13 0 118 KB
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan indera penglihatan dan pendengaran merupakan faktor penting dalam peningkatan mutu sumber daya manusia karena berpengaruh kepada kecerdasan, produktifitas dan kesejahteraan. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan pendengaran tahun 1993–1996, angka gangguan kebutaan dan ketulian di Indonesia cukup tinggi sehingga perlu ditanggulangi secara terkoordinasi dengan melibatkan berbagai sektor terkait. Hasil Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan pendengaran tahun 1993–1996 menunjukkan angka kebutaan di Indonesia adalah 1,5%. Dimana penyebab utama kebutaan berdasarkan hasil survey tersebut adalah Katarak (0,78%), Glaukoma (0,20% ) dan kelainan Refraksi (0,14%). Sementara untuk indera pendengaran menurut WHO (1998), 2,1 % penduduk dunia (120 juta) mengalami ketulian, 25 juta diantaranya berada di Asia Tenggara dan 850.000 (0,4 %) penduduk berada di Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Indera pendengaran yang dilaksanakan di 7 Propinsi (1994-1996) menunjukkan bahwa prevalensi morbiditas Telinga, Hidung dan Tenggorokan 38,6%, morbiditas telinga 18,5%, Gangguan pendengaran 16,8%, dan ketulian 0,4% cukup memprihatinkan, meskipun Program Upaya Kesehatan telinga/ Pencegahan gangguan pendengaran (UKT/PGP) melalui Puskesmas dan rujukannya telah dilakukan. Sampai saat ini pelaksanaan program kesehatan indera penglihatan dan pendengaran di Propinsi dan Kabupaten/ Kota belum optimal. Lemahnya pengelolaan program untuk kesehatan indera baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan merupakan salah satu penyebab. Selain itu pengetahuan, sikap serta perilaku masyarakat terhadap kesehatan indera masih memprihatinkan.
1
1.2 Tujuan 1.2.1Umum : Menurunkan angka kejadian gangguan kesehatan indera dalam rangka mencapai Vision 2020 dan Sound Hearing 2030 1.2.2Khusus : a. Teridentifikasinya besaran masalah kesehatan indera ; b. Tersusunnya rencana penanggulangan masalah sesuai prioritas; c. Terlaksananya pelayanan dalam rangka meningkatkan cakupan; d. Meningkatkan komitmen Pemda Kabupaten/ Kota, stakeholders lainnya dan profesi dalam penanggulangan kesehatan indera; e. Meningkatkan
peran
serta
dan
pemberdayaan
masyarakat
dalam
penanggulangan kesehatan indera; dan f. Mengembangkan sistem informasi pelayanan kesehatan indera 1.3 Sasaran Program 2. Primer a. Pengelola program b. Stakeholder c. Tokoh masyarakat, PKK dan Karang Taruna 3. Sekunder a. Bayi – Usila b. Masyarakat Miskin 1.3 Ruang Lingkup Pedoman Kegiatan penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan (PGPK) difokuskan pada 4 (empat) penyebab kebutaan atau masalah penglihatan yaitu Katarak, kelainan Refraksi, Xeroftalmia dan Glaukoma. Untuk kegiatan penanggulangan gangguan pendengaran dan ketulian (PGPKT) difokuskan pada 4 (empat) penyebab ketulian yaitu tuli akibat infeksi telinga tengah/ otitis media supuratif khronis (OMSK), Tuli bawaan/ Kongenital, tuli akibat pemajanan bising/ noise induce hearing loss (NIHL) dan tuli pada usia
lanjut/
Presbikusis.Dengan
upaya 2
pendekatan
secara
Promotif,
Kuratif,
Rehabilitatif, Limitasi (Mencegah keburukan), Deteksi dini, pencegahan komplikasi dan pengobatan ISPA Pokok kegiatan program penanggulangan kesehatan indera a. Perencanaan b. Pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan indera dan pengembangan c. Monitoring dan evaluasi
