Mohammad Alvin Arrasy - Modul 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

JURNAL PRAKTIKUM FITOKIMIA Ekstraksi Metabolit Sekunder dari Simplisia Tumbuhan Obat



Asisten Laboratorium:



Mohammad Alvin Arrasy Kelompok 1 Hari/Tanggal Praktikum:



Hasna Siti Munifa Isman Lika Ginanti Febriana 260110190033 Selasa, 23 Maret 2021



LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2020/2021



I.



TUJUAN PRAKTIKUM Melakukan penyarian metabolit sekunder dari simplisia tumbuhan obat dengan beberapa metode ekstraksi



II.



TEORI DASAR Ekstraksi adalah proses penarikan senyawa/kandungan kimia yang dapat larut dalam pelarut tertentu sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia (Leba, 2017). Faktor – faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi antara lain adalah ukuran bahan, suhu ekstraksi dan pelarut yang dipilih. Semakin kecil ukuran bahan maka akan memperluas permukaan bahan dan akan mempercepat proses ekstraksi karena akan mempercepat penetrasi pelarut ke dalam bahan yang akan diekstrak. Maka dari itu, perlu dilakukan pengecilan ukuran bahan. Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, namun perlu diperhatikan mengenai kestabilan zat tersebut dalam panas. Dilihat apakah senyawa tersebut termostabil atau termolabil (Tambun dkk, 2016). Berdasarkan suhu yang digunakan ekstraksi dibagi menjadi dua. Pembagian ini dilakukan karena ada senyawa yang termostabil dan termostabil. Berdasarkan suhunya ekstraksi dibagi menjadi cara panas dan cara digin. Cara panas merupakan ekstraksi yang menggunakan suhu tinggi dan digunakan pada senyawa senyawa yang termostabil. Cara panas terdiri dari infusa, dekoktasi, dan soxhletasi. Sedangkan cara dingin merupakan ekstraksi dengan suhu yang lebih rendah dan dapat digunakan untuk senyawa termostabil maupun termolabil. Metode ekstraksi cara dingin dapat dilakukan dengan maserasi dan perkolasi (Najib, 2018). Metode maserai merupakan metode ekstrasi tanpa menggunakan pemanasana atau dengan pemanasan rendah. Pada metode ini dilakukan proses perendaman bahan dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diekstraksi. Kelebihan dari metode maserasi ini adalah prosedur dan peralatan yang akan digunakan sederhana, dan zat aktif yang akan



diekstrak tidak akan mengalami kerusakan karena pemanasan. Namun ekstraksi dengan metode maserasi memiliki kekurangan yaitu pada proses ektraksi nya akan kurang sempurna dikarenakan zat aktif yang akan diambil kurang terlarut dengan sempurna dalam pelarut (Chairunnisa dkk, 2019). Pada proses maserasi terjadi pemecahan dinding sel dan membrane sel yang disebabkan oleh perbedaan tekanan didalam dan di luar sel. Sehingga metabolit sekunder yang ada di dalam sitoplasma akan pecah dan ditarik oleh pelarut yang digunakan pada ekstraksi (Novitasari dan Putri, 2016). III. ALAT DAN BAHAN 3.1.



Alat a. Bejana KLT



b. Cawan Penguap



c. Maserator



d. Penangas Air



e. Rotary Evaporator



f. Silica Gel 60 F254



g. Spatula



h. Spektrofotometer Uv-vis



3.2.



Bahan a. Asam format P



e. Kloroform P



b. Aseton P



f. Kuersetin baku



c. Etanol P



g. Simplisia daun jambu



d. H2SO4



IV.



biji



PROSEDUR KERJA 4.1.



Ekstraksi dengan Maserasi Simplisia daun Jambu biji (dirajang) -



Ditambahkan 2 kg simplisia Ditambahkan 1 L Etanol ke dalam maserator Merendam selama 2 x 24 jam Dilakukan proses maserasi sebanyak 2 kali



Maserat -



Disaring



Ekstrak Cair -



Diuapkan dengan rotary evaporator



Ekstrak kental



4.2. Organoleptik Ekstrak



Ekstrak daun jambu biji -



Diperiksa dengan panca indera untuk mendiskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa



Haisl organoleptik ekstrak 4.1.



Rendemen Ekstrak Ekstrak kental -



Ditimbang Diuapkan di atas penangas air dengan suhu 40-50oC



Ekstrak setelah penguapan -



Ditentukan berat ekstrak setelah penguapan Dihitung rendemen ekstrak



Rendemen ekstrak



4.2.



