PBL 1 Blok 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PBL 1 BLOK 4 A 20-year-old man visited the dentist to complain about a tooth extraction due to a large carious/decay. He had a medical history of allergy to the antibiotic medication of penicillin. A few years ago the patient felt the itching, swelling like being bitten by mosquitoes on the face and whole of the body and feeling a little breathless breathing when he consumed them. Seorang pria berusia 20 tahun mengunjungi dokter gigi untuk mengeluhkan pencabutan gigi karena karies / pembusukan yang besar. Dia memiliki riwayat medis alergi terhadap obat antibiotik penisilin. Beberapa tahun yang lalu penderita merasakan gatal-gatal, bengkak seperti digigit nyamuk di wajah dan seluruh tubuh serta merasa sesak nafas saat mengonsumsinya.



Klasifikasi Istilah ▪



Penicillin (Vina) : Penicilin adalah golongan antibiotic yang digolongkan ke dalam β-laktam yang digunakan untuk memproduksi antibiotic semi sintetik serta mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri. (Kamal)



Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.



Apa itu alergi ? (Dhia) Apa saja gejala dari alergi ? (Kamal) Apa etiologi alergi ? (Dini) Bagaimana mekanisme alergi obat ? (Erna) Apa itu alergi penicillin ? (Ibnu) Klasifikasi dari alergi ? (Nika) Apa tingkat hipersensitivitas yang dialami pasien ? (Mola) Bagaimana cara mendiagnosis alergi ? (Amalia) Bagaimana mekanisme alergi ? (Regita) Pengobatan dan perawatan terhadap pasien alergi (Nabila) Jenis antibiotic apa saja yang dapat menimbulkan alergi (Ashfi) Manisfestasi klinis dari alergi ? (Farhan) Jenis obat pengganti yang tidak alergi pada pasien ? (Kamal) Apa perbedaan hipersensitivitas dan alergi ? (Maisya)



1



Jawaban 1. Definisi Alergi Alergi adalah reaksi berlebihan system kekebalan tubuh saat terdapat zat asing yang masuk ke dalam tubuh. (Anisa) Zat asing disebut juga dengan allergen, misalnya debu, jamur, tungau, bulu binatang, atau makanan, seperti kacang-kacangan, telur, kerang, ikan dan susu. (Vina) Istilah alergi pertama kali digunakan oleh Clements Von Pirquet pada tahun 1906 yang diartikan sebagai "reaksi penjamu yang berubah" bila terpajan bahan yang sama untuk kedua kalinya atau lebih. (Dhia) Alergi adalah reaksi masuknya zat asing yang tidak berbahaya. (Regita)



2. Gejala Alergi • • •



Umum : ruam pada kulit, gatal-gatal, bersin, hidung berair. diare, mual dan muntah (Ibnu & Kamal) Alergi terhadap obat : pembengkakan pada bibir, lidah, dan wajah serta sesak napas, demam, nafas berbunyi seperti siulan. Jika gejala serius/membahayakan disebut dengan reaksi anafilaksis. (Ibnu)



“Note” Tanda anafilaksis (pelebaran pembuluh darah) : kejang, hilang kesadaran, pusing dan penurunan tekanan darah. (Maisya & Kamal)



3. Etiologi Alergi • Agen : berupa alergi yang dinamakan alergen. Reaksi alergi yang timbul akibat paparan alergen pada umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan dan sangat beragam. Diantaranya adalah antibiotic, ekstrak alegren, serum kuda (serum anti diphteria), zat diagnostic, bisa (venom), produk darah, anestetikum local, hormone, enzim, makanan, serbuk sari dan pohon, debu dan tungau, bulu binatang, karet lateks, bahan kimia rumah tangga seperti detergen, obat-obatan termasuk ibuprofen dan aspirin. (Dhia & Amalia) - Antibiotik : penisilin dan derivatnya, basitrasin, neomisin, tetrasiklin, sterptomisin, sulfonamid. - Ekstrak alergen : rumput-rumputan atau jamur, serum ATS (anti tetanus), ADS (anti difentri), dan anti bisa ular. - Produk darah : gamaglobulin dan kriopresipitat. - Makanan : susu sapi, kerang, kacang-kacangan, ikan, telur, dan udang. • Host : daya tahan tubuh dari manusia dan usia dimana usia dini semakin rentan terhadap alergi. • Lingkungan : suhu dan musim (Dhia)



2







Bahan kedokteran : resin akrilik yang digunakan untuk basis gigi tiruan yang mengandung polimetil metakrilat, nikel dan krom yang digunkan untuk kerangka gigi tiruan lepasan, bahan eksa yang digunakan untuk penempatan resin komposit. (Ashfi)



