Modul Kuliah Penelitian Tindakan Kelas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL KULIAH



PENELITIAN TINDAKAN KELAS



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA FMIPA UNY



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI TINJAUAN MATA KULIAH UNIT 1:



UNIT 2:



UNIT 3:



HAKIKAT PENELITIAN PENDIDIKAN



1.1



SUB UNIT 1: PENGERTIAN PENELITIAN PENDIDIKAN Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 1



1.3 1.19 1.20 1.21 1.22



SUB UNIT 2: TUJUAN DAN FUNGSI PENELITIAN PENDIDIKAN Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 2



1.26



Daftar Pustaka Kunci Jawaban Tes Formatif Glosarium



1.42 1.43 1.45



1.36 1.37 1.37 1.38



RUANG LINGKUP DAN JENIS-JENIS PENELITIAN PENDIDIKAN



2.1



SUB UNIT 1: RUANG LINGKUP PENELITIAN PENDIDIKAN Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 1



2.3 2.18 2.19 2.20 2.20



SUB UNIT 2: JENIS-JENIS PENELITIAN PENDIDIKAN Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 2



2.24



Daftar Pustaka Kunci Jawaban Tes Formatif Glosarium



2.43 2.44 2.46



HAKIKAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS



2.37 2.38 2.39 2.39



3.1



SUB UNIT 1: PENGERTIAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 1



UNIT 4:



UNIT 5:



3.3 3.10 3.10 3.11 3.12



SUB UNIT 2: KARAKTERISTIK PENELITIAN TINDAKAN KELAS Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 2



3.16



Daftar Pustaka Kunci Jawaban Tes Formatif Glosarium



3.39 3.40 3.44



3.33 3.33 3.34 3.35



PERAN GURU SEBAGAI PENGAJAR DAN PELAKSANA PTK



4.1



SUB UNIT 1: PENGERTIAN PENELITIAN PENDIDIKAN Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 1



4.3 4.9 4.9 4.9 4.10



SUB UNIT 2: KEGIATAN GURU SEBAGAI PELAKSANAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 2



4.14



Daftar Pustaka Kunci Jawaban Tes Formatif Glosarium



4.48 4.49 4.51



4.42 4.43 4.43 4.44



TUJUAN, MANFAAT DAN MASALAH YANG DAPAT DIKAJI MELALUI PTK



5.1



SUB UNIT 1: TUJUAN DAN MANFAAT PTK Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 1



5.2 5.11 5.12 5.12 5.13



UNIT 6:



UNIT 7:



SUB UNIT 2: KONDISI YANG DIPERSYARATKAN DAN MASALAH PEMBELAJARAN YANG DAPAT DIKAJI MELALUI PTK Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 2



5.16



Daftar Pustaka Kunci Jawaban Tes Formatif Glosarium



5.42 5.43 5.45



5.36 5.37 5.37 5.38



PERENCANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS



6.1



SUB UNIT 1: MENGIDENTIFIKASI DAN MENGANALISIS MASALAH Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 1



6.2



6.16 6.17 6.17 6.18



SUB UNIT 2: MENILAI KELAYAKAN HIPOTESIS TINDAKAN Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 2



6.22



Daftar Pustaka Kunci Jawaban Tes Formatif Glosarium



6.40 6.41 6.43



6.35 6.35 6.35 6.36



PENYUSUNAN PROPOSAL DAN PELAKSANAAN PTK



7.1



SUB UNIT 1: MEMPERSIAPKAN PROPOSAL PTK Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 1



7.2



SUB UNIT 2: PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PTK Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 2



7.20 7.21 7.22 7.23 7.26 7.40 7.41 7.42 7.43



Daftar Pustaka Kunci Jawaban Tes Formatif Glosarium UNIT 8:



UNIT 9:



UNIT 10:



7.46 7.47 7.49



PENGUMPULAN DATA DALAM PTK



8.1



SUB UNIT 1: JENIS DATA DAN PENGGUNAAN TEKNIK TES DALAM PENGUMPULAN DATA Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 1



8.3



8.16 8.16 8.16 8.17



SUB UNIT 2: PENGGUNAAN TEKNIK NON TES UNTUK PENGUMPULAN DATA Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 2



8.21



Daftar Pustaka Kunci Jawaban Tes Formatif Glosarium



8.48 8.49 8.50



8.41 8.42 8.42 8.43



ANALISI DATA



9.1



SUB UNIT 1: ANALSISIS DATA HASIL TES Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 1



9.3 9.29 9.29 9.30 9.30



SUB UNIT 2: ANALISIS DATA HASIL INSTRUMEN NON-TES Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 2



9.31



Daftar Pustaka Kunci Jawaban Tes Formatif Glosarium



9.46 9.47 9.50



PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN



10.1



SUB UNIT 1:



10.3



9.41 9.41 9.42 9.42



SISTIMATIKA LAPORAN PENELITIAN Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 1



UNIT 11:



10.8 10.8 10.9 10.9



SUB UNIT 2: LANGKAH-LANGKAH PENULISAN LAPORAN PENELITIAN Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 2



10.12



SUB UNIT 3: KRITERIA ILMIAH DALAM PENULISAN LAPORAN PENELITIAN Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 3



10.26



Daftar Pustaka Kunci Jawaban Tes Formatif Glosarium



10.48 10.50 10.54



10.21 10.21 10.22 10.22



10.43 10.43 10.44 10.44



PENULISAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN



11.1



SUB UNIT 1: PENULISAN RINGKASAN HASIL PENELITIAN Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 1



11.3 11.6 11.6 11.6 11.7



SUB UNIT 2: PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 2



11.10



SUB UNIT 3: TEKNIK PRESENTASI DALAM FORUM ILMIAH Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 3



11.23



Daftar Pustaka



11.42



11.18 11.19 11.19 11.19



11.37 11.37 11.38 11.38



Kunci Jawaban Tes Formatif Glosarium UNIT 12:



TINDAK-LANJUT HASIL PENEITIAN TINDAKAN KELAS SUB UNIT 1: BENTUK-BENTUK TINDAK-LANJUT Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 1



11.44 11.47 12.



12.3 12.32 12.33 12.33 12.34



SUB UNIT 2: MEMBUAT RENCANA TINDAK-LANJUT: SUATU ILUSTRASI PRAKTIS Latihan Petunjuk Mengerjakan Latihan Rangkuman Tes Formatif 2



12.37



Daftar Pustaka Kunci Jawaban Tes Formatif Glosarium



12.44 12.45 12.48



12.39 12.40 12.40 12.41



Unit 1 HAKIKAT PENELITIAN PENDIDIKAN



PENDAHULUAN Penelitian dapat dilakukan dengan baik terhadap ilmu manapun, termasuk terhadap praktik pendidikan. Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi dari konsep dan teori. Penelitian yang demikian, dikelompokkan



sebagai penelitian terapan atau applied reseach. Sedangkan



penelitian yang diarahkan untuk menguji konsep, asumsi, dan proposisi maka penelitian tersebut dikategorikan sebagai penelitian dasar. Penelitian bidang pendidikan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif. Sesuai dengan judul unit ini, pemahaman lebih rinci tentang hakikat penelitian akan sajikan ke dalam dua subunit, yaitu pengertian penelitian pendidikan yang diawali dengan pertanyaan apakah penelitian itu? dan mengapa penelitian itu dilakukan? dan sumber-sumber ilmu pengetahuan, tujuan dan kegunaan penelitian pendidikan. Melalui pembahasan, latihan-latihan, diskusi yang dilakukan serta mengerjakan tes formatif yang disediakan, Anda diharapkan dapat menjelaskan secara rinci tentang: 1. Pengertian penelitian pendidikan 2. Alasan-alasan melakukan penelitian 3. Penelitian sebagai pencarian ilmiah 4. Sumber-sumber ilmu pengetahuan untuk melakukan penelitian. 5. Tujuan dan kegunaan penelitian pendidikan. Untuk membantu mendalami materi bahan ajar ini disarankan untuk mempelajarinya secara cermat, baik secara mandiri maupun kelompok menelaah sumber-sumber buku yang relevan untuk membantu pemahaman Anda. Setelah mengkaji secara saksama uraian materi pada unit ini, selanjutnya Anda diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat di masing-masing sub unit, membaca rangkuman, dan mengerjakan soal-soal tes formatif yang disediakan di bagian akhir tiap-tiap subunit. Pedoman jawaban latihan telah tersedia pada masing-



masing subunit, demikian halnya kunci jawaban tes formatif juga telah disediakan di bagian akhir unit ini. Namun demikian, Anda diminta untuk menjawab soal-soal latihan dan soal-soal tes formatif secara mandiri terlebih dahulu sebelum mencocokkannya dengan pedoman jawaban latihan ataupun kunci jawaban tes formatif yang telah disediakan. Selain melalui tutorial tatap muka, Anda dapat mengerjakan inisiasi (tugas) tutorial online melalui web-based.



Selamat belajar, semoga sukses!



SUBUNIT 1 Pengertian Penelitian Pendidikan



Setelah Anda mempelajari seluruh materi dalam bagian unit ini diharapkan Anda memiliki pemahaman secara mendalam tentang: konsep dan makna penelitian, karakteristik serta langkah umum penelitian sebagai pencarian kebenaran ilmiah dan sumber-sumber ilmu pengetahuan. Sebelum Anda mempelajari lebih jauh mengenai pengertian penelitian pendidikan, pada subunit ini, terlebih dauluhu Anda diajak untuk memahami tentang apakah penelitian itu ?, mengapa orang melakukan penelitian ? Selanjutnya Anda perlu mengetahui dan memahami tentang penelitian sebagai upaya pencarian kebenaran secara ilmiah, serta pengertian dan tujuan penelitian pendidikan. A. Pengertian Penelitian Pendidikan Sebelum membahas lebih jauh tentang pengertian penelitian pendidikan, pertanyaan awal yang perlu diajukan, pada pembahasan ini adalah apakah penelitian itu ? Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan,



dan



menguji



kebenaran



suatu



pengetahuan



dengan



menggunakan metode-metode ilmiah. Para pakar mengemukakan pendapat yang berbeda dalam merumuskan batasan penelitian atau penyelidikan terhadap suatu masalah, baik sebagai usaha mencari kebenaran melalui pendekatan ilmiah.. Secara umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuantujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, eksperimental atau noneksperimental, interaktif atau noninteraktif. Metode-metode tersebut telah dikembangkan secara intensif, melalui berbagai uji coba sehingga telah memiliki prosedur yang baku. Penelitiaan merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan menguji teori. Dalam kaitannya dengan upaya pengembangan pengetahuan, Welberg (1986) yang mengemukakan lima langkah pengembangan pengetahuan melalui penelitian, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah penelitian, (2) melakukan studi empiris, (3) melakukan replikasi atau pengulangan,



(4) menyatukan (sintesis) dan mereviu, dan (5) pelaksana menggunakan dan mengevaluasi (McMillan dan Schumacher, 2001: 6 ). Penelitian dapat pula diartikan sebagai cara dan proses penemuan melalui pengamatan atau penyelidikan yang bertujuan untuk mencari jawaban permasalahan atau persoalan sebagai suatu masalah yang diteliti. Kerlinger (1986) mengemukakan, penelitian ialah proses penemuan yang mempunyai karakteristik sistematis, terkontrol, empiris, dan mendasarkan pada teori dan hipotensis atau jawaban sementara. Hasil penemuan tersebut, baik itu discovery atau invention. Hasil temuan sesuatu yang memang sudah ada dengan dukungan fakta biasa disebut discovery. Sukardi (2005) mengatakan, discovery diartikan hasil temuan memang sebetulnya sudah ada. Ia mencontohkan, misalnya penemuan Benua Amerika. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa invention dapat diartikan sebagai penemuan hasil penelitian yang betul-betul baru dengan dukungan fakta, misalnya hasil kloning dari hewan yang sudah mati dan dinyatakan punah, kemudian diteliti untuk menemukan jenis yang baru. Penggunaan metode ilmiah bertujuan untuk menemukan jawaban terhadap masalah atau persoalan melalui penerapan prosedur-prosedur ilmiah. Penerapan pendekatan ilmiah ini adalah cara untuk memperoleh informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif memiliki dasar positivis dan banyak diterapkan dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, sosial, ekonomi, dan pendidikan. Sukardi (2005) mengemukakan beberapa ciri penelitian yang memiliki dasar positivis, antara lain sebagai berikut: a. Menekankan objektivitas secara universal dan tidak dipengaruhi oleh ruang dan waktu. b. Menginterpretasi variabel yang ada melalui peraturan kuantitas atau angka c. Memisahkan antara peneliti dengan objek yang hendak diteliti. d. Menekankan penggunaan metode statistik untuk mencari jawaban permasalahan yang hendak diteliti. Suatu kerja penelitian menuntut obyektivitas, terfokus, memerlukan proses yang intensif, sistematis, dan lebih formal, baik di dalam proses atau pengukuran maupun penganalisaan dan penyimpulan hasil-hasilnya. Suatu kerja penelitian bisa juga dilakukan dalam rangka penemuan dan pengembangan pengetahuan.



Metode ilmiah mengikuti proses identifikasi masalah, pengembangan hipotesis, melakukan observasi, menganalisis, dan kemudian menyimpulkannya. Proses-proses dimaksud dapat digunakan secara informal dalam kehidupan seharihari dan belum tentu bisa disebut suatu kerja penelitian. Dalam metode ilmiah yang dipentingkan ialah aplikasi berfikir deduktif-induktif didalam pemecahan sesuatu masalah. Contoh: di suatu ruang praktek, seorang dokter



sedang melakukan



kegiatan mendiagnosis penyakit pasiennya. Dilihat dari cara kerjanya, dokter tersebut



bisa disebut



melakukan metode ilmiah, tetapi belum dapat disebut



melakukan suatu kerja penelitian. Cara ilmiah berarti kegiatan itu dilandasi oleh metode keilmuan. Metode keilmuan merupakan gabungan antara pendekatan rasional dan empiris. Pendekatan rasional memberikan kerangka berpikir yang koheren dan logis. Sedangkan pendekatan empiris memberikan kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran dengan cara yang ilmiah itu diharapkan data yang objektif, valid dan reliabel.



Objektif berarti semua orang akan memberikan



penafsiran yang sama. Valid berarti adanya ketepatan antara data yang terkumpul oleh peneliti dengan data yang terjadi sesungguhnya. Sedangkan reliabel berarti adanya keajekan data yang didapat dari waktu ke waktu. Untuk jelasnya, Anda dapat memahami pengertian atau batasan dari istilah penelitian itu sendiri, dengan memperhatikan beberapa ciri suatu kerja penelitian antara lain sebagai berikut ini : a) Penelitian dirancang dan diarahkan guna memecahkan sesuatu masalah tertentu sebagai jawaban terhadap suatu masalah yang menjadi fokus penelitian. b) Penelitian memiliki nilai deskripsi dan prediksi serta hasil temuannya terhadap sampel yang refokus pada suatu kelompok atau situasi objek tertentu



yang



spesifik



yang



penekanannya



pada



pengembangan



generalisasi, prinsip-prinsip, serta teori-teori. c) Penelitian memerlukan instrumen dan prosedur pengumpulan data yang valid sehingga membuahkan hasil analisis/penemuan yang akurat dan terpercaya.



d) Penelitian berkepentingan bukan sekedar mensintesa atau mereorganisasi hal-hal yang telah diketahui sebelumnya, tetapi lebih diarahkan untuk penemuan baru. e) Penelitian dirancang dengan prosedur-prosedurnya secara teliti dan rasional. f) Penelitian menuntut keahlian yang benar mengetahui secara memadai permasalahan yang diselidikinya. g) Penelitian yang menggunakan hipotesis, lebih ditekankan pada pengujian hipotesis, bukan pada pembuktian hipotesis. h) Penelitian menuntut kesabaran dan tak dilakukan secara tergesa-gesa. i)



Penelitian memerlukan pencatatan dan pelaporannya dilakukan secara telit, baik terhadap prosedur maupun hasil-hasil dan kesimpulannya disajikan atas dasar bukti-bukti yang ada secara obyektif, hati-hati, dan cermat. sehingga dapat dijadikan bahan yang berharga. Dalam dunia pendidikan, dengan penelitian bisa membawa pengertian yang



semakin baik terhadap perilaku orang perseorangan, termasuk subyek didik atau pendidik, proses belajar mengajar serta situasi atau kondisi yang bisa membuat lebih berhasilnya proses pendidikan. Pada ilmu-ilmu tingkah laku, penelitian mengarah pada pengembangan dan pengujian teori-teori tingkah laku. Pemahaman terhadap tingkah laku peserta didik maupun pendidik semakin diperlukan dari hasil-hasil penelitian dalam bidang pendidikan, baik dari segi ilmu maupun prakteknya. Pada umumnya penelitian–penelitian pendidikan tergolong penelitian jenis terapan guna mengembangkan generalisasi-generalisasi yang berkenaan dengan proses belajar mengajar dan bahan-bahan mengajar. Karena itu, penelitian pendidikan memberikan perhatiannya pada pengembangan dan pengujian teori-teori tentang bagaimana peserta didik (pelajar, mahasiswa) berperilaku dalam setting pendidikan. Berangkat dari hakikat



penelitian yang dikemukakan di atas, dapat



dikemukakan pengertian penelitian pendidikan adalah cara yang digunakan orang untuk mendapatkan informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan dalam upaya memahami



proses kependidikan dalam lingkungan pendidikan



melalui pendekatan ilmiah, baik di lingkungan pendidikan formal, pendidikan informal maupun pendidikan nonformal. Menemukan prinsip-prinsip umum atau penafsiran tingkah laku yang dapat dipakai untuk menerangkan, meramalkan, dan



mengendalikan kejadian-kejadian dalam lingkungan pendidikan merupakan tujuan dari suatu kerja penelitian. B. Mengapa penelitian dilakukan? Sekurang-kurangnya ada empat sebab yang melatarbelakangi mengapa penelitian itu perlu dilakukan, yaitu: (1) Kesadaran keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan (2) Pemenuhan rasa ingin tahu; (3) Pemecahan masalah; dan (4) Pemenuhan pengembangan diri. Pertama,



penelitian



didasarkan



atas



kesadaran



keterbatasan



pengetahuan,



pemahaman,



kemampuan.



Manusia



di



tinggal



dan



lingkungan



masyarakat yang sangat luas. Dalam kehidupan yang sangat luas tersebut banyak hal yang kita tidak ketahui, tidak jelas, tidak paham sehingga menimbulkan kebingungan, karena pengetahuan, pemahaman dan kemampuan manusia yang sangat terbatas, dibandingkan dengan lingkungannya yang begitu luas. Bahkan, ketidaktahuan, ketidakpahaman, dan ketidakjelasan terhadap sesuatu dalam kehidupannya, seringkali menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan rasa terancam. Kesadaran atas keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan atau kemampuan manusia dalam perlu diatasi agar manusia dapat menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat. Kedua, penelitian dilakukan karena didorong oleh pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahu. Manusia memiliki dorongan atau naluri ingin mengetahui tentang sesuatu di luar dirinya. Pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu, menimbulkan rasa ingin tahu baru yang lebih luas, lebih tinggi, lebih menyeluruh. Dorongan ingin tahu disalurkan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman. Contohnya, manusia selalu bertanya, apa itu, bagaimana itu, mengapa begitu, dan sebagainnya. Bagi kebanyakan orang, jawaban-jawaban sepintas dan sederhana mungkin sudah memberikan kepuasan, tetapi bagi orangorang tertentu, para ilmuwan, peneliti, dan mungkin juga para pemimpin, dibutuhkan jawaban yang lebih mendalam, lebih rinci dan lebih komprehensif. Ketiga, penelitian dilakukan untuk pemecahan masalah. Manusia di dalam kehidupannya selalu dihadapkan kepada masalah, tantangan, ancaman, dan bahkan kesulitan, baik di dalam dirinya, keluarganya, masyarakat sekitarnya serta



di lingkungan kerjanya. Banyak cara yang dilakukan manusia untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, antara lain: 1) Pemecahan masalah dilakukan secara tradisional atau mengikuti kebiasaan. Cara dan alat kerja tradisional yang merupakan kebiasaan, misalnya, cara masyarakat petani memotong padi menggunakan anai-anai yang secara turun tenurun dijadikan sebagai alat potong padi. 2) Pemecahan masalah secara dogmatis, baik menggunakan dogma agama, masyarakat, hukum, dan lain lain. Seperti pencuri dipotong tangannya, dll. 3) Pemecahan masalah secara intuitif yaitu berdasarkan bisikan hati, misalnya seorang ibu kebingungan anaknya terlambat pulang sekolah. Bisikan hatinya, mengecek anaknya dengan menelepon teman dekat anaknya. 4) Pemecahan masalah secara emosional, umpamanya pintu terkunci dibuka dengan didobrak. 5) Pemecahan masalah secara spekulatif atau trial and error, suara radio berhenti, lalu radionya dipukul-pukul dan ternyata bersuara lagi. 6) Pemecahan masalah melalui penelitian. Pemecahan masalah dalam penelitian dilakukan secara objektif, sistematis, menggunakan metode dan mengikuti prosedur,



serta



berpegang



pada



prinsip-prinsip



dan



kaidah-kaidah



pengumpulan, pengolahan data, dan pembuktian secara ilmiah. Keempat, pemenuhan pengembangan diri. Manusia merasa tidak puas dengan apa yang telah dicapai, dikuasai, dan dimilikinya. Manusia selalu ingin yang lebih baik, lebih sempurna, lebih memberikan kemudahan, selalu ingin menambah dan meningkatkan “kekayaan” dan fasilitas hidupnya. Keinginan manusia yang selalu lebih baik itu ada yang dicapai memerlukan waktu relatif singkat dengan ruang lingkup yang lebih sempit maupun membutuhkan waktu yang cukup lama dengan ruang lingkup yang lebih luas dan komplek melalui penelitian. Dengan demikian pencapaian yang diinginkan manusia melalui penelitian sangat tergantung ruang lingkup penelitian yang dirancang, baik yang dirancang dan dilaksanakan sendiri, maupun melibatkan banyak orang. C. Penelitian sebagai pencarian ilmiah Penelitian sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan yang diperlukan dalam rangka meningkatkan pecapaian usaha manusia. Karena itulah, pengetahuan tidak akan bertambah maju, tanpa adanya penelitian.



Sebagai pencarian ilmiah, penelitian adalah suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan dengan menggunakan metode-metode yang diorganisasikan secara sistematis, dalam mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data. Menemukan dan mengembangkan pengetahuan tersebut dilakukan dengan prosedur dan metode ilmiah. Yang dimaksud ilmiah di sini adalah cara mengembangkan pengetahuan. McMillan dan Schumacher (2001) membagi atas empat langkah metode ilmiah, yaitu: (1) Define a problem, (2) State the hypothesis to be tested, (3) Collect and analyze data, and (4) Interprete the results and draw conclusions about the problem. Hampir sama dengan McMillan dan Schumacher, John Dewey membagi langkah-langkah pencarian ilmiah yang disebutnya sebagai “reflective thinking”, atas lima langkah, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah, (2) merumuskan dan membatasi masalah, (3) menyusun hipotesis, (4) mengumpulkan dan menganalisis data, dan (5) menguji hipotesis dan menarik kesimpulan. Empat langkah pencarian ilmiah dari McMillan dan Schumacher, dan lima langkah berpikir reflektif dari John Dewey, seringkali dijadikan sebagai dasar dari langkah-langkah utama penelitian. Dengan kata lain, metode ilmiah mengikuti proses identifikasi masalah, pengembangan hipotesis, melakukan observasi, menganalisis, dan kemudian menyimpulkannya. Menurut Suharsimi (1989) salah satu persyaratan penting dalam melakukan kegiatan penelitian adalah mengikuti konsep ilmiah, artinya mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip memperoleh ilmu pengetahuan. Selanjutnya ia mengemukakan langkah-langkah penelitian, yaitu: (1) Memilih masalah; (2) Studi pendahuluan; (3) Merumuskan masalah; (4) Merumuskan anggapan dasar dan hipotesis; (5) Memilih pendekatan; (6) Menentukan variabel dan sumber data; (7) Menentukan dan menyusun instrumen; (8) Mengumpulkan data; (9) Analisis data; (10) Menarik kesimpulan; dan (11) Menyusun laporan. Untuk memperoleh pemahaman yang jelas tentang langkah-langkah penelitian tersebut, secara ringkas akan diuraikan sebagai berikut: 1. Memilih masalah Memilih masalah bukanlah pekerjaan yang terlalu mudah terutama bagi orang-orang yang belum banyak berpengalaman meneliti. Kegiatan penelitian



dimulai dengan mengidentifikasi isu-isu dan masalah-masalah penting (esensial), hangat (aktual), dan mendesak (krusial) yang dihadapi saat ini, dan yang paling banyak arti atau kegunaannya bila isu atau masalah tersebut diteliti. Dalam memilih masalah yang hendak diteliti perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain: a. Cakupan masalah tidak terlalu luas. b. Data yang diperlukan tidak sulit diperoleh. c. Biaya dan waktu yang dibutuhkan cukup tersedia untuk penyelesaian penelitian. d. Dukungan teori dari sumber-sumber yang tersedia (referensi, buku, dan jurnal-jurnal hasil penelitian) yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. 2. Studi pendahuluan Sebelum



penelitian



dilakukan,



peneliti



perlu



mengadakan



studi



pendahuluan. Studi pendahuluan ini biasanya disebut studi ekploratoris, yaitu menjajagi kemungkinan diteruskannya pekerjaan meneliti. Studi pendahuluan juga dimaksudkan untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar masalahnya menjadi lebih jelas kedudukannya. 3. Merumuskan masalah Perumusan masalah merupakan perumusan dan pemetaan faktor-faktor, atau variabel-variabel yang terkait dengan fokus masalah. Faktor atau variabel tersebut yang melatarbelakangi ataupun diakibatkan oleh fokus masalah. Karena faktor atau variabel yang terkait dengan fokus masalah cukup banyak, maka perlu ada pembatasan faktor atau variabel, yaitu dibatasi pada faktor atau variabel-variabel yang dominan. Untuk itu informasi yang cukup dari studi pendahuluan atau studi eksploratoris sangat diperlukan, sehingga masalah yang akan diteliti menjadi jelas dan peneliti harus jelas pula apa yang seharusnya ia kerjakan. 4. Merumuskan anggapan dasar dan hipotesis Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti didalam melaksanakan penelitiannya. Jika anggapan dasar merupakan dasar pikiran yang memungkinkan kita mengadakan penelitian tentang permasalahan kita, maka hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan atau dites untuk diuji kebenarannya. Yang perlu diingat bahwa rumusan hipotesis dibuat apabila



penelitiannya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengolahan data stastistik inferensial. Untuk penelitian kuantitatif yang menggunakan pengolahan data stastistik deskriptif tidak diperlukan rumusan hipotesis, cukup dengan pertanyaan-pertanyaan pokok, demikian juga dengan penelitian kualitatif. 5. Memilih pendekatan Dalam menyusun rancangan penelitian biasanya berisi rumusan tentang langkah-langkah penelitian, termasuk didalamnya adalah pendekatan dan metode penelitian yang digunakan serta alasan-alasan mengapa menggunakan pendekatan dan metode tersebut. Metode atau cara mengadakan penelitian seperti halnya: Eksperimen atau non eksperimen. Tetapi disamping itu juga menunjukan jenis atau tipe penelitian yang diambil, dipandang dari segi tujuan misalnya eksploratif, deskriptif atau hitoris. Masih ada lagi pandangan dari subjek penelitiannya, misalnya populasi atau kasus. 6. Variabel dan sumber data. Penentuan variabel penelitian berkaitan dengan penggunaan teknik pengumpulan data dan sumber data yang diperlukan dalam suatu kegiatan penelitian. Aspek-aspek apa yang diteliti dengan teknik pengumpulan data dan dari mana sumber data diperleh adalah persolaan penting bagi peneliti yang harus diketahui sebelum melakukan penelitian di lapangan.. 7. Menentukan dan menyusun instrumen Dalam suatu kerja peneltian, kegiatan pengumpulan data didahului oleh penentuan teknik, penyusunan dan pengujian instrumen pengumpulan data yang akan digunakan. Selain objektivitas dan keakuratan data yang akan diperoleh, segi-segi legal dan etis dalam proses pelaksanaannya perlu mendapatkan perhatian peneliti. Peneliti perlu menentukan jenis data dan dari mana serta dengan instrumen apa data diperoleh. Sebagai contoh misalnya peneliti akan mengumpulkan data tentang tingkah siswa. Data tentang tingkah laku siswa pada kelas tertentu, tentu hanya dapat diperoleh dari siswa dengan cara mengobservasi dengan menggunakan seperangkat pedoman observasi dan/atau melalui interview atau kuisioner. 8. Mengumpulkan data



Dalam kegiatan pengumpulan data ini yang perlu mendapat perhatian peneliti adalah objektivitas dan keakuratan data yang diperoleh, segi-segi legal dan etis dalam proses pelaksanaannya. Dalam prakteknya, mengumpulkan data adalah pekerjaan yang sukar, karena apabila diperoleh data yang salah, tentu saja kesimpulannya pun salah pula. Oleh karena itu, peneliti harus sungguhsungguh dengan cermat dan jeli dalam menghimpun, mencatat atau merekam data yang diperlukan. 9. Analisis data Analisis data menjelaskan teknik dan langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah atau menganalisis data. Menganalisis data membutuhkan ketekunan dan pengertian terhadap jenis data. Jenis data akan menuntut teknik analisis data. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif, berupa table, grafik, profil, bagan, atau menggunakan statistik inferensial berupa korelasi, regresi, perbedaan, analisis jalur, dll. Data kualitatif dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif deskriptif naratif-logis. 10. Menarik kesimpulan `



Kesimpulan merupakan penarikan generalisasi dari hasil interpretasi temuan penelitian. Meskipun penelitian kualitatif tidak bersifat generalisasi, tetapi unsur generalisasi tetap ada, yaitu menemukan hal-hal yang esensial atau prinsipil dari suatu deskripsi. Terhadap kesimpulan-kesimpulan yang telah dirumuskan, disusunlah implikasi dan rekomendasi atau saran. Implikasi merupakan akibat logis dari temuan-temuan penelitian yang terkandung dalam kesimpulan. Rekomendasi merupakan hal-hal yang sebaiknya Sesuaikah data yang terkumpul dengan hipotesis atau dugaan peneliti sebelumnya? Disinilah peneliti bisa merasa lega karena hipotesisnya terbukti. Tidak terbuktinya suatu hipotesis bukanlah suatu pertanda bahwa apa yang dilakukan oleh peneliti itu salah dan harus merasa malu.



11. Menyusun laporan Menyusun laporan penelitian sebenarnya lebih menitik beratkan pada kegiatan administratif. Ada kalanya laporan hasil penelitian dianggap bukan dari pekerjaan meneliti. Laporan penelitian dapat dijadikan sebagai dokumen ilmiah



dan



merupakan



bukti



fisik



dari



kegiatan



penelitian



dipertanggungjawabkan, termasuk skripsi, tesis maupun disertasi.



yang



Kesebelas langkah penelitian di atas, divisualisasikan dalam bentuk bagan-arus, seperti berikut: Langkah 1 Memilih masalah Langkah 2 Studi pendahuluan



Langkah 3 Merumuskan masalah



Langkah 4 Merumuskan anggapan dasar Langkah 4a Hipotesis



Langkah 5 Memilih pendekatan Langkah 6a Menentukan variable



Langkah 6b Menentukan sumber data Langkah 7 Menentukan dan menyusun instruman



Langkah 8 Mengumpulkan data Langkah 9 Analisis data Langkah 10 Menarik kesimpulan Langkah 11 Menyusun laporan



Gambar 1.1.1: Bagan Arus Kegiatan Penelitian (Suharsimi Arikunto; 1989: 16)



Langkah-langkah penelitian tersebut dikelompokkan menjadi tiga kegiatan, yaitu: (1) Langkah ke-1 sampai dengan ke-6 mengisi kegiatan pembuatan rancangan penelitian, (2) Langkah ke-7 sampai denga ke-11 merupakan pelaksanaan penelitian, dan (3) Langkah terakhir sama dengan pembuatan laporan penelitian. Ketiga langkah tersebut dapat digambarkan seperti gambar berikut:



Merancang penelitian



Melaksanakan penelitian



Laporan penelitian



Gambar 1.1.2: Langkah-langkah kegiatan utama penelitian



Dalam bidang pendidikan, pendidik adalah seorang pengambil keputusan. Setiap hari, pada waktu melaksanakan proses pendidikan, pendidik dihadapkan kepada tugas mengambil keputusan tentang bagaimana meren-canakan pengalaman belajar, mengajar, membimbing siswanya, mengorganisasikan sistem sekolah, dan banyak lagi hal-hal lain yang memerlukan perhatiannya. Pendekatan ilmiah dalam pendidikan menjadi salah satu cara yang dapat dipergunakan oleh pendidik (guru) dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk memecahkan masalah atau persoalan pendidikan. Mereka (pendidik) dianggap telah mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengambil keputusan-keputusan tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Namun, bagaimana para pendidik dapat mengetahui jawaban yang tepat terhadap masalah atau persoalan yang dihadapi dalam kondisi tertentu? Kendati ada sumber-sumber pengetahuan lain, seperti pengalaman, otoritas, dan tradisi, hanya pengetahuan ilmiah tentang proses pendidikanlah yang memberikan sumbangan paling berharga dalam pengambilan keputusan di bidang pendidikan. Para pendidik perlu memanfaatkan sumbersumber pengetahuan guna memperolah informasi dan saran-saran yang dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan.



D. Sumber-sumber ilmu pengetahuan Manusia diberi banyak kelebihan oleh Tuhan. Sebagai makhluk Tuhan mereka belajar atau berusaha survive. Salah satu usaha tersebut, manusia belajar



menguasai ilmu pengetahuan. Beberapa sumber ilmu pengetahuan yang tersedia sebagai hasil penelitian ilmiah terhadap masalah-masalah pendidikan. Sumbersumber pengetahuan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima ), yaitu: (1) Pengalaman, (2) Otoritas, (3) Cara berpikir deduktif. (4) Cara berpikir induktif dan (5) Pendekatan ilmiah. Untuk lebih jelasnya berikut ini, secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Melalui pegalaman. Sebagaimana biasa kita dengar orang mengatakan ”guru yang paling baik adalah pengalaman”. Orang dapat belajar dari pengalamannya karena mereka melakukan, mengalami dan menghadapi masalah hidup. Sejumlah pengalaman tersebut dapat dikembangkan manusia dalam berbagai aktivitas atau usaha untuk dimanfaatkan dalam kehidupannya. Misalnya, seorang petani bekerja langsung sebagai petani dan menjadi petani tanpa sekolah. Seorang anak pandai berdagang karena sejak kecil, disamping sekolah sudah diajak untuk melayani bapaknya berjualan dipasar atau dirumahnya. Setelah belajar, mereka mempunyai keahlian khusus dalam berjual beli dan bahkan mengembangkannya menjadi pedagang yang besar. Cara pendekatan orang belajar dari pengalaman sendiri sering tersebut trial and error atau coba dan salah dan mencobanya lagi. Semakin orang tersebut gigih dan tidak putus asa ketika terjadi salah atau jatuh, semakin besar kemungkinan orang tersebut untuk lebih berhasil dalam hidupnya. Cara lain seorang belajar melalui pengalaman untuk menguasai suatu ilmu pengetahuan adalah menggunakan modal tradisi atau cara tradisi yang berlaku didalam masyarakat. Sebagai contoh, misalnya anggota atau kelompok masyarakat menurut pandangan orang tua pada suku di daerah tertentu dimana suatu “tradisi”



turun temurun tidak boleh dilanggar. Artinya, perbuatan



melanggar tradisi perlu dicegah karena sudah menjadi tradisi lama bagi kehidupan suatu kelompok masyarakat tertentu yang diyakini bahkan dianggap “tabu”.



Melarang anak-anaknya melakukan pekerjaan yang



disebutnya sebagai bentuk pengajaran kepada generasi yang lebih muda. Contoh lain, misalnya tentang “kampunan” yang oleh sebagian masyarakat Melayu di daerah tertentu di Kalimantan. Ketika seseorang hendak berangkat keluar rumah atau melakukan perjalanan/pekerjaan,



ketika itu juga orang mengajak kita makan atau minum. Orang tua mengajar anaknya tidak boleh menolak jika seseorang menawarkan makanan (nasi ketan) atau minuman (kopi), harus disentuh atau cicipi sedikit saja, agar terhindar



“mendapat celaka”. Selain dimaksudkan



menghargai orang yang memberi atau menawarkan makanan atau minuman.



Melarang anak duduk di depan pintu menjelang malam



(maghrib), tidak boleh makan di depan pintu adalah contoh lain mengajar anak berangkat dari tradisi. Anak tidak perlu tahu, mengapa orang tua mereka tidak membolehkan melakukan pekerjaan tersebut? Jika anak mereka bertanya alasan larangan, jawaban yang diperoleh dari orang tua biasanya “tabu, tidak boleh atau tidak baik”. Cara tradisi ini akan semakin kuat jika setiap kali terjadi peristiwa yang membenarkan tradisi berlaku. Sebaliknya, akan hilang nilai kepercayaan jika kebenaran yang ada menyimpang dengan teradisi yang telah dilakukan. Semakin banyak terjadi penyimpangan tradisi semakin menghilangkan kebenaran tradisi yang berlaku. Penguasaan ilmu pengetahuan melalui cara tradisi ini mempunyai berapa ciri seperti: (1) memegang teguh kebenaran warisan dari orang tua atau nenek moyang; (2) ada pengulangan yang sifatnya membenarkan, berarti akan semakin menambah “valid” cara tersebut, semakin terjadi pengulangan yang bersifat menyimpang dari yang membenarkan, akan dapat mereduksi kepercayaan yang ada; dan (3) menimbulkan ketidak pastian nilai kepercayaan, ketika terjadi konflik dalam masyarakat. b. Melalui metode otoritas. Metode ini digunakan untuk menguasai ilmu pengetahuan jika metode pengalaman tidak dapat digunakan secara efektif. Cara lain dengan bertanya atau menggunakan pengalaman orang lain. Seorang mahasiswa tidak perlu pergi kebulan untuk mengetahui tentang keadaan dan situasi bulan. Mereka dapat bertanya pada dosennya atau orang yang mempunyai pengalaman pada bidangnya. Orang yang mempunyai otoritas ini dapat diinterpretasikan sebagai orany yang berwenang dibidangnya, orang yang mempunyai kuasa, dan orang lain yang berhubungan erat dengan permasalahan dan buku literatur dan termasuk pula hasil para pendahulu. Menguasai ilmu pengetahuan, melalui cara otoritas lebih efektif dan dapat dilaksanakan, jika sekitar



orang tersebut ada lembaga atau orang yang termasuk dalam kriteria berwenang. c. Melalui metode deduktif. Dalam mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan, alasan logika, merupakan cara yang paling lama digunakan oleh para ilmuan sejak zaman Yunani dan Mesir kuno. Dengan menggunakan alasan logika yang sudah mendekati ilmiah mereka dapat mengembangkan ilmu pengetahuan sedemikian maju dan dapat digunakan sebagai kajian pustaka sampai sekarang. Mereka melakukan alasan logis untuk membangun suatu dalil, preposisi, hukum, dan teori baru. Deduktif pada prinsipnya ialah cara berfikir untuk mencari atau menguasai ilmu pengetahuan yang berawal dari alasan umum menuju kearah yang lebih spesifik.



Logika



mengorganisasi



deduktif



faktual



dan



merupakan mencapai



sistem suatu



berpikir



untuk



kesimpulan



dengan



menggunakan argumentasi logika. Contoh: setiap binatang menyusui mempunyai kaki. Semua kucing mempunyai kaki. Oleh karena itu sebagai kesimpulannya, kucing adalah binatang menyusui. d. Melalui metode induktif. Cara ini merupakan proses berfikir yang diawali dari fakta pendukung yang spesifik, menuju pada arah yang lebih umum guna mencapai suatu kesimpulan. Contohnya ialah: Ayam hitam yang kita amati mempunyai hati. Ayam putih yang diamati juga mempunyai hati. Kesimpulannya ialah setiap ayam mempunyai hati. Dalam logika induktif seorang peneliti berangkat dari pengamatan dan mungkin secara eksperimentasi untuk melihat hati ayam. Dari bervariasi warna ayam semuanya mempunyai hati. Kesimpulannya adalah bentuk terakhir yang berupa generalisasi dan pengamatan banyak ayam tersebut. e. Menggunakan pendekatan ilmiah. Merupakan metode untuk menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang paling tinggi nilai validitas dan ketepatannya, jika dibandingkan dengan beberapa macam pendekatan yang telah didiskusikan diatas. Sangat dianjurkan bagi para peneliti maupun profesional untuk selaku menggunakan pendekatan tersebut dalam setiapa kesempatan maupun waktu. Metode ilmiah pada prinsipnya adalah metode



gabungan secara integral antara dua logika deduktif dan induktif yang kemudian menghasilkan langkah penting sebagai strategi ilmiah.



Latihan: Setelah mengkaji keseluruhan materi yang dipaparkan pada subunit ini, pemahaman Anda akan lebih mantap lagi, kerjakan latihan-latihan berikut: 1. Dalam suatu kerja penelitian, ditemukan dalam penggunaan “metodologi penelitian” dan “metode penelitian” masih mencampuradukkan kedua istilah tersebut sehingga terkesan sama maksudnya. Coba Anda temukan dan jelaskan perbedaan antara metode penelitian dengan metodologi penelitian. tersebut ! 2. Anggapan dasar dan hipotesis merupakan salah satu langkah penelitian ilmiah. Yang keduanya berbeda pengertian. Kemukakan pengertian anggapan dasar dan hipotesis dalam kaitannya dengan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. 3. Sebagai pencarian ilmiah, penelitian adalah suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan dilakukan dengan prosedur dan metode ilmiah. Coba Anda kemukakan perbedaan antara metode ilmiah dengan suatu kerja penelitian 4. Dalam mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan, alasan logika, merupakan cara yang paling lama digunakan oleh para ilmuan, yaitu metode deduktif dan induktif. Coba Anda kemukakan apa yang dimaksud dengan metode deduktif dan induktif disertai memberikan contoh penggunaan logika dari masing-masing metode tersebut. Agar latihan yang Anda kerjakan sesuai dengan arah yang diharapkan, bacalah rambu-rambu atau petunjuk latihan.



Petunjuk mengerjakan latihan: 1. Sesungguhnya antara metodologi penelitian dengan metode penelitian memiliki arti atau makna yang berbeda. Perbedaan pengertian keduanya, terutama penggunaannya dalam praktek penelitian atau suatu kerja penelitian di lapangan. Kaji kembali materi yang telah Anda pelajari dan ajak teman-teman Anda berdiskusi untuk memperoleh pemahaman yang sama tetang perbedaan antara metodologi penelitian dan metode penelitian.



2. Telaah kembali langkah-langkah penelitian tentang anggapan dasar dan hipotesis, kemudian Anda kaji tentang pendekatan penelitian kuantitatif dan pendekatan kualitatif sehingga Anda memperoleh pemahaman terhadap anggapan dasar dan hipotesis serta fungsi hipotesis dalam suatu penelitian. Diskusikan bersama mengenai pendekatan kuantitatif dan kualitip untuk memperoh pemahaman yang jelas tentang



apakah



rumusan hipotesis



diperlukan oleh masing-masing pendekatan penelitian.. 3. Metode ilmiah dan suatu kerja penelitian memiliki perbedaan dari segi cara melakukan pekerjaan ilmiah. Untuk memperoleh pemahaman yang jelas Anda menggunakan contoh suatu profesi dokter atau akuntan. Lakukan telaah bersama (diskusi) sehingga Anda menemukan prosedur



dan karakteristik



metode ilmiah dan suatu kerja penelitian. 4. Alasan logika, dengan metode deduktif dan induktif penekanannya pada suatu kerangka berpikir dalam membuat suatu kesimpulan dari masalah-masalah yang diteliti.



RANGKUMAN Penelitian adalah seni dan ilmu (art and science) guna mencari jawaban terhadap suatu permasalahan. Penelitian–penelitian pendidikan, umumnya tergolong penelitian jenis terapan yang digunakan untuk mengembangkan generalisasi-generalisasi yang berkenaan dengan proses belajar mengajar dan bahan-bahan mengajar yang memberikan perhatiannya pada pengembangan dan pengujian terori-teori tentang bagaimana pelajar (peserta didik)



berperilaku



dalam setting pendidikan, baik di lingkungan pendidikan formal, pendidikan informal maupun pendidikan nonformal. Ada dua pendekatan penelitian yang biasa dipakai dalam penelitin, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif bersandar pada pandangan positivis. Sedangkan pendekatan kualitatif bersandar dari pandangan fenomenologis.



Penemuan dari hasil kerja penelitian berupa temuan sesuatu yang



memang sebetulnya sudah ada disebut discovery. Sedangkan penelitian hasil penelitian yang betul-betul baru dengan dukungan fakta disebut invention. Beberapa alasan yang melatarbelakangi penelitian itu perlu dilakukan, yaitu: (1) Kesadaran keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan (2)



Pemenuhan rasa ingin tahu;



(3) Pemecahan masalah;



dan (4) Pemenuhan



pengembangan diri. Pada dasarnya terdapat tiga langkah utama dalam suatu kerja penelitian , yaitu: (1) Kegiatan pembuatan rancangan penelitian, (2) Pelaksanaan penelitian, dan (3) Pembuatan laporan penelitian. Dari kegiatan tersebut dirinci menjadi langkah-langkah penelitian atau prosedur penelitian ilmiah, yaitu: (1) Memilih masalah; (2) Studi pendahuluan; (3) Merumuskan masalah; (4) Merumuskan anggapan dasar dan hipotesis; (5) Memilih pendekatan; (6) Menentukan variabel dan sumber data; (7) Menentukan dan menyusun instrumen; (8) Mengumpulkan data; (9) Analisis data; (10) Menarik kesimpulan; dan (11) Menyusun laporan. Usaha manusia belajar menguasai ilmu pengetahuan bersumber dari: (1) Pengalaman, (2) Otoritas, (3) Cara berpikir deduktif. (4) Cara berpikir induktif dan (5) Pendekatan ilmiah.



SUBUNIT 2 Tujuan dan Fungsi Penelitian Pendidikan



Dalam uraian-uraian bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah adalah melalui metode penelitian. Metode penelitian adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam merancang, melaksanakan, pengolahan data dan menarik kesimpulan terhadap masalah penelitian. Bidang garapan penelitian pendidikan menekankan sekitar masalah pendidikan, baik yang mencakup guru, siswa, kurikulum, sistem pengajaran, manajeman, dan hubungan lembaga dengan masyarakat dan lain-lain. Subunit ini membahas tujuan dan kegunaan penelitian pendidikan. Dalam kaitannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, kegiatan penelitian merupakan salah satu media yang andal untuk memenuhi bermacam-macam fungsi penelitian, termasuk penelitian pendidikan.



A. Tujuan Penelitian Pendidikan Pada dasarnya tujuan penelitian pendidikan ialah menemukan prinsipprinsip umum atau penafsiran tingkah laku yang dapat dipakai untuk menerangkan,



meramalkan,



dan



mengendalikan



kejadian-kejadian



dalam



lingkungan pendidikan, baik pendidikan formal, nonformal maupun informal. Dalam kegiatan penelitian memang mengandung kegiatan yang kadang sulit dan melelahkan, karena memerlukan biaya, tenaga, dan waktu, tetapi penelitian memiliki tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti. Secara umum beberapa tujuan penelitian yang hendak dicapai, termasuk penelitian pendidikan antara lain: (1) memperoleh informasi baru, (2) mengembangkan dan menjelaskan, dan (3) menerangkan, memprediksi, dan mengontrol suatu ubahan. Tujuan-tujuan penelitian tersebut secara singkat akan diuraikan sebagai berikut:



1. Memperoleh informasi baru Pada manusia terdapat naluri ingin tahu. Karena dorongan kebutuhan ingin tahu ini, manusia ingin mengetahui sesuatu di luar yang ia ketahui. Salah satu cara



untuk menemukan sesuatu yang baru adalah melakukan penyelidikan atau penelitian. Penelitian biasanya akan berhubungan dengan informasi atau data yang masih baru jika dilihat dari aspek si peneliti. Data dalam penelitian tidak boleh dikumpulkan sekedar data yang sesuai dengan keinginan pribadi si peneliti Walaupun mungkin saja suatu data atau fakta tersebut telah ada dan berada disuatu tempat dalam waktu lama. Yang perlu diingat, dalam mengumpulkan data, harus dilakukan secara obyektif. Pencarian dan pengumpulan informasi atau data, peneliti dapat menggunakan data skunder. Apabila fakta tersebut baru diungkap dan disusun secara sistematis oleh seorang peneliti pada saat itu maka dapat dikatakan bahwa data peneliti tersebut dikatakan data baru. Sebagai contoh, hasil belajar para siswa, hasil produksi suatu perusahaan, persepsi masyarakat terhadap isu yang berkembang atau program pemerintah dan sebagainya. Jika informasi atau data dapat dikumpulkan oleh peneliti berdasarkan fakta-fakta, maka data tersebut sebagai data baru bagi peneliti. Untuk menemukan sesuatu yang baru bidang pendidikan dilakukan melalui penelitian pendidikan. Artinya, dalam perkembangan pengetahuan, temasuk juga ilmu atau pengetahuan di bidang pendidikan, penemuan sesuatu yang baru mengenai berbagai persoalan pendidikan dapat dilakukan dengan metode atau cara penelitian yang hasilnya berupa temuan-temuan baru. Karena itu, kegiatan penelitian harus dilakukan dengan cara-cara yang benar, dalam arti dilakukan secara sistematis dengan menggunakan metode-metode ilmiah. 2. Mengembangkan dan menjelaskan Tujuan



yang



kedua



adalah



mengembangkan



dan



menjelaskan.



Mengembangkan hasil kajian dari suatu kegiatan penelitian pendidikan berarti mengembangkan perubahan-perubahan dan kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh individu, kelompok ataupun organisasi dalam kurun waktu tertentu. Temuan- dari hasil penelitian pendidikan, misalnya peneliti menjelaskan bahwa faktor penciptaan suasana dan iklim belajar di kelas yang menyenangkan secara signifikan mendorong peningkatan motivasi belajar siswa dan kerja sama untuk berprestasi. Motivasi belajar dan iklim kerja sama sebagai suatu perubahan akibat suasana dan iklim belajar di kelas yang menyenangkan. Mereka perlu menggali dari variasi sumber-sumber pengetahuan yang relevan agar dapat menerangkan pentingnya permasalahan pendidikan yang dipecahkan. Peneliti berupaya mengkaji teori-teori



yang didukung fakta-fakta yang ada, sehingga peneliti akan



sampai pada



pemberian pernyataan sementara yang sering disebut sebagai hipotesis penelitian. Tujuan dari hasil penelitian dianggap penting karena bermanfaat secara signifikan ketika para peneliti berusaha memecahkan permasalahan dengan tidak menginginkan terjadinya pengulangan kerja atau penggunaan tenaga yang sia-sia. 3. Menerangkan, memprediksi, dan mengontrol suatu ubahan Ubahan yang dalam istilah penelitian disebut variable. Variabel adalah gejala yang sedang diteliti. Variabel atau ubahan adalah simbol yang digunakan untuk mentransfer gejala ke dalam data penelitian. Biasanya variabel muncul pada tingkat intensitas yang berbeda sehingga variabel itu adalah variabel lebel. Ada beberapa variabel yang biasa digunakan dalam suatu penelitian, yaitu: variabel bebas dan variabel terikat.. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang memberi pengaruh atau diuji pengaruhnya terhadap variabel lain, disebut juga variabel perlakuan, variabel eksperimen atau variabel intervensi. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, disebut juga variabel hasil, variabel pos tes atau variabel kriteria. Seorang peneliti perlu mengetahui variable yang disebut variable bebas (independent variable) dan variable tergantung (dependent variable), sehingga ia dapat mengetahui secara pasti pengaruh variabel satu terhadap variable lainnya. Dan kemudian dapat menerangkan keterkaitan dan keterikatan variable yang ada; dapat memprediksi apa yang akan terjadi di antara vartiabel atau bahkan mengontrol mereka untuk memperoleh sesuatu yang bermanfaat. Selain dua variabel tersebut di atas, dalam suatu penelitian biasa dijumpai variabel ekstranus dan variabel penyela. Variabel ekstranus (extraneous variabel) dan variabel penyela (intervening variable). Variabel ekstranus adalah variabel-variabel yang apabila tidak dikontrol akan berpengaruh terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel penyela adalah variabel yang kemungkinan besar berpengaruh terhadap hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tetapi sulit untuk dikontrol.



B. Fungsi Penelitian Pendidikan Pemahaman tentang bagaimana penelitian berperan dalam mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki praktik pendidikan dikaitkan dengan perbedaan macam-macam penelitian berkenaan dengan fungsinya. Secara umum



penelitian mempunyai dua fungsi utama, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperbaiki praktek Penelitian dasar, misalnya mempunyai andil yang sangat besar dalam mengembangkan batang ilmu pengetahuan (a scientific body of knowledge). Temuan-temuan penelitian dasar dapat memperkaya teori. Selain pengembangan ilmu pengetahuan peranan penelitian lain yang berfungsi memperbaiki praktek (pendidikan) adalah penelitian terapan dan evaluatif yang ditujukan untuk meneliti praktik pendidikan, meneliti penerapan teori atau mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan. Karena itu, hasil-hasil penelitian terapan dan evaluasi tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki praktik pendidikan. 1. Fungsi penelitian berdasarkan jenis penelitian. Berangkat dari peranan penelitian tersebut di atas, dapat dikemukan bahwa secara mendasar dapat dibedakan tiga jenis atau macam penelitian, yaitu penelitian dasar atau basic research, penelitian terapan (applied research) dan penelitian evaluatif (evaluative research). Hasil-hasil penelitian tersebut, memberikan gambaran bagi kita tentang fungsi-fungsi penelitian pendidikan: a. Penelitian Dasar Tujuan penelitian dasar adalah: pertama, menambah pengetahuan kita dengan prinsip-prinsip dasar dan hukum-hukum ilmiah, dan kedua, meningkatkan pencarian dan metodologi ilmiah (Nana Syaodih, 2005). Penelitian dasar (basic research) disebut juga penelitian murni



(pure



research) atau penelitian pokok (fundamental research) diarahkan pada pengujian teori, dengan hanya sedikit atau bahkan tanpa menghubungkan hasilnya untuk kepentingan praktik. Penelitian ini memberikan sumbangan besar terhadap pengembangan dan pengujian teori-teori. Sebagai contoh, teori yang dikemukan oleh Newton, yaitu gaya grafitasi yang telah lama dan sampai sekarang masih berlaku. Tidak tertutup kemungkinan para peneliti akan menguji teori ini dengan mengajukan pertanyaan: Apakah ada gaya lain selain gaya tarik bumi yang menyebabkan suatu benda jika dijatuhkan dari ketinggian tertentu tidak selalu jatuh mengarah ke pusat bumi (Andaikan tidak selalu tepat ke pusat bumi atau melenceng). Kalau hasil temuan ternyata demikian, maka temuan hasil penelitian tersebut memunculkan pertanyaan baru tentang kehandalan teori gaya grafitasi yang telah berlaku lama dan universal



tersebut. Contoh lain, mengenai hasil penelitian yang sampai sekarang dan mungkin akan tetap berlaku misalnya dalil Phytagoras, dan lain-lain.. Dalam bidang pengetahuan sosial, termasuk hasil penelitian bidang pendidikan, ada dua kemungkinan terjadi, yaitu pertama, dapat memperkuat, mengubah, atau menolak hasil temuan dari paradigma lama. Yang kedua, . hasil penelitian yang baru menghasilkan suatu yang memperkuat, membedakan, atau bertentangan dengan hasil penelitian yang lama. Bertolak dari suatu teori, prinsip dasar atau generalisasi, Syaodih (2005) menjelaskan bahwa penelitian dasar diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan dan memprediksi fenomena-fenomena alam dan sosial. Teori bisa didukung atau tidak didukung oleh pengalaman. Teori yang didukung oleh kenyataan-kenyataan empiris disebut hukum ilmiah (scientific law). Meskipun ada yang berpendapat bahwa penelitian dasar tidak diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah sosial dan para ilmuwan berperan mengembangkan pengetahuan dan tidak perlu selalu memiliki implikasi praktis, tetapi dalam kenyataan hasil-hasil penelitian dasar memberikan tantangan nilaidan dogma-dogma yang telah terbentuk dalam kehidupan praktis setelah periode waktu tertentu. Pengetahuan baru secara tidak langsung akan mempengaruhi pemikiran dan persepsi orang, yang akibatnya bisa mempengaruhi atau tidak mempengaruhi perbuatan. b. Penelitian Terapan Penelitian terapan (applied research) berkenaan dengan kenyataankenyataan praktis, penerapan dan pengembangan pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata. Penelitian dasar berfungsi menghasilkan pengetahuan untuk mencari solusi tentang masalah-masalah dalam bidang tertentu. Penelitian ini menguji manfaat dan teori-teori ilmiah, mengetahui hubungan empiris dan analitis dalam bidang-bidang tertentu. Implikasi dari penelitian terapan dinyatakan dalam rumusan yang bersifat umum, bukan rekomendasi yang merupakan tindakan langsung. Penelitian terapan seperti halnya penelitian dasar bersifat abstrak dan umum



dalam bidang tertentu, bukan



pengetahuan yang bersifat universal. Hasil penelitian terapan menambah pengetahuan yang berbasis penelitian dalam bidang-bidang tertentu. Dampak dari penelitian terapan terasa setelah periode waktu tertentu. Setelah jumlah hasil studi



dipublikasikan dan dibicarakan dalam periolde waktu tertentu, pengetahuan tersebut akan mempengaruhi cara berpikir dan persepsi para praktisi. Penelitian terapan mendorong penelitian lebih lanjut, menyarankan teori dan praktek baru serta mendorong pengembangan metodologi. c. Penelitian Evaluatif Penelitian evaluatif (evaluation research) difokuskan pada suatu kegiatan dalam suatu unit tertentu. Kegiatan tersebut dapat berbentuk program, proses, ataupun hasil kerja, sedangkan unit dapat berupa tempat, organisasi, ataupun lembaga. Penelitian ini dapat menilai manfaat atau kegunaan, sumbangan dan kelayakan dari sesuatu kegiatan dalam satu unit. Apakah suatu kegiatan, program atau pekerjaan memberikan manfaat, sumbangan atau hasil seperti yang diharapkan ? Apakah sesuatu kegiatan, program atau pekerjaan yang layak dilihat dari segi biaya, pengembangan, implementasi dan penyebaran, biaya untuk bahanbahan, tempat, pengembangan staf, dukungan masyarakat. Penelitian evaluatif berbeda dengan evaluasi formal. Evaluasi formal bisa dilakukan oleh para peneliti atau pelaksana dalam bidangnya, tidak membutuhkan pelatihan-pelatihan khusus. Untuk dapat melakukan penelitian evaluatif membutuhkan latihan khusus dalam beberapa disiplin ilmu, metodologi dan keterampilan berhubungan dengan komunikasi secara interpersonal. Penelitian evaluatif yang bersifat komprehensif membutuhkan data kuantitatif dan kualitatif dari berbagai studi terkait yang dilaksanakan dalam berbagai tahapan kegiatan. Pelaksanaan penelitian evaluatif membutuhkan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa praktis sesuai dengan situasi yang diteliti, tetapi juga terfokus pada segi-segi yang berarti bagi para penentu kebijakan. Hasil-hasil penelitian evaluatif kurang bersifat generalisasi, sebaba evaluasi terkait dengan kegiatan yang berlangsung dalam unit tertentu. Penelitian evaluatif dapat menambah pengetahuan tentang kegiatan tertentu, dan dapat mendorong penelitian atau penbangan lebih lanjut. Sejumlah penelitian evaluatif dalam kegiatan sejenis yang dilaksanakan dalam unit-unit yang berbeda dapat menambah pengetahuan dalam bidang aplikatif. Ada dua macam penelitian evaluatif, yaitu penelitian tindakan (action research) dan penelitian kebijakan (policy research). Penelitian tindakan dilakukan oleh para pelaksana untuk memecahkan masalah yang dihadapi atau



memperbaiki suatu pelaksanaan suatu kegiatan. Guru melakukan penelitian tindakan untuk memecahkan masalah atau meningkatkan program pengajarannya. Penelitian tindakan yang dewasa ini banyak dilakukan dalam penelitian tindakan kolaboratif (collaborative action research). Dalam penelitian ini para pelaksana bekerjasama dengan konsultan atau para peneliti luar untuk merancang dan melaksanakan penelitiannya. Penelitian tindakan menekankan baik pada proses maupun hasil dari perubahan-perubahan strategi dan teknik yang digunakan. Analisis kebijakan mengevaluasi kebijakan pemerintah untuk membantu para penentu kebijakan memberikan rekomendasi-rekomendasi yang praktis. Penelitian kebijakan memfokuskan kajiannya pada kebijakan yang lalu atau yang berlaku sekarang, dan diarahkan untuk: (1) meneliti formulasi kebijakan, sasarannya siapa-siapa saja, (2) menguji pelaksanaan suatu program terkait dengan sesuatu kebijakan, (3) menguji keefektifan dan keefisienan kebijakan (Syaodih, 2005: 17). McMillan dan Schumacher (2001:18) membedakan penelitian dasar, terapan dan evaluatif berdasarkan bidang penelitian, tujuan, tingkat generalisasi dan penggunaan hasilnya, digambarkan dalam tabel berikut ini.



