Pemberantasan Penyakit Menular Dan Kesehatan Lingkungan Pemukiman [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN



Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Komunitas 3 Semester 6 Tahun Pelajaran 2018/2019 yang diberikan oleh Disusun Oleh : Kelompok 4 1. Yolanda Cahya Anggita



(720153050)



2. Winda Elyana Pramesti



(720153048)



3. Mukhamimah



(7201530



Kelas : S1 Keperawatan 3A



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS Jalan Ganesha 1 Purwosari Kudus Telp./Faks.(0291)442993/437218 Kudus 59316 Website : http://www.stikesmuhkudus.ac.id



i



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, penulis dapat meyelesaikan makalah ini sesuai apa yang diharapkan dengan tepat waktu. Makalah ini berisi materi tentang “Pemberantasan Penyakit Menular dan Kesehatan Lingkungan”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunitas 3 sekaligus menambah pengetahuan pembaca tentang Microteaching sebagai sarana pembelajaran dalam dunia kesehatan. Penulisan makalah ini diperoleh dari beberapa sumber pada pengumpulan beberapa daftar pustaka yang ada pada beberapa media buku. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis dengan senang hati akan menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, harapan penulis semoga makalah ini memberi manfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.



Kudus, 31 Maret 2018



Penulis



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................1 1.1



Latar Belakang..............................................................................................1



1.2



Rumusan Masalah ........................................................................................1



1.3



Tujuan Penulisan ..........................................................................................1



1.4



Manfaat Penulisan ........................................................................................1



1.5



Sistematika Penulisan ...................................................................................2



1.1 BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3 1.2 Pemberantasan Penyakit Menular a. TB ..........................................................................................................3 b. AIDS ......................................................................................................4 c. ISPA .......................................................................................................6



1.3 Kesehatan Lingkungan Pemukiman .............................................................. 8 BAB III



PENUTUP .............................................................................................................11 3.1



Kesimpulan .................................................................................................11



3.2



Saran ...........................................................................................................11



DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................12



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Kejadian penyakit menular maupun gangguan kesehatan pada manusia, tidak terlepas dari peran faktor lingkungan. Hubungan interaktif antara manusia serta perilakunya dengan komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit, juga dikenal sebagai proses kejadian penyakit. Sedangkan proses kejadian penyakit satu dengan yang lain masingmasing mempunyai karakteristik tersendiri. Dalam hal ini faktor lingkungan memegang peranan sangat penting. Interaksi manusia dengan lingkungan telah menyebabkan kontak antara kuman dengan manusia. Sering terjadi kuman yang tinggal di tubuh host kemudian berpindah ke manusia karena manusia tidak mampu menjaga kebersihan lingkungan. Hal ini tercermin dari tingginya kejadian penyakit menular berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar masyarakat Indonesia



1.2



Rumusan Masalah 2. Bagaimana cara pemberantasan penyakit menular ? a) TB b) AIDS c) ISPA 3. Bagaimana kesehatan lingkungan pemukiman?



1.3



Tujuan Penulisan Manfaat penulisan makalah ini agar pembaca mengatahui tentang pemberantasan penyakit menular dan kesehatan lingkungan pemukiman yang memuat beberapa informasi



1.4



Manfaat Penulisan 1. Agar mahasiswa mengetahui cara pemberantasan penyakit menular a. TB b. AIDS c. ISPA 2. Agar mahasiswa mengetahui kesehatan lingkungan pemukiman



