Pemantapan Mutu Internal (Internal Quality Control) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Untuk mencapai mutu hasil laboratorium yang memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi maka seluruh metode dan prosedur operasional laboratorium harus terpadu mulai dari persiapan sampel, pengambilan sampel, pemeriksaan sampel sampai pelaporan hasil uji laboratorium ke pelanggan. Mutu pelayanan laboratorium bukan saja penting bagi pelanggan, namun juga bagi pemasok. Pada pelayanan jasa laboratorium kesehatan rendahnya mutu hasil pemeriksaan pada akhirnya akan menimbulkan penambahan biaya untuk kegiatan pengerjaan ulang dan klaim dari pelanggan. Untuk menanggulangi biaya kompensasi yang berasal dari rendahnya mutu hasil pemeriksaan laboratorium tersebut diperlukan suatu usaha pemantapan mutu. Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium klinik adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan Laboratorium Klinik. Kegiatan pemantapan mutu (quality assurance) terdiri dari: 1. Pemantapan mutu internal (PMI) 2. Pemantapan mutu eksternal (PME)/ Uji Profisiensi



1. 2.



3. 4. 5.



Manfaat pemantapan mutu yang dilakukan adalah : Meningkatkan kualitas laboratorium. Meningkatkan moral tenaga ATLM (kepercayaan diri dalam mengeluarkan hasil pemeriksaan, kesadaran akan usaha yang telah dilakukan, serta prestice yang diberikan kepadanya). Merupakan suatu metoda pengawasan (kontrol) yang efektif dilihat dari fungsi manajerial. Melakukan pembuktian apabila terdapat hasil yang meragukan oleh pengguna (konsumen) laboratorium karena sering tidak sesuai dengan gejala klinis. Penghematan biaya pasien karena berkurangnya kesalahan hasil sehingga tidak perlu ada “ duplo “.



1.



Pemantapan Mutu Internal (Internal Quality Control) Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Pemantapan mutu internal laboratorium (PMI) dilakukan untuk mengendalikan hasil pemeriksaan laboratorium setiap hari dan untuk mengetahui penyimpangan hasil laboratorium agar segera diperbaiki. Manfaat melaksanakan kegiatan pemantapan mutu



 Kendali Mutu



1



internal laboratorium antara lain mutu presisi maupun akurasi hasil laboratorium akan meningkat, kepercayaan dokter terhadap hasil laboratorium akan meningkat. Hasil laboratorium yang kurang tepat akan menyebabkan kesalahan dalam penatalaksanaan pengguna laboratorium. Manfaat lain yaitu pimpinan laboratorium akan mudah melaksanakan pengawasan terhadap hasil laboratorium. Kepercayaan yang tinggi terhadap hasil laboratorium ini akan membawa pengaruh pada moral karyawan yang akan akhirnya akan meningkatkan disiplin kerja di laboratorium tersebut. Cakupan objek pemantapan mutu internal meliputi aktivitas: tahap pra-analitik, tahap analitik dan tahap pasca-analitik.



a. b. c.



d. e. 2.



Tujuan Pemantapan Mutu Internal: Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan mempertimbangkan aspek analitik dan klinis. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi dan perbaikan penyimpangan dapat dilakukan segera. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan spesimen sampai dengan pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer)



Pemantapan Mutu Eksternal (External Quality Control) Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional. Setiap laboratorium kesehatan wajib mengikuti Pemantapan Mutu Eksternal yang diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur dan periodik meliputi semua bidang pemeriksaan laboratorium, seperti yang terdapat pada Pasal 6 Permenkes nomor 411 tahun 2010 tercantum bahwa laboratorium Klinik wajib melaksanakan pemantapan mutu eksternal yang diakui oleh pemerintah. Dalam pelaksanaannya, kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal ini mengikutsertakan semua laboratorium, baik milik pemerintah maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi laboratorium kesehatan serta perizinan laboratorium kesehatan swasta. Karena di Indonesia terdapat beraneka ragam jenis dan jenjang pelayanan laboratorium serta mengingat luasnya wilayah Indonesia, maka pemerintah menyelenggarakan pemantapan mutu eksternal untuk berbagai bidang pemeriksaan dan diselenggarakan pada berbagai tingkatan, yaitu: a. Tingkat nasional/tingkat pusat



b. c.