Pola Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak cair -



Ditutulkan pada plat silika gel Dibiarkan beberapa saat hingga pelarut menguap



Plat KLT



-



Dimasukkan ke dalam bejana kromatografi Dibiarkan beberapa saat hingga pelarut menguap Dilakukan pengelusian sampai eluen (Kloroform P-aseton P- asam format P (10:2:1)) mencapai ke garis yang telah ditentukan



Pola kromatografi -



Rf ekstrak



Disemprotkan penampak bercak H2SO4 Diamati dibawah lampu UV 254 dan 366 nm Dihitung Rf setiap bercak yang teramati



V.



HASIL 5.1.



Ekstraksi Simplisia (Miranda Priskila-260110190035) Berdasarkan senyawa target yang akan diisolasi pada simplisia kelompok Anda, jelaskan metode ekstraksi yang dipilih. Jawaban anda harus mencakup hal-hal berikut:



a. Jenis metode ekstraksi b. Cara dingin atau panas? Jelaskan alasannya ! c. Bagaimana cara menentukan jumlah ulangan ekstraksi dari metode ekstraksi yang dipilih d. Jenis pelarut yang digunakan dan alasannya Jawab : Metode ekstraksi yang dipilih adalah maserasi. Karena metode maserasi ini merupakan metode ekstraksi sederhana yang dapat dilakukan  dengan meletakkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam sebuah wadah tertutup. Dalam wadah tersebut serbuk tanaman akan mengalami kontak dengan pelarut dan pelarut akan berpenetrasi ke dalam sel tanaman, dalam jangka waktu tertentu dapat juga dilakukan pengadukan sesekali hingga komponen sampel tumbuhan larut dalam pelarutnya. Prinsip dari metode ini adalah difusi dimana metabolit sekunder di dalam sel tumbuhan akan berpenetrasi ke dalam pelarut (Julianto, 2019)  b. Cara dingin atau panas? Jelaskan alasannya ! Metode maserasi ini merupakan metode dingin alasan dipilihnya ekstraksi dengan metode dingin karena kuersetin merupakan senyawa yang tidak stabil secara termal atau termolabil (Cunico et al, 2020). c) Bagaimana cara menentukan jumlah ulangan ekstraksi dari metode ekstraksi yang dipilih Pada maserasi dapat dilakukan pengulangan proses ekstraksi, pengulangan metode ekstraksi dilakukan berdasarkan kadar metabolit sekunder yang terekstraksi dari sampel. Untuk ekstraksi yang maksimal



biasanya maserasi dilakukan pengulangan sebanyak 3 x 24 jam untuk mendapatkan ekstrak dengan kadar yang maksimal dan pengerjaan yang efisien (Yulianti, 2014). Selain itu proses pengulangan ekstraksi juga dapat diamati dengan warna pelarut yang digunakan. Ketika pelarut terakhir yang digunakan untuk ekstraksi berwarna bening atau tidak ada perubahan warna pada pelarut yang digunakan untuk ekstraksi maka proses pengulangan ekstraksi dapat dihentikan (Permana, 2017). Pengulangan ekstraksi juga dapat ditentukan dengan menggunakan KLT kuersetin dibandingkan dengan baku kuersetin. Ketika dilakukan KLT dan senyawa yang ingin diisolasi (kuersetin) tidak ada lagi maka ekstraksi dapat dihentikan. d) Jenis pelarut yang digunakan dan alasannya Pelarut yang digunakan dalam metode ekstraksi kuersetin adalah etanol. Berdasarkan kelarutannya kuersetin sangat larut dalam metanol dan larut dalam etanol (NCBI,2021). Meskipun kuersetin memiliki kelarutan yang lebih  tinggi dalam metanol dibandingkan dengan etanol tetapi karena sifat toksik dari metanol maka pelarut yang dipilih adalah etanol (Ashurst dan Nappe, 2020) 5.2.



Soxhlet (Jihan Arkha Sania - 260110190036) Soxhlet adalah salah satu instrumen yang digunakan dalam ekstraksi.



a. Berdasarkan video berikut, sebutkan bagian-bagian dari alat soxhlet. https://youtu.be/vB-AJ6iBQPw  Jawab : 



Keterangan : 1. Batu didih  2. Labu alas bulat / labu destilasi : tempat menyimpan pelarut 3. Saluran uap destilasi : saluran penguapan pelarut pada saat proses pemanasan 4. Timble : tempat untuk menaruh sampel yang terbuat dari selulosa 5. Sampel pada timble 6. Sifon atas : sebagai tolak ukur perhitungan siklus, yang mana ketika larutan telah memenuhi sifon, larutan akan terjatuh ke dalam labu alas bulat (satu siklus) 7. Saluran siphon :sebagai jalan keluar larutan dari sifon 8. penyambung/ penghubung : menyambungkan tudung bahan dengan kondensor  9. Kondensor



