4 0 264 KB
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II
PEMBUKTIAN BERAT MOLEKUL ZAT DENGAN METODE PENURUNAN TITIK BEKU Cindy Saskia Damayanti, 19031010029 Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur e-mail : [email protected] Abstrak Berat molekul suatu zat dapat dibuktikan melalui metode penurunan titik beku. Pembuktian berat molekul ini ditentukan dari hubungan berat pelarut, berat zat terlarut, konstanta serta penurunan titik beku. Pembuktian berat molekul melalui metode penurunan titik beku dilakukan dengan cara memasukkan tabung reaksi yang berisi pelarut ke dalam beaker glass yang berisi air es dan garam dapur. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa terdapat 3 bahan yang diamati yaitu aquadest dan zat A, benzene dan naphthalene, serta aquadest dan zat C. Berat molekul secara perhitungan untuk zat A, naphthalene, dan benzene secara berturut-turut adalah 102,03 gr/mol ; 142,52 gr/mol ; 101,66 gr/mol dan secara percobaan untuk zat A, naphthalene, dan zat C secara berturut-turut adalah 58,44 gr/mol ; 128, 17 gr/mol; 180,156 gr/mol. Berdasarkan teori yang ada, berat molekul untuk zat A, naphthalene, dan zat C secara berturut-turut adalah 58,44 gr/mol ; 128, 17 gr/mol; 180,156 gr/mol. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa berat molekul secara percobaan ini telah sesuai dengan teori. Bila diamati dari hasil berat molekulnya, dapat diketahui bahwa sampel A adalah Natrium klorida, dan sampel C adalah Glukosa. Kesesuaian hasil dari percobaan dengan teori ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu suhu, konsentrasi, serta jumlah partikel. Kata Kunci : Berat molekul, Penurunan, Titik Beku, Zat, Pembuktian
I.
PENDAHULUAN Sifat
koligatif
metode penurunan titik beku memiliki
merupakan
sifat
kelebihan dibangdingkan dua metode
larutan yang ditentukan oleh jumlah
lainnya. Hal ini dikarenakan penurunan
molekul atau ion yang terdapat di dalam
titik
larutan. Hubungan antar sifat koligatif
dibandingkan kenaikan titik didihnya.
dapat dikaji berdasarkan berat jenis
Penurunan titik beku yang relative besar
larutan.
memudahkan
beku
larutan
dalam
lebih
besar
pengamatan
Menurut penelitian yang dilakukan
perbedaan titik beku. Tidak seperti
oleh Rusdiani pada tahun 2017 berat
dalam hipotesis Avogadro, zat terlarut
molekul
melalui
dalam metode penurunan titik beku tidak
beberapa metode di antaranya metode
perlu berada dalam fasa uap. Zat terlarut
kenaikan
titik
dalam
metode
penurunan
dapat
ditentukan
didih
(ebulliscopic), titik
beku
fasa
uap
diperlukan
untuk
mengetahui massa jenis gas dari zat
(cryoscopic), dan hipotesis Avogadro.
tersebut.
Penentuan
berat
molekul
Penentuan berat molekul menggunakan
melalui metode penurunan titik beku
PEMBUKTIAN BERAT MOLEKUL DENGAN METODE PENURUNAN TITIK BEKU 1
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II
ditentukan dari hubungan berat pelarut,
ion sesuai dengan hal-hal tersebut. Sifat
berat
konstanta
koligatif larutan non-elektrolit lebih
penurunan titik beku serta penurunan
rendah dari pada sifat koligatif larutan
titik beku.
elektrolit.
zat
terlarut,
dan
Larutan murni (air) memiliki sifat II. TEORI
titik beku, titik didih, dan tekanan uap.
Sifat Koligatif Larutan
Bila zat non elektrolit seperti gula, urea,
Sifat koligatif larutan adalah sifat
dan gliserol dimasukkan ke dalam
larutan yang tidak bergantung pada jenis
pelarut murni, maka akan mengubah
zat terlarut tetapi hanya bergantung pada
sifat-sifat larutan tersebut. Perubahan
konsentrasi pertikel zat terlarutnya. Sifat
tersebut meliputi penurunan titik beku,
koligatif larutan terdiri dari dua jenis,
kenaikan titik didih, penurunan tekanan
yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan
uap, dan menimbulkan tekanan osmosis.
sifat
nonelektrolit.