Tabel 1.1 Perbedaan antara Penelitian Dasar, Terapan dan Evaluatif



Bidang Penelitian



Penelitian Penelitian Dasar Terapan 1. Penelitian bidang 1. Bidang aplikasi: fisik, perilaku dan kedokteran, sosial rekayasa, pendidikan



Penelitian Evaluatif 1. Pelaksanaan berbagai program atau kegiatan berbagai tempat



Tujuan



1. Menguji teori, 1. Menguji keguna- 1. Menilai dalil, prinsip dasar. an teori dalam keberhasilan bidang tertentu. kegiatan secara spesifik 2. Menentukan 2. Menentukan 2. Menilai manfaat hubungan empiris hubungan kegiatan secara antar fenomena empiris dan spesifik dan mengadakan generalisasi generalisasi analitis dalam analitis bidang tertentu



Tingkat Generalisasi



1. Abstrak, umum



Penggunaan hasil



1.Menambah penge- 1. Menambah penge- 1. Menambah petahuan ilmiah dari tahuan yang didas- ngetahuan yang prinsip-prinsip arkan penelitian didasarkan penedasar dan hukum dalam bidang litian secara tertentu. tertentu. spesifik. 2. Meningkatkan 2. Meningkatkan 2. Meningkatkan metodologi dan penelitian dan penelitian dan cara-cara metodoogi dalam metodologi pencarian bidang tertentu. secara spesifik 3.Membantu dalam pembuatan keputusan bidang tertentu.



1. Umum tetapi dalam bidang tertentu



1. Konkrit, spesifik dalam aspek tertentu. 2.Diterapkan dalam praktik aspek tertentu.



Sumber: Reseach in Education (McMillan dan Schumacher, 2001:18) 2. Fungsi penelitian berdasarkan tujuan Selain berdasarkan jenis-jenis atau macam-macam penelitian, fungsi penelitian juga dapat dibedakan berdasarkan tujuannya. Berdasarkan tujuan dibedakan antara penelitian deskriptif, prediktif, improftif, dan eksplanatif.



a. Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif (descriptive research) ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Dalam studi ini para peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu tehadap objek penelitian, semua kegiatan atau peristiwa berjalan seperti apa adanya. Penelitian deskriptif dapat berkenaan dengan kasus-kasus tertentu atau sesuatu populasi yang cukup luas. Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya. Penelitian demikian disebut penelitian perkembangan (developmental studies). Dalam penelitian perkembangan ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu, dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam potongan waktu. Dalam penelitian deskriptif dapat digunakan pendekatan kuantitatif, pengumpulan dan pengukuran data yang berbentuk angka-angka, atau pendekatan kualitatif, penggambaran keadaan secara naratif kualitatif. Penelitian deskriptif dapat dilakukan pada saat ini atau dalam kurun waktu yang singkat, tetapi dapat juga dilakukan dalam waktu yang cukup panjang disebut penelitian longitudinal. Penelitian longitudinal ini menunjuk pada penelitian-penelitian individu atau satuan-satuan lain, dimana pengukuran unit yang sama diulang diberbagai waktu sepanjang jalannya penelitian. Sedangkan penelitian cross sectional, meneliti perkembangan kemampuan berbahasa pada tahap-tahap dalam potongan waktu misalnya kemampuan berbahasa pada masa atau tahapan perkembangan seseorang berdasarka usia kronologis: bayi, anak kecil, anak sekolah, remaja, dan adolesen dilakukan secara bersamaan.



b. Penelitian Prediktif Penelitian prediktif (predictive research) Studi ini ditujukan untuk memprediksi atau memperkirakan apa yang akan terjadi atau berlangsung pada saat yang akan datang berdasarkan hasil analisis keadaan saat ini. Penelitian deskriptif dilakukan melalui penelitian yang bersifat korelasional (correlational studies) dan kecenderungan (trend studies). Melalui penelitian korelasional, selain dapat dicari korelasi antara dua atau lebih dari dua variabel juga dapat dihitung regresinya. Melalui perhitungan regresi ini, baik regresi parsial maupun multiple



dapat diprediksi dampak atau kontribusi dari satu atau lebih dari satu variabel terhadap variabel lainnya. Penelitian prediktif juga dapat dilakukan melalui studi kecenderungan. Dengan melihat perkembangan selama jangka waktu tertentu, pada saat ini atau saat yang lalu dapat dilihat kecenderungannya pada masa yang akan datang. Prediksi tentang jumlah penduduk lima atau sepuluh tahun yang akan datang bisa dihitung berdasarkan perkembangan penduduk selama lima sampai sepuluh tahun yang lalu. c. Penelitian Improftif Penelitian improftif (improvetive research) ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau menyempurnakan suatu keadaan, kegiatan atau pelaksanaan suatu program. Banyak kegiatan atau program dalam pelaksanaan pendidikan, seperti pelaksanaan: kurikulum, pembelajaran, evaluasi berbagai mata pelajaran, program:



praktik



laboratorium,



praktik



keterampilan,



bimbingan



siswa,



ekstrakurikuler, pengawasan sekolah, layanan perpustakaan, program pelatihan pemimpin sekolah, guru, staf adminstrasi, dll. Untuk memperbaiki dan menyempurnakan pelaksanaa program atau kegiatan digunakan penelitian tindakan atau action research, sedang untuk memperbaiki, meningkatkan atau menghasilkan program yang standar atau model digunakan penelitian dan pengembangan atau research and development. Penelitian eksperimental sebagai bagian dari metode penelitian dan pengembangan atau sebagai metode tersendiri untuk mengetahui pengaruh dari suatu hal terhadap hal lainnya juga dapat dilakukan dalam penelitian improftif. d. Penelitian Eksplanatif Penelitian eksplanatif (explanative research) ditujukan untuk memberikan penjelasan tentang hubungan antar fenomena atau variabel. Peneliti berusaha menjelaskan melalui teori yang didukung fakta-fakta yang menunjang yang ada, peneliti akan dapat sampai pemberian pernyataan sementara yang sering disebut sebagai hipotesis penelitian. Variabel dalam pendidikan bisa berupa, antara lain: guru mengajar, membimbing, mengevaluasi, murid belajar, mengerjakan tugas, bolos, lulus ujian, buku kurang, kelas sempit. Penelitian eksplanatif mencoba mencari kejelasan hubungan antar hal tersebut. Hubungan tersebut bisa berbentuk hubungan korelasional atau saling hubungan, sumbangan atau konstribusi satu variabel terhadap variabel lainnya ataupun hubungan sebab akibat. Hubungan-hubungan tersebut dikaji dalam



penelitian korelasional, dan penelitian eksperimental. Hubungan juga dapat dilihat dari perbedaan yang melatarbelakanginya, yang dapat diungkap melalui penelitian kausal komparatif.



Latihan: Setelah mengkaji keseluruhan materi yang dipaparkan pada subunit ini, pemahaman Anda akan lebih mantap lagi, kerjakan latihan-latihan berikut: 1. Salah satu bidang garapan penelitian pendidikan diantaranya menekankan sekitar masalah profesionalisme guru. Lakukan identifikasi masalah-masalah profesioanlisme guru, ambil contoh di Sekolah Dasar dimana Anda bertugas. Coba diskusikan bersama teman-teman Anda sehingga menemukan satu atau lebih masalah yang akan dijadikan sebagai masalah penelitian. 2. Ada beberapa variabel yang biasa digunakan dalam suatu penelitian, yaitu: variabel bebas dan variabel terikat.. Masih terkait dengan latihan nomor satu, Anda diminta menentukan varibel bebas dan varibel terikat. Dari setiap variabel tersebut kemukakan aspek-aspek dari masing-masing. Untuk itu ada lakukan telaah teori-teori yang relevan dengan masalah yang akan Anda teliti. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang memberi pengaruh atau diuji pengaruhnya terhadap variabel lain, disebut juga variabel perlakuan, variabel eksperimen atau variabel intervensi. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, disebut juga variabel hasil, variabel pos tes atau variabel kriteria.



Petunjuk mengerjakan latihan: Agar latihan yang Anda kerjakan sesuai dengan arah yang diharapkan, bacalah rambu-rambu berikut: 1. Profesionalisme guru lebih mengacu pada sikap dan komitmen guru untuk senantiasa



berusaha



belajar



untuk



meningkatkan



dan



meningkatkan



kemampuannya dalam menjalankan pekerjaan profesinya sebagai guru yang profesional. Hal ini diantaranya dapat dilakukan dengan belajar mandiri dan/atau bersama teman sejawat. 2. Telaah ulang materi bahasan tentang variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Setelah Anda memperoleh pemahaman



yang jelas tentang variabel-varibel tersebut, lanjutkan diskusi Anda dengan teman-teman Anda untuk menentukan aspek dari masing-masing variabel tersebut. Perlu diingat, pilih masalah yang tidak terlalu luas agar tidak menyulitkan Anda ketika akan melakukan penelitian.



RANGKUMAN Secara umum penelitian pendidikan mempunyai dua fungsi utama, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperbaiki praktek pendidikan. Dari fungsi utama tersebut dapat dijabarkan lagi berdasarkan jenis-jenis penelitian, yaitu: fungsi penelitian berdasarkan jenis penelitian dibedakan tiga jenis atau macam penelitian, yaitu penelitian dasar atau basic research, penelitian terapan atau applied research dan penelitian evaluatif atau evaluative research. Dan fungsi penelitian berdasarkan tujuan penelitian, dibedakan antara penelitian deskriptif, prediktif, improftif, dan eksplanatif. Penelitian pendidikan tersebut menekankan sekitar masalah pendidikan, baik yang mencakup guru, siswa, kurikulum, sistem pengajaran, manajeman, dan hubungan lembaga dengan masyarakat dan lain-lain Ubahan didalam istilah penelitian disebut variable. Variabel adalah gejala yang sedang diteliti. Variabel atau ubahan adalah simbol yang digunakan untuk mentransfer gejala kedalam data penelitian. Biasanya variabel muncul pada tingkat intensitas yang berbeda sehingga variabel itu adalah variabel lebel. Ada beberapa variabel yang biasa digunakan dalam suatu penelitian, yaitu: variabel bebas dan variabel terikat.. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang memberi pengaruh atau diuji pengaruhnya terhadap variabel lain, disebut juga variabel perlakuan, variabel eksperimen atau variabel intervensi. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, disebut juga variabel hasil, variabel pos tes atau variabel kriteria. Dalam suatu penelitian juga biasa dijumpai variabel ekstranus dan variabel penyela. Variabel ekstranus (extraneous variabel) dan variabel penyela (intervening variable). Variabel ekstranus adalah variabel-variabel yang apabila tidak dikontrol akan berpengaruh terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel penyela adalah variabel yang kemungkinan besar berpengaruh terhadap hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tetapi sulit untuk dikontrol.



DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (1989). Prosedur Peneneltian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Benua. Elliot, J. (1991). Action Reseach For Education Change. Philadelphia: Open University Press. Faisal, Sanafiah. (1982). Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya. Usaha Nasional McMillan, J.H dan Schumacher, S (2001). Research in Education: A Conceptual Intro-duction (5th ed.), US, Longman.Inc. Mc. Taggar, R. (1991). Action Reseach: A Short Modern History. Geelong, Victoria: Deaking University Press. Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta. Bumi Aksara. Syaodih. N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda. Wardani, I G.A.K, dkk. (2003). Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.



GLOSARIUM Desain penelitian (reseach design): merupakan prosedur atau langkah-langkah yang ditempuh dalam



mengumpulkan dan menganalisa data, mecakup



metode penelitian, sumber dan teknik pengumpulan daya yang digunakan, analisis dan interprestasi penyempurnaan program. Evaluasi formatif (formative evaluation): evaluasi yang di arahkan pada mengukur prose,dan di gunakan untuk memperbaiki atau menyempurnakan program. Eksperimen lemah (weak experimental): penelitian eksperimental tanpa pengontrolan variabel, di sebut juga pra-eksperimen. Eksperimen kuasi



(quasi



exsperimental): penelitian eksperimental



yang



penyamaan kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen hanya dalam satu karakter saja, dan minimal dilakukan dengan cara menjodohkan atau matching anggota kelompok. Eksperimen murni (true experimental) : penelitian experimental yang kelompok kontrol dan kelompok experiemntalnya betul-betul homogen karena semua karakteristik disamakan atau dikontrol. Experimen subyek tunggal (single subject experimental) : penelitian experimantal yang sampel experimen dan sampel kontrolnya masing-masing hanya satu subyek, atau satu lembaga organisasi. Fokus masalah (problems focus) : isu-isu, masalah-masalah atau hal-hal isensial, penting dalam suatu bidang atau sub bidang keahlian atau kegiatan tertentu yang mendesak atau urgen untuk dikaji atau diteliti untuk memperoleh kejelasan atau untuk pemecahan masalah. Hipotesis (hypothesis) : dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah yang akan dibuktikan secara statistik. Masalah penelitian (reseach problems) : cara-cara yang digunakan peneliti dalam merancang, melaksanakan, pengolah data dan menarik kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian tertentu. Pendekatan penelitian (reseach approaches): adalah suatu model atau sistem pencarian dengan menggunakan dasar-dasar pemikiran atau landasan teoritis tertentu.



Penelitian (reseach): proses pengumpulan dan analisa serta interprestasi data yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Penelitian dasar (basic reseach): peneltian yang diarahkan kepada pengembangan atau pengujian teori, disebut juga peneltian murni (pure reseach) atau penelitian pokok (fundamental reseach). Penelitian deskriptif (descridtive reseach): penelitian yang diarahkan pada memperolah gambaran keadaan pada saat ini. Penelitian ekperimental (experimental reseach): penelitian yang ditujukan untuk menguji pengaruh satu atau lebih dari suatu variabel terhadap variabel lain. Penelitian eksplanatif (explanative research) ditujukan untuk memberikan penjelasan tentang hubungan antar fenomena atau variabel. Penelitian ekspos (expost facto reseach): penelitian yang diarahkan pada mengetahui hubungan-hubungan (sebab-akibat) pada situasi atau kegiatan yang sedang berlangsung. Penelitian etnografik (ethnograpic reseach): peneltian yang ditujuan untuk mendeskripsikan dan menginterprestasikan aspek-aspek budaya, sosial dan sistem. Penelitian evaluasi (evaluative reseach): penentlian yang diarahkan



pada



mengkur pelaksanaan suatu program atau kegiatan yang digunakan untuk mementukan suatu keputusan atau mengadakan perbaikan. Penelitian fenomenologis (phenomenological reseach): penelitian yang diarahkan pada mencari arti atau makna dari pengalaman dan kehidupan. Penelitian historis (histirical reseach) : peneltiian yang diarahkan unutk mengumpulkan, menganalisakan dan menginterprestasikan peristiwaperistiwa sejarah. Penelitian improftif (improvetive research): ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau menyempurnakan suatu keadaan, kegiatan atau pelaksanaan suatu program. Penelitian kebijakan (policy research): memfokuskan kajiannya pada kebijakan yang lalu atau yang berlaku sekarang Penelitian komparatif (comparative reseach): termasuk penelitian deskriptif yang ditujukan untuk mengetahui perbedaan antara dua atau lebih variabel kegiatan atau situasi.



Penelitian korelasional (correlational reseach): termasuk penelitan deskriptif yang duarahkan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian kualitatif (qualitative reseach): penelitian yang ditujukan



untuk



mendeskripdikan dan menganalisis fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas sosial secara ilmiah. Penelitian noninteraktif (non-interactive reseach): penelitian kualitatif yang diarahkan untuk menghimpun menganalisis dan mengiterprestasikan dokumen-dokumen. Penelitian prediktif (predictive reseach): merupakan bagian dari penelitian deskriptif yang analisisnya diarahkan pada saat yang akan datang. Penelitian survai (survey reseach) : penelitian yang diarahkan pada megumpulkan, menganalisis dan menginterprestasikan opini tentang hal-hal tertentu dari populasi yang cukup besar. Penelitian terapan (applied reseach): penelitian yang diarahkan pada mengetahui, atau menguji penerapan dari suatu teori, kebijakan. Menganalisis hubungan antar hal dalam sesuatu situasi atau kegiatan. Penelitian tindakan (action reseach): penelitian yang diarahkan untuk mengumpulkan dan menganalisis data untuk kemudiaan mengadakan perbaikan atau penyempurnaan tentang kegiatan, program, atau kegiatan, dan dilakukan oleh para pelaksana kegiatan itu sendiri. Penelitian termaksud penelitian bersifai memperbaiki atau improftif. Penelitian dan pengembangan (reseach and development): penelitian yang diarahkan pada pengembangan suatu produk, baik produk perangkat keras atau perangkat lunak. Teknik pengumpulan data (collecting data techniques): cara-cara yang ditempuh dalam menghimpun data seperti: interview, angket, observasi test, dll. Tujuan pendidikan (educational goal): sasaran-sasaran yang ingin dicapai dengan sesuatu program pendidikan, mencakup sasaran segi kognitif, efektif dan psikomotor. Variabel bebas (independent variables): variabel yang memebrikan pengaruh atau diuji pengaruhnya terhadap variabel lain, disebut juga variabel perlakuan, variabel experimen atau variabel intervensi. Variabel terikat (dependent variables): adalah variabel yang dipengaruhi variabel oleh bebas disebut juga variabel hasil, variabel pos tes atau variabel kriteria.



Unit 2 RUANG LINGKUP DAN JENIS-JENIS PENELITIAN PENDIDIKAN



PENDAHULUAN



Bidang pendidikan termasuk rumpun ilmu perilaku, khususnya suatu rumpun ilmu yang mengkaji aktivitas manusia. Dalam kaitan ini, lingkup kajian aktivitas manusia sangatlah luas, yakni mancakup aktivitas manusia sebagai individu atau kelompok, sebagai kesatuan etnis, bangsa, atau ras, dalam lingkup geografis, administratif atau sosial-budaya, dalam satuan organisasi, institusi, pemerintahan, berkenaan dengan kegiatan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, keamanan, keagamaan, serta kesejahteraan masyarakat. Dalam unit ini akan dibahas ruang lingkup penelitian pendidikan dan dilanjutkan dengan dijelaskan jenis-jenis atau macam-macam penelitian: (a) berdasarkan pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif, (b) berdasarkan fungsi, yaitu penelitian dasar, penelitian terapan, dan penelitian evaluatif, serta (c) macam-macam penelitian berdasarkan tujuan, yaitu penelitian: deskriptif, prediktif, improtif, dan eksplanatif. Setelah Anda mempelajari unit ini diharapkan dapat menjelaskan: 1. Ruang lingkup penelitian pendidikan 2. Komponen-komponen pendidikan 3. Karakteristik penelitian pendidikan 4. Jenis-jenis penelitian pendidikan .



Setelah mengkaji secara saksama uraian materi pada unit ini, selanjutnya Anda diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat di masingmasing sub unit, membaca rangkuman, dan mengerjakan soal-soal tes formatif yang disediakan di bagian akhir tiap-tiap subunit. Pedoman jawaban latihan telah tersedia pada masing-masing subunit, demikian halnya kunci jawaban tes formatif juga telah disediakan di bagian akhir unit ini. Namun demikian, Anda diminta untuk menjawab soal-soal latihan dan soal-soal tes formatif secara mandiri



terlebih dahulu sebelum mencocokkannya dengan pedoman jawaban latihan ataupun kunci jawaban tes formatif yang telah disediakan.



Selamat belajar, semoga sukses!



SUBUNIT 1 Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan Dalam unit ini dibahas ruang lingkup penelitian pendidikan, yang meliputi komponen-komponen proses pendidikan dan penelitian bidang pendidikan. Komponen-komponen proses pendidikan tersebut meliputi: interaksi pendidikan,



tujuan pendidikan, lingkungan pendidikan, dan pergaulan pendidikan. Sedangkan penelitian bidang-bidang pendididkan, antara lain meliputi: penelitian bidang ilmu dan praktek pendidikan. Selanjutnya akan dibahas juga karakteristik penelitian pendidikan.



A. Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi dari konsep dan teori. Penelitian demikian ini dikelompokkan sebagai penelitian terapan atau applied reseach. Disamping itu, penelitian dalam bidang pendidikan ini dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanan atau keberhasilan suatu sistem, ketepatan penggunaan suatu sistem, program, model, metode, media, instrumen, dan sebagainya. Selanjutnya, perlu dijelaskan bahwa pendidikan memiliki segi teori dan ilmu serta segi praktik, sehingga penelitian pendidikan mencakup penelitian segi ilmu dan praktik pendidikan, ilmu dan praktik kurikulum, ilmu dan praktik pembelajaran, ilmu dan praktik bimbingan dan konseling, serta penelitian segi ilmu dan praktik manajemen pendidikan. Kegiatan-kegiatan manusia tersebut menjadi kajian bermacam-macam bidang ilmu dan profesi, seperti: psikologi, sosiologi, antropologi, pendidikan, ekonomi, politik, manajemen, keagamaan, keamanan, kesejahteraan, sosial, dll. Ruang lingkup dan kajian pendidikan, di antaranya berupa komponen-komponen proses pendidikan dan penelitian bidang pendidikan. Komponen-komponen proses pendidikan tersebut



meliputi: interaksi pendidikan, tujuan pendidikan,



lingkungan pendidikan, dan pergaulan pendidikan. Sedangkan penelitian bidangbidang pendididkan, antara lain meliputi: penelitian bidang ilmu dan praktek pendidikan, yang akan dijelaskan dalam uraian berikut: 1. Penelitian Bidang ilmu dan Praktik Pendidikan Sebagaimana dikemukakan pada unit 1 bahwa penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan-metode kualitatif



maupun kuantitatif.



Penelitian bidang ilmu pendidikan yang diarahkan pada perkembangan teori dan konsep digolongkan sebagai penelitian dasar (basic reseach). Penelitian tersebut dapat dilakukan secara kuantitatif, eksperimental atau non-eksperimental. Kalau penelitian tersebut masih diarahkan untuk menguji konsep, asumsi, dan proposisi maka penelitian tersebut masih dikategorikan sebagai penelitian dasar.



Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi dari konsep dan teori. Penelitian demikian ini dikelompokkan sebagai penelitian terapan atau applied reseach. Di samping dua jenis penelitian di atas, dalam bidang ini dapat juga mengevaluasi pelaksanan atau keberhasilan suatu sistem, ketepatan penggunakan suatu sistem, program, model, metode, media, instrumen, dsb. a. Pendidikan Teoritis Penelitian yang diarahkan pada kajian bidang pendidikan teoritis ini, antara lain meliputi: 1) Kajian filosofis tentang pendididikan; seperti idealisme, realisme, pragmatisme, dan eksistensialisme. 2) Pendidikan dalam orientasi : transmisi, transaksi, dan transformasi. 3) Konsep-konsep pendidikan, seperti perenialisme, esensialisme, romantisme, progressivisme, teknologi pendidikan dan pendidikan pribadi. b. Pendidikan Praktis Penelitian pendidikan yang diarahkan pada kajian bidang pendidikan praktis dapat dikelompokkan berdasarkan: lingkungan dan kelompok usia, jenjang, bidang studi, dan berdasarkan jenis pendidikan. Pengelompokan bidang pendidikan praktis tersebut, sebagai berikut: 1) Berdasarkan lingkungan dan kelompok usia, yang meliputi: (1) Pendidikan dalam keluarga (pendidikan informal); (2)



Pendidikan dalam masyarakat



(pendidikan nonformal); (3) Pendidikan di sekolah (pendidikan formal); (4) Pendidikan usia dini (termasuk pendidikan prasekolah, contohnya: TamanKanak-Kanak atau TK), Kelompok Bermain atau play group, Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPAQ), Tempat Penitipan Anak (TPA) dan sejenisnya serta (5) Pendidikan orang dewasa.(Adult Education). 2) Berdasarkan jenjang, terdiri dari : (1)



Pendidikan jenjang sekolah dasar,



(2) Pendidikan jenjang sekolah menengah, dan (3)



Pendidikan jenjang



perguruan tinggi 3) Berdasarkan Bidang Studi, meliputi: (1) Pendidikan agama, (2) Pendidikan bahasa, (3) Pendidikan sosial, (4) Pendidikan kewarganegaran, (5) Pendidikan matematika, (6) Pendidikan sains, (7) Pendidikan olah raga, (8) Pendidikan



kesehatan, (9) Pendidikan seni, (10) Pendidikan teknologi, (11) Pendidikan keterampilan. 4) Berdasarkan jenis, (1)



Pendidikan umum, (2)



Pendidikan kejuruan, (3)



Pendidikan khusus, dan (4) Pendidikan luar biasa.



2. Penelitian Bidang Ilmu, Praktik Kurikulum dan Pembelajaran Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif difokuskan pada penguatan terhadap proposisi dan asumsi yang ada, atau menghasilkan asumsi, proposisi dan hipotesis baru. Penelitian terhadap



ilmu kurikulum dan



pengajaran/pembelajaran juga dapat dilakukan secara kuantitatif, eksperimantal atau



noneksperimetal,



Namun,



kalau



masih



diarahkan pada menguji konsep,



asumsi



dan



proposisi



maka



penelitian



tersebut



bersifat penelitian dasar. Pada



umumnya



penelitian dalam bidang kurikulum



dan



pengajaran/pembelajaran diarahkan pada aplikasi dari teori atau konsep atau sebagai penelitian terapan (aplied reserach). Selain itu, dalam penelitian bidang kurikulum dan pengajaran, dapat juga dilakukan penelitian evaluasi, misalnya untuk mengevaluasi pelaksanaan atau keberhasilan suatu model desain kurikulum/pembelajaran, implementasi kurikulum, ketepatan penggunaan suatu model, metode, media pembalajaran, instrumen evaluasi, dsb. Dengan demikian jika dilihat dari lingkupnya, hampir semua lingkup bidang ilmu kurikulum dan pengajaran/pembelajaran dapat diteliti.



3. Lingkup penelitian Kurikulum dan Pembelajaran Syaodih (2005) membagi lingkup penelitian kurikulum dan pembelajaran terdiri dari: kurikulum teoritis dan kurikulum praktis, yang meliputi: kurikulum sebagai rencana (curriculum design), penyusunan kurikulum, implementasi



kurikulum, evaluasi dan penyempurnaan kurikulum, serta manajemen kurikulum. Lebih lanjut Syaodih (2005: 45-46) menjabarkan lingkup penelitian kurikulum dan pembelajaran sebagai berikut: a. Kurikulum Teoritis (penelitian dasar); 1) Teori-teori desain dan rekayasa kurikulum 2) Teori-teori pengajaran/pembelajaran 3) Teori-teori belajar 4) Teori-teori evaluasi b. Kurikulum Praktis (penelitian terapan dan evaluasi) 1) Kurikulum sebagai rencana (curriculum design) a) Komponen desain kurikulum b) Model-model desain kurikulum c) Model-model desain pengajaran/pembelajaran d) Model-model desain penggunaan sumber belajar e) Model-model desain evaluasi hasil belajar f) Model-model desain pengelolaan kurikulum 2) Penyusunan Kurikulum a) Penyusunan kurikulum: umum, per bidang studi, dan per jenjang b) Penyusunan desain pengajaran/pembelajaran : umum, per bidang studi, per jenjang c) Penyusunan desain pemanfaatan sumber belajar: umum, per jenjang d) Penyusunan desain evaluasi: umum, per bidang studi, per jenjang e) Penyusunan desain pengelolaan kurikulum: umum, per jenjang. 3) Implementasi Kurikulum, yang meliputi: a) Implementasi kurikulum: umum, per bidang studi, per jenjang b) Implementasi pengajaran/pembelajaran, umum, per jenjang c) Implementasi pemanfataan sumber belajar : umum, per jenjang d) Implementasi Evaluasi : umum, per bidang studi, per jenjang e) Impeimentasi pengelolaan kurikulum : umum, per jenjang 4) Evaluasi dan penyempurnaan kurikulum a) Evaluasi dan penyempurnaan kurikulum : umum, per bidang studi, per jenjang b) Evaluasi dan penyempurnaan pengajaran/pembelajaran : umum, per bidang studi, per jenjang c) Evaluasi dan penyempurnaan pemanfaatan sumber belajar: umum, per bidang studi, per jenjang. d) Evaluasi dan penyempurnaan evaluasi ; umum, per bidang studi, per jenjang e) Evaluasi dan penyempurnaan pengelolaan kurikulum : umum, per jenjang 5) Manajemen kurikulum a) Manajemen kurikulum lingkup dinas/instansi b) Manajemen kurikulum lingkup sekolah/perguruan tinggi



4. Penelitian Bidang Ilmu dan Praktik Bimbingan dan Konseling a. Lingkup Bidang Bimbingan dan Konseling, menurut Syaodih (2005: 45-46) meliputi: bimbingan konseling teoritis dan bimbingan konseling praktis.



Berikut ini akan dijabarkan secara rinci, baik bimbingan konseling teoritis maupun praktis, sebagai berikut: 1) Bimbingan Konseling teoritis, meliputi: a) Teori bimbingan b) Teori konseling c) Teori kepribadian d) Teori perkembangan e) Teori balajar f) Teori pengukuran



2) Bimbingan Konseling Praktik a) Berdasarkan layanan (1)Layanan pengukuran dan pengumpulan data (2)Layanan Pemberian informasi (3)Layanan penempatan (4) Layanan konseling (5)Layanan pengembangan b) Berdasarkan komponen BK sebagai sistem : (1) Raw Input (2) Instrumental Input (3) Environmental Input (4) Proses (5) Output c) Program BK : (1) Berdasarkan lingkup program: (a) Bimbingan pendidikan dan pengajaran (b) Bimbingan Karir (c) Bimbingan sosial pribadi (2) Berdasarkan Jalur : (a) Bimbingan pada pendidikan formal (b) Bimbingan pada pendididikan non formal (3) Berdasarkan jenjang (a) Bimbingan di Taman kanak (b) Bimbingan di Sekolah Dasar (c) Bimbingan di sekolah menengah (d) Bimbingan di perguruan tinggi d) Manajemen BK (1) Manajemen BK pada lingkup dinas/instansi (2) Manajemen BK pada lingkup sekolah/perguruan tinggi (a) Manajemen BK di TK dan SD (b) Manajemen BK di sekolah menengah (c) Manajemen BK di Perguruan Tinggi



5. Penelitian Bidang Ilmu dan Praktik Manajemen Pendidikan



Selain bidang bimbingan dan konseling, penelitian pendidikan yang termasuk



bidang ilmu dan praktik manajemen pendidikan, meliputi lingkup



manajemen teoritis dan praktis. Kajian terhadap bidang ilmu dan praktik manajemen tersebut yang menjadi perhatian dalam penelitian pendidikan (Nana Syaodih, 2005: 46-47), dirinci sebagai berikut: a. Lingkup manajemen pendidikan teoritis 1) Teori manajemen 2) Teori kepemimpinan 3) Teori kebijakan 4) Teori perencanaan 5) Teori pengendalian, penjaminan b. Lingkup manajemen pendidikan praktis 1) Kepemimpinan a) Gaya/style b) Fungsi kepemimpinan c) Kepemimpinan dan teknologi d) Keterampilan memimpin 2) Model-model manajemen a) Management by objective b) Technology based management c) School based management d) Community based management e) Centralized-decentralized management 3) Berdasarkan proses manajemen a) Perencanaan b) Penyusunan staff c) Pengorganisasian d) Penggerakan e) Pengkoordinasian f) Pengkomunikasian g) Pengendalian/penjaminan h) Pengawasan/pembinaan i) Evaluasi j) Pelaporan 4) Berdasarkan komponen/segi pengelolaan/manajemen program pendidikan, meliputi: (1) Manajemen kurikulum (2) Manajemen pembelajaran (3) Manajemen evaluasi 5) Berdasarkan komponen pendidikan a) Manajemen pembinaan siswa/mahasiswa b) Manajemen penelitian dan pengembangan c) Manajemen kerjasama dan layanan pada masyarakat d) Manajemen personal e) Manajemen sarana dan prasarana



f) Manajemen media dan sumber relajar g) Manjemen keuangan h) Manajemen humas 6) Berdasarkan lingkup penyelenggaraan: a) Manjemen sekolah/Jurusan/Fakultas/Universitas b) Manajemen pendidikan luar sekolah c) manajemen pendidikan dasar d) Manajemen pendidikan menengah e) Manajemen pendidikan tinggi f) Manajeman pendidikan lingkup dinas/instansi



B. Komponen-Komponen Pendidikan Sebagaimana telah dikemukakan di atas, komponen-komponen proses pendidikan termasuk salah satu bidang kajian dalam penelitian pendidikan. Berikut ini akan dibahas sejumlah komponen proses dimaksud.



a. Interaksi Pendidikan Kegiatan pendidikan diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan tertentu yang disebut tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tersebut merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan, dan karakteristik pribadi peserta didik. Tujuan pendidikan minimal diarahkan kepada pencapaian empat sasaran, yaitu: (1)



pengembangan



kemasyarakatan,



segi-segi



(3)



kepribadian,



pengembangan



(2)



pengembangan



kemampuan



melanjutkan



kemampuan studi,



dan



(4) pengembangan kecakapan dan kesiapan untuk bekerja (Nana Syaodih, 2005: 24). Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan para pendidik serta berbagai sumber pendidikan. Interaksi



PENDIDIK (GURU)



PESERTA DIDIK (SISWA)



antara peserta didik dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikan tersebut dapat berlangsung



dalam



situasi



pergaulan



SUMBER BELAJAR



(pendidikan), pengajaran, latihan, serta bimbingan. Situasi pergaulan pendidikan



LINGKNGAN



tersebut biasa disebut pergaulan edukatif. Dalam pergaulan antara peserta didik dengan para pendidik yang dikembangkan terutama segi-segi afektif: nilai-nilai, sikap, minat, motivasi, disiplin diri, kebiasaan, dan lain-lain.



Interaksi edukatif yang terjadi dalam proses pendidikan atau



proses



pembelajaran peserta didik sangat mempengaruhi proses pembelajaran untuk menjapai tujuan yang diharapkan. Dalam konteks proses belajar mengajar, interaksi edukatif ini ibarat jembatan bagi proses pembelajaran peserta didik. pencapaian tujuan endidikan, terutama pencapaian tujuan pembelajaran.



b. Tujuan Pendidikan Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan ini bisa menyangkut kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat dan tuntutan lapangan pekerjaan atau ketiga-tiganya, yakni peserta didik, masyarakat dan pekerja sekaligus. Proses



pendidikan



terarah



pada



peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan, pengembangan



keterampilan, sikap



dan



nilai-nilai



dalam



rangka



pembentukan



dan



pengembangan diri peserta didik. Pengembangan diri ini dibutuhkan, untuk menghadapi tugas-tugas dalam kehidupannya sebagai pribadi, sebagai siswa, karyawan, professional maupun warga masyarakat. Sasaran dan perbuatan pendidikan selalu normatif, selalu terarah kepada yang baik. Perbuatan pendidikan tidak mungkin dan tidak pernah diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan yang merugikan atau bertentangan dengan kepentingan peserta didik ataupun masyarakat. Perbuatan pendidikan selalu diarahkan kepada kemaslahatan dan kesejahteraan peserta didik dan masyarakat. Karena tujuannya positif maka proses pendidikannya juga harus positif, konstruktif dan normatif. Tujuan yang normatif tidak mungkin dapat dicapai dengan perbuatan yang tidak normatif pula. Oleh karena itu kepada guru sebagai pendidik dituntut untuk selalu bersikap, berbuat, berperilaku, dan berpenampilan sesuai dengan norma-norma.



c. Lingkungan Pendidikan



Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, politis, keagamaan, intelektual, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan sekaligus memberikan dukungan kadang-kadang juga hambatan bagi berlangsungnya proses pendidikan. Proses pendidikan mendapatkan dukungan dari lingkungan fisik berupa sarana, prasarana serta fasilitas fisik dalam jenis dan kualitas yang memadai, akan sangat mendukung berlangsungnya proses pendidikan yang efektif. Kekurangan sarana, prasarana dan fasilitas fisik, akan menghambat proses pendidikan, dan menghambat pencapaian hasil yang maksimal. Lingkungan sosial budaya merupakan lingkungan pergaulan antar manusia. Di lingkungan ini pendidik dan peserta didik serta orang-orang lainnya terlibat dalam pendidikan terjadinya kumunikasi dalam bentuk pergaulan pendidikan. Interaksi dalam proses pendidikan maupun pembelajaran antara pihak yang terlibat di dalamnya, biasa disebut interaksi pendidikan (interaksi edukatif) Interaksi edukatif dapat disebut “jembatan” dalam proses pendidikan atau pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak pergaulan antar orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak peserta didik (siswa) maupun para pendidik (guru) dan pihak lainnya. Karakteristik pribadi misalnya, meliputi karakteristik fisik, seperti tinggi dan berat badan, nada suara, roman muka, gerak-gerik, dan lain-lain., dan karakteristik psihis seperti sifat sabar atau gampang marah (temperamental), sifat jujur, setia (watak) dan lain-lain, serta kemampuan intelektual seperti jenius, cerdas, bodoh dan lain-lain. Corak pergaulan dalam berbagai latar keragaman sosial dan budaya masyarakat turut memberikan warna pergaualan dan dalam melakukan pekerjaan atau kerja yang mempengaruhi sifat-sifat pribadi peserta didik. Corak pergaulan yang bersahabat akan memberikan warna sifat-sifat pribadi yang bersahabat, sebaliknya corak pergaulan yang keras mendorong munculnya konflik sosial, dan bahkan mempengaruhi sifat-sifat pribadi. Sebagai makhluk yang berbudaya, manusia menciptakan budaya, hidup dan berkembang dalam lingkungan budaya tertentu. Dalam suatu lingkungan masyarakat suatu daerah tertentu memiliki budaya dengan nilai-nilai yang melekat dalam kehidupan pribadi atau kelompok masyarakat tertentu, misalnya kelompok



etnis, sebagi kelompok sosial memiliki budaya tertentu pula. Pola-pola perilaku, pergaulan maupun interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta sumber pendidikan lainnya dipengaruhi oleh jenis-jenis budaya yang ada di lingkungannya. Selain lingkungan masyarakat dengan budayanya, lingkungan intelektual sangat mempengaruhi pengembangan kemampuan peserta didik. Lingkungan intelektual ini merupakan kondisi dan iklim sekitar yang mendorong dan menunjang pengembangan kemampuan berpikir. Lingkungan ini mencakup perangkat lunak, seperti sistem dan program-program pengajaran, perangkat keras seperti media dan sumber belajar, serta aktivitas-aktivitas pengembangan dan penerapan kemampuan berpikir. Lingkungan pendidikan lain yang turut mempengaruhi pengembangan kemampuan peserta didik, para pendidik dan atau pelaku pendidikan yang terlibat dalam proses pendidikan adalah lingkungan keagamaan. Lingkungan keagamaan adalah lingkungan yang terkait dengan pola-pola kegiatan, perilaku manusia dalam melaksanakan kewajiban dan nilai-nilai keagamaan. Sedangkan lingkungan lainnya adalah lingkungan yang turut



menata kehidupan nilai bagi individu,



kelompok masyarakat, bangsa, yang disebut lingkungan nilai. Yang termasuk lingkungan nilai misalnya, nilai kemasyarakatan, ekonomi, sosial, politik, estetika, etika maupun nilai keagamaan yang hidup dan dianut dalam suatu daerah atau kelompok tertentu. Lingkungan-lingkungan tersebut akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap proses dan hasil dari pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat serta lingkungan-lingkungan kerja. Keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pertama dan utama, sebab dalam lingkungan inilah pertama-tama anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan, dan latihan. Keluarga merupakan masyarakat kecil, bukan hanya menjadi tempat anak diasuh dan dibesarkan, tetapi juga tempat anak hidup dan dididik pertama kali. Apa yang diperolehnya dalam kehidupan keluarga, akan menjadi dasar dan dikembangkan pada kehidupan-kehidupan selanjutnya. Keluarga merupakan masyarakat kecil sebagai prototype masyarakat luas. Oleh karena itu, penyiapan pendidikan bagi anak dalam keluarga ibarat “sumber air”, yang akan mengalir ke masyarakat. Dari sumber air yang keruh akan mengalir air yang keruh, sebaliknya air dari sumber yang jernih akan mengeluarkan air yang jernih.



Di antara aspek-aspek kehidupan, sesungguhnya selalu ada dalam keluarga, seperti aspek ekonomi, sosial, politik, keamanan, kesehatan, agama, serta



pendidikan, yang menempati kedudukan yang paling sentral dalam



kehidupan keluarga. Hal ini diebabkan adanya kecenderungan yang sangat kuat pada manusia, bahwa mereka ingin melestarikan keturunannya, dan hal ini dapat dicapai melalui pendidikan. Dengan perkataan lain, cita-cita orangtua tentang anak-anak dan cucunya direalisasikan melalui pendidikan. Lingkungan kedua setelah keluarga adalah sekolah. Pendidikan di sekolah lebih bersifat formal, (sementara dalam keluarga bersifat informal). Pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan yang diberikan di sekolah, merupakan kelanjutan dari apa yang diberikan di dalam keluarga, tetapi tingkatannya jauh lebih tinggi dan lebih kompleks, sesuai dengan tahap penjenjangannya. Pengetahuan tersebut bersumber dari disiplin-disiplin ilmu atau permasalahan-permasalahan yang berkembang dalam masyarakat. yang bersumber dari bidang-bidang ilmu pendidikan. Selain



dalam



kedua



lingkungan



tersebut di atas, peserta didik juga mendapat pengaruh dan pendidikan dalam lingkungan masyarakat,



yang



merupakan



lingkungan



ketiga. Dalam masyarakat peserta didik menghadapi dan mempelajari hal-hal yang lebih nyata dan praktis, terutama yang berkaitan erat dengan problema-problema kehidupan. Di masyarakat, para peserta didik juga dituntut dan berusaha menerapkan apa-apa yang telah mereka peroleh dari keluarga dan sekolah, tetapi setelah selesai masa pendidikan, maka mereka masuk ke masyarakat dengan status yang lain, yang menunjukkan tingkat kedewasaan dan kemandirian yang lebih tinggi.



Dalam lingkungan masyarakat, pendidikanya



lebih bersifat terbuka,



artinya peserta didik menjumpai berbagai sumber dan bahan belajar yang mencakup aspek-aspek kehidupan. Bahan yang dipelajari tersebut berasal dari sumber belajarnya secara langsung maupun melalui media belajar yang ada dalam lingkungannya, baik media massa (media cetak dan media elektronika). Dalam lingkungan masyarakat, metode pembelajarannya mencakup semua bentuk



interaksi dan komunikasi antar orang baik secara langsung atau tidak langsung, menggunakan media cetak, ataupun elektronika.



d. Pergaulan Pendidikan Pendidikan bisa berlangsung dalam pergaulan hidup, dalam pergaulan ini para pendidik berusaha menjadi contoh dan memberikan perlakuan-perlakuan yang bersifat mendidik, oleh karena itu pergaulan ini disebut pergaulan pendidikan. Pergaulan pendidikan antara peserta didik dengan pendidik dapat berlangsung dalam kegiatan sehari-hari, dalam situasi pembelajaran, bimbingan dan latihan-latihan. Juga pergaulan pendidikan bisa berlangsung antara orangtua dengan anak-anaknya dalam kehidupan keluarga (pendidikan dan keluarga) dan antara orang dewasa dengan anakanak dalam kehidupan masyarakat (pendidikan dalam masyarakat). Dalam pergaulan pendidikan proses pengembangan berlangsung secara informal, alamiah, dan mungkin juga tidak disadari, walaupun dari sisi pendidik seharusnya selalu disadari. Syaodih (2005) mengatakan bahwa proses pendidikan dalam situasi pergaulan berlangsung melalui percontohan. Para pendidik dengan apa yang mereka perlihatkan, katakan, perbuat, berikan. Pendidikan diberikan dengan “seluruh penampilan pendidik”, dengan seluruh hal yang pendidik perlihatkan kepada para peserta didik, termasuk hal-hal kurang baik atau tidak mendidik. Inilah yang disebut kesalahan mendidik. Seharusnya dalam pergaulan pendidikan, para pendidik hanya memperlihatkan hal-hal positif, yang ingin tumbuh dan berkembang ada peserta didik, karena dalam pergaulan pendidikan para pendidik menjadi model dan contoh dari konsep pendidikan yang dianutnya.



C. Karakteristik Penelitian Pendidikan Sebagaimana telah dikemukakan bahwa cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah adalah melalui metode penelitian. Cara tersebut memungkinkan ditemukannya kebenaran yang obyektif, karena dibentengi dengan fakta-fakta sebagai bukti tentang adanya sesuatu dan mengapa adanya demikian atau apa sebab adanya demikian. Tujuan akhir suatu ilmu adalah mengembangkan dan menguji teori. Suatu teori dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena alamiah. Dari perilaku atau kegiatan-kegiatan terlepas yang dilakukan oleh siswa atau guru



umpamanya, peneliti dapat memberikan penjelasan umum tentang hubungan di antara perilaku atau kegiatan pembelajaran. Tiap disiplin ilmu mempunyai cara pencarian sendiri yang sesuai dengan karakteristik disiplin ilmunya. Sains (pengetahuan alam) umpamanya, banyak menggunakan metode eksperimen, sedang antropologi menggunakan metode kualitatif. Pendidikan kebanyakan menggunakan metode deskriptif, tetapi untuk hal-hal tertentu dapat menggunakan metode eksperimen, penelitian tindakan, penelitian dan pengembangan, dan juga kualitatif. Penelitian terhadap ilmu pendidikan mengkaji dasar-dasar, teori-teori dan konsep-konsep, termasuk sejarah perkembanganya. Penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan-metode kualitatif



maupun kuantitatif.



Pendekatan kuantitatif diarahkan pada analisis dasar filosofis, psikologis, sosiologis-antropologis, serta konsep dan analisis historis. Dari penelitian demikian dapat dihasilkan penguatan terhadap proposisi dan asumsi yang ada, dan atau menghasilkan asumsi, proposisi dan hipotesis yang baru. Penelitian penelitian yang diarahkan pada perkembangan teori dan konsep digolongkan sebagai penelitian dasar (basic reseach). Penelitian dapat dilakukan dengan baik terhadap ilmu maupun terhadap praktik pendidikan. Ada tujuh karakteristik penelitian pendidikan menurut McMillan dan Schumacher (2001:11-13), yaitu: (1) Objectivity (objektivitas); (2) Precision (ketepatan); (3) Verification (verifikasi); (4) Parsimonious explanation (Penjelasan ringkas); (5) Empiricism (empiris); (6) Logical reasoning (pendapat logis); dan (7) Conditional conclutions (kesimpulan kondisional). Karakteristik penelitian pendidikan tersebut, secara singkat akan dijelaskan sebagai berikut: a.



Objektivitas. Penelitian harus memiliki objektivitas (objectivity) baik dalam karakteristik



maupun



prosedurnya.



Objektivitas



dicapai



melalui



keterbukaan, terhindar dari bias dan subjektivitas. Dalam prosedurnya, penelitian menggunakan teknik pengumpulan dan analisis data yang memungkinkan dibuat interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Objektivitas juga menunjukkan kualitas data yang dihasilkan dari prosedur yang digunakan, yang dikontrol dari bias dan subjektivitas. b. Ketepatan. Penelitian juga harus memiliki tingkat ketepatan (precision), dalam arti bahwa secara teknis, instrumen pengumpulan datanya harus memiliki validitas dan realibilitas yang memadai, serta desain penelitian,



pengambilan sampel dan teknik analisisnya tepat. Dalam penelitian kualitatif, hasilnya dapat diulang dan diperluas, dalam penelitian kualitatif memiliki sifat reflektif dan tingkat komparasi yang konstan. c. Verifikasi. Penelitian dapat diverifikasi, dalam arti dikonfirmasikan, direvisi dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda. Verifikasi dalam penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif. Penelitian kualitatif memberikan



interpretasi



deskriptif,



verifikasi



berupa



perluasan,



pengembangan tetapi bukan pengulangan. Verifikasi juga bermakna memberikan sumbangan kepada ilmu atau studi lain. d Penjelasan Ringkas. Penelitian mencoba memberikan penjelasan tentang hubungan antar fenomena dan menyederhanakannya menjadi penjelasan yang ringkas. Tujuan akhir dari suatu penelitian adalah mereduksi realita yang kompleks ke dalam penjelasan yang singkat. Dalam penelitian kuantitatif penjelasan singkat tersebut berbentuk generalisasi, tetapi dalam penelitian kualitatif berbentuk deskripsi tentang hal-hal yang essensial atau pokok. e. Empiris. Penelitian ditandai oleh sikap dan pendekatan empiris yang kuat. Secara umum empiris berarti berdasarkan pengalaman praktis. Dalam penelitian empiris kesimpulan didasarkan atas kenyataan-kenyataan yang diperoleh dengan menggunakan metode penelitian yang sistematik, bukan berdasarkan pendapat atau kekuasaan. Sikap empiris umumnya menuntut penghilangan pengalaman dan sikap pribadi. Kritis dalam penelitian berarti membuat interpretasi berdasarkan pada kenyataan dan nalar yang didasarkan atas kenyataan-kenyataan (evidensi). Evidensi adalah data yang diperoleh dari penelitian, berdasarkan hasil analisis data tersebut interpretasi dibuat. Angka, print out, catatan lapangan, rekaman wawancara artifak dan dokumen sejarah adalah sejumlah contoh data dalam penelitian f. Penalaran Logis. Semua kegiatan penelitian menuntut penalaran logis. Penalarana merupakan proses berpikir, menggunakan prinsip-prinsip logika deduktif dan induktif. Penalaran deduktif aalah penarikan kesimpulan dari umum ke khusus. Dalam penalaran deduktif, bila premisnya benar, maka kesimpulan otomatis benar. Logika deduktif dapat mengidentifikasi hubungan-hubungan baru dalam pengetahuan (prinsip, kaidah) yang ada. Sementara itu, dalam penalaran induktif, peneliti menarik kesimpulan



berdasarkan hasil sejumlah pengamatan kasus-kasus (individual, situasi, peristiwa), kemudian peneliti membuat kesimpulan yang bersifat umum. Kesimpulan dibatasi oleh jumlah dan karakteristik dari kasus yang diamati.



Latihan: Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini, selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut: 1. Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi dari konsep dan teori, sehingga penelitian pendidikan dikelompokkan sebagai penelitian terapan (applied research). Coba observasi hasil dari penelitian terapan yang mengaplikasikan teori belajar ketika Anda melaksanakan tugas Anda di sekolah/di kelas . 2. Dilihat dari lingkungan dan kelompok usia, pendidikan di Taman Kanakkanak disebut



pendidikan prasekolah. Akan tetapi masih ditemukan



penyelenggaraan program pendidikannya tidak berbeda dengan sistem pendidikan persekolahan. Coba Anda identifikasi beberapa fenomena yang menunjukkan kesamaan perlakuan terhadap peserta didik di TK. 3. Salah satu komponen pendidikan yang dapat dikaji dalam penelitian pendidikan adalah pergaulan pendidikan yang ditandai terjadinya interaksi edukatif antara peserta didik dengan para pendidik. Coba Anda kemukakan beberapa ciri interaksi edukatif yang terjadi di lingkungan sekolah.



Petunjuk penyelesaian latihan: 1. Sebelum Anda mengobservasi hasil dari penelitian terapan, terlebih dahulu Anda pelajari teori-teori belajar dari buku-buku tentang belajar-pembelajaran. Diskusikan teori-teori belajar tersebut bersama teman Anda, sehingga Anda memperoleh pemahaman yang mantap untuk mengobservasi kegiatan belajarmengajar yang mengaplikasikan teori belajar dalam pembelajaran di kelas. 2. Telaah buku pedoman penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) dan pastikan Anda memahami fungsi dan peranan pendidikan TK bagi perkembangan peserta didik. Untuk itu Anda dianjurkan mendiskusikannya bersama teman-teman Anda. Setelah itu, kunjungi satu atau lebih TK yang ada



baik di daerah yang terdekat dengan tempat tinggal Anda. Lakukan observasi dengan membuat panduan observasi dan siapkan catatan untuk merekam data dari wawancara (peserta didik, pimpinan TK, fasilitator/guru dan orang tua peserta didik). 3. Lakukan observasi beberapa kali terhadap pergaulan antar peserta didik dan antara peserta didik dengan guru-guru di sekolah/di kelas maupun di luar lingkungan sekolah/kelas. Diskusikan bersama teman Anda mengenai pergaulan pendidikan atau interaksi edukatif.



RANGKUMAN Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi dari konsep dan teori sehingg dikelompokkan sebagai penelitian terapan atau applied reseach. Selain penelitian bidang ilmu dan praktek pendidikan, penelitian juga dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanan atau keberhasilan suatu sistem, ketepatan penggunaan suatu sistem, program, model, metode, media, dan instrumen pembelajaran. Komponen-komponen proses pendidikan yang termasuk dalam ruang lingkup dan kajian pendidikan, meliputi: interaksi pendidikan, tujuan pendidikan, lingkungan pendidikan, dan pergaulan pendidikan. Dari segi teori, ilmu dan segi praktiknya, penelitian pendidikan mencakup kajian ilmu dan praktik pendidikan, ilmu dan praktik kurikulum, ilmu dan praktik pembelajaran, ilmu dan praktik bimbingan dan konseling, segi ilmu dan praktik manajemen pendidikan. Penelitian bidang ilmu pendidikan yang diarahkan pada perkembangan teori dan konsep digolongkan sebagai penelitian dasar (basic reseach). Penelitian tersebut dapat dilakukan secara kuantitatif, ekperimental atau noneksperimental. Tujuan akhir suatu ilmu adalah mengembangkan dan menguji teori. Suatu teori dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena alamiah. Ada tujuh karakteristik penelitian pendidikan yaitu: (1) objektivitas; (2) ketepatan; (3) verifikasi; (4) penjelasan ringkas; (5) empiris; (6) penalaran logis; dan (7) kesimpulan kondisional. Penelitian terhadap ilmu pendidikan mengkaji dasar-dasar, teori-teori dan konsep-konsep termasuk sejarah perkembanganya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode kualitatif maupun kuantitatif.



SUBUNIT 2 Jenis-Jenis Penelitian Pendidikan Secara garis besar, penelitian dapat dikelompokkan menurut beberapa aspek bagai mana suatu bentuk penelitian dilihat dan dibedakan. Beberapa aspek tersebut adalah aspek tujuan, aspek metode, dan aspek kajian. Berdasarkan pendekatan, secara garis besar dibedakan dua macam penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Keduanya memiliki asumsi, karakteristik dan prosedur penelitian yang berbeda. Dalam unit ini akan dibahas jenis-jenis penelitian pendidikan yang akan menyajikan dua pendekatan penelitian yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.



A. Penelitian Kuantitatif McMillan dan Schumacher (2001) memulai dengan membedakan penelitian antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dalam pendekatan kuantitatif dibedakan pula antara metode-metode penelitian eksperimental dan noneksperimental. Dalam penelitian kualitatif dibedakan antara kualitatif interaktif dan noninteraktif. Secara lengkap pengelompokan metode dan pendekatan tersebut dapat dilihat pada table 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Metode-Metode Penelitian KUANTITATIF Eksperimental • Eksperimental murni • Eksperimental kuasi • Eksperimental lemah • Subjek tunggal



KUALITATIF



Non eksperimental



• • • • • •



Deskriptif Komparatif Korelasional Survai Ekspos fakto Tindakan



• • • • • •



Interaktif Etnografis Historis Fenomenologis Studi kasus Teori dasar Studi kritis



Non interaktif • Analisis konsep • Analisis kebijakan • Analisis historis



Penelitian dan Pengembangan Sumber: McMillan dan Schumacher (2001) diadaptasi dengan tambahan .



Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang bertolak dari asumsi bahwa realita bersifat tunggal, fixed (tidak berubah), stabil, lepas dari kepercayaan, dan perasaan-perasaa individual. Realita terdiri atas bagian dan unsur yang terpisah satu sama lain dan dapat diukur dengan menggunakan instrumen. Maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur, dan percobaan terkontrol. Ada beberapa metode penelitian yang dapat dimasukkan ke dalam penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode: deskriptif survai, ex-post facto, komparatif, korelasional, dan penelitian tindakan.



1. Penelitian Noneksperimental Beberapa metode penelitian yang biasa dipakai dalam penelitian pendidikan berdasarkan pendekatannya yang termasuk dalam kelompok metode penelitian kuantititaif noneksperimental, meliputi:



a. Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.



Penelitian



deskriptif,



bisa



mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya. Penelitian demikian disebut penelitian perkembangan (developmental studies). Dalam penelitian perkembangan ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu, dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam potongan waktu. Penelitian longitudinal dalam perkembangan kemampuan berbahasa meneliti perkembangan tersebut dimulai dari masa bayi sampai dengan dewasa awal. Dalam penelitian cross sectional, meneliti perkembangan kemampuan berbahasa pada masing-masing tahap, umpamanya masa: bayi, anak kecil, anak sekolah, remaja, dan dewasa awal dilakukan pada saat bersamaan, tetapi subyeknya berbeda.



b. Penelitian Survai Survai digunakan untuk mengumpulkan informasi berbentuk opini dari sejumlah orang terhadap topik atau isu-isu tertentu. Ada tiga karakteristik utama dari survai : (1) informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk



mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti : kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi, (2) informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis walaupun bisa juga lisan) dari suatu populasi, (3) informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi. Tujuan



utama



survai



adalah



mengetahui gambaran umum karakteristik dari populasi. Pada dasarnya yang ingin dicari peneliti adalah bagaimana anggota dari suatu populasi tersebar dalam satu atau lebih variabel, seperti usia, etnis, jenis kelamin, agama, dll. Seperti halnya metode deskriptif, survai juga ada yang bersifat longitudinal dan juga cross sectional. Survai longitudinal digunakan untuk mengumpulkan informasi/perubahan yang berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang. Cross sectional mengumpulkan informasi dalam satu periode waktu tertentu yang relatif lebih pendek.



c. Penelitian Ex-post Facto Penelitian ekspos fakto (expost facto research) meneliti hubungan sebabakibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (sengaja dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti. Penelitian hubungan sebab-akibat dilakukan terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau telah terjadi. Adanya hubungan sebab-akibat didasarkan atas kajian teoritis, bahwa sesuatu variabel disebabkan atau dilatarbelakangi oleh variabel tertentu atau mengakibatkan variabel tertentu. Umpamanya pelatihan meningkatkan pengetahuan atau kemampuan para peserta tentang gizi yang cukup pada waktu ibu hamil akan menyebabkan bayi sehat, atau koperasi yang sehat dapat meningkatkan kesejahteraan para anggotaanggotanya. Penelitian ekspos fakto mirip dengan penelitian eksperimental, tetapi tidak ada pengontrolan variabel, dan biasanya juga tidak ada pra tes. Penelitian ini dapat dilakukan dengan baik, dengan menggunakan kelompok pembanding. Kelompok pembanding dipilih yang memiliki karakteristik yang sama tetapi melakukan kegiatan, program, atau mengalami kejadian yang berbeda.



d. Penelitian Komparatif Penelitian diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang diteliti. Dalam penelitian inipun tidak ada pengontrolan variabel, maupun manipulasi/perlakuan dari peneliti. Penelitian dilakukan secara alamiah, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan instrument yang bersifat mengukur. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan di antara variabel-variabel yang diteliti. Penelitian komparatif juga dapat memberikan hasil yang dapat dipercaya, selain karena menggunakan instrumen yang sudah diuji, juga karena kelompokkelompok yang dibandingkan memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama.



e. Penelitian Korelasional Penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel lain. Hubungan antara satu dengan beberapa variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikansi) secara statistic. Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab-akibat dari suatu variabel terhadap variabel lainnya. Korelasi positif berarti nilai yang tinggi dalam suatu variabel berhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel lainnya. Korelasi negatif berarti nilai yang tinggi dalam satu variabel berhubungan dengan nilai yang rendah dalam variabel lain.



f. Penelitian Tindakan Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang diarahkan pada mengadakan pemecahan masalaha atau perbaikan. Guru-guru mengadakan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kelas, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen di sekolahnya. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil kegiatan guru dan prestasi belajar siswa. Penelitian tindakan juga biasa dilakukan dengan meminta bantuan seorang konsultan atau pakar dari luar. Penelitian tindakan demikian diklasifikasikan sebagai penelitian tindakan kolaboratif atau collaborative action research (Oja & Sumarjan, 1989, Stinger, 1996). Penelitian



tindakan kolaboratif selain diarahkan kepada perbaikan proses dan hasil juga bertujuan meningkatkan kemampuan para pelaksana, sebab penelitian kolaboratif merupakan bagian dari program pengembangan staf. g. Penelitian dan Pengembangan Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) ada yang memasukkannya ke



dalam pendekatan penelitian kuantitatif



noneksperimental dan ada yang memasukkannya sebagai



metode penelitian



eksperimental. Penelitian dan pengembangan (Research and Development) ini berawal dari industry-based development model, yang digunakan sebagai prosedur untuk merancang dan mengembangkan suatu produk baru yang berkualitas. Dalam pengembangan pendidikan, kadang-kadang disebut reseach based development, yang muncul sebagai strategi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Lebih khusus dikemukakan bahwa dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan yang disingkat R & D adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan serta menemukan pengetahuan-pengetahuan baru melalui “base reseach” (Borg dan Gall, 2003: 569-570) dan bertujuan memberikan perubahan-perubahan pendidikan guna meningkatkan dampak-dampak positif yang potensial dari temuan-temuan penelitian dalam memecahkan permasalahan pendidikan dan digunakan untuk meningkatkan



kinerja



praktik-praktik



pendidikan,



antara



lain



melalui



pembelajaran dalam bentuk penelitian. Dalam bidang pendidikan, metode R & D ini dapat digunakan untuk mengembangkan buku, modul, media pembelajaran, instrument evaluasi, model-model kurikulum, pembelajaran, evaluasi. bimbingan, manajemen, pembinaan staf, dan lain-lain.. Kegiatan pengembangan dilakukan melalui beberapa kali uji coba, dengan sampel terbatas dan sampel lebih luas. Pengujian produk dilakukan dengan mengadakan eksperimen.



