Paper Audit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS AKHIR PENGAUDITAN 1 ANALISA KASUS LARAMIE WIRE MANUFACTURING



Disusun Oleh: Cut Nyak Farisa Nuzulya Machmud



FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2016 1



STATEMENT OF AUTHORSHIP Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya menyatakan dengan jelas bahwa saya menyatakan menggunakannya. Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarism. Mata Ajaran



: Pengauditan 1



Judul Tugas



: Analisa Kasus Laramie Wire Manufacturing



Tanggal



: 9 Desember 2016



Dosen



: Bapak Saptoto Agustomo, S.E, M.M., dan Bapak Hendang Tanusdjaja S.E, M.M., CPA.



Nama



: Cut Nyak Farisa Nuzulya Machmud



NPM



: 1406570386



Tanda tangan :



i



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir dengan baik dan tepat waktu. Tugas akhir yang berjudul “Analisa Kasus Laramie Wire Manufacturing” menggunakan prosedur analitis sebagai dasar analisanya. Tersusunnya makalah ini tak terlepas dari bantuan dosen mata kuliah Pengauditan 1 penulis yaitu Bapak Saptoto Agustomo S.E.,M.M. dan Bapak Hendang Tanusdjaja S.E, M.M., CPA. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis selalu terbuka terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis berharap bahwa apa yang tertulis dalam tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis, dan para pembaca.



Depok, 9 Desember 2016



Penulis



ii



DAFTAR ISI



STATEMENT OF AUTHORSHIP ............................................................................. i KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii BAB I - PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1



RINGKASAN KASUS ................................................................................ 1



BAB II – LANDASAN TEORI DAN ANALISIS ................................................... 4 2.1



LANDASAN TEORI ................................................................................... 4



2.2



ANALISIS .................................................................................................... 7



BAB III - KESIMPULAN ........................................................................................ 12 DAFTAR PUSAKA ................................................................................................. xiii



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 RINGKASAN KASUS Laramie Wire Manufacturing adalah perusahaan yang memproduksi berbagai macam produk kabel tembaga dengan menggunakan bahan baku plastik dan tembaga batangan. Laramie mengalokasikan area gedung yang luasnya 500.000 kaki persegi untuk area kantor (3%), produksi (57%), pengirimian dan penerimaan (15%), serta penyimpanan bahan baku dan persediaan barang jadi (25%). Bagian produksi dibagi menjadi tiga bagian, di mana setiap bagian dikhususkan untuk kelompok produk tertentu yaitu produk perumahan, produk industri dan produk pesanan khusus. Setiap jenis produk Laramie menggunakan bahan baku yang sama, sehingga persediaan bahan baku disimpan di suatu tempat. Persediaan tembaga batangan disimpan dalam palet yang tidak bisa ditumpuk. Palet tersebut berukuran 36 kaki persegi. dan dapat



menampung 1500 pon



tembaga batangan. Persedian plastik disimpan dalam barel yang bisa ditumpuk. Tinggi setiap barel adalah 4 kaki dan dapat menyimpan 350 pon. Persediaan bahan baku dan barang jadi diangkut dengan sebuah truk yang dapat menyimpan sampai dengan 15 palet tembaga batangan, 40 barel plastik atau 24 gulungan kabel tembaga. Tahun ini merupakan tahun pertama Laramie menggunakan jasa KAP untuk melakukan audit atas seluruh laporan keuangannya. Walaupun begitu, sebelumnya Laramie pernah menggunakan jasa akuntan untuk melakukan audit yang hanya bertujuan untuk pengajuan kredit kepada bank. Tujuan dari mengaudit keseluruhan laporan keuangan adalah untuk keperluan IPO yang akan dilakukan dalam beberapa tahun mendatang. Dalam kasus ini auditor ditugaskan untuk melakukan analisis dalam tahap perencanaan audit, dan menggunakan analisis tersebut sebagai tes substantif dalam rangka pengumpulan bukti audit. Pada tahap perencanaan, analisis tersebut digunakan untuk membantu auditor memperoleh pemahaman keseluruhan tentang bisnis klien dan lingkungan bisnisnya. Analisis tersebut juga untuk membantu



