Neuroscience Makalah [PDF]

  • Author / Uploaded
  • DiNi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neuroscience adalah perkembangan ilmu biologi manusia yang bersumber dari ilmu kedokteran, yang khusus mempelajari tentang otak. Otak adalah organ yang mengatur seluruh aspek kehidupan makhluk hidup, manusia maupun binatang. Semua gerakan tubuh dikontrol otak. Dari kesadaran manusia makan, tidur, belajar, berpikir, berperasaan, sampai berpikiran inovatif dan menemukan segala sesuatu dimulai dari otak. Banyak manusia yang menganggap bahwa dirinya bodoh, padahal kapasitas otak manusia sama, dan tidak ada yang bodoh atau pun pintar. Itu semua tergantung pada diri manusia itu sendiri yang mampu mengembangkan otak mereka dengan baik atau tidak. Apabila semua manusia manusia dapat berpikir secara optimal, maka tidak ada manusia yang bodoh. Sebenarnya kemampuan otak manusia memiliki potensi yang sangat baik, saat dikembangkan secara optimal dan seimbang. Selain itu kecerdasan yang dikembangkan tidak hanya kecerdasan intelektual, tetapi juga emosional, sosial, dan kecerdasan lainya. Tidak hanya itu saja, perkembangan otak manusia dibentuk sejak dalam kandungan ibu. Apabila ibu yang selalu berpikir positif dan tidak mudah emosi, mengonsumsi makanan yang yang sehat dan gizi yang baik dan pola hidup yang sehat saat ibu mengandung.Dan ketika dalam kandungan ibu merasa stres dan pola berpikirnya selalu negatif, itu akan menghambat perkembangan otak manusia dalam kandungan. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pembahasan tentang neuroscience dan pengembangan manusia sebagai berikut: 1. Definisi Dari Neuroscience Dan Pengembangan Manusia 2. Struktur Dan Fungsi Otak



1







Proses Pembentukan Otak







Faktor Dari Pembentukan Otak







Pengembangan Postnatal Otak







Proses Sel Syaraf Dan Kinerjanya



3. Sistem Sensori Dan Perkembangan Manusia 4. Perkembangan Perceptual Motorik 5. Fungsi Belahan Otak Dan Perkembangan Bahasa 6. Proses Belajar Berbasis Fungsi Otak 7. Proses Belajar Berbasis Perceptual Motorik 8. Pendekatan Edukatif Terhadap Tata Laksana Restorasi Otak (Brain Restoration) 9. Prakondisi Dalam Melakukan Pendekatan Edukatif Terhadap Penatalaksanaan Brain Restoration 10. Pengembangan Rencana Pendidikan Individual Dalam Brain Restoration 11. Kerja otak sebagai pusat berpikir 12. Implikasi dalam Dunia Pendidikan 1.3.



Tujuan Penulisan 1. Untuk Mengerti



Dan Memahami



Definisi



Dari Neuroscience



Dan



Pengembangan Manusia 2. Untuk Mengerti Dan Memahami Struktur Dan Fungsi Otak 3. Untuk Mengerti Dan Memahami Sistem Sensori Dan Perkembangan Manusia 4. Untuk Mengerti Dan Memahami Perkembangan Perceptual Motorik 5. Untuk Mengerti Dan Memahami Fungsi Belahan Otak Dan Perkembangan Bahasa 6. Untuk Mengerti Dan Memahami Proses Belajar Berbasis Fungsi Otak 7. Untuk Mengerti Dan Memahami Proses Belajar Berbasis Perceptual Motorik 8. Untuk Mengerti Dan Memahami Pendekatan Edukatif Terhadap Tata Laksana Restorasi Otak (Brain Restoration)



2



9. Untuk Mengerti Dan Memahami Prakondisi Dalam Melakukan Pendekatan Edukatif Terhadap Penatalaksanaan Brain Restoration 10. Untuk Mengerti Dan Memahami Pengembangan Rencana Pendidikan Individual Dalam Brain Restoration 11. Untuk Mengerti Dan Memahami Kerja Otak Sebagai Pusat Berpikir 12. Untuk Mengerti Dan Memahami Implikasi Dalam Dunia Pendidikan



3



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Neuroscience dan Pengembangan Manusia Neuroscience adalah perkembangan ilmu biologi manusia yang bersumber dari ilmu kedokteran, yang khusus mempelajari tentang otak. Otak adalah organ yang mengatur seluruh aspek kehidupan makhluk hidup, manusia maupun binatang. Semua gerakan tubuh dikontrol otak. Dari kesadaran manusia makan, tidur, belajar, berpikir, berperasaan, sampai berpikiran inovatif dan menemukan segala sesuatu dimulai dari otak. Hasil penelitian Brazelton pada anak sejak dalam kandungan kenyingkakap tabir yang menakjubkan tentang otak manusia. Kecerdasan ditentukan otak, memberikan stimulasi-stimulasi pendidikan yang tepat akan mencerdaskan otak. kecerdasan dikembangkan tidak hanya kecerdasan intelektual, tetapi emosional, sosial, dan kecerdasan lainnya. Pendidikan yang baik, potensi yang dapat dikembangkan secara optimal dan seimbang membangun anak seutuhya yang religius, berpengetahuan luas, terampil, dan memiliki sikap yang baik. 2.2 Struktur Dan Fungsi Otak Otak memiliki 3 bagian utama, yaitu cerebrum atau otak besar, cerebellum atau otak kecil dan brain stem atau batang otak. Otak terbagi dalam berbagai area yang mengontrol fungsi-fungsi tertentu yang berhubungan dengan kegiatan hidup manusia, seperti yang dijelaskan berikut ini : The cerebrum/cerebrums atau otak besar yang terdiri atas berikut ini. 1. Frontal Globe/lobus frontalis yang berfungsi mengatur hal berikut.  Behavior atau perilaku  Proses berpikir abstrak