Apabila suatu senyawa non-elektrolit
Meskipun sifat koligatif melibatkan
terlarut di dalam pelarut, sifat-sifat
larutan, sifat koligatif tidak bergantung
pelarut murni berubah dengan adanya zat
pada interaksi antara molekul pelarut dan
terlarut. Sifat-sifat fisika seperti titik
zat terlarut, tetapi bergatung pada jumlah
didih, titik beku, tekanan uap berbeda
zat terlarut yang larut pada suatu larutan.
dengan
Sifat koligatif terdiri dari penurunan
perubahan ini bergantung pada jumlah
tekanan uap, kenaikan titik didih,
partikel-partikel pelarut yang terdapat di
penurunan titik beku, dan tekanan
dalam larutan.
koligatif larutan
osmotik (Sakinah, 2017)
pelarut
Jumlah
Sifat koligatif adalah sifat larutan
murni.
partikel
Adanya
terlarut
sebenarnya sebanding dengan berat jenis
yang tidak bergantung pada jenis zat
larutannya,
terlarut
pada
hubungan, jika berat jenis bertambah
banyaknya partikel zat terlarut dalam
maka akan menurunkan titik beku dan
larutan . Sifat koligatif larutan terdiri atas
kenaikan
dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan
murninya (Rusdiani, 2017)
tetapi
bergantung
elektrolit dan sifat koligatif larutan non
maka
titik
didih
akan
dari
terdapat
pelarut
Larutan non ideal mempunyai sifat
elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut
fisika
dalam
bertambah
idealnya. Sifat ini disebut sebagai sifat
jumlahnya karena terurai menjadi ion-
koligatif larutan yang hanya tergantung
larutan
elektrolit
yang berubah
dari
keadaan
PEMBUKTIAN BERAT MOLEKUL DENGAN METODE PENURUNAN TITIK BEKU 2
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II
pada jumlah partikel zat terlarut dan
pelarutnya. Titik beku adalah suhu pada
tidak tergantung pada sifat dan keadaan
perpotongan garis tekanan tetap pada 1
partikel. Larutan yang memiliki sifat
atm dengan kurva peleburan. Sedangakn
koligatif harus memenuhi dua asumsi
titik didih adalah suhu pada perpotongan
yaitu zat terlarut tidak mudah menguap
garis tekanan tetap pada 1 atm dengan
sehingga tidak memeberikan kontibusi
kurva penguapan. Penurunan titik beku
pada uapnya. Asumsi yang kedua adalah
dan peningkatan titik didih, sama seperti
zat terlarut tidak larut dalam pelarut
penurunan
padat. Sifat koligatif larutan dapat
dengan
digunakan untuk menentukan massa
(Rohayati, 2010)
tekanan
uap
konsentrasi
sebanding
fraksi
molnya
molekul relatif zat (Widjajanti, 2008) Penurunan Titik Beku Penurunan
Hukum Raoult
titik
beku
larutan
menyatakan
adalah selisih antara titik beku suatu
bahwa pada suhu dan tekanan tertentu,
pelarut dengan titik beku larutan, yang
tekanan parsial uap komponen A (PA)
diakibatkan
dalam campuran sama dengan hasil kali
terlarut
antara tekanan uap komponen murni A
(Dwipantara, 2016).
Hukum
Raoult
(PAmurni) dan fraksi molnya XA. PA = PAmurni . XA ………….(1) Sedang tekanan uap totalnya adalah :
adanya dalam
penambahan pelarut
zat
tersebut
Penurunan tekanan uap akibat zat terlarut yang tidak menguap juga dapat menyebabkan penurunan titik beku
Ptot = PAmurni . XA + PBmurni . XB …(2)
larutan. Gejala ini terjadi karena zat
Dari persamaan tersebut di atas diketahui
terlarut tidak terlarut dalam fasa padat
bahwa tekanan uap total suatu campuran
pelarut. Contohnya es murni selalu
cairan biner tergantung pada tekanan uap
memisah ketika larutan dalam air
komponen murni dan fraksi molnya
membeku. Agar tidak terjadi pemisahan
dalam campuran (Fatimura, 2014).
zat terlarut dan pelarut ketika larutan membeku, maka diperlukan suhu lebih
Titik Beku
rendah lagi untuk mengubah seluruh
Titik beku larutan yaitu temperatur pada
larutan menjadi fasa padatnya.
saat larutan setimbang dengan pelarut
Seperti
halnya
titik
didih,
padatannya. Larutan akan membeku
penurunan titik beku, ΔTf berbanding
pada temperatur lebih rendah daripada
lurus dengan molalitas larutan.
