Paper 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

JTM Vol. XVIII No. 4/2011



KARAKTERISASI MINERALOGI ENDAPAN NIKEL LATERIT DI DAERAH TINANGGEA KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGGARA 1



1



2,3



Syafrizal , Komang Anggayana , Dono Guntoro,



Sari Penelitian ini lebih ditekankan pada mineralogi endapan nikel laterit, karakteristik dan tipe endapan nikel laterit. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah pengambilan sampel di lapangan berupa sampel hasil pemboran yang mewakili setiap horison dan sampel outcrop bedrock, deskripsi dan preparasi sampel di laboratorium, analisis mineralogi dengan XRD, XRF dan sayatan tipis. Berdasarkan rekapitulasi analisis XRD didapatkan 10 kelompok mineral, pada horison saprolit dijumpai mineral-mineral hidrous Mg-Ni silikat sehingga nikel laterit di daerah studi diperkirakan tipe endapan laterit hidrosilikat. Jika diurutkan berdasarkan masingmasing horison endapan laterit maka pada bagian top soil, limonit dan transisi didominasi oleh mineral-mineral hidroksida dan silikat, sedangkan pada horison Saprolit didominasi oleh kelompok mineral serpentin. Berdasarkan hasil analisa XRF terhadap sampel outcrop bedrock yang dianggap fresh (alterasi lemah) pada setiap blok didapatkan prosentase beberapa unsur diantaranya Ni sebesar 0.46 - 1.10 %, Fe2O3 10.95 – 13.44 %, SiO2 38.65 – 43.86 %, Mg 29.38 – 31.54 %, Al2O3 1.66 – 2.22 % dan Cr2O3 0.52 – 0.62 %. Dari hasil tersebut bahwa batuan dasar tersebut memenuhi kriteria batuan pembawa nikel laterit hanya kandungan Fe dan SiO2 cukup tinggi. Berdasarkan analisis petrografi pada sayatan tipis diketahui bahwa mineralogi penyusun bedrock adalah olivin, ortopiroksen dan klinopiroksen serta mineral-mineral hasil ubahan berupa serpentin sehingga dapat diklasifikasikan sebagai batuan Lherzolite, Wehrlite dan Olivin Websterite. Batuan tersebut adalah batuan ultramafik terubah (serpentinit). Kata



kunci:



batuan



dasar,



mineralogi,



horison Abstract This research was more focused on mineralogy of lateritic nickel deposit, its characteristic, and its types. Methodologies used in the research were field sampling with the outcome of drilling samples which represented every horizon; outcrop bedrock samples; description and preparation of samples in the laboratory; mineralogy analysis by using XRD, XRF, and thin slices. Based on the recapitulation of XRD analysis, there were 10 groups of minerals. At the saprolite horizon, existence of minerals of hydrous Mg-Ni silicate was encountered, therefore lateritic nickel in the study area was estimated as lateritic hydro silicate deposit. When being put in order based on horizon of lateritic deposit, top soil, limonite, and transition part were dominated by hydroxide minerals and silicate, while the horizon of saprolite was dominated by mineral group of serpentine. XRF analysis toward outcrop bedrock samples which were considered fresh (weak alteration) in every block resulted in percentage of several substances, some of them were Ni as many as 0.46 - 1.10 %, Fe2O3 10.95 – 13.44 %, SiO2 38.65 – 43.86 %, Mg 29.38 – 31.54 %, Al2O3 1.66 – 2.22 % and Cr2O3 0.52 – 0.62 %. Based on the result, it could be concluded that the basic rock fulfilled the criteria as rock bearing lateritic nickel, only with a high content of Fe and SiO2. Petrography analysis on thin slices showed mineralogy that composed bedrock consisted of olivine, ortopyroxene, and clinopyroxene, as well as altered mineral in form of serpentine. Therefore it could be classified as rock of Lherzolite, Wehrlite dan Olivin Websterite. The rock was altered ultramafic rock (serpentinit). Keywords: horizon



bedrock,



mineralogy,



1)



Kelompok Keilmuan Eksplorasi Sumberdaya Bumi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Telp.: +62-22-2502239, Fax.: +62-22-2504209, Email: [email protected] 2) Program Magister Rekayasa Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa No. 10 Bandung 40132, Telp.:+62-22-2504955, Fax.: +62-22-2504955 3) Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116, Telp.:+62-22-4203368, Fax.: +62-22-4263895, Email: [email protected]



I. PENDAHULUAN Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai



ketika batuan ultramafik tersingkap di permukaan bumi. Pelapukan pada peridotit menyebabkan unsur-unsur dengan mobilitas rendah sampai immobile seperti Ni, Fe dan Co mengalami pengayaan secara residual dan 211



sekunder (Burger, 1996).



