Obat Yang Menghambat Sintesa Dinding Sel: Farmakologi Veteriner [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FARMAKOLOGI VETERINER



ANTIBIOTIKA OBAT YANG MENGHAMBAT SINTESA DINDING SEL



Oleh: Yeyen Agustianingsi



1909511036



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat_Nya sehingga paper berjudul " Antibiotika ‘Obat yang Menghambat Sintesa Dinding Sel’ " ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulisan juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Dan harapan semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam tulisan ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.



Denpasar, 10 Oktober 2020 Hormat



Penyusun



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Antibiotik adalah zat-zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme seperti bakteri



dan jamur yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain. Biasanya bahan ini dapat membunuh bakteri (bakterisidal) atau menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) atau mikroorganisme lain. Pada umumnya, tubuh berhasil mengeliminasi bakteri tersebut dengan respon imun yang dimiliki, tetapi bila bakteri berkembang biak lebih cepat daripada aktivitas respon imun tersebut maka akan terjadi penyakit infeksi yang disertai dengan tanda-tanda inflamasi. Terapi yang tepat harus mampu mencegah berkembang biaknya bakteri lebih lanjut tanpa membahayakan host. Antibiotik sebagai obat untuk menanggulangi penyakit infeksi, penggunaannya harus rasional, tepat dan aman. Penggunaan antibiotic yang tidak rasional akan menimbulkan dampak negatif, seperti terjadinya kekebalan mikroorganisme terhadap beberapa antibiotik, meningkatnya efek samping obat dan bahkan berdampak kematian (Pratiwi, 2017). Beberapa antibiotik bersifat aktif terhadap lebih dari satu spesies bakteri baik gram negative maupun gram positif serta jamur yaitu berspektrum luas sedangkan antibiotik lain bersifat lebih spesifik terhadap spesies bakteri tertentu yaitu berspektrum sempit. Terdapat dua tipe antibiotik , yaitu antibiotik yang bersifat bakteriostatik dengan aktivitas menghambat perkembangan bakteri dan memungkinkan sistem kekebalan inangnya mengambil alih sel bakteri yang dihambat, contohnya tetrasiklin. Tipe kedua ialah antibiotik yang bersifat bakterisidal yang dapat membunuh bakteri dengan cara menghambat pembentukan dinding sel dan bersifat toksik pada sel bakteri, contohnya penisilin (Pratiwi, 2017). Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu sebagai berikut: 1.



Inhibitor sintesis dinding sel bakteri



yang memiliki efek bakterisidal dengan cara



memecah enzim dinding sel dan menghambat enzim dalam sintesis dinding sel. 2.



Inhibitor sintesis protein bakteri memiliki efek bakterisidal atau bakteriostatik dengan cara menganggu sintesis protein tanpa mengganggu sel-sel normal dan menghambat tahaptahap sintesis protein.



3.



Mengubah permeabilitas membran sel dan memiliki efek bakteriostatik dengan cara menghilangkan permeabilitas membran oleh karena hilangnya substansi seluler sehingga menyebabkan sel menjadi lisis.



4.



Menghambat sintesa folat, dan mengganggu sintesis DNA (Pratiwi, 2017)



1.2



Tujuan Penulisan Tujuan penulisan paper Farmakologi Veteriner dengan judul ‘Antibiotika ‘Obat yang



Menghambat Sintesa Dinding Sel’’ adalah sebagai berikut: 1.



Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh materi ‘Antibiotika’ mata kuliah Farmakologi Veteriner.



2.



Untuk mengetahui jenis-jenis antibiotik yang berperan sebagai inhibitor sintesis dinding sel bakteri.



3.



Untuk mengetahui mekanisme antibiotik yang berperan sebagai inhibitor sintesis dinding sel bakteri.



1.3



Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan paper Farmakologi Veteriner dengan judul ‘Antibiotika ‘Obat



yang Menghambat Sintesa Dinding Sel’’ adalah sebagai referensi untuk seluruh mahasiswa Kedokteran Hewan, khususnya dan pembaca pada umumnya dapat mengetahui jenis-jenis dan mekanisme kerja antibiotik yang berperan sebagai inhibitor sintesis dinding sel bakteri.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Penghambatan Sintesis Dinding Sel oleh Antibiotik Bakteri mimiliki dinding sel, dinding sel adalah lapisan luar kaku yang berfungsi untuk



pertahanan bentuk sel dan mengatur tekanan osmotik di dalam sel. Dinding sel bakteri Gram positif mempunyai struktur dinding sel yang berbeda dengan bakteri Gram negatif. Dinding sel bakteri Gram positif mengandung peptidoglikan dan teikhoat atau asam teikuronat dengan atau tanpa envelop yang terdiri dari protein dan polisakarida, sedangkan dinding sel bakteri Gram negatif mengandung peptidoglikan, lipopolisakarida, lipoprotein, fosfolipid dan protein. Salah satu mekanisme kerja antibiotik yaitu membunuh sel bakteri dengan penghambatan sintesis dinding sel bakteri, tempat kerja antibiotik pada dinding sel bakteri adalah lapisan peptidoglikan. Lapisan ini sangat penting dalam mempertahankan kehidupan bakteri dari lingkungan yang hipotonik, sehingga kerusakan atau hilangnya lapisan ini akan menyebabkan dinding sel menjadi rapuh dan terjadi lisis sel (Sudigdoadi, 2015).