1



auditor dalam mengidentifikasi potensi risiko dan permasalahan yang akan membutuhkan pengujian substantif yang lebih luas selama tahap pengumpulan bukti. Berikut adalah laporan keuangan yang terlampir:



Kasus di atas yang diambil dari buku Auditing Cases: An Interactive Learning Approach merupakan modifikasi dari kasus nyata Laribee Wire Mfg. Co. yang terjadi pada tahun 1990an. Auditor Laribee yaitu Deloitte & Touche gagal mendeteksi bahwa persediaan Laribee merupakan persediaan fiktif. Laribee juga mempunyai hutang yang besarnya tujuh kali dari ekuitasnya. Sementara itu, penjualan kabel tembaga kepada industri kontruksi menurun. Pada tahun 1990, Laribee mengajukan pinjaman sebesar $130 juta kepada enam bank. Bank tersebut memberikan Laribee pinjaman berdasarkan opini audit bersih yang diberikan oleh Deloitte pada 1998. Laporan keuangan tahun 1998 yang diaudit menyatakan laba bersih sebesar $3 juta. Agunan pinjaman tersebut terdiri atas persediaan tembaga batangan.



2



Pada tahun 1991, Laribee mengajukan bankruptcy-court-protection. Investigasi yang dilakukan oleh akuntan, pengacara, dan ahli bankruptcy menunjukan bahwa mayoritas persediaan Laribee fiktif. Sebagian persediaan tersebut dilaporkan pada angka yang di atas harga wajar. Produk kabel tembaganya yang dilaporkan pada harga $2.2 per pon, dijual pada harga $1.70 sampai dengan $1.75 per pon. Pengiriman persediaan antarpabrik dilaporkan sebagai



persediaan



pada



kedua



pabrik.



Bahkan,



ditemukan



bahwa



pengirimannyapun fiktif. Tembaga batangan Laribee dilaporkan bernilai lebih dari $5 juta. Tembaga tersebut dikatakan disimpan pada dua pabrik Laribee. Walau begitu, investigasi menemukan bahwa kuantitas tembaga batangan yang dilaporkan Laribee membutuhkan kapasitas gudang yang berukuran tiga kali kapasitas gudang yang sebenarnya tersedia. Kasus Laribee merupakan salah satu overstatement persediaan terebesar, dengan nilai inventory fraud yang mencapai $5.5 juta pada tahun 1998. Apabila Laribee melaporkan laporan keuangannya dengan wajar, maka harusnya Laribee melaporkan kerugian $6.5 juta. Pada tahun 1991, berbagai bank dan kreditor menuntut Deloitte & Touche pada pengadilan di Texas, Illinois, North Carolina dan New York karena dianggap malpraktik dan gagal mendeteksi manipulasi akuntansi yang dilakukan Laribee. Selain KAP itu sendiri, salah satu partner KAP yang bertanggung jawab atas audit Laribee juga dituntut. Ternyata, selama proses audit tersebut, auditor yang melakukan pengecekan pesediaan mengalami pengalaman audit kurang lebih dari tiga tahun. Bahkan, partner yang bertanggung jawab atas audit tersebut, tidak pernah hadir pada perhitungan persediaan tahunan. Deloitte tidak mengakui kesalahannya dan menyatakan bahwa audit tersebut dilakukan sesuai dengan standar audit.



3



BAB II LANDASAN TEORI DAN ANALISIS 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1



Definisi Prosedur Analitis Menurut ISA 520, prosedur analitis adalah evaluasi atas laporan keuangan



melalui analisis hubungan yang masuk akal antara informasi keuangan dengan informasi non-keuangan. Prosedur analisis juga mencakup investigasi yang diperlukan terkait adanya identifikasi fluktuasi atau hubungan yang inkonsisten dengan informasi relevan, atau yang berbeda dari nilai yang diekspektasikan dalam jumlah yang signifikan. Proserdur analitis memungkinkan auditor utuk memastikan apakah angka-angka tersebut masuk akal atau tidaknya. 2.1.2



