara (KTN) serta perjanjian Renville - 11.5.6 Menganalisis keterkaitan antara Agresi Militer



2



Belanda II dengan pendudukan Yogyakarta, penangkapan pemimpin bangsa untuk diasingkan, gerilya panglima besar Sudirman dan pendirian PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia). - 11.5.7 Menganalisis keterkaitan serangan Umum 1 Maret 1949, kedermawanan Sultan Hamengku Buwono IX dalam revolusi fisik di Yogyakarta dengan perjanjian Roem Royen dan peristiwa Jogja Kembali. - 11.5.8 Menganalisis keterkaitan Konferensi AntarIndonesia, terjadinya Konferensi Meja Bundar (KMB) dan pembentukan RIS (Republik Indonesia Serikat) dengan menuju kembalinya penyerahan kedaulatan negara kesatuaan Republik Indonesia



C. Profil Pelajar Pancasila Dengan mempelajari sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan peserta didik diharapkan dapat: 1. Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia D. Profil Pelajarterhadap PancasilaTuhan yang berkaitan: Selalu bersyukur Yang Maha Esa atas karunianya dengan mempertahankan proklamasi kemerdekaan sehingga mendapat pengakuan kedaulatan menjadi bangsa yang terlepas dari penjajahan menjadi negara yang berdiri sejajar dengan bangsa lain di dunia. 2. Berkebhinekaan Global Mengambil pelajaran dari perjuangan mempertahankan kemerdekaan bahwa bangsabangsa sahabat Indonesia di dunia mendukung sepenuhnya kemerdekaan RI sebagai rasa solidaritas antar bangsa yang menginginkan lepas dari penjajahan. 3. Mandiri - Mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan guru secara mandiri - Meneladani sikap mandiri dan tegas seperti para tokoh-tokoh pemimpin bangsa dalam revolusi fisik sehingga terwujudnya pengakuan kedaulatan RI. 4. Integritas - Menumbuhkan nilai kejujuran kepada para siswa dalam mengerjakan evaluasi dan tugas-tugas belajarnya. - Meneladani para pejuang pergerakan nasional yang sabar, pantang menyerah, rela berkorban dalam mempertahankan kemerdekaan. 5. Kritis - Dapat memetik pelajaran nilai-nilai (value) dari para tokoh-tokoh pendiri bangsa baik sipil maupun militer bahwa sikap kolaboratif/ kerjasama adalah sebuah alat pintu masuk terwujudnya segala cita-cita bangsa. 6. Kreatif - Kreatif dalam memilih sumber belajar sebagai bahan diskusi kelompok sehingga menghasilkan materi hasil diskusi dapat dipertanggungjawabkan. 7. Gotong royong - Berkolaborasi dalam diskusi kelompok dengan saling menghargai pendapat orang lain dan tidak memaksakan pendapatnya diterima oleh orang lain. - Mengambil hikmah bahwa sebuah keberhasilan pengakuan kedaulatan RI tercipta



3



D. Sarana Prasarana 1. Jaringan internet yang memadai 2. Komputer/laptop 3. Perpustakaan, buku-buku sejarah sebagai referensi 4. Peta hasil perundingan Linggarjati



E. Target peserta didik Perangkat ajar ini dapat digunakan untuk siswa reguler F. Jumlah peserta didik 36 peserta didik/ kelas G. Ketersediaan materi: 1. Materi pengayaan 2. Materi remedial H. Model Pembelajaran: PJJ daring dan luring



I. Materi ajar, alat dan bahan 1. Materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan A. Kedatangan Sekutu Dan Belanda di Indonesia Proklamasi kemerdekaan bukanlah titik akhir dari sebuah perjuangan. Tantangan di depan mata terlihat jelas, yakni Belanda ternyata masih ingin menguasai Indonesia. Sekutu yang memenangkan Perang Dunia II dengan memaksa Jepang menyerah merasa memiliki hak untuk menentukan nasib bangsa Indonesia. Pemerintah memang terbentuk, alat kelengkapan sebagai sebuah negara yang berdiri juga sudah ada, misalnya presiden dan wakilnya, parlemen, kementerian, dasar negara sampai alat negara (tentara), juga sudah terbentuk. Namun, karena negara ini baru lahir, maka kekurangan masih ada dimana-mana. Kondisi perekonomian belum mapan sehingga inflasi sangat membuat rakyat menderita. Saat itu, Indonesia belum mempunyai mata uang sendiri, sedangkan peredaran mata uang Jepang semakin tidak terkendali. Mata uang Jepang tidak bisa dilarang karena rakyat masih membutuhkan dan Indonesia belum mempunyai mata uang sendiri. Saat itu,



4



mata uang yang beredar di Indonesia ada tiga, yakni 1) mata uang rupiah Jepang, 2) mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan 3) mata uang NICA. Sementara itu, Belanda (NICA) terus menekan pemerintah Indonesia sehingga Jakarta dirasakan tidak aman lagi. Kekacauan secara ekonomi dan politik di Jakarta inilah yang menyebabkan pada 4 Januari 1946 ibu kota RI yang ada di Jakarta pindah ke Yogyakarta. Baru setelah 1 Oktober 1946, Indonesia mengeluarkan mata uang resmi yang dikenal dengan nama uang ORI sehingga uang NICA dinyatakan sebagai alat tukar yang tidak sah Belanda, Australia, dan Amerika Serikat merupakan negara yang membentuk koalisi dalam Perang Dunia II. Mereka saling melindungi. Untuk itulah, tidak mengherankan jika setelah Jepang membuat Belanda bertekuk lutut, tentara Belanda bukannya dikembalikan ke negara asal, tetapi mereka melarikan diri ke Australia. Ketika Jepang menyerah, maka Indonesia dinyatakan sebagai vacuum of power atau kekosongan kekuasaan. Setelah Jepang kalah, maka tentara Belanda yang melarikan diri ke Australia kembali ke Indonesia untuk berusaha menguasai lagi. Karena Indonesia sudah menyatakan dirinya merdeka, maka terjadi benturan antara mempertahankan kemerdekaan dengan keinginan untuk menguasai lagi. Sekutu masuk ke Indonesia melalui beberapa pintu, terutama daerah yang merupakan pusat pemerintahan pendudukan Jepang seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Setelah Perang Dunia II selesai, terjadi perundingan antara Belanda dengan Inggris yang menghasilkan Civil Affairs Agreement. Isi dari perundingan itu adalah tentang pengaturan penyerahan kembali Indonesia dari pihak Inggris kepada pihak Belanda, terutama daerah Sumatra, sebagai daerah di bawah pengawasan. SEAC (South East Asia Command). Dalam perundingan itu, diatur langkah-langkah sebagai berikut. a. Tentara Sekutu akan mengadakan operasi militer untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. b. Setelah keadaan normal, pejabat-pejabat NICA akan mengambil alih tanggung jawab koloni dari pihak Inggris yang mewakili Sekutu. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945, pemerintah Belanda mendesak kepada Inggris agar segera mengesahkan perjanjian itu. Akhirnya, perjanjian disahkan pada 24 Agutus 1945. Berdasarkan Perjanjian Postdam, Civil Affairs Agreement diperluas, yakni Inggris bertanggung jawab untuk seluruh Indonesia, termasuk daerah yang berada di bawah pengawasan SWPAC (South West Pasific Areas Command). Untuk melaksanakan Perjanjian Postdam, maka SWPAC yang dipimpin Lord Louis Mountbatten di Singapura segera mengatur pendaratan Sekutu di Indonesia. Kemudian, pada 16 September 1945, wakil Mountbatten, yakni Laksamana Muda W.R. Patterson, mendarat di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Di dalam rombongan W.R. Patterson ikut serta Van Der Plass, seorang Belanda yang mewakili H.J. Van Mook (pemimpin NICA). Kemudian, Lord Louis Mountbatten membentuk pasukan komando khusus yang diberi nama AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indiers) di bawah komando Letnan Jenderal Sir Philip Christison.



5



Tugas AFNEI sebagi berikut, 1) menerima penyerahan kekuasaan Jepang tanpa syarat; 2) membebaskan tawanan perang; 3) melucuti dan mengumpulkan orang-orang Jepang untuk dipulangkan ke negerinya; 4) menciptakan ketertiban, keamanan, perdamaian untuk kemudian diserahkan kepada pemerintah sipil; 5) mengumpulkan keterangan tentang penjahat perang untuk kemudian diadili sesuai hukum yang berlaku. Pasukan Sekutu yang tergabung dalam AFNEI juga mendarat di Jakarta pada 29 September 1945. Kedatangan Sekutu tentunya tidak menyenangkan bagi bangsa Indonesia, karena ternyata NICA (Netherland Indies Civil Administration) ikut di dalamnya karena ingin menjajah Indonesia kembali. Untuk menjalankan tugasnya, AFNEI menyadari harus berkerja sama dengan pemerintah RI. Untuk itulah, pada 1 Oktober 1945, Letnan Jenderal Sir Philip Christison secara de facto mengakui tentang keberadaan negara Indonesia. Namun, pengakuan ini sering dilanggar karena adanya berbagai pertempuran. AFNEI menyadari harus berkerja sama dengan pemerintah RI. Untuk itulah, pada 1 Oktober 1945, Letnan Jenderal Sir Philip Christison secara de facto mengakui tentang keberadaan negara Indonesia. Namun, pengakuan ini sering dilanggar karena adanya berbagai pertempuran. B. Rencana Pemuda dan Tentara Dalam Mempertahankan Proklamasi Setelah AFNEI diboncengi NICA yang ingin menguasai lagi Indonesia, di berbagai daerah terjadi pertempuran. Masalah semakin rumit ketika Jepang juga tidak secara sukarela melepaskan Indonesia untuk merdeka sepenuhnya. Bagaimana para pejuang menghadapi Jepang dan Sekutu (NICA)? Berikut paparannya. 1. Pertempuran Lima Hari di Semarang Melawan Jepang Setelah berita proklamasi kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945, akhirnya berita bahwa Indonesia merdeka sudah masuk ke telinga warga Semarang. Hal tersebut membuat para pemuda Semarang semakin berani untuk melucuti tentara Jepang yang sebelumnya sudah kalah dalam Perang Dunia II. Namun, pada 14 Oktober 1945, Mayor Kido menolak untuk dilucuti senjatanya sehingga suasana semakin mencekam. Penolakan tersebut membuat warga Semarang marah. Mereka menjadikan Rumah Sakit Purusara menjadi markas besar warga Semarang saat itu. Pada tanggal yang sama, yaitu 14 Oktober 1945, tepatnya pukul 06.30 WIB, warga Semarang mendapat perintah untuk menghadang semua kendaraan tentara Jepang yang lewat di sekitar Rumah Sakit Purusara. Para pemuda berhasil menghadang salah satu kendaraan Jepang milik Kempetai dan melucuti senjatanya. Sore harinya, para pemuda mencari tentara Jepang yang berada di sekitar Semarang untuk dipenjarakan di Bulu. Amarah warga Semarang semakin besar ketika dalam upaya pemindahan tawanan Jepang ke penjara Bulu ada beberapa tentara Jepang yang meloloskan diri dan bergabung dengan pasukan Kidobutai di Jatingaleh untuk minta perlindungan. Oleh karena itu, tanpa menunggu perintah, para pemuda segera menyerang dan melakukan perebutan senjata terhadap tentara Jepang. Terjadilah pertempuran sengit antara pemuda Semarang melawan tentara Jepang. Pertempuran ini dikenal dengan Pertempuran Lima Hari di Semarang.



6



Melihat kondisinya yang semakin terdesak, Jepang mulai melakukan balasan secara mendadak dengan cara menyerang dan melucuti delapan polisi yang sedang ditugaskan untuk menjaga sumber air minum di Candi, Desa Wungkal. Selanjutnya, kedelapan polisi tersebut dibawa ke markas Kidobutai di Jatingaleh untuk diperiksa sambil disiksa. Setelah kejadian tersebut, terdengar desas-desus bahwa tentara Jepang telah meracuni sumber air minum warga Semarang di Candi Desa Wungkal. Menjelang malam, Rumah Sakit Purusara meminta dr. Kariadi untuk memeriksa dan mengecek sumber air minum warga Semarang karena terdengar kabar bahwa sumber mata air tersebut sudah diracuni tentara Jepang. Tanpa rasa takut, demi menyelamatkan ribuan warga semarang, dr. Kariadi berniat akan langsung memeriksa kebenaran berita tersebut, padahal waktu itu Jepang gencar melakukan serangan. dr. Kariadi pun pergi ke Candi. Namun, sebelum sampai di lokasi, tepatnya di Jalan Pandanaran, rombongan dr. Kariadi dihadang oleh pasukan Jepang dan dr. Kariadi ditembak secara keji oleh tentara Jepang. Berita kematian dr. Kariadi membuat amarah warga Semarang semakin besar, hingga akhirnya para pemuda Semarang melakukan beberapa serangan kepada tentara Jepang. Tanggal 15 Oktober 1945, Mayor Kido memerintahkan 3.000 tentara Jepangnya untuk melakukan agresi ke pusat Kota Semarang. Dengan penuh semangat, para pemuda Semarang terus mempertahankan daerahnya masing-masing. Jepang secara diam diam melakukan berbagai penyerangan di kampung-kampung kecil. Para pemuda berhasil menangkap Mayor Jenderal Nakamura di kediamannya di Magelang. Tokoh Jepang ini ditahan para pemuda sehingga semakin meningkatkan kemarahan tentara Jepang. Tanggal 17 Oktober 1945 pula, disepakati gencatan senjata yang diadakan di Candi Baru. Sekalipun dalam perundingan gencatan senjata sudah disepakati, ternyata tentara Jepang masih melanjutkan pertempuran. Pada 18 Oktober 1945 (hari kelima), Jepang berhasil mematahkan serangan para pemuda Semarang. Pada hari itu juga telah datang utusan pemerintah pusat di Jakarta untuk melakukan perundingan dengan Jepang. Utusan tersebut adalah Kasman Singodimejo dan Sartono. Hadir di pihak Jepang di antaranya Jenderal Nakamura. Kemudian, diadakan perundingan untuk mengatur gencatan senjata. Nakamura mengancam, jika sampai 19 Oktober 1945, pukul 10.00, para pemuda Semarang tidak menyerahkan senjata, maka Kota Semarang akan diluluhlantakkan dengan cara dibom. Akhirnya, Wongsonegoro, Gubernur Jawa Tengah saat itu, terpaksa menyetujui dengan membubuhkan tanda tangan pada perjanjian itu. Pada 19 Oktober 1945 pagi hari, pemuda Semarang belum tampak menyerahkan senjata kepada Jepang. Sementara itu, tentara Jepang sudah menyiapkan mesiu untuk menghancurkan Kota Semarang. Tiba-tiba, pukul 07.45 terdengar kabar bahwa Sekutu telah mendarat di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang dengan tujuan melucuti senjata Jepang. Dengan



7



datangnya Sekutu, maka pertempuran antara pejuang Semarang dengan tentara Jepang berakhir. 2. Pertempuran Kotabaru di Yogyakarta Melawan Jepang Perlawanan dimulai dengan perebutan senjata dan perkantoran yang dilakukan oleh kesatuan-kesatuan di Yogyakarta. Para pemuda, BKR, dan Peta terus melakukan tukar pendapat untuk melakukan perebutan kekuasaan terhadap Jepang. Beberapa tokoh pemuda Peta tersebut antara lain Sudarto, Syaifudin, Marsudi, Umar Slamet, Sunjoyo, dan Soeharto. Komandan penyerbuan dipimpin oleh Umar Slamet yang sebelumnya merupakan pimpinan TKR. Beberapa kantor dan jawatan telah berhasil dikuasai oleh pemuda dan rakyat Yogyakarta. Beberapa pabrik dan perusahaan yang berhasil direbut misalnya Jawatan Kehutanan, Pabrik Gula Tanjungtirto, Medari, Rewulu, Gondanglipuro, Sewugalur, dan Pabrik Salakan. Pada 27 September 1945, Komite Nasional Indonesia Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa seluruh kekuasaan pemerintah telah berada di tangan Republik Indonesia. Berkaitan dengan itu, pimpinan dan kantor-kantor penting harus berada di tangan orang Indonesia. Kepala daerah Yogyakarta yang dijabat oleh Jepang, yang disebut Cokan, harus meninggalkan kantornya di Jalan Malioboro. Termasuk juga para petinggi Jepang yang masih berada di Yogyakarta dan melakukan kegiatan pertahanan di markas Tentara Inti Jepang (Kidobutai). Di dalam markas ini terdapat gudang senjata dan terletak di sebelah timur Stadion Kridosono kini digunakan sebagai Asrama Komando Resort Militer (Korem) 072 Pamungkas. Sebelum menyerbu kawasan Kotabaru, kelompok-kelompok pemuda dari Kampung Pathuk, Jagalan, Jetis Utara, dan Gowongan mengadakan pertemuan pada 5 Oktober 1945. Mereka sepakat menyiapkan sejumlah rencana untuk menguasai markas Jepang. Pertama, para pemuda menunggu berita mengenai hasil perundingan dengan Jepang. Kedua, melucuti senjata Jepang dengan cara damai. Ketiga, menyerbu Kidobutai kalau perundingan gagal. Untuk penyerbuan, mereka berbagi tugas, mulai dari rencana penyerbuan, pengadaan persenjataan, persiapan pemuda yang akan melakukan serangan, hingga pimpinan penyerbuan dipegang masing-masing oleh satu orang. Setelah rencana dimatangkan, para pemuda segera menjalankan tugasnya hari itu juga. Untuk mencegah bantuan kepada Jepang yang datang dari luar, sambungan kawat telepon rumah para pembesar dan markas Jepang diputus, perjalanan kereta api diawasi, dan bila perlu dihentikan di perbatasan kota. Kelompok Pathuk memutus jaringan telepon dan aliran listrik (lewat gardu di sebelah timur Hotel Garuda) ke Kotabaru. Kelompok Pathuk juga mendapat informasi bahwa di salah satu menara Kantor Pos Besar terdapat 28 senjata beserta pelurunya. Dengan bantuan pejuang yang ada di Kantor Pos yang membuatkan duplikat kunci serta bantuan para sopir, kelompok Pathuk berhasil mengambil senjata tersebut. Akhirnya, pada 5 Oktober 1945, gedung Cokan Kantai berhasil direbut dan kemudian dijadikan sebagai Kantor Komite Nasional Indonesia Daerah. Gedung Cokan Kantai kemudian dikenal dengan Gedung Nasional atau Gedung Agung



8



(sekarang Istana Negara). Satu hari setelah perebutan Gedung Cokan Kantai, para pejuang Yogyakarta ingin melakukan perebutan senjata dan markas Osha Butai di Kotabaru. Untuk itu, pada 6 Oktober 1945 diadakan perundingan antara pihak Indonesia dengan Jepang. Perundingan itu diadakan di dalam markas Osha Butai di Kotabaru. Hadir dari pihak Indonesia antara lain Mohammad Saleh (KNI) dengan didampingi Oemar Djoy, Soendjojo, R.P. Sudarsono, dan Bardosono atas nama BKR. Dari pihak Jepang diwakili antara lain oleh Butaico Mayor Otsuka, Kempetai Sasaki, serta Kapten Ito (Kiambuco). Sementara itu, sejak sore hari banyak rakyat dan pemuda yang hadir di sekitar markas Kotabaru. Dalam perundingan itu, utusan Indonesia mendesak agar Jepang secara sukarela menyerahkan senjata dan kekuasaannya. Mayor Otsuka dan tentara Jepang tetap bertahan. Mayor Otsuka kemudian menyatakan bahwa untuk menyerahkan senjata harus menunggu perintah dari Jenderal Nakamura di Magelang. Untuk itu, Jepang mengusulkan agar perundingan dilanjutkan esok hari sekitar pukul 10.00 WIB. Perundingan itu menemui jalan buntu. Dentuman granat kemudian terdengar pada pukul 20.00 WIB, memberi tanda bahwa perundingan akhirnya gagal Rakyat dan para pemuda terus mengepung markas Osha Butai di Kotabaru. Bahkan di kampungkampung pada malam itu dilakukan persiapan pengerahan massa pemuda dengan suara siap-siap secara estafet. Dalam waktu singkat telah berkumpul banyak pemuda dan terus bergerak menuju Kotabaru. Rakyat dan para pemuda terdiri dari berbagai kesatuan, antara lain TKR, Polisi, dan BPU (Barisan Penjagaan Umum) yang sudah bertekad untuk menyerbu markas Jepang di Kotabaru. Rakyat dan Pemuda dengan senjata seperti parang dan bambu runcing sudah siap, tinggal menunggu komando. Selain itu, ada kekuatan inti yang menggunakan senjata api, yaitu pasukan Polisi yang dipimpin oleh Oni Satroatmojo dan pasukan TKR di bawah komando Soeharto. Sebagai bagian dari strategi penyerbuan, para pemuda telah memutuskan sambungan telepon, kemudian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, sekitar pukul 03.00 WIB tanggal 7 Oktober 1945, terdengar lagi dentuman granat, menandakan aliran listrik pagar berduri yang mengelilingi markas Jepang sudah dipadamkan. Para pemuda segera menyerbu markas itu dan dimulailah pertempuran di Kotabaru. Dengan demikian, terjadilah pertempuran antara rakyat, pemuda, dan kesatuan di Yogyakarta melawan tentara Jepang. Mendengar bahwa rakyat melancarkan serangan di Kotabaru, maka Butaico Pingit segera menghubungi TKR dan menyatakan menyerah dengan syarat anak buahnya tidak disiksa. Hal ini diterima baik oleh TKR. Kemudian, TKR minta agar Butaico Pingit dapat memengaruhi Butaico Kotabaru agar menyerah. Ternyata, Butaico Kotabaru menolak untuk menyerah. Akibatnya, serangan para pejuang Indonesia semakin ditingkatkan. Jepang yang mulai kewalahan kemudian mengadakan kontak kepada pihak para pejuang Indonesia untuk berdamai. Para pejuang Indonesia boleh memasuki markas. Setelah pintu itu dibuka, para pemuda pejuang pun memasukinya. Ternyata, di tempat



9



itu telah disambut tembakan gencar senapan mesin yang sudah disiapkan tentara Jepang sehingga banyak pejuang kita gugur. Dalam Penyerbuan Kotabaru tersebut, sebanyak 21 pejuang gugur dan sekitar 32 orang mengalami luka-luka. Sedangkan dari pihak tentara Jepang, 9 orang tewas dan 15 orang luka-luka. Mereka yang gugur adalah 1) Sareh, 2) Sadjiyono, 3) Sabirin, 4) Soenaryo, 5) Soeroto, 6) Soepadi, 7) Soehodo, 8) Soehartono, 9) Trimo, 10). Mohammad Wardani, 11) Atmosukarto, 12) Ahmad Djazuli, 13) Achmad Zakir, 14) Abu Bakar Ali, 15) Djoemadi, 16) Djuhar Nurhadi, 17) Faridan M. Noto, 18) Hadi Darsono, 19) I Dewa Nyoman Oka, 20) Oemoem Kalipan, dan 21) Bagong Ngadikan. Akhirnya, pada 7 Oktober 1945 sekitar pukul 10.00, markas Jepang (Butaico) Kotabaru secara resmi diserahkan ke tangan pejuang Yogyakarta. Setelah Butaico Kotabaru jatuh, usaha perebutan kekuasaan meluas. R.P. Sudarsono kemudian memimpin pelucutan senjata Kaigun di Maguwo. Dengan berakhirnya pertempuran Kotabaru dan dikuasainya Maguwo, maka Yogyakarta di bawah kekuasaan Republik Indonesia. 3. Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya Melawan Sekutu Setelah proklamasi kemerdekaan, para pemuda Surabaya berhasil memperoleh senjata dari tentara Jepang yang dilucuti setelah Jepang menyerah kepada Sekutu. Para pemuda Surabaya sudah terorganisasi sehingga mereka sudah siap menghadapi segala ancaman yang datang dari manapun. Pada 25 Oktober 1945, Brigade 49 dari Divisi 23 Sekutu yang berkekuatan sekitar 5.000 tentara mendarat di Surabaya di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby. Setibanya di Surabaya, mereka segera masuk ke dalam kota dan mendirikan pos pertahanan di delapan tempat. Pemerintah dan rakyat Indonesia awalnya menyambut kedatangan tentara Sekutu tersebut dengan tangan terbuka. Ketika tentara Sekutu ingin segera melucuti semua persenjataan yang telah dikuasai rakyat, Sekutu memperoleh tentangan keras dari pemimpin Indonesia di Surabaya sehingga akhirnya Sekutu mengalah. Tanggal 26 Oktober 1945, dicapai kesepakatan antara pimpinan Indonesia dengan Brigadir Mallaby, yang isinya antara lain sebagai berikut. a. Senjata-senjatanya yang dilucuti hanya senjata tentara Jepang. b. Tentara Inggris selaku wakil Sekutu akan membantu Indonesia dalam pemeliharaan keamanan dan perdamaian. c. Setelah semua senjata tentara Jepang dilucuti, mereka akan diangkut melalui laut. Meskipun kesepakatan baru saja tercapai, Sekutu justru mengingkarinya. Pada malam hari, 26 Oktober 1945, Sekutu menyerang Penjara Kalisosok. Tentara Sekutu membebaskan Kolonel Huiyer, seorang perwira Belanda beserta beberapa tentara Belanda yang ditawan pasukan Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, pukul 11.00, sebuah pesawat Dakota melintas dari Jakarta. Atas perintah Mayjend. Hawthorn, pesawat itu menyebarkan pamflet yang berisi perintah penyerahan senjata yang dimiliki rakyat Indonesia kepada tentara Sekutu. Dalam waktu 2 kali 24 jam, seluruh senjata harus sudah diserahkan dan bagi yang masih membawa senjata melewati batas waktu itu akan ditembak di tempat. Hal



10



ini jelas bertentangan dengan kesepakatan sehari sebelumnya yang telah disetujui Mallaby. Dikabarkan Mallaby sempat terkejut dengan adanya pamflet tersebut, tetapi ia tetap mematuhi perintah pimpinannya di Jakarta dan segera memerintahkan pasukannya untuk melucuti senjata rakyat Surabaya. Rakyat Surabaya menilai pihak Inggris telah melanggar perjanjian. Akhirnya, pimpinan militer di Surabaya memberikan perintah untuk menyerbu seluruh pos pertahanan Inggris. Pada saat yang hampir bersamaan para pemimpin (NU) Nahdlatul Ulama dan Masyumi menyatakan bahwa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah Perang Sabil sehingga menjadi suatu kewajiban yang melekat pada semua muslim. Para kiai dan santri kemudian mulai bergerak dari pesantren pesantren di Jawa Timur menuju ke Surabaya. Serangan total dilakukan pada 28 Oktober 1945 pukul 04.30. Delapan pos pertahanan Sekutu diserbu sekitar 30.000 rakyat bersenjata api dan ditambah sekitar 100.000 rakyat bersenjata tajam. Setelah digempur secara total, tentara Sekutu yang tidak siap bertempur mengibarkan bendera putih dan memohon untuk berunding. Dari pertempuran yang berlangsung pada 28-29 Oktober 1945, Inggris mencatat 18 perwira dan 374 tentara Sekutu tewas, luka-luka, dan hilang. Sementara di pihak Indonesia, sekitar 6.000 orang gugur, luka-luka, dan hilang. Kapten R.C Smith menulis, Mallaby saat itu menyadari apabila petempuran dilanjutkan mereka akan disapu bersih. Dalam posisi yang terdesak, Inggris menghubungi pimpinan Indonesia di Jakarta. Mereka sadar, tidak ada jalan lain selain meminta bantuan pimpinan Indonesia di Jakarta untuk menyelamatkan nyawa ribuan tentara Inggris yang sudah terkepung. Sore hari, 29 Oktober 1945, Presiden Sukarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, dan Menteri Penerangan Amir Syarifuddin tiba di Surabaya dengan menumpang pesawat militer Inggris. Hari itu juga, Presiden bertemu dengan Mallaby di gubernuran. Malam itu dicapai kesepakatan yang tertuang dalam Armistice Agreement regarding the Surabaya-incident: a provisional agreement between President Soekarno of the Republic Indonesia and Brigadie Mallaby, Concluded on the 29 October 1945. Mengenai hal lain dirundingkan dengan Mayjend. Hawthorn, yang datang ke Surabaya pada 30 Oktober 1945. Berikut beberapa hasil kesepakatan yang diperoleh pada tanggal 30 Oktober 1945 antara pemimpin Indonesia dan pemimpin pasukan Sekutu di Indonesia. a. Pamflet yang ditandatangani Mayjend. Hawthorn dinyatakan tidak berlaku. b. Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan polisi diakui oleh Sekutu. c. Seluruh Kota Surabaya tidak dijaga lagi oleh Sekutu, kecuali kamp-kamp tawanan dijaga tentara Sekutu bersama TKR. d. Untuk sementara waktu, Tanjung Perak dijaga bersama TKR, polisi, dan tentara Sekutu untuk menyelesaikan tugas menerima obatobatan untuk tawanan perang. Hasil perundingan untuk menyelamatkan pasukan Mallaby dari kekalahan total dipertegas oleh menteri penerangan sebagai berikut. a. Pembentukan suatu Kontak Biro yang terdiri dari unsur pemerintah RI di Surabaya bersama-sama tentara Inggris. b. Daerah pelabuhan dijaga bersama, yang ditentukan kedudukan masing-masing oleh Kontak Biro. c. Daerah Darmo, daerah kamp interniran orang-orang Eropa dijaga



11



oleh sekutu. Hubungan antara daerah Darmo dan pelabuhan Tanjung Perak diamankan untuk mempercepat proses pemindahan tawanan. d. Tawanan dari kedua belah pihak harus dikembalikan kepada masing-masing pihak. Pukul 17.00, tanggal 30 Oktober 1945, seluruh anggota Kontak Biro pergi bersama-sama menuju satu lokasi pertempuran. Tempat terakhir ini adalah Gedung Bank Internasional di Jembatan Merah. Gedung ini masih diduduki pasukan Inggris dan pemuda-pemuda masih mengepungnya. Setibanya di lokasi pertempuran, pemuda pemuda menuntut supaya pasukan Mallaby menyerah. Mallaby tidak bisa menerima tuntutan itu. Setelah penolakan tersebut, terjadi insiden baku tembak yang mengakibatkan tewasnya Mallaby, Komadan Brigade 49, di Surabaya. Inggris menyalahkan pihak Indonesia yang telah melanggar gencatan senjata dan membunuh Mallaby. Dari berbagai kesaksian mantan perwira Inggris di tempat kejadian, ternyata yang memulai tembakan adalah pihak Inggris, sesuai kesaksian Mayor Gopal tahun 1974. Penyebab tewasnya Mallaby sendiri masih menjadi misteri. Ada yang mengatakan tertusuk bayonet dan bambu runcing pemuda. Namun, berdasarkan surat dari Kapten Smith kepada Parrot tahun 1973-1974, kemungkinan besar Mallaby terbunuh karena ledakan granat yang dilempar pengawalnya sendiri. Setelah tewasnya Mallaby, baik Letnan Jenderal Christison, panglima AFNEI, atau pun Mayor Jenderal Mansergh menyatakan, pihak Indonesia telah melanggar gencatan senjata dan secara licik membunuh Brigjend. Mallaby. Dengan tuduhan tersebut, Inggris memperoleh alasan untuk memenuhi perjanjiannya dengan Belanda, yaitu membersihkan kekuatan bersenjata Indonesia. Pihak Inggris menuntut pertanggungjawaban pihak Indonesia. Pada 31 Oktober 1945, Letnan Jenderal Christison memperingatkan kepada rakyat Surabaya untuk menyerah. Apabila tidak, mereka akan dihancurkan. Rakyat Surabaya tidak mau memenuhi tuntutan tersebut. Kontak Biro Indonesia pun mengumumkan bahwa kematian Mallaby merupakan suatu kecelakaan. Letjen Sir Philip Christison yang marah besar mendengar kabar kematian Brigjend. Mallaby mengerahkan 24.000 pasukan tambahan untuk menguasai Surabaya. Secara diam-diam, Sekutu memperkuat posisinya. Tanggal 1 November 1945, pukul 08.00, Laksamana Muda Patterson dengan Kapal Perang HMS Sussex tiba di Surabaya. Sejumlah 1.500 pasukan didaratkan dengan Kapal Carron dan Cavallier. Tanggal 3 November 1945, menyusul pula Mayor Jendral E.C. Manseergh, Panglima Divisi ke-5 Infanteri India, yang tiba di Surabaya dengan membawa 24.000 pasukan, lengkap dengan panser, satu divisi artileri dilindungi dari Tanjung Perak dan Ujung oleh satu cruiser dan empat destroyer dengan meriam jarak jauh yang lengkap, ditambah 21 sherman tank dan meriam yang dilindungi 24 pesawat terbang jenis Mosquito (pemburu) dan Thunderbolts (pelempar bom). Pesawat-pesawat ini berpangkalan di kapal-kapal perusak yang mengadakan straffing serta menjatuhkan bom-bom di Surabaya. Kekuatan laut yang dikerahkan oleh Inggris terdiri dari jenis kapal LST destroyer. Kapal itu dibawah komando Naval Commander Force 64 yang dipimpin oleh Captain R.C.S. Carwood. Beberapa buah



12



kapal ini sudah beroperasi sejak kedatangan Inggris pada 25 Oktober 1945. Masih banyak lagi kekuatan Inggris dari laut, udara, dan darat untuk menyerbu Surabaya pada 10 November 1945. Kemudian, pada 7 November 1945, Mayor Jendral E.C. Mansergh menulis surat kepada Gubernur Suryo yang isinya menuduh gubernur tidak mampu menguasai keadaan. Akibatnya, seluruh kota dikuasai oleh perampok. Mereka dianggap menghalangi tugas Sekutu. Untuk itu, Sekutu mengancam akan menduduki Kota Surabaya serta memanggil Gubernur Suryo untuk menghadap. Dalam surat jawabannya, tertanggal 9 November 1945, Gubernur Suryo membantah semua tuduhan Mayor Jendral E.C. Mansergh. Gubernur Suryo mengutus Residen Sudirman dan Roeslan Abdulgani untuk menyampaikan surat balasan tersebut. Pada hari yang sama, pukul 14.00, Mayor Jendral E.C. Mansergh menyerahkan 2 surat kepada Gubernur Suryo. Surat yang pertama berupa ultimatum yang ditujukan kepada “All Indonesians of Surabaya” lengkap dengan “Instructions”. Surat yang kedua merupakan perincian dari ultimatum tersebut. Bunyi ultimatum yang disebarkan sebagai pamflet melalui pesawat udara pada 9 November 1945 pukul 14.00 yakni, “Seluruh pimpinan Indonesia, termasuk pimpinan gerakan pemuda, kepala polisi, dan kepala radio Surabaya harus melapor ke Bataviaweg tanggal 9 November pukul 18.00. Mereka harus berbaris satu per satu membawa segala jenis senjata yang mereka miliki. Senjata tersebut harus diletakkan di tempat yang berjarak 100 yard dari tempat pertemuan, setelah itu orang-orang Indonesia harus datang dengan tangan di atas kepala mereka, dan akan ditahan, dan harus siap untuk menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat. Bagi pemudapemuda bersenjata diharuskan menyerahkan senjatanya dengan berbaris dan membawa bendera putih. Batas waktu yang ditentukan adalah pukul 06.00 pagi tanggal 10 November 1945. Apabila tidak diindahkan, Inggris akan mengerahkan seluruh kekuatan darat, laut, dan udara untuk menghancurkan Surabaya.” Dengan adanya ultimatum ini, pemimpin Surabaya mengadakan pertemuan. Mereka melaporkan kepada presiden, tetapi hanya diterima oleh Menteri Luar Negeri Ahmad Subardjo. Menteri luar negeri menyerahkan keputusan kepada rakyat Surabaya. Secara resmi pada pukul 22.00, Gubernur Soeryo melalui radio, menyatakan menolak ultimatum Inggris. Tanggal 10 November 1945, pukul 06.00, setelah habisnya waktu ultimatum, Inggris mulai menggempur Surabaya dengan seluruh armada darat, laut, dan udara. Pemboman secara brutal pada hari pertama telah menimbulkan korban yang sangat besar. Di pasar Turi, ratusan orang tewas dan luka-luka. Inggris juga berhasil menguasai garis pertama pertahanan rakyat Surabaya. Rakyat Surabaya tidak tinggal diam. Mereka melakukan perlawanan atas serangan tersebut. Pertempuran yang tidak seimbang selama tiga minggu telah mengakibatkan sekitar 20.000 rakyat Surabaya menjadi korban, sebagian besar adalah warga sipil. Selain itu, diperkirakan 150.000 orang terpaksa meninggalkan Kota Surabaya yang hampir hancur total terkena serangan Sekutu. Sementara di pihak Inggris tercatat 1.500 tentara Inggris tewas, hilang, dan luka-luka.



