Orientasi Dan Ruang Lingkup [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ORIENTASI, RUANG LINGKUP DAN KESALAHPAHAMAN TERHADAP BIMBINGAN KONSELING Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling Dosen Pengampu:Drs. Suharso M.Pd., Kons.



Oleh: Agung Budi Santoso



4401413008



Endah kusumawati



4401413019



Mihdya Widhyastuti



4421413097



Hernis Masyitoh



4201413100



MATA KULIAH DASAR KEPEMDIDIKAN (MKDK) UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Bimbingan dan konseling juga haruslah dikenalkan kepada setiap peserta didik sejak dini dan karena layanan bimbingan dan konseling ini haruslah diperkenalkan kepada saat yang tepat dan jangan sampai menjadi salah sasaran. Dalam hal ini pula cakupan bimbingan dan konseling haruslah sesuai dengan apa yang diharapkan dari tujuan bimbingan dan konseling ini. Karena dalam kehidupan di sekolah sering terjadi pemahaman yang salah tentang bimbingan dan konseling dimata para pendidik maupun peserta didik itu sendiri yang notabennya menjadi objek kajian bimbingan dan konseling. Pemahaman orang dalam melihat bimbingan dan konseling, baik dalam tataran konsep maupun praktiknya yang tentunya sangat mengganggu terhadap pencitraan dan laju pengembangan profesi ini. Kekeliruan pemahaman ini tidak hanya terjadi dikalangan orang-orang yang berada diluar bimbingan dan konseling tetapi juga banyak ditemukan dikalangan orang-orang terlibat langsung dengan bimbingan dan konseling. Banyak kesalahpahaman tentang pandangan terhadap Bimbingan dan Konseling di sekolah antara lain tugas-tugas yang bukan merupakan tanggung jawab guru BK malah dilimpahkan kepada guru BK. Bimbingan dan Konseling seperti dianggap tong sampah, guru BK itu polisi sekolah, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan siswa-siswi membenci guru BK, padahal BK seharusnya adalah sahabat siswa-siswi. Selain itu juga banyak guru BK yang dalam melaksanakan tugasnya tidak sesuai dengan tujuan, asas-asas dan prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling.



Penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual). Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang orientasi dan ruang lingkup yang harus di capai bimbingan dan konseling, serta memberikan pemahaman bahwa bimbingan pada hakekatnya merupakan upaya untuk memberikan bantuan kepada individu atau peserta didik. Melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang orientasi atau pengenalan ruang lingkup bimbingan dan konseling, dan kesalahpahaman terhadap bimbingan dan konseling yang seharusnya dapat dihilangkan. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Orientasi apa saja yang terdapat dalam bimbingan konseling? 1.2.2 Apa saja ruang lingkup pada bimbingan konseling? 1.2.3 Kesalahpahaman apa saja yang terjadi pada bimbingan konseling? 1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui berbagai macam orientasi yang terdapat dalam bimbingan konseling 1.3.2 Mengetahui ruang lingkup bimbingan konseling 1.3.3 Mengetahui kesalahpahaman yang terjadi pada bimbingan konseling 1.4 Manfaat 1.4.1 Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang orientasi yang ada dalam 1.4.2



bimbingan konseling Memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai ruang lingkup



1.4.3



bimbingan konseling Memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai kesalahpahaman terhadap bimbingan konseling



BAB II ISI A. ORIENTASI BIMBINGAN KONSELING Prayitno



dan



Amti



dalam



bukunya



Dasar-Dasar



Bimbingan



dan



Konseling(2004) orientasi bimbingan dan konseling ada tiga yaitu orientasi perseorangan, perkembangan, dan permasalahan. Berikut diuraikan ketiga orientasi tersebut. 1. Orientasi Perseorangan Misalnya seorang konselor memasuki sebuah kelas; di dalam kelas itu ada sejumlah orang siswa. Apakah yang menjadi titik berat pandangan berkenaan dengan sasaran layanan, yaitu siswa-siswa yang hendaknya memperoleh layanan bimbingan dan konseling. Semua siswa itu secara keseluruhan ataukah masingmasing siswa seorang demi seorang? “Orientasi perseorangan” bimbingan dan konseling menghendaki agar konselor menitik beratkan pandangan pada siswa secara individual. Satu per satu siswa perlu mendapat perhatian. Pemahaman konselor yang baik terhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok dalam kelas itu penting juga, tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan



ditunjukkan



kepada



masing-masing



siswa.