Prosedur Analitis dalam Tahapan-tahapan pada Proses Audit



Prosedur analitis digunakan auditor dalam merencanakan proses audit, sebagai substantive procedures, dan sebagai review keseluruhan atas financial statement pada tahap penyelesaian audit. Planning Pada tahap planning, prosedur analitis digunakan untuk mengidentifikasi perubahan yang tidak biasa pada financial statement atau perubahan yang diekspektasikan tidak muncul, dan adanya resiko yang spesifik. Pada tahap ini, prosedur fokus pada balance akun pada laporan keuangan dan hubungannya. Area-area yang berisiko tersebut menjadi dasar dari perencanaan sifat, waktu dan luas dari prosedur audit serta pengumpulan bukti audit. Substantive Testing Pada tahap substansive testing, prosedur analitis digunakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan tidak mengandung salah saji yang material. Pada tahap



4



ini, prosedur analitis fokus terhadap faktor yang mempengaruhi account balances dengan mengekspektasikan bagaimana akun tersebut seharusnya. Overall Review Pada tahap overall review, prosedur analitis digunakan untuk membantu auditor dalam menilai bahwa seluruh fluktuasi yang siginifikan dan item yang tidak biasa sudah dapat dijelaskan dan keseluruhan dari financial statement presentation sesuai dengan hasil audit dan pengertian bisnis. Menurut ISA 520, auditor harus melakukan prosedur analitis pada bagian akhir audit untuk membantu auditor ketika membuat kesimpulan akhir mengenai konsisten tidaknya laporan keuangan terhadap pengertian auditor akan entitas. Prosedur analitis pada tahap review membantu



dalam



menentukan



kewajaran



dari



laporan



keuangan



dan



mengidentifikasi area yang membutuhkan prosedur lanjutan. 2.1.3



Jenis Prosedur Analitis



Analisis Tren Analisis tren adalah analisis perubahan pada salah satu akun atau rasio setiap waktu sehingga jumlah akun pada satu waktu dapat dibandingkan dengan waktu yang lain. Analisis tren akan efektif bila digunakan pada akun yang jumlahnya sudah dapat diprediksi atau sudah diketahui seperti biaya sewa. Semakin stabil operasi yang dimiliki perusahaan maka akan semakin terprediksi hubungan dan semakin sesuai penggunaan dari multiple periods. Analisis Rasio Analisis rasio adalah pembandingan hubungan antara akun pada laporan keuangan,



pembandingan



suatu



akun



dengan



data



non-finansial,



atau



perbandingan antara hubungan perusahaan dalam industri. Analisis rasio akan sesuai apabila digunakan ketika hubungan antar akun dapat diprediksi atau stabil. Jenis analisis ini lebih efektif dibanding analisis tren karena perbandingan antara balance sheet dan income statement akan selalu mengalami fluktuasi. Ada berbagai jenis Ratio Analysis yaitu: (1) rasio perbandingan data klien dan data



5



industry, (2) rasio perbandingan data klien dengan data periode sebelumnya, (3) rasio perbandingan data klien dengan hasil yang diharapkan klien, (4) rasio perbandingan data klien dengan hasil yang diekspektasikan oleh auditor, dan (5) rasio perbandingan data klien dengan hasil yang diekspektasikan berdasarkan data non-finansial. Reasonable Testing Reasonable testing adalah analisis terhadap account balance atau perubahan pada account balance dalam periode akuntansi atas hubungan antar akun yang sudah diekspektasikan. Hal ini mencakup pengembangan ekspektasi berdasarkan data finansial, data non-finansial, atau keduanya. Berbeda dengan kedua analisis yang sudah dijelaskan, reasonable testing menggunakan informasi untuk mengembangkan prediksi atas account balance dengan mempertimbangkan jumlah barang yang terjual, harga per unit, struktur harga yang berbeda, dan pengetahuan akan industri. 2.1.4



Analytical Review Process



Porses dari merencanakan, ekskusi, dan membuat kesimpulan dari prosedur analitis disebut analytical review. Analytical review terdiri dari empat fase: a) Fase 1 – memformulasikan ekspektasi Ekspetasi dibangun berdasarkan identifikasi hubungan logis



yang



diekspektasikan keberadaannya oleh auditor, berdasarkan pemahamannya mengenai klien dan industri yang digelutinya. Hubungan-hubungan tersebut dapat ditentukan dengan perbandinganperbandingan dari beberapa sumber: Informasi yang dapat dibandingkan dari periode sebelumnya; Hasil yang diharapkan (budget, forecast); Elemen-elemen dari laporan keuangan dari periode berjalan; Informasi terkait industri yang sama; dan Informasi non-finansial.



