Pemikiran Linguistik Sibawaih Tentang I'rab [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PEMIKIRAN LINGUISTIK SIBAWAIH TENTANG I’RA Awa>khir Al-Kalim Al‘Arabiyyah) .......................................................................................................... 4



BAB III.................................................................................................................... 7 PENUTUP............................................................................................................... 7 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 8



DAFTAR ISI



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan humaniora keislaman tidak dapat dilepaskan dari al-Quran dan Hadis sebagai poros peradaban dan intelektualitas Islam. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. melalui perantara malaikat Jibril as., sedangkan Hadis merupakan ekspresi wahyu yang terinternalisasi dalam diri nabi Muhammad saw. Baik al-Quran maupun Hadis tercatat dan tertransmisi dalam bahasa Arab sebagai sarana komunikasi verbal dan literal komunitas Muslim generasi pertama.1 Oleh karena itu, penguasaan dan pengetahuan bahasa Arab menjadi kunci pokok untuk memahami al-Quran dan Hadis, baik sebagai panduan hidup maupun sebagai sumber mata air pengetahuan dan peradaban. Untuk dapat memahami dan menguasai bahasa Arab diperlukan penguasaan terhadap ilmu nahwu. Ilmu nahwu merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang aturan-aturan, yang dengan aturan tersebut dapat diketahui fungsi suatu kata dan hukumnya dalam kalimat bahasa Arab, satu di antaranya adalah i’ra>b.2 Salah satu tokoh yang berperan dalam membangun pondasi ilmu nahwu adalah Sibawaih.3 Dengan demikian, dalam makalah ini akan diulas mengenai pemikiran linguistik Sibawaih tentang i’ra>b (bab maja>ri awa>khir al-kalim min al-



‘arabiyyah). Pembahasan dalam tulisan ini didasarkan pada Al-Kita>b karya Sibawaih. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka pembahasan yang menjadi bahan kajian makalah ini adalah sebagai berikut. 1



Arif Al Wasim, “Pemikiran Linguistik Sibawaih (148-180 H) dan Urgensinya bagi Studi Islam”, Malan 3, no.1 (2021): h. 82. 2 Mahmud Muhammad Al-T{ana>hi>, Fi> Al-Lugah wa Al-Adab: Dira>sa>t wa Buh}u>s\ (Al-Dar Al-Garb Al-Islami), h. 491. 3 Arif Al Wasim, “Pemikiran Linguistik Sibawaih (148-180 H) dan Urgensinya bagi Studi Islam”, h. 82.



1



2



1. Siapakah Sibawaih? 2. Bagaimana pemikiran linguistik Sibawaih tentang I’ra>b (Maja>ri> Awa>khir



Al-Kalim min Al-‘Arabiyyah)? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu: 1. Untuk menjelaskan biografi Sibawaih 2. Untuk menjelaskan pemikiran linguistik Sibawaih tentang I’ra>b (Maja>ri>



Awa>khir Al-Kalim min Al-‘Arabiyyah)



BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Sibawaih Sibawaih yang bernama lengkap „Amru bin ‘Us\man bin Qanbar (760 M – 796 M) pertama kali belajar fiqh dan hadis dari Hammad bin Salmah. Suatu ketika pada saat belajar hadis, Sibawaih salah dalam membaca sebuah hadis, kemudian beliau disalahkan oleh gurunya dan diminta untuk mengulanginya. Berulang kali membaca, berulang kali pula ia disalahkan. Namun, beliau tidak paham dimana letak kesalahannya. Dari sinilah bermula ketertarikan Sibawaih untuk mempelajari ilmu nahwu.4 Dalam proses pembelajarannya, Sibawaih menempuh dua metode yaitu menulis apa adanya yang didengar (sima’i), dan mendiskusikannya untuk kemudian menafsirkan maksudnya. Dari catatan-catatannya kemudian ia kembangkan pembahasan dan argumentasinya, sehingga menjadi runtutan buku karya besarnya.5 Buku ini yang kemudian dikenal sebagai al-Kita>b. Buku karya Sibawaih ini juga telah menghimpun sebagian besar pendapat tokoh-tokoh ulama nahwu dan pakar-pakar linguistik aliran Basrah, sehingga dapat dijadikan sumber dasar bagi tokoh-tokoh ilmu nahwu jika ingin melakukan pengkajian terhadap ilmu nahwu. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kemudian karya linguistik Sibawaih disebut sebagai quran al-nahwiy (kitab suci dalam bidang nahwu).6



4



Syauqi Dhaif, Madaris al-Nahwiyah (Kairo: Dar al-Ma‟arif, 1968), h.57 Syauqi Dhaif, Madaris al-Nahwiyah, h.57 6 Bustamin Dihe, “Konstruksi Pemikiran Sibawaih dalam Kajian Ilmu Nahwu”, Rausyan Fikr 14, no. 1 (2018): h. 89-112. 5