1



1.5



Sistematika Penulisan



BAB I



PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang



1.2



Rumusan Masalah



1.3



Tujuan Penulisan



1.4



Manfaat Penulisan



1.5



Sistematika Penulisan



3.1 BAB II



PEMBAHASAN



3.2 Pemberantasan Penyakit Menular a. TB b. AIDS c. ISPA



3.3 Kesehatan Lingkungan Pemukiman BAB III



PENUTUP 3.1



Kesimpulan



3.2



Saran



2



BAB II PEMBAHASAN



3.4 Pemberantasan Penyakit Menular a. TB (TUBERCULOSIS) Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC, adalah penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Kompleks ini termasuk M. tuberculosis dan M. africanum terutama berasal dari manusia dan M. bovis yang berasal dari sapi. Mycobacteria lain biasanya menimbulkan gejala klinis yang sulit dibedakan dengan tuberkulosis. Etiologi penyakit dapat di identifikasi dengan kultur. Penularan terjadi melalui udara yang mengandung basil TB dalam percikan ludah yang dikeluarkan oleh penderita TB paru atau TB laring pada waktu mereka batuk, bersin atau pada waktu bernyanyi. Kontak jangka panjang dengan penderita TB menyebabkan risiko tertulari, infeksi melalui selaput lendir atau kulit yang lecet bisa terjadi namun sangat jarang. TB bovinum penularannya dapat tejadi jika orang terpajan dengan sapi yang menderita TB, bisanya karena minum susu yang tidak dipasteurisasi atau karena mengkonsumsi produk susu yang tidak diolah dengan sempurna. Penularan lewat udara juga terjadi kepada petani dan perternakan 



Cara-cara Pemberantasan 1. Pencegahan Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi mycobacterium tuberkuloisi dengan melakukan penkes adalah sebagai berikut : a) Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan membuang dahak tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan). b) Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi c) Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat, perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi, sirkulasi udara, dan penyinaran matahari di rumah. d) Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor (polusi). e) Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.



2. Pengobatan Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah 3



Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH. Cara kerja, potensi dan dosis OAT utama dapat dilihat pada tabel berikut:



Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu: 1. Adanya



komitmen



politis



berupa



dukungan



pengambil



keputusan



dalam



penanggulangan TB. 2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut. 3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari. 4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup. 5. Pencatatan dan pelaporan yang baku. b. AIDS Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terjadinya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan melakukan penkes menjelaskan tentang: a. Melakukan abstinensi seks/melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang terinfeksi b. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi 4



c. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human Immunodefieciency Virus (HIV) nya d. Tidak bertukar jarum suntuik, jarum tato, dan sebaginya e. Mencegah infeksi kejanin/bayi baru lahir  Program Pemberantasan Penyakit Menular Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular. Penyakit menular yang diprioritaskan dalam program ini adalah: malaria, demam berdarah dengue, tuberkulosis paru, HIV/ AIDS, diare, polio, filaria, kusta, pneumonia, dan penyakitpenyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, termasuk penyakit karantina dan risiko masalah kesehatan masyarakat yang memperoleh perhatian dunia internasional (public health risk of international concern). Adapun Kebijakan Pelaksanaannya yaitu: a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mendorong peran, membangun komitmen, dan menjadi bagian integral pembangunan kesehatan dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan produktif terutama bagi masyarakat rentan dan miskin hingga ke desa. b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diselenggarakan melalui penatalaksanaan kasus secara cepat dan tepat, imunisasi, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, serta pengendalian faktor risiko baik di perkotaan dan di perdesaan. c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan dan memperkuat jejaring surveilans epidemiologi dengan fokus pemantauan wilayah setempat dan kewaspadaan dini, guna mengantisipasi ancaman penyebaran penyakit antar daerah maupun antar negara yang melibatkan masyarakat hingga ke desa. d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan sentra rujukan penyakit, sentra pelatihan penanggulangan penyakit, sentra regional untuk kesiapsiagaan penanggulangan KLB/ wabah. e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk memantapkan jejaring lintas program, lintas sektor, serta kemitraan dengan masyarakat termasuk swasta untuk percepatan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular melalui pertukaran informasi, pelatihan, pemanfaatan teknologi tepat guna, dan pemanfaatan sumberdaya lainnya. f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk dilakukan melalui penyusunan, review, sosialisasi, dan advokasi produk hukum penyelenggaraan program pencegahan dan pemberantasan penyakit di tingkat pusat hingga desa. g. Pencegahan