1.4Batasan Operasional a. Promotif Promosi kesehatan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan yang benar dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menurunkan faktor resiko gangguan indera penglihatan dan pendengaran. b. Kuratif Pencegahan gangguan indera penglihatan dan pendengaran : a. Melakukan penjaringan kesehatan mata dan telinga pada kelompok beresiko; b. Menemukan kasus sedini mungkin melalui jalur berbasis komunitas ( dukun,bidan,kader,tokoh agama dan tokoh masyarakat) dan berbasis institusi pelayanan kesehatan; c. Menurunkan faktor resiko melalui penyuluhan; d. Merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu; e. Menyembuhkan dan mencegah komplikasi akibat gangguan penglihatan dan pendengaran. c. Rehabilitatif Masalah gangguan indera penglihatan : a. Katarak penyakit degenerative berupa kekeruhan lensa alami bola mata sehingga menurunnya kemampuan penglihatan sampai kebutaan,yang berkaitan erat dengan defisiensi mikro-nutrient (antioksidan seperti Vitamin C,E dan A,riboflavin,niasin dan sebagainya ) dan berbagai penyakit sistemik. dapat 3
direhabilitatif dengan melakukan tindakan bedah berupa pengangkatan Katarak dan penanaman lensa intra okuler. b. Glaukoma Keadaan dimana tekanan bola mata meningkat sehingga mengakibatkan kerusakan syaraf penglihatan. kerusakan jaringan syaraf yang sudah terjadi tidak dapat dipulihkan/rehabilitatif. Dapat dicegah melalui deteksi dini, terapi medikamentosa atau tindakan pembedahan c. Kelainan Refraksi Keadaan dimana bayangan tegas tidak terbentuk pada retina (macula lutea atau bintik kuning) sehingga terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata yang menghasilkan bayangan yang kabur.Menurunkan kelainan refraksi dengan pemakaian kacamata koreksi d. Xeroftalmia Gangguan pada mata akibat kekurangan vitamin A, termasuk terjadinya kelainan bola mata dan gangguan fungsi sel retina yang menyebabkan kebutaan. Menurunkan faktor resiko dengan meningkatkan konsumsi makanan kaya Vitamin A Masalah gangguan indera pendengaran : a. Infeksi Telinga Tengah/Otitis Media Supuratif Khronis (OMSK) Infeksi kronis pada telinga tengah disertai perforasi membran timpani dan keluarnya sekret/pus (cairan) selama 8 minggu. Faktor resiko untuk terjadinya OMSK adalah masih tingginya kejadian ISPA,pemberian ASI yang tidak memadai,higiene sanitasi yang buruk,gizi buruk,kepadatan penduduk dan kondisi pemukiman yang tidak sehat yang sering dijumpai di negara berkembang.Rehabilitatif dengan melakukan bedah telinga dan pencegahan komplikasi akibat OMSK. b. Tuli kongenital Merupakan ketulian yang terjadi sebelum anak dapat berbicara dan berbahasa (pralingual),umumnya terjadi sejak lahir dan sebagian besar merupakan jenis tuli saraf.Seringkali ketulian pada bayi dan anak tidak terdeteksi sejak dini,Hal ini dikarenakan cacat dengar tidak menunjukkan tanda awal yang jelas pada awal kehidupan. Dengan habilitasi gangguan 4
pendengaran (optimalisasi fungsi) c. Tuli akibat pemajanan bising/ noise induce hearing loss (NIHL) Suatu bentuk tuli syaraf akibat alat pendengaran terpapar oleh suara bising yang terus menerus dalam jangka waktu lama.Hal ini sering ditemukan pada pekerja industri di negara berkembang karena penerapan aturan dan sangsi belum berjalan sebagaimana mestinya.Menurut peraturan kesehatan kerja yang berlaku saat ini,ambang bising ditempat kerja tidak boleh melebihi batas 85 desibel(dB) selama 8 jam terus menerus.Meningkatkan penemuan kasus sehingga bisa merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan melakukan rehabilitasi gangguan pendengaran d. Tuli pada usia lanjut/ Presbikusis Tuli sensorineural (saraf) pada usia lanjut sebagai akibat proses degenerasi organ-organ mempercepat
pendengaran.Beberapa Presbikusis
hal
adalah
makanan,arteriosclerosis,gangguan
yang
mempermudah
faktor
metabolisme
atau
herediter,pola
penyakit
sistemik
( hipertensi,kencing manis),riwayat terpapar bising,riwayat pemakaian obat ototoksik,trauma kepala.Dapat dilakukan rehabilitasi gangguan pendengaran.