2. Penelitian Eksperimental Penelitian eksperimental merupakan penelitian yang paling murni kuantitatif. Mengapa dikatakan paling murni, karena semua prinsip dan kaidahkaidah penelitian kuantitatif dapat diterapkan pada metode ini. Penelitian eksperimental merupakan penelitian laboratorium, walaupun bisa juga dilakukan



di luar laboratorium, tetapi pelaksanaannya menerapkan prinsip-prinsip penelitian laboratorium, terutama dalam pengontrolan terhadap hal-hal yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Metode ini bersifat validation, yaitu menguji pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel lain. Variabel yang memberi pengaruh dikelompokkan sebagai variabel bebas (independent variables), dan variabel yang dipengaruhi dikelompokkan sebagai variabel terikat (dependent variables). Karena penelitian ini bersifat menguji,



Syaodih



(2003)



menjelaskan bahwa semua variabel yang diuji harus diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran atau tes yang sudah distandarisasikan atau



dibakukan.



Pembakuan



instrumen, pengolahan data, dan analisisnya



menggunakan



analisis



statistik inferensial-parametrik. Ada beberapa variasi dari penelitian eksperimental, yaitu: eksperimen murni, eksperimen kuasi, eksperimen lemah, dan subjek tunggal.



a. Eksperimen Murni Eksperimen murni



(true experimental), sesuai



dengan namanya,



merupakan metode eksperimen yang paling konsisten mengikuti prosedur dan memenuhi syarat-syarat eksperimen. Prosedur dan syarat-syarat tersebut, terutama berkenaan dengan pengontrolan variabel, kelompok kontrol, pemberian perlakuan atau manipulasi kegiatan serta pengujian hasil. Dalam eksperimen murni, kecuali variabel indenpenden yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen, semua variabel dikontrol atau disamakan karakteristiknya (dicari yang sama). Pada kelompok eksperimen (variabel yang akan diuji akibatnya) diberi perlakuan khusus. Sedang pada kelompok kontrol diberi perlakuan lain, atau perlakuan yang biasa dilakukan, yang akan dibandingkan hasilnya dengan perlakuan eksperimen. Dalam eksperimen murni (demikian juga dengan bentuk eksperimen lainnya) pengujian atau pengukuran (tes) dilakukan dengan menggunakan instrument atau tes baku atau sudah dibakukan.



b. Eksperimen Semu Metode eksperimen semu (quasi experimental) pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontrolan variabel, yaitu terhadap variabel yang dipandang paling dominan. Dalam eksperimen tentang pengaruh metode pembelajaran, misalnya, pemecahan masalah terhadap kemampuan berpikir para siswa SMA. Dalam hal ini, pengembangan berpikir dan kecerdasan atau intelegensi dianggap sebagai variabel yang paling dominan, maka variabel tersebut yang dikontrol atau disamakan. Dalam kondisi tertentu, pengerrtian disamakan dilakukan dengan memasangkan subyek-subyek yang sama atau setara kondisinya.. c. Eksperimen Lemah Eksperimen lemah (weak experimental) merupakan metode penelitian eksperimen yang desain dan perlakuannya seperti eksperimen tetapi tidak ada pengontrolan variabel sama sekali. Sesuai dengan namanya, eksperimen ini sangat lemah kadar validitasnya, oleh karena itu sebaiknya tidak digunakan untuk penelitian tesis dan disertasi, termasuk juga untuk keperlua penulisan skripsi. Metode ini hanya untuk latihan-latihan perkuliahan yang hasilnya tidak digunakan dalam pengambilan keputusan, penentuan kebijakan maupun pengembangan ilmu. d. Eksperimen Subjek Tunggal Dalam penelitian, kita tidak selalu bisa bekerja dengan kelompok, baik kelompok individu, kelas, institusi maupun organisasi. Eksperimen subjek tunggal (single subject experimental), merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal. Dalam pelaksanaan eksperimen subjek tunggal, variasi bentuk eksperimen murni, kuasi, atau lemah berlaku. Eksperimen subjek tunggal yang baik minimal menggunakan kuasi, tetapi kalau untuk latihan kuliah, eksperimen lemah juga dapat digunakan.



B. Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bertolak dari pandangan Positivisme. Penelitian kualitatif berangkat dari filsafat Konstruktivisme, yang memandang kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan menuntut interpretasi berdasarkan pengalaman sosial. “Reality is multilayer,



interactive and a shared social experience interpretation by individuals” (McMillan and Schumacher, 2001). Berbeda dengan pandangan di atas, Lincoln dan Guba (1985) melihat penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bersifat naturalistik. Penelitian ini bertolak dari paradigma naturalistik, yaitu bahwa “kenyataan berdimensi jamak, peneliti dan yang bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan, suatu kesatuan terbentuk secara simultan, dan bertimbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab dengan akibat, dan penelitian ini melibatkan nilai-nilai. Para peneliti mencoba memahami bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia sekitarnya. Dari dua pendapat yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran, orang secara individual maupun kelompok. berguna untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. Penelitian kualitatif bersifat induktif: peneliti membiarkan permasalahanpermasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan. Penelitian kualitatif tidak berangkat dari dan untuk menguji teori, tetapi membangun teori, meskipun demikian mustahil peneliti kualitatif tidak memerlukan teori. Dalam konteks ini, fungsi teori dalam suatu kerja



penelitian kualitatif digunakan untuk



“menjelaskan atau



mengklarifikasi” kecenderungan fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran, subjek yang yang diteliti. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan, yaitu menggambarkan dan mengungkap (to describe and explain). Kebanyakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan eksplanatori. Beberapa penelitian memberikan deskripsi tentang situasi yang kompleks, dan arah bagi penelitian selanjutnya. Tujuan lainnya adalah memberikan eksplanasi (kejelasan) tentang hubungan antara peristiwa dengan makna terutama menurut persepsi partisipan. Secara umun terdapat perbedaan mendasar antara penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif, dapat dilihat pada table berikut ini.



Tabel 2.2 Perbedaan Penelitian Kuantitatif dengan Penelitian Kualitatif PENELITIAN KUANTITATIF



PENELITIAN KUALITATIF



1. Berpijak pada konsep Positivistik.



1. Berpijak pada konsep Naturalistik



2. Kenyataan berdimensi tunggal,



2. Kenyataan berdimensi jamak,



fragmental terbatas, fixed. 3. Hubungan antara peneliti dengan



kesatuan utuh, terbuka, berubah. 3. Hubungan peneliti dengan objek



objek lepas, penelitian dari luar



berinteraksi, penelitian dari luar



dengan instrument standar yang



dan dalam, peneliti sebagai instru-



objektif.



men, bersifat subjektif, judgement.



4. Seting penelitian buatan lepas dari tempat dan waktu. 5. Analisis kuantitatif, statistik, objektif. 6. Hasil penelitian berupa inferensi, generalisasi, prediksi.



4. Seting penelitian alamiah, terkait, tempat dan waktu. 5. Analisis subjektif, intuitif, rasional. 6. Hasil penelitian berupa deskripsi. interpretasi, tentatif-situasional.



Metode kualitatif secara garis besar dibedakan dalam dua macam, kualitatif interaktif dan kualitatif noninteraktif. Metode kualitatif interaktif, merupakan studi yang mendalam menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya. Peneliti meninterpretasikan fenomena-fenomena yang memiliki makna pada subyek yang diteliti. Para peneliti kualitatif membuat suatu gambaran yang kompleks, dan menyeluruh dengan deskripsi detil dari kacamata para informan di lapangan.



1. Kualitatif Interaktif Ada lima macam metode kualitatif interaktif, yaitu metode etnografik biasa dilaksanakan dalam antropologi dan sosiologi, metode fenomenologis digunakan dalam psikologi dan filsafat, studi kasus digunakan dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan serta ilmu terapan, teori dasar (grounded theory) digunakan dalam sosiologi, dan studi kritikal digunakan dalam berbagai bidang ilmu, metode-metode interaktif ini bisa difokuskan pada pengalaman hidup individu seperti dalam fenomenologi, studi kasus, teori dasar, dan studi kritikal,



bisa juga berfokus pada masyarakat dan budaya seperti dalam etnografi dan beberapa studi kritikal.



a. Studi Etnografik Studi etnografik (ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok sosial atau sistem. Dalam pendidikan dan kurikulum difokuskan pada salah satu kegiatan inovasi seperti pelaksanaan model kurikulum terintegrasi, berbasis kompetensi, pembelajaran kontekstual, dsb.



Proses



penelitian etnografik dilaksanakan di lapangan dalam waktu yang cukup lama, berbentuk observasi dan wawancara secara alamiah dengan para partisipan, dalam berbagai bentuk kesempatan kegiatan, serta



mengumpulkan



dokumen-



dokumen dan benda-benda (artifak). Meskipun makna budaya itu sangat luas tetapi studi etnografi biasanya dipusatkan pada pola-pola kegiatan, bahasa, kepercayaan, ritual dan caracara hidup. Hasil akhir penelitian bersifat komprehensif, suatu naratif deskriptif yang bersifat menyeluruh disertai interpretasi yang mengintegrasikan seluruh aspekaspek kehidupan dan menggambarkan kompleksitas kehidupan tersebut. Beberapa peneliti juga melakukan penelitian mikro etnografi, penelitian difokuskan pada salah satu aspek saja.



b. Studi Historis Studi historis (historical studies) meneliti peristiwa-peristiwa yang telah berlalu. Peristiwa-peristiwa sejarah direka-ulang dengan menggunakan sumber data primer kesaksian dari pelaku sejarah yang masih ada, kesaksian tidak disengaja yang tidak dimaksudkan untuk disimpan, sebagai catatan atau rekaman, seperti peninggalan-peninggalan sejarah, dan kesaksian sengaja berupa catatan dan dokumen-dokumen. Penelitian historis menggunakan pendekatan, metode dan materi yang mungkin sama dengan penelitian etnografis, tetapi dengan focus, tekanan dan sistematika yang berbeda. Beberapa peneliti juga menggunakan



pendekatan dan metode ilmiah (positivistis) seperti mengadakan pembatasan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan dan analisis data, uji hipotesis, pengumpulan dan analisis data, uji hipotesis dan generalisasi, walaupun sudah tentu dalam keterbatasan-keterbatasan tertentu. Salah satu ciri khas dari penelitian historis adalah periode waktu: kegiatan, peristiwa, karakteristik, nilai-nilai, kemajuan bahkan kemunduran, dilihat dan dikaji dalam konteks waktu. c. Studi Fenomenologis Fenomenologi mempunyai dua makna, sebagai filsafat sain dan sebagai metode pencarian (penelitian). Studi fenomenologis mencoba mencari arti dari pengalaman dalam kehidupan. Peneliti menghimpun data berkenaan dengan konsep, pendapat, pendirian, sikap, penilaian, dan pemberian makna terhadap situasi atau pengalaman-pengalaman dalam kehidupan. Tujuan dari penelitian fenomenologis adalah mencari atau menemukan makna dari hal-hal yang esensial atau mendasar dari pengalaman hidup tersebut. Penelitian dilakukan melalui wawancara mendalam yang lama dengan partisipan. Pemahaman tentang persepsi dan sikap-sikap informan terhadap pengalaman hidup subyek sehari-hari diperoleh dengan menggunakan wawancara. d. Studi Kasus Studi kasus (case study) merupakan satu penelitian yang dilakukan terhadap suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu, atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kasus lainnya. Suatu kasus dapat terdiri atas satu unit atau lebih dari satu unit, tetapi merupakan satu kesatuan. Kasus dapat satu orang, satu kelas, satu sekolah, beberapa sekolah tetapi dalam satu kantor kecamatan, dsb. Dalam studi kasus digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan studi documenter, tetapi semuanya difokuskan ke arah mendapatkan kesatuan data dan kesimpulan.



e. Teori Dasar Penelitian teori dasar atau sering disebut juga penelitian dasar atau Teori dasar (grounded theory) merupakan penelitian yang diarahkan pada penemuan atau minimal menguatkan terhadap suatu teori. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kulaitatif. Walaupun penelitian kualitatif memberikan deskripsi yang bersifat terurai, tetapi dari deskripsi tersebut diadakan abstraksi atau inferensi sehingga diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang mendasar yang membentuk prinsip dasar, dalil atau kaidah-kaidah. Kumpulan dari prinsip, dalil atau kaidah tersebut berkenaan dengan sesuatu hal dapat menghasilkan teori baru, minimal memperkuat teori yang telah ada dalam hal tersebut. Penelitian dasar (grounded research) dilaksanakan dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, diadakan cek-recek ke lapangan, studi pembandingan antar kategori, fenomena dan situasi melalui kajian induktif, deduktif, dan verifikasi sampai pada titik jenuh. Pada titik ini peneliti memilih mana fenomena-fenomena inti dan mana yang tidak inti. Dari fenomena-fenomena inti tersebut dikembangkan “alur konsep” serta “matriks kondisi” yang menjelaskan kondisi sosial dan histories dan keterkaitannya dengan fenomena-fenomena. f. Studi Kritis Model penelitian ini berkembang dari teori kritis, feminism, ras, dan pascamodern, yang bertolak dari asumsi bahwa pengetahuan bersifat subjektif. Para peneliti kritis memandang bahwa masyarakat terbentuk oleh orientasi kelas, status, ras, suku bangsa, jenis kelamin, dll. Peneliti feminis dan etnis memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah jender dan ras, sedang peneliti pascamodern dan kritis memusatkan pada institusi sosial dan kemasyarakatan. Dalam penelitian kritis, peneliti melakukan analisis naratif, penelitian tindakan, etnografi kritis, dan penelitian feminisme. Ada hal yang perlu mendapat perhatian dalam penelitian kritis. Pertama, penelitian-penelitian kritis tidak bersifat deskrit, meskipun masing-masing punya implikasi metodologis. Model studinya berbeda dalam tujuan, peranan teori, teknik pengumpulan data, peranan peneliti, format laporan dan narasinya, meskipun juga ada yang tumpang tindih. Kedua, penelitian kritis menggunakan pendekatan studi kasus, kajian terhadap suatu kasus (kasus tunggal), kajian yang bersifat mendalamyang berbeda dengan kajian eksperimental atau kajian lain yang



bersifat generalisasi maupun pembandingan. Dalam penelitian kualitatif, kasus adalah suatu kesatuan kasus atau fenomena, yang diteliti secara mendalam dan utuh.



2. Penelitian Non interaktif Penelitian noninteraktif (non interactive inquiry) disebut juga penelitian analitis, mengadakan pengkajian berdasarkan analisis dokumen. Sesuai dengan namanya penelitian ini tidak menghimpun data secara interaktif atau melalui interaksi dengan sumber data manusia. Sumber datanya adalah dokumen-dokumen. Ada tiga macam penelitian analitis atau studi noninteraktif, yaitu analisis: konsep, historis, dan kebijakan. Yang pertama, analisis konsep, merupakan kajian atau analisis terhadap konsep-konsep penting yang diinterpretasikan pengguna atau pelaksana secara beragam sehingga banyak menimbulkan kebingungan, umpamanya: cara belajar aktif, kurikulum berbasis kompetensi, wajib belajar, belajar sepanjang hayat dan lain-lain.. Kedua, analisis histories menganalisis data kegiatan, program, kebijakan yang telah dilaksanakan pada masa yang lalu. Penelitian ini lebih diarahkan kepada menganalisis peristiwa, kegiatan, program, kebijakan, keterkaitan dalam urutan waktu. Ketiga, analisis kebijakan menganalisis berbagai dokumen yang berkenaan dengan kebijakan tertentu, kebijakan otonomi daerah dalam pendidikan, ujian akhir sekolah, pembiayaan pendidikan, dsb. Pengkajian diarahkan untuk menemukan kedudukan, kekuatan, makna dan keterkaitan antardokumen, dampak, dan konsekuensi-konsekuensi positif dan negatif dari kebijakan tersebut. Penelitian kebijakan memfokuskan kajiannya pada kebijakan yang lalu atau yang berlaku sekarang, dan diarahkan untuk: (1) meneliti formulasi kebijakan, sasarannya siapa-siapa saja, (2) menguji pelaksanaan suatu program terkait dengan sesuatu kebijakan, (3) menguji keefektivan dan keefisienan kebijakan.



Latihan: Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini, selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut: 1. Dalam penelitian deskriptif, dikenal penelitian perkembangan yang bersifat cross sectional atau dalam potongan waktu. Coba Anda lakukan penelitian sederhana mengenai perkembangan bahasa pada seorang anak (balita) dalam



usia kronologis antara usia 0.0 – 1.5 tahun, usia 1.6 – 2.0 tahun, dan 2.1-3.0 tahun. Buatlah dalam bentuk matrik (tabel), kemudian observasi dan catatlah dengan cermat perubahan yang terjadi



pada balita tersebut dalam masa



perkembangan bahasanya. Anda dapat mendiskusikannya dengan teman-teman dan orang tua dari balita yang Anda teliti. 2. Guru-guru mengadakan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kelas, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen di sekolahnya. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil kegiatan guru dan prestasi belajar siswa kelas V SD. Coba Anda lakukan pengamatan terhadap proses belajar-mengajar di kelas, dan kumpulkan data hasil belajar siswa. Setelah itu, Anda lakukan diskusi kelompok terfokus tentang: upaya perbaikan dan/atau peningkatan proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa di kelas.



Petunjuk penyelesaian latihan: 1. Telaah buku-buku tentang perkembangan bahasa bagi anak (balita). Setelah Anda memperolah pemahaman tentang ciri-ciri perkembangan bahasa anak. Buatlah matrik atau tabel yang memuat usia kronologis dan sediakan bagian kosong untuk mencatat beberapa perubahan atau peristiwa dalam masa perkembangan bahasa yang Anda amati. 2. Lakukan pendekatan pada guru di suatu sekolah yang akan Anda teliti. Sampaikan maksud Anda. Setelah ada kesepakatan, kumpulkan data siswa (buku nilai dan dafta hadir siswa serta), kemudia siapkan pedoman observasi serta wawancara untuk merekan peristiwa-peristiwa selama proses pembelajar di kelas yang Anda observasi.



RANGKUMAN. Secara garis besar jenis penelitian itu dibedakan dua macam pendekatan penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Keduanya memiliki asumsi, karakteristik dan prosedur penelitian yang berbeda. Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang bertolak dari asumsi bahwa realita bersifat tunggal, fixed, stabil, lepas dari kepercayaan dan perasaan-perasaa individual. Realita terdiri atas bagian dan unsur yang terpisah satu sama lain dan dapat diukur dengan menggunakan instrumen. Sedangkan penelitian kualitatif berangkat dari filsafat konstruktivisme, dan paradigma naturalistik, yang memandang kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan menuntut interpretasi berdasarkan pengalaman sosial, suatu kesatuan terbentuk secara simultan, dan bertimbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab dengan akibat, dan penelitian ini melibatkan nilai-nilai. Para peneliti mencoba memahami bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia sekitarnya. Beberapa metode penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode: deskriptif, survai, ekspos fakto, komparatif, korelasional, dan penelitian tindakan. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan, yaitu menggambarkan dan mengungkap (to describe and explain). M.emberikan deskripsi tentang situasi yang kompleks, dan arah bagi penelitian selanjutnya. Tujuan lainnya adalah memberikan eksplanasi (kejelasan) tentang hubungan antara peristiwa dengan makna terutama menurut persepsi partisipan.



DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (1989). Prosedur Peneneltian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Benua. Elliot, J. ( 1991). Action Reseach For Education Change. Philadelphia: Open University Press. Hardjodiputro, S. (2000). Action Reseach Pepars. Universitas Negeri Jakarta Hopkins, D. (1993). A Teacher’s guide to Classroom Reseach. Buckingham: Open University Press. McMillan, J.H dan Schumacher, S. (2001). Research in Education: A Conceptual Intro-duction (5th ed.), US, Longman.Inc. McTaggar, R.. (1991). Action Reseach: A Short Modern History. Geelong, Victoria: Deaking University Press. Mills, Geoffrey, E. (2000). Actioan Rseach :A Guide For The Teacher Reseacher New Jersey. Colombus, Ohio: Merrill, an Imprint Prentice Hall. Nawawi, Hadari. (1983). Metode Pendidikan Bidang Sosial. Yogyakarta, Gajah Mada University Press. Punch, Keith F. (1999) Introduction to Social Research: Quantitative and Qualitative Approaches, London: SAGE Publications Ltd. Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Syaodih. N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda. Wardani, I G.A.K, dkk. (2003). Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.



GLOSARIUM Interaksi pendidikan (educational interaction): hubungan timbal balik saling pengaruh antara peserta dididk dengan pendidik dan sumber –sumber pendidikan lainnya yang ditujukan untuk membantu perkembangan peserta didik mencapai tujuan tertentu ( tujuan pendidikan). Interview mendalam (depth interview): wawancara mendalam yang dilakukan secara intensif dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka dan rinci serta terfokus. Konseling (counseling) : suatu teknik atau layanan bantuan yang bersifat tatap muka (face to face) yang duarahkan untuk mengubah sikap dan prilaku peserta didik. Kurikulum (curriculum) : semua pengalaman yang dilakukan siswa yang dirancang, diarahkan, diberikan dan dipertanggungjawabkan oleh sekolah, dalam tahap rancangan, pelaksanaan maupun pengendaliannya. Lingkungan pendidikan (education enviroment) : semua hal yang ada dan berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik, meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, aspek agama, fisik, sosial, ekonomi, budaya, politik, keamanan dan lain-lain. Manajemen Pendidikan (education management) : merupakan proses kegiatan atau



merencanakan,



melaksanakan,



dan



mengendalikan



berbagai



bidang0bidang dan komponen pendidikan. Masalah penelitian (reseach problems) : cara-cara yang digunakan peneliti dalam merancang, melaksanakan, pengolah data dan menarik kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian tertentu. Pembelajaran (instruction, teaching) : adalah upaya guru menciptkan situasi agar siswa



belajar,



meliputi



penggunaan



berbagai



metode



dan



media



pembelajaran. Pendekatan penelitan (reseach approaches): adalah suatu model atau sistem pencarian dengan menggunakan dasar-dasar pemikiran atau landasan teoritis tertentu. Penelitian (Reseach): proses pengumpulan dan analisa serta interprestasi pertemuan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan metodemetode ilmiah.



Penelitian



dasar



(Basic



reseach):



peneltian



yang



diarahkan



kepada



pengembangan atau pengujian teori, disebut juga peneltian murni (Pure reseach) atau penelitian Pokok (Fundamenmental reseach). Penelitian deskriptif (descridtive reseach): penelitian yang diarahkan pada memperolah gambaran keadaan pada saat ini. Penelitian Ekperimental (Experimental reseach): penelitian yang ditujukan untuk menguji pengaruh satu atau lebih



dari suatu variabel terhadap



variabel lain. Penelitian ekspos (Expost facto reseach): penelitian yang diarahkan pada mengetahui hubungan-hubungan (sebab-akibat) pada situasi atau kegiatan yang sedang berlangsung. Penelitian etnografik (ethnograpic reseach): peneltian yang ditujuan untuk mendeskripsikan dan menginterprestasikan aspek-aspek budaya, sosial dan sistem. Penelitian evaluasi ( Evaluative reseach): penentlian yang diarahkan



pada



mengkur pelaksanaan suatu program atau kegiatan yang digunakan untuk mementukan suatu keputusan atau mengadakan perbaikan. Penelitian



fenomenologis



(Phenomenological



reseach):



penelitian



yang



diarahkan pada mencari arti atau makna dari pengalaman dan kehidupan. Penelitian historis ( histirical reseach) : peneltiian yang diarahkan unutk mengumpulkan, menganalisakan dan menginterprestasikan peristiwaperistiwa sejarah. Penelitian komparatif (comparative reseach): termaksud peneltian deskriptif yang ditujukan untuk mengetahui perbedaan antara dua: hal, kegiatan, situasi, variabel, aatau lebih. Penelitian korelasional (Correlational reseach) : termasukd penelitan deskriptif yang duarahkan untuk menegetahui



hubungan antara dua variabel atau



lebih. Penelitian kualitatif (qualitative reseach) : penelitian yang ditujukan



untuk



mendeskripdikan dan menganalisis fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas sosial secara ilmiah. Penelitian noninteraktif (Non-interactive reseach) : termaksud penelitian kualitatif



yang



diarahkan



untuk



mengiterprestasikan dokumen-dokumen.



menghimpun



menganalisis



dan



Penelitian prediktif (predictive reseach) : merupakan bagian dari penelitian deskriptif yang analisisnya diarahkan pada saat yang akan datang. Penelitian survai (survey reseach) : penelitian yang diarahkan pada megumpulkan, menganalisis dan menginterprestasikan opini tentang hal-hal tertentu dari populasi yang cukup besar. Penelitian terapan (Applied reseach) : penelitian yang diarahkan pada mengetahui, atau menguji



penerapan dari



suatu



teori,



kebijakan.



Menganalisis hubungan antar hal dalam sesuatu situasi atau kegiatan. Penelitian tindakan (action reseach) : penelitian yang diarahkan untuk mengumpulkan dan menganalisi data untuk kemudiaan mengadakan perbaikan atau penyempurnaan tentang kegiatan, program, atau kegiatan, dan dilakukan oleh para pelaksana kegiatan itu sendiri. Penelitian termaksud penelitian bersifai memperbaiki atau improftif. Penelitian dan pengembangan (reseach of development) : penelitian yang diarahkan pada pengembangan suatu produk, baik produk perangkat keras atau perangkat lunak. Pergaulan pendidikan (educational interaction) : hubungan atau interaksi baik formal maupun informal antara pendidik dengan peserta didik yang bersifat mendidik dan diarahkan pada pembentukan pribadi peserta



Unit 3 HAKIKAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS



PENDAHULUAN Penelitian tindakan kelas disebut juga Classroom Action Research (CAR) adalah action research yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Penelitian tindakan kelas pada hakikatnya merupakan rangkaian riset tindakan yang dilakukan dalam bentuk siklus dalam rangka memecahkan masalah-masalah pembelajaran atau memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas. Agar guru dapat melaksanakan penelitian tindakan kelas dalam upaya perbaikan proses pembelajaran yang dikelolanya, maka guru atau calon guru secara konseptual harus memiliki pemahaman yang baik tentang penelitian tindakan kelas. Guru juga harus memahami langkah-langkah implementasi yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas. Oleh sebab itu pada unit ini, Anda akan diajak untuk mempelajari atau membahas hakikat penelitian tindakan kelas (PTK) yang meliputi: pengertian dan karakteristik penelitian tindakan kelas serta perbedaan penelitian tindakan kelas dengan penelitian yang bukan penelitian tindakan kelas. Secara lebih spesifik melalui pembahasan ini diharapkan Anda dapat: 1) menjelaskan pengertian penelitian tindakan kelas; 2) membedakan penelitian lain yang bukan penelitian tindakan kelas; 3) mengidentifikan karakteristik penelitian tindakan kelas; 4) menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya penelitian tindakan kelas. Setelah mengkaji secara saksama uraian materi pada unit ini, selanjutnya Anda diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat di masing-masing subunit, membaca rangkuman, dan mengerjakan soal-soal tes formatif yang disediakan di bagian akhir tiap-tiap subunit. Pedoman jawaban latihan telah tersedia pada masingmasing subunit, demikian halnya kunci jawaban tes formatif juga telah disediakan di



bagian akhir unit ini. Namun demikian, Anda diminta untuk menjawab soal-soal latihan dan soal-soal tes formatif secara mandiri terlebih dahulu sebelum mencocokkannya dengan pedoman jawaban latihan ataupun kunci jawaban tes formatif yang telah disediakan.



Selamat belajar, semoga sukses!



SUB UNIT 1 PENGERTIAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Mungkin sebagian besar dari kita pernah dan sering mendengar istilah penelitian. Terlebih lagi pada unit-unit sebelumnya Anda juga telah diajak membahas hakikat penelitian serta beberapa aspek terkait. Karena diyakini pula Anda memahami secara umum maksud dari penelitian sebagaimana telah dibahas pada awal unit ini. Pada



subunit ini pembahasan diawali dengan apa penelitian



tindakan,



dilanjutkan pengertian dan karakteristik penelitian tindakan kelas.



1. Apa Penelitian Tindakan? Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan. Dalam konteks penelitian, penelitian tindakan (action research), sering dibicarakan dalam konteks penelitian, khususnya penelitian dalam bidang pendidikan, lebih khusus lagi dalam hal pengembangan proses pembelajaran di tingkat kelas atau sekolah. Sebagai contoh, dalam seting kelas, guru-guru membuat pemecahan masalahmasalah pembelajaran yang dihadapi dalam kelas. Sedangkan dalam lingkup lebih luas misalnya di sekolah, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen di sekolahnya. Contoh pertama, penelitian tindakan difokuskan pada perbaikan proses pembelajaran melalui kinerja guru. Sedangkan contoh kedua, penelitian tindakan difokuskan untuk memperbaiki manajemen sekolah oleh kepala sekolah sebagai manajer atau pimpinan di sekolah. Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas disebut Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah disebut Penelitian Tindakan Sekolah (School Action research). Penelitian tindakan pada hakekatnya merupakan rangkaian riset tindakan yang dilakukan secara siklus dalam rangka memecahkan masalah-masalah pendidikan melalui metode penelitian.



Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka di dalam



penelitian



diperlukan



metode. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara yang dilakukan



dalam



proses



penelitian. Untuk itu penggunaan metode



harus



sesuai



dengan



tujuan penelitian. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Metode Penelitian Tindakan Kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran (Depdikbud, 1999). Adapun tahap-tahapnya adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas. b. Menganalisis permasalahan dan merumuskan masalah untuk untuk keperluan Penelitian Tindakan Kelas. c. Merencanakan tindakan perbaikan berdasarkan contoh rumusan masalah yang diajukan. d. Memahami tahap pelaksanaan tindakan dan cara obervasi-interprestasi yang dilakukan sementara Penelitian Tindakan Kelas berlangsung. e. Memahami cara menganalisis data hasil obervasi serta melakukan refleksi berkenaan dengan tindakan perbaikan yang dilaksanakan. f.



Memahami cara merencanakan tindak lanjut dalam siklus Penelitian Tindakan Kelas. Terkait dengan kerangka kerja dan sistem berdaur dalam kegiatan



pembelajaran, Joni (1998) mengemukakan lima tahapan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Adapun tahap-tahap tersebut adalah: a. Pengembangan fokus masalah penelitian. b. Perencanaan tindakan perbaikan. c. Pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi. d. Analisis dan refleksi. e. Perencanaan tindak lanjut.



Berdasarkan dua pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan



bahwa metode Penelitian Tindakan Kelas adalah metode yang



bertujuan melakukan tindakan perbaikan, peningkatan dan juga melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya sebagai upaya pemecahan masalah yang dihadapi, terutama ditujukan pada kegiatan pembelajaran atau proses belajar-mengajar di kelas. Pada hakikatnya tujuan belajar itu adalah terjadinya perubahan tingkah laku melalui proses belajar. Dalam konteks proses belajar-mengajar tersebut, Sanjaya (2005) mengatakan bahwa belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga munculnya perubahan perilaku dan mengajar adalah suatu aktivitas yang dapat membuat siswa belajar. Dalam konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi, kegiatan yang berhubungan dengan Proses Belajar Mengajar disebut dengan Pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan proses belajar-mengajar. Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa proses belajar-mengajar di sekolah/di kelas meliputi kegiatan yang saling berhubungan dan berpengaruh yang berlangsung dalam situasi pembelajaran sehingga terjadinya perubahan tingkah laku siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu pembelajaran.



B. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Sebagaimana halnya penelitian atau riset, penelitian tindakan kelas juga merupakan upaya untuk mencari jawaban yang dapat menjadi pemecahan suatu masalah yang sedang dihadapi. Berkenaan dengan arti penelitian tindakan kelas ini, ada berbagai sumber literatur yang mencantumkan pengertian penelitian tindakan kelas. Walaupun ada beberapa definisi penelitian tindakan kelas yang kadang-kadang terlihat berbeda, namun definisi-definisi tersebut memiliki banyak persamaan. Perlu pula dikemukakan bahwa sebelum istilah penelitian tindakan kelas digunakan, yang lebih banyak dikenal adalah Penelitian Tindakan (Action Research). Penelitian tindakan ini memiliki kawasan yang lebih luas dari pada penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu di luar ilmu pendidikan, misalnya dalam bidang industri, kesehatan, ekonomi dan sebagainya.



Penelitian tindakan dapat dilakukan pada berbagai area atau setting. Bilamana penelitian tindakan yang berkenaan dengan bidang pendidikan dilaksanakan pada area, kawasan atau setting kelas, kemudian melakukan refleksi diri atau penilaian diri untuk perbaikan-perbaikan pembelajaran maka penelitian tindakan tersebut dinamakan penelitian tindakan kelas. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dengan melakukan refleksi diri dengan tujuan memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Upaya-upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakantindakan tertentu guna mencari cara-cara yang lebih tepat dan efektif atas permasalahan sehari-hari di kelas. Untuk lebih memahami penelitian tindakan kelas, mari kita kaji beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar. Kemmis dan Carr (1986), mengemukakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku di dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaannya serta memahami situasi di mana pekerjaan itu dilakukan”. Dalam penjelasan lebih lanjut terhadap definisi tersebut, keduanya memasukkan bidang pendidikan di dalamnya. Itu berarti guru merupakan pihak yang harus terlibat aktif dalam penelitian tindakan kelas. Dalam pernyataan lebih lanjut dikemukakan bahwa situasi tidak akan dapat berubah secara cepat sebagaimana diharapkan oleh para guru. Akan tetapi mereka dapat belajar sesuatu tentang proses perubahan itu sendiri. Ebbut (1985) memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pengertian penelitian tindakan kelas. Dikemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan-tindakan tersebut. Ebbut melihat bahwa proses penelitian tindakan kelas sebagai suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan. Di dalam dan di antara siklus-siklus tersebut terdapat sejumlah informasi yang merupakan balikan (feedback). Ebbut menegaskan bahwa penelitian-penelitian harus memberikan kesempatan kepada guru atau siswa sebagai pelaku untuk melaksanakan tindakantindakan tertentu melalui beberapa siklus agar terjadi perubahan-perubahan yang diharapkan, yaitu terjadinya perbaikan proses belajar dalam rangka mencapai hasil belajar siswa yang lebih baik. Bahkan Kurt Levin, orang yang mempopulerkan penelitian tindakan kelas berpendapat bahwa cara terbaik untuk memajukan



kegiatan adalah dengan melibatkan mereka dalam penelitian mereka sendiri dan yang ada di dalam kehidupan mereka (dalam Mc.Niff, 1982: 21). Penelitian tindakan kelas tersebut merupakan suatu rangkaian langkah-langkah (a spiral of steps). Setiap langkah terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Langkah-langkah tersebut menurut Kemmis & Mc.Taggart, 1982), digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis, meliputi empat aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral. Dari definisi yang dikemukakan di atas serta beberapa pendapat yang dikemukakan oleh sejumlah pakar maka diharapkan Anda dapat memahami dengan baik pengertian penelitian tindakan kelas. Dengan demikian Anda juga diharapkan memahami tujuan yang ingin dicapai dan secara garis besar juga mendapatkan pengertian bagaimana melaksanakan penelitian tindakan kelas tersebut. Secara singkat Penelitian Tindakan Kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka (guru) dalam melaksanakan tugasnya, seperti diilustrasikan pada gambar berikut.



PERENCANAAN



REFLEKSI



TINDAKAN



OBSERVASI



Gambar 3.1. Kaji Berdaur Empat Tahap Penelitian Tindakan Kelas (Sumber : Depdikbud tahun 1999)



Setelah dilakukan refleksi/perenungan yang mencakup analisis, sintesis dan pengamatan terhadap proses serta tindakan tertentu, biasanya muncul permasalahan/pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian, sehingga pada gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang, serta diikuti pula dengan refleksi ulang sampai sesuatu permasalahan dianggap teraksi utuh kemudian biasanya diikuti oleh kemunculan permasalahan lain yang juga harus diperlakukan serupa. Siklus tindakan secara umum mempunyai model-model penelitian yang memiliki alur yang sama. Alur pelaksanaan penelitian tindakan, digambarkan seperti berikut.



Refleksi



Rencana Tindakan



Observasi



Pelaksanaan Tindakan



Siklus I



Refleksi



Observasi



Siklus II



Rencana Tindakan Pelaksanaan Tindakan dst



Gambar 3.2: Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas



Gambar di atas menunjukkan bahwa: 1. Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, terlebih dahulu harus merencanakan secara bersama jenis tindakan yang akan dilakukan. 2. Setelah rencana disusun secara matang barulah tindakan dilakukan. 3. Bersamaan dengan dilaksanakan tindakan penelitian, juga dilakukan kegiatan untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkan. 4. Berdasarkan hasil penelitian kemudian dilakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Apabila hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan berikutnya tidak sekedar mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya. Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan



bahwa metode Penelitian Tindakan Kelas adalah metode yang



bertujuan melakukan tindakan perbaikan, peningkatan dan juga melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya sebagai upaya pemecahan masalah yang dihadapi, terutama ditujukan pada kegiatan pembelajaran atau proses belajar-mengajar di kelas.



Latihan: Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini, selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut! 4. Penelitian tindakan kelas dikelompokkan sebagai penelitian terapan (applied research). Coba inventarisai masalah-masalah pembelajaran di kelas (ambil salah satu contoh pengajaran mata pelajaran di kelas tempat Anda mengajar, lebih khusus lagi pada pokok bahasan tertentu). Tentukan masalah pengajaran setelah Anda melakukan refleksi (perenungan) terhadap masalah yang menurut Anda hasilnya tidak memuaskan. 5. Penelitian tindakan kelas selain dapat dilaksanakan sendiri oleh guru, dapat juga dilaksanakan dengan cara meminta bantuan orang lain, misalnya teman sejawat (kepala sekolah dan guru-guru) yang disebut melalui metode kolaboratif, baik mulai mengidentifikasi masalah sampai melaksanakan penelitian di kelas.



Buatlah langkah-langkah kegiatan untuk menemukan fokus masalah yang akan Anda teliti dengan menggunakan penelitian tindakan kolaboratif!



Pedoman jawaban latihan: 1. Catatlah masalah-masalah pembelajaran mata pelajaran yang Anda ajarkan di kelas. Periksa dan telaah dokumen atau catatan penting tentang: nilai kemajuan belajar pada mata pelajaran yang Anda ajarkan, daftar hadir peserta didik, catatan keaktifan peserta didik dalam kelas. Data-data tersebut dapat Anda jadikan bahan refleksi (perenungan) terhadap masalah yang menurut Anda hasilnya tidak memuaskan. 2. Setelah Anda melakukan refleksi terhadap apa yang Anda ajarkan di kelas dan hasil yang telah dicapai murid Anda yang kurang memuaskan, Anda menyimpulkan tujuan pembelajaran materi pokok/sub pokok bahasan kurang atau tidak tercapai. Jika Anda tidak puas dengan hasil belajar yang dicapai siswa di kelas, tanyakan pada diri Anda: apakah meteri sudah Anda kuasai, apakah alat/media sudah Anda gunakan dengan tepat, bagaimana keaktifan anak-anak dalam proses belajar-mengajar di kelas atau metode mengajar apakah sudah sesuai dengan materi dan tujuan yang akan dicapai, dan seterusnya. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dicatat sebagai bahan diskusi dengan penelitian klaboratif sehingga tersusun langkah-langkah kegiatan untuk menemukan fokus masalah yang akan Anda teliti.



RANGKUMAN Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas disebut penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Classroom Action Research (CAR) adalah action research yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kepala Sekolah disebut Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research). Dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar di kelas, guru dapat meningkatkan kinerjanya dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan



rasional dari tindakan-tindakan guru dalam melaksanakan tugasnya. Penelitian tindakan tersebut merupakan suatu rangkaian langkah-langkah (a spiral of steps) atau suatu siklus yang terdiri dari empat tahap: yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Guru perlu melakukan refleksi (perenungan) diri dengan tujuan memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan-tindakan tertentu guna mencari cara-cara yang lebih tepat dan efektif atas permasalahan sehari-hari dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam hal ini harus diingat bahwa penelitian tindakan bagi guru adalah sebagai



upaya untuk



meningkatkan kualitas pengalaman belajar siswa yang terstruktur dalam kurikulum.



SUB UNIT 2 KARAKTERISTIK PENILITIAN TINDAKAN KELAS



Dalam melaksanakan proses pembelajaran dan pencapaian hasil belajaran siswa, peran guru sampai saat ini masih memegang peran sentral dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan atau pengajaran di suatu sekolah. Sebagai seorang pengelola dan pelaksana program di kelas, guru bertanggung jawab mengelola mata pelajaran sesuai dengan bidang studinya. Guru melakukan tindakan perubahan-perubahan yang berkenaan dengan upaya menuju perbaikan pembelajaran. Tindakan-tindakan inilah yang diimplementasikan dan selanjutnya dievaluasi. Karena itu, guru merupakan seseorang yang paling banyak mengenal dan mengetahui persoalan-persoalan di kelasnya sebagai tempat dia mengajar. Tindakan perubahan yang berkenaan perbaikan proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat dilakukan melalui penelitian tindakan kelas. Pada subunit ini Anda akan terlibat aktif membahas karakteristik penelitian tindakan kelas serta perbedaan penelitian tindakan kelas dangan penelitian yang bukan penelitian tindakan kelas.



A. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Agar pemahaman kita lebih mendalam tentang penelitian tindakan kelas, maka kita perlu mengenal lebih dekat penelitian tindakan kelas dengan cara mengetahui ciri-ciri atau karakteristiknya. Beberapa karakteristik atau ciri penelitian tindakan kelas adalah: 1. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri. Sebagai pengelola dan pelaksana program di kelas, guru merupakan seseorang yang paling banyak mengenal dan mengetahui persoalan-persoalan di kelasnya sebagai tempat dia mengajar. Sebagai seorang pengelola dan pelaksana program di kelas, guru bertanggung jawab mengelola mata pelajaran sesuai dengan bidang studinya. Karena itu bersamaan dengan kegiatan mengajar, guru juga melaksanakan perbaikan-perbaikan. Dengan kata lain, guru melakukan tindakan-tindakan guna melakukan perubahan-perubahan yang berkenaan dengan upaya menuju perbaikan pembelajaran. Upaya-upaya perbaikan pembelajaran



dengan melakukan langkah-langkah secara bertahap sesuai dengan siklus yang telah ditentukan merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru sendiri.



2. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan nyata di kelas Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktis dan faktual. Permasalahan faktual adalah permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dirasakan atau dihadapi oleh guru. Permasalahan yang diangkat bukanlah permasalahan yang diberikan orang lain sebagaimana penelitian-penelitian lain pada umumnya. Idealnya setiap guru memahami dan mengenal permasalahan yang dihadapi di dalam proses pembelajarannya sehari-hari. Namun kenyataannya tidak semua guru mengetahui dan menyadari bahwa ada masalah dalam proses pembelajaran yang dia lakukan. Suyanto (1997), bahkan mengemukakan bahwa tidak semua guru mampu melihat sendiri apa yang telah dilakukan selama mengajar di kelas, sehingga tidak mustahil guru melakukan kekeliruan selama bertahun-tahun dalam kegiatan mengajar. Karena itu dimungkinkan keberadaan orang lain yang dapat melihat apa yang dikerjakan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan kata lain dalam keadaan ini diperlukan orang lain untuk melihat apakah diri guru tersebut melakukan kekeliruan atau kekurangtepatan dalam kegiatan mengajar. Untuk keperluan ini guru dapat meminta bantuan teman guru mata pelajaran sejenis untuk melihat pada waktu dia mengajar dan memberikan balikan terhadap kegiatan yang dilakukannya. Selain itu juga mungkin diperlukan dosen-dosen LPTK yang berperan guna membantu melakukan refleksi dan memberikan masukan-masukan terhadap proses pembelajaran yang dilakukannya.



3. Penelitian tindakan kelas mempersyaratkan adanya tindakan yang berlanjut untuk memperbaiki proses pembelajaran



Adanya tindakan yang diarahkan untuk perbaikan pembelajaran merupakan ciri mendasar yang selalu ada di dalam penelitian tindakan kelas. Tindakan-tindakan ini harus dirancang atau direncanakan secara cermat. Bahkan ciri inilah sesungguhnya yang menyebabkan penelitian ini dinamakan penelitian tindakan kelas. Jika ada upaya-upaya penelitian untuk mengekplorasi masalah-masalah pembelajaran, akan tetapi tidak ada tindakan-tindakan tertentu yang dirancang atau direncanakan untuk perbaikan pembelajaran tersebut, maka penelitian ini hanya dapat dinamakan penelitian kelas. Tindakan-tindakan inilah yang diimplementasikan dan selanjutnya dievaluasi untuk mengetahui apakah tindakantindakan yang telah diimplementasikan tersebut dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran di kelasnya.



4. Adanya refleksi diri



Munculnya kesadaran pada diri guru terhadap praktek pembelajaran yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai



masalah



yang



perlu



diperbaiki.



Dengan



kata



lain,



munculnya kesadaran dan kepedulian guru terhadap perbaikan kualitas pembelajaran yang diprakarsai dari dalam diri guru sendiri yang dalam penelitian tindakan disebut tahap refleksi. Kegiatan refleksi merupakan awal dari munculnya masalah yang perlu dicari jawabannya melalui penelitian



tindakan kelas.



Berbeda dengan penelitian biasa yang



mengumpulkan data dari lapangan atau objek sebagai responden, penelitian tindakan kelas mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari praktek pembelajarannya sendiri melalui refleksi diri. Ini berarti guru mencoba mengingat kembali apa yang dikerjakannya di dalam kelas, apa dampak suatu tindakan yang dilakukannya bagi siswa, dan kemudian yang terpenting guru mencoba memikirkan mengapa dampaknya seperti itu. Dari hasil renungan tersebut, guru mencoba menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan-tindakan yang



dilakukannya, kemudian mencoba memperbaiki kelemahan dan mengulangi bahkan menyempurnakan tindakan yang belum baik. Dengan mencermati secara seksama uraian di atas Anda akan dapat membedakan antara penelitian biasa dan penelitian tindakan kelas, apa fungsi utama dari penelitian tindakan kelas dan di mana penelitian tersebut dilaksanakan.



B. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Non Penelitian Tindakan Kelas Sebelum Anda lebih jauh mempelajari tentang perbedaan PTK dan Non PTK, Anda akan diajak untuk memahami beberapa kajian tentang bagaimana penelitian tindakan (action research) merupakan masalah yang sering dibicarakan dalam konteks penelitian, khususnya penelitian dalam bidang pendidikan, lebih khusus lagi dalam hal pengembangan proses pembelajaran di tingkat kelas atau sekolah. Penelitian tindakan dalam konteks perubahan sekolah, sebagai contoh, misalnya di Inggris pada tahun 1990-an, dilakukan sebagai upaya mereformasi kurikulum dengan memperkenalkan sistim pendidikan yang berbeda dari sistim yang diberlakukan hampir dua puluh tahun terakhir di negara tersebut. Dalam kaitan ini, beberapa hal yang perlu Anda ketahui dan pahami, antara lain sebagai berikut:



1. Proses Awal terjadinya Action Research, dan Perbedaannya dengan Research yang “Sebenarnya” Elliot berpendapat bahwa secara implisit pergerakan reformasi kurikulum berbasis sekolah (yang terjadi di Inggris) adalah memprovokasi bagi terjadinya persepsi pembelajaran, pengajaran dan evaluasi, dimana guru harus memprakarsai adanya kegiatan-kegiatan kolaboratif dan bangkit dari kebiasaan-kebiasaan tradisionalnya. Berangkat dari pendapat ini, maka dalam prakteknya kurikulum pembelajaran tidak diambil berdasarkan teori-teori, akan tetapi dari apa yang dihasilkan dan dilakukan oleh para guru itu sendiri berdasarkan hipotesis yang diambilnya. Dengan berdasarkan pada data empiris dan pengaruh-pengaruh yang dikumpulkannya, yang kemudian digunakannya sebagai alat bukti pendukung bagi terbentuknya “teori baru” dalam konteks kelembagaan (sekolah) yang dapat dipertanggungjawabkan (accountability). Dan, ilustrasi ini lah yang kemudian, oleh



kalangan akademisi dinamakannya sebagai “action research” atau penelitian tindakan, bukannya sebagai “research” atau “penelitian yang sebenarnya”. Secara singkat, kegiatan-kegiatan atau proses yang dilakukan guru tersebut, yang kemudian disebutnya sebagai “penelitian tindakan” bagi upaya proses mereformasi kurikulum, oleh Elliot diilustrasikan sebagai berikut: 1) Bahwa proses tersebut diprakarsai dengan tindakan guru dalam merespon “situasi praktis” tertentu yang dihadapinya. 2) Bahwa “situasi” praktis tersebut merupakan aktifitas kurikulum tradisional yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang dialami siswa. 3) Rencana inovasi menimbulkan kontroversi di kalangan pegawai, karena mereka



bertahan



pada



keyakinan



lama



terhadap



praktek-praktek



pembelajaran, pengajaran, dan evaluasi. 4) Kemudian isu-isu “rencana inovasi” tersebut dijelaskan dan dicarikan solusinya dalam suatu debat terbuka dan bebas di kalangan sekolah (lembaga), dengan tetap memperhatikan adanya saling pengertian dan toleransi. 5) Rencana perubahan tersebut dietapkan sebagai “hipotesis sementara” (provisional hypotheses) yang akan diuji dengan praktek dalam lingkup kelembagaan (sekolah), yang hasilnya akan dipertanggungjawabkan ke seluruh pegawai sekolah. 6) Sehingga dengan demikian, maka manajemen pengembangan kebijakan dan strategi kurikulum berjalan secara “bottom up” (dari bawah), bukannya “top down” (dari atas). Apa sesungguhnya yang dimaksudkan dengan penelitian tindakan (action research), apa perbedaannya dengan penelitian (research) yang “sebenarnya” ? Banyak lagi pertanyaan seputar penelitian lainnya, karena selama ini mungkin ada yang beranggapan bahwa antara penelitian tindakan dengan penelitian tidaklah mengandung banyak perbedaan, dimana keduanya dipersepsikan hampir dapat disamakan atau nyaris sama. Namun, setelah mengkaji dengan seksama pada bagian-bagian selanjutnya, ternyata memang, didapatkan kejelasan bahwa antara keduanya ada “proses awal” yang menjadikan “pembeda” antara penelitian tindakan dan penelitian. Dalam penelitian tindakan proses awalnya ditengarai karena adanya “situasi praktis” dari



kondisi pembelajaran yang membosankan siswa dan memerlukan respon guru untuk menyikapinya. Sementara penelitian “yang sebenarnya”, menurut Bogdan dan Biklen (1990) adalah berangkat dari adanya “premis-premis” yang mendahuluinya, dan kemudian dengan berdasarkan premis-premis tersebut lalu dilakukan perumusan hipotesa untuk selanjutnya dilakukan kajian-kajian dan kegiatan-kegiatan yang disebutnya sebagai research atau penelitian. Mereka mendefinisikan



action research



(riset



aksi/penelitian tindakan) sebagai:



“…kegiatan pengumpulan informasi secara sistematis yang dimaksudkan untuk menghasilkan perubahan…”. Sementara itu, Mills (2000: 6) mendefinisikan action research sebagai bentuk penelitian sistimatis yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, penyuluh sekolah, atau pihak lain dalam lingkungan belajarmengajar, untuk mengumpulkan berbagai informasi seputar operasi sekolah, bagaimana guru mengajar, dan bagaimana siswa belajar. Penjelasan lebih lengkap tentang penelitian tindakan yang dikemukakan oleh McNiff (1995:1) menyatakan bahwa; penelitian tindakan adalah merupakan bentuk penelitian refleksi-diri (sel-reflevtive inquiry) yang dilakukan dan digunakan



sebagai



upaya



pengembangan



kurikulum



berbasis



sekolah,



pengembangan profesional, peningkatan kinerja sekolah, dan sebagainya yang melibatkan guru secara aktif dalam proses penelitiannya.



Dengan demikian,



nampak kejelasan bahwa antara penelitian tindakan dengan penelitian “yang sebenarnya”, dari segi setting tempat dan pelaku penelitiannya menunjukkan adanya perbedaan, dimana setting penelitian tindakan (action research) dilakukan di dalam kelas atau sekolah dan harus melibatkan guru sebagai peneliti, sementara dalam penelitian (research) biasanya bisa saja dilakukan di dalam maupun di luar kelas /sekolah dan tidak harus melibatkan guru sebagai peneliti. Untuk melengkapi pemahaman tentang beberapa hal yang menjadikan/ menimbulkan perbedaan antara penelitian tindakan (action research) dengan penelitian (research), disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 3.1 Perbedaan Antara Research dan Action Research Apa ? (What ?) Siapa?



Research (Penelitian) Dilakukan di universitas oleh



Action Research (Penelitian Tindakan) Dilakukan oleh guru dan



(Who ?)



profesor dan mahasiswa pada



kepala sekolah pada siswa



kelompok eksperimen dan



dalam kepentingan mereka.



kontrol. Dimana ?



Dalam lingkungan dimana ter-



Di



sekolah



(Where ?)



dapat variabel-variabel yang



kelas).



(dalam



ruang



dapat dikontrol. Bagaimana



Menggunakan metode kuanti-



Menggunakan metode kualitatif



(How ?)



tatif untuk menunjukkan dan



untuk mendeskripsikan apa yang



meramalkan tingkat signifikansi



terjadi dan untuk memahami



statistik hubungan sebab-akibat



efek-efek dalam intervensi suatu



antara variabel-variabelnya.



sistim pendidikan.



Mengapa ?



Melaporkan dan mempublika-



Melakukan tindakan dan mem-



(Why ?)



sikan apa yang digeneralisasi-



pengaruhi perubahan pendi-



kan dari sampel penelitian



dikan yang positif dalam



pada populasi yang lebih luas/



lingkungan sekolah tertentu.



besar. Sumber: Geoffry E. Mills, Action Research: A Guide for The Teacher Researcher (2000:5) Dalam hal metode yang digunakan, nampaknya terdapat berbedaan pendapat antara Mills dan Elliot, dan Bogdan & Biklen. Dimana Mills berpendapat bahwa dalam penelitian (research) lebih ditekankan pada penggunaan metode kuantitatif, sementara dalam penelitian tindakan (action research) lebih ditekankan penggunaan metode kualitatif. Sementara itu Elliot (1998: 67-89), dan Bogdan & Biklen (1990: 286) berpendapat bahwa baik metode kuantitatif maupun metode kualitatif, kedua-duanya dapat dipergunakan dalam action research, tergantung “selera” pelaku / peneliti itu sendiri.



2. Hal-hal yang mendasari pelaksanaan Action Research Tujuan utama dilakukannya penelitian tindakan (action research) menurut Elliott (1998: 49) adalah bukan untuk meningkatkan pengetahuan guru, akan tetapi untuk meningkatkan kinerjanya (praktek pembelajaran). Hasil dan kelengkapan pengetahuan yang diperoleh dalam proses action research, jelas Elliott selanjutnya, adalah disumbangkan dan dikondisikan untuk mendukung



tercapainya tujuan utama tersebut. Penelitian---termasuk di dalamnya adalah action research---haruslah dipandang sebagai sesuatu yang dilakukan oleh guru, akan tetapi bukan untuk guru (Mills, 2000: 8). Berangkat dari konsep tujuan sebagaimana dijelaskan Elliot---dan secara implisit juga dikemukakan oleh Mills---sebagaimana tersebut di atas, nampaknya dalam penelitian tindakan ini lebih dikedepankan tentang “proses” yang harus difahami oleh peneliti, bukannya hasil berupa pengetahuan seputar penelitian tindakan itu sendiri. Kendatipun diakui bahwa pengetahuan tentang penelitian tindakan juga diperlukan, akan tetapi sebagai sarana penunjang bagi keberhasilan proses dan pengkondisian pembelajaran yang dilakukan guru. Temuan-temuan praktis yang diperoleh guru dalam proses pembelajaran dipergunakan untuk pengambilan keputusan bagi terciptanya perubahan yang diharapkan. Sementara itu, Mills dalam bukunya ‘Action Research; A Guide for the Teacher Researcher’ (2000: 6), secara lebih lengkap mengemukakan dilakukan



dengan



tujuan



untuk



bahwa penelitian tindakan



pencapaian



pemahaman



(insight),



mengembangkan praktek yang reflektif, mempengaruhi perubahan positif dalam upaya memperbaiki hasil belajar siswa dan kehidupannya. Tidak jauh berbeda dengan beberapa pendapat tersebut, McNiff dalam bukunya ‘Action Research: Principles and Practice’ (1995:2) juga menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah merupakan cara mengkarakteristikkan serangkaian kegiatan yang didesain sedemikian rupa untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang pada hakikatnya merupakan cara efektif dalam bentuk program refleksi-diri yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Dari pendapat para ahli seputar tujuan dilakukannya penelitian tindakan khususnya di sekolah (kelas), dapat disimpulkan bahwa pada intinya penelitian tindakan dilakukan dengan tujuan untuk “menciptakan” atau “mengkondisikan” adanya perubahan proses pembelajaran yang lebih baik dan lebih berdayaguna (efektif) daripada kondisi-kondisi yang ada sebelumnya. Untuk mencapai terciptanya kondisi seperti yang diharapkan tersebut, maka Elliot mengemukakan adanya beberapa karakteristik pokok dari penelitian tindakan (action research) yang diasumsikan sebagai hal-hal yang mendasari pelaksanaannya, seperti:



a. Bahwa kegiatan pembelajaran, penelitian kependidikan, pengembangan kurikulum, dan evaluasi adalah merupakan faktor-faktor integral dalam proses penelitian tindakan b. Tujuan utama penelitian tindakan adalah untuk meningkatkan kenerja yang praktis, bukannya memproduksi pengetahuan. c. Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk alternatif untuk menjelaskan refleksi etis dari suatu program pembelajaran yang direncanakan. d. Oleh karena itu, maka penelitian tindakan harus menetapkan suatu resolusi atau jalan keluar atas munculnya permasalahan antara teori-praktik yang dihadapi guru. e. Penelitian tindakan mempersatukan proses-proses yang seringkali dianggap “berbeda”, seperti; pembelajaran, pengembangan kurikulum, evaluasi, penelitian kependidikan, dan pengembangan profesional. f. Penelitian



tindakan



juga



harus



mengintegrasikan



pembelajaran



dan



pengembangan guru, pengembangan kurikulum dan evaluasi, penelitian dan refleksi filosofis, ke dalam satu konsepsi yang merefleksikan kinerja pendidikan. g. Penelitian tindakan dilakukan tidak untuk memberdayakan guru sebagai “menempatkan fungsi individualnya terpisah dari yang lainnya”. Dalam hal ini harus diingat bahwa penelitian tindakan bagi guru adalah sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pengalaman belajar siswa yang terstruktur dalam kurikulum agar dapat direfleksikan dalam bentuk paedagogis. Karena itu, bagaimanapun, jelas Elliot lebih lanjut, maka dalam penelitian tindakan haruslah mencakup proses transformasi budaya profesionalisme dalam “diri guru” yang mendorong terciptanya kolaboratisme pengalaman dan persepsi--siswa, orang tua, dan pekerja---terhadap peningkatan kinerja dan tugas-tugasnya. Mendukung pemikiran Elliot, McNiff (1995: 3-9) juga mengelaborasikan adanya



landasan filosofis (pemikiran) bagi pelaksanaan action research,



diantaranya McNiff mengemukakan bahwa oleh karena penelitian tindakan diaplikasikan di dalam kelas sebagai suatu bentuk pendekatan peningkatan pendidikan melalui adanya proses perubahan, maka guru harus hati-hati dan kritis dalam mempraktekkannya, serta harus “disiapkan” dengan perubahan itu sendiri.



Penelitian tindakan yang dilakukan di kelas /sekolah haruslah lebih persuasif, relevan dan menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi guru dan koleganya (Mills, 2000: 8) Berdasarkan pendapat dan pemikiran para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan penelitian tindakan, tidak boleh terlepas dari koridor dan konteks proses peningkatan pembelajaran di sekolah dalam pengertian yang sempit, dan proses peningkatan pendidikan secara umum dalam pengertian yang luas.



3. Dilema yang Dihadapi Guru dalam Melakukan Penelitian Tindakan dan Upaya Mengatasinya



Elliot mengemukakan pengalamannya bahwa ketika melakukan penelitian di sekolahnya, berbagai “resolusi” yang



ditawarkan



kenyataannya



pada “tidak



membantunya” dalam penelitian tersebut. masih



Hal



ini



kuatnya



kebiasaan/budaya



dikarenakan status



quo



guru.



Oleh



karenanya ia menggarisbawahi perlunya cara-cara yang dilakukan guru sebagai peneliti untuk mencari jalan keluar seandainya dirinya selaku peneliti (inside reseacher) harus memainkan perannya sebagai trasnformator terkondisikannya budaya baru di sekolahnya. Untuk menjustifikasi pengalamannya, Elliot menguatkannya dengan alasan yang dikemukakan oleh Simon (dalam Elliot, 1998: 56) bahwa “…popularitas dari evaluasi yang dilakukan sendirian di sekolah mengindikasikan terbentuknya anggapan ingin membedakan pandangan idiologis”. Selanjutnya Simon juga mengemukakan bahwa manakala akan melakukan sesuatu yang belum terbiasa di sekolah, harus bersiap-siap menghadapi adanya “pertentangan nilai” (clash of values) seperti masalah-masalah privacy (hal-hal pribadi), territority (kewenangan), dan hierarchy (hirarki). Selanjutnya Elliot (1991) juga mengidentifikasi beberapa dilema yang sering muncul dalam proses pelaksanaan penelitian tindakan seperti dalam hal: 1)



Memberdayakan siswa untuk mengkritisi profesionalisme kinerja guru.



2)



Pengumpulan data.



3)



Sharing data dengan teman sejawat, baik yang di dalam maupun di luar lingkungan sekolahnya.



4)



Guru



sebagai



peneliti



di



sekolah



cenderung



memilih



metode



pengumpulan data kuantitatif---melalui kuesioner misalnya---untuk maksud-maksud yang seharusnya dilakukan dengan metode kualitatif--seperti melakukan observasi naturalistik dan wawancara misalnya, karena dalam metode kualitatif melibatkan situasi personal yang terasa sulit dipisahkan dari posisi dan perannya sebagai peneliti di sekolah. 5)



Guru sebagai peneliti, cenderung menolak untuk memproduksi studi kasus terhadap apa yang dilakukannya.