PEMBUKTIAN BERAT MOLEKUL DENGAN METODE PENURUNAN TITIK BEKU 3
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II
∆Tf = Tf pelarut - Tf larutan…….(3)
panas dan bergerak lebih cepat. Jika
∆Tf = m x Kf……………(4)
panas sensibel diambil dari suatu benda
gr
∆Tf = Mr x
1000 p
x Kf………..(5) (Sakinah, 2017)
temperaturnya
akan
turun,
karena
gerakan molekulnya menjadi lemah. Perubahan ini dapat dilihat dan diukur dari
Temperatur Kritis Temperatur kritik atau titik kritis
perubahan
temperatur
pada
thermometer (Aksar, 2016)
yaitu suhu yang menunjukkan bahwa pada temperature tersebut adalah batas
Diagram Fase Cair Diagram fasa adalah diagram
terendah sistem dalam keadaan dua fasa, di atas temperature tersebut kedua cairan melarut
sempurna
dalam
segala
yang menggambarkan keadaan sistem (komponen dan fasa) yang dinyatakan dalam 2 dimensi. Dalam diagram ini
komposisi (Widjajanti, 2008).
tergambar sifat- sifat zat seperti titik didih, titik leleh, titik tripel (Widjajanti,
Panas Laten dan Panas Sensibel Laten artinya tidak nampak atau
2008)
tersembunyi (hidden). Panas laten adalah panas yang diperlukan untuk mengubah wujud zat dari padat menjadi cair, dari cair menjadi gas atau sebaliknya tanpa mengubah
temperaturnya.
Tiap
zat
mempunyai dua panas laten yaitu padat menjadi cair atau sebaliknya (peleburan pembekuan) dan cair menjadi gas atau sebaliknya
(penguapan
dan
Diagram sebelah kiri, sempadan
pengembunan) Panas Sensibel adalah jumlah panas yang diperlukan utuk menaikkan atau
menurunkan
Gambar .1.Diagram fase cair
temperatur
suatu
benda. Jika panas ditambahkan pada suatu benda (dipanasi), temperatur benda akan naik, hal ini karena molekulmelekul pada benda tersebut meneri
dan fase antara cair dan gas tidak berlanjut sampai tak terhingga. Ia akan berhenti pada sebuah titik pada diagaram fase yang disebut sebagai titik kritis. Ini menunjukkan bahwa pada temperatur dan tekanan yang sangat tinggi, fase cair dan gas menjadi tidak dapat dibedakan,
PEMBUKTIAN BERAT MOLEKUL DENGAN METODE PENURUNAN TITIK BEKU 4
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II
yang dikenal sebagai fluida superkritis.
Clausius-Clapeyron dapat diturunkan
Pada air, titik kritis ada pada sekitar 647
persamaan berikut: P
K dan 22,064 MPa (3.200,1 psi).
ln P∘ =
Keberadaan titik kritis cair-gas
ln N =
menunjukkan ambiguitas pada definisi
̅ −∆H RT
+
̅ −∆H RT∘
……….(6)
−∆Hf(T∘− T) R(T∘− T)
………...(7)
di atas. Ketika dari cair menjadi gas,
Keterangan Rumus:
biasanya
N
= Mol fraksi dari pelarut
∆Hf
= Panas pelarutan modal dari
akan
melewati
sebuah
sempadan fase, namun adalah mungkin
Pelarut
untuk memilih lajur yang tidak melewati sempadan dengan berjalan menuju fase
To
= Titik beku pelarut murni
superkritis. Oleh karena itu, fase cair dan
T
= Titik beku larutan
gas dapat dicampur terus menerus.
Po
= Tekanan uap pelarut murni
Sempadan padat-cair pada diagram fase
P
= Tekanan uap larutan (Widjajanti, 2008)
kebanyakan zat memiliki gradien yang positif. Hal ini dikarenakan fase padat memiliki densitas yang lebih tinggi
Faktor – faktor yang mempengaruhi
daripada fase cair, sehingga peningkatan
Penurunan Titik Beku
tekanan akan meningkatkan titik leleh.
