Morfologi Cendawan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Morfologi Cendawan Fungal Morphology Nadya Putri Amini Aritonang [email protected] Abstrak Cendawan atau jamur merupakan organisme yang bersifat heterotropik atau tumbuhan berinti, memiliki spora dan tidak berklorofil serta mempunyai benang- benang bercabang yang disebut dengan hifa. Cendawan multiseluler tubuh vegetatifnya berupa masa benang bercabang-cabang yang disebut miselium. Hifa ada yang bersepta dan ada pula yang tidak bersepta. Sel-sel hifa yang bersepta mengandung satu, dua, atau banyak inti, tergantung kepada jenis atau stadia pertumbuhannya. Hifa yang tidak bersepta merupakan sel yang sangat Panjang, bercabang-cabang berisi sitoplasma dengan inti-inti yang banyak. Praktikum ini bertujuan untuk mengamati berbagai macam jamur dan mengenal bagian-bagiannya. Praktikum ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan metode deskriptif dengan mengamati langsung. Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh bahwa pada roti dan pisang terdapat jamur yang memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda. Kata kunci: jamur, hifa, spora Abstract Fungi or fungi are heterotropic organisms or nucleated plants, have spores and do not have chlorophyll and have branched threads called hyphae. The multicellular fungus of its vegetative body is a mass of branched threads called the mycelium. Some hyphae and some are not. Septic hyphae cells contain one, two, or many nuclei, depending on the type or stage of growth. The hyphae that are not seeped is a very long, branched cell containing a cytoplasm with many nuclei. This practicum aims to observe various kinds of mushrooms and recognize their parts. This practicum was carried out with a qualitative approach, namely by using descriptive methods by observing directly. Based on the practicum carried out, it is found that on bread and bananas there are mushrooms that have different characteristics and characteristics. Keywords: mushrooms, hyphae, spores



1



Nadya Putri Amini Aritonang: Morfologi Cendawan



Pendahuluan Cendawan merupakan salah satu mikroorganisme yang banyak mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Cendawan yang berpengaruh positif bagi pertumbuhan tanaman ini pada umumnya bersimbiosis dengan tanaman pada bagian akar. Pada beberapa kasus symbiosis mikroorganisme dengan tanaman pada bagian akar memberikan dampak yang cukup besar bagi pemenuhan nutrisi tanaman dan bagi pengendalian hama tanaman (Jahra, 2019, p.277). Cendawan tumbuh dengan baik pada musim penghujan dan akan mati setelah musim kemarau tiba. Cendawan di Arboretum inamberi belum banyak diidentifikasi dan dideskripsikan dengan baik. Informasi mengenai kekayaaan jenis cendawan dan pemanfaatannya oleh masyarakat local masih sangat minim, padahal cendawan dapat berperan sebagai sumber pangan dan sumber obat karena kandungan gizi dan senyawa bioaktif pada beberapa jenis cendawan (Khayati, 2018, p.31). Cemaran berupa mikroba secara sadar atau tidak sadar sudah mulai ada sejak zaman dahulu hingga kini. Mikroba dalam jumlah normal diperlukan di dalam proses kehidupan daur ulang kehidupan. Golongan cendawan yang tidak termasuk kapang dan khamir atau Jamur, hal ini karena cendawan tersebut hanya memiliki miselia saja, sehingga sering dinamakan miselia steril. Hal ini berlanjut pula dengan tidak adanya kelas cendawan yang umumnya digolongkan Askomisetes dan Basidiomisetes yang banyak termasuk golongan kapang pencemar (Ahmad, 2019, p.193). Mikroriza Vaskular Arbuskular (MVA) adalah salah satu jenis cendawan tanah, yang keberadaannya dalam tanah sangat mempunyai manfaat. Hal ini disebabkan karena MVA dapat meningkatkan ketersediaan dan pengambilan unsur fosfor, air, dan nutrisi lainnya, serta untuk pengendalian penyakit yang disebabkan oleh patogen tular tanah (Talanca, 2010, p.353).



2



Cendawan dapat digolongkan menjadi jamur, kapang, dan khamir. Cendawan dapat dimanfaatkan dalam budidaya ternak, antara lain sebagai pengendali hayati, probiotik, dan imunostimulan. Cendawan miselia steril adalah cendawan yang tidak cukup masak untuk dispesifikasi. Cendawan ini hanya mempunyai miselium/hifa saja, tidak memiliki spora, atau bagian tertentu lainnya yang umum tergolong kapang atau khamir dan jamur (Ahmad, 2018, pp.84-85). Metode/ Cara Kerja Waktu dan Tempat Praktikum dilakukan pada hari Rabu, 21 April 2021 pada pukul 09.50-11.30 WIB di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala. Target/Populasi/Sampel Praktikum ini dilakukan dengan target umum yaitu untuk mengamati berbagai macam jamur dan mengenal bagian-bagiannya. Sampel yang digunakan yaitu roti dan pisang yang sudah mengalami pembusukan. Prosedur Langkah pertama ambil biakan cendawan dengan menggunakan jarum lalu letakkan diatas kaca benda yang telah dietetsi aquades atau ambillah selotip transparan dan letakkan bagian yang berperekat diatas biakan jamur hingga hifanya melekat pada selotip tersebut dan letakkan pada kaca objek. Kemudian tutup perlahan-lahan denga kaca penutup, amati di bawah mikroskop dengan pembesaran sedang, lalu gambarkan objek yang diamati secara lengkap dan berikan keterangan yang jelas. Ulangi cara kerja pertama dan keempat untuk pengamatan jamur yang berasal dari roti dan pisang. Data Instrumen Data pada praktikum ini berupa gambar di pembahasan dari objek yang diamati disertai dengan deskripsi dan paparan dari proses