 Berpikir kreatif



 Pemecahan masalah



 Emosi



 Perhatian



 Intelegensi 4



 Refleksi



 Gerakan mata



 Pertimbangan



 Penciuman



dalam



 Gerakan otot



mengambil keputusan  Inisiatif



 Keterampilan bergerak



 Kesadaran diri



 Keterampilan gerakan motorik



 Koordinasi gerakan



 Reaksi fisik



 Akumulasi



dan



 Libido (dorongan seksual)



integrasi



gerakan 2.



Occipital lobe/lobus oksipitalis, yang berfungsi mengatur hal berikut.  Penglihatan  Membaca



3.



Parietal lobe/lobus parientalis, yang berfungsi mengatur hal berikut.  Merasakan sentuhan (taktil senstation)  Penilaian terhadap  Tanggapan terhadap rangsangan internal (propioception)  Kombinasi indera dan pemahaman  Fungsi bahasa dan fungsi membaca  Fungsi visual



4.



Temporal lobe/lobus temporalis, berfungsi mengatur hal berikut.  Ingatan terhadap apa yang didengar  Pendengaran  Ingatan terhadap apa yang dilihat  Jaringan penglihatan  Ingatan yang lain  Musik  Rasa takut  Fungsi bahasa  Bahasa lisan  Perilaku dan emosi 5



 Kesadaran terhadap identitas 5.



Belahan otak bagian kanan, yang berfungsi mengatur hal berikut.  Belahan bagian kanan mengontrol sisi kiri tubuh  Hubungan temporal dan spasial  Menganalisis informasi nonverbal  Mengkomunikasikan emosi



6.



Belahan otak bagian kiri, yang berfungsi mengatur hal berikut.  Belahan otak bagian kiri mengontrol sisi kanan tubuh  Memproduksi dan pemahaman bahasa



7.



Corpus callosum/corpus callosum, berfungsi mengatur komunikasi antara kiri dan kanan otak.



8.



The cerebellum/serebellum atau otak kecil, yang berfungsi mengatur hal berikut.  Keseimbangan  Postur  Jantung, pernapasan, dan pusat-pusat vasomotor



9.



The brain stem/batang otak, yang berfungsi mengatur hal berikut.  Motoris dan jaringan sensori pada tubuh dan wajah  Jantung, pernapasan, dan vasomotor



10.



Hypothalamus/hipotalamus, yang berfungsi mengatur hal berikut.  Suasana hati dan motivasi  Pematangan seksual  Pengatur temperatur  Proses hormonal tubuh Kelainan fungsi dan disfungsi minimal yang terjadi pada cerembrum,



cereblum dan batang otak (brain stem) dapat menjadi penyebab kesulitan belajar. Perkembangan otak sesuai dengan perkembangan susunan saraf otak.



6



2.2.1 Pembentukan Otak Lempengan otak (neural plate) dibentuk dari sel-sel embrionik usia kehamilan 15 hari. Usia kehamilan 16 minggu otak sudah mulai berfungsi. Usia 24 minggu bagian



korteks (cortex) masih



lipatan (sulci). Pembentukan denganlipatan-lipatan.



halus



otak



Lipatan



belum



senpurna yang



terlihat diakhit



menonjol



adanya



lipatan-



kehamilan,



lengkap



disebut gyrus dan



sudah



terbentuk. Gyrus merupakan daerahcortex yang sangat penting untuk berpikir dan menyimpan informasi. Adanya lipatan-lipatan, luas permukaan cortex bertambah dalam ruang tengkorak yang terbatas. Pada hari ke 16 terbebtuk lempengan neural yang berkembang menjadi otak dan sumsum tulang belakang. Hari ke 26 tampak jelas kepala dan calon tulang belakang. Otak mengalami perkembangan yang pesat. Usia 3 bulan kepala jauh lebih besar sari anggota badan lainnya. Gambar pertumbuhan dan perkembangan otak mulai dari bulan pertama hingga bulan ke sembilan. Perkembangan otak sampai saat lahir Usia kehamilan 3 bulan otak sudak terlihat, dan usia 7 bulan terbentuk lipatan-lipatan bagian cortex. Lipatan sempurna usia kehamilan 9 bulan. Liparan otak memperluas korteks pusat logika dan penyimpanan memori. Proses pembentukan selubung mielin dikenal dengan proses Mielinasi dan pembentukan sinapsis atau hubungan antara sel syaraf. 2.2.2 Faktor yang mempengaruhi perkembangan prenatal otak Pembentukan otak merupakan hasil perpaduan antara cetak biru (genetik) dengan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan merupakan faktor internal yang diperoleh dari rekombinasi gen kedua orang tuanya. Faktor lingkungan luar diri anak,kecukupan makanan dan gizi yang seimbang mempengaruhi pembentukan otak. kurangnya makanan dan gizi menyebabkan pertumbuhan otak dan badan bayi tidak optimal. Kalsium, forfos dab asam lemak yang cukup seperti DHA, Omega-3. Dan EPA untuk pertumbuhan sel otak.Stimulasi dini seperti perkataan, degup jantung, tarikan nafas, musik, sentuhan dan belaian diperut yang lembut memberikan stimulasi positif. 7