Adapun
faktor
yang
Pada beberapa bagian diagram fase air,
mempengaruhi penurunan titik beku
sempadan fase padat-cair air memiliki
yaitu:
gradien yang negatif, menunjukkan
1. Berat molekul dan jumlah atom zat
bahwa es mempunyai densitas yang
terlarut
lebih kecil daripada air (Sakinah, 2017).
a. Semakin besar berat molekul terlarut, maka semakin kecil
Persamaan Clausius Clapeyron Bila
suatu
zat
ditambahkan
(dilarutkan ke dalam suatu zat pelarut)
tekanan uap larutan. b. Semakin besar berat molekul, maka semakin kecil ∆P
maka akan mengaakibatkan penurunan
c. Semakin banyak jumlah atom
titik beku pelarutnya. Apabila larutan
penyusun pada zat terlarut, maka
tersebut memenuhi hokum Raoult, maka
akan semakin sulit menguap.
derajat penurunannya sebanding dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Dengan
menggunakan
persamaan
2. Volatilitas zat terlarut a. Etanol mudah menguap, maka tekanan uap besar
PEMBUKTIAN BERAT MOLEKUL DENGAN METODE PENURUNAN TITIK BEKU 5
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II
b. Pergerakan partikel zat terlarut
Molalitas adalah jumlah mol zat
non volatil tidak cepat, sehingga
terlarut dalam 1000 gr (1 kg) pelarut.
yang naik ke permukaan sedikit
Jika w gram zat terlarut dilarutkan
c. Etanol merupakan zat volatile yang akan menarik air untuk
dalam
p
gram
pelarut,
maka
kemolalan (m) larutan dirumuskan:
menguap secara bersama-sama
𝑚=
(Mulyani, 2015)
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑘𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚=
𝑤 𝐵𝑀
𝑥
1000 𝑝
………(13)
………….(14)
4. Fraksi mol (X)
Konsentrasi Larutan Konsentrasi larutan menyatakan
Fraksi mol adalah perbandingan
banyaknya zat terlarut yang terdapat
jumlah mol zat terlarut terhadap
dalam suatu pelarut atau larutan.
jumlah mol seluruh zat dalam
1. Molaritas (M)
larutan. Jika dalam larutan terdapat
Molaritas adalah banyaknya mol zat
n1 mol zat A dan n2 mol zat B, maka
terlarut daalam satu liter larutan.
fraksi mol (X) masing-masing zat
𝑀= 𝑀=
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑤
𝑥 𝐵𝑀
1000 𝑣
……..(8)
dirumuskan:
………….(9)
2. Normalitas (N)
𝑛1
𝑋𝐴 =
𝑛1+𝑛2
𝑋𝐵 =
𝑛1+𝑛2
𝑛2
…………(15) …………(16)
Normalitas adalah jumlah gram
Hubungan fraksi mol kedua zat
ekivalen zat terlarut dalam satu liter
dalam larutan, berlaku :
larutan. Jika w gram senyawa asam-
XA + XB = 1………..(17)
basa dilarutkan dalam v ml larutan,
(Yazid, 2005)
maka : 𝑁=
𝑤 𝐵𝐸
𝐵𝐸 =
𝑥
1000
𝐵𝑀 𝑎
𝑣
…………(10)
Aplikasi Penurunan Titik Beku Prinsip penurunan titik beku
……………..(11)
banyak
digunakan
dalam
berbagai
Hubunggan normalitas (N) dengan
industri. Salah satunya adalah dalam
larutan yang mempunyai konsentrasi
industri
K% dan kerapatan (BJ)= L, berlaku:
pendingin ruangan dan kulkas. Selain
𝑁=
10 𝑥 𝐾 𝑥 𝐿𝑥 𝑎
3. Molalitas (m)
𝐵𝑀
…………(12)
sistem
pendingin
seperti
itu, penurunan titik beku juga digunakan dalam industri makanan serta minuman
PEMBUKTIAN BERAT MOLEKUL DENGAN METODE PENURUNAN TITIK BEKU 6
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II
pada proses pengawetan serta dalam industri pembuatan es (Mulyono, 1996).
