Panduan Asesmen Gizi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN ASSESMEN GIZI



RUMAH SAKIT UMUM BUNGSU Jl. Diponegoro No 34 BANDUNG



0



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI......................................................................................................... 1 BAB I DEFINISI .................................................................................................. 2 BAB II RUANG LINGKUP ................................................................................... 3 BAB III TATA LAKSANA ..................................................................................... 4 3.1 ASESMEN PASIEN RAWAT INAP.................................................................. 4 3.2 ASESMEN PASIEN RAWAT JALAN................................................................ 12 BAB IV DOKUMENTASI ..................................................................................... 14



1



BAB I DEFINISI Asesmen gizi atau pengkajian gizi merupakan kegiatan mengumpulkan, mengintegrasikan dan menganalisis data untuk identifikasi masalah gizi yang terkait dengan aspek asupan zat gizi dan makanan, aspek klinis dan aspek perilaku lingkungan serta penyebabnya. Dalam asesmen gizi terdapat 5 (lima) komponen dan aspek-aspek yang terdapat didalamnya. Komponen dan aspekaspek tersebut tertera pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Komponen Pengkajian Gizi dan Aspek yang Dikaji. No 1.



Komponen Riwayat gizi















2.



Data biokimia







3.







4.



Pengukuran antropometri Pemeriksaan fisik klinis



5.



Riwayat personal



Aspek-aspek yang Dikaji Asupan makanan (komposisi dan kecukupan gizi, pola makan termasuk makanan selingan, daya terima makanan/ zat gizi, diet yang sedang dijalani) Kesadaran terhadap gizi dan kesehatan (pengetahuan dan kepercayaan terhadap rekomendasi diet, kemandirian melaksanakan diet, edukasi dan konseling gizi yang sudah didapat dimasa lalu. Ketersediaan makanan (kemampuan merencanakan menu, daya beli, kemampuan/keterbatasan menyiapkan makanan, pemilihan makanan) Data biokimia, pemeriksaan ataupun prosedur medis yang berkaitan dengan status gizi Hasil pengukuran fisik misal TB, BB, LLA



 Aspek fisk klinis meliputi kondisi kesehatan secara umum misal tekanan darah, gangguan menelan, diare, muntah, mual  Riwayat obat-obatan yang digunakan  Sosial budaya (status ekonomi, budaya, kepercayaan)  Riwayat penyakit dahulu dan sekarang  Data umum pasien (umur, pekerjaan, tingkat pendidikan)



2



BAB II RUANG LINGKUP



2.1.



UNIT KERJA 1. Unit Pelayanan Intensif 2. Unit Rawat Inap 3. Unit Kamar Bersalin 4. Unit Rawat Jalan



2.2.



KEWENANGAN PELAKSANA 1. Ahli gizi 2. Perawat 3. Bidan



3



BAB III TATA LAKSANA 3.1.



ASESMEN PASIEN RAWAT INAP 3.1.1. Skrining Gizi 1. Skrining Gizi Pasien Dewasa menggunakan Malnutrition Screening Tools (MST) : a. Perawat/ bidan ditempat dimana pasien dirawat menanyakan penurunan berat badan yang tidak direncanakan / tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir. b. Perawat/ bidan ditempat dimana pasien dirawat menanyakan asupan makan pasien berkurang karena penurunan nafsu makan / kesulitan menerima makanan. c. Perawat/ bidan ditempat dimana pasien dirawat menentukan apakah pasien dengan diagnosa khusus/ kondisi khusus apa tidak. 2. Skrining Gizi Pasien Obstetri/ Kehamilan/ Nifas menggunakan MST modifikasi : a. Bidan/ perawat ditempat dimana pasien dirawat menanyakan asupan makan pasien berkurang karena tidak nafsu makan. b. Bidan/ perawat menanyakan apa ada pertambahan berat badan yang kurang atau lebih (dari yang seharusnya) selama kehamilan. c. Bidan/ perawat menentukan nilai hemoglobin atau hematokrit darah. d. Bidan / perawat menentukan apakah ada gangguan metabolisme / kondisi khusus yang menyertai. 3. Skrining Gizi Anak dengan adaptasi STRONG-Kids a. Perawat/ bidan ditempat dimana pasien dirawat mengamati pasien tersebut apakah nampak kurus. perawat/ bidan ditempat dimana pasien dirawat menilai secara objektif data BB bila ada atau penilaian subjektif dari orang tua pasien apakah ada penurunan BB selama satu bulan terakhir. b. Perawat/ bidan menentukan apakah terdapat salah satu kondisi sebagai berikut : 1. Diare ≥ 5 kali/hari dan atau muntah > 3 kali/hari dalam seminggu terakhir, 2. Asupan makan berkurang selama 1 minggu terakhir. c. Perawat/bidan menentukan apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatkan pasien beresiko malnutrisi diantaranya panyakit diare kronis, HIV, PJB, hepato, ginjal, stoma dll. Adapun kesimpulan dari skrining yaitu :Bila skor ≥ 2 pasien beresiko malnutrisi dan dilakukan asesmen gizi oleh ahli gizi.



