Modul Pra Nikah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAHAN AJAR BIOKIMIA DAN BOFISIKA



DOSEN PENGAMPU: 1. PAULINE KUSMARYATI, SST, M. Bmd. 2. Drs. NAZRA ZUHDI, M.Si



POLTEKKES KEMENKES JAMBI PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN TAHUN AJARAN 2020/2021



KATA PENGANTAR



Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. Alhamdulillahi Rabbil ’Aalamin, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan modul ini. Shalawat dan salam dengan ucapan Allahumma sholli ’ala Muhammad wa ’ala ali Muhammad penulis sampaikan untuk junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam menempuh mata kuliah Asuhan Kebidanan Pada Pranikah dan Prakonsepsi. Modul ini disusun dengan kualifikasi merangkum semua materi teoritis. Teknik penyajiannya dilakukan secara pertopik pertemuan sebanyak 2 sks. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini tentu punya banyak kekurangan. Untuk itu penulis dengan berlapang dada menerima masukan dan kritikan konstruktif dari berbagai pihak demi kesempurnaannya di masa yang akan datang. Akhirnya kepada Allah jualah penulis bermohon semoga semua ini menjadi amal saleh bagi penulis dan bermanfaat bagi pembaca.



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2 DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3 BAB 1........................................................................................................................................................4 KIE PERSIAPAN KEHAMILAN.............................................................................................................4 BAB II.......................................................................................................................................................7 SKRINING PRANIKAH...........................................................................................................................7 BAB III......................................................................................................................................................9 PEMERIKSAAN TAMBAHAN UNTUK FERTILITAS..........................................................................9 BAB IV....................................................................................................................................................13 MENILAI HASIL PEMERIKSAAN DARAH RUTIN IRINE RUTIN, TORCH, HEPATITIS, HIVAIDS, TBC, DAN MALARIA.................................................................................................................13 BAB V.....................................................................................................................................................15 EVIDANCE BASED TERKAIT ASUHAN PRANIKAH.......................................................................15 BAB VI....................................................................................................................................................16 FERTILITAS DAN INFERTILITAS......................................................................................................16 BAB VII...................................................................................................................................................17 PERSIAPAN DAN PERENCANAAN KEHAMILAN...........................................................................17 BAB IX....................................................................................................................................................18 PSIKOLOGI PEREMPUAN DAN KELUARGA DALAM PERSIAPAN KEHAMILAN.....................18 BAB X.....................................................................................................................................................19 KAJIAN PSIKOLOGIS TENTANG PERKEMBANGAN PEREMPUAN DAN KELUARGA DALAM PERSIAPAN KEHAMILAN SEHAT.....................................................................................................19 BAB XI....................................................................................................................................................21 PERSIAPAN SEORANG AYAH DALAM PERSIAPAN MENJADI ORANG TUA............................21 BAB XII...................................................................................................................................................23 SKRINING PRAKONSEPSI...................................................................................................................23 BAB XIII.................................................................................................................................................24 KONSELING PERSIAPAN KEHAMILAN............................................................................................24 BAB XIV.................................................................................................................................................25 JARAK IDEAL ANTAR KEHAMILAN................................................................................................25 BAB XV..................................................................................................................................................26 EVIDENCE BASED TERKAIT ASUHAN PRAKONSEPSI.................................................................26 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................27



BAB 1 KIE PERSIAPAN KEHAMILAN



1.1 Batasan dan Pengertian KIE Persiapan kehamilan Pengertian Prakonsepsi Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga terjadi pembuahan. Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan atau sebelum hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Asuhan yang diberikan pada perempuan sebelum terjadi konsepsi 1.2 Langkah- langkah yang dilakukan dalam Pra Konsepsi 1. Melakukan medical chek up sebelum terjadi konsepsi, sehingga tenaga kesehatan dapat menilai keadaan kesehatan perempuan dan mengidentifikasi faktor resikonya. 2. Pemeriksan laboratorium rutin. Pemeriksaan laboratorium rutin artinya bahwa pemeriksaan ini dilakukan pada setiap wanita yang akan hamil antara lain : pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, titer virus Rubella, hepatitis B, pap smear, clamidia, HIV, dan GO. 3. Pemberian imunisasi sebelum konsepsi 4. Usahakan BB ideal karena underweight dan overweight merupakan penyebab banyak masalah dalam kehamilan. 5. Identifikasi riwayat kesehatan keluarga ( kesulitan dalam kehamilan, persalinan, nifas maupun kecacatan ) 6. Anjurkan untuk melakukan gaya hidup sehat sebelum terjadinya konsepsi ( olah raga, hindari minum alcohol, merokok atau penggunaan obat-obat terlarang/ hentikan bila ibu sudah terbiasa ) 7. Identifikasi masalah kesehatan ( DM, epilepsy,hipertensi dll ), berikan penanganan dan observasi sebelum terjadi konsepsi. 8. Diet makanan bergizi seimbang. Jangan makan makanan setengah matang, dan yang mengandung kotoran kucing karena dapat menyebabkan toxoplasmosis yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin. 9. Membersihkan lingkungan dari bahan kimia. 4



1.3 Model KIE persiapan kehamilan 1. Konseling Prakonsepsi memungkinkan untuk mengidentifikasi dan mengurangi faktor risiko yang mungkin mengurangi hasil-hasil MNCH sebelum kehamilan. Meskipun sebagian besar wanita memiliki setidaknya salah satu faktor risiko, dan banyak memiliki beberapa risiko, konseling prakonsepsi tidak menyebabkan kecemasan. 2. Wanita yang menerima konseling prakonsepsi lebih mungkin untuk mengubah perilaku berisiko. Oleh karena itu, wanita yang menerima konseling prakonsepsi memiliki hasil MNCH yang lebih baik 3. Isi asuhan prakonsepsi telah rinci. Asuhan prakonsepsi setiap kali konseling dapat dimulai dengan mengajukan dua pertanyaan sederhana: "Apakah Anda berencana untuk hamil?" Dan "Apakah Anda saat ini menggunakan metode KB?" Atrash H, Jack BW, Johnson K dalam Preconception



care: A 2008 update



'Pedoman mereka untuk Perinatal Care', AAP / ACOG menyatakan intervensi kelompok prakonsepsi dibagi menjadi empat kategori: a.