III. METODOLOGI
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan
percobaan
yang
dilakukan
diperoleh
hasil
telah
Bahan yang digunakan dalam percobaan pembuktian berat molekul zat
pengamatan sebagai berikut Tabel. IV.1. Pengamatan Bahan
dengan metode penurunan titik beku Bahan
adalah aquadest, benzene, naphtalen, glukosa, gliserol, dan urea.
Aquadest
Alat yang digunakan adalah
+A
beaker glass, spatula, thermometer,
Benzen +
erlenmeyer, piknometer, pipet, neraca
Naphtalene
analitik, labu ukur, corong kaca, gelas
Aquadest
ukur, kaca arloji, dan baskom. Prosedur
praktikum
+C yang
tersebut,
dengan air
perhitungan
dan
garam
dapur.
T0
(gr/cm³)
(K)
0,97833
273
271
0,69856
278,5
272
0,97833
273
270
T(K)
Berdasarkan hasil pengamatan
pertama adalah mengisi beaker glass es
Densitas
maka berat
diperoleh molekul
hasil zat
A,
Kemudian, mengisi tabung reaksi besar
Naphtalene, dan zat C.
dengan 20 cc pelarut. Lalu memasukkan
Tabel. IV.2. Perhitungan Berat Molekul
termometer dan pengaduk ke dalam tabung
reaksi
besar.
Bahan
Kemudian
BM
BM
Perhitungan Percobaan
memasukkan tabung reaksi ke dalam air
(gr/mol)
es, kemudian sambal diaduk amati suhu
Aquadest + 102,0328
pelarut. Hati-hati saat mengaduk, jangan
A
sampai termometer pecah. Lalu catat
Benzen
suhu pelarut pada saat mulai membeku
Naphtalen
atau mulai terbentuk sedikit kristal.
Aquadest + 101,6631
Kemudian, angkat tabung reaksi dari es,
C
+ 142,5216
(gr/mol) 58,44
128,1705
180,156
dan tunggu sampai kristal mencair
Berdasarkan pengamatan pada
kembali, lalu larutkan zat X yang
percobaan, titik beku dari aquadest
diberikan oleh asisten. Ulangi percobaan
adalah 0 oC, sedangkan untuk benzene
menggunakan larutan tersebut. Lalu
adalah 11 oC. Pengukuran titik beku
hitung berat molekul zat X.
dimulai saat sampel pelarut ditambah
PEMBUKTIAN BERAT MOLEKUL DENGAN METODE PENURUNAN TITIK BEKU 7
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II
dengan sampel. Hal ini karena titik beku
naphthalene, dan sampel C secara
suatu larutan akan berubah ketika ada
berturut-turut adalah 58,44 gr/mol ; 128,
penambahan zat lain. Titik beku untuk
17 gr/mol; 180,156 gr/mol. Maka dapat
aquadest yang ditambahkan dengan
disimpulkan
sampel A adalah 20 oC, titik beku untuk
berdasarkan percobaan telah sesuai
benzene
dengan
dengan teori. Bila diamati dari hasil berat
naphthalene adalah 6,5 oC, sedangkan
molekulnya, dapat diketahui bahwa
titik
sampel A adalah Natrium klorida, dan
yang
beku
ditambah
untuk
aquadest
yang
ditambahkan dengan sampel C adalah 3
bahwa
berat
molekul
sampel C adalah Glukosa.
o
C. Perbedaan titik beku dari pelarut
Kesesuaian hasil dari percobaan
sebelum dan sesudah ditambah dengan
dengan
sampel ini disebut dengan penurunan
beberapa faktor. Faktor tersebut adalah
titik beku. Besar ketetapan penurunan
suhu, konsentrasi, serta jumlah partikel.
titik beku pelarut aquadest adalah
Semakin
sebesar
ketetapan
bekunya semakin tinggi. Semakin besar
penurunan titik beku pelarut benzene
konsentrasi, maka semakin rendah titik
adalah sebesar 714,444925.
bekunya.