13



Pertempuran berlangsung dengan ganas selama 3 minggu. Seluruh kota telah jatuh ke tangan Sekutu. Pihak Inggris menduga bahwa perlawanan di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo tiga hari. Namun, para tokoh masyarakat, seperti pelopor muda Bung Tomo yang berpengaruh besar di masyarakat, terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya sehingga perlawanan terus berlanjut di tengah serangan skala besar Inggris. Tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalangan ulama serta kiai-kiai pondok Jawa seperti K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Wahab Hasbullah, serta kiai-kiai pesantren lainnya juga mengerahkan santri santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan, tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kiai) sehingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung lama, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi makin hari makin teratur. Pertempuran skala besar ini mencapai waktu sampai tiga minggu sebelum seluruh Kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak Inggris tanggal 28 November 1945. Pertempuran Surabaya berakhir dengan kekalahan pihak Indonesia. Akan tetapi, perang tersebut membuktikan bahwa rakyat Indonesia rela berkorban demi mempertahankan kemerdekaan mereka meskipun harus dibayar dengan nyawa. Sebagai penghormatan atas jasa para pahlawan yang berperang dengan gigih melawan Sekutu di Surabaya, Sukarno menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. 4. Pertempuran Palagan Ambarawa Melawan Sekutu Pertempuran Ambarawa terjadi pada 29 November 1945 dan berakhir pada 15 Desember 1945. Pada 20 Oktober 1945, pasukan Sekutu di bawah komando Brigadir Jenderal Bethell mendarat di Semarang untuk melucuti senjata pasukan Jepang dan membebaskan tahanan perang yang masih ditahan di kamp-kamp konsentrasi di Jawa Tengah. Awalnya, pasukan disambut di daerah itu. Gubernur Jawa Tengah Wongsonegoro setuju untuk memberi mereka makanan dan kebutuhan lainnya sebagai imbalan janji Sekutu untuk menghormati kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia. Ternyata, mereka diboncengi oleh NICA. Pada 26 Oktober 1945, pecah insiden di Magelang yang berkembang menjadi pertempuran antara TKR dengan tentara Sekutu. Insiden itu berhenti setelah kedatangan Presiden Sukarno dengan Brigadir Jenderal Bethell di Magelang pada 2 November 1945. Mereka mengadakan perundingan gencatan senjata dan tercapai kata sepakat berikut ini. a. Pihak Sekutu tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melakukan kewajibannya melindungi dan mengurus tawanan perang Jepang dan interniran Sekutu. b. Jalan raya Magelang-Ambarawa terbuka bagi lalu lintas Indonesia-Sekutu. c. Sekutu tidak mengakui aktifitas NICA dan badan-badan yang berada di bawah NICA. Ternyata, Sekutu ingkar janji. Pada 20 November 1945, di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Tanggal 21 November 1945, tentara Sekutu yang berada di Magelang ditarik ke Ambarawa di bawah lindungan pesawat tempur.



14



Ketika pasukan Sekutu dan NICA tiba di Ambarawa, mereka membebaskan sekitar 28.000 tahanan Belanda termasuk wanita dan anak-anak dari kamp konsentrasi di dalamnya. Mereka mempersenjatai kembali para tahanan interniran Belanda untuk memperkuat pasukan mereka melawan TKR. Tanggal 22 November 1945, pertempuran terjadi di dalam kota dan pasukan Sekutu melakukan pengeboman di kampung-kampung sekitar Ambarawa. Karena di dukung oleh tank dan pesawat tempur, Sekutu terus bergerak ke Magelang. Di bawah kepemimpinan Letnan Kolonel Sarbini, pemimpin Resimen Magelang, didukung oleh pasukan gabungan dari Ambarawa dan Surakarta yang dipimpin oleh Oni Sastrodihardjo, tentara Republik dapat mengepung dan hendak menghancurkan pasukan Sekutu. Menghindar dari ancaman besar seperti itu, Sekutu mundur dari Magelang dan kembali ke Ambarawa. Mereka mendirikan benteng di dua desa di dekat kota. Tempat mereka kemudian diserang oleh pasukan Indonesia. Tanggal 26 November 1945, komandan sektor itu, Letnan Kolonel Isdiman, tidak dapat sepenuhnya menyelesaikan misi karena meninggal dalam serangan udara Sekutu yang diserang peluru senapan mesin Mustang. Gugurnya Letnan Kolonel Isdiman seolah membakar semangat juang pasukan TKR di Palagan Ambarawa. Kolonel Sudirman, Panglima Divisi 5 Banyumas, yang kehilangan salah satu perwira terbaiknya, memutuskan untuk mengambil alih kepemimpinan pertempuran itu sendiri. Dia mengoordinasikan komandan sektor untuk memperketat pengepungan. Kehadiran Sudirman ini semakin menambah semangat tempur TKR dan para pejuang yang sedang bertempur di Ambarawa. Tanggal 12 Desember 1945, Sudirman mengoordinasikan bawahannya untuk mengusir Sekutu dari Ambarawa dengan segala cara. Saat itu, ia menggunakan teknik yang disebut Supit Urang (menjepit dari dua sisi), yang berasal dari kisah perang Bharata Yudha. Taktik ini segera diterapkan sehingga musuh mulai terjepit dan situasi pertempuran semakin menguntungkan pasukan TKR. Selama empat hari, pertempuran berlangsung terus-menerus sehingga pasukan Sekutu benar-benar terputus dari markas mereka di Semarang. Tentara-tentara Indonesia yang didukung oleh orang-orang sipil yang direkrut bertempur dengan sengit melawan pasukan Sekutu yang terdiri dari pasukan Inggris, NICA, dan para tahanan Jepang yang dipersenjatai kembali. Angkatan Udara Kerajaan Inggris secara intensif membombardir Ungaran untuk membuka jalan ke Semarang yang kemudian dipegang oleh pasukan Indonesia dan memberondong Ambarawa dari udara berulang kali. Sekutu juga melancarkan serangan udara ke Solo dan Yogyakarta yang bertujuan untuk menghancurkan stasiun radio lokal tempat semangat juang dipertahankan. Tanggal 15 Desember 1945, pertempuran yang dimulai oleh pasukan Sekutu berakhir dengan sebuah bencana. Ambarawa menjadi lautan api ketika pasukan Sekutu membakar rumah-rumah lokal sebelum mereka mundur ke Semarang. Dalam pertempuran itu, pasukan TKR mengalami kemenangan karena bisa memukul mundur Sekutu dari Ambarawa menuju Semarang. Kolonel Sudirman masih dalam pakaian seragamnya mengambil air wudhu dan kemudian bersimpuh salat sujud syukur. Tidak banyak yang tahu bahwa orang yang bersujud syukur itu baru saja menyelesaikan tugasnya



15



mengukuhkan akar kemerdekaan bangsanya. Tidak banyak pula yang mengetahui bahwa pria yang bersimpuh itu pada konferensi besar TKR tanggal 12 November 1945 terpilih menjadi Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia yang masih sangat muda. Pada 15 Desember 1974, hari ketika Sekutu diusir dari Ambarawa, Presiden Suharto meresmikan Monumen Nasional Ambarawa Battlefield untuk memperingati peristiwa heroik. Kemenangan pertempuran itu kini diabadikan dengan berdirinya Monumen Ambarawa dan diperingati sebagai Hari Tentara Juang Kartika. 5. Pertempuran Medan Area Melawan Sekutu Pertempuran Medan Area diawali ketika pada 9 November 1945, pasukan Sekutu memasuki Kota Medan di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D Kelly diikuti pasukan NICA yang ingin menguasai kembali Indonesia. Mereka menyatakan kepada pemerintah Indonesia akan melaksanakan tugas kemanusiaan dengan mengevakuasi tawanan dari beberapa kamp di luar Kota Medan. Teuku Muhammad Hasan, Gubernur Wilayah Sumatra, menerima kedatangan pasukan Sekutu untuk alasan kemanusian, karena niat kedatangan tentara Inggris dan NICA adalah untuk membebaskan tawanan perang yang terdapat di kamp-kamp tahanan perang di Rantau Prapat, Pematang Siantar, dan Berastagi untuk dikumpulkan di Medan. Pemerintah RI di Sumatra Utara memperkenankan mereka menempati beberapa hotel di Medan seperti Hotel de Boer, Grand Hotel, Hotel Astoria, dan lain sebagainya karena semata-mata menghormati tugas mereka. Sebagian dari mereka ditempatkan di Binjai, Tanjung Morawa, dan beberapa tempat lainnya dengan memasang tenda-tenda di lapangan. Sehari setelah merapat di Medan, tim dari RAPWI (Relief of Allied Prisoner of War and Internes) melakukan pembebasan terhadap tawanan di penjara-penjara yang ada di Medan atas persetujuan Gubernur Moh. Hassan. Dengah dalih menjaga keamanan, para bekas tawanan diaktifkan kembali dan dipersenjatai. Ternyata, kelompok itu langsung mejadi batalion KNIL (het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger). Dengan kekuatan itu, terjadi perubahan sikap dari bekas tawanan itu. Mereka bersikap congkak karena merasa sebagai pemenang perang. Sikap ini menimbulkan beberapa insiden yang dilakukan oleh para pemuda. Insiden pertama terjadi di Jl. Bali Medan tanggal 13 Oktober 1945. Insiden berawal dari seorang penghuni hotel yang menginjak injak lencana merah putih yang dipakai oleh seorang warga sekitar. Kejadian tersebut menimbulkan kemarahan para pemuda yang berujung pada penyerangan dan perusakan hotel tersebut. Sebelum kejadian dalam insiden pertama tanggal 10 Oktober 1945, pemerintah Sumatra Timur membentuk TKR yang dipimpin Achmad Tahir dan terdiri atas unsur bekas Heiho dan Giyugun (di Jawa bernama Peta). Selain TKR, terbentuk pula badan perjuangan yang bernama Pemuda Republik Indonesia Sumatra Timur. Panggilan ini mendapat sambutan luar biasa dari para pemuda. Pada 18 Oktober 1945, Brigadir Jenderal T.E.D Kelly berusaha melemahkan gerakan rakyat Medan dengan menyampaikan ultimatum agar pemuda menyerahkan senjata kepada Sekutu. Sekutu mulai melakukan pembersihan di berbagai wilayah kota Medan. Sekutu juga mulai melakukan aksi-aksi terornya sehingga muncul permusuhan di



16



kalangan pemuda. Patroli diadakan Inggris karena mereka merasa tidak aman dan pemerintah Indonesia tidak memberikan jaminan keamanan. Meningkatnya korban di pihak Inggris di beberapa insiden membuat mereka memperkuat kedudukannya dan menentukan sendiri secara sepihak batas kekuasaannya. Pada 1 Desember 1945, Sekutu memperkuat dan menegaskan kedudukannya dengan memasang patok-patok di sudut kota. Pemasangan patok-patok tersebut disertai dengan pemasangan papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area (Batas Resmi Wilayah Medan). Tentara Sekutu kemudian melakukan pembersihan terhadap orangorang Indonesia yang berada di wilayah Medan Area. Sekutu juga mendesak agar pemerintahan Indonesia yang ada di Medan segera keluar dari wilayah tersebut. Tindakan Sekutu tersebut mendapat balasan dari rakyat Medan dengan perlawanan bersenjata. Pada 10 Desember 1945, pasukan Sekutu melakukan serangan terhadap kedudukan TKR di Trepes. Para pejuang menculik seorang perwira Inggris dan menghancurkan beberapa truk. Dengan adanya peristiwa itu Brigadir Jenderal T.E.D Kelly pada 13 Desember 1945 mengeluarkan ultimatum kedua. Bangsa Indonesia dilarang untuk membawa senjata di dalam daerah Medan atau 8,5 kilometer sekitar Medan. Bagi yang membantah akan di tembak mati. Setelah keluarnya ultimatum kedua, tentara Sekutu dengan aktif melakukan razia dan sering mendapatkan serangan balik dari pemuda Indonesia. Saling serang ini mengakibatkan kondisi Medan menjadi tidak kondusif. Pertempuran setelah ancaman kedua berlanjut sampai April 1946 dan mengakibatkan kerusakan parah. Akhirnya, kantor gubernur, markas divisi TKR, serta kantor wali kota, dipindahkan ke Pematang Siantar. Dengan demikian, Sekutu menguasai Kota Medan. Karena serangan yang tidak terkordinasi, maka pada 10 Agustus 1946 di Tebing Tinggi seluruh pemuda di bawah Napindo dari PNI, Pesindo, Barisan Merah dari PKI, Hizbullah dari Masyumi, dan Pemuda Parkindo membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area (K.R.L.R.M.A.). Kapten Nip Karim dan Marzuki Lubis dipilih sebagai Komandan dan Kepala Staf Umum. Di bawah komando inilah mereka meneruskan perjuangan di Medan Area. 6. Pertempuran Bandung Lautan Api Melawan Sekutu Latar belakang Peristiwa Bandung Lautan Api berawal dari peristiwa ketika pasukan Sekutu mendarat di Bandung. Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada 17 Oktober 1945. Para pejuang Bandung sedang gencar-gencarnya merebut senjata dan kekuasaan dari tangan Jepang. Pertempuran diawali oleh usaha para pemuda untuk merebut Pangkalan Udara Andir dan pabrik senjata bekas Artillerie Constructie Winkel (ACW) - sekarang Pindad. Seperti halnya di kota-kota besar lain, di Bandung pasukan Sekutu dan NICA melakukan teror terhadap rakyat sehingga terjadi pertempuran-pertempuran. Menjelang November 1945, pasukan NICA semakin merajalela di Bandung. NICA memanfaatkan kedatangan pasukan Sekutu untuk mengembalikan kekuasaannya di Indonesia. Tanggal 21 November 1945, TKR dan badan-badan perjuangan Indonesia melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di wilayah Bandung bagian Utara. Hotel Homann dan Hotel Preanger yang digunakan Sekutu sebagai markas



17



juga tak luput dari serangan. Menanggapi serangan ini, tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum pertama kepada Gubernur Jawa Barat. Ultimatum ini berisi perintah agar Bandung Utara dikosongkan oleh penduduk Indonesia, termasuk dari pasukan bersenjata dengan alasan untuk menjaga keamanan. Sekutu menuntut agar Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak Indonesia selambatlambatnya tanggal 29 November 1945. Sejak saat itu sering terjadi insiden antara pasukan Sekutu dengan pejuang. Masyarakat Indonesia yang mendengar ultimatum ini tidak mengindahkannya. Sehingga pecah pertempuran antara Sekutu dan pejuang Bandung pada 6 Desember 1945. Tanggal 23 Maret 1946, Sekutu kembali mengulang ultimatumnya. Sekutu memerintahkan agar TRI (Tentara Republik Indonesia) segera meninggalkan Kota Bandung. TRI diperintahkan untuk mundur sejauh 11 kilometer dari pusat kota paling lambat pada tengah malam tanggal 24 Maret 1946. Mendengar ultimatum tersebut, pemerintah Indonesia di Jakarta lalu menginstrusikan agar TRI mengosongkan Kota Bandung demi keamanan rakyat. Akan tetapi, perintah ini berlainan dengan yang diberikan dari markas TRI di Yogyakarta. Dari Yogyakarta, keluar instruksi agar tetap bertahan di Bandung. Sekutu membagi Bandung dalam dua sektor, yakni Bandung Utara dan Bandung Selatan. Sekutu meminta orang-orang Indonesia untuk meninggalkan Bandung Utara. Para pejuang Bandung memilih membakar Bandung dan meninggalkannya dengan alasan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda memakai Kota Bandung sebagai markas strategi militer mereka dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Operasi pembakaran Bandung ini disebut sebagai operasi “Bumi Hangus”. Keputusan untuk membumihanguskan Kota Bandung diambil lewat musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MPPP) yang dilakukan di depan seluruh kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, tanggal 24 Maret 1946. Kolonel Abdul Haris Nasution selaku Komandan Divisi III memutuskan dan memerintahkan untuk segera mengevakuasi seluruh penduduk Bandung dan membumihanguskan semua bangunan yang ada di kota tersebut. Keputusan pada musyawarah tersebut dipertanyakan oleh sejumlah petinggi militer Indonesia karena dianggap tidak berupaya mempertahankan Kota Bandung hingga titik darah penghabisan. Nasution memiliki alasan yang kuat. Jumlah pasukan RI tidak seimbang dengan kekuatan militer Sekutu. Jika TRI mempertahankan Bandung dengan melawan Sekutu, lambat laun Bandung tetap akan diduduki. Dari segi persenjataan dan jumlah personel, Inggris bukan lawan yang seimbang bagi TRI meskipun dibantu pejuang atau laskar. Saat itu, TRI Bandung hanya memiliki 100 pucuk senjata, kebanyakan memakai bambu runcing dan senjata tajam lainnya. Sedangkan Inggris memiliki 12.000 pasukan yang bersenjata lengkap dan modern. Belum lagi dibantu pasukan bayaran Gurkha dan NICA. Nasution tidak mau mengorbankan empat divisi yang ada. Dengan membakar kota Bandung, Sekutu akan menerima puing-puing, mereka akan sulit membangun markas, dan pergerakannya pun akan melambat. Pada saat itu, empat divisi yang ada masih tetap utuh dan mereka akan ditempatkan di kantung-kantung gerilya di dalam kota untuk tindakan perlawanan selanjutnya. Hasil musyawarah itu lalu diumumkan kepada rakyat.



18



Kebakaran hebat justru muncul dari rumah-rumah warga yang sengaja dibakar, baik oleh pejuang maupun oleh pemilik rumah yang sukarela membakar rumahnya sebelum berangkat mengungsi. Rumah-rumah warga yang dibakar membentang dari Jalan Buah Batu, Cicadas, Cimindi, Cibadak, Pagarsih, Cigereleng, Jalan Sudirman, serta Jalan Kopo. Kobaran api terbesar ada di daerah Cicadas dan Tegalega, di sekitar Ciroyom, Jalan Pangeran Sumedang (Oto Iskandar Dinata), Cikudapateuh, dan lain-lain. Peristiwa pembakaran ini menjadikan Bandung lautan api dikenang hingga kini. Mars Halo-halo Bandung sekarang menjadi lagu wajib nasional. Monumen untuk mengenang peristiwa itu didirikan di Lapangan Tegalega 7. Pertempuran Margarana di Bali Melawan Belanda Pertempuran Margarana atau dikenal dengan Puputan Margarana terjadi di sebelah utara Tabanan, Bali. Pertempuran ini sebenarnya dipicu oleh hasil Perundingan Linggarjati. Salah satu klausul dari hasil perundingan itu adalah bahwa pengakuan secara de facto atas wilayah kekuasaan Indonesia hanya meliputi Jawa, 220 Madura, dan Sumatra. Selanjutnya, Belanda harus meninggalkan wilayah de facto itu paling lambat 1 Januari 1949. Jika menelaah klausul tersebut, maka Bali tidak menjadi bagian dari Indonesia. Tidak masuknya Bali sebagai satu kesatuan wilayah Indonesia menimbulkan perlawanan rakyat Bali. Tanggal 2 dan 3 Maret 1946, Belanda mendarat di Pulau Bali dengan membawa 2.000 tentara. Pada saat yang sama, Letkol. I Gusti Ngurah Rai, Komandan Resimen Sunda Kecil (saat ini Nusa Tenggara), sedang berada di Yogyakarta untuk melakukan konsultasi kepada Markas Besar TRI. Saat itu, Belanda ingin menjadikan Bali bergabung dengan Negara Indonesia Timur (NIT) yang sudah dibuatnya. Belanda membujuk Letkol. I Gusti Ngurah Rai agar Bali bergabung dengan NIT dan mengangkatnya menjadi Kepala Divisi Sunda Kecil. Ajakan Belanda tersebut ditolak Letkol. I Gusti Ngurah Rai yang lebih memilih tanah airnya, Indonesia. Letkol. I Gusti Ngurah Rai lebih suka melawan Belanda daripada menjadi pengkhianat Bangsa. Kemudian, Letkol. I Gusti Ngurah Rai selaku Komandan Resimen Sunda Kecil memerintahkan pasukannya yang bernama Ciung Wanara untuk melucuti polisi NICA yang menduduki Kota Tabanan. Pada 18 November 1946, pasukan Ciung Wanara dapat menduduki detasemen polisi NICA di Tabanan dan merebut puluhan senjata lengkap dengan artilerinya (senjata berat). Peristiwa ini memicu kemarahan pasukan Belanda. Pada 20 November 1946, Belanda mengerahkan seluruh pasukannya di Bali dan Lombok. Tidak hanya itu, Belanda Juga meminta bantuan pasukan dan pesawat pengebom dari Makassar untuk menghadapi Letkol. I Gusti Ngurah Rai. Pada hari yang sama, pukul 09.00- 10.00 WIT, Belanda mengepung Margarana sebagai basis pasukan Ngurah Rai. Perang di Margarana ini juga dikenal sebagai perang puputan, yakni perang yang dilakukan sampai titik darah penghabisan. Setelah bertempur dengan kekuatan militer yang tidak seimbang, Letkol. I Gusti Ngurah Rai dan anak buahnya yang berjumlah 96 gugur dan di pihak Belanda 400 orang tewas. Gugurnya Letkol. I Gusti Ngurah Rai telah melicinkan jalan usaha Belanda untuk membentuk apa yang dinamakan Negara Indonesia Timur. Untuk mengenang peristiwa



19



itu, kini di lokasi kejadian dibangun Tugu Pahlawan Pujaan Bangsa dan setiap tanggal 20 November juga diperingati sebagai hari Puputan Margarana. 8. Peristiwa Westerling Di Makassar Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi Selatan (Makassar), membentuk Pusat Pemuda Nasional Indonesia (PPNI) dan Manai Shopian ditunjuk sebagai ketuanya. Organisasi ini bertugas menampung aspirasi masyarakat Makassar, termasuk diantaranya menentang Belanda (NICA) membentuk Negara Indonesia Timur (NIT). Tanggal 5 Desember 1946, Belanda mengirimkan pasukan ke Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Kapten Raymond Paul Pierre Westerling. Ketika mendarat di Makassar, Westerling membawa 120 orang pasukan khusus (pasukan berkemampuan istimewa). Misi utama Westerling adalah menumpas pemberontakan para pejuang dari Makassar yang menentang pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT). Westerling adalah orang Belanda kelahiran Turki. Westerling dilahirkan dari keluarga campuran Belanda dan Yunani. Ayahnya, Paul Westerling, adalah keturunan Belanda, sedangkan ibunya keturunan Yunani. Westerling lahir tanggal 31 Agustus 1919 di Istanbul, ibu kota Turki, dengan nama Raymond Paul Pierre Westerling. Di dinas militer, temannya memanggil dengan julukan Turk, de Turk, atau Turco. Karena kekejamannya di Sulawesi Selatan, dia mendapat julukan The Master Killer. Dia sengaja membangun citra kejam sehingga terkesan menakutkan di mata masyarakat. Sebagai contoh, jika pejuang Republik tertangkap, biasanya Westerling menyuruh pejuang itu berlari sekencang-kencangnya lalu menembaknya dari jarak 20-30 meter. Para pejuang itu mati tertembak tepat di kepala. Para pemuda seperti Robert Wolter Monginsidi, Rivai, dan Paersi yang tergabung dalam organisasi PPNI mengangkat senjata melakukan perlawanan. Mereka berhasil merebut tempat-tempat strategis yang dikuasai NICA. Selanjutnya, Wolter Monginsidi dan kawan-kawan membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS) dengan tujuan mengerakkan rakyat melakukan perlawanan terhadap Belanda. Untuk menumpas gerakan yang dipelopori Wolter Monginsidi dan beberapa pejuang wanita seperti Emmy Sailan yang rela meninggal untuk mengusir Belanda, Westerling menerapkan metode Gestapo. Metode ini biasa diterapkan polisi rahasia Jerman yang terkenal kejam pada zaman Adolf Hitler. Pada masa Nazi berkuasa di Jerman para polisi rahasia menangkap dan membantai orang-orang yang mereka curigai sebagai musuh. Pada zaman pendudukan Jepang, dikenal dengan nama Kempetai (polisi rahasia Jepang). Belanda melakukan tindakan brutal itu sejak tanggal 7 sampai 25 Desember 1946. Akibatnya, dalam waktu kurang dari satu bulan, sekitar 40.000 ribu orang warga sipil dibunuh oleh pasukan Westerling. Hasil penelitian dari Angkatan Darat tahun 1951, korban keganasan Westerling sekitar 1.700 orang. Monginsidi juga tertangkap oleh pasukan Belanda pada 28 Februari 1947, tetapi ia dapat melarikan diri pada 27 Oktober 1947. Tidak lama kemudian, Monginsidi tertangkap kembali dan kali ini dia dihukum mati dengan cara ditembak oleh regu tembak pada 5 September 1949. Untuk mengenang kepahlawanan Monginsidi, pemerintah memindahkan makamnya ke Taman Makam Pahlawan Makassar pada 10 November 1950.



20



C. Kenegarawanan Sultan Hamengku Buwono IX Menjelang akhir tahun 1945, keamanan Kota Jakarta semakin memburuk. Tentara Belanda semakin beringas dan aksi-aksi teror yang dilakukan semakin meningkat. Pendaratan pasukan marinir Belanda di Tanjung Priok pada 30 Desember 1945 menambah gentingnya keadaan. Sementara itu, tentara Jepang belum semuanya pergi dari Indonesia. Tentara Belanda terus memburu para pimpinan RI. Perdana Menteri Sutan Syahrir hampir tewas ketika mobilnya diberondong peluru. Sukarno dan Hatta sampai berpindahpindah tempat untuk menghindari kejaran tentara Belanda. Kekacauan semakin bertambah dengan adanya konflik politik yang terjadi antartokoh dalam negeri sendiri. Sultan Hamengkubuwono IX kemudian menawarkan agar ibu kota RI pindah ke Yogyakarta. Tawaran itu dikirimkan lewat kurir pada 2 Januari 1946. Ternyata, tawaran itu disambut baik oleh pemerintah di Jakarta, mengingat situasi keamanan yang makin memburuk. Pada 3 Januari 1946, sidang kabinet memutuskan untuk memindahkan pusat pemerintahan Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Akhirnya, presiden dan wakil presiden pada 4 Januari 1946 pindah ke Yogyakarta dan ibu kota Republik Indonesia turut pindah ke Yogyakarta. Perpindahan ke Yogyakarta digunakan dengan menggunakan kereta api yang disebut dengan singkatan KLB (Kereta Luar Biasa), karena jadwal perjalanannya di luar jadwal yang ada. Waktu menunjukkan pukul 18.00 ketika kereta mulai bergerak. Lokomotif dan gerbong (yang kini tersimpan di museum transportasi Taman Mini Indonesia Indah) meninggalkan Jakarta, berangkat dengan diam-diam, hanya bercahayakan temaram bulan. Di Stasiun Tugu Yogyakarta, banyak orang menyambut kedatangan presiden dan wakil presiden beserta para ibu. Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam langsung naik ke gerbong dan menyalami para pemimpin. Selanjutnya, para pemimpin RI diantar dengan mobil. Sukarno satu mobil dengan Sultan Hamengkubuwono IX, Moh. Hatta dengan Paku Alam, sedangkan Fatmawati Sukarno dan Rahmi Hatta juga satu mobil. Setibanya para pemimpin RI di Yogyakarta, roda pemerintahan langsung dijalankan karena kondisi keamanan saat itu relatif lebih aman daripada daerah lain. D. Perjanjian Linggarjati Terpilihnya Sutan Syahrir sebagai perdana menteri menandakan berlakunya sistem Kabinet Parlementer yang bermaksud untuk menjadikan Republik Indonesia memiliki kedudukan yang kuat. Hal ini disebabkan pemerintahannya dipimpin oleh seorang tokoh pejuang demokrasi dan bebas dari fasisme. Walaupun cara kepemimpinan melalui diplomasi banyak mendapatkan pertentangan dari tokoh revolusi lainnya, tetapi perundingan menjadi salah satu cara untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mendapat pengakuan dari negara-negara lainnya di dunia. Pemerintah Inggris yang ditunjuk sebagai penanggung jawab untuk menyelesaikan konflik politik dan militer di Asia segera menyelesaikan tugasnya. Pemerintah Inggris menugaskan Sir Archibald Clark Kerr, sedangkan pihak Belanda mengutus H.J. Van Mook.



21



Pada 14 sampai 25 April 1946, perwakilan Inggris mengundang Indonesia dan Belanda untuk berunding di Hoogwe Veluwe. Namun sayang, perundingan itu berakhir gagal karena tidak menghasilkan apa-apa. Sebab, Belanda tidak mau mengakui kedaulatan Indonesia sepenuhnya. Pemerintahan Belanda hanya mau mengakui kedaulatan Indonesia atas Pulau Jawa dan Madura. Sehubungan dengan gagalnya perundingan di Hoogwe Veluwe, kemudian disepakati untuk dilaksanakannya Perjanjian Linggarjati di daerah Jawa Barat. Masalah-masalah yang terus-menerus terjadi antara negara Indonesia dengan Belanda menjadi sebuah alasan terjadinya Perjanjian Linggarjati. Masalah ini terjadi karena negara Belanda belum mau mengakui apabila negara Indonesia telah merdeka dan baru saja dideklarasikan. Para pemimpin atau tokoh negara menyadari bahwa mengakhiri permasalahan dengan peperangan hanya akan mengakibatkan dan menelan korban jiwa dari kedua belah pihak, yaitu dari negara Indonesia dan negara Belanda. Oleh sebab itu, negara Inggris berusaha sebisanya untuk mempertemukan negara Indonesia dengan negara Belanda di sebuah meja perundingan untuk membuat atau membentuk sebuah kesepakatan yang sangat jelas. Akhirnya, perjanjian yang memiliki banyak sejarah antara negara Indonesia dan negara Belanda ini 227 terlaksana dan berakhir di daerah Linggarjati, Cirebon, sekitar tanggal 10 November 1946. Lokasi Linggarjati ini berada di lereng Gunung Ciremai yang mempunyai suasana yang sejuk dan pemandangan yang indah. Selain itu, Residen Cirebon Hamdani maupun Bupati Cirebon Makmun Sumadipradja kebetulan berasal dari Partai Sosialis, sehingga keamanan dari perjanjian ini terjamin. Selain itu, Linggarjati dipilih sebagai tempat dilaksanakannya perundingan karena terletak di tengah-tengah Jakarta dan Yogyakarta pada saat ibu kota negara dipindahkan ke Yogyakarta. Pemerintah Belanda diwakili oleh Komisi Jenderal dan Pemerintah Republik Indonesia pada saat itu diwakili oleh Delegasi Indonesia atas dasar keinginan yang ikhlas. Keduanya hendak menentukan hubungan yang baik pada kedua bangsa, yaitu antara Belanda dan Indonesia. Perundingan ini dilaksanakan pada 10 November 1946. Delegasi Indonesia terdiri dari Sutan Syahrir, Mohammad Roem, Mr. Susanto Tirtoprojo, dan dr. A.K. Gani. Sedangkan delegasi Belanda antara lain Prof. Willem Schermerhorn, F. de Boer, H.J. Van Mook, dan Max van Poll. Bertindak sebagai moderator atau penengah adalah Lord Killearn dari Inggris. Perjanjian ini ditandatangani pada 25 Maret 1947 dalam sebuah upacara kenegaraan yang diselenggarakan di Istana Rijswijk atau yang sekarang disebut Istana Negara. Isi dari perjanjian Linggarjati adalah sebagai berikut. a). Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi wilayah Sumatra, Jawa, dan Madura. Belanda harus meninggalkan daerah itu selambat-lambatnya tanggal 1 Januari 1949. b). Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dengan membentuk negara serikat dengan nama Republik Indonesia. Oposisi mengkritik Sukarno-Hatta karena menganggap perundingan itu merugikan Indonesia. Serikat (RIS). Pembentukan RIS akan segera dilaksanakan sebelum tanggal 1 Januari 1949. c). Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda yang diketuai oleh Ratu Belanda.