4. Mekanisme alergi obat Farmakologi klinis (Mekanisme reaksi obat di tubuh manusia) • Absorbsi Penisilin diabsorpsi dalam jumlah yang berbeda beda setelah pemberian per oral, ada beberapa obat baik penisilin g dan v maupun turunannya ini relatif labil terhadap asam, umumnya puncak kontraksi dicapai 1-2 jam setelah pemberian per oral. Kebanyakan preparat penisilin bisa diberikan intramuskular atau intravena meskipun dikhawatirkan adanya nyeri lokal dan kecepatan eliminasi yang ditentukan jalur pemberiannya • Distribusi Distribusi penisilin yang luas meliputi ginjal,hati, otot,tulang, empedu(tidak terobstruksi), paru-paru dan air susu ibu. Peradangan memungkinkan kadar efektif di capai di dalam abses (Kantong sempit berisi nanah yang berkumpul di jaringan, organ, atau ruang di dalam tubuh. Sering disebut bisul), cairan serebrospinalis ( sering di sebut CSS, cairan bening yang berada di bawah tulang tengkorak dan mengelilingi otak), telinga tengah, pleura (lapisan yang melapisi paru2), cairan peritoneum ( merupakan cairan yang berada di lapisan tipis perut, biasanya untuk mengecek penyakit peritonitis)dan cairan sendi. Sebenarnya kadar dapat dideteksi tidak dapat dicapai di dalam mata, otak atau prostat bila tidak terdapat peradangan. • Metabolisme Sejumlah kecil penisilin dimetabolisme di dalam hepar menjadi asam penisiloat. Kebanyakan disekresi tanpa berubah ke dalam urin. • Ekskresi 90% pengeluaran penisilin yang cepat oleh ginjal, dengan pembagian 90% terjadi di tubulus dan 10% di glomelurus. Probenecid (adalah obat untuk penyakit asam urat) dapat meningkatkan waktu paruh dan kadar penisilin serum masing-masing dengan cara menghambat sekresi tubulus dan berkompetisi dengan penisilin pada tempat pengikatan protein, pengikatan kadar cairan serebrospinalis juga telah di capai dengan pemberian obat probenesid. Hanya pengeluaran minimum yang dicapai dengan dialisis peritoneum( kecuali karbesilin,tikarsilin dan mezlosilin) • Pengeluaran bermakna dilakukan oleh hemodialisis Pengurangan dosis penisilin yang minimum diperlukan jika bersihan kreatinin di atas 10 ml/menit dengan pengecualian kabernisilin dan tikarsilin.biasanya penyesuaian diperlukan pada bersihan kreatinin di bawah 10ml/menit.



3







Uji pembersihan kreatinin Tes yang dilakukan untuk mengetahui kerja ginjal dan gangguan yang terjadi pada organ tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan kadar kreatinin di urine dan kadar kreatinin di dalam darah. (Nabila)



Mekanisme alergi obat • Konsep Hapten : obat dengan molekul yang tidak cukup besar perlu beriktan terlebih dahulu dengan protein pembawa agar dapat menfinduksi respon imun. • Konsep Pro-hapten : sebagian obat yang bersifat tidak reaktif dan perlu mengalami konversi dahulu melalui proses metabolik, baik dengan enzim ataupun non-enzim untuk menjadi bentuk yg reaktif. (Maisya) • Konsep P-I : sebagian obat dapat memiliki interaksi direksi farmakologik dengan reseptor sel T atau molekul Major Histocompatibility Complex (MHC) dalam bentuk ikatan reversibel selain ikatan kovalen, yang dapat mengaktifkan sel T. (Regita)



5. Alergi Penicillin Penisilin merupakan obat golongan antibiotik yang paling sering menyebabkan alergi. Jenis 2 antibiotik penicilin dibagi 4 (amoxicillin, ampicillin,oxacillin, penicillin G) .Reaksi alergi penisilin merupakan bentuk efek samping penggunaan golongan penisilin bahkan penisilin G khususnya merupakan salah satu obat yg tersering menimbulkan reaksi alergi. Terjadinya reaksi alergi didahului oleh adanya sensitisasi lanjut dengan fase aktivasi dan terkahir efektor . Pada kondisi tertentu alergi penisilin dapat memicu munculnya gejala yaitu ruam, gatal-gatal, dan bengkak di beberapa bagian tubuh seperti mata, lidah, dan bibir. lemas, kesulitan bernapas, kulit membiru, diare, muntah, dan pingsan. (Vina) ✓ Mekanisme Penicillin Penicillin sebagai alergen ditangkap oleh sel T helper kemudian sel T helper akan mensensitisasi sel B untuk membuat sel plasma lalu degranulasi Ig E kemudian IgE berikatan sel mast terjadi degranulasi sehingga mengeluarkan histamin sehingga mengakibatkan alergi. (Erna) 6. Klasifikasi Alergi • Tipe 1 : - Adalah kegagalan imun tubuh sehingga menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan imunogenik (antigenik) atau bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen - Disebut Hypersensitivitas tipe cepat - Diperantarai oleh Immunoglobulin E (IgE) - Contoh : ➢ Rhinitis : hidung berair pada pagi hari



4



-



-



➢ Asma : udara dingin jadi sesak nafas ➢ Anaphilaxis : terjadi secraa sistemik biasanya terdadi pada orang yang diberi anestesi lokal/total ➢ Asma, hyfefer IgE menangkap antigen kemudian akan mengaktifkan sel mast sehingga menghasilkan histamin yang berperan sebagai mediator infamasi dan menimbulkan adanya vasokonstriksi pembuluh darah dan bronkonstriksi dan menyebabkan asma/anaphylaxis. Melibatkan : kulit/eksim, mata/conjungtivitis, nesofaring/ringitis, jaringan bronco poluner/asma, dan rakus gastroemperitis. (Ashfi) Urutan kejadian : - Fase Sensitisasi : waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan ig e sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan sel mask dan basophil. - Fase Aktivasi : waktu selama terjadi pajanan ulang dengan antigen yang spesifik, sel mask melepaskan isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi. - Fase Efektor : waktu terjadinya respon yang kompleks/anafilaksis sebagai efek bahan bahan yang di lepas sel mask dengan aktivitas farmakologi. (Anisa)







Tipe 2 - Disebut Hypersensitivitas sitotoksik - Diperantarai oleh IgE/IgM - Contoh : ➢ Alergi obat : co, penicillin ➢ Chronic urticaria : gatal- gatal secara kronis ➢ Anemia hemolitik







Tipe 3 - Disebut immune complex disorder - Diperantarai oleh Ig G - Terjadi pada antigen yang soluble/ dapat larut. Complimentnya yaitu sel fagosit yang mengakibatkan keluarnya cairan dari pembuluh darah sehingga menimbulkan serum sickness/ arthus reaction. - Contoh : ➢ Reaksi artus