Tingkat Regional Tingkat Provinsi/wilayah



Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi suatu laboratorium, sebab dari hasil evaluasi yang diperolehnya dapat menunjukkan performance (penampilan/proficiency) laboratorium yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan yang ditentukan. Untuk itu pada waktu melaksanakan kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara khusus, jadi pada waktu melakukan pemeriksaan harus dilaksanakan oleh petugas yang biasa melaksanakan pemeriksaan tersebut serta menggunakan peralatan/reagen/metode yang biasa dipakainya sehingga hasil pemantapan mutu eksternal tersebut benar-benar dapat mencerminkan penampilan laboratorium tersebut yang sebenarnya. Setiap nilai yang diperoleh dari penyelenggara harus dicatat dan dievaluasi untuk mempertahankan mutu pemeriksaan atau perbaikan-perbaikan yang diperlukan untuk peningkatan mutu pemeriksaan. Setelah selesai mengikuti program Pemantapan Mutu Eksternal (PME), kemudian dilakukan feed back oleh pihak penyelenggara berupa hasil pemeriksaan yang telah dilaporkan terhadap nilai target atau nilai laboratorium rujukan, hasilnya dinyatakan dengan kriteria baik, sedang atau buruk. Laboratorium klinik yang mengikuti kegiatan PME ini akan diberikan sertifikat oleh pihak penyelenggara sebagai bukti peserta kegiatan tersebut. Anda yang bertugas sebagai seorang penanggung jawab laboratorium klinik wajib mengikuti kegiatan PME agar mutu laboratorium Anda dapat dipercaya dan memuaskan pelanggan.



Ringkasan 1.



2.



Konsep mutu menurut beberapa tokoh penting, yaitu: William Edwards Deming (1900-1993) Mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Mutu tidak berarti segala sesuatu yang terbaik, tetapi pemberian kepada Pelanggan tentang apa yang mereka inginkan dengan tingkat kesamaan yang dapat diprediksi serta tergantungannya terhadap harga yang mereka bayar. Philip B. Crosby (1926 –2001) Mutu ialah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar atau kriteria mutu yang telah ditentukan, standar mutu tersebut meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Mutu adalah pemenuhan persyaratan dengan meminimalkan kerusakan yang mungkin timbul yaitu standard of zero defect atau



memperlakukan prinsip benar sejak awal. Teori yang diungkapkan oleh Philip B Crosby bahwa bekerja tanpa salah (standard of zero defect) adalah hal yang sangat mungkin, ungkapan ini mendorong untuk selalu berusaha agar berhati-hati dalam setiap tahap kegiatan di laboratorium.



3.



1.



2. 3.



J.M. Juran (1904-2008): Mutu adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Trilogy Juran yaitu proses mencapai mutu, sebagai berikut: Perencanaan mutu (quality planning) yang meliputi kualitas pelanggan, menentukan kebutuhan pelanggan, menyusun sasaran mutu, dan meningkatkan kemampuan proses. Pengendalian mutu (quality control), terdiri dari memilih dasar pengendalian, memilih jenis pengukuran, menyusun standar kerja, dan mengukur kinerja yang sesungguhnya, Perbaikan dan peningkatan mutu (quality improvement), terdiri dari: mengidentifikasi perbaikan khusus, mengorganisasi lembaga untuk mendiagonis kesalahan, menemukan penyebab kesalahan peningkatan kebutuhan untuk mengadakan perbaikan.



Dari ketiga tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa mutu itu suatu kebutuhan konsumen, yaitu kepuasan pelanggan sepenuhnya terhadap suatu produk/ jasa yang dibutuhkan atau mutu merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan kepuasan pelanggan terhadap sebuah produk/ jasa. Mutu sangat tergantung pada situasi dan kondisi serta orang yang terlibat dalam menentukan suatu mutu produk/ jasa. Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium klinik adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan Laboratorium Klinik. Kegiatan pemantapan mutu (quality assurance) terdiri dari: 1. Pemantapan mutu internal (Internal Quality Control)



2.



adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Pemantapan Mutu Eksternal (External Quality Control) adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional.