22



Butir-butir perjanjian ini jika dilihat secara sepintas merupakan sebuah kerugian, karena wilayah Indonesia hanya Sumatra, Jawa, dan Madura. Hal ini berbeda jauh dengan hasil sidang PPKI yang menyatakan bahwa wilayah Indonesia mencakup delapan provinsi. Namun, jika ditelaah lebih jauh lagi, isi perjanjian ini merupakan keunggulan kita secara politik, karena dengan adanya perundingan ini berarti nama Republik Indonesia sudah tercatat dalam hukum perjanjian internasional dan tidak akan bisa dihapus lagi. Setelah Perjanjian Linggarjati, beberapa negara telah memberikan pengakuan terhadap kekuasaan RI, misalnya Inggris, Amerika Serikat, Mesir, Afganistan, Myanmar, Saudi Arabia, India, dan Pakistan. Perjanjian Linggarjati mengandung prinsip-prinsip pokok yang harus disetujui oleh kedua belah pihak. E. Konferensi Malino Dan BFO Dalam situasi politik yang tidak pasti, Belanda melakukan tekanan politik dan militer di Indonesia. Tekanan politik dilakukan dengan menyelenggarakan Konferensi Malino yang bertujuan untuk membentuk negara-negara federal di daerah yang baru diserahterimakan oleh Inggris dan Australia kepada Belanda. Di samping itu, di Pangkal Pinang diselenggarakan juga konferensi untuk golongan minoritas. Konferensi Malino diselengarakan pada 15-26 Juli 1946. Sedangkan Konferensi Pangkal Pinang diselenggarakan pada 1 Oktober 1946. Diharapkan, daerah-daerah ini akan mendukung Belanda untuk pembentukan negara federasi. Setelah perjanjian Linggarjati, Van Mook mengambil inisiatif untuk mendirikan pemerintahan federal sementara sebagai pengganti Hindia Belanda. Sedangkan pada kenyataannya, pendirian negara federal itu tidak ada bedanya dengan negara Hindia Belanda. Untuk itulah, negara-negara federal mengadakan rapat di Bandung pada bulan Mei sampai Juli 1948. Konferensi Bandung itu dihadiri empat negara federal bentukan Belanda, yakni 1) Negara Indonesia Timur, 2) Negara Sumatra Timur, 3) Negara Pasundan, dan 4) Negara Madura. Konferensi juga dihadiri daerah-daerah otonom seperti Bangka, Banjar, Dayak Besar, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Riau, dan Jawa Tengah. Sebagai ketuanya adalah Mr. Bahriun dari Negara Sumatra Timur. Rapat itu diberi nama Bijeenkomst voor Federal Overleg (BFO), yaitu suatu pertemuan untuk musyawarah federal. Pegambil inisiatif BFO itu adalah Ida Agung Gde Agung, Perdana Menteri Negara Indonesia Timur. Juga R.T. Adil Puradiredja, Perdana Menteri Negara Pasudan. BFO dimaksudkan untuk mencari solusi terbaik dari konflik politik antara RI dengan Belanda yang nantinya juga berpengaruh kepada negara-negara bagian. Pertemuan Bandung juga dirancang untuk menjadikan pemerintahan peralihan yang lebih baik daripada pemerintahan federal sementara buatan Van Mook. F. Agresi Militer Belanda I Agresi Militer Belanda I disebabkan Belanda yang tidak menerima hasil Perundingan Linggarjati yang telah disepakati bersama pada 25 Maret 1947. Belanda menafsirkan isi dari Perjanjian Linggarjati berdasarkan pidato Ratu Wihelmina pada 7 Desember 1942 yang intinya menginginkan bangsa Indonesia menjadi anggota



23



Commonwealth (negara persemakmuran) dan akan dibentuk menjadi negara federasi, kemudian Belanda yang akan mengatur hubungan luar negeri bangsa Indonesia. Di tengah-tengah upaya mencari kesepakatan dalam pelaksanaan isi Persetujuan Linggarjati, Belanda terus melakukan tindakan yang bertentangan dengan isi Persetujuan Linggarjati. Di samping mensponsori pembentukan pemerintahan federasi, Belanda juga terus memasukkan kekuatan tentaranya. Pada 27 Mei 1947, Belanda mengirim ultimatum yang isinya sebagai berikut. a). Pembentukan pemerintahan federal sementara (pemerintahan darurat). b). Pembentukan Dewan Urusan Luar Negeri. c). Dewan Urusan Luar Negeri bertanggung jawab atas pelaksanaan ekspor, impor, dan devisa. d). Pembentukan pasukan keamanan dan ketertiban bersama. Pembentukan pasukan gabungan ini termasuk juga di wilayah RI. Pada prinsipnya, Perdana Menteri Syahrir (yang kabinetnya jatuh pada Juni 1947) dapat menerima beberapa usulan, tetapi menolak mengenai pembentukan pasukan keamanan bersama di wilayah RI. Tanggal 3 Juli 1947 dibentuk kabinet baru di bawah Amir Syarifudin yang kebijakannya juga menolak pembentukan pasukan keamanan bersama di wilayah RI. Pada 15 Juli 1947, Letnan Gubernur Jenderal Belanda Dr. H.J. Van Mook menyampaikan pidato radio bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Perjanjian Linggarjati. Selain itu, Van Mook juga mengultimatum bangsa Indonesia agar menarik pasukannya untuk mundur dari garis batas demarkasi sejauh 10 kilometer. Pada saat itu, jumlah tentara Belanda telah mencapai lebih dari 100.000 orang dengan persenjataan yang modern termasuk persenjataan berat (artileri) yang dihibahkan oleh tentara Inggris dan tentara Australia. Kemudian, Belanda melancarkan serangan kepada Indonesia pada 21 Juli 1947. Tujuan utama Agresi Militer Belanda I ialah sebagai berikut. a). Bidang politik: bertujuan untuk mengepung wilayah ibu kota Republik Indonesia dan menghilangkan secara de facto Republik Indonesia dengan menghapus RI dari peta. b). Bidang ekonomi: merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. c). Bidang militer: menghapus TNI/TKR sebagai ujung tombak pertahanan bangsa, dengan begitu Indonesia akan lemah dan mudah dikendalikan. Untuk mengelabui dunia internasional, Belanda menamakan agresi militer ini sebagai Aksi Polisionil (Politionele Acties) dan menyatakan tindakan ini sebagai urusan dalam negeri. Konferensi pers pada malam 20 Juli 1947 di istana tempat Gubernur Jenderal H.J. Van Mook mengumumkan kepada wartawan tentang dimulainya Aksi Polisionil Belanda pertama. Serangan di beberapa daerah seperti di Jawa Timur bahkan telah dilancarkan tentara Belanda sejak tanggal 21 Juli 1947 malam sehingga dalam bukunya, J.A. Moor menulis Agresi Militer Belanda 231 I dimulai tanggal 20 Juli 1947. Belanda berhasil menerobos ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatra Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Di Sumatra Timur, sasaran mereka adalah daerah perkebunan



24



tembakau. Di Jawa Tengah, mereka menguasai seluruh pantai utara dan di Jawa Timur, sasaran utamanya adalah wilayah yang terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula. Pada agresi militer pertama ini, Belanda juga mengerahkan kedua pasukan khusus, yaitu Korps Speciale Troepen (KST) di bawah Raymond Westerling yang saat itu berpangkat Kapten dan Pasukan Para I (1e para compagnie) di bawah Kapten C. Sisselaar. Pasukan KST merupakan pengembangan dari pasukan DST, pasukan yang melakukan pembantaian di Sulawesi Selatan (Pembantaian Westerling) dan ditugaskan kembali untuk melancarkan agresi militer di Pulau Jawa dan di wilayah Sumatra Barat. Dalam agresi tersebut, Belanda berhasil menaklukan daerah-daerah penting Republik Indonesia seperti kota, pelabuhan, perkebunan, dan pertambangan. Pada 29 Juli 1947, pesawat Dakota VT-CLA milik Patnaik dari Singapura dengan simbol Palang Merah di badan pesawat yang membawa obat-obatan dari Singapura sumbangan Palang Merah Malaya ditembak jatuh oleh Belanda dan mengakibatkan tewasnya Komodor Muda Udara Agustinus Adisucipto, Komodor Muda Udara dr. Abdulrahman Saleh, dan Perwira Muda Udara I Adisumarno Wiryokusumo. Pasukan TNI belum siap menghadang serangan yang datang secara tiba-tiba itu. Serangan tersebut mengakibatkan pasukan TNI terpencar-pencar. Dalam keadaan seperti itu, pasukan TNI berusaha untuk membangun daerah pertahanan baru. Pasukan TNI kemudian melancarkan taktik perang gerilya. Dengan taktik ini, ruang gerak pasukan Belanda berhasil dibatasi. Gerakan pasukan Belanda hanya berada di kota besar dan jalan raya, sedangkan di luar kota, kekuasaan berada di tangan pasukan TNI. Tanggal 30 Juli 1947, pemerintah India dan Australia mengajukan permintaan resmi agar masalah Indonesia dengan Belanda dimasukkan dalam agenda Dewan Keamanan PBB. Permintaan itu diterima baik dan dimasukkan agenda dalam sidang Dewan Keamanan PBB. Tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB memerintahkan penghentian permusuhan kedua belah pihak dan mulai berlaku sejak tanggal 4 Agustus 1947. Sementara itu, untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata, Dewan Keamanan PBB membentuk komisi Konsuler dengan angota-anggotanya yang terdiri dari para Konsul Jenderal yang berada di wilayah Indonesia. Komisi Konsuler diketuai oleh Konsul Jenderal Amerika Serikat Dr. Walter Foote dengan beranggotakan Konsul Jenderal Cina, Belgia, Perancis, Inggris, dan Australia. Tanggal 3 Agustus 1947, Belanda menerima resolusi Dewan Keamanan PBB dan memerintahkan kepada Van Mook untuk menghentikan tembak-menembak. Pelaksanaannya dimulai pada malam hari pada 4 Agustus 1947. Kemudian, pada 14 Agustus 1947, dibuka sidang Dewan Keamanan PBB. Sutan Syahrir hadir dari Indonesia. Dalam pidatonya di DK PBB, Syahrir menegaskan bahwa untuk mengakhiri berbagai pelanggaran dan penghentian pertempuran, perlu dibentuk komisi pengawas. Pada 25 Agustus 1947, DK PBB menerima usul Amerika Serikat tentang pembentukan suatu Committee of Good Offices (Komisi Jasa-jasa Baik) atau yang lebih dikenal Komisi Tiga Negara (KTN). Belanda menunjuk Belgia sebagai anggota, sedangkan Indonesia memilih Australia. Kemudian, antara Indonesia dan Belanda memilih negara pihak ketiga, yakni Amerika Serikat. Akhirnya, terbentuk Komisi Tiga



25



Negara tanggal 18 September 1947. Australia dipimpin oleh Richard Kirby, Belgia dipimpin oleh Paul van Zeelland, dan Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Graham.



G. Pembentukan Komisi Tiga Negara Pada 25 Agustus 1947, Dewan Keamanan membentuk suatu komite yang akan menjadi penengah konflik antara Indonesia dan Belanda. Komite ini awalnya hanyalah sebagai Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik Untuk Indonesia) dan lebih dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN) karena beranggotakan tiga negara, yaitu Australia yang dipilih oleh Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda, dan Amerika Serikat sebagai pihak yang netral. Australia diwakili oleh Richard C. Kirby, Belgia diwakili oleh Paul van Zeeland, dan Amerika Serikat menunjuk Dr. Frank Graham. Dalam pertemuannya di Sydney, 20 Oktober 1947, KTN memutuskan untuk membantu menyelesaikan sengketa antara Indonesia dan Belanda dengan cara damai. Pada 27 Oktober 1947, para anggota KTN telah tiba di Indonesia untuk memulai pekerjaannya, yang nantinya akan menghasilkan Perjanjian Renville. H. Perjanjian Renvile Komisi Tiga Negara (KTN) tiba di Indonesia pada 27 Oktober 1947 dan segera melakukan kontak dengan Indonesia maupun Belanda. Indonesia dan Belanda tidak mau mengadakan pertemuan di wilayah yang dikuasai oleh salah satu pihak. Oleh karena itu, Amerika Serikat menawarkan untuk mengadakan pertemuan di geladak Kapal USS Renville. Perundingan Renville dilaksanakan pada 8 Desember 1947 di atas Kapal Renville yang tengah berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perjanjian dihadiri oleh beberapa tokoh penting berikut. a). Delegasi Indonesia diwakili oleh Amir Syarifudin (ketua), Ali Sastroamijoyo, H. Agus Salim, Dr. J. Leimena, Dr. Coatik Len, dan Nasrun. b). Delegasi Belanda diwakili oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo Gambar 6.e. Kapal Renville. Tempat terjadinya Perjanjian Renville. (ketua), Mr. H.A.L. Van Vredenburg, Dr. P.J. Koets, dan Mr. Dr. Chr. Soumokil. c). PBB sebagai mediator diwakili oleh Frank Graham (ketua), Paul Van Zeeland, dan Richard Kirby. Perjanjian ini menghasilkan saran-saran KTN dengan pokok pokoknya, yaitu pemberhentian tembak-menembak di sepanjang Garis Van Mook serta perjanjian peletakan senjata dan pembentukan daerah kosong militer. Berikut adalah isi dari Perjanjian Renville. a). Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatra sebagai bagian wilayah Republik Indonesia. b). Disetujuinya sebuah Garis Demarkasi Van Mook yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda. c). TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur. Pada akhirnya, Perjanjian Renville ditandatangani pada 17 Januari 1948 dan disusul intruksi untuk menghentikan aksi tembak menembak pada 19 Januari 1948. Selain itu, masih ada enam pokok prinsip tambahan untuk perundingan guna mencapai penyelesaian politik yang meliputi hal-hal berikut. a). Belanda tetap memegang



26



kedaulatan atas seluruh wilayah Indonesia sampai dibentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS). b). Sebelum RIS dibentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada pemerintah federal sementara. c). RIS sederajat dengan Belanda dan menjadi bagian dari Uni Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketua uni tersebut. d). Republik Indonesia merupakan bagian dari RIS. e). Akan diadakan penentuan pendapat rakyat (plebisit) di Jawa, Madura, dan Sumatra untuk menentukan apakah rakyat akan bergabung dengan RI atau RIS. f). Dalam waktu 6 bulan sampai satu tahun akan diadakan pemilu untuk membentuk Dewan Konstitusi RIS. Sebagai konsekuensi ditandatanganinya Perjanjian Renville, maka wilayah RI semakin sempit karena diterimanya Garis Demarkasi Van Mook, yakni wilayah Republik Indonesia hanya meliputi Yogyakarta dan sebagian Jawa Timur. Dampak lainnya adalah anggota TNI yang masih berada di daerah-daerah kantong yang dikuasai Belanda harus ditarik masuk ke wilayah RI, misalnya di Jawa Barat ada sekitar 35.000 tentara Divisi Siliwangi sehingga pada 1 Februari 1948, Divisi Siliwangi hijrah menuju wilayah RI di Jawa tengah dan ada yang ditempatkan di Surakarta. Di samping itu, ada sekitar 6.000 tentara dari Jawa Timur harus masuk ke wilayah RI. Isi Perjanjian Renville mendapat tentangan dari masyarakat sehingga muncul mosi tidak percaya terhadap Kabinet Amir Syarifuddin pada 23 Januari 1948. Akhirnya, Amir menyerahkan kembali mandatnya sebagai perdana menteri kepada presiden. Dengan demikian, keputusan Renville menimbulkan masalah baru, yaitu pembentukan pemerintahan peralihan. I. Agresi Militer Belanda II Seperti halnya ketika diadakan Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dengan Belanda yang dikhianati Belanda dengan melancarkan Agresi Militer Belanda I, ketika diadakan Perjanjian Renville, Belanda juga mengkhianatinya. Perjanjian Renville yang diadakan pada Januari 1948 di atas Kapal USS Renville di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, menyepakati suatu gencatan senjata di sepanjang Garis Van Mook (suatu garis buatan yang menghubungkan titik-titik terdepan pihak Belanda walaupun dalam kenyataannya masih tetap ada banyak daerah yang dikuasai pihak Republik di dalamnya). Pelaksanaan hasil Perundingan Renville mengalami kemacetan. Upaya jalan keluar yang ditawarkan oleh KTN selalu mentah kembali karena tidak adanya kesepakatan antara Indonesia dan Belanda. Indonesia melalui Hatta - wakil presiden merangkap perdana menteri menggantikan Amir Syarifuddin - tetap tegas mempertahankan kedaulatan Indonesia, sementara Belanda terus berupaya mencari cara menjatuhkan wibawa Indonesia. Saat ketegangan semakin memuncak, Indonesia dan Belanda mengirimkan nota kepada KTN. Nota itu sama-sama berisi tuduhan terhadap pihak lawan yang tidak menghormati hasil Perundingan Renville. Akhirnya, menjelang tengah malam pada tanggal 18 Desember 1948, Wali Tinggi Mahkota Belanda, Dr. Beel, mengumumkan bahwa Belanda tidak terikat lagi pada hasil Perundingan Renville. Sementara itu, keadaan dalam negeri sudah sangat tegang terkait dengan oposisi yang dilakukan oleh Front Demokrasi Rakyat (PKI dan sekutunya) terhadap politik yang



27



dijalankan oleh Kabinet Hatta. Oposisi ini meningkat setelah seorang tokoh komunis kawakan, Musso, yang memimpin pemberontakan PKI tahun 1926, kembali ke Indonesia dari Uni Soviet. Musso sejak mudanya memang selalu bersikap radikal dan dialah yang mendorong PKI untuk memberontak pada tahun 1926. Oposisi terhadap Kabinet Hatta mencapai pucaknya ketika Sumarsono, pemimpin Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia), mengumumkan pembentukan pemerintahan Soviet di Madiun, 18 September 1948. Untuk mengajak rakyat agar bersatu melawan pemberontakan PKI Madiun 1948 yang mencoba menohok dari belakang sementara Republik Indonesia menghadapi Belanda, Sukarno dengan nada tinggi mengatakan, “Pada saat yang genting ini kita mengalami cobaan yang besar untuk menentukan nasib kita sendiri. Silakan pilih di antara dua, yaitu ikut Musso dengan PKI-nya yang akan membawa bangkrutnya cita-cita Indonesia merdeka atau ikut Sukarno-Hatta yang akan memimpin Negara RI yang merdeka, tidak dijajah oleh negara apa pun juga!” TNI bertindak cepat. Kolonel Sungkono segera mengerahkan brigade operasi di bawah komando Mayor Jonosewojo. Tentara Indonesia melakukan pukulan balasan terhadap PKI Madiun dengan bantuan dari batalion-batalion Mudjajin, Sabirin Muhtar, Sabaruddin, dan Sunaryadi. Gubernur Militer Gatot Subroto juga mengerahkan Brigade Sadikin Siliwangi dari arah Barat. Batalion batalion yang dikerahkan adalah Achmad Wiranatakusumah, Umar, Daeng, Nasuhi, Kusno Utomo, Sambas, Kosasih, dan Kemal Idris. Dalam tempo sepuluh hari saja pasukan TNI telah merebut Madiun. Akhirnya, pemberontakan PKI Madiun dapat dipadamkan TNI dan pemimpinnya, Musso, ditembak mati pada 31 Oktober 1948. Sebelum pasukan-pasukan Republik dapat beristirahat setelah beroperasi terusmenerus melawan PKI Madiun, Belanda menyerang lagi. Dini hari, 19 Desember 1948, pesawat terbang Belanda membombardir Maguwo (sekarang Bandara Adisucipto) dan sejumlah bangunan penting di Yogyakarta. Peristiwa itu mengawali Agresi Militer Belanda II. Pemboman dilanjutkan dengan penerjunan pasukan udara. Setelah mengetahui Belanda menyerang, Sultan Hamengkubuwono IX kemudian pergi ke Gedung Negara (sekarang Gedung Agung, Istana Negara Yogyakarta) untuk bertemu dengan Presiden Sukarno dan beberapa menteri seperti Juanda, Ali Sastroamijoyo, Rh. Kusnan, serta Laksamana Udara Suryadarma, sedangkan Wakil Presiden-Perdana Menteri Moh. Hatta tidak ada. Ternyata, saat itu Hatta sedang berada di Kaliurang untuk menghadiri pertemuan dengan perwakilan Australia, Critchley, anggota Komisi Tiga Negara. Karena kabinet akan segera mengadakan sidang darurat, sementara perdana menteri tidak ada, maka Sultan Hamengkubuwono IX menyanggupi untuk menjemput Hatta di Kaliurang. Sementara itu, pesawat terbang Belanda menjatuhkan granat, bom, dan tembakan mitraliur ke Benteng Vredenburg yang terletak di depan Gedung Negara. Sultan Hamengkubuwono IX langsung menuju mobilnya. Namun, sebelum sampai meninggalkan halaman Gedung Negara, Sultan Hamengkubuwono IX bertemu dengan Sutan Syahrir, mantan perdana menteri yang juga akan menjemput Hatta ke Kaliurang.



28



Bersama Syahrir, Sultan Hamengkubuwono IX menuju Kaliurang. Di tengah jalan, Sultan Hamengkubuwono IX berpapasan dengan mobil milik Hatta yang menuju ke Gedung Negara. Dengan cepat, Sultan Hamengkubuwono IX memutar kemudinya untuk kembali ke Gedung Negara. Namun, karena pesawat terbang Belanda membabi buta memuntahkan bom, Sultan Hamengkubuwono IX memutuskan untuk meninggalkan jalan raya dan memasuki jalan desa yang lebih terlindung dengan jalan yang berliku-liku untuk menghindari serangan pesawat tempur Belanda. Sesampai di Gedung Negara, ternyata sidang darurat sudah selesai sehingga Sultan Hamengku buwono IX sebagai Menteri Negara Koordinator Keamanan tidak sempat mengikuti sidang darurat yang sangat penting. Semula memang sudah ada rencana bahwa presiden dan wakil presiden serta para pemimpin lainnya akan diterbangkan ke India. Rencana lain adalah mengungsikan presiden ke Baturaden, di lereng Gunung Slamet, Jawa Tengah. Ternyata, dalam suasana genting itu pemerintah RI menghasilkan keputusan darurat seperti berikut. a. Melalui radiogram, pemerintah RI mem berikan mandat kepada Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintah Darurat RI (PDRI) di Sumatera. Juga memberikan perintah kepada Mr. A.A. Maramis yang sedang di India bahwa apabila Syafruddin Prawiranegara ternyata gagal melaksanakan kewajiban pemerintah pusat, maka A.A. Maramis diberi wewenang untuk membentuk pemerintahan di India. b. Presiden dan wakil presiden RI tetap tinggal di dalam kota - dengan risiko ditangkap Belanda - agar dekat dengan KTN (saat itu berada di Kaliurang). c. Pimpinan TNI menyingkir ke luar kota dan melancarkan perang gerilya dengan membentuk wilayah pertahanan (sistem wehkreise) di Jawa dan Sumatra. Setelah menguasai Yogyakarta, pasukan Belanda menawan presiden dan sejumlah pejabat negara. Sukarno, Sutan Syahrir, serta Agus Salim ditawan dan diterbangkan ke Brastagi. Sedangkan Hatta, Mr. Roem, Ali Sastroamijoyo, Suryadarma, dan Assat ditawan di Bangka. Tidak beberapa lama, Sukarno kemudian dipindahkan ke Bangka. Sementara itu, Jenderal Sudirman memimpin TNI melancarkan perang gerilya di kawasan luar kota. Sore harinya, pukul 17.00, Komandan Pasukan Belanda Kolonel Van Langen yang menjadi penguasa militer di Yogyakarta datang ke keraton. Kedatangannya itu untuk memberitahukan bahwa Sultan Hamengkubuwono IX boleh bergerak ke manamana secara leluasa asalkan tidak melawati garis merah yang tertera di peta. Setelah dilihat, ternyata garis merah tersebut mengelilingi seluruh wilayah keraton. Itu artinya, Sultan HB IX tidak boleh keluar dan bergerak dengan bebas. Jadi, Sultan Hamengkubuwono IX dikenakan status tahanan rumah oleh Belanda. Aksi/Agresi Militer Belanda II ternyata menarik perhatian PBB karena Belanda secara terang-terangan tidak mengikuti lagi Perjanjian Renville di depan Komisi Tiga Negara yang ditugaskan kepada PBB. Pada 24 Januari 1949, Dewan Keamanan membuat resolusi agar RI dan Belanda segera menghentikan permusuhan dan membebaskan presiden RI serta pemimpin politik lain yang ditawan Belanda. Amerika Serikat mulai mengubah pandangannya terhadap Indonesia karena dengan tegas telah menumpas pemberontakan PKI di Madiun sehingga mulai melakukan tekanan dan ancaman menghentikan bantuan kepada Belanda yang diberikan dalam



29



rangka Marshall Palan (di Eropa). Adanya tekanan politik dan militer - dengan makin besarnya kemampuan TNI untuk melaksanakan perang gerilya - itulah akhirnya Belanda menerima perintah Dewan 241 Keamanan PBB untuk menghentikan agresinya dan memaksa Belanda untuk kembali ke meja perundingan. J. Gerilya Panglima Besar Sudirman Apabila para pemimpin pemerintahan seperti Presiden Sukarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, dan beberapa menteri ditangkap Belanda, atas perintah Presiden Sukarno, Panglima Besar Sudirman yang saat itu berusia 30 Tahun meninggalkan Kota Yogyakarta untuk bergerilya. Sudirman, dalam sebuah diskusi kecil dengan Sukarno, mengajak Sukarno untuk meninggalkan Gedung Agung sebelum ditangkap Belanda dan bergerilya bersama di hutan. Namun, ajakan Sudirman tersebut ditolak oleh Sukarno dengan alasan jika Sukarno ikut bergerilya, maka Belanda akan dengan mudah menembak mati Sukarno. Sebaliknya, jika Sukarno tetap tinggal dan ditangkap Belanda, Sukarno dapat berdiplomasi dan masih bisa memimpin rakyat. Sukarno memerintahkan Sudirman untuk masuk ke desa dan hutan untuk perang gerilya 100 persen. Akhirnya, Jenderal Sudirman yang dalam keadaan kondisi badan tidak sehat karena sakit paru-paru memimpin perang gerilya. Sudirman dan rombongan melakukan perjalanan mulai dari Yogyakarta ke Gunungkidul dengan melewati beberapa kecamatan menuju Pracimantoro, Wonogiri, Ponorogo, Trenggalek, dan Kediri. Karena dalam perang gerilya tersebut menggunakan kekuatan fisik yang prima, sementara Jenderal Sudirman dalam keadaan sakit, maka selama dalam perjalanan Sudirman harus ditandu atau dipapah oleh anak buahnya untuk masuk hutan, naik gunung, turun jurang, dan keluar masuk dari desa satu ke desa yang lain. Sudirman memberikan contoh sebagaimana pesan Sukarno untuk tidak akan pernah menyerah dalam usaha mempertahankan tegaknya panji-panji NKRI. Dalam perjalanan perang gerilyanya, setelah sampai Kediri, Sudirman lalu memutar melawati Trenggalek dan terus melakukan perjalanan sampai akhirnya di Sobo dengan tetap waspada karena Belanda menyebar tentaranya untuk memburu Sudirman dan anak buahnya untuk ditangkap dalam keadaan hidup atau mati. Jenderal Sudirman dan anak buahnya yang setia sungguh heroik karena menempuh perjalanan kurang lebih 1.000 km dengan perbekalan seadanya. Waktu bergerilya mencapai enam bulan dengan penuh derita, lapar, dahaga, kepanasan, kedinginan, ancaman Belanda, dan menahan rasa sakit pada paru-parunya. Meski demikian, Sudirman tidak lagi memikirkan harta, jiwa, dan raganya untuk tegaknya kedaulatan bangsa dan negara. K. Berdirinya PDRI Pada saat terjadi Agresi Militer Belanda II, sebelum pasukan Belanda di bawah pimpinan Kolonel van Langen sampai ke Gedung Agung, Sukarno beserta para pemimpin negara melakukan rapat yang antara lain memutuskan agar presiden membuat mandat kepada Syafruddin Prawiranegara yang saat itu berada di Bukittinggi untuk membentuk pemerintahan darurat.