Tipe 4 - Disebut hypersensitivitas tipe lambat/ delay hypersensitivity - Diperantarai oleh sel TH1, TH2, CTL - Contoh : ➢ Dermatitis kontak : pada pemakaian gigi tiruan lengkap/sebagian. Proses : monomer yang digunakna pada gigi tiruan sebagian ionnya rilis bersama saliva. Kemudian bergabung bersama protein tubuh sehingga menjadi molekul besar yang disebut haptens, lalu timbulah hypersensitivitas tipe 4 yang berupa contact dermatitis. (Ashfi)



5



7. Tingkat hipersensitivitas yang dialami pasien Hipersensivity 2 karena reaksi imunnya di ig G, antigennya ialah cell atau matriks yg berasosiasi dengan antigen. Mekanisme efektor nya platelets +complements jadi bersatu menjadi hipersensitivity type 2. Contohnya alergi penicilin, dalam skenario disebutkan bahwa penderita alergi penicilin maka termasuk hipersensivity type 2. (Regita) 8. Cara mendiagnosis alergi - Anamnesis dan pemeriksaan fisik (Ibnu) - Pemeriksaan penunjang umum : pemeriksaan darah perifer lengkap dengan hitung jenis laju endap darah, c reaktif protein, test auto antibody, test imunologi khusus. (Kamal) - Tes pemeriksaan penunjang khusus : tes in vivo yang berupa tes kulit seperti tes tusuk, tes temple. In vitro (pemeriksaan ig e total dan spesifik) (Kamal & Dhia) - Tes biopsi : untuk mencari endapat imunoglobin dan komplemen pada vaskulitis kulit (Kamal) - Tes eliminasi makanan : dengan cara menghindari jenis makanan tertentu yang diduga penyebab alergi (Vina) - Diagnosis banding (Ibnu) 9. Mekanisme alergi •



Tipe 1 (Nika) Difagosit oleh sel dendritic dan sel B



Allergen masuk melalui mukosa



Sel mast siap untuk aktif



Sel dendritic mempresentasikan antigen ke sel Th2



Sel plasma memproduksi antibody spesifik



Ig E berikatan dengan sel mast



Akan degranulasi ketika bertemu antigen



6



Sel Th2 akan mengsekresikan sitokin (IL-4)



IL-4 mengstimulasi sel B untuk berdeferensiasi menjadi sel plasma







Tipe 2 (Nika)



Allergen menempel pada permukaan sel



Sel B memproduksi Ig G/Ig M dengan bantuan CD4+



Melisiskan sel (efek sitotolsik) •



Antibody mengaktifkan sel K



Mekanisme sel Target (efek sitotoksik)



Antibody berikatan dengan antigen pada permukaan sel



Ab mengaktifkan system komplemen dan meningkatkan opsonisasi



Menarik PMN (polimorfonuklear)



Komplemen C3a, C4a, C5a bersifat kemotaktik



Tipe 4 Individu kontak langsung dnegan allergen kemudian di proses pinositosis dan endositosis oleh sel epidermal. Kemudian akan menuju duktus infaktifus. (Ashfi)



10. Pengobatan dan perawatan alergi • Menghindari factor yang dapat menimbulkan gejala seperti menghentikan penggunaan obat • Pramedikasi/profilaksis/pra-terapi Penderita yang pernah menunjukan reaksi serupa anafilaksis (non-lgE), misalnya radiokontras, hal ini penting dilakukan sebelum pemberian obat. Premedikasi dengan pemberian antihistamin dan kortikosteroid saja atau dalam kombinasi dengan β-adrenergik bertujuan menurunkan insidens dan reaksi beratmisalnya reaksi anafilaksis yang ditimbulkan zat kontras. • Kortikosteroid oral maupun yang disuntikkan Digunakan untuk mengobati peradangan akibat reaksi alergi obat yang lebih serius. • Diberikan bronkodilator Untuk memperluas saluran pernapasan ketika terjadi batuk atau saluran paru yang tersumbat • Perawatan anafilaksis Anafilaksis membutuhkan injeksi epinefrin segera, serta perawatan rumah sakit untuk mempertahankan tekanan darah dan menjaga jalur pernapasan tetap terbuka • Threating through Saat obat kausal sangat diperlukan, maka obat diteruskan bersamaan pemberian anthistamin dan kortikosteroid untuk menekan alergi. Hal ini disebut treating through, namun berisiko mengakibatkan reaksi berkembang menjadi eksfoliatif atau sindrom SJS dan memicu keterlibatan organ internal



7















Test dosing Tes ini dapat dipakai sebagai satu-satunya cara absolut untuk menyatakan ada tidaknya hubungan etiologi antara obat, sehingga bila penderita menunjukkan toleransi terhadap obat yang diberikan, berarti tidak ada alergi. Tes ini terbagi menjadi tesdosing cepat dan lambat. Desesentitasi Sudah dipastikan terdapat alergi obat. Desensitisasi sendiri dapat dikerjakan pada reaksi IgE, pada reaksi yang tidak terjadi melalui IgE, desensitisasi cepat pada anafilaksis dan desensitisasi lambat.(Dini) Imunoterapi Imunoterapi yaitu memberikan suntikan selama beberapa tahun untuk membantu tubuh penderita agar terbiasa dengan alergen tertentu. Dengan ini, reaksi alergi di kemudian hari bisa dikurangi bahkan dicegah. (Mola)



11. Antibiotik yang menimbulkan alergi • •



Antibiotik yang paling umum : Antibiotik β-laktam yang meliputi penisilin, sefalosporin, monobaktam, dan karbapenem. (Amalia) Antibiotic yang menyebabkan ruam : Aloporinom, amino pencilin, sefalosporin, obat anti epilepsy dan obat anti bakteri sulfonamide (Kamal)



12. Manisfestasi klinis alergi • • • •



Tipe 1 : ultikaria, anafilaksis, angioedema, bronkospasme Tipe 2 : anemia hemolitik, sitopeni dan trombositopeni Tipe 3 : serum sickness, vaskulitis, demam, ruam, arthralgia Tipe 4 : sensitivitas kontak ruam pada kulit dan kerusakan jaringan organ. (Erna)