Tes 1



Topik 2 Pengenalan Tahap-tahap Pengendalian Mutu



S



ebagai penanggung jawab laboratorium klinik, Anda harus menjamin bahwa hasil pemeriksaan laboratorium Anda valid dan dapat digunakan oleh klinisi untuk mengambil keputusan klinis. Agar mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dapat dipercaya/ bermutu, maka setiap tahap pemeriksaan laboratorium harus dikendalikan. Pengendalian pada setiap tahap ini ditujukan untuk meminimalisir atau mencegah kesalahan- kesalahan yang terjadi di laboratorium. Kegiatan pengendalian mutu secara terus menerus setiap hari untuk mendeteksi secara dini kesalahan yang terjadi pada tiap tahapan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti. Kegiatan ini pada dasarnya adalah kegiatan pemantapan mutu yang bertujuan menghasilkan pemeriksaan laboratorium yang bermutu. Secara garis besar pemantapan mutu terdiri dari pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu eksternal. Ada tiga tahap pemantapan mutu internal (PMI) yang dilakukan, yaitu: a. Tahap Pra analitik b. Tahap Analitik c. Tahap Pasca analitik



A.



TAHAP PRA ANALITIK



Kegiatan tahap pra analitik adalah serangkaian kegiatan laboratorium sebelum pemeriksaan spesimen, yang meliputi: 1. Persiapan pasien 2. Pemberian identitas spesimen 3. Pengambilan dan penampungan spesimen 4. Penanganan spesimen 5. Pengiriman spesimen 6.



Pengolahan dan penyiapan spesimen



Kegiatan ini dilaksanakan agar spesimen benar-benar representatif sesuai dengan keadaan pasien, tidak terjadi kekeliruan jenis spesimen, dan mencegah tertukarnya spesimen- spesimen pasien satu sama lainnya



Tujuan pengendalian tahap pra analitik yaitu untuk menjamin bahwa spesimenspesimen yang diterima benar dan dari pasien yang benar pula serta memenuhi syarat yang telah ditentukan. Kesalahan yang terjadi pada tahap pra analitik adalah yang terbesar, yaitu dapat mencapai 60% - 70%. Hal ini dapat disebabkan dari spesimen yang diterima laboratorium tidak memenuhi syarat yang ditentukan. Spesimen dari pasien dapat diibaratkan seperti bahan baku yang akan diolah. Jika bahan baku tidak baik, tidak memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan, maka akan didapatkan hasil/ output pemeriksaan yang salah. Sehingga penting sekali untuk mempersiapkan pasien sebelum melakukan pengambilan spesimen. Spesimen yang tidak memenuhi syarat sebaiknya ditolak, dan dilakukan pengulangan pengambilan spesimen agar tidak merugikan laboratorium.



B.



TAHAP ANALITIK



1.



Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap analitik meliputi: Pemeriksaan spesimen



2. 3. 4.



Pemeliharaan dan Kalibrasi alat Uji kualitas reagen Uji Ketelitian - Ketepatan



Tujuan pengendalian tahap analitik yaitu untuk menjamin bahwa hasil pemeriksaan spesimen dari pasien dapat dipercaya/ valid, sehingga klinisi dapat menggunakan hasil pemeriksaan laboratorium tersebut untuk menegakkan diagnosis terhadap pasiennya. Walaupun tingkat kesalahan tahap analitik (sekitar 10% - 15%) tidak sebesar tahap pra analitik, laboratorium tetap harus memperhatikan kegiatan pada tahap ini. Kegiatan tahap analitik ini lebih mudah dikontrol atau dikendalikan dibandingkan tahap pra analitik, karena semua kegiatannya berada dalam laboratorium. Sedangkan pada tahap pra analitik ada hubungannya dengan pasien, yang kadang-kadang sulit untuk dikendalikan. Laboratorium wajib melakukan pemeliharaan dan kalibrasi alat baik secara berkala atau sesuai kebutuhan, agar dalam melaksanakan pemeriksaan spesimen pasien tidak mengalami kendala atau gangguan yang berasal dari alat laboratorium. Kerusakan alat dapat menghambat aktivitas laboratorium, sehingga dapat mengganggu performa/ penampilan laboratorium yang pada akhirnya akan merugikan laboratorium itu sendiri. Untuk mendapatkan mutu yang dipersyaratkan, laboratorium harus melakukan uji ketelitian – ketepatan. Uji ketelitian disebut juga pemantapan presisi, dan dapat dijadikan indikator adanya penyimpangan akibat kesalahan acak (random error). Uji ketepatan disebut juga pemantapan akurasi, dan dapat digunakan untuk mengenali adanya kesalahan sistemik



