P2M TBC [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PROGRAM P2M DI PUSKESMAS SUKASADA II Poin Poin Program P2M Mahasiswa:



Pembimbing:



Reni Widyastuti



(0702005105)



Dr. Luh Seri Ani,SKM,M.Kes



Yamuna Devi Ramadass



(0702005220)



dr. Ni Putu Ari Erawati Pemegang Program: I Made Sugita



Hari/Tanggal



: Kamis, 19 April 2012



Waktu



: 11.30 WITA - selesai



Lokasi



: Ruang Pertemuan Lt. II Puskesmas Sukasada II



Narasumber



: I Made Sugita



Sumber



: Wawancara dengan pemegang program (narasumber)



PROGRAM P2M TBC Tujuan Jangka Pendek a. Tercapainya angka kesembuhan minimal 85% dari semua penderita baru BTA (+) yang ditemukan. b. Tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap sehingga pada tahun 2011 dapat mencapai 70% dari perkiraan semua penderita baru BTA (+). Tujuan Jangka Panjang Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas penyakit TB dengan cara memutus rantai penularan sehingga TB tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat.



Sasaran Program Penduduk sasaran telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Tingkat II yaitu penduduk Kecamatan Sukasada dengan target BTA + (Tahun 2010) 0,04 % dari total jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas sukasada II. 0,04 % x 22.748 = 9 kasus BTA + suspek TB = 10 kali BTA + = 10 x 9 = 90 kasus 1



KEGIATAN YANG SEHARUSNYA



Ruang Lingkup Kegiatan



Usaha yang dilakukan untuk Reservoir: a. Penemuan dan diagnosis penderita TBC. b. Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe TBC. c. Pengobatan penderita dan pengawasan pengobatan (Pengawas Minum Obat atau PMO) d. Pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung dan cross check sediaan dahak. e. Merujuk penderita ke RS yang memiliki fasilitas yang lebih lengkap. Indikasi rujukan antara lain: 



Dalam pemeriksaan dahak berkala telah menunjukkan terjadinya konversi namun keluhan tetap ada dan keadaan umum makin buruk.







Mengalami kegagalan pengobatan disertai dengan kekebalan kuman terhadap salah satu atau beberapa obat anti tuberkulosis yang pernah dipakai.







Terjadi drug intolerance.



Usaha yang dilakukan terhadap rantai penularan a. Penyehatan lingkungan tempat tinggal penderita, meliputi ventilasi, sirkulasi udara, dan tingkat pencahayaan yang cukup. b. KIE pada penderita tentang cara penularan penyakit TBC dan pemberian masker bagi penderita TBC. Usaha yang dilakukan terhadap penduduk at risk: a. Penyuluhan tentang TBC, cara penularan, dan pengobatannya kepada kelompok masyarakat dan perorangan. b. Penggunaan alat perlindungan seperti masker atau penggunaan obat (isoniasid/INH) untuk mengurangi risiko tertular. c. Pemeriksaan kontak serumah. Dilakukan pada anggota keluarga yang tinggal serumah dengan penderita, di mana jika pada pemeriksaan ditemukan gejala-gejala penyakit yang sama dengan penderita maka akan diambil pula dahak (sputumnya) untuk diperiksa. d. Penyuluhan tentang pola hidup sehat bagi di lingkungan yang dekat dengan penderita. 2