6)



Masalah penentuan waktu penelitian sepenuhnya ditentukan oleh guru selaku peneliti. Demikianlah beberapa dilema besar yang dihadapi guru manakala ia



melakukan penelitian tindakan di sekolahnya sendiri) untuk memprakarsai adanya perubahan kurikulum di sekolah Diakui memang, bahwa untuk mengadakan suatu perubahan atau reformasi, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran di suatu sekolah (kelas), banyak sekali faktor-faktor “etis” berkaitan dengan “nilai” (values) yang menimbulkan dilema bagi para guru sebagai peneliti. Namun, sebagai antisipasi terhadap dilema tersebut, Elliot (1991: 67) juga memberikan beberapa cara, diantaranya ia menyatakan bahwa guru---khususnya yang berpendidikan lebih tinggi---sebagai pendidik tentunya dapat berbuat banyak untuk mendorong dan menegakkan tumbuh-kembangnya “refleksi budaya profesionalisme” di sekolah. Maka, dengan menekankan pentingnya metodologi refleksi-diri sebagai cara untuk menstransformasikan budaya profesionalisme di sekolah, niscaya keberadaan berbagai dilema sebagaimana disebutkan di atas dapat diatasinya dengan baik. Demikian halnya dengan konsep ‘Democratic Case Study’ yang dikemukakan oleh MacDonald (1974) yang dijadikan alasan oleh Simon (1985), sebagaimana dikutip oleh Elliot (1991: 67), juga dapat dipraktekkan guru selaku insider dalam action research sebagai metodologi empiris-kualitatif bagi teratasinya masalah status quo, privacy, dan territoriality di sekolah. Dimana



dalam mempraktekkan konsep democratic case study tersebut haruslah mencakup terjaminnya kerahasiaan informasi “pribadi”, dan terbinanya negosiasi untuk dapat menerima dan mengeluarkan pendapat/informasi dari setiap individu. Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya dilema---implikasi realitas yang dihadapi peneliti dan obyeknya---dalam suatu penelitian yang menghendaki terjadinya proses perubahan (dalam hal pembelajaran, misalnya), Michael G. Fullan dan Suzanne dalam bukunya ‘The Meaning of Educational Change’ (1991) mengemukakan pendapatnya, yaitu dengan memberikan “pesan etis” berupa enam hal yang harus diperhatikan ketika melakukan observasi penelitian, yaitu: 1) Kemukakan rencana-rencana perubahan secara jelas; 2) Fahami kegagalan yang terjadi dari penelitian/perubahan sebelumnya; 3) Bimbinglah untuk memahami adanya perubahan yang diharapkan secara alami; 4) Penyataan dari status quo; 5) Kedalaman perubahan; dan 6) Pertanyaan penilaian. Masih dalam hal “etika” yang harus dipunyai peneliti untuk menghalau kemungkinan dilema yang muncul dalam penelitian yang dilakukannya, Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen dalam bukunya ‘ How To Design and Evaluate Research



in



Education’



(1993)



menganjurkan



kepada



peneliti



agar



memperhatikan tiga prinsip etika yang sangat penting yaitu: melindungi partisipan penelitian dari rasa takut/bahaya; dukungan data yang meyakinkan bagi diperlukannya penelitian; dan dihindarkan adanya pertanyaan-pertanyaan yang “menipu”. Mendukung pendapat Fraenkel dan Wallen tersebut, Keith F. Punch dalam bukunya ‘Introduction to Sosial Research: Quantitative and Qualitative Approaches’ (1998) menambahkan bahwa jalan terbaik untuk membuat kejelasan penelitian adalah mendeskripsikan apa



yang akan ditelitinya, sambil



menjelaskan mengapa atau bagaimana penelitian itu dilakukan.



4. Implikasi PenelitianTindakan terhadap Perubahan Kurikulum dan Kebijakan Pemerintah Keberadaan action research, menurut John Elliott, setidak-tidaknya memberikan nilai tambah bagi upaya perbaikan proses pendidikan secara



umum, karena diyakini bahwa action research memberikan implikasi positif dalam mengembangkan budaya “profesionalisme” guru khususnya dalam mencari dan mengembangkan pola-pola pembelajaran yang up to date, berdaya dan berhasil guna, menarik dan tidak membosankan bagi siswa, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan mutu keberhasilan siswa dalam belajar di sekolah. Penelitian tindakan diyakini dapat memberikan implikasi positif terhadap proses pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa penelitian tindakan (action research) merupakan: a. Kegiatan kreatif yang cocok dan dan sangat mungkin dilakukan guru. b. Bentuk pendekatan yang dapat mencarikan solusi dari keadaan yang ambiguity (keragu-raguan). c. Bentuk pendekatan peningkatan idiologis yang dapat dilakukan. d. Memungkinkan



terlaksananya praktek mempengaruhi



yang bisa



diterima/ diperhitungkan (counter-hegemonic); karena: 1) Action research menfokuskan pada upaya untuk mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan mencarikan solusi masalah yang dihadapi guru sehubungan dengan praktek pengajarannya. 2) Action research mencakup makna/fungsi dan hasil dari kerja sama (reflective on means and ends). 3) Action research merupakan praktek refleksi/spontanitas. 4) Action research mengintegrasikan teori ke dalam praktek. 5) Action research melibatkan proses dialog sesama guru. Whitehead (1989) sebagaimana dikutip oleh Elliot (1995:108) bahkan berkeyakinan bahwa situasi-kondisi penelitian tindakan sebagaimana disebutkan tersebut secara tidak disadari memberikan implikasi terhadap guru untuk mema-hami diri (self-understanding), yaitu ia jadi tahu perkembangan profesional dirinya. Penelitian



tindakan



merupakan



stimulus



tambahan



dalam



pengembangan budaya profesionalisme reflektif dan sangat dimungkinkan sebagai bentuk upaya kreatif untuk mempengaruhi pengambil kebijakan



pendidikan (pemerintah), khususnya sehubungan dengan bagaimana seharusnya menanggapi budaya profesionalisme guru. Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa action research merupakan salah satu solusi yang kreatif bagi guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam proses pembelajaran siswa yang lebih berhasil guna dan up to date dengan perkembangan dan perubahan situasi dan kondisi yang terjadi di lingkungannya. Proses pembelajaran yang kreatif pada dasarnya akan sangat tergantung kepada faktor “kemauan” dan “kepiawaian” guru untuk mengembangkan dirinya melalui berbagai aktifitas belajar, mencari informasi, mau bekerja sama, meneliti (seperti melakukan action research), dan



berbagai



aktifitas



“progresif”



lainnya



untuk



mengembangkan



profesionalisme dalam proses pembelajaran siswa-siswanya di sekolah. Dari kreatifitas-kreatifitas inilah, nantinya akan memunculkan “kebutuhan” dan, bahkan, “keharusan” adanya perubahan/ reformasi dari situasi lama yang tradisional ke situasi baru yang lebih profesional. Sehingga pada gilirannya, perubahan-perubahan yang pada awalnya dirasakan dan terjadi hanya pada tingkat mikro (dalam lingkup sekolah/kelas) tersebut pun berujung pada diperlukan adanya perubahan kurikulum pada tingkat makro (dalam lingkup wilayah atau negara). Dengan demikian, maka apa yang dikemukakan Elliott dalam penjelasan dan pendapatnya tentang implikasi action research terhadap perubahan kurikulum dan kebijakan pemerintah kita pun merasa bahwa hal yang semacam itu pun bisa berlaku di negara mana pun, termasuk di Indonesia. Sependapat dengan Elliott dan McNiff (1995:71-72) juga menyatakan bahwa implikasi dari penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah; diantaranya adalah bahwa; (1) berfikir tentang akan adanya perubahan yang terjadi, dan (2) mempengaruhi kemauan politik (pemerintah). Karena, menurut McNiff, bahwa penelitian tindakan adalah merupakan kegiatan politis yang dilakukan untuk menuju suatu perubahan (khususnya dalam bidang pendidikan). Dan untuk melakukan perubahan itu sendiri bisa dimulai dari orang-orang yang terlibat dan berada pada tingkat yang menentukan dalam sistim pendidikan itu. Karena konteks



pembelajaran juga memiliki pengaruh besar bagi keberhasilan pendidikan secara umum. Target akhir dari penelitian tindakan itu sendiri adalah untuk meningkatkan kehidupan siswa dan guru melalui perubahan kependidikan (Mills, 2000: 123). Setelah menyimak dan memahami perbedaan antara penelitian (research) dengan penelitian tindakan (action research), Anda diajak untuk memahami perbedaan antara penelitian tindakan kelas (PTK) dan penelitian tindakan bukan penelitian tindakan kelas (NON PTK). Untuk memperoleh kejelasan mengenai perbedaan antara kedua penelitian tersebut, dapat dilihat perbandingannya seperti tampak dalam tabel di halaman berikut.



Tabel 3.2 Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Bukan Penelitian Tindakan Kelas No



Aspek



PTK



Non PTK



1



Peneliti



Guru



Orang luar



2



Rencana penelitian



Oleh guru (mungkin dibantu orang luar)



Oleh peneliti



3



Munculnya masalah



Dirasakan oleh guru (mungkin dengan dorongan orang lain)



Dirasakan oleh orang luar



4



Ciri utama



Ada tindakah untuk perbaikan yang berulang



Belum tentu ada tindakan berulang



5



Peran guru



Sebagai guru dan peneliti



Sebagai guru (subjek penelitian)



6



Tempat peneltian



Kelas



Kelas



7



Proses pengumpulan data



Oleh guru sendiri atan bersama orang lain



Oleh peneliti



8



Hasil penelitian



Langsung dimanfaatkan oleh guru, dan dirasakan oleh kelas



Menjadi milik peneliti, belum tentu dimanfaatkan oleh orang lain.



Sumber: Penelitian Tindakan Kelas (UT, 2003:18)



Bertolak dari perbedaan antara penelitian tindakan kelas (PTK) dan bukan penelitian tindakan kelas (Non PTK) sebagaimana disajikan dalam tabel di atas, tampaknya semakin jelas, penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru. Pertanyaannya adalah mengapa harus guru sebagai peneliti, pada hal tugas selain sebagai pendidik dan pembimbing adalah melaksanakan tugas mengajar. Anda mungkin bertanya-tanya, kalau demikian tugas guru semakin bertambah berat. Jawaban atas petanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Anda tersebut, dapat dijelaskan dengan mengaitkannya dengan isu-isu seputar profesionalisme, praktik pembelajaran di kelas, kontrol sosial terhadap guru, serta kemanfaatan penelitian pendidikan itu sendiri dalam meningkatkan kemampuan guru dalam menjalankan tugas profesioanalnya sebagai bagian dari tenaga kependidikan. Sekurang-kurang ada dua argumentasi yang dapat menjelaskan mengapa guru sebagai peneliti tindakan kelas yang dikemukakan oleh Hopkins (1993) sebagaimana disadur oleh Wardani dkk (2003: 1.10) yaitu: Pertama, guru yang baik perlu punya otonomi dalam melakukan penilaian profesional, sehingga sesungguhnya, ia (guru) tidak perlu diberitahu apa yang harus dia kerjakan. Ini bukan berarti guru tidak dapat menerima masukan atau saran dari orang luar. Meskipun masukan dari orang luar itu penting, tetapi gurulah yang menerima dan menentukan penilaian profesioanal (professional judgement) sesuai dengan kelas dimana praktik pembelajaran terjadi. Kedua, ketidaktepatan paradigma penelitian formal/biasa dengan upaya berbantuan peningkatan kinerja guru yang diharapkan untuk memperbaiki proses dan praktik pembelajaran oleh guru di kelasnya. Karena itulah, guru yang paling tahu kemampuan dan kinerjanya sendiri melalui berpikir reflektif (reflectif thinking). Selain dua argumentasi yang dikemukan Hopkins tersebut, dapat dikemukakan argumentasi lain, yaitu: dalam praktik pembelajaran, gurulah yang lebih tahu kondisi nyata mengenai proses dan hasil pembelajaran bagi murid (peserta didik) di kelasnya.



Latihan: Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini, selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut!



1. Idealnya setiap guru memahami dan mengenal permasalahan yang dihadapi di dalam proses pembelajarannya sehari-hari. Namun kenyataannya tidak semua guru mengetahui dan menyadari bahwa ada masalah dalam proses pembelajaran yang dia lakukan. Anda diminta membuktikan pernyataan itu dengan melakukan pengamatan guru bidang studi mengajar dan setelah itu lakukan wawancara kepada guru tesebut. Hal ini ditujukan kepada guru bidang studi yang sebagian besar dari seluruh murid kelasnya nilai rata-rata hasil ulangan harian mata pelajaran yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan rata-rata dibawah nilai 6. Apa yang telah guru tersebut lakukan dan bagaimana ia harus memperbaiki proses pembelajaran di kelasnya. 2. Berdasarkan data hasil ulangan umum rata-rata nilainya lebih rendah dari mata pelajaran lainnya. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan murid nilainya rendah pada mata pelajaran tersebut ditinjau dari guru dan murid. Informasi atau data yang diperoleh Anda diskusikan dengan teman-teman



Anda. Buat



pemetaan masalah dengan memberikan solusi disertai alternatif-alternatif pemecahannya.



Petunjuk penyelesaian latihan: 1. Himpun data-data tentang nilai ulangan bidang studi yang diajarkan guru di SD sesuai dengan kurikulum yang berlaku (KTSP). Setelah itu, telaah standar isi KTSP. Lihat indikator pencapaian tujuan pembelajaran yang terkait dangan kompetensi dasar (KD) dan standar kompetensi pokok bahasan/ subpokok bahasan dari mata pelajaran yang nilai ulangan hariannya rendah (hasil tes formatif). Lakukan diskusi dengan guru mata pelajaran dan beberapa orang murid yang nilai ulangan hariannya rendah tentang proses belajar-mengajar di kelas. 2. Himpun nilai-nilai ulangan umum siswa kelas V SD. Anda diminta menemukan mata pelajaran yang nilainya rata-rata rendah. Lakukan pengamatan proses belajar mengajar di kelas, setelah itu lakukan wawancara: kepada guru tersebut dan beberapa orang murid setelah mengikuti mata pelajaran dan diskusikan bersama teman Anda mengenai informasi atau data untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang faktor-faktor yang menyebabkan nilai rata-rata siswa rendah.



RANGKUMAN Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang sistematis yang dilakukan oleh guru pada kelasnya sendiri untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakantindakan tersebut. Karakteristik dari penelitian tindakan kelas, yaitu: (1) penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri; (2) penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan nyata di kelas; (3) penelitian tindakan kelas mempersyaratkan adanya tindakan yang berlanjut untuk memperbaiki proses pembelajaran dan (4) adanya refleksi diri. Penelitian tindakan diyakini dapat memberikan implikasi positif terhadap proses pendidikan. Hal ini mengidikasikan bahwa penelitian tindakan (action research) merupakan: (1) kegiatan kreatif yang cocok dan dan sangat mungkin dilakukan guru; (2) bentuk pendekatan yang dapat mencarikan solusi dari keadaan yang ambiguity



(keragu-raguan); (3)



bentuk pendekatan peningkatan idiologis yang dapat dilakukan; dan (4) memungkinkan



terlaksananya



praktek



mempengaruhi



yang



bisa



diterima/diperhitungkan (counter-hegemonic); karena: 1) Penelitian tindakan menfokuskan pada upaya untuk mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan mencarikan solusi masalah yang dihadapi guru sehubungan dengan praktek pengajarannya; 2) Penelitian tindakan mencakup makna/fungsi dan hasil dari kerja sama (reflective on means and ends); 3) Penelitian tindakan merupakan praktek refleksi/spontanitas; 4) Penelitian tindakan mengintegrasikan teori ke dalam praktek; 5) Penelitian tindakan melibatkan proses dialog sesama guru. Ada enam hal yang harus diperhatikan peneliti agar memberikan kesan etis ketika melakukan observasi, yaitu: 1) Kemukakan rencana-rencana perubahan secara jelas; 2) Fahami kegagalan yang terjadi dari penelitian/perubahan sebelumnya; 3) Bimbinglah untuk memahami adanya perubahan yang diharapkan secara alami;



4) Penyataan dari status quo; 5) Kedalaman perubahan; dan 6) Pertanyaan penilaian.



DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (1989). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Benua. Elliot, J. ( 1991). Action Reseach for Education Change. Philadelphia: Open University Press. Faisal, Sanafiah. Nasional.



(1982). Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya. Usaha



Hardjodiputro, S. (2000). Action Research Papers. Universitas Negeri Jakarta. Hopkins, D. (1993). A Teacher’s guide to Classroom Reseach. Buckingham: Open University Press. McMillan, J.H dan Schumacher, S. (2001). Research in Education: A Conceptual Intro-duction (5th ed.). US, Longman.Inc. Mc. Taggar, R. (1991). Action Reseach: A Short Modern History. Geelong, Victoria: Deakin University Press. Mills Geoffrey, E. (2000). Actioan Research: A Guide for The Teacher Reseacher New Jersey. Colombus, Ohio: Merrill, an Imprint Prentice Hall. Nawawi, Hadari. (1983). Metode Pendidikan Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Oja Sharon, N.,Smulyan, L. (1989). Vollabotrative Action Reseach; A Developmen Approcah. Social Reseach and Aducation studies Series: 7 London, New York, Philadelphia: The Falmers Press. Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta. Bumi Aksara. Syaodih. N. S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda. Wardani, I G.A.K, dkk. (2003). Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.



GLOSARIUM Berfikir reflektif (reflektive thingking): proses pemecahan masalah melalui langkah mengidentifikasi, merumuskan, membatasi masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisa data, serta menguji hipotesis. Daur PTK: langkah PTK yang selalu berulang sampai tujuan perbaikan. Identifikasi masalah : mengenal dan atau menandai gejala yang muncul untuk dikaji. Inkuiri (inquiry) : diartikan penelitian atau penyelidikan. Kolaborasi : kerjasama yang dilakukan berdasarkan kemitraan yang saling belajar-membelajarkan sesama anggotanya. Komitmen : kesetiaan yang didasarkan rasa tanggung jawab pada apa yang telah disepakati. Kurikulum (curriculum) : semua pengalaman yang dilakukan siswa yang dirancang, diarahkan, diberikan dan dipertanggungjawabkan oleh sekolah, dalam tahap rancangan, pelaksanaan maupun pengendaliannya. Penelitian



berpikir



reflektif



(self-directive



inquiry):



penelitian



yang



mengandalkan kemampuan untuk melakukan refleksi (merenungkan) Pertimbangan profesional (professional jaudgment): pertimbangan yang bersifat profesional,bukan berdasarkan suka tidak suka. Refleksi (reflection): pantulan, dalam hal ini mengingat kembali kejadian lampau mencari jawaban mengapa itu terjadi Reformasi kurikulum : mengkaji ulang kurikulum untuk suatu perubahan baik perbaikan maupun peningkatan kualitas pendidikan melalui penelitian tindakan. Simultan : Serentak, bersamaan merespons suatu gejala atau peristiwa.



Unit 4 PERAN GURU SEBAGAI PENGAJAR DAN PELAKSANA PTK



PENDAHULUAN Sebagaimana Anda ketahui bahwa tugas utama guru adalah mendidik dan mengajar. Sebagai pengajar, guru dihadapkan pada tuntutan profesi untuk melakukan upaya perbaikan atas kekurangan-kekurangan dalam melaksanakan tugasnya. Secara empiris, guru yang berpengalaman mengajar tidak menyadari bahwa dia telah melakukan sejumlah kegiatan tambahan yang tidak tercantum dalam satuan pelajaran, yang merupakan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas. Pada Unit ini Anda akan diajak untuk mempelajari secara cermat tentang bagaimana guru menjalankan tugasnya sebagai pengajar dan peneliti. Dalam unit ini juga akan diuraikan pelaksanaan penelitian tindakan di kelas, di mana guru sebagai peneliti menerapkan desain tindakan yang telah dituangkan dalam perencanaan awal rencana pembelajaran, untuk selanjutnya melakukan observasi dan refleksi terhadap kegiatan mengajar di kelas. Hasil penelitian tersebut digunakan sendiri untuk memperbaiki berbagai aspek yang kurang tepat yang ditemukan selama proses pembelajaran di kelas. Setelah mempelajari materi dalam unit ini Anda diharapkan mampu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam rangka perbaikan proses pembelajaran di kelas. Kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari modul ini antara lain agar Anda mampu: 1. melakukan persiapan untuk menjalankan tugas sebagai pengajar dan peneliti; 2. melakukan kegiatan pembelajaran di kelas dalam menjalankan tugas sebagai pengajar dan peneliti; 3. mengumpulkan informasi selama pembelajaran di kelas untuk keperluan Penelitian Tindakan Kelas 4. mengetahui kekurangan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran; dan 5. menyiapkan alternatif-alternatif untuk memperbaiki kekurangan kegiatan pembelajaran secara langsung;



Setelah mengkaji secara saksama uraian materi pada unit ini, selanjutnya Anda diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat di masing-masing sub unit, membaca rangkuman, dan mengerjakan soal-soal tes formatif yang disediakan di bagian akhir tiap-tiap subunit. Pedoman jawaban latihan telah tersedia pada masingmasing subunit, demikian halnya kunci jawaban tes formatif juga telah disediakan di bagian akhir unit ini. Namun demikian, Anda diminta untuk menjawab soal-soal latihan dan soal-soal tes formatif secara mandiri terlebih dahulu sebelum mencocokkannya dengan pedoman jawaban latihan ataupun kunci jawaban tes formatif yang telah disediakan.



Selamat belajar, semoga sukses!



SUBUNIT 1 Kegiatan Guru dalam Proses Belajar-Mengajar



Dalam melakukan tugas utamanya dalam mendidik dan mengajar, guru dihadapkan pada tuntutan profesi untuk melakukan upaya perbaikan atas kekurangan-kekurangan dalam melaksanakan tugasnya. Dalam konteks ini guru telah melaksanakan tugas sebagai pengajar dan sekaligus pelaksana PTK. Berikut ini akan dikemukakan tugas guru, mulai dari persiapan, pelaksanaan pembelajaran sampai penilaian pembelajaran. Bagian subunit ini, Anda akan mempelajari tentang kegiatan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar dan pelaksana



A. Mengapa Guru sebagai Peneliti Tindakan Kelas ? Penelitian



tindakan



merupakan



kegiatan



yang



potensial



dalam



mempengaruhi perubahan pendidikan. Penelitian tindakan dapat membantu mengembangkan guru secara profesional yang mencakup tindakan, kemajuan, dan pembaharuan. Di samping itu, proses penelitian tindakan kelas mengajarkan pendekatan



yang



demokratis



untuk



membuat



keputusan,



dan



dapat



memberdayakan guru melalui partisipasi dalam kegiatan yang kolaboratif, dan penelitian yang bertanggung jawab secara sosial (bersama). Komitmen terhadap penelitian tindakan akan memposisikan guru dan administrator sebagai pembelajar daripada sebagai ahli. Komitmen ini akan berimplikasi pada pelaksanaan pengembangan profesional secara berkelanjutan, karena guru percaya bahwa ada gap (pemisah) antara dunia nyata (proses pembelajaran) yang dihadapi mereka sehari-hari dan visi praktek pembelajaran yang ideal. Peranan guru dalam penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki mutu pembelajaran, yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini memberikan suatu gambaran bahwa sebagai peneliti, guru harus memahami kurikulum sesuai dengan tugasnya sebagai pengembang kurikulum melalui peningkatan mutu pembelajaran di kelas. Disamping itu, Elliott, (1991) menjelaskan bagaimana seharusnya guru melaksanakan



penelitian tindakan untuk pembaharuan pendidikan (action



research for educational) dan memainkan peranannya sebagai peneliti pendidikan



dengan munculnya rangkaian reformasi pendidikan/pembaharuan pendidikan dalam kurikulum pembelajaran terpadu, pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan pembelajaran yang berorientasi pada proses. Secara garis besar ada dua permasalahan utama yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan kurikulum yang ada di sekolah yaitu: • Bagaimana cara mengembangkan kurikulum dan mengarahkan guru agar pembelajaran yang berlangsung di sekolah sesuai dengan target yang hendak dicapai dalam kurikulum atau pembelajaran. • Bagaimana agar acuan kurikulum yang berasal dari pusat dapat dikembangkan sedemikian rupa, sehingga tepat untuk disampaikan kepada peserta didik.



Pada prakteknya,



pemisahan matapelajaran tertentu telah menjadikan



peserta didik untuk memilah-memilah dan memisahkan matapelajaran tersebut yang menyebabkan munculnya kesenangan peserta didik terhadap matapelajaran tertentu saja. Banyak guru terjebak dengan pencapaian target jumlah suatu materi yang telah ditetapkan untuk jangka waktu tertentu, tetapi mengabaikan materi lain yang terkait. Sebagai contoh, matapelajaran Bahasa Inggris mencantumkan target penguasaan tata bahasa, tetapi pada akhirnya mengabaikan kecakapan lain seperti menulis, penguasaan vocal dan percakapan. Dari berbagai kenyataan yang ada di lapangan



tersebut



maka



kemudian



dirumuskan adanya suatu rangkaian pembelajaran



terpadu



yang



tidak



mendikotomikan antara matapelajaran B. Guru sebagai Pengajar dan Penelititersebut. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa guru dituntut untuk mampu melakukan PTK sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukannya. Pembahasan berikut ini akan mengemukakan tugas guru sebagai pengajar sekaligus sebagai peneliti, mulai dari persiapan, pelaksanaan, sampai penilaian pembelajaran. a. Persiapan Pembelajaran



Salah satu tugas guru sebagai pengajar sebagaimana tuntutan kurikulum yang berlaku adalah membuat persiapan mengajar. Sejak diberlakukannya Kurikulum 2006 pada setiap tingkat satuan pendidikan yang dikenal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (formal atau sekolah), persiapan atau rencana pembelajaran berubah sebutan, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencanan Pelaksanaan Pembelajaran pada setiap bidang studi/matapelajaran, yang berisikan komponen-komponen: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Bahan Ajar pembelajaran, Metode, langkah-langkah pembelajaran, sumber bahan, dan penilaian. Dalam konteks Penelitian Tindakan Kelas, guru dapat melakukan penyesuaian format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan melengkapi beberapa butir. Contoh format RPP tersebut disajikan seperti contoh format berikut:



Format: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran



Matapelajaran



:…



Kelas/Semester



:…



Pertemuan Ke-



:…



Alokasi Waktu



:…



Standar Kompetensi



:…



Kompetensi Dasar



:…



Indikator



:…



----------------------------------------------------------------------I. Tujuan Pembelajaran



:…



II. Materi Ajar



:…



III. Metode Pembelajaran



:…



IV. Langkah-langkah Pembelajaran



A. Kegiatan Awal



:…



B. Kegiatan Inti



:…



C. Kegiatan Akhir



:…



V. Alat/Bahan/Sumber Belajar



:…



VI. Penilaian



:…



Langkah-langkah menyusun RPP seperti contoh format di atas, adalah sebagai berikut: A. Mengisi kolom identitas B. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan C. Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun D. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan 5. Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran 6. Menentukan metode pembela-jaran yang akan digunakan 7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir. 8.



Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan



9.



Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dll Dalam konteks Penelitian Tindakan Kelas, guru dapat melakukan



penyesuaian format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan melengkapi beberapa butir.



2. Pelaksanaan Pembelajaran Dalam pelaksanaan PTK guru benar-benar mempersiapkan apersepsi yang lebih menarik. Pada umumnya, dalam satuan pelajaran, apersepsi yang dibuat guru ditulis dengan kata-kata, tanpa menuliskan apa dan bagaimana rumusan apersepsi, misalnya: “Guru mengadakan apersepsi”, sehingga ketika pelaksanaan di dalam kelas, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kurang menarik perhatian dan sebaliknya mengungi minat peserta didik untuk mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru di kelas. Setelah menyampaikan apersepsi langkah selanjutnya: 1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari materi yang akan dipelajari atau dibahas. 2) Sebelum mulai mempelajari atau membahas materi baru, guru perlu yakin betul bahwa materi yang mendasari bahan yang akan dibahas (prerequisite material) harus dikuasai lebih dahulu oleh peserta didik. Sebagai guru yang melaksanakan PTK perlu menyadari dan harus yakin betul bahwa materi pre-requisite material sudah dikuasai peserta didiknya atau sebagai materi pra-syarat yang harus dikuasai memudahkan peserta didik mempelajari materi baru. Untuk itu guru perlu melakukan tes atau menyiapkan pertanyaan-pertanyaan mengenai pre-requisite tersebut. 3) Guru menyajikan bahan/materi baru sesuai dengan tuuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut, guru perlu menguasai dan memilah yang mana harus didahulukan. Artinya, mana tujuan yang merupakan pre-requisite untuk tujuan pembelajaran lainnya dan mana tujuan pembelajaran yang mudah dari yang lainnya. Dalam pelaksanaan PTK , guru harus mampu menerapkan kreteria tersebuit dalam proses pembelajaran. 4) Metode yang tertulis dalam satuan pelajaran, misalnya metode ceramah, tanya jawab atau diskusi dan atau praktek mandiri. Dalam pelaksanaan PTK



metode-metode



tersebut



harus



dioperasionalkan



(misalnya:



bagaimana membelajarkan peserta didik, topik yang mana peserta didik mempraktekkan sendiri, bagimana mendiskusikan) dan bagaimana pelaksanaan metode tersebut. Jadi guru sebagai pelasana PTK perlu jelas tentang “apa dan bagaimana” metode harus dilaksanakan, apakah kegiatan



dengan metode tersebut dilakukan secara klasikal, individual atau kelompok. 5) Pengaturan dan pemanfaatan waktu belajar.



Alokasi waktu dan



pemanfaatan waktu sangat penting dalam proses pembelajaran dan pelaksanaan PTK oleh guru, karena guru selain mengajar juga harus mengadakan penelitian. Sebagai pelaksana PTK guru harus selalu cermat dan teliti bahwa tugas guru tidak sekedar menyampaikan materi yang berbentuk fakta tetapi lebih



dari itu, peserta didik harus dilatih pada



proses berpikir yang lebih tinggi dari penerapan yaitu peserta didik harus terlatih dalam berpikir analisis, sintesis, dan berpikir evaluatif, pengembangan ranah afektif (nilai dan sikap) dan ranah keterampilan. Untuk itu, melalui matapelajaran apa saja dapat dilatihkan dan dibina manusia yang terampil menggunakan panca indranya dan manusia yang dapat dijadikan teladan dan panutan (disiplin, jujur, teliti, terbuka, hemat, menghargai waktu, kreatif dan inovatif, bertanggung jawab dan lainlainnya).



3. Umpan Balik dalam Proses Pembelajaran Guru memerlukan umpan balik untuk mengetahui kualitas dari pelaksanakan pembelajaran yang menjadi tugas profesinya sebagai guru. Umpan balik yang diperoleh guru biasanya diperoleh melalui tes formatif (lisan atau tulisan). Guru pelaksana PTK memerlukan lebih banyak umpan balik dibandingkan dengan guru biasa. Karena itu, guru pelaksana PTK harus mempersiapkan lebih banyak informasi. Informasi tersebut diperoleh dari berbagai alat, misalnya kalau guru menggunakan butir soal (tes) yang perlu diperiksa, apakah butir-butir soal tersebut sudah mengukur tujuan pembelajaran (TIK/TPK) yang penting dan terpenting sehingga informasi yang dikumpulkan oleh guru lebih menekankan pada penyempurnaan proses pembelajaran.



Latihan: Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini, selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut:



1. Dari segi persiapan, yaitu rencana pembelajaran yang dibuat guru sebagai pengajar biasa berbeda dengan rencana pembelajaran untuk PTK. Coba diskusikan dengan teman-teman Anda tentang perbedaan tersebut, temukan juga persamaannya. 2. Buatlah rencana penelitian ( minimal 2 siklus) dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk perbaikan proses pembelajaran di kelas, dimana Anda mengajar berdasarkan siklus yang direncanakan.



Petunjuk Penyelesaian Latihan: 1. Coba diskusikan dengan teman-teman Anda tentang format perencanaan pembelajaran (RPP) dan lihat komponen-komponen Anda jadikan RPP untuk perbaikan pembelajaran melalui penelitia. Lakukan diskusi bersama temanteman Anda dalam menyelesaikan tugas. 2.



Diskusikan



bersama



teman-teman



Anda



mengenai



masalah-malalah



pembelajaran di kelas, kemudian buat rencana penelitian (lihat cuplikan contoh 1 dan 2) dan rencana pembelajaran selaraskan dengan rencana penelitian tindakan.



RANGKUMAN Tugas utama guru, selain mendidik adalah mengajar. Sebagai pengajar, guru dihadapkan pada tuntutan profesi untuk melakukan upaya perbaikan atas kekurangan-kekurangan dalam melaksanakan tugasnya. Secara empiris, guru yang berpengalaman mengajar secara tidak disadari telah melakukan sejumlah kegiatan tambahan yang merupakan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Rangkaian



pelaksanaan



tindakan



membentuk



siklus,



yakni:



(1)



perencanaan (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi yang terus mengalir menghasilkan siklus baru sampai penelitian tindakan kelas dihentikan.



RENCANA



REFLEKSI



SIKLUS -1



TINDAKAN & OBSERVASI



RENCANA



REFLEKSI



SIKLUS -2



TINDAKAN & OBSERVASI



dst



Komitmen terhadap penelitian tindakan akan memposisikan guru dan administrator sebagai pembelajar daripada sebagai ahli karena dalam PTK guru belajar dari pengalaman pembelajaran yang telah dilakukannya. Salah satu tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengatasi permasalahan reformasi kurikulum pendidikan yang sedang berlangsung di jenjang pendidikan dasar, jenjang pendidikan menengah, dan berbagai aspek yang terkait di dalamnya.



SUBUNIT 2 Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas



Selain sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai peneliti atau pelaksana PTK. Subunit ini Anda akan mempelajari tentang kegiatan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai peneliti atau pelaksana penelitian tindakan kelas (PTK).



A. Reformasi Kurikulum melalui Penelitian Tindakan Kelas Salah satu tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengatasi permasalahan reformasi kurikulum pendidikan untuk semua jenjang pendidikan dan pada berbagai aspek yang terkait. Reformasi kurikulum pendidikan pada awalnya memfokuskan pada pembelajaran matapelajaran yang diajarkan secara sendiri dan tidak terintegrasi dengan matapelajaran lainnya, untuk kemudian dilakukan pembelajaran lintas disiplin ilmu (matapelajaran) dengan tujuan peserta didik dapat berfikir secara terpadu dan sesuai dengan pengalaman hidup yang mereka peroleh di lingkungan sekitarnya. Contoh: • Pembelajaran tentang skala dan jarak antara wilayah pada sebuah peta pada pelajaran matematika, • Pembelajaran tentang air, sarana transportasi laut dan maha pengasih penyayang yang menciptakan alam ini. • Pembelajaran pembagian di kelas rendah, nilai-nilai kejujuran dan keadilan. • Pembelajaran tentang keluarga dan pertumbuhan, masyarakat, perang, serta dunia usaha. • Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi-materi lainnya. • Dan lain-lain. Secara umum



materi-materi tersebut mencakup pengintegrasian



pemahaman yang telah diperoleh



peserta didik baik dari lingkungan sekitar



maupun dari pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga membentuk kerangka berfikir peserta didik tersebut lebih terarah. Secara implisit hal ini merupakan tunas-tunas munculnya kurikulum berbasis sekolah (school based-curriculum).



Kurikulum berbasis sekolah merupakan suatu pembaharuan pendidikan yang menitikberatkan dan mengutamakan ramuan kurikulum yang dapat dikembangkan dan diterima oleh peserta didik sehingga manfaat keberadaan kurikulum dan matapelajaran di sekolah dapat dirasakan oleh peserta didik. Perpaduan materi kurikulum dapat dilakukan dengan beberapa teknik dan cara seperti tersebut di bawah ini: •



Jumlah pengajar (guru) yang lebih banyak supaya perbandingan guru dan jumlah peserta didik proporsional. Jumlah guru atau pengajar yang banyak dapat meningkatkan frekuensi pertemuan antara peserta didik dan pengajar (guru), sehingga penguasaan materi dan pencapaian tujuan yang ada di dalam kurikulum dapat terlaksana lebih baik.







Peran kepala sekolah yang mampu menyesuaikan diri, dalam pengertian tidak menekan



pengajar



(guru)



untuk



memfokuskan



pembelajaran



pada



penyelesaian jumlah materi pelajaran. Dengan demikian, pengajar (guru) dapat dengan leluasa mengembangkan kreatifitasnya secara maksimal. Menurut Elliot (1991), beberapa karakteristik proses reformasi kurikulum adalah sebagai berikut : • Proses reformasi diawali oleh pengajar (guru), dengan langsung melihat dan melaksanakan



kegiatan nyata yang sebenarnya



sedang aktual di dunia



pendidikan. •



Kurikulum dalam bentuk pembelajaran yang selama ini dikembangkan dan dijalankan oleh pengajar



di dalam kelas



ternyata menimbulkan banyak



hambatan. Hambatan tersebut berkaitan dengan daya serap



peserta didik



terhadap materi yang disampaikan oleh pengajar (guru), serta keterkaitan dan aplikasi materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Secara garis besar, isi kurikulum tersebut “Kurang bermanfaat bagi peserta didik”. 1) Adanya pembaharuan dalam pembelajaran sering ditentang oleh sebagian besar pengajar (guru) yang masih berfikir bahwa pendidikan merupakan serangkaian proses belajar mengajar dan



proses evaluasi yang tidak



memerlukan pembaharuan dalam pencapaian hasil akhir. 2) Permasalahan yang timbul kemudian didiskusikan secara bersama untuk menemukan solusi pemecahannya, dan ditindaklanjuti.



3) Proposal inovasi dalam kurikulum, yang kemudian dikenal dengan istilah reformasi kurikulum, diujicobakan dengan mempertimbangkan segala aspek yang mendukung dan mungkin timbul di sekolah-sekolah percobaan. 4) Tindak lanjut pada pengembangan yang dilakukan



dalam



reformasi



kurikulum ini menggunakan pendekatan dari “bawah ke atas” dalam arti dari tingkatan pendidikan yang rendah ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, atau dimulai dari pengalaman guru di kelas sampai pengambilan kebijakan tentang kurikulum, yang berarti kebalikan dari pendekatan selama ini yang berasal dari “atas ke bawah” (kurikulum ditentukan secara terpusat, sednagkan pada jajaran terendah hanya sebagai pelaksana belaka). PTK, yang dimaksudkan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan, khususnya mutu pembelajaran di kelas dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal berikut: 1) Rancangan penelitian didasarkan pada kemampuan yang ada pada guru. Guru bukan objek penelitian melainkan subjek penelitian. Istilah penelitian di sini berarti terdapat keterkaitan antara penelitian yang dilakukan dengan pembelajaran dalam bidang pendidikan. 2) Pengajar (guru) dikelompokkan berdasarkan hasil diagnosa dan hipotesa yang dibuat sebelumnya. 3) Pengajar (guru) diharapkan dapat mengembangkan teori pembelajaran yang mereka miliki dan dapat mewujudkannya dengan baik pada saat proses pembelajaran berlangsung, dan dalam menghadapi peserta didik. Pendekatan ini akan banyak membantu guru untuk mengetahui apa yang mereka harus lakukan apabila timbul permasalahan di kelas. 4) Kelas percobaan penelitian dirancang sedemikian rupa supaya dapat disesuaikan dengan suasana guru, peserta didik dan jenis kelas yang akan dijadikan penelitiannya 5) Kegiatan awal tim peneliti adalah merumuskan tujuan penelitian dalam rangka memfasilitasi kegiatan selanjutnya. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:







Mengidentifikasi dan mendiagnosa situasi kelas yang biasanya terjadi dan mengetahui permasalahan yang timbul pada saat berlangsungnya proses



pembelajaran,



Kemudian



mendiagnosa



kembali



dan



mengelompokkan



permasalahan-permasalahan



yang



dapat



diklasifikasikan agar mudah dinyelesaikan.







Mengembangkan dan mengujicobakan hipotesis tes praktek tentang bagaimana masalah pembelajaran dapat dipecahkan dan juga juga mengelompokkan mana saja masalah-masalah yang dapat diselesaikan dengan satu kali penyelesaian







Untuk memperoleh tujuan, prinsip dan penilaiannnya, perlu dilakukan identifikasi prinsip-prinsip dasar yang ada.



Agar dapat penelitian dapat terlaksana dengan baik, para pengajar (guru) perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1) Setiap pengajar (guru) harus dapat mengontrol keadaan kelas dan mengelola infomasi



yang sedang berlangsung,



sehingga guru dapat



mengakses setiap informasi mengenai kelasnya dengan mudah. 2) Kepala sekolah seharusnya mengontrol dan mengecek kebenaran data atau informasi yang masuk, dan yang diperolehnya. 3) Setiap pengajar (guru) harus mengontrol kinerja tim dalam prakteknya di kelas, dan melihat situasi yang tidak formal yang melibatkan langsung peserta didik. 4) Data yang diperoleh tim Selayaknya dapat diakses oleh pengajar ( guru) lain yang berhubungan dengannya, orang tua peserta didik, dan peserta didik untuk keperluan tertentu. 5) Peserta didik yang terlibat interview (wawancara) dengan tim peneliti tetap dapat menjalin hubungan dengan pengajarnya dan dengan orang lain. Elliot (1991) mengutip salah satu teori yang dikemukakan oleh David Ebbut tentang teori peningkatan kualitas pembelajaran melalui interaksi peserta didik dengan pengajar. Fokus teori ini terletak pada pemahaman guru dalam peranannya memajukan sistem pendidikan yang menitikberatkan pada aspek proses, dimana pembelajaran itu dilaksanakan. Salah satu tujuan teori ini adalah untuk mendemonstrasikan kapasitas pengajar dalam membangkitkan, menguji dan mempraktekkan kemampuan akademik di kelas dalam hubungannya dengan lingkungan sekitar, termasuk peserta didik, dan peranannya di masyarakat karena pada hakikatnya berinteraksi dengan peserta didik berarti berinteraksi dengan masyarakat juga. Dalam proses pembelajaran terjadi transfer ilmu dan



pemahaman dari pengajar (guru) kepada peserta didik. Oleh karena itu, tingginya interaksi antara peserta didik dan pengajar (guru)



diprediksikan dapat



meningkatkan mutu pembelajaran, meskipun hal ini belum tentu selalu benar. Pengembangan teori kurikulum pada kenyataannya selama ini tidak berjalan sesuai dengan harapan teori, yang berarti pengembangan tersebut tidak semudah yang disampaikan dalam teori. Hal ini disebabkan pengembangan kurikulum sangat terkait dengan berbagai faktor, seperti pengajar, iklim pendidikan di suatu wilayah, proses pembelajaran yang dilakukan guru, dan isi kurikulum itu sendiri. Dari sudut pandang kurikulum,



antara pembelajaran dan pengajaran



mempunyai makna dan sudut pandang yang berbeda. Pembelajaran dipandang sebagai suatu kegiatan aktif dalam pendidikan dengan melibatkan seluruh komponen pembelajaran dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan sesuai dengan harapan daripada kegiatan yang dilakukan secara pasif. Peranan guru sebagai pengembang kurikulum di kelas dan peneliti dalam rangka perbaikan mutu pembelajaran akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Selain itu, peranan guru sebagai pengembang kurikulum dan peneliti merupakan awal dari proses pengambilan kebijakan terhadap kurikulum yang dilaksanakan di kelas. Penelitian tindakan dipandang penting karena



guru mengetahui



perkembangan di kelas, permasalahan yang muncul di kelas, dan cara mengatasi permasalahan tersebut. Peran sentral guru melalui kinerjanya dalam memperbaiki proses pembelajaran dapat mewujudkan peningkatan pencapaian prestasi belajar peserta didik. Salah satu acuan dalam menggambarkan praktek kurikulum yang dapat digunakan oleh guru sebagai peneliti atau pelaksana PTK adalah teori kurikulum humanistik.



Teori kurikulum humanistik yang dikemukakan oleh Stenhouse



Elliot, 1991) dilatarbelakangi oleh keinginan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang berada di bawah rata-rata menjadi peserta didik yang berada pada tingkat rata-rata. Dalam kurikulum humanistik



peserta didik dianggap



sebagai subjek atau pelaku humanis dimana setiap peserta didik berkesempatan untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhannya masing-masing. Substansi atau sosok kurikulum semacam ini hampir tidak tampak secara jelas, karena kurikulum berupa rencana pembelajaran yang disusun bersama antara peserta didik dan guru. Dengan menekankan pentingnya perhatian terhadap minat dan



kebutuhan peserta didik secara perorangan, maka dengan bantuan gurunya, setiap peserta didik dapat menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhannya masing. Guru juga berperan sebagai pendamping dalam pembelajaran, sebagai model dalam pemecahan masalah, sebagai katalisator untuk memulai proses pembelajaran, sebagai pembantu dalam proses pembelajaran, dan sebagai teman yang perlu untuk dihampiri peserta didik di saat mereka mengagadapi masalah. Pada dasarnya tanggung jawab pembelajaran dan pilihan kegiatan pembelajaran yang tepat berasal dari para peserta didik. Berangkat dari pemikiran tentang kurikulum humanistik dan penjelasan tersebut di atas, penelitian tindakan dapat dilakukan dengan mempertimbangkan teori humanistik. Konsep dasar teori humanistik yang dikemukakan Lawrence Stenhouse tersebut didasarkan pada aspek prexiologi yaitu suatu prinsip dasar yang dipahami dan dilaksanakan



oleh guru dalam membumikan



pendidikan ke dalam praktek pembelajaran yang sebenarnya.



tujuan



Prexiologi ini



menjadikan proses pendidikan yang dilaksanakan secara berbeda-beda antara satu dengan lainnya, baik itu dalam hal metode dan strategi yang digunkan maupun kurikulum yang digunakan di masing-masing sekolah. Tujuan dari teori humanistik yang dikemukakan oleh Stenhouse berkaitan dengan pengembangkan pemahaman terhadap situasi masyarakat yang ada di sekitarnya dan



diharapkan agar masyarakat dapat menyikapi perubahan-



perubahan yang terjadi di dalam dunia pendidikan dengan bijaksana. Teori humanistik tersebut secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Jika ada silang pendapat yang tejadi di dalam kelas, maka pengajar (guru) sebagai konselor wajib meselesaikannya dan mencari solusi secara tuntas pada saat itu juga, baik permasalahan individu maupun kelompok. 2)



Diharapkan otoritas



tidak digunakan oleh guru



untuk memaksakan



pendapatnya mengenai permasalahan tertentu kepada peserta didik. 3)



Permasalahan-permasalahan yang diperdebatkan peserta didik hendaknya dapat dijadikan sebagai ajang diskusi yang dapat memancing tanggapan yang berbeda-beda dari setiap peserta didik. Dalam kasus ini, guru harus berusaha menghindari menjawab permasalahan tertentu secara terbuka.



4)



Diskusi yang dilaksanakan diupayakan jangan dari topik yang sedang dibicarakan.



sampai melebar keluar



5)



Guru sebagai fasilitator (pemandu kegiatan) dapat mengarahkan kegiatan atau diskusi yang dilakukan peserta didik berjalan dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan kualitas pembelajaran yang lakukannya. Istilah praxiologi di sini mengandung arti lebih luas, “praxis” yang berarti



guru dalam perannya sangat bergantung pada situasi dan kondisi. Lebih jauh lagi, praxis juga berarti mengatur prinsip-prinsip dalam pembelajaran. Oleh karena itu, istilah praxis tidak dapat dipisahkan dari istilah kurikulum sebab kurikulum bukan keadaan yang statis. Dalam teori humanistik, terdapat dua pendekatan untuk peserta didik, yaitu: •



Pendekatan Membaca - Memahami – Berdiskusi







Pendekatan Membaca – Mendiskusikan – Memahami



Alat bantu pembelajaran berupa peralatan multimedia digunakan untuk diskusi dan melaksanakan kegiatan lainnya. Pada pelaksanaannya guru yang mengajar di kelas memiliki karakteristik yang berbeda dalam menanggapi dua pendekatan ini. Sikap guru dapat digoloingkan menjadi dua kelompok yang berbeda. •



Guru yang awalnya telah memiliki gaya mengajar masing-masing, ketika menghadapi kejadian dan permasalahan-permasalah yang tidak biasanya yang timbul dari peserta didik, baik pengetahuan pandangan maupun pemahaman baru, maka guru menanggapinya dengan menggunakan cara yang selama ini dikerjakannya tanpa mau mentolerir atau melihat kondisi yang sebenarnya terjadi. Dalam pengertian lain, tipe seperti ini diartikan refleksi pembelajaran sudah terlihat dari awal.







Guru yang mengusahakan merubah beberapa aspek yang dimilikinya terkait dengan pembelajaran yang sedang berlangsung dan permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran itu berlangsung, kemudian



ia berusaha



merubah dirinya dan mengusahakan mutu pembelajarannya lebih baik dari sebelumnnya,



mengawasi



jalannya



pembelajaran



dan



mengevaluasi



permasalahan yang timbul serta berusaha memberikan pemahaman yang baik kepada peserta didik. Dalam kata lain, tipe ini diartikan pembelajaran terlihat pada saat mulai dilaksanakan.



Salah satu aspek yang mengiringi reformasi kurikulum tersebut adalah aspek pedagogik. Aspek pedagogik ini tidak dapat terlepas dari proses pembelajaran yang sebenarnya. Dalam proses pembelajaran ini guru diharapkan mampu menyesuaikan kurikulum dengan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Guru juga diharapkan dapat mengenali adanya perubahan yang terjadi pada anak didik, yang meliputi perubahan cara berfikir, pengembangan pemahaman terhadap materi yang diberikan. Oleh karena itu, guru harus memiliki rasa peduli yang tinggi dan ditunjang oleh faktor pengalaman yang memadai karena memahami dan mendiagnosa kejadian yang berlangsung pada diri peserta didik bukan pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cepat, tetapi membutuhkan ketelatenan dan latihan yang diperoleh oleh guru itu sendiri.



B. Perbaikan Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas PTK dilaksanakan saat ditemukan kelemahan atau kekurangan dalam pelaksanaan PBM. Apabila kita mencermati praktek pembelajaran, dimana guru terlibat langsung dalam proses belajar-mengajar di kelas, dan terjadi interaksi antara guru dan peserta didik, kegiatan penelitian tindakan kelas tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Untuk memahami yang lebih baik, contoh kasus diberikan berikut ini. Guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh peserta didiknya di kelas, ternyata tidak ada jawaban atau sambutan, maka guru mengulang pertanyaan dengan mengubah kata-kata yang biasa digunakan dan mudah dipahami peserta didik dengan tujuan yang sama.



Kegiatan guru mengulang pertanyaan dengan memperbaiki rumusan pertanyaan yang disampaikan tersebut menandakan bahwa guru telah



melaksanakan proses refleksi (merenung). Dalam konteks ini, kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran 1. Perencanaan Pembelajaran Setelah melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran di kelas, dan menemukan masalah yang harus dipecahkan, guru selanjutnya melakukan upaya pengatasan masalah dengan merencanakan perbaikan proses pembelajaran. Tindakan guru untuk memperbaiki pembelajaran tersebut memerlukan persiapan dalam bentuk perencanaan perbaikan pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh guru sebagai peneliti, antara lain:



a. Tujuan Pembelajaran Dalam rencana pembelajaran, guru yang melaksanakan PTK perlu menambahkan tujuan tambahan setiap matapelajaran yang direncanakan. Tujuan tambahan tersebut dijabarkan dari setiap matapelajaran sebagai fokus pembelajaran yang akan dijadikan sasaran PTK untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yang diharapkan. b. Memilih bahan pembelajaran. Kesesuaian materi bahan ajar dengan tujuan yang ingin dicapai dicantumkan dalam RPP. Dalam pelaksanaan PTK, pemilihan bahan belajar tidak cukup dengan satu jenis bahan ajar, tetapi harus bervariasi. Pada awal pelaksanaan PTK, bahan belajar sebaiknya ditulis dalam catatan tersendiri jika guru memiliki keterbatasan mengingat bahan-bahan ajar. Dalam pemilihan bahan ajar, guru perlu memperhatikan kemudahan pengadaan dan penguasaan konsep materi yang diajarkan.



c. Memilih metode. Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal adalah situasi di mana peserta didik dapat berinteraksi dengan guru dan/atau bahan pelajaran di tempat tertentu yang telah diatur dalam rangka mencapai



tujuan. Selain itu, situasi tersebut dapat menjadikan kegiatan belajar lebih optimal dengan metode dan/atau media yang digunakan adalah tepat. Pemahaman dan kemampuan guru sangat diharapkan dalam memilih pendekatan, strategi dan metode serta model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik, agar tujuan pembelajaran tercapai secara baik. Strategi pembelajaran tersebut dapat diartikan setiap kegiatan pengaturan dari materi yang dipilih, memberikan layanan bimbingan atau bantuan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik dalam menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk kegiatan PTK, motode yang terbaik tidak selalu apa yang terbaik dalam pikiran guru bagi peserta didik. Oleh karena itu, guru perlu mempersiapkan berbagai alternatif metode pembelajaran untuk membicarakan satu masalah/pokok bahasan/sub pokok bahasan/materi pelajaran. Oleh karena itu, metode yang terbaik adalah metode yang memiliki kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik supaya peserta didik dapat memahami dan menguasai materi yang diajarkan oleh guru dengan mudah.



d. Memilih alat bantu. Pemilihan materi memberikan konsekuensi pada penyiapan media pembelajaran yang tepat sebagai alat bantu pembelajaran bagi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam satuan pelajaran atau rencana pembelajaran, alat bantu mengajar (media) harus dicantumkan. Untuk kegiatan PTK, guru harus menyiapkan alternatif alat bantu untuk keperluan guru sendiri dalam proses pembelajaran. Alat bantu yang dimaksud antara lain: lembar observasi, catatan harian, kamera, video, alat rekam suara yang digunakan untuk merekam peristiwa pembelajaran yang telah dilaksanakan.



e. Menyusun Alat ukur Alat ukur digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran, yang dijabarkan ke dalam indikator-indikator pencapaian tujuan. Kejelasan alat ukur dapat memberikan gambaran terpenuhi-tidaknya kompetensi dasar yang



dipersyaratkan untuk pencapaian standar kompetensi yang diharapkan oleh setiap pokok/sub pokok bahasan dari matapelajaran. Untuk memperoleh informasi yang menyeluruh dan konprehensif selama proses pembelajaran, guru yang melaksanakan PTK harus memiliki lebih banyak alat ukur (tes). Indikator keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh guru, misalnya menentukan tingkat penguasan peserta didik berdasarkan kreteria dengan rentang dari terendah sampai tertinggi.



Berikut ini dikemukakan beberapa contoh indikator keberhasilan.



Contoh 1: Pak Heri, guru Matematika, menentukan indikator keberhasilan mengajarkan materi tentang rumus Phythagoras. Ia menentukan keberhasilan mengajar materi yang diajarkannya tersebut dengan berpatokan pada penguasaan materi oleh peserta didiknya, yaitu bilamana minimal 85 % peserta didik dapat menerapkan rumus tersebut dalam berbagai ukuran segi tiga. Artinya, pengajar (guru matematika) dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran kalau minimal 85% dari jumlah peserta didiknya dapat menjawab semua soal yang berkenaan dengan ukuran segi tiga. Keberhasilan pencapaian ini, membutuhkan metode mengajar yang tepat dan mudah dipahami peserta didiknya. Yang perlu dipahami oleh guru bahwa tidak semua peserta didiknya pandai, mungkin memiliki tingkat keserdasan yang relatif tidak sama. Kalau rata-rata peserta didiknya tidak mampu mencapai kriteria antara 85-100%, kriteria tersebut dapat diturunkan mungkin antara 6080%.



Contoh 2:



Pak Ahmad, guru Olah Raga, mengajarkan Pokok Bahasan: Atletik. Dengan materi pelajaran tentang lompat jauh kepada peserta didik kelas VI. Ia merencanakan kegiatan pembelajaran praktek lompat jauh kepada peserta didiknya dengan metode ceramah dan demonstrasi. Pak Ahmad memberikan contoh cara-cara melakukan lompatan. Kemudian ia mengajak peserta didiknya di lapangan dan menyuruh peserta didiknya satu persatu melakukan lompatan. Ternyata dua puluh lima orang peserta didik kelas VI (memiliki usia yang relatif sama) mampu melakukan lompatan tidak lebih dari 150 cm. Pada hal, Pak Ahmad telah menentukan indikator keberhasilan mengajarkan materi lompat jauh, yaitu 90 % peserta didiknya memiliki kemampuan lompatan di atas 150 cm. Setelah mengatahui dan menyampaikan kemampuan rata-rata lompatan kepada peserta didiknya, ia menentukan indikator keberhasilan dengan kriteriakriteria: 85-100 % berhasil, 60-84% cukup berhasil, dan 59 % ke bawah kurang berhasil. Berangkat dari kemampuan awal rata-rata lompatan peserta didiknya, Pak Ahmad berupaya memperbaiki proses pembelajaran pada materi yang sama dengan memberikan contoh teknik-teknik lompat jauh kepada peserta didiknya, kemudian ia menyuruh peserta didiknya satu persatu mempraktekkan cara-cara dan teknik-teknik lompatan di lapangan. Perlu diingat bahwa setiap guru harus memahami bahwa setiap anak memiliki bakat dan kemampuan berbeda dalam bidang olah raga. Dalam rencana pembelajaran seperti yang dikemukakan pada butir a sampai butir e di atas, tidak tercamtum beberapa butir tambahan dalam pelaksanaan pelaksanaan PTK. Untuk memudahkan Anda dalam pelaksanaan PTK, butir tambahan yang perlu dicantumkan dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) tersebut antara lain sebagai berikut: 1) Merencanakan fokus pembelajaran yang akan dijadikan sasaran PTK. Dalam menentukan fokus pembelajaran yang perlu selalu diingat oleh Anda (guru) adalah kriteria melaksanakan PTK sebagaimana telah Anda pelajari pada unit 3. 2) Menentukan kreteria keberhasilan, seperti contoh 1 dan 2 butir e.



Berkaitan dengan persiapan pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru seperti yang dikemukakan di atas, dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) guru merasa ada tugas tambahan melaksanakan PTK. Tambahan kegiatan tersebut antara lain guru harus mempersiapkan beberapa alternatif dalam melaksanakan setiap tahap dalam pelaksanaan pembelajaran. Beberapa alternatif tersebut diantaranya berkenaan dengan apersepsi, metode, berbagai alat ukur, materi pelajaran yang mampu mengembangkan berbagai aspek berpikir, yang meliputi aspek kognitif, afektif maupun aspek keterampilan. Untuk memudahkan Anda memahami tentang kegiatan tambahan guru sebagai peneliti dalam mempersiapkan pelaksanaan PTK akan disajikan contoh format perencanaan pelaksanaan pembelajaran dalam PTK, yang melengkapinya dengan mencantumkan fokus pembelajaran yang menjadi sasaran PTK dan kriteria atau indikator keberhasilan. Dari butir-butir dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. seperti tampak dalam tabel 4.2. Anda akan mengerti bahwa ada beberapa kegiatan tambahan guru sebagai peneliti atau pelaksana PTK. Untuk itu, silahkan Anda mencermati setiap butir atau komponen rencana pembelajaran seperti tampak pada contoh format berikut:



Format: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui PTK Matapelajaran



:…



Kelas/Semester



:…



Pertemuan Ke-



:…



Alokasi Waktu



:…



Standar Kompetensi



:…



Kompetensi Dasar



:…



Indikator



:…



Fokus Pembelajaran (PTK) : ......