2.2.3 Perkembangan Postnatal Otak Sel otak bertambah setelah lahir, tetapi pembentukan myelin dan hubungan antara sel syaraf terus berlangsung. Jumlah sel syaraf otak orang dewasa mencapai 100 milyar dan sel glia sekitar satu trilyun.semakin banyak jumlah hubungan sel syaraf semakin cerdas otaknya. Berbagai bentuk sel syaraf otak dan jumlah cabang dendrite dan neurit yang siap sel membentuk jaringan. Berfungsi sebagai isolator dan penguat aliran listrik melalui sel syaraf. Selubung mielin (mylin sheath)mempengaruhi kecepatan transfer impuls atau arus listrik otak sehingga mempengaruhi kecepatan berpikir. 2.2.4 Syaraf dan Kinerjanya Inti dari otak adalah sel syaraf otak yang berfungsi untuk mengenali, memperoses,



dan



merespon



serta



mengkoordinasikan



tindakan



sebagai



responterhadap rangsang. Otak memperoleh informasi dan memberikan tanggapan yang disampaikan ke efektor (alat gerak) melalui syaraf motoris. Kepekaan terhadaprangsangan, menghantarkan, memproses, dan memberi tanggapan terhadap rangsang menjadi faktor penting kecerdasan. Keadaan tidak ada rangsang, sel syaraf bermuatan negatif. Jika terkena rangsang, ion Natrium masuk ke dalam membran sel syaraf. Dan mencapai nilai ambang, sel syaraf akan tereksitasi dan terjadi arus listrik (impuls) yang dialirkan oleh syaraf sensoris ke otak. 2.3 Sistem Sensori Dan Perkembangan Manusia Greenspan & wieder (1998:34-105) menjelaskan secara rinci tentang proses pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, khususnya yang berkaitan dengan biological challanges (berbagai tantangan dalam perkembangan biologis). Menurut kedua ahli tersebut, pertumbuhan dan perkembangan anak secara umum mencakup tiga area besar yang ada dalam sistem syaraf pusat yang berpengaruh pada kemampuan manusia dalam memfungsikan panca indranya dalam menerima informasi, memahami berbagai informasi yang diterima oleh panca indra dan merespons lingkunag sekitar berdasarkan pemahaan terhadap informasi yang diterima 8



melalui pancaindera dan selanjutnya melakukan respons secara motorik. Ketiga area tersebut: sensory system, processing system, dan motor system, apabila berfungsi dengan baik, maka ketiganya akan menghasilkan feed back loof (lingkaran umpan balik) yang berlangsung secara berkesinambungan. Misalnya, bila alat pelihat dan alat pendengar berfungsi dengan baik maka informasi yang diterima oleh kedua jenis alat indera tersebut, area otak yang berfungsi untuk melakukan penilaian terhadap informasi akan melakukan proses pemahaman informasi, membandingkannya dengan informasi terdahulu yang telah tersimpan didalm memori, selanjutnya mengoragnisir fikiran, perasaan dan tindankna yang tepat untuk merespons informasi tersebut. 1. Klasifikasi sistem sensori Setiap individu secara umum menyadaribagaimna pentingnya sistem sensor pada kehidupan manusia. Sistem ini disalurkan melalui pancaindera yang mnerima berbagai informasi tentang alam sekitar atau dunia. Tanpa kemampuan untuk melihat, mendengar, menyentuh, mengecap, mencium maka kehidupan manusia kan sangat sulit karena tanpa kemmpuan ini manusia tidak mempunyai sumber-sumber yang aka mengaktifkan kempuanya dlam berfikir. Informasi yang diterima dan yang disalurkan oleh pancaindera memberdayakan manusia untuk mengembangkan berbagai ide dan mengorganisir tindankan dan penegelolaan emosi terhadap lingkungnya. Sistem sensori ini terbagi kedalam dua sub sistem berikut.  Body sense Body sense, yang mencakup sisitem vastibular yang berfungsi mengatur kemmpuan manusia dalam gravitasi dan gerak yang mempengaruhi kemampuan dalam melakukan koordinasi gerakan motorik, keseimbangan dan arousal (melakukan gerakan secara sadar).