Penilaian Ibu Keluarga berencana dan kehamilan; sejarah keluarga; sejarah genetik – ibu dan ayah; medis, bedah, paru, dan sejarah neurologis; obat saat ini – resep dan di atas meja; penggunaan narkoba, termasuk alkohol, tembakau, dan obat-obatan terlarang; gizi; domestic penganiayaan dan kekerasan; lingkungan dan pekerjaan eksposur; kekebalan dan imunisasi status; risiko faktor untuk penyakit menular seksual; kebidanan sejarah; sejarah ginekologi; pemeriksaan fisik umum; dan penilaian sosial ekonomi, pendidikan, dan konteks budaya).



b.



Vaksinasi Vaksinasi untuk perempuan berisiko atau rentan terhadap Rubella, Varicella, dan Hepatitis B.



c.



Pemeriksaan Semua perempuan HIV; tempat yang ditentukan untuk penyakit menular seksual, untuk menilai penyebab keguguran berulang, untuk penyakit spesifik berdasarkan pada riwayat medis atau reproduksi, dan untuk TB; untuk gangguan genetik berdasarkan riwayat keluarga: cystic fibrosis, rapuh X, keterbelakangan mental, Duchene distrofi otot; dan untuk kelainan genetic berdasarkan latar belakang ras / etnis: hemoglobinopathies sabit- Afrika Amerika; B-Thalassemia - Mediterraneans, Asia Tenggara, Afrika Amerika;



a-Thalasemia - Amerika Afrika / kulit hitam dan Asia; Penyakit Sachs Tay Ashkhenazi Yahudi, Perancis Kanada, Cajun; Gaucher, Canavan, dan Nieman-Pilih Penyakit - Yahudi Ashkenazi; dan cystic fibrosis - bule dan Yahudi Ashkenazi). Pada tahun 2001, ACOG direvisi rekomendasi terkait dengan cystic fibrosis dan selanjutnya direkomendasikan bahwa dokter kandungan / ginekolog membuat skrining DNA untuk cystic fibrosis tersedia untuk semua pasangan yang mencari prakonsepsi atau asuhan prenatal bukan hanya mereka dengan riwayat pribadi atau keluarga membawa Cystic gen fibrosis. d.



Konseling Berolahraga, mengelola berat badan, menghindari aditif makanan, mencegah infeksi HIV, menentukan saat pembuahan oleh menstruasi yang akurat sejarah, berpantang dari tembakau, alkohol, dan terlarang penggunaan narkoba sebelum dan selama kehamilan, mengkonsumsi asam folat, dan mempertahankan kontrol yang baik dari yang sudah ada sebelumnya setiap kondisi medis).



4



6



BAB II SKRINING PRANIKAH 2.1 Pengertian skrining pranikah Konseling Pra Konsepsi Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan keterampilan komunikasi interpersonal, tehnik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Saifuddin, Abdul Bari. 2000:39). Menurut Rochman Natawidjaja, 2987:32, konseling adalah sebagai hubungan timbal balik antara dua individu, dimana yang seorang (yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi pada waktu yang akan datang. Konseling adalah proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien ( Saraswati Tarigan, 2002). Manfaat konseling adalah meningkatkan kemampuan klien dalam mengenal masalah, merumuskan alternate, memecahkan



masalah dan memiliki pengalaman dalam



pemecahan masalah secara mandiri. Konseling prakonsepsi dimulai dengan pembahasan tentang kesiapan psikologi seorang wanita atau pasangan dalam mengasuh dan membesarkan anak. Pembahasan ini mencakup topik-topik, seperti apakah tersedia kamar bagi anak-anak, bagaimana cara mengasuh anak-anak, kemapanan ekonomi dan kestabilan emosi wanita atau pasangan, serta harapan pengalaman usia subur dan menjadi orang tua. Pengaturan usia subur sehubungan dengan upaya wanita atau pasangan untuk menyelesaikan pendidikan/memulai suatu karier, bagaimana stress mempengaruhi aktivitas. Sedangkan pada remaja, bagaimana dengan penyelesaian sekolah dan rencana melanjutkan perguruan tinggi atau pelatihan kerja serta metode pengontrolan kehamilan. 2.2 Konsep skring pranikah Proses konseling menggambarkan adanya kerjasama antara bidan selaku konselor dengan klien mencari tahu tentang masalah yang dihadapi klien. Proses ini



memerlukan keterbukaan dari klien dan bidan agar mencapai jalan keluar pemecahan masalah klien 2.3 Cara melakukan skrinin SKRINING/IMUNISASI Penyakit Menular Chlamydia