Kondisi



keseluruhan(kelompok) siswa itu merupakan konfigurasi (bentuk keseluruhan) yang dampak positif dan negatifnya terhadap siswa secara individual harus diperhitungkan. Berkenaan dengan isu”kelompok” dan “individu”,konselor memilih individu sebagai titk berat pandangannya. Dalam hal ini individu diutamakan dan kelompok dianggap sebagai lapangan yang dapat memberikan pengaruh tertentu terhadap individu. Dengan kata lain, kelompok dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan dan kebahagiaan individu, dan bukan sebaliknya. Pemusatan perhatian terhadap individu itu sama sekali tidak berarti mengabaikan kepentingan kelompok; dalam hal ini kepentingan kelompok diletakkan dalam kaitannya dengan hubungan timbal balik yang wajar antarindividu dan kelompoknya. Kepentingan kelompok dalam arti misalnya keharuman nama dan



citra kelompok, kesetiaan kepada kelompok, kesejahteraan kelompok, dan lainlain, tidak akan terganggu oleh pemusatan pada kepentingan dan kebahagiaan individu yang menjadi anggota kelompok itu. 2. Orientasi perkembangan Salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah fungsi tersebut adalah pemeliharaan dan pengembangan. Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya diterjadikan pada diri individu. Bimbingan dan konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu. Perkembangan sendiri dapat diartika sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu(berkesinambungan) dalam diri individu mulai lahir sampai mati”. Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju ke tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik menyangkut fisik(jasmaniah) maupun psikis Dalam hal itu, peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya. Pelayanan bimbingan dan konseling berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan inheren individu bergerak menuju kematangan dalam perkembangannya. 3. Orientasi Permasalahan Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung risiko. Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus, banyak mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum bimbingan dan konseling, sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, ialah kebahagiaan. Hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidup dan perkembangan pastilah akan mengganggu tercapainya kebahagiaan itu. Agar tujuan hidup dan perkembangan, yang sebagiannya adalah tujuan bimbingan dan konseling, itu dapat tercapai dengan sebaik-baiknya, maka risiko yang mungkin menimpa



kehidupan



dan



perkembangan



itu



harus



selalu



diwaspadai.



Kewaspadaan terhadap timbulnya hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan konsep orientasi masalah dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah dibicarakan, orientasi masalah secara langsung bersangkut-paut dengan fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah-masalah yang mungkin membebani dirinya, sedangkan fungsi pengentasan menginginkan agar individu yang sudah terlanjur mengalami maslaah dapat terentaskan masalahnya. Melalui fungsi pencegahan, layanan dan bimbingan konseling dimaksudkan mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari bernagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya. Fungsi ini dapat diwujudkan oleh guru pembimbing atau konselor dengan merumuskan program bimbungan yang sistematis sehingga hal-hal yang dapat menghambat perkembangan siswa kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah sosial, dan sebagainya dapat dihindari. Beberapa kegiatan atau layanan yang dapat diwujudkan berkenaan dengan fungsi ini adalah layanan orientasi dan layanan kegiatan kelompok. Pemberian layanan informasi mengenai orientasi BK ini dapat membantu siswa memahami tugas perkembangannya, memahami permasalahan yang sering muncul akibat tugas perkembangan yang tidak



optimal dan dapat mengerti



bagaimana semua itu dapat diatasi yaitu dengan memanfaatkan layanan Bimbingan dan Konseling, dengan demikian siswa dapat melewati tugas perkembangannya dengan baik . B. RUANG LINGKUP BINBINGAN KONSELING Dalam dunia pendidikan tentu kita mengenal mengenai bimbingan konseling, tujuan utama pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar, yaitu untuk membantu siswa agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek sosial pribadi, pendidikan dan karir sesuai dengan tuntutan lingkungan



dan masyarakat, ada beberapa bidang garapan dari bimbingan dan konseling ini, bidang bimbingan yang akan diberikan meliputi tiga bidang garapan 1. Bimbingan sosial pribadi yang memuat layanan bimbingan yang bersentuhan dengan:  Pemahaman diri.  Mengembangkan sikap positif  Membuat pilihan kegaiatan secara sehat  Menghargai orang lain  Mengembangkan rasa tanggungjawab  Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi  Keterampilan menyelesaikan masalah  Membuat keputusan secara baik