Gambar 1. Dinding sel bakteri Gram positif dan Gram negatif dan masuknya antibiotik melalui porin pada dinding bakteri Gram negatif (Mekanise Timbulnya Resistensi Antibiotik pada Infeksi Bakteri. Oleh: Sudigdoadi, 2015)



Contoh antibiotik sebagai inhibitor sintesis dinding sel bakteri adalah antibiotik golongan βlaktam yaitu penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam, dan inhibitor β -laktamase.



yang bersifat inhibitor selektif terhadap sintesis dinding sel bakteri, bekerja aktif pada bakteri yang dalam fase pertumbuhan. Tahap awal pada kerja antibiotik ini dimulai dari pengikatan obat pada reseptor sel bakteri yaitu pada protein pengikat penisilin (PBPs=Penicillin-binding proteins). Setelah obat melekat pada satu atau lebih reseptor maka reaksi transpeptidasi akan dihambat dan selanjutnya sintesis peptidoglikan akan dihambat. Tahap berikutnya adalah inaktivasi serta hilangnya inhibitor enzim-enzim autolitik pada dinding sel. Akibatnya adalah aktivasi enzim-enzim litik yang akan menyebabkan lisis bakteri (Sudigdoadi, 2015). Penghambat lain sintesis dinding sel pada bakteri adalah Vancomycin, Teicoplanin, Fosfomycin, bacitracin, Cycloserine. 2.2



Antibiotik Golongan β-Laktam Antibiotik β-laktam terdiri dari berbagai golongan obat yang mempunyai struktur cincin



β-laktam, yaitu, penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, dan inhibitor β -laktamase. Antibiotik β-laktam umumnya bersifat bakterisid, dan tergolong efektif terhadap organisme Gram-positif maupun Gram-negatif. Antibiotik β-laktam mengganggu sintesis dinding sel bakteri. 2.2.1 Penisilin Penisilin adalah antibiotika yang banyak digunakan untuk mengatasi infeksi. Termasuk dalam antibiotik β-laktam Karena memiliki cincin β-laktam. Penisilin dapat menghambat sintesis dinding sel bakteri. Penissilin mempunyai ciri kimiawi, farmakologi, mekanisme kerja, karakteristik imunologi dan efek klinis yang mirip dengan sefalosporin, monobaktam, karbapenem, dan inhibitor β –laktamase yang juga merupakan golongan antibiotik β-laktam. Terdapat beberapa golongan antibiotik penicillin yaitu sebagai berikut (Yuana, 2016). Penisilin ditemukan oleh A. Fleming pada tahu 1929 di London, stelah mengalami pertumbuhan stafilikokus tertentu yang terhambat pertumbuhannya bila bakteri tersebut terkontaminasi oleh jamur. Penisillin natural yang ditemukan yaitu Benzylpenillin (Penicillin G) dan Penisilin V (Phenoxymethylpenicillin). Pada awal penemuannya produksi penicillin di gunakan Penicillium notatum. Karna kebutuhan yang meningkat maka digunakan Penicillium chrysogenum. Golongan ini sangat potensial terhadap organisme gram positif. Penicillin Semisintetik, merupakan antibiotic yang dikembangkan pada tahun 1960. Banyak dari campuran ini telah dikembangkan untuk mempunyai keuntungan atau manfaat yang berbeda dari Penisilin G, seperti spektrum aktivitas ditingkatkan (efektivitas melawan bakteri Gram-negatif), Dikembangkan karena terdapat kelemahan pada Benzylpenillin yaitu



aktivitas terhadap bakteri gram negatif rendah, dapat hancur oleh asam, dan hancur oleh enzim β-laktamase. Penicillin Semisintetik dibuat dengan pemutusan rantai samping benzyl dari inti 6-.APA dan substitusi pada beberapa rantai samping yg berbeda. dikelompokkan menjadi 3 yaitu narrow spectrum antibiotic, penicillinase (-laktamase) stable penicillin dan broadspectrum penicillin. A. Klasifikasi Penisillin dapat dikelompokkan menjadi: 1.



Penicillins Penicillins adalah antibiotik berspektrum sempit, yaitu lebih spesifik terhadap spesies bakteri tertentu.  Benzylpenillin (Penicillin G) Benzylpenillin (Penicillin G) dihasilkan oleh mikroorganisme Penicillium notatum Berbentuk kristal putih, penicillin relatif tidak larut air dan tidak stabil. Merupakan asam organik dengan inti siklik (A thiazolidine;B beta-lactam) dan rantai samping (R).