(systemic error). Pelaksanaan uji ketelitian – ketepatan yaitu dengan menguji bahan kontrol yang telah diketahui nilainya (assayed control sera). Bila hasil pemeriksaan bahan kontrol terletak dalam rentang nilai kontrol, maka hasil pemeriksaan terhadap spesimen pasien dianggap layak dilaporkan.



C.



TAHAP PASCA ANALITIK



Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap pasca analitik yaitu sebelum hasil pemeriksaan diserahkan ke pasien, meliputi: 1. Penulisan hasil 2. interpretasi hasil 3. Pelaporan Hasil Seperti pada tahap analitik, tingkat kesalahan tahap pasca analitik hanya sekitar 15% 20%. Walaupun tingkat kesalahan ini lebih kecil jika dibandingkan kesalahan pada tahap pra analitik, tetapi tetap memegang peranan yang penting. Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan pasien dapat membuat klinisi salah memberikan diagnosis terhadap pasiennya. Kesalahan dalam menginterpretasikan dan melaporkan hasil pemeriksaan juga dapat berbahaya bagi pasien. Ketiga tahap kegiatan laboratorium ini sama-sama penting untuk dilaksanakan sebaik mungkin, agar mendapatkan hasil pemeriksaan yang berkualitas tinggi, mempunyai ketelitian dan ketepatan sehingga membantu klinisi dalam rangka menegakkan diagnosa, pengobatan atau pemulihan kesehatan pasien yang ditanganinya. Untuk mendapatkan mutu pemeriksaan laboratorium, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Variasi analitik Faktor yang dapat menimbulkan variasi analitik ialah peralatan, metode, bahan pemeriksaan dan reagen. 2.



Variasi non analitik



Faktor yang dapat menimbulkan variasi non analitik terbagi tiga, yaitu pra analitik dan pasca analitik. Variasi non analitik yang dapat timbul rinciannya sebagai berikut: a. Preanalitik 1. Ketatausahaan (clerical) 2. Persiapan penderita (patient Preparation)



analitik,



3. 4.



Pengumpulan spesimen (specimen Collection) Penanganan sampel (sampling handling)



b.



Analitik 1. Reagen (reagents) 2. Peralatan (instruments) 3. Kontrol & bakuan (control & standard) 4. Metode analitik (analytical method) 5. Ahli Teknologi (Technologist)



c.



Pascaanalitik 1. Perhitungan (calculation) 2. Cara menilai (method evaluation) 3. 4.



Ketatausahaan (clerical) Penanganan informasi (information handling)



Gambar 1.1. Faktor yang mempengaruhi mutu pemeriksaan laboratorium (sumber: Stamm 1982 dalam Sukorini U 2010)



Bab 2 STRATEGI 5 Q FRAMEWORK UNTUK TERCAPAINYA MUTU PEMERIKSAAN LABORATORIUM Dra. Wieke Sriwulan, ST,M.Kes



Pendahuluan



L



aboratorium Kesehatan adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk dapat menunjang diagnosis yang dilakukan oleh para klinisi. Agar hasil pemeriksaan laboratorium kualitasnya baik maka dibutuhkan suatu kontrol terhadap kualitas hasil pemeriksaan laboratorium. Di era globalisasi ini kita dituntut oleh pasar untuk dapat memberikan hasil yg berkualitas dengan harga yang semurah murahnya. Hal tersebut bisa dicapai dengan meningatkan kualitas atau mutu laboratorium. Untuk tercapainya mutu pelayanan laboratorium diperlukan strategi dan perencanaan manajemen mutu. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan Total Quality Management (TQM) yaitu diperkenalkan suatu model yang dikenal dengan nama 5Q Framework. Model ini mencakup beberapa komponen seperti Quality Laboratory processes(QLP), Quality Control (QC), Quality Assessment (QA), Quality improvement (QI), dan Quality planning (QP). Untuk memudahkan Anda dalam memahami materi Bab 2 ini, sistematika penulisan bab 2 ini terbagi menjadi 2 (dua) topik berikut. Topik 1 : 5 Q Frame Work Topik 2 : Implementasi 5 Q Framework untuk tercapainya mutu pemeriksaan