6



b) Fase 2 – membandingkan nilai-nilai ekspektasi dengan nilai tercatat oleh entitas c) Fase 3 – investigasi terkait penjelasan yang memungkinkan atas perbedaan yang muncul antara nilai eksepktasi dengan yang tercatat d) Fase 4 – evaluasi terhadap dampak yang dihasilkan oleh perbedaan nilai ekspektasi dan yang tercatat oleh entitas terhadap audit dan laporan keuangan. 2.2 ANALISIS 2.2.1



Analisis Rasio, Tren & Reasonable Testing



Untuk melakukan prosedur analisis berdasarkan laporan keuangan yang disediakan, perlu dilakukan analisis rasio untuk meguji asersi-asersi manajemen. Berikut adalah perhitungannya: 2005



2004



% Change



Sales



$8,450,000 $8,150,000 3.68%



Cost of Sales



$6,242,500 $6,080,000 2.67%



Finished Goods Inventory



$1,654,500 $1,175,500 40.75%



(Approx. 300 million ft -- 2002) Copper Rod Inventory



$2,625,000 $1,650,000 59.09%



(Approx 5.9 million lbs -- 2002) Plastics Inventory



$224,500



$182,000



23.35%



A/P (for inventory purchase)



$450,000



$425,000



5.88%



Days Purchase in A/P



43.6



44.2



-1.36%



Days Sales in Receivables



56.3



48.4



16.32%



Market price Insulated wire (per ft.) 0.008



0.009



-11.11%



Market price copper rod (per lb.)



0.48



0.48



0.00%



Market price plastic (per lb.)



0.12



0.19



-36.84%



Inventory turnover



1.39



2.02



Inventory as percentage of sales



53.30%



36.90%



(Approx 1.1 million lbs -- 2002)



7



2.2.1.1 Analisis Rasio Persentase perubahan days’ sales in receivables Days’ sales in receivable adalah rasio yang mengukur rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan untuk menagih piutang penjualannya. Pada periode 2004-2005, rasio umur piutang meningkat sebesar 16.32%. Di sisi lain, penjualan hanya meningkat sebesar 3.68% pada periode yang sama. Karena perbedaan peningkatan tersebut cukup signifikan, maka auditor harus memeriksa lebih lanjut penyebab dari kenaikan tersebut – apakah karena perubahan dalam kebijakan penagihan piutang atau penjualan yang digelembungkan. Persediaan sebagai persentase terhadap penjualan Pada tahun 2004, persentase persediaan terhadap penjualan adalah 36.90%. Pada tahun 2005, persentase persediaan terhadap penjualan naik secara signifikan menjadi 53.30%. Karena signifikansi dari kenaikan tersebut, maka auditor harus memberi perhatian yang lebih pada akun persediaan 2.2.1.2 Analisis Tren Persentase perubahan COGS Pada periode 2004-2005, COGS meningkat sebesar 2.67%, sementara penjualan meningkat sebesar 4%. Hal itu dinilai cukup wajar sehingga auditor tidak perlu memeriksa secara mendetil mengenai hal tersebut. Persentase perubahan nilai persediaan Pada periode 2004-2005, nilai dolar dari persediaan meningkat secara signifikan. Nilai dolar dari persediaan plastik meningkat sebesar 23.35%, persediaan tembaga batangan meningkat sebesar 59.09%, dan persediaan kabel tembaga meningkat sebesar 40.75%. Karena kenaikan



persedian tersebut cukup signifikan, maka



auditor harus memberi perhatian yang lebih pada akun persediaan.