212



Berdasarkan proses pembentukannya endapan nikel laterit terbagi menjadi beberapa zona dengan ketebalan dan kadar yang bervariasi. Daerah yang mempunyai intensitas pengkekaran yang intensif kemungkinannya akan mempunyai profil lebih tebal dibandingkan dengan yang pengkekarannya kurang begitu intensif. Perbedaan intensitas inilah yang menyebabkan ketidakteraturan dari distribusi pengkayaan unsur-unsur pada profil



Karakterisasi Mineralogi Endapan Nikel Laterit di Daerah Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara laterit, karena pembentukan endapan laterit sangat tergantung pada faktor-faktor batuan dasar (source rock), laju pelapukan, struktur geologi, iklim, topografi, reagen-reagen kimia dan vegetasi, dan waktu. Pengaruh iklim tropis di Indonesia mengakibatkan proses pelapukan yang intensif, salah satunya wilayah Sulawesi Tenggara merupakan daerah dengan sumberdaya bijih nikel yang cukup besar. Hal ini didukung oleh pecahan bentukan geologi methamorphic belt di Timur dan Tenggara. Selain itu kondisi ini juga tidak terlepas oleh iklim, reaksi kimia, struktur, dan topografi Sulawesi yang cocok terhadap pembentukan nikel laterit. Penelitian ini mencakup studi jenis bedrock dan mineralogi secara deskriptif dalam hubungannya pembentukan endapan nikel



laterit untuk mengetahui mineralogi setiap horison.



karakteristik



II. KEADAAN UMUM 2.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian secara administratif terbentang di empat desa di Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, yang terbagi menjadi 5 (lima) blok, yaitu Blok A, Blok B, Blok C Barat, Blok C Timur dan Blok D. Jaringan jalan yang melintasi Tinanggea adalah jalur Timur Sulawesi yang terkoneksi sepanjang pantai timur P. Sulawesi mulai dari Kota Poso di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah ke Ampana-PagimanaLuwuk-Batui- Kolonedale-Bungku-LasoloKendari- Tinanggea-Kolaka sampai dengan Tarengge di Provinsi Sulawesi Selatan sepanjang 2.200 km (Gambar 1).



Gambar 1. Peta lokasi kesampaian daerah (Bakosurtanal, 1993)



Gambar 2. Peta pembagian blok pada lokasi penelitian (Sumber: PT. BPB, 2009) 2.2 Geologi Regional Sulawesi terletak pada pertemuan tiga Lempeng besar yaitu yaitu Eurasia, Pasifik, dan IndoAustralia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat



kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya (van Leeuwen, 1994).



Gambar 2. Peta satuan litotektonik Sulawesi (van Leeuwen et al., 1994)