Manifestasi kulit reaksi alergi obat yang tersering adalah eksantema (erupsi makulopapular). Lesi kulit biasanya gatal yang pada awalnya makula kemudian berkembang menjadi papula dan akhirnya muncul sebagai plak. Lesi biasanya mucul mulai dari bagian tengah badan menyebar ke daerah ekstrimitas secara bilateral. (Kamal) 13. Jenis obat pengganti yang tidak alergi Ketika menemukan pasien yang menyatakan adanya riwayat alergi penisilin, Penting untuk membedakan antara reaksi alergi dengan efek samping non-imunologis dari konsumsi penisilin seperti: diare, mual, muntah, ruam kulit yang tidak spesifik dan efek toksik. Pada pasien dengan alergi sejati terhadap penisilin (reaksi alergi tipe I) dapat diberikan sefalosporin yang mempunyai rantai sisi yang berbeda atau sefalosporin generasi ketiga atau keempat, seperti cefotaxim, cefixime, cefepime dan cefpirome. Namun bisa juga dii berikan antibiotik golongan sulfonamida yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Selain itu sulfonamida merupakan golongan antibiotik yang berspektrum luas



8



(bekerja terhadap lebih banyak bakteri, baik gram positif maupun gram negatif serta jamur. Hindari pemberian sefalosporin generasi pertama atau kedua yang mempunyai rantai sisi R1 yang mirip dengan penisilin seperti: sefaklor, sefadroksil, sefatrizin, sefprozil, sefaleksin dan sefradin. Pada pasien dengan riwayat alergi penisilin yang meragukan, sebaiknya lakukan pemeriksaan skin test untuk mengkonfirmasi adanya alergi terhadap pensilin. Jika skin test untuk mengkonfirmasi alergi penisilin tidak dapat dilakukan, berikan sefalosporin generasi ketiga atau keempat. (Farhan) “Note” Pemeriksaan skintest : sebelum oprasi di letakan oada kulit, kemudian dilingkari.



14. Perbedaan hipertensi dan alergi Tidak ada perbedaan, karena hipersensitivitas adalah keadaan berubahnya reaktivitas, ditandai dengan reaksi tubuh berupa respon imun yang berlebihan terhadap sesuatu yang dianggap sebagai benda asing. Reaksi hipersensitivitas dapat mencakup kelainan autoimun dan alergi, seperti yang diketahui kondisi autoimun merupakan suatu respon imunologis abnormal yang menyerang bagian tubuhnya sendiri sedangkan alergi adalah respon imunologis abnormal yang timbul karena adanya stimulus dari lingkungan di luar tubuh (substansi eksogen). (Amalia) Sedangkan Alergi adalah keadaan hipersensitif yang didapat melalui pajanan terhadap alergen tertentu dan pajanan ulang yang menimbulkan manifestasi akibat kemampuan bereaksi yang berlebihan. Jadi pada dasarnya alergi itu bisa dibilang hasil dari respon sensitivitas yang berlebihan, (mola)



Kesimpulan : Dari pembelajaran PBL1 hari ini kita dapat mengetahui definisi alergi, gejala alergi, etiologi alergi, klasifikasi alergi, cara mendiagnosis alergi, mekanisme alergi biasa dan alergi obat, jenis obat yang dapat menimbulkan alergi, pengobatan dan perawatan alergi serta manifestasi klinis dari alergi. Dengan diketahuinya berbagai hal yang berkaitan pada alergi diharapkan kita bisa memahami lebih dalam tentang alergi sehingga dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan.



9



LO : 1. Macam-macam hipersensitivitas dan apa tingkat hipersensitivitas yang dialami pasien ? Klasifikasi Tanggapan Hipersensitivitas Gell dan Coombs pada tahun 1963 mengklasifikasikan hipersensitivitas : -



Tipe I : Respons hipersensitivitas adalah reaksi alergi langsung (mis. anafilaksis) Hipersensitivitas tipe I adalah hipersensitivitas langsung yang disebabkan oleh Antibodi IgE dan menghasilkan anafilaksis terhadap bisa serangga, obat dan makanan. Reaksi alergi ini sistematis atau lokal karena induksi Antibodi IgE terhadap alergen. Respon hipersensitivitas tipe I. produk dari ikatan silang antigen ke antibodi IgE yang terikat membran dari basofil atau sel mast. Histamin dilepaskan selama anafilaksis reaksi dan menyebabkan kerusakan jaringan potensial di dalam tubuh



-



Tipe II : melibatkan sitotoksik yang dimediasi antibodi respon terhadap jaringan tertentu. Respon hipersensitivitas tipe II diprakarsai oleh sifat toksik dari antibodi yang terikat dengan antigen di luar sel. Antibodi dapat mengaktifkan lisis yang bergantung pada komplemen yang menyebabkan kerusakan jaringan. Dalam reaksi sitotoksik, antibodi merespon langsung ke antigen yang melekat pada membran sel untuk mengaktifkan lisis sel dengan induksi komplemen. Antigen ini bisa menjadi "diri" yaitu reaksi autoimun atau "non-diri". Reaksi sitotoksik diperantarai oleh IgM dan IgG. Salah satu contoh terbaik dari reaksi sitotoksik adalah ketidakcocokan Rh pada bayi baru lahir. Contoh lainnya adalah reaksi transfusi darah, Good pasture's syndrome dan autoimun



-



Tipe III : dimediasi oleh kompleks antibodi-antigen yang menyebabkan beberapa jenis kerusakan jaringan di dalam tubuh. Hipersensitivitas tipe III difasilitasi oleh pembentukan antigen kompleks antibodi. IgG dan IgM mengikat antigen, kompleks antigenantibodi deposit (imun). Kompleks ini merangsang pelengkap, yang berpengaruh pada kemotaksis dan inisiasi PMN. PMN kemudian membuang jaringan enzim yang merusak ke sel. Salah satu yang paling contoh umum respon hipersensitivitas tipe III dalam tubuh manusia adalah penyakit serum