3



4



B. Pemikiran Sibawaih Tentang I’ra>b (Maja>ri> Awa>khir Al-Kalim min Al-



‘Arabiyyah) Dalam menjelaskan struktur gramatikal bahasa Arab, Sibawaih tidak terlalu memunculkan terminologi khusus dan kemudian mendefinisikannya. Sebaliknya, ia membahas tata cara peletakan posisi kata dalam kalimat dengan detil. Karakter yang paling mendasar dalam pembahasan dan urainnya adalah adanya perubahan harakat (i’ra>b) pada bahasa Arab.7 Menurut Sibawaih i’ra>b/ maja>ri> awa>khir al-kalim min al-‘arabiyyah (perubahan akhir kata/ kalimah dalam bahasa Arab) memiliki delapan unsur, yaitu nas}ab, jar, rafa’, jazm, fathah, kasrah, d}ammah, dan waqaf. Kedelapan unsur ini kemudian diklasifikasikan menjadi empat keadaaan, yaitu nas}ab dan fathah berkumpul dalam satu keadaan, jar dengan kasrah, rafa’ dengan d}ammah, dan jazm dengan waqaf.8 Perubahan akhir kata dalam bahasa Arab terjadi disebabkan oleh ‘amil yang masuk pada kata tersebut. Perubahan ini tidak berlaku untuk huruf, karena semua huruf sifatnya bina’ (tetap), tidak dipengaruhi oleh ‘amil yang masuk padanya.9 Dalam alfiyah Ibnu Malik, dikatakan (‫للبناء‬



‫)وكل حرف مستحق‬



yang



artinya “adapun setiap huruf menerima posisi bina’.”10 1. Pada ism a. Nas}ab; (mufrad) ‫زيدا‬ b.



‫ رأيت‬- ‫ هذا رجل ضارب زيدًا‬، (jamak taks\ir) ‫رأيت الرجال‬ Jar; (mufrad muns}arif) ‫ مررت بزيد‬، (jamak taks\ir) ‫ت ِبلرجال‬ ُ ‫ مرْر‬، muannas\ salim) ‫سلمات‬ ُ ‫مرْر‬ ْ ‫ت ِبلْ ُم‬



c. Rafa’; (mufrad)



‫ هذا زيد‬،



(jamak taks\ir)



‫هن طالبات‬



(jamak



‫ب‬ ُ ‫ جاء الطال‬، (jamak muannas\ salim)



Jazm pada ism tidak berlaku/ tidak ada. 7



Sri Guno Najib Chaqoqo, Sejarah Nahwu: Memotret Kodifikasi Nahwu Sibawaih (Salatiga: LP2M Press IAIN Salatiga, 2015), h. 114-115. 8 Abi Basyar „Amru bin Us\man bin Qanbari, Al-Kita>b: Kita>bu Sibawaihi (Kairo: Madani), h. 13. 9 Abi Basyar „Amru bin Us\man bin Qanbari, Al-Kita>b: Kita>bu Sibawaihi, h. 13. 10 Nahwu Bab I'rob (ghoorib.com)



5



2. Pada al-fi’l al-mud}ari’ a. Nas}ab; ‫يفعل‬ b. c.



‫لن‬ Rafa‟; ‫سيفعل‬ ُ Jazm; ‫مل يفعل‬ ْ



Jar pada al-fi’l al-mud}ari’ tidak berlaku. Jar hanya berlaku pada ism saja karena salah satu tanda ism adalah khafad} (jar), tidak ditemukan fi’l itu khafad}. Setiap i’ra>b memiliki alamat (tanda). Sebelumnya telah disebutkan empat tanda asli dari i’ra>b, yaitu fathah, kasrah, d}ammah, dan waqaf. Adapun tandatanda lainnya yaitu sebagai berikut. 1. Tanda i’ra>b nas}ab. a. Alif; (asmaul khamsah) ‫اِبك‬ Kata



‫اِبك‬



‫رأيت‬.



di dalam kalimat tersebut berfungsi sebagai maf‟ul. Karena dia



termasuk asmaul khamsah, maka lafaz tersebut di-nas}ab dengan alif b. Kasrah; (jamak muannas\ salim) ‫املسلمات‬ c. Ya’; (tas\niyyah) ‫الرجلني‬



‫ رأيت‬11



‫ رأيت‬، (jamak muz\akkar salim) ‫رأيت املسلمني‬



d. Haz\f al-nun/ membuang nun; (af’al al-khamsah), seperti dalam firman Allah pada QS. Al-Isra (17): 94:



۟ ۟ ‫ٱَّللُ بشرا َّر ُسوَّل‬ ٓ ‫وما منع ٱلنَّاس أن يُ ْؤمنُ ٓوا إ ْذ جآء ُه ُم ٱ ْْلُد‬ َّ ‫ى إََّّلٓ أن قالُٓوا أب عث‬



Sebelum dimasuki ‘amil nawas}ib yaitu



‫أن‬



kata



‫ يُ ْؤمنُ ْوا‬berasal dari kata ‫ يُ ْؤمنُ ْون‬.