Berdasarkan keadaan litotektonik Pulau Sulawesi dibagi empat, diantaranya Mandal Barat, Mandala Tengah, Mandala Timur dan Banggai – Sula and Tukang Besi Continental Fragments. Daerah penelitian termasuk kedalam mandala Timur berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias – Miosen (Gambar 2). Sesar Lasolo yang merupakan sesar geser yang membagi lembar daerah Kendari menjadi dua lajur, yaitu Lajur Tinondo yang menempati bagian Baratdaya merupakan himpunan batuan yang bercirikan asal paparan benua, batuan yang terdapat di lajur Tinondo adalah batuan malihan Paleozoikum diduga berumur karbon, dan Lajur Hialu yang menempati bagian Timurlaut merupakan himpunan batuan yang bercirikan asal kerak samudera. III. DASAR TEORI 3.1 Profil Endapan Laterit 1. Lapisan tanah penutup Lapisan tanah penutup biasanya disebut iron capping. Material lapisan berukuran lempung, berwarna coklat kemerahan, biasanya terdapat juga sisa-sisa tumbuhan. Pengkayaan Fe terjadi pada zona ini kerena terdiri dari konkresi Fe- oksida mineral hematite (Fe2O3) dan chromiferous (FeCr2O4) dengan kandungan nikel relatif rendah. Tebal lapisan bervariasi antara 0-2 m. Tekstur batuan asal tidak dapat dikenali lagi. Kandungan unsur Ni pada zona ini 30%. 2. Zona limonit Merupakan lapisan berwarna cokelat muda, ukuran butir lempung sampai pasir, tekstur batuan asal mulai dapat diamati walupun masih sangat sulit, dengan tebal lapisan berkisar antara 1 – 10 m. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi pada zona limonit hampir seluruh unsur yang mudah larut hilang terlindi, kadar MgO hanya tinggal kurang dari 2% berat dan kadar SiO2 berkisar 2-5% berat. Sebaliknya kadar hematite menjadi sekitar 60 – 80% berat kadar Al2O3 maksimum 7% berat. Kandungan Ni pada zona ini berada pada selang antara 1%



sampai 1,4%. Zona ini didominasi oleh mineral goethite, disamping juga terdapat magnetit, hematit, kromit, serta kuarsa sekunder. Pada goethite terikat nikel, krom, kobalt, vanadium, serta aluminium. 3. Zona saprolit Merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk, berupa bongkah-bongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. Perubahan geokimia zona saprolit yang terletak di atas batuan asal ini tidak banyak, H2O dan nikel bertambah dengan kadar Ni keseluruhan lapisan antara 2 – 4 % sedangkan magnesium dan silikon hanya sedikit yang hilang terlindi. Zona ini terdiri dari garnierit yang menyerupai bentuk vein, mangan, serpentin, kuarsa sekunder yang bertekstur boxwork (tekstur seperti jaring labalaba), krisopras dan beberapa tempat sudah terbentuk limonit yang mengandung Fehidroksida. 4. Bedrock Merupakan bagian terbawah dari profil nikel laterit, berwarna hitam kehijauan, terdiri dari bongkah-bongkah batuan dasar dengan ukuran >75 cm, dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis. Kadar mineral mendekati atau sama dengan batuan asal, yaitu dengan kadar Fe ± 5% Ni dan Co antara 0,01 – 0,30%. IV. KARAKTERISTIK MINERALOGI BATUAN DASAR 4.1 Analisis XRD Analisis XRD ditujukan untuk mengidentifikasi nama-nama mineral yang terdapat pada endapan nikel laterit. Dengan adanya analisis XRD ini dapat diketahui mineral-mineral pembawa unsur Fe, Ni serta menganalisis perubahan yang terjadi pada endapan nikel laterit akibat proses leaching oleh airtanah. Analisis XRD dilakukan terhadap 16 sampel mewakili bedrock didapatkan kemunculan kelompok mineral pada setiap blok (Tabel 1 dan 2).



Tabel 1. Kemunculan kelompok mineral pada bedrock No.



Blok



1



A



Kelompok Mineral Oksida Magnetite



Hidroksida



Fe₃O₄



Silikat Glaucophane Na₂(Mg,Fe)₃Al₂Si₈O₂₂(OH)₂ Anorthite



Serpentin Chrysotile



Karbonat



(Mg₃Si₂O₅(OH)₄



Piroksen Enstatite MgSiO3



CaAl₂ Si₂ O₈ 2



B Magnetite



3



C Barat Fe₃O₄



Magnetite Fe₃O₄ 4



Goethite FeO(OH)



Anorthite



Chrysotile



Dolomite



CaAl₂ Si₂ O₈



(Mg₃Si₂O₅(OH)₄



CaMg(CO₃)₂



Quartz



Chrysotile



SiO₂



(Mg₃Si₂O₅(OH)₄



Anorthite CaAl₂ Si₂ O₈



Chrysotile



Dolomite



(Mg₃Si₂O₅(OH)₄



CaMg(CO₃)₂



Glaucophane Na₂(Mg,Fe)₃Al₂Si₈O₂₂(OH)₂



C Timur



Enstatite MgSiO3 Enstatite MgSiO3



Enstatite MgSiO3



Quartz Magnetite 5



D



Fe₃O₄



Goethite FeO(OH)