:



sebagai



pendingin



untuk



mempercepat



proses



pengembunan  10.  Saluran pendingin masuk 11. Saluran pendingin keluar



b. Silahkan menyimak video berikut dan jawab pertanyaan di bawah ini: https://www.youtube.com/watch?v=mLq35x0g46g 



Apa simplisia dan jenis senyawa yang menjadi target isolasi dalam ekstraksi menggunakan soxhlet di video tersebut? Simplisia yang digunakan adalah nutmeg atau biji pala dan jenis senyawa target isolasi adalah trigliserida yaitu senyawa trimiristin. c. Apa yang dimaksud dengan 1 siklus ekstraksi dalam proses ekstraksi menggunakan soxhlet? Jawab : Satu siklus ekstraksi menggunakan soxhlet yaitu siklus yang dimulai dari menguapnya pelarut dalam labu alas bundar lalu terkondensasi hingga memenuhi sifon dan turun kembali ke labu alas bundar. Satu siklus soxhlet berakhir ketika sifon mengeluarkan semua isinya menuju labu alas bundar. d. Apa yang menjadi indikasi proses ekstraksi menggunakan soxhlet sudah selesai? Jawab :  Indikasi proses ekstraksi menggunakan soxhlet ini sudah selesai yaitu ketika pelarut dalam sifonnya berwarna bening tidak berwarna, ini menunjukan bahwa tidak ada lagi senyawa yang dapat diekstraksi. Diindikasikan juga dengan tidak adanya pelarut yang menetes ke dalam labu alas bulat. 5.3.



Refluks (Adnan Aly Al Shofwan-260110190044) Refluks adalah salah satu metode ekstraksi dengan bantuan pemanasan. Silahkan menyimak video berikut dan jawab pertanyaan di bawah ini: https://youtu.be/s4T4p4V3cXc 



a. Tuliskan alat-alat yang diperlukan untuk metode ekstraksi refluks, jelaskan fungsi masing- masingnya (termasuk juga bagian-bagian dari alat refluks).







A. Heating mantle: Untuk memanaskan sampel dalam labu alas bundar







B. Labu alas bundar: Untuk menampung bahan dan pelarut yang digunakan







C. Kondensor: untuk mendinginkan uap panas, kemudian merubahnya menjadi fase air kembali







D. Selang atas: untuk mengeluarkan udara dingin







E. Selang bawah: untuk memasukan udara dingin







F. Magnetic stirrer: untuk mengaduk, memanaskan dan menghomogenkan suatu larutan







G. Clamp: untuk menjepit kondensor



b. Jelaskan syarat metabolit yang bisa diekstraksi dengan cara refluks. Sebutkan contoh senyawa yang bisa diekstraksi menggunakan reflux (minimal 2 senyawa).



Karena reflux merupakan salah satu teknik ekstraksi dengan menggunakan cara panas, maka senyawa yang diekstraksi yang tahan terhadap suhu tinggi (termostabil) Contohnya: 



Piperin (Febriyanti, dkk., 2018) 







Xantorizol (Wahyuni, dkk., 2017)



c. Sebutkan perbedaan ekstraksi dengan soxhlet dibandingkan dengan cara refluks. Perbedaan ekstraksi secara soxhletasi dan refluks adalah terletak pada perlakuan terhadap bahan bakunya. Pada metode soxhletasi, bahan baku dan pelarut dipisahkan dalam tempat yang berbeda. Pada soxhletasi bahan baku dimasukkan ke dalam sebuah tabung soxhlet (thimble), dan pelarutnya disimpan dalam labu ekstraksi. Sedangkan pada metode refluks, bahan baku dan pelarut dicampur bersama di dalam labu alas bundar. Kemudian perbedaan lainnya, pada cara soxhletasi membutuhkan pemanasan yang lebih tinggi dibandingkan metode refluks agar terjadi kontak antara pelarut dan bahan bakunya (Ngatin dan Hulupi, 2014). 5.4.



Penyaringan (filtrasi)



Setelah dilakukan ekstraksi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Silahkan menyimak video metode filtrasi menggunakan corong biasa (gravity filtration) dan filtrasi vakum menggunakan corong Buchner di bawah ini: Filtrasi dengan corong biasa: https://youtu.be/9aHtMYvWu3g    Filtrasi



vakum



menggunakan



corong



Buchner:



https://youtu.be/fFdvEgg1t14  a.