30



Sukarno juga mengirim mandat serupa kepada Mr. A.A. Maramis dan Dr. Sudarsono yang berada di New Delhi, India, apabila pembentukan pemerintah darurat di Bukittinggi mengalami kegagalan. Namun, Syafruddin Prawiranegara berhasil mendeklarasikan berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Kabupaten Lima Puluh Kota pada 19 Desember 1948. PDRI ternyata aktif menjalankan pemeritahannya dan pemerintahan di Yogyakarta untuk sementara tidak aktif. Peranan PDRI antara lain sebagai berikut. a). PDRI dapat sebagai mandataris kekuasaan pemerintah RI dan berperan sebagai pemerintah pusat. b). PDRI berperan sebagai kunci dalam mengatur arus informasi sehingga mata rantai komunikasi tidak terputus dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Radiogram mengenai masih berdirinya PDRI dikirim kepada ketua Konferensi Asia, Pandit Jawaharlal Nehru, oleh Radio Rimba Raya yang berada di Aceh Tengah. c). PDRI berhasil menjalin hubungan dan membagi tugas dengan perwakilan RI di India. Dari India inilah informasi-informasi tentang keberadaan dan perjuangan bangsa (misalnya serangan 1 Maret 1949) dan negara RI dapat disebarluaskan ke berbagai penjuru dunia. Maka, terbukalah mata dunia mengenai keadaan RI yang sesungguhnya. Syafruddin Prawiranegara menyerahkan mandat kepada Presiden RI di Yogyakarta pada 13 Juli 1949. Dengan demikian, PDRI yang bekerja selama delapan bulan telah berhasil menggantikan pemerintahan RI meskipun dalam beberapa hal harus dikonsultasikan dengan para pemimpin RI yang sedang dalam pembuangan. L. Serangan 1 Maret 1949 Setelah para pemimpin bangsa ditangkap dan Jenderal Sudirman menyingkir ke hutan dan desa untuk perang gerilya 100 persen, Belanda mengatakan kepada dunia bahwa Indonesia tinggal nama. Republik Indonesia sudah tidak ada, yang ada hanya para pengacau keamanan. Sebagai reaksi, Sultan Hamengkubuwono IX ingin melakukan Counter Opinion agar aktivitas Republik Indonesia dapat didengar oleh Dewan Keamanan PBB yang akan bersidang pada 1 Maret 1949. Informasi bahwa DK PBB akan bersidang didengar dari siaran radio berita luar negeri. Kemudian, lewat kurir, Sultan Hamengkubuwono IX berkirim surat kepada Jenderal Sudirman tentang perlunya tindakan penyerangan terhadap Belanda. Dalam surat balasannya, karena Sudirman jauh dari Yogyakarta, untuk penyerangan agar dibahas bersama Komandan TNI setempat, yakni Letkol. Suharto selaku komandan wehkreise III. Wehkreise adalah lingkungan pertahanan atau pertahanan daerah yang mengadaptasi dari strategi militer yang dilakukan tentara Jerman pada Perang Dunia II. Sistem ini dipakai sejak dari pertahanan pulau sampai daerah-daerah. Masing-masing komandan diberi kebebasan seluas-luasnya untuk menggelar dan mengembangkan perlawanan terhadap tentara Belanda. Wilayah wehkreise adalah satu keresidenan yang di dalamnya terhimpun kekuatan militer, politik, ekonomi, pendidikan, dan pemerintahan. Letkol. Suharto datang menghadap ke keraton dan berganti baju dengan baju abdi dalem layaknya rakyat yang sedang meghadap raja. Dalam pertemuan dengan Letkol. Suharto untuk membahas penyerangan, Sultan berpesan agar silakan menyerang dari



31



berbagai arah, tetapi jangan menyerang dari arah selatan karena di selatan ada keraton yang akan menjadi sasaran mortir dan merusak keraton. Akhirnya, strategi pengepungan disepakati untuk dibagi menjadi enam sektor, yakni keraton bagian barat, keraton bagian timur, barat Jalan Malioboro, timur Jalan Malioboro, barat Stasiun Tugu ke utara, dan timur Stasiun Tugu ke utara. Penyerangan terhadap Belanda dijadwalkan tanggal 1 Maret 1949 dini hari. Tanggal 1 Maret 1949, sekitar pukul 06.00 WIB, sewaktu sirine berbunyi sebagaimana berakhirnya jam malam yang dibuat Belanda, serangan umum dilancarkan dari berbagai arah. Letkol. Suharto memimpin langsung penyerangan dan berjalan dengan sukses. Selama enam jam (mulai dari pukul 06.00 sampai dengan pukul 12.00), Yogyakarta dapat diduduki TNI. Setelah mendatangkan bantuan tentara dari Gombong dan Magelang, Belanda baru bisa memukul mundur para pejuang. Keberhasilan gerilya kota adalah berkat bantuan Sultan Hamengkubuwono IX yang melindungi para gerilyawan di dalam keraton, termasuk perbekalan uang ratusan gulden dan sebagainya. Keteguhan hati untuk berpihak kepada rakyat terlihat ketika terjadi perdebatan antara Sultan Hamengkubuwono IX dengan Jenderal Meyer, Komandan pasukan Belanda. Sultan Hamengkubuwono IX dituduh melindungi gerilyawan dan Belanda ingin mengejarnya ke dalam keraton. Namun, Sultan Hamengkubuwono IX menjawab dengan memakai bahasa Belanda yang fasih, “Kalau Tuan-tuan ingin menyerang keraton, maka silakan Tuan lakukan. Tetapi sebelum itu, Tuan harus melangkahi mayat saya dulu.” Karena kewibawaan Sultan, akhirnya Jenderal Meyer tidak mencari lagi gerilyawan di dalam keraton. Bagi masyarakat Indonesia, kejadian Serangan Umum 1 Maret 1949 memberikan teladan bagaimana kuatnya perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Di samping itu, dampak internasionalnya adalah meyakinkan dunia bahwa Indonesia masih ada dan masih punya kekuatan. Oleh karena itu, DK PBB mencarikan jalan terbaik untuk mengatasi persengketaan lewat perundingan. M. Kedermawanan Sultan Hamengku Buwono II Dalam Revolusi Fisik (1946-1950) Setelah kepindahan para pemimpin di Jakarta ke Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono IX sebagai tuan rumah melayani tamunya dengan sebaik-baiknya. Semula Muhammad Hatta dan keluarga menginap di Puro Pakualaman sambil menunggu selesainya perbaikan rumah yang disiapkan di Jalan Reksobayan No. 4 Yogyakarta. Sukarno dan keluarga juga sementara tinggal di Puro Pakualaman sambil menunggu membersihkan rumah Gubernur Belanda yang kemudian dikenal dengan Gedung Negara atau sekarang bernama Gedung Agung. Gedung Agung juga berfungsi sebagai kantor pusat pemerintahan Republik di Yogyakarta, karena di gedung inilah biasanya dilakukan pertemuan antara Presiden, Wakil Presiden, para menteri, dan pimpinan militer. Setibanya para pemimpin Republik Indonesia di Yogyakarta, tiap-tiap kementerian dan jawatan-jawatan berturut-turut ikut hijrah ke Yogyakarta. Gedung Negara setelah ditinggalkan Jepang tidak terdapat peralatan rumah tangga di dalamnya. Oleh karena itu, Keraton Yogyakarta memberikan berbagai peralatan



32



bahkan keraton memberikan 1.440 pucuk senjata api kepada pasukan Republik Indonesia. Selain senjata api, Keraton Yogyakarta juga menyumbangkan senjata-senjata tajam seperti tombak. Sukarno menceritakan bahwa saat itu pemerintahan Republik Indonesia bekerja seadanya sehingga tidak mirip dengan pemerintahan selayaknya. Sukarno berujar “Kami tidak mempunyai apa-apa, tidak ada mesin ketik, alat kantor, pesawat terbang, dan kami juga tidak mempunyai uang.” Melihat kondisi pemerintahan yang memprihatinkan itulah kemudian Sultan menyumbangkan beberapa uang gulden milik keraton sekaligus uang pribadinya untuk biaya operasional pemerintah Republik Indonesia. Menurut Rahendra Koeman, seorang menteri yang menjabat bidang perburuhan dan sosial dalam kabinet Hatta, pemberian bantuan uang Belanda (gulden) dalam jumlah sangat besar yang disimpan di keraton kepada pejabat dan pegawaipegawai pemerintah pusat adalah agar tidak menyeberang kepada pihak Belanda karena tergiur uang Belanda. Sebelum para pemimpin bangsa bertolak dari Bangka (pengasingan) menuju Yogyakarta mereka berkumpul dalam sebuah pertemuan. Dalam perbincangan itu, tibatiba Sukarno dan Moh. Hatta berbicara dengan nada yang menunjukkan kesedihan karena pemerintah republik tidak punya ongkos dan biaya operasional untuk menggerakkan roda pemerintahan jika kembali ke Yogyakarta dan kemudian dilanjutkan di Jakarta. Para tokoh yang ada di sana seperti H. Agus Salim, Komisaris Besar Polisi Sumarto, Mr. Assaat, Mr. Gafar Pringgodigdo, dr. Halim, dr. Darmasetiawan, RH. Koesnan, dan lainnya telah memberikan saran, tetapi tidak ada keputusan yang disepakati. Sultan berbicara di hadapan para pemimpin republik itu untuk menyumbangkan dana dalam bentuk cheque Javache Bank (sekarang Bank Indonesia) sebesar f 6.000.000 (6 juta gulden) untuk membantu kepulangan para pemimpin Republik dan memulai menggerakkan roda pemerintahan. Dengan uang sebanyak itu, Indonesia kala itu dapat memperbaiki pelayanan rakyat dalam bidang kesehatan, pendidikan, militer, sampai pada penggajian pejabat dan pegawai negara. Tahun 1949, negara diibaratkan sebagai bayi yang belum punya pendapatan, sedangkan negara membutuhkan uang untuk pemerintahan minimal untuk gaji pegawai dan pimpinan Republik. Sukarno menerima selembar kertas cheque tersebut dengan wajah terharu dan menyambutnya dengan kata singkat dengan suara rendah: “Terima kasih” sambil mengulurkan tangannya kepada Sultan. Dua anak manusia dan dua putra bangsa terbesar saling berjabat tangan. Oleh karena merasa terharu dengan kebaikan Sultan, tanpa canggung Sukarno langsung merangkul Sultan. Suasana ruangan menjadi hening dan haru. Air mata tidak terbendung dari semua yang hadir. Oleh karena Sukarno sangat terkesan dan merasa begitu pentingnya Yogyakarta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Sukarno sebelum kembali ke Jakarta, menuliskan pesan, “Djogjakarta mendjadi termasjhur oleh karena djiwa kemerdekaannya. Hidupkanlah terus djiwa kemerdekaan itu! N. Perjanjian Roem Royen Serangan 1 Maret 1949 yang dilancarkan TNI ternyata telah membuka mata dunia bahwa Indonesia masih ada dan propaganda yang selama ini diberitakan Belanda ternyata



33



tidak benar. Walaupun didesak oleh dunia internasional, Belanda masih saja tidak menaati resolusi DK PBB tanggal 24 Januari 1949 (Indonesia dan Belanda segera menghentikan permusuhan dan membebaskan presiden RI dan pemimpin politik yang ditawan Belanda). Melihat kenyataan itu, Amerika Serikat bersikap tegas, jika Belanda tetap membandel, maka bantuan ekonomi akan dihentikan. Dengan adanya ancaman seperti itu, akhirnya Belanda melunak. Tanggal 14 April 1949, atas inisiasi komisi PBB, diadakan perundingan di Jakarta di bawah pimpinan Mrele Cochran, anggota komisi dari AS. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Moh. Roem dan delegasi Belanda dipimpin oleh H.J. Van Royen. Dalam perundingan itu, RI tetap menuntut tidak melakukan perundingan jika tidak ada kesepakatan pengembalian pemerintahan RI ke Yogyakarta. Sebaliknya, Belanda menuntut agar Indonesia menyetujui tentang perintah penghentian perang gerilya yang dilakukan TNI. Perundingan menjadi sangat alot sehingga Amerika mendesak Indonesia agar melanjutkan perundingan. Jika tetap pada pendirian, maka Amerika tidak memberikan bantuan dalam bentuk apa pun. Akhirnya, perundingan dilanjutkan pada 1 Mei 1949 dan 7 Mei 1949 dengan menghasilkan kesepakatan Roem-Royen yang isinya sebagai berikut. a. Pihak Indonesia bersedia mengeluarkan perintah kepada pengikut RI yang bersenjata untuk menghentikan perang gerilya. RI juga akan ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag guna mempercepat penyerahan kedaulatan kepada Negara Indonesia Serikat tanpa syarat. b. Pihak Belanda menyetujui adanya pengembalian RI ke Yogyakarta dan menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik. Belanda juga tidak akan mendirikan dan mengakui negara-negara yang ada di wilayah kekuasaan RI sebelum Desember 1948 serta menyetujui RI sebagai bagian dari NIS. Kemudian, Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Sumatra memerintahkan Sultan Hamengkubuwono IX untuk mengambil alih pemerintahan di Yogyakarta dari pihak Belanda. Setelah pemerintahan kembali ke Yogyakarta, pada 13 Juli 1949 diselenggarakan Sidang Kabinet RI yang pertama. Dalam sidang itu, Syafruddin Prawiranegara mengembalikan mandatnya kepada Wakil Presiden Moh. Hatta. Sidang itu juga memutuskan untuk mengangkat Sultan Hamengkubuwono IX sebagai menteri pertahanan merangkap ketua koordinator pertahanan. M. Peristiwa Yogya Kembali Sebagai konsekuensi atas perjanjian Roem-Royen pada 18 Juni 1949, Menteri Koordinator Keamanan Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan perintah kepada PDRI untuk menghentikan tembak-menembak. Ini dimaksudkan agar daerah Yogyakarta disiapkan untuk mengosongkan tentara Belanda. Pada 29 Juni 1949, pasukan Belanda berangsur-angsur meninggalkan Yogyakarta. Begitu juga pasukan TNI berangsur-angsur masuk ke Kota Yogyakarta. Peristiwa 248 keluarnya tentara Belanda dan masuknya TNI ke Yogyakarta inilah yang dikenal sebagai Peristiwa Yogya Kembali. Pada 6 Juli 1949, Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta bertolak dari Pangkalpinang (pengasingan) menuju Yogyakarta disertai oleh pemimpin-pemimpin Republik yang diasingkan di Bangka. Ada tiga kelompok pimpinan RI yang ditunggu



34



untuk kembali ke Yogyakarta, yakni: a). Kelompok pimpinan Republik Indonesia yang diasingkan di Bangka. b). Kelompok PDRI yang dipimpin oleh Syafruddin Parwiranegara. c). Kelompok angkatan perang yang melakukan gerilya pimpinan Jenderal Sudirman. Setibanya di Gedung Negara, Sukarno memberikan sambutan, “… Kembalinya pemerintahan RI ke Yogyakarta adalah nyata bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia harus dilanjutkan. Dua faktor utama yang memungkinkan kembalinya pemerintahan RI ke Yogya adalah pertama, kekuatan dan keuletan rakyat, kedua bantuan dunia internasional.” Dengan demikian menjadi kenyataan bahwa pemerintahan RI telah kembali. Wakil-wakil dari UNCI (United Nations Commission for Indonesia) dan BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg) turut serta menerima kedatangan pemimpinpemimpin RI di Yogyakarta. Sementara itu, wakil ketua BFO (negara-negara bagian) menemui presiden dan wakil presiden untuk membicarakan rencana Konferensi AntarIndonesia dan sekaligus menyampaikan undangan untuk hadir dalam konferensi itu. Tanggal 10 Juli 1949, Panglima Besar Jenderal Sudirman tiba di ibu kota RI Yogyakarta. Sudirman datang ke Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta dengan pasukannya setelah memimpin gerilya. Sudirman dijemput Letkol. Suharto di bagian selatan kota Yogyakarta. Sudirman dipikul dengan tandu karena menderita sakit paruparu dan sukar untuk berjalan. Tandu diletakkan pelan-pelan dan keluarlah Sudirman dengan pelan tetapi berdiri tegak walaupun berjalan dibantu tongkat. Panglima Besar menggunakan pakaian Jawa, baju lurik, kain kehitam-hitaman, ikat kepala wulung, serta berjas panjang dan terselip keris pusaka di bagian muka sabuk. Setibanya di Alun-alun Utara, Sudirman melakukan parade dan disambut Sukarno dengan hangat. Keduanya berpelukan erat sebagai tanda kerinduan masing-masing. Ketika melakukan parade, para komandan satu per satu mendapat tepukan pada bahu dari panglima besar dan para komandan itu tidak dapat menahan perasaannya melihat wajah panglimanya dan menitikkan air mata karena haru. Selesai melakukan parade, Sudirman bersalaman dengan Syafruddin Parwiranegara yang berpakaian hitam dan memakai peci hitam yang baru tiba pada hari itu, Minggu, 10 Juli 1949. Lengkaplah sudah semua pimpinan negara di Yogyakarta, baik yang dari Bangka, dari Pemerintah Darurat RI di Sumatera, maupun Pimpinan Angkatan Perang. Jalan yang akan ditempuh kini dapat dibicarakan bersama. Strategi perang Jenderal Sudirman kemudian dikenal sebagai “Perang Gerilya”. Strategi perang ini kemudian ditulis dalam sebuah buku oleh A.H. Nasution dengan judul Pokok-pokok Gerilya dan Pertahanan Republik Indonesia di Masa yang Lalu dan yang Akan Datang. Ternyata buku ini dijadikan acuan atau panduan tentara Vietnam di bawah pimpinan Jenderal Nguyen Giap dan berhasil mengalahkan tentara Amerika Serikat dalam Perang Vietnam. Hingga kini, buku A.H. Nasution tersebut menjadi bacaan wajib bagi Taruna Akademi Militer Amerika.



35



O. Konferensi Antar Indonesia Belanda tidak berhasil membentuk negara-negara bagian dari suatu negara federal BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg). Namun, di antara pemimpin BFO banyak yang sadar dan melakukan pendekatan untuk bersatu kembali dalam upaya pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS). Mereka sadar bila ternyata hanya dijadikan alat dan boneka bagi kekuasaan Belanda. Oleh karena itu, perlu dibentuk semacam front untuk menghadapi Belanda. Kabinet Hatta melakukan perjuangan diplomasi, yaitu masalah internal terlebih dahulu. Hatta beberapa kali mengadakan Konferensi Antar-Indonesia untuk menghadapi usaha Van Mook dengan negara bonekanya. Ternyata, hasil Konferensi Antar-Indonesia itu berhasil dengan baik. Walaupun untuk sementara pihak RI menyetujui terbentuknya negara RIS, tetapi bukan berarti pemerintah RIS tunduk kepada pemerintah Belanda. Pada bulan Juli dan Agustus 1949 diadakan Konferensi Antar Indonesia. Dalam konferensi itu diperlihatkan bahwa politik devide et impera Belanda untuk memisahkan daerah-daerah di luar wilayah RI mengalami kegagalan. Hasil Konferensi AntarIndonesia yang diselenggarakan di Yogyakarta itu antara lain sebagai berikut. a). Negara Indonesia serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan demokrasi dan federalisme. b). RIS akan dikepalai oleh seorang presiden dengan dibantu oleh menteri-menteri yang bertanggung jawab kepada presiden. c). RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari RI maupun Belanda. d). Angkatan perang RIS adalah Angkatan Perang Nasional dan presiden RIS adalah Panglima Tertinggi Angkatan Darat. e). Pembentukan angkatan perang RIS adalah semata-mata soal bangsa Indonesia sendiri. Kesepakatan ini mempunyai arti penting karena akan dijadikan bekal dalam menghadapi perundingan-perundingan selanjutnya dengan Belanda. Pada 1 Agustus 1949, Indonesia dan Belanda sepakat menghentikan tembak-menembak. Kesepakatan itu berlaku efektif mulai 11 Agustus 1949 untuk seluruh Jawa, sedangkan untuk wilayah Sumatra dilaksanakan pada 15 Agustus 1949. Keberhasilan dari kesepakatan-kesepakatan inilah yang memungkinkan terselenggaranya Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda dari bulan Agustus sampai November 1949. P. Konferensi Meja Bundar (KMB) Walaupun perjanjian Roem-Royen dapat mengembalikan para pemimpin dari pengasingan, kembalinya pemerintahan darurat dari Sumatra dan Panglima Besar Sudirman sudah kembali berkumpul di Yogyakata, tetapi masalah-masalah antara Indonesia dengan Belanda belum semuanya tuntas. Untuk itulah perlu dieselenggarakan sebuah pertemuan yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah di antara dua negara itu. Oleh karena itu, pada 23 Agustus sampai 2 November 1949 diselenggarakan Konferensi Meja Bundar di Den Haag. Indonesia diwakili oleh Drs. Moh. Hatta (sebagai ketua), Mr. Moh. Roem, Prof. Dr. Soepomo, Mr. Ali Sastroamidjoyo, Ir. Juanda, Kolonel T.B. Simatupang, Mr. Suyono Hadinoto, Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Dr. J. Leimena, dan Mr. Abdul Karim Pringodigdo. Sementara dari BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg) adalah Sultan Pontianak Hamid II. Delegasi dari Belanda diketuai Mr. Van Maarseveen, sedangkan UNCI oleh Chritcjley.



36



Tujuan diadakan KMB adalah 1) menyelesaikan sengketa antara Indonesia dengan Belanda dan 2) untuk mencapai kesepakatan antara para peserta tentang tata cara penyerahan yang penuh dan tanpa syarat kepada negara Indonesia Serikat, sesuai dengan ketentuan Perjanjian Renville. Masalah-masalah antara Indonesia dengan Belanda yang sulit untuk dipecahkan dalam KMB adalah sebagai berikut. a. Soal Uni Indonesia-Belanda. Pihak Indonesia menghendaki agar sifatnya hanya kerja sama yang bebas tanpa adanya organisasi Gambar 6.h. Konferensi Meja Bundar. Persetujuan yang menghasilkan terbentuknya RIS (Republik Indonesia Serikat). permanen. Sedangkan Belanda menghendaki ada ikatan secara permanen dengan bentuk kerja sama yang lebih luas. b. Masalah utang Hindia Belanda. Pihak Indonesia hanya mengakui utang-utang Hindia Belanda sampai menyerahnya Belanda kepada Jepang. Sedangkan pihak Belanda menghendaki agar Indonesia mengambil alih semua utang Hindia Belanda sampai penyerahan kedaulatan dan biaya perang kolonial melawan TNI. Setelah melalui perdebatan yang keras, pada 2 November 1949, KMB dapat diakhiri. Hasil-hasil keputusannya antara lain sebagai berikut. a. Belanda mengakui keberadaan negara RIS (Republik Indonesia Serikat) sebagai negara yang merdeka dan berdaulat - RIS terdiri dari RI dan 15 negara bagian yang pernah dibentuk Belanda. b. Masalah Irian Barat akan diselesaikan setahun kemudian setelah pengakuan kedaulatan. c. Corak pemerintahan RIS akan diatur dengan konstitusi yang dibuat oleh delegasi RI dan BFO selama KMB berlangsung. d. Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda yang bersifat lebih longgar berdasarkan kerja sama secara sukarela dan sederajat. Uni Indonesia-Belanda ini disepakati oleh Ratu Belanda. e. RIS harus membayar utang-utang Hindia Belanda sampai waktu pengakuan kedaulatan. f. RIS akan mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan izin baru untuk perusahaan-perusahaan Belanda. Beberapa klausul keputusan itu merugikan Indonesia, misalnya utang-utang Hindia Belanda yang harus ditanggung RIS sebesar 4,3 miliar gulden. Utang itu antara lain untuk pembelian senjata sebagai alat membunuh TNI dan rakyat serta menghancurkan infrastruktur yang ada di Indonesia, tetapi yang harus membayar Indonesia sendiri. Klausul yang merugikan Indonesia lainnya adalah soal penundaan penyelesaian Irian Barat yang merupakan akal- Belanda agar tetap menguasai wilayah Indonesia. Untuk menyelesaikan persoalan ini perlu waktu yang berliku-liku dan panjang. Walaupun ada beberapa klausul yang merugikan, tetapi Indonesia menerima klausul itu karena KMB memberi kesempatan kepada Indonesia untuk membangun negeri sendiri. Q. Pembentukan Republik Indonesia Serikat Isi perjanjian KMB diterima KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat - semacam parlemennya Indonesia) melalui sidangnya pada 6 Desember 1949. Kemudian, pada 14 Desember 1949, diadakan pertemuan di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 (rumah Sukarno). Pertemuan ini dihadiri oleh wakil-wakil pemerintah RI serta pemerintah negara bagian dan daerah untuk membahas konstitusi RIS. Pertemuan itu memutuskan bahwa UUD 1945 menjadi konstitusi RIS.



37



Negara RIS yang berbentuk federasi itu meliputi seluruh Indonesia dan RI menjadi salah satu bagiannya. Sebenarnya bagi RI, pembentukan RIS sangat merugikan, tetapi mengingat sebagai strategi para pemimpin agar Belanda segera mengakui kedaulatan Indonesia walaupun dalam bentuk RIS, tetap diterima. Dalam konstitusi RIS juga ditentukan bahwa ada presiden dan perdana menteri (pemimpin menteri-menteri) secara bersama-sama sebagai pemerintah. Kemudian, dibentuk lembaga perwakilan yang terdiri dari dua kamar, yakni Senat dan DPR. Senat merupakan perwakilan negara bagian yang masing-masing diwakili dua orang, sedangkan DPR beranggotakan 150 orang yang merupakan wakil wakil seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan konstitusi, negara berbentuk federal dan meliputi seluruh daerah Indonesia, yaitu: a. Negara Bagian. 1) Negara RI menurut status quo seperti dalam Persetujuan Renville. 2) Negara Indonesia Timur. 3) Negara Pasundan (Jawa Barat). 4) Negara Jawa Timur. 5) Negara Madura. 6) Negara Sumatera Timur. 7) Negara Sumatera Selatan. b. Satuan-satuan kenegaraan yang tegak berdiri sendiri: Jawa Tengah, Bangka, Belitung, Riau, Daerah Kalimantan Barat, Dayak Besar, Daerah Banjar, Kalimantan Tenggara, dan Kalimantan Timur. 255 c. Daerah-daerah Indonesia selebihnya yang bukan negara-negara bagian. Tanggal 16 Desember 1949, Sukarno dipilih sebagai Presiden RIS dan dilantik pada 17 Agustus 1949 di Siti Hinggil Keraton Yogyakarta. Moh. Hatta diangkat sebagai Perdana Menteri dan pada 20 Desember 1949, Kabinet Hatta dilantik. Dengan terbentuknya pemerintahan, maka terbentuklah pemerintahan RIS. Sudah diketahui bahwa RIS beranggotakan RI dan negara negara federasi. Setelah Sukarno diangkat menjadi presiden RIS, maka presiden RI mengalami kekosongan jabatan. Untuk itu ketua KNIP, Mr. Assat, ditunjuk sebagai pejabat presiden RI dan dilantik pada 27 Desember 1949. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi apabila sewaktu-waktu RIS bubar, RI tetap ada. 2. Alat dan bahan - Komputer/laptop - Internet - Power point



J. Kegiatan pembelajaran Utama: Pengaturan Peserta Didik Berkelompok



-



Metode Diskusi kelompok Presentasi Ceramah Debad Bermain peran Talking Stick



38



K. Asesmen: -



Individu Test tertulis PG atau Essay Sikap peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran



-



Berkelompok Diskusi kelompok Presentasi Produk hasil diskusi kelompok dalam bentuk tulisan/tulisan/ media lain)



L. Persiapan Pembelajaran: No 1 2 3 4



Langkah Persiapan Pembelajaran Membuat maind maping materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Mencari informasi materi dan membuat pemaparan power point Membuat tekhnis diskusi kelompok Membuat assesmen



Waktu 15 menit 90 menit 15 menit 30 menit



M. Urutan kegiatan pembelajaran dalam1 sesi pembelajaran: Pertemuan ke-1 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan Inti



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang pembelajaran hari ini



- Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa terjadi pertempuran 10 Nopember di



Waktu 10 menit



70 menit



39



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan yang dilakukan Surabaya? - Menyajikan informasi awal materi tentang keterkaitan kedatangan Sekutu dan Belanda di Indonesia, peranan pemuda dan tentara dalam mempertahankan proklamasi dalam peristiwa 5 hari di Semarang, pertempuran Kotabaru di Yogyakarta dan pertempuran 10 November di Surabaya dengan media power point. - Guru menggunakan metode bermain peran terjadinya pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya



Penutup



-



Pertemuan ke-2 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan Inti



Waktu



Kesimpulan tentang materi hari itu Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran hari ini



10 menit



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang pembelajaran hari ini



Waktu 10 menit



- Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa terjadi peristiwa Ambarawa? - Menyajikan informasi awal untuk membuka wawasan tentang keterkaitan antara patriotisme Sudirman dengan kemenangan perang melawan Sekutu pada



70 menit



40



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan yang dilakukan peristiwa Ambarawa dan semangat revolusi kemerdekaan dalam pertempuran Medan Area, Bandung Lautan Api, pertempuran Margarana di Bali, peristiwa Westerling di Makassar. - Guru menggunakan diskusi kelompok untuk membahas pertempuran Ambarawa, Medan Area, Bandung Lautan Api, pertempuran Margarana di Bali, peristiwa Westerling di Makassar - Hasil diskusi kelompok dipresentasikan di depan kelas



Penutup



-



Pertemuan ke-3 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan Inti



Waktu



Kesimpulan tentang materi hari itu Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran hari ini



10 menit



Kegiatan yang dilakukan Presensi tentang kehadiran peserta didik hari ini Berdoa secara bersama-sama sesuai agama dipimpin satu orang peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang materi yang dipelajari hari ini



Waktu 10 menit



- Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa Ibukota RI pindah dari Jakarta ke Yogyakarta? - Guru menyajikan informasi tentang keterkaitan antara ketidaknyamanan situasi di Jakarta dengan kenegarawanan Sultan Hamengku



70 menit



41



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan yang dilakukan Buwono IX dengan pemindahan pusat pemerintahan dari Jakarta ke Yogyakarta dengan media Power point - Guru menggunakan metode debat dengan dua kelompok yang berbeda pandangan. Kelompok pertama tidak perlu pindah ke Yogyakarta, dan kelompok kedua pemerintah harus pindah ke Yogyakarta.



Penutup



-



Pertemuan ke-4 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan Inti



Waktu



10 menit Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi kekurangan dan kelebihan pembelajaran hari ini



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa sesuai agama dan keyakinan Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini



Waktu 10 menit



70 menit - Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Bagaimana dampak perjanjian Linggarjati bagi bangsa Indonesia? - Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang implikasi perjanjian Linggarjati terhadap pengakuan kedaulatan oleh Belanda dan negara-negara di Dunia serta keterkaitan strategi politik van Mook dengan konferensi Malino dan pembentukan BFO. - Guru menggunakan metode diskusi kelompok untuk membahas Linggarjati, Konferensi Malino dan BFO. - Hasil diskusi kelompok



42



No



Jenis Kegiatan



Penutup



Kegiatan yang dilakukan dipresentasikan di depan kelas -



Penguatan dari guru tentang materi yang baru saja didiskusikan Kesimpulan secara bersama-sama antara guru dan peserta didik Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi terhadap kelebihan dan kekurangan pembelajaran hari ini



Waktu



10 menit



Pertemuan ke-5 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



Kegiatan Inti



-



-



-



Kegiatan yang dilakukan Waktu 10 menit Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan pentingnya pokok bahasan hari ini bagi kehidupan peserta didik 70 menit Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda I? Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang keterkaitan antara Agresi Militer Belanda I dengan penguasaan sumber-sumber ekonomi, pembentukan Komisi Tiga Negara (KTN) dan perjanjian Renville Guru menggunakan metode Talking Stick untuk memahami Agresi



43



No



Jenis Kegiatan



Penutup



Kegiatan yang dilakukan Waktu Militer Belanda I, KTN dan perjanjian Renvile. - Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja pelajari - Kesimpulan secara bersama-sama antara guru dan peserta didik - Refleksi terhadap kekurangan dan kelebihan pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-6 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



Kegiatan Inti



-



-



-



Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan Waktu 10 menit Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan 70 menit Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda II? Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang keterkaitan antara Agresi Militer Belanda II dengan pendudukan Yogyakarta, penangkapan pemimpin bangsa untuk diasingkan, gerilya panglima besar Sudirman dan pendirian PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia). Guru menggunakan metode bermain peran tentang penangkapan Sukarno-Hatta dan petinggi lain di Istana Gedung Agung Yogyakarta Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja dipelajari



44



No



Jenis Kegiatan -



Kegiatan yang dilakukan Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



Waktu



Pertemuan ke-7 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



-



Kegiatan Inti



-



-



Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan Waktu 10 menit Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Guru memberikan informasi tentang kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan 70 menit Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa diadakan serangan umum 1 Maret 1949? Guru menyajikan informasi awal tentang keterkaitan serangan Umum 1 Maret 1949, kedermawanan Sultan Hamengku Buwono IX dalam revolusi fisik di Yogyakarta dengan perjanjian Roem Royen dan peristiwa Jogja Kembali. Guru menggunakan metode bermain peran tokoh-tokoh yang terlibat dalam perencanaan peristiwa serangan 1 Maret 1949. Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja dipelajari Kesimpulan bersama-sama antara guru dan peserta didik pada pelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



45



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan yang dilakukan



Waktu



Pertemuan ke-8 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



-



Kegiatan Inti



-



-



-



-



Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Guru memberikan informasi tentang kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Apa keuntungan bangsa Indonesia dalam peristiwa Konferensi Meja Bundar (KMB)? Guru menyajikan informasi awal tentang keterkaitan Konferensi Antar-Indonesia, terjadinya Konferensi Meja Bundar (KMB) dan pembentukan RIS (Republik Indonesia Serikat) dengan menuju kembalinya penyerahan kedaulatan negara kesatuaan Republik Indonesia Guru menggunakan metode diskusi kelompok untuk membahas konferensi Antar-Indonesia, KMB, pembentukan RIS, dan kembalinya kedaulatan NKRI Mempresentasikan di depan hasilhasil diskusi kelompok



Waktu 10 menit



70 menit



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan



46



No



Jenis Kegiatan -



Kegiatan yang dilakukan Kesimpulan bersama-sama antara guru dan peserta didik pada pelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



Waktu



N. Refleksi guru - Apakah guru menyampaikan value (nilai-nilai) materi ini untuk menumbuhkan nasionalisme? - Penanaman karakter dari guru pada materi ini sangat diperluhkan untuk cinta tanah air. - Guru harus selalu memberi semangat kepada peserta didik untuk selalu semangat belajar sejarah - Perlu adanya media yang mempermudah peserta didik dalam memahami pelajaran. - Apakah peserta didik senang belajar sejarah dengan metode yang diberikan guru?