9



 Proprioceptive system Proprioceptive system, yang mengatur kesadaran untuk melakukan gerakan dan memposisikan tubuh didalam ruang dan tempat yang mempengaruhi kemmpuan dalam mengontrol gerakan skema tubuh. Kedua sistem tersebut membuat manusia mampu menjaga gerakan tubuhnya secara aman, kapan harus bergerak, berhenti, berputar, miring, dan lain-lain. Selanjutnya, mempengaruhi kemampuan manusia dalam mengatur berbagai gerakan dalam kehidupannya, seperti melangkah, berlari, duduk, berdiri, bersepeda, melempar, dan lain-lain. Lebih jauh lagi, kemampuan mengatur gerakan tubuh secara aman akan mempengaruhi ketenangan emosi yang bersangkutan. 2. Proses penerimaan informasi Processing system berkaitan dengan kemampuan manusia dalam memproses berbagai informasi yang diterima oleh pancaindera dan memaknai informasi tersebut dalam rangka memberikan respons yang tepat. Selama melakukan proses informasi, semua data yang diterima diinterpretasikan. Misalnya, cahaya yang diterima oleh indera pelihat diinterpretasi ke dalam berbagai warna, gambar, muka, bentuk, dan sebagainya yang dikategorikan ke dalam image. Gelombang suara diinterpretasikan sebagai kata, musik, sirena, atau berbagai makna yang berkaitan dengan gelombang suara yang diterima oleh alat pendengar. Stimulasi yang diterima oleh kulit diinterpretasikan ke dalam kelembutan dekapan, kekasaran, dan berbagai makna yang berkaitan dengan kontak kulit. Selanjutnya, kontak kulit kaki dengan lantai dan rasa dingin yang diterima kulit dimaknai bahwa individu berada dalam suatu ruangan yang sejuk. Semua informasi processing system dilakukan oleh berjuta-juta jaringan saraf yang ada di dalam otak yang menginterpretasikan jutaan informasi yang diterima melalui pancaindera yang berlangsung setiap dua detik. 10



Proses penerimaan informasi sangat berhubungan dengan kemampuan menerima, memproses dan mengingat. Apabila terjadi suatu kesulitan di dalam proses tersebut, maka akan terjadi kesulitan dalam menerima informasi. Kesulitan dalam mengingat adalah kesulitan dalam menyimpan berbagai informasi yang diterima oleh pancaindera di pusat susunan saraf yang berfungsi mengatur memori atau ingatan. Ingatan mencakup ingatan terhadap berbagai ransangan yang diterima melalui auditori ( indera pendengar ) dan visual ( indera pelihat ). Auditori memori mengangkut kemampuan mengingat berbagai stimulus yang diterima melalui indera pendengar dan visual memori adalah kemampuan mengingat berbagai stimulus yang diterima melalui indera pelihat. Selanjutnya, di dalam proses auditori, memori, dan visual memori terdapat proses yang disebut auditory seqential memori, yaitu kemampuan dalam mengurutkan ingatan auditori sesuai dengan urutan stimulus auditori yang diterima oleh indera pendengar. 3.



Sistem Motorik Sistem motorik atau motor system merupakan suatu sub sistem yang ada



didalam susunan syaraf manusia yang membuat individu mampu memberikan respons secara motorik. Misalnya, pada waktu ada bola yang mendekat kearahnya , seorang anak usia dini berusaha untuk menangkap bola tersebut. Pada waktu menjawab pertanyaan, maka otot-otot yang berfungsi membuat manusia berbicara bergerak untuk membuat kata dan kalimat yang sesuai. 2.4 Perkembangan perceptual motorik 1. Perkembangan kemampuan Perseptual Motorik Tahap Pertama Pada tahap pertama, perkembangan kemampuan persepsi motorik mencakup beberapa fase berikut ini : a) Perkembangan kemampuan hand-eye coordination. Bayi akan menunjukkan pandangan terhadap objek yang tersentuh oleh tangannya, kemudian ia 11



menggerakkan tangannya. kemampuan ini merupakan kemampuan awal dalam koordinasi motorik, yaitu koordinasi otot mata dan otot tangan. b) Perkembangan



kemampuan



eye-hand



coordination.



seiring



dengan



perkembangan kemampuan anak pada perkembangan persepsi tahap pertama, maka pada tahap selanjutnya berkembang pula kemampuan persepsi motorik tahap kedua, yaitu koordinasi antara mata dan tangan. perkembangan kemampuan ini dapat dilihat pada waktu anak melihat benda-benda di sekitarnya, lalu mengarahkan tangannya untuk mengambil benda tersebut. c) Perkembangan perceptual motor match. kemampuan ini dapat dilihat dari kemampuan anak dalam melakukan aktivitas yang menggabungkan gerakan motorik dan kemampuan visual dengan tepat, seperti kegiatan yang dilakukan dalam menuangkan air ke dalam gelas, memasukkan makanan ke dalam sendok atau kegiatan yang dilakukan pada saat menulis, menggunting, mengelem, merajut dan lain-lain. 2. Perkembangan Kemampuan Perseptual Motorik tahap Kedua Perkembangan di dalam bidang figure-ground dan kemampuan, serta kemampuan orientasi lateral. a) Posture,



kemampuan



dalam



bidang



posture,



yaitu



kemampuan



mengintegrasikan persepsi visual dan persepsi motorik secara tepat, sehingga membuat anak dapat memposisikan diri di antara objek-objek yang berada di sekitarnya, seperti kemampuan memposisikan diri ketika berjalan, mengambil barang, berlari, mengontrol gerakan motorik halus dan motorik kasar. b) Laterality,



kemampuan



orientasi



lateral



membuat



individu



mampu



mengarahkan gerakan motoriknya sesuai dengan arah yang diinginkannya. Selanjutnya, mebantu individu tersebut dalam menentukan arah yang ditujunya.