Tuliskan alat-alat yang diperlukan untuk melakukan kedua metode



filtrasi tersebut dan tuliskan prinsip kerja masing-masingnya. 1. Filtrasi dengan corong biasa (gravitation filtration) Alat:  



Corong kaca







Batang pengaduk







Erlenmeyer







Kertas saring







Statif







Pipet tetes



Prinsip : Mengalirkan fluida melalui media berpori atau media filter yang beroperasi pada tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer yang disebabkan oleh adanya gravitasi sehingga disebut juga filtrasi gravitasi. Pada filtrasi ini, cairan akan melewati corong dan turun ke dalam labu erlenmeyer secara gravitasi, sedangkan padatan akan tertahan pada kertas saring. (Pinalia, 2011). 2.



Filtrasi dengan corong buchner (Vaccum filtration) Alat:  



Batang Pengaduk







Corong buchner







Erlenmeyer buchner







Kertas saring







Statif







Alat vakum







Selang vakum







Pipet tetes Prinsip Kerja: Mengalirkan fluida melalui media berpori atau media filter yang beroperasi dengan tekanan atmosfer di sebelah hulu dan vakum di sebelah hilir, sehingga ada prinsip hampa udara, yaitu dengan menyedot udara yang ada di dalam corong menggunakan pompa vakum sehingga tekanan yang ada di dalam lebih kecil dibanding yang ada di luar. (Pinalia, 2011) b.



Sebutkan kekurangan dan kelebihan masing-masing metode filtrasi



di atas (minimal 2). • Filtrasi dengan corong biasa Kelebihan:  1. Proses penyaringan nya sederhana 2. Alatnya sederhana sehingga mudah ditemukan Kekurangan: 1. Membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan filtrat 2. Filtrat yang dihasilkan kurang jernih 3. Kurang baik digunakan untuk pemisahan dalam skala besar • Filtrasi vakum dengan corong Buchner Kelebihan:  1. Waktu yang diperlukan untuk penyaringan lebih cepat karena pelarut atau larutan dan udara dipaksa untuk melalui kertas saring dikarenakan kurangnya tekanan  2. Bisa digunakan untuk pemisahan dalam skala besar 3. Filtrat yang didapatkan lebih jernih  Kekurangan: 1. Tidak bisa digunakan jika produk yang diinginkan adalah cairan dengan titik didih rendah, karena akan mendidih dalam labu vakum



2. Proses penyaringannya tidak lebih sederhana dari filtrasi gravitasi (Pinalia, 2011) c. Berdasarkan jenis simplisia dan metode ekstraksi yang dilakukan oleh masing-masing kelompok, tentukan metode filtrasi yang dipilih. Jelaskan alasannya. Jawaban mencakup hal-hal berikut: a. Jenis simplisia Simplisia yang digunakan adalah Daun jambu biji  b. Metode ekstraksi dan jenis pelarut metode ekstraksi yang dipakai adalah metode ekstraksi maserasi dikarenakan metode ekstraksi maserasi dapat digunakan pada senyawa - senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan, kemudian untuk pelarutnya sendiri itu digunakan etanol dikarenakan metabolit sekundernya dalam hal ini kuersetin larut dalam etanol, dan etanol juga lebih aman dalam metanol. c. Metode filtrasi dan alasannya Metode filtrasi yang dipilih dan dapat digunakan adalah metode filtrasi dengan corong buchner hal ini didasari karena waktu yang diperlukan untuk penyaringan lebih cepat karena pelarut atau larutan dan udara dipaksa untuk melalui kertas saring dikarenakan kurangnya tekanan, bisa digunakan untuk pemisahan dalam skala besar, filtrat yang didapatkan lebih jernih 5.5.



Evaporasi ekstrak (Maziyatunisa Z. – 260110190034) Ekstrak yang diperoleh harus dipekatkan untuk memperoleh ekstrak kental, agar lebih mudah untuk diproses di tahap berikutnya. Alat yang umum digunakan untuk menguapkan pelarut adalah rotary evaporator.