dan



pemberantasan



penyakit



diarahkan



untuk



meningkatkan



profesionalisme sumberdaya manusia di bidang pencegahan dan pemberantasan



5



penyakit sehingga mampu menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat secara berjenjang hingga ke desa. h. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan cakupan, jangkauan, dan pemerataan pelayanan penatalaksanaan kasus penyakit secara berkualitas hingga ke desa. Adapun langkah-langkah pemberantasan penyakit menular yaitu : a) Mengumpulkan dan menganalisa data tentang penyakit. b) Melaporkan penyakit menular. c) Menyelidiki di lapangan untuk mengetahui benar atau tidaknya laporan yang masuk untuk menemukan kasus-kasus lagi dan untuk mengetahui sumber penularan. d) Menyembuhkan penderita hingga ia tidak lagi menjadi sumber infeksi. e) Pemberantasan vektor (pembawa penyakit) f) Pendidikan kesehatan. Cara-cara pencegahan penyakit menular secara umum, yaitu : a) Mempertinggi nilai kesehatan. Ditempuh dengan cara usaha kesehatan (hygiene) perorangan dan usaha kesehatan lingkungan (sanitasi). b) Memberi vaksinasi/imunisasi Merupakan



usaha



untuk



pengebalan



tubuh.



Ada



dua



macam,



yaitu



:



Pengebalan aktif, yaitu dengan cara memasukkan vaksin ( bibit penyakit yang telah dilemahkan), sehingga tubuh akan dipaksa membuat antibodi. Contohnya pemberian vaksin BCG, DPT, campak, dan hepatitis. Pengebalan pasif, yaitu memasukkan serum yang mengandung antibodi. Contohnya pemberian ATS (Anti Tetanus Serum). c) Pemeriksaan kesehatan berkala Merupakan upaya mencegah munculnya atau menyebarnya suatu penyakit, sehingga munculnya wabah dapat dideteksi sedini mungkin. Dengan cara ini juga, masyarakat bisa mendapatkan pengarahan rutin tentang perawatan kesehatan, penanganan suatu penyakit, usaha mempertinggi nilai kesehatan, dan mendapat vaksinasi. c. ISPA Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluranpernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di ataslaring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).



6







Cara pencegahan berdasarkan level of prevention: 1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention) Ditujukan pada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat kesehatan (health promotion) dan pencegahan khusus (spesific protection) terhadap penyakit tertentu. Termasuk disini adalah : a. Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan dimana kegiatan ini diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan faktor resiko penyakit ISPA. Kegiatan penyuluhan ini dapat berupa penyuluhan penyakit ISPA, penyuluhan ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi, penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan, penyuluhan bahaya rokok. b. Imunisasi, yang merupakan strategi spesifik untuk dapat mengurangi angka kesakitan ISPA. c. Usaha di bidang gizi yaitu untuk mengurangi mal nutrisi. d. Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat badan lahir rendah. e. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) yang menangani masalah polusi di dalam maupun di luar rumah.



2. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention) Dalam penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan dan diagnosis sedini mungkin. Dalam pelaksanaan program P2 ISPA, seorang balita keadaan penyakitnya termasuk dalam klasifikasi bukan pneumonia apabila ditandai dengan batuk, serak, pilek, panas atau demam (suhu tubuh lebih dari 370C), maka dianjurkan untuk segera diberi pengobatan. Upaya pengobatan yang dilakukan terhadap klasifikasi ISPaA atau bukan pneumonia adalah tanpa pemberian obat antibiotik dan diberikan perawatan di rumah. Adapun beberapa hal yang perlu dilakukan ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA adalah : i. Mengatasi panas (demam). j. Untuk balita, demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). k. Pemberian makanan dan minuman Memberikan makanan yang cukup tinggi gizi sedikit-sedikit tetapi sering, memberi ASI lebih sering. Usahakan memberikan cairan (air putih, air buah) lebih banyak dari biasanya.



3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)



7



Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada balita yang bukan pneumonia agar tidak menjadi lebih parah (pneumonia) dan mengakibatkan kecacatan (pneumonia berat) dan berakhir dengan kematian. Upaya yang dapat dilakukan pada pencegahan Penyakit bukan pneumonia pada bayi dan balita yaitu perhatikan apabila timbul gejala pneumonia seperti nafas menjadi sesak, anak tidak mampu minum dan sakit menjadi bertambah parah, agar tidak bertambah parah bawalah anak kembali pada petugas kesehatan dan pemberian perawatan yang spesifik di rumah dengan memperhatikan asupan gizi dan lebih sering memberikan ASI. 