REKOMENDASI



a.   Menyaring semua wanita yang lebih muda dari 25 tahun dan wanita yang berada pada risiko infeksi b.   Mengobati pasien yang terinfeksi Gonorrhea a.    Skrining wanita berisiko tinggi b.   Mengobati pasien yang terinfeksi Infeksi virus herpes simpleks Konseling tentang risiko penularan vertikal Infeksi virus human immunodeficiency a.   Screening universal b.   Konseling tentang risiko penularan vertikal (Pengobatan mengurangi risiko ini) Syphilis a.    Skrining wanita berisiko tinggi b.   Mengobati pasien yang terinfeksi Tuberkulosis a.   Skrining wanita berisiko tinggi b.   Memperlakukan wanita dengan penyakit aktif dan laten sebelum kehamilan Imunisasi Hepatitis B a.   Memvaksinasi semua wanita berisiko tinggi sebelum kehamilan b.   Pencegahan penularan vertikal Influensa Memvaksinasi semua wanita yang akan hamil selama musim flu dan wanita yang berisiko komplikasi terkait influenza Campak, gondok, rubella a.   Skrining untuk kekebalan b.   Memvaksinasi semua wanita untuk kekebalan tubuh wanita yang tidak hamil c.   Menasihati pasien untuk menghindari kehamilan selama tiga bulan setelah vaksinasi Tetanus, difteri, pertusis a.    Vaksinasi tetanus dapat melindungi terhadap tetanus neonatal b.   Vaksinasi dengan Tdap selama kehamilan (waktu optimal adalah usia kehamilan 27-36 minggu) untuk mengurangi risiko pertusis neonatal Varicella a.   Skrining untuk kekebalan b.   Memvaksinasi semua wanita untuk kekebalan tubuh wanita yang tidak hamil a.   Menasihati pasien untuk menghindari kehamilan selama satu bulan setelah vaksinasi Ket : Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, and acellular pertussis.



8



BAB III PEMERIKSAAN TAMBAHAN UNTUK FERTILITAS 3.1 Penilaian hasil pemeriksaan semen A. Bahasan: penilaian hasil pemeriksaan semen B. Menyiapkan klien yang akan dilakukan analisis semen: 1. Pengertian: menyiapkan klien yang akan dilakukan pemeriksaan sperma suami untuk mengetahui fisik air mani jumlah sperma dan mutunya 2. Tujuan titik2 agar klien dapat mengeluarkan semen atau air mani untuk pemeriksaan 3. Prosedur: a. Persiapan alat: a) Botol untuk penampungan sperma yang akan diberi kertas etiket berisi tanggal, nama pasutri, jam keluar sperma b) Formulir tindakan pemeriksaan c) Buku gambar untuk mempermudah ejakulasi d) Tisu e) Tas plastik untuk membawa hasil b. Persiapan klien a) Abstinensia minimal 3 hari maksimal 5 hari b) Buat perjanjian minimum satu hari sebelumnya c) pemeriksaan dilakukan pada hari kerja dan jam kerja d) membawa surat pengantar dari dokter e) membersihkan kemaluan dengan sabun terlebih dahulu c. Pelaksanaan: a) mengkaji kembali lamanya up finansial dan dicatat pada formulir b) menjelaskan kepada klien cara pengeluaran sperma atau semen c) menjelaskan pada klien cara mengeluarkan sperma atau semen sebaiknya masturbasi dan boleh dibantu istri sesuai petunjuk d) menjelaskan cara menampung sperma: sebelum sperma keluar botol sudah terbuka e) suami mengeluarkan sperma di kamar yang disediakan khusus f) botol yang berisi sperma segera diserahkan kepada perawat dan dicatat jam keluarnya, bila ada yang tumpah dilaporkan g) botol segera dibawa ke lab khusus pemeriksaan semen d. Hal-hal yang perlu diperhatikan:



a) suami mengeluarkan sperma di kamar khusus b) cara pengeluaran sperma sebaiknya masturbasi, boleh dibantu istri c) botol sudah harus terbuka sebelum mengeluarkan sperma d) dikeluarkan dengan hati-hati agar tidak tumpah e) hasil pemeriksaan selesai 2 hari langsung dimasukkan ke file client 3.2 PEMERIKSAAN MUCUS SERVIKS DAN TEST FERN Pemeriksaan mucus serviks A. bahasan: pemeriksaan mucus serviks. B. menyiapkan klien yang akan dilakukan uji mucus serviks: 1. pengertian: Pemeriksaan lendir serviks yang diambil dari mulut serviks dengan menggunakan spuit 1 cc 2.



tujuan: a) Untuk mengetahui secara tidak langsung kadar relatif hormon estrogen dan hormon progesteron dalam darah pada siklus haid yang terjadi secara spontan. b)



untuk mengetahui respon saluran leher rahim terhadap rangsangan hormon Hormon tersebut dalam memproduksi lendir.



c) untuk mengetahui adanya peradangan atau infeksi pada pada rahim. 3. Prosedur: A. persiapan alat: a) speculum cocor bebek b) lidi speculum c) lampu sorot dan lampu spiritus d) spuit tuberculin e) objek glas, dek gals f) kertas ph meter g) korek api h) formulir tindakan B. persiapan klien: a) klien diberi penjelasan tentang prosedur dan tujuan pemeriksaan b) klien dimita dating pada 2-3 hari sebelum terjadinya suhu basal nadir dan 1-3 hari sesudah terjadinya basal nadir atau lebih kurang pda hari ke 12 haid c) klien diminta melepaskan celana dalam 10