Video singkat tentang cara penggunaan rotary evaporator bisa disimak di link berikut https://youtu.be/YJQGH2n2K44. a. Jelaskan prinsip kerja rotary evaporator Jawab: Prinsip kerja dari alat rotatory evaporator yaitu terjadinya proses penguapan pelarut dibawah titik didihnya. Proses tersebut terjadi karena adanya penurunan tekanan yang menyebabkan pelarut menguap lebih cepat kemudian uap pelarut mengembun dan akhirnya jatuh ke labu penampung, sehingga senyawa yang dipisahkan tidak rusak oleh suhu tinggi (Wardaniati dan Yanti, 2018).   b. Cantumkan skema alat dan tuliskan masing-masing bagian dan jelaskan fungsi dari alat rotary evaporator. Jawab: Fungsi dari alat rotatory evaporator adalah untuk memisahkan suatu senyawa dari pelarutnya dengan cara menguapkan pelarut dibawah titik didihnya sehingga dihasilkan ekstrak pekat dengan kandungan kimia tertentu (Wardaniati dan Yanti, 2018; Reo dkk, 2017).   Skema dan bagian alat Tampilan depan



1. Kondensor berfungsi sebagai pendingin untuk mempercepat pengembunan uap pelarut.  2. Glass stopcock memiliki berbagai fungsi tergantung pada posisinya. 



Gagang glass stopcock menghadap ke depan atau belakang berarti sistem tertutup yang merupakan posisi standar distilasi.







Gagang glass stopcock menghadap ke atas berarti sistem sedang dilepaskan.







Gagang glass stopcock menghadap ke bawah berartipelarut tambahan dapat dimasukkan ke dalam labu evaporasi melalui selang feeding yang tersambung.



3. Feeding pelarut menghubungkan rotary evaporator dengan pompa vakum yang berfungsi untuk mengeluarkan udara di dalam komponen rotary evaporator sehingga tekanannya menjadi tekanan vakum. 3. Catu daya berfungsi sebagai unit penggerak putaran 3. Receiving flask atau labu penampung berfungsi untuk menampung pelarut hasil pengembunan 3. Gagang yang berfungsi untuk mengatur ketinggian labu evaporasi 3. Knop stop vertikal 3. Penyetel rentang pengoperasian vertikal 3. Unit penggerak putaran berfungsi memutar labu evaporasi 3. Combi-clip berfungsi untuk menahan labu evaporasi agar tidak jatuh pada saat diputar 3. Labu evaporasi berfungsi sebagai tempat sampel dan pelarut yang akan dipisahkan 3. Heating bath berfungsi untuk memanaskan sampel dengan suhu yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Bagian-bagian heating bath terdiri dari:



1. Tampilan suhu 2. Indikator proses pemanasan (titik) 3. Power switch untuk menyalakan dan mematikan alat 4. Tombol pengatur suhu 13. Power switch berfungsi untuk menyalakan atau mematikan mesin  



1. Pengontrol kecepatan putaran untuk mengontrol kecepatan putaran labu evaporasi 2. Tuas pengunci sudut pencelupan 3. Tombol pengunci penggerak putaran 4. Combi-clip berfungsi untuk menahan labu evaporasi agar tidak jatuh pada saat diputar



Tampilan belakang



1. Sambungan catu daya 2. Sekring 3. Sambungan vakum untuk menyambungkan selang vakum 4. Sambungan cairan pendingin untuk menyambungkan selang media pendingin 5. Catu daya (BUCHI Labortechnik AG, 2019).   c. Apa indikasi yg menunjukkan alat rotary evaporator bekerja dengan baik? Jawab: Indikasi yang menunjukkan bahwa alat rotatory evaporator bekerja dengan baik yaitu ketika terdapat pelarut yang menetes dari pipa kondensor ke tabung penampung dimana pelarut yang menetes tersebut tidak mengandung sedikitpun senyawa yang akan dipisahkan (Wardaniati dan Yanti, 2018)   *note: supaya ekstrak yang diperoleh setelah penguapan tidak lengket di labu bundar, sebelum terlalu kental ekstrak dipindahkan dari labu bundar ke cawan penguapan dan dilanjutkan penguapannya di waterbath



  5.6.



Uji KLT Ekstrak ( Mohammad Alvin Arrasy - 260110190033) Uji KLT ekstrak daun jambu biji dan ekstrak rimpang kunyit dapat dilihat



di



video



berikut.



https://drive.google.com/file/d/1cgt6-



EqEWrFTgoSczlU1aNp7AvKCaTLj/view?usp=sharing  A. Tuliskan alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan uji KLT Alat: 1. Plat Silika Gel GF 254 2. Chamber Bahan :  1. Pelarut fase gerak 2. Sampel 3. Senyawa Baku Standar B.Tuliskan prosedur uji KLT ekstrak jambu biji secara detail berdasarkan video. Hitung Rf baku kuersetin. 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Memotong plat silika gel sesuai kebutuhan dengan menggunakan cutter dan penggaris supaya plat dapat terpotong rapi 3. Membuat fase gerak daun jambu biji. Fase gerak kuersetin yang digunakan adalah Toluen P: Aseton P: Asam Formiat P dengan perbandingan 6:4:1. 4. Masukkan masing masing pelarut ke dalam gelas ukur yang berbeda dan diukur hingga volume yang dibutuhkan 5. Memasukan pelarut ke dalam chamber 6. Menjenuhkan chamber. Penjenuhan dilakukan dengan memasukan kertas saring Whatman ke dalam chamber dan tunggu hingga kertas saring terbasahi oleh eluen 7. Membuat batas bawah sepanjang 1 cm pada plat KLT untuk menunjukan posisi awal dari totolan dan 0,5 cm dari atas plat KLT



