P1 Blok16 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN INDIVIDU BLOK 16 PEMICU 1 "Gigi Depan Anak Saya Rusak Dok..."



DISUSUN OLEH NATASYA INDAH S. MANALU 190600152



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021 1



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pemicu dengan tepat waktu. Makalah ini berisi tentang laporan pemicu 1 dengan judul "Gigi Depan Anak Saya Rusak Dok...”. Laporan ini merupakan hasil pencarian penulis terkait pemicu pada blok 16 yang pertama. Dalam penyusunan laporan ini saya mendapat bimbingan, bantuan, dukungan, serta doa dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak, sesempurna apapun sebuah karya pasti terdapat kekurangan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan makalah ini di masa mendatang, saran dan pendapat yang konstruktif dari fasilitator sangat diharapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa selaku peserta didik serta pihak-pihak lain. Atas perhatiaannya, saya ucapkan terima kasih.



Medan, 09 September 2021



Natasya Indah S. Manalu



BAB I 2



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam rongga mulut didapatkan kumpulan berbagai jenis mikroorganisme, yaitu bakteri, virus atau jamur, dan bakteri dan toksinnya merupakan penyebab karies gigi. Bakteri dan toksin seperti Lipopolisakarida yang masuk melalui tubuli dentin yang terbuka oleh karena karies, fraktur, erosi, atrisi, faktor fisik, dan kimia, penyakit periodontal ke dalam jaringan pulpa menyebabkan respons inflamasi pulpa gigi yang disebut pulpitis. Secara fisiologis, tubuh memiliki kemampuan melakukan reaksi pertahanan, mempertahankan homeostasis, mengeliminasi iritan, sehingga terjadi kesembuhan, tetapi bila sel imun tidak mampu memperbaiki melalui mekanisme homeostasis, maka kerusakan meluas, berlanjut menjadi kronis reversibel maupun ireversibel, dan kematian sel, demikian juga yang terjadi pada jaringan pulpa. Respon pulpitis sangat tergantung pada pembuluh darah dan cairan yang beredar dalam pembuluh darah. Pulpitis reversibel bila tubuh berhasil mempertahankan kondisi homeostasis dan pengaruh yang merugikan, terjadi perbaikan jaringan yang rusak dan jaringan pulpa dapat normal kembali. Gejalanya adalah adanya rasa nyeri bila ada rangsangan. Pulpitis ireversibel jika iritan atau bakteri berjalan terus dan intensitasnya meningkat. Pada pulpitis irreversibel simptomatik gejalanya adalah rasa nyeri ringan sampai sangat hebat, nyeri spontan yang meningkat pada malam hari, berlangsung lama, nyeri menjalar, memberi respons pada rangsangan panas dan dingin, bertahan 10-15 menit sampai beberapa jam yang ditentukan tingkat keterlibatan pulpa. Pada pulpitis irreversibel asimptomatik tidak menunjukkan gejala klinis, tetapi memberi respons terhadap rangsangan dingin. Pulpitis ireversibel dapat berlanjut menyebabkan kematian jaringan pulpa, dan dapat berlanjut pada inflamasi di daerah periapikal. Secara anatomis jaringan pulpa dibatasi jaringan keras dan foramen apikal yang sempit, maka bila terjadi inflamasi menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah arteriola atau venula, menimbulkan bendungan aliran darah, akibatnya menyebabkan vasodilatasi yang berlebihan yang dapat menekan saraf dan jaringan sekitarnya, akibatnya timbul nyeri. 1.2 Deskripsi Kasus 3



Seorang pasien laki-laki berusia 17 tahun datang ke RSGM USU ditemani Ibunya. Pasien ingin memperbaiki gigi depannya yang rusak. Karena kerusakan tersebut, sang ibu menjelaskan bahwa anaknya mengalami krisis kepercayaan diri karena gigi depannya rusak. Sang Ibu juga menjelaskan bahwa anaknya memiliki kebiasaan minum susu dengan botol sampai ia tertidur dimalam hari hingga kelas 4 SD (hingga usia sekitar 9-10 tahun). Gigi sulung pasien juga mengalami kerusakan yang berat. Sebenarnya pasien bukanlah anak yang manja, tetapi karena kesibukan kedua orang tuanya yang cukup tinggi, pasien dijaga oleh pengasuh yang cenderung mengikuti keinginannya. Pasien bercita-cita menjadi tentara. Ini adalah pengalaman pertama pasien ke dokter gigi. Dari hasil anamnesis didapat informasi bahwa pasien datang dalam keadaan tidak sakit tetapi sebelumnya sering merasakan nyeri pada regio depan atas. Nyeri yang terjadi secara spontan, sering terjadi dimalam hari hari sehingga pasien merasa sulit tidur. Pasien sering minum paracetamol untuk meredakan nyeri yang dirasakannya. Pasien juga merasakan nyeri tajam dengan durasi yang cukup lama pada saat makan dan minum dingin. Pemeriksaaan klinis secara visual langsung terlihat karies yang luas pada gigi 12, 11, 21 dan 22.



Hasil pemeriksaan objektif adalah sebagai berikut 



Pada gigi 22 : karies meluas hingga servikal bagian anterior, dengan terpaparnya pulpa. Tes vitalitas (+), perkusi (-) dan palpasi (-)







Pada gigi 21 : karies meluas hingga servikal bagian anterior, dengan terpaparnya pulpa. Tes vitalitas (+), perkusi (-) dan palpasi (-) 4







Pada gigi 11 : karies meluas hingga servikal bagian anterior, dengan terpaparnya pulpa. Tes vitalitas (+), perkusi (-) dan palpasi (-)







Pada gigi 12 : karies meluas hingga servikal bagian anterior, dengan terpaparnya pulpa. Tes vitalitas (+), perkusi (-) dan palpasi (-)



Pemeriksaan Radiografi periapikal



Learning Issue: 1. Lesi karies : etiologi, klasisfikasi, pemeriksaan dan perawatan 2. Patofosiologi penyakit pulpa 3. Odontogenik pain 4. Diagnosa penyakit pulpa 5. Alat, Teknik dan prosedur perawatan saluran akar 6. Restorasi akhir pasca perawatan salurana akar 7. Radiografi diagnostik dan perawatan saluran akar BAB II PEMBAHASAN 5



1. Jelaskan etiologi penyakit jaringan keras gigi pada kasus diatas! Apakah ada hubungan antara kerusakan gigi desudui dengan gigi permanen? Terlihat pada kasus anak tersebut memiliki kebiasaan meminum susu dari botol sampai ia tertidur di malam hari hingga kelas 4 SD (sekitar usia 9-10 tahun). Etiologi utama dari karies gigi pada pasien tersebut adalah kebiasaan minum susu dari botol sampai ia tertidur dapat menyebabkan karies botol. Selama menyusui dengan botol,dot terletak di bagian palatal, menyebabkan palatum tertekan, sementara itu otot oral menekan isi botol ke dalam mulut. Cairan dari botol tidak/sedikit mengenai gigi depan bawah karena secara fisik gigi bawah dilindungi oleh lidah, juga oleh ludah yang berasal dari glandula salivari. Disamping itu gigi bawah juga merupakan gigi yang relatif imun terhadap karies. jika anak tertidur dengan dot berada dalam cairan tersebut akan tergenang pada gigi atas. Jika cairan tersebut mengandung karbohidrat yang memfermentasikan asam disekeliling gigi akan terjadi proses dekalsifikasi. Aliran saliva dan proses penelanan yang kurang selama tidur akan membahayakan gigi karena tidak ada self cleansing. Hubungan kerusakan gigi desidui dengan gigi permanen Pada masa anak-anak perlu diperhatikan waktu tanggalnya gigi sulung dan waktu erupsi gigi tetap. Secara alami gigi sulung akan tanggal sebelum gigi tetap tumbuh,tetapi karena disebabkan oleh gigi sulung karies berpengaruh terhadap perkembangan oklusi dan penutupan ruang sehingga dapat menyebabkan gigi berjejal – jejal atau Crowding. Gigi sulung merupakan penunjuk jalan bagi erupsi atau tumbuhnya gigi tetap penggantinya, sehingga bila gigi sulung sudah dicabut sebelum gigi tetap. Gigi crowding atau berjejal–jejal dapat terjadi karena pertumbuhan gigi geligi akan diikuti dengan terjadinya penambahan ukuran lebar lengkung rahang dan juga ketidakseimbangan antara lengkung rahang dengan ukuran gigi tetap. Pada proses erupsi baik pada gigi desidui maupun gigi permanent berhubungan erat dengan perkembangan akar gigi. Ketika mahkota muncul melalui gingival, akar gigi biasanya sudah mencapai 2/3 dari panjang akar seluruhnya. Keseluruhan proses erupsi gigi berlangsung rata-rata sejak usia 7 1/2 bulan sampai usia 13 tahun, tidak termasuk erupsi gigi Molar 3. Pada proses erupsi gigi permanen dikenal juga suatu istilah Exfoliation yaitu suatu proses eliminasi gigi desidui yang dihubungkan dengan erupsi gigi permanent pengganti yang berada di ujung apeks dan sekitarnya dari gigi desidui. Exfoliation dari gigi desidui adalah suatu proses 6



fisiologi yang normal. Proses erupsi menstimulasi perkembangan osteoclast yang bertanggung jawab pada terjadinya suatu resorbsi progresif pada akar gigi, dentin dan sementum. Waktu exfoliation sangat variasi pada setiap individual gigi. Exfoliation normal menunjukkan pertumbuhan gigi secara simetris bilateral dari rahang, dimulai dengan gigi pada rahang bawah lebih dahulu daripada rahang atas dan gigi anterior terlebih dahulu sebelum gigi posterior. Ketika erupsi gigi terhambat hal ini seringkali disebabkan oleh suatu kerusakan lokal sehingga menimbulkan gigi-gigi yang impaksi. Terlambatnya erupsi gigi biasanya tidaklah rumit, kecuali jika terjadi pericoronitis, caries ataupun terbentuknya kista. 2. Jelaskan apa yang semestinya dilakukan orang tua untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut anaknya sejak dini! Langkah pertama yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut anak sejak dini dapat dimulai dengan edukasi prenatal pada calon orangtua, perkembangan selama perinatal, dan dilanjutkan pada ibu serta bayinya. Perawatan gigi yang tepat dan pemeliharaan kebersihan rongga mulut selama kehamilan dapat mengurangi atau menunda terjadi karies dini pada bayi. Strategi pencegahan berikutnya pada level pemeliharan dari rumah yaitu menjaga diet yang dikonsumsi untuk anak. Pembatasan jumlah /intake susu formula yang mengandung sukrosa dan minuman lain yang manis yang diberikan dengan botol, terutama yang diberikan pada malam hari sampai anak tertidur. Pola pemberian minuman yang mengandung gula dengan botol harus dihentikan ketika anak memasuki usia satu tahun, dan mulai mengajari anak minum menggunakan sippy cup/ gelas. Untuk menjaga kebersihan rongga mulut, anak diharuskan menyikat gigi minimal dua kali sehari, dengan dibantu oleh orangtua atau pengasuhnya. Penggunaan pasta gigi berfluor disarankan untuk anak usia dibawah 2 tahun hanya selapis tipis sedangkan untuk anak usia diatas 2 tahun serta sudah bisa berkumur sebesar biji polong /pea size. Transmisi mikroorganisme Streptococcus mutans secara vertikal pada anak didapat dari ibunya melalui saliva sedangkan secara horizontal dapat terjadi dengan kakak atau adiknya. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan tingkat Streptococcus mutans anak menjadi tinggi. Anak-anak dengan tingkat Streptococcus mutans tinggi akan 5 kali lebih mudah terkena karies. Untuk mencegah tingkat Streptococcus mutans anak menjadi tinggi, ibu 7



tidak boleh memberikan makan yang telah dikunyah kepada anaknya, dan anak-anak tidak boleh makan makanan atau minum dengan gelas yang digunakan bersamaan dengan saudaranya. 3. Jelaskan patofisiologi karies hingga mengakibatkan kelainan pada pulpa! Karies gigi adalah kronis yang umum yang disebabkan oleh bakteri spesifik yang melekat pada gigi, terutama Streptococcus Mutans yang memetabolisme gula untuk menghasilkan asam, yang seiring waktu, menyebabkan demineralisasi struktur gigi. Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi. Plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti musin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dan sisa makanan serta bakteri. Plak merupakan tempat tumbuh bakteri. Karies gigi juga disebabkan oleh sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri yang menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email yang berlanjut menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi akan menyerang ke arah dentin tetapi belum sampai terjadi pembentukan lubang (kavitas). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Patofisiologi karies gigi pada awalnya asam (H+ ) terbentuk karena adanya gula (sukrosa) dan bakteri dalam plak (kokus). Gula (sukrosa) akan mengalami fermentasi oleh bakteri dalam plak hingga akan terbentuk asam dan dextran. Dextran akan melekatkan asam (H+ ) yang terbentuk pada permukaan email gigi. Apabila hanya satu kali makan gula (sukrosa), maka asam (H+ ) yang terbentuk hanya sedikit. Tapi bila konsumsi gula (sukrosa) dilakukan berkali-kali atau sering maka akan terbentuk asam hingga pH mulut menjadi ±5 Asam dengan pH ±5 ini dapat masuk ke dalam email melalui enamel port (port d’entre). Permukaan email lebih banyak mengandung kristal fluorapatit yang tahan terhadap serangan asam sehingga asam hanya dapat melewati permukaan email dan akan masuk ke bagian bawah permukaan email. Asam yang masuk ke bagian bawah permukaan email akan melarutkan kristal hidroksiapatit yang ada. Apabila asam yang masuk ke permukaan email sudah banyak, maka reaksi akan terjadi berulang kali. Jumlah Ca2+ yang lepas bertambah banyak yang lama kelamaan Ca2+ akan keluar dari email. Proses ini disebut dekalsifikasi yang terjadi pada bagian bawah email maka biasa disebut dekalsifikasi bagian bawah email. 8



Penyebab penyakit pulpa paling utama adalah karies yang disebabkan oleh bakteri.karies masih merupakan penyebab utama dari kerusakan gigi. Menurut survei kesehatan rumah tangga tahun 2004 prevelensi karies di Indonesia berkisar 90,05% menunjukan tingginya angka penyakit tersebut. Apabila karies tidak dirawat pada email dan dentin gigi,maka bakteri dapat berlanjut ke pulpa. Apabila dibiarkan dan tidak dirawat akan terus berlanjut sampai ke lapisan dentin dan pulpa gigi sehingga dapat mengakibatkan pulpa terinfeksi. Respon inflamasi dapat dilihat sebagai reaksi pulpa yang terinfeksi, yaitu adanya eksudat inflamasi yang berakumulasi sehingga mengakibatkan adanya tekanan dari ujung saraf yang mengakibatkan gigi terasa sakit. Keadaan tersebut apabila tidak dilakukan perawatan akan mengakibatkan invasi bakteri dan jaringan pulpa akan mengalami nekrosis. 4. Jelaskan mekanisme terjadinya nyeri yang dirasakan pasien! Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan ditubuh. Mekanisme nyeri terdiri dari transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. Dimana rangsangan diterima oleh reseptor nyeri, diubah dalam bentuk impuls yang dihantarkan ke pusat nyeri di korteks otak. Setelah di proses di pusat nyeri, impuls dikembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri. Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari berbagai faktor dikelompokkan menjadi :  Rangsangan mekanik  Rangsangan termal  Rangsangan kimia - Transduksi : proses di mana rangsangan noksius diubah menjadi gelombang listrik oleh ujung serabut sensorik (sensory nerve ending). Terdapat tiga jenis rangsangan yang dapat mengaktivasi reseptor nyeri, yaitu rangsang mekanis, kimiawi, dan panas. Apabila terjadi kerusakan jaringan maka mediator-mediator kimia seperti bradykinin atau prostaglandin akan mengaktivasi nosiseptor. - Konduksi : tahapan di mana stimulus nosiseptif “dibawa” oleh serabut syaraf dalam bentuk potensial aksi menuju terminal sentral dari serabut syaraf. - Transmisi : tahapan di mana stimulus nosiseptif yang telah berubah menjadi gelombang listrik dibawa melalui synaptic junctions dari satu serabut syaraf ke serabut syaraf lainnya menuju ke otak untuk diproses. 9



- Modulasi : Gelombang listrik yang kini telah mencapai sistem syaraf pusat selanjutnya akan memasuki tahapan modulasi. Pada tahapan ini, otak akan mengubah intensitas sinyal nosiseptif dan mengurangi pengalaman nyeri. -



Persepsi : adalah tahapan di mana sinyal nosiseptif mencapai korteks dan dipersepsikan. Pada



tahapan ini terjadi interaksi yang kompleks antara serabut-serabut neuron di antara pusat-pusat di otak. Kerusakan gigi akibat karies (menyebabkan produk bakteri menginfiltrasi pulpa melalui tubulus dentin) atau kerusakan iatrogenik (restorasi gigi dekat dengan pulpa gigi atau trauma) akan menyebabkan inflamasi pulpa. Hal ini menghasilkan kepekaan yang ekstrim terhadap rasa dingin dan manis dengan rasa sakit 'neuralgic' yang pendek dan tajam. Jika nyeri berlanjut terus menerus pulpitis akan menjadi ireversibel. Peningkatan vaskularisasi pulpa menyebabkan peningkatan tekanan intra pulpa, yang menyebabkan iskemia dan sensitivitas, dengan nyeri yang berkepanjangan terhadap panas. Setelah nekrosis pulpa gigi telah terjadi, infeksi menyebar melalui apeks gigi ke dalam tulang dan membran periodontal di sekitarnya, memulai peradangan periodontal dan akhirnya abses gigi menyebabkan rasa sakit dan nyeri spontan yang bertahan lama saat menggigit gigi. 5. Jelaskan kebutuhan radiografi selama perawatan saluran akar dan teknik pengambilan foto radiografi pada kasus diatas! Perawatan Endodontik merupakan prosedur perawatan secara bilogis, kimia, dan perawatan secara mekanik didalam sistem saluran akar untuk mengeliminasi penyakit pulpa dan penyakit periradikuler untuk meningkatkan kesehatan serta perbaikan dari jaringan gigi. Dalam upaya untuk mewujudkan rencana perawatan ini, diperlukan radiografi pada gigi yang akan dilakukan perawatan. Peranan radiografi dalam perawatan saluran akar yaitu untuk dapat membedakan gambaran radiolusen dan radioopak di daerah periapikal, lesi pada pulpa, periodontal, dan lesi tulang lainnya, maka kita dapat mengidentifikasi penyakit pada gigi. Radiologi diagnosis tidak hanya digunakan dalam mengidentifikasi keberadaan dan sifat patologis, namun juga digunakan dalam menentukan anatomi akar, pulpa serta menentukan sifat dan perbedaan dari struktur-struktur normal lainnya. Dalam proses perawatan saluran akar, radiografi dapat digunakan untuk menentukan panjang kerja atau melihat jumlah, lokasi, dan bentuk saluran akar, membantu menentukan master point dan 10



mengevaluasi pengisian saluran akar. Jarak antara titik acu ke apeks radiograf harus ditentukan dengan tepat. Ini adalah panjang saluran akar dari apeks yang harus dipreparasi dan diobturasi. Radiografi yang dibuat pada kunjungan berikutnya dapat mengevaluasi keadaan periapikal, mendeteksi proses penyembuhan lesi atau mengidentifikasi penyakit baru yang mungkin timbul. Pada perawatan endodontik dan juga sesuai pada kasus di atas, teknik radiografi terbaik yang dapat dipilih adalah teknik periapikal. Teknik radiografi periapikal adalah teknik radiografi yang paling sering digunakan untuk melakukan pemeriksaan endodontik. Teknik ini dianggap paling efektif dan juga memiliki dosis radiasi yang sangat minimal. 6. Jelaskan interpretasi radiografi periapikal kasus diatas! Interpretasi Radiografi Gigi 11 Mahkota



: Gambaran radiolusen 1/2 mahkota bagian mesial insisal meluas



sampai servikal kearah distal yang sudah mencapai kamar pulpa. Akar



: Terdapat 1 akar, 1 saluran akar



Lamina Dura



: Terputus-putus



Membran Periodontal : melebar, dengan adanya garis radiolusen sepanjang akar Furkasi



:-



Crest Alveolar



: Penurunan puncak tulang alveolar secara horizontal pada bagian



proksimal distal Periapikal



: Radiolusen dengan batas yang jelas



Kesan



: Terdapat kelainan pada mahkota dengan hilangnya ½ bagian mahkota



dengan adanya bayangan putus- putus pada lamina dura dan terjadi penurunan crest alveolar. Suspek Radiodiagnosis: Karies profunda stadium III Interpretasi Radiografi Gigi 12 Mahkota



: Radiolusen pada bagian insissal mesial sampau ke bagian servikal dan



sudah mencapai kamar pulpa. Akar



: Terdapat 1 akar 1 saluran akar



Lamina Dura



: Terputus-putus



Membran Periodontal : TAK Furkasi



:11



Crest Alveolar



: penurunan puncak tulang alveolar secara horizontal



Periapikal



: TAK



Kesan



: Adanya kelainan pada mahkota dengan hilangnya ½ bagian mahkota,



lamina dura dan terjadi penurunan puncak tulang alveolar. Suspek Radiodiagnosis: Karies profunda stadium II Interpretasi Radiografi Gigi 21 Mahkota



:Hampir hilanganya seluruh bagian mahkota



Akar



: Terdapat 1 akar 1 saluran akar



Lamina Dura



: Terputus-putus



Membran Periodontal : TAK Furkasi



:-



Crest Alveolar



: Adanya bayangan radiolusen tanpa penurunan puncak tulang



Periapikal



: TAK



Kesan



: Kelainan pada mahkota,lamina dura dan mulai berkurangnya



kepadatan tulang alveolar Suspek Radiodiagnosis : Radiks Interpretasi Radiografi Gigi 22 Mahkota



: Hilangnya seluruh bagian mahkota



Akar



: Terdapat 1 akar 1 saluran akar bengkok kearah mesial



Lamina Dura



: TAK



Membran Periodontal : TAK Furkasi



:-



Crest Alveolar



: Adanya bayangan radiolusen pada puncak tulang alveolar



Periapikal



: TAK



Kesan



: Kelainan pada mahkota, lamina dura dan dan puncak tulang alveolar



Suspek Radiodiagnosi



: Radiks



7. Jelaskan Pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa pada kasus diatas! A. Anamnesis Anamnesis mencakup : 12



 Identitas Penderita : nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, alamat dan nomor telepon yang dapat dihubungi.  Keluhan yang diderita saat ini, meliputi: 1.



What – Apa yang dirasakan?



2.



When – Kapan kelainan tersebut timbul?



3.



Where – Dimana lokasi kelainan/lesi tersebut (semakin membesar, semakin sakit, dll)



 Riwayat kesehatan umum, meliputi: penyakit-penyakit yang pernah diderita dan pengobatan yang pernah didapat,  Riwayat kesehatan gigi sebelumnya, meliputi: status kebersihan gigi dan jaringan pendukung gigi, hal ini sekaligus melihat motivasi penderita dalam melakukan perawatan kesehatan gigi dan mulutnya, yang sedikit banyak akan mempengaruhi kepatuhan penderita dalam hal pemakaian obat-obatan yang diberikan.  Riwayat keluarga. Hal ini terutama diperlukan pada kelainan/ lesi dalam mulut yang berhubungan dengan faktor keturunan seperti kanker, stomatitis aftosa rekuren, penyakit sistemik tertentu, dan lainlain.  Riwayat sosial. Hal ini berguna untuk dapat mengetahui profil kehidupan penderita sehari-hari, seperti kebiasaan makan, kebiasaan merokok , atau kebiasaan buruk lainnya yang



mungkin dapat mempunyai hubungan dengan terjadinya kelainan/lesi pada



penderita.  Anamnesis ini diperlukan karena pada karies sendiri merupakan penyakit yang tingkat insidensinya lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki. Juga lebih sering terjadi pada anak



yang tingkat pendidikan orang tua menengah ke bawah dan sebagainya.Riwayat



kesehatan



umum pada anamnesis juga dapat dijadikan patokan pemberian medikasi



kepada pasien. B. Pemeriksaan Klinis  Pemeriksaan ekstra oral : Merupakan pemeriksaan yang dilakukan di daerah sekitar mulut bagian luar. Meliputi bibir, TMJ, kelenjar limfe, hidung, mata, telinga wajah, kepala dan leher. Pemeriksaan ekstra oral dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan yang terlihat secara visual atau terdeteksi secara palpasi, seperti kecacatan, pembengkakan, benjolan, luka, cedera, memar, fraktur, dislookasi, dan lain sebagainya. 13



 Pemeriksaan intra oral 1.



Pada pemeriksaan ini bisa menggunakan instrument seperti sonde dan kaca mulut. pada pemeriksaan ini yang dapat dilihat adalah jaringan lunak (mukosa, bibir, lidah, tonsil, palatum molle, palatum durum, dan gingival) serta gigi (meliputi kebersihan mulut, keadaan gigi geligi, posisi gigi geligi, spacing, drafting, dan oklusi).



2.



Inspeksi Memeriksa dengan mengamati gigi bagaimana dengan warna, ukuran, bentuk, hubungan anatomis, keutuhan, permukaan jaringan, permukaan karies, abrasi, dan resesi.



3.



Perkusi Dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak keras dengan menggunakan



ujung



jari,



kemudian



intensitas



pukulan



ditingkatkan.



Selain



menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga sering dilakukan dengan menggunakan ujung instrument. Terkadang pemeriksaan ini mendapatkan hasil yang bias dan membingungkan diagnosa. Cara lain untuk memastikan ada tidaknya kelainan yaitu dengan mengubah arah pukulannya yaitu mula-mula dari permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau lingual mahkota. Gigi yang dipukul bukan hanya satu tetapi gigi dengan jenis yang sama pada region sebelahnya. Ketika melakukan tes perkusi dokter juga harus memperhatikan gerakan pasien saat merasa sakit. 4.



Sondasi Merupakan pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara menggertakan sonde pada area oklusal atau insisal untuk mengecek apakah ada suatu kavitas atau tidak.



5.



Probing Bertujuan untuk mengukur kedalaman jaringan periodontal dengna menggunakan alar berupa probe. Cara yang dilakukan dengan memasukkan probe ke dalam attached gingiva, kmeudian mengukur kedalaman poket periodontal dari gigi pasien yang sakit.



C. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang ini berupa tes vitalitas dan radiografi  Tes vitalitas : Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Biasnaya digunakan untuk mengetahui apakah saraf sensorik masih bisa melanjutkan rangsang atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat pemeriksaan, yaitu tes termal tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris. 14



1.



Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan dingin pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal.  Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu etil klorida, salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50℃). Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengna keluhan nyeri tajam yang singkat (tidak lebih dari 2 detik) maka menandakan bahwa gigi tersebut vital. Apabila tidak ada respon atau pasen tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut non-vital atua sudah terjadi nekrosis pulpa.  Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah apabila stimulus yang diberikan terlalu berlebihan. Tes panas dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan yaitu gutta perca panas, compound panas, alat touch and heat, dan instrument yang dapat menghantarkan panas dengan baik. Apabila tidak ada respon maka oleskan pada sepertiga servikal bagian bukal. Rasa nyeri yagn tajam dan singkat ketika diberi stimulus gutta perca menandakan gigi vital, sebalikya respon negatif atau tidak merasakan apa-apa menandakan gigi sudah non vital.



2.



Tes kavitas, bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi gigi. Alat yang digunakan adalah bur tajam dengan cara melubangi atap pulpa hingga timbul rasa sakit. Jika tidak merasakan rasa sakit dilanjutkan dengan tes jarum miller.



3.



Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat karie satau tes kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara memasukkan jarum miller hingga ke saluran akar. Apabila tidak dirasakan nyeri maka hasil adalah negatif yang menandakan bahwa gigi sudah non vital, sebaliknya apabila terasa nyeri menandakan gigi masih vital.



4.



Tes elektris, merupakan tes yang dilakukakn untuk mengetes vitalitas gigi dengan listrik, untuk stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya menggunakan Electronic Pulp Tester (EPT). Tes elektris ini dilakukan dengan cara gigi yang sudah dibersihkan dan dikeringkan disentuh dengan menggunakan alat EPT pada bagian bukal atua labial, tetapi tidak boleh mengenai jaringan lunak. Sebelum alat ditempelkan, gigi yang sudah 15



dibersihkan diberi konduktor berupa pasta gigi. Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali supaya memperoleh hasil yang valid.  Tes radiografi : Pemeriksaan ini menjelaskan berbagai gambaran radiopak dan radiolusen pada radiografi. Tujuannya mengidentifikasi ada tidaknya penyakit, memberikan informasi ciri khas radiografik dan perluasan suatu penyakit. D. Pemeriksaan tambahan Karies dapat didiagnosis melalui pemeriksaan visual. Di sini, penggunaan sonde hanya untuk mengangkat debris dari dalam fisura, atau dengan cara kombinasi visual dan taktil, dengan sonde tajam maupun tumpul. Cara pemeriksaan tambahan lain yang tidak merusak jaringan gigi dapat dilakukan, misalnya dengan zat warna, radiografi, resistensi listrik, transiluminasi serat optik (FOTI), luminisensi laser, pembiasan cahaya, dan USG. Pada penggunaan zat warna, jaringan karies akan menyerap zat warna lebih banyak dibandingkan jaringan sekitiarnya. Pemeriksaan radiografi memberikan hasil yang lebih baik dibangdingkan dengan pemeriksaan visual, namun tetap tidak akurat, baik dalam menggambarkan lesi karies dini maupun penjalarannya. Untuk memenuhi kekurangan itu, telah dikembangkan teknik radiografi digital yang mengurangii dosis radiasi dan meningkatkan kualitas gambara radiografisnya. Pada pemeriksaan dengan transiluminasi serat optik (FOTI), luminisensi laser, dan pembiasan cahaya, jaringan karies akan lebih terlihat buram. Hal ini terjadi karena demineralisasi pad abating email menyebabkan terjadinya pembiasan cahaya yang tidak teratur dibandingkan dengna jaringan yang utuh. Penelitian dengna menggunakan alat endoskopi untuk melihat fluorosensi cahaya daerah karies memberikan hasil yang lebih akurat. Dengan cara ini pembesaran yang diperoleh mencapao 5-10 kali dibandingkan cara konvensional lainnya. Kekurangannya adalah memerlukan daerah kerja yang betul-betul kering dan terisolasi sehingga memerlukan waktu yang lebih lama. 8. Jelaskan cara melakukan tes vitalitas gigi, perkusi dan palpasi pada kasus diatas! 



Tes perkusi, tes Perkusi adalah metode pemeriksaan yang sederhana namun sangat berguna yang digunakan untuk memastikan kondisi inflamasi pada periodonsium apikal gigi. a.



Menggunakan agang instrumen tangan, biasanya cermin, digunakan untuk mengetukkan gigi secara vertikal. 16



b.



Gigi dengan periodontitis apikalis simptomatik akan lebih sensitif terhadap perkusi daripada gigi kontralateral atau tetangga. Ingat, gigi yang sehat mungkin agak sensitif terhadap perkusi juga dan jika gejala dari



periodontitis apikal lemah atau tidak pasti, penting untuk menguji beberapa gigi berulang kali tanpa urutan khusus untuk memastikan konsistensi dalam pengamatan. Penyakit pulpa tidak dapat diketahui melalui uji perkusi sampai periodonsium apikal terlibat. Tes perkusi adalah metode pemeriksaan yang pertama-tama akan memberikan indikasi klinis dari periodontitis apikal. 



Palpasi, palpasi dilakukan untuk memastikan nyeri tekan, bengkak, fluktuasi, kekerasan, dan krepitasi pada jaringan di bawahnya. a.



Tes palpasi intraoral sebaiknya dilakukan dengan ujung jari telunjuk.



b.



Selama palpasi ekstraoral kelenjar getah bening, pembengkakan, sinus, dan area sendi tempero-mandibula, dll.,



c.



Digunakan dua hingga tiga jari pada satu atau kedua tangan. Tes palpasi mungkin sangat berguna selama pemeriksaan endodontik dan kegunaannya hanya akan meningkat dengan meningkatnya keterampilan dan pengalaman klinis.







Tes Sensitivitas, tes sensitivitas dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui apakah pulpa gigi vital atau tidak. Sensitivitas gigi dapat diuji dengan berbagai cara, biasanya digunakan stimulasi panas, dingin, atau listrik. Dengan semua metode pengujian, gigi yang akan diuji harus bersih dan benar-benar kering sehingga kemungkinan konduksi stimulus ke saraf gingiva dan ligamentum periodontal diminimalkan. a.



Electric Pulp Testing , Electric pulp testing dilakukan dengan electric pulp tester (EPT). Perangkat monopolar ini mengalirkan arus listrik frekuensi tinggi dari ujung probe melalui gigi. Saat arus mengalir melalui gigi, serabut nosiseptif A-delta yang layak akan distimulasi, menghasilkan sensasi kesemutan atau "sensasi" pada pasien. Untuk melakukan electric pulp testing secara akurat dianjurkan untuk mengeringkan gigi dengan kain kasa dan meletakkan gulungan kapas di ruang depan untuk mengisolasi. Tidak diperbolehkan mengeringkan gigi dengan air syringe karena jika gigi sangat sensitif, seperti dalam kasus pulpitis, pasien akan merasa sakit yang tidak perlu. Ujung probe dilapisi dengan media kontak, seperti petroleum jelly, anestesi topikal atau pasta gigi. Menurut Bender dkk, penempatan ujung gigi yang 17



optimal adalah pada sepertiga insisal untuk gigi anterior. Namun, penempatan ujung pada struktur gigi yang sehat di manapun pada mahkota klinis akan memberikan hasil yang akurat. b.



Cold Test, Cold test adalah salah satu dari dua uji termal. Cold test secara tidak langsung merangsang serat A-delta yang layak dengan pergerakan cairan tubulus dentin menurut teori hidrodinamik. Suhu dingin menyebabkan kontraksi, atau gerakan ke luar, dari cairan tubulus dentin, yang mengakibatkan tekanan negatif. Gerakan ini secara fisik mempengaruhi proses odontoblas dari odontoblas yang menstimulasi serabut A-delta. Ini disebut mekanotransduksi. Hasil tes dingin tidak hanya menunjukkan vitalitas pulpa, tetapi juga kondisi pulpa.



c.



Heat Test, uji termal lainnya adalah heat test yang tidak dilakukan secara rutin. Seperti cold test, heat test juga secara tidak langsung menstimulasi serabut A-delta yang layak dengan pergerakan cairan tubulus dentin melalui teori hidrodinamik. Berbeda dengan cold test, heat test menyebabkan ekspansi, atau gerakan ke dalam, cairan tubulus dentin, menghasilkan tekanan positif dan fenomena mekanotransduksi serupa. Dibandingkan dengan cold test, respon saraf, dan respon pasien, jauh lebih rendah. Seperti yang ditunjukkan oleh Vongsavan dan Matthews, tekanan negatif yang diciptakan oleh cold test menghasilkan impuls saraf yang jauh lebih banyak daripada tekanan positif yang menciptakan heat test. Satu hal yang ditawarkan heat test yang tidak ditawarkan oleh cold test yang juga dapat mengaktifkan serat C, itulah sebabnya beberapa orang menganggap heat test sebagai uji pamungkas.



9. Jelaskan diagnosa dan rencana perawatan invasive dan non invasive pada kasus diatas! Diagnosis dari kasus diatas adalah pulpitis irreversible. Pulpitis ireversibel simtomatik ditandai dengan hipersensitivitas terhadap stimulus termal termasuk panas atau dingin yang menyebabkan rasa sakit yang bertahan selama 30 detik atau lebih setelah stimulus dihilangkan, memiliki gejala nyeri yang parah, spontan, persisten, sulit dilokalisir, nyeri alih dan dapat menjalar ke telinga, pelipis, mata atau leher. Nyeri terkadang dapat timbul oleh karena perubahan postur seperti saat berbaring atau membungkuk dan analgetik biasanya tidak berefek dalam menghilangkan nyeri. Salah satu etiologi dari pulpitis ireversibel simtomatik yaitu karies yang dalam. Tubulus dentin merupakan 18



jalan masuk bagi bakteri dan iritan dari kavitas rongga mulut, apabila proses karies ini tidak dirawat pada akhirnya dapat menyebabkan inflamasi pulpa. Kondisi pulpa vital yang terinflamasi tidak dapat kembali pulih dan perawatan saluran akar merupakan pilihan perawatan. Preparasi saluran akar merupakan fase utama dalam menghilangkan infeksi. Preparasi sistem saluran akar meliputi pembesaran dan pembentukan anatomi saluran akar bersamaan dengan disinfeksi. Irigasi saluran akar merupakan hal yang krusial selama perawatan endodontik untuk mencapai kesuksesan perawatan endodontik. Irigasi intrakanal dilakukan untuk menghilangkan mikroorganisme, sisa jaringan pulpa, dan smear layer yang terbentuk selama instrumentasi saluran akar. 10. Jelaskan alat alat yang dibutuhkan beserta fungsi nya untuk melakukan perawatan pada kasus diatas! Gigi dengan diagnosis pulpitis ireversibel akut sangat responsif terhadap rangsang dingin, rasa sakit berlangsung bermenit-menit sampai berjam-jam, kadangkadang rasa sakit timbul spontan, mengganggu tidur atau timbul bila membungkuk. Perawatan darurat yang lebih baik dilakukan adalah pulpektomi daripada terapi paliatif untuk meringankan rasa sakit. Berikut ini adalah instrument yang sering digunakan dalam endodonsi, digolongkan menurut penggunaannya (Friedman and Stabholz, 1986) : 1.



Alat untuk preparasi orifice a.



Paket peralatan dasar -



Sonde endodontik berujung ganda Membantu dalam menentukan letak orifice dan fraktur gigi pada dasr kamar pulpa



-



Excavator Untuk menyendok isi kamar pulpa dan mengungkit batu pulpa selama preparasi kavistas orifice



-



Kaca mulut Untuk melihat kedalaman kamar pulpa dan untuk menahan lidah.



-



Pinset berkerat Untuk memegang paper point, gutta percha dan alat saluran akar



-



Dissposable syringe Untuk mendepositkan larutan irigasi berupa sodium hipoklorit ke dalam saluran akar



Petridish bersekat Untuk menempatkan cotton roll, cotton pellet dan paper point (Friedman and Stabholz, 1986). b.



Bur 19



-



Friction grip Bur fisur yang runcing digunakan pada awal preparasi orifice untuk mendapatkan outline yang tepat



-



Rosehead Bur rosehead normal dan ekstra panjang dapat digunakan mengangkat atap kamar pulpa dan menghilangkan dentin yang berlebih



-



Safe-ended diamond Bur safe-ended diamond dengan ujung yang tidak tajam dapat digunakan untuk meruncingkan dan menghaluskan preparasi kavitas orifice. Ujung yang tidak tajam mencegah bur merusak dasar kamar pulpa.



-



Gates glidden drill Bur ini mempunyai ujung potong yang berbentuk seperti kuncup, terpasang pada lengan yang kecil yang melekat pada pegangan tipe latch. Alat ini harus digunakan dengan bantuan handpiece



c.



Rubber dan digunakan untuk -



Melindungi pasien dari tertelan atau terhirupnya alat, obat-obatan, gigi dan kotoran serta bakteri dan jaringan pulpa yang nekrosis



-



Untuk mendapat daerah operasi yang bersih, kering dan bebas dari kontaminasi ludahUntuk mencegah lidah dan pipi menutupi daerah operasi



Untuk menghalangi agar pasien tidak bicara, kumur-kumur dan mengganggu kerja operator 2.



Alat untuk preparasi saluran akar



a.



Hand instrument -



Reamer Reamer diputar dan ditarik mundur sehingga pemotongannya terjadi ketika rotasi. Digunakan untuk membesarkan dan memperbaiki bentuk saluran akar yang tidak teratur menjadi kavitas dengan potongan melintang yang bulat



-



Eksterpasi Digunakan untuk untuk mengambil jaringan pulpa/jaringan nekrotik, untuk mengambil jaringan nekrotik, untuk mengambil bahan pengisi dan untuk pengait



-



File File digunakan dengan gerak mengerok dan gerak mendorong menarik. Gerakan ini lebih efisien jika instrument memiliki lebih banyak pelintiran atau spiral yang bekontak dengan dinding saluran akar. Alat ini berfungsi untuk menghaluskan dinding saluran akar dan mengambil jaringan keras selama pelebaran saluran akar (Friedman and Stabholz, 1986).



b.



Alat saluran akar dengan bantuan listrik 20



-



Handpiece Handpiece memberikan aksi mekanis terhadap alat preparasi saluran akar. System ini dibuat untuk mengurangi waktu yang digunakan pada preparasi saluran dan sekarang terdiri dari handpiece lurus yang dapat diberi jarum-jarum ulir dengan desain khusus



11. Jelaskan tindakan tissue manajement sebelum dilakukan restorasi pada gigi 22! Retraksi gingiva dengan menggunakan benang retraksi dan bahan kimia merupakan metoda yang paling sering digunakan. Secara fisik benang retraksi untuk menekan gingiva ke samping, sedangkan bahan kimia digunakan untuk mengontrol jangan sampai ada cairan yang berasal dari dinding sulkus gingiva. Kesalahan dalam pemilihan benang retraksi dan bahan kimia dapat menyebabkan iritasi jaringan gingiva dan tidak akuratnya hasil yang diperoleh. Hasil retraksi gingiva yang baik adalah bukaan permukaan servikal gigi yang dipreparasi berkisar 0,35-0,50 mm melewati tepi gingival. Dengan ukuran bukaan sebesar itu memungkinkan bahan cetak mengalir di tepi servikal, pengisian bahan cetak pada tepi subgingival cukup tebal sehingga tidak mudah terjadi distorsi. Benang retraksi yang mengandung epinefrin efektif mengkontrol pendarahan. Akan tetapi 2492% dari epinefrin diserap secara sistemik sehingga menyebabkan terjadinya pengerutan gingiva, iskemia sementara, sakit kepala, limb tremor, diaphoresis, florid appearance dan takikardi. Epinefrin mampu menaikkan tekanan darah, bila benang retraksi itu diterapkan dalam sela gingiva yang rusak. Selain itu terdapat banyak faktor yang menyulitkan memprediksi efek fisiologis. Retraksi dengan menggunakan benang dapat dipasang dengan beberapa teknik pemasangan. Single string merupakan teknik yang paling sederhana dan sedikit menyebabkan trauma pada gingiva. Teknik ini diindikasikan pada gingiva yang sehat dan tidak berdarah saat benang dimasukkan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, benang direndam di dalam cairan kimia, plain knitted cord dapat direndam dalam larutan buffer almunium chloride. Knitted cord tidak mudah rusak dan terjaga bentuknya selama pemakaian. Sebelum dilakukan pencetakan benang retraksi dikeluarkan dari larutan dan dimasukkan ke sulkus gingiva mulai dari bagian mesial ke lingual lalu ke distal dan terakhir di bagian bukal gigi yang dipreparasi. Yang kedua selective double string, adalah teknik yang direkomendasi pada gingiva yang mengalami perdarahan spontan dari dalam sulkus dan sering terjadi pada saat pencetakan. Perdarahan 21



pada sulkus merupakan kendala yang sering terjadi untuk mendapatkan hasil cetakan yang akurat dan biasanya disebabkan adanya laserasi di sisi lateral atau apikal selama preparasi gigi. Hal ini juga berhubungan dengan akumulasi plak di mahkota sementara atau dengan batas tepi preparasi yang dalam. Setelah mahkota sementara dilepas atau semen sementara dibersihkan, perdarahan spontan pada sulkus bisa terjadi. Jika sulkus gingiva terlihat kemerahan atau mengalami perdarahan spontan, maka retraksi gingiva harus dimodifikasi. Pada daerah interproksimal dan aspek lingual cenderung sering mengalami hal ini. Pada teknik ini, pada aspek fasial tidak dilakukan double string agar tidak merusak gingivanya. Sehelai benang yang sangat tipis yang telah direndam aluminium chloride dimasukkan ke dalam sulkus yang mengalami inflamasi atau perdarahan spontan saja. Setelah itu masukkan thin knitted cord ke dalam sulkus seperti teknik single string. Sebelum pencetakan, benang retraksi yang kedua dikeluarkan, sedangkan yang pertama dibiarkan untuk mendapatkan efek hemostatik. Yang ketiga, double string. Gingiva yang mengalami keradangan yang parah, pencetakan harus dilakukan dengan hasil cetakan yang akurat, padahal kesembuhan keradangannya tidak dapat diperkirakan. Benang yang sangat tipis yang telah direndam aluminium chloride dimasukkan di sulkus gigi. Jika perdarahan masih terjadi, papila gingiva perlu disuntik dengan lidokain 2% dengan 1/50.000 epinefrin untuk vasokonstriksi lokal. Setekah itu thin knitted cord dimasukkan di sulkus seperti teknik single string. Sebelum pencetakan dilakukan, benang retraksi yang kedua diambil dahulu, sedangkan yang pertama dibiarkan untuk mendapatkan efek hemostatik. Pada teknik ini dapat menyebabkan resesi gingiva karena meletakkan dua benang retraksi di bagian fasial. 12. Jelaskan prosedur perawatan untuk masing-masing gigi pada kasus diatas! Pulpectomy melibatkan tiga langkah utama, yaitu menghilangkan/mengangkat jaringan pulpa secara keseluruhan, membentuk saluran akar, dan mengisi saluran akar. Secara garis besar, seluruh atap ruang pulpa dibuka agar mendapatkan akses ke saluran akar dan menghilangkan semua jaringan pulpa. Untuk mendapatkan hasil kerja yang lebih baik, langkah – langkah seperti anestesi, aseptik, dan cara preparasi juga perlu untuk diperhatikan. Saat setelah kita melakukan pemeriksaan klinis, kita juga perlu melakukan pemeriksaan penunjang berupa tes radiografi karena hal tersebut akan membantu kita untuk mengetahui morfologi gigi, anatomi saluran akar, jumlah saluran akar, 22



konfigurasi saluran akar, panjang saluran akar, kalsifikasi dan resorpsi, posisi foramen apikal, posisi dan ukuran ruang pulpa serta jaraknya dari permukaan oklusal. Tehnik pulpektomi vital : 



Rotgen Foto.







Anastesi local.







Anestesi yang paling umum digunakan adalah lidokain 2% dengan epinefrin 1:100.000. Lidokain adalah obat yang aman dan efektif. Tehnik anastesi yang digunakan adalah infiltrasi anastesi. Isolasi daerah kerja.







Preparasi kavitas sesuai dengan lesi karies







Untuk mengangkat sisa-sisa karies dan debris pada ruang pulpa dipakai bur besar dan bulat. Periksa apakah semua jaringan pulpa koronal telah terangkat







Setelah ruang pulpa terbuka, perdarahan dievaluasikan dan eksudasi purulent







Jaringan pulpa diangkat dengan file endodontic. Mulai dengan file ukuran no. 15 dan diakhiri file ukuran no. 35. Pada gigi sulung, preparasi dilakukan hanya untuk mengangkat jaringan pulpa, bukan untuk memperluas saluran akar.







Irigasi saluran akar denga bahan H2O2 3%. Keringkan dengan gulungan kapas kecil dan paper point. Jangan sekali-kali mengalirkan udara langsung ke saluran akar.







Apabila pendarahan terkontrol dan saluran akar sudah kering maka saluran akar diisi dengan Semen Zink Oxide Eugenol. Campur pada pad, angkat dengan amalgam carrier dan masukan kedalam ruang pulpa.







Gunakan amalgam plugger dan berikan tekanan secara konstan untuk memadatkan Semen Zink Oxide Eugenol.







Metode alternative lainnya adalah dengan menggunakan campuran tipis Zink Oxide Eugenol pada file atau paper point dan memadatkannya pada saluran akar. Bentuklah campuran tebal Zink Oxide Eugenol seperti cone dan padatkan pada saluran akar dengan menggunakan gulungan kapas lembab sebagai kondensor.







Rotgen foto untuk memastikan bahwa saluran akar sudah terisi dengan Zink Oxide Eugenol. Karena kalsifikasi saluran akar, Zink Oxide Eugenol tidak mencapai apeks gigi, tetapi gigi geligi sering tetap berfungsi sebelum molar permanen pertama erupsi.



23



Pasien diminta datang kembali dalam waktu satu atau dua minggu untuk mengevaluasi keberhasilan perawatan. Gigi geligi yang menunjukan gejala bebas penyakit secara klinis dan radiografis dengan eksfolisasi dalam batas-batas waktu normal diangggap sukses. 13. Jelaskan prognosis kasus diatas! Prognosis gigi pada kasus diatas adalah baik apabila pulpa diambil dan pada gigi dilakukan terapi endodontik dan restorasi tepat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis pada kasus tersebut antara lain



Prognosis baik ini didukung pada pasien tidak diketahui memiliki penyakit sistemik yang dapat menurunkan respon imun dan mempengaruhi rencana perawatan saluran akar, saluran akar lurus, sisa struktur jaringan keras gigi cukup untuk menyanggah restorasi, jaringan sekitar dan jaringan pendukung baik, area gigi yang akan direstorasi dapat diisolasi dengan baik, kebersihan rongga mulut pasien baik dan tidak terdapat lesi periapikal yang dapat memperburuk penyembuhan jaringan periapikal dari pasien. Untuk menunjang keberhasilan dari perawatan saluran akar, tentunya harus disertai dengan skill operator, perawatan saluran akar yang sesuai dengan SOP serta kekooperatifan dari pasien dalam menjalankan instruksi serta jadwal kontrol yang diberikan. Untuk mendapatkan prognosis yang baik dokter gigi terampil dalam mengeliminasikan penyebab utama kegagalan 24



seperti sisa iritan di dalam saluran akar dan rongga mulut yang dapat menghilangkan kerapatan apeks dan korona; memantau dan menghindari kerapatan lateral; terampil dalam melakukan obturasi agar tidak berlebih atau terlalu pendek; dan selalu melakukan irigasi/pembersihan saluran akar yang memadai. Keberhasilan perawatan: 



Nyeri hilang segera setelah perawatan;







Kesembuhan Pulpotomi jaringan pulpa yang berkontak langsung dengan mengalami nekrosis superfisial, dibawahnya akan terbentuk jembatan dentin dan terjadi apekso-genesis;







Kesembuhan Pulpektomi: Klinis tidak ada keluhan dan pada pemeriksaan radiografik tidak ada kelainan periapeks



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Sindroma kerusakan gigi yang parah yang terjadi pada bayi dan anak-anak, berkembang dengan cepat dan mengakibatkan gangguan kesehatan yang berkepanjangan pada anak disebut sebagai ECC. Penyebab ECC multifaktor, antara lain kebersihan gigi dan mulut yang tidak terpelihara dengan baik, adanya penyakit sistemik yang diderita anak seperti malnutrisi, asma, infeksi rekuren, penyakit infeksi kronik, penggunaan obat-obatan seperti antihistamin, benzodiazepam, antiemetik, 25



ekspektoran dan anti spsmodik, serta penggunaan botol untuk minum susu pada malam hari. Solusi pencegahan ECC ini adalah perhatian dan pengetahuan orang tua dalam hal kebersihan dan kesehatan gigi sehingga dapat membersihkan dan membiasakan anak menjaga kesehatan mulut dan giginya. Kebersihan mulut dan penggunaan fluoride penting untuk mencegah kerusakan gigi lebih lanjut. Apabila ECC sudah terlanjur parah, dokter gigi harus dapat menanganinya dengan perawatan yang maksimal dan tetap memberikan perawatan pencegahan.



DAFTAR PUSTAKA 1.



Astuti, E. S. Y. (2020). ETIOLOGI, DAMPAK DAN MANAJEMEN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC). Interdental: Jurnal Kedokteran Gigi, 16(2), 57-60.



2.



Kawashita Y., Kitamura



M.,



Saito



T.



Early childhood caries. Int J Dent. 2011;



doi:10.1155/2011/725320 3.



Mariati,



Ni



Wayan.



Pencegahan



dan



Perawatan



BIomedik;7(2):23-28.



26



Karies



Rampan.



2015.



Jurnal



4.



Febriana, A. D. (2019). HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS Di SD Muhammadiyah Ponorogo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).



5.



Santa M, Trilaksana AC. Penanganan kedaruratan endodontik pada pulpitis ireversibel (Emergency endodontic treatment of irreversible pulpitis). Makassar Dent J 2015; 4(5): 173



6.



Ishaq, W. 2015. Tingkat Penggunaan Radiografi Periapikal Pada Dokter Gigi Praktek Di Kabupaten Maros Terhadap Perawatan Endodontik. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Hasanuddin Makasar



7.



Grosman, L. I., Seymour, O., Carlos, E., D., R., 1995, Ilmu Endodontik dalam Praktek, edisi kesebelas, EGC, Jakarta.



8.



Apriasari, M.L. (2019). Anamnesis, Pemeriksaan Klinis dan Rekam Medik. Universitas Lambung Mangkurat Nursasongko, B. (2000). Diagnosis karies. Journal of Dentistry Indonesia, 7(2), 425-429



9.



Patrick J. Battist et al. Principles of Endodontic Diagnosis. Decisions in Den)stry 2020; 6(4): 9– 10,12–13.



10. Ritter AV, Boushell LW, Walter R. Studervant’s Art and Science of Operative Dentistry. 7th Ed. Elsevier. 2019. 11. Pangabdian F, Wongso JV. Restorasi Onlay “All Porcelain” Pada Gigi Molar Kiri Bawah Pasca Perawatan Pulp Capping. Jurnal Kedokteran Gigi DENTA 2016; 10 (2): 1-6.. Buku “Sturdevant Art and Science of Operative Dentistry”. Halaman 259. 12. San Chong B. Harty's Endodontics in Clinical Practice E-Book 7th Ed. Elsevier Health Sciences; 2017 Jul 28.



27