8



Persentase perubahan utang usaha Pada



tahun 2004-2005, utang usaha meningkat sebesar 5.88%. Peningkatan



tersebut relatif kecil jika dibandingkan peningkatan persediaan plastik (23.35%), tembaga batangan (59.09%) dan kabel tembaga (40.75%). Karena kesenjangan yang cukup signifikan antara peningkatan hutang usaha dan persediaan, maka auditor harus memeriksa lebih lanjut akun persediaan. 2.2.1.3 Analisis Reasonable Testing Expected value persediaan batang tembaga Dengan mengalikan kuantitas persediaan batang tembaga dengan harga pasar, maka dapat dihitung bahwa jumlah nilai persedian yang expected pada tahun 2005 adalah $2.832.000. Expected value tersebut lebih besar dibanding dengan jumlah persediaan yang dilaporkan yaitu $2.625.000. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa persediaan disajikan sesuai dengan prinsip lower of cost or market. Expected value persediaan plastik. Dengan mengalikan kuantitas persediaan plastic dengan harga pasar, maka dapat dihitung bahwa jumlah nilai persedian yang expected pada tahun 2005 adalah $132.000. Expected value tersebut lebih kecil dibanding dengan jumlah persediaan yang dilaporkan yaitu $224.000. Hal tersebut berarti angka akun persediaan yang disajikan di atas harga pasar sehingga melanggar prinsip lower of cost or market. Dengan itu, auditor harus memerhatikan lebih lanjut penyajian akun persediaan tersebut. Luas gudang yang digunakan untuk penyimpanan persediaan batang tembaga Diketahui bahwa perkiraan jumlah persediaan batang tembaga adalah 5.900.000 pon (sekitar 3933 palet). Dengan keterangan pada kasus ini yang menjelaskan bahwa setiap palet berukuran 36 kaki persegi, maka ruang yang ditempati sebesar 141.588 kaki persegi. Dikatakan bahwa ruang penyimpanan persediaan adalah 25% dari total ruang yaitu 150.000 kaki persegi, sehingga ruang penyimpanan persediaan berukuran 125.000 kaki persegi. Hal tersebut menujukan bahwa ruang



9



yang ditempati berdasarkan perhitungan analisis dari data laporan keuangan melebihi kapasitas ruangan itu sendiri. Oleh karena itu, auditor harus memberi perhatian lebih akan hal ini. 2.2.2



Hubungan Analisis dengan Asersi Manajemen



Berdasarkan ISA 520, apabila berdasarkan prosedur analisis auditor menemukan fluktuasi atau hubungan yang tidak konsisten dengan informasi yang disajikan atau expected value secara signifikan, auditor harus melakukan investigasi lebih lanjut terhadap perbedaan tersebut. Berdasarkan perhitungan rasio pada poin sebelumnya, ditemukan beberapa isu terkait dengan persediaan: Penilaian persediaan plastik pada 2005 yang disajikan pada laporan keuangan sebesar $224.500. Angka tersebut di atas expected market value yaitu $132.000. Penyajian angka persediaan yang tidak sesuai dengan prinsip akuntansi (lower of cost or market), mengindikasikan potensi salah saji terkait dengan asersi valuation pada akun persediaan plastik. Ruang untuk penyimpanan persediaan batang tembaga sesuai dengan data yang tertara lebih besar dibanding kapasitas ruang yang sebernya. Berdasarkan data,, persediaan batang tembaga berjumlah 3933 palet (5.900.000 pon/1500 pon per palet) sehingga membutuhkan ruang 141.588 kaki persegi (3933 palet x 36 kaki persegi/palet). Sedangkan,



ruang



penyimpanan untuk seluruh jenis persediaan sadalah 125.000 (500.000 x 25%)



kaki persegi. Dengan demikian, ruang yang dibutuhkan untuk



menyimpan persediaan batang tembaga melebihi kapasitias ruang untuk menyimpnan seluruh peresediaan yang ada. Hal tersebut mengindikasikan potensi salah saji terkait dengan asersi existence pada akun persediaan batang tembaga. Utang usaha untuk pembelian persediaan bahan baku meningkat sebesar 5.88%. Peningkatan tersebut relatif kecil jika dibandingkan peningkatan persediaan bahan baku yaitu 23.35% untuk plastic dan 59.09% untuk kabel tembaga. Hal tersebut mengindikasikan potensi salah saji terkait