Karena dimasuki ‘amil )‫ (أن‬maka kata tersebut di-nas}ab dengan membuang huruf nun-nya. 2. Tanda i’ra>b rafa’. a. Wau; (jamak muz\akkar salim) ‫سل ُم ْون‬ ْ ‫الْ ُم‬ b. Alif; (isim tas\niyyah) ‫سلمتان‬ ْ ‫الْ ُم‬ c. Nun; (af’al al-khamsah) 3. Tanda i’ra>b jar. 11



‫مها‬



‫ جاء‬، (asmaul khamsah) ‫جاء أ ْخ ْوك‬



‫ هم ي ْفع ْل ْون‬، ‫ أنت ت ْفعل ْني‬، ‫مها ي ْفعالن‬



Pengertian I'rob, Macam-macam, Tanda, Dan Contoh Dalam Ilmu Nahwu (jumanto.com)



6



‫خيك‬ ُ ‫مرْر‬ ْ ‫ت ِب‬ muz\akkar salim) ‫سلم ْني‬ ُ ‫مرْر‬ ْ ‫ت ِبلْ ُم‬



a. Ya‟; (asmaul khamsah)



b. Fathah; (ism gairu muns}arif)



، (tas\niyyah)



‫مررت ِبمحد‬



‫ت ِبلْ ُم ْسلمت ْني‬ ُ ‫مرْر‬



، (jamak



kecuali jika ism gairu muns}arif



ini ditambahkan (‫ )ال‬di depannya atau menjadi mud}af, maka tanda i’ra>b jar-nya berupa kasrah, bukan fathah, contohnya kata ‫ رمضان‬pada lafaz niat puasa: 4. Tanda i’ra>b jazm.



‫السنة‬ َّ ‫ت ص ْوم رمضان هذه‬ ُ ْ‫نوي‬



Tanda i’ra>b jazm lainnya yaitu haz\f al-harf (membuang huruf) yang berlaku pada fi’l mud}ari’ mu’tal akhir.



‫ مل خيش ومل يغز ومل يرم‬. Lafaz ‫ مل خيش ومل يرم‬fi’l mud}ari’-nya berasal dari kata ‫ خيشى ويرمى‬, namun setelah di-jazm huruf ya-nya dibuang. Sedangkan lafaz ‫مل‬ ‫ يغز‬fi’l mud}ari’-nya berasal dari kata ‫ يغزو‬, setelah di-jazm huruf wau-nya dibuang Contohnya:



BAB III PENUTUP Kesimpulan Sibawaih (760 M- 796 M) mulai tertarik mempelajari ilmu nahwu ketika beliau belajar hadis kepada gurunya yang bernama Hammad bin Salmah. Hammad bin Salmah menyalahkan cara membaca hadis Sibawaih dan terus memintanya untuk mengulanginya. Selama mempelajari ilmu nahwu Sibawaih menggunakan metode menulis apa yang ia dengar (sima’i) dan mendiskusikannya untuk kemudian menafsirkan maksudnya. Dari catatan-catatannya kemudian ia kembangkan pembahasan dan argumentasinya, sehingga menjadi buku karya besarnya yang dikenal dengan al-Kita>b. Sibawaih mendefinisakan i’ra>b sebagi maja>ri> awa>khir al-kalim min al-



‘arabiyyah yang berarti perubahan akhir kata/ kalimah dalam bahasa Arab, yang mana perubahan ini terjadi disebabkan oleh ‘amil yang masuk pada kata tersebut.



I’ra>b dibagi ke dalam empat keadaan, yaitu nas}ab, jar, rafa’, dan jazm. Tandatanda i’ra>b, antara lain: 1. Tanda i’ra>b nas}ab ada lima, yaitu fathah, alif; kasrah, ya’, haz\f al-nun/ membuang nun. 2. Tanda i’ra>b jar ada tiga, yaitu kasrah, ya’, dan fathah. 3. Tanda i’ra>b rafa’ ada empat, yaitu d}ammah, wau, alif; dan nun. 4. Tanda i’ra>b jazm ada dua, yaitu waqaf dan haz\f al-harf/ membuang huruf.



7



DAFTAR PUSTAKA



Al Qanbari, Abi Basyar ‘Amru bin Us\man. Al-Kita>b: Kita>bu Sibawaihi , (Kairo: Madani). Al T{ana>hi>, Mahmud Muhammad. Fi> Al-Lugah wa Al-Adab: Dira>sa>t wa Buh}u>s\. Al-Dar Al-Garb Al-Islami.



Al Wasim, Arif. “Pemikiran Linguistik Sibawaih (148-180 H) dan Urgensinya bagi Studi Islam”. Malan 3, no.1 (2021). Chaqoqo, Sri Guno Najib. Sejarah Nahwu: Memotret Kodifikasi Nahwu Sibawaih. Salatiga: LP2M Press IAIN Salatiga, 2015. Dhaif, Syauqi. Mada>ris al-Nahwiyyah. Kairo: Dar al-Ma‟arif, 1968. Dihe, Bustamin. “Konstruksi Pemikiran Sibawaih dalam Kajian Ilmu Nahwu”. Rausyan Fikr 14, no. 1 (2018). Nahwu Bab I'rob. ghoorib.com. (23 Oktober 2021).



Pengertian I'rob, Macam-macam, Tanda, Dan Contoh Dalam Ilmu Nahwu jumanto.com. (23 Oktober 2021).