3 Gambar 2. Struktur Kimia Penisilin (Sumber: Produksi Penisilin oleh Penicillium Chrysogenum dengan Penambahan Fenilalanin. Oleh: Tanuwijaya 2015) Ket: 1. Gugus rantai samping; 2. Cincin β-laktam; 3. Cincin thiazolidin



Benzylpenillin (Penicillin G) sangat peka terhadap bakteri gram positif, coccus gram negative, dan bakteri anaerob penghasil non- β-laktam (Yuana, 2016). Namun memiliki potensi rendah terhadap mikroorganisme gram negatif.  Phenoxymethylpenicillin (Penisillin V) Phenoxymethylpenicillin (Penisillin V) sama seperti Benzylpenillin, yaitu sangat peka terhadap bakteri gram positif, coccus gram negative, dan bakteri anaerob



penghasil non- β-laktam (Yuana, 2016). Pemakaian antibiotik jenis ini cocok diberikan secara oral karena tergolong stabil pada pH asam. Absorbsi Phenoxymethylpenicillin (Penisillin V) relatif lambat. 2. Penisilin tahan terhadap enzim β-laktamase Penisilin jenis ini resisten terhadap stafilokokus β-laktamase, dan aktif terhadap organisme gram positif seperti stafilokokus, streptokokus tetapi tidak aktif terhadap enterokokus, bakteri anaerob, dan kokus gram negatif dan batang gram negatif. Golongan ini sangat stabil dalam media asam dan diabsorpsi secara memadai setelah pemberian oral.  Cloxacillin dan Oxacillin Secara in vitro keduanya aktif terhadap staphylococus yang resisten penicillin G. Dikonsumsi secara oral dan tahan terhadap asam lambung. Secara oral Cloxacillin lebih cepat dan efektif diabsorbsi dari pada Oxacillin.  Nafcillin & Fluoxacillin Nafcillin sering digunakan sebagai preparat intramamary. Fluoxacillin absorbsi baik setelah pemberian oral. Penicillin tahan penicillinase yang lain seperti methycillin sudah tidak beredar lagi karena nefrotoksik.  Temocillin Temocillin termasuk new beta-laktam antibiotic. Aktif terhadap gram positif dan gram negatif. Sangat stabil terhadap β -laktamse.



3. Penisilin dengan spektrum yang diperluas Golongan ini memiliki aktivitas antimikroba yang lebih luas, termasuk mikroorganisme gram-negatif tertentu. Penisilin golongan ini mempertahankan spektrum antibakteri dari penisilin dan dapat meningkatkan aktivitas terhadap bakteri gram negatif. 



Ampicillin Ampicillin termasuk dalam golongan aminopenicillin. Sifat farmakologis ampicillin adalah diabsopsi baik setelah pemberian oral, stabil terhadap pH asam. Asupan makanan sebelum konsumsi ampisilin mengurangi absorbsinya.







Amoxycillin Amoxyicilin berhubungan erat dengan ampicillin, obat ini diabsorpsi lebih cepat dan lengkap di ginjal dari ampisilin (Yuana, 2016). Amoxyicilin juga termasuk golongan



aminopenicillin. Sifat farmakologis ampicillin adalah diabsopsi baik setelah pemberian oral, stabil terhadap pH asam. 



Penicillin Active Against Pseudomonas - Carbenicillin, termasuk dalam golongan carboxypenicillin, merupakan penicillin pertama yg aktif terhadap Pseudomonas aerogenosa. - Ticarcillin,



termasuk golongan carboxypenicillin. Aktivitas ticarcillin mirip



carbenicillin, namun aktifitas terhadap pseudomonas lebih besar di banding carbenicillin. Sama seperti carbenicillin, ticarcillin sering dikombinasi dengan gentamycin pada infeksi serius bakteri gram negatif. - Acylureido Penicillin, termasuk di dalamnya piperacillin, mezlocillin, dan azlocillin. Aktivitasnya saa dengan ticarcillin, juga aktif terhadap bakteri gramnegatif bacilli spt Klebsiella, Pseudomonas.



B. Aktivitas Antimikroba Potensi penisilin dinyatakan dalam dua jenis satuan. Untuk penisilin G biasanya digunakan satuan aktivitas biologic yang dibandingkan terhadap suatu standar, dan dinyatakan dalam Internasional Unit (IU). Satu miligram natrium-penisilin G murni adalah ekivalen dengan 1667 IU atau 1 IU = 0,6 µg. Satuan potensi penisilin lainnya pada umumnya dinyatakan dalam satuan berat. C. Mekanisme Kerja Mekanisme kerja penisillin yaitu membunuh sel bakteri dengan penghambatan sintesis dinding sel bakteri, penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Penisilin akan menghasilkan efek bakterisid terhadap mikroba yang sensitive. Mekanisme kerja antibiotika β-laktam yaitu obat bergabung dengan penicillin-binding protein (PBPs) pada kuman. Sehingga terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses transpeptidasi antar rantai peptidoglikan terganggu, kemudian terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel. Di antara semua penisilin, penisilin G mempunyai aktivitas terbaik terhadap kuman Gram-positif yang sensitif. Kelompok ampisilin, walaupun spektrum antimikrobanya luas, aktivitasnya terhadap mikroba Gram-positif tidak sekuat penisilin G, tetapi efektif terhadap beberapa mikroba Gram-negatif dan tahan asam. Spektrum Antimikroba Penisilin G efektif terutama terhadap mikroba Gram positif dan beberapa mikroba Gram-negatif , di antara kokus Gram-positif, enterokokus yang terendah sensitivitasnya. Hampir semua infeksi oleh stafilokokus disebabkan oleh kuman penghasil