O. Kriteria untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dan asesmennya (asesmen formatif) 1. Penilain Individu a. Penilaian Tertulis Kisi-kisi Soal:



CP



-



ATP



Pada Fase F, - 11.5.1 Menganalisis peserta didik di keterkaitan kedatangan Kelas XI dan XII Sekutu dan Belanda di mampu Indonesia, peranan mengembangkan pemuda dan tentara konsep-konsep dalam mempertahankan dasar sejarah untuk proklamasi dalam mengkaji peristiwa peristiwa 5 hari di sejarah dalam Semarang, pertempuran dimensi manusia, Kotabaru di Yogyakarta ruang, dan waktu. dan pertempuran 10 Melalui literasi, November di Surabaya diskusi, dan penyelidikan - 11.5.2 Menganalisis (penelitian) keterkaitan antara



Indikator Soal



Disajikan beberapa pernyataan tentang sebab-sebab pertempuran, peserta didik dapat mengidentifikasi sebab-sebab terjadinya pertempuran 5 hari di Semarang



Disajikan ilustrasi tentang pertempuran



Nonor Soal/Bentuk Soal 1 /PG



2/PG



47



CP



-



ATP



berbasis proyek patriotisme Sudirman kolaboratif peserta dengan kemenangan didik mampu perang melawan Sekutu menjelaskan pada peristiwa berbagai peristiwa Ambarawa dan sejarah yang semangat revolusi terjadi di Indonesia kemerdekaan dalam dan dunia meliputi pertempuran Medan Pemerintahan Orde Area, Bandung Lautan Baru, Api, pertempuran Pemerintahan Margarana di Bali, Reformasi, serta peristiwa Westerling di Revolusi Besar Makassar. Dunia, Perang - 11.5.3 Menganalisis Dunia I dan II, keterkaitan antara Perang Dingin, dan ketidaknyamanan Peristiwa situasi di Jakarta Kontemporer dengan kenegarawanan Dunia sampai Sultan Hamengku abad-21. Buwono IX dengan Peserta didik di pemindahan pusat Kelas XII mampu pemerintahan dari menggunakan Jakarta ke Yogyakarta. sumber sekunder dan sumber primer untuk melakukan - 11.5.4 Menjelaskan penelitian sejarah implikasi perjanjian nasional, sejarah Linggarjati terhadap dunia, dan/atau pengakuan kedaulatan sejarah tematis oleh Belanda dan secara sinkronis negara-negara di Dunia atau diakronis serta keterkaitan kemudian strategi politik van mengomunikasika Mook dengan nnya dalam bentuk konferensi Malino dan lisan, tulisan, pembentukan BFO. dan/atau media - 11.5.5 Menganalisis lain. Selain itu keterkaitan antara mereka juga Agresi Militer Belanda mampu I dengan penguasaan menggunakan sumber-sumber keterampilan ekonomi, pembentukan sejarah untuk Komisi Tiga Negara menganalisis (KTN) dan perjanjian



Indikator Soal



Nonor Soal/Bentuk Soal



Palagan Ambarawa peserta didik dapat menentukan strategi yang diterapkan Letkol Sudirman untuk memenangkan pertempuran Ambarawa



Disajikan beberapa pernyataan tentang situasi Jakarta dengan kedatangan Sekutu di Indonesia peserta didik dapat mengidentifikasi sebab-sebab Sukarno menerima tawaran Sultan HB IX memindahkan ibukota RI ke Yogyakarta Disajikan ilustrasi tentang hasil perjanjian Linggarjati, peserta didik dapat menentukan konsekuensi dari perjanjian Linggarjati yang menguntungkan politik diplomasi RI



3/PG



4/PG



5/PG Disajikan beberapa pernyataan tentang akibat dari Agresi Belanda I, peserta didik dapat mengidentifikasi tujuan Belanda



48



CP



ATP



peristiwa sejarah Renville dari berbagai perspektif dan - 11.5.6 Menganalisis mengaktualisasika keterkaitan antara n minat bakatnya Agresi Militer Belanda dalam bidang II dengan pendudukan sejarah melalui Yogyakarta, studi lanjutan atau penangkapan pemimpin kegiatan bangsa untuk kesejarahan diluar diasingkan, gerilya sekolah. panglima besar Sudirman dan pendirian PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia). - 11.5.7 Menganalisis keterkaitan serangan Umum 1 Maret 1949, kedermawanan Sultan Hamengku Buwono IX dalam revolusi fisik di Yogyakarta dengan perjanjian Roem Royen dan peristiwa Jogja Kembali. - 11.5.8 Menganalisis keterkaitan Konferensi Antar Bangsa, terjadinya Konferensi Meja Bundar (KMB) dan pembentukan RIS (Republik Indonesia Serikat) dengan menuju kembalinya penyerahan kedaulatan negara kesatuaan Republik Indonesia. - 11.5.8 Menganalisis keterkaitan Konferensi Antar Bangsa, terjadinya Konferensi



Indikator Soal



melakukan Agresi Belanda I Disajikan foto/ gambar tokoh-tokoh peserta didik dapat mengidentifikasi tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Agresi Militer Belanda II



Peserta didik dapat mengkaji sebab-sebab terjadinya serangan 1 Maret 1949 yang akhirnya menguntungkan pada perjuangan bangsa Indonesia untuk memperoleh kedaulatannya



Nonor Soal/Bentuk Soal



6/PG (penggunaan visual/ peta/ gambar)



3/PG (soal HOTS)



8/PG Disajikan ilustrasi tentang Konferensi Meja Bundar (KMB), peserta didik dapat menentukan hasil konferensi tersebut yang menguntungkan RI



Disajikan ilustrasi tentang Konferensi Antar bangsa peserta didik dapat



9/PG



49



CP



ATP



Indikator Soal



Meja Bundar (KMB) dan pembentukan RIS (Republik Indonesia Serikat) dengan menuju kembalinya penyerahan kedaulatan negara kesatuaan Republik Indonesia. - 11.5.8 Menganalisis keterkaitan Konferensi Antar Indonesia, terjadinya Konferensi Meja Bundar (KMB) dan pembentukan RIS (Republik Indonesia Serikat) dengan menuju kembalinya penyerahan kedaulatan negara kesatuaan Republik Indonesia.



menentukan hasil dari Konferensi Antar Bangsa



Disajikan beberapa 10/PG pernyataan tentang hasil dari keputusan pengakuan kedaulatan RI, peserta didik dapat mengidentifikasi dampak yang menguntungkan dari pengakuan Belanda terhadap kedaulatan RI



2. Penilain Berkelompok a. Penilaian Diskusi Kelompok/ debat Rubrik Penilaian: No Aspek Penilaian 0 1



Keaktifan diskusi/ debat a. Aktif memberi masukan pemikiran b. mendengarkan pendapat orang lain



2



Kreatifitas diskusi/ debat a. Kreatif dan inovasi dalam diskusi b. Ide/gagasan adalah original



3



Kualitas hasil diskusi/ debat a. hasil runtut dan logis



Nonor Soal/Bentuk Soal



Skor 1 2



3



50



b.Pengumpulan hasil diskusi



Indikator Rubrik Penilaian No 1



Indikator Aktif memberi masukan pemikiran



2



Mendengarkan pendapat orang 1 = Mendengarkan pendapat lain 0 = Tidak mendengar pendapat



3



Kreatifitas dalam diskusi/ debat



3= 2= 1= 0=



Sangat kreatif Kreatif Kurang kreatif Tidak kreatif



4



Origionalitas gagasan



3= 2= 1= 0=



gagasan sangat orisionil gagasan orisionil gagasan kurang orisionil gagasan tidak orisionil



4



Hasil diskusi runtut dan logis



2 = Sangat runtut dan logis 1 = Runtut dan logis 0 = tidak runtut dan tidak logis



5



Pengumpulan hasil diskusi tepat waktu



3 = lebih awal 2 = tepat waktu 1= terlambat 0 = tidak dilaksanakan 25



Jumlah Skor



Rubrik 2 = aktif berpendapat 1.= kurang aktif 0 = tidak aktif



Nilai = Jumlah perolehan skor X 100 % Jumlah skor maksimum b. Penilaian Presentasi dan diskusi Rubrik Penilaian : No Aspek Penilaian



Skor



51



0 1 2 3 4 5



1



2



3



Kelengkapan materi Penulisan materi Kemampuan presentasi Keaktifan selama kegiatan presentasi Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain



Indikator rubrik penilaian: No 1



Indikator Kelengkapan materi



2



Penulisan materi



3



Kemampuan presentasi



Keaktifan selama kegiatan presentasi



4



Kreatifitas media presentasi



5



Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain



Rubrik 2 = lengkap 1 = kurang lengkap 0 = tidak ada 2 = sesuai dengan ramburambu yang diberikan 1 = tidak sesuai rambu-rambu yang diberikan 0 = tidak ada 2 = Komunikatif 1 = Kurang komunikatif 0 =Tidak Komunikatif 3 = Sangat aktif 2 = Cukup aktif 1 = Kurang aktif 0 = Tidak aktif 2 = Menggunakan kreasi digital lebih dari 1(animasi/paint/ video/ dll) 1 = Menggunakan 1 kreasi digital (animasi/paint/ video/ dll) 0 = Tidak menggunakan kreasi digital 1 = Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain



52



No



Indikator



Jumlah Skor



Rubrik 0 = Tidak Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain 20



Nilai = Jumlah perolehan skor X 100 % Jumlah skor maksimum P. Pertanyaan refleksi untuk peserta didik - Apakah peserta didik sudah dibangkitkan minatnya untuk mempelajari sejarah? - Peserta didik perlu mendapat wawasan lebih tentang peristiwa perjuangan mempertahankan kemerdekaan. - Perlu usaha maksimal agar peserta didik meningkat jiwa nasionalismenya. - Perlu adanya metode yang menyenangkan bagi peserta didik dalam memberikan materi ini. - Apakah ada peserta didik yang tidak menyukai belajar sejarah?



Q. Daftar Pustaka Adi Sudirman. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia Dari Era Klasik Hingga Terkini, Yogyakarta: Diva Press Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas Bambu Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Lilik Suharmaji. 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang. Yogyakarta: Ombak. Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949 Jilid I. Jakarta: Tira Pustaka Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Link Literasi https://tirto.id/sejarah-pertempuran-lima-hari-di-semarang-kronologi-tokoh-akhir-ga6i https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/22/161749679/pertempuran-ambarawa-latarbelakang-tokoh-akibat-dan-akhir https://www.dosenpendidikan.co.id/perang-ambarawa/ https://tirto.id/sejarah-pindahnya-ibu-kota-ri-dari-jakarta-ke-yogyakarta-pada-1946-efr4 https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/10/090000769/perjanjian-linggarjati-latarbelakang-isi-dan-dampaknya https://tirto.id/sejarah-agresi-militer-belanda-i-latar-belakang-kronologi-dampak-f9BS https://www.gurupendidikan.co.id/agresi-militer-belanda-2/ https://www.gurupendidikan.co.id/serangan-umum-1-maret/



53



https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/11/100000169/konferensi-meja-bundar-latarbelakang-tujuan-hasil-dan-dampaknya



R. Lembar kerja peserta didik LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (Diskusi kelompok) Materi : Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Petunjuk Kegiatan Diskusi: - Bentuklah 5 kelompok dalam kelas! - Pembagian tema diskusi setiap kelompok: 1. Agresi Militer Belanda II 2. Penangkapan para pemimpin bangsa 3. Gerilya panglima besar Sudirman 4. Pendirian pemerintah Darurat Republik Indonesia 5. Perang gerilya di dalam dan luar kota Yogyakarta - Buatlah perencanan kegiatan kunjungan ke perpustakaan, atau link internet - Selama diskusi , kalian harus mengerjakan secara kolaboratif dalam kelompok masing-masing. - Laporan hasil diskusi harus memperhatikan: 1. Keaktifan diskusi 2. Kreatifitas diskusi 3. Mendengarkan pendapat 4. Orisionalitas gagasan 5. Hasil diskusi runtut dan logis 6. Pengumpulan hasil diskusi tepat waktu - Hasil diskusi ditulis dalam kertas dan setelah selesai dikumpul disertai nama kelompok dan nomor absen siswa Penilaian: Peninilaian terhadap individu meliputi: 1. Keaktifan diskusi 2. Kreatifitas diskusi 3. Mendengarkan pendapat 4. Orisionalitas gagasan 5. Hasil diskusi runtut dan logis 6. Pengumpulan hasil diskusi tepat waktu S. Bahan bacaan peserta didik Buku- buku:



54



Adi Sudirman. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia Dari Era Klasik Hingga Terkini, Yogyakarta: Diva Press Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas Bambu Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Lilik Suharmaji. 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang. Yogyakarta: Ombak. Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949 Jilid I. Jakarta: Tira Pustaka Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.



Link Literasi: https://tirto.id/sejarah-pertempuran-lima-hari-di-semarang-kronologi-tokoh-akhir-ga6i https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/22/161749679/pertempuran-ambarawa-latarbelakang-tokoh-akibat-dan-akhir https://www.dosenpendidikan.co.id/perang-ambarawa/ https://tirto.id/sejarah-pindahnya-ibu-kota-ri-dari-jakarta-ke-yogyakarta-pada-1946-efr4 https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/10/090000769/perjanjian-linggarjati-latarbelakang-isi-dan-dampaknya https://tirto.id/sejarah-agresi-militer-belanda-i-latar-belakang-kronologi-dampak-f9BS https://www.gurupendidikan.co.id/agresi-militer-belanda-2/ https://www.gurupendidikan.co.id/serangan-umum-1-maret/ https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/11/100000169/konferensi-meja-bundar-latarbelakang-tujuan-hasil-dan-dampaknya



T. Bahan bacaan guru Buku-buku: Adi Sudirman. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia Dari Era Klasik Hingga Terkini, Yogyakarta: Diva Press Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas Bambu Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Lilik Suharmaji. 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang. Yogyakarta: Ombak. Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949 Jilid I. Jakarta: Tira Pustaka Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.



55



Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.



Link Literasi: https://tirto.id/sejarah-pertempuran-lima-hari-di-semarang-kronologi-tokoh-akhir-ga6i https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/22/161749679/pertempuran-ambarawa-latarbelakang-tokoh-akibat-dan-akhir https://www.dosenpendidikan.co.id/perang-ambarawa/ https://tirto.id/sejarah-pindahnya-ibu-kota-ri-dari-jakarta-ke-yogyakarta-pada-1946-efr4 https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/10/090000769/perjanjian-linggarjati-latarbelakang-isi-dan-dampaknya https://tirto.id/sejarah-agresi-militer-belanda-i-latar-belakang-kronologi-dampak-f9BS https://www.gurupendidikan.co.id/agresi-militer-belanda-2/ https://www.gurupendidikan.co.id/serangan-umum-1-maret/ https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/11/100000169/konferensi-meja-bundar-latarbelakang-tujuan-hasil-dan-dampaknya Materi pengayaan Link literasi; https://tirto.id/sejarah-pertempuran-lima-hari-di-semarang-kronologi-tokoh-akhir-ga6i https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/22/161749679/pertempuran-ambarawa-latarbelakang-tokoh-akibat-dan-akhir https://www.dosenpendidikan.co.id/perang-ambarawa/ https://tirto.id/sejarah-pindahnya-ibu-kota-ri-dari-jakarta-ke-yogyakarta-pada-1946-efr4 https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/10/090000769/perjanjian-linggarjati-latarbelakang-isi-dan-dampaknya -



Tugas Pengayaan : Hanya untuk peserta didik yang memiliki nilai formatif individu minimal = 85 Setelah membaca link literasi siswa dapat lebih memahami pertempuran 5 hari di Semarang, pertempuran Ambarawa, perpindahan ibukota ke Yogyakarta, dan perjanjian Linggarjati. berdasarkan informasi-informasi lain yang relevan Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital



U. Materi untuk peserta didik yang kesulitan belajar Link literasi: https://tirto.id/sejarah-agresi-militer-belanda-i-latar-belakang-kronologi-dampak-f9BS https://www.gurupendidikan.co.id/agresi-militer-belanda-2/



56



https://www.gurupendidikan.co.id/serangan-umum-1-maret/ https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/11/100000169/konferensi-meja-bundar-latarbelakang-tujuan-hasil-dan-dampaknya Tugas Remedial : - Hanya untuk peserta didik yang nilainya kurang dari Kriteria Minimal - Setelah melihat link yang diberikan, peserta didik dapat memahami Agresi militer Belanda 1 dan 2, serangan umum 1 Maret 1949, Konferensi Meja Bundar (KMB). - Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital



MODUL AJAR SEJARAH INDONESIA A. Informasi Umum Nama penyusun : Lilik Suharmaji Asal Instansi : SMA Negeri 8 Yogyakarta Tahun Penyusunan : 2021 Jenjang sekolah : SMA Kelas : XI (Sebelas) Kata Kunci : Pemerintahan demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin Kode Perangkat : Sej. F. LIS. 11.6. Jumlah Peserta : 36 Moda : Tatap Muka Alokasi waktu : 2 JP x 8 pertemuan ( 720 menit) B. Tujuan Pembelajaran Capaian Pembelajaran -



-



Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep konsep dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam dimensi manusia, ruang, dan waktu. Melalui literasi, diskusi, dan penyelidikan (penelitian) berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu menjelaskan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia dan dunia meliputi Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia, Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Pendudukan Jepang di Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, Peserta didik di Kelas XI mampu menggunakan sumber primer dan sekunder untuk melakukan penelitian sejarah nasional dan sejarah lokal secara diakronis atau sinkronis kemudian mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain itu mereka juga mampu menggunakan keterampilan sejarah untuk menganalisis dan mengevaluasi peristiwa sejarah



Alur Tujuan Pembelajaran 11.6. Menjelaskan pemerintahan demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin - 11.6.1 Menjelaskan pengertian integrasi dan disintegrasi serta keterkaitan antara kebijakan pemerintah dengan pemberontakan PKI Madiun 1948, DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia), APRA (Angkatan Perang Ratu Adil), pemberontakan Andi Azis, pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) - 11.6.2 Menganalisis keterkaitan antara kebijakan pemerintah dengan pemberontakan PRRI/ Permesta pada masa Demokrasi Liberal - 11.6.3 Menganalisis keterkaitan antara kebijakan Sukarno, tentang konflik internal Angkatan Darat, kebijakan luar negeri Amerika dan Rusia, Perang Dingin dengan pemberontakan G30S/PKI pada masa demokrasi terpimpin. - 11.6.4 Menjelaskan tokoh-tokoh pejuang mempertahankan integrasi bangsa - 11.6.5 Menganalisis keterkaitan antara pemerintahan Sukarno dengan perkembangan politik pada masa awal kemerdekaan - 11.6.6 Menganalisis keterkaitan antara pemerintahan Sukarno dengan perkembangan politik dan ekonomi pada masa Demokrasi Liberal. - 11.6.7 Menganalisis keterkaitan antara pemerintahan Sukarno dengan perkembangan politik dan ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin. - 11.6.8 Membandingkan kebijakan ekonomi dan politik pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi



Terpimpin.



C. Profil Pelajar Pancasila



Dengan mempelajari sejarah pemerintahan demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin peserta didik diharapkan dapat: 1. Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia Selalu bersyukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia kepada Bangsa Indonesia dengan menguji sistem demokrasi di negeri ini sehingga sekarang telah menerapkan model demokrasi Pancasila yang cocok untuk Bangsa dan negara Indonesia. 2. Berkebhinekaan Global Mengambil pelajaran dari perjuangan pemerintahan di awal kemerdekaan bahwa politik internasional saat itu walaupun terjadinya perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur Indonesia tetap sebagai negara yang netral (Non Blok). 3. Mandiri - Mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan guru secara mandiri - Meneladani sikap mandiri dan tegas seperti para tokoh-tokoh pemimpin bangsa dalam mengatasi dan bangsa yang mengalami ujian disintegrasi bangsa D. Profil Pelajarnegara Pancasila yang berkaitan: dengan terjadinya beberapa pemberontakan di beberapa daerah. 4. Integritas - Menumbuhkan nilai kejujuran kepada para siswa dalam mengerjakan evaluasi dan tugas-tugas belajarnya. - Meneladani para pemimimpin bangsa sebagai pejuang mempertahankan integrasi bangsa yang sabar, pantang menyerah, rela berkorban demi tercapainya keutuhan NKRI. 5. Kritis - Dapat memetik pelajaran (value) dari para tokoh-tokoh pejuang integrasi bangsa bahwa kolaboratif/ kerjasama adalah pintu masuk terwujudnya segala cita-cita bangsa. 6. Kreatif - Kreatif dalam memilih sumber belajar sebagai bahan diskusi kelompok sehingga menghasilkan materi hasil diskusi dapat dipertanggungjawabkan. 7. Gotong royong - Berkolaborasi dalam diskusi kelompok dengan saling menghargai pendapat orang lain dan tidak memaksakan pendapatnya diterima oleh orang lain. - Mengambil hikmah bahwa sebuah keberhasilan mempertahankan keutuhan NKRI tercipta karena adanya kolaborasi atau kerjasama antar pemimpin bangsa yang tidak memandang suku, agama, daerah, asal-usul dan golongan.



D. Sarana Prasarana 1. Jaringan internet yang memadai 2. Komputer/laptop 3. Perpustakaan, buku-buku sejarah sebagai referensi 4. Peta Indonesia yang memperlihatkan daerah-daerah yang melakukan pemberontakan



E. Target peserta didik Perangkat ajar ini dapat digunakan untuk peserta didik reguler F. Jumlah siswa 36 peserta didik/ kelas G. Ketersediaan materi: 1. Materi pengayaan 2. Materi remedial H. Model Pembelajaran: PJJ daring dan luring



I. Materi ajar, alat dan bahan 1. Materi: Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin A. Pengertian Integrasi dan Integrasi nasional Bangsa Indonesia yang sekarang tegak berdiri ini pernah diuji oleh masyarakat atau sekelompok orang yang ingin merusak tatatanan integrasi nasional. Dalam Kamus Bahasa Indonesia integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Integrasi bisa juga diartikan penyatuan bangsa atau suku yang berbeda di masyarakat menjadi satu kesatuan yang utuh untuk menjadi suatu bangsa. Integrasi akan semakin kukuh apabila tercapai dua hal yaitu pertama, sebagian masyarakat bersepakat mengenai batas-batas teritorial negara sebagai suatu wilayah politik. Kedua, sebagaian besar masyarakat bersepakat mengenai struktur pemerintahan serta aturanaturan proses politik, ekonomi, sosial, yang berlaku di masyarakat. Sedangkan apabila diteropong dengan kewilayahan muncul istilah integrasi nasional atau integrasi bangsa. Kata bangsa (nation) merupakan sekelompok manusia yang sifatnya heterogen (majemuk) tetapi mereka sebenarnya memiliki kehendak yang sama dengan menempati daerah tertentu secara permanen.



Untuk itulah integrasi bangsa dapat diartikan usaha atau proses untuk mempersatukan perbedaan-perbedaan dalam suatu negara berdasarkan bahasa, sejarah, adat istiadat dengan tujuan yang sama yang hendak dicapai suatu bangsa. B. Pengertian Disintegrasi Nasional Disintegrasi dapat mengancam suatu masyarakat yang sudah mengalami proses integrasi seperti Indonesia karena Indonesia terdiri dari banyak perbedaan suku, agama, budaya, adat istiadat, ras, dan lain sebagainya. Faktor yang mengancam integrasi bangsa adalah sikap yang tidak sesuai dengan masyarakat yang majemuk dan heterogen. Misalnya sikap etnosentrisme, sikap primordialisme, dan sikap fanatisme yang berlebihan. Bagaimana caranya jika bangsa mengalami disintegrasi nasioanl? Langkah utama yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat adalah reintegrasi. Reintegrasi bangsa adalah proses pembentukan integrasi kembali agar sesuai daengan nilai-nilai, kaidah-kaidah dan kesepakatan bersama pada suatu bangsa. Reintegrasi bangsa adalah salah satu cara untuk menyelesaikan atau memecahkan konflik pada bangsa yang mengalami konflik diantara anggota masyarakatnya. C. Disintegrasi Pada masa Revolusi Fisik 1. Pemberontakan PKI Madiun 1948 Pemberontakan PKI Madiun terjadi di Kabupaten Madiun Jawa Timur. Pemberontakan ini dipimpin oleh Musso. Dia merupakan tokoh Partai Komunis Indonesia yang pernah belajar di Uni Soviet untuk mendalami idiologi Komunis. Musso ingin mendirikan Republik Soviet Indonesia. Selain Musso pemberontakan ini juga melibatkan tokoh nasional mantan perdana menteri, Amir Syarifuddin. a. Latar Belakang Perjanjian Renville yang digadang-gadang bangsa Indonesia akan memecahkan kebuntuhan persoalan antara Indonesia dengan Belanda ternyata berakhir dengan bayak kekecewaan di pihak orang-orang Indonesia. Wilayah Indonesia yang semula hanya meliputi Jawa, Sumatera, dan Madura sebagai hasil perjanjian Linggarjati, kini setelah ada putusan perjanjian Renville bukan semakin besar malah semakin sempit. Wilayah itu semakin sempit karena adanya garis van Mook. Untuk itulah pasukan TNI yang berada di belakang garis demarkasi van Mook terpaksa meninggalkan daerah tersebut. Pada 17 Januari 1948 ribuan pasukan TNI dari divisi Siliwangi hijrah ke Surakarta dan Yogyakarta dengan memendam perasaan kecewa. Memang perjanjian Renville menguntungkan Belanda dari segi politik maupun ekonomi. Wilayah kekuasaan Belanda menjadi semakin luas serta sumber-sumber ekonomi juga semakin mudah didapat. Karena Indonesia begitu terjepit maka Amir Syarifuddin sebagai perdana menteri yang memimpin perjanjian Renville mendapat tekanan yang luar biasa sehingga dijatuhi mosi tidak percaya pada 23 Januari 1948. Akibatnya Amir Syarifuddin terpaksa turun dari jabatannya sebagai perdana menteri dan digantikan oleh Moh. Hatta. Amir Syarifuddin yang jatuh itu kemudian menjadi oposisi kabinet Hatta. Ia kemudian mendirikan Front Demokrasi Rakyat (FDR). Orgnisasi ini merupakan gabungan dari PSI, Pesindo, Partai Buruh, SOBSI, Barisan Tani Indonesia, dan PKI. Benturan kepentingan antara Kabniet Hatta dan Amir terjadi sejak Kabniet Hatta mempunyai



program Rera (Reorganisasi dan rasionalisasai). Salah satu yang menjadi target Rera adalah rasionalisasi tentara yakni tentara yang sedikit tetapi bermutu. Tentara yang semula berjumlah 463.000 diperas menjadi 90.000. Akibatnya banyak Tentara yang sebagian besar orang-orang komunis itu mengganggur sehingga mereka mendesak kepada kabinet Hatta untuk tidak melanjutkan program Rera. Tentara-tentara yang menganggur dan kecewa itu kemudian memilih bergabung dengan FDR karena merasa FDR membela nasibnya. Tentu saja kesempatan ini digunakan oleh FDR untuk menghantam kabinet Hatta. Kritikan terhadap kabinet Hatta program Rasionaisasi terdengar nyaring. Ribuan parjurit merasa kecewa dengan program rasionalisasi itu. Pada 10 Agustus 1948 Musso kembali ke Indonesia. Dia sebenarnya tokoh PKI yang pada tahun 1926 melakukan pemberontakan kepada pemerintah Kolonial Belanda. Tetapi karena pemberontakan itu gagal dia melarikan diri ke Uni Soviet. Kedatangan Musso disambut baik oleh Amir Syarifuddin sehingga mereka membentuk organisasi Politbiro pada tanggal 1 September 1948. Dalam organisasi itu ketuanya Mussso sedangkan Amir Syarifuddin menempati jabatan sekretariat pertahanan dan tokoh-tokoh lain yang terlibat dalam organisasi itu misalnya DN. Aidit, Lukman dan Nyoto. b. Proses pemberontakan Situasi politik dalam negeri memanas karena terjadi pemogokan buruh dimana-mana karena memang diorganisir oleh PKI. Anggota serikat buruh, pemuda dan rakyat dihasut dan digerakkan untuk menentang pemerintah yang sah. Kekacauan diawali di kota Solo dimana tentara dan orang-orang bersenjata di bawah kendali FDR terjadi konflik pada 1316 Sepetember 1948. Salah satu tokoh yang anti FDR, dr Muwardi diculik dan ditemukan sudah terbunuh sehingga membuat suasana menjadi mencekam. Untuk itulah kemudian kabinet Hatta mengumumkan negara dalam kondisi bahaya. Pada 19 September 1848 FDR bersama PKI di bawah pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin mengumumkan berdirinya Negara Republik Soviet Indonesia. Dengan mengerahkan ribuan anggota satuan TNI yang memihak komunis yang merupakan korban dari program rasionalisasi kabinet Hatta. Mereka kemudian menduduki Madiun dan membasmi tokoh-tokoh setempat yang tidak tunduk dan sepaham dengan PKI. c. Penumpasan Pemberontakan Pada saat itu Jenderal Sudirman sedang sakit keras sehingga Komando diserahkan kepada Kolonel AH. Nasution yang menjabat sebagai Panglima Markas Besar Komando Jawa. Nasution segera menggerakan divisi cadangan pasukan Siliwangi dan kesatuan yang ada di jawa Timur untuk menumpas pemberontakan. Dalam waktu satu hari saja TNI berhasil dapat memukul mundur PKI/ FDR. Di bawah komando Kolonel Gatot Subroto yang memimpin divisi Siliwangi, pada 30 September 1948 PKI berhasil ditumpas. Kota Madiun dan sekitarnya dapat dibebaskan dari para pemberontak. Musso akhirnya tertembak mati dalam pelariannya pada 31 Oktober 1948 di Samandang, Ponorogo Jawa Timur. Amir Syarifuddin ditangkap dan ditempak mati di Purwodadi pada tanggal 29 Nopember 1948.



2. DI/ TTI (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia) Pemberontakan DI/TTII merupakan pemberontakan yang bukan ingin merebut kekuasaan dan mengganti ideologi seperti halnya PKI tetapi pemberontakan yang berupaya ingin memisahkan diri dari NKRI. Mereka ingin mendirikan sendiri negara di bawah bendera Negara Islam Indonesia. Penggagasnya adalah Kartosuwiryo seorang tokoh Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII). Pada tanggal 7 Agustus 1949 Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya DI/TII di Jawa Barat, yang kemudian muncul DI/ TII diberbagai daerah di Indonesia. Daerahdaerah tempat munculnya DI/ TII itu adalah di Jawa Tengah dibawah pimpinan Amir Fatah, Di Sulawesi Selatan dipimpin Kahar Muzakar, di Aceh dipimpin oleh Daud Beureuh, dan di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar. a. DI/ TII di Jawa Barat 1. Latar belakang pemberontakan Sebenarnya Kartosuwiryo sudah ada benih-benih mendirikan Negara Islam pada zaman Jepang. Saat itu dia sudah membentuk pasukan Hisbullah dan Sabillilah sebagai pusat propaganda untuk mendirikan Negara Islam. Setelah adanya agresi Belanda I Kartosuwiryo dan pasukannya ikut melawan Kolonial Belanda tetapi ketika terjadi perjanjian Renville Kartosuwiryo dan pasukannya menolak ikut hijrah ke Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kartosuwiryo dan pasukannya yang berjumlah sekitar 400.0000 pasukan tetap tinggal di Jawa Barat. 2. Proses pemberontakan Setelah terjadi Agresi Belanda II di Yogyakarta yang mengakibatkan Ibukota jatuh ketangan Kolonial Belanda Kartosuwiryo menganggap bahwa RI sudah habis. untuk itu dia segera memperkuat tentaranya di Jawa Barat karena menganggap Jawa Barat masuk dalam wilayahnya. Bahkan ketika pasukan divisi Siliwangi kembali ke Jawa Barat dari Jawa Tengah terjadi kekuatan fisik diantara kedua pasukan itu pada tanggal 25 Januari 1949 karena Kartosuwiryo menganggap pasukan Siliwangi sebagai pasukan liar yang masuk daerah wilayahnya. 3. Penumpasan pemberontakan Sebelum menggelar operasi militer, sebenarnya pemerintah yang sah sudah membujuk agar Kartosuwiryo segera sadar akan kekeliruannya melalui M. Nazir sebagai kepala kabinet. Saat itu M. Nazir menjabat juga sebagai kepala pusat Masyumi sehingga ada ikatan emosional dengan Kartosuwiryo. Tetapi Kartosuwiryo bersikukuh mau berunding jika pemerintah RI mengakui keberadaan Negara Islam Indonesia. Untuk itulah akhirnya pemerintah memberlakukan operasi militer. Pasukan divisi Siliwangi ditugaskan untuk menumpas Kartosuwiryo. Dengan strategi perang pagar betis akhirnya DI/ TII Kartosuwiryo dapat didesak. Pada tanggal 4 Juni 1962 Kartosuwiryo dapat ditangkap di Gunung Geber, Majalaya, Jawa barat oleh pasukan divisi Siliwangi. Pada 5 September 1962 Kartosuworyo dihukum mati. b. DI/ TII Jawa Tengah 1. Latar belakang pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dipimpin oleh Amir Fatah. Dia adalah komandan laskar Hisbullah di Tulangan dan Mojokerto. Mereka kecewa dan tidak sepakat dengan hasil perjanjian Renville yang harus memaksa laskar-laskar dan tentara RI untuk hijrah ke Yogyakarta.



2. Proses Pemberontakan Pada Agustus 1948 Amir Fatah membawa anak buahnya yang terdiri dari 3 kompi pasukan Hisbullah ke Pekalongan yang saat itu sudah ditinggalkan tentara hijrah ke Yogyakarta. Dia kemudian membentuk pasukan bersenjata Mujahidin sebagai upaya membentuk kekuatan. Karena sepaham dengan Kartosuwiryo maka Amir Fatah ditunjuk Kartosuwiryo memimpin Darul Islam di Jawa Tengah. Pada 23 Agustus 1949 Amir Fatah memproklamasikan berdirinya Negara Islam Jawa Tengah sebagai Negara Islam pimpinan Kartosuwiryo. Untuk mengawali gerakannya pasukan Amir Fatah menyerang pos-pos TNI termasuk juga pos TNI di Pekalongan. 3. Penumpasan Pemberontakan Di bawah komando Letnan Kolonel Sarbini pada tahun 1950 TNI membentuk Gerakan Banteng Negara (GBN). Operasi ini berhasil memisahkan DI Jawa Tengah dan DI Jawa Barat sehingga pada 22 Desember 1950 Amir Fatah dapat ditangkap. c. DI/ TII Aceh 1. Latar belakang pemberontakan Pada awal Agustus 1949 Syarifuddin Prawiranegara sebagai wakil perdana menteri dalam kabinet Hatta ditempatkan di Aceh untuk memimpin perjuangan apabila perundingan KMB gagal. Tampa persetujuan dan konsultasi dengan pemerintah pusat Syarifuddin Prawiranegara menjadikan Aceh sebagai provinsi yang terlepas dari provinsi Sumatera Utara. Saat itu Daud Beureuh diangkat sebagai gubernurnya. Ketika tahun 1950 Indonesia menjadi negara yang berdaulad pemerintah mulai melakukan penyerderhanaan dalam administrasi pemerintahan yaitu menurunkan status Aceh dari sebuah provinsi menjadi daerah karesidenan di bawah provinsi Sumatera lagi. Tentu saja langkah pemerintah ini membuat Daud Baureuh dan pengikutnya kecewa karena kekuasaannya hilang kembali. 2. Proses pemberontakan Setelah Daud Beureuh tidak menjadi gubernur, kemudian dia menghimpun kekuatan untuk menentang pemerintah. Agar pemberontakan mendapat pengakuan dan legitimasi rakyat, dia membuat sentimen agama sebagai basis perjuangan yaitu mendirikan Negara Islam. Untuk memuluskan jalannya dia menjalin komunikasi dengan Kartosuwiryo di Jawa Barat. Pada tanggal 21 September 1953 Daud Beureuh memproklamasikan DI/ TII di Aceh di bawah kekuasaan Kartosuwiryo. Setelah itu kemudian mereka menguasai kota-kota di Aceh dan melakukan propaganda kepada rakyat Aceh agar tidak mendukung pemerintahan sah Republik Indonesia. 3. Penumpasan pemberontakan Komando Daerah Militer Aceh Letnan Kolonel Syamaun menggunakan operasi militer dengan cara menerima para pemberontak yang ingin menghentikan konflik tetapi akan menghancurkan bagi tentara Aceh yang melakukan perlawanan terhadap RI. Sementara itu banyak pemimpin Aceh yang bersedia berdamai lagi, tetapi Daud Baureuh menolaknya untuk melakukan perundingan.