4



3.1.2.



Asesmen / Pengkajian Gizi 1. Riwayat gizi Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan, pola makan, diet saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu diperlukan data kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan, aktifitas fisik dan olahraga dan ketersediaan makanan di lingkungan klien. Gambaran asupan makanan dapat digali melalui anamnesis kualitatif dan kuantitatif. 2. Data Biokimia Data biokimia adalah data yang dikumpulkan dan dinilai. Pemeriksaan atau prosedur medis yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang dapat berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. 3. Pengukuran antropometri Data antropometri merupakan hasil pengukuran fisik pada individu. Pengukuran yang umum dilakukan antara lain tinggi badan (TB), berat badan (BB). Pada kondisi tinggi badan tidak dapat diukur dapat digunakan panjang badan (PB) atau tinggi lutut (TL) atau lingkar lengan atas (LLA) dapat dilakukan sesuai kebutuhan. a. Berat Badan (BB) Pengukuran berat badan yang akurat untuk orang dewasa sebaiknya dibandingkan dengan BB ideal pasien atau BB pasien sebelum sakit. Pengukuran menggunakan timbangan detecto. Jika pasien tidak dapat ditimbang maka ahli gizi akan menentukan berat badan idealnya berdasarkan tinggi badan pasien. Pengukuran berat badan anak diukur oleh petugas ruangan ditempat dimana pasien dirawat. Alat yang digunakan yaitu timbangan detecto, timbangan bayi (baby scale).  Jika anak belum bisa berdiri sendiri, dapat dilakukan penimbangan bersama ibunya atau dengan menggunakan timbangan bayi (baby scale).  Jika anak sudah bisa berdiri sendiri dan tenang, dapat ditimbang dengan timbangan detecto. Gunakan pakaian seminimal mungkin. Jika bayi harus ditimbang tanpa pakaian. Pengukuran BB sebaiknya mempertimbangkan hal-hal diantaranya kondisi oedema dan ascites. Jika pasien mengalami oedema dan ascites maka dilakukan perhitungan berat badan koreksi.



5



Rumus berat badan koreksi adalah sebagai berikut : Berat badan (BB) yang sebenarnya = BB saat ini (dengan oedema/ascites) – BB koreksi oedema/ascites Koreksi Berat Badan (BB) pada Pasien dengan Oedema/Ascites Tingkatan Oedema Ascites Ringan (Bengkak pada tangan atau kaki) Sedang (Bengkak pada wajah dan tangan atau kaki) Berat (Bengkak pada wajah, tangan dan kaki)



-1 kg atau 1-10%



-2,2 kg



-5 kg atau 20%



-6 kg



-14 kg atau 30%



-10 kg



b. Berat Badan Ideal (BBI) Penentuan berat badan ideal (BBI) untuk usia tertentu terdapat dalam tabel berikut ini. Usia Rumus Berat Badan Ideal n+9 n DBW = atau = + 3 s/d 4 2 2 0-11 bulan (n adalah usia dalam bulan) DBW = Desirable Body Weight / Berat Badan yang diinginkan 1-6 tahun BBI = 2n + 8 ( n adalah usia dalam tahun) 7 n−5 7-12 tahun BBI = ( n adalah usia dalam tahun) 2 Rumus Brocca : BBI = (TB-100) – 10% atau 0,9 x (TB-100) >12 tahun Apabila tinggi badan (TB) pasien wanita < 150 cm, dan apabila tinggi badan (TB) pasien pria < 160 cm, maka menggunakan rumus modifikasi Brocca : BBI = (TB – 100) x 1 kg c. Tinggi Badan (TB) Tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise di ruang konsultasi gizi rawat jalan atau meteran/medline di ruang rawat inap. Jika pasien tidak dapat berdiri maka perkiraan tinggi badan dilakukan berdasarkan panjang badan (PB) atau tinggi lutut (TL) pasien yang akan dilakukan oleh ahli gizi. Mengukur panjang atau tinggi anak tergantung dari umur dan kemampuan anak untuk berdiri.