-



Tipe IV : hipersensitivitas atau tertunda yaitu respons yang dimediasi sel yang digabungkan dengan sel T helper peka. Dimediasi sel (hipersensitivitas tertunda) Hipersensitivitas tertunda atau tipe IV awalnya dijelaskan olehnya kursus periode di mana tanggapan membutuhkan waktu 12-24 jam maju dan bertahan selama 2-3 hari. Respons yang dimediasi sel adalah diperkenalkan oleh limfosit-T dan dimediasi oleh sel-T efektor dan makrofag. Reaksi ini mengandung antigen yang menempel pada permukaan limfosit. Limfosit pra-peka dapat menyebabkan sitokin, yang dapat merusak sel. Banyak penyakit yang bertahan lama, termasuk tuberkulosis menunjukkan hipersensitivitas tipe tertunda.



10



-



Hipersensitivitas kelima adalah dikategorikan untuk menggambarkan stimulasi sistem endokrin oleh respon imun pada beberapa penyakit autoimun. Ringkasan dari Respon hipersensitivitas dirangkum dalam tabel



Tingkat hipersensitivitas yang di alami pasien adalah Hipersensitivitas tipe 2, diterangkan dalam beberapa jurnal Dua ilmuwan Perancis, Paul Portier dan Charles Richet, adalah orang pertama yang mengenali dan menggambarkan hipersensitivitas. Pada awal abad kedua puluh, sebagai bagian studi mereka tentang tanggapan pemandian di Mediterania untuk sengatan man-o'-war Portugis ubur-ubur ( Physalia physalis ), mereka menunjukkan bahwa agen beracun dalam sengatan adalah protein kecil. Mereka beralasan bahwa memunculkan respons antibodi yang dapat menetralisir racun dapat berfungsi untuk melindungi tuan rumah. Oleh karena itu, mereka menyuntikkan dosis rendah racun ke anjing untuk menimbulkan respons kekebalan tubuh, dan diikuti dengan suntikan booster beberapa minggu kemudian. Namun, alih-alih menghasilkan respons antibodi pelindung, anjing malang segera merespons injeksi dengan muntah, diare, asfiksia, dan kematian. Richet menciptakan istilah "anafilaksis," berasal dari Yunani dan diterjemahkan secara longgar sebagai "melawan perlindungan" untuk menggambarkan reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh ini, yang pertama deskripsi reaksi hipersensitivitas. Richet mendapat penghargaan Alergi, Hipersensitivitas,dan Kronis Peradangan kemudian dianugerahi Penghargaan Nobel Fisiologi atau Obat-obatan pada tahun 1913. Sejak saat itu, ahli imunologi telah belajar bahwa ada adalah beberapa jenis reaksi hipersensitivitas. reaksi hipersensitivitas tipe singkat mengakibatkan gejala yangmemanifestasikan diri mereka dalam waktu yang sangat singkat setelah stimulus kekebalan tubuh, seperti yang dijelaskan di atas. Lain jenis reaksi hipersensitivitas membutuhkan waktu berjam-jam atau berharihari untuk memanifestasikan diri mereka sendiri, dan disebut sebagai tipe tertunda reaksi hipersensitivitas (DTH). Secara umum, reaksi hipersensitivitas cepat dihasilkan dari antibodi-antigen reaksi, sedangkan DTH disebabkan oleh reaksi sel-T. Karena menjadi jelas bahwa mekanisme kekebalan yang berbeda menimbulkan reaksi hipersensitivitas yang berbeda, dua imunologis, P. G. H. Gell dan R. R. A. Coombs,mengusulkan skema klasifikasi untuk mendiskriminasi di antara berbagai jenis hipersensitivitas



11



2. Manisfestasi klinis dari alergi ? Tipe 1 : - Anafilaksis adalah Reaksi anafilatik merupakan reaksi hipersensitivitas tipe cepat klasik. Anafilaksis dipengaruhi oleh regain misalnya anafilaksis, atropi dan lain-lain. Pada reaksi hipersensitivitas tipe I turut berperan serta IgG, IgE, dan Histamin. - Asma Bronkiale/Dermatitis Atropi merupakan penyakit inflamasi kulit kronik, berulang yang berhubungan dengan simptom atopik lain seperti rhinitis alergi, konjungtivitis alergi dan asma bronkial. Kelainan kulit pada DA ditandai dengan papul, kadang vesikel yang gatal, kemudian dapat menjadi eksoriasi dan likenifikasi, serta predileksi yang khas - Urtikaria merupakan suatu kelompok penyakit yang mempunyai kesamaan pola reaksi kulit yang khas yaitu perkembangan lesi kulit urtikarial yang berakhir 1- 24 jam dan/atau angioedema yang berakhir sampai 72 1,2 jam Tipe 2 : - Pemfigus adalah penyakit kulit yang menyebabkan terjadinya lepuhan dan luka pada kulit atau selaput lendir (membran mukosa), seperti mulut atau alat kelamin. Pemphigus: (IgG bereaksi dengan senyawa intraseluler di antara sel epidermal) - Anemia hemolitik adalah penyakit kurang darah akibat penghancuran sel darah merah lebih cepat dibandingkan pembentukannya. Anemia hemolitik autoimun (dipicu obat-obatan seperti penisilin yang dapat menempel pada permukaan sel darah merah dan berperan seperti hapten untuk produksi antibodi kemudian berikatan dengan permukaan sel darah merah dan menyebabkan lisis sel darah merah) - Sindrom goodpasture, yaitu penyakit autoimun yang menyebabkan inflamasi pada glomerulus pada ginjal dan alveolus pada paru-paru. Sindrom Goodpasture. IgG bereaksi dengan membran permukaan glomerulus sehingga menyebabkan kerusakan ginjal Tipe 3 : -