12



c) Kemampuan individu dalam bidang posture dan orientasi lateral menjadi prasyarat dalam melakukan geraka koordinasi gerkan motorik kasar ( Gross motor ), seperti yang dilakukan dalam menangkap, mendorong, menangkap dan mendorong, menendang, memukul, dan kegiatan yang berkaitan dengan koordinasi visual-motorik. d) Kemampuan individu dalam bidang posture dan orientasi lateral menjadi prasyarat dalam melakukan kegiatan koordinasi visual dan motorik ( fine motor ) halus, seperti gerakan tangan pada waktu menulis, merangkai, mengelem, menarik garis, menggunting, dan lain-lain. Kesulitan yang dialami anak dala masa-masa perkembangannya, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan dalam mengkoordinasikan gerakan visualmotorik atau peseptual motorik menjadi penyebab kesulitan belajar di bidang akademik, apabila kesulitan ini tidak ditanggulangi dengan tuntas. 2.5 Fungsi Belahan Otak Dan Perkembangan Bahasa Bahasa dan Komunikasi adalah dua aspek perkembangan yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa kemampuan bahasa, sulit bagi manusia untuk berintraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa dan Komunikasi merupakan sebentuk uang logam yang memiliki dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Bahasa dapat didefenisikan sebagai suatu bentuk kode sosial yang memiliki sistem yang digunakan dalam berkomunikasi. Selanjutnya, komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses yang terjadi pada waktu berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi merupakan faktor penting dalam proses perkembangan dan proses belajar. Anak atau orang dewasa yang mengalami kesulitan berkomunikasi mengalami kesukaran dalam mengekspresikan diri mereka, memahami orang lain dan membangun hubungan interpersonal. Hal ini disebabkan oleh kesulitan dalam satu atau lebih dalam bidang-bidang yang berkaitan dengan memahami dan menemukan serta memilih kata yang tepat ( word producting ) dan mendiskriminasikan dan mengurutkan bunyi bahsa sesuai dengan peraturannya, seperti bagaimana membentuk 13



kata dan kalimat bermakna dalam berbagai konteks sosial. Hasil penelitian yang dilakukan 1CAN ( www.ican.org.uk;2006 ) menunjukkan bahwa satu dari sepuluh anak mengalami kesulitan bahasa. Selanjutnya, remaja yang berkesulitan bahasa menyembunyikan kekurangannya. Oleh sebab itu, tanpa bantuan yang tepat atau sesuai dengan sasarannya, anak yang mengalami kesulitan bahasa akan tertinggal jauh di belakang perkembangan yang seharusnya ia miliki. Secara umum, kemampuan berbahasa adalah salah satu fungsi yang dilakukan oleh left hemisphere atau belahan otak bagian kiri. Belahan otak ini secara khusus mengatur fungsi bahasa. Walaupun demikian, hasil penelitian mengemukakan bahwa kemampuan bahasa 19% dari individu yang kidal diatur otak right hemisphere atau belahan otak bagian kanan. Selanjutnya, penelitian tersebut mengemukakan bahwa 68% kemampuan bahasa individu yang kidal diatur oleh kedua belahan otak, yaitu belahan otak bagian kiri dan belahan otak bagian kanan. Kedua belahan otak memberikan kontribusi dalam memproses dan memahami bahasa. 2.6 Proses Belajar Berbasis Fungsi Otak Myklebust



(1967;



Gearheart,



1973:



91-98)



mengemukakan



dalam



menumbuhkembangkan kemampuanotak individu dilakukan sesuai denagn proses belajar



yang sesuai



dengan fungsi otak,



yang terdiri



atas berikut ini.



1. Proses intraneurosensori, yaitu proses belajar yang melibatkan satu sistem fungsi otak. 2. Proses interneurosensori, yaitu proses belajar yang melibatkan beberapa sistem fungsi



otak.



3. Proses multineurosensori, yaitu proses belajar yang melibatkan fungsi otak yang terintegrasi secara kompleks. Proses belajar yang melibatkan fungsi neurosensori diterapkan dalam tahapp belajar, khususnya pada masa usia dini, yang terdiri atas beberapa tahap berikut.



14



Proses Belajar Tahap Pertama: Koordinasi Mata – Telinga 



Fase Pertama, yaitu fase koordinasi mata-tangan yang terjadi pada usia dini, khusus usia 0-1 tahun.







Fase Kedua, yaitu fase koordinasi mata-taktil (perabaan) yang terjadi pada usia dini, khususnya usia 0-1 tahun.