===================================================== I. Tujuan Perbaikan Pembelajaran II. Materi Ajar



:…



III. Metode Pembelajaran



:…



:…



IV. Langkah-langkah Pembelajaran A. Kegiatan Awal



:…



B. Kegiatan Inti



:…



C. Kegiatan Akhir



:…



V. Alat/Bahan/Sumber Belajar



:…



VI. Penilaian



:…



VII. Kriteria Keberhasilan



:…



2. Pelaksanaan Pembelajaran Dalam pelaksanaan PTK guru benar-benar mempersiapkan apersepsi yang lebih menarik. Sebagaimana dikemukakan pada butir 1 di atas, ada sejumlah kegiatan tambahan yang perlu dicantumkan dalam rencana pembelajaran (RPP). Kegiatan tambahan dalam pelaksanaan PTK tersebut memberikan isyarat bahwa guru dalam melaksanakan kegiatan PTK harus



mewaspadai setiap kegiatan



tambahan yang direncanakan dan dilaksanakan lebih banyak lagi sebagai suatu siklus. Biasanya sesuatu yang tidak direncanakan muncul yang memerlukan ketika PBM berlangsung. Salah satu contoh, misalnya guru bertanya kepada peserta didik, ternyata tidak ada sambutan atau jawaban, kemudian guru mengulang pertanyaan dengan mengubah kata-kata yang tidak dikenal peserta



didik dengan kata-kata biasa. Secara cepat guru merenung (merefleksi) lalu merubah kata-kata dalam rumusan pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik Pada umumnya, dalam



satuan pelajaran atau rencana pembelajaran,



apersepsi yang dibuat guru ditulis dengan kata-kata, tanpa menuliskan apa dan bagaimana rumusan apersepsi, misalnya: “Guru mengadakan apersepsi”, sehingga ketika pelaksanaan di dalam kelas, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kurang menarik perhatian dan sebaliknya mengungi minat peserta didik untuk mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru di kelas. Kegiatan tambahan tersebut, misalnya ketika guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh peserta didiknya di kelas, ternyata tidak ada jawaban atau sambutan, kemudian guru tersebut mengulang pertanyaan dengan merubah kata-kata yang biasa digunakan dan dipahami peserta didiknya dengan tujuan yang sama. Kegiatan guru mengulang pertanyaan dengan memperbaiki



rumusan pertanyaan yang



disampaikan tersebut menandakan guru telah melaksanakan proses refleksi (merenung). Setelah menyampaikan apersepsi langkah selanjutnya: a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari materi yang akan dipelajari atau dibahas. b. Sebelum mulai mempelajari atau membahas materi baru, guru perlu yakin betul bahwa materi yang mendasari bahan yang akan dibahas (pre-requisite material) harus dikuasai lebih dahulu oleh peserta didik. Sebagai guru yang melaksanakan PTK perlu menyadari dan harus yakin betul bahwa materi yang sudah dikuasai peserta didiknya atau sebagai materi pra-syarat yang harus dikuasai memudahkan peserta didik mempelajari materi baru. Untuk itu guru perlu melakukan tes atau menyiapkan pertanyaan-pertanyaan mengenai bahan yang akan dibahas atau diajarkan tersebut. c. Guru menyajikan bahan/materi baru sesuai dengan TIK. Dalam upaya pencapaian TIK, guru perlu menguasai dan memilah yang mana harus didahulukan. Artinya, mana TIK yang merupakan pre-requisite untuk TIK lainya dan mana TIK yang mudah dari yang lainnya. Dalam pelaksanaan PTK, guru harus mampu menerapkan kreteria tersebuit dalam proses pembelajaran. d. Metode yang tertulis dalam satuan pelajaran, misalnya metode ceramah, Tanya jawab atau diskusi dan atau praktek mandiri. Dalam pelaksanaan



PTK metode-metode tersebut harus dioperasionalkan (misalnya: bagaimana meniceramahkan, yang mana peserta didik mempraktekkan sendiri, bagimana mendiskusikan) dan bagaimana pelaksanaan metode tersebut. Jadi guru sebagai pelasana PTK perlu jelas tentang “apa dan bagaimana” metode harus dilaksanakan, apakah kegiatan dengan metode tersebut dilakukan secara klasikal, individual atau kelompok. e. Pengaturan dan pemanfaatan waktu belajar.



Alokasi waktu dan



pemanfaatan waktu sangat penting dalam proses pembelajaran dan pelaksanaan PTK oleh guru, karena guru selain mengajar juga harus mengadakan penelitian. Sebagai pelaksana PTK guru harus selalu cermat dan teliti bahwa tugas guru tidak sekedar menyampaikan materi yang berbentuk fakta tetapi lebih dari itu, peserta didik harus dilatih pada proses berpikir yang lebih tinggi dari penerapan yaitu peserta didik harus terlatih dalam berpikir analisis, sintesis, dan berpikir evaluatif, pengembangan ranah afektif (nilai dan sikap) dan ranah keterampilan. Untuk itu, melalui matapelajaran apa saja dapat dilatihkan dan dibina manusia yang terampil menggunakan panca indranya dan manusia yang dapat dijadikan teladan dan panutan (disiplin, jujur, teliti, terbuka, hemat, menghargai waktu, kreatif dan inovatif, bertanggung jawab dan lain-lainnya). Pelaksanaan tindakan di kelas adalah menerapkan desain tindakan yang telah disusun dalam perencanaan awal. Perencanaan awal tersebut diterapkan di kelas sesuai dengan skenario pembelajaran selanjutnya dilakukan observasi dan refleksi. Rangkaian pelaksanaan tindakan tersebut membentuk siklus yang terus mengalir menghasilkan siklus baru sampai penelitian tindakan kelas dihentikan. Setiap siklus terdiri atas empat kegiatan, seperti di gambar di bawah ini. Perencanaan



Refleksi.



Pelaksanaan tindakan Observasi



Gambar 1.2.1: Gambar siklus kegiatan PTK Setelah refleksi biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian, sehingga memerlukan revisi atau modifikasi perencanaan, revisi atau modifikasi refleksi. Proses revisi atau modifikasi tersebut terus dilakukan secara sistimatis sampai ditemukan modifikasi yang paling tepat sehingga masalah dapat terpecahkan atau perubahan yang diharapkan telah tercapai. Banyaknya siklus tergantung kepada tercapaiya tujuan atau masalah telah dapat dipecahkan secara memuaskan. Sebagaimana kita ketahui bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengungkap penyebab masalah dan sekaligus memberikan pemecahan terhadap masalah. Upaya tersebut dilakukan secara berdaur dan kolaboratif antara guru dan teman sejawat, dan bahkan bila diperlukan berkolaborasi dengan dosen terutama yang terkait dengan masalah pembelajaran di sekolah.



3. Umpan Balik dalam Proses Pembelajaran Keputusan tentang hasil belajar merupakan umpan balik bagi guru. Keputusan hasil belajar merupakan puncak harapan peserta didik. Secara kejiwaan, peserta didik terpengaruh atau tercekam tentang hasil belajarnya. Oleh karena itu, sekolah dan guru berlaku arif dan bijak dalam menyampaikan keputusan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar tersebut merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah peserta didik. Hasil belajar juga merupakan hasil proses pembelajaran. Pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru. Dengan demikian, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi. Pada pengajar (guru) yang terjebak pada teori yang akan ia sampaikan kepada peserta didik kadang-kadang muncul permasalahan dalam PBM. Permasalahan yang terjadi antara teori dan paktek pendidikan yang dikaji melalui penelitian tindakan kelas adalah “inovasi budaya” merupakan kaji tindak terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sendiri untuk perbaikan dan/atau peningkatan kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan kata lain, perbaikan proses pembelajaran melalui kinerja guru yang didasarkan kesadaran tanggung jawab profesi ini diharapkan pada suatu saat akan mengalami



perubahan-perubahan, pihak yang terlibat di dalamnya yaitu pengajar dan peneliti itu sendiri. Permasalahan teori dan praktek dalam pendidikan pada hakikatnya terletak pada isi kurikulum dan evaluasi kurikulum, yang dilakukan selesai proses belajar mengajar. Guru memerlukan umpan balik untuk mengetahui kualitas dari pelaksanakan pembelajaran yang menjadi tugas profesinya sebagai guru. Umpan balik yang diperoleh guru biasanya diperoleh melalui tes formatif (lisan atau tulisan). Guru pelaksana PTK memerlukan lebih banyak umpan balik dibandingkan dengan guru biasa. Karena itu, guru pelaksana PTK harus mempersiapkan lebih banyak informasi. Informasi tersebut diperoleh dari berbagai alat, misalnya kalau guru menggunakan butir soal (tes) yang perlu diperiksa, apakah butir-butir soal tersebut sudah mengukur tujuan pembelajaran yang penting dan terpenting sehingga informasi yang dikumpulkan oleh guru lebih menekankan pada penyempurnaan proses pembelajaran. Penyempuranaan proses pembelajaran ditujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Bagi guru yang memiliki pengalaman pelaksanaan proses belajar mengajar sangat membantu pada pelaksanaan PTK. Tidak semua masalah yang muncul pada saat pembelajaran, secara otomatis dapat direnungkan oleh guru lalu dicarikan penyelesaiannya melalui PTK di saat itu juga. Artinya ada masalah yang tidak sederhana yang memerlukan waktu renungan yang cukup panjang, sehingga guru menangguhkannya untuk membuat suatu penyelesaian yang sistematis. Pada saat awal kegiatan PTK membuat proposal menjadi sangat penting karena akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Penyiapan dan pengembangan proposal menjadi kurang penting kalau kegiatan PTK sudah menjadi kebiasaan. Di samping itu membuat proposal menjadi keharusan



bilamana



kegiatan



PTK



menjadi



tuntutan



akademik



dalam



menyelesaikan program S-1, juga pengembangan proposal dijadikan syarat mutlak bilamana kegiatan ini dinilai oleh pihak lain. Kalau masalah yang akan diteliti sudah jelas, guru perlu melakukan analisis dan pengkajian sehingga ditemukan alternatif pemecahannya. Dengan demikian anda sudah dapat merumuskan tujuan PTK yang akan laksanakan oleh guru sendiri. Agar tujuan yang dirancang rancang berhasil, guru perlu memilih metode, penentuan alat pengumpul data atau informasi yang dibutuhkan.



Selanjutnya kalau data sudah terkumpul teknik pengolahan data dan analisisnya harus dipilih yang tepat. Akhirnya dari hasil analisis tersebut digunakan untuk membuat keputusan tentang keberhasilan PTK yang lakukan. Urut-urutan pola pikir seperti ini selalu diterapkan dalam PTK. Berikut ini dicontohkan kegiatan dalam kelas yang berkenaan dengan pemanfaatan waktu belajar. Berdasarkan data tentang waktu belajar di kelas sangat kurang dibandingkan dengan muatan kurikulum. Misalnya waktu belajar IPA menurut daftar pelajaran adalah 2 x 40 menit. Sedangkan peserta didik yang memilki buku IPA hanya 90% dari seluruh peserta didik di kelas, seperti tabel halaman berikut:



Tabel 4.1 Penggunaan Waktu Belajar di Kelas No.



Pukul



Kegiatan dalam Kelas



1.



07.00 – 7.05



Guru mengadministrasikan peserta didik yang tidak



2.



07.05 – 7.10



hadir Guru mengumpulkan pekerjaan rumah yang dibuat



3.



07.10 – 7.20



peserta didik



4.



07.20 – 7.30



Guru membahas pekerjaan rumah yang dibuat



5.



07.30 – 8.00



peserta didik Peserta didik mencatat pembahasan



6.



08.00 – 8.05



pekerjaan rumah.



7.



08.05-08.20



Guru menerangkan pelajaran Peserta didik menyalin materi yang diterangkan guru.



Guru memberikan tes formatif



Dengan menggunakan tabel 4.2.1 di atas, guru dapat melakukan analisis sederhana tentang pemanfaatan waktu belajar: a. Proses pembelajaran dimana anak didik dan pendidik terlibat dalam kegiatan hanya ..... menit atau ..... % dari waktu yang dijadwalkan. b. Kegiatan administrasi ... menit atau .... % c. Menyalin pelajaran .... menit atau .... % dari waktu belajar. d. Melaksanakan tes formatif (tertulis): ... menit atau .... %.



e. Mengerjakan lain-lain antara lain berbaris di depan pintu setelah lonceng berbunyi, mengemas alat-alat tulis menjelang pelajaran berakhir: sekitar .... menit atau .... % dari waktu belajar. Dari hasil analisis, berbagai pertanyaan dapat dimunculkan antara lain: a. Apakah waktu yang disediakan tersebut akan mendapatkan hasil dan tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan dalam kurikulum? b. Menurut Anda apakah ketersediaan waktu



seperti tesebut



yang



menyebabkan kurikulum tidak dapat diselesaikan pada waktunya? c. Apakah 5 menit (6,25%) dari waktu belajar yang digunakan untuk administrasi tidak dapat dikurangi? d. Memadaikah 5 menit (6,25%) dari waktu belajar untuk menyalin yang telah diterangkan oleh guru. e. Apakah kegiatan menyalin ini masih diperlukan? f. Apakah waktu 5 menit (6,25%) dari wakru belajar memadai digunakan untuk kegiatan tes formatif (tertulis)? g. Menurut Anda bagaimana mengalokasikan waktu agar waktu tidak terbuang ketika mengemas peralatan menjelang akhir atau menutup pembelajaran. Guru dapat menggunakan format sederhana seperti contoh dalam tabel seperti berikut Tabel 4.2 Format Observasi Pembelajaran Sederhana Kegiatan dalam Kelas



Waktu yang digunakan



Mengadministrasikan peserta



...........................................



didik



...........................................



Mengumpulkan PR



...........................................



Melaksanakan pembelajaran



...........................................



Membuat / catatan



...........................................



Melaksanakan tes formatif



...........................................



(dalam menit)



Lain-lain Sumber: Penelitian Tindakan Kelas, (UT, 2002: 4.21) Sebelum melaksanakan perbaikan dalam pembelajaran pelaksanaan PTK, Anda harus mengembangkan kriteria untuk menentukan keberhasilan perbaikan



tersebut. Kriteria yang dapat ditentukan antara lain, yaitu: (1) Menentukan standar persebtasi waktu minimal (misalnya 75%), (2) Taraf serap peserta didik akan naik yang indikatornya (misalnya tarap serap minimal 80%) menggunakan tes formatif (tertulis). Oleh karena itu selain menyelenggarakan PTK untuk pemanfaatan waktu belajar dari segi kuantitatif harus juga dilaksanakan segi kualitatifnya. Alat pengumpul informasi mengenai adanya penyimpangan dari tujuan pembelajaran dapat digunakan contoh format seperti tabel 4.2.1 Contoh lain pelaksanaan PTK untuk mengembangkan proses berpikir peserta didik, misalnya: Seorang guru kelas 6 SD tidak mampu mengembangkan proses berpikir saat pelajaran IPA. Misalnya mengembangkan proses berpikir dari ranah cognitif menurut taksonomi Bloom yang meliputi enam jenjang berpikir dari terendah (mengingat (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan sintesis (C4), analisis (C5) dan tertinggi, yakni C6 (menilai = evaluasi). Proses pembelajaran baik di kelas ataupun yang menggunakan media cetak (modul, buku pelajaran) hasil penelitian menunjukkan guru atau buku pelajaran yang banyak digunakan adalah proses berpikir rendah (kebanyakan ingatan / fakta, sebagian pemahaman, ada beberapa penerapan), sangat sedikit atau hampir tidak ada hal-hal yang berkenan dengan analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Hal ini tergambar dalam apa yang dituliskan dalam buku pelajaran atau apa yang ditanyakan dalam ujian / ulangan sekolah. Ketiga kemampuan terakhir ini sukar berkembang dengan sendirinya, harus dilatihkan dan dikembangkan di sekolah, artinya memerlukan tuntutan dan bimbingan dari guru. Di pihak lain tujuan pendidikan nasional ingin mengembangkan insan yang cerdas. Bukankah kecerdasan tidak hanya ditopang oleh kemampuan mengingat, memahami dan menerapkan tetapi harus dilengkapi dengan kemampuan analisis, sitensis, dan evaluasi. Ini satu masalah pembelajaran yang melalui PTK dapat diatasi tanpa menunggu diterbitkannya buku paket baru atau buku pelajaran baru. Kebanyakan guru kurang mengiring peserta didiknya untuk menggunakan gambar sebagaimana direncanakan pengarang buku tidak dibicarakan di kelas, terlebih-lebih lagi budaya yang membuat peserta didik kurang / tidak berani bertanya kepada gurunya. Pertanyaan kurang digiring pada pertanyaan mengapa, ataupun bagaimana. Bukankah lebih baik kalau pertanyaan tersebut dijadikan



bahan diskusi kelompok peserta didik SD, dan pada akhirnya hasil kelompok diperiksa guru dan dirumuskan hasil akhirnya oleh kelompok di bawah bimbingan guru. Proses pembelajaran untuk melatih peserta didiknya berpikir dengan proses berpikir tinggi diharapkan peserta didik akan kritis, kreatif, dan akhirnya ingin mengadakan perbaikan terhadap apa yang ada. Ini tentu memerlukan waktu dan kesabaran guru untuk mencari bahan atau materi baru. Bahan yang mudah diangkat sebagai materi latihan di kelas adalah kasus-kasus yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kriteria keberhasilan dalam pengembangan proses berpikir dalam pembelajaran adalah adanya peningkatan kemunculan proses berpikir tinggi. Kalau selama ini kemunculannya sangat langka bagaimana kalau pada tahap awal seperti sekarang ini kalau dimunculkannya pada pertemuan yang akan datang lebih banyak lagi. Kriteria keberhasilan kedua adalah, kalau selama ini dalam ulangan harian / mingguan / bulanan / catur wulan hampir tidak ada pertanyaan mengenai C4 atau C5 atau C6 maka dengan adanya PTK ini mereka muncul lebih banyak. Perlu diingat bahwa dalam tes formatif pun proses berpikir tinggi ini akan muncul. Masalah pengembangan nilai atau sikap ini sudah menjadi tanggung jawab setiap guru. Bukankah semua guru dapat melatih peserta didik supaya disiplin, menghargai waktu, bekerja sama, menghargai orang lain, kreatif dan sebagainya melalui keberadaan di depan peserta didik. Adalah pendapat yang keliru kalau disebut bahwa pengembangan nilai dan sikap tersebut adalah tanggung jawab guru PMP atau guru pendidikan agama, sebagaimana telah terjadi akhir-akhir ini. Pada hal dalam proses pembelajarannya pengembangan nilai dan sikap menjadi tanggung jawab bersama, jangan menunggu guru lain untuk mengerjakannya. Pada waktu ini tidak semua guru menyadari bahwa pengembangan nilai dan sikap itu menjadi tanggung jawabnya, masukkanlah tugas ini sebagai salah satu kegiatan PTK. Mengukur nilai dan sikap selain melalui observasi (menggunakan format observasi) dapat juga melalui angket yang berupa skala sikap. Prosedur yang ditempuh dalam pelaksanaan PTK mengenai upaya pengembangan nilai dan sikap sama dengan upaya pengembangan proses berpikir tinggi. Pada bagian akhir uraian pada uni ini, akan disajikan cuplikan salah satu contoh bagaimana guru sebagai peneliti atau pelaksana PTK membuat rencana



penelitian. Untuk memberikan gambaran tentang bagaiman Anda merencanakan penelitian (PTK), akan dikemukakan contoh rencana penelitian yang berdasarkan kerangka teoretis dan hipotesis tindakan, selanjutnya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP):



Contoh: Kerangka teoretis dan hipotesis tindakan a. Kerangka teoretis Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal adalah suatu situasi dimana peserta didik dapat berinteraksi dengan guru dan/atau bahan pelajaran di tempat tertentu yang telah diatur dalam rangka mencapai tujuan. Selain itu, situasi tersebut dapat lebih mengoptimalkan kegiatan belajar bila menggunakan metode dan/atau media yang tepat. Salah satu model pembelajaran itu adalah model pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan Student Teams Achievement Divisions (STAD), yang digunakan dalam penelitian ini. Pendekatan Student Teams Achievement Divisions merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam KooperatifSTAD peserta didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 – 5 orang, dan setiap kelompok harus heterogen. Guru menyajikan pelajaran dan peserta didik bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh peserta didik dikenai kuis tentang materi itu, dan pada saat kuis diberikan mereka tidak boleh saling membantu (Depdiknas, 2004). Keputusan tentang hasil belajar merupakan umpan balik bagi guru dan merupakan puncak harapan peserta didik. b. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka uraian teoritis di atas dapatlah disusun hipotesis tindakan sebagai berikut : “ Jika guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif-STAD, maka hasil belajar



peserta didik pada materi ekonomi yang berkaitan dengan hitungan akan meningkat”. Contoh : Rencana Penelitian 1. Seting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas X C



SMA



Muhammadiyah Sintang dengan jumlah peserta didik 36 orang yang terdiri dari 17 orang peserta didik putra dan 19 orang peserta didik putri. 2. Faktor-Faktor yang Diselidiki a. Faktor Peserta didik : 1) Melihat kemampuan peserta didik dalam memahami rumus matematis ekonomi dan aplikasinya dalam penyelesaian soal hitungan. 2) Perilaku peserta didik selama proses kegiatan belajar mengajar. 3) Hasil belajar peserta didik. b Faktor Guru : Melihat kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Kooperatif-STAD. 3. Rencana Tindakan Penelitian ini akan dilakukan dalam 2 siklus dengan berbagai kemungkinan perubahan yang dianggap perlu. a. Siklus Pertama 1) Perencanaan a) Membuat skenario pembelajaran atau rencana pembelajaran sesuai strategi yang akan dilaksanakan. b) Membuat lembar observasi dalam pelaksanaan pembelajaran untuk peserta didik dan guru. c) Menyiapkan soal-soal yang diperlukan untuk melaksanakan latihan. 2) Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah merujuk pada skenario pembelajaran yang telah dirancang yaitu melalui pembelajaran Kooperatif-STAD dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen.



b) Guru menyajikan pelajaran. c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota kelompok itu mengerti. d) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. e) Memberi evaluasi. f) Kesimpulan. 3) Observasi Observasi



dilakukan



terhadap



pelaksanaan



tindakan



dengan



menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan. Observasi terhadap pembelajaran oleh guru dilaksanakan dengan bantuan rekan guru lainnya. 4) Analisis Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data hasil observasi yang meliputi : a) Analisis



hasil



observasi



peserta didik dalam



pelaksanaan



pembelajaran. b) Analisis hasil observasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. c) Analisis hasil belajar peserta didik. 5) Refleksi Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi dan analisis dan diskusi dengan rekan kerja. Refleksi dilakukan untuk mengkaji apakah pelaksanaan tindakan sudah dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada penyelesaian soal hitungan ekonomi atau belum. Refleksi hasil analisis data pada tahap ini digunakan sebagai acuan perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.



b. Siklus Kedua 1) Perencanaan a) Membuat skenario pembelajaran atau rencana pembelajaran sesuai strategi yang akan dilaksanakan.



b) Membuat lembar observasi dalam pelaksanaan pembelajaran untuk peserta didik dan guru. c) Menyiapkan soal-soal yang diperlukan untuk melaksanakan latihan. 2) Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah merujuk pada skenario pembelajaran yang telah dirancang yaitu melalui pembelajaran Kooperatif-STAD dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. b. Guru menyajikan pelajaran. c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota kelompok itu mengerti. d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. e. Memberi evaluasi. f. Kesimpulan. 3) Observasi Observasi



dilakukan



terhadap



pelaksanaan



tindakan



dengan



menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan.



Observasi



terhadap



pembelajaran



oleh



guru



dilaksanakan dengan bantuan rekan guru lain. 4) Analisis Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data hasil observasi yang meliputi : a)



Analisis hasil observasi peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran.



b) Analisis hasil observasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. c) Analisis hasil belajar peserta didik. 5) Refleksi Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi dan analisis dan diskusi dengan rekan kerja. Refleksi dilakukan untuk mengkaji apakah pelaksanaan tindakan sudah dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada penyelesaian soal hitungan ekonomi atau belum.



Refleksi hasil analisis data pada tahap ini digunakan sebagai acuan perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Apabila hasil yang telah dicapai peserta didik sesuai dengan yang diharapkan (berdasarkan Standar Ketuntasan Belajar Minimal), maka siklus berikutnya tidak dilanjutkan.



4. Data dan Cara Pengambilan a. Sumber Data : - Peserta didik kelas X C SMA Muhammadiyah Sintang - Guru peneliti b. Jenis Data



:



- Data Kualitatif diperoleh dari rencana pembelajaran dan lembar observasi. - Data Kuantitatif diperoleh dari data hasil belajar peserta didik c. Cara Pengambilan Data



:



- Data hasil belajar diperoleh melalui ulangan harian dan tes akhir. - Data tentang keterkaitan antara perencanaan dan pelaksanaan didapat dari rencana pembelajaran. - Data tentang situasi pelaksanaan pembelajaran didapat dari lembar observasi. 5. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah apabila minimal 80 % peserta didik telah dapat mencapai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) dengan nilai 60.



Latihan: Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini, selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut: 1. Guru merasa tugasnya semakin bertambah ketika ia sebagai pengajar dan sebagai peneliti atau pelaksana PTK, mulai dari persiapan sampai tindak lanjut dalam pembelajaran. Dari segi persiapan, yaitu rencana pembelajaran untuk pelaksaan PTK kegiatan tambahan dalam menyusun rencana pembelajaran untuk perbaikan proses pembelajaran di kelas.



Coba



Anda



cermati



butir-butir



pada



format



Rencana



Pelaksanaan



Pembelajaran (lihat dan banding contoh format RPP pada tabel 4.1 dan 4.2). Apakah Anda menemukan perbedaan butir-butir pada kedua contoh format RPP tersebut ? Selanjutnya, coba Anda lengkapi format RPP untuk PTK tersebut, setelah Anda menentukan fokus penelitian atau fokus pembelajaran pada matapelajaran yang Anda ajarkan kepada peserta didik di kelas. 2. Ada beberapa butir tambahan untuk pelaksanaan pelaksanaan PTK yang perlu dicantumkan dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Anda diminta membuat Rencanaan Pelaksanaan Pembelajaran untuk PTK dengan menggunakan format RPP untuk PK. Untuk memantapkan rencana peerbaikan pembelajaran tersebut Anda boleh mendiskusikan masalah yang akan dijadikan fokus perhatian Anda berdasarkan hasil reflektif tehadap PBM di kelas (ambil satu masalah dari matapelajaran yang diajarkan di kelas tertentu di SD. . Petunjuk Penyelesaia Latihan: 1. Coba Anda cermati butir-butir pada format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (lihat contoh format RPP pada dan 4.2). Buatlah rencana pembelajaran dan rencana penelitian (lihat contoh 1 dan 2). 2. Coba Anda cermati butir-butir pada format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (lihat dan banding contoh format RPP pada tabel 4.1 dan 4.2). Apakah Anda menemukan perbedaan butir-butir pada kedua contoh format RPP tersebut ? Diskusikan format tersebut dengan teman-teman Anda.



RANGKUMAN Salah satu yang menjadi alasan penting dilakukan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengatasi permasalahan reformasi kurikulum pendidikan yang sedang berlangsung di jenjang pendidikan dasar, jenjang pendidikan menengah dan juga berbagai aspek yang terkait di dalamnya. Perbaikan proses pembelajaran melalui kinerja guru yang didasarkan kesadaran tanggung jawab profesi guru yang terlibat secara langsung dalam PBM Selain sebagai pengajar juga sebagai berperan sebagai peneliti atau pelaksana PTK. Keterlibatan kegiatan perbaikan proses pembelajaran tersebut terdapat di



dalamnya yaitu pengajar dan peneliti itu sendiri. Tindakan kelas berupaya untuk memperbaiki pelaksanaan proses pembelajaran dalam rangka peningkatan kualitas lulusan.



Kegiatan



sebagian



besar



guru



yang



berpengalaman



sudah



menetapkannya dalam pembelajaran, walaupun kurang disadari dan belum direncanakan. Guru sangat merasakan adanya tambahan kegiatan dibandingkan dengan tugas mengajar biasa pada tahap pelaksanaan PTK. Tambahan kegiatan tersebut antara lain guru harus mempersiapkan beberapa alternatif pada setiap tahap awal pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu apersepsi, metode, berbagai alat ukur (tes), materi yang mengembangkan berbagai aspek berpikir, aspek afektif, maupun aspek keterampilan. Sebelum keterampilan PTK menyatu dengan diri guru, alternatif tindakan pada setiap tahap seyogyanya dibuat tertulis. Namun kalau PTK sudah menyatu dengan guru, catatan tertulis ini kurang diperlukan. Semua kekurangan dalam pembelajaran akan dapat diperbaiki asalkan ada kemauan guru dan pihak sekolah untuk melaksanakan PTK. Sekiranya semua guru di sekolah termasuk kepala sekolah secara serempak melaksanakan PTK pada waktu yang tidak terlalu lama (akan dapat) meningkat kualitas bahkan menjadi sekolah unggulkan.



DAFTAR PUSTAKA



Elliot, J. ( 1991). Action Reseach For Education Change. Philadelphia: Open University Press. Hopkins, D. (1993). A Teacher’s guide to Classroom Reseach. Buckingham: Open University Press. Joni, T. Raka. (1998), Penelitian tindakan Kelas : Beberapa Permasalahan, Jakarta : BPPGSM Dirjen Dikti Depdikbud. McMillan, J.H dan Schumacher, S. (2001). Research in Education: A Conceptual Intro-duction (5th ed.), US, Longman.Inc. McNiff, Jean. (1992). Action Research: Principles and Pratice. Macmillan Education Ltd.



London:



Mills Geoffrey, E. (2000). Actioan Rseach :A Guide For The Teacher Reseacher New Jersey. Colombus, Ohio: Merrill, an Imprint Prentice Hall. Oja Sharon, N.,Smulyan, L. (1989). Vollabotrative Action Reseach; A Developmen Approcah. Social Reseach and Aducation studies Sereies: 7 London, New York, Philadelphia: The Falmers Press. Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Suyanto. (1997), Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : BPP3SD Dirjen Dikti Depdikbud Wardani, I G.A.K. (2003). Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.



GLOSARIUM



Kolaborasi : kerjasama yang dilakukan berdasarkan kemitraan yang saling belajarmembelajarkan sesama anggota Komitmen : kesetiaan yang didasarkan rasa tanggung jawab pada apa yang telah disepakati. Kurikulum (curriculum) : semua pengalaman yang dilakukan peserta didik yang dirancang, diarahkan, diberikan dan dipertanggungjawabkan oleh sekolah, dalam tahap rancangan, pelaksanaan maupun pengendaliannya. Masalah penelitian (reseach problems): cara-cara yang digunakan peneliti dalam merancang, melaksanakan, pengolah data dan menarik kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian tertentu. Pembelajaran (instruction, teaching): adalah upaya guru menciptkan situasi agar peserta didik belajar, meliputi penggunaan berbagai metode dan media pembelajar-an. Penelitian berpikir reflektif (self-directive inquiry): penelitian yang mengandalkan kemampuan untuk melakukan refleksi (merenungkan) Prexiologi : suatu teori kurikulom yang menggunakan suatu prinsip dasar yang dipahami dan dilaksanakan oleh guru dalam membumikan tujuan pendidikan ke dalam praktek pembelajaran yang sebenarnya.



Unit 5 TUJUAN, MANFAAT DAN MASALAH YANG DAPAT DIKAJI MELALUI PTK



PENDAHULUAN Pada unit sebelumnya anda telah diajak untuk membahas hakikat PTK, mengerjakan latihan-latihan dan menyelesaikan tes formatif. Pemahaman yang telah terekam dalam diri anda tersebut sangat penting artinya untuk mendalami lebih lanjut materi yang diuraikan pada unit ini. Oleh sebab itu bilamana anda merasa belum begitu memahami dengan baik unit sebelumnya, disarankan agar anda mencermati kembali sebelum melanjutkan pelajaran pada unit ini. Sesuai dengan judul unit ini, maka pembahasan yang lebih rinci dijabarkan ke dalam tiga subunit yang saling terkait, yaitu tujuan PTK dan Manfaat PTK, kondisi yang dipersyaratkan untuk mengembangkan PTK serta masalah-masalah yang dapat dikaji melalui PTK. Melalui pembahasan, latihan-latihan, diskusi yang dilakukan serta menyelesaikan tes formatif yang disediakan anda diharapkan dapat menjelaskan secara rinci tentang: 1. Tujuan PTK 2. Manfaat PTK bagi perbaikan pembelajaran 3. Kondisi yang dipersyaratkan untuk mengembangkan PTK. 4. Masalah-masalah pembelajaran yang dapat dikaji melalui PTK Untuk membantu mendalami uraian ini disediakan beberapa latihan. Anda diminta untuk mengerjakan latihan-latihan tersebut melalui telaah sendiri bahan ajar dan diskusi dengan teman-teman Anda. Pada bagian akhir unit disediakan tes formatif sebagai bahan balikan untuk mengevaluasi sejauhmana kedalaman pemahaman Anda. Selamat belajar, semoga sukses!



SUBUNIT 1 Tujuan dan Manfaat PTK



Subunit ini membahas tujuan dan manfaat PTK dalam rangka perbaikan pembelajaran. Perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting dalam keseluruhan proses pembelajaran yang selayaknya dapat dilakukan atas dorongan atau prakarsa guru sendiri. Pemahaman secara mendalam tentang tujuan dan manfaat PTK akan dapat mendorong motivasi guru untuk melaksanakan upaya-upaya kearah pencapaian proses dan hasil belajar yang lebih baik. Oleh sebab itu Anda diharapkan dapat mengkaji secara seksama subunit ini, mengerjakan latihan-latihan yang disediakan serta menyelesaikan tes formatif pada bagian akhir subunit ini.



A. Tujuan PTK Setiap guru memikul tanggung jawab untuk mewujudkan proses pembelajaran yang berhasil dan berdayaguna. Dalam keadaan demikian hampir tidak ada waktu yang terlewati oleh guru, untuk senantiasa memikirkan, mencari dan menemukan cara dan langkah menuju terwujudnya proses pembelajaran yang lebih baik tersebut. Beberapa wujud aktivitas keseharian yang dilakukan guru termasuk anda sendiri, seperti memberikan tugas di kelas, memberikan pekerjaan rumah kepada siswa, memberikan tugas-tugas latihan, memberikan dorongan, membuat variasi-variasi dalam mengajar, memberikan teguran bahkan sanksi kepada siswa, mengikuti pelatihan, penataran, diskusi pendidikan dan sebagainya, sesungguhnya adalah dalam rangka mewujudkan proses pembelajaran dan mencapai hasil belajar yang lebih baik. Upaya-upaya tersebut memang penting untuk dilakukan, terlebih lagi bilamana dapat dilakukan secara terencana, terarah, sistematik dan berdasarkan evaluasi dan refleksi yang lebih mendalam sehingga dapat mencapai perubahan yang lebih optimal. Penelitian Tindakan Kelas sesuai dengan pengertian yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu, pada prinsipnya merupakan satu bentuk upaya yang terencana dan sistematik yang diprakarsai guru sendiri untuk memperbaiki kinerja pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Meskipun harus diakui secara jujur bahwa upaya-upaya kearah peningkatan kinerja pembelajaran dapat saja dilakukan dengan cara-cara lain, akan tetapi dengan melakukan PTK guru akan



mendapatkan beberapa manfaat di samping tujuan utama tersebut. Apalagi hasilhasil diskusi maupun penelitian menunjukkan bahwa guru merasakan kebanyakan riset yang dilakukan selama ini tidak bersifat praktis dan kurang konsisten dengan persoalan-persoalan nyata di kelas. (Oja & Smulyan, 1989:9). Peningkatan kualitas pembelajaran di kelas merupakan tujuan utama dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Anda mungkin pernah membaca dalam berbagai tulisan bahwa “kotak hitam” (black box) pendidikan sesungguhnya adalah kelas. Bilamana semua komponen yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran di kelas dapat didorong secara optimal, sehingga pada akhirnya siswa-siswa dapat mencapai perubahan kemampuan dengan baik, maka sekolah tersebut akan mampu mewujudkan kinerja yang diharapkan. Akan tetapi bilamana siswa-siswa di kelas memiliki prestasi yang rendah, komponen-komponen pembelajaran tidak mampu didorong perannya secara optimal, maka kita sulit berharap bahwa sekolah tersebut mampu mencapai fungsinya dengan baik. Dan itu berarti pula kita tidak bisa berharap bahwa kemajuan pendidikan akan dapat mencapai perubahan yang berarti. Oleh sebab itu kita melihat bahwa perbaikanperbaikan kinerja pembelajaran di kelas ini merupakan kerangka paling strategis untuk mencapai perubahan kualitas proses belajar secara keseluruhan. Peningkatan atau perbaikan praktik pembelajaran ini perlu dilakukan secara terus menerus, karena perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan yang terus berkembang secara dinamis. Oleh sebab itu tuntutan masyarakat terhadap perbaikan layanan pendidikan juga semakin meningkat. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk meningkatkan layanan pendidikan dengan cara melakukan perbaikan-perbaikan proses pembelajaran. Upaya-upaya perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran di kelas menjadi tumpuan peningkatan relevansi pendidikan dan peningkatan mutu hasil belajar siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Hammersley (1986), jika kita bermaksud memahami cara kerja sekolah dan hendak mengubah atau meningkatkan perannya, maka yang sangat penting dimengerti adalah apa yang terjadi di dalam kelas. Dalam kajian yang lebih luas, PTK juga bertujuan meningkatkan relevansi pendidikan. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa PTK utamanya diarahkan



pada



perbaikan



kinerja



pembelajaran.



Dengan



berkualitasnya



proses



pembelajaran, berarti pula lembaga pendidikan sekolah mampu menelurkan siswa-siswa yang berkualitas. Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan meningkat kualitasnya antara lain bilamana unsur-unsur yang terdapat di dalamnya menjadi lebih sesuai (relevan) dengan karakteristik pribadi siswa, tuntutan masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan sangat cepat. Secara



keseluruhan



penelitian



tindakan



kelas



bertujuan



untuk



meningkatkan mutu pendidikan. Perbaikan atau peningkatan praktik pembelajaran di kelas merupakan tujuan antara, sedangkan tujuan akhirnya adalah peningkatan mutu hasil pendidikan. Karena itu kemampuan mengembangkan potensi-potensi siswa di kelas merupakan elemen kunci bagi upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan dalam skala yang lebih luas. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan merupakan salah satu komponen tujuan penting PTK. Peningkatan atau perbaikan proses pembelajaran, di samping untuk meningkatkan relevansi dan meningkatkan mutu hasil pendidikan, juga ditujukan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumbersumber daya yang terintegrasi di dalamnya. PTK dapat menjadi salah satu wahana untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan pendidikan, karena dalam PTK selalu diarahkan untuk menemukan alternatif baru agar proses pembelajaran dapat diselenggarakan dengan lebih baik.



Materi Diskusi:



Diskusikan dengan teman-teman anda materi yang telah dipaparkan di atas, dan temukan beberapa faktor yang mungkin dapat menghambat pencapaian tujuan tersebut di sekolah anda.



B. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas Meskipun anda telah mengetahui bahwa PTK bertujuan memperbaiki kinerja pembelajaran di kelas, namun mungkin ada sebagian di antara anda yang masih bertanya-tanya, secara lebih spesifik apa saja manfaat PTK. Oleh sebab itu berikut ini kita mencoba memaparkan beberapa manfaat PTK dilihat dari beberapa dimensi. Dirjen Dikdasmen (2004:9) mengemukakan beberapa kelebihan atau manfaat penelitian tindakan, yaitu: 1. Menumbuhkan inovasi dan perbaikan. Karena penelitian tindakan bersifat pemecahan masalah (problem-solving) maka guru berlatih untuk memikirkan, mencoba, dan mengevaluasi berbagai inovasi yang mungkin diterapkan agar proses pembelajaran dapat lebih berhasil terutama untuk menjawab masalah yang sedang dihadapi. 2. Memacu tumbuhnya semangat kolaborasi antar komponen pendidikan di sekolah, yaitu guru, siswa, staf/pimpinan dan masyarakat/orang tua. 3. Meningkatkan profesionalisme guru. Penelitian tindakan memfasilitasi guru untuk meningkatkan kompetensi keguruannya. Dengan penelitian tindakan guru dapat lebih memahami apa yang berlangsung di kelas yang meliputi kendala-kendala maupun dukungan-dukungan yang langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Karena itu guru harus didorong untuk berpartisipasi nyata di dalam mengembangkan teori yang berkembang dan kegiatan profesional mereka sendiri untuk mengadakan perubahan mendasar bagi kepentingan praktik pembelajaran (Elliot, 1991: 9). Wardani (2003:1.16) mendeskripsikan beberapa manfaat PTK bagi guru, bagi siswa maupun bagi sekolah. 1.



Manfaat bagi guru Dengan melakukan penelitian tindakan kelas, banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan atau langsung dilihat kegunaannya bagi guru. Beberapa manfaat tersebut adalah; a. Untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya, karena sasaran utama PTK sebagaimana telah anda pahami sebelumnya adalah untuk perbaikan pembelajaran. Perbaikan ini akan menimbulkan kepuasan dan sekaligus menjadi pendorong guru untuk mencapai perubahan-perubahan selanjutnya, karena melalui PTK ini guru mampu membuktikan bahwa



atas prakarsa dirinya sendiri ia telah melakukan sesuatu untuk perbaikan pembelajaran yang dikelolanya. Hasil PTK yang dicapai oleh seorang guru, di samping akan bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran yang dikelolanya, juga dapat diinformasikan kepada rekan-rekan guru yang lain sehingga dimungkinkan untuk dikembangkan atau dicoba pada kelas yang dikelolanya sehingga diharapkan guru-guru yang lain dapat pula mencapai



perbaikan-perbaikan



sebagaimana



diharapkan.



Untuk



memantapkan pemahaman anda, dianjurkan menyimak contoh berikut:



Contoh: Pak Khatib adalah seorang guru pada salah satu Sekolah Dasar. Sehariharinya ia diberi tugas mengajar mata pelajaran Pendidkan IPS di kelas empat, lima dan enam. Pak Khatib termasuk guru yang aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan tugasnya sebagai guru. Salah satu kegiatan yang selalu diikutinya adalah kegiatan Musyawarah Guru Bidang Studi (MGMP) yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Suatu hari ketika ia menghadiri kegiatan tersebut, ada seorang guru berceritera bahwa di salah satu sekolah, ada seorang guru yang telah melaksanakan PTK yang berkenaan dengan upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Guru tersebut menceriterakan bahwa pada mulanya ia merasa agak resah lantaran siswa-siswa di kelasnya jarang sekali yang mau bertanya atau mengemukakan pendapat, walaupun mereka sesungguhnya belum mengerti. Ketika diminta bertanya, jarang sekali ada yang bertanya, akan tetapi ketika diberikan soal-soal latihan banyak sekali yang tidak bisa mengerjakan dengan benar. Akhirnya guru tersebut mencoba melakukan PTK dengan memberi kesempatan kepada siswa-siswanya membuat pertanyaan tertulis bagi yang belum mengerti untuk melatih dan menumbuhkan keberanian bertanya. Hal itu dilakukan secara berlanjut, dan kemudian secara bertahap terjadi perubahan, banyak diantara siswa tumbuh keberanian mengajukan pertanyaan secara lisan. Mendengar cerita tersebut pak Khatib merasa terdorong untuk melakukannya. Dengan bertanya dan membaca, pak Khatib dapat mengembangkan sendiri penelitian di kelasnya, dan ternyata membawa



perubahan yang sangat berarti terutama dalam meningkatkan keaktifan siswa bertanya dan mengemukakan pendapat. Karena itu pak Khatib menyarankan guru-guru lain untuk mencoba di kelasnya. Dari contoh yang dikemukakan di atas, anda dapat melihat bahwa hasil PTK dapat langsung dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. b. Guru dapat berkembang secara profesional. Melalui pelaksanaan PTK guru secara terencana dan terarah melakukan tindakan-tindakan nyata untuk perbaikan pembelajaran, melakukan refleksi dan evaluasi secara sistematik berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. Dalam keadaan ini guru mampu membuktikan diri dengan kesanggupan menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dengan kata lain guru dapat menunjukkan otonominya sebagai seorang professional, karena pekerjaan yang dilakukannya melalui langkah-langkah penelitian dilakukan berdasarkan prosedur. Dengan demikian berarti memberikan kontribusi bagi berkembangnya profesionalisme sebagai guru. c. Mendorong guru untuk lebih percaya diri. Keberhasilan guru dalam melaksanakan PTK dapat mendorong keinginan guru-guru lain untuk melakukan aktivitas tersebut pada kelasnya sendiri.



Jika dengan



melakukan PTK guru mampu menunjukkan diri sebagai seorang pekerja profesional, maka dengan sendirinya akan tumbuh atau semakin meningkat rasa percaya diri seorang guru. Guru yang mampu menganalisis persoalan-persoalan di kelasnya dengan baik, menemukan kekuatan dan kelemahan dan selanjutnya mampu menemukan serta mengembangkan



alternatif



pemecahan



masalah,



akan



memberi



sumbangan yang besar bagi semakin tumbuhnya rasa percaya diri. Terlebih lagi jika guru tersebut dapat mempublikasikan hasil-hasil penelitian yang dilakukannya sehingga dapat diakui guru-guru atau bahkan berbagai unsur yang lain sudah barang tentu akan meningkatkan rasa percaya dan kepuasan diri. Ananda (2001:25) dalam tulisannya tentang Peran Lain Guru Sebagai Peneliti, mengemukakan bahwa dengan melakukan PTK akan membantu guru dalam memecahkan masalah-masalah yang bersifat praktis, meningkatkan kompetensi, serta



meningkatkan pemahaman tentang situasi sosial sekolah sehingga menambah rasa percaya diri pada guru. d. Dengan melaksanakan PTK berarti guru sudah menunjukkan peran yang nyata dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam upaya mencari cara atau langkah-langkah inovatif dan praktis untuk memperbaiki proses pembelajaran. Hal ini akan memperkokoh eksistensi peran guru dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Dengan melakukan PTK guru juga mendapat kesempatan yang baik untuk belajar, melatih diri mengenali masalah, mengidentifikasi kendala-kendala pembelajaran, menganalisis dan menilai serta mampu merancang



langkah-langkah



yang



dapat



dikembangkan



dalam



perbaikan pembelajaran di kelasnya. Ini semuanya sesungguhnya selain merupakan wujud tanggung jawab guru, sekaligus juga merupakan sumbangan bagi kemajuan pendidikan, khususnya dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran. Dalam tulisan Bissex dan Bullock (1987), (dalam Ananda, 2001:25) dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah buku dan artikel yang berkaitan



dengan



penelitian



tindakan



ikut



menyemarakkan



dan



mempopulerkan pekerjaan guru sebagai peneliti. Di samping itu guru sebagai peneliti juga menghasilkan laporan tertulis, dan laporan tersebut tentu akan menambah wawasan dan manfaat bagi guru lain. Proses dan hasil penelitian guru juga akan menjadi wahana diskusi tentang pelaksanaan pembelajaran, memberikan semangat baru bagi guru lain, serta mendorong guru dan siswa untuk belajar tentang diri dan dunia mereka.



2.



Manfaat bagi pembelajar/Siswa Ilustrasi: Bu Ririn seorang guru IPA di salah satu Sekolah Dasar melakukan PTK



yang difokuskan pada penggunaan media yang bervariasi dalam pembelajaran IPA. Tujuan yang diharapkan dapat tercapai dari penelitian yang dirancangnya adalah agar siswa-siswa di kelas tersebut lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikannya. Setelah melakukan PTK dalam beberapa siklus sesuai dengan prosedur PTK, nampak terjadinya peningkatan pemahaman siswa-siswa terhadap materi yang disampaikan. Meskipun sudah terjadi perubahan



pemahaman siswa-siswanya, akan tetapi Bu Ririn belum merasa puas dengan hasil yang dicapainya karena berdasarkan hasil evaluasi yang ia lakukan masih ada sekitar 40% siswa yang belum dapat memahami dengan baik. Selanjutnya ia melakukan perbaikan pada perencanaan dan melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan yang sudah diperbaikinya. Ternyata hasil yang dicapai jauh lebih baik dari sebelumnya, dan untuk sementara, ia cukup puas dengan perubahan pemahaman siswa yang dicapai. Apa yang dapat Anda simpulkan dari ilustrasi di atas, jika dikaitkan dengan manfaat PTK bagi siswa?. Tentu dengan mudah anda dapat menjawab bahwa PTK tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa bukan? Perbaikanperbaikan pembelajaran yang dilakukan melalui PTK sekaligus juga bermanfaat bagi siswa karena mereka terlibat secara langsung di dalam aktivitas tersebut. Hal ini sangat penting artinya dalam rangka memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan melaksanakan PTK, kesalahan dalam proses pembelajaran akan cepat dianalisis dan diperbaiki, sehingga kesalahan tersebut tidak akan berlanjut. Jika kesalahan dapat diperbaiki, hasil belajar siswa diharapkan meningkat. Sebaliknya, jika kesalahan dalam proses pembelajaran dibiarkan berlarut-larut, maka guru akan tetap mengajar dengan cara yang sama sehingga hasil belajar siswa pun tetap sama, bahkan mungkin menurun. Dengan demikian, ada hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa. Disamping meningkatkan hasil belajar siswa, PTK yang dilaksanakan guru juga dapat menjadi model bagi siswa. Guru yang terampil melaksanakan PTK akan selalu kritis terhadap hasil belajar siswa, sehingga siswa merasa mendapat perhatian khusus dari guru. Sikap kritis ini dapat menjadi model bagi siswa untuk selalu menyikapi kinerjanya dengan melakukan analisis seperti yang di lakukan oleh gurunya. Meskipun siswa tidak paham dan mungkin tidak tahu bahwa guru sedang melakukan PTK di samping mengajar, tetapi perilaku guru yang juga berperan sebagai peneliti dapat menjadi model yang bagus bagi para siswa, sehingga diharapkan para siswa juga dapat berperan sebagai peneliti bagi hasil belajarnya sendiri. Cara kerja yang sistematik dan terarah merupakan hal-hal positif yang dapat dijadikan siswa-siswa sebagai contoh. Bilamana kegiatan ini telah menjadi suatu kebiasaan di setiap sekolah dan tiap kelas, maka berarti pula siswa dibiasakan untuk melakukan sesuatu secara terarah dan sistematik. Bagaimana tanggapan Anda sebagai guru tentang hal ini?



3. Manfaat PTK bagi sekolah Setelah anda memahami manfaat PTK bagi guru dan bagi siswa sebagaimana dipaparkan di atas, maka anda mungkin dapat menyimpulkan manfaatnya bagi sekolah.



Manfaat apa bagi sekolah bilamana para gurunya



banyak yang terampil melaksanakan PTK. Selaraskah pendapat anda dengan apa yang dikemukakan oleh Hargreaves (dalam Hopkins, 1993),



sekolah yang



berhasil mendorong terjadinya inovasi pada diri para guru, telah berhasil pula meningkatkan kualitas pendidikan untuk para siswa. Pernyataan ini menunjukkan betapa eratnya hubungan perkembangan sekolah dengan perkembangan kemampuan guru. Sekolah tidak akan berkembang atau hanya akan mengalami sedikit perkembangan tanpa berkembangnya kemampuan guru. Demikian pula sebaliknya, guru akan sangat sulit berkembang bilamana sekolah tidak memiliki inovasi dan perkembangan. Bilamana para guru di sekolah telah terdorong melakukan perubahan maka sekolah akan memiliki peluang yang besar untuk mencapai perkembangan yang lebih baik. Perubahan-perubahan di luar sekolah terjadi secara pesat. Bilamana guru dan semua komponen sekolah lamban dalam memprakarsai perubahan, maka eksistensi sekolah akan sangat sulit diharapkan sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat. Upaya-upaya perbaikan yang berkenaan dengan masalah-masalah belajar siswa, berbagai kesulitan mengajar yang dialami oleh guru akan dapat dilakukan secara bertahap melalui PTK. Hubungan kolegial yang sehat yang tumbuh dari rasa saling membutuhkan akan menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif untuk memajukan sekolah. Dengan terbiasanya para guru melakukan PTK, berbagai strategi/tehnik pembelajaran dapat dihasilkan dari sekolah ini untuk disebarluaskan kepada sekolah lain. Dengan demikian, sekolah mempunyai kesempatan yang besar untuk berubah secara menyeluruh. Dalam konteks ini, PTK memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah, yang tercermin dari peningkatan kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar siswa, serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah.



Latihan:



1. Coba saudara temukan perbedaan-perbedaan mendasar antara upaya perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru melalui PTK, dengan upaya perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru yang tidak melakukan PTK. 2. Anda diminta menemukan manfaat lain dari PTK selain dari beberapa manfaat yang dikemukakan dalam pembahasan di atas. Diskusikan dengan temanteman dekat anda! 3. PTK mendorong guru untuk lebih profesional. Coba saudara jabarkan beberapa bentuk nyata sikap profesional guru yang dapat berkembang dengan melaksanakan PTK. Petunjuk mengerjakan latihan 1. Kaji kembali secara seksama pembahasan tentang manfaat PTK bagi guru dan bagi siswa. 2. Anda dapat mengkaji manfaat lain dari PTK, misalnya dengan menghubungkan aspek-aspek positif dari pelaksanaan PTK dengan tugas Anda sehari-hari. 3. Cermati kembali tugas-tugas pokok guru, kemudian lihat kembali pembahasan tentang manfaat PTK bagi guru.



RANGKUMAN



Tujuan utama PTK adalah untuk meningkatkan kinerja pembelajaran di kelas. PTK dalam kajian yang lebih luas juga bertujuan meningkatkan relevansi pendidikan, meningkatkan mutu hasil pendidikan, dan meningkatkan efisiensi pengelolaan pendidikan di sekolah Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat baik bagi sekolah, bagi guru dan bagi siswa. Bagi sekolah, dengan terbiasanya para guru melakukan PTK, akan menumbuhkan inovasi baru, memacu tumbuhnya semangat kolaborasi antar komponen pendidikan di sekolah,



berbagai



strategi/tehnik pembelajaran dapat dihasilkan dari sekolah ini untuk disebarluaskan kepada sekolah lain. Dengan demikian, sekolah mempunyai kesempatan yang besar untuk berubah secara menyeluruh. Bagi guru, akan meningkatkan rasa percaya diri serta meningkatkan profesionalisme,



tumbuhnya hubungan kolegial yang sehat, rasa saling membutuhkan yang pada gilirannya akan menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif untuk memajukan sekolah. Bagi siswa, penelitian tindakan kelas akan memberikan pengaruh bagi peningkatan hasil belajar mereka.



SUBUNIT 2 Kondisi yang Dipersyaratkan dan Masalah-masalah Pembelajaran yang Dapat Dikaji Melalui PTK



Subunit ini membahas kondisi yang dipersyaratkan untuk mendukung optimalisasi pelaksanaan PTK. Upaya perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran yang dilakukan melalui PTK akan dapat dilaksanakan dengan baik bilamana kondisi yang ada di lingkungan sekolah mendukung pelaksanaan PTK. Kondisi tersebut terutama sekali berkenaan dengan dukungan non fisik, di samping bersentuhan juga dengan kondisi fisik yang terkait. Subunit ini juga membahas tentang masalah-masalah pembelajaran yang dapat dikaji melalui PTK. Meskipun PTK memiliki sejumlah kelebihan di dalam upaya memaksimalkan pencapaian hasil pembelajaran atau peningkatan kinerja pembelajaran, akan tetapi tidak semua masalah pembelajaran dapat dikaji atau dipecahkan melalui PTK. Oleh sebab itu anda diharapkan dapat mengkaji secara seksama subunit ini, mengerjakan latihan-latihan yang disediakan serta menyelesaikan tes formatif pada bagian akhir subunit ini sehingga akan menambah kedalam pemahaman anda berkenaan dengan PTK.



A. Kondisi yang Dipersyaratkan Dalam Pelaksanaan PTK Mungkin anda pernah mengalami hal berikut di dalam melaksanakan tugas sebagai guru. Suatu ketika anda membaca sebuah buku yang menuturkan tentang ide-ide baru yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Atau mungkin anda pernah mengikuti suatu penataran atau pelatihan, kemudian anda mendapatkan sesuatu hal baru yang selama ini belum pernah anda terapkan di dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Mungkin sebelum anda berencana menerapkan hal-hal baru tersebut, terlintas dalam pikiran anda beberapa pertanyaan, misalnya; apakah kepala sekolah saya mengizinkan saya menerapkannya? Apakah teman-teman guru tidak menganggap saya mengada-ada atau beranggapan mentang-mentang baru ikut pelatihan atau perkuliahan sudah berani melakukan hal-hal yang anehaneh? Atau timbul keraguan, apakah saya bisa melaksanakan? Tidakkah nantinya



menjadi bahan tertawaan atau ejekan teman-teman guru. Bayangan-bayangan pertanyaan tersebut seringkali berkembang dalam diri seseorang. Keadaan tersebut dalam batas-batas tertentu sesungguhnya sebagai hal wajar. Namun jika keraguan tersebut terlalu berlebih-lebihan justru akan menyebabkan kurangnya percaya diri, sehingga tidak memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu yang dianggap baru dan inovatif. Oleh sebab itu untuk mendukung pelaksanaan PTK di sekolah ada sejumlah kondisi yang dipersyaratkan. Kondisi yang dipersyaratkan bagi PTK dapat diartikan sebagai keadaan yang selayaknya ada dan berkembang secara kondusif di lingkungan sekolah sehingga memberi peluang yang besar bagi terlaksananya PTK. Dengan mengkaji pandangan yang dikemukakan oleh Taggart (1991:37), Wardani (2003:123) dapat disimpulkan beberapa hal berupa kondisi yang dipersyaratkan agar PTK dapat dilakukan dengan baik di sekolah. Beberapa kondisi dimaksud adalah (1) pemberian kebebasan oleh sekolah, (2) minimalisasi hirarki dan birokrasi di sekolah, (3) adanya komitmen bersama untuk terjadinya perubahan, (4) adanya keterbukaan semua staf sekolah, (5) dukungan kepala sekolah dan staf (6) adanya rasa percaya diri guru dan siswa (7) kesiapan menerima konflik, (8) Adanya perencanaan jangka panjang. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, mari kita bahas satu persatu kondisi yang dipersyaratkan tersebut.



1. Adanya kebebasan untuk melaksanakan PTK Pelaksanaan PTK di sekolah memerlukan suasana yang bebas dan terbuka. Dalam keadaan demikian guru harus merasakan bahwa apa yang dilakukannya tidak dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu kebijakan dan garis-garis yang telah ditetapkan sekolah, sebaliknya dalam melaksanakan aktivitas tersebut guru harus merasa mendapat dukungan dari semua personil sekolah sehingga ia lebih termotivasi dan percaya diri untuk melaksanakannya dengan baik. Mungkin anda pernah mengalami atau mendengar apa yang terjadi pada sekolah jika ada guru yang mencoba melakukan sesuatu yang baru yang belum lazim dilakukan oleh kebanyakan guru di sekolah tersebut. Tidak jarang guru tersebut dipandang sinis oleh teman-teman guru yang lain, bahkan oleh kepala sekolahnya sendiri. Keadaan semacam ini sudah barang tentu tidak menguntungkan bagi pelaksanaan PTK. Guru yang melaksanakan PTK harus mendapat kebebasan untuk berdiskusi



sesama guru dalam mengoptimalkan pelaksanaan PTK, menentukan tindakan yang tepat atau mendiskusikan hasi-hasil yang ditemui. Untuk meminimalisasi atau mengurangi suasana yang kurang mendukung sebagaimana dipaparkan di atas, maka sebelum Anda melaksanakan PTK disarankan untuk melakukan beberapa hal sebagai berikut: (a) Jelaskan kepada kepala sekolah, guru dan semua staf sekolah apa yang akan anda lakukan, tujuan Anda melakukannya, apa dampaknya terhadap kegiatan pembelajaran. Anda harus dapat meyakinkan pihak-pihak tersebut bahwa PTK yang akan dilaksanakan akan memberikan manfaat yang besar bagi peningkatan keberhasilan belajar siswa serta tumbuh dan berkembangnya inovasi di sekolah tersebut, (b) Berikan kesempatan kepada teman-teman guru untuk memberikan tanggapan, pendapat atau saransaran terhadap kegiatan PTK yang akan Anda lakukan. Hargai pendapat semua pihak, dan jangan sekali-kali menganggap diri Anda sebagai orang yang sangat tahu segalanya, dan memposisikan orang lain tidak mengetahui sama sekali tentang hal itu. Dengan demikian dimungkinkan staf sekolah merasa bahwa mereka juga merupakan bagian dari apa yang Anda lakukan, dan kesuksesan Anda adalah kesuksesan bagi semuanya bukan?



2. Minimalisasi hirarki dan birokrasi di sekolah Tahapan-tahapan pelaksanaan PTK membutuhkan lebih banyak konsultasi, diskusi, dan dukungan kebijakan kepala sekolah serta partisipasi staf sekolah. Pelaksanaan dan dukungan terhadap kegiatan-kegiatan tersebut biasanya dilakukan secara simultan bersamaan dengan pelaksanaan PTK sehingga membutuhkan penanganan yang lebih cepat. Oleh sebab itu birokrasi dan hirarki yang berlaku di sekolah tidak boleh berlangsung secara kaku. Sebagai contoh, ketika guru yang melaksanakan PTK membutuhkan saran-saran kepala sekolah, maka kepala sekolah harus menyediakan waktu dan bersedia setiap saat, tanpa harus menunggu waktu pembahasan atau harus menghadap secara formal. Demikian pula di kalangan sesama guru, diharapkan juga selalu menyediakan waktu untuk bersama-sama berpartisipasi dalam memberikan bantuan serta dukungan terhadap sesuatu yang dibutuhkan oleh guru yang melaksanakan PTK. Bentuk-bentuk dukungan guru sejawat ini misalnya kesediaan memberikan informasi tentang keadaan siswa, memberikan saran-saran bahkan kesediaan



membantu pengumpulan data ketika PTK dilaksanakan jika guru tersebut membutuhkan bantuan. Dengan kata lain untuk mendukung pelaksanaan PTK perlu ditumbuhkan semangat kebersamaan dan kolaborasi antara sesama guru sehingga kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan baik.