SiO₂ Glaucophane Na₂(Mg,Fe)₃Al₂Si₈O₂₂(OH)₂ Anorthite



Chrysotile



Enstatite MgSiO3



(Mg₃Si₂O₅(OH)₄



CaAl₂ Si₂ O₈



Kemunculan kelompok mineral serpentin (chrysotile) merupakan hasil alterasi hidrotermal dari mineral-mineral ferromagnessian yang kaya akan olivin, piroksen dan amphibole. Kelompok mineral piroksen (enstatite) merupakan mineral ubahan dari olivin. Kelompok oksida (magnetite) merupakan produk alterasi selama serpentinisasi pada ferromagnessian olivin dan piroksen. Kelompok mineral silikat (quartz, anorthite, glaucophane), anorhite merupakan seri plagioklas biasanya ditemukan pada limestone termetamorf kontak sedangkan glaucophane merupakan mineral khas dari kristalin sekis. Kelompok mineral hidroksida (goethite) merupakan hasil pelapukan mineralmineral besi yaitu magnetite. Pada Blok B dan C Timur dijumpai ada kelompok mineral karbonat berupa dolomite, mineral ini bisa saja terjadi karena daerah penelitian dekat dengan



laut sehingga kehadiran mineral karbonat ini karena pengaruh air laut. 4.2 Analisis XRF X-Ray Fluorescence (XRF) spektroskopi merupakan teknik analisis unsur yang membentuk suatu material dengan menjadikan interaksi sinar-X dengan material analit sebagai dasarnya. XRF spektroskopi banyak dimanfaatkan dalam analisa batuan karena membutuhkan jumlah sampel yang relatif kecil (sekitar 1 g). Berdasarkan hasil analisa XRF terhadap sampel outcrop bedrock yang dianggap fresh (alterasi lemah) pada setiap blok didapatkan prosentase beberapa unsur diantaranya Ni sebesar 0.46 - 1.10 %, Fe2O3 10,95 – 13,44 %, SiO2 38,65 – 43,86 %, Mg 29,38 – 31,54 %, Al2O3 1,66 – 2,22 % dan Cr2O3 0,52 – 0,62 %. Dari hasil tersebut bahwa batuan dasar memenuhi kriteria pembawa nikel laterit.



Tabel 2. Kandungan unsur-unsur pada original bedrock Original Bedrock No.



Unsur



Blok A



Blok B



Blok C Barat



Blok C Timur



Blok D



0,46



0,48



1,10



0,82



0,46



1



Ni (%)



2



FeO3 (%)



11,59



10,95



13,44



11,24



11,72



3



SiO2 (%)



38,65



40,60



41,98



42,22



43,86



4



Mg (%)



30,12



29,76



30,13



31,54



29,38



5



Al2O3 (%)



2,22



2,10



1,67



1,66



2,22



6



Cr2O3 (%)



0,57



0,52



0,57



0,53



0,62



4.3 Analisis Petrografi Gambar 3 menunjukkan salah satu hasil analisis petrografi sampel A/BR/OC-1 yang mewakili outcrop bedrock teralterasi lemah.



Dari hasil analisis petrografi, adanya alterasi pada batuan dasar di daerah penelitian menghasilkan mineral pembawa nikel laterit. Dari interpretasi yang dilakukan mineral pembawa nikel laterit di daerah penelitian ini adalah kelompok serpentin, dan batuan induk tersusun oleh mineral olivin dan sedikit ortopiroksen, jadi berdasarkan mineral pembentuk batuan tersebut dapat disimpulkan bahwa batuan dasar dari endapan nikel laterit di daerah penelitian ada 3 (tiga) variasi yaitu Lherzolite, Wehrlite dan Olivin Websterite. Batuan tersebut adalah batuan ultramafik terubah (serpentinit). Klasifikasi batuan ultramafik ditunjukkan pada Gambar 4.