Pada 17 Desember 1962 diadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang digagas Pangdam Kolonel Yasin. Secara bertahap DI/ TII di Aceh akhirnya dapat diselesaikan dan Aceh kembali aman. Sedangkan Daud Beureuh kembali ke masyarakat sehingga keamanan Aceh sepenuhnya aman kembali. d. DI/ TII Sulawesi Selatan 1. Latar Belakang pemberontakan Pada masa perang kemerdekaan banyak laskar-laskar dari Sulawesi Selatan yang ikut bertempur menghadapi tentara Kolonial Belanda. Setelah RI menerima kedaulatan penuh, perang tidak terjadi lagi. Para laskar-laskar kemudian bergabung membentuk kesatuan yang bernama Gerilya Sulawesi Selatan (GSS). Para laskar itu meminta agar GSS semuanya dijadikan TNI atau APRIS dibawah satu divisi yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar sebagai panglimanya. Tuntutan itu kemudian ditolak oleh pemerintah pusat karena GSS anggotanya banyak yang tidak memenuhi syarat sebagai tentara profesional. Pemerintah memberi solusi bagi yang memenuhi syarat yang masuk TNI, sedangkan yang tidak akan dimasukkan sebagai tentara cadangan. keputusan pemerintah itu kemudian membuat Kahar Muzakkar dan laskarnya menjadi kecewa terhadap pemerintah. 2. Proses pemberontakan Pada 16 Agustus 1951 karena tuntutan Kahar Muzakkar tidak dipenuhi pemerintah maka dia mengajak anak buahnya masuk hutan dengan membawa senjata. Selanjutnya dua tahun berikutnya pada 7 Agustus 1953 dia memperoklamasikan bahwa daerah Sulawesi Selatan bagian dari wilayah Darul Islam pimpinan Kartosuwiryo dan pasukannya berganti nama menjadi Tentara Islam Indonesia (TII). 3. Penumpasan pemberontakan Setelah proklamasi itu kemudian pemerintah melakukan operasi militer di Sulawesi Selatan. Kahar Muzakkar sulit ditangkap karena bersembunyi di hutanhutan dan gunung-gunung. Baru pada tanggal 3 Februari 1965 Kahar Muzakkar dapat ditembak dalam sebuah operasi militer yang dilancarkan TNI. 3. APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) 1. Latar belakang pemberontakan Pemberontakan APRA ini sebenarnya pemberontakan yang dilakukan bekas tentara KNIL yang dikomandoi oleh Raymond Westerling. Tujuannya mempertahankan berdirinya negara Pasundan dan APRA sebagai pasukan yang resmi. Teror ini dilakukan karena menjelang 1950 keinginan anggota RIS untuk kembali ke bentuk NKRI semakin menguat. Hal itu dibuktikan satu persatu negara-negara bagian bergabung kembali ke NKRI. Tentu saja ini dianggap sebagai suatu ancaman bagi Kolonial Belanda karena menginginkan Indonesia terpecah belah melalui negara bagianbagian yang tergabung dalam RIS. Menggunakan kata Ratu Adil agar mendapat simpati dari rakyat karena bagi masyarakat kata Ratu Adil artinya akan membawa pencerahan ke masa depan. 2. Proses pemebrontakan



Pada 23 Januari 1950 Westerling menggerakkan pasukan APRA yang sebagian besar dari KNIL berkekuatan 500 pasukan untuk menyerang kota Bandung. Setiap orang yang ada di jalan baik itu rakyat maupun TNI ditembaki dengan membabi buta. Mereka menyerang markas devisi Siliwangi dan menembaki semua prajurit yang ada. Ada 79 pasukan APRIS dari divisi Siliwangi yang gugur selebihnya hanya 3 yang selamat. Selain di Bandung APRA merencanakan serangan di Jakarta. Gerakan APRA di Jakarta akan dibantu Sultan Hamid II yang akan dilaksaakan pada tangga 24 Januari 1950. Tujuannya menyerang gedung tempat kabinet bersidang. Rencana mereka juga akan membunuh menteri kabinet seperti menteri pertahanan Sultan Hamengku Buwono IX. Akhirnya rencana mereka gagal karena tercium aparat intelegen. 3. Penumpasan pemberontakan Upaya perundingan untuk menghentikan operasi militer APRA gagal sehingga didakan operasi militer untuk menumpas APRA. Tentara APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) mendapat dukungan penduduk Bandung sehingga dapat dengan cepat mengusir APRA dari Bandung. Selanjutnya operasi militer dilanjutkan di Jakarta sehingga pada tanggal 4 April 1950 Sultan Hamid II dapat ditangkap. Raimond Westeling dapat melarikan diri menggunakan pesawat Catalina ke luar negeri pada 2 Februari 1950. 4. Pemberontakan Andi Aziz 1. Latar belakang pemberontakan Pemberontakan Andi Aziz berlangsung di Makassar yang dipimpin oleh Andi Aziz. Dia merupakan mantan perwira KNIL yang tergabung dalam APRIS. Dia juga mantan ajudan presiden Negara Indonesia Timur (NIT). Pada tahun 1950 kondisi di Makassar memang tidak kondusif karena banyak rakyat yang menginginkan kembali menuju NKRI. Mereka sering melakukan demonstrasi kepada negara federal agar kembali kepangkuan RI. Keadaan semakin parah karena masyarakat yang setuju negara federal juga melakukan demonstrasi. Ditengah situasi yang kacau, terseber isu bahwa APRIS akan mendatangkan pasukan sebesar 900 orang ke Makassar untuk mengamankan keadaan. Pasukan ini segera akan berlabuh di pelabuhan Makassar. Tentu saja berita ini sangat mengkhawatirkan eksistensi mantas pasukan KNIL yang ada di Makassar. Mereka kemudian bergabung dengan Kapten Andi Aziz dengan menamakan pasukan bebas. 2. Proses pemberontakan Pada 5 April 1950 pasukan Andi Azizz yang dibantu pasukan KNIL menyerang markas APRIS di Makassar. Mereka berhasil menguasai markas APRIS dan juga kota Makassar. 3. Jalannya penumpasan Pada 8 April 1950 pemerintah pusat mengultimatum agar pasukan Andi Aziz menyerah dan mempertanggungjawabkan perbuatannya dalam waktu 2 x 24 jam. Akhirnya Andi Aizi bersedia datang ke Jakarta pada 15 April 1950 setelah didesak oleh presdien NIT, Sukawati. Setelah sampai di Jakarta dia ditangkap dan diadili sebagai pemberontak. Semetara itu pasukan sisa-sisa Andi Aziz diserang oleh TNI sebagai upaya penumpasan.



5. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) 1. Latar belakang pemberontakan Pemberontakan RMS dipimpin oleh Dr. Christian Robert Steven Soumokil, mantana Jaksa Agung Negara Indonesia Timur (NIT). Pemberontakan ini menolak bergabung dengan NKRI dan membentuk negara sendiri yang lepas dari NKRI. Pemberontakan ini juga dimotori para mantan KNIL yang dilatarbelakangi statusnya yaanag terancam setelah hasil KMB (Konferensi Meja Bundar). Rakyat dihasut agar tidak kembali ke NKRI dan menolak kedatangan tentara APRIS/ TNI dari Jawa dan Maluku. 2. Proses pemberontakan Pada 25 April 1950 Soumokil memproklamasikan berdirinya RMS dan menetapkan Kota Ambon sebagai ibukota RMS. Proklamasi itu ternyata mendapat sambutan hangat dari orang-orang Maluku yang pro-Belanda dan para mantan anggota KNIL yang sudah terkena hasutan. Rakyat yang menolak ajakan mereka dan mendukung NKRI ditangkap dan dipenjarakan. 3. Penumpasan pemberontakan Awalnya pemerintah meminta dengan jalan damai dengan mengirimkan dr. Leimena untuk menghentikan langkah Soumokil. Upaya pemerintah itu ditolak oleh Soumokil bahkan dia meminta perhatian dunia internasional dengan Amerika, Belanda dan komisi PBB di Indonesia. Akhirnya pemerintah melakukan operasi militer dengan komando Kolonel Kawilarang yang menjabat sebagai panglima tentara dari teritorium Indonesia Timur. Pada 14 Juli 1950 Kolonel Kawilarang menumpas gerakan separatis tersebut. Pada pertempuran itu Letkol Slamet Riyadi gugur tetapi pada 28 September 1950 pasukan APRIS dapat menguasai kembali Kota Ambon. Banyak tokoh RMS melarikan diri ke pulau Seram dan selama beberapa tahun kelompok ini melakukan teror. D. Disintegrasi Pada Masa Demokrasi Liberal Pemberontakan PRRI/ Permesta a. Latar belakang pemberontakan Pemberontakan ini terjadi pada masa kabinet Ali Sastroamidjojo II. Pergolakan yang muncul di Sumatera dan Sulawesi ini dipicu oleh ketidakpuasan terhadap alokasi dana pembangunan yang diterima dari pemerintah pusat. Ketidak puasan ini memunculkan rasa ketidakpercayaan terhadap pemerintah. Selain itu mereka susah menyampaikan aspirasinya melalui parlemen dalam mengubah kebijakan. Akhirnya mereka menempuh jalan non parlemen dengan membentuk dewan-dewan di daerah. Misalnya Sumatera Tengah dibentuk Dewan Banteng, di Sumatera Utara dibentuk Dewan Gajah dan di Sumatera Selatan dibentuk Dewan Garuda. Pada 21-24 November 1956 Dewan Banteng melakukan pertemuan dan menghasilkan beberapa kesepakatan di Padang. Hasil kesepakatan itu kemudian disampaikan kepada perdana menteri Ali Sastroamidjojo dengan mengirimkan delegasi Dewan Banteng. Sementara itu Dewan Banteng mengambil keputusan sendiri dengan mengambil alih kekuasaan di Sumatera Tengah di bawah gubernur



resmi Ruslan Muljoharjo. Tentu saja langkah itu mengakibatkan ketegangan antara pemerintah pusat dengan Dewan Banteng. Semenatara itu Dewan Gajah di Medan juga menguasai instansi-instansi resmi pemerintah seperti RRI Medan yang digunakan untuk propaganda kegiatan dewan kepada masyarakat. Akhirnya kegiatan Dewan Gajah berahir setelah pimpinan mundur dan pindah dari Medan dengan diikuti anak buahnya. Dewan Garuda di Sumatera Selatan yang dipimpin Letnan Kolonel Barlian mengambil alih kekuasaan dari gubernur Sumatera Selatan yang dijabat Winarno Danuatmojo. Untuk menghadapi pergolakan daerah tersebut pemerintah pusat meminta diselesaikan dengan perdamaian tetapi sebelum langkah perundingan dilaksanakan ada percobaan untuk membunuh Presiden Sukarno yang dikenal dengan peristiwa Cikini pada 30 November 1957. Sukarno saat itu akan mengujungi ulang tahun perguruan tempat putra-putinya sekolah. Dalam peristiwa itu Sukarno selamat tetapi banyak anak sekolah yang menjadi korban akibat lemparan granat. Setelah peristiwa Cikini 1957 pergolakan daerah semakin meningkat dan menunjukkan upaya untuk melepaskan diri dari NKRI. Selain di Sumatera terjadi pergolakan yang serupa di Makassar dengan terbentuknya Dewan Lambung Mangkurat dan di Manado ada Dewan Manguni. b. Proses pemberontakan Banyaknya pemberontakan yang terjadi ternyata melemahkan kabinet Ali Sastroamidjojo II yang akhirnya menyerahkan mandat kekuasaan pemerintahan kepada presiden. Keadaan yang semakin tidak menentu itu kemudian Sukarno menyatakan bahwa negara dalam keadaan bahaya. Sukarno kemudian mengajak partai politik untuk membentuk pemerintahan yang baru. Sukarno menunjuk Ir. Juanda untuk menjadi perdana menteri dalam kabinet karya. Sementara itu pimpinan Dewan Manguni di Manado yang bernama Letnan Kolonel Ventje Sumual memproklamirkan berdirinya Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) pada 2 Maret 1957. Pendirian organisasi yang akan memisahkan diri dari NKRI itu ditandatangani oleh 51 tokoh masyarakat Indonesia Timur. Tidak beberapa lama di Sumatera diproklamasikan juga Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) oleh Kolonel Ahmad Husain yang merupakan pimpinan Dewan Banteng pada 15 Februari 1958. Pada tanggal 10 Februari 1958 Kolonel Ahmad Husain berpidato kepada masyarakat dengan mengultimatum pemerintah yang isinya 1). Kabinet Juanda harus menyerahkan mandatnya kepada presiden dalam waktu 5 x 24 jam atau presiden yang mencabut mandat tersebut. 2). Presiden menugaskan Hatta dan Sultan Hamengku Buwono IX untuk membentuk kabinet nasional. Mendapat ancaman tersebut pemerintah langsung mengambil langkah tegas yaitu memecat dengan tidak hormat semua pimpinan gerakan separatis tersebut. Sedangkan Mayor Jenderal AH. Nasution selaku KSAD membekukan komando daerah militer Sumatera serta mengambil alih garis komando secara langsung. c. Penumpasan pemberontakan



Untuk menumpas pemberontakan itu pemerintah melakukan operasi militer dengan melibatkan dari berbagai kesatuan laut darat dan udara. Pasukan gabungan yang diberi nama Operasi 17 Agustus itu dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani. Tujuan operasi adalah menumpas segala bentuk gerakan separatis dan mencegah campur tangan kekuatan asing yang sering kali berdalih melindungi bisnis warga negaranya di Pekanbaru. Akhirnya tokoh-tokoh PRRI termasuk Ahmad Husain menyerahkan diri setelah terdesak oleh operasi militer. Sementara itu untuk menumpas gerakan Permesta pemerintah melancarkan operasi militer yang diberi nama Operasi Merdeka pada bulan April 1958 di bawah komando Letnan Kolonel Rukminto Hendraningrat. Saat operasi dilaksanakan TNI menemukan bukti adanya keterlibatan pihak asing dalam gerakan tersebut yaitu salah satu pesawat asing ditembak jatuh oleh pasukan TNI di perairan Ambon. Pesawat itu milik Amerika Serikat dan pilotnya AL. Pope yang juga diyakini sebagai agen CIA. Satu persatu TNI berhasil merebut daerah yang dikuasai Permesta dan pada pertengahan tahun 1961 para pemimpin gerakan ini menyerah kepada pemerintah NKRI. E. Disintegrasi Pada Masa Demokrasi Terpimpin Pemberontakan G30S/ PKI Demokrasi terpimpin diperkenalkan oleh Sukarno melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dengan pesetujuan kabinet Juanda maka UUD 1945 diberlakukan kembali untuk mencegah terjadinya kekacauan politik seperti yang sudah-sudah. Dengan tampilnya Sukarno kembali sebagai kepala negara diharapkan negara dalam keadaan kondusif tetapi pada kenyataannya negara ini tetap diuji oleh pemberontakan bahkan kali ini pemberontakannya lebih dahsyat yaitu G30 S/PKI. a. Latar belakang pemberontakan Pada pemilu 1955 PKI ternyata keluar sebagai pemenang bersama dengan PNI, NU dan Masyumi. Untuk itulah PKI mulai diperhitungkan dalam perpolitikan nasional pada saat itu. Pada saat itu memang ada 3 kekuatan besar yaitu PKI yang beravialiasi komunis, Masyumi yang beraviliasi agama dan TNI sebagai alat negara. Ketiganya mempunyai kekuatan yang besar dalam percaturan politik nasional. Untuk memenangkan persaingan dengan TNI PKI menyebarkan isu Dewan Jenderal. Dewan yang dimaksud adalah perwira-perwira Angkatan Darat yang akan melakukan kudeta terhadap pemerintahan Presiden Sukarno pada 5 Oktober 1965. Isu itu sengaja dihembuskan PKI agar Angkatan tersudut karena selama ini semua program-program PKI seperti usulan dibentuknya angkatan ke lima dimentahkan oleh Angkatan Darat. b. Proses pemberontakan PKI melancarkan aksi kudetanya pada 1 Oktober 1965 di bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung. Sasaran dari gerakan itu adalah perwiraperwira Angkatan Darat yang dianggap sebagai penghalang bagi PKI dalam mencapai tujuannya. Upaya penculikan dan pembunuhan terhadap perwira itu



berjalan sesuai rencana hanya saja satu perwira yang berhasil lolos yaitu Jenderal AH Nasution. Walaupun AH. Nasution lolos tetapi Ade Irma Suryani putrinya gugur bersama dengan ajudannya Pierre Tendean. PKI melancarkan serangan tidak hanya di Jakarta tetapi juga di Yogyakarta. Perwira yang menjadi korban adalah Komandan Korem 072 Kolonel Katamso dan kepala staf Korem 072 Letnan Kolonel Sugiyono. Setelah berhasil menculik sasarannya kemudian pada tanggal 1 Oktober PKI menguasai RRI dan kantor negara telekomunikasi di Jakarta. PKI menyiarkan berita mengenai G30S/ PKI yang telah berhasil menangkap perwiraperwira Angkatan Darat anggota Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah. c. Penumpasan pemberontakan Di bawah komando Panglima Kostrad Mayor Jenderal Soeharto operasi penumpasan dilakukan dengan cepat. Adapun dilakukan langkah-langkah: 1. Pada 1 Oktober 1965 pasukan RPKAD di bawah komando Kolonel Sarwo Edhie Wibowo berhasil merebut kembali studio RRI dan Kantor Negara Telekomunikasi di Jakarta. 2. Pada 3 Oktober 1965 pasukan RPKAD menemukan sumur yang menjadi lokasi pembuangan jenazah perwira AD yang diculik atas bantuan seorang perwira polisi Sukitman. Sukitman ikut diculik karena memergoki para pelaku saat sedang melakukan penculikan kepada Mayor Jenderal DI. Panjaitan. Sukitman tidak terbunuh karena berhasil lolos dari Lubang Buaya. 3. Pada 4 Oktober 1965 Panglima Kostrad Mayor Jenderal Suharto memerintahkan untuk melakukan penggalian dan pengangkatan jenazah kepada para perwira AD untuk selanjutnya disemayamkan dahulu di markas besar Angkatan Darat, Jakarta. 4. Pada 5 Oktober 1965 jenazah para perwira Angkatan Darat dimakamkan ditaman Makam pahlawan Kalibata 5. Operasi penumpasan G30S/PKI terus dilanjutkan dengan menangkap tokohtokoh PKI dan membekukan semua kegiatan PKI dan ormas-ormasnya. Pada 9 Oktober 1965 Kolonel Latief berhasil ditangkap di Jakarta dan pada 11 Oktober 1965 Letnan Kolonel Untung berhasil ditangkap di Tegal Jawa Tengah. Peristiwa G30S/PKI menyisakan kepiluan bagi bangsa Indonesia. Rakyat serentak menyatakan sikap agar PKI dibubarkan. Pada tanggal 12 Januari 1966 Front Pancasila mendatangi gedung Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) dan mengajuka 3 Tuntutan Rakyat (Tritura) yang berisi: 1. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya 2. Bersihkan kabinet dan unsur-unsur PKI 3. Turunnya harga Pada 11 Maret 1966, Presiden Sukarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar). Sebagai pemegang Supersemar Jenderal Suharto bekerja dengan cepat yaitu: 1. Pada 12 Maret 1966 Jenderal Suharto mengumumkan bahwa PKI dan ormasormasnya dibubarkan dan dilarang di wilayah seluruh Indonesia.



2. Pada 18 Maret 1966 dilakukan penangkapan terhadap 15 menteri yang terlibat dalam G30S/ PKI. 3. Jenderal Suharto segera membentuk kabinet Ampera pada 28 Juli 1966 untuk mengganti kabinet 100 menteri. Peristiwa G30S/ PKI membuat kekuasaan Presiden Sukarno jatuh. Pada 10 Januari 1967 Presiden Sukarno membacakan pidato pertanggungjawaban berjudul “Nawaksara” dan “Pelengkap Nawaksara” dalam sidang umum MPRS. Namun pidato tersebut ditolak karena dianggap tidak menjelaskan kebijakannya terhadap peristiwa G30S/ PKI. Pada 23 Februari 1967 Presiden Sukarno sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia meyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Jenderal Suharto pemegang ketetapan MPRS NO. IX/MPRS/1966. Dengan demikian berakhir semua kekuasaan Presiden Sukarno. Peristiwa ini sekaligus manandai berakhirnya demokrasi terpimpin dan lahirnya orde baru. F. Tokoh-tokoh Pejuang Mempertahankan Integrasi Bangsa Upaya-upaya memecah belah bangsa dengan hadirnya banyak pemberontakan sebenarnya sangat mengancam keutuhan NKRI. Pemberontakan-pemberotakan itu akhirnya dapat diredam dan ditumpas. Keberhasilan penumpasan dan pencegahan disintegrasi ini tidak lepas dari peran para tokoh bangsa yang berjuang untuk mempertahankan integrasi bangsa. berikut tokoh-tokoh pejuang integrasi bangsa: 1. Sukarno Presiden pertama Republik Indonesia tidak diragukan lagi perannya dalam mempertahankan keutuhan bangsa. Peran yang sangat fenomenal adalah ketika Sukarno memberlakukan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sehingga bangsa ini kembali ke UUD 1945. Dengan demikian bangsa ini tidak terpecah-pecah dalam kepentingan politik dan ideologi. Selama hidupnya Sukarno berpimpi agar Indonesia bersatu di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga tidak mengherankan bahwa orang yang berpaham nasionalis ini mengerahkan segala upaya apabila bangsa Indonesia terancam disintegrasi. 2. Mohammad Hatta Hatta berjuang untuk Indonesia merdeka sejak menjadi mahasiswa. Dalam peristiwa disekitar proklamasi Hatta juga ikut dibawa pemuda ke Rengasdengklok bersama Sukarno agar segera memproklamasikan kemerdekaan. Hatta dikenal sebagai pemimpin yang tenang, bijaksana dan hati-hati dalam setiap pengambilan keputusan. Hatta juga dikenal sebagai bapak koperasi Indonesia karena segala pemikiran tentang perekonomian rakyat dituangkan dalam pasal 33 UUD 1945. Tidak itu saja Hatta juga dikenal sebagai bapak peletak dasar politik luar negeri yang bebas aktif tidak condong ke blok manapun. 3. Abdul Haris Nasution Nasution merupakan tentara yang profesional. Dia salah satu tokoh pejuang integrasi. Hal ini terlihat ketika terjadi pemberontakan PKI Madiun 1948. Dengan bergerak cepat di bawah komandonya selaku Panglima Komando Jawa dapat menumpas pemberotakan hanya butuh waktu satu hari untuk penumpasan. Nasution



juga berjasa dalam penumpasan pemberontakan PRRI dan Permesta yang ingin menggoyang kewibawaan NKRI. 4. Ahmad Yani Yani tergabung dalam Peta dalam memulai kiriernya sebagai tentara. Yani sangat berjasa dalam penumpasan pemberontakan DI/ TII di Jawa Tengah. Keberhasilan itu ikut mengangkat namanya menjadi perwira tinggi yang diperhitungkan untuk mempertahankan bangsa dari berbagai ancaman dan gangguan untuk keutuhan NKRI. 5. Sultan Hamengku Buwono IX Sultan Hamengku Buwono IX tidak diragukan lagi perannya dalam mempertahankan keutuhan NKRI. Disaat Jakarta kacau balau sejak kedatangan tentara Belanda dan NICA pada 4 Januari 1946 Sultan menawarkan agar ibukota pindah ke Yogyakarta sebagai upaya agar para pemimpin bangsa dan bangsa selamat dari rongrongan kolonial yang ingin menjajah kembali. Selama revolusi fisik antara 1946-1950 Sultan dan para pemimpin bangsa seperti Sukarno, Hatta, Syahrir dll di Yogyakarta berjung bahu membahu agar Indonesia tetap berdiri kokoh tidak tergoyahkan walaupun terus digempur tentara Belanda. Dalam Serangan 1 Maret 1949 Sultan juga sangat berperan penting sehingga peristiwa itu dapat menyadarkan dunia Internasional bahwa Indonesia masih ada karena selama ini digembar-gemborkan Belanda bahwa Indonesia sudah terhapus karena pemimpinnya sudah ditangkap dan diasingkan. Perannya sebagai menteri pertahanan ikut memelihara keutuhan bangsa baik memperhankan NKRI dari penjajahan Belanda maupun keutuhan NKRI dari setiap pemberontakanpemberotakan yang pernah terjadi di tanah air.



G. Perkembangan Politik Pada Masa Awal Kemerdekaan Setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, tanggal 18 Agustus 1945 melalui sidan PPKI Sukarno dan Hatta ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia. Dalam revolusi fisik antara 1946-1950 itu tantangan politik dan ekonomi masih terasa sangat berat bangi bangsa Indonesia. Di satu sisi kedatangan tentara sekutu dan NICA yang masih ingin menguasai kembali Indonesia dengan serangan agresi Belanda I dan II serta perundingan-perundingan yang hasilnya menguntungkan pihak Belanda. Disisi lain hasil-hasil perundingan itu ternyata tidak memuaskan semua pihak terutama para tokoh-tokoh bangsa Indonesia sehingga timbul rasa tidak puas yang akhirnya memunculkan rasa tidak percaya dan berujung pada pemberontakanpemberontakan di daerah-daerah. Dengan demikian pemerintahan harus bekerja keras untuk menghadapi bangsa asing dan menghadapi bangsa sendiri yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Untuk menjaga agar pemerintahan berjalan dengan baik Sukarno membentuk kabinet yang pertama yang dinamakan kabinet presidensial. Kabinet ini diketuai oleh Presiden Sukarno dengan masa jabatan 4 September sampai dengan 14 Nopember 1945. Kabinet pertama tidak berlangsung lama. Pada 14 November 1945 dibentuk kabinet Republik Indonesia yang kedua dengan Sutan Syahrir sebagai perdana



menterinya. Selama ibukota RI dan para pemimpin bangsa pindah ke Yogyakarta sejak 4 Januari 1946 Sutan Syahrir tetap di Jakarta untuk mempermudah hubungan dengan dunia Internasional. Sutan Syahrir akhirnya menyerahkan mandatnya sebagai perdana menteri karena perundingan yang dijalankan dengan Belanda tidak mendapat dukungan dari semua pihak. Ketika pembentukan kabinet yang ketiga Sukarno kembali membujuk Syahrir agar menjadi perdana menteri. Akhirnya Syahrir menyanggupinya sehingga disebut kabinet Syahrir II. Kabinet ini berakhir pada 2 Oktober 1946. Selanjutnya dibentuk kabinet keempat yaitu Kabinet Syahrir III yang berlangsung 2 Oktober 1946 sampai dengan 3 Juli 1947. Pada tanggal yang sama presiden mengeluarkan maklumat Nomor 6/1947 yang isinya menetapkan kekuasaan sepenuhnya berada ditangan presiden. Melalui maklumat tersebut akhirnya kabinet Syahrir III masuk masa demesioner. Pada 3 Juli 1947 dibentuk kabinet yang kelima yang berlangsung 3 Juli 1947 sampai dengan 11 Nopember 1947 dengan Amir Syarifuddin sebagai perdana menterinya. Program kabinet ini sebenarnya melanjutkan program kabinet sebelumnya. Pada 11 Nopember 1947 dibentuk kabinet yang keenam dengan Amir Syarifuddin tetap sebagai perdana menterinya. Akhirnya kabinet dinyatakan demesioner setelah pada 29 Januari 1948 mundurnya 5 orang menteri dari Masyumi. Pada 29 Januari 1948 dibentuk kabinet ketujuh dengan Moh. Hatta sebagai perdana menterinya. Kabinet ini akhirnya berakhir pada 4 Agustus 1948. Memang kondisi politik pada saat itu masih dalam konflik antara Indonesia dengan Belanda dan berbagai pemberontakan di tanah air. Ketika terjadi Agresi militer Belanda II di Yogyakarta dan para pemimpin ditangkap dan diasingkam dibentuk Pemeritahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berkedudukan di Bukittinggi. Maka dibentuklah kabinet PDRI berdasar intruksi presiden kepada Syarifuddin Prawiranegara yang dikirim dari Yogyakarta sesaat sebelum tentara menawan para pemimpin. Kabinet PDRI ini dipimpin oleh Syarifuddin Parwiranegara dan berakhir pada 13 Juli 1949. Pada 13 Juli 1949 dibentuk kabinet yang kedelapan dengan Hatta sebagai perdana menterinya. Program kabinet ini menyesuikan dengan situasi dan kondisi pada saat itu yang baru menghadapi agresifitas Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Pada 20 Desember 1949 sampai dengan 21 Januari 1950 dibentuk kabinet ke sembilan yang dipimpin oleh Mr. Susanto Tirtiprojo. Dia adalah seorang kepala kabinet yang berperan penting dalam trasisi RI ke RIS. Kabinet ini bekerja di bawah perdana menteri Moh. Hatta. Ketika Indonesia menjadi bagian dari RIS dibentuk kabinet yang kesepuluh di bawah kepemimpinan dr. A. Halim. Kabinet ini bertugas 21 Januari sampai dengan 6 September 1950. Akhirnya usia kabinet ini berakhir seiring dengan kembalinya negara kesatuan Republik Indonesia pada bulan September 1950. H. Perkembangan Politik dan ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal Hasil perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah salah satunya terbentuknya negara RIS (Republik Indonesia Serikat). Sebenarnya Belanda membetuk negara federal ini bertujuan untuk melemahkan integrasi bangsa sebagai negara kesatuan.



Seiring berjalan waktu ternyata banyak negara-negara bagian yang ingin mengabungkan diri menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada 15 Agistus 1950 perdana menteri kabinet RIS, Moh. Hatta menyerahkan mandatnya sebagai perdana menteri kepada Presiden Sukarno dan pada 17 Agustus 1950 dan Indonesia kembali menjadi negara kesatuan. Setelah berakhirnya pemerintahan RIS pada 1950 sebenarnya Indonesia masih menggunakan model pemerintahan demokrasi parlementer yang liberal. Kabinet dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen. Saat itu presiden hanya berkedudukan sebagai kepala negara. Pada kurun waktu pemerintahan antara tahun 1950 sampai dengan 1959 memang sering terjadi pergantian kabinet. Kabinet yang dipimpin oleh seorang perdana menteri itu sering jatuh bangun karena adanya mosi tidak percaya dari para oposisi politiknya. Adapun kabinet yang pernah memerintah pada masa demokrasi liberal sebagai berikut: 1. Kabinet Natsir (Masyumi) memerintah 6 September 1950 sd. 21 Maret 1951. 2. Kabinet Sukiman (Masyumi) memerintah 27 April 1951 sd. 3 April 1952. 3. Kabinet Wilopo (PNI) memerintah 3 April 1952 sd. 3 Juni 1953. 4. Kabinet Ali Sastraamidjojo I (koalisi PNI dan NU) memerintah 31 Juli 1953 sd. 12 Agustus 1955. 5. Kabinet Burhanuddin Harahap (Masyumi) memerintah 12 Agustus 1955 sd. 3 Maret 1956. 6. Kabinet Ali Sastraamidjojo II (koalisi PNI,Masyumi, NU) memerintah 20 Maret 1956 sd. 4 Maret 1957. 7. Kabinet Juanda (non politik) memerintah 9 April 1957 sd. 5 Juli 1959. Tentu saja jatuh bangunnya kabinet-kabinet ini sangat tidak memberi kenyamanan kepada perdana menteri yang memerintah. Jatuh bangunnya kabinet ini karena adanya rasa mosi tidak percaya akibat pemerintahan dianggap gagal dalam menangani berbagai peristiwa yang terjadi. Contoh misalnya jatuhnya kabinet Wilopo yang harus mengakhiri pemerintahannya karena dianggap gagal dalam menyelesaikan kasus 17 Oktober 1952. Padahal kasus itu disebabkan oleh ulah beberapa perwira Angkatan Darat yang melakukan protes dan meminta kepada presiden Sukarno agar parlemen dibubarkan karena dianggap mencampuri kegiatan intren AD dan ada indikasi korupsi di tubuh parlemen. Tentu saja Sukarno menolak membubarkan parlemen sesuai tuntutan perwira Angkatan Darat karena jika itu dilakukan berarti presiden melakukan tindakan otoriter. Kasus itu semakin runcing setelah Sukarno menonaktifkan Nasution sebagai KSAD diganti oleh Kolonel Bambang Sugeng karena dianggap bersalah melakukan kudeta kecil terhadap Presiden Sukarno. Akhirnya Nasution setelah beberapa tahun tidak aktif diberi jabatan lagi di dinas ketentaraan sehingga lambat laun kasus penyidikan kudeta kecil itu dihentikan. Demokrasi terpimpin adalah sistem demokrasi yang semua keputusan dan pemikiran terpusat pada pemimpin yakni Presiden Sukarno. Masa demokrasi terpimpin berlangsung mulai 1959 sampai dengan 1965 saat kekuasaan Sukarno tumbang ditangan Orde Baru.