10



dengan asersi existence pada akun persediaan plastik dan kabel tembaga serta asersi completeness pada akun utang usaha.. Nilai dari persediaan meningkat secara signifikan yaitu 23.35% untuk plastik, 59.09% untuk tembaga batangan, dan 40.75% untuk persediaan kabel tembaga meningkat sebesar 40.75%. Kenaikan persedian disertai dengan penurunan inventory turnover yaitu sebesar -31.44%. Selain itu, persentase persediaan terhadap penjualan naik dari 36.90% pada 2004 menjadi 53.30% pada 2005. Kenaikan persedian yang signifikan harus diperiksa lebih lanjut dengan mempertimbangkan asersi existence dan valuation.



11



BAB III KESIMPULAN Prosedur analitis digunakan auditor dalam merencanakan proses audit, sebagai substantive procedures, dan sebagai review keseluruhan atas financial statement pada tahap penyelesaian audit. Secara spesifik, kasus ini membahas prosedur analitis pada tahap perencanaan audit. Masalah utama dalam kasus fraud Larabee Wire Mfg. Co. atau Laramie Wire Mfg. Co. (kasus yang dimodifikasi) adalah banyaknya persediaan yang fiktif. Ketidakmampuan Deloitte & Touche untuk mendeteksi persediaan yang fiktif menunjukan bahwa prosedur analitis yang dilakukan Deloitte tidak mencukupi dan tidak memadai. Dalam paper ini, penulis melakukan prosedur analitis sederhana dengan analisis tren, rasio dan reasonable testing. Melalui perhitungan sederhana, dapat terlihat adanya inkonsistensi antara penyajiaan persediaan dengan penyajian akun lainnya, serta menyimpangnya nilai persediaan dari expected value-nya. Analisis tersebut menunjukkan bahwa risiko salah saji pada akun persediaan cukup tinggi. Seharusnya, hasil analisis tersebut menjadi dasar dari perencanaan sifat, waktu dan luas dari prosedur audit serta pengumpulan bukti audit. Dalam kasus ini, berarti seharusnya auditor lebih fokus kepada pengumpulan bukti audit terkait dengan persediaan dan perhitungan inventori yang mendetil. Dengan demikian, penulis menyadari pentingnya prosedur analitis untuk membantu auditor dalam mengidentifikasi potensi risiko dan permasalahan yang akan membutuhkan pengujian substantif yang lebih luas selama tahap pengumpulan bukti. Melalui prosedur analitis, risiko seorang auditor memberi opini audit yang tidak tepat atas laporan keuangan yang disalahsajikan secara material (audit risk) dapat berkurang.



12



DAFTAR PUSAKA Berton, Lee. Convenient Fiction: Inventory Chicanery Tempts More Firms, Fools More Auditors --- A Quick Way to Pad Profits, It Is Often Revealed Only When Concern Collapses --- A Barrel Full of Sweepings The Wall Street Journal, December 14, 1992, p. A1. Hayes, R. S., Schilder, A., Dassen, R., & Wallage, P. (2014). Principles of Auditing: An Introduction to International Standards of Auditing (Third ed.). Ediburgh: Pearson Education Glover, S. M., Prawitt, D. F., Beasley, M. S., & Buckless, F. A. (2008). Auditing Cases: An Interactive Learning Approach (Third ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson/Prentice Hall.



xiii



ISBN: 0-536-44690-3 Auditing Cases:An Interactive Learning Approach, Third Edition, by Mark S.Beasley, Frank A.Buckless, Steven M.Glover, and Douglas F.Prawitt.Published by Prentice Hall.Copyright ©2006 by Pearson Education, Inc.



ISBN: 0-536-44690-3



Auditing Cases:An Interactive Learning Approach, Third Edition, by Mark S.Beasley, Frank A.Buckless, Steven M.Glover, and Douglas F.Prawitt.Published by Prentice Hall.Copyright ©2006 by Pearson Education, Inc.