penisilinase dan karena itu harus diobati dengan penisilin yang tahan penisilinase. Penisilin V memiliki spektrum anti mikroba yang sama dengan penisilin G. Phenoxymethylpenicillin spektrumnya lebih sempit daripada penisilin G, karena tidak efektif sama sekali terhadap mikroba Gram-negatif. Sifat Phenoxymethylpenicillin ini juga merupakan sifat umum penisilin isoksazolil. Secara in vitro, aktivitas dicloksacillin dan fluoxacillin melebihi Cloxacillin dan Oxacillin, dan yang dua tersebut terakhir aktivitasnya melebihi Phenoxymethylpenicillin. Aktivitas penisilin isoksazolil, metisilin dan nafsilin umumnya kurang bila dibandingkan dengan penisilin G. Ampisilin berspektrum luas, tetapi aktivitasnya terhadap kokus Gram-positif kurang daripada penisilin G. Perbedaan amoksilin dari ampisilin, ialah efek bakterisidal yang lebih cepat. Kelompok penisilin antipseudomonas seperti Karbenisilin efektif terhadap pseudomonas yang resisten terhadap ampisilin. Tikarsilin memiliki sifat yang sama dengan karbenisilin, kecuali aktivitasnya terhadap pseudomonas lebih baik. Azlosilin mempunyai daya antipseudomonas 10 kali lebih kuat daripada karbenisilin. Mezlosilin mempunyai daya antipseudomonas yang sebanding dengan tikarsilin(Wahyu, 2017).



D. Resistensi Penggunaan penisillin dapat menyebabkan resistensi, jenis mikroba yang tadinya sensitif dapat menjadi resisten. Mekanisme resistensi terhadap penisilin dapat terjadi karena beberapa hal yaitu seperti: 



Pembentukan enzim betalaktamase, pada umumnya kuman Gram-positif mensekresi betalaktamase ekstraselular dalam jumlah relatif besar. Kuman Gram-negatif hanya sedikit mensekresi keluar betalaktamase Kebanyakan jenis betalaktamase dihasilkan oleh kuman melalui kendali genetik oleh plasmid;







Enzim autolisin kuman tidak bekerja sehingga timbul sifat toleran kuman terhadap obat;







Kuman tidak mempunyai dinding sel (misalnya mikoplasma);







Perubahan PBP atau obat tidak dapat mencapai PBP. (Wahyu, 2017).



E. FARMAKOKINETIK 



Absobsi Penisilin G mudah rusak dalam suasana asam (pH 2), oleh karena itu penisilin G tidak dianjurkan untuk diberikan oral. Larutan garam Na-penisilin G absorbsi cepat dari



tempat injeksi. Untuk memperlambat absorpsinya, penisilin G dapat diberikan dalam bentuk repositori, umpamanya penisilin G benzatin, penisilin G prokain sebagai suspensi dalam air atau minyak. Penisilin tahan asam pada umumnya dapat menghasilkan kadar obat yang dikehendaki dalam plasma dengan penyesuaian dosis oral yang tidak terlalu bervariasi. Makanan dapat menghambat absorpsi tetapi beberapa di antaranya dihambat secara tidak bermakna. Absorpsi amoksisilin di saluran cerna jauh lebih baik daripada ampisilin dengan dosis oral yang sama, Penyerapan ampisilin terhambat oleh adanya makanan di lambung, sedang amoksisilin tidak. Perlambatan absorbsi diperluan untuk menjaga konsentrasi dalam plasma dan jaringan, terdapat metode untuk memperlambat absorbs yaitu sediaan garam inorganik disuspensikan dalam minyak, sering pada penisillin semisintetik (ampicillin dan amoxycyllin) dan garam organik sedikit larut air seperti procaine benzylpenicillin atau benzathine penicillin. 



Distribusi Penisilin G didistribusi luas dalam tubuh dan pengikatannya oleh protein plasma 65%, namun tidak dapat menembus blood brain barrier, kecuali terjadi meningitis. Penisilin G sedikit diabsorbsi via intestinal, karena instabilitas pada pH yang rendah, difusi via membran serosa penisilin G tergolong buruk, kecuali saat terjadi inflamasi. Distribusi Phenoxymethylpenicillin, penisilin isoksazolil dan metisilin pada umumnya sama dengan penisilin G. Dengan dosis yang sama, kadar puncak dalam serum tertinggi dicapai oleh diklosasilin, sedangkan kadar tertinggi obat bebas dalam serum dicapai oleh flukloksasilin. Perbedaan nyata terlihat antara lain adalah dalam hal pengikatan oleh protein plasma. Ampisilin juga didistribusi luas di dalam tubuh dan pengikatannya oleh protein plasma hanya 20%. Ampisilin yang masuk ke dalam empedu mengalami sirkulasi enterohepatik, tetapi yang diekskresi bersama tinja jumlahnya cukup tinggi. Distribusi amoksisilin secara garis besar sama dengan ampisilin. Karbenisilin pada umumnya memperlihatkan sifat distribusi yang sama dengan penisilin lainnya termasuk distribusi ke dalam empedu, dan dapat mencapai CSS pada meningitis(Wahyu, 2017).