6



 Anak berumur kurang dari 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan terlentang.  Anak berumur 2 tahun atau lebih dan sudah mampu berdiri, pengukuran dilakukan dengan berdiri tegak. Jika pengukuran tidak dilakukan dengan cara yang sesuai untuk kelompok umurnya, maka perlu adanya koreksi hasil. Berdasarkan penelitian WHO-MGRS 2005, tinggi badan lebih pendek sekitar 0,7 cm dibandingkan dengan panjang badan.  Jika seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur tingginya (berdiri) maka ditambahkan 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi panjang badan.  Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih dan diukur panjangnya (terlentang) maka dikurangi 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi tinggi badan. d. Tinggi Lutut (TL) Kaki yang diukur adalah sebelah kiri dengan memakai alat meteran/medline. Berikut adalah prosedur pengukuran tinggi lutut : 1. Pasien terlentang pada tempat tidur dengan posisi tempat tidur rata. 2. Paha dan betis kiri membentuk sudut siku-siku (90 derajat). Hal ini dapat dibantu dengan diberikan penyangga diantara paha dan betis pasien. 3. Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki bagian tumit dan lutut. Jika tidak ada dapat menggunakan meteran. 4. Baca dan catat hasil pengukuran tersebut. Selain dalam kondisi terlentang, pasien juga dapat diukur dalam posisi duduk. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1. Pasien dalam kondisi duduk siap (badan tegak, tangan bebas kebawah dan wajah menghadap kedepan). 2. Lutut kaki membentuk sudut 90 derajat. 3. Tempatkan alat pengukur tinggi lutut pada kaki sebelah kiri. 4. Baca dan catat hasil pengukuran tersebut. Selanjutnya estimasi menggunakan rumus : Laki-laki             = 64,19 + (2,02 TL) – (0,04 U) Perempuan      = 84,88 + (1,83 TL) – (0,24 U) Sumber : Chumlea, 1991



7



e. Penilaian Status Gizi Parameter antropometri yang penting untuk melakukan evaluasi status gizi pada bayi, anak dan remaja adalah pertumbuhan. Pertumbuhan ini dapat digambarkan melalui pengukuran BB, PB/TB atau LLA. Hasil pengukuran ini kemudian dibandingkan dengan standart. Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan beberapa ukuran tersebut diatas misalnya Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu ratio BB terhadap TB yang hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) seperti adanya oedema, asites dan hepatomegali. Rumus perhitungan IMT yaitu : IMT=



Berat badan ( Kg ) Tinggi badan ( m ) X Tinggi badan(m)



Kriteria penilaian IMT untuk Indonesia sebagai berikut : Status Gizi Kurus sekali Kurus Normal Gemuk Gemuk sekali Sumber: Depkes RI, 2003



IMT ( kg/m2) < 17.0 17.0 – 18.4 18.5 – 25.0 25.1 – 27.0 >27.0



Penilaian status gizi dewasa jika IMT tidak dapat ditentukan, maka penilaian status gizinya bisa menggunakan LLA. f. Lingkar Lengan Atas (LLA) Pengukuran lingkar lengan atas dapat memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak kulit. Lingkar lengan atas biasanya digunakan untuk mengidentifikasi adanya malnutrisi pada anak-anak dan dewasa. Pada ibu hamil lingkar lengan atas digunakan untuk memprediksi kemungkinan bayi yang dilahirkannya memiliki berat badan lahir yang rendah. Berikut adalah prosedur pengukuran LLA : a. Upayakan agar lengan kiri atas subyek terbebas dari lengan baju. b. Cari titik tengah lengan kiri atas dengan cara :  Lipat siku pasien membentuk sudut 90 o agar mudah menentukan titil acromion (tonjolan tulang pangkal lengan atas) dan ujung siku  Ukur panjang lengan mulai titik acromion ke siku 8



 Titik tengah lengan atas adalah setengah jarak ukuran acromion ke siku  Tandai titik tengah tersebut dengan alat tulis c. Setelah memperoleh titik tengah, turunkan lengan bawah dan biarkan lengan menggantung bebas/rileks d. Lingkarkan pita LLA pada titik tengah lengan atas. Jangan terlalu longgar, dan jangan terlalu rapat e. Baca hasil pengukuran f. Hasil pengukuran LLA kemudian diubah dalam bentuk prosentase dengan standar :  Laki-laki : > 29,3 cm  Wanita : > 23,5 cm Selanjutnya lakukan penentuan status gizi menggunakan rumus sebagai berikut : % LLA=



LLA Aktual x 100 % Standar LLA



Kriteria penilaian status gizi berdasarkan LLA yaitu sebagai berikut : Status Gizi % LLA Underweight < 90 Normal 90 – 100 Overweight 110 – 120 Obesitas >120 Sumber : Zeman FJ dan Ney DM, dalam buku Application of Clinical Nutrition. Pemantauan status gizi pada anak menggunakan WHO NCHS. Indeks BB/TB, BB/PB. Tabel klasifikasi status gizi anak berdasarkan BB/TB adalah sebahai berikut : Tabel 2. Klasifikasi Status Gizi Anak Berdasarkan BB/TB menurut WHO/NCHS (Z-Score) Kategori BB/TB Obesitas > 3 SD Gemuk >+2 SD s.d 3 SD Normal +2 SD s.d – 2 SD Kurus -3 SD s.d