d) klien naik kemeja ginekolog dengan posisi litotomi C. Pelaksanaan: a) Bidan atau perawat cuci tangan dan alat-alat didekatkan. b) Menyalakan lampu sorot. c) Menyiapkan spekulum titik mendampingi dokter saat melakukan tindakan d) berikan spuid 1 cc kepada dokter untuk mengambil slim. e) Slim dioleskan di objek glass dan dilihat kekentalannya f) ditutup dengan dek lass. g) Sebagian sisa slim dioleskan di kertas PH meter. h) Mengukur asam atau basa dan lendir serviks dengan memakai PH meter. i) Selesai pemeriksaan lampu sorot dimatikan dan klien diminta turun. j) Pemeriksaan preparat dilanjutkan dengan dibakar menggunakan korek api. k) Preparat dilihat di bawah mikroskop jika terlihat seperti kipas bercabang banyak menandakan bahwa slim baik. l) Bidan atau perawat cuci tangan. Membuat formulir pemeriksaan uji mucus serviks D. Hal-hal yang perlu diperhatikan: a) Uji mucus serviks dilakukan sebelum senggama b) penjelasan suhu basal nadir dilakukan sebelum tindakan yaitu dilakukan pada hari kelima haid selama haid berikutnya waktu melakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur menggunakan termometer oral dibawah lidah selama 5 menit kemudian hasilnya dicatat. Grafik nadir suhu menurun dan kemudian meningkat pada saat meningkat disebut suhu nadir dan biasanya terjadi ovulasi. 3.3 UJI PASCA COITUS a. Bahasan tentang uji pasca coitus, mendapatkan bahan uji, penyiapan dan menilai slide. b. Menyiapkan klien yang akan dilakukan uji pasca senggama: 1) pengertian Menyiapkan klien yang akan dilakukan pemeriksaan spermatozoa di dalam lendir serviks. Menilai kemampuan 2) tujuan Menyiapkan klien yang akan dilakukan pemeriksaan spermatozoa di dalam mandiri serviks 3) prosedur



a) persiapan alat: 



Spekulum cocor bebek.







Lampu sorot.







spuit tuberculin







lidi kapas







kain basah







objek glass dan glass.







Kertas PH meter







mikroskop.



b) persiapan klien 



Pasutri datang pada waktu yang telah ditentukan setelah melakukan senggama 6 sampai 12 jam sebelumnya.







Setelah melakukan senggama istri tidak boleh membersihkan vagina hingga ke bagian dalam vagina.



c) pelaksanaan 



Klien diminta melepaskan celana dalam







klien dinaikkan kemeja ginekologis dengan posisi litotomi.







Lampu sorot dinyalakan titik asistensi saat dokter melakukan tindakan







lendir serviks diambil dengan spuit tuberkulin diperhatikan normal atau tidak







diletakkan di atas objek glass ditutup dengan deglass.







Sisanya digunakan untuk mengukur asam basa dengan menggunakan kertas PH







client dipersilahkan turun







lendir serviks dilihat di bawah mikroskop untuk melihat spermatozoa yang hidup dan mati serta jumlahnya.







Pasutri diizinkan untuk melihat hasil spermatozoa dan dijelaskan



d) Hal-hal yang perlu diperhatikan: penjelasan tentang rencana tindakan selanjutnya.



12



BAB IV MENILAI HASIL PEMERIKSAAN DARAH RUTIN IRINE RUTIN, TORCH, HEPATITIS, HIV-AIDS, TBC, DAN MALARIA. 2.1 Tujuan Pemeriksaan Darah Rutin Pemeriksaan darah rutin akan memberikan hasil kadar hemoglobin, jumlah eritrosit/ sel darah merah, jumlah leukosit/ sel darah putih, hematokrit (perbandingan jumlah sel darah merah dengan volume darah keseluruhan), jumlah trombosit, dan hitung jenis leukosit. 2.2 Pemeriksaan Darah Rutin Pemeriksaan darah rutin antara lain adalah uji kadar hemoglobin; jumlah eritrosit, leukosit, trombosit, nilai hematokrit, laju endap darah disingkat LED dan menentukan indeks eritrosit (Verbrugge & Huisman, 2015). Darah merupakan alat transportasi atau alat pengangkutan yang paling utama dalam tubuh kita. 2.3 Pemeriksaan HIV-AIDS Berikut ini adalah beberapa jenis tes untuk mendeteksi HIV: 1. Tes Antibodi Tes ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan antibodi dalam darah sebagai respons tubuh untuk melawan infeksi HIV. Hasil tes antibodi bisa langsung diketahui dalam waktu singkat, yaitu sekitar 30 menit. Namun, tes antibodi bisa saja menunjukkan hasil negatif meski orang yang menjalani tes sebenarnya telah terinfeksi virus HIV. Hal ini karena diperlukan waktu sekitar 3–12 minggu bagi seseorang yang terpapar virus agar jumlah antibodi dalam tubuhnya cukup tinggi dan dapat terdeteksi saat pemeriksaan. 2. Tes kombinasi antibodi-antigen Tes kombinasi ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi dan antigen HIV dalam darah yang dikenal dengan antigen p24. Antigen p24 umumnya diproduksi tubuh dalam waktu 2–6 minggu setelah terpapar virus HIV. Dengan mengidentifikasi antigen p24, keberadaan virus HIV pun dapat terdeteksi sejak dini, sehingga pengobatan dan pencegahan penyebaran HIV dapat dilakukan dengan lebih cepat. 3. Tes NAT