-



-



Reaksi Arthus adalah kompleks imun karena kelebihan antibodi disebut juga sebagai reaksi Arthus, diakibatkan oleh paparan antigen dalam dosis rendah yang terjadi dalam waktu lama sehingga menginduksi timbulnya kompleks dan kelebihan antibody. Tipe Arthus dapat terjadi intrapulmoner yang diinduksi kuman, spora jamur atau protein fekal kering yang dapat menimbulkan pneumonitis atau alveolitis atau Farmer’s lung. Serum sickness, terjadi reaksi setelah memberikan pengobatan kepada penyakit infeksi kronik. Respon yang terjadi antara lain adalah inflamasi serta vaskulitis. Lupus Erythematosus Systemic, meruapakan penyakit autoimun diamana neutrofil dianggap benda asing. Poliarteritis Nodosa, adalah suatu kondisi yang menyebabkan peradangan pada pembuluh darah arteri, terutama pembuluh darah arteri yang berukuran kecil dan menengah, yang rentan mengalami peradangan atau kerusakan. PAN adalah penyakit serius pada pembuluh darah yang disebabkan oleh kerusakan sistem kekebalan tubuh. Terjadi akibat antigen permukaan pada virus hepatitis B yang menyebabkan adanya vaskulitis. Infeksi malaria, virus, lepra, dan trypanasoma, kusta atau lepra adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, serta saluran pernapasan. Kusta atau lepra dikenal juga dengan nama penyakitHansen atau Morbus Hansen. Terjadi endapan kompleks imun di berbagai tempat akibat adanya antigen mikroba



12



Tipe 4 : -



Tubereulosis : bakteri mikrobakterium tuberculosis Dermatitis kontak adalah peradangan berupa ruam gatal kemerahan pada kulit yang muncul akibat kontak langsung dengan zat tertentu dan mengiritasi kulit, atau merupakan reaksi alergi terhadap zat tertentu. Sensitivitas kontak Ruam pada kulit, kerusakan jaringan organ



Video : Alergi terjadi karena hipersensitivitas sistem kekebalan tubuh terhadap zat di lingkungan yang biasanya tidak berbahaya. Ada empat jenis hipersensitivitas yang berbeda. Tipe I-III adalah antibodi yang dimediasi. Antibodi, juga disebut imunoglobulin, mengenali antigen, zat asing yang menginduksi reaksi kekebalan tubuh. Antigen yang memprovokasi reaksi alergi disebut alergen. Lima kelas imunoglobulin utama, atau isotipe, ditemukan dalam serum adalah IgA, IgD, IgE, IgG, dan IgM. Sebagian besar alergi termasuk dalam kategori hipersensitivitas tipe I. Jenis hipersensitivitas ini bermanifestasi dengan cepat, sehingga juga disebut hipersensitivitas langsung. Ini terjadi berkat antibodi IgE, sehingga juga disebut hipersensitivitas yang dimediasi IgE. IgE mengikat reseptor FcƐ, yang ditemukan pada sel tiang dan basofil. Ketika antigen mengikat IgE khusus untuk dirinya sendiri, itu menghubungkan silang reseptor ini, mengaktifkan sel, dan ini menginduksi pelepasan mediator kimia dari sel tiang yang mengarah ke penyakit alergi. IgE diproduksi oleh sel-B setelah mereka kelas-beralih, biasanya dari memproduksi antibodi IgM. Bagaimana cara kerja kepekaan? Setelah terpapar antigen, respons kekebalan tubuh yang mengarah pada produksi IgE sebagian besar didorong oleh dua jenis sinyal. Satu melibatkan sinyal yang mendukung diferensiasi sel-T ke dalam fenotipe TH2. Th1 dan Th2 adalah dua kelas T-cell pembantu. Sel-sel Th1 menghasilkan respons terhadap bakteri dan virus yang merupakan patogen intraseluler, sementara Th2 memasang respons terhadap parasit ekstraseluler. Jenis sinyal lainnya melibatkan sitokin (IL-4 dan IL-13) dan sinyal dari sel TH2 yang merangsang sel-sel B ke sakelar kelas, mengubah produksi antibodi mereka ke produksi IgE, dan memperkuat respons TH2. Sel dendritik, yang merupakan jenis sel yang menyajikan antigen, menelan antigen. Mereka kemudian melakukan perjalanan ke kelenjar getah bening ke sel-T utama. Sel dendritik menyajikan antigen pada protein kelas II MHC. Setelah menemukan sel-T naif yang dibangun untuk mengenali antigen, itu dapat prima sehingga akan membedakan. Perhatikan bahwa sel-T naif karena belum pernah mengenali antigen sebelumnya, namun, dari berbagai besar sel-T naif berkeliaran, yang spesifik ini cocok untuk antigen itu sebelum pernah melakukan kontak dengannya. Diferensiasi sel-T ke dalam fenotipe TH2 dibandingkan dengan fenotipe yang berbeda tergantung pada sitokin yang terpapar sebelum dan selama presentasi antigen oleh sel dendritik, serta antigen itu sendiri, dosisnya, dan rute presentasi.