Biotransformasi dan Ekskresi, Proses biotransformasi oleh hospes tidak bermakna. Biotransformasi penisilin umumnya dilakukan oleh mikroba, yaitu akibat pengaruh penisilinase sehingga terjadi pemecahan cincin β -laktam, dan kehilangan seluruh aktivitas antimikroba. Amidase memecah rantai samping, dengan akibat penurunan potensi antimikroba. Penisilin



umumnya diekskresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal yang dapat dihambat oleh probenesid. F. Efek Samping Frekuensi kejadian efek samping penisillin, tergantung dari sediaan dan cara pemberian. Pada umumnya pemberian oral lebih jarang menimbulkan efek samping daripada pemberian parenteral(Wahyu, 2017). Efek samping dapat menimbulkan reaksi alergi penicillin berupa terjadi syok anafilaktik, nefropati oleh penisilin (penisilin G, Phenoxymethylpenicillin dan ampisilin) yang berupa nefritis interstitium, anemia hemolitik, gangguan fungsi hati yang merupakan efek samping yang ditimbulkan oleh karbenisilin, ampisilin dan oksasilin. Tindakan yang diambil terhadap reaksi alergi ialah menghentikan pemberian obat dan memberi terapi simtomatik dengan adrenalin. G. Indikasi 



Bovine Mastitis, Penyakit ini biasanya disebabkan oleh streptococcus, staphylococcus, C.pyogenes, E.coli, P.aerogenosa, bacil asam dan kadang mycoplasma. Pada penyakit ini diberikan sodium atau procaine penicillin 300.000 unit (180 mg) intra mamary setiap kuarter, biasanya diberikan 3 kali interval 24-48 jam.







Antrax, Penyakit ini biasanya menyerang sapi, kambing, domba, babi dan anjing. Dosis besar benzylpenicillin sebagai dosis inisial diperlukan. 3 x dosis 100.000 unit soluble penicillin diberikan dengan interval 12 jam.







Septikemia akut atau ringan yang biasa menyerang pada babi, pemberian penisillin 4000 unit/kg bb







Strangles (Strep. equi), pemberian penicillin 100.000 unit/kg bb per hari selama 5 hari.







Infeksi klostridium Benzylpenicillin harus diberikan dengan segera dan jika mungkin di berikan dekat daerah infeksi.







Pada babi untuk terapi streptococal meningitis, diberikan phenoxymethylpenicillin dengan tingkat dosis 8 mg/kgbb.







Khususnya pada infeksi kulit dan jaringan lunak, luka bakar dan septikemia karena infeksi bakteri Gram gram positif dilakukan pemberian Cloxacillin. Pada infeksi kulit anak anjing diberikan secara oral. Pemberian secara parenteral pada hewan kecil 4-10 mg/kgBB, intramamary; Sodium cloxacillin 200 mg per kuarter, Benzathine cloxacillin 500 mg per kuarter. Pemberian Cloxacillin juga dilakukan pada bovine mastitis.







Ampicillin, diberikan pada sapi yang mengalami pneumonia, enteritis dan septikemia krn salmonella, mastitis (E.coli), metritis dan pyelonefritis. Pada babi yang mengalami enteritis & pneumonia (E.coli), erysipelas dan metritis. Pada domba yang mengalami PMK, mastitis, metritis, pneumonia dan abses. Pada anjing yang mengalami infeksi sekunder dermatitis dan enteritis, infeksi telinga, leptospirosis, pharyngitis, tonsilitis, infeksi respirasi, urogenital dan luka pos operasi. Pada kucing yang mengalami infeksi sekunder respirasi, enteritis dan infeksi telinga. Pemberian ampicillin dengan dosis secara orally 10 mg/kg 2 kali perhari, parenterally 7 mg/kg perhari. Indikasi ampicillin mirip dengan indikasi pada amoxicillin dengan pemberian dosis oral 10 mg/kg 2 kali per hari, parenteral 7-15 mg/kg by long acting injection.



Pemilihan preparan berdasarkan beberapa hal yaitu khususnya gram positif, penisilin tahan asam dengan pemberial secara oral, penisilin tahan penisilinase, dan farmakokinetikanya.