Nucleic acid testing (NAT) atau tes asam nukleat dapat mendeteksi keberadaan virus HIV dalam darah dengan cepat, yaitu dalam waktu 10–33 hari setelah seseorang terinfeksi virus ini. Sayangnya, pemeriksaan jenis ini tergolong mahal dan tidak rutin dilakukan sebagai tes skrining HIV, kecuali jika seseorang berisiko tinggi terpapar HIV atau menunjukkan gejala awal infeksi HIV. 4. Tes VCT 5. VCT (voluntary counseling and testing) merupakan program tes dan konseling HIV yang dilakukan secara sukarela. Layanan ini tidak hanya bertujuan untuk mendeteksi virus, tetapi juga merawat dan mengobati penderita HIV. 6. VCT diawali dengan sesi konseling oleh dokter atau konselor. Saat konseling, Anda akan diberi pertanyaan dan informasi terkait HIV/AIDS. Selanjutnya, konselor akan meminta persetujuan tertulis (informed consent) sebelum melakukan tes deteksi HIV. 2.4 TBC dan Malaria TBC atau Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan adanya kuman Mycobacterium Tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan. TBC menjadi penyakit infeksi yang menular, juga dapat menyerang organ tubuh, terutama paru-paru, untuk itu perlu penanganan serius. Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah masalah kesehatan terbesar di dunia setelah HIV. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) di Indonesia kasus TBC mencapai angka 1.000.000 kasus. Sedangkan, jumlah kematian akibat penyakit ini diperkirakan mencapai 110.000 kasus per tahun. Pengobatan TBC harus tepat dan cepat, karena kuman-kuman TBC akan menjadi kebal terhadap pengobatan biasanya disebut Tuberculosis Multi-drug Resistant (TB MDR) atau Tuberculosis Extensively-drug Resistand (TB XDR). Adapun success rate pengobatan penyakit ini di Indonesia mencapai 90 persen pasien TB, yang berarti 90 pesen pasien penderita Tuberkulosis yang diobati dapat disembuhkan. Malaria adalah penyakit infeksi menular yang menyebar melalui gigitan nyamuk. Penderita malaria akan mengeluhkan gejala demam dan menggigil. Walaupun mudah menular melalui gigitan nyamuk, malaria bisa sembuh secara total bila ditangani dengan tepat. Namun jika tidak ditangani, penyakit ini bisa berakibat fatal dari menyebabkan anemia berat, gagal ginjal, hingga kematian. 14



BAB V EVIDANCE BASED TERKAIT ASUHAN PRANIKAH



5.1 Evidance Based Pranikah Evidance Based Praktik Kebidanan Definisi Evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris) maka evidence Base dapat diartikan sebagai berikut Evidence adalah Bukti atau fakta dan Based adalah Dasar. Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti.



5.2 Mengaplikasikan evidance based prankah a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa pranikah. b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar. c. Menyusun rencana tindakan/layanan sebagai prioritas mendasar bersama klien. d. Melaksanakan tindakan/layanan sesuai dengan rencana. e. Mengevaluasi hasil tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien. f. Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien. g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan. Mengingat manfaat dan pentingnya konseling pranikah untuk keutuhan dan kebahagiaan pernikahan, suatu program konseling pranikah bagi pasangan yang sudah berencana menikah yang bertujuan untuk: 1. Memberikan pengetahuan mengenai kehidupan pernikahan, 2. Meningkatkan kesepakatan pasangan mengenai isu-isu penting dalam pernikahan, dan 3. Mengenal pasangan lebih dalam sebagai bagian dari keluarga besarnya.



BAB VI FERTILITAS DAN INFERTILITAS 6.1 Pengertian fertilitas Fertilitas adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan bayi hidup dari suami yang mampu menghamilinya 6.2 faktor – faktor yang mempengaruhi fertilitas 1. Pertemuan atau penyatuan sel sperma dengan sel telur. 2. Proses pertemuan antara ovum dan sperma yang terjadi dalam ampula 1/3 bagian luar tuba falopi setelah proses ovulasi. 3. Suatu peristiwa penyatuan antara sel sperma dengan sel telur ovum di ampula tuba Fallopi (12 - 24 jam setelah ovulasi) 4. proses bersatunya kromosom dari gamet laki-laki dan perempuan untuk membentuk materi genetik dan individu baru 5. proses ini meliputi penetrasi spermatozoa kedalam ovum dan perkembangan dari laki-laki dan perempuan dan penyatuan kromosom kromosom nya 6.3 pengertian infertilitas Infertilitas adalah kemandulan atau mandul, hilangnya kemampuan untuk hamil setelah menikah minimal setahun, infertilitas diartikan sebagai ketidakmampuan memiliki anak setelah 12 bulan menikah tanpa adanya usaha menghalangi kehamilan. Infertilitas primer adalah tidak bisa hamil 6.4 Faktor yang mempengaruhi infertilitas Infertilitas pada wanita disebabkan oleh banyak faktor seperti usia, pekerjaan, olahraga, stress, merokok, status gizi, gangguan ovulasi, gangguan tuba dan pelvis, dan lain-lain. 6.5 Paktor penyebab fertilitas faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor demografi dan faktor non-demografi. Faktor demografi diantaranya adalah struktur umur, struktur perkawinan, umur kawin pertama, paritas, disrupsi perkawinan, dan proporsi yang kawin. Sedangkan faktor non-demografi antara lain



16



keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status perempuan, urbanisasi dan industrialisasi.



BAB VII PERSIAPAN DAN PERENCANAAN KEHAMILAN 7.1 Cara mempersiapkan kehamilan dengan baik Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan berdampak positif pada kondisi janin dan adaptasi fisik dan psikologis ibu pada kehamilan menjadi lebih baik Boente et al (2014) merekomendasikan bahwa perlunya perubahan paradigma pelayanan kesehatan menitikberatkan pada persiapan pada masa pra konsepsi untuk menskrinning pasangan yang telah siap menjadi orang tua potensial dengan pasangan yang belum iap menjadi orang tua. 1. Kesadaran akan tanggung jawab moral ini akan membuat para pasangan akan lebih bertanggung jawab untuk menyiapkan dan merencanakan sebelu kehamilan terjadi sehingga saat kehamilan terjadi kondisi pasangan tersebut lebih siap secara fisik, mental sosial dan ekonomi 2. Sangatlah penting menyiapkan kehamilan terutama dalam hal menyiapkan kesehatannya, khususnya terkait nutrisi, olahraga, kebiasaan yang dapat menganggu kehamilan missal merokok, minum-minuman keras, polusi lingkungan mengurangi stress. 7.2 Tujuan mempersiapkan kehamilan dengan baik 1. untuk menskrinning pasangan yang telah siap menjadi orang tua potensial dengan pasangan yang belum iap menjadi orang tua. 2. untuk mencegah malnutrisi, menyiapkan tubuh pada perubahan – perubahan pada saat hamil, mengurangi stress dan mencegah obesitas, mengurangi risiko keguguran, persalinan premature, berat bayi lahir rendah dan kematian janin mendadak, dan mencegah efek dari kondisi kesehatan yang bermasalah pada saat kehamilan (Chandranipapongse & Koren 2013)