5
BAB II STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Kualifikasi sumber daya pada program Indera terdiri dari : Jenis Tenaga Dokter umum pengelola program
Standar jumlah 1 1
Pendidikan
kompetensi
pelatihan Indera pelatihan Indera
pelatihan Indera pelatihan Indera
B. Distribusi ketenagaan KEPALA PUSKESMAS
PENANGGUNG JAWAB UKM
PENANGGUNG JAWAB
PENANGGUNG JAWAB
UKM ESENSIAL
UKM PENGEMBANGAN
KOORDINATOR P2
PENGELOLA PROGRAM
PENGELOLA PROGRAM
C. Jadwal Kegiatan
6
Jadwal Kegiatan pelaksanaan pelayanan Indera di adakan setiap hari sesuai jam kerja ,Untuk kegiatan kunjungan rumah pasien Indera di lakukan setiap bulan / Insidental di masing – masing desa wilayah
JAM KERJA SENIN – KAMIS : 07.00 – 14.00 JUMAT : 07.00 – 11.00 SABTU : 07.00 – 13.00
Table kegiatan utama ( tatalaksana penderita ) indera
No 1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN Pelayanan penderita Promosi Kesehatan Pencegahan Diagnosis Pengobatan Rehabilitasi terhadap individu, keluarga dan masyarakat Pendukung pelayanan Pelaporan Penanggung jawab program
BAB III STANDAR FASILITAS
7
A. Denah Ruang Denah ruangan pemeriksaan Indera sesuai dengan ruangan pemeriksaan poliklinik Umum
B. Standar Fasilitas No
Jumlah
Nama Barang/Jenis Barang
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN
8
A. Lingkup Kegiatan Lingkup pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat meliputi upaya kesehatan perorangan (UKP) maupun upaya kesehatan masyarakat (UKM). Pelayanan kesehatan yang diberikan lebih di fokuskan pada promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitative. Upaya preventif meliputi pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention), Pencegahan tingkat kedua (Secondary prevention) maupun pencegahan tingkat ketiga (Tertiary prevention). Upaya promotif (peningkatan kesehatan)
penyuluhan kesehatan masyarakat
pemeliharaan kesehatan perseorangan dan lingkungan
Upaya Preventif (pencegahan)
mendeteksi dini kasus
pemeriksaan kesehatan secara berkala pada kelompok beresiko
Upaya Kuratif (merawat dan mengobati)
home nursing
melakukan pengobatan kasus Indera
Upaya Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
pola hidup sehat seperti : PHBS dan rumah sehat
makan makanan yang bergizi dan seimbang
olahraga ringan seperti : jalan santai
mengkonsumsi multivitamin setiap harinya
B. Metode
9
Penyelenggaraan Keperawatan Kesehatan masyarakat di Puskesmas, dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan sumber daya yang di miliki oleh Puskesmas. Metode yang di tetapkan adalah : 1. Promotif 2. Kuratif 3. Rehabilitatif C. Promotif Promosi kesehatan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan yang benar dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menurunkan faktor resiko gangguan indera penglihatan dan pendengaran. D. Kuratif Pencegahan gangguan indera penglihatan dan pendengaran : f. Melakukan penjaringan kesehatan mata dan telinga pada kelompok beresiko; g. Menemukan kasus sedini mungkin melalui jalur berbasis komunitas ( dukun,bidan,kader,tokoh agama dan tokoh masyarakat) dan berbasis institusi pelayanan kesehatan; h. Menurunkan faktor resiko melalui penyuluhan; i. Merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu; j. Menyembuhkan dan mencegah komplikasi akibat gangguan penglihatan dan pendengaran. E. Rehabilitatif Masalah gangguan indera penglihatan : e. Katarak penyakit degenerative berupa kekeruhan lensa alami bola mata sehingga menurunnya kemampuan penglihatan sampai kebutaan,yang berkaitan erat dengan defisiensi mikro-nutrient (antioksidan seperti Vitamin C,E dan A,riboflavin,niasin dan sebagainya ) dan berbagai penyakit sistemik. dapat direhabilitatif dengan melakukan tindakan bedah berupa pengangkatan Katarak dan penanaman lensa intra okuler. 10