2. Bimbingan Pengembangan Pendidikan, memuat layanan yang berkenaan dengan:  Belajar yang benar  Menetapkan tujuan dan rencana pendidikan  Mencapai prestasi belajar secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannyaKeterampilan untuk menghadapi ujian 3. Bimbingan pengembangan karier, meliputi:



 Mengenali macam-macam dan ciri-ciri berbagai jenis pekerjaan  Menentukan cita-cita dan merencanakan masa depan  Mengeksplorasi arah pekerjaan  Menyesuaikan keterampilan, kemampuan dan minat dengan jenis pekerjaan Adapun menurut para ahli, layanan Bimbingan dan Konseling meliputi empat bidang garapan, seperti yang dikemukakan oleh Muro dan Kottman (Ahman, 1998;2530) yakni: 1. Layanan Dasar Bimbingan Layanan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dasar untuk kehidupannya, dengan muatan materi yakni  Self esteem  Motivasi berprestasi  Keterampilan pengambilan keputusan, merumuskan tujuan dan membuat perencanaan  Keterampilan pemecahan masalah  Kefektifan dalam hubungan antar pribadi  Keterampilan berkomunikasi  Keefektifan dalam memahami lintas budaya  Prilaku yang bertanggungjawab 2. Layanan Responsif



Layanan ini bertujuan untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial pribadi dan karier atau masalah perkembangan pendidikan, muatan materinya mencakup:  Kesuksesan akademik  Kenakalan anak  Masalah putus sekolah  Kehadiran  Sikap dan prilaku terhadap sekolah  Hubungannya dengan teman sebaya  Keterampilan studi  Penyesuaian di sekolah baru 3. Sistem perencanaan individual Tujuan layanan ini adalah membantu siswa untuk merencanakan, memonitor dan mengelola rencana pendidikan, karir dan pengembangan sosial pribadi oleh dirinya sendiri. Dengan kata lain, melalui sistem perencanaan individual siswa dapat:  Mempersiapkan pendidikan, karir, tujuan sosial pribadi yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentang sekolah, dunia kerja, dan masyarakat.  Merumuskan rencana untuk mencapai tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan tujuan jangka panjang.



 Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya  Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya  Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya 4. Sistem pendukung Komponen sistem pendukung lebih diarahkan kepada pemberian layanan dan kegiatan manajemen yang secara tidak langsung bermanfaat bagi siswa. Layanan ini mencakup:  Konsultasi dengan guru-guru  Dukungan bagi program pendidikan orang tua dan upaya-upaya masyarakat  Partisipasi dalam kegiatan sekolah bagi peningkatan perencanaan dan tujuan  Implementasi dan program standarisasi instrumen tes  Kerja sama dalam melaksanakan riset yang relevan  Memberikan masukan terhadap pembuat keputusan dalam kurikulum pengajaran, berdasarkan perspektif siswa C. KESALAHPAHAMAN TENTANG BIMBINGAN KONSELING Keberadaan Bimbingan dan Konseling secara formal di Indonesia relatif belum lama, yaitu secara resmi sejak diberlakukannya kurikulum 1975 di sekolah Indonesia. Sebagai sesuatu hal yang baru, maka tentu saja dimungkinkan akan banyak terjadi kesalahpahaman di kalangan pendidikan sendiri atau juga di luar lingkungan pendidikan, dan bahkan mungkin juga kesalahan-kesalahan yang lain yang justru dilakukan oleh pelaksana kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.



Kesalahpahaman tersebut dijelaskan oleh Prayito dan Erman Anti (1994), antara lain : konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah, bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses nasihat, bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat insidental, bimbingan dan konseling hanya untuk klien-klien tertentu saja, bimbingan dan konseling bekerja sendiri, konselor harus aktif sedangkan pihak lain pasif, menganggap pekerjaan bimbingan dna konseling dapat dilakukan oleh siapa saja, menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat, dan sebagainya.  Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan.  Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah  Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasehat  Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat incidental  Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien- kliean tertentu saja.  Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” dan/atau “kurang normal”  Bimbingan dan konseling bekerja sendiri  Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif  Bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja  Menganggap pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakuka oleh siapa saja



 Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter atau psikiater  Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat  Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien  Memusatkan usaha bimbibingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumentasi dan konseling (misalnya tes, inventori, angket, dan alat pengungkap lainnya)  Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah- masalah yang ringan saja Berbagai kesalahpahaman tersebut bisa disebabkan oleh banyak hal, beberapa diantaranya adalah bidang bimbingan dan konseling yang telah mulai tersebar luas itu digeluti oleh berbagai pihak dengan latar belakang yang sangat bervariasi, bahkan sebagian besar diantara mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan bidang bimbingan dan konseling. Di samping itu, wawasan, pengertian, dan berbagai seluk beluk tentang bimbingan dan konseling masih dipahami secara terbatas sehingga bimbingan dan konseling ”dianggap” sebagai suatu profesi yang ”mandeg” – statis (Prayito dan Erman Anti,1994: 122). Pemahaman tentang konsepsi bimbingan dan konseling yang kurang tepat ini dapat menjadi sumber layanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan konseli. Bimbingan dan konseling sebagai profesi yang melayani berbagai stake holder sudah semestinya bersifat dinamis. Dinamika di dalam kegiatan bimbingan dan konseling dapat dilihat dari perspektif para pemangku kepentingan pada khususnya, dan masyarakat sebagai konteks layanan yang juga memiliki sifat berubah/dinamis. Kemampuan para pelaku profesi bimbingan dan konseling untuk selalu menyesuaikan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh konseli pada khususnya, dan para pemangku kepentingan pada umumnya menjadikan bimbingan dan konseling semakin diakui keberadaan dan



urgensinya dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Sebaliknya kekeliruan/kesalahpaham memaknai profesi bimbingan dan konseling sebagai suatu konsepsi pelayanan yang ’mandeg” – statis akan menjadikan semakin terpuruknya martabat profesi bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, dengan maksud agar para pelaku profesi bimbingan dan konseling khususnya, dan pembaca pada umumnya dapat memahami dengan baik perubahan paradigm dalam bimbingan dan konseling, dan pada akhirnya konselor diharapkan dapat memberikan layanan dengan baik maka tulisan ini mencoba untukmendeskripsikan dan mendiskusikan suatu perspektif perubahan paradigm bimbingan dan konseling dari masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.



BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan a. Orientasi BK terdapat tiga jenis yaitu: orientasi perseorangan, orientasi perkembangan dan orientasi permasalahan. b. Ruang lingkup BK meliputi Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah dan diluar sekolah. c. Kesalahpahaman dalam bimbingan dan konseling meliputi : 1. Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan, Konselor disekolah dianggap sebagai polisi sekolah, 2. Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat, 3. Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat incidental, 4. Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja, Bimbingan dan konseling melayani orang sakit atau kurang normal, 5. Bimbingan dan konseling berkerja sendiri atau harus bekerja sama dengan ahli atau petugas lain, 6. Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif,menganggap pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja, 7. Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalahmasalah yang ringan saja. 3.2 Saran 1. Penting bagi seorang guru untuk mengerti hakikat BK yang melingkupi Orientasi dan Ruang Lingkup sehingga tidak terjadi kesalahpahaman tentang BK 2. Pentingnya publikasi yang jelas, terstruktur dan terencana tentang hakikat BK dengan pemaksimalan pemanfaatan media yang ada DAFTAR PUSTAKA



Muallimah, S., 2013. Penerapan Layanan Informasi Mengenai Orientasi BK untuk Meningkatkan Minat Dalam Memanfaatkan Layanan BK Siswa Kelas XI Di SMAN 1 Balen Bojonegoro. Surabaya: Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jurnal Mahasiswa Bimbingan Konseling. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, pp 186-193 Sefrian. 2012. Hakikat Bimbingan Konseling (Orientasi, Ruang Lingkup, Kesalahpahaman Bimbingan Konseling) diunduh pada 01 April pukul 14.00 WIB



(http://sefrian92.blogspot.com/2011/02/hakikat-bimbingan-konseling-



orientasi.html#ixzz1oy4QRz9SHakikat Bimbingan Konseling (Orientasi, Ruang Lingkup, Kesalahpahaman Bimbingan Konseling) | »Sefrian's Blog™) Wangid, M.N.,2013. Perubahan Paradigma Bimbingan dan Konseling di akses pada tanggal 22-04-15 pukul 22:01