BAB IX PSIKOLOGI PEREMPUAN DAN KELUARGA DALAM PERSIAPAN KEHAMILAN 9.1 Mengkaji psikologis perkembangan perempuan Untuk memahami psikologi perempuan secara komprehensif, terlebih dahulu perlu memahami karakteristik fisiologis mereka yang mengandung perbedaan dan persamaan dengan laki-laki. Perlakuan yang berbeda dan ketidak-adilan yang diterima perempuan selalu berpangkal dari perbedaan secara anatomis fisiologis antara perempuan dan lakilaki. Dengan demikian psikologi perempuan juga didefinisikan sebagai suatu studi yang mencakup semua masalah psikologis yang berkaitan dengan perempuan serta pengalamannya 9.2 Memahami psikologis perempuan dalam persiapan kehamilan Masa kehamilan adalah Masa bertemunya dua buah sel dalam tubuh manusia yaitu sperma dan ovum. Pada saat ibu hamil terjadi perubahaan adaptasi psikologi dalam kehamilan. Adaptasi individu dan keluarga terhadap kehamilan. a. Adaptasi Psikologis Dalam Kehamilan Adaptasi individu dan keluarga terhadap kehamilan 1. Kehamilan sebagai suatu krisis a. Utamanya pada kehamilan pertama. b. Perubahan dalam waktu singkat. c. Kadang kopingnya tidak tepat. 2. Kehamilan sebagai suatu stressor. a. Pertimbangan psiko-sosial terganggu. b. Perubahan yang jelas dalam pengalaman perilaku menjadi orang tua in adekuat. c. Rutinitas dalam keluarga terganggu. d. Mobilitas terganggu 18



3. Kehamilan sebagai suatu perubahan peran



BAB X KAJIAN PSIKOLOGIS TENTANG PERKEMBANGAN PEREMPUAN DAN KELUARGA DALAM PERSIAPAN KEHAMILAN SEHAT 10.1



Mengkaji psikologis perkembangan perempuan dan Memahami psikologis perempuan dalam persiapan kehamilan sehat Kehamilan adalah masa transisi dalam kehidupan perempuan. Pada saat persiapan kehamilan, ada perubahan fisiologis dan psikologis. Ada banyak alasan mengapa wanita jatuh cemas dan khawatir. Kehamilan menunjukkan bahwa setiap trimester kehamilan dapat memicu beberapa kekhawatiran pada wanita hamil. Beberapa penelitian menemukan tingkat kekhawatiran yang meningkat pada trimester pertama dan ketiga kehamilan. Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan. Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan berdampak positif pada kondisi janin dan adaptasi fisik dan psikologis ibu pada kehamilan menjadi lebih baik Mempromosikan kesehatan keluarga prakonsepsi merupakan strategi yang penting untuk meningkatkan kualitas anak yang akan dilahirkan sekaligus dapat membantu pada upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Situasi ini didapatkan bahwa faktor risiko yang diketahui yang merugikan ibu dan bayi yang mungkin bisa terjadi sebelum kehamilan harus ditangani. Konseling prakonsepsi adalah komponen penting dalam pelayanan kesehatan pra konsepsi. Melalui konseling, pemberi pelayanan mendidik dan merekomendasikan strategi-strategi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan janin. Pada masa persiapan kehamilan dan selama masa kehamilan maka perempuan akan mengalami perubahan-perubahan psikologis baik perubahan positif maupun negatif. Untuk itu, perempuan dalam persiapan kehamilan



membutuhkan dukungan psikososial dari orang-orang terdekat yang berada di lingkungannya termasuk dukungan dari suami maupun keluarganya. Kondisi stress dan cemas hampir meliputi semua perempuan saat mempersiapkan kehamilannya, lebih-lebih pada kehamilan pertama dimana individu sama sekali kurang mengerti perubahan-perubahan yang baru terjadi. Secara umum dukungan psikososial dapat menurunkan tingkat stress dan bahkan dapat menjaga kesehatan mental yang bersangkutan. Dukungan psikososial, sangat membantu dalam menjaga atau mengontrol kondisi emosional, terdapat tiga fungsi dari dukungan psikososial yang disebut sebagai healthsustaining. Kesadaran akan tanggung jawab akan membuat para pasangan akan lebih bertanggung jawab untuk menyiapkan dan merencanakan sebelum kehamilan terjadi sehingga saat kehamilan terjadi kondisi pasangan tersebut lebih siap secara fisik, mental, sosial dan ekonomi. Kesiapan ini akan berdampak pada pola pengasuhan anak yang lebih bertanggung jawab. Dari penelitian Juli Oktalia dan Herizasyam mengemukakan bahwa pada saat kesiapan ibu dalam menghadapi kehamilan sangat bermanfaat untuk mencegah malnutrisi, menyiapkan tubuh pada perubahan – perubahan pada saat hamil, mengurangi stress, cemas dan rasa khawatir pada ibu, dapat menerima kehamilannya, membina hubungan dengan janin, menyesuaikan perubahan fisik, menyesuaikan perubahan hubungan suami istri, persiapan melahirkan dan menjadi orang tua, mencegah obesitas, mengurangi risiko keguguran, persalinan premature, berat bayi lahir rendah dan kematian janin mendadak, dan mencegah efek dari kondisi kesehatan yang bermasalah pada saat kehamilan.