2.2.2. Sefalosporin Sefalosporin mirip dengan penisilin secara kimiawi, cara kerja, dan toksisitas. Hanya saja sefalosporin lebih stabil terhadap banyak beta-laktamase bakteri sehingga memiliki spektrum yang lebih luas. Mekanisme kerja sefalosporin yaitu menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan cara yang sama seperti penisilin (Yuana 2016). A. Klasifikasi Sefalosporin diklasifikasikan berdasarkan generasinya, yaitu generasi I hingga IV 



Sefalosporin generasi pertama Sefalosporin generasi pertama termasuk di dalamnya sefadroxil, sefazolin, sefalexin, sefalotin, sefafirin, dan sefradin. Obat - obat ini sangat aktif terhadap kokus gram positif seperti pneumokokus, streptokokus viridan, dan grup streptokokus A hemolitikus dan S. aures rentan terhadap golongan ini. Sebagian besar anaerob mulut bersifat sensitif, tetapi kelompok B. Fragilis bersifat resisten







Sefalosporin generasi kedua Anggota dari sefalosporin generasi kedua, antara lain: sefaklor, sefamandol, sefanisid, sefuroxim, sefprozil, loracarbef, dan seforanid. Secara umum, obat-obat generasi kedua memiliki spektrum antibiotik yang sama dengan generasi pertama. Hanya saja obat generasi kedua mempunyai spektrum yang diperluas kepada bakteri gram negatif, tetapi kurang aktif daripada sefalosporin generasi-ketiga.







Sefalosporin generasi ketiga Obat–obat sefalosporin generasi ketiga adalah sefoperazone, sefotaxime, seftazidime, seftizoxime, seftriaxone, sefixime, seftibuten, moxalactam, dll. Obat generasi ketiga memiliki spektrum yang lebih diperluas kepada bakteri gram negatif dan dapat menembus susunan saraf pusat (Yuana, 2016). Obat golongan ini kurang aktif dari generasi-pertama melawan kokus gram-positif, tetapi jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk galur penghasil β- laktamase







Sefalosporin generasi keempat Obat golongan ini adalah sefepim, memiliki spektrum aktivitas lebih luas dibandingkan dengan generasi ketiga dan tahan terhadap hidrolisis oleh β- lactamase.



B. Penggunaan Klinik 



Sefalosporin generasi pertama Secara Orally digunakan untuk terapi infeksi tract. Urinary. Cefazolin merupakan penetrasi jaringan yang bagus, sebagai profilaksis pada pembedahan. Cefazolin juga digunakan sebagai alternatif antistafilikokal pada pasien alergi penicillin. Cefazolin tidak dapat menetrasi CNS, sehingga tidak dapat digunakan untuk terapi meningitis.



 Sefalosporin generasi kedua Secara primer sefalosporin generasi kedua digunakan untuk terapi sinusitis, otitis, infeksi tract respirasi bagian bawah, terutama yang disebabkan oleh H. influenza, Branhamella catarrhalis. H. influenza, Branhamella catarrhalis. Karena kemampuannya terhadap bakteri anaerob (spt. B fragilis), cefoxitin, cefotetan, cefmetazole, sefalosporin generasi kedua juga digunakan untuk terapi infeksi anaerobic seperti peritonitis dan diverticulitis. Hanya Cefuroxime dari Sefalosporin generasi kedua yang dapat menembus sawar otak. Tetapi penggunaannya kurang efektif untuk terapi meningitis dibandingkan ceftriaxone atau cefotaxime.  Sefalosporin generasi ketiga Sefalosporin generasi ketiga biasanya digunakan untuk terapi infeksi yg serius dan resisten terhadap obat lain. Ceftriaxone (125 mg single injeksi) dan cefixime (400 mg single orally) digunakan sebagai the first–line therapy gonorrhea dan beberapa strain N gonorrhoeae yang resisten terhadap penisilin. Karena Ceftriaxone dan cefixime mampu menetrasi sawar otak, sefalosporin generasi tiga juga digunakan untuk terapi meningitis, termasuk yang disebabkan oleh pneumococci, meningococci, H influenza, gram negatif saluran cerna tetapi bukan Listeria monocytogenes. Penggunaannya dianjurkan dikombinasi dengan aminoglikosida untuk terapi meningitis yang disebabkan oleh P aeruginosa. Ceftriaxone dan cefotaxime adalah cephalosphorin generasi ketiga yang paling aktif terhadap pneumococci yang resisten penicillin.



 Sefalosporin generasi keempat Sefalosporin generasi keempat memiliki aktivitas yang baik terhadap P aeruginosa, Enterobacteriaceae, S aureus dan S pneumonia. Sefalosporin generasi keempat mempunyai aktivitas yang bagus terhadap streptococci yang resisten terhadap penicillin, dan aktivitas yg tinggi terhadap haemophilus dan neisseria. Dan mampu menetrasi sawar otak dengan baik.