24



Kendali Mutu 



Untuk mencapai sasaran mutu, usaha proses perencanaan sudah harus dilakukan dengan sungguh-sungguh Selanjutnya saat laboratorium telah beroperasi seluruh aktivitas juga harus dikendalikan untuk menjamin bahwa laboratorium masih tetap mengarah kesasaran mutu (quality laboratory processes– quality assessment). Ketika sasaran mutu telah tercapai, bukan berarti laboratorium berhenti meningkatkan mutu. Laboratorium perlu menetapkan sasaran mutu berikutnya dan merencanakan seluruh program untuk mencapainya (quality improment----quality planning). Dengan kerangka kerja seperti ini, laboratorium diharapkan terus berkembang dan mampu menjawab tuntutan zaman. Kompetensi yang diharapkan dapat Anda miliki setelah mempelajari Bab 2 ini adalah Anda diharapkan dapat melakukan analisis pengendalian mutu laboratorium medik secara internal, eksternal serta aspek aspek penting proses pemeriksaan dan kesalahan kesalahan dalam proses pemeriksaan sesuai prosedurnya. Untuk membantu Anda agar Anda dapat memahami isi Bab 2 ini, maka ikutilah petunjuk belajar berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul atau pendahuluan setiap bab sehingga dapat dipahami dengan tuntas tentang apa, bagaimana, serta untuk apa mempelajari modul ini. 2. Baca dengan cermat tiap bagian dari suatu bab atau topik serta temukan kata- kata kunci dan kata-kata yang dianggap baru. Kemudian, carilah dan baca pengertian kata kunci tersebut dalam kamus yang Anda miliki. 3. Sebelum membaca keseluruhan bab atau topik, Anda disarankan untuk membaca glosarium (jika ada) yang dicantumkan setelah pemaparan setiap topik. Hal ini akan membantu Anda mendapatkan makna beberapa istilah yang dituliskan pada setiap topik. 4. Cermati konsep-konsep yang dibahas dalam modul ini dengan pemahaman Anda sendiri, namun jika Anda belum paham akan isi topik yang Anda baca maka diskusikanlah dengan teman lainnya, atau diskusikan dengan dosen Anda. 5. Apabila materi yang dibahas dalam modul ini menurut Anda masih kurang carilah sumber atau referensi lain yang relevan dan terkait materi atau konsep yang Anda baca dari setiap topik yang sedang Anda pelajari. 6. Anda juga perlu membaca ringkasan yang disajikan dalam tiap akhir topik untuk membantu Anda mengingat kemabali pokok-pokok pembahasan pada topik tersebut. Mantapkanpemahaman yang telah Anda kuasai dengan mengerjakan latihan yang tersedia dalam setiap topik bahan ajar.Oleh sebab itu, kerjakanlah semua latihan yang disediakan untuk membuat lebih memahami isi setiap topik.



 Kendali Mutu



25



7.



Kerjakanlah pula semua soal dari tes yang disediakan pada setiap akhir topik. Hal ini penting untuk Anda lakukan agar Anda dapat mengukur sejauh mana pemahaman Anda terhadap materi yang telah Anda pelajari dari setiap topik yang ada dalam modul ini. Dengan mengerjakan latihan dan tes yang telah disiapkan, pemahaman Anda akan lebih komprehensif. Setelah mengerjakan tes, samakan jawaban Anda dengan kunci jawaban yang tersedia diakhir bab dan ukurlah tingkat penguasaan Anda terhadap suatu topik.



Selamat belajar, Sukses untuk Anda.