Fase Ketiga, yaitu fase koordinasi perpaduan persepsi dan motorik yang terjadi pada usia dini, khususnya pada usia 2-3 tahun yang dilanjutkan pada usia 4-6 tahun.



Proses Belajar Tahap Kedua: Perkembangan Kemampuan Figure Ground (membedakan objek utama dan yang melatarinya) 



Kemampuan membedakan figure-ground merupakan prasyarat dalam pemusatan perhatian, khususnya mengonsentrasikan perhatian pada fokus utama dari objek yang dilihat atau didengar.







Kemampuan figure-ground merupakan tahap lanjut dari kemampuan dalam mengkoordinasikan perseptual-motorik.







Anak usia dini yang mengalami hiperaktif dan hipoaktif disebabkan oleh ketidakmampuan dalam figure-ground.







Proses belajar pada tahap ini dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti berikut ini. a. Melatih



anak



untuk



memperhatikan



gambar



dan



memfokuskan



perhatiannya pada objek utama yang ada dalam gabar tersebut. b. Melatih



anak



untuk



mendengarkan



sesuatu



dan



memfokuskan



perhatiannya dalam suara utama, seperti bunyi air; apakah air hujan, air ledeng atau suara air yang lain. c. Memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan kegiatan dalam melatih otot jalus/jari tangan, seperti menggambar, meronce, membuat berbagai bentuk benda dari berbagai bahan yang lembut.



15



Proses Belajar Tahap Ketiga: Belajar Berbasis Kemampuan Gerakan Motorik 



Posture, dengan memahami posture, individu dapat menentukan posisinya terhadap arah dan orientasi spatial, sehingga individu yang bersangkutan dapat menggerakan tubuhnya lempar, menekan, ata







Lateraliti, yaitu pemahaman terhadap posisi benda , seperti diatas-dibawah, diluar-didalam, dikiri-dikanan, dimuka-dibelakang.







Arah, kemampuan untuk menentukan diskriminasi arahantara objek dan ruang.







Image tubuh, yaitu pemahaman terhadap posisi tubuh diantar ruang dan benda-benda yang ada.







Keseimbangan dan posture, yaitu koordinasi gerakan tubuh secara keseluruhan.







Lokomasi, yaitu gerakan motork (otot) pada waktu berjalan, berlari, melompat dan lain-lain.







Kontak, yaitu gerakan anggota ubuh pada waktu melempar, menangkap dan melepaskan.







Menerima dan propolsi, yaitu gerakan yang terjadi pada waktu menangkap objek yang bergerak, gerakan yang terjadi pada waktu melempar,menekan, atau memukul benda yang bergerak.



2.7 Proses Belajar Berbasis Perceptual Motorik Kepheart, yang dikutip oleh Gearheart, (1973: 29-36) mengembangkan pendekatan kesulitan belajar pada usia dini dengan berdasarkan pemikiran berikut.  Proses perkembangan mental tingkat tinggi merupakan hasilperkembangan sistem motorik dan sistem persepsi.  Semua perilaku yang ditampilkan individu berlandaskan pada otot (maskular)dan respons motorik.



16



 Perilaku merupakan aktivitas otot sangat tergantung pada struktur dasar otot tersebut.  Pola proses pergerakan otot dan gerak (maskular dan motorik) merupakan proses neurogis dan perubahannya yang terjadi melalui tahap-tahap belajar.  Proses belajar berbasis perseptual motorik dilakukan dengan berbagai latihan seperti berikut ini. 



Melatih kemampuan perseptual-motor dengan berbagai kegiatan seperti berikut.







-



Berjalan di atas papan untuk menjaga keseimbangan.



-



Mengikuti gerak berdasarkan irama.



Melatih mengintegrasikan kemampuan perseptual-motorik dengan kegiatan seperti berikut. -



Melatih koordinasi gerakan otot kasar, seperti berguling, duduk,



merangkak, -



berjalan, berlari, melempar, melompat.



Melatih



menggenggam,



koordinasi



gerakan



motorik



halus



(jari



tangan),



memegang, menjimpit, meremas, merobek, meronce, dan lain-



lain. -



Melatih koordinasi gerakan visual-motorik, seperti menggambar,



mengancing baju, menuangkan air ke gelas, melempar bola ke dalam keranjang bola, menulis, menggambar, dan lain-lain. gerakan



Melatih koordinasi auditori-motorik dengan jalan menyesuaikan dengan irama yang sesuai.