C. Farmakokinetik dan Dosis 



Sefalosporin generasi pertama Pada pemberian secara oral - Cephalexin, cephradine dan cefadroxil, mengalami absorbs yang bervariasi, serum level 15-20 ug/mL (orally 500 mg). - Cephalexin dan cephradine dosis oral adalah 0,25-0,5 g 4 kali perhari (15-30 mg/kg/d), cefadroxil 0,5-1 g 2 kali perhari - Cefadroxil pada anjing diberikan dengan dosis 10 mg/kg 2 kali perhari, sedangkan pada kucing 20 mg/kg 1-2 kali per hari - Cephalexin pada Anjing dan kucing diberikan dengan dosis 10-15 mg/kg 2 kali perhari - Ekskresi sefalosporin generasi pertama yaitu melalui filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus ke dalam urin, probenecide dapat menghambat sekresi sefalosporin generasi pertama secara signifikan. Pada pemberian Parenteral - Hanya Cefazolin, yang masih sering digunakan dari sefalosporis generasi pertama. Dosis pemberian yaitu 0,5-2 g setiap 8 jam. - Cephalexin diberikan pada sapi dengan dosis 7 mg/kg/d i.m. kambing dan babi 10 mg/kg/d i.m. Anjing dan kucing 10 mg/kg/d i.m. - Ekskresi sefalosporis generasi pertama pada pemberian parental adalah melalui ginjal.







Sefalosporin generasi kedua Pemberian secara oral - Cefaclor, cefuroxime axetil, cefprozil dan loracarbef dapat diberikan secara oral, dengan dosis pada dewasa, 10-15 mg/kg/d dibagi 2-4 dosis. Pada anak, 20-40 mg/kg/d, max 1 g/d.



- Cefaclor dari sefalosporin generasi kedua merupakan paling peka terhadap βlaktamase.



Pemberian secara parental - Cefonicid sangat terikat protein plasma, hal ini merupakan penyebab kegagalan terapi infeksi stafilokokus akut. - Cefoxitin diberikan secara pariental dengan dosis 50-200 mg/kg/d interval 6-8 jam. cefotetan per 12 jam, cefonicid dan ceforanide per 12-24 jam, cefprozil per 24 jam. 



Sefalosporin generasi ketiga - Sefalosporin generasi ketiga memiliki kemampuan penetrasi yang baik terhada cairan dan jaringan. Cefoperazone, cefixime, ceftibuten, dan cefpodoxime kadar dalam cairan cerebrospinal mampu menghambat bakteri paling patogen, termasuk gram negatif kecuali pseudomonas. - Dosis pemberian Ceftriaxone tunggal 1 g/d cukup untuk terapi infeksi yang paling serius, dan 4 g untuk meningitis. - Cefixime dpt diberikan orally ( 200 mg 2x/d atau 400 mg/d) untuk infeksi tract. respirasi atau urinary. - Ekskresi cefoperazone dan ceftriaxone utama via tract biliary, sehingga pada penderita insufisiensi ginjal tidak perlu penyesuaian.







Sefalosporin generasi keempat Sefalosporin generasi keempat diekskresi melalui ginjal.



D. Efek Samping Sefalosporin Penggunaan sefalosporin dapat menyebabkan beberapa reaksi alergi yaitu berupa reaksi hipersensitifitas seperti reaksi alergi penicillin, termasuk anafilaksis, kulit gatal, nefritis, granulositoma dan anemia hemolitik. Penggunaan sefalosporin 5-16 % dapat menimbulkan reaksi alergi, penggunaan Sefalotin yang lebih dari 12 gr perhari dapat menyebabkan anemia hemolitik. Penggunaan Sefaloridin yang lebih dari 6 gr dapat menyebabkan nefrotoksik. Reaksi alergi lainnya adalah terjadinya iritasi pada tempat penyuntikan sefalotin dan sefapirin. Beberapa Sefalosporin generasi kedua dan khususnya generasi ketiga kurang efektif terhadap gram positif, khususnya methicillin-resistant staphylococci dan enterococci. Selama terapi dengan obat tersebut, organisme tersebut ini dapat berkembang dan menyebabkan superinfeksi. Iritasi local pada penggunaan Sefalosporin dapat menyebabkan



nyeri dan thrombophlebitis setelah terjadi injeksi, kadang terjadi nefritis interstitial dan nekrosis tubuler. Sefalosporin yang mengandung gugus methylthiotetrazole (spt. cefamandole, monolactam, cefmetazole, cefotetan,cefoperazone)



sering menyebabkan



hypoprothrombenemia dan gangguan perdarahan.



2.2.3. Monobaktam Monobaktam relatif resisten terhadap β-laktamase dan aktif terhadap gram negatif (termasuk serratia dan pseudomonas). Aktivitas Monobaktam terhadap gram-positif atau anaerob tergolong rendah. Aztreonam adalah contoh monobaktam, aktivitasnya mirip aminoglikosida. Pasien yang alergi terhadap penicillin dapat menerima aztreonam tanpa ada reaksi.