Cara Pencegahan Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain: 1. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita. 2. Imunisasi Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri. 3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia. 4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).



3.5 Kesehatan Lingkungan Pemukiman Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan 8



pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: 1. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar 2. Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan 3. Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sector ikut serta berperan baik kebijakan dan pembangunan fisik serta Departemen Kesehatan sendiri terfokus kepada hilirnya yaitu pengelolaan dampak kesehatan. Sebagai gambaran pencapaian tujuan program lingkungan sehat disajikan dalam per kegiatan pokok melalui indikator yang telah disepakati serta beberapa kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut: 1. Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang dibangun, melalui kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang ditandatangani oleh Bappenas, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri serta Departemen Pekerjaan Umum sangat cukup signifikan terhadap penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi khususnya di daerah. Strategi pelaksanaan yang diantaranya meliputi penerapan pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan sumber daya manusia, kampanye kesadaran masyarakat, upaya peningkatan penyehatan lingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sistem monitoring serta evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan kegiatan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi. 2. Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan a. Pengawasan Institusi Pendidikan Kondisi kesehatan lingkungan pada sekolah dititik beratkan pada aspek hygiene, sarana sanitasi di sekolah yang erat kaitannya dengan kondisi fisik bangunan sekolah. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan di sekolah adalah : i. Pengendalian faktor risiko lingkungan di sekolah ii. Pembinaan kesehatan lingkungan di sekolah dan Pondok Pesantren iii. Sosialisasi dan advokasi Kepmenkes 1429/2006 tentang pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Sekolah iv. Penilaian lomba sekolah sehat b. Rumah Sehat 9



Pada tahun 2006, cakupan rumah sehat mencapai 69%. Kegiatan yang dilakukan: menyusun persyaratan kualitas udara di dalam rumah serta menyusun petunjuk pelaksanaan monitoring kualitas udara di dalam rumah. Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang sangat berpengaruh, antara lain: -



Sirkulasi udara yang baik.



-



Penerangan yang cukup.



-



Air bersih terpenuhi.



-



Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran.



-



Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara kotor.



c. Pengawasan Tempat-tempat Umum Pengawasan tempat-tempat umum perlu dilakukan karena tempat berkumpulnya manusia, yang bisa menjadi sumber penularan berbagai penyakit. Aspek yang dinilai antara lain : i. Kondisi bangunan meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi, pencahayaan, dll ii. Sarana sanitasi meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana pembuagan air limbah, dan sarana pembuangan sampah.



10



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC, adalah penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi mycobacterium tuberkuloisi dengan melakukan penkes adalah sebagai berikut : a. Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan membuang dahak tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan). b. Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi Pencegahan ispa ditujukan pada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat kesehatan (health promotion) dan pencegahan khusus (spesific protection) terhadap penyakit tertentu. Termasuk disini adalah : Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan dimana kegiatan ini diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan faktor resiko penyakit ISPA. Kegiatan penyuluhan ini dapat berupa penyuluhan penyakit ISPA, penyuluhan ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi, penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan, penyuluhan bahaya rokok. Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terjadinya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan melakukan penkes menjelaskan tentang: a. Melakukan abstinensi seks/melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang terinfeksi b. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi 3.2 Saran Di era modern sekarang ini sudah banyak berkembang penyakit yang tidak ditemukan obatnya termasuk diantaranya penyakit menular dan sekarang ini, masih banyak yang belum memahami bagaimana cara menjaga lingkungan yang sehat. Oleh karena itu, perlu untuk memperlajari tentang pembarantasan penyakit menular dan bagaimana penyehatan lingkungan tersebut.



11



DAFTAR PUSTAKA Azwar, A. 2002. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Mutiara Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical/ISPA.pdf



(Diakses:



13



April



2013) DepKes RI. 1991. Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Anak. Jakarta Depkes RI. 2005. Pedoman Monitoring dan Perawatan Pasien HIV/AIDS dengan Antiretro viral (ARV) Sudoyo AW, dkk.2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta



12