Nadya Putri Amini Aritonang: Morfologi Cendawan



praktikum. Data instrumen pengamatan langsung (observasi).



diperoleh



Teknik Analisis Data Teknik analisis data pada pengamatan praktikum ini adalah dengan metode diskriptif. Adapun metode yang dilakukan pada pengamatan ini adalah pengamatan langsung dengan metode diskriptif, yaitu menjelaskan secara rinci. Foto hasil pengamatan di laboratorium disertai dengan penjelasan yang disajikan di dalam pembahasan laporan praktikum. Hasil dan Pembahasan Jamur merupakan jasad eukariot, yang berbentuk benang atau sel tunggal, multiseluler atau uniseluler. Sel-sel jamur tidak berklorofil, dinding sel tersusun dari khitin, dan belum ada diferensiasi jaringan. Jamur bersifat khemoorgano heterotrof karena memperoleh energi dari oksidasi senyawa organik. Jamur memerlukan oksigen untuk hidupnya (bersifat aerobik). Jamur benang terdiri atas massa benang yang bercabang-cabang yang disebut miselium. Miselium tersusun dari hifa (filamen) yang merupakan benang-benang tunggal. Badan vegetatif jamur yang tersusun dari filamenfilamen disebut thallus. Berdasarkan fungsinya dibedakan dua macam hifa, yaitu hifa fertil dan hifa vegetatif. Berdasarkan bentuknya dibedakan pula menjadi dua macam hifa, yaitu hifa tidak bersepta dan hifa bersepta (Rahmawati, 2020). Berdasarkan morfologi, fungi dapat berupa filamen (filamentous fungi) atau sel tunggal (unicellular fungi). Filamentous fungi terbagi menjadi dua yaitu kapang (mold) dan cendawan (mushroom), sedangkan fungi yang berupa sel tunggal disebut khamir (yeast). Kapang merupakan filamentous fungi dan tersusun atas filamen-filamen yang disebut hifa. Contoh genus kapang dari filum Zygomycota yang umum ditemukan antara lain adalah Rhizopus. Rhizopus merupakan kapang yang dapat menghasilkan spora seksual dan aseksual. Spora



3



seksual berupa zigospora terbentuk dari pertemuan dua hifa dengan matting type yang berbeda. Spora aseksual berupa sporangiospora berada dalam sporangium. Sporangium melekat pada sporangiofor, yaitu hifa yang menopang sporangium. Rhizopus memiliki hifa yang tidak bersekat (aseptate) dan memiliki struktur seperti akar yang disebut rhizoid (Setiawati, 2020). Jamur membutuhkan nutisi yang cukup untuk pertumbuhan. Nutrisi dapat digunakan sebagai sumber energi dan pertumbuhan sel. Nutrisi media yang memadai harus memberikan pertumbuhan yang baik dan optimal pada jamur karena nutrisi pada media berkaitan penting terhadap tingkat pertumbuhan jamur. Menurut jamur dapat tumbuh optimal pada media yang mengandung karbohidrat dan nitrogen yang tinggi. Karbohidrat merupakan substrat utama untuk pertumbuhan jamur, yaitu sebagai sumber karbon dalam sistem metabolisme (Widiastuti, 2015). Pertumbuhan jamur merupakan proses bertambahnya ukuran atau masa zat sebagai pertambahan jumlah sel yang biasa diartikan sebagai pertumbuhan koloni. Pertumbuhan koloni dapat dilihat berdasarkan ukuran koloni yang semakin besar dan semakin banyak serta merupakan pertumbuhan yang bersifat irreversible yaitu tidak dapat dibalik kejadiannya. Pertumbuhan koloni jamur dapat diketahui dengan cara mengukur diameter koloni. Pengukuran diameter koloni dilakukan setiap hari pada saat miselium tumbuh pertama kali dan mulai menyebar. Pertumbuhan koloni jamur memiliki peran penting dalam proses hidup jamur karena menghasilkan spora atau konidia yang berperan sebagai alat reproduksi aseksual, penyebaran dan pertahanan pada lingkungan (Supriyadi, 2017).