3. Sekolah harus memiliki komitmen bersama untuk terjadinya perubahan Dapatkah PTK dilaksanakan secara baik dan berkelanjutan di suatu sekolah jika kepala sekolah, guru dan staf sekolah lainnya tidak memiliki komitmen yang kuat untuk selalu terdorong mencapai perubahan?. Apa yang terjadi di sekolah tersebut bilamana sebagian besar staf sekolah (terutama guru dan kepala sekolah) lebih bersifat pasif dan hanya beberapa orang guru saja yang memiliki semangat untuk maju dan mendukung perubahan? Secara singkat tentu Anda sangat mudah menjawab bahwa sekolah tersebut akan sangat sulit untuk mencapai kemajuan yang berarti, terlebih lagi mengembangkan inovasi-inovasi baru. Keadaan seperti ini mungkin Anda temui pula pada sekolah di sekitar tempat Anda bertugas. Dan secara umum keadaan seperti ini masih banyak dijumpai pada sekolah-sekolah yang ada di lingkungan kita. PTK saat ini dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk inovasi baru yang berkaitan langsung dengan upaya perbaikan kinerja pembelajaran. Jika semua pihak, khususnya unsur-unsur sekolah menyadari dengan baik manfaat PTK dan memiliki komitmen untuk mewujudkan perubahan, maka diyakini mereka akan memberikan dukungan sesuai peran dan kemampuan yang mereka miliki. Persoalannya adalah, apakah semua atau sebagian besar teman-teman guru dan kepala sekolah memang memiliki keinginan yang kuat untuk berubah. Jika sebagian besar unsur sekolah memiliki komitmen, maka implementasi PTK tidak akan menghadapi banyak kendala, kecuali guru tersebut belum memiliki pemahaman yang baik tentang PTK. Namun bilamana kondisi yang kurang positif sebagaimana dicontohkan di atas terjadi di sekolah Anda, maka diperlukan usahausaha lebih sungguh-sungguh serta dibutuhkan kesabaran Anda untuk mengawalinya. Jika Anda menghadapi keadaan tersebut ada beberapa strategi yang perlu diperhatikan terutama jika Anda adalah sebagai peneliti pemula (Hardjodiputro, 1997:102), yaitu;



a. Jangan menyerah, keberanian dan keuletan diperlukan dalam revolsi gagasan. b. Terimalah bantuan rekan-rekan Anda. Bicaralah dengan rekan-rekan Anda yang lain, mungkin mereka dapat membantu masalah yang Anda hadapi. Atau bicara dan minta bantuanlah kepada atasan Anda, dan jika perlu bicaralah kepada rekan-rekan di sekolah lain untuk mendengar pendapat dan saran mereka. c. Bersikaplah positif, hindari sikap defensive. Usahakan untuk membuka diri dalam bentuk dialog atau negosiasi guna menghindari terjadinya konflik. d. Bersabar. Anda adalah peneliti dan para peneliti adalah orang-orang yang mampu menghormati pendapat orang lain. Kesabaran ini sangat dibutuhkan, di samping pelaksanaan PTK membutuhkan langkah-langkah atau tahapan yang menuntut kesabaran dalam penyelesaiannya, ketelatenan dan kesabaran juga sangat diperlukan dalam menanggapi kritik bahkan mungkin ketidaksenangan orang lain dalam mewujudkan inovasi yang tengah kita lakukan. e. Laksanakan secara terbuka. Jika banyak pihak yang menempatkan diri sebagai orang yang tidak atau kurang setuju dengan apa yang Anda lakukan, sebaiknya Anda menyediakan diri untuk memberikan penjelasan secara terbuka dan menyeluruh tentang kegiatan yang Anda lakukan. Bisa saja terjadi ketidakberpihakan sebagian orang adalah karena ketidaktahuan mereka secara menyeluruh tentang kegiatan tersebut. Berikan jawaban secara jelas dan terbuka terhadap semua pertanyaan yang mereka ajukan. Oleh karena itu Anda memang perlu memahami lebih baik cermat tentang PTK tersebut sehingga Anda



akan



lebih



mudah



memberikan



penjelasan



jika



mereka



membutuhkannya. f. Bila ada kesempatan, bergabunglah dengan para peneliti PTK di lingkungan sekitar Anda. Saling bertukar pikiran dalam menghadapi berbagai masalah berkaitan dengan pelaksanaan PTK merupakan bagian penting untuk mampu mengimplementasikan PTK dengan lebih baik. Oleh sebab itu jika ada temanteman Anda yang sama-sama pernah menerima pelajaran atau pelatihan tentang PTK akan lebih baik bilamana Anda membentuk kelompok diskusi secara formal maupun informal. g. Ekpose temuan-temuan penelitian Anda. Keberhasilan



Anda



dalam



memperbaiki proses pembelajaran melalui PTK yang Anda kembangkan perlu diberitahukan kepada rekan-rekan Anda. Hal ini memiliki arti penting sebagai



bagian dari sikap terbuka sebagai peneliti, sekaligus memberi dorongan bagi teman-teman Anda agar tertarik melakukan penelitian. h. Upayakan menerbitkan hasil penelitian Anda pada jurnal, bulletin maupun majalah ilmiah lainnya sehingga aktivitas dan hasil-hasil penelitian Anda diketahui oleh masyarakat secara luas. i. Percayalah kepada pengetahuan pribadi Anda. Untuk mencapai kemajuan dibutuhkan rasa percaya diri, ketulusan, kesungguhan dan itikad yang baik. Kondisi tersebut sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan motivasi bagi diri sendiri dalam melakukan PTK secara berkelanjutan sekaligus juga memberikan motivasi kepada rekan-rekan guru agar terdorong melakukan hal sama untuk memperbaiki kinerja pembelajaran pada sekolah masing-masing.



4. Keterbukaan semua staf sekolah Keterbukaan mengandung pengertian di mana semua staf sekolah bersedia melihat persoalan yang ada di sekolah sebagai bagian dari masalah bersama. Kemajuan dan keberhasilan belajar siswa adalah masalah bersama sehingga setiap unsur harus dipacu untuk berupaya secara sungguh-sungguh dan terus menerus mewujudkannya sesuai peran masing-masing. Kesediaan bersama untuk senantiasa mencari cara-cara inovatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa merupakan bagian penting sebagai kerangka tumbuhnya semangat dan motivasi dalam mewujudkan pelaksanaan PTK di sekolah. Wujud nyata dari kesediaan ini misalnya nampak dari keterbukaan setiap orang untuk mengungkapkan dan berpartisipasi membahas setiap masalah yang dihadapi, tanpa rasa khawatir, cemas dan tertekan. Jika ada guru atau unsur lain di sekolah merasa khawatir atau takut melakukan sesuatu, maka akan menjadi kendala yang dapat mengganggu pelaksanaan PTK. Sebaliknya jika guru merasa ada kebebasan untuk mengungkapkan masalah, memberikan pendapat, melaksanakan inovasi, maka akan memberikan iklim yang sangat positif bagi pelaksanaan PTK di sekolah. Dalam keadaan ini peran kepala sekolah sangat penting untuk menciptakan nuansa keterbukaan bagi setiap guru dan staf sekolah sehingga mereka secara tulus, mampu berpartisipasi dalam mengatasi masalah-masalah sekolah. Pada sisi lain peran sesama guru juga tidak kalah pentingnya karena dukungan rekan guru akan memberikan kekuatan bagi guru yang melaksanakan PTK.



5. Sikap kepala sekolah dan staf administrasi yang mendukung Dalam melaksanakan tugas Anda sehari-hari sebagai guru, Anda pasti bisa menilai bagaimana sikap kepala sekolah Anda bukan? Demikian pula dengan staf administrasi, tentu Anda sudah sangat memahami karena Anda telah bersamasama dalam melaksanakan tugas dalam waktu yang cukup lama. Tentu Anda sangat senang jika melakukan sesuatu, kemudian kepala sekolah menaruh perhatian terhadap apa yang Anda lakukan. Tentu Anda akan lebih senang lagi bilamana kepala sekolah bertanya, memberikan pendapat terlebih lagi menghargai aktivitas yang Anda lakukan. Perhatian dan kepedulian yang ditunjukkan kepala sekolah terhadap aktivitas yang dilakukan guru di sekolah mempunyai arti penting dalam mendukung pelaksanaan PTK. Sebagai satu bentuk inovasi baru, bukan hal mustahil jika guru merasa ragu untuk melakukannya di sekolah. Sebelum berencana menerapkan, biasanya muncul berbagai pertanyaan di dalam benak guru, misalnya apakah saya mampu melaksanakannya? Apakah kepala sekolah saya benar-benar mengizinkan? Apakah rekan-rekan guru tidak menganggap saya mengada-ada? Bagaimana kalau yang saya lakukan tidak benar, bukankah saya akan diperolok teman-teman guru? Mungkin banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang muncul di benak guru sebelum melakukan PTK. Menghadapi situasi seperti ini, sikap kepala sekolah yang positif dengan memberikan perhatian, kepedulian dan motivasi bagi guru sebagai peneliti pemula memiliki arti yang sangat penting. Sebaliknya sikap kepala sekolah yang terkesan tidak peduli, kurang menghargai apalagi jika cenderung mencari kesalahan, akan menyebabkan keberanian dan rasa percaya diri guru akan semakin berkurang sehingga semakin tidak memiliki keberanian untuk mencoba melakukan penelitian yang direncanakannya.



6. Adanya rasa percaya diri guru dan siswa yang melaksanakan PTK Keberhasilan guru melaksanakan PTK tidak cukup hanya didukung oleh keinginan dan pemahaman terhadap PTK saja, akan tetapi juga akan ditentukan rasa percaya diri. Rasa percaya diri akan menjadi dorongan yang kuat untuk menumbuhkan keberanian melakukan perubahan yang perlu dilakukan dalam



perbaikan pembelajaran. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri ini guru harus memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melaksanakan PTK sebagaimana ia pahami. Guru yang melaksanakan PTK juga harus memiliki keyakinan bahwa kegiatan yang dilaksanakannya akan memberi beberapa manfaat, baik bagi dirinya, bagi siswa dan bagi sekolah sehingga ia tidak perlu merasa khawatir dengan kegiatan yang dilaksanakan.



7. Kesiapan menghadapi konflik Pada umumnya segala sesuatu yang baru tidak secara mudah dapat diterima oleh semua orang, meskipun orang-orang mengetahui manfaat atau dampak positif dari kegiatan tersebut. Terlebih lagi bilamana orang-orang di lingkungan tersebut tidak memahami dengan baik manfaat atau kegunaannya dalam rangka perbaikan yang diharapkan. PTK sebagai bentuk inovasi baru dalam upaya perbaikan kinerja pembelajaran juga membutuhkan waktu agar dapat diterima oleh semua guru dan staf sekolah. Dalam keadaan demikian guru yang melakukan PTK mungkin akan berhadapan dengan berbagai tantangan, antara lain berupa sikap guru lain bahkan kepala sekolah yang belum menerima atau belum merasa yakin bahwa PTK merupakan cara yang mampu memperbaiki kinerja pembelajaran. Itulah sebabnya maka guru yang akan melaksanakan PTK diharapkan memiliki kesiapan mental jika terjadi konflik. Kesiapan mental ini merupakan hal yang penting agar guru tidak merasa terkejut jika hal itu terjadi. Lebih jauh lagi diharapkan guru dapat mengantisipasi agar konflik dapat diminimalisasi melalui pendekatan-pendekatan yang dianggap tepat. Hodkinson (Depdiknas, 2004:10) mengemukakan keberhasilan PTK dalam menumbuhkan inovasi dan perbaikan pembelajaran, memacu semangat kolaborasi antara komponen-komponen pendidikan di sekolah, dan meningkatkan profesionalisme guru akan dapat diwujudkan bilamana didukung oleh beberapa kondisi berikut; a. Ada kesediaan dari para guru untuk mengakui kekurangan-kekurangan diri. b. Adanya kesempatan bagi guru untuk menemukan sesuatu yang baru (inovasi). c. Ada dorongan untuk mengemukakan gagasan-gagasan baru. d. Tersedianya waktu yang cukup untuk melakukan percobaan. e. Ada kepercayaan timbal balik antara orang-orang yang terlibat.



8. Adanya rencana jangka panjang Upaya yang dilakukan semua staf sekolah untuk meningkatkan kinerja pembelajaran selayaknya menjadi bagian krusial dari rencana jangka panjang yang dimiliki sekolah. Jika sekolah memiliki rencana yang jelas dan terarah untuk mencapai perubahan yang diharapkan dalam jangka panjang, maka setiap personil sekolah akan memiliki pegangan yang jelas tentang sesuatu yang hendak mereka capai. Guru yang mengembangkan PTK atau yang belum memiliki kesempatan untuk melakukannya hendaknya meletakkan aktivitas ini sebagai bagian dari strategi atau upaya pencapaian tujuan jangka panjang sekolah dalam rangka peningkatan kinerja sekolah secara keseluruhan. Bilamana pemahaman ini dapat ditumbuhkan maka guru yang melaksanakan PTK akan lebih mudah mensosialisasikan kegiatannya kepada staf sekolah yang lain, sehingga dimungkinkan lebih mudah pula mendapatkan dukungan untuk melaksanakannya.



Upaya-upaya menciptakan kondisi yang mendukung terwujudnya pelaksanaan PTK di sekolah hendaknya dirasakan sebagai bagian dari tanggung jawab semua staf sekolah. Jika kepala sekolah, guru dan pegawai sekolah memiliki komitmen yang sama untuk mewujudkan lembaga pendidikan sekolah yang berkualitas, maka diyakini PTK tidak akan mengalami banyak kendala dalam implementasinya.



B. Masalah-masalah Pembelajaran yang Dapat Dikaji Melalui PTK Dari uraian dan pembahasan yang telah Anda simak bersama pada bagianbagian terdahulu mungkin Anda dapat menyimpulkan sendiri apakah semua masalah pembelajaran dapat dikaji atau diselesaikan melalui PTK? Apa saja karakteristik masalah yang dapat dikaji melalui PTK, dan apa saja karakteristik masalah yang tidak dapat dikaji melalui PTK. Untuk memperkuat jawaban Anda mari kita simak bersama beberapa ilustrasi berikut ini:



Ilustrasi 1.



Pak Ahmad adalah guru bidang studi IPS pada salah satu sekolah dasar. Disamping mengajar bidang studi IPS pada kelas empat, lima dan enam, pak Ahmad juga bertugas sebagai wali kelas lima. Pada suatu pertemuan rapat dewan guru di sekolahnya, pak Ahmad mengungkapkan masalah pembelajaran yang ia hadapi. Pada kesempatan pertemuan tersebut ada dua hal yang sengaja ia ungkapkan. Pertama, dalam dua tahun terakhir ini ia mencermati nilai ujian akhir siswa. Setelah ia cermati. ternyata menurut pak Ahmad, nilai rata-rata bidang studi IPS pada siswa kelas enam yang mengikuti ujian tahun ini tidak mengalami peningkatan, bahkan menurun dari tahun sebelumnya. Dibandingkan rata-rata nilai yang lain, nilai bidang studi IPS berada di bawah rata-rata bidang studi lain. Kedua, setiap kali ia melaksanakan proses pembelajaran, jarang sekali siswa mau bertanya dan mengemukakan pendapat. Padahal menurut pak Ahmad dirinya selalu memberi kesempatan kepada siswanya untuk bertanya, mengemukakan pendapat bahkan menilai atau memberi masukan pada dirinya bagaimana ia mengajar. Mungkin saya menjelaskan terlalu cepat, atau suara saya kurang jelas dan sebagainya ungkap pak Ahmad. Untuk itu saya meminta siswa untuk menilainya. Namun, lanjut pak Ahmad siswa-siswa saya jarang sekali mau mengemukakan pendapat. Ketika saya bertanya, “apakah kalian semua sudah mengerti? Kebanyakan mereka tidak memberikan respon apa-apa, hanya beberapa siswa saja yang menjawab. Sebaliknya, ketika saya meminta mereka mengangkat tangan bila tidak mengerti, pada umumnya mereka diam saja. Tetapi saya merasa sedih karena ternyata setelah saya berikan latihan hampir separuh dari mereka tidak bisa menyelesaikan dengan baik. Pak Ahmad meminta tanggapan dari teman-teman guru yang hadir pada pertemuan tersebut.



Ilustrasi 2: Bu Ina adalah seorang guru kelas tiga pada salah satu sekolah dasar. Sebagai seorang guru kelas, seperti juga kebanyakan guru-guru lain, bu Ina sering dihadapkan pada berbagai masalah dalam kegiatan pembelajaran di kelas atau dalam pembinaan siswa. Dalam setahun terakhir ini, bu Ina sering merasa pusing karena di kelasnya ada dua orang siswa yang sering sekali membuat masalah. Sebut saja kedua siswa itu Diki dan Amri. Diki adalah seorang anak yang cukup cerdas. Hampir setiap kali mengerjakan soal dan latihan, Diki jarang menghadapi



kesulitan, sehingga hasil belajar yang ia peroleh juga cukup baik. Namun Diki memiliki kebiasaan buruk yaitu suka mengganggu teman-teman sekelasnya. Dalam dua atau tiga hari, ada saja teman-temannya yang menangis karena sering diganggu terutama teman-teman wanita. Bu Ina sudah sering memberikan teguran, memarahi dan bahkan menghukumnya, namun kebiasaan Diki sulit sekali dirubah. Sedangkan Amri memiliki kebiasaan lain. Setiap minggu paling tidak sehari Amri tidak masuk sekolah (membolos), kadang-kadang 3 hari dalam seminggu ia tidak masuk. Jika ditanya, Amri selalu bisa mengemukakan alasan. Terkadang menjaga adiknya sakit, kadangkala terlambat bangun dan berbagai alasan lain. Bu Ina juga sudah berusaha memanggil orang tua Amir untuk memberi tahu orang tuanya, sekaligus mendengar penjelasan orang tuanya tentang persoalan yang dihadapi Amri. Namun upaya bu Ina belum banyak membawa perubahan. Kedua hal ini seringkali membuat bu Ina pusing, terkadang ia merasa kewalahan menyelesaikannya.



Ilustrasi 3: Ketika sedang jam istirahat, bu Tuti menggunakan waktu beberapa menit menyempatkan diri memasukkan nilai PR matematika ke dalam buku kumpulan nilai yang dimilikinya. Setelah semuanya nilai-nilai itu dipindahkan, bu Tuti berhenti dan kembali mengamati beberapa kali nilai-nilai PR siswa-siswanya tersebut. Satu persatu nama siswa dan nilai diamatinya. Tiba-tiba ia merasa terkejut karena ternyata cukup banyak siswa-siswanya yang sering sekali tidak mengerjakan PR. Sambil menghitung jumlah siswanya yang sering tidak mengerjakan PR, dalam hati bu Tuti berkata, “kok banyak sekali anak-anak saya yang sering tidak mengerjakan PR, kenapa ya”? Setelah ia hitung ada sekitar 10 orang dari 30 siswanya yang seringkali tidak mengerjakan PR. Beberapa siswa lain, ada beberapa kali tidak mengerjakan PR yang ditugaskan. Bu Tuti berkata pada dirinya lagi, “masalah ini tidak bisa dibiarkan, dan saya harus melakukan sesuatu untuk mengatasi hal ini, atau setidaknya mengurangi jumlah anak-anak saya yang sering tidak mengerjakan PR”.



Ilustrasi 4:



Pak Ardi mengajar pada salah satu sekolah dasar yang berada di sebuah desa yang relatif terpencil. Ia seringkali merasa terharu jika melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa-siswa di sekolahnya, khususnya di kelas-kelas yang ia ajarkan. Sebagian besar siswa yang bersekolah di tempat pak Ardi mengajar adalah berasal dari keluarga yang kurang mampu. Umumnya mereka bekerja sebagai petani dengan penghasilan yang pas-pasan untuk mendukung kehidupan keluarga. Dengan sendirinya anak-anak yang sekolah di SD tersebut rata-rata berasal dari keluarga yang kurang mampu. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, pak Ardi sering menghadapi persoalan yang cukup pelik. Di satu sisi ia berkeinginan agar anak-anak memiliki buku pokok dan buku penunjang kegiatan belajar. Ia berharap dengan kelengkapan buku-buku tersebut proses pembelajaran di kelas dapat dilaksanakan secara efektif. Di samping itu siswasiswa juga dapat mengulang pelajaran di rumah dari buku yang mereka miliki. Terlebih lagi buku paket yang ada hanya cukup untuk sebagian kecil siswa. Namun pada sisi lain ia juga menyadari bahwa kalaupun anak-anak diminta untuk membeli, hal itu akan sulit dilakukan lantaran faktor ekonomi yang kurang mendukung. Keadaan ini berlangsung bulan demi bulan bahkan bertahun-tahun. Pak Ardi yakin bahwa akar permasalahan sehingga hasil belajar siswa sangat sulit untuk didorong peningkatannya adalah masalah ekonomi orang tua yang berakibat kurang mampunya orang tua menyediakan kelengkapan belajar anak. Dari ketiga ilustrasi di atas, apa kesimpulan Anda? Masalah mana yang dapat dikaji melalui PTK, dan masalah mana yang tidak dapat dikaji melalui PTK? Lalu apa alasannya? Untuk menambah keyakinan Anda dalam menjawab pertanyaan di atas, akan lebih baik kita simak kembali beberapa hal yang terkait dengan sasaran PTK sehingga kita akan dapat menyimpulkan masalah mana yang dapat dikaji atau dipecahkan melalui PTK, dan mana yang tidak. Beberapa sasaran PTK sebagai berikut;



1. Masalah yang berkaitan dengan pembelajaran sehari-hari Sebagai guru, tentu Anda memahami begitu banyak permasalahan yang terjadi di sekolah yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Ada kepala sekolah dan guru yang



mengeluh karena siswa-siswa tidak disiplin dalam berpakaian seragam, kurang disiplin dalam mengikuti upacara bendera, tidak aktif mengikuti kegiatan olahraga, terlambat melunasi uang BP3, kurang terdorong memanfaatkan sumbersumber pustaka, sering tidak masuk sekolah, jarang mengerjakan PR, mendapat hasil rendah dalam ulangan dan sebagainya. Banyak lagi masalah-masalah lain yang sering dihadapi sekolah. Meskipun beberapa diantara masalah tersebut terkait dengan proses pembelajaran, akan tetapi tidak semua masalah tersebut bisa dipecahkan atau dikaji melalui PTK. Milss (2000), mengemukakan di antara masalah yang dapat dikaji melalui PTK adalah masalah-masalah dimana guru merasa sangat familiar karena seringkali terjadi yaitu berkaitan dengan kegiatan pembelajaran sehari-hari (daily teaching practice). Di bawah ini adalah contoh beberapa diantara masalah pembelajaran sehari-hari yang berhasil diidentifikasi guru-guru melalui kegiatan perkuliahan Penelitian Tindakan Kelas. a. Kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi b. Rendahnya motivasi siswa dalam belajar c. Siswa kurang mampu mengerjakan latihan d. Rendahnya kemampuan dan keberanian siswa mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran e. Rendahnya kemampuan siswa mengerjakan soal-soal cerita pada pelajaran matematika. f. Sulitnya siswa mengenal dan memahami peta buta dalam pelajaran IPS g. Rendahnya kemampuan siswa kelas satu mengenal huruf h. Rendahnya kemampuan siswa dalam mengarang Di samping beberapa contoh di atas, pasti Anda bisa mengungkapkan contoh-contoh masalah-masalah pembelajaran sehari-hari yang Anda pahami untuk dapat dikaji lebih lanjut melalui PTK. Jika Anda merasa ragu apakah masalah yang Anda ungkapkan adalah termasuk masalah pembelajaran seharihari, Anda jangan ragu mendiskusikan dengan rekan-rekan guru di sekolah Anda atau dengan rekan-rekan kuliah Anda. Diskusi atau saling bertukar pikiran sangat penting sebagai salah satu cara untuk mendalami topik-topik yang kita bahas. Adakalanya rekan-rekan guru, mungkin di tempat Anda mengajar atau di tempat lain kurang mampu mengungkapkan masalah pembelajaran yang ia hadapi, walaupun ia yakin bahwa sesungguhnya banyak masalah yang ia alami sehari-hari



dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Ia merasakan ada masalah, akan tetapi masalah tersebut masih kabur. Kaburnya masalah tersebut mungkin karena ada beberapa masalah yang saling terkait. Sebagai contoh; Ada seorang guru menceriterakan hampir setiapkali ia mengajar pelajaran Matematika di kelas V Sekolah Dasar tempat ia bertugas, anak-anak kurang sungguh-sungguh mengikuti penjelasan yang disampaikannya. Beberapa orang anak sering melakukan sesuatu yang mengganggu konsentrasi teman-teman lain sehingga kelas menjadi terganggu. Selesai menjelaskan, saya selalu meminta anak-anak yang belum mengerti agar tidak segan dan malu mengatakan bahwa dirinya belum mengerti, atau mengajukan pertanyaan bagian-bagian yang belum dimengerti. Namun jarang sekali ada anak yang bertanya. Ketika diberikan latihan ternyata sebagian besar siswa-siswa tidak bisa mengerjakan dengan baik. Dari ceritera tersebut guru merasakan ada masalah, dan beberapa masalah yang ia hadapi memiliki keterkaitan, misalnya; siswa-siswa kurang sungguh-sungguh, siswa sulit mengerjakan latihan, siswa kurang berani dan mampu bertanya, ada siswa yang sering mengganggu teman. Keadaan seperti ini seringkali membuat guru kesulitan menemukan masalah nyatanya, dengan kata lain masalahnya masih kabur. Dapatkah anda membantu memperjelas masalah yang dihadapi rekan Anda tersebut? Sebagai orang yang sudah memiliki pengetahuan tentang PTK, Anda berkewajiban membantu rekan Anda. Bantulah rekan Anda agar ia mampu mengungkapkan secara nyata masalah tersebut. Sebelumnya berikan kesempatan kepadanya untuk menceriterakan masalah yang ia hadapi dengan bahasanya sendiri sehingga Anda memahami apa yang ia maksudkan. Selanjutnya bantulah rekan Anda tersebut menyatakan secara lugas masalahnya. Yakinkan bahwa masalah tersebut benar-benar masalah-masalah keseharian dalam proses pembelajaran. Dengan kemampuan menyatakan masalah secara nyata tersebut rekan Anda akan lebih mudah mempersiapkan langkah-langkah selanjutnya untuk mempersiapkan PTK.



2. Cakupan masalahnya tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit Pada unit sebelumnya Anda telah diajak untuk membahas karakteristik PTK dan menemukan perbedaan PTK dengan penelitian-penelitian non PTK. Anda tentu masih ingat bahwa PTK tidak diarahkan untuk mengkaji masalah-



masalah yang cakupannya terlalu luas sehingga di luar kemampuan guru untuk merancang dan melaksanakan tindakan guna perbaikan yang diharapkan. Adakalanya masalahnya luas dan cakupan atau ruang lingkup juga luas. Namun ada juga ruang lingkupnya tidak luas, misalnya kelas akan tetapi masalahnya terlalu luas. Masalah yang luas dan ruang lingkup yang luas tersebut misalnya rendahnya hasil Ebtanas seluruh bidang studi atau beberapa bidang studi siswa SMP di suatu kecamatan, satu kabupaten atau satu propinsi. Kemudian guru sebagai peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk memperbaiki keadaan tersebut. Masalahnya sudah jelas terlalu luas karena mengkaji masalah Ebtanas (UAN), sedangkan ruang lingkup juga luas, karena mencakup satu kecamatan, satu kabupaten, apalagi satu propinsi. Pada sisi lain bisa juga terjadi ruang lingkup penelitiannya tidak luas, akan tetapi masalah yang dikaji masih terlalu luas. Misalnya seorang guru ingin mengkaji atau meneliti cara meningkatkan kemampuan bertanya siswa, kemampuan menyimpulkan pelajaran dan kemampuan mengerjakan soal-soal latihan pada siswa kelas tertentu dalam waktu bersamaan atau satu rancangan PTK. Keadaan ini tentu akan menyulitkan guru, karena tindakan untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa, mungkin hanya akan akurat untuk meningkatkan kemampuan bertanya dan belum tentu sekaligus mampu menyimpulkan pelajaran dan mengerjakan soal-soal latihan. Demikian pula tindakan yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan menyimpulkan pelajaran tidak mesti dapat meningkatkan keberanian dan kemampuan bertanya serta menyelesaikan soal-soal latihan. Dari contoh-contoh tersebut tentu Anda dapat mengidentifikasi sendiri masalah pembelajaran yang terlalu luas sehingga akan menimbulkan kesulitan dalam pengembangan PTK. Di samping tidak disarankan untuk mengkaji masalah yang terlalu luas, juga diharapkan masalah yang dikaji melalui PTK tidak terlalu sempit. Jika masalah yang terlalu luas akan menyebabkan kesulitan guru untuk menentukan tindakan yang tepat dan sesuai untuk memperbaiki keadaan tersebut dan tentu akan berakibat pada pencapaian hasil yang tidak tepat, serta akan mengalami banyak kesulitan dalam implementasinya, maka pemilihan masalah yang terlalu sempit juga dapat menyebabkan hasil yang dicapai tidak seimbang dengan waktu, tenaga serta usaha yang dilakukan guru. Beberapa contoh masalah yang terlalu sempit, misalnya cara merapikan alat-alat tulis di meja, cara pengaturan tempat



duduk dalam diskusi, cara masuk ke dalam kelas dan sebagainya. Di samping itu juga perlu diperhatikan walaupun masalahnya cukup luas, akan tetapi jika ruang lingkupnya terlalu sempit juga tidak disarankan untuk dikaji melalui PTK. Sebagai contoh upaya untuk memperbaiki cara siswa menulis, sementara siswa yang akan menjadi sasaran tindakan perbaikan hanya dua atau tiga orang siswa saja di kelas tersebut. Demikian pula jika guru bermaksud meningkatkan pemahaman perkalian, sementara siswa yang tidak memiliki pemahaman perkalian yang baik di kelas tersebut hanya beberapa orang saja. Mungkin selain masalah tersebut, masih banyak masalah-masalah lain yang berkenaan dengan kebutuhan perbaikan yang menyangkut jumlah siswa yang lebih banyak dibanding masalah yang dipaparkan di atas. Sudah barang tentu masalah peningkatan pemahaman perkalian yang diarahkan pada beberapa orang siswa yang belum memiliki pemahaman yang baik tersebut harus diupayakan perbaikannya, akan tetapi diharapkan tidak dikembangkan melalui PTK. Ingat masalah yang diangkat melalui PTK adalah masalah yang berkaitan dengan kebutuhan perbaikan sebagian besar siswa di kelas. Anda diharapkan melakukan renungan sejenak atau berdiskusi dengan rekan-rekan guru untuk menilai cakupan masalah yang akan anda kaji melalui PTK. Ketepatan dalam penentuan ini akan memudahkan Anda untuk merancang tindakan perbaikan dan menjamin hasil yang lebih optimal.



3. Sesuai dengan Kemampuan Guru Mungkin Anda merasa tertarik untuk mengatasi beberapa masalah yang terkait dengan pembelajaran Anda sehari-hari. Akan tetapi sebelum Anda memutuskan untuk mengangkat masalah tersebut untuk dikembangkan melalui PTK perlu Anda pertimbangkan sekali lagi apakah Anda mampu melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi hal tersebut. Atau Apakah tindakan perbaikan tersebut dalam kemampuan Anda untuk melakukannya? Dalam sebuah tulisan yang dimuat pada Pelangi Pendidikan dikemukakan beberapa ilustrasi. Jika Anda yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, Anda tidak perlu melakukan PTK. Dengan dibelikan buku masalah tersebut akan terpecahkan, dan itu di luar kemampuan Anda. Dengan perkataan lain, yakinkan bahwa masalah yang akan



Anda pecahkan cukup layak (feasible), berada di wilayah pembelajaran, yang Anda kuasai. Dikemukakan pula contoh lain masalah yang berada di luar kemampuan Anda adalah: kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan raya. Mungkin Anda dapat mengidentifikasi contoh-contoh lain masalah yang berada di luar kemampuan Anda untuk melakukannya. Ilustrasi pertama mengisyaratkan bahwa cara mengatasi masalah adalah dengan menyediakan buku bagi siswa. Disamping hal semacam itu tentu sulit kita lakukan, kita juga sepakat bahwa cara tersebut bukan tindakan yang tepat untuk kita lakukan dan sulit dijaga kesinambungannya sebagai alternatif pemecahan masalah. Sedangkan contoh kedua, juga di luar kemampuan guru untuk mengatasinya, karena berkaitan dengan banyak faktor di luar kewenangan kita sebagai guru.



4. Masalah yang strategis Bagaimana Anda menimbang bahwa suatu masalah yang akan Anda pilih untuk dikembangkan melalui PTK strategis atau tidak? Mungkin beberapa di antara Anda juga bertanya apa yang menjadi tolok ukur ataupun kriteria untuk menilai strategis atau tidaknya masalah tersebut. Pada prinsipnya kita dapat mengkaji ukuran strategis tidaknya masalah dengan mencoba menjawab dua pertanyaan tersebut. Ukuran strategis dapat dinilai apakah tindakan perbaikan yang dilakukan itu memang prinsip dan berkontribusi bagi sebagian besar siswa dalam kerangka perbaikan pembelajaran. Kemampuan menyelesaikan soal-soal latihan tentu merupakan hal prinsip karena berkaitan langsung dengan capaian hasil belajar siswa. kemampuan menguasai perkalian menjadi hal prinsip karena akan menjadi dasar untuk memahami pembagian dalam pelajaran matematika. Kemampuan mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan merupakan hal prinsip karena berkaitan dengan pengembangan potensi siswa dan menjadi balikan untuk menilai keberhasilan mengajar guru. Mungkin Anda dapat mengkaji lebih banyak lagi contoh-contoh masalah strategis lainnya yang layak dikaji melalui PTK.



5. Masalah yang membutuhkan penanganan yang relatif segera Salah satu ciri PTK, di samping beberapa ciri lain adalah bahwa PTK merupakan cara pemecahan masalah yang hasilnya dapat dipergunakan langsung untuk memperbaiki pembelajaran. Sangat berbeda dengan bentuk penelitian lain yang memerlukan waktu lama untuk dapat diimplementasikan oleh guru bagi perbaikan kinerja pembelajaran. Karena sifatnya yang demikian, maka masalah yang dikaji melalui PTK juga disarankan adalah masalah-masalah yang memerlukan penanganan relatif segera, di mana jika masalah tersebut tidak cepat dicari solusi pemecahannya akan menimbulkan kendala bagi perbaikan proses dan hasil belajar yang dicapai. Pihak yang paling memahami masalah-masalah apa saja yang membutuhkan penanganan segera adalah guru. Oleh sebab itu untuk mengingatkan kita bersama, andaikata PTK dilakukan secara kolaboratif (misalnya kolaborasi dosen LPTK dan guru), maka yang harus menentukan masalah-masalah apa yang menjadi kebutuhan segera untuk dipecahkan adalah guru. Peran dosen dalam hal ini adalah membantu memperjelas masalah tersebut, bukan menentukan. Jika guru merasa bahwa kurangnya kemampuan membaca cepat pada siswa sangat menghambat pembelajaran, khususnya bidang studi Bahasa Indonesia misalnya, mungkin masalah tersebut merupakan salah satu masalah mendesak yang membutuhkan penanganan segera. Beberapa orang guru merasa sangat terhambat kegiatan belajar dan pencapaian hasil belajar karena siswa-siswa di kelasnya tidak bisa bekerjasama dalam diskusi kelompok. Mungkin guru matematika merasa terganggu proses pembelajaran karena sebagian besar siswa tidak mampu mengerjakan soal-soal cerita pada latihan matematika. Dan beberapa kasus lain. Sekali lagi yang paling memahami tingkat kebutuhan untuk penanganan secara segera adalah guru. Cobalah Anda identifikasi sendiri masalah-masalah pembelajaran di kelas Anda yang membutuhkan penanganan yang segera.



6. Masalah yang akan dikembangkan harus nyata PTK menghendaki hasil yang nyata dan dalam waktu yang singkat dapat dipergunakan langsung untuk memperbaiki pembelajaran. Oleh sebab itu masalah-masalah yang dapat dikaji melalui PTK adalah masalah yang benar-benar nyata yang memungkinkan guru dapat secara jelas menentukan tindakan



perbaikan. Jika guru merasa bahwa masalah yang ia hadapi masih bersifat samarsamar, maka terlebih dahulu perlu dikaji dan dikenali secara cermat. Meskipun menurut pengamatan sementara, guru melihat ada beberapa masalah yang saling terkait, maka guru harus cerdas memutuskan satu masalah utama yang membutuhkan penanganan segera. Seperti dikemukakan pada contoh terdahulu dimana seorang guru merasa belum jelas masalah utama yang ia hadapi di mana setiap kali ia mengajar pelajaran Matematika di kelas V, anak-anak kurang sungguh-sungguh mengikuti penjelasan yang disampaikannya. Beberapa orang anak sering melakukan aktivitas yang mengganggu konsentrasi teman-teman lain sehingga kelas menjadi terganggu. Pada pelajaran tersebut guru juga dihadapkan pada anak-anak yang tidak terdorong mengajukan pertanyaan walaupun mereka tidak mengerti. Dalam keadaan demikian kemampuan siswa mengerjakan latihan menjadi rendah. Menghadapi keadaan ini guru harus memutuskan satu masalah yang dianggap paling strategis, misalnya kemampuan siswa-siswa mengerjakan latihan-latihan soal rendah. Atau mungkin masalah utamanya adalah kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat rendah sehingga perlu ditingkatkan melalui upaya-upaya tertentu.



7. Memerlukan penanganan secara berkelanjutan Mungkin Anda masih ingat salah satu ciri PTK yaitu adanya siklus yang berkelanjutan. Siklus ini memungkinkan guru menentukan cara dan langkah perbaikan sekaligus menilai tingkat keberhasilan cara yang ditempuh pada setiap siklus tertentu dan selanjutnya menyempurnakan tindakan perbaikan jika hasil yang dicapai belum optimal. Sebelumnya Anda juga telah membahas bahwa diantara masalah pembelajaran yang disarankan untuk dikaji melalui PTK adalah masalah-masalah strategis dalam pembelajaran. Masalah-masalah strategis umumnya jarang sekali dapat diperbaiki atau diselesaikan dalam satu siklus penelitian apalagi dengan hanya melakukan satu kali tindakan perbaikan, akan tetapi biasanya menghendaki tahapan-tahapan yang cukup lama untuk mencapai perubahan yang optimal. Terkait dengan ciri ini, maka masalah yang akan dikaji atau dipecahkan melalui PTK adalah masalah-masalah pembelajaran yang memerlukan penanganan secara berkelanjutan. Jika masalah tersebut dapat diatasi atau dapat mencapai perubahan optimal dengan melakukan satu siklus, apalagi



hanya satu tindakan perbaikan, sangat besar kemungkinan masalah yang diangkat bukan termasuk masalah yang strategis Masalah-masalah pembelajaran seperti meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan kemampuan menyelesaikan latihan, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, meningkatkan kemampuan bertanya dan mengemukakan pendapat, meningkatkan kemampuan membaca cepat dan beberapa contoh lain tentu memerlukan beberapa siklus dalam PTK untuk mencapai hasil yang optimal. Meskipun demikian Anda harus tetap ingat bahwa masalah yang dikaji jangan terlalu luas agar perubahan yang diharapkan benar-benar dapat dicapai oleh guru. Krakteristik masalah yang dapat dikaji melalui PTK sangat terkait erat dengan ciri-ciri atau karakteristik PTK yang telah kita bahas pada unit-unit terdahulu. Oleh sebab itu ada baiknya sambil Anda mengkaji subunit ini, Anda juga memperhatikan kembali karakteristik atau ciri PTK sehingga Anda benarbenar mendapatkan pemahaman yang mendalam.



Latihan: Setelah mengkaji materi pada subunit ini, untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut. 1. Coba Anda temukan beberapa kondisi di sekolah Anda yang mendukung pelaksanaan PTK. Selanjutnya bandingkan dengan beberapa kondisi yang dipersyaratkan bagi pelaksanaan PTK seperti yang telah Anda bahas pada awal subunit ini. 2. Dalam pelaksanaan tugas Anda sehari-hari sebagai guru, apakah Anda merasa ada kebebasan untuk mengembangkan pemikiran atau inovasi baru berkaitan dengan upaya-upaya perbaikan pembelajaran. Coba Anda identifikasi dalam hal apa saja kebebasan tersebut diberikan oleh sekolah. 3. Berangkat dari pengalaman Anda sehari-hari dalam melaksanakan proses pembelajaran, coba Anda lakukan analisis beberapa masalah-masalah pembelajaran yang Anda hadapi yang memenuhi persyaratan untuk dikaji melalui PTK. Agar latihan yang Anda kerjakan sesuai dengan arah yang diharapkan, bacalah rambu-rambu berikut ini.



Petunjuk penyelesaian latihan 1. Sebelum membandingkan kondisi nyata di sekolah Anda yang mendukung atau kurang mendukung untuk melaksanakan PTK, kaji kembali kondisi yang dipersyaratkan bagi pelaksanaan PTK seperti materi yang telah Anda bahas. Diskusikan dengan rekan-rekan Anda jika ada bagian-bagian yang kurang jelas atau kurang Anda pahami. 2. Kaji kembali kegiatan yang Anda lakukan di sekolah. Kegiatan-kegiatan apa saja yang selama ini Anda lakukan terkait dengan upaya perbaikan pembelajaran yang mendapat dukungan kepala sekolah dan semua staf sekolah. 3. Identifikasi



masalah-masalah pembelajaran yang Anda hadapi. Kemudian



coba kaji masalah-masalah tersebut dengan memperhatikan kembali karakteristik masalah yang dapat dikaji melalui PTK sebagaimana telah Anda bahas pada akhir subunit ini.



RANGKUMAN



Kondisi yang dipersyaratkan bagi PTK dapat diartikan sebagai keadaan yang selayaknya ada dan berkembang secara kondusif di lingkungan sekolah sehingga memberi peluang yang besar bagi terlaksananya PTK. Beberapa kondisi yang dipersyaratkan tersebut adalah: - Adanya kebebasan bagi guru untuk melaksanakan PTK - Minimalisasi birokrasi dan hirarki organisasi di sekolah - Sekolah memiliki komitmen bersama untuk mewujudkan perubahan - Adanya keterbukaan dari semua staf sekolah - Sikap kepala sekolah dan staf administrasi yang mendukung - Adanya rasa percaya diri guru dan siswa yang melaksanakan PTK - Kesiapan menghadapi konflik Meskipun PTK secara mendasar diarahkan pada perbaikan kinerja pembelajaran, akan tetapi tidak semua masalah pembelajaran dapat dikaji atau



diatasi melalui PTK. Beberapa karakteristik masalah yang dapat dikaji melalui PTK adalah: 1. Masalah yang berkaitan dengan pembelajaran sehari-hari 2. Cakupan masalahnya tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit 3. Sesuai dengan Kemampuan Guru 4. Masalah yang strategis 5. Masalah yang membutuhkan penanganan yang relatif segera 6. Masalah yang akan dikembangkan harus nyata 7. Memerlukan penanganan secara berkelanjutan



DAFTAR PUSTAKA Ananda Nandang, K. (2001). Peran Lain Guru: Sebagai Peneliti. Buletiin Peningkatan Mutu Pendidikan SLTP Pelangi pendidikan. Vol 4. No. 2. 2001. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. (2004). Penelitian Tindakan (Suatu Pengantar). Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan. Elliot, J. (1991). Action Research for Educational Change. Philadelphila: Open University Press Hardjodiputro, S. (2000). Action Research Papers. Universitas Negeri Jakarta. Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham: Open University Press. McTaggart, R. (1991). Action Research: A Short Modern History. Victoria: Deakin University Press.



Geelong,



Mills Geoffrey, E. (2000). Action Research: A Guide for the Teacher Researcher. New Jersey. Columbus, Ohio: Merrill, an Imprint Prentice Hall. Oja Sharon, N., Smulyan, L. (1989). Collaborative Action Research: A Developmental Approcah. Social Research and Educational Studies Series: 7. London, New York, Philadelphila: The Falmers Press. Wardani, IG.A.K. (2003). Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.



GLOSARIUM Efisiensi pengelolaan pendidikan adalah ketepatan di dalam mendayagunakan atau pemanfaatan sumber-sumber daya yang ada untuk mendukung optimalisasi proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran. Hirarkhi dan birokrasi sekolah adalah segala bentuk aturan, kebijakan, alur hubungan kerja atau mekanisme kerja yang dikembangkan di sekolah yang terkait dengan tugas seluruh staf sekolah. Kotak hitam pendidikan mengandung arti sumber utama atau sentral dari masalahmasalah pendidikan yang dapat memberikan informasi nyata tentang masalah pendidikan yang dihadapi Prakarsa guru adalah suatu keinginan yang kuat untuk mengadakan perubahan yang didorong oleh kemauan guru sendiri. Profesionalisme guru adalah totalitas kemampuan dan keahlian yang dimiliki guru yang mendukung kelancaran tugas pengelolaan atau pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran Relevansi pendidikan merujuk kepada pengertian adanya kesesuaian antara apa yang diajarkan dengan kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terencana dan sistematik adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kerangka kerja yang benar, mengikuti mekanisme dan langkah-langkah yang ditentukan sebelumnya.



Unit 6 PERENCANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENDAHULUAN Pada unit sebelumnya Anda telah diajak untuk membahas kondisi yang dipersyaratkan untuk melaksanakan PTK dan karakteristik masalah yang dapat dikaji melalui PTK. Anda juga telah menyelesaikan beberapa latihan dan mengerjakan tes formatif. Pemahaman Anda tentang aspek-aspek tersebut sangat penting artinya untuk mendalami lebih lanjut materi yang diuraikan pada unit ini, yakni berkenaan perencanaan dan pelaksanaan PTK. Oleh sebab itu bilamana Anda merasa belum begitu memahami dengan baik unit sebelumnya, disarankan agar Anda mencermati kembali sebelum melanjutkan pelajaran pada unit ini. Sesuai dengan judul unit ini, maka pembahasan yang lebih rinci dijabarkan ke dalam beberapa subunit yang saling terkait, yaitu cara melakukan identifikasi masalah, menganalisis masalah, cara menentukan kelayakan hipotesis tindakan, menyiapkan pelaksanaan PTK dan melaksanakan PTK. Melalui pembahasan, latihan-latihan, diskusi yang dilakukan serta menyelesaikan tes formatif yang disediakan Anda diharapkan dapat menjelaskan secara rinci tentang: 1. Cara melakukan identifikasi masalah 2. Cara merumuskan masalah 3. Cara menganalisis masalah 4. Cara menilai kelayakan hipotesis 5. Mempersiapkan pelaksanaan PTK. Untuk membantu mendalami uraian ini disediakan beberapa latihan. Anda diminta untuk mengerjakan latihan-latihan tersebut melalui telaah sendiri bahan ajar dan diskusi dengan teman-teman anda. Pada bagian akhir tiap-tiap unit disediakan tes formatif sebagai bahan balikan untuk mengevaluasi sejauhmana kedalaman pemahaman Anda. Selamat belajar, semoga sukses! SUBUNIT 1 Mengidentifikasi dan Menganalisis Masalah



Subunit ini membahas tentang cara mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah sebagai bagian dari perencanaan PTK. Identifikasi masalah merupakan kegiatan awal di dalam rangkaian proses pelaksanaan PTK. Jika guru dapat mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran dengan baik, maka ia telah memulai atau mengawali proses PTK dengan benar. Dengan demikian akan mempermudah guru di dalam melakukan analisis masalah dan merumuskan hipotesis tindakan. Oleh sebab itu Anda diharapkan dapat mengkaji secara seksama subunit ini, mengerjakan latihanlatihan yang disediakan serta menyelesaikan tes formatif pada bagian akhir subunit ini. Setelah menyelesaikan kegiatan belajar pada subunit ini Anda diharapkan dapat menjelaskan cara melakukan identifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah dengan benar sebagai bagian dari langkah-langkah yang harus ditempuh dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pemahaman akan langkah-langkah ini akan sangat membantu Anda dalam menyusun rencana dan melaksanakan PTK selanjutnya.



A. Mengidentifikasi Masalah Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehari-hari, tentu Anda seringkali dihadapkan pada berbagai masalah pembelajaran bukan? Coba Anda ingat kembali masalah-masalah apa saja yang sering Anda hadapi di kelas yang berpotensi menghambat pencapaian hasil belajar yang Anda harapkan. Sebagaimana telah Anda pahami melalui pembahasan dan latihan-latihan unit-unit sebelumnya, suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki di kelasnya, yang jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar siswa. Misalnya, ada sekelompok siswa yang mengalami kesulitan yang sama dalam mempelajari suatu bagian pelajaran, ada siswa yang tidak disiplin mengerjakan tugas, atau hasil belajar siswa menurun secara drastis. Anda dapat mengemukakan contoh lain dari pengalaman Anda sendiri dalam mengelola proses pembelajaran. Masalah yang dirasakan guru mungkin masih kabur, sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi semakin jelas. Hopkins (1993) menekankan bahwa



pada awalnya guru mungkin bingung untuk mengidentifikasi masalah, oleh karena itu, guru tidak selalu harus mulai dengan masalah. Guru dapat mulai dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut. Meskipun demikian akan lebih baik bilamana Anda mengawalinya dengan menemukan suatu masalah yang benar-benar nyata dihadapi karena hal itu akan mempermudah merumuskan bentuk tindakan perbaikan yang sesuai. Jika uraian di atas Anda cermati dengan baik maka hal penting yang dapat kita pahamai adalah bahwa munculnya masalah pertama kali sering dirasakan oleh guru sebagai sesuatu yang masih kabur. Walaupun guru belum merasa jelas dengan masalah tersebut, namun guru yakin bahwa memang ada sesuatu yang kurang beres dalam proses pembelajaran yang ia lakukan dan perlu diperbaiki. Tidak semua guru mampu merasakan adanya masalah, meskipun tidak mustahil semua guru mempunyai masalah yang berkaitan dengan praktek pembelajaran yang dikelolanya. Bahkan mungkin ada guru yang mendiamkan saja masalahnya, meskipun ia sendiri merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dikelasnya, yang memerlukan perbaikan segera. Jika masalah dibiarkan tanpa upaya perbaikan yang tepat dan sistematis akan berdampak menurunnya kualitas pembelajaran. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri dan berusaha tidak menutup-nutupi masalah yang dihadapinya. Bilamana diperlukan akan lebih baik jika dapat diungkapkan kepada rekan-rekan guru untuk memperoleh tanggapan dan saran mereka. Berbekal kejujuran dan keterbukaan tersebut, guru dapat mengidentifikasi masalah pembelajaran



dengan



mengemukakan



beberapa



pertanyaan.



Sudarsono



(1996/1997:5) mengungkapkan beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan panduan untuk mengidentifikasi masalah. 1. Apa yang menjadi keprihatinan Anda (guru, kepala sekolah) 2. Mengapa Anda memprihatinkannya? 3. Menurut Anda, apa yang dapat Anda lakukan untuk itu? 4. Bukti-bukti apa yang dapat Anda kumpulkan agar dapat membantu membuat penilaian tentang apa yang terjadi? 5. Bagaimana Anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut? 6. Bagaimana Anda melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan keakuratan tentang apa yang telah terjadi?



Meskipun pertanyaan-pertanyaan di atas nampak sederhana, akan tetapi membutuhkan waktu dan pemikiran yang serius untuk menjawabnya. Mungkin diperlukan waktu untuk merenung atau melakukan refleksi tentang apa yang sesungguhnya terjadi di kelas. Perlu kembali diingat bahwa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan



yang



mengarah



pada



refleksi



diri



membutuhkan



keterbukaan dan kejujuran. Jika kita tidak mampu mengungkapkan secara jujur dan terbuka, maka tindakan-tindakan perbaikan yang kita rancang dikhawatirkan tidak dapat mencapai sasaran tepat sehingga tidak mampu mencapai perubahan kearah perbaikan sebagaimana yang kita harapkan. Karena itu sekali lagi mari kita bersikap jujur pada diri kita sendiri. Ungkapan kejujuran itu tidak harus kita kemukakan kepada orang lain, kecuali kita bermaksud melakukan penelitian secara kolaboratif dengan rekan-rekan guru atau dengan dosen LPTK. Selebihnya cukup kita menjawab untuk diri kita sendiri dan dibantu melalui catatan sendiri. Refleksi akan efektif jika guru mempunyai pemahaman/kesadaran yang tinggi akan fungsi pembelajaran. Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu, berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi masalah. Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Wardani (2003:2.5) memaparkan beberapa bentuk pertanyaan sederhana untuk menjadi acuan di dalam mengidentifikasi masalah yang dapat dijawab oleh guru sendiri. 1. Apa yang sedang terjadi di kelas saya? 2. Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu ? 3. Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya ? 4. Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut saya biarkan ? 5. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau memperbaiki situasi yang ada? Pertanyaan pertama akan menghasilkan daftar masalah yang terjadi di kelas. Daftar masalah ini mungkin masih bersifat umum, bahkan masih kabur sehingga nantinya perlu dilakukan analisis. Tidak mustahil pula ada di antara guru yang merasa kesulitan di dalam menemukan masalah yang terjadi di kelasnya. Jika hal ini terjadi, maka guru tersebut perlu dibantu untuk mengenal masalah. Berikut ini adalah salah satu contoh dialog antara dosen dan salah seorang guru yang belum dapat menemukan masalah di kelasnya yang dilaksanakan dalam suatu proses bimbingan mengidentifikasi masalah dalam perkuliahan PTK.



Dosen



: Apakah ibu merasa ada masalah dalam proses pembelajaran yang ibu lakukan?



Guru



: Tidak. Saya merasa tidak ada masalah di dalam proses pembelajaran yang saya lakukan.



Dosen



: Bagaimana ibu mengetahui bahwa memang tidak ada masalah di dalam pembelajaran?



Guru



: Kegiatan pembelajaran yang saya lakukan berjalan dengan baik dan lancar saja. Kalau saya menjelaskan siswa-siswa saya umumnya mendengarkan. Jika saya berikan PR, pada umumnya mereka kerjakan. Jika saya memberikan tugas latihan di kelas mereka mengerjakan. Tidak ada keributan-keributan yang berarti. Jadi saya merasa tidak ada masalah dengan pembelajaran saya.



Dosen



: Apakah ibu merasa bahwa hasil-hasil latihan yang dikerjakan sudah dapat mencapai hasil optimal seperti yang ibu harapkan?



Guru



: Kalau soal hasil memang belum optimal. Bahkan hampir separoh dari siswa-siswa saya masih mendapat hasil yang rendah.



Dosen



: Apakah ketika ibu menjelaskan, siswa-siswa yang ibu ajarkan aktif mengajukan pertanyaan terutama mereka yang diduga belum mengerti?



Guru



: Kalau bertanya memang siswa-siswa saya sulit. Meskipun mereka tidak mengerti, biasanya mereka sulit sekali untuk mengajukan pertanyaan. Padahal saya selalu mendorong mereka agar jangan malu dan segan bertanya, akan tetapi tetap saja jarang ada yang bertanya. Bahkan seringkali yang bertanya itu mereka yang sudah agak mengerti. Saya merasa kesulitan untuk mendorong mereka agar lebih aktif. Padahal kalau diberikan soal-soal latihan banyak di antara mereka yang tidak bisa mengerjakan dengan baik.



Dosen



: Ketika ibu melaksanakan diskusi kelompok atau diskusi kelas, apakah siswa-siswa



juga



aktif



mengemukakan



pendapat,



saran



atau



pertanyaan. Guru



: Sebagian aktif. Tetapi yang aktif itu hanya beberapa orang saja, sebagian besar sulit sekali untuk ikut mengungkapkan pikiran-pikiran mereka.



Dosen



: Kalau begitu ibu merasa ada masalah dalam pembelajaran?



Guru



: Ya ada, bahkan banyak masalah. Apa kesimpulan Anda dari dialog di atas? Adakalanya kita menjumpai



hal-hal seperti ini. Dan kejadian seperti ini merupakan hal yang wajar, sebab untuk mengetahui ada tidaknya masalah juga memerlukan ketajaman dan daya pikir kritis dalam menilai situasi. Apa yang dapat Anda lakukan jika menghadapi guru yang belum dapat menemukan masalah pembelajarannya? Tentu Anda bisa membantu menemukan masalah dengan berbagai cara yang Anda yakini lebih tepat. Bisa dengan berdiskusi, mungkin dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan sederhana seperti dialog di atas. Mungkin Anda ajak guru tersebut melihat dokumen kelas, misalnya daftar hadir, daftar nilai, catatan-catatan khusus tentang siswa dan sebagainya. Apa yang kita lakukan untuk membuat pertanyaan bagi diri kita sendiri dan melakukan refleksi diri sebagaimana langkah-langkah di atas kembali mengingatkan kita akan salah satu karakteristik PTK, yaitu masalah harus berasal dari guru sendiri sebagai pelaku atau pengelola pembelajaran, dan bukan berasal dari orang luar. Namun ada kalanya, guru perlu dibantu untuk mengidentifikasi masalah. Dalam hal ini guru dapat dibantu oleh rekan-rekan guru yang lain, kepala sekolah, atau dosen LPTK yang berkolaborasi dengan sekolah. Namun, sekali lagi perlu ditekankan bahwa aktor utama dalam hal ini adalah guru, bukan mitra kolaborasi, dan hubungan antara kepala sekolah, atau mitra kolaborasi adalah sebagai teman sejawat, bukan sebagai atasan dan bawahan. Untuk membantu pemahaman Anda tentang identifikasi masalah, berikut ini diketengahkan beberapa contoh hasil identifikasi yang pernah dilakukan guru ketika mengawali perencanaan PTK, terutama untuk menjawab pertanyaan pertama tentang apa yang terjadi di kelas.



Ilustrasi 1: Bu Isma adalah salah seorang guru yang bertugas mengajar pada salah satu sekolah dasar. Melalui laporan tertulisnya ia menuturkan hasil identifkasi yang ia lakukan di kelasnya seperti dituturkan berikut. Saya mengajar pelajaran matematika di kelas IV. Ketika saya mengajar, terutama ketika mengawali kegiatan mengajar, biasaya saya gunakan untuk memeriksa pekerjaan rumah (PR) siswa-siswa saya. Hampir setiap kali saya melakukan pengecekan, saya menemukan salah seorang siswa yang selalu mengerjakan PR di kelas. Di kelas



juga ia tidak mengerjakan sendiri, akan tetapi meniru atau mencontek pekerjaan teman-temannya yang sudah selesai. Jika saya minta untuk maju ke depan kelas (menyelesaikannya di papan tulis) ia tidak bisa menyelesaikannya, bahkan kadang-kadang tidak mau mengerjakan. Akibat perilakunya yang buruk tersebut hasil-hasil latihan dan ulangan yang dicapainya sangat rendah.



Ilustrasi 2: Pak Dian adalah salah seorang guru IPA yang mengajar di kelas V. Ia merasa ada masalah dalam pembelajaran yang dilakukannya. Dari hasil identifikasi yang ia lakukan, ada beberapa masalah yang berhasil ia identifikasi. 1. Siswa kurang memperhatikan ketika guru menjelaskan materi pelajaran. 2. Sebagian siswa tidak melakukan dengan sungguh-sungguh ketika praktik IPA. Mereka lebih banyak bermain daripada melakukan latihan. 3. Terdapat beberapa orang siswa yang seringkali mengganggu teman-teman sekelas sehingga suasana belajar menjadi terganggu. 4. Seringkali ditemukan beberapa siswa melakukan aktivitas sendiri ketika guru menerangkan pelajaran, akan tetapi mereka tidak mengganggu teman-teman lain dan tidak membuat keributan di kelas. Misalnya mereka menggambar, padahal guru sedang menjelaskan materi pelajaran IPA. Anda juga dapat memperhatikan salah satu contoh hasil identifikasi masalah yang dilakukan oleh salah seorang guru Geografi pada salah satu SMP seperti yang dimuat pada Buletin pelangi Pendidikan (2001), seperti berikut: a. Jika diajak tanya jawab pada awal pembelajaran siswa cenderung menghindar untuk menjawab. b. Sangat sedikit siswa yang berani mengajukan pertanyaan. c. Sebagian siswa mencatat pelajaran Geografi pada buku yang berganti-ganti. d. Siswa cenderung cepat bosan memperhatikan pelajaran, kemudian ngobrol dengan pasangan duduknya. e. Sebagian besar siswa tidak mengerjakan PR di rumah, melainkan di kelas menjelang pelajaran berlangsung. Sebagian besar siswa menyalin PR temantemannya. f. Kemampuan berpikir rasional siswa sangat lemah dalam mengerjakan soalsoal geografi.



g. Siswa tidak dapat menstransfer keterampilan mengemukakan hipotesis untuk mata pelajaran lain. h. Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain. i. Siswa tidak dapat berusaha mengaitkan nama-nama kota dengan keadaan alam di sekitarnya. j. Siswa tidak berusaha mengaitkan keadaan alam suatu daerah dengan kehidupan masyarakatnya. Contoh di atas merupakan bagian kecil dari banyaknya masalah yang sering dihadapi guru. Coba Anda pikirkan masalah-masalah apa saja yang Anda jumpai dalam praktik pembelajaran.



B. Menganalisis dan Merumuskan Masalah Menganalisis masalah merupakan langkah yang harus dilakukan guru setelah melakukan identifikasi. Jika melalui identifikasi Anda dapat menemukan beberapa masalah yang terkait dengan kegiatan pembelajaran di kelas, maka analisis bertujuan agar masalah tersebut menjadi lebih jelas dan dapat menduga faktor-faktor penyebabnya. Identifikasi masalah akan menghasilkan daftar masalah. Guru sebagai peneliti selanjutnya perlu melakukan analisis. Tanpa melakukan analisis, mungkin masalah yang kita identifikasi masih kabur. Analisis dapat kita lakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri atau yang disebut refleksi, dan dapat pula dengan mengkaji ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar nilai, persiapan mengajar atau bahkan mungkin bahan pelajaran yang kita siapkan. Jika kita memperhatikan ilustrasi pertama di mana banyak siswa tidak mengerjakan PR kemudian banyak yang memilih untuk menyontek pekerjaan teman di sekolah, kita belum bisa menentukan apa masalah nyata yang dihadapi siswa. Kemungkinan motivasi belajar mereka rendah, atau karena mereka tidak dapat mengikuti penjelasan yang disampaikan guru. Hal itu juga dapat terjadi karena sebagian mereka tidak memiliki buku paket karena buku paket tidak mencukupi untuk seluruh siswa, sehingga harus meminjam dengan teman lain. Atau dapat pula terjadi karena beberapa siswa harus membantu pekerjaan orang tua mereka, sehingga hampir tidak memiliki waktu untuk menyelesaikan PR.