untuk menunjukan batas atas dari elusi. Penandaan batas atas dan batas bawah disarankan menggunakan pensil 8. Menotolkan baku standar dan sampel menggunakan pipa kapiler. Penotolan diusahakan memiliki diameter 1-2 mm karena semakin kecil spot semakin baik. 9. Penotolan tidak boleh terlalu dekat dengan sisi pinggir plat untuk menghindari evaporasi solven dari pinggiran plat. Penotolan sampel juga tidak boleh terlalu dekat dengan standar baku untuk menghindari overlapping spot. 10.



Memasukkan plat KLT ke dalam chamber yang telah dijenuhkan



dan membiarkan terelusi hingga tanda batas atas. 11.



Setelah terelusi, kemudian melihat hasilnya di bawah sinar UV



dengan panjang glombang 254 nm dan 366 nm.



Nilai Rf dari kuersetin Panjang spot = 2,1 cm Panjang eluen = 5 cm



C. Tuliskan eluen yang digunakan untuk uji KLT ekstrak rimpang kunyit. Hitung Rf dari spot kurkumin (spot paling atas). Eluen yang digunakan untuk uji KLT ekstrak rimpang kunyit adalah Kloroform P dan Metanol P dengan perbandingan 90:10.  Nilai Rf dari spot kurkumin:



Panjang spot = 4,2 cm Panjang eluen = 4,5 cm



D. Kenapa kromatogram hasil KLT diamati di bawah lampu UV? Karena deteksi akan lebih mudah diamati dibawah sinar UV. Karena akan terjadi fluoresensi di bawah sinar UV. Penampakan noda di bawah lampu UV terjadi karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi



cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron tereksitasi dan kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga penampak bercak lebih jelas dan dapat diamati (Sopiah dkk, 2019). E. Apakah hasil KLT kedua ekstrak sudah memberikan hasil yang cukup baik? Jika belum, apa saran anda untuk uji KLT berikutnya? (hanya bagi yang hasilnya belum baik) Syarat nilai Rf yang baik adalah 0,2 -0,8 (Rohman, 2009). Nilai Rf dari ekstrak kuersetin sudah memberikan hasil yang baik. Sedangkan nilai Rf kurkumin berada di atas rentang, sehingga nilainya belum baik. Nilai Rf yang terlalu tinggi, dapat diatasi dengan cara mengurangi kepolaran dari eluen (Dwiyanti, 2015). 5.7.



Pemilihan Eluen untuk KLT (Syifa Fauziah - 260110190037) A.Silahkan urutkan kepolaran pelarut organik berikut yang biasa digunakan dalam sistem eluen kromatografi lapis tipis (KLT). Gambarkan strukturnya. Data apa yang menjadi dasar pengurutan kepolaran? Jawab: Tingkat kepolaran dapat dilihat dari nilai konstanta dielektriknya (KD) dan juga nilai indeks polaritasnya (IP). Dimana, Konstanta dielektrik itu sendiri merupakan suatu parameter yang mengukur derajat molar polaritas suatu komponen. Semakin besar nilai konstanta dielektrik dan nilai indeks polaritas maka pelarut tersebut semakin polar. Selain itu juga, sifat yang harus diperhatikan dari kepolaran senyawa ialah dilihat dari gugus polarnya (seperti gugus OH, COOH dan lain-lain) (Yasni, 2013).  



Sangat polar: metanol, etanol, isopropanol. 



Metanol (KD = 32,60 ; IP = 5,1) 



(PubChem, CID 887). 



Etanol (KD = 24,30 ; IP = 4,3) 



(PubChem, CID 702). 



Isopropanol (KD = 18,30 ; IP =3,9)



(PubChem, CID 2776). 



Semi polar: aseton, etil asetat, kloroform, diklorometan, dietil eter, toluen. 



Aseton (KD = 20,70, IP = 5,1)



  (PubChem, CID 180). 



Etil asetat (KD = 6 ; IP = 4,4)



(PubChem, CID 8857).