ISBN: 0-536-44690-3 Auditing Cases:An Interactive Learning Approach, Third Edition, by Mark S.Beasley, Frank A.Buckless, Steven M.Glover, and Douglas F.Prawitt.Published by Prentice Hall.Copyright ©2006 by Pearson Education, Inc.



ISBN: 0-536-44690-3



Auditing Cases:An Interactive Learning Approach, Third Edition, by Mark S.Beasley, Frank A.Buckless, Steven M.Glover, and Douglas F.Prawitt.Published by Prentice Hall.Copyright ©2006 by Pearson Education, Inc.



WALL STREET JOURNAL LARIBEE WIRE MFG.1



EXCERPTS—



“How an audit can misfire is illustrated by the way Deloitte & Touche, the auditors of Laribee Wire Mfg. Co., failed to realize that the New York copper-wire maker was buoying a sinking ship by creating fictitious inventories. Laribee was plagued by huge debt--almost seven times its equity--generated by a major acquisition in 1988. Meanwhile, its sales to the troubled construction industry, its major customer for copper wire, were declining. In 1990, Laribee borrowed $130 million from six banks. The banks say they relied on the clean opinion that D&T gave Laribee’s financial statements for 1989, when the company reported $3,000,000 in net income. A major portion of the loan collateral consisted of Laribee’s inventories of the copper rod used to draw wire at its six U.S. factories. But after Laribee filed for bankruptcy-court protection in early 1991, a court-ordered investigation by other accountants, attorneys and bankruptcy specialists showed that much of Laribee’s inventory didn’t exist. Some was on the books at bloated values. Certain wire-product stocks carried at $2.20 a pound were selling at only $1.70 to $1.75 a pound. Shipments between plants were recorded as stocks located at both plants. Some shipments never left the first plant, and documentation supposedly showing they were being transferred to the second plant “appeared to be largely fictitious,” the report to the court found. And 4.5 million pounds of copper rod, supposedly worth more than $5 million, that Laribee said it was keeping in two warehouses in upstate New York would have required three times the capacity of the buildings, the report said. “It was one of the biggest inventory overstatements I’ve ever seen,” says John Turbidy, the court-appointed trustee. He estimates that inventory fraud contributed $5.5 million before taxes to Laribee’s 1989 results. Absent this fraud and other accounting shenanigans, Laribee would have reported a $6.5 million loss instead of the profit, he adds. Laribee’s previous top management declines to comment.



Banks and other creditors sued D&T in state courts in Texas, Illinois, North Carolina, and New York earlier this year for unspecified damages, charging it with malpractice and gross negligence in failing to spot the accounting manipulations at Laribee. A suit filed by Asarco Inc., a copper producer and Laribee creditor, accuses Mel Dobrichovsky, the Deloitte partner who oversaw Laribee’s audit, of fraud in missing the inventory scam and other improper audit practices. “The auditor was either taken in or missed the obvious,” Mr. Turbidy says. “Giving the auditors the benefit of the doubt, I assume that it was inexperience on their part because some who showed up at Laribee’s plants were fresh out of college. Otherwise, how could they have overlooked such blatant manipulations?” James T. Simmons, Laribee’s former vice president for operations, says a firm later merged into Deloitte sent “three to five auditors with three years or less experience to the plants to check inventory.” He recalls: “The faces kept changing and there was little continuity.” According to several Laribee employees, a standing joke at the plants was that the next outside auditor “would be fresh out of high school.” Mr. Simmons adds that Mr. Dobrichovsky “never showed up at the plants” during annual inventory counts. Mr. Dobrichovsky, who left D&T at the end of 1990, declines to comment. Deloitte denies any wrongdoing and says the audits “were done in accordance with professional standards.” 1 Berton, Lee, “Convenient Fiction: Inventory Chicanery Tempts More Firms, Fools More Auditors --- A Quick Way to Pad Profits, It Is Often Revealed Only When Concern Collapses --A Barrel Full of Sweepings,” The Wall Street Journal, December 14, 1992, p. A1.



!