20



BAB XI PERSIAPAN SEORANG AYAH DALAM PERSIAPAN MENJADI ORANG TUA 11.1



Cara melakukan pengkajian psikologis dan cara menyiapkan



psikologis ayah menjadi orang tua Psikologis Seorang Ayah Saat istri sedang hamil atau melahirkan, suami ikut merasakan sakit, secara psikologis ini adalah fakta. Beberapa psikolog berpendapat, perubahan psikologis tidak hanya dialami oleh istri yang sedang hamil, akan tetapi suami juga merasakan hal yang sama. Lalu sebenarnya apa yang terjadi pada suami saat istrinya sedang hamil.



1. Cououdave syndrome. Seorang suami merasakan mual, sakit pinggangdan berat badanpun bertambah, bahkan bisa terjadi nyidam juga. Padahal yang hamil adalah istrinya sedangkan suaminya tidak. Mungkin ini disebakan karena adanya rasa bahagia akan menjadi calon ayah, sekaligus rasa simpati suami terhadap istri yang mengalami masa masa sulit kehamilan. Robin Elise Weiss, BA, LCEE seorang peneliti kesehatan menyebutkannya dengan “Kehamilan Simpatik”.



2. Adanya rasa bangga yang berlebihan. Jika istrinya hamil, suami biasanya merasa senang, bangga dan merasa dirinya sebagai pria utuh. Suami sangat bangga karena istrinya mengandung benih yang diberikannya.



3. Adanya rasa bangga karena akan memiliki serang keturunan. 4. Timbulnya rasa cemas. Karena kehamilan istrinya, suami diharapkanadanya ketidakpastian kondisi janin yang masih dalam kandungan apakah akan terlahir sehat atau tidak? apakah akan lancar atau sulit? atau masalah lain yang mencakup biaya?.



5. Munculya perasaan kesal kerap ditahan.



Mungkin suatu ketika suami merasa kesal saat menghadapi permintaan istri yang tidak biasanya atau istri yang lebih suka marah-marah pada hal yang sepele. Menghadapi ketidak stabilan emosi istri yang sedang hamil bukan perkara mudah. Namun, sebagai seorang suami yang bertanggung jawab dan sayang terhadap keluarga menurutnya harus lebih bersabar. Fenomena yang kerap dialami oleh calon ayah. Bahkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2005 silam, membuktikan bahwa 90% suami merasakan gejala yang sama, paling tidak satu, saat istrinya sedang hamil. Anehnya ibu hamil sendiri tidak merasakan gejalagejala tidak menyenangkan tersebut. Bahkan ia tidak merasakan perubahan apaapa selain membesarnya perut dan bertambahnya berat badan inilah yang sering dibilang orang “suami sakit, istri ngebo”. Memang ada yang demikian. Jadi bukan karena apa-apa, memeng gejala kehamilan itusendiri setiap orang tidaklah sama yang dialaminya. Setiap ibu hamil berbedabeda yang dialaminya, ini tergantung kondisi ibu, kandungan dan kesehatan ibu. Dalam sebuah jurnal ilmiah, gejala ini merupakan sebuah konsekuensi dari perasaan iri yang muncul pada pria, terhadap kemampuan prokreatif yang terjadi pada wanita, sementara penjelasan lainmenyabutkan bahwa sindrom cauvade dilanda karena seorng calon ayah dilanda cemas akan perubahan hidup yang akan dialaminya. Perasaan cemas ini mendorong pria untuk mencari kenyamanan yaitu dengan makan lebih banyak sehingga berat badannya ikut meningkat. Nah saat bertambahnya berat badan inilah membuat jaringan lemak meningkat danakan mengubah testoteron menjadi estrogen. Meningkatan kadar estrogen ini membuat terjadinya mood swing dan rasa mual ( morning sickness ). Lalu bagaimana mengatasi rasa morning sickness pada suami? cobalah melakukan olahraga berdua dipagi hari, lakukan relaksasi dengan cara pijat atau melakukan aktifitas lainnya yang membuat anda merasa releks. 



22



5



BAB XII SKRINING PRAKONSEPSI



12.1



Cara Melakukan Skrining Prakonsepsi Skrining prakonsepsi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk mengetahui risiko



medis, perilaku, dan kondisi sosial kesehatan seorang perempuan atau luaran kehamilan melalui cara-cara tertentu secara medis. Pelayanan skrining



prakonsepsi biasanya



terdiri



dari



pemeriksaan



fisik,



pemeriksaan psikologis, pemberian konseling gizi dan pemberian imunisasi Tetanus Toxoid



24



BAB XIII KONSELING PERSIAPAN KEHAMILAN



13.1



Tujuan konseling persiapan kehamilan



Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan pasangannya berada dalam status kesehatan fisik dan emosional yang optimal saat dimulainya kehamilan. Tujuan lainnya adalah memberikan serangkaian pilihan yang mungkin tidak tersedia saat kehamilan dikonfirmasikan kepada calon orang tua. Meskipun kehamilan bagi beberapa pasangan mungkin tidak direncanakan, mayoritas pasangan yang memang merencanakan kehamilan dapat memperoleh manfaat dari asuhan prakonsepsi, baik bagi mereka yang hanya ingin memberikan yang terbaik bagi bayinya maupun sebagai upaya mengurangi kondisi yang dapat membahayakan kehamilan.