Kloroform (KD = 4,8 ; IP = 4,1)



  (PubChem, CID 6212). 



Diklorometan (KD = 4,8 ; IP = 3,1) 



(PubChem, CID 6344). 



Dietil eter (KD = 4,3 ; IP = 2,8)



 (PubChem, CID 3283). 



Toluen (KD = 2,4 ; IP = 2,4) 



(PubChem, CID 1140). 



Non polar: sikloheksana, n-heksana, petroleum eter. 



Sikloheksana (KD 2,023 ; IP = 0,2) 



(PubChem, CID 8078).







n-heksana (KD = 2 ; IP = 0,1)



(PubChem, CID 8058). 



Petroleum eter (KD = 1,89 ; IP = 0,1) 



(Fisher



Scientific



Product



Code.11423653). b. Berdasarkan jawaban di atas, perkirakan urutan sistem eluen dari kombinasi pelarut ini. Jawab: 



Kloroform : Metanol (7:3) Indeks polaritas : (7/10 x 4.1) + (3/10 x 5.1) = 4.4







Etil asetat : n-heksana (4:6) Indeks polaritas : (4/10 x 4.4) + (6/10 x 0.1) = 1.82







Diklorometan : n-heksana (3:7) Indeks polaritas : (3/10 x 3.1) + (7/10 x 0.1) = 1



c. Jika suatu senyawa memiliki Rf 0,5 pada sistem eluen aseton:nheksan (5:5), bagaimana nilai Rf jika system eluen diganti menjadi kloroform:metanol (7:3)? Apakah >0,5 atau 0,5). Karena, pada umumnya silika bersifat polar dan sistem eluennya diganti menjadi lebih polar maka senyawanya akan lebih mudah untuk terelusi. jika fase gerak non polar maka senyawanya akan tetap terelusi (Rf rendah).



5.8.



KLT



Perkirakan apa yang akan terjadi dari kondisi eksperimen berikut: (Arraudha Adinda Putri-260110190038)  A.



Sampel ditotolkan terlalu sedikit pada pelat KLT Jawab: jika sampe ditotolkan terlalu sedikit maka spot noda KLT yang dihasilkannya menjadi tidak akan baik serta kromatogram menjadi tidak jelas dan kabur. Apabila hal tersebut terjadi, akan sulit untuk mengamati senyawa yang akan diuji. B. Sampel terlalu pekat Jawab: jika sampel terlalu pekar maka akan terjadi tidak tercapainya kesetimbangan distribusi selama proses pengelusian. Sehingga akan terbentuk lokasi yang sangat kabur. Oleh sebab itu, dikhawatirkan apabila saat fase gerak (eluen) mengalir ke atas, senyawa yang ingin diuji menjadi tidak terbawa dan tidak terpisah secara maksimal oleh eluen. Hasil pola KLT akan menjadi tidak jelas dan terdapat bercak berekor (Primadiamanti dkk, 2018). C. Eluen terlalu polar Jawab: Apabila eluen atau fase gerak yang digunakan bersifat terlalu polar, laju kecepatan alir eluen terhadap fase diam akan semakin cepat. Hal tersebut dapat menyebabkan nilai Rf yang dihasilkan terlalu besar serta tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan (Sudarmadji, 2007). D. Eluen tidak cukup polar Jawab: apabila eluen yang digunakan tidak cukup polar, kecepatan alir eluen terhadap jase diam (plat silika) akan menjadi lebih lambat. Hal



tersebut dapat terjadi karena fase diam yang digunakan bersifat polar sehingga senyawa uji akan sulit terbawa oleh fase gerak yang bersifat tidak cukup polar tersebut. Maka, pemisahan senyawa di dalam sampel menjadi tidak optimal (Sudarmadji, 2007). E. Pelat KLT diambil dari bejana jauh sebelum eluen melewati batas atas pelat Jawab: Jika KLT diambil dari bejana jauh sebelum eluen melewati batas atas pelat maka pola KLT dari senyawa uji tidak akan terlihat dengan maksimal. Sehingga akan sulit mengamati sampel uji dan juga dapat terjadi kesalah negatif palsu maupun positif palsu. Hal tersebut juga mengakibatkan terjadinya kesalahan pada nilai Rf F. Pelat dibiarkan tertinggal di dalam bejana dalam waktu lama Jawab: apabila pelat dibiarkan tertinggal di dalam bejana dalam waktu yang lama, daerah noda kromatogram akan hilang serta kromatogram tidak dapat diamati kembali. 



VI.



KESIMPULAN Telah diketahui penyarian metabolit sekunder dari simplisia tumbuhan obat dengan beberapa metode ekstraksi.