(Nikol Sejajar)



ORTHOPYROXEN CLINOPYROXEN



Gambar 4. Klasifikasi batuan ultramafik (Bordinier and Godard, 2004)



(Nikol Silang) Gambar 3. Sayatan tipis alterasi lemah (mineral olivin (b8) dan (i8) dengan warna merah kekuningan dan putih, klino piroksen (d4) dalam pengamatan nikol sejajar dan silang



V. KARAKTERISTIK MINERALOGI SETIAP HORISON 5.1. Horison Topsoil Pada horison topsoil (Tabel 3) beberapa mineral silikat muncul sebagai mineral quartz, ephesite, sillimanite, pyrophylite dan nickel silikat hidrate. Mineral sillimanite dan pyrophylite terbentuk pada batuan kaya aluminium di bawah metamorfisme regional seperti pada sekis dan gneis. Kelompok mineral hidroksida muncul sebagai goethtite, merupakan hasil pelapukan mineral-mineral besi yaitu magnetit. Pada Blok A muncul mineral lempung montmorillonite, mineral ini termasuk dalam kelompok smectite terbentuk dari alterasi dan pelapukan batuan dasar dengan K rendah namun mengandung Ca dan Mg.



Tabel 3. Kemunculan kelompok mineral pada horison topsoil No.



Blok



1



A



2



B



3



C Barat



4



C Timur



5



Kelompok Mineral Hidroksida Goethite FeO(OH)



Silikat Quartz SiO₂



Chlorite



Goethite FeO(OH)



Ephesite LiNaAl₂(Al₂Si₂O₁₀(OH)₂ Quartz SiO₂



Goethite FeO(OH)



Nickel Silikat Hidrate Ni - Si - O ! H2O Quartz SiO₂



(Na,Ca)(Al,Mg)₆(Si₄O₁₀)₃(OH)₆₋nH₂O



Clinochlore (Mg,Fe,Al)₆(Si,Al)₄O₁₀(OH)₈



Nickel Silikat Hidrate Ni - Si - O ! H2O Goethite FeO(OH) Goethite FeO(OH)



Lempung Montmorillonite



Quartz SiO₂ Sillimanite Al₂SiO₅ Pyrophyllite Al₂Si₄O₁₀(OH)₂



D



5.1. Horison Limonit Pada horison limonit (Tabel 4) mineral goethite ada di semua blok, kelompok mineral silikat hampir sama dengan horison top soil hanya muncul lagi berupa albite dan nontronite. Nontronite termasuk dalam kelompok smectite yang kaya akan Fe. Kelompok mineral mika di Blok D muncul



sebagai muscovite dimana suatu mineral yang umum dan melimpah pada sekis dan gneis, dan kelompok mineral lempung berupa kaolinite yang terbentuk dari pelapukan alkali feldspar pada kondisi asam. Kelompok mineral serpentin hanya muncul di Blok B berupa antigorite, mineral ini merupakan bentuk serpentin yang berupa mika.



Tabel 4. Kemunculan kelompok mineral pada horison limonit No.



1



2



Blok



A



B



Kelompok Mineral Hidroksida Goethite FeO(OH)



Mika



Silikat



Serpentin



Quartz SiO₂



Nickel Silicate Hydroxi Ni3Si4O10(OH)2



Albite



Goethite



Quartz SiO₂



Chlorite



Lempung



Clinochlore (Mg,Fe,Al)₆(Si,Al)₄O₁₀(OH)₈



NaAlSi₃O₈



FeO(OH)



Nickel Silikat Hidrate



Antigorite Mg₂.₂Fe²⁺₀.₇₅(Si₂O₅)(OH)₄



Ni - Si - O ! H2O Goethite



Quartz SiO₂



FeO(OH) 3



Nickel Silikat Hidrate



C Barat



Ni - Si - O ! H2O Nontronite Ca₅(Si₇Al₈Fe₂)(Fe₃.₅Al.₄Mg.₁)(OH)₄ Goethite



Quartz SiO₂



FeO(OH) 4



Nickel Silikat Hidrate Ni - Si - O ! H2O Nontronite Ca₅(Si₇Al₈Fe₂)(Fe₃.₅Al.₄Mg.₁)(OH)₄



C Timur



Goethite FeO(OH) 5



D



Muscovite KAl₂ (AlSi₃O₁₀)(OH)₂



Quartz SiO₂ Ephesite LiNaAl₂(Al₂Si₂O₁₀(OH)₂



Kaolinite Al₂Si₂O₅(OH)₄



5.2. Horison Transisi Kemunculan kelompok mineral pada horison transisi (Tabel 5) hampir sama dengan horison limonit, yang membedakan hanya kemunculan



kelompok mineral serpentin berupa greenalite dan clinochrysotile. Greenalite adalah isomorf silikat ferous dengan serpentin, merupakan suatu komponen penting pada bijih-bijh besi.