Topik 1 5Q Framework



M



utu pelayanan laboratorium kesehatan haruslah baik dan bermutu agar dapat memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang tepat, teliti,benar, dapat dipercaya dan memuaskan pengguna jasa. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah Total Quality management yang memperkenalkan dengan suatu strategi 5 Q framework. Materi Topik 1 ini adalah dasar pengetahuan agar Anda dapat melakukan implementasi 5Q. Manfaat dari memahami topik strategi 5Q framework adalah Anda dapat mengetahui kesalahan yang terjadi pada proses pra analitik, analitik dan pasca analitik. Selain itu Anda dapat pula mengetahui cara penyelesaikan masalah dengan menggunakan strategi 5 Q Framework. Kompetensi yang didapat dalam mempelajari topik 1 adalah mahasiswa dapat menjelaskan strategi 5Q Framework dalam penyelesaian masalah laboratorium agar mutu pemeriksaan tercapai.  Strategi 5 Q Framework meliputi: 1. QLP ( Quality Laboratory Processes) a. Yang termasuk dalam QLP adalah faktor pra analitik : 1) persiapan Pasien 2) Pengambilan dan penampungan spesimen 3) Penanganan Spesimen



b.



c.



4) pengiriman spesimen 5) Pengolahan dan penyimpanan spesimen. Faktor analitik : 1) Pemeriksaan specimen 2) Pemeliharaa Dan kalibrasi alat 3) Uji kualitas reagen 4) Uji ketelitian, 5) Uji ketepatan, Kemudian faktor post analitik : 1) Laporan 2) Penulisan hasil 3) Interprestasi hasil



Semua ini Diperlukan adanya SOP lengkap dan baku. Dan Seluruh kegiatan atau langkah yang dilakukan di laboratorium harus dicatat dan didokumentasi sehingga bila ada perubahan yang terjadi dilaboratorium dapat segera diketahui apa penyebabnya. Berikut ini ada beberapa contoh kesalahan yang dapat terjadi pada saat sebelum pemeriksaan, saat pemeriksaan, dan sesudah pemeriksaan. Faktor Proses Kesalahan yg dapat terjadi Permintaan tes



   



Pengambilan sampel



     



Tabung sampel salah Volume sampel yang Yang diambil tidaksesuai Sampel yg didapat hemolysis Waktu pengambilan tidaktepat Kondisi pada saat pengiriman sampel tidak baik



Analitik



Pengukuran analitik



   



Alat tidak dikalibrasi secara benar Sampel tertukar atau tercampur Ada masalah pada presisi alat Ada bahan yang mempengaruhi analit yang diperiksa



Pasca analitik



Pelaporan hasil



     



Hasil tidak dikirimkan Hasil tidak dapat dibaca Hasil terlambat Kesalahan pada saat menyalin hasil Spesifisitas tes tidak diketahui Sesitivitas



Pra analitik



Tes yg diminta tidak sesuai Tulisan tangan tidak jelas Identitas pasien salah. Jenis pemeriksaan yg diminta tidak spesifik  Permintaan terlambat



Interpretasi hasil 2



QC ( Quality Control ) QC adalah salah satu komponen dalam proses kontrol dan merupakan elemen utama dari sistem manajemen mutu, memonitor proses yang berhubungan dengan hasil tes serta dapatmendeteksi adanya kesalahan yang bersumber dari :



a.



Kesalahan teknik Sifat kesalahan disini sudah melekat dan seakan-akan tidak mungkin untuk dihindarkan. Usaha perbaikan hanya dapat memperkecil kesalahan tapi tidak mungkin menghilangkan misalnya kesalahan dalam mengatur panjang gelombang pada fotometer atau kesalahan dalam mengatur suhu waterbath atau salah dalam menipiskan larutan standar. Kesalahan Teknik meliputi: 1) Kesalahan acak: hasil pemeriksaan bervariasi dari nilai seharusnya 2) Kesalahan sistematik : hasil pemeriksaan menjurus kesatu arah 3) Hasil nya selalu lebih besar atau selalu lebih kecil dari nilai seharusnya. b. 1) 2)



Kesalahan Non Teknik : Kesalahan pengambilan sampel contoh : kesalahan dalam persiapan penderita, hemolisis,serumterkena matahari Kesalahan penulisan, penghitungan hasil. Kesalahan non teknik dapat dihindari dengancara menerapkan organisasi yang teratur, bekerja dengan kesadaran dan disiplinyang tinggi