f. Glaukoma Keadaan dimana tekanan bola mata meningkat sehingga mengakibatkan kerusakan syaraf penglihatan. kerusakan jaringan syaraf yang sudah terjadi tidak dapat dipulihkan/rehabilitatif. Dapat dicegah melalui deteksi dini, terapi medikamentosa atau tindakan pembedahan g. Kelainan Refraksi Keadaan dimana bayangan tegas tidak terbentuk pada retina (macula lutea atau bintik kuning) sehingga terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata yang menghasilkan bayangan yang kabur.Menurunkan kelainan refraksi dengan pemakaian kacamata koreksi h. Xeroftalmia Gangguan pada mata akibat kekurangan vitamin A, termasuk terjadinya kelainan bola mata dan gangguan fungsi sel retina yang menyebabkan kebutaan. Menurunkan faktor resiko dengan meningkatkan konsumsi makanan kaya Vitamin A Masalah gangguan indera pendengaran : e. Infeksi Telinga Tengah/Otitis Media Supuratif Khronis (OMSK) Infeksi kronis pada telinga tengah disertai perforasi membran timpani dan keluarnya sekret/pus (cairan) selama 8 minggu. Faktor resiko untuk terjadinya OMSK adalah masih tingginya kejadian ISPA,pemberian ASI yang tidak memadai,higiene sanitasi yang buruk,gizi buruk,kepadatan penduduk dan kondisi pemukiman yang tidak sehat yang sering dijumpai di negara berkembang.Rehabilitatif dengan melakukan bedah telinga dan pencegahan komplikasi akibat OMSK. f. Tuli kongenital Merupakan ketulian yang terjadi sebelum anak dapat berbicara dan berbahasa (pralingual),umumnya terjadi sejak lahir dan sebagian besar merupakan jenis tuli saraf.Seringkali ketulian pada bayi dan anak tidak terdeteksi sejak dini,Hal ini dikarenakan cacat dengar tidak menunjukkan tanda awal yang jelas pada awal kehidupan. Dengan habilitasi gangguan pendengaran (optimalisasi fungsi) g. Tuli akibat pemajanan bising/ noise induce hearing loss (NIHL) 11
Suatu bentuk tuli syaraf akibat alat pendengaran terpapar oleh suara bising yang terus menerus dalam jangka waktu lama.Hal ini sering ditemukan pada pekerja industri di negara berkembang karena penerapan aturan dan sangsi belum berjalan sebagaimana mestinya.Menurut peraturan kesehatan kerja yang berlaku saat ini,ambang bising ditempat kerja tidak boleh melebihi batas 85 desibel(dB) selama 8 jam terus menerus.Meningkatkan penemuan kasus sehingga bisa merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan melakukan rehabilitasi gangguan pendengaran h. Tuli pada usia lanjut/ Presbikusis Tuli sensorineural (saraf) pada usia lanjut sebagai akibat proses degenerasi organ-organ mempercepat
pendengaran.Beberapa Presbikusis
hal
adalah
makanan,arteriosclerosis,gangguan
yang
mempermudah
faktor
metabolisme
atau
herediter,pola
penyakit
sistemik
( hipertensi,kencing manis),riwayat terpapar bising,riwayat pemakaian obat ototoksik,trauma kepala.Dapat dilakukan rehabilitasi gangguan pendengaran.