Perkembangan ekonomi pada masa demokrasi liberal sungguh lambat karena berbagai permasalahan yang dihadapi. Permasalahan yang muncul tidak lepas dari beberapa hal yaitu: 1. Setelah pengakuan kedaulatan, bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan yang ckup besar seperti yang diputuskan dalam Konferensi Meja Bundar diantaranya bangsa Indonesia harus menutup kerugian perang dari pihak Belanda selama perang revolusi fisik. 2. Ketidakstabilan politik akibat jatuh bagunnya kabinet menyedot banyak anggaran disamping untuk mengatasi biaya anggaran operasional dalam penumpasan pemberontakan di daerah-daerah. 3. Ekspor hanya tergantung kepada perkebunan sedangkan angka pertambahan penduduk semakin tajam. I. Perkembangan Politik dan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Terpimpin Landasan adanya demokrasi terpimpin ditafsirkan dari sila ke-empat Pancasila. Menurut ketetapan MPRS demokrasi terpimpin adalah demokrasi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang progresif-revolusioner dengan berposros pada nasionalisme, agama dan komunis (Nasakom) sebagai kekuatan nasional. Ada tiga hal yang melatarbelakangi Presiden Sukarno menerapkan demokrasi terpimpin yaitu: 1. Dari sudut pandang politik, Konstituante dianggap gagal dalam menyusun UU baru untuk menggantikan UUD Sementara 1950. 2. Dari sudut pandang keamanan nasional, pada masa demokrasi liberal banyak terjadi gerakan sparatis di berbagai daerah yang mengancam integrasi bangsa dan ketidakstabilan keamanan negara. 3. Dari sudut pandang perekonomian nasional, sering terjadinya pergantian kabinet menyebabkan program-program yang telah dirancang kabinet tidak bisa dijalankan secara maksimal. Akibatnya pembangunan ekonomi tidak lancar. Berdasar dari tiga hal tersebut maka pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Sukarno membubarkan parlemen sekaligus menyatakan kembali pada UUD 1945. Sukarno kemudian membentuk kabinet kerja dengan dirinya bertindak sebagai perdana menteri. Kabinet ini kemudian dilantik pda 10 Juli 1959 dengan program kerjanya tri program kabinet kerja. Tugas kabinet ini adalah mengatasi masalah sandang, pangan serta meningkatkan keamanan di dalam negeri dan mengembalikan beberapa wilayah negara ke pangkuan NKRI misalnya Irian Barat. Dalam demokrasi terpimpin itu, Presiden Sukarno menerapkan sistem politik keseimbangan. Hal ini diterapkan di lingkungan partai-partai politik dan pertahanan negara. Presiden juga mengambil langsung pimpinan tertinggi angkatan militer dengan membentuk komando operasi tertinggi (Koti). Perkembangan politik pada masa demokrasi terpimpin seluruhnya terpusat pada presiden Sukarno dengan TNI Angkatan Darat dan PKI sebagai pendukung utamanya. Untuk itulah PKI saat itu berkembang sangat pesat karena sebagai pendukung utama



Presiden Sukarno. Perkembangan pesat PKI ini tentu saja tidak disukai Angkatan Darat karena akan memperkecil pengaruhnya terhadap Presiden Sukarno sehingga antara AD dengan PKI sering bertolak belakang dalam pengambilan kebijakan. Pada masa itu Sukarno menandaskan pentingnya konsep persatuan antara nasionalis, agama dan komunis yang disingkat menjadi Nasakom. Tentu saja dampak dari konsep ini sangat menguntungkan PKI karena partai ini ikut berbicara banyak dalam setiap pengambilan keputusan presiden yang tentu saja diharapkan meguntungkan partai itu. Meski banyak menuai protes, Presiden Sukarno semakin mempertegas konsep Nasakom. Hal ini disampaikan dalam pidato pada 17 Agustus 1959 yang berjudul “Penemuan kembali revolusi kita”. Naskah pidato itu kemudian diserahkan kepada panitia kerja Dewan Pertimbangan Agung yang ketika itu dipimpin oleh DN. Aidit, seorang pimpinan PKI. Naskah itu kemudian dirumuskan menjadi Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) serta selanjutnya diberi judul “Manifesto Politik Republik Indonesia” yang kemudian dikenal sebagai Manipol. Pengaruh PKI semakin kuat dalam demokrasi terpimpin. Hal ini terihat dari kebijakan luar negeri Presiden Sukarno yang cenderug memihak pada Tiongkok atau blok Komunis sehingga konsep negara non-blok mulai ditinggalkan. Keadaan ini terus berlangsung sehingga menimbulkan peristiwa yang menggemparkan tanah air yaitu terjadinya peristiwa G30 S/ PKI yang akhirnya menjatuhkan Sukarno dari kekuasaannya dan digantikan oleh Orde Baru. Pada masa demokrasi terpimpin perekonomian diatur langsung oleh pemerintah. Kegiatan perekonomian yang diatur itu banyak mengabaikan prinsip ekonomi. Akibatnya terjadi defisit keuangan negara yang meningkat tajam dari tahun ketahun. Contohnya pada Januari sampai dengan Agustus 1965 pengeluaran negara tercatat sebesar 11 miliar rupiah, sedangkan penerimaan negara sebesar 3,5 miliar rupiah. Bahkan pada tahun 1961 sampai 1962 harga-harga barang pada umumnya mengalami kenaikan hingga 400%. Kondisi ini semakin diperparah dengan berlangsungnya konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara Barat yang semakin mempercepat kemerosotan perekonomian Indonesia. Salah satu solusi pemerintah mengatasi kemerosotan ekonomi diantaranya menerapkan kebijakan dalam bidang moneter. Pada 13 Desember 1965 melalui penetapan Presiden Nomor 27 tahun 1965 pemerintah mengambil langkah devaluasi, yaitu kebijakan untuk menekan inflansi. Pemerintah menggunting uang senilai Rp. 1.000 menjadi Rp.1. Dampak dari kebijakan ini bukan menambah baik tetapi semakin meningkatkan infansi. Kebijakan ini semakin parah setelah nilai ekspor rendah sedangkan kegiatan impor dibatasi karena lemahnya devisa negara. Akibatnya perekonomian menjadi limbung sehingga menambah penderitaan rakya. J. Perbandingan Kebijakan Politik Pada Masa Demokrasi Liberal dan Terpimpin Ada beberapa perbedaan antara demokrasi liberal dengan demokrasi terpimpin yaitu: 1. Masalah Kedaulatan negara Pada masa demokrasi liberal kedaulatan negara ada ditangan DPR atau parlemen. Bahkan DPR dapat membubarkan dan membentuk pemerintahan dan kabinet



(eksekutif). Sedangkan pada demokrasi terpimpin kedaulatan negara sepenuhnya ditangan presiden. Bahkan seorang presiden dapat membentuk MPRS dan DPR Gotong Royong. 2. Masalah pembagian kekuasaan Pada masa demokrasi liberal kekuasan DPR (Legislatif) lebih kuat jika dibandingkan dengan kekuasaan pemerintah/ kabinet (eksekutif). DPR dapat membubarkan dan menghentikan pemerintah/ kabinet. Sementara itu fungsi presiden hanya sebagai kepala negara. Sedangkan dalam demokrasi terpimpin kekuasaan presiden (eksekutif) menjadi sangat dominan sehingga mampu membubarkan dan membentuk DPR. Disamping itu jabatan presiden ditetapkan seumur hidup sehingga tidak dapat diberhentikan oleh MPRS. 3. Masalah pengambilan keputusan Pada masa demokrasi liberal semua pengambilan keputusan berada ditangan DPR dengan mekanisme keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Sedangkan pada masa demokrasi terpimpin pengambilan keputusan dilaksanakan oleh MPRS dan DPR-GR serta berdasarkan suara bulat.



2. Alat dan bahan - Komputer/laptop - Internet - Power Point



J. Kegiatan pembelajaran Utama: Pengaturan Peserta Didik Berkelompok



K. Asesmen:



-



Metode Diskusi kelompok Presentasi Ceramah Debad Talking Stick



-



Individu Test tertulis PG atau Essay Sikap peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran



-



Berkelompok Diiskusi kelompok Presentasi Produk hasil diskusi kelompok dalam bentuk tulisan/tulisan/ media lain)



L. Persiapan Pembelajaran: No 1 2 3 4



Langkah Persiapan Pembelajaran Membuat maind maping materi pemerintahan demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin Mencari informasi materi dan membuat pemaparan power point Membuat tekhnis diskusi kelompok Membuat assesmen



Waktu 15 menit 90 menit 15 menit 30 menit



M. Urutan kegiatan pembelajaran dalam 1 sesi pembelajaran: Pertemuan ke-1 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan Inti



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang pembelajaran hari ini



- Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa terjadi pemberontakan PKI di Madiun ? - Menyajikan informasi awal materi tentang pengertian integrasi dan disintegrasi serta keterkaitan antara kebijakan pemerintah dengan pemberontakan PKI Madiun 1948, DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia), APRA (Angkatan Perang Ratu Adil), pemberontakan Andi Azis, pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) dengan



Waktu 10 menit



70 menit



No



Jenis Kegiatan -



Penutup



-



Pertemuan ke-2 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan yang dilakukan media power point. Guru menggunakan diskusi kelompok untuk membahas PKI Madiun, DI/TTII, APRA, Andi Aziz, RMS Hasil diskusi kelompok dipresentasikan di depan kelas Kesimpulan tentang materi hari itu Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran hari ini



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang pembelajaran hari ini



Waktu



10 menit



Waktu 10 menit



Kegiatan Inti



- Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa terjadi pemberontakan PRRI/ Permesta? - Menyajikan informasi awal untuk membuka wawasan tentang keterkaitan antara kebijakan pemerintah dengan pemberontakan PRRI/ Permesta pada masa Demokrasi Liberal - Guru menggunakan diskusi kelompok untuk membahas pemberontakan PRRI/ Permesta - Hasil diskusi dipresentasikan di depan kelas



70 menit



Penutup



-



10 menit



Kesimpulan tentang materi hari itu Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini



No



Jenis Kegiatan -



Pertemuan ke-3 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan Inti



Penutup



Kegiatan yang dilakukan Refleksi tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran hari ini



Kegiatan yang dilakukan Presensi tentang kehadiran peserta didik hari ini Berdoa secara bersama-sama sesuai agama dipimpin satu orang peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang materi yang dipelajari hari ini



Waktu



Waktu 10 menit



70 menit - Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa terjadi pemberontakan G30S/PKI? - Guru menyajikan informasi tentang keterkaitan antara kebijakan Sukarno, tentang konflik internal Angkatan Darat, kebijakan luar negeri Amerika dan Rusia, Perang Dingin dengan pemberontakan G30S/PKI pada masa demokrasi terpimpin dengan media power point - Guru menggunakan metode debat untuk membahas siapa dalang pemberontakan G30S/PKI. Kelompok satu membahas dalangnya adalah PKI, sedangkan kelompok lain membahas dalangnya kekuatan asing dan Angkatan Darat. 10 menit - Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini - Refleksi kekurangan dan kelebihan pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-4 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan Inti



Penutup



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa sesuai agama dan keyakinan Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini



Waktu 10 menit



70 menit - Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Siapa saja tokoh-tokoh pejuang terwujudnya integrasi bangsa? - Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang tokoh-tokoh pejuang mempertahankan integrasi bangsa. - Guru menggunakan metode Talking Stick untuk membahas tokoh-tokoh pejuang mempertahankan integrasi bangsa - Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja dipelajari - Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini - Refleksi terhadap kelebihan dan kekurangan pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-5 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini



Waktu 10 menit



No



Jenis Kegiatan -



Kegiatan Inti



-



-



-



-



Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan Apersepsi untuk menjelaskan pentingnya pokok bahasan hari ini bagi kehidupan peserta didik Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Bagaimana perkembangan politik pada awal kemerdekaan? Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang keterkaitan antara pemerintahan Sukarno dengan perkembangan politik ekonomi pada masa awal kemerdekaan Guru menggunakan metode diskusi kelompok untuk membahas perkembangan politik dan ekonomi pada masa awal kemerdekaan Hasil diskusi kelompok akan dipresentasikan di depan kelas



Waktu



70 menit



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan Kesimpulan secara bersama-sama antara guru dan peserta didik Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi terhadap kekurangan dan kelebihan pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-6 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan



Waktu 10 menit



No



Jenis Kegiatan Kegiatan Inti



-



-



-



Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan Waktu 70 menit Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Bagaimana perkembangan politik pada masa demokrasi liberal? Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang keterkaitan antara pemerintahan Sukarno dengan perkembangan politik ekonomi pada masa Demokrasi Liberal Guru menggunakan metode diskusi kelompok untuk membahas perkembangan politik dan ekonomi pada masa demokrasi liberal Hasil diskusi kelompok dipresentasikan di depan kelas Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan Kesimpulan Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-7 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Guru memberikan informasi tentang kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini



Waktu 10 menit



No



Jenis Kegiatan -



Kegiatan Inti



-



-



-



-



Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Bagaiamana perkembangan politik pada masa demokrasi terpimpin? Guru menyajikan informasi awal tentang keterkaitan antara pemerintahan Sukarno dengan perkembangan politik ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin Guru menggunakan metode diskusi kelompok dalam membahas politik dan ekonomi di zaman demokrasi terpimpin Hasil diskusi dipresentasikan di depan kelas



Waktu



70 menit



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-8 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Guru memberikan informasi tentang kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari



Waktu 10 menit



No



Jenis Kegiatan -



Kegiatan Inti



-



-



-



Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan Waktu ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan 70 menit Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Apa perbedaan dalam pelaksanaan demokrasi liberal dengan demokrasi terpimpin? Guru menyajikan informasi awal tentang perbandingan kebijakan ekonomi dan politik pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin. Guru menggunakan metode debat untuk membahas perbedaan demokrasi liberal dengan terpimpin. kelompok satu membahas kelebihan politik-ekonomi saat liberal dan kelompok lain membahas kelebihan politik-ekonomi saat menggunakan demokrasi terpimpin. Kesimpulan bersama-sama antara guru dan peserta didik pelajaran hari ini Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



10 menit



N. Refleksi guru - Apakah guru sudah menyampaikan materi ini kepada peserta didik bahwa model demokrasi kita berganti-ganti untuk menemukan model demokrasi yang sesuai dengan bangsa kita? - Guru menanamkan karakter kepada peserta didik, bangsa ini cocok dengan demokrasi Pancasila sehingga guru menyadarkan kepada peserta didik untuk menjaga dan merawat dan berperilaku sesuai dengan sila-sila Pancasila. - Guru harus selalu memberi semangat kepada peserta didik untuk selalu semangat belajar sejarah - Perlu adanya metode yang cocok untuk menerangkan materi pemberontakan di daerah.



- Apakah peserta didik paham materi yang diberikan guru tentang demokrasi terpimpin/ liberal?



O. Kriteria untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dan asesmennya (asesmen formatif) 1. Penilain Individu a. Penilaian Tertulis Kisi-kisi Soal:



CP



-



ATP



Pada Fase F, - 11.6.1 Menjelaskan peserta didik di pengertian integrasi dan Kelas XI dan XII disintegrasi serta mampu keterkaitan antara mengembangkan kebijakan pemerintah konsep-konsep dengan pemberontakan dasar sejarah untuk PKI Madiun 1948, mengkaji peristiwa DI/TII (Darul Islam/ sejarah dalam Tentara Islam dimensi manusia, Indonesia), APRA ruang, dan waktu. (Angkatan Perang Ratu Melalui literasi, Adil), pemberontakan diskusi, dan Andi Azis, penyelidikan pemberontakan RMS (penelitian) (Republik Maluku berbasis proyek Selatan) kolaboratif peserta didik mampu - 11.6.2 Menganalisis menjelaskan keterkaitan antara berbagai peristiwa kebijakan pemerintah sejarah yang dengan pemberontakan terjadi di Indonesia PRRI/ Permesta pada dan dunia meliputi masa Demokrasi Pemerintahan Orde Liberal Baru, Pemerintahan Reformasi, serta - 11.6.3 Menganalisis Revolusi Besar keterkaitan antara Dunia, Perang kebijakan Sukarno, Dunia I dan II, tentang konflik internal Perang Dingin, dan Angkatan Darat, Peristiwa kebijakan luar negeri Kontemporer Amerika dan Rusia, Dunia sampai Perang Dingin dengan



Indikator Soal



Disajikan beberapa pernyataan tentang pemberontakan PKI Madiun, peserta didik dapat mengidentifikasi sebab-sebab pemberontakan PKI Madiun 1948.



Disajikan ilustrasi tentang pemberontakan PRRI/ Permesta, peserta didik dapat menentukan sebabsebab pemberontakan pemberontakan PRRI/ Permesta. Peserta didik dapat mengkaji sebab-sebab pemberontakan G30S/PKI sehingga dapat mengakibatkan ribuan warga negara terbunuh.



Nonor Soal/Bentuk Soal 1 /PG



2/PG



3/PG (soal HOTS)



CP



-



abad-21. Peserta didik di Kelas XII mampu menggunakan sumber sekunder dan sumber primer untuk melakukan penelitian sejarah nasional, sejarah dunia, dan/atau sejarah tematis secara sinkronis atau diakronis kemudian mengomunikasika nnya dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain itu mereka juga mampu menggunakan keterampilan sejarah untuk menganalisis peristiwa sejarah dari berbagai perspektif dan mengaktualisasika n minat bakatnya dalam bidang sejarah melalui studi lanjutan atau kegiatan kesejarahan diluar sekolah.



ATP



Indikator Soal



Nonor Soal/Bentuk Soal



- 11.6.4 Menjelaskan tokoh-tokoh pejuang mempertahankan integrasi bangsa



Disajikan gambar tokoh-tokoh nasional , peserta didik dapat mengidentifikasi tokoh pejuang integrasi bangsa Indonesia.



4/PG (penggunaan visual/ peta/ gambar)



- 11.6.5 Menganalisis keterkaitan antara pemerintahan Sukarno dengan perkembangan politik pada masa awal kemerdekaan



5/PG Disajikan beberapa pernyataan tentang perdana menteri, peserta didik dapat mengidentifikasi perdana menteri yang pernah menjabat pada pemerintahan di awal kemerdekaan Disajikan ilustrasi 6/PG tentang kabinet pada masa demokrasi liberal peserta didik dapat menentukan program kerja Kabinet Ali Sastroamidjojo I



pemberontakan G30S/PKI pada masa demokrasi terpimpin.



- 11.6.6 Menganalisis keterkaitan antara pemerintahan Sukarno dengan perkembangan politik ekonomi pada masa Demokrasi Liberal - 11.6.7 Menganalisis keterkaitan antara pemerintahan Sukarno dengan perkembangan politik ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin - 11.6.8 Membandingkan kebijakan ekonomi dan politik pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin.



7/PG Disajikan beberapa pernyataan partai politik di Indonesia, peserta didik dapat mengidentifikasi partai politik yang besar pada masa demokrasi terpimpin 8/PG Disajikan ilustrasi tentang demokrasi di Indonesia peserta didik dapat



CP



ATP



Indikator Soal



Nonor Soal/Bentuk Soal



membandingkan masalah kedaulatan rakyat pada masa demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin. - 11.6.8 Membandingkan kebijakan ekonomi dan politik pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin.



- 11.6.8 Membandingkan kebijakan ekonomi dan politik pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin.



9/PG Disajikan ilustrasi tentang demokrasi di Indonesia peserta didik dapat membandingkan masalah pembagian kekuasaan pada masa demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin. 10/PG Disajikan ilustrasi tentang demokrasi di Indonesia peserta didik dapat membandingkan masalah pengambilan keputusan pada masa demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin.



2. Penilain Berkelompok a. Penilaian Diskusi Kelompok/ debat Rubrik Penilaian: No Aspek Penilaian 0 1



Keaktifan diskusi/ debat a. Aktif memberi masukan pemikiran b. mendengarkan pendapat



Skor 1 2



3



orang lain 2



3



Kreatifitas diskusi/ debat a. Kreatif dan inovasi dalam diskusi b. Ide/gagasan adalah original Kualitas hasil diskusi/ debat a. hasil runtut dan logis b.Pengumpulan hasil diskusi



Indikator Rubrik Penilaian No 1



Indikator Aktif memberi masukan pemikiran



2



Mendengarkan pendapat orang 1 = Mendengarkan pendapat lain 0 = Tidak mendengar pendapat



3



Kreatifitas dalam diskusi/ debat



3= 2= 1= 0=



Sangat kreatif Kreatif Kurang kreatif Tidak kreatif



4



Origionalitas gagasan



3= 2= 1= 0=



gagasan sangat orisionil gagasan orisionil gagasan kurang orisionil gagasan tidak orisionil



4



Hasil diskusi runtut dan logis



2 = Sangat runtut dan logis 1 = Runtut dan logis 0 = tidak runtut dan tidak logis



5



Pengumpulan hasil diskusi tepat waktu



3 = lebih awal 2 = tepat waktu 1= terlambat 0 = tidak dilaksanakan 25



Jumlah Skor



Rubrik 2 = aktif berpendapat 1.= kurang aktif 0 = tidak aktif



Nilai = Jumlah perolehan skor X 100 % Jumlah skor maksimum b. Penilaian presentasi dan diskusi Rubrik Penilaian : No Aspek Penilaian



Skor 0



1 2 3 4 5



1



2



3



Kelengkapan materi Penulisan materi Kemampuan presentasi Keaktifan selama kegiatan presentasi Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain



Indikator rubrik penilaian: No 1



Indikator Kelengkapan materi



2



Penulisan materi



3



Kemampuan presentasi



Keaktifan selama kegiatan presentasi



4



Kreatifitas media presentasi



Rubrik 2 = lengkap 1 = kurang lengkap 0 = tidak ada 2 = sesuai dengan ramburambu yang diberikan 1 = tidak sesuai rambu-rambu yang diberikan 0 = tidak ada 2 = Komunikatif 1 = Kurang komunikatif 0 =Tidak Komunikatif 3 = Sangat aktif 2 = Cukup aktif 1 = Kurang aktif 0 = Tidak aktif 2 = Menggunakan kreasi digital lebih dari 1(animasi/paint/ video/ dll) 1 = Menggunakan 1 kreasi digital (animasi/paint/ video/ dll) 0 = Tidak menggunakan kreasi



No



Indikator



Rubrik digital



5



Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain



1 = Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain 0 = Tidak Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain 20



Jumlah Skor Nilai = Jumlah perolehan skor



X 100 % Jumlah skor maksimum



P. Pertanyaan refleksi untuk peserta didik - Apakah peserta didik sudah memahami tentang demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin? - Peserta didik perlu mendapat wawasan lebih tentang demokrasi liberal, demokrasi terpimpin dan demokrasi Pancasila. - Perlu adanya cara yang tepat untuk peserta didik berdiskusi tentang sebab-sebab terjadi pemberontakan pada masa awal kemerdekaan. - Perlu adanya metode yang menyenangkan bagi peserta didik dalam memberikan materi ini. - Apakah ada peserta didik yang belum memahami dengan benar tentang materi ini?



Q. Daftar Pustaka Adi Sudirman. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia Dari Era Klasik Hingga Terkini, Yogyakarta: Diva Press Lilik Suharmaji. 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang. Yogyakarta: Ombak. Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1950-1964 Jilid II. Jakarta: Tira Pustaka Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1965-1973 Jilid III. Jakarta: Tira Pustaka Ratna Hapsari dan M. Adil. 2016. Sejarah Indonesia Untuk SMA/ MA Kelas XII Kelompok Wajib. Jakarta: Erlangga Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Link Literasi https://tirto.id/sejarah-peristiwa-pki-madiun-1948-latar-belakang-tujuan-musso-gad2 https://kelasips.com/pemberontakan-prri-permesta/



https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-g30spki/ https://hallopipel99.blogspot.com/2019/03/tokoh-tokoh-perjuangan-integrasi-bangsa.html https://www.yousosial.com/2016/10/perkembangan-ekonomi-dan-politik-pada.html https://www.synaoo.com/perkembangan-politik-ekonomi-dan-sosial-demokrasi-liberal/ https://serupa.id/masa-demokrasi-terpimpin-kehidupan-politik-ekonomi-sosial/ https://putrawijilsetyana.wordpress.com/2013/04/01/demokrasi-liberal-dan-demokrasiterpimpin/



R. Lembar kerja peserta didik LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (Diskusi kelompok) Materi : Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Petunjuk Kegiatan Diskusi: - Bentuklah 5 kelompok dalam kelas! - Pembagian tema diskusi setiap kelompok: 1. Pemberontakan PKI 1948 Madiun 2. Pemberontakan DI/ TII 3. Pemberontakan APRA 4. Pemberontakan Andi Azis 5. Pemberontakan RMS - Buatlah perencanan kegiatan kunjungan ke perpustakaan, atau link internet - Selama diskusi , kalian harus mengerjakan secara kolaboratif dalam kelompok masing-masing. - Laporan hasil diskusi harus memperhatikan: 1. Keaktifan diskusi 2. Kreatifitas diskusi 3. Mendengarkan pendapat 4. Orisionalitas gagasan 5. Hasil diskusi runtut dan logis 6. Pengumpulan hasil diskusi tepat waktu - Hasil diskusi ditulis dalam kertas dan setelah selesai dikumpul disertai nama kelompok dan nomor absen siswa Penilaian: Peninilaian terhadap individu meliputi: 1. Keaktifan diskusi 2. Kreatifitas diskusi 3. Mendengarkan pendapat 4. Orisionalitas gagasan



S. Bahan bacaan peserta didik Buku- buku: Adi Sudirman. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia Dari Era Klasik Hingga Terkini, Yogyakarta: Diva Press Lilik Suharmaji. 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang. Yogyakarta: Ombak. Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1950-1964 Jilid II. Jakarta: Tira Pustaka Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1965-1973 Jilid III. Jakarta: Tira Pustaka Ratna Hapsari dan M. Adil. 2016. Sejarah Indonesia Untuk SMA/ MA Kelas XII Kelompok Wajib. Jakarta: Erlangga Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.



Link Literasi: https://tirto.id/sejarah-peristiwa-pki-madiun-1948-latar-belakang-tujuan-musso-gad2 https://kelasips.com/pemberontakan-prri-permesta/ https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-g30spki/ https://hallopipel99.blogspot.com/2019/03/tokoh-tokoh-perjuangan-integrasi-bangsa.html https://www.yousosial.com/2016/10/perkembangan-ekonomi-dan-politik-pada.html https://www.synaoo.com/perkembangan-politik-ekonomi-dan-sosial-demokrasi-liberal/ https://serupa.id/masa-demokrasi-terpimpin-kehidupan-politik-ekonomi-sosial/ https://putrawijilsetyana.wordpress.com/2013/04/01/demokrasi-liberal-dan-demokrasiterpimpin/



T. Bahan bacaan guru Buku-buku: Adi Sudirman. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia Dari Era Klasik Hingga Terkini, Yogyakarta: Diva Press Lilik Suharmaji. 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang. Yogyakarta: Ombak. Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1950-1964 Jilid II. Jakarta: Tira Pustaka Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1965-1973 Jilid III. Jakarta: Tira Pustaka



Ratna Hapsari dan M. Adil. 2016. Sejarah Indonesia Untuk SMA/ MA Kelas XII Kelompok Wajib. Jakarta: Erlangga Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.



Link Literasi: https://tirto.id/sejarah-peristiwa-pki-madiun-1948-latar-belakang-tujuan-musso-gad2 https://kelasips.com/pemberontakan-prri-permesta/ https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-g30spki/ https://hallopipel99.blogspot.com/2019/03/tokoh-tokoh-perjuangan-integrasi-bangsa.html https://www.yousosial.com/2016/10/perkembangan-ekonomi-dan-politik-pada.html https://www.synaoo.com/perkembangan-politik-ekonomi-dan-sosial-demokrasi-liberal/ https://serupa.id/masa-demokrasi-terpimpin-kehidupan-politik-ekonomi-sosial/ https://putrawijilsetyana.wordpress.com/2013/04/01/demokrasi-liberal-dan-demokrasiterpimpin/



Materi pengayaan Link literasi; https://tirto.id/sejarah-peristiwa-pki-madiun-1948-latar-belakang-tujuan-musso-gad2 https://kelasips.com/pemberontakan-prri-permesta/ https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-g30spki/ https://hallopipel99.blogspot.com/2019/03/tokoh-tokoh-perjuangan-integrasi-bangsa.html -



Tugas Pengayaan : Hanya untuk peserta didik yang memiliki nilai formatif individu minimal = 85 Setelah membaca link literasi peserta didik dapat lebih memahami pemberontakan PKI Madiun, pemberontakan PRRI/ Permesta, pemberontakan G 30S/ PKI, tokoh-tokoh pejuang integrasi bangsa. Berdasarkan informasi-informasi lain yang relevan Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital



U. Materi untuk peserta didik yang kesulitan belajar Link literasi: https://www.yousosial.com/2016/10/perkembangan-ekonomi-dan-politik-pada.html https://www.synaoo.com/perkembangan-politik-ekonomi-dan-sosial-demokrasi-liberal/ https://serupa.id/masa-demokrasi-terpimpin-kehidupan-politik-ekonomi-sosial/ https://putrawijilsetyana.wordpress.com/2013/04/01/demokrasi-liberal-dan-demokrasiterpimpin/



Tugas Remedial : - Hanya untuk peserta didik yang nilainya kurang dari Kriteria Minimal



-



Setelah melihat link yang diberikan, peserta didik dapat memahami politik dan ekonomi awal kemerdekaan, politik dan ekonomi demokrasi liberal, politik dan ekonomi demokrasi terpimpin, perbedaan politik dan ekonomi demokrasi liberal dengan demokrasi terpimpin. Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital



Kode : SEJ. F. LIS. .12.1



MODUL AJAR SEJARAH INDONESIA A. Informasi Umum Nama penyusun : Wahyu Setianingsih, M.Pd Asal Instansi : SMA Negeri 101 Jakarta Tahun Penyusunan : 2021 Jenjang sekolah : SMA Kelas : XII (Dua belas) Alokasi waktu : 2 JP x 8 pertemuan ( 720 menit) B. Tujuan Pembelajaran Capaian Pembelajaran -



-



Alur Tujuan Pembelajaran



Pada Fase F, peserta didik di Kelas XI 12.1.menjelaskan pemerintahan Orde Baru dan XII mampu mengembangkan konsepkonsep dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam dimensi manusia, ruang, dan waktu. Melalui literasi, diskusi, dan penyelidikan (penelitian) berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu menjelaskan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia dan dunia meliputi Pemerintahan Orde Baru, Pemerintahan Reformasi, serta Revolusi Besar Dunia, Perang Dunia I dan II, Perang Dingin, dan Peristiwa Kontemporer Dunia sampai abad-21. Peserta didik di Kelas XII mampu menggunakan sumber sekunder dan sumber primer untuk melakukan penelitian sejarah nasional, sejarah dunia, dan/atau sejarah tematis secara sinkronis atau diakronis kemudian mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain itu mereka juga mampu menggunakan keterampilan sejarah untuk menganalisis peristiwa sejarah dari berbagai perspektif dan mengaktualisasikan minat bakatnya dalam bidang sejarah melalui studi lanjutan atau kegiatan kesejarahan diluar sekolah.



Kata Kunci : Orde Baru



C. Profil Pelajar Pancasila yang berkaitan: Dengan mempelajari sejarah pemerintah Orde Baru, peserta didik diharapkan dapat: 1. Iman dan Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia



Selalu bersyukur kepada Allah SWT/Tuhan YME atas segala keberhasilan pembangunan dan limpahan SDA dengan cara beribadah yang tekun, mengembangkan pembangunan dan memanfaatkan SDA secara bijaksana.



2. Berkebhinekaan Global Meneladani sikap Presiden Soeharto yang mampu melakukan kerja sama dengan negara-negara dikawasan regional dan global untuk memajukan kesejahteraan Kawasan dan menjaga perdamaian dunia. 3. Mandiri - Melakukan penelitian sejarah dengan mandiri dalam melakukan proses heuristik atau pengumpulan sumber sejarah. - Mengimplemetasi keberhasilan Swasembada pangan Orde Baru dalam ketahanan pangan nasional pada masa kini dan akan datang. 4. Integritas Mengimplementasikan nilai kejujuran kepada para siswa dengan mencantumkan asal sumber sejarah pada saat proses historiografi atau laporan penelitian 5. Kritis Mengimplementasikan sikap kritis dalam proses verifikasi, Interpretasi sumber sejarah dan historiografi penulisan laporan penelitian sejarah. 6. Kreatif Menyusun laporan penelitian sejarah baik lisan atau tulisan dengan mengolah informasi sejarah secara non digital maupun digital dalam berbagai bentuk aplikasi sejarah, rekaman suara, film dokumenter, foto, maket, vlog, infografis, komik, poster, dan lain-lain. 7. Gotong royong Mengerjakan tugas penelitian sejarah secara kolaborasi /kelompok dengan semangat gotong royong dan saling melengkapi satu sama lain dalam kelompok.