Mungkin masih ada masalah-masalah lain yang terkait dengan kebiasaan anak yang tidak mengerjakan PR tersebut. Oleh sebab itu perlu diperjelas masalah sesungguhnya, sehingga guru dapat mencari alternatif pemecahan yang tepat untuk dikembangkan melalui PTK. Analisis masalah mempunyai beberapa tujuan, yaitu: a) mendapatkan kejelasan masalah yang sesungguhnya, b) menemukan kemungkinan faktor penyebab, c) menentukan kadar permasalahan. Untuk lebih jelasnya masingmasing tujuan diuraikan berikut.



a. Memperjelas masalah Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa melalui identifikasi masalah biasanya guru menemukan beberapa masalah dalam pembelajaran. Akan tetapi seringkali masalah tersebut masih bersifat umum dan masih samar-samar. Masalah yang masih bersifat umum dan samar-samar akan sulit dikaji melalui PTK. Karena itu masalah tersebut perlu dianalisis untuk memperjelas dan agar menjadi lebih spesifik. Sebagai contoh, ketika seorang guru mencermati situasi kelas ketika pelajaran matematika berlangsung, guru menyimpulkan bahwa siswasiswa tidak tertarik dengan pelajaran tersebut. Kesimpulan tersebut didasari pengamatan guru, dimana siswa-siswa tidak menunjukkan sikap antusias dalam belajar, enggan mengajukan pertanyaan, kurang serius mengerjakan latihan, dan hasil latihan penyelesaian soal rata-rata rendah. Memperhatikan keadaan tersebut, mungkin benar apa yang diungkapkan guru bahwa siswa kurang tertarik dengan pelajaran matematika. Namun permasalahan kurang tertariknya siswa terhadap pelajaran matematika masih bersifat umum dan masih kabur. Karena itu masalah tersebut perlu dianalisis. Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri atau dengan melakukan refleksi diri kembali. Guru dapat mengajukan pertanyaan seperti, apakah ketidaktertarikan siswa tersebut berlaku pada semua materi pelajaran, atau pada materi-materi tertentu. Apakah materi pelajaran yang tidak menarik, ataukah cara penyampaian guru yang membuat siswa tidak tertantang bahkan mungkin menjenuhkan. Rendahnya hasil latihan apakah berlaku bagi semua materi latihan atau pada pokok bahasan tertentu, karena ada sejumlah guru sering mengeluh rendahnya nilai hasil latihan terutama sekali ketika menyelesaikan latihan soal cerita dalam



matematika. Jika hal itu yang terjadi, maka masalahnya tentu akan berbeda jika kesulitan penyelesaian soal mencakup semua bentuk latihan atau semua materi setiap pokok bahasan. Oleh sebab itu maka analisis masalah mempunyai arti penting untuk merumuskan alternatif pemecahan masalah.



b. Menemukan kemungkinan faktor penyebab Dengan melakukan analisis masalah secara cermat, di samping dapat menjadikan masalah semakin jelas serta spesifik, juga sekaligus dimungkinkan menemukan faktor-faktor penyebab munculnya masalah tersebut. Ketika guru melakukan perenungan atau refleksi apakah siswa-siswanya benar-benar tidak tertarik pada pelajaran matematika dengan sendirinya guru juga memikirkan mengapa mereka kurang tertarik. Untuk menemukan faktor penyebab dalam kegiatan analisis masalah ini ada dua cara yang dapat dilakukan guru. Pertama merenung kembali masalah tersebut dengan cara mengajukan pertanyaan yang harus Anda jawab sendiri. Renungan terhadap diri kita sendiri sering kali disebut refleksi atau introspeksi. Dalam melakukan introspeksi ini ada beberapa pertanyaan yang dapat kita ajukan. Anda dapat mengajukan pertanyaanpertanyaan secara bebas kepada diri sendiri, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berkenan dengan metode mengajar, bahan pelajaran, motivasi siswa, hasil belajar siswa, kemampuan mengerjakan latihan dan sebagainya. Di bawah ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat Anda ajukan.



- Apakah cara saya menjelaskan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa? - Apakah penjelasan yang saya berikan sudah cukup disertai contoh-contoh? - Apakah saya sudah memberikan dorongan agar mereka memberikan tanggapan terhadap apa yang saya jelaskan? - Apakah bimbingan dalam penyelesaian latihan yang saya berikan cukup memadai? nnnnnnn - Apakah saya terlalu banyak menggunakan istilah-istilah yang tidak mereka pahami?



Beberapa contoh pertanyaan di atas dapat dijawab langsung oleh guru sendiri dengan melakukan refleksi atau instrospeksi secara jujur dan terbuka tentang proses pembelajaran yang telah dilakukannya. Cara kedua untuk menemukan faktor penyebab munculnya suatu masalah, Anda juga dapat bertanya kepada siswa, baik dengan menggunakan wawancara maupun dengan memberikan kuesioner. Akan tetapi perlu Anda ingat, di samping kuesioner memerlukan beberapa langkah persiapan dalam pembuatannya, Anda juga harus yakin bahwa siswa-siswa Anda di sekolah dasar memahami substansi pertanyaan dan cara-cara menjawabnya. Oleh sebab itu mungkin wawancara lebih tepat dilakukan dibandingkan kuesioner dengan mempertimbangkan berbagai hal, terutama dikaitkan dengan pengalaman dan kemampuan mereka sebagai siswa sekolah dasar. Wawancara yang Anda lakukan juga tidak perlu dalam situasi yang terlalu formal. Anda dapat melakukannya di selang kegiatan pembelajaran, waktu istirahat, pada saat diperpustakaan dan sebagainya sehingga siswa tidak merasa takut atau segan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Anda. Beberapa pertanyaan sederhana yang dapat Anda ajukan kepada siswa, misalnya: - Apakah kamu mengerti materi pelajaran yang guru jelaskan? - Apa tanggapan kamu tentang cara guru menjelaskan materi pelajaran? - Apakah kamu sering mengajukan pertanyaan? - Apakah kamu mengalami kesulitan dalam mengerjakan latihan soal? - Apakah guru memberikan bimbingan jika kamu menghadapi kesulitan mengerjakan latihan? keyakinan Anda tentang masalah atau latar tersebut, Untuk memperkuat - Apakah pekerjaan rumah yang guru berikan dapat kamu kerjakan?



Anda juga dapat mengkaji berbagai dokumen kelas, seperti daftar hadir, daftar nilai atau dokumen lain yang memuat data terkait dengan masalah tersebut. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus pula mengarah pada penemuan kemungkinan faktor yang diduga kuat sebagai penyebab dari suatu masalah yang Anda hadapi. Jika guru dapat bersikap jujur dan terbuka pada dirinya sendiri, ia akan mengembangkan sejumlah pertanyaan lebih lanjut. Misalnya apakah cara saya mengajar yang kurang menarik. Mungkin metode mengajar yang kurang



bervariasi. Ataukah pendekatan kepada siswa-siswa belum dapat saya lakukan secara baik. Mungkinkah saya kurang melibatkan mereka dalam pembahasan materi sehingga saya nampak terlalu mendominasi proses pembelajaran yang seharusnya saya dapat melibatkan mereka secara aktif. Atau saya kurang mendayagunakan media dan sumber-sumber belajar, sehingga mereka menjadi jenuh dengan penjelasan yang saya berikan. Secara langsung maupun tidak langsung ketika guru melakukan analisis masalah seperti ini ia juga sudah terlibat di dalam memikirkan faktor-faktor penyebabnya. Keadaan seperti ini merupakan langkah yang positif untuk kelanjutan tahapan di dalam PTK.



c. Menentukan kadar permasalahan Jika Anda melakukan analisis masalah dengan melakukan refleksi atas apa yang terjadi dan apa yang Anda lakukan, atau melakukan pengkajian terhadap dokumen-dokumen kelas seperti daftar hadir, daftar nilai dan sebagainya, maka Anda akan sampai kepada penilaian seberapa berat atau seberapa mendasarnya masalah tersebut dalam upaya mencapai perubahan kearah hasil belajar yang lebih baik. Jika hasil analisis menunjukkan bahwa masalah yang tersebut berkaitan dengan keterlibatan sebagian besar siswa dan berkenaan dengan hal-hal substansif dalam pembelajaran berarti permasalahan dapat dikategorikan sebagai masalah strategis. Sebaliknya jika hasil analisis merujuk kepada suatu masalah yang kurang mendasar dan tidak terkait langsung dengan keberlangsungan proses pembelajaran, maka mungkin tidak digolongkan sebagai masalah mendasar dan strategis sehingga dapat dikaji atau diselesaikan dengan cara lain dan tidak perlu dikaji melalui PTK.. Untuk membantu mempertajam analisis masalah, guru dapat menganalisis beberapa komponen berikut: 1. Menganalisis daftar hadir siswa. Analisis kehadiran akan memungkinkan guru mengetahui seberapa besar keaktifan siswa masuk sekolah dengan melakukan perhitungan persentase kehadirannya setiap minggu atau setiap bulan. Perlu dicermati pula apakah yang sering tidak hadir hanya siswa-siswa tertentu atau menyangkut sebagian besar siswa. 2. Menganalisis daftar nilai siswa untuk menemukan bagaimana hasil belajar yang mereka peroleh. Bagaimana rata-rata nilai yang mereka capai pada seluruh bidang studi yang diajarkan. Bidang studi mana yang pencapaian



hasil belajarnya rendah, dan bidang studi mana yang mampu mencapai hasil rerata yang lebih baik. Di samping itu analisis daftar nilai juga dapat memberikan jawaban siswa-siswa mana yang sangat rendah capaian hasil belajarnya. 3. Menganalisis tugas-tugas yang diberikan kepada siswa beserta bahan pelajaran yang dipakai, apakah tugas-tugas dan bahan pelajaran tersebut cukup menantang atau membosankan. 4. Menganalisis balikan (feedback) yang diberikan guru terhadap pekerjaan siswa. Apakah balikan tersebut membuat siswa frustasi atau mendorong siswa untuk memperbaiki pekerjaannya. Jika Anda telah melakukan analisis masalah secara cermat, maka masalah yang akan Anda kaji sekarang sudah menjadi semakin jelas. Langkah berikut yang Anda lakukan adalah merumuskan masalah. Secara sederhana merumuskan masalah dapat diartikan sebagai menyatakan suatu masalah secara kongkrit dan operasional sehingga memberi kejelasan bagi penentuan alternatif pemecahan atau perbaikannya. Menurut Borg (2001), kata benda permasalahan memiliki makna konvensional dan makna teknis. Dalam pemikiran konvensional, suatu permasalahan dapat diartikan sebagai seperangkat kondisi yang memerlukan pembahasan, keputusan, suatu solusi atau informasi. Sebuah permasalahan penelitian menyatakan secara tidak langsung kemungkinan investigasi empiris, yakni pengumpulan data dan analisis. Cobalah



Anda



lakukan



latihan



merumuskan



beberapa



masalah



berdasarkan analisis masalah yang telah Anda lakukan. Sebagai contoh, setelah pak Ardi melakukan analisis secara cermat maka ia sampai kepada kesimpulan bahwa masalah mendasar dalam pembelajaran IPA di kelas V yang dia hadapi adalah kurangnya pelibatan siswa di dalam mengungkapkan contoh dan merumuskan kesimpulan materi pokok yang dibahas. Karena itu guru tersebut membuat pernyataan masalah seperti contoh berikut:



Contoh 1: Penjelasan materi pelajaran IPA masih sangat didominasi guru, siswa kurang dilibatkan untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan materi pokok yang dibahas sehingga siswa kurang termotivasi dalam proses pembelajaran.



Pernyataan masalah yang diungkapkan di atas semakin memberikan arah yang jelas bagi pak Ardi tentang apa yang harus dilakukannya di dalam memperbaiki pembelajaran IPA di kelasnya. Contoh lain adalah hasil analisis yang dilakukan ibu Rini terhadap rendahnya kemampuan siswa di kelasnya dalam menyelesaikan latihan soal dan ulangan IPS. Setelah melakukan refleksi, mengkaji daftar nilai siswa di kelas, dan setelah melakukan wawancara terhadap sejumlah siswa di kelas tersebut, akhirnya bu Rini sampai kepada kesimpulan bahwa masalah mendasar yang dihadapinya dalam



pelajaran



IPS



adalah



rendahnya



kemampuan



siswa



di



dalam



mengungkapkan pertanyaan dan mengemukakan pendapat ketika pelajaran berlangsung. Masalah tersebut dinyatakannya sebagai berikut:



Contoh 2



Dalam pelajaran IPS siswa kurang memiliki keberanian dan kemampuan untuk bertanya dan mengemukakan pendapat sehingga banyak di antara bagianbagian materi pelajaran yang dibahas tidak mereka pahami dengan baik.



Abimayu (dalam Wardani, 2003) mengingatkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan masalah. 1. Jangan memilih masalah yang Anda tidak kuasai. 2. Ambillah topik yang skalanya kecil dan relatif terbatas. 3. Pilih masalah yang dirasakan paling penting bagi Anda dan murid Anda. 4. Kaitkan masalah dengan upaya pengembangan sekolah. Sebelum Anda merumuskan hipotesis tindakan, perlu Anda ingat kembali bahwa tidak mungkin dengan satu tindakan, semua masalah terpecahkan. Juga tidak semua masalah memerlukan pemecahan melalui PTK. Untuk menentukan masalah mana yang menjadi prioritas untuk dikaji atau dipecahkan melalui PTK berikut ini ada beberapa hal yang dapat menjadi acuan:



1. Masalah harus benar-benar penting bagi guru yang bersangkutan serta bermakna



dan



bermanfaat



bagi



pengembangan



pembelajaran



guna



meningkatkan kualitas pendidikan. 2.



Masalah harus dalam jangkauan kemampuan guru dalam melaksanakan tindakan di kelas. Anda perlu menyadari jangan mengangkat suatu masalah yang Anda tidak mampu melaksanakan tindakan perbaikannya. Oleh karena itu pilihlah masalah yang benar-benar Anda mampu memperbaikinya melalui suatu tindakan.



3. Masalah yang telah Anda pilih untuk dipecahkan melalui penelitian tindakan harus dirumuskan secara jelas agar dapat mengungkap berbagai faktor penyebab utamanya sehingga memungkinkan dicari alternatif pemecahannya. Jika Anda tidak mampu merumuskan secara spesifik masalah, maka pemecahan yang akan dilakukan akan sangat sulit mencapai sasarannya secara mendalam.



Latihan: Setelah mencermati materi tentang identifikasi dan merumuskan masalah di atas, coba Anda kerjakan latihan berikut: 1. Lakukan langkah-langkah identifikasi masalah-masalah pembelajaran di kelas Anda. 2. Dari hasil identifikasi, coba Anda rumuskan beberapa masalah mendasar dalam pembelajaran yang akan Anda kaji melalui PTK. 3. Susunlah beberapa kemungkinan tindakan sebagai solusi pemecahan masalah, kemudian pilih salah satu tindakan yang menurut Anda paling menjanjikan perubahan yang Anda harapkan!



Petunjuk jawaban latihan: 1. Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan cermat, Anda harus melakukan refleksi. Kejujuran dan keterbukaan pada diri sendiri akan sangat membantu proses identifikasi masalah ini. Di samping melakukan refleksi, Anda dapat melakukan wawancara kepada siswa atau mengkaji dokumen kelas untuk lebih meyakinkan keberadaan masalah tersebut.



2. Pernyataan dan perumusan masalah menuntut kecermatan Anda. Oleh sebab itu sebelum Anda merumuskan pernyataan masalah, lakukan terlebih dahulu analisis masalah. Jika diperlukan, Anda dapat berdiskusi dengan rekan-rekan Anda agar masalah yang Anda rumuskan benar-benar merupakan masalah mendasar untuk dikaji melalui PTK. 3. Kaji kembali teori-teori pembelajaran yang pernah Anda pelajari, kemudian pahami dengan baik beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam menentukan suatu tindakan perbaikan.



RANGKUMAN Identifikasi masalah adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan masalah nyata yang terjadi. Dari kegiatan identifikasi yang dilakukan guru akan menghasilkan daftar masalah yang terjadi di kelas. Masalah yang ditemukan dari proses identifikasi seringkali masih bersifat samar-samar atau kabur. Masalah yang masih kabur perlu diperjelas agar dapat dikaji faktor penyebabnya dan dimungkinkan untuk menemukan cara mengatasinya. Kegiatan tersebut dinamakan analisis masalah, untuk selanjutnya dirumuskan dalam bentuk kalimat yang jelas dan singkat agar mudah dipahami. Analisis masalah mempunyai beberapa tujuan, yaitu: a) mendapatkan kejelasan masalah yang sesungguhnya, b) menemukan kemungkinan faktor penyebab, c) menentukan kadar permasalahan. Untuk membantu guru memahami masalah dengan jelas dalam kegiatan analisis masalah, guru dapat menganalisis daftar nilai siswa, menganalisis tugastugas yang diberikan kepada siswa beserta bahan pelajaran yang dipakai, menganalisis balikan (feedback) yang diberikan guru terhadap pekerjaan siswa. Jika Anda telah melakukan analisis masalah secara cermat, maka masalah yang akan Anda kaji sekarang sudah menjadi semakin jelas. Setelah dilakukan langkah analisis, guru perlu merumuskan masalah, yaitu menyatakan suatu masalah secara kongkrit dan operasional sehingga memberi kejelasan bagi penentuan alternatif pemecahan atau perbaikannya. Agar masalah dapat dikaji dengan baik melalui PTK, maka upayakan untuk memilih masalah yang benar-benar dikuasai, skalanya kecil dan relatif terbatas, masalah yang dirasakan paling penting bagi Anda dan murid Anda.



SUBUNIT 2 Menilai Kelayakan Hipotesis Tindakan



Subunit ini membahas tentang cara menilai kelayakan hipotesis tindakan yang merupakan salah satu bagian penting dari langkah perencanaan PTK. Pembahasan tentang penilaian hipotesis tindakan sesungguhnya adalah menilai kelayakan tindakan sebagai suatu solusi pemecahan masalah yang dipilih, karena pada hakekatnya hipotesis tindakan dalam PTK merupakan suatu tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang diteliti. Kecermatan guru di dalam menentukan suatu tindakan merupakan bagian yang sangat penting untuk menjamin terjadinya perubahan di dalam proses pembelajaran atau perbaikan hasil belajar siswa. Karena itu bilamana guru dapat mengkaji kelayakan hipotesis tindakan secara cermat, berarti ia telah mengantarkan proses pelaksanaan PTK dengan benar. Dengan demikian akan mempermudah guru di dalam melakukan tindakan-tindakan perbaikan melalui PTK yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu Anda diharapkan dapat mengkaji secara seksama subunit ini, mengerjakan latihan-latihan yang disediakan serta menyelesakan tes formatif pada bagian akhir subunit ini. Setelah menyelesaikan kegiatan belajar pada subunit ini Anda diharapkan dapat menjelaskan cara mengkaji atau menilai kelayakan hipotesis tindakan sebagai bagian dari langkah-langkah yang harus ditempuh dalam merencanakan penelitian tindakan kelas. Pemahaman akan langkah-langkah ini akan sangat membantu Anda dalam menyusun rencana dan melaksanakan PTK selanjutnya.



A. Memahami Hipotesis Tindakan Sebelum kita membahas hipotesis tindakan di dalam PTK, terlebih dahulu mari kita cermati beberapa hal yang berkaitan dengan hipotesis penelitian secara umum, agar Anda memiliki wawasan dan selanjutnya benar-benar memahami karakteristik khusus dari hipotesis tindakan dalam PTK. Secara umum, hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan tentang hubungan dua variabel atau lebih (Kerlinger, 1993). Hipotesis juga dapat diartikan sebagai



jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1998:67). Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan dan menghubungkan secara umum maupun khusus variabel yang satu dengan variabel yang lain. Di dalam penelitian ilmiah, hipotesis merupakan alat yang penting. Ada tiga alasan yang menopang alasan ini. Pertama, hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis dapat dijabarkan dari teori-teori dan dari hipotesis lain. Kedua, hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan betul dan salahnya, yang diuji adalah relasi (hubungan). Karena hipotesis adalah proposisi relasional inilah yang merupakan alasan utama mengapa ia digunakan di dalam telaah ilmiah. Pada intinya yang kita susun untuk menguji relasi antara A dan B adalah prediksi-prediksi yang berbentuk “Jika A maka B”. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan. Ia demikian pentingnya, sehingga kita berani mengatakan bahwa jika tidak ada hipotesis tidak akan pernah ada ilmu pengetahuan dalam arti yang sepenuh-penuhnya (Kerlinger, 1993). Hipotesis mengarahkan telaah, karena di dalam hipotesis kita merangkai-rangkaikan segi-segi teori yang kita uji, menyusunnya menjadi wujud tertentu yang memungkinkan pengujian atau mendekati kemungkinan pengujian. Bilamana peneliti telah mengkaji secara mendalam masalah penelitiannya, maka ia mencoba merumuskan teori sementara yang kebenarannya masih perlu diuji. Peneliti harus berpikir bahwa hipotesisnya itu dapat diuji. Untuk selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis yang telah ia rumuskan. Peneliti mengumpulkan data yang ia perlukan untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskannya dapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya tumbang sebagai hipotesis, bilamana ternyata tidak terbukti. Hal penting yang perlu diperhatikan peneliti adalah bahwa dirinya tidak boleh mempunyai keinginan atau ambisi agar hipotesisnya terbukti sehingga ia melakukan pengumpulan data yang hanya membantu mencapai keinginannya tersebut, atau memanipulasi data sedemikian rupa sehingga mengarah pada keterbuktian hipotesis. Sebagai peneliti ia harus memegang teguh sikap obyektif di dalam pengumpulan data dan melaksanakan langkah-langkah lainnya di dalam penelitian. Di atas telah dijelaskan bahwa hipotesis mempunyai kedudukan yang penting didalam penelitian. Oleh sebab itu perumusan hipotesis harus dirumuskan



dengan jelas. Borg & Gall (2003), mengajukan beberapa persyaratan untuk merumuskan hipotesis: 1. Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas. 1. Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel. 2. Hipotesis harus didukung oleh teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan. Dari pembahasan di atas, Anda telah memperoleh gambaran umum tentang hipotesis. Meskipun tidak seluruhnya sama, akan tetapi pengertian dan prinsip-prinsip dasar hipotesis secara umum di atas dapat dijadikan kerangka dasar untuk memahami hipotesis tindakan dalam PTK. Pengertian hipotesis tindakan sedikit berbeda dengan hipotesis konvensional seperti diuraikan di atas. Jika hipotesis konvensional menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis tindakan tidak menyatakan demikian, Hipotesis tindakan hendaknya dipahami sebagai suatu dugaan yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan (Sudarsono, 1997:9). Sebagai contoh: “jika intensitas latihan membuat kalimat ditingkatkan, maka siswa akan lebih mudah menyusun suatu karangan”. Contoh lain, “bilamana pada setiap akhir pelajaran IPS guru melibatkan siswa dalam menyimpulkan pelajaran, maka kemampuan siswa mengingat materi yang telah dibahas akan lebih bertahan lama”. Dari contoh ini, hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang diteliti. Dari contoh pertama tindakan yang dilakukan melalui PTK dapat mengatasi rendahnya kemampuan siswa dalam mengarang. Sedangkan melalui tindakan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis kedua diduga dapat mengatasi masalah rendahnya kemampuan siswa dalam mengingat pelajaran yang telah disampaikan. Hipotesis tindakan harus dibuat atau dirumuskan dengan melakukan kajian terhadap teori, atau dengan mengkaji pengalaman dalam praktik pembelajaran yang telah dilakukan. Beberapa pakar menyarankan agar dalam merumuskan hipotesis tindakan guru dapat melakukan beberapa bentuk kegiatan. 1. Kajian literatur khususnya teori pendidikan atau pembelajaran. 2. Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan. 3. Kajian hasil diskusi dengan rekan sejawat, pakar, peneliti dll. 4. Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan



Melakukan kajian literatur merupakan suatu kegiatan dimana guru sebagai peneliti berupaya menghimpun, memilah dan menganalisis berbagai sumber tulisan. McMillan dan Schumecher (20001), melihat pentingnya peran kajian literatur ini karena kegiatan ini akan membantu peneliti menetapkan secara cermat signifikansi masalah yang akan diteliti sehingga akan semakin mampu membimbing



pikiran



peneliti



untuk



membatasi



masalah



penelitiannya,



mengembangkan rencana penelitian, memilih metode dan alat ukur yang tepat serta mengembangkan hipotesis. Telaahan literatur secara keseluruhan juga akan memberikan bekal bagi peneliti dalam rangka melihat secara kritis masalah yang akan ia kaji, sehingga guru dan peneliti tidak berada dalam kekosongan karena telaahannya akan memberikan arah agar dirinya selalu mampu bersikap kritis, menjauhi sikap dogmatis dan emosional serta kepentingan dirinya sendiri. Telaahan literatur juga memberikan isyarat agar tidak terjadi reflikasi atau pengulangan yang tidak perlu. Bilamana kajian literatur dilakukan secara cermat, maka guru akan mendapatkan informasi yang kaya, dan begitu banyak hal-hal yang baru.



Cobalah Anda diskusikan lebih dalam dengan rekan-rekan Anda



manfaat lain dari kajian literatur atau kajian teori sehingga akan semakin memperkokoh hipotesis tindakan Anda. Di samping itu Anda akan lebih percaya diri untuk melakukan tindakan perbaikan yang akan Anda kembangkan melalui PTK.



B. Menilai Kelayakan Hipotesis Dengan melakukan kajian di atas guru dapat memperoleh landasan atau kerangka dasar untuk membangun hipotesis tindakan. Sebagai contoh, bilamana guru pada awalnya memperkirakan bahwa dengan mengembangkan model cooperative learning kemampuan siswa untuk mendalami materi akan semakin baik, maka selanjutnya guru dapat mengkaji teori tentang pembelajaran kooperatif, berdiskusi dengan pakar atau dengan teman sejawat. Jika guru telah merasa yakin dan telah mengkaji kelayakan model tersebut dilihat dari dimensi siswa, lingkungan sekolah maupun kemampuan dirinya, maka guru dapat merumuskannya dalam bentuk hipotesis tindakan. Dengan demikian hipotesis



yang



dibangunnya



telah



didukung



oleh



suatu



kajian



yang



dapat



dipertanggungjawabkan. Pada bagian awal subunit ini telah dijelaskan dan mungkin Anda masih ingat bahwa menilai kelayakan hipotesis berarti pula menilai kelayakan tindakan yang dipilih untuk memperbaiki pembelajaran melalui pelaksanaan PTK. Oleh sebab itu penilaian hipotesis tindakan harus diarahkan pada penilaian kelayakan tindakan. Penilaian kelayakan tindakan dapat dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan seperti contoh berikut. 1. Apakah saya memiliki pengetahuan berkenaan dengan hal itu? 2. Apakah saya dan siswa saya memiliki kemampuan untuk melaksanakannya? 3. Apakah tersedia sarana/fasilitas untuk mendukung kegiatan tersebut? 4. Apakah tersedia waktu yang cukup untuk melaksanakan rangkaian kegiatan tersebut? 5. Apakah iklim sekolah dan iklim belajar di kelas cukup mendukung pelaksanaan tindakan? Pertanyaan-pertanyaan di atas mengimplikasikan beberapa persyaratan yang harus dikaji untuk menilai kelayakan suatu tindakan yang akan dikembangkan melalui PTK seperti berikut ini.



1. Memiliki pengetahuan atau pemahaman Dari contoh yang dipaparkan pada subunit pertama dari identifikasi masalah yang dilakukan dan setelah



melakukan refleksi, kemudian guru



menyimpulkan bahwa rendahnya keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran IPA yang diajarkannya salah satunya disebabkan karena siswa belum dilibatkan secara intensif di dalam mengemukakan atau memperkaya materi pelajaran dengan contoh-contoh nyata. Guru tersebut menyadari bahwa dirinya masih terlalu mendominasi kegiatan pembelajaran. Dalam mengungkapkan contohcontoh nyata mestinya siswa dapat dilibatkan, akan tetapi ia merasakan bahwa hal-hal itu selama ini lebih banyak dilakukanya sendiri. Karena itu melalui PTK ia merencanakan



memperbaiki



metode



pembelajarannya



sendiri



dengan



memfokuskan pada pelibatan siswa di dalam pemberian contoh-contoh nyata sebagai tindakan perbaikan. Contoh yang lain juga dapat diungkapkan dari



pengalaman seorang guru yang mengajar mata pelajaran Biologi pada kelas 8 di salah satu SMP negeri. Hampir setiap kali ia mengajar pelajaran Biologi di kelas tersebut ia mengamati bahwa anak-anak tidak memiliki motivasi di dalam kegiatan pembelajaran. Dari dokumen kelas terutama daftar nilai siswa yang ia cermati memang rata-rata nilai siswa yang dicapai pada mata pelajaran tersebut rendah. Ia merasa prihatin dengan masalah tersebut, dan menurutnya masalah itu merupakan hal mendasar dalam pembelajaran yang dikelolanya.



Dari hasil



refleksi yang ia lakukan dan hasil kajian terhadap dokumen kelas, maka ia menyimpulkan besar kemungkinan metode-metode



pembelajaran yang ia



gunakan kurang mendorong keterlibatan siswa, sehingga motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran tersebut rendah. Selanjutnya setelah berdiskusi dengan beberapa rekan sejawat, ia memutuskan untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan melakukan PTK di kelasnya. Tindakan perbaikan yang dipilihnya adalah mengembangkan metode Role Plying. Jika dikaitkan dengan aspek yang kita bahas sekarang, menurut Anda apa yang harus guru pikirkan jika ia telah menentukan tindakan tersebut sebagai upaya perbaikan pembelajarannya? Anda tentu memahami jika solusi tindakan yang dipilih tersebut tidak dipahami dengan baik oleh guru tentu akan sulit diimplementasikan bukan ? Karena itu, pertama yang harus dipikirkan guru adalah apakah ia memahami tentang tindakan perbaikan tersebut. Pada contoh kasus pertama tentu guru harus mengetahui bagaimana mekanisme pelibatan siswa di dalam mengungkapkan contoh. Pada contoh kasus yang kedua, guru harus memiliki pemahaman tentang metode Role Plying sebagai metode pembelajaran. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang kedua hal tersebut, guru harus mengkaji teori, hasil-hasil penelitian, tulisan-tulisan orang lain pada jurnal, buletin, majalah-majalah pendidikan atau berdiskusi teman sejawat maupun melalui cara-cara lain yang dimungkinkan. Jika di lingkungan guru tersebut telah tersedia internet, mungkin pencarian sumber-sumber pendukung untuk mendalam materi ini tidak terlalu sulit. Selain pentingnya pemahaman terhadap substansi tindakan, juga sangat penting pemahaman guru tentang prosedur pengembangannya melalui PTK. Guru harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan PTK, baik cara merencanakan, melaksanakan, pengumpulan dan analisis data dan refleksi serta hal-hal lain yang terkait dengan pelaksanaan PTK. Dengan demikian berarti secara umum ada dua



hal yang harus dipahami guru, yaitu; Pertama, pemahaman tentang hal yang berkaitan dengan substansi tindakan yang dipilih sebagai solusi pemecahan masalah pembelajaran. Kedua, pemahaman berkenaan dengan PTK itu sendiri. Jika kedua komponen ini telah dipahami guru, maka ia dapat merencanakan PTK. Anda tentu masih ingat saran yang sering disampaikan dalam beberapa bagian pembahasan, yaitu jangan mengambil atau mengangkat suatu masalah untuk dikembangkan dalam PTK jika guru tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang hal itu.



2. Kemampuan Siswa Anda telah diajak untuk mengkaji secara mendalam bagian-bagian awal unit yang membahas tentang PTK. Salah satu bagian yang sangat penting adalah tentang tujuan PTK. Tentu Anda tidak akan lupa bahwa muara dari PTK adalah dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa bukan? Karena itu setiap upaya perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru harus diukur keberhasilannya melalui perubahan yang dicapai oleh siswa. Jika guru melihat bahwa metode atau teknik tertentu sangat menarik untuk diterapkan di dalam pembelajaran, maka di samping guru bertanya apakah dirinya memahami dengan baik metode atau teknik tersebut, pertanyaan selanjutnya yang harus mendapat jawaban adalah, apakah siswa-siswa bisa atau mampu melaksanakannya. Ada seorang guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang sangat tertarik dengan penampilan anak-anak pada salah satu pertunjukan olah raga yang disaksikannya. Kemudian ia berencana menerapkan cara-cara tersebut pada siswa-siswanya, tentu hal itu merupakan keinginan baik yang perlu mendapat dukungan. Akan tetapi guru tersebut perlu bertanya sebelum benar-benar menyusun rencana untuk menerapkannya. Misalnya apakah siswa-siswa yang saya ajarkan memiliki kesamaan dengan apa yang saya saksikan, baik dari tingkatan kelas, pengetahuan awalnya, kesiapan dan kesanggupan fisik dan seterusnya. Kita tentu masih ingat juga bahwa dalam paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa merupakan sentral dari segala kegiatan pembelajaran. Jika hal ini kita pahami dengan baik, maka kita tidak akan pernah lupa memikirkan tindakan yang kita pilih untuk dikaji dari dimensi mereka. Dalam merencanakan PTK kita dapat mengambil contoh, misalnya ketika seorang guru memutuskan untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran Matematika yang



diajarnya dengan meningkatkan intensitas latihan pengerjaan soal bagi siswasiswa kelas empat Sekolah Dasar. Hal pokok yang sangat penting dilakukan adalah mengkaji seberapa besar tingkat kemampuan siswa di dalam mengerjakan latihan. Berapa seringnya latihan itu dilakukan dan berapa banyak jumlah soal yang diberikan setiap kali latihan harus dikaji oleh guru secara cermat, karena ketidaktepatan di dalam penentuannya, disamping memberikan beban yang tidak sesuai bagi siswa, juga dikhawatirkan motivasi siswa di dalam mengerjakan latihan tersebut justru semakin menurun. Jika hal itu terjadi maka harapan guru agar terjadi perubahan hasil belajar pada siswa-siswanya hanya menjadi anganangan belaka, sementara ia telah menghabiskan waktu dan energi yang tidak sedikit untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan tersebut. Karena itu, jika Anda memutuskan untuk melakukan suatu tindakan perbaikan dalam PTK, kaji dan cermati dengan seksama kemampuan siswa-siswa Anda.



3. Ketersediaan sarana dan fasilitas Jika tindakan perbaikan yang tertuang dalam hipotesis Anda berkaitan dengan penggunaan sarana atau fasilitas tertentu, maka di samping mengkaji point pertama dan kedua di atas, Anda juga harus mengkaji ketersediaan dan keterpakaian sarana dan fasilitas pendukung tersebut. Sebagai contoh, seorang guru IPA yang mengajar pada salah satu sekolah dasar merencanakan mengembangkan PTK dengan merumuskan judul penelitiannya sebagai berikut: “Model Pemanfaatan KIT IPA SD yang Efektif untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA”. Menurut Anda fasilitas apa yang harus ada dan diyakini kelengkapannya untuk mendukung pelaksanaan tindakan dalam PTK guru tersebut? Apa yang dapat dilakukan guru di dalam melakukan tindakan perbaikan pembelajarannya bilamana tidak tersedia KIT IPA. Apa kendala yang dihadapi guru bilamana KIT IPA yang dimiliki sekolah tersebut tidak lengkap sebagaimana mestinya, sementara pada PTK guru telah merumuskan model pemanfaatan KIT IPA yang efektif. Mungkin pada tempat yang berbeda atau kesempatan lain di lingkungan sekolah Anda, ada guru yang bermaksud meningkatkan keterampilan siswa dalam menggunakan atau memanfaatkan alat-alat seni melalui proses pembelajaran kesenian yang dikelolanya. Penelitian semacam ini baik untuk dilakukan karena perubahan hasil belajar yang diharapkan dapat diamati secara langsung oleh guru.



Persoalan pokok yang perlu dicermati secara seksama adalah ketersediaan alatalat seni yang diperlukan, di samping tetap mengkaji kemampuan atau keterampilan guru sendiri untuk melaksanakan tindakan tersebut tidak akan kalah pentingnya. Untuk memperdalam pemahaman Anda terhadap pentingnya fasilitas dan sarana sebagai dasar menilai kelayakan hipotesis tindakan ini, coba Anda perkaya dengan contoh-contoh yang dapat disusun sendiri atau berdiskusi dengan rekan-rekan Anda untuk merumuskan beberapa judul PTK di mana tindakan perbaikannya mempersyaratkan ketersediaan fasilitas dan sarana sebagai pendukung utama.



4. Waktu yang tersedia Pernyataan-pernyataan yang sering kita jumpai pada pembahasan sebelumnya yang harus selalu kita ingat adalah bahwa tugas utama guru adalah mengajar. Oleh sebab itu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas selalu diupayakan agar tidak terganggu oleh kegiatan-kegiatan lain, terlebih lagi kegiatan tersebut memang ditujukan untuk memperbaiki kinerja pembelajaran seperti PTK. Di dalam menyusun rencana tindakan, bahkan sejak menentukan alternatif tindakan yang dikembangkan dalam PTK, kecermatan guru di dalam melihat waktu pembelajaran yang tersedia harus diletakkan sebagai bagian penting. Bisa jadi tindakan perbaikan yang dipilih atau ditawarkan akan mampu memberikan jaminan hasil perubahan yang akan dicapai, akan tetapi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik dengan waktu yang tersedia. Sebagai contoh, guru bermaksud membawa siswa memperhatikan aktivitas di jalan raya untuk mendorong siswa agar mampu mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka terhadap ketertiban berlalu lintas di jalan raya. Ada beberapa dimensi yang harus dianalisis guru berkenaan dengan waktu. Misalnya berapa jauh jarak antara sekolah dan jalan raya, sehingga dapat diperkirakan waktu yang dipergunakan siswa untuk menuju dan kembali dari tempat tersebut. Berapa lama waktu yang digunakan untuk mengamati aktivitas di jalan raya. Setelah selesai mengamati kegiatan apa yang akan dilakukan siswa, dan berapa lama waktu yang disediakan untuk kegiatan tersebut. Contoh lain, seandainya guru akan membawa siswa-siswa melakukan eksperimen di laboratorium dalam proses pembelajaran Fisika. Untuk keperluan tersebut guru harus cermat menetapkan waktu untuk melaksanakan langkah-langkah



kegiatan



pembelajarannya.



Berapa



lama



waktu



untuk



menjelaskan kegiatan, berapa lama waktu melakukan praktik di laboratorium, berapa lama waktu merumuskan hasil, dan berapa waktu yang digunakan untuk mendiskusikannya. Sekali lagi Anda tidak boleh mengabaikan faktor waktu dalam menilai kelayakan hipotesis tindakan Anda. Karena kegagalan suatu tindakan seringkali lebih banyak terjadi bukan karena kurangnya kemampuan guru, atau kurangnya sarana dan fasilitas, akan tetapi karena keterbatasan waktu untuk melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan yang telah dirancang.



5. Iklim kelas dan iklim sekolah Adakalanya guru berhadapan dengan suatu keadaan yang berada di luar kemampuan dan wewenangnya untuk merubah atau mengintervensinya, padahal keadaan itu sangat mengganggu proses pembelajaran. Letak gedung sekolah yang sangat berdekatan dengan jalan raya, pabrik, pasar, atau keramaian lain seperti terminal dan sebagainya adalah beberapa keadaan yang berada di luar wewenang dan kemampuan guru mengintervensinya. Selain itu di dalam lingkungan sekolah sendiri juga ditemui keadaan-keadaan yang kurang mendukung, misalnya ruangan yang terlalu panas, batas antara kelas yang tidak baik sehingga aktivitas apalagi keributan di kelas lain terdengar dengan jelas oleh siswa. Selain dari keadaan fisik seperti contoh di atas, iklim psikologis juga dapat memberikan pengaruh bagi kelancaran pelaksanaan tindakan di dalam PTK. Karena itu berkaitan dengan iklim kelas dan sekolah ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dapat mengkaji secara cermat kelayakan hipotesis Anda. -



Yakinkan bahwa tindakan perbaikan yang akan Anda lakukan tidak mengganggu kelancaran kegiatan pembelajaran kelas-kelas yang lain, atau seoptimal mungkin dapat diupayakan mengurangi gangguan bagi kelas yang lain. Jika tindakan tersebut akan sangat mengganggu aktivitas pembelajaran guru-guru lain, sebaiknya Anda kaji kembali alternatif tindakan lain yang juga dapat menjamin perubahan yang Anda harapkan.



-



Yakinkan bahwa petunjuk-petunjuk atau penjelasan yang akan anda sampaikan berkenaan dengan tindakan dalam PTK Anda, dapat didengar dan dicermati dengan baik oleh siswa. Hal ini semakin diperlukan bilamana lingkungan kelas atau sekolah Anda sering terganggu oleh berbagai kegaduhan dari luar, atau dari kelas-kelas yang lain.



-



Yakinkan diri Anda bahwa tindakan perbaikan yang Anda pilih didukung oleh teori-teori atau hasil-hasil penelitian yang sudah ada, bukan sesuatu yang kontradiktif dengan teori atau hasil penelitian, terlebih lagi yang dapat meresahkan pihak-pihak yang lain. Jika Anda telah memutuskan untuk memilih suatu tindakan perbaikan tertentu dalam rangka menyelesaikan masalah yang Anda hadapi, maka ada baiknya sekali lagi Anda memikirkan kelayakannya dilihat dari beberapa dimensi, baik guru, siswa, sarana, waktu dan lingkungan sekolah. Oleh sebab itu mungkin ada baiknya Anda membuat pertanyaan dan menjawabnya secara terbuka untuk membuktikan pemahaman Anda tentang alternatif tindakan tersebut dan kelayakan pelaksanaannya.



C. Beberapa Contoh Hipotesis Tindakan Sebelum Anda merumuskan hipotesis tindakan, sebaiknya Anda mengkaji kembali rumusan masalah yang telah Anda susun sebelumnya. Dari permasalahan yang dirumuskan Anda dapat merumuskan hipotesis tindakan sebagai kerangka acuan penelitian Anda. Perhatikan beberapa contoh berikut. Bandingkan dengan rumusan-rumusan yang sudah Anda buat.



Contoh hipotesis Tindakan 1. Jika dalam menjelaskan materi pelajaran IPA guru lebih banyak melibatkan siswa untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan pelajaran, maka siswa akan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.



Dalam rumusan hipotesis tersebut, ada dua tindakan yang dilakukan guru, yaitu melibatkan



siswa



di



dalam



mengungkapkan



contoh-contoh



nyata



dan



menyimpulkan pelajaran secara bersamaan dalam satu tindakan. Jika guru ingin memfokuskan pada satu tindakan saja, maka ia dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut:



Contoh hipotesi tindakan 2: Jika dalam menjelaskan materi pelajaran IPA guru lebih banyak melibatkan siswa untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata maka siswa akan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.



Jika guru memilih tindakan perbaikan dengan melibatkan siswa dalam menyimpulkan pelajaran, maka rumusan hipotesisnya adalah.



Contoh hipotesi tindakan 3: Bilamana dalam pembahasan materi pelajaran IPA guru melibatkan siswa dalam menyimpulkan pelajaran, diduga siswa akan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.



Dari contoh 1, berarti Anda menggabungkan dua tindakan di dalam perbaikan pembelajaran, yaitu melibatkan siswa di dalam mengungkapkan contoh-contoh nyata dan melibatkan siswa di dalam menyimpulkan pelajaran. Sedangkan pada contoh 2 dan 3, Anda memisahkan masing-masing tindakan tersebut sehingga hanya melakukan satu tindakan dalam perbaikan. Penentuan tersebut tentu didasari alasan tertentu. Jika digabungkan mungkin Anda ingin melihat sekaligus dampak kedua tindakan secara bersamaan. Namun jika dilakukan satu tindakan secara terpisah mungkin Anda ingin memfokuskan untuk melihat dampak dari salah satu tindakan tersebut. Sepenuhnya diserahkan kepada Anda untuk menentukannya. Namun disarankan jika Anda baru tahap awal dalam mencoba PTK mungkin akan lebih baik jika Anda memfokuskan pada satu



tindakan



terlebih dahulu. Namun hal itu sepenuhnya tergantung keputusan Anda. Perlu Anda ingat bahwa dalam merumuskan hipotesis, Anda harus memerhitungkan kemampuan dan kesiapan Anda dalam melaksanakan tindakan yang dipilih. Selain itu tentu saja memperhatikan beberapa hal yang telah dipaparkan sebelumnya, seperti kemampuan siswa, ketersediaan fasilitas, iklim kelas dan dukungan sekolah. Dari uraian dan contoh-contoh di atas, Anda telah memahami manfaat dan cara merumuskan hipotesis tindakan. Cobalah melakukan latihan sendiri atau berdiskusi dengan rekan-rekan Anda untuk merumuskan beberapa hipotesis tindakan serta menilai kelayakannya.



Latihan



4. Coba Anda temukan perbedaan mendasar antara hipotesis yang umumnya digunakan dalam penelitian-penelitian formal dengan hipotesis tindakan dalam PTK. 5. Rumuskan beberapa contoh hipotesis tindakan sesuai dengan masalah pembelajaran yang Anda alami.



Petunjuk mengerjakan latihan 1. Kaji secara seksama pengertian dan manfaat hipotesis dalam penelitian baik penelitian PTK maupun bagi penelitian non PTK. 2. Perhatikan kembali beberapa cara menilai kelayakan hipotesis



RANGKUMAN Hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan tentang hubungan dua variabel atau lebih atau sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Di dalam penelitian ilmiah, hipotesis merupakan alat yang penting. Pertama, hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Kedua, hipotesis digunakan di dalam telaah ilmiah. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan. Dalam kajian PTK hipotesis tindakan dapat dipahami sebagai suatu dugaan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan, atau sebagai suatu tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang diteliti. Menilai kelayakan hipotesis tindakan sama artinya mengkaji secara cermat kelayakan tindakan yang dipilih untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi. Beberapa hal yang perlu dijadikan dasar untuk mempertimbangkan kelayakan hipotesis tindakan adalah; (1) kemampuan untuk melaksanakan tindakan, (2) ketersediaan sarana/fasilitas, (3) kecukupan waktu, (4) iklim sekolah dan iklim belajar di kelas. Agar hipotesis tindakan dapat dilaksanakan dan terbukti mampu membawa perubahan yang diharapkan, maka sebelum Anda merumuskan hipotesis tindakan, sebaiknya Anda mengkaji kembali rumusan masalah yang telah Anda susun sebelumnya.



DAFTAR PUSTAKA



Arikunto S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Borg Walter, R. (1981). Applying Educational Research: A Practical Guide for Teachers. USA: Longman Inc. Borg Walter, R & Gall Joyce, P. (2003). Educational Research An Introducion. Sevent Edition. USA: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. Editorial Buletin Peningkatan Mutu Pendidikan SLTP. (2001). Pedoman Teknis Pelaksanaan Classroon Action Research (CAR). Pelangi Pendidikan, Vol 4 Nomor 2 tahun 2001. Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham: Open University Press. Kerlinger Fred, N. (1993). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. McMillan James, H & Schumacher, S. (2001). Research in Education: A Conceptual Introduction. Fifth Edition. USA: Addision Wesley Longman, Inc. Sudarsono, FX. (1996/1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bagian Kedua: Rencana, Desain dan Implementasi. Dirjen Dikti. Wardani, IG.A.K. (2003). Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.



GLOSARIUM Identifikasi masalah adalah kegiatan yang dilakukan untuk menginventarisasi, menyusun atau menemukan masalah nyata yang terjadi. Di dalam rangkaian PTK, kegiatan identifikasi masalah yang dilakukan dengan benar akan menghasilkan daftar masalah yang terjadi di kelas atau dalam proses pembelajaran. Dokumen kelas adalah segala bentuk data yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Sebagian besar dokumen kelas berkaitan dengan data tentang siswa di kelas tersebut. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk memperoleh data berkenaan dengan sesuatu hal yang diteliti. Refleksi diri = bercermin diri, introspeksi diri, merenung aktivitas yang sudah dilakukan diri untuk menemukan keadaan yang sebenarnya, terutama sekali menemukan kelemahan atau kekurangan dari perilaku atau sesuatu yang telah dilakukan.



Unit 7 PENYUSUNAN PROPOSAL DAN PELAKSANAAN PTK PENDAHULUAN Pada unit sebelumnya Anda telah diajak untuk membahas langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan PTK, mengerjakan latihan-latihan dan menyelesaikan tes formatif. Pemahaman Anda tentang aspek-aspek tersebut sangat penting artinya untuk mendalami lebih lanjut materi yang diuraikan pada pembahasan berikut. Unit ini membahas penyusunan proposal dan pelaksanaan PTK. Untuk dapat menyusun proposal penelitian diperlukan pemahaman yang memadai berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan PTK. Oleh sebab itu bilamana Anda merasa belum begitu memahami dengan baik unit sebelumnya, disarankan agar Anda mencermati kembali atau berdiskusi dengan rekan-rekan Anda sehingga pemahaman Anda lebih mendalam. Sesuai dengan judul unit ini, maka pembahasan yang lebih rinci dijabarkan ke dalam dua subunit yang saling terkait, yaitu langkah-langkah penyusunan proposal dan mempersiapkan pelaksanaan PTK. Melalui pembahasan, latihanlatihan, diskusi yang dilakukan serta menyelesaikan tes formatif yang disediakan Anda diharapkan memiliki kompetensi dalam menyusun proposal PTK dan melakukan



persiapan



pelaksanaan



PTK.



Untuk



mendukung



pencapaian



kompetensi tersebut, maka materi dalam unit ini meliputi: 1. Penyusunan proposal PTK 2. Persiapan pelaksanaan PTK (khususnya berkenaan dengan penyiapan siswa, iklim kelas, instrument pengumpulan data, alat-alat evaluasi) Untuk membantu mendalami uraian ini pada masing-masing subunit disediakan beberapa latihan. Anda diminta untuk mengerjakan latihan-latihan tersebut melalui telaah sendiri bahan ajar dan diskusi dengan teman-teman Anda. Pada bagian akhir tiap-tiap unit disediakan tes formatif sebagai bahan balikan untuk mengevaluasi sejauh mana kedalaman pemahaman Anda berkenaan dengan materi yang telah dibahas. Selamat belajar, semoga sukses!



SUBUNIT 1



Penyusunan Proposal PTK



Pembahasan pada Subunit ini difokuskan untuk mengkaji proposal PTK. Dalam suatu rangkaian kegiatan, proposal penelitian merupakan kerangka umum yang dijadikan sebagai panduan di dalam pelaksanaan penelitian. Proposal adalah suatu perencanaan yang sistematis sebagai kerangka dasar yang memuat komponen dan langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan PTK. Proposal juga berfungsi sebagai usulan untuk pengajuan dana kepada instansi atau penyandang dana yang dapat mendukung pendanaan penelitian. Dalam menyusun proposal,kita perlu memperhatikan hal-hal apa yang harus dipersiapkan, siapa yang terlibat dan apa peran mereka, jenis data apa saja yang harus dikumpulkan dan cara pengumpulannya, fasilitas apa yang diperlukan di dalam mendukung penelitian Anda, dan bahkan Anda akan dapat memperhitungkan dengan lebih jelas biaya yang diperlukan terutama jika proposal tersebut dipersiapkan untuk memperoleh dukungan biaya. Oleh sebab itu pemahaman dan kemampuan mempersiapkan proposal PTK sangat penting Anda miliki dengan baik. Untuk memperkokoh pemahaman Anda, diharapkan Anda mengkaji secara seksama subunit ini, mengerjakan latihan-latihan yang disediakan serta menyelesaikan tes formatif pada bagian akhir subunit ini. Jangan Anda ragu untuk bertanya atau berdiskusi dengan siapapun yang dapat membantu Anda dalam mendalami materi ini, khususnya teman dan kolega-kolega Anda. Pemahaman Anda tentang gambaran umum proposal penelitian sebagaimana dibahas sebelumnya menjadi kerangka dasar di dalam mengkaji subunit ini. Karena jika Anda belum begitu jelas tentang pengertian, manfaat/kegunaan proposal penelitian, disarankan agar Anda dapat mengkaji kembali dengan lebih cermat materi pada sajian subunit sebelumnya.



A. Memahami Proposal PTK Dalam berbagai sumber, mungkin Anda sering menemui istilah proposal penelitian, kadang kala juga disebut usulan penelitian. Pada prinsipnya kedua



istilah atau sebutan tersebut terarah pada pengertian yang sama, jadi tidak perlu Anda permasalahkan. Usulan penelitian atau proposal penelitian bisa berfungsi sebagai rencana pelaksanaan penelitian, alat komunikasi antara peneliti dengan konsultan atau dengan penyandang dana, maupun dengan anggota peneliti. (Moenhilabib:1991:1). Secara umum proposal penelitian menguraikan tentang masalah penelitian, bagaimana penelitian itu akan dilaksanakan, serta mengapa penelitian itu perlu dilakukan (Wiersma, 1980:290). Jika kita membicarakan proposal penelitian, sesungguhnya kita membicarakan seluruh rangkaian kegiatan penelitian dalam bentuk kerangka atau garis besarnya. Di dalam PTK, langkahlangkah pokok itu merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkelanjutan, mulai dari perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting), perbaikan rencana (revised plan dan kembali lagi melaksanakan tindakan, pengamatan, refleksi dan seterusnya yang merupakan suatu siklus (McNiff, 1988:27). Untuk memudahkan pemahaman Anda, perlu kita tekankan bahwa Proposal penelitian PTK bisa bersifat formal, semi formal dan bisa juga bersifat tidak resmi atau informal. Proposal yang bersifat resmi adalah proposal yang disusun oleh peneliti biasanya bertujuan untuk mendapatkan dukungan dana atau diminta oleh pihak tertentu. Untuk keperluan ini biasanya pihak penyandang dana sudah memberikan rambu-rambu format proposal yang harus diikuti, kriteria penilaian, jumlah dana yang disediakan, rentang waktu, bahkan kadang-kadang juga diatur hal-hal sangat teknis, seperti warna cover, jumlah halaman, jenis dan ukuran serta hal-hal lain yang mereka anggap perlu. Proposal semi formatnya tidak terlalu kaku, sebagaimana proposal formal. Sebagai contoh bilamana pada proposal formal sub-sub komponen dan urutan penyajiannya sudah ditentukan sedemikian rupa, bahkan kadang-kadang jumlah halaman untuk masing-masing sub komponen sudah ditentukan, maka tidak demikian halnya dengan proposal semi formal. Pada proposal semi formal penyusun proposal diberi keleluasaan untuk menentukan sub-sub komponen proposal yang dianggapnya perlu. Dalam proposal semi formal pada umumnya jumlah halaman tidak ditentukan. Namun demikian hal-hal prinsip yang harus ada di dalam sebuah proposal tentu harus dicantumkan, sehingga tetap menggambarkan sebuah proposal yang tidak berbeda jauh dengan



proposal formal. Warna cover untuk kegiatan-kegiatan tertentu disesuaikan dengan cirri lembaga,. namun hal ini tidak selalu harus demikian. Tujuan penyusunan proposal ini juga bersifat terbatas untuk lingkungan tersebut, dan kadang-kadang juga berkaitan dengan perolehan dana untuk mendukung kegiatan yang diusulkan. Sedangkan proposal yang digolongkan tidak formal atau tidak resmi adalah proposal yang disusun sebagai kerangka acuan untuk keperluan peneliti sendiri, tidak terkait dengan perolehan dana dan sifatnya tidak terlalu kaku. Bagi guru yang melaksanakan PTK, proposal yang disusun lebih cenderung pada proposal yang tidak formal, karena dipersiapkan untuk keperluan dirinya sendiri dalam upaya mendukung perbaikan kinerja pembelajaran yang dikelolanya. Namun dimungkinkan juga guru-guru pada waktu tertentu terlibat di dalam penyusunan proposal penelitian yang formal terutama jika ada tawaran dari pihak luar untuk melaksanakan PTK disertai kesediaan pemberian dukungan dana. Meskipun proposal yang disusun guru lebih bersifat tidak formal, tidak berarti penyusunannya tanpa rambu-rambu. Baik proposal formal, semi formal maupun tidak formal formatnya relatif sama. Aspek-aspek yang terdapat di dalam proposal tersebut secara prinsip tidak terlalu banyak berbeda. Berikut ini diuraikan komponen-komponen proposal PTK beserta penjelasan tentang muatan untuk masing-masing komponen tersebut. Mungkin melalui berbagai sumber bacaan, Anda menjumpai format yang berbeda tentang proposal PTK. Jika menemui hal seperti itu Anda tidak perlu merasa bingung, sebab perbedaan-perbedaan tersebut sangat dimungkinkan terjadi dan tidak dilarang untuk dikaji dan diikuti. Yang penting Anda memahami setiap bagian yang Anda kaji tersebut. Berikut ini disajikan kerangka untuk penulisan proposal penelitian dan berisi langkah-langkah yang akan dikembangkan di dalam penelitian.



B. Bagian-bagian Proposal Penelitian Pada umumnya proposal penelitian meliputi beberapa bagian pokok. Berikut ini kita uraikan beberapa bagian pokok tersebut beserta sub-sub bagiannya.



1. Halaman Pengantar (Halaman Depan) Bagian ini paling tidak terdiri dari dua halaman, yaitu halaman judul dan halaman pengesahan. Halaman judul memuat judul penelian, nama penyusun proposal dan instansinya. Sedangkan halaman pengesahan berisi: a. Judul dan bidang ilmu/studi b. Nama lengkap ketua tim/peneliti dengan gelar, pangkat & golongan, NIP, dan asal lembaga. c. Lama penelitian d. Lokasi penelitian e. Biaya penelitian yang diusulkan f. Sumber pendanaan g. Tempat dan tanggal pembuatan proposal h. Tanda tangan ketua tim/peneliti i. Tanda tangan kepala lembaga asal peneliti (SD/SMP/SMA/SMK) Coba Anda cermati contoh bagian depan sebuah proposal penelitian yang memuat komponen-komponen seperti diuraikan di atas sebagaimana disajikan pada halaman berikut;



CONTOH PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS TAHUN ANGGARAN 2009 1. Judul Penelitian



Penggunaan Metode Simulasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris di kelas VII SMP 04 Sinar Permai”



2. Bidang Ilmu



Pendidikan



3. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap dan Gelar b. Pangkat, Golongan dan NIP c. Nama Sekolah



Drs. Arbi Sadar Pembina /IVA / 131…. SMP N I Sinar Permai



4. Lama Penelitian 6. Lokasi Penelitian



3 bulan SMP Negeri Sinar Permai



7. Biaya yang diusulkan



Rp. 15..000.000,(Lima Belas Juta Rupiah) Dediknas



8. Sumber Biaya



Sinar Permai 18 Pebruari 2009 Mengetahui: Kepala SMPN I Sinar Permai



Ketua Peneliti



Dra. Askiah



Ds. Arbi Sadar



2. Bagian isi a. Judul Penelitian Judul PTK dinyatakan dengan jelas dan mencerminkan tujuan, yaitu mengandung maksud, kegiatan atau tindakan dan penyelesaian masalah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Buletin Peningkatan Mutu Pendidikan SLTP (2001) mengemukakan bahwa judul PTK hendaknya, 1) mencerminkan masalah, 2) mencerminkan tindakan sebagai upaya pemecahan, 3) singkat, 4) mudah dipahami. Coba Anda rumuskan beberapa contoh judul PTK dengan memperhatikan beberapa saran di atas. Beberapa contoh rumusan judul PTK berikut ini dapat Anda kaji dan bandingkan dengan judul yang Anda rumuskan.



Contoh judul PTK: 1) Bimbingan Kelompok dalam Penyelesaian Soal Latihan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika



2) Model Pembelajaran Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Pembelajaran IPS Kelas V Sekolah Dasar 3) Upaya Meningkatkan Kemampuan Bekerjasama Antar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif. 4) Meningkatkan Minat Belajar Biologi melalui Model Pembelajaran Team Game Tournament 5) Metode Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa kelas II SLTP Negeri I Driyorejo Gresik Dari beberapa contoh judul di atas kita dapat mencermati ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan di dalam perumusan judul PTK, antara lain; a) Judul harus bersifat spesifik, dalam hal ini harus langsung dapat dijabarkan dalam bentuk tindakan nyata dalam proses pembelajaran.. Dalam contoh di atas kita melihat bahwa tindakan yang akan dilakukan melalui PTK merupakan tindakan nyata dan spsesifik, seperti; bimbingan kelompok,



model pembelajaran kontektual, pembelajaran kooperatif,



model pembelajaran team games tournament, metode role playing. b) Judul harus secara langsung menggambarkan solusi pemecahan masalah c) Hasil yang diharapkan dicapai melalui PTK yang biasanya tertulis di dalam judul penelitian harus spesifik dan dapat diukur secara langsung perubahan atau peningkatannya.



b. Latar belakang masalah Berisi uraian mengenai fakta-fakta yang mendukung yang berasal dari pengalaman



guru,



alasan-alasan



Anda



memilih



masalah



ini



untuk



dikembangkan melalui PTK, serta manfaatnya apabila diteliti. 3. Permasalahan Permasalahan adalah adanya kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan kenyataan yang terjadi. Sebagai guru, Anda merasakan adanya masalah dalam melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, dan masalah tersebut sangat mengganggu, sehingga perlu diambil tindakan untuk mengatasinya. Masalah tersebut perlu Anda nyatakan secara jelas dan



selanjutnya rumuskan. Perumusan masalah dapat menggunakan dua bentuk, yaitu dalam bentuk kalimat pernyataan atau dalam bentuk kalimat tanya. Contoh rumusan masalah dalam bentuk kalimat pernyataan. a. Kemampuan siswa mengerjakan latihan soal matematika rendah. b. Metode pembelajaran yang dipergunakan guru tidak dapat mendorong motivasi belajar siswa. c. Kemampuan siswa menyusun kalimat rendah, sehingga mereka kesulitan dalam menyusun karangan. d. Siswa-siswa kurang memiliki keberanian mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan pendapat dalam pembelajaran IPS. e. Guru



kurang



mampu



mendorong



keterlibatan



siswa



di



dalam



mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan pelajaran Selain dalam bentuk kalimat pernyataan, rumusan masalah juga dapat dilakukan dalam bentuk kalimat tanya seperti contoh berikut. Contoh rumusan masalah dalam bentuk kalimat tanya a. Apa saja bentuk kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan soalsoal latihan yang tersedia pada LKS? b. Bagaimana guru mengembangkan metode pembelajaran bervariasi? c. Faktor-faktor apa saja yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pelaksanaan diskusi kelompok? d. Apakah melalui peningkatan intensitas bimbingan penyusunan kalimat kemampuan siswa dalam menyusun karangan akan semakin baik? Jika Anda telah menentukan judul PTK yang akan Anda kembangkan, cobalah rumuskan masalahnya. Rumusan masalah mungkin memerlukan penjabaran ke dalam beberapa rumusan sub-sub masalah. Sebagai contoh seorang guru merumuskan masalah umum; “Bagaimana model diskusi kelompok kecil untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa daqlam pembelajaran IPS”. Masalah umum tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa sub masalah, misalnya; (1) bagaimana peran guru dalam merencanakan kegiatan diskusi, (2) apa saja bentuj aktivitas guru di dalam mengawaili kegiatan diskusi, (3) bagaimana proses pengaturan diksusi kelas, (4) langkah-langkah apa saja yang dilakukan guru di dalam memaksimalkan peran aktif siswa, dan seterusnya. .