19,67134
Besar
dan
nilai
berat
molekul
berdasarkan percobaan untuk aquadest
teori
ini
rendah
disebabkan
suhu,
Semakin
oleh
maka
banyak
titik
jumlah
partikel zat terlarut, maka semakin rendah titik bekunya.
ditambah dengan sampel A , benzene ditambah
dengan
naphthalene,
aquadest ditambah dengan
dan
V. KESIMPULAN
sampel C
Besar
nilai
berat
molekul
secara berturut-turut adalah 58,44 gr/mol
berdasarkan percobaan melalui metode
; 128, 17 gr/mol; 180,156 gr/mol. Besar
penurunan titik beku untuk sampel A,
nilai
berdasarkan
naphthalene, dan sampel C adalah 58,44
perhitungan untuk aquadest ditambah
gr/mol ; 128, 17 gr/mol; 180,156 gr/mol.
dengan sampel A ,benzene ditambah
Fungsi penambahan garam dapur pada es
dengan
batu
berat
molekul
naphthalene,
ditambah dengan
dan
aquadest
adalah
untuk
sampel C secara
pembekuan
berturut-turut adalah 102,03 gr/mol ;
peningkatan
142,52
mengakibatkan titik bekunya semakin
gr/mol
;
101,66
gr/mol.
Sedangkan berdasarkan teori yang ada,
rendah.
berat
konsentrasi
molekul
untuk
sampel
A,
larutan
mempercepat karena
konsentrasi
Pengaruh adalah
suhu semakin
adanya yang
terhadap tinggi
PEMBUKTIAN BERAT MOLEKUL DENGAN METODE PENURUNAN TITIK BEKU 8
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II
konsentrasi zat terlarut, maka semakin
Matematika dan Sains, Vol. 3, No.
tinggi juga suhu atau semakin rendah
2, hh.123. Mulyono, 1996, ‘Pengukuran Titik Beku
titik bekunya.
Larutan DAFTAR PUSTAKA
Asetat-Asetamida’,
Jurnal Media Teknik, No. 2, hh. 76-78
Aksar,
2016,
‘Perhitungan
Pendinginan
Pada
Beban Gedung
Pariwisata Baruga Sapta Sulawesi Tenggara’, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Vol. 7, No. 2, hh. 41-46. Dwipantara, 2016, ‘Alat Penentuan
Rohayati, 2010, ‘Penurunan Titik Beku Larutan’, Jurnal Sains Kimia, Vol.2, No.2. Rusdiani, 2017, ‘Perbandingan Sifat Koligatif
Campuran
Larutan
Garam (NaCl, KCl, dan Na-
Penurunan Titik Beku Larutan
Benzoat) dengan Air Zamzam
Berbahan Dasar Plastik’, Jurnal
Berdasarkan Berat Jenisnya’, Al-
Pendidikan
Kimiya, Vol. 4, No. 1, hh. 9-16.
dan
Pembelajaran
Kimia, Vol.5, No.2, hh. 293-307. Fatimura, 2014, ‘Tinjauan Teoritis
Sakinah, 2017, ‘Sifat Koligatif Larutan’, Jurnal Kimia Dasar, Vol. 1, No. 1.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Widjajanti, 2008, Kesetimbangan Fasa,
Operasi Pada Kolom Destilasi’,
Universitas Negeri Yogyakarta,
Jurnal Media Teknik, Vol. 11, No.
Yogyakarta.
1, hh. 23-31.
Yazid, 2005, Buku Kimia Fisika untuk
Mulyani, 2015, ‘Sifat Koligatif Larutan
Paramedis, Andi: Yogyakarta
Melalui Pembelajaran Berbasis TIK’,
Jurnal
Pendidikan
PEMBUKTIAN BERAT MOLEKUL DENGAN METODE PENURUNAN TITIK BEKU 9
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II
APPENDIX
I. Perhitungan Massa Pelarut A. Perhitungan 1. Aquadest 𝑚 = 𝜌 𝑥 𝑣 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑚 = 0,97833 𝑥 10 𝑚𝑙 𝑚 = 9,7833 𝑔𝑟𝑎𝑚
2. Benzen 𝑚 = 𝜌 𝑥 𝑣 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑚 = 0,69856 𝑥 10 𝑚𝑙 𝑚 = 6,9856 𝑔𝑟𝑎𝑚
B. Percobaan 1. Aquadest 𝑚 = 𝜌 𝑥 𝑣 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑚 = 0,97833 𝑥 20 𝑚𝑙 𝑚 = 19,5666 𝑔𝑟𝑎𝑚
2. Benzen 𝑚 = 𝜌 𝑥 𝑣 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑚 = 0,69856 𝑥 20 𝑚𝑙 𝑚 = 13,9712 𝑔𝑟𝑎𝑚
II. Perhitungan Mol Pelarut 1. Aquadest 𝑛= 𝑛=
𝑚 𝐵𝑀 19,5666 18
𝑛 = 1,087033333 mol
PEMBUKTIAN BERAT MOLEKUL DENGAN METODE PENURUNAN TITIK BEKU 10
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II
2. Benzen 𝑛= 𝑛=
𝑚 𝐵𝑀 13,9712 78
𝑛 = 0,179117949 mol
III. Perhitungan Kf A. Dalam Literatur 1. Aquadest
: 274,51 K/mol
2. Benzen
: 278,27 K/mol
B. Percobaan 1. Aquadest 𝐾𝑓 = Kf =
𝑅 𝑥 𝑇02 𝑥 𝑤2 ∆𝐻𝑓 𝑥 𝑛 0,082 L.