17



-



Melatih kontrol otot mata (ocular), dengan jalan melatih visual fixasasi



(menatap objek visual) dan menentukan: perbedaan elemen-elemen dari objek yang ditatap, menentukan simbol-simbol grafis, mengidentifikasi bagian-bagian benda yang tidak lengkap, menentukan posisi benda, menggunting, menjiplak. 2.8 Pendekatan Edukatif Terhadap Tata Laksana Restorasi Otak (Brain Restoration) Brain restoration merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk membantu pemulihan fungsi otak setelah individu yang mengalami berbagai tindakan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan brain traumatic, baik yang disebabkan oleh faktor internal, seperti stroke (Cramer, 2012) maupun disebabkan oleh faktor eksternal, kecelakaan, seperti traumatic brain injured (WETA: 2011) yang ditetapkan berdasarkan verifikasi yang diberikan dokter ahli dalam bidang tersebut. Intervensi yang dilakukan untuk memulihkan keadaan yang tidak menguntungkan akibat brain injured yang secara umum adalah tugas para dokter dan tenaga medis lainnya, akan tetapi pemulihan fungsi otak yang berkaitan dengan brain restoration memerlukan pendekatan edukatif. Hal ini disebabkan karena apabila individu tersebut masih dalam usia sekolah maka setelah mendapatkan perawatan medis, individu yang bersangkutan kembali ke sekolah. Walaupun penderita tidak lagi berusia sekolah, akan tetapi pendekatan edukatif masih perlu dilakukan karena kegiatan yang dilakukan dalam rangka brain restoration memerlukan tindakan edukatif. Disinilah para tenaga edukatif berperan dengan bekerja sama dengan ahli medis, orang tua, dan pihak-pihak yang terkait lainnya. Para pendidik dituntut untuk melakukan berbagai pendekatan terhadap tata laksana brain restoration, khususnya setelah individu yang bersangkutan kembali ke sekolah. Pada keadaan tertentu, tindakan edukatif diperlukan juga oleh anak atau individu yang masih dalam perawatan di rumah sakit.



18



Sebagai contoh, anak yang mengalami brain restoration setelah pasca brain injured, khususnya traumatic brain injured, mengalami dampak yang kurang menguntungkan di bidang akademik, seperti yang diuraikan berikut ini.  Mengalami kesulitan berpikir logis dan kesulitan mengemukakan alasanalasan yang rasional  Menunjukkan respons atau reaksi yang lambat dalam melakukan tugas-tugas atau aktivitas yang perlu dilakukan  Mengalami masalah dalam pemusatan perhatian  Keterbatasan gerakan fisik  Menunjukkan perilaku sosial yang kurang atau tidak sesuai  Mengalami kesulitan dalam mengingat  Mengalami kebingunan dalam melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan tingkat kelas yang diikutinya  Mengalami kesulitan belajar khusus  Diyakini bahwa individu dengan TBI mengalami perkembangan yang sangat lambat dalam mempelajari hal-hal yang baru, walaupun kemampuankemampuan yang telah dimiliki masih ada  Mengalami kesulitan dalam bahasa dan kemampuan berbicara Berdasarkan keadaan yang telah diuraikan tersebut maka pendekatan pendidikan perlu dilakukan pada anak yang mengalami brain restoration. 2.9 Prakondisi



Dalam



Melakukan



Penatalaksanaan Brain Restoration



19



Pendekatan



Edukatif



Terhadap



Individu yang mengalami brain injured berdasarkan penelitian para ahli pendidikan di antaranya Cruickshank (1973), dan Bloomquist (2006) juga mengalami berbagai masalah, seperti : “ Sensory hyperactivity, dissciation (inability to see thing as a whole, figure-background problem, pervasive (serious social interaction problems) motor incoordination, memory dan attention span problems”. Berbagai masalah tersebut di atas mengakibatkan anak tertekan yang selanjutnya akan menyebabkan timbulnya berbagai masalah psikologis. Oleh sebab itu, perlu dilakukan berbagai tindakan prakondisi sebagai berikut. 1. Memahami perbedaan individual dan/atau kebutuhan khusus anak yang mengalami brain restoration, yang dapat dilakukan di antaranya dengan memahami riwayat perkembangan anak atau melakukan observasi dan wawancara dengan pihakpihak terkait. 2. Menyediakan pelayanan-pelayanan yang bertujuan untuk menimbulkan rasa aman dan perlindungan pada siswa, dan keselamatan siswa yang dapat dilakukan di antaranya dengan melakukan pendekatan psychoeducation. 3. Mengembangkan hubungan yang saling mempercayai antara pendidik dengan anak didik. Apabila prakondisi ini dipenuhi, maka diharapkan tindakan pendidikan yang dilakukan untuk membantu anak dalam brain restoration dapat berjalan dengan lancar. 2.10 Pengembangan Rencana Pendidikan Individual Dalam Brain Restoration Pendekatan pendidikan dimulai dengan penetapan tujuan yang akan dicapai, hal ini disebabkan karena tujuan merupakan kompas yang akan memberikan pedoman dalam melakukan berbagai kegiatan, di antaranya kegiatan pendidikan yang dilakukan di dalam program brain restoration. Setelah tujuan ditetapkan, maka proses dan prosedur kegiatan terkait dapat ditentukan. Sebelum tujuan ditetapkan, perlu dilakukan educational asesment terhadap individu yang mengalami brain restoration



20



karena hasil asesmen menjadi input dalam menetukan tujuan yang akan dicapai, seperti yang digambarkan di dalam diagram berikut ini. 2.11 Kerja otak sebagai pusat berpikir Secara garis besar, kinerja otak sebagai pusat berpikir dapat dikelompokkan menjadi delapan macam, yaitu: 1)