13



Sitokin yang mendukung pengembangan sel TH2 termasuk IL-4, IL-5, IL-9, dan IL-13. IL-4 atau IL13 juga merupakan sinyal pertama yang menyebabkan peralihan kelas sel B ke produksi IgE. Sel tiang dan basofil mengekspresikan reseptor IgE afinitas tinggi FcƐ reseptor di permukaannya. Mereka diaktifkan oleh IgE crosslinking antigen yang terikat dengan reseptor ini. Ini menyebabkan mereka degranulate, melepaskan butiran yang sudah terbentuk dengan histamin, yang membuat Anda gatal, dan mediator farmakologis lainnya. Ini juga membuat mereka mensintesis prostaglandin, leukotrienes, dan faktor pengaktif trombosit. Mereka kemudian mengekspresikan ligan CD40 permukaan sel dan mengeluarkan IL-4. Ini memungkinkan mereka untuk berkontribusi pada peralihan kelas sel B lebih lanjut. Cara lain amplifikasi reaksi alergi adalah penangkapan IgE oleh reseptor FcƐ pada sel dendritik. IgEs ini adalah perangkap yang sempurna untuk antigen, dan sel dendritik sekarang dapat memprosesnya lebih efisien untuk menyajikannya ke sel-T yang lebih naif. Reaksi langsung yang disebabkan oleh degranulasi sel tiang diikuti oleh peradangan berkelanjutan, yang hasil dari perekrutan sel Th2 tambahan, eosinofil, dan basofil. Pertahanan sistem kekebalan tubuh terhadap parasit multiseluler, seperti yang Anda harapkan, ditempatkan di mana organisme ini cenderung memasuki tubuh. Oleh karena itu, pertahanan ini terletak di bawah kulit dan di jaringan mukosa usus dan saluran udara. Sel-sel kekebalan yang terletak di wilayah ini dikhususkan untuk mengeluarkan sitokin yang mempromosikan respons TH2. 3. Mekanisme alergi hingga tingkat seluler (skema) ? •



Tipe 1 Difagosit oleh sel dendritic dan sel B



Allergen masuk melalui mukosa



Sel mast siap untuk aktif



Sel dendritic mempresentasikan antigen ke sel Th2



Sel plasma memproduksi antibody spesifik



Ig E berikatan dengan sel mast



Akan degranulasi ketika bertemu antigen



14



Sel Th2 akan mengsekresikan sitokin (IL-4)



IL-4 mengstimulasi sel B untuk berdeferensiasi menjadi sel plasma



Dalam mekanismenya, hipersensitivitas I dibagi menjadi 3 fase, yaitu : 1.Fase Sensitisasi : waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya oleh reseptor spesifik (Fcε-R) di permukaan sel mast/basophil. 2.Fase Aktivasi : waktu yang diperlukan antara panjanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel mast berdegranulasi yang menimbulkan reaksi alergi. 3.Fase Efektor : waktu terjaadinya respons yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediatormediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologik. • Tipe 2



Allergen menempel pada permukaan sel



Sel B memproduksi Ig G/Ig M dengan bantuan CD4+



Melisiskan sel (efek sitotolsik) • o o o o o



Antibody mengaktifkan sel K



Mekanisme sel Target (efek sitotoksik)



Antibody berikatan dengan antigen pada permukaan sel



Ab mengaktifkan system komplemen dan meningkatkan opsonisasi



Menarik PMN (polimorfonuklear)



Komplemen C3a, C4a, C5a bersifat kemotaktik



Tipe 3(reaksi kompleks imun)



Kompleks imun (antigen – antibody) Kompleks imun dapat berada dalam sirkulasi darah dan mengaktifkan system komplemen Bersifat less imunogenik Antibody : IgG/IgM Timbul 1-3 minggu seteah terpapar



Mekanisme : Ab berikatan dengan antigen ➔ kompleks imun Kerusakan jaringan



Berada pada sirkulasi darah



Degranulasi



15



Bersifat less imunogenik sehingga kurang menarik perhatian makrofag



Dpt mengendap pada jaringan



Komplemen menarik PMN dan melepasmacrophage chemotactic factor



Agregasi trombosit,aktivasi komplemen







Tipe 4 (delayed type hypersensitivy)



o



Diperantarai oleh sel T spesifik terhadap antigen (Cell Mediated Immunity/CBI) atau T cell mediated. o Timbul > 24 jam setelah tubuh terpajan dengan antigen o Reaksi terjadi karena respons sel T yang sudah disensitisasi terhadap Ag tertentu o Diperantarai oleh sel T helper dan sel T sitotoksik (CD4+ dan CD8+) Mempresentasikan Mekanisme ke CD4+ dg Zat racun(urushiol) Difagosit oleh sel bantuan MHC class Kulit terkena allergen berikatan dengan dendritic (APC) II (racun)/urushiol protein dlm kulit Menjadi T helper 1 (Th1)



IL-12 menginduksi CD4+ utk maturase dan diferensiasi



Th1 product IL-2 dan IFNᵧ



Sel dendritic mensekresi IL-12



Menstimulasi macrofag memproduksi (TNF,IL1,IL-6)



Ikatan dendritic sel dg CD4+



Lapisan Endothelial bocor



Difagosit oleh sel dendritic (APC)



Mengundang sel imun pada area



1. HIPERSENSITIVITAS I : dideteksi dengan tes kulit (tusukan dan intradermal) dan ELISA utk mengukur IgE total dan IgE spesifik. Pengobatan dengan anti histamine, hyposensitization (imunoterapi/desensitization). Manifestasi : rhinitis alergi,urtikaria,syok anafilaksis 2. HIPERSENSITIVITAS II : anemia hemolitik, sindrom goodpasture (IgG bereaksi dengan membrane permukaan glomerulus shg menyebabkan kerusakan ginjal). Manifestasi : anemia hemolitik 3. HIPERSENSITIVITAS III : ditandai dengan timbulnya radang, manifestasi : glomerulonephritis, radang sendi (arthritis),serum sickness 4. HIPERSENSITIVITAS IV : manifestasi : dermatitis kontak



4. Hadist atau ayat al-qur’an yang berhubungan ! Agama Islam bila bicara tentang makanan selalu memberikan tekanan pada aspek kehalalan. Artinya tidak boleh sekali-kali mengkonsumsi makanan yang haram. Namun adakalanya makanan yang memenuhi aspek halal tidak baik atau tidak disenangi seperti halnya thalak. Perceraian ini halal namun dibenci. Contoh lainnya adalah biawak. Ia binatang yang dihalalkan karena Rasulullah saw. membiarkan para sahabat mengkonsumsinya. Akan tetapi beliau sendiri memilih untuk tidak memakannya. Barangkali beliau merasa tidak berselera, tidak suka, tidak cocok, dan lain sebagainya. Peristiwa ini menjadi dalil bahwa ketetapan Nabi saw. termasuk bagian dari sunnah beliau.