4. Cara pemecahan masalah Coba Anda perhatikan latihan yang telah dilakukan pada unit sebelumnya. Pada latihan-latihan tersebut Anda telah diajak untuk merumuskan hipotesis tindakan bukan? Anda juga telah mengetahui bahwa hipotesis tindakan merupakan dugaan dari tindakan yang paling menjanjikan keberhasilan yang Anda pilih untuk memperbaiki pembelajaran dan telah Anda lakukan melalui proses analisis. Pada bagian cara pemecahan masalah ini, Anda paparkan secara singkat bagaimana proses pemecahan masalah untuk mencapai hasil belajar yang Anda harapkan. Untuk menemukan cara pemecahan masalah, Anda dapat melakukannya dengan mengacu pada pengalaman Anda selama ini, pengalaman teman anda, mencari dalam buku literatur dan hasil penelitian, serta melakukan konsultasi dan berdiskusi dengan teman sejawat atau para pakar. Cara pemecahan yang Anda tentukan atau Anda pilih harus benar-benar “applicable”, yaitu benar-benar dapat dan mungkin Anda laksanakan dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan beberapa unsur yang terkait langsung dengan kegiatan pembelajaran tempat Anda bertugas. Sebagai contoh, Anda mengangkat permasalahan pelaksanaan bimbingan belajar kelompok untuk meningkatkan pemahaman siswa di dalam mengerjakan latihan soal IPA. Melalui judul yang Anda rumuskan sudah terlihat dengan jelas bahwa tindakan yang Anda lakukan untuk meningkatkan kemampuan penyelesaian latihan soal IPA adalah dengan memberikan bimbingan kelompok. Berkaitan dengan tindakan tersebut, maka pada bagian ini Anda perlu uraikan secara singkat dalam bentuk naratif



bagaimana Anda



memecahkan masalah dengan bimbingan kelompok tersebut. Sekali lagi pada bagian ini tahapan kegiatan dari bimbigan kelompok tersebut tidak perlu Anda uraikan secara rinci karena akan dipaparkan pada bagian lain dari proposal Anda, yaitu pada bagian perencanaan dan implementasi kegiatan.



5. Tujuan dan manfaat PTK Bagian ini berisi uraian tentang tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian yang Anda laksanakan. Tujuan dirumuskan berangkat dari masalah dan cara pemecahan masalah yang telah Anda rumuskan sebelumnya. Rumusn tujuan PTK yang kita buat harus menggambarkan hasil yang akan Anda capai melalui PTK yang akan dilakukan. Apakah tujuan PTK Anda untuk



meningkatkan prestasi belajar siswa, atau agar siswa aktif berinteraksi dalam diskusi, atau agar siswa Anda memiliki kemampuan untuk bertanya dan mengemukakan pendapat, atau agar siswa terampil dalam menggunakan rumus dan seterusnya. Rumusan tujuan yang bersifat umum dapat Anda jabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik. Sebagai contoh, Anda mengembangkan masalah PTK yang berkaitan dengan penggunaan diskusi kelompok kecil untuk meningkatkan kemampuan penyelesaian latihan soal IPA. Anda dapat merumuskan tujuan yang bersifat umum: “Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan latihan soal IPA”. Tujuan yang bersifat umum tersebut akan lebih baik jika dijabarkan menjadi beberapatujuan yang lebih spsesifik sebagaimana rumusan masalah yang telah dijabarkan secara rinci sebelumnya. Beberapa contoh rumusan tujuan yang rinnci tersebut antara lain; a. Untuk mengetahui cara pengaturan diskusi kelompok. b. Untuk mengetahui keterlibatan siswa di dalam pelaksanaan diskusi kelompok. c. Untuk mengetahui apa peran guru di dalam pelaksanaan diskusi kelompok. d. Untuk mengetahui cara kelompok mengkomunikasikan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam penyelesaian latihan. e. Untuk mengetahui cara guru melaksanakan bimbingan kelompok. f. Untuk mengetahui hasil latihan yang dicapai oleh kelompok dan masingmasing siswa. Penjabaran tujuan tersebut bermanfaat sebagai arah kegiatan yang dilakukan guru dalam pelaksanaan tindakan, sekaligus sebagai kendali dalam menilai terjadi tidaknya peristiwa dan perubahan yang diharapkan. Selain perumusan tujuan, Anda juga perlu menuliskan manfaat dari PTK yang Anda lakukan. Manfat ini dapat merupakan sesuatu yang terjadi dari kegiatan yang Anda lakukan, atau berupa nilai tambah atau dampak pengiring terhadap kemampuan siswa. Jika jika cermati beberapa contoh dari tujuan PTK di atas, maka kita dapat merumuskan beberapa manfaat PTK, misalnya; untuk meningkatkan wawasan guru dalam melaksanakan diskusi kelompok, untuk memperbaiki cara-cara guru dalam meningkatkan keterlibatan siwa, untuk meningkatkan wawasan guru tentang perannya di dalam melaksanakan diskusi kelompok, dan sebagainya.



6. Teori dan Hipotesis Tindakan Kerangka teori atau kajian pustaka, berisi kajian teori yang relevan yang mendasari penelitian. Teori-teori yang dikaji merupakan teori-teori yang sudah mapan atau yang telah banyak diterima dan dipergunakan di bidangnya. Dalam kajian teori ini diutamakan teori-teori yang mutakhir dan relevan dengan masalah yang diteliti. Karena itu pada bagian ini Anda perlu memperdalam dan memperluas pengetahuan teori Anda tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang Anda teliti. Kajian teori juga sangat berguna untuk memperkokoh keyakinan Anda terhadap tindakan perbaikan yang Anda pilih. Oleh sebab itu kajian teori dalam berbagai bentuk proposal penelitian selalu diletakkan sebelum perumusan hipotesis. Maksudnya adalah agar hipotesis yang kita rumuskan memiliki dasar pemikiran yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara teoritis maupun empiris. Jadi kerangka yang dibuat berdasarkan teori ini menjadi dasar di dalam perumusan hipotesis tindakan. Hipotesis berisi pernyataan yang diupayakan untuk menjawab permasalahan. Dengan kata lain hipotesis juga dapat dikatakan sebagai pernyataan tindakan yang diduga dapat mengatasi masalah yang dihadapi guru. Sebagai contoh, bilamana Anda mermuskan hipotesis yang menyatakan bahawa “bilamana guru menggunakan metode bervariasi di dalam pembelajaran IPS, maka intensitas keaktifan siswa akan semakin meningkat. Hipotesis tersebut selayaknya tidak sekedar dirumuskan, akan tetapi terlebih dahulu guru menyajikan teori-teori atau hasil penelitian yang memperkuat hipotesis tersebut. Misalnya teori-teori yang mengungkapkan tentang kelebihan-kelebihan metode bervariasi, teori-teori atau hasil penelitian yang menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa, teori atau hasil penelitian yang secara eksplisit mengungkapkan



adanya hubungan



antara penerapan metode bervariasi dengan keaktifan siswa.



7. Rancangan dan Metodologi Penelitian a. Subyek penelitian Pada bagian ini dijelaskan di kelas berapa, dalam mata pelajaran apa, jam keberapa. Perlu pula dijelaskan beberapa karakteristik yang berkaitan dengan kelas yang Anda teliti terutama berkaitan dengan jumlah siswa,



komposisi pria dan wanita, kapasitas tempat duduk, tingkat kemampuan kelas dan kriteria lain yang dianggap perlu oleh guru. b. Aspek-aspek yang diselidiki Uraikan secara jelas aspek-aspek apa yang menjadi fokus penelitian Anda. Aspek tersebut sangat tergantung dari masalah dan tujuan penelitian yang telah Anda rumuskan sebelumnya. Jika kita mengambil contoh dari rumusan tujuan penelitian sebagaimana dipaparkan di atas, maka aspekaspek yang akan Anda kaji meliputi: - Cara pengaturan diskusi kelompok - Bentuk dan intensitas keterlibatan siswa di dalam pelaksanaan diskusi kelompok - Bentuk nyata peran guru di dalam pelaksanaan diskusi kelompok. - Cara-cara yang dilakukan kelompok uintuk mengkomunikasikan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam penyelesaian latihan. - Cara guru melaksanakan bimbingan kelompok - Hasil yang dicapai oleh kelompok dan masing-masing siswa dalam mengerjakan latihan. Anda juga dapat mengelompokkan aspek-aspek yang Anda kaji ke dalam tiga komponen kegiatan pokok, yaitu berkenaan dengan input, proses dan output. Yang terpenting adalah dengan cara yang Anda lakukan dalam perumusan aspek yang diteliti ini tindakan yang akan Anda lakukan menjadi jelas, demikian pula proses pengumpulan data menjadi lebih terarah. c. Langkah-langkah kegiatan Pada bagian ini perlu dipaparkan secara spesifik langkah-langkah kegiatan yang Anda lakukan dalam proses pelaksanaan PTK. Hal-hal pokok yang perlu dijelaskan berkenaan dengan; - Persiapan; jelaskan tentang RPP, media pembelajaran, alat peraga, LKS, instrument pengumpulan data, tape recorder (jika diperlukan), lembar observasi, observasi dan sebagainaya. perlu dijelaskan bagaimana observasi itu Anda laksanakan, apakah menggunakan format yang telah Anda siapkan atau menggunakan catatan lapangan. Bilamana pengumpulan



data juga menggunakan teknik studi



dokumenter dan wawancara, perlu Anda jelaskan bagaimana



kegiatan itu dilaksanakan. Demikian pula jika Anda meminta bantuan kepada guru lain untuk mendukung pengumpulan data Anda,



maka



perlu



dijelaskan



aspek-aspek



kegiatan



yang



dilakukannya - Implementasi tindakan Uraikan secara jelas bagaimana Anda melaksanakan skenario pembelajaran yang telah Anda susun sebelumnya. Dalam masingmasing siklus penelitian perlu dijelaskan apa kegiatan yang Anda lakukan dan apa peran yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana mereka melakukannya. Akan lebih baik jika Anda mencantumkan secara spesifik waktu yang dipergunakan untuk melaksanakan masing-masing langkah kegiatan pembelajaran, dan berapa kali pertemuan untuk satu siklus penelitian Anda. Perlu diingat kembali bahwa sebagai pelaksana PTK, anda melakukan dua kegiatan secara bersamaan, yaitu melakukan tindakan perbaikan dan melakukan pengumpulan data dalam satu skenario untuk pembelajaran. Karena itu perlu diperhatikan secara cermat waktu yang disediakan. - Pengumpulan data Uraikan dengan jelas jenis data yang Anda kumpulkan dan bagaimana cara pengumpulannya. Seperti sebelumnya telah kita bahas bersama bahwa pengumpulan data di dalam PTK lebih menitikberatkan pada penggunaan teknik observasi. - Analisis dan refleksi Memuat uraian tentang bagaimana prosedur yang Anda gunakan di dalam observasi dan wawancara, kriteria apa yang dipergunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan dari tindakan yang dilakukan sehingga Anda dapat menentukan sejauhmana diperlukan perbaikan untuk melanjutkan penelitian Anda pada siklus berikutnya.



8. Tim peneliti Pada umumnya penelitian formal dilaksanakan oleh satu tim yang di dalamnya terdiri dari beberapa orang yang berasal dari bidang ilmu yang sama atau berbeda. Jika penelitian dilakukan oleh tim maka cantumkan nama-



nama peneliti secara lengkap beserta uraian tugas masing-masing. Pemabgain tugas tim peneliti ini dapat dilihat seperti contoh matrik berikut;



No.



NAMA



KEDUDUKAN



1.



Drs. Radikin



Ketua



2.



Dra. Radiah



Anggota



TUGAS 1. Menyusun proposal penelitian 2. Mengkoordinir penyusunan instrument pengumpulan data 3. Melakukan koordinasi dengan instansi dan pihakpihak terkait 4. Menyusun format analisis data 5. Mengkoordinir pengumpulan data 6. Menganalisis data 7. Menghimpun teori 8. Merumuskan kesimpulan 1. Menghimpun literature untuk kajian teori 2. Menyiapkan format-format pengumpulan data 3. Membantu menyusun instrument angket dan wawancara 4. Membuat tabulasi data 5. Mengolah data dan membantu analisis data



Uraian tugas ini sifatnya fleksibel yang dapat diataur bersama antara ketua dan anggota peneliti 9. Jadwal penelitian Cantumkan secara spesifik skedul pelaksanaan penelitian Anda mulai dari penyusunan rencana awal sampai pada penyusunan laporan. Jika diperlukan, cantumkan pula rencana desiminasi hasil-hasil penelitian Anda. Pada umumnya jadwal penelitian disajikan dalam matrik seperti contoh di halaman berikut.



CONTOH JADWAL KEGIATAN PENELITIAN No. Urut



JENIS KEGIATAN 1



1.



Mengurus perizinan



2.



Mengadakan koordinasi ke daerah (lokasi penelitian)



3.



Penyusunan instrumen/panduan penelitian



4.



Penggandaan instrumen pengumpulan data



5.



Pengumpulan data lapangan Validasi model teoritik (lokakarya)



6.



7.



Analisis data



8.



Seminar akhir



9.



Penyusunan laporan akhir



10.



Penggandaan laporan



11.



Pengiriman laporan



2



BULAN 3



KE 4



KETERANGAN 5



6



Koordinasi pada 2 wilayah kota dan 2 kabupaten penelitian



Dilaksanakan pada masing-masing kota dan kabupaten penelitian



Dilaksanakan di Pontianak (ibu kota prop.Kalbar.



10. Rencana anggaran Rencana anggaran adalah uraian yang rinci berkaitan dengan biaya yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penelitian. Di dalam proposal penelitian, biasanya pendanaan meliputi beberapa komponen kegiatan, yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, penyusunan laporan. - Kegiatan persiapan, misalnya melakukan pertemuan awal, melakukan koordinasi, mengurus izin penelitian, menyusun proposal, menyiapkan instrumen, pembahasan instrumen. - Kegiatan pelaksanaan meliputi persiapan di lokasi penelitian, pengumpulan data, analisis temuan-temuan di lapangan, melakukan refleksi, menyusun rencana perbaikan dan seterusnya.



- Menyusun laporan meliputi aspek-aspek kegiatan, penyiapan format analisis data, melakukan analisis data, penyusunan draft laporan, pembahasan



laporan,



seminar,



penggandaan



dan



penjilidan,



pengiriman/pendistribusian laporan. Jika diperlukan cantumkan biaya untuk desiminasi hasil-hasil penelitian. - Alat dan bahan yang diperlukan. Bilamana di dalam pelaksanaan penelitian memerlukan alat dan bahan pendukung, perlu disebutkan. Penelitian eksak biasaa memerlukan bahan-bahan dan alat pendukung, misalnya bahanbahan kimia untuk keperluan pengujian di laboratorium, peralatanperalatan komputer dan sebagainya. Di samping sistematika proposal yang dipaparkan di atas, mungkin Anda menemukan format yang berbeda. Keadaan seperti ini merupakan hal yang tidak perlu dipermasalahkan. Yang terpenting Anda memahami bagian-bagian yang dipaparkan tersebut. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam diskusikan kembali bagian-bagian atau komponen-komponen proposal PTK sebagaimana diuaraikan di atas.



C. Rambu-rambu Penilaian Proposal Penilaian kelayakan proposal pada umumnya diterapkan bagi proposal penelitian yang disusun untuk memperoleh dukungan biaya dari lembaga-lembaga tertentu. Penilaian kelayakan proposal mengacu pada kriteria yang telah ditentukan. Kriteria penilaian tersebut memuat aspek-aspek yang dinilai serta bobot penilaiannya yang menjadi kerangka acuan bagi para penilai proposal dalam menentukan tingkat kelayakan suatu proposal. Bagi penyusun proposal, adanya kriteria yang diberitahukan secara terbuka ini bermanfaat sehingga para calon pengusul proposal penelitian mengetahui atau paling tidak mendapat gambaran apa yang menjadi sasaran penilaian proposal yang diajukannya. Kriteria penilaian ini biasanya bersifat terbuka untuk diketahui oleh pengusul proposal dan dikirimkan bersamaan dengan panduan penyusunan proposal. Pada bagian ini akan disajikan salah satu contoh format penilaian yang dikeluarkan oleh Ditjen Pendidikan Tinggi melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat dalam buku Panduan Penelitian (Wihardit, 2004:3.8). Pemahaman Anda tentang format penilaian ini penting, sekurang-kurangnya untuk menilai kemampuan kita sendiri dalam memahami langkah-langkah penting dalam penyusunan suatu



proposal penelitian. Di samping itu dapat dijadikan sebagai kerangka acuan dalam upaya menyusun proposal yang lebih baik. Berikut ini adalah contoh format penilaian proposal sebagai berikut: Tabel 7.1 Contoh Format Penilaian Proposal PTK NO. Aspek/komponen 1.



2.



3. 4.



5.



6. 7.



Permasalahan - Berasal dari guru - Mengenai proses pembelajaran Tujuan - Ada unsur upaya - Relevan dengan masalah - Ketepatan rumusan Manfaat (bagi proses pembelajaran) Pemecahan - Relevansi dengan masalah - Mungkin/dapat dilaksanakan Prosedur PTK - Langkah-langkahnya - Ketepatan tindakan Kelayakan biaya Kelayakan waktu JUMLAH



Bobot Nilai



Nilai



Komentar/saran



10 10



10 10 10 10 10 10



5 5 5 5



Pada table di atas Anda dapat mencermati beberapa aspek utama dari proposal yang menjadi fokus penilaian. Aspek pertama berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Pada contoh penilaian di atas, skor tertinggi diberikan bilamana permasalahan penelitian berasal dari guru dan berkaitan langsung dengan proses pembelajaran. Dua hal ini dapat dilihat keterkaitannya, karena jika masalah tidak berasal dari guru, biasanya cenderung bersifat teoriktik atau kurang berkaitan dengan persoalan-persoalan pembelajaran sehari-hari. Aspek kedua



yang dinilai berkenaan dengan tujuan. Tujuan yang dirumuskan di



dalam proposal PTK secara eksplisit harus menggambarkan adanya upaya yang dilakukan guru melalui tindakan (action) dalam PTK yang dirancangnya. Di samping itu tujuan harus merupakan satu keterkaitan dengan masalah serta



dirumuskan secara tepat. Aspek ketiga, bahwa PTK yang dirancang secara nyata harus memberikan manfaat bagi proses pembelajaran, apakah akan memperbaiki



metode



pembelajaran,



meningkatkan



keaktifan



siswa,



memperbaiki system evaluasi dan sebagainya. Aspek keempat, berkenaan dengan pemecahan masalah, di mana tindakan yang dirancang sebagai solusi pemecahan masalah memang memiliki relevansi dengan masalah yang dihadapi oleh guru. Di samping itu juga dinilai tingkat kemampuan guru untuk melaksanakannya atau mengimplementasinya baik dari sisi kemampuan pengetahuannya, waktu maupun biaya. Aspek kelima, berkenaan dengan ketepatan dan kesesuaian prosedur PTK. Pada aspek ini yang menjadi perhatian utama penilaian dititikberatkan pada ketepatan penentuan langkah-langkah penelitian serta ketepatan tindakan yang dipilih sebagai upaya pemecahan masalah. Aspek keenam adalah kelayakan biaya, dengan mengaitkannya dengan cakupan masalah dan lokasi penelitian, serta



Aspek ketujuh,



berkenaan dengan ketepatan waktu. Waktu yang dirancang hendaknya selaras dengan program pembelajaran guru, kegiatan-kegiatan sekolah, juga perlu diperhatikan lamanya penelitian untuk setiap siklus dan penyelesaian seluruh kegiatan penelitian. Penolakan terhadap proposal yang diajukan untuk mendapatkan dana biasanya disebabkan beberapa aspek yang dinilai belum mencapai standar penilaian yang ditentukan. Untuk itu kepada para penyusun proposal biasanya diberi penjelasan aspek mana yang masih lemah sehingga para pengusul dapat mengetahui dan memahami keputusan para penilai proposal tersebut. Sebagai contoh berikut ini dipaparkan hasil-hasil penilaian proposal penelitian yang dipaparkan melalui workshop Pengembangan Pnelitian Tndakan (Action Research) tahun 2001. Dalam workshop ini telah dipresentasikan 12 proposal action research tahun 2001 oleh guru-guru mata pelajaran (masing-masing mata pelajaran 2 proposal). Berdasarkan hasil diskusi tersebut, ditemukan masalahmasalah sebagai berikut: 1. Separuh (50%) dari jumlah proposal penelitian action research yang dipresentasikan, judul penelitiannya masih terlalu umum dan latar belakang penelitiannya tidak disertai data pendukung. 2. Hampir separuh (41,75%) dari jumlah proposal penelitian action research yang dipresentasikan, tujuan penelitiannya belum dirumuskan dengan jelas.



3. Separuh (50%) dari jumlah proposal penelitian action research yang dipresentasikan, masih belum konsisten antara judul, tujuan, masalah, dan tindakan penelitian yang akan dilakukannya. 4. Hampir separuh (41,75%) dari jumlah proposal penelitian action research yang dipresentasikan, hipotesis tindakannya belum dirumuskan dengan jelas 5. Separuh (50%) dari jumlah proposal penelitian action research yang dipresentasikan, langkah-langkah dalam kegiatan aksinya masih belum disusun secara sistematis. 6. Seperempat (25%) dari jumlah proposal penelitian action research yang dipresentasikan,



instrument masih belum jelas (khusus untuk usulan



penelitian yang mengharuskan dicantumkan instrument penelitian) 7. Seperempat (25%) dari jumlah proposal penelitian action research yang dipresentasikan, cara penulisan proposalnya masih belum sistematis.



Latihan Untuk mendalami materi yang telah dibahas dalam subunit ini, kerjakan beberapa latihan berikut. Jika ada hal-hal yang Anda rasa belum jelas disarankan agar Anda mencermati kembali pada subunit ini atau berdiskusi dengan rekanrekan Anda. 1. Di dalam rangkaian PTK, penyusunan proposal penelitian merupakan bagian penting. Menurut Anda mengapa diperlukan proposal dalam PTK? 2. Penyusunan proposal pada umumnya mengacu pada format yang telah ditentukan. Coba Anda kaji manfaat suatu format dalam penyusunan proposal 3. Dalam proposal PTK rumusan masalah perlu dinyatakan secara jelas. Menurut Anda apa substansi kejelasan rumusan masalah bagi kegiatan penelitian! 4. Salah satu bagian penting dalam proposal PTK adalah adanya kajian teori. Menurut Anda apa manfaat kajian teori dalam proposal penelitian! 5. Penilaian kelayakan suatu proposal, khususnya proposal yang disusun untuk mendapatkan dukungan dana biasanya mengacu pada kriteria penilaian yang ditentukan. Apa saja manfaat penentuan kriteria tersebut baik bagi penilai maupun penyusun proposal.



Petunjuk jawaban latihan 1. Di dalam pelaksanaan penelitian, peneliti perlu panduan kemana penelitian diarahkan, langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan bagaimana melakukannya. Untuk mendapatkankan kejelasan aspek-aspek Anda perlu mengkaji secara kembali dengan seksama pengertian, tujuan dan manafaat proposal PTK. 2. Format proposal penelitian merupakan uraian sistematis tentang langkahlangkah atau prosedur yang akan dilakukan peneliti di dalam melaksanakan proses penelitian. Format proposal perlu Anda pahami dengan baik untuk membantu Anda bekerja secara sistematik dan lebih terarah. 3. Di dalam mengimplementasikan PTK peneliti akan dapat menyusun rencana tindakan untuk perbaikan pembelajaran jika ia memiliki kejelasan secara spesifik apa yang harus dilakukan. Jika rumusan masalah belum jekas dan spesifik. Untuk itu Anda disarankan melakukan latihan-latihan merumuskan maslaah sehingga dirasa jelas dan spsesifik. 4. Sebagai salah satu bentuk kegiatan ilmiah, maka tindakan-tindakan yang dirumuskan sebagai upaya perbaikan pembelajaran tidak cukup hanya sekedar hasil pemikiran guru sendiri. Keberadaan teori dalam proposal PTK akan menjadi dasar berpikir dan menjadi kerangka pemecahan masalah sehingga memungkinkan



tindakan-tindakan



di



dalam



PTK



lebih



dapat



dipertangungjawabkan secara ilmiah. 5. Kriteria penilaian proposal memuat uraian atau aspek-aspek yang menjadi fokus penilaian suatu proposal yang diusulkan sehingga semakin jelas aspekaspek yang dinilai. Perhatikan kembali dengan seksama aspek-aspek yang dinilai pada format penilaian proposal di atas, sekaligus perhatikan skor maksimal dari aspek/komponen yang dinilai tersebut.



RANGKUMAN Proposal PTK merupakan suatu perencanaan yang sistematis sebagai kerangka dasar yang memuat komponen dan langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan PTK. Untuk dapat menyusun proposal dengan baik, perlu disusun format proposal sebagaimana panduan yang diberikan. Proposal



yang baik harus mencerminkan secara jelas langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan serta kejelasan komponen-komponen pendanaan. Kecermatan penyusunan langkah di dalam proposal penelitian semakin diperlukan jika proposal tersebut dimaksudkan untuk memperoleh dukungan pendanaan. Proposal penelitian umumnya meliputi tiga komponen pokok, yaitu halaman pengantar dan bagian isi dan bagian pendukung. Halaman pengantar memuat identitas peneliti dan beberapa identitas penelitian. Bagian isi memuat judul penelitian, latar belakang masalah, permasalahan, cara pemecahan masalah, tujuan dan manfaat PTK, daftar pustaka jadwal penelitian dan rencana anggaran. Penilaian kelayakan proposal penelitian biasanya mengacu pada beberapa komponen pokok yang menjadi penilaian yaitu; (a) pentingnya permasalahan, (b) tujuan, (c) manfaat penelitian, (d) relevansi dengan permasalahan, dan (e) prosedur yang dikembangkan. Hasil penilaian ini akan menunjukkan pada: (a) tingkat kemampuan anda dalam menyusun proposal PTK, (b) tingkat kelayakan proposal anda untuk dilaksanakan



SUB UNIT 2



Persiapan dan Pelaksanaan PTK



Setelah Anda memahami cara-cara melakukan identifikasi masalah, menganalisis masalah dan menilai kelayakan dan merumuskan hipotesis tindakan sebagaimana dibahas pada subunit sebelumnya, maka diharapkan Anda telah memiliki dasar pemahaman dan keterampilan yang lebih kokoh untuk menelaah secara mendalam materi yang disajikan pada bagian ini. Subunit ini akan menguraikan dan membahas kegiatan selanjutnya dari rangkaian PTK, yaitu langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan PTK. Dengan memahami materi, mengerjakan latihan dan menyelesaikan tes formatif pada subunit ini Anda diharapkan memiliki kemampuan menyusun langkah-langkah persiapan pelaksanaan PTK secara tepat dan selanjutnya mampu melaksanakan PTK sesuai langkah-langkah yang ditentukan.



A. Persiapan Pelaksanaan PTK Setelah Anda meyakini bahwa hipotesis tindakan yang dirumuskan sudah dianggap layak dengan memperhitungkan berbagai aspek sebagaimana telah kita bahas pada bagian terdahulu, maka selanjutnya Anda jabarkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan nyata dalam pembelajaran di kelas. Sebagai contoh, bilamana Anda telah menentukan bahwa masalah yang akan dikaji adalah peningkatan motivasi siswa dalam pelajaran IPA, dengan melakukan tindakan perbaikan,yaitu melibatkan siswa untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan pelajaran sebagaimana contoh rumusan hipotesis 1 yang kita paparkan pada bagian sebelumnya, maka Anda perlu menetapkan secara kongkrit tindakan pembelajran yang akan Anda lakukan. Berikut ini adalah contoh tindakantindakan pembelajaran yang harus dilakukan guru terkait dengan hipotesis tindakan yang telah dirumuskan di atas; 6. Guru akan memperkaya penjelasan materi pelajaran dengan memperbanyak pemberian contoh nyata. 7. Guru akan memperkecil peran dalam pembuatan contoh-contoh untuk memperjelas materi pelajaran, kecuali memang sangat diperlukan.



8. Peran siswa didorong seoptimal mungkin untuk mengungkapkan contohcontoh yang diperlukan. 9. Setiap akan mengakhiri pelajaran, siswa diminta untuk menyimpulkan sendiri materi pokok yang telah disampaikan. 10. Dalam penyimpulan materi pelajaran ini sepenuhnya ditugaskan kepada siswa. Guru hanya memberikan stressing (penekanan) untuk hal-hal yang sangat diperlukan. 11. Guru akan mencermati perubahan dan peningkatan motivasi belajar siswa. Jika guru telah menyusun garis besar tindakan pembelajaran yang akan dilakukan, maka selanjutnya guru melakukan langkah-langkah kegiatan yang sekaligus memberikan ciri bagi guru yang melaksanakan PTK. a. Membuat rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan. Membuat rencana pembelajaran atau persiapan mengajar merupakan bagian dari rangkaian tugas utama guru. Dalam proses pembelajaran sehari-hari guru diharuskan membuat rencana pembelajaran sebagai acuan di dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya. Lazimnya kegiatan guru mengajar (ketika tidak mengembangkan PTK), mempersiapkan rencana pembelajaran tentu juga dibuat oleh setiap guru yang melaksanakan PTK. Hanya saja bagi guru yang melaksanakan PTK selain membuat persiapan mengajar yang di dalamnya menguraikan beberapa komponen kegiatan yang biasa ia buat, juga harus mencantumkan secara eksplisit langkah-langkah kegiatan PTK dan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk perbaikan pembelajaran sebagaimana telah dipersiapkan sebelumnya. Dalam persiapan pembelajaran tersebut secara jelas harus tergambar apa yang dilakukan guru dan apa yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Jika kita mencermati kembali contoh tindakan yang harus dipersiapkan guru di dalam upaya mendorong motivasi siswa yaitu dengan melibatkan siswa membuat contoh-contoh nyata berkaitan dengan materi pelajaran serta melibatkan siswa di dalam membuat kesimpulan materi pelajaran, maka tindakan guru ini harus tertuang secara jelas dan spesifik di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan cara seperti ini maka dari komponen persiapan mengajar sudah nyata perbedaan guru yang melaksanakan kegiatan



pembelajaran saja (tidak melaksanakan PTK) dengan guru yang melaksanakan PTK dalam kegiatan pembelajaran yang dikelolanya.



b. Merumuskan Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannya Anda telah memahami, semua langkah dan tindakan yang dilakukan guru selama proses pembelajaran harus terlihat secara nyata dalam persiapan mengajar guru. Karena ada langkah-langkah tertentu yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pengumpulan data yang berbeda dengan guru yang tidak melaksanakan PTK, maka dalam kompetensi dasar terutama berkenaan dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi juga harus dirumuskan secara jelas. Karena itu dalam satuan pelajaran guru yang melaksanakan PTK perlu menambahkan kompetensi sesuai dengan hasil yang diharapkan oleh guru melalui tindakan perbaikan yang dilakukan. Kompetensi tambahan tersebut dijabarkan dari fokus pembelajaran yang akan dijadikan sasaran PTK untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yang diharapkan.



c. Merumuskan indikator keberhasilan Sebagaimana telah kita bahas sebelumnya, bahwa bagi guru yang melaksanakan PTK, perubahan-perubahan atau peningkatan yang terjadi dalam proses pembelajaran harus diamati, sehingga guru dapat menilai apakah tindakan yang dilakukannya mencapai peningkatan ataupun tidak. Untuk mengetahui terjadi tidaknya perubahan tersebut guru harus menetapkan indikator yang dapat dipahami secara mudah oleh guru sendiri. Penetapan indikator keberhasilan ini sepenuhnya menjadi otonomi guru, karena guru lebih banyak mengetahui kondisi siswa maupun kondisi lainnya yang mungkin dapat memberikan pengaruh terhadap tindakan yang dilakukan serta hasil yang dicapai. Sebagai contoh, seorang



guru Bahasa Indonesia ingin meningkatkan



kemampuan mengarang pada siswa-siswanya. Tindakan yang dilakukannya adalah dengan meningkatkan frekuensi latihan penyusunan kalimat secara sistematis. Harapan guru tersebut adalah bilamana siswa semakin terlatih di dalam menyusun kalimat, maka akan semakin mempermudah menyusun



karangan. Hal ini didasari penilaiannya selama ini di mana kesulitan siswa di dalam menyusun karangan lebih banyak disebabkan miskinnya perbendaraan kata dan rendahnya kemampuan siswa dalam menyusun kalimat. Berkaitan dengan penelitiannya ini, guru harus merumuskan indikator keberhasilan peningkatan kemamapuan siswa. Rumusan indikator keberhasilan siswa misalnya, pada akhir siklus pertama minimal siswa dapat mencapai nilai 70 di dalam penyusunan kalimat secara sistematis. Pada tahap-tahap awal, mungkin guru menjadikan perubahan kemampuan siswa dalam latihan-latihan penyusunan kalimat sebagai dasar menilai adanya perubahan. Setelah beberapa kali latihan penyusunan kalimat, guru mengarahkan perhatiannya pada kemampuan menyusun karangan. Dalam keadaan ini berarti pada tahap awal guru menggunakan indikator keberhasilan dari perubahan kemampuan siswa di dalam menyusun kalimat. Setelah beberapa waktu selanjutnya indikator perubahan kemampuan siswa dinilai dari kemampuan menyusun karangan. Perubahan atau peningkatan kemampuan menyusun karangan juga tentunya melalui tahapan-tahapannya. Oleh sebab itu guru harus cermat mengkaji tahapan perubahan itu sebagai kerangka pikir untuk merumuskan indikator kerhasilan.



d. Memilih Bahan Ajar. Guru yang melaksanakan PTK mungkin harus memilih dan mempersiapkan bahan ajar yang disesuaikan dengan fokus penelitian yang dikembangkannya. Pemilihan bahan ajar dapat dilakukan dengan mencari bahan-bahan yang teresidia di perpustakaan sekolah sebagaimana gambar di bawah ini. Di sampingg itu juga dapat dilakukan dengan mencari di berbagai situs internet, majalah bahkan koran. Kesesuaian bahan ajar dengan tujuan



yang



ingin



dicapai



merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan perubahan proses



kearah



perbaikan



pembelajaran



yang



mungkin lebih bervariasi karena perubahan yang ia harapkan dari tindakan perbaikan yang dilakukan menuntut tersedianya bahan ajar yang lebih bervariasi.



Oleh sebab itu kesiapan guru dalam mempersiapkan bahan ajar



perlu dilakukan dengan baik agar ketika melaksanakan tindakan perbaikan, guru tidak menghadapi kendala-kendala yang berarti sehingga ia lebih dapat memfokuskan pada tindakan-tindakan perbaikan yang telah dirancang dan melakukan pengumpulan data. Dalam pemilihan dan pengembangan bahan ajar ini perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain; kurikulum, peserta didik, faktor-faktor lingkungan termasuk kearifan-kearifan lokal.



Dalam



panduan yang dibuat Konsorsium Program PJJ S1 PGSD (Depdiknas, 2007:3), mengemukakan bahwa karakteristik bahan ajar cetak tercerminkan melalui keterpenuhan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Ketepatan; artinya tidak ada konsep atau uraian materi yang keliru dan meragukan. 2) Kesesuaian; dalam hal ini mencakup: kesesuaian dengan pengalaman belajar yang dituntut oleh kompetensi suatu mata pelajaran, serta cakupan, yaitu mencakup keluasan dan kedalaman materi serta pengalaman belajar dengan tingkat kemampuan yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik. 3) Ketuntasan; artinya materi dan pengalaman belajar yang disajikan memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan secara utuh dalam kadarnya. 4) Kemutakhiran;



artinya memuat hal-hal terkini, atau setidak-tidaknya



sejalan dan tidak bertentangan dengan perkembangan terbaru. 5) Kebermaknaan; artinya materi dan pengalaman belajar yang tersaji berguna bagi pengembangan akademik dan profesional peserta didik.



6) Ketercernaan; artinya bahasa dan sistematika sajian jelas, mudah dipahami, dan tidak membingungkan. 7) Kemenarikan; arinya menimbulkan minat dan motivasi bagi siswa untuk mengakaji bahan ajar, karena adanya penatan bahan ajar yang variatif dan interaktif, penggunaan bahasa yang dialogis, serta pengemasan ilustrasi dan perwajahan yang mendukung. 8) Kebakuan; kebakuan dalam bahan ajar sekurang-kuranya mencakup: a) ragam baahasa Indonesia yang dipergunakan; b) kaidah penulisan c) etika penulisan, termasuk pengutipan pendapat orang lain. Hasil pemilihan bahan ajar ini akan menjadi bahan ajar tertulis yang dapat dipergunakan guru untuk menyusun bahan ajar sendiri. Jika belum mampu menyusun bahan ajar sendiri, bahan-bahan ini dapat pula dihimpun untuk mendukung bahan ajar yang sudah ada. Untuk pelaksanaan proses pembelajaran, bahan-bahan ini harus dimasukkan ke dalam garis-garis besar program pembelajaran dan menjadi salah satu acuan di dalam rencana persiapan mengajar guru. e. Memilih Metode. Metode yang dipergunakan guru dalam proses pembelajaran merupakan salah satu komponen strategis di dalam pencapaian hasil belajar. Oleh sebab itu kemampuan guru memilih metode yang tepat dan sesuai merupakan kemampuan yang dipersyaratkan bagi setiap guru. Itulah sebabnya maka dalam PTK banyak sekali tema-tema yang diangkat



berkenaan dengan



perbaikan metode pembelajaran. Penelitian yang dilaksanakan oleh guru maupun oleh dosen LPTK berkolaborasi dengan guru menjadikan metode pembelajaran sebagai tema sentral yang tetap menarik untuk dikembangkan. Pengkajian secara seksama tentang ketepatan memilih metode pembelajaran merupakan keharusan untuk dilakukan guru. Terlebih bagi guru yang melaksanakan PTK, seringkali metode yang terbaik sesuai apa yang terpikirkan oleh guru tidak selalu terbaik bagi siswa. Oleh karena itu, guru perlu mempersiapkan berbagai alternatif metode pembelajaran untuk membicarakan satu masalah/pokok bahasan/sub pokok bahasan/materi pelajaran. Di dalam memilih metode mengajar, guru perlu mempertimbangkan beberapa faktor terkait, antara lain;



1) Tingkat kemampuan awal siswa 2) Kemampuan guru 3) Ketersediaan sarana dan fasilitas kelas/fasilitas belajar 4) Waktu yang tersedia 5) Lingkungan belajar atau lingkungan kelas



f. Menyiapkan Instrumen pengumpulan data Guru yang melaksanakan PTK memiliki kekhususan di dalam penyiapan alatalat bantu, karena di samping guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana lazimnya, guru juga sebagai peneliti. Dalam kedudukannya sebagai peneliti, guru melakukan kegiatan tambahan, yaitu mengumpulkan data bersamaan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Instrumen pengumpulan data ini bertujuan membantu guru agar lebih mudah merekam berbagai peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran. Instrumeninstrumen dimaksud antara lain: pedoman observasi, catatan harian, kamera, video, alat rekam suara



yang tujuannya untuk merekam peristiwa



pembelajaran yang telah dilaksanakan. g. Mempersiapkan instrumen evaluasi Instrumen evaluasi adalah komponen alat pembelajaran yang digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi yang harus dimiliki. Kegunaan instrumen ini adalah untuk memperoleh informasi yang menyeluruh dan komprehensif selama proses pembelajaran. Guru yang melaksanakan PTK mungkin akan menggunakan instrumen yang bervariasi.



Indikator untuk menentukan



keberhasilan proses pembelajaran ditetapkan oleh guru, misalnya menentukan tingkat penguasaan berdasarkan kriteria dengan rentangan terendah – sampai tertinggi. Oleh karena itu persiapan guru di dalam menetapkan instrumen yang dipergunakan



sangat



penting



dilakukan.



Demikian



pula



pentingnya



pengetahuan guru tentang instrumen tersebut dan cara penggunaannya dalam menentukan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.



h. Memperjelas skenario pembelajaran



Anda tentu memahami mengapa guru yang melakukan PTK harus menguasai skenario tindakan atau pembelajaran. Tujuan utama penguasaan skenario pembelajaran adalah agar suasana pembelajaran di kelas dapat berlangsung secara apa adanya, siswa-siswa tidak merasakan adanya sesuatu yang sangat berbeda dan pada akhirnya tentu saja dalam rangka memelihara kondusivitas iklim pembelajaran di kelas. Selain itu dengan penguasaan skenario tidak



pembelajaran merasa



terganggu langkah



rikuh



dengan



dan



langkah-



pembelajaran



dilakukannya adanya



guru



yang



disebabkan



keharusan



untuk



menyesuaikan tindakan yang dilakukannya dengan skenario yang telah disusun sebelumnya. Oleh sebab itu guru perlu memberikan penjelasan kepada siswa secara kongrit dan terbuka apa yang akan dilakukan selama proses pembelajaran sebagaimana dapat dilihat pada gambar di atas. Kurangnya penguasaan guru terhadap skenario pembelajaran dimungkinkan juga menimbulkan kepanikan dari guru sendiri, karena pada saat yang sama guru harus menggunakan waktu dengan efektif, sementara dirinya juga terus dikejar untuk melaksanakan tindakan-tindakan tertentu. Sisi yang lain, bilamana guru tidak menguasai dengan baik skenario pembelajaran, dikhawatirkan juga penggunaan waktu tidak dapat berlangsung secara efektif karena guru harus mencermati secara berulang-ulang skenario pembelajaran yang telah disusun, sehingga tujuan pembelajaran yang dirumuskan tidak dapat tercapai. Keadaan seperti ini tentu tidak menguntungkan bagi kegiatan pembelajaran. PTK yang dirancang untuk perbaikan pembelajaran akhirnya justru menjadi gangguan dan kendala karena ketidaksiapan guru dengan langkah-langkah yang harus dilakukannya. Skenario pembelajaran yang dipersiapkan guru pada tahap berikutnya dituangkan di dalm RPP. Di dalam persiapan dan pelaksanaan PTK, format RPP yang dibuat guru tentu tidak bersifat kaku, yang terpenting guru memahami dengan jelas langkah-langkah



kegiatan apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya.



Coba Anda



kaji dengan baik skenario tindakan pembelajaran Anda, jika perlu lakukan simulasi dengan siswa atau rekan-rekan Anda sebelum PTK dilaksanakan. Jika di dalm pelaksanaan PTK guru merasa perlu bantuan rekan guru yang lain, maka sebelum PTK dilakukan perlu pembahasan bersama, terutama berkenaan dengan tugas-tugas`apa yang harus dilakukan oleh guru yang membantu. Misalnya bertugas melakukan observasi, baik mengisi formatformat yang telah disediakan maupun mencatat fenomena-fenomena atau peristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran. Hal-hal ini perlu didiskusikan sejelas mungkin agar kegiatan pembelajaran di kelas tidak terganggu, masing-masing dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. B. Melaksanakan PTK Pemahaman yang sangat prinsip bahwa pelaksanaan PTK bukan terpisah dari pelaksanaan proses pembelajaran Jadi guru yang melaksanakan PTK menurut pengamatan pihak luar hampir tidak berbeda dengan guru-guru lain yang tidak melaksanakan PTK, karena pada dasarnya guru bersangkutan tidak merubah jam mengajarnya, jadwal pelajarannya, alokasi waktu yang dipergunakan serta siswa yang diajar. Pada tahap awal melaksanakan penelitian, guru perlu memperhatikan secara cermat keadaan dan kemampuan siswa melalui pengamatan yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya. Hal ini terutama berkenaan dengan gambaran tentang keadaan kelas, perilaku siswa sehari-hari, perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan sikap siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Jika penelitian yang dilakukan guru menggunakan indikator perubahan hasil belajar siswa, atau berkenaan dengan penguasaan materi pelajaran, maka sebelum guru melakukan tindakan perbaikan melalui PTK, perlu dilakukan tes untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki siswa tentang materi pelajaran. Pemeliharaan terhadap keadaan awal ini sangat diperlukan sebagai landasan atau kriteria guna mengukur atau mengetahui perubahan yang terjadi sebagai akibat dari penerapan tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui secara nyata peningkatan yang terjadi setelah dilakukan tindakan tertentu, maka perlu dilakukan tes. Sekali lagi hal ini perlu dilakukan bilamana



indikator keberhasilan yang diharapkan berkaitan dengan perubahan hasil belajar. Selain melakukan tes untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal siswa sebelum dilakukan tindakan perbaikan, guru juga dapat melakukan analisis terhadap hasil pembelajaran yang dicapai siswa selama ini berdasarkan rekapitulasi nilai yang dimiliki guru. Hasil belajar yang telah dimiliki siswa ini nantinya dapat dijadikan sebagai kerangka dasar untuk membandingkan pencapaian hasil belajar setelah dilaksanakan tindakan perbaikan. Sebagai contoh, seorang guru matematika mengembangkan PTK yang difokuskan pada peningkatan kemampuan siswa dalam mengerjakan latihan-latihan soal matematika. Tindakan yang dipilihnya adalah dengan menggunakan alat peraga dan peningkatan intensitas latihan terbimbing. Dalam penelitian ini sudah jelas bahwa indikator utama yang dipergunakan guru untuk menilai perubahan atau peningkatan kemampuan siswa adalah kemampuan siswa di dalam mengerjakan latihan-latihan soal. Agar guru mengetahui apakah tindakan-tindakan perbaikan yang dilakukannya maka guru harus memiliki kerangka dasar sebagai pembanding, yaitu nilai hasil-hasil latihan siswanya selama ini. Jika setelah tindakan penggunaan alat peraga dan peningkatan intensitas latihan terbimbing secara sistematis dilakukan dalam siklus yang ditentukan terjadi perubahan atau peningkatan dari hasil-hasil yang dicapai sebelumnya, maka tindakan tersebut berhasil membawa perubahan. Untuk menilai peningkatan di dalam proses PTK, sejauhmana peningkatan yang terjadi antara pemberian latihan pertama, kedua dan selanjutnya guru tidak lagi harus memperhatikan hasil-hasil latihan sebelum dilakukan tindakan, akan tetapi dapat langsung menganalisis perubahan yang dicapai dari setiap tahap yang dilakukan tersebut. Secara lebih rinci beberapa hal yang harus diperhatikan guru di dalam mengawali dan mengimplementasikan PTK diuraikan berikut ini.



1. Mempersiapkan sarana/fasilitas Jika rancangan PTK yang telah disusun guru mengharuskan adanya ketersediaan sarana dan fasiltas pendukung pembelajaran, maka hendaknya dapat dipersiapkan terdahulu dengan baik. Di samping sarana/fasilitas juga diperlukan kesiapan guru di dalam menggunakannya. Jangan sampai sarana/fasilitas yang akan dipergunakan yang mendukung tindakan perbaikan pembelajaran tersebut tidak dapat digunakan sehingga menyebabkan kegiatan



pembelajaran



tidak



dapat



dilaksanakan



sebagaimana



diharapkan.



Sarana/fasilitas yang perlu dipersiapkan misalnya, alat-alat peraga, OHP/LCD (jika ada dan diperlukan), gambar-gambar, peta dan sebagainya.



2. Mempersiapkan kondisi kelas dan siswa Kesiapan kondisi kelas untuk mendukung kegiatan pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting



untuk diperhatikan guru yang



melaksanakan. PTK. Meskipun tidak berarti bahwa tanpa melaksanakan PTK, kesiapan kelas dapat diabaikan, karena kita pahami bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi suasana pembelajaran adalah kondisi kelas itu sendiri. Kesungguhan guru yang melaksanakan PTK untuk menyiapkan dengan baik kondisi kelas ini terutama didasari kesadaran bersama bahwa kelas sedang mengadakan perubahan. Oleh karena itu segala sesuatu yang dimungkinkan dapat mengganggu perubahan yang diharapkan harus dapat diminimalisasi sedemikian rupa sehingga diharapkan jika setelah dilakukan analisis diketahui tidak terjadi perubahan yang berarti dari tindakan perbaikan yang dilakukan, maka dapat diduga tindakan perbaikan tersebut yang belum tepat, bukan karena kondisi atau faktor yang lain. Kesiapan kondisi kelas ini juga akan sangat membantu guru agar lebih terfokus dan konsentrasi melakukan langkah-langkah tindakan yang telah disusun, dapat melakukan pencatatan data dengan baik atau mengamati dan menilai secara cermat perubahan-perubahan yang terjadi. Beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian guru dalam kaitan dengan kondisi kelas ini adalah; a. Mengingatkan siswa tentang pentingnya ketenangan dalam kelas b. Mengatur tempat duduk dan meja bersama siswa dengan rapi dan tertib c. Mengingatkan siswa agar memeriksa dan menyiapkan alat-alat tulis sebelum dimulai pelajaran d. Mendiskusikan dengan siswa sekiranya ada hal-hal yang dapat mengganggu kondusivitas proses pembelajaran e. Memberitahukan pada semua siswa bahwa pelajaran akan dimulai f. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari materi yang akan dipelajari atau dibahas. g. Menjelaskan pentingnya kesiapan dan kesungguhan siswa di dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.



h. Menjelaskan tugas-tugas atau kegiatan apa yang akan dikerjakan siswa dan bagaimana melakukannya. i. Mengingatkan siswa akan keterbatasan waktu yang tersedia agar mereka dapat menggunakannya secara efektif. Di dalam memberikan penjelasan awal ini guru hendaknya dapat melakukan penghematan waktu dengan baik, agar tidak mengganggu waktu yang telah dialokasikan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran atau melakukan tindakan-tindakan di dalam PTK.



3. Melaksanakan Tindakan Perbaikan Dalam pelaksanaan PTK, guru juga diharapkan dapat benar-benar mempersiapkan apersepsi yang lebih menarik. Pada umumnya, dalam satuan pelajaran, apersepsi yang dibuat guru ditulis dengan kata-kata, tanpa menuliskan apa dan bagaimana rumusan apersepsi, misalnya: “Guru mengadakan apersepsi”, sehingga ketika pelaksanaan di dalam kelas, guru mengajukan pertanyaanpertanyaan yang menarik perhatian dan sebaliknya mengingat minat peserta didik untuk mengikuti



pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru di kelas.



Bahkan mungkin appersepsi tersebut tidak terkait dengan materi yang akan dibahas. Sebelum mulai mempelajari atau membahas materi baru, guru harus merasa yakin bahwa materi yang mendasari bahan yang akan dibahas telah dikuasai lebih dahulu oleh peserta didik. Sebagai guru yang melaksanakan PTK perlu menyadari dan harus yakin bahwa materi sebelumnya sudah dikuasai muridnya atau sebagai materi pra-syarat yang harus dikuasai, sehingga memudahkan peserta didik



mempelajari materi baru. Untuk itu guru perlu



melakukan tes atau menyiapkan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah dikuasai siswa tersebut. Pada gambar di bawah ini kita melihat bagaimana guru menciptakan komunikasi yang intensif dengan siswa, memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari sekaligus melakukan evaluasi tentang pemahaman siswa tentang materi yang telah dibahas sebelumnya.



Dalam penyajian bahan/materi baru harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.



Dalam



kompetensi



upaya



tersebut,



pencapaian guru



perlu



menguasai dan memilah yang mana harus didahulukan. Artinya, mana kompetensi yang ingin dicapai yang merupakan prasyarat atau mendasari untuk mencapai komptensi



lainya. Demikian pula metode yang tertulis dalam Rencana



Peleksanaan Pembelajaran (RPP) misalnya metode ceramah, tanya jawab, diskusi atau praktek mandiri. Dalam pelaksanaan PTK metode-metode tersebut harus dioperasionalkan (misalnya: bagiamana



yang harus dibahas dengan metode



ceramah, pada bagian mana murid mempraktekkan sendiri, bagaimana mendiskusikan). Jadi guru sebagai pelaksana PTK perlu jelas tentang “apa dan bagaimana” metode harus dilaksanakan, apakah kegiatan dengan metode tersebut dilakukan secara klasikal, individual atau kelompok. Dimensi lain yang harus selalu mendapat perhatian guru yang melaksanakan PTK adalah pengaturan dan pemanfaatan waktu belajar. Alokasi waktu dan pemanfaatan waktu sangat penting dalam proses pembelajaran dan pelaksanaan PTK oleh guru, karena guru selain mengajar juga mengadakan penelitian. Sebagai pelaksana PTK guru harus selalu cermat dan teliti bahwa tugas guru tidak sekedar menyampaikan materi, akan tetapi juga melakukan latihanlatihan, melakukan pengumpulan data dan melakukan evaluasi. Agar pelaksanaan PTK yang dilakukan guru ini dapat berlangsung secara terarah, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip, yang oleh Hopkins (1993) disebut sebagai kriteria PTK yang dilakukan oleh guru. Pertama, tugas utama guru adalah mengajar. Oleh karena itu PTK yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru secara metodologis diharapkan tidak mengganggu aktivitas pokok guru dalam mengajar. Tidak boleh terjadi, bahwa karena sedang melaksanakan PTK guru mengorbankan kegiatan-kegiatan lain khususnya



berkenaan



dengan



siswa



demi



penelitian



yang



sedang



dilaksanakannya. Dengan perkataan lain, guru harus selalu mengutamakan siswa,



karena tujuannya memang untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus disikapi sebagai nuansa profesional yang semestinya memberi nilai tambah bagi guru dan bagi pembelajaran yang dikelolanya, bukan sebaliknya mengorbankan siswa. Kedua, cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu menyita waktu guru sehingga guru kehilangan konsentrasi di dalam membahas materi pelajaran. Esensi pelaksanaan PTK memang harus disertai dengan pengumpulan data, analisis, dan interpretasi. Anda mungkin dapat memahami jika proses pengumpulan data menyita waktu guru terlampau banyak, konsentrasi guru dalam mengajar akan terganggu, dan hal ini tentu saja justru akan berakibat tujuan pembelajaran akan sulit dicapai sebagaimana diharapkan. Oleh karena itu jika dimungkinkan, guru dapat memanfaatkan alat perekam seperti tape recorder atau minta bantuan teman sejawat terutama bagi para peneliti PTK pemula yang belum begitu terbiasa melakukan beberapa aktivitas secara simultan. Data yang telah



dikumpulkan



selanjutnya



dilakukan



analalis



dan



refleksi



untuk



penyempurnaan tindakan pada siklus berikutnya.



Latihan 1. Sebelumnya Anda telah mengkaji penilaian kelayakan hipotesis tindakan. Dapatkah Anda menjelaskan keterkaitan antara kelayakan hipotesis tindakan dengan pelaksanaan PTK. 2. Salah satu tahapan penting yang dilakukan guru di dalam pelaksanaan PTK adalah mempersiapkan kelas dan kondisi siswa.



Coba Anda temukan



beberapa alasan yang mendasarinya pentingnya langkah tersebut di dalm pelaksanaan PTK. 3. Anda tentu sudah terbiasa menyusun rencana pembelajaran. Coba saudara temukan aspek-aspek yang berbeda pada rencana pembelajaran yang disusun guru yang melaksanakan PTK dengan rencana pembelajaran guru yang tidak melaksanakan PTK. 4. Anda telah membahas beberapa hal yang harus dipertimbangkan di dalam pemilihan bahan ajar. Coba Anda temukan alasan-alasan pentingnya



mempertimbangkan hal-hal tersebut dikaitkan dengan kondisi



nyata



pembelajaran yang Anda hadapi. 5. Di dalam pelaksanaan PTK pengumpulan data tidak boleh mengganggu kegiatan pembelajaran. Coba Anda lakukan latihan pengumpulan data yang relatif tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas.



Petunjuk penyelesaian latihan 1. Perhatikan kembali persyaratan merumuskan hipotesis tindakan yang telah Anda bahas pada subunit sebelumnya. Selanjutnya Anda kaji langkah-langkah persiapan pelaksanaan PTK untuk menemukan keterkaitannya 2. Pelaksanaan PTK yang sebelumnya sudah direncanakan dengan baik oleh guru tidak mustahil mengalami hambatan bahkan ketidakberhasilan jika tidak didukung oleh kesiapan guru, siswa maupun kondisi kelas. Bilamana kondisi kelas tidak dipersiapkan dengan baik, sementara guru harus melakukan tindakan-tindakan tertentu sesuai skenario yang telah disusunnya



dengan



pembagian waktu yang telah ditentukan pula, maka guru bisa kehilangan arah dan mungkin tidak memiliki waktu yang cukup untuk mencapai perubahanperubahan yang diharapkan. 3. Dalam pelaksanaan PTK sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah Anda pahami tentu guru telah terikat dengan tindakan-tindakan spsesifik yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran, bagaimana melakukan, perubahan apa yang diharapkan dan bagaimana mengukur perubahan tersebut dalam waktu yang telah ditentukan. Semua aspek ini harus tertera secara eksplisit dan terukur di dalam rencana pembelajaran. 4. Di dalam pelaksanaan pembelajaran Anda sering mencermati kesulitankesulitan siswa di dalam memahami bahan ajar yang disediakan guru. Kesulitan-kesulitan tersebut dapat bersumber dari materi, kondisi siswa maupun dari faktor-faktor lain yang berkaitan dengan proses pembelajaran. 5. Pengumpulan data dilakukan guru secara kebersamaan dengan pelaksanaan proses pembelajaran. Untuk membantu memudahkan pengumpulan data, guru dapat menggunakan format observasi, panduan wawancara dan



alat-alat



perekam data. Di samping menggunakan format yang sudah disediakan, guru juga dapat melakukan pencatatan data secara langsung dengan menggunakan catatan lapangan.



RANGKUMAN Di dalam persiapan pelaksanaan PTK ada beberapa hal yang harus dilakukan guru, yaitu; (1) membuat rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan, (2) Merumuskan kompetensi dasar dan indikator pencapaiannya (3) merumuskan indikator keberhasilan, (4) memilih Bahan Ajar, (5) memilih Metode, (6) memilih alat bantu, (6) mempersiapkan alat ukur, (7) mengusai skenario pembelajaran. Pada prinsipnya pelaksanaan PTK bukan kegiatan yang terpisah dari pelaksanaan proses pembelajaran. Karena itu guru harus benar-benar dapat mengatur waktu dengan sebaik-baiknya agar langkah-langkah PTK dapat dilaksanakan, dan kegiatan pembelajaran tidak terganggu. Di dalam pelaksanaan PTK ada beberapa kegiatan awal yang dilakukan guru, (a) mempersiapkan kondisi kelas, (b) mempersiapkan siswa, (c) mempersiapkan sarana/fasilitas, (d) menyiapkan alat-alat bantu pembelajaran termasuk instrumen pengumpulan data yang diperlukan. Dalam Implementasi PTK kegiatan pokok pembelajaran tidak boleh terganggu. Oleh sebab itu proses dan cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu menyita waktu guru sehingga guru kehilangan konsentrasi di dalam membahas materi pelajaran. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan analalis dan refleksi untuk penyempurnaan tindakan pada siklus berikutnya.



DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. (2007). Pedoman Pengembangan Bahan Ajar Cetak. Jakarta: Korsorsium Program PJJ S1 PGSD Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah. (2004) Penelitian Tindakan (Suatu pengantar). Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan . Editorial Buletin Peningkatan Mutu Pendidikan SLTP. (2001). Pedoman Teknis Pelaksanaan Classroon Action Research (CAR). Pelangi Pendidikan, Vol 4 Nomor 2 tahun 2001. Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham: Open University Press. . McNiff, J. (1992) Action Research: Principles and Practice. London: Routledge 11 New Fetter Lane, London ECAP 4EE. Moenhilabib. (1991). Penyusunan Usulan Penelitian. Makalah Lokakarya Penelitian Tingkat Dasar Bagi Dosen Perguruan Tinggi dan Swasta di Malang Angkatan XIII tahun 1990/1991. Wiersma, W. (1980). Research Method in Education. Edisi ke-3 Itasca: Peacoc Publisher. Wihardit, K. (2003). Perencanaan Tindakan Kelas. Buku Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.



GLOSARIUM Curricullum vitae adalah daftar yang dibuat seseorang yang di dalamnya tercantum identitas diri, latar pendidikan, atau pengalaman-pengalaman dalam berbagai kegiatan yang dianggap penting, Iklim yang kondusif adalah keadaan atau situasi sekitar yang mendukung kelancaran kegiatan yang dilaksanakan. Dalam proses pembelajaran iklim yang kondusif ditandai dengan adanya keterbukaan, kebebasan mengemukakan pendapat, lingkungan yang tidak gaduh dan seterusnya. Kepala lembaga adalah pimpinan lembaga atau instansi yang memiliki wewenang memberikan persetujuan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada lingkup institusi tersebut. Di lingkungan sekolah, misalnya kepala sekolah, kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/kota dan sebagainya. Di lingkungan Perguruan Tinggi biasanya Dekan atau Kepala Lembaga Penelitian Masalah yang applicable adalah masalah-masalah nyata dalam pembelajaran yang benar-benar dipahami guru dan dapat diteliti atau diperbaiki melalui PTK serta bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran. Rambu-rambu penilaian adalah acuan penilaian yang memuat aspek-aspek penting dari suatu proposal penelitian yang diberikan bobot nilai tertentu guna menilai kelayakan proposal penelitian yang diajukan.