Nadya Putri Amini Aritonang: Morfologi Cendawan



Gambar 1. Jamur pada roti Jamur pada roti diatas merupakan jenis Rhizopus stolonifer yang termasuk divisi zygomycota, kerugian yang ditimbulkan dari jamur tersebut dapat membuat roti basi dan membusuk. Jamur Rhizopus memiliki ciri-ciri sebagai berikut; hifa nonseptat, mempunyai stolon dan rhizoid yang warnanya gelap jika sudah tua, sporangiofora tumbuh pada noda dimana terbentuk juga rhizoid, sporangia biasanya besar dan berwarna hitam, kolumela agak bulat dan apofisis berbentuk seperti cangkir, membentuk hifa negatif yang melakukan penetrasi pada subtrat dan hifa fertil yang memproduksi sporangia pada ujung sporangiofora, pertumbuhannya cepat, dan membentuk miselium seperti kapas (Herdatiarni, 2014).



Gambar 2. Jamur pada pisang Jamur pada pisang diatas adalah jenis Fusarium sp. tergolong divisi ascomycota Jamur ini memiliki konidia dengan bentuk seperti bulan sabit. Makrokonidia berbentuk melengkung, panjang dengan ujung yang mengecil dan mempunyai satu atau tiga buah sekat. Mikrokonidia merupakan konidia bersel 1 atau 2, dan paling banyak dihasilkan di setiap lingkungan bahkan pada saat patogen berada



4



dalam pembuluh inangnya. Makrokonidia mempunyai bentuk yang khas, melengkung seperti bulan sabit, terdiri dari 3-5 septa, dan biasanya dihasilkan pada permukaan tanaman yang terserang lanjut. Klamidospora memiliki dinding tebal, dihasilkan pada ujung miselium yang sudah tua atau didalam makrokonidia, terdiri dari 1-2 septa dan merupakan fase atau spora bertahan pada lingkungan yang kurang baik  Simpulan dan Saran Simpulan Pratikum yang telah dilakukan diperoleh bahwa Jamur (fungi) merupakan eukariot dan tidak memiliki klorofil sehingga bersifat heterotrofik. Sebagian jamur ada yang bersifat saprofit dan parasit pada tumbuhan lain.Jamur berkembang biak dengan baik dengan membentuk spora. Jamur mempunyai beraneka ragam bentuk, dari yang sangat sederhana hingga yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi.  Pengklasifikasian jamur berdasarkan atas sporanya. Jamur memiliki peranan bagi kehidupan, baik yang bermanfaat atau pun yang merugikan. Jamur pada roti yang diamati merupakan jenis Rhizopus stolonifer yang termasuk divisi zygomycota. Selanjutnya jamur pada pisang diatas adalah jenis Fusarium sp. yang tergolong divisi ascomycota, jamur ini memiliki konidia dengan bentuk seperti bulan sabit. Makrokonidia berbentuk melengkung, panjang dengan ujung yang mengecil dan mempunyai satu atau tiga buah sekat. Saran Hasil praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami materi terlebih dahulu sebelum memulai praktikum, agar proses praktikum dapat berjalan dengan baik dan lancar. Daftar Pustaka Ahmad, Z., R. 2019. Cemaran Cendawan Miselia Steril dan Pengendaliannya. Jurnal Biologi, 5:3, 193-198.



Nadya Putri Amini Aritonang: Morfologi Cendawan



Ahmad, Z., R. 2018. Pemanfaatan Cendawan untuk Meningkatkan Produktivitas dan Kesehatan Ternak. Jurnal Litbang Pertanian, 27:3, 84-92. Herdatiarni, F., dkk. 2014. Eksplorasi Cendawan Entomopatogen Beauveria sp. Menggunakan Serangga Umpan pada Komoditas Jagung, Tomat dan Wortel, Organik di Batu, Malang. Jurnal Hama Penyakit Tumbuhan, 1:3, 1-11. Jahra, dkk. 2019. Karakterisasi Morfologi Cendawan Colletotirichum pada Rhizosper Tanaman Cabe. Prosiding Seminar Nasional, 1:2, 277-282. Khayati, L., & Warsito. 2018. Keanekaragaman jamur Makro di Arboretum Inamberi. Jurnal Mikologi Indonesia, 2:1, 30-38. Rahmawati, dkk. 2020. Pertumbuhan Isolat Jamur Pasca Panen Penyebab Busuk Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) Secara In Vivo. Jurnal Biologi Makassar, 5:2, 210-217. Setiawati, A., R., dkk. 2020. Isolasi dan Identifikasi Jamur Pasca Panen Penyebab Busuk Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.). Jurnal Protobiont, 9:2, 125-131. Supriyadi, D., dkk. 2017. Efikasi Cendawan Aspergillus sp. Terhadap Hama Penghisap Buah Kakao Helopeltis sp. (Hemiptera: Muridae) pada Tanaman Kakao. Jurnal Agrotekbis, 5:3, 300-307. Talanca, H. 2010. Status Cendawan Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA) pada Tanaman. Prosiding Pekan Serealia Nasional, 1:1, 353-357. Widiastuti, A., dkk. 2015. Identifikasi Cendawan Penyebab Penyakit Pascapanen pada Beberapa Buah di Yogyakarta. Jurnal Fitopatologi Indonesia, 11:3, 91-96.



5



Nadya Putri Amini Aritonang: Morfologi Cendawan



6



Nadya Putri Amini Aritonang: Morfologi Cendawan



7