16



Bengkak kemerahan demam dermatitis



Oleh karena dalam hal makanan disamping aspek halal, agama Islam juga menekankan aspek thayyib. Thayyib ialah makanan yang baik menurut penelitian para ahli atau makanan yang bergizi dalam kata lain. Bahkan banyak ditemukan dalam AlQuran ayat-ayat yang menggabungkan antara aspek halal dan thayyib. Firman Alloh swt. yang artinya "Dan makanlah makanan yang halal lagi thayyib dari apa yang Allah telah rizkikan kepadamu" (QS. Al Maidah: 88, periksa pula QS. Al Baqarah: 168, QS. Al Anfaal: 69, dan QS. An Nahl: 114) Kaitannya dengan alergi (keadaan tubuh yang sensitif hingga menimbulkan suatu jenis penyakit) terhadap makanan tertentu, mungkin makanan itu tidak baik atau tidak cocok dengan kondisi tubuh seseorang. Artinya bisa tidak memenuhi aspek thayyib. Jadi boleh dihindari, bahkan semestinya dihindari karena membawa efek tidak baik bagi kesehatan. Selama tetap dengan memandang bahwa makanan itu halal karena tidak ada dalil maupun indikasi dalil yang mengharamkannya. Umpamanya seperti daging kambing atau makanan berlemak tentu tidak baik bila dikonsumsi terus orang yang mengidap kolesterol tinggi. Menghindari makanan yang menjadi tubuh seseorang alergi ini beda dengan perilaku mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Alloh swt. yang kerap dilakukan oleh orang musyrik terdahulu.Perilaku ini melampui batas dan mengada-ada apa yang tidak ada tuntunannya, seperti mengharamkan daging sapi, dan lain sebagainya. Mereka memandang haram terhadap makanan yang dihalalkan atau sebaliknya secara borongan atas dasar meniru nenek moyang. Padahal menghalalkan dan mengharamkan menjadi otoritas Alloh swt. semata. Firman Alloh swt. yang artinya Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Alloh yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik?" (QS. Al A'raaf: 32) Firman Alloh swt. yang lain yang artinya "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut lidahmu secara dusta: "Ini halal, ini haram," untuk mengada-ada kebohongan terhadap Alloh. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Alloh tiadalah beruntung". (QS. An Nahl: 116) Menghindari makanan yang menyebabkan alergi tidaklah sampai pada tingkat mengharamkan secara borongan, hanya sekedar menganggap tidak baik bagi diri sendiri karena alasan tidak suka atau tidak cocok, sedang bagi orang lain mungkin beda. Kalau suka dan cocok mengapa harus dihindari, toh makanan itu hukumnya halal. KESIMPULAN Berdasarkan hasil diskusi PBL pertemuan pertama dan kedua bisa ditetapkan bahwa pasien terkena hipersensitivitas tipe 2 berdasarkan gejala yang timbul pada pasien dan penyebab dari alergi pasien tersebut, yaitu obat jenis penicillin. Scenario ini dalam pandangan Islam sudah dijelaskan pada ayat diatas.



17



Daftar Pustaka http://alwasath.blogspot.com/2009/02/alergi-makanan.html Neural Academy. (2019, Oktober 7) [Video]. Youtube, https://www.youtube.com/watch?v=KzIf8SYhh8&feature=youtu.be Antibiotic and infection Stephen c edberg, Phd And stephen A Berge,M.D tahun 1983 churchill livingstone Inc,1560 Broadway, new tok, N.Y isbn 10036 Hal 18 Allergies. (2018, Novermber 22). https://www.nhs.uk/conditions/allergies/diagnosis/



Retrieved



from



NHS:



Hikmah, N., & Dewanti, I. R. (2010). SEPUTAR REAKSI HIPERSENSITIVITAS (ALERGI). Stomatognatic (J.K.G Unej), 108-112. Pandapotan, R. A., & Rengganis, I. (2016). Pendekatan Diagnosis dan Tata Laksana Alergi Obat. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 45-52. Rachman, S. D., Safari, A., Fazli, Kamara, S. D., Sidik, A., Udin, L. Z., & Ishmayana, S. (2016). PRODUKSI PENISILIN OLEH Penicillium chrysogenum L112 DENGAN VARIASI. KARTIKA - JURNAL ILMIAH FARMASI, 1-6. Riwayati. (2015). REAKSI HIPERSENSITIVITAS ATAU ALERGI. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera , 22-27. Suardi, H. N. (2014). ANTIBIOTIK DALAM DUNIA KEDOKTERAN GIGI. Cakradonya Dent J, 678744. Djanira Andrade, K. J. (2014). World Allergy Organization Journal. Beta-lactam hypersensitivity: not always what it seems, 8. Judith A. Owen, J. P. (2013). immunology. new york: W. H. Freeman and Company. Manabu Abe, M. Y. (2011). Allergology International. A Study of Elevated Interleukin-8 (CXCL8) and Detection of Leukocyte Migration Inhibitory Activity in Patients Allergic to Beta-Lactam, 497-504 Kimberly G Blumenthal, Jonny G Peter, Jason A Trubiano, and Elizabeth J Phillips. (2019, June 13). Antibiotic allergy. Lancet, 393(10167), 4. Lelyana, S. (2020, September 30). Hypersensitivity in Dentistry. SONDE (Sound of Dentistry), 5, 24.



18