2.2.4. Karbapenem Karbapenem adalah golongan β-laktam yang mempunyai spektrum yang lebih luas daripada kebanyakan antibiotik β-laktam lainnya(Yuana,2016). Imipenem merupakan contoh Karbapenem yang mempunyai spectrum luas terhadap bakteri gram negatif, gram positif dan anaerob. Imipenem resisten terhadap sebagian besar βlaktamase, tetapi tidak resisten terhadap



metallo β-laktamase. Enterococcus faecium,



methicillin-resistent staphylococci, Clostridium difficile, Burkholderia cepacia dan Stenotrophomona maltophillia adalah resisten. Imipenem diinaktivasi oleh dehidropeptidase pada tubulus ginjal, yang menyebabkan konsentrasinya rendah pada urin. Sehingga penggunaan



kliniknya



dikombinasi



dengan



cilastin



yang



merupakan



inhibitor



dehidropeptidase. Efek samping umum imipenem adalah terjadi mual, muntah, diare, gatal, dan dosis berlebih dapat menyebabkan kejang. Meropenem merupakan contoh Karbapenem yang mirip dengan imipenem, tetapi aktivitasnya terhadap gram negatif aerob sedikit lebih besar dibanding imipenem dan Meropenem sedikit kurang aktif terhadap gram positif. Ertapenem merupakan contoh Karbapenem yang berbeda dengan imipenem dan meropenem karena mempunyai t½ serum yang lebih lama yang memungkinkan dosis sehari dan aktivitasnya lebih rendah terhadap P. aeruginosa dan Acinetobacter spp. Aztreonam merupakan contoh Karbapenem β-laktam monosiklik. Aztreonam resisten terhadap β laktamase yang dihasilkan oleh sebagian besar bakteri gram negatif. Memiliki aktivitas hanya terhadap bakteri gram-negatif, tidak aktif terhadap bakteri gram-positif dan anaerob(Yuana 2016).



2.2.5 Inhibitor β–laktamase Inhibitor β–laktamase yaitu termasuk Clavulanic acid, Sulbactam, Tazobactam. Antibakterial β–lactamase inhibitor sangat lemah. Inhibitor β–laktamase merupakan inhibitor yang potensial terhadap sebagian besar β-laktamase bakteri dan melindungi penisillin dari hidrolisis enzim ini. Inhibitor β–laktamase hanya tersedia dalam kombinasi dengan penicillin. Ampicillin sulbactam aktif terhadap S aureus dan H influenzae, tetapi tidak aktif terhadap serrate. Pada P aeruginosa yang resisten piperacillin, juga resisten piperacillin-tazobactam.



BAB III KESIMPULAN



Antibiotik adalah zat-zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain. Salah satu mekanisme kerja antibiboti adalah sebagai inhibitor sintesis dinding sel bakteri yang memiliki efek bakterisidal dengan cara memecah enzim dinding sel dan menghambat enzim dalam sintesis dinding sel. Tempat kerja antibiotik pada dinding sel bakteri adalah lapisan peptidoglikan yang merupakan lapisan penting dalam mempertahankan kehidupan bakteri dari lingkungan yang hipotonik, sehingga kerusakan atau hilangnya lapisan ini akan menyebabkan dinding sel menjadi rapuh dan terjadi lisis sel. Antibiotik sebagai inhibitor sintesis dinding sel bakteri adalah antibiotik golongan βlaktam yaitu penisilin, sefalosporin, karbapenem, dan monobaktam yang bersifat inhibitor selektif terhadap sintesis dinding sel bakteri, bekerja aktif pada bakteri yang dalam fase pertumbuhan.



Penghambat lain sintesis dinding sel pada bakteri adalah Vancomycin,



Teicoplanin, Fosfomycin, bacitracin, Cycloserine



DAFTAR PUSTAKA Pratiwi, Rina Hidayati. 2017. Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap Antibiotik. Jurnal Pro-Life Vol. 4 (3). Purnomo, Hari Purnomo, Intan Setyorini. 2017. Komputasional Derivat Penisilin yang Tahan Asam dan Tahan Enzim Beta Laktamase. Majalah Farmaseutik Vol. 13 (2): 95-100 Wahyu, Fernando. 2017. Tinjauan Farmakologi Penisilin. Program Studi Dokter Spesialis Farmakologi Klinik. Stase Ilmu Penyakit Dalam-Divisi Alergi Imunologi. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia: Jakarta. Yuana, Derryl Agustin. 2016. Gambaran Penggunaan Antibiotik dengan Resep dan Tanpa Resep Dokter di Beberapa Apotek di Area Jember Kota. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Jember: Jember. Tanuwijaya, Vania Aprilina. 2015. Produksi Penisilin oleh Penicillium chrysogenum dengan Penambahan Fenilalanin. Skripsi. Fakultas Teknobiologi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta: Yogyakarta. Sudigdoadi, Sunarjati. 2015. Mekanisme Timbulnya Resistensi Antibiotik pada Infeksi Bakteri. Bahan Ajar Bagian Mikrobiologi. Fakultas Kedokteran. Universitas Padjadjaran: Sumedang. Samsuri. 2016. Antibiotics (Antibiotik yang Menghambat Sintesis Dinding Sel). Bahan Ajar Farmakologi Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana: Denpasar. Wahyono, Adi. 2019. Antibiotik. https://suryahusadha.com/blog/articles/185-antibiotics. Diakses pada Tanggal 10 Oktober 2020.