Input



Proses



Output



Man: Made Sugita, pelaksana program ya- Planning: Perencanaan mencakup Cakupan program itu dokter puskesmas, petugas pustu, dan analisis situasi, identifikasi, dan pe- a. Ditemukan suspek TBC sebanyak 14 petugas kesehatan. netapan masalah prioritas, penetaorang, penderita depan alternatif pemecahan masalah, ngan BTA (+) seMoney: Sumber dana untuk pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan dan banyak 10orang, takegiatan berasal dari APBD I dan II. anggaran dan perencanaan pemanhun 2011. tauan serta evaluasi. b. Pada tahun 2011 Material: Alat-alat laboratorium untuk peterdapat 10 yang meriksaan sputum, obat-obatan, kartu re- Organizing: Bekerjasama lintas mencapai gister penderita TBC (pencatatan, pengo- program terutama dengan balai pekesembuhan sebabatan, lab, rujukan, dan laporan). ngobatan. nyak 9 orang . Actuating: Penderita yang didiag- c. Pada penderitaTBC Method: terdapat perubahan a. Penyuluhan dilakukan dengan metode nosa sebagai kasus TBC langsung perilaku seperti tilangsung perorangan kepada keluarga dilaporkan kepada pemegang prodak membuang dapenderita dan pada kelompok masyara- gram agar dapat ditangani secara hak di sembarang kat dan melalui media massa. tuntas. tempat. b. Pencarian dan penemuan kasus TB baru secara aktif di masyarakat. Controling: c. Klasifikasi penderita TBC ditentukan a. Supervisi dari Dinas Kesehatan sebagai TB paru atau ekstra paru setingkat II dan tingkat I. dangkan pada suspek TB ditentukan b. Monitoring dilakukan terus-mesebagai BTA (+) atau non BTA (+). nerus secara berkala untuk dad. Pengobatan penderita TBC dilakukan pat segera mendeteksi bila ada selama enam bulan dengan pemberian masalah dalam pelaksanaan. obat secara bertahap oleh puskesmas c. Evaluasi dilakukan dalam intersetiap minggunya. Sedangkan pengaval waktu 6 bulan sampai 1 tawas minum obat dipilih sendiri oleh hun untuk menilai sejauh mana penderita dan pada waktu penderita tujuan dan target telah dicapai. berobat ke puskesmas, PMO harus ikut serta. Target program a. Target penemuan BTA (+) adaMinute: Penyuluhan TBC dilakukan rutin lah 15 orang dan suspek TB sedi puskesmas selama kurang lebih setebanyak 150 orang. ngah jam. b. Angka kesembuhan 85% dari semua penderita BTA (+). Market: sama dengan sasaran.



3



KEGIATAN PADA KENYATAANNYA



Ruang Lingkup Kegiatan a. Penemuan penderita yang suspek TBC dilakukan secara pasif yaitu dari balai pengobatan yakni mereka yang menderita batuk-batuk lama (lebih dari 3 minggu). Pada mereka kemudian dilakukan pemeriksaan dahak (sputum) sebanyak tiga kali berturut-turut dalam seminggu yaitu sputum sewaktu - pagi - sewaktu dan kemudian hasilnya dilanjutkan sesuai dengan prosedur tetap penatalaksanaan TB paru. b. Dilakukan pemeriksaan kontak serumah bagi keluarga yang tinggal serumah dengan penderita, pada mereka juga dilakukan pemeriksaan dahak. c. Rujukan dilakukan apabila hasil BTA sputum negatif 3 kali berturut-turut dan sudah diobati namun keluhan menetap atau bertambah berat. Juga dilakukan pada penderita dengan pengobatan yang gagal dan penderita yang alergi obat.



MASALAH/KESENJANGAN YANG DITEMUKAN a. Pencarian dan penemuan kasus BTA (+) dan suspek TBC hanya dilakukan secara pasif di Puskesmas saja sehingga kemungkinan belum mencakup semua kasus TB di masyarakat karena keterbatasan tenaga. b. Angka kesembuhan belum mencapai target karena pengobatan TBC memerlukan jangka waktu yang panjang dan tingkat kepatuhan penderita untuk minum obat rendah. Hal ini juga didukung oleh pemilihan PMO yang diserahkan pada penderita sendiri oleh Puskesmas (Puskesmas tidak terlibat langsung dalam pemilihan PMO). c. Penyuluhan dan KIE tentang penyakit TBC juga belum maksimal karena tidak adanya kegiatan jadwal khusus untuk penyuluhan penyakit TBC. Penyuluhan TBC hanya dilakukan jika ditemukan kasus TBC saja.



ALTERNATIF PEMECAHAN a. Dilakukan pencarian dan penemuan kasus suspek TBC dan BTA (+) secara aktif dengan lebih memberdayakan dan melibatkan peran aktif masyakat. b. Petugas puskesmas hendaknya terlibat langsung dalam pemilihan PMO.



4



c. Memaksimalkan kegiatan penyuluhan penyakit TBC dengan membuat jadwal khusus penyuluhan TBC (misalnya setiap bulan).



5