DAFTAR PUSTAKA Ashurst, J. V., & Nappe, T. M. 2020. Methanol toxicity. StatPearls. BUCHI



Labortechnik



AG.



2019.



Rotavapor



Panduan



Pengoperasian.



Meierseggtrase: Buchi Labortechnik AG Chairunnisa, S., Wartini, N.M., Suhedra, L. 2019. Pengaruh Suhu Waktu Maserasi terhadap Karakteristik Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.) sebagai Sumber Saponin. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri. Vol 7(4): 551-560 Cunico, L., Cobo, A., Al-Hamimi, S., Turner, C. 2020. Solubility and Thermal Degradation of Quercetin in CO2-Expanded Liquids. Molecules.Vol.25 (5582): 1 - 10. Dwiyanti. 2015. Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) sebagai Antikanker Payudara.Pharm Sci Res.Vol.2(2): 79-88. Febriyanti, A.P., Iswarin, S.J., dan Susanti., 2018. Penetapan Kadar Piperin Dalam Ekstrak Buah Lada Hitam (Piper Nigrum Linn.) Menggunakan Liquid Chromatography Tandem Mass Spectrometry (LC-MS/MS). Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa, 1(2), pp. 69-79. Julianto, T.S. 2019. Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining Fitokimia. Yogyakarta : UII. Leba, M.A.U. 2017. Buku Ajae Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish Najib, A. 2018. Ekstraksi Senyawa Bahan Alam. Yogyakarta: Deepublish. Ngatin, Agustinus., Hulupi, Mentik. 2014. Ekstraksi Kulit Buah Manggis Secara Refluks dan Sokletasi Menggunakan Pelarut Etanol. Seminar Nasional Sains dan Teknologi. Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah. Novitasari, A.E. dan D.Z. Putri. 2016. Isolasi dan Identifikasi Saponin pada Ekstrak Daun Mahkota Dewa dengan Ekstraksi Maserasi. Jurnal Sains. Vol 6(12):10-14. Permana, E. 2017. Ekstraksi dengan Metode Maserasi (Tanpa Pemanasan) untuk Bahan



Pestisida



Nabati.



Tersedia



online



di



http://balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/web/page/title/218/ekstrak si-. [Diakses pada 23 Maret 2021]. Pinalia, A., 2011. Kajian Metode Filtrasi Gravitasi dan Filtrasi Sistem Vakum untuk Proses Penyempurnaan Rekristalisasi Amonium Perklorat. Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara, 6(3), pp. 113-121. Primadiamanti, A., N. Feladita., dan Rositasari. 2018. Identifikasi Hidrokuinon pada Krim Pemutih Racikan yang Beredar di Pasar Tengah Bandar Lampung secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Jurnal Analisis Farmasi. Vol 3(2): 94-101. PubChem. 2021. Tersedia secara online di https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/ [Diakses pada tanggal 23 Maret 2021]. Reo, A. R., A. Berhimpon, dan R. Montolalu. 2017. Metabolit Sekunder Gorgonia (Paramuricea clavata). Jurnal Ilmiah Platax. Vol. 5(1): 42-48. Rohman, A. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. Yogyakarta: Graha Ilmu Sopia, B., Muliasari, H., Yuanita, E. 2019. Skrining Fitokimia dan Potensi Aktivitas Antioksida Ekstrak Etanol Daun Hijau dan Daun Merah Kastuba. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol 17(1): 27-33. Sudarmadji, S. 2007. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty. Tambun, R., Limbong, H.P., Pinem, C., Manurung, E. 2016. Pengaruh Ukuran Partikel, Waktu dan Suhu pada Ekstraksi Fenol dari Lengkuas Merah. Jurnal Teknik Kimia USU. Vol 5(4): 53-56. Wahyuni, T.W., Herdiyanto, dan Rafi, M. 2017. Metode Ekstraksi dan Pemisahan Optimum



Untuk



Isolasi



Xantorizol



dari



Temulawak



(Curcuma



xanthorrhiza) . Jurnal Jamu Indonesia. Vol.2(2): 43-50. Wardaniati, I. dan Yanti, R. 2018. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Propolis Lebah Trigona (Trigona itama) Menggunakan Metode DPPH. Journal of Pharmacy & Science. Vol. 2: 14-21. Yasni, S. 2013. Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Produk Ekstraktif Rempah. Bogor : PT Penerbit IPB Press.



Yulianti, R. 2014. Formulasi Krim Anti Jerawat Kombinasi Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) dan Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.). Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. Vol 14(1) : 1-26.