Tabel 5. Kemunculan kelompok mineral pada horison transisi No.



Kelompok Mineral



Blok



1



Hidroksida Goethite FeO(OH)



A



2



Mika Muscovite KAl₂ (AlSi₃O₁₀)(OH)₂



C Barat



D



Ephesite LiNaAl₂(Al₂Si₂O₁₀(OH)₂ Quartz SiO₂



(Mg,Fe,Al)₆(Si,Al)₄O₁₀(OH)₈



Greenalite Fe²⁺₂.₃Fe³⁺₀.₅Si₂.₂O₅(OH)₃.₃



Antigorite Mg₂.₂Fe²⁺₀.₇₅(Si₂O₅)(OH)₄ Clinochrysotile Mg₃Si₂O₅(OH)₄



Quartz SiO₂ Nickel Silikat Hidrate Ni - Si - O ! H2O Nontronite Ca₅(Si₇Al₈Fe₂)(Fe₃.₅Al.₄Mg.₁)(OH)₄ Quartz SiO₂



C Timur



5



Chlorite Clinochlore



Nickel Silikat Hidrate Ni - Si - O ! H2O Goethite FeO(OH)



4



Serpentin



Quartz SiO₂



Nickel Silikat Hidrate Ni - Si - O ! H2O Nontronite Ca₅(Si₇Al₈Fe₂)(Fe₃.₅Al.₄Mg.₁)(OH)₄ Quartz SiO₂



B



Goethite FeO(OH) 3



Silikat



Goethite FeO(OH) Nickel Silicate Hydroxi Ni3Si4O10(OH) 2



Clinochlore (Mg,Fe,Al)₆(Si,Al)₄O₁₀(OH)₈



Eckermannite Na₃Mg₄Al(Si₈O₂₂)(OH)₂



5.3. Horison Saprolit Pada horison saprolit (Tabel 6) hampir semua kelompok mineral muncul seperti mineral-



mineral yang ada pada bedrock hanya mineral lempung berupa kaolinite terdapat di Blok A dan D.



Tabel 6. Kemunculan kelompok mineral pada horison saprolit No.



1



2



Blok



Kelompok Mineral Oksida



Hidroksida Goethite FeO(OH)



A



Silikat



Serpentin



Chlorite



Quartz SiO₂



B



Quartz SiO₂ Nontronite Ca₅(Si₇Al₈Fe₂)(Fe₃.₅Al.₄Mg.₁)(OH)₄ (Mg,Fe)₇Si₈O₂₂(OH)₂ Quartz SiO₂



MgFe³⁺O₄ 3



Pyrite FeS₂



Nickel Silikat Hidrate Clinochrysotile Ni - Si - O ! H2O Mg₃Si₂O₅(OH)₄ Nontronite Ca₅(Si₇Al₈Fe₂)(Fe₃.₅Al.₄Mg.₁)(OH)₄



C Barat



Magnetite



Quartz SiO₂



Fe₃O₄ 4



Nickel Silikat Hidrate Ni - Si - O ! H2O Nontronite Ca₅(Si₇Al₈Fe₂)(Fe₃.₅Al.₄Mg.₁)(OH)₄



C Timur



Goethite 5



D



FeO(OH)