atm .K x (273×273)K ×1 gr mol
285,8 K x 1,0870 mol
Kf = 19.67134523 K.kg/ mol
1. Benzen Kf = Kf =
R x T02 x w2 ∆Hf x n 0,082 L.
atm x (278,5x278,5)K x 1 gr mol
49,7 x 0,17911 mol
Kf = 714,4449251 K.kg/ mol
IV. Perhitungan ∆Tf A. Perhitungan 1. Aquadest + zat A Tf = (T0-T)C Tf = (0-(-2))C Tf = 2+ 273 Tf = 275K
2. Benzen + Naphtalene PEMBUKTIAN BERAT MOLEKUL DENGAN METODE PENURUNAN TITIK BEKU 11
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II
Tf = (T0-T)C Tf = (5,5-(-1))C Tf = 6,5 + 273 Tf = 279,5K
3. Aquadest + zat C Tf = (T0-T)C Tf = (0-(-3))C Tf = 3+ 273 Tf = 276K
B. Percobaan 1. Aquadest + zat A Tf = Kf ×
𝑊2
× 𝐵𝑀
1000 𝑊1
Tf = 19.67134523 ×
1 𝑔𝑟 58,44 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
1000
× 19,5666 𝑔𝑟
Tf = 17.20317021 2. Benzen + Naphtalene Tf = Kf ×
𝑊2 𝐵𝑀
×
1000 𝑊1
Tf = 714.4449251 ×
1 𝑔𝑟 128,171 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
1000
× 13,9712 𝑔𝑟
Tf = 398.9761796 3. Aquadest + zat C Tf = Kf ×
𝑊2 𝐵𝑀
×
1000 𝑊1
Tf = 19.67134523 ×
1 𝑔𝑟 180,156 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
1000
× 19,5666 𝑔𝑟
Tf = 5.580459529
V. Perhitungan Berat Molekul A. Perhitungan 1. Aquadest + zat A BM =
1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2 𝑊𝑝 × ∆𝑇𝑓
PEMBUKTIAN BERAT MOLEKUL DENGAN METODE PENURUNAN TITIK BEKU 12
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II
1000 ×𝐾𝑓 ×1 𝑔𝑟
BM = 9,7833 𝑔𝑟 × ∆𝑇𝑓
BM = 102.0328705 gr/mol 2. Benzen + Naphtalene BM =
1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2 𝑊𝑝 × ∆𝑇𝑓 1000 ×𝐾𝑓 ×1 𝑔𝑟
BM = 6,9856 𝑔𝑟 × ∆𝑇𝑓
BM = 142.5216566 gr/mol 3. Aquadest + zat C BM = BM =
1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2 𝑊𝑝 × ∆𝑇𝑓 1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2 𝑊𝑝 × ∆𝑇𝑓
BM = 101.6631862 gr/mol B. Percobaan 1. Aquadest + zat A BM = BM =
1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2 𝑊1 × ∆𝑇𝑓 1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2 𝑊1 × ∆𝑇𝑓
BM = 58.44 gr/mol 2. Benzen + Naphtalene BM = BM =
1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2 𝑊1 × ∆𝑇𝑓 1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2 𝑊1 × ∆𝑇𝑓
BM = 128.1705 gr/mol
3. Aquadest + zat C BM = BM =
1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2 𝑊1 × ∆𝑇𝑓 1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2 𝑊1 × ∆𝑇𝑓
BM = 180.156 gr/mol
PEMBUKTIAN BERAT MOLEKUL DENGAN METODE PENURUNAN TITIK BEKU 13