Menerjemahkan Informasi dari Indera/ organ sensoris



Mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit tidak dapat memahami sesuatu yang dilihat, didengar, membedakan busuk dengan wangi atau pahit dan manis, merasakan sakit dengan rasa enak, dan semua itu diterjemahkan oleh otak. 2)



Memproses Informasi



3)



Menyimpan Informasi



4)



Me-Recall Informasi (Mengingat Atau Remembering)



5)



Mengontrol Gerakan



6)



Mengontrol Bahasa



7)



Mengontrol Emosi/ perasaan Fungsi otak tengah (sistem limbik) ialah mengontrol emosi dan perasaan



manusia memiliki rasa empati, cinta dan kasih sayang. Ketika emosi sering kehilangn pikiran yang rasional karena korteks tidak berfungsi. Saat pria marah cenderung kasar, melempar atau memukul. Sedangkan wanita lebih rasional dan mempu meredam emosi. 8)



Mengontrol Hormonal Kelenjar Hipofise berada di otak tengah bagian ventral hipothalamus



merupakan “the Master of Gland” atau pusat kelenjar. Kelenjar ini mengeluarkan hormon yang mengacu kelenjar-kelenjar lain di berbagai bagian tubuh untuk mengeluarkan hormonnya. Ketika seseorang marah akan mempercepat denyut jantung dan frekuensi nafas, serta menyempitkan pembuluh darah. Dan jantung akan berdetak lebih cepat dan frekuensi nafas lebih banyak. 2.12 Implikasi dalam Dunia Pendidikan



21



1. Optimalisasi kecerdasan Pendidikan yang baik mengembangkan kecerdasan bukan hafalan yaitu melalui stimulasi otak untuk berpikir. Otak yang cerdas mampu menciptakan sesuatu yang baru, menemukan alternatif yang tidak pernah dipikirkan orang, dan mengatasi masalah dengan elegan. Teknik stimulasi otak melalui pendidikan yang divergen, resiprokal, dan eksploratif. 2.



Keseimbangan fungsi otak kanan dan kiri Otak kanan dan kiri memiliki fungsi yang berbeda. Otak kanan lebih berfikir



intuitif acak, tak teratur, divergen. Dan otak kiri bersifat linier, teratur, dan konvergen.



Pembelajaran



yang



bersifat



eksploratori



dan



divergen,



akan



mengembangkan kedua belahan otak. 3. Keseimbangan otak triune Seimbang fungsi otak atas, tengah dan bawah (logika, emosi, dan motorik). Tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusia yang cerdas, trampil, dan berakhlak mulia. 4. Pengembangn motorik tangan Koordinasi tangan sifatnya berkebalikan dimana tangan kiri dikendalikan otak bagian kanan. Jangan melarang anak menggunakan tangan kirinya yang sedang mengembangkan otak kanannya. 5. Pengembangan kemampuan berbahasa Berbagai fasilitas yang mampu mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan. Alat-alat tulis berbagai warna dan ukuran, tipe dan berbagai suara



dan



lagu



untuk



anak-anak,



buku-buku



bacaan



bergambar



yang



menarik, “environmental print” amat mendukung. 6.



Multiple Intelligences (MI) Teori MI dari Howard Garder (2000) mengingatka akan kecerdasan yang



ganda. Pendidikan mempertimbangkan tipe kecerdasan anak, bakat dan keinginan. Guru harus menggunakan berbagai metode, media, dan objek belajar untuk mengembangkan kecerdasan yang beragam. 22



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Otak manusia merupakan karunia Tuhan yang amat luar biasa, yang memungkinkan manusia dapat berpikir, memiliki perasaan, danmenggunakan bahasa. Kelebihan tersebut menyebabkan manusia mampubelajar dan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu perlu dimanfaatkan dengansebaik-baiknya. Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam persiapan manusia, mulai dari kanak-kanak (the long childhood) sampai akhir hayat (pendidikan sepanjang hayat). Periode 0-8 tahun merupakan tahun emas (golden age)untuk mengembangkan kecerdasan anak. Oleh karena itu pendidikan usiatersebut perlu mendapat perhatian yang sangat serius untuk mengembangkankecerdasan. Perasaan senang di sekolah (happy in school), kelas yangdemokratis, guru yang menerima anak apa adanya, ramah, dan perhatian dibutuhkan agar anak dapat mengaktualisasikan diri secara optimal. 3.2 saran Dengan adanya makalah ini semoga apa yang telah kita harapkan untuk mejadikan keinginan yang ingin kita peroleh lebih baik dari apa yang telah diharapkan. Makalah ini sangat membutuhkan saran dalam memperbaiki makalah ini kedepannya agar dapat menghitung dan menentukan jumlah uang yang beredar dengan lebih baik lagi.



23



DAFTAR PUSTAKA



Jamaris, Martini. 2013. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan. Bogor:Ghalia Indonesia. Surna, I Nyoman. 2014. Psikologi Pendidikan 1. Jakarta: Erlangga. agfi.staff.ugm.ac.id_neuroscience cdterapi.aktivasiotak.com. staffnew.uny.ac.id_otak_manusia



24