Clino Enstatite Mg₂si₂O₆



(Mg,Fe,Al)₆(Si,Al)₄O₁₀(OH)₈



Antigorite Mg₂.₂Fe²⁺₀.₇₅(Si₂O₅)(OH)₄



Antigorite Mg₂.₂Fe²⁺₀.₇₅(Si₂O₅)(OH)₄



Eckermannite



Antigorite



Kaolinite



Na₃Mg₄Al(Si₈O₂₂)(OH)₂



Mg₂.₂Fe²⁺₀.₇₅(Si₂O₅)(OH)₄



Al₂Si₂O₅(OH)₄



Piroksen Enstatite MgSiO3



Clinochlore



Anthophyllite Magnesioferrite



Sulfida



Al₂Si₂O₅(OH)₄



Nickel Silikat Hidrate Ni - Si - O ! H2O Goethite FeO(OH) Nickel Silicate Hydroxi Ni3Si4O10(OH)2



Lempung Kaolinite



Syafrizal, Komang Anggayana, Dono Guntoro



Dari hasil XRD terhadap sampel pemboran setiap horison didapatkan kemunculan kelompok mineral masing-masing horison endapan laterit pada horison top soil, limonit dan transisi didominasi oleh mineral-mineral hidroksida dan silikat, sedangkan pada horison saprolit didominasi oleh kelompok mineral serpentin. Berdasarkan analisis petrografi dapat dilihat bahwa mineralogi bedrock daerah penelitian adalah olivin, orto piroksen dan klino piroksen. Hubungan dengan analisa XRD dan XRF menguatkan bahwa mineral pembawa nikel di daerah penelitian adalah kelompok mineral serpentin karena pada analisa XRD juga dilihat bahwa mineral yang sering muncul juga adalah kelompok serpentin dan yang merupakan kelompok mineral pembawa nikel laterit dengan tipe hidrosilikat deposit. DAFTAR PUSTAKA 1. Ahmad,W., 2006. Laterites Fundamentals of Chemistry, Mineralogy, Weathering Processes and Laterite Formation. 2. Bakosurtanal, 1993. Peta Rupabumi Indonesia Skala 1 : 250.000. 3. Berry, L.G. and Mason, B., 1961. Mineralogy Concepts, Descriptions, Determinations, Tokyo. 4. Bodinier, J.L. and M. Godard., 2004. Orogenic, Ophiolitic, and Abyssal Peridotites, in The Mantle and Core (ed. R.W. Carlson), Treatise on Geochemistry, v. 2, Elsevier-Pergamon, Oxford 5. Boldt, J.R., 1966. The Winning of Nickel Its Geology, Mining, and Extractive Metallurgy, Toronto. 6. Burger, P.A., (1996) Origins and Characteristics of Lateritic Deposits In: Proceeding Nickel ’96. pp 179-183. The



7. 8.



9. 10. 11.



12. 13. 14. 15. 16.



17.



Metallurgi. Melbourne Darijanto, T., 1986. Genesa Bijih Nikel Lateritik Gebe. Freyssinet, Ph., Butt, C.R.M., Morris R.C., and Piantone, P., 2005. OreForming Processes Related to Lateritic Weathering, Economic Geology, 100th Anniversary Volume., pp. 681-722. Golightly, J.P., 1981. Nikeliferous Laterit Deposits, Economic Geology 75th Anniversary Volume. Guilbert, J.M. and Park, C.F.Jr., 1986. The Geology Of Ore Deposits, W.H Freeman and Company, New York. Miharriko, 2008. Studi Mineralogi Untuk Mengetahui Genesa Nikel Laterit Pulau Pakal Halmahera Timur Maluku Utara, Tugas Akhir Sarjana, Teknik Pertambangan ITB. Mottana, A., Crespi, R., and Liborio, G., 1977. Simon and Schuter’s Guide to Rock and Minerals. Palace, C., 1944. The System Of Mineralogy, London. PT. BPB, 2009. Peta Geologi Permukaan Kec. Tinanggea - Kab. Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Rogers, A.F. and Kerr, P.F. 1942. Optical Mineralogy. Second Edition, New York and London. Simanjuntak, T.O., Surono, dan Sukido, 1993. Peta Geologi Lembar Kolaka, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. van Leeuwen, T.M., Taylor, R., Coote, A., and Longstaffe, F.J., 1994. Porphyry Molybdenum Mineralization in a Continental Collision setting at Malala, Nortwest Sulawesi, Indonesia. Journal of Geochemical Exploration, Vol. 50. Elsevier, Amsterdam



Syafrizal, Komang Anggayana, Dono Guntoro



220