BAB V LOGISTIK 12
Dalam
menyelenggarakan
pelayanan
/
operasional
Puskesmas
Tunjung
mendapatkan sebagian dukungan logistik dari Dinas kesehatan kabupaten A. Pengadaan Operasional 1) Perencanaan barang : a. Barang rutin Kertas HVS, tinta printer, bolpoint, formulir persetujuan dan penolakan b. Barang Bulanan buku tulis, Leaflet dan banner edukasi Indera 2)
Permintaan barang : Barang rutin diamprahkan pada bagian logistik dengan mengisi formulir amprahan barang Barang tidak rutin disampaikan terlebih dahulu pada kepala Puskesmas untuk dimintakan persetujuan
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN
13
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Tujuan penerapan keselamatan paisen adalah terciptanya budaya keselamatan pasien, meningkatkan akuntabilitas puskesmas terhadap apsien dan masyarakat, menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas, terlaksananya program- program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan. Sasaran keselamatan pasien : 1. Ketepatan identifikasi pasien / sasaran 2. Peningkatan komunikasi yang efektif 3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai 4. Kepastian tepat lokasi,tepat pasien 5. Pengurangan resiko infeksi 6. Pengurangan resiko pasien jatuh Tujuh langkah menuju keselamatan pasien di puskesmas Tunjung adalah : 1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien 2. Memimpin dan mendukung staf 3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko 4. Mengembangkan sistem pelaporan 5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien 6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien 7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien BAB VII KESELAMATAN KERJA
14
keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama kerja. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Tenaga kesehatan yang setiap hari melaksanakan pelayanan yang beresiko besar terhadap paparan penyakit akibat kerja maka dalam setiap pelayanan seharusnya kita menggunakan alat pelindung diri guna mengantisipasi dampak negative yang mungkin terjadi di lingkungan kerja akibat bahaya factor kimia maka perlu dilakukan pengendalian lingkungan kerja secara teknis. 1. Sarung tangan Sarung tangan merupakan solusi untuk melindungi tangan dari bahaya terpapar cairan tubuh seperti darah. 2. Masker atau penutup mulut Merupakan solusi untuk menjaga kesehatan tubuh akibat kuman yang masuk melalui udara yang terhirup melalui pernafasan. 3. Barakshort Selain untuk menghindari dari percikan air juga berfungsi sebagai pelindung diri paparan cairan tubuh. 4. Tersedia nya tempat sampah medis dan non medis Merupakan salah satu solusi untuk memisahkan sampah yang bisa mengakibatkan pajanan penyakit, seperti jarum suntik, bahan habis pakai yang terkontaminasi cairan tubuh.
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU 15
Indikator mutu yang digunakan dalam program Indera sebagai berikut : 1. Penemuan kasus penyakit mata di Puskesmas sebesar 30 %
BAB IX PENUTUP
16
Kesimpulan Pedoman Internal ini merupakan acuan pengelolaan program Indera guna memperlancar kegiatan di tahun 2018. 6.2 Saran Kegiatan Indera ini diharapkan sesuai dengan Pedoman Internal yang telah dibuat. Demikian Pedoman Internal ini kami susun. Semoga dapat menjadi acuan pengelolaan Program – program di Puskesmas Tunjung terutama di Indera serta dapat menjadikan pelayanan publik lebih baik dan professional. Pedoman Internal ini memiliki beberapa keterbatasan yang memungkinkan dilakukannya perbaikan, untuk itu adanya kritik dan masukan yang bersifat membangun semua pihak sangat kami harapkan untuk meningkatkan kinerja sehingga dapat memberikan kualitas pelayanan prima bagi masyarakat. Oleh karena itu, kami menerima masukan membangun yang berguna untuk kemajuan Program Indera.
Lumajang, 03 Januari 2018 Kepala Puskesmas Tunjung
dr. TANTI UMIYATI NIP. 19710503 200501 2 009
17
BAB IV JADWAL KEGIATAN BUTIR KEGIATAN Kunjungan Rumah
SASARAN KK miskin Maternal,
TARGE T 225
masing masing Penanggung bayi, Balita, TB Jawab Daerah Binaan PJ Darbin Ade PJ Darbin Teguh
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
1
1
0
1
2
√
√
√
√
√
paru, Kusta, Usila 2 kk baru x
√
Rusella 4kk PJ Darbin Murnianatunlama x 2 kali PJ Darbin Cunita kunj PJ Darbin Nurlatifah PJ Darbin Titin PJ Darbin Lisdiana PJ Darbin Dian Laela PJ Darbin Kuripahsari PJ Darbin Kanti
√ √ √ √ √ √
Rahayu PJ Darbin Witono PJ Darbin Abidin Membuat Askep
√ √
Individu Membuat Askep
√
Kelompok
√ √ √ √ √ √ √ √ √
18
√
√