13.2



Cara melakukan konseling persiapan kehamilan



Langkah- langkah yang dilakukan dalam Pra Konsepsi 1. Melakukan medical chek up sebelum terjadi konsepsi, sehingga tenaga kesehatan dapat menilai keadaan kesehatan perempuan dan mengidentifikasi faktor resikonya. 2. Pemeriksan laboratorium rutin. Pemeriksaan laboratorium rutin artinya bahwa pemeriksaan ini dilakukan pada setiap wanita yang akan hamil antara lain : pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, titer virus Rubella, hepatitis B, pap smear, clamidia, HIV, dan GO. 3. Pemberian imunisasi sebelum konsepsi 4. Usahakan BB ideal karena underweight dan overweight merupakan penyebab banyak masalah dalam kehamilan. 5. Identifikasi riwayat kesehatan keluarga ( kesulitan dalam kehamilan, persalinan, nifas maupun kecacatan ) 6. Anjurkan untuk melakukan gaya hidup sehat sebelum terjadinya konsepsi ( olah raga, hindari minum alcohol, merokok atau penggunaan obat-obat terlarang/ hentikan bila ibu sudah terbiasa ) 7. Identifikasi masalah kesehatan ( DM, epilepsy,hipertensi dll ), berikan penanganan dan observasi sebelum terjadi konsepsi. 8. Diet makanan bergizi seimbang. Jangan makan makanan setengah matang, dan yang mengandung kotoran kucing karena dapat menyebabkan toxoplasmosis yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin. 9. Membersihkan lingkungan dari bahan kimia.



BAB XIV JARAK IDEAL ANTAR KEHAMILAN 14.1 Tujuan membuat jarak kehamilan dan Pentingnya membuat jarak kehamilan 1. Menjaga kesehatan orang tua setelah melahirkan Setelah melahirkan, kesehatan seorang ibu belum sepenuhnya pulih. Kondisinya masih lemah dan belum sekuat dulu, bahkan hingga beberapa bulan setelah melahirkan. Begitu pula dengan kesehatan ayah yang kerap terjaga menemani sang ibu. Seorang ibu dianjurkan untuk hamil kembali pada dua tahun kemudian sehingga tidak perlu buru-buru untuk menambah anak. 2. Mengurangi risiko penyakit Jarak kelahiran yang terlalu dekat juga bisa menimbulkan resiko penyakit bagi para ibu. Mereka bisa kekurangan zat besi yang menyebabkan anemia pada kehamilan selanjutnya. Sistem kardiovaskular ibu juga dipengaruhi oleh jarak kelahiran. Selain itu, bayi belum tentu mendapat nutrisi optimal jika lahirnya berdekatan. 3. Mendekatkan hubungan orang tua dan anak Usia anak yang terlalu dekat jaraknya sering membuat orang tua susah membagi perhatian. Belum selesai mengurus si sulung, kita sudah harus sigap mengurus keperluan si bungsu. Akibatnya, anak bisa merasa terasing dari keluarganya. Hubungan antara kedua anak juga bisa memiliki dampak rasa iri dan saling cemburu. 4. Mempersiapkan urusan finansial Tarif hidup orang Indonesia semakin lama meningkat. Sebagai orang tua, kita   tentu ingin anak mendapat fasilitas terbaik. Mengatur jarak kelahiran bisa membuat kita lebih siap dalam mencari serta mengumpulkan urusan finansial untuk keluarga. Ini membuat kita tidak merasa dikejar waktu dan menjadi stress terhadap masa depan anak



26



BAB XV EVIDENCE BASED TERKAIT ASUHAN PRAKONSEPSI 15.1 Mengkaji evidance based asuhan prakonsepsi Evidence Based Prakonsepsi Beberapa contoh Evidence Based pada Asuhan Kebidanan Prakonsepsi : •



Melakukan Persiapan dan Perencanaan Kehamilan







Melakukan Skrining Prakonsepsi







Mengatur Jarak Kehamilan



DAFTAR PUSTAKA



ADHS. (2010). Arizona Preconception Health Strategic Plan 2011-2014. 11 Agustus 2015. Diambil dari: http/www.azdhs.gov/phs/publicat/htm. Atrash H, Jack BW, Johnson K. Preconception care: A 2008 update. Obstetrics and Gynecology. 2013 [11 Agustus 2015]; 20:1-9. Tersedia dari URL: http://www.researchgate.net/publication/23456347 Badriah, DL. (2011). Gizi dalam kesehatan reproduksi. Bandung: Refika Aditama Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA. Systematic Review of Preconception Risks and Interventions . Diambil dari [email protected] Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA. Preconception care: nutritional risks and interventions. Reproductive Health . 2014 [ diunduh 12 agustus 2015];11(Suppl 3):S3. Tersedia dari URL: http://www.reproductive-health-journal.com/content/11/S3/S3 Dunlop LA, MD, MPH, Jack B, MD, Frey K, MD, MBA. National Recommendations for Preconception Care: The Essential Role of the Family Physician. The Role of the Family Physician in Preconception Care. Jan-Feb 2007 [diunduh 11 Agustus 2015]; 20(1). Tersedia dari URL: http://www.jabfm.org Farahi N, MD, Zolotor A, MD, DrPH. Recommendations for Preconception Care. American Family Physician. 2013 [diunduh 12 Agustus 2015]; 76(3). Tersedia dari URL: www.aafp.org/afp Michael C. LU, MD, MPH, Geffen D. Recommendations for Preconception Care. American Family Physician. 2007 [diunduh 12 Agustus 2015]; 76(3). Tersedia dari URL: www.aafp.org/afp Varney, H. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC Wulandari D. 2009. Komunikasi dan konseling dalam praktik kebidanan. Nuha. Medica. Yogyakarta



28