QC juga sebagai prosedur manajerial untuk menyesuaikan tahapan tahapan dari proses pemeriksaan laboratorium untuk memenuhi standar tertentu yaitu akurasi dan presisi. Data hasil pemeriksaan bahan kontrol dianalisis secara statistik dan dipantau untuk menilai keandalan pemeriksaan. Setiap tes yang dikerjakan di laboratorium harus mengerjakan bahan kontrol sehingga akurasi dan presisi setiap tes dapat dipantau dan dijamin validasinya, QC juga memantau proses pemeriksaan menggunakan teknik statistik untuk mendeteksi, meminimalisasi, mencegah, memperbaiki penyimpangan yang terjadi selama proses analisis berlangsung. Statisticaly QC berguna untuk memantau perubahan yang terjadi pada alat, reagen, kalibrator dan prosedur kerja.  QC meliputi : 1. QC reagen ( verifikasi reagen ), 2. QC instrumen ( pengecekan fungsi instrumen, prosedur pemelihara instrumen ), 3. Proses QC ( QC harian, QC periodik ). 



Program QC yang baik yaitu: 1. Memantau kinerja pemeriksaan dengan tolok ukur akurasi dan presisi, 2. Mengindentifikasi masalah pemeriksaan, 3. Menilai keandalan hasil pemeriksaan.







Tujuan merencanakan prosedur QC adalah : 1. Dapat menjamin mutu pemeriksaan dengan biaya minimal , 2. Prosedur QC dirancang atas dasar mutu yang diinginkan dari setiap metode pemeriksaan, 3. Menggunakan program QC validator dapat direncanakan control rules, jumlah pengukuran bahan kontrol, kemampuan mendeteksi kesalahan dan derajat penolakan palsu suatu metode pemeriksaan.







Prosedur QC yang tepat dan penerapan yang benar meliputi : 1. Perhitungan yang tepat untuk mendapatkan Mean dan SD, 2. Membuat batas kontrol yang tepat, 3. Menggunakan aturan kontrol yang tepat ( grafik levy jennings dengan penilaian westgard multirule chart)sehingga dapat mendeteksi setiap sinyal out of kontrol yang mewakili kesalahan yang sesungguhnya, 4. Kebutuhan terhadap frekuensi pengukuran bahan kontrol dengan hasil yang tepat.Sehingga dalam hal ini pemantauan kualitas ditikberatkan pada prosedur statistik yang dilakukan dengan memeriksa sampel yang konsentrasinya diketahui kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai target sampel yang diperiksa



3.



Quality Assessement /Quality Assurance (QA) QA ini lebih ditujukan untuk penilaian terhadap kinerja suatu laboratorium. QA adalah suatu kegiatan yg dilakukan oleh institusi tertentu untukmenentukan kualitas pelayanan laboratorium. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menilai kinerja suatu laboratorium adalah dengan proficiency test. Proficiency Test atau external quality assurance : dilakukan dengan membandingkan hasil beberapa laboratorium terhadap bahan kontrol rujukan dari laboratorium Tujuan dari Proficiency Testing adalah untuk mengawasi kualitas tes dalam sebuah laboratorium, mengidentifikasi masalah, dan membuat langkah koreksi terhadap masalah apapun yang terdentifikasi  Persyaratan Penanganan sampel proficiency testing: a. Sampel yang harus diuji dengan alat yang sama seperti pemeriksaan pasien rutin laboratorium b. Sampel harus diuji dengan frekuensi pemeriksaan yang sama dengan sampel pasien rutin c. laboratoriumharus mencatat semua langkah (penangan, pengolahan, tes, pelaporan) untuk periode proficeency testing



d.



hanya diperlukan untuk metode primer yg digunakan untuk menguji analit dalam sampel pasien selama periode proficiency testing



4.



Quality Improvement ( Q I) Kegiatannya menetapkan bentuk proses pemecahan masalah untuk mengidentifikasi akar masalah dan mencari pemecahannya, dengan melakukan quality improment penyimpangan akan dapat dicegah dan diperbaiki selama proses pemeriksaan berlangsung. 5.



Quality Planning ( QP)



Menstandarisasi pemecahan, menetapkan ukuran ukuran untuk menilai kinerja suatu laboratorium serta mendokumentasikan langkah langkah pemecahan masalah dan untuk diimplementasikan pada QLP.



Gambar 2.1 : Siklus 5 Q framework terus menerus meliputi QLP,QC,QA,QI,QP