D. Sarana Prasarana 1. Internet 2. komputer/laptop 3. Perpustakaan 4. Museum/ Tempat bersejarah yang relevan E. Target peserta Didik



Siswa reguler F. Jumlah siswa 36 siswa/kelas G. Ketersediaan materi: 1. Materi Pengayaan : untuk siswa berpencapaian tinggi 2. Materi Remedial : untuk siswa yang sulit memahami konsep H. Model Pembelajaran: PJJ Daring I. Materi ajar, alat dan bahan 1. Materi a. Pemerintahan Orde baru:  Pengertian Orde baru  Latar Belakang lahirnya Orde Baru  Kebijakan-kebijakan masa pemerintahan Orde baru  Keberhasilan program-program pemerintahan Orde baru  Kemunduran peemrintahan Orde Baru  Dampak Orde Baru dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini dan masa yang akan datang 2. Alat dan bahan - komputer/laptop - internet - Power Point J. Kegiatan pembelajaran Utama: Pengaturan Siswa Berkelompok



-



Metode



Diskusi Presentasi Project (Penelitian) Ceramah Kunjungan lapangan (Museum)



K. Asesmen: -



Individu Test tertulis PG Sikap siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran



L. Persiapan Pembelajaran:



Berkelompok



- Presentasi - Produk laporan penelitian (mengkomunikasikan laporan dalam bentuk tulisan/tulisan/ media lain)



No 1 2 3 4



Langkah Persiapan Pembelajaran Membuat maind maping materi Mencari informasi materi pemerintah Orde baru dan membuat pemaparan power point Membuat tekhnis kegiatan project penelitian siswa Membuat assesmen



Waktu 15 menit 90 menit 15 menit 30 menit



M. Urutan kegiatan pembelajaran dalam1 sesi pembelajaran(PJJ) : Pertemuan ke-1 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan Inti



-



-



-



Kegiatan yang dilakukan Waktu 10 menit presensi Berdoa kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini apersepsi;  guru menanyakan potensi apa saja yang dimiliki bangsa Indonesia  guru mengajak peserta didik untuk selalu mensyukuri potensi SDA dan SDM yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai modal pembangunan menyajikan informasi awal materi 70 menit tentang konsep yang dimaksud dengan Orde baru dan bagaimana proses kelahiran Orde baru dengan media Power point guru mengutip pernyataan Ilham Akbar Habibie yang siap untuk mewujudkan impian sang ayah (BJ. Habibie) untuk menyelesaikan produksi pesawat R80. Kemudian mengaitkan dengan keberhasilan masa Orde Baru dalam pembuatan pesawat N250 guru memberikan salah satu contoh keberhasilan pemerintah orde Baru dengan media cuplikan film Ainun-Habibie ketika presiden Soeharto meresmikan pesawat N250 di Bandung. (untuk wilayah lain bisa menyesuaikan dengan peninggalan sejarah/fakta



No



Jenis Kegiatan -



Penutup



-



-



Pertemuan ke-2 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan yang dilakukan sejarah di daerahnya yang relevan) memberikan ruang diskusi kepada para siswa setelah menonton film Ainun-Habibie yang difokuskan kepada keberhasilan pemerintah Orde Baru dalam bidang Teknologi Transportasi dan mengkaitkannya dengan kondisi Transportasi di Kawasan Asia tenggara



Waktu



10 menit penguatan Guru  guru mengajak para siswa untuk bangga menjadi bangsa Indonesia dan selalu bersyukur atas segala potensi yang dimiliki untuk mau berperan aktif dengan segala potensi diri untuk membangun bangsa Indonesia agar maju dan bermartabat sejajar dengan bangsa-bangsa maju di dunia. Kesimpulan evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini refleksi  siswa diminta untuk menyampaikan apa yang akan dilakukannya sebagai anak bangsa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini sebagai bentuk rasa bersyukurnya memiliki SDA dan SDM sebagai modal pembangunan



Kegiatan yang dilakukan presensi Berdoa kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini apersepsi  guru menanyakan tentang VOC yang hancur karena kolusi, korupsi dan nepotisme



Waktu 10 menit



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan Inti



Kegiatan yang dilakukan  siswa diminta untuk menyatakan pendapatnya tentang praktek kolusi, korupsi dan nepotisme yang mereka ketahui langsung atau mndapatkan info di berbagai media -



-



-



Penutup



-



-



Waktu



menyajikan informasi awal materi tentang konsep kemunduran pemerintahan Orde baru dan menjelaskan konsep kolusi, korupsi dan nepotisme dengan media Power point guru menyajikan video kerusuhan Mei 1998 dan proses kemunduran Presiden Soeharto di Istana negara pada tanggal 21 mei 1998 memberikan ruang diskusi kepada para siswa setelah menonton video kerusuhan Mei 1998 dan proses kemunduran Presiden Soeharto di Istana negara pada tanggal 21 mei 1998 diskusi difokuskan pada proses kemunduran pemerintah Orde baru



70 menit



penguatan Guru  guru menyatakan bahwa karakter positif seperti beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, nilai kejujuran, integritas, mandiri, keteladanan dan nilai positif lainnya harus menjadi pondasi utama disetiap lini kehidupan berbangsa dan bernegara Kesimpulan evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini refleksi  siswa diminta untuk menyampaikan apa yang akan dilakukannya sebagai anak bangsa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini



10 menit



No



Jenis Kegiatan



Pertemuan ke-3 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



Kegiatan yang dilakukan terkait dengan nilai-nilai karakter positif



-



Kegiatan Inti



-



-



-



Waktu



Kegiatan yang dilakukan presensi Berdoa kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini apersepsi  guru menyampaikan bahwa tidak ada kehidupan yang kekal abadi. Ada masa kelahirantumbuh kembang-titik puncakmengalami kemunduran/kematian. Hal ini sesuai dengan contoh masa Orde Baru, setelah lahir-tumbuh kembang-mencapai masa kejayaan-masa kemunduran



Waktu 10 menit



menyajikan informasi awal materi dengan media Power point dan video keberhasilan dan kemunduran pemerintah Orde Baru dan kaitannya dengan masa kini dan masa yang akan datang. memberikan ruang tanya-jawab kepada siswa tentang informasi awal materi membentuk 5 kelompok dalam 1 kelas dengan tema keberhasilan dan kemunduran pemerintah Orde Baru dalam bidang: 1. politik 2. sosial 3. budaya 4. ekonomi 5. teknologi menjelaskan tekhnis pelaksanaan kegiatan project penelitian sejarah yang akan dilakukan para siswa secara berkelompok untuk kunjungan museum/ tempat yang



70 menit



No



Jenis Kegiatan



-



Penutup



-



Pertemuan ke-4 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan yang dilakukan relevan dengan informasi keberhasilan pemerintahan Orde Baru dan kaitannya dengan masa kini dan masa yang akan datang (bidang politik, sosial, budaya, ekonomi, teknologi). memberikan ruang untuk setiap kelompok merencanakan kegiatan projectnya



Waktu



10 menit evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini refleksi  siswa diminta untuk selalu bersyukur atas setiap detik kehidupan yang diberikan oleh Tuhan YME dan memanfaatkan kehidupan yang diberikan dengan berbuat yang terbaik untuk diri sendiri dan lingkungan sekitar



Kegiatan yang dilakukan Waktu 10 menit presensi Berdoa Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi  Guru menyampaikan bagaimana tokoh Soeharto yang dikenal dengan macan Asia pada masa Orde baru dan membawa Indonesia menjadi negara yang sangat disegani dikawasan regional dan global. secara politik Soeharto mampu menjaga stabilitas dikawasan regional dan global. Tapi karena KKN yang marak akhirnya beliau mundur dari jabatan Presiden atas desakan rakyat Indonesia



No



Jenis Kegiatan Kegiatan Inti



-



Penutup



-



Pertemuan ke-5 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan Inti



-



Kegiatan yang dilakukan Kegiatan presentasi dan diskusi kelompok 1 (bidang politik) Kegiatan tanya-jawab



Waktu 70 menit



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan kesimpulan evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini refleksi  siswa diminta menyampaikan apa saja yang menjadi teladan Presiden Soeharto dalam menjaga stabilitas politik dan perdamaian dikawasan regional dan global  siswa diminta untuk menyampaikan pendapatnya apa yang akan mereka lakukan jika mendapat kesempatan menduduki jabatan-jabatan penting agar dapat membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa dan negara yang bermartabat dan sejajar dengan bangsa-bangsa maju didunia



Kegiatan yang dilakukan presensi Berdoa Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Menanyakan hasil kegiatan Project Apersepi  Guru menyampaikan bahwa Gerakan Orang Tua Asuh pada masa Orde Baru mampu membantu anak putus sekolah tanpa bantuan dari pemerintah



Waktu 10 menit



Kegiatan presentasi dan diskusi



70 menit



No



Jenis Kegiatan Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan kelompok 2 (bidang sosial) Kegiatan tanya-jawab



Waktu



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan kesimpulan evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini refleksi  siswa diminta untuk melakukan hal yang nyata untuk membantu masalah sosial dilingkungan sekitarnya tanpa meminta bantuan kepada pemerintah



Pertemuan ke-6 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan Inti



-



Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan presensi Berdoa Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Menanyakan hasil kegiatan Project Apersepsi  Guru menanyakan ciri khas budaya Indonesia yaitu batik yang sudah mendunia. Dan kenapa itu bisa diterima oleh masyarakat dunia



Waktu 10 menit



Kegiatan presentasi dan diskusi kelompok 3 (bidang budaya) Kegiatan tanya-jawab



70 menit



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan kesimpulan evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini refleksi  siswa diminta untuk melestarikan budaya daerah yang dimiliki dalam



No



Jenis Kegiatan



Pertemuan ke-7 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



Kegiatan yang dilakukan kehidupan sehari-hari sebagai bentuk identitas budaya nasional



-



Kegiatan Inti



-



Penutup



-



Waktu



Kegiatan yang dilakukan presensi Berdoa Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Menanyakan hasil kegiatan Project Apersepi  Guru menanyakan kenapa nilai tukar rupiah begitu rendah dengan dollar AS. Bahkan juga lebih rendah dengan mata uang dikawasan ASEAN  Guru mengemukakan fakta Indonesia pernah meraih penghargaan karena mampu berswasembada beras



Waktu 10 menit



Kegiatan presentasi dan diskusi kelompok 4 (bidang ekonomi) Kegiatan tanya-jawab



70 menit



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan kesimpulan evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini refleksi  siswa diminta untuk bisa mencintai produk dalam negeri dengan cara membeli produk-produk dalam negeri  menumbuhkan sikap mandiri dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan agar mampu menciptakan lapangan kerja  menumbuhkan sikap mandiri untuk bisa memanfaatkan secara optimal dan bijaksana SDA untuk ketahanan pangan



No



Jenis Kegiatan



Pertemuan ke-8 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



Kegiatan yang dilakukan nasional



-



Kegiatan Inti



-



Penutup



-



Waktu



Kegiatan yang dilakukan presensi Berdoa Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Menanyakan hasil kegiatan Project Apersepsi  Peserta didik diminta untuk mendeskripsikan kemegahan candi Borobudur/candi Prambanan/ candi Muara Takus/lukisan pra-aksara di Goa-goa dan hasil-hasil peninggalan sejarah yang ada di daerah  Guru memberikan wawasan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki peradaban yang tinggi sejak zaman nenek moyang, terutama dalam bidang teknologi. Ini adalah modal SDM yang harus dikembangkan dalam pembangunan bangsa Indonesia yang bernartabat dan maju



Waktu 10 menit



Kegiatan presentasi dan diskusi kelompok 5 (bidang teknologi) Kegiatan tanya-jawab



70 menit



Penguatan dari guru tentang materi 10 menit yang baru saja didiskusikan kesimpulan evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini refleksi  mengajak peserta didik untuk bijak menggunakan teknologi hanya untuk kebermanfaatan  mengajak peserta didik untuk



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan yang dilakukan Percaya Diri mengembangkan potensinya membuat karya yang bermutu terutama dalam karya teknologi.



Waktu



N. Refleksi guru - Apakah proses berfikir konsep sejarah berhasil diterapkan dalam proses pembelajaran? - Apakah penanaman karakter dapat diimplementasikan oleh para siswa? - Kesulitan apa yang dialami selama proses pembelajaran? - Apa langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar? - Apakah seluruh siswa mengikuti pelajaran dengan baik? O. Kriteria untuk mengukur ketercapaian Tujuan Pembelajaran dan asesmennya (asesmen formatif) 1. Penilain Individu a. Penilaian Tertulis Kisi-kisi Soal CP -



Pada Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep-konsep dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam dimensi manusia, ruang, dan waktu. Melalui literasi, diskusi, dan penyelidikan (penelitian) berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu menjelaskan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia dan dunia meliputi Pemerintahan Orde



ATP



Indikator Soal



12.1. Disajikan ilustrasi, peserta didik dapat menjelaskan menjelaskan Konsep Orde Baru pemerintahan Orde Baru Disajikan informasi peristiwa, peserta didik dapat menjelaskan latar belakang lahirnya Orde Baru Disajikan beberapa kebijakan-kebijakan pemerintahan di Indonesia, peserta didik dapat mengidentifikasi kebijakan kebijakan pada masa Orde Baru Disajikan beberapa keberhasilan pemerintah Indonesia dalam melaksanakan program kebijakannya, peserta didik dapat mengidentifikasi keberhasilan-keberhasilan pada masa pemerintahan Orde Baru dalam Bidang politik/sosial/budaya/ekonomi/teknologi Disajikan beberapa peristiwa sejarah, peserta didik dapat. mengidentifikasi tanda-tanda kemunduran pemerintahan Orde Baru disajikan data Produksi dan konsumsi



Nonor Soal/Bentuk Soal 1 /PG



2/PG 3/PG



4/PG



5/PG



6/PG



CP



-



Baru, Pemerintahan Reformasi, serta Revolusi Besar Dunia, Perang Dunia I dan II, Perang Dingin, dan Peristiwa Kontemporer Dunia sampai abad-21. Peserta didik di Kelas XII mampu menggunakan sumber sekunder dan sumber primer untuk melakukan penelitian sejarah nasional, sejarah dunia, dan/atau sejarah tematis secara sinkronis atau diakronis kemudian mengomunikasika nnya dalam bentuk tulisan, lisan, dan/atau media lain. Selain itu mereka juga mampu menggunakan keterampilan sejarah untuk menganalisis peristiwa sejarah dari berbagai perspektif dan mengaktualisasika n minat bakatnya dalam bidang sejarah melalui studi lanjutan atau kegiatan kesejarahan diluar sekolah.



ATP



Indikator Soal beras pada masa Orde Baru, peserta didik dapat menganalisis surplus produksi beras di Indonesia pada masa Orde Baru (SOAL AKM, Literasi Numerasi) Disajikan data tentang perkembangan nilai rupiah dari tahun 1997-1998, peserta didik dapat menganalisis lemahnya nilai tukar rupiah yang sangat signifikan (SOAL AKM, Literasi Numerasi) Disajikan informasi tentang keberhasilan uji coba penerbangan pesawat N250 tahun 1995, peserta didik dapat mengevaluasi kedudukan Indonesia dalam negara-negara di kawasan regional dan global ( SOAL AKM, Literasi membaca)



Nonor Soal/Bentuk Soal



7/PG



8/PG



Disajikan informasi tentang mundurnya Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998 di istana negara, peserta didik dapat mengevaluasi dampak (positif/negative)peristiwa tersebut bagi kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini (SOAL AKM, Literasi membaca)



9/PG



Disajikan informasi tentang bagan perbandingan pelaksanaan pemilu pada masa pemerintahan Orde Baru dan masa pemerintahan Reformasi , peserta didik dapat mengevaluasi sistem pemilu pada masa Orde Baru bila dibandingkan dengan masa pemerintahan Reformasi



10/PG



CP



ATP



Indikator Soal



Nonor Soal/Bentuk Soal



Soal : 1. Selama 32 tahun pemerintah Orde Baru berkuasa di Indonesia menjalankan roda pemerintahan. Presiden Soeharto menjadi kepala negara sekaligus kepala pemerintahan pada masa Orde Baru. Yang dimaksud dari Orde Baru adalah …. A. tatanan seluruh peri-kehidupan rakyat, bangsa dan juga Negara yang kembali didasarkan pada pelaksanaan UUD 1945 dan Pancasila secara adil dan merata B. tatanan seluruh peri-kehidupan rakyat, bangsa dan juga Negara yang kembali didasarkan pada pelaksanaan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan merata C. tatanan seluruh peri-kehidupan rakyat, bangsa dan juga Negara yang kembali dasarkan pada pelaksanaan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan juga adil D. tatanan seluruh peri-kehidupan rakyat, bangsa dan juga Negara yang kembali didasarkan pada pelaksanaan UUD 1945 dan Pancasila secara tegas dan tidak memihak E. tatanan seluruh peri-kehidupan rakyat, bangsa dan juga Negara yang kembali didasarkan pada pelaksanaan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan juga konsekuen 2. Pada tahun 1966 banyak terjadi unjuk rasa berbagai elemen masyarakat yang kemudian memunculkan Tritura. Ketidak percayaan rakyat terhadap kepemimpinan Soekarno karena dianggap melindungi PKI dalam aksi G.30 S/PKI akhirnya berakhir dengan MPRS memberhentikannya dari kursi kepresidenan dan kemudian digantikan oleh Soeharto. Babak baru dalam kekuasaanpun dimulai di Indonesia dan dikenal dengan masa Orde baru. Dari informasi di atas yang menjadi latar belakang lahirnya Orde Baru adalah …. A. adanya aksi G.30 S/PKI pada tahun 1965 B. Soeharto lebih popular daripada Soekarno dikala itu C. Banyaknya aksi unjuk rasa berbagai elemen masyarakat D. Arogansi MPRS yang menolak pertanggungjawaban Soekarno E. turunnya Soekarno dari jabatannya sebagai presiden yang digantikan oleh Soeharto 3. Perhatikan data berikut! 1. Pajak 2. Repelita 3. Modal asing 4. Ekonomi Ali Baba 5. Gunting Syafrudin Dari data kebijakan ekonomi di atas yang termasuk kebijakan ekonomi pemerintahan Orde Baru ditunjukkan pada nomor …. A. B. C. D.



1, 2 dan 3 1, 3 dan 5 2, 3 dan 4 2, 4 dan 5



E. 3, 4 dan 5 4. Perhatikan data berikut ini! 1. Swasembada beras 2. Misi Perdamaian Garuda 3. Gerakan Orang Tua Asuh 4. Pencanagan wajib belajar 5. Program Keluarga Berencana Dari program di atas yang termasuk keberhasilan pemerintah Orde Baru dalam bidang sosial adalah …. A. B. C. D. E.



1, 2 dan 3 1, 3 dan 5 2, 3 dan 4 2, 4 dan 5 3, 4 dan 5



5. Perhatikan beberapa informasi berikut! 1. aksi pemogokan buruh 2. aksi penjarahan massal 3. diskriminasi etnis Tionghoa 4. aksi demontrasi mahasiswa 5. bersatunya rakyat dan aparat berdasarkan informasi di atas yang termasuk tanda-tanda kemunduran Orde Baru ditunjukkan oleh nomor …. A. 1, 2 dan 3 B. 1, 3 dan 5 C. 2, 3 dan 4 D. 2, 4 dan 5 E. 3, 4 dan 5 6. Perhatikan data berikut!



Sumber: https://tirto.id/swasembada-beras-ala-soeharto-rapuh-dan-cuma-fatamorgana-c2eV Diunduh pada 4 Juli 2021 pukul 16.00 WIB



Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah …. A. konsumsi beras dari tahun 1991 – 1995 lebih kecil dari jumlahproduksi beras B. produksi beras dari tahun 1986 – 1990 lebih kecil dari jumlah konsumsi beras C. konsumsi beras dari tahun 1996 – 2000 lebih kecil dari jumlah produksi beras D. produksi beras dari tahun 2001 -2005 lebih besar dari jumlah konsumsi beras E. produksi beras dari tahun 1980 – 1985 lebih besar dari jumlah konsumsi beras 7. Perhatikan data berikut!



Sumber: https://www.merdeka.com/uang/membandingkan-data-data-kondisi-ekonomi-1998-dengan-2018.html , diunduh pada 4 Juli 2021 pukul 16.30 WIB



Dari data di atas dapat dibandingkan nilai tukar rupiah terhadap dollar tahun 1997-1998 dengan tahun 2017-2018, yaitu nilai tukar rupiah terhadap dollar pada tahun …. A. 1997 cenderung stabil pada kisaran angka 2000 – 4000, sementara tahun 2017 cenderung stabil pada kisaran angka 14.000. ini artinya tidak ada inflansi yang terjadi pada tahun 2017 dan tahun 1997 B. 1997 cenderung stabil pada kisaran angka 2000 – 4000, sementara tahun 2017 cenderung stabil pada kisaran 14.000. ini artinya inflansi yang terjadi pada tahun 2017 lebih tinggi dari tahun 1997 C. 1998 cenderung turun naik berkisar angka 6000 – 16.000, sementara tahun 2018 cenderung turun naik pada kisaran angka 14.00-16.000. ini artinya inflansi yang terjadi pada tahun 1998 lebih tinggi dari tahun 2018 D. 1998 cenderung turun naik berkisar angka 6000 – 16.000, sementara tahun 2018 cenderung turun naik pada kisaran angka 14.00-16.000. ini artinya inflansi yang terjadi pada tahun 1998 lebih rendah dari tahun 2018 E. 1998 cenderung turun naik berkisar angka 6000 – 16.000, sementara tahun 2018 cenderung turun naik pada kisaran angka 14.00-16.000. ini artinya inflansi yang terjadi pada tahun 1998 dan tahun 2018 stabil 8. Pesawat N-250 adalah pesawat penumpang sipil (airliner) regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia,PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia. Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia. Berbeda dengan pesawat sebelumnya seperti CN-235 di mana kode CN menunjukkan CASA-Nusantara atau CASA-Nurtanio, yang berarti pesawat itu dikerjakan secara patungan antara perusahaan CASA Spanyol dengan IPTN. Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995). Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Dikutip dari: https://id.wikipedia.org/wiki/N-250 , diunduh pada 4 Juli 2021 pukul 17.00 WIB



Dari informasi di atas dapat kita evaluasi bahwa …. A. bangsa Indonesia bisa mensejajarkan dirinya dengan bangsa lain hanya dengan bisa membuat pesawat terbang N250 B. kebanggaan bangsa Indonesia bisa menunjukkan kepada dunia adalah hanya dalam pembuatan teknologi pesawat terbang N250 C. teknologi pesawat adalah teknologi yang hanya mampu dibuat oleh bangsa Indonesia karena adanya tokoh BJ Habibie sebagai penggagasnya D. bangsa Indonesia adalah bangsa yang mampu mensejajarkan dirinya dengan negaranegara maju di dunia dengan kemampuan anak bangsa membuat pesawat terbang komersil



E. bangsa Indonesia tidak mampu membuat pesawat sendiri tanpa adanya bantuan dari pihak asing, ini terlihat dari adanya pihak asing yang terlibat dalam pembuatan pesawat N250 9. Tanggal 21 Mei 1998 ditandai sebagai awal dimulainya era reformasi setelah perjalanan panjang rakyat Indonesia menuntut perubahan. Soeharto akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden setelah didesak rakyat Indonesia untuk menyudahi pemerintahannya yang dinilai otoriter dan tidak mampu mengatasi krisis moneter yang terjadi saat itu. Krisis moneter inilah satu dari beberapa faktor yang melatarbelakangi runtuhnya kekuasaan Soeharto di era Orde Baru yang telah bertahan selama 32 tahun. Ekonomi jatuh dan kepercayaan rakyat Indonesia terhadap pemerintah hilang, demonstrasi besar-besaran terjadi di mana-mana dan kerusuhan akibat kecemburuan sosial pun tak dapat dielakkan. Peristiwa rusuh yang identik dengan penjarahan dan perusakan toko dan rumah, serta beberapa kasus pelecehan seksual terhadap perempuan, peristiwa tersebut dikenang sebagai Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 dan mendapat banyak kecaman dari berbagai negara. dikutip dari https://nasional.tempo.co/read/1464477/kronologi-era-reformasi-ditandai-dengan-presiden-soehartolengser/full&view=ok , diunduh pada 4 Juli 2021 pukul 17.30 WIB



Jika kita membaca informasi di atas, maka kita akan bisa melihat atau merasakan dampak negatif dari kemunduran rezim Orde Baru yang masih dapat dirasakan hingga saat ini, yaitu …. A. semakin tidak terkendalinya nilai tukar rupiah yang mengakibatkan krisis moneter dan berimbas pada krisis deminsional B. semakin konsumtifnya masyarakat terhadap barang-barang impor yang sangat melemahkan daya saing pengusaha lokal C. menguatnya transparasi informasi dengan berjamurnya media sosial dan media digital lainnya yang mudah diakses masyarakat D. meningkatnya kesadaran berpolitik rakyat Indonesia dengan terlihatnya jumlah pemilih pemula yang aktif dalam kegiatan pemilu dan pilkada E. eforia yang berlebihan dalam kebebasan berpendapat tanpa mengindahkan aturan yang berlaku, hal ini tidak sesuai dengan nilai demokrasi Pancasila 10. Perhatikan bagan berikut ini! Tabel Perbedaan Pelaksanaan Pemilu No Keterangan Perbandingan Masa Orde Baru



Masa Reformasi



1



Peserta pemilu



terdiri dari 3 partai politik



Lebih dari 10 partai politik



2



Lembaga yang dipilih



anggota DPR dan DPRD berdasarkan partai politiknya saja



anggota DPR-RI, anggota DPRD, anggota DPD berdasarkan nama orangnya



3



Pemilihan Presiden



dipilih secara tidak langsung melalui perwakilan anggota DPR-MPR



dipilih secara langsung oleh seluruh rakyat Indonesia yang memiliki hak pilih



4



Pemilihan Kepala Daerah



tidak ada pilkada



ada pilkada tingkat kota/kabupaten dan provinsi



Jika dilihat dari table di atas, maka dapat kita evaluasi bahwa pelaksanaan pemilu di Indonesia, yaitu …. A. pelaksanaan pemilu dan pilkada adalah konsekuensi dari mahalnya biaya demokrasi di Indonesia. Hal ini tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh B. pemilihan anggota legislatif secara langsung sangat menyulitkan para pemilih. Hal ini tidak sesuai dengan semangat reformasi yang diinginkan rakyat Indonesia C. biaya pemilu pada masa Orde baru relatif lebih murah bila dibandingkan dengan masa Reformasi. Hal ini adalah hal yang wajar dalam sebuah negara demokrasi D. pada masa reformasi ada pilkada pada tingkat kota/kabupaten dan tingkat Provinsi. Ini menandakan kesadaran berpolitik masyarakat daerah sudah sangat tinggi E. pemilihan Presiden secara langsung pada masa reformasi adalah sebagai bentuk kemunduran politik dari masa Orde Baru, karena asas demokrasi Indonesia adalah keterwakilan Kunci Jawaban: 1. E 6. E 2. E 7. C 3. A 8. B 4. E 9. E 5. C 10. D N = Skor x 100 % 10 2. Penilaian Berkelompok a. Penilaian Project Penelitian Sejarah Petunjuk Kegiatan Project: - Bentuklah 5 kelompok dalam kelas! - Pembagian Tema Penelitian setiap kelompok: 1. Bidang politik 2. Bidang sosial 3. Bidang budaya 4. Bidang ekonomi 5. Bidang Teknologi



- Buatlah perencanan kegiatan kunjungan museum, perpustakaan atau tempat yang relevan dengan tema keberhasilan dan kemunduran pemerintah Orde Baru - Selama kegiatan project di luar, kalian harus didampingi oleh minimal salah satu wali murid dari anggota kelompok - Laporan kegiatan project penelitian sejarah setiap temanya harus memperhatikan: 1. Metodologi penelitian sejarah 2. Cara berfikir sinkronis dan atau diakronis dalam penulisan 3. Terdapat unsur manusia, ruang dan waktu 4. Menampilkan latar belakang, proses peristiwa dan pengaruh peristiwa sejarah dalam masa kini dan masa yang akan datang 5. Menampilkan refleksi nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila - Laporan diketik dalam kertas A4 dan dikirim melalui link aplikasi belajar on line. - Laporan yang sudah dinilai setelah diperbaiki dapat di upload ke blog atau link medsos stiap anggota kelompok Rubrik Penilaian: No Aspek Penilaian 1



Format laporan a. Pendahuluan b. Isi c. Penutup



2



Kreatifitas a. Kreatif dan inovasi dalam mengembangan laporan b. Ide/gagasan adalah original



3



0



Skor 1 2



3



Kesesuaian isi dengan tema waktu pengumpulan laporan penelitian sejarah



Indikator Rubrik Penilaian No 1



Indikator Format laporan Pendahuluan Isi penutup



Rubrik 2 = lengkap 1.= kurang lengkap 0 = tidak lengkap



2



Kreatifitas a. Kreatif dan inovasi dalam mengembangan laporan b. Ide/gagasan adalah original



3 = laporan digital dan non digital serta original 2 = laporan digital atau non digital saja serta original 1 = laporan manual serta original



No



Indikator



Rubrik 0 = laporan plagiat



3



Kesesuaian isi dengan tema



1 = sesuai dengan tema 0 = Tidak sesuai 3 = menggunakan sumber primer dan sekunder 2 = menggunakan sumber sekunder 1 = menggunakan sumber tersier 0 = tidak menggunakan sumber



Data dan sumber informasi



4



Analisis dan simpulan



2 = berfikir sejarah dan konsep sejarah 1 = berfikir sejarah atau berfikir konsep sejarah saja 0 = tidak berfikir sejarah dan berfikir konsep sejarah



5



waktu pengumpulan laporan penelitian sejarah



3 = lebih awal 2 = tepat waktu 1= terlambat 0 = tidak dilaksanakan 25



Jumlah Skor Nilai = Jumlah perolehan skor Jumlah skor maksimum b. Penilaian Presentasi dan diskusi Rubrik Penilaian : No Aspek Penilaian 1 2 3 4 5



Kelengkapan materi Penulisan materi Kemampuan presentasi Keaktifan selama kegiatan presentasi Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain



0



X 100 %



1



Skor



2



3



Indikator rubrik penilaian: No 1



Indikator Kelengkapan materi



2



Penulisan materi



3



Kemampuan presentasi



Rubrik 2 = lengkap 1 = kurang lengkap 0 = tidak ada 2 = sesuai dengan ramburambu yang diberikan 1 = tidak sesuai rambu-rambu yang diberikan 0 = tidak ada 2 = Komunikatif 1 = Kurang komunikatif 0 =Tidak Komunikatif 3 = Sangat aktif 2 = Cukup aktif 1 = Kurang aktif 0 = Tidak aktif 2 = Menggunakan kreasi digital lebih dari 1(animasi/paint/ video/ dll) 1 = Menggunakan 1 kreasi digital (animasi/paint/ video/ dll) 0 = Tidak menggunakan kreasi digital



Keaktifan selama kegiatan presentasi 4



Kreatifitas media presentasi



5



Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain



Jumlah Skor Nilai = Jumlah perolehan skor Jumlah skor maksimum 3. Penilaian Sikap Instrumen penilaian sikap diskusi No



Nama Siswa



1 2 dst Rubrik Penilaian Sikap



Kerja sama



1 = Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain 0 = Tidak Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain 20 X 100 %



Rasa ingin tahu



Mengikuti aturan diskusi



komunikatif



Skor: 4 = sangat baik 3 = baik 2 = cukup 1 = kurang P. Pertanyaan refleksi untuk Siswa - Apakah proses berfikir konsep sejarah berhasil diterapkan dalam proses pembelajaran? - Apakah penanaman karakter dapat diimplementasikan oleh para siswa? - Kesulitan apa yang dialami para siswa selama proses pembelajaran? - Apa langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar para siswa? - Apakah seluruh siswa mengikuti pelajaran dengan baik? Q. Daftar pustaka Abdullah, T. (2003). Krisis Masa Kini dan Orde Baru. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Aritonang,D. (1998). Runtuhnya Rezim dari Pada Soeharto. Bandung : Pustaka Hidayah. MC. Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Baru 1200-2008, Jakarta: Serambi. Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Tambunan, A.S. 1995. Dwi Fungsi ABRI Perkembangan dan Peranannya Dalam kehidupan Politik Di Indonesia: Gajah Mada university Press Link Literasi: https://tirto.id/di-detik-detik-akhir-kekuasaannya-dukungan-untuk-soeharto-ambruk-ggbj https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/13/070000469/demokrasi-indonesia-periodeorde-baru-1965-1998?page=all http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/4_jurnal%20propaganda_dwiwahyonohadi.pdf https://republika.co.id/berita/nasional/umum/12/06/23/m62meq-ketenangan-orde-baruhanya-bersifat-semu https://www.youtube.com/watch?v=bHByUNlTf-U https://www.youtube.com/watch?v=TCr_eOvzCEg https://www.youtube.com/watch?v=As3_3I6jj-o R. Lembar kerja siswa LEMBAR KERJA SISWA



(Project Penelitian Sejarah) Materi : Pemerintahan Masa Orde Baru Petunjuk Kegiatan Project: - Bentuklah 5 kelompok dalam kelas! - Pembagian Tema Penelitian setiap kelompok: 6. Bidang politik 7. Bidang sosial 8. Bidang budaya 9. Bidang ekonomi 10. Bidang Teknologi - Buatlah perencanan kegiatan kunjungan museum, perpustakaan atau tempat yang relevan dengan tema keberhasilan dan kemunduran pemerintah Orde Baru - Selama kegiatan project di luar, kalian harus didampingi oleh minimal salah satu wali murid dari anggota kelompok - Laporan kegiatan project penelitian sejarah setiap temanya harus memperhatikan: 6. Metodologi penelitian sejarah 7. Cara berfikir sinkronis dan atau diakronis dalam penulisan 8. Terdapat unsur manusia, ruang dan waktu 9. Menampilkan latar belakang, proses peristiwa dan pengaruh peristiwa sejarah dalam masa kini dan masa yang akan datang 10. Menampilkan refleksi nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila - Laporan diketik dalam kertas A4 dan dikirim melalui link aplikasi belajar on line. - Laporan yang sudah dinilai setelah diperbaiki dapat di upload ke blog atau link medsos stiap anggota kelompok Penilaian: 1. Penilaian Pengetahuan 2. Penilaian Keterampilan ( diskusi dan Project Penelitian) 3. Penilaian Sikap S. Bahan bacaan siswa Buku- buku: -



Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Buku Sejarah Indonesia Pegangan Siswa resmi Kemendikbud



Link Literasi: https://tirto.id/di-detik-detik-akhir-kekuasaannya-dukungan-untuk-soeharto-ambruk-ggbj T. Bahan bacaan guru Buku-buku:



Abdullah, T. (2003). Krisis Masa Kini dan Orde Baru. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Aritonang,D. (1998). Runtuhnya Rezim dari Pada Soeharto. Bandung : Pustaka Hidayah. MC. Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Baru 1200-2008, Jakarta: Serambi. Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Tambunan, A.S. 1995. Dwi Fungsi ABRI Perkembangan dan Peranannya Dalam kehidupan Politik Di Indonesia: Gajah Mada university Press Link Literasi: https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/13/070000469/demokrasi-indonesia-periodeorde-baru-1965-1998?page=all http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/4_jurnal%20propaganda_dwiwahyonohadi.pdf U. Materi pengayaan Link literasi; https://republika.co.id/berita/nasional/umum/12/06/23/m62meq-ketenangan-orde-baruhanya-bersifat-semu



-



https://www.youtube.com/watch?v=bHByUNlTf-U Tugas Pengayaan : Hanya untuk peserta didik yang memiliki nilai formatif individu minimal = 85 Setelah membaca link literasi dan link youtube di atas, peserta didik membuat analisis dan evaluasi terhadap pemerintahan Orde baru berdasarkan informasi-informasi lain yang relevan Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital



V. Materi untuk siswa yang kesulitan belajar Link literasi: https://www.youtube.com/watch?v=TCr_eOvzCEg https://www.youtube.com/watch?v=As3_3I6jj-o Tugas Remedial : - Hanya untuk peserta didik yang nilainya kurang dari Kriteria Minimal - Setelah menyaksikan link video yang diberikan, peserta didik menceritakan kembali latar belakang lahirnya pemerintahan Orde baru, kebijakan-kebijakan pemerintah pada masa Orde baru serta Keberhasilan dan kemunduran pemerintah Orde baru - Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital