P1 Steril [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN FARMASI STERIL PRAKTIKUM 1 CARA STERILISASI PERALATAN DAN BAHAN



Disusun Oleh : Nafadiela Azhari



I1C018001



Siti Khairunnisa Tiarahmi



I1C018003



Andra Nurjaya Maulana



I1C018005



Katleya Maharani Wiega



I1C018007



Lissmy Annisyah Diani



I1C018009



LABORATORIUM FARMASETIKA JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO



2020



PERCOBAAN 1 CARA STERILISASI PERALATAN DAN BAHAN I. Pendahuluan Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup,dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma,virus) yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkanmikroorganisme. Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipemikroorganisme yaitu tergantung dari asam nukleat, protein atau membrane mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi, 2008). Sterilisasi mempunyai peranana penting dalam keberhasilan teknik kultur jaringan. Guna mencegah terjadinya kontaminasi maka perlu dirancang suatu laboratorium/ruang kerja kultur jaringan yang khusus, terpisah antara bagian persiapan, pembuatan media dan ruang penabur (penanaman). Peranan sterilisasi pada bidang mikrobiologi diantaranya adalah untuk mencegah pencemaran organisme luar, untuk mempertahankan keadaan aseptis, sedangkan pada pembuatan makanan dan obat-obatan, sterilisasi berfungsi untuk menjamin keamananterhadap pencemaran oleh mikroorganisme Di dalam pengamatan mikrobiologi, sterilisasi merupakan bagian yang sangat penting atau merupakan suatu keharusan, baik pada alatmaupun media. Hal ini penting karena jika alat atau media tidak steril, akan sulit menentukan apakah mikroba merupakan akibat dari percobaan yang dilakukan atau merupakan kontaminan. (Hendrawati, 2017). Keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikoorganisme hidup. Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Perbekalan steril adalah semua sediaan steril farmasi dan peralatan kesehatan termasuk ruangan-ruangan yang digunakan untuk memperlakukan semua perbekalan steril. Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencernaan organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan aseptis, pada pembuatan makanan dan obat-obatan atau sediaan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh mikroorganisme dan serta alat-alat kesehatan yang akan digunakan di rumah sakit. Metode yang dapat digunakan dalam upaya mensterilisasi alat maupun banyak bahan.



Metode yang digunakan tergantung pada sifat dan karakteristik alat dan bahan yang disterilisasi dan jenis mikroorganisme yang ingin dimusnahkan. Metode sterilisasi pada dasarnya dapat ditempuh melalui tiga cara yaitu secara fisika (dengan pemanasan), secara kimia (dengan zat kimia), dan secara mekanik (dengan penyaringan) (Lukas, 2006). Sediaan steril merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang banyak dipakai, terutama saat pasien dirawat di rumah sakit. Sediaan steril sangat membantu pada saat pasien diinfus, dioperasi, disuntik, mempunyai luka teruka yang harus diobati. Alat kesehatan dapat juga mengandung obat yang tidak mencapai kerja utama padadalam tubuh manusia melaui proses farmakologi, imunologi, atau metabolism tetapi dapat membantu fungsi yang diinginkan dari alat kesehatan dengan cara tersebut. Alat kesehatan steril meliputi alat yang habis pakai contohnya jarum suntik, alat suntuk, kateter, dan alat-alat darah. Sedangkan alat kesehatan steril yang dapat disterilisasi secara berulang yaitu alat-alat bedah contohnya gunting operasi, pisau operasi, doek klem, pinset operasi, kocher, pean, kogel tang (Lukas, 2006). II. Pembahasan Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh mikroorganisme sampai ke spora- sporanya, yang terdapat di dalam bahan makanan. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan makanan sampai temperatur 121o C, selama watu 15 menit. Salah satu contoh alat untuk melakukan sterilisasi adalah Autoclave. Pada alat Autoclave ini, bahan makanan dipanaskan sampai temperatur 121-134o C. makanan diproses selama 15 menit, untuk temperatur 121o C, atau pada temperatur 134o C selama 3 menit (Hendrawati, 2017). Sterilisasi merupakan eliminasi menyeluruh terhadap viabilitas mikrbial, termasuk bentuk vegetatif bakteri dan spora.Sterilisasi pada alat bedah, implant, linen, dan baju bedaj merupakan salah satu aspek dari regimen penting mengenai teknik aseptis. Metode sterilisasi dapat dibagi menjadi dua kelompok utama: fisik dan kimia. Meskipun sterilitas dapat dicapai dengan berbagai zat kimia, metode fisik biasanya lebih banyak digunakan.Panas, filtrasi, dan radiasi merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam metode fisik untuk mensterilkan alat-alat medis dan alat-alat bedah.Sterilisasi kimia biasanya menggunakan etilen oksida atau hidrogen peroksida, meskipun formaldehide dan β-propiolakton juga dapat digunakan. Teknik yang paling banyak digunakan untuk medikasi adalah panas uap, etilen oksida, dan sterilisasi plasma gas hidrogen peroksida (Kubyshkina, 2011).



Sterilisasi



dalam



mikrobiologi



adalah



suatu



proses



untuk



mematikan



semuaorganisme yang terdapat pada atau didalam sutu benda. ketika melakukan pemindahan biakkan bakteri secara aseptik. Di dalam pengamatan tentang mikrobiologi, sterilisasi merupakan bagian yang sangat penting atau merupakan suatu keharusan, baik pada alat maupun media. Hal ini penting karena jika alat atau media tidak steril, akan sulit menentukan apakah mikroba merupakan akibat dari percobaan yang dilakukan atau merupakan kontaminan. Bekerja di laboratorium mikrobiologi mengandung risiko yang tidak kecil. Setiap saat harus selalu berasumsi bahwa setiap mikroorganisme adalah potensial patogen dan harus berhati-hati agar tidak terinfeksi oleh bakteri tersebut.Sterilisasi ini sangat penting dilakukan untuk keselamatan kerja saat melakukan penelitian yang bersangkutan dengan mikrobiologi (Pratiwi, 2008). a. Macam-macam Sterilisasi Macam-macam sterilisasi pada prinsipnya dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu secara mekanik, fisik, dan kimiawi (Waluyo, 2005). a) Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0,22 mikron atau 0,45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Sterilisasi secara mekanik digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba) (Suriawaria, 2005). b) Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran. 1. Pemanasan 



Pemijaran (dengan api langsung) adalah proses membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokolum, pinset, batang L, dll.







Panas kering Beberapa bahan yang tidak dapat disterilkan dengan uap, paling baik disterilkan dengan panas kering. Misalnya petrolatum jelly, minyak mineral, lilin, wax, serbuk talk. Karena panas kering kurang efisien



dibanding panas lembab, pemaparan lama dan temperatur tinggi dibutuhkan. Range luas waktu inaktivasi dalam temperatur bervariasi telah diterapkan berdasarkan tipe indikator steril yang digunakan, kondisi kelembapan dan faktor lain. Jumlah air dalam sel



mikroba diketahui



mempengaruhi resistensinya terhadap destruksi panas kering. Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini berlawanan dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri yang terjadi dengan sterilisasi uap panas. Pada umumnya, suhu yang lebih tinggi dan waktu pemaparan yang dibutuhkan saat proses dilakukan dengan uap dibawah tekanan. Sterilisasi panas kering membutuhkan pemaparan pada suhu 150°C sampai 170°C selama 1-4 jam. Alat yang digunakan pada umumnya adalah oven. Karena suhunya yang tinggi, sterilisasi panas kering tidak dapat digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan, contoh : alat ukur dan penutup karet atau plasitik (Waluyo, 2005). 



Uap air panas, konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggunakan metode ini agar tidak terjadi dehidrasi (Waluyo, 2005).







Uap air panas bertekanan Sterilisasi uap menggunakan uap air dalam tekanan sebagai pensterilnya. Ini merupakan metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri farmasi , karena dapat diprediksi dan menghasilkan efek destruksi bakteri, dan parameter-parameter sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat dengan mudah dikontrol dan monitoring dilakukan sekali dalam satu siklus yang divalidasi. Metode ini sangat efektif untuk sterilisasi, karena menyediakan suhu jauh diatas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan kelembaban sangat tinggi, sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121°C pada tekanan 2 atm dengan waktu standar 15 menit. Biasanya alat yang digunakan adalah autolaf. Metode ini biasanya digunakan untuk mensterilkan larutan dengan pembawa air, alat-alat gelas,



pembalut untuk bedah, penutup karet dan plastik, dan media untuk pekerjaan mikrobiologi (Waluyo, 2005). 2. Penyinaran dengan UV Sinar ultraviolet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV (Waluyo, 2005). c) Sterilisasi secara kimiawi, biasanya menggunakan senyawa disinfektan atau alkohol (Waluyo, 2005). b. Cara sterilisasi Cara sterilisasi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produk steril, yaitu : a) Sterilisasi akhir (terminal sterilization) Metode sterilisasi akhir menurut PDA Technical 2005, dibagi menjadi dua, yaitu :







Overkill Method adalah metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap panas pada suhu 121°C selama 15 menit yang mampu memberikan minimal reduksi setingkat log 12 dari mikroorganismemikroorganisme yang memiliki nilai D minimal 1 menit. Metode overkill digunakan untuk bahan yang tahan panas seperti zat anorganik. Metode ini merupakan pilihan utama, karena kelebihannya lebih efisien, cepat, dan aman. Karakteristik sterilisasi yang digunakan adalah probabilitas survival tidak lebih besar dari 1 (satu mikroorganisme dalam 10⁶ unit). Dalam hal ini monitoring bioburden dari formul awal sebelum proses sterilisasi tidak diperlukan. Jadi, pada overkill methode sterilisasi dilakukan hanya pada formula akhir (Lucas, 2006).







Bioburden sterilization adalah metode sterilisasi yang memerlukan mentoring ketat dan terkontrol terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilisasi yang dipersyaratkan SAL 10⁶. Metode ini umumnya digunakan untuk bahan yang dapat mengalami degradasi kandungan bila dipanaskan terlalu tinggi seperti zat organik. Misalnya, larutan karbohidrat (dektrosa) bila dipanaskan dengan temperatur tinggi



dapat mengakibatkan senyawa Hidrl Methyl Fulfural (HMF) yang merupakan suatu senyawa hepatotoksik yang tidak diinginkan. Proses sterilisasi memerlukan suatu siklus yang dapat menghancurkan muatan mikroorganisme, namun tanpa menimbulkan degradasi produk. Apabila menggunakan pendekatan overkill, maka pemanasannya dengan uap 121°C selama 15 menit, sedangkan pendekatan bioburden dilihat dari pencapaian tingkat sterilisasi yang diminta. Sterilisasi akhir harus menjadi pilihan utama dan sedapat mungkin digunakan apabila produk tahan terhadap panas. Cara sterilisasi yang dipilih tergantung pada bahan, zat aktif, pelarut, dan bahan kemas yang digunakan (Lucas, 2006). b) Teknik Aseptis (Aseptic processing) Aceptic processing adalah metode pembuatan produk steril menggunakan saringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang diformulasikan dan diisikan ke dalam kontainer steril dalam lingkungan terkontrol. Suplai udara, material, peralatan, dan petugas telah terkontrol sedemikian rupa sehingga kontaminasi mikroba tetap berada pada level yang dapat diterima (acceptable) dan clean zone (Lucas, 2006). c. Alat-alat sterilisasi 1. Oven Oven adalah suatu wadah yang mampu menjaga suhu pada 160-170°C. Umumnya alat-alat yang disterilisasi dengan oven adalah alat gelas seperti cawan atau pipet ukur dan bukan untuk alat plastik atau karet. Sterilisasi dapat dilakukan pada suhu 170°C selama 1 jam. Waktu sterilisasi dihitung setelah oven mencapai suhu yang diinginkan. Oven yang baik memiliki termostat dan termometer atau alat perekam temperatur, dan juga dilengkapi indikator waktu dan pemrograman waktu. Setelah disterilisasi, peralatan gelas sebaiknya didinginkan pada oven untuk mencegah keretakan karena penurunan suhu mendadak. Untuk pengecekan kinerja oven (verifikasi) dapat dilakukan dengan pengujian kehomogenan temperatur di seluruh sudut oven pada pemakaian pertama atau setelah adanya perbaikan. Verifikasi ini dilakukan dengan termometer terkalibrasi (ISO, 2014). Berbeda sedikit dengan peraturan ISO, sterilisasi panas kering dilakukan pada



suhu 160°C selama 2 jam atau 180°C selama 30 menit dengan waktu pemanasan (heating-up) selama 1 jam dan waktu penurunan suhu (cooling down) selama 2 jam. Oven dna inkubator memiliki perbedaan mendasar yaitu oven dilengkapi dengan lubang pengeluaran uap air dan umumnya tidak memiliki tutup kaca. Oleh karena itu, penggunaan oven sebagai inkubator (walaupun oven dapat menjagasuhu yang diinginkan) akan mempercepat kehilangan air pada media. Peletakan alat-alat pada oven sebaiknya memperthatikan distribusi panas yang dihasilkan elemen. Disarankan untuk menghindari loading yang terlalu banyak dan penempatan tanpa jeda sehingga mampu mengurangi penetrasi panas. Semua alat sebaiknya dibungkus dengan bahan yang tidak mudah meleleh terkena panas seperti kertas sampul (kraf paper) bukan dengan plastik (Bertham et al 2003). 2. Autoklaf (autoclave) Tekanan yang digunakan untuk sterilisasi pada umumnya 15 Psi atau sekitar 1 atm dan dengan suhu 121°C (250°F). Jadi, tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan adalah 15 menit pada suhu 121°C. Dengan syarat suhu, tekanan dan waktu tersebut maka segala bentuk mikroorganisme dapat dimatikan (Barrow dan Feltham, 1993).. Autoklaf menggunakan uap air murni (lebih ringan dan lebih panas dari udara) untuk sterilisasi sehingga udara yang terdapat dalam wadah harus dikeluarkan. Wadah seperti tabung, erlenmeyer, botol sebaiknya diberi ruang kosong antara mulut wadah dengan batas cairan. Setelah selesai sterilisasi, sebaiknya alat dan bahan dibiarkan dingin sampai 80°C di dalam autoklaf sebelum diangkat (Barrow dan Feltham, 1993). 3. Microwave oven Microwave oven adalah alat yang mampu memanaskan dengan gelombang mikro pada tekanan atmosfer. Penggunaan alat ini selain untuk sterilisasi peralatan gelas, juga dapat digunakan untuk memanaskan bahan cair atau mencairkan agar. Distribusi gelombang mikro sebaiknya harus homogen untuk mencegah adanya area overheating. Pemanasan dengan waktu lebih lama dengan pengaturan power rating yang rendah atau alat yang dilengkapi pemutar otomatis akan menghasilkan distribusi panas yang lebih baik. Media yang mengandung bahan tidak tahan panas sebaiknya jangan dipanaskan menggunakan alat ini, kecuali jika terverifikasi dan terbukti dengan baik. Sebaiknya,



microwave oven tidak untuk sterilisasi media, sterilisasi media tetap menggunakan autoklaf. Setelah menggunakan alat ini, disarankan juga untuk didiamkan selama 5 menit sebelum dikeluarkan (ISO, 2014). d. Prinsip Alat-Alat Sterilisasi 1. Autoklaf Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121°C (250°F). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi² (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 121°C (Kurniawan, 2014) 2. Oven Oven adalah alat yang menggunakan metode pemanasan panas kering. Pemanasan secara kering kurang efektif apabila temperatur kurang tinggi. Untuk mencapai efektifitas diperlukan pemanasan mencapai temperatur 160˚C sampai dengan180˚C. Pada temperatur ini akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan, hal ini disebabkan terjadinya autoksidasi sehingga bakteri patogen dapat terbakar (Fitri et al, 2014). 3. Millipore Filter Millipore filter merupakan alat sterilisasi yang bekerja secara mekanik dengan metode filtrasi. Millipore ini berguna untuk sterilisasi bahan yang tidak tahan panas atau termolabil dan mudah rusak oleh bahan-bahan kimia. Millipore filter ini memiliki membran filter atau penyaring yang terbuat dari ester selulosa dengan diameter 0,01 – 1,0µm. (Fitri et al, 2014) Prinsip kerja millipore filter ini yakni millipore filter dihubungkan dengan injeksi yang berfungsi sebagai penginjeksi cairan yang akan disterilisasi untuk melewatilter, dan ujung millipore filter tersebut dapat dihubungkan dengan leher erlenmeyer sebagai wadah dari bahan tidak tahan panas yang telah disterilisasi secara mekanik (Fitri et al, 2014) 4. Arnold Steam Sterilizer Prinsip kerjamya yaitu uap air panas. Membunuh bakteri sampai tingkat spora



dengan suhu 80°C. Biasanya digunakan untuk sterilisasi alat dari kaca (benda tahan panas). (Fitri et al, 2014) 5. Radiasi Sinar yang digunakan untuk sterilisasi adalah sinar gamma atau sinar X dan sinar matahari. Sinar matahari sendiri banyak mengandung sinar ultraviolet (Gabriel, 1996). Sinar ultraviolet memiliki kemampuan untuk memepengaruhi fungsi sel makhluk hidup dengan mengubah material inti sel atau DNA sehingga makhluk mati. Sinar ultraviolet diserap oleh protein dan asam nukleat (Suharyono dkk, 2009). e. Kelebihan dan Kekurangan Alat-Alat Sterilisasi 1. Autoklaf Menurut Ju tono, (1980) kelebihan yang dimiliki autoklaf adalah Waktu lebih singkat, Penetrasi lebih baik, Kapasitas lebih baik, Aman, efektif, mudah dalam pengoperasian, Mampu membunuh spora bakteri, dan Suhu dapat diatur. Sedangkan kekurangannya adalah Tidak dapat digunak pada bahan yang tidak tahan terhadap air ataupun uap air, Tidak dapat digunakan pada alat atau bahan yang tidak tahan suhu tinggi, Relatif mahal, Air yang digunakan harus pas 2. Oven Menurut Tietjen, (2004) kelebihan yang dimiliki oven adalah Dapat digunakan pada senyawa yang tidak tahan terhadap uap air, Kelembaban dan suhu dapat diatur, Mengurangi “paket basah” di iklim lembab, Tidak meninggalkan zat kimia. Kekurangannya adalah Tidak dapat digunakan untuk alat yang memiliki garis ukur, Instrumen plastik dan karet tidak dapat disterilisasi dengan oven, Penetrasi lambat dan hanya diluar/permukaan saja, Membutuhkan sumber listrik secara terus menerus. 3. Millipore Filter Milipore filter memiliki kelebihan Teliti, bisa menyaring mikrobia hingga ukuran yang kecil, Digunakan untuk bahan yang tidak tahan panas dan bahan yang mudah rusak oleh bahan kimia. Dan kekurangannya adalah hanya satu kali pakai, Jumlah cairan yang disaring terbatas, Dapat terjadi penyumbatan (Pruss dkk, 2002) 4. Arnold Steam Sterilizer



Kelebihan terilisasi dengan Arnold Steam Sterilizer dapat menghentikan/mengurangi aktivitas metabolic dan kemudian diikuti kematian mikroba dan menghilangkan air dari sel mikroorganisme. Kekurangannya yaitu banyak bakteri berspora belum matidengan cara ini sehingga dikembangkan cara berikutnya yaitu uap air bertekanan (Machmud, 2008). 5. Radiasi Kelebihannya Dapat mengurangi populasi microbe di kamar bedah rumah sakit, ruang aseptis pengisian obat-obatan di industri farmasi. Kekurangannya dapat bersifat letal terhadap mikroorganisme dan daya penetrasi rendah (jika menggunakan radiasi sinar ultra ungu) (Lucas, 2006). f. Pengertian sediaan farmasi steril Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologi. ( Ansel, 2005) g. Pembuatan Sediaan farmasi Steril Gambaran umum pembuatan sediaan steril ada 2 macam, yaitu : a).Aseptic processing: Pada pembuatannya, setiap proses dari awal persiapan hingga sudah dikemas selalu dilakukan secara aseptik, sehingga hasil yang diperoleh steril b).Terminal sterilization: pada pembuatannya tidak terlalu aseptik seperti aseptic processing, tapi di akhir proses, dilakukan sterilisasi secara menyeluruh. h. Konsep Steril a) Efikasi



Efikasi mencakup kemanjuran suatu obat yang dalam terapi termasuk



efektivitas obat dalam terapi. b) Safety



Keamanan ini antara lain meliputi: keamanan dosis obat dalam terapi,



memberikan efek terapi sesuai dengan yang diinginkan dan tidak memberikan efek toksik atau efek samping yang tidak diinginkan. c) Aceptable



Maksudnya disukai oleh pasien. Jadi obat perlu dibuat sedemikian



menarik dan mudah dipakai konsumen. i.Macam-macam sediaan steril Macam-macam sediaan steril umumnya terdiri atas sediaan parenteral, sediaan untuk mata, dan larutan irigasi. a.



Sediaan parenteral Merupakan sediaan yang disuntikan melalui kulit atau membrane mukosa ke bagian dalam tubuh. Karena sediaan tersebut harus menembus membrane kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis dan harus mempunyai tingkat kemurnian yang tinggi (Voight, 1995)



b.



Sediaan untuk mata Merupakan  sediaan yang membutuhkan sterilitas karena walaupun sediaan ini tidak dimasukkan ke dalam rongga bagian dalam tubuh, namun ditempatkan berhubungan dengan jaringan-jaringan yang sangat peka terhadap kontaminasi (Voight, 1995)



c.



Larutan irigasi Larutan irigasi harus memiliki standard yang sama dengan larutan parenteral, karena selama pemberian dengan irigasi, sejumlah zat dari larutan dapat memasuki aliran darah secara langsung melalui pembuluh darah luka yang terbuka atau membrane



mukossa



yang lecet. Contoh sediaan steril: LVPs (Water for Injection USP, Dextrose



Injection



USP) dan SVPs (Ranitidin Injection USP, Progesteron Injection BP, Epinephrine



Oil



Suspension USP, Sterile Ceftazidine USP, Diamorphine Injection BP) (Voight, 1995) j.



Alat –alat sterilisasi



a ) Alat steril reusable



merupakan perbekalan steril yang dapat disterilisasi ulang, melipuri : − Alat kesehatan / berupa instrumen seperti : pisau operasi . gunting operasi (surgical scissors), pinset operasi, doek klem, kocher, peart, kogel tang − Linen (kain) untuk keperluan operasi, seperti : baju bedah, kam doek. −Gloves (sarung tangan) b) alat kesehatan steril disposable alat kesehatan steril disposable merupakan alat kesehatan stenl yang bersifat sekali pakai, contohnya : jarum suntik , alat semprit (spuit / syringes), cateters (iv cateters, foley cateters, stomach tube),alat-alat untuk mengambil / memberikan cairan atau darah (blood administration set, solution administration set) ( lukas, 2009) k.



Cara Kerja Praktikum Pada praktikum kali ini langkah pertama yaitu menyiapkan alat dan bahannya. Alat dan bahan yang diperlukan adalah alat yang akan disterilisasi seperti gunting gunting bedah, botol sosial, karet motor via, Spatula, koson dan wadah sedangkan bahan yang digunakan adalah alkohol 70% dan aquades. Langkah selanjutnya yaitu masukan alat yang akan di Sterilisasi ke dalam wadah alat ditata dengan rapi kemudian dimasukkan aquades ke dalam wadah hingga terendam, cuci alat alat tersebut, selanjutnya Buang aquades dalam wadah dan masukan alkohol 70% ke dalam wadah yang berisi alat alat tadi hingga terendam keseluruhan , selanjutnya yaitu alat yang direndam dengan akohol 70% itu didiamkan hingga 30 min , setelah 30 min pindahkan larutan alkohol 70% bekas Rendaman tadi ke dalam Jerry gen kemudian alat alat yang sudah direndam akohol 70% dicuci kembali menggunakan aquades hingga bersih, setelah itu masukan alat alat yang akan di Sterilisasi tersebut ke dalam oven yang sudah di siap digunakan dengan mengatur suhu nya sebesar 170 ° ditunggu hingga 15 min setelah 15 min alat tersebut sudah dapat digunakan.



Daftar Pustaka Ansel, Howard C.2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press. Barrow, G.I. & R.K.A. Feltham. 1993. Cowan and Steel Manual for the Identification of Medical Bacteria. New York : Cambridge University Press. Bertham, YH. 2003. Teknik Pemurnian Biakan Manoxonic CMA dengan Metode Cawan Petri dan Tabung Reaksi. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 5:18-26 Fitri, Annisa, Wiranto, A., Karina, Hawaidah, N., Lestari, D. E., Nurhidayati, A., Jut, I. 2014. Peralatan, Sterilisasi, dan Media Pertumbuhan Mikroba. Jurnal Praktikum Mikrobiologi Dasar Gabriel, J. 1996. Fisika Kedokteran. EGC : Jakarta. Hendrawati, Tri Yuni., Suratmin Utomo. Optimasi Suhu Dan Waktu Sterilisasi Pada Kualitas Susu Segar Di Kabupaten Boyolali. Jurnal Teknologi UMJ. 2017. 9(2). Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO) Volume 49. 2014. Jakarta : Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Jutono, J., Soedarsono., Sri,H., Siti,K.S., Suhadi D., dan Soesanto. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum untuk Perguruan Tinggi. Departemen Mikrobiologi Fakultas



Pertanian UGM, Yogyakarta.



Kubyshkina, Galina, Barbara Zupancic, Marina Stukelj, Dusan Groselj, Ljubo Marion, dan Igor Emri. The Influence of Different Sterilization Technique on the TimeDependent



Behavior of Polyamides. Journal of Biomaterials and



Nanobiotechnology. 2011.



2 (361-368).



Lukas, Stefanus.2009 . Formulasi Steril. Yogyakarta. Andi Ofset. Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor. Pratiwi. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.



Pruss, A. Girouil, E., dan Rushbrook, P. 2002. Buku Kedoktera. Jakarta: EGC. Suharyono, A. S., Maria, E. K., Kurniadi, M. Pengaruh Sinar Ultraviolet dan Lama Penyimpanan terhadap Sifat Mikrobiologi dan Ketengikan Krem Santan Kelapa. Agritech, Vol. 29, No. 3 : 175 Suriawaria, Unus. 2005. Buku Materi Pokok Mikrobiologi. Jakarta : Karunika. Tietjen, L., Bossemeyer, D., Intosh, M. C. 2004.  Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina



Pustaka Sarwono Prawihardjo



Voight, R. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Terjemahan Soendani N.S. Gadjah Mada University Press. 1995. Waluyo Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press.