Dokumen tidak ditemukan! Silakan coba lagi

Penandaan Dan Perhitungan Dosis Hewan Percobaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI SISTEM ORGAN PENANDAAN PADA HEWAN UJI DAN PERHITUNGAN DOSIS (Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah P. Farmakologi Sistem Organ)



Disusun oleh : Kelompok 10 Farmasi 2 C Anggota : Yoni Agam Putratama



31118125



Ismi Fajriani



31118141



Aneu Nia Rolita P



31118142



Tira Mutiara Utami



31118144



Imas Tantri Nurhidayah



31118146



PROGRAM STUDI S1 FARMASI STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA 2019/2020



PERCOBAAN 2 & 3 PENANDAAN PADA HEWAN UJI DAN PERHITUNGAN DOSIS



A.



Tujuan 1. Untuk mengetahui cara penandaan hewan percobaan 2. Untuk mengidentifikasi hewan percobaan dan mengelompokkannya untuk diberi penandaan yang pada umumnya berdasarkan pada bobot hewan percobaan (mg/kg BB atau g/kg BB) 3. Untuk mengetahui dan memahami perhitungan dosis pada hewan percobaan.



B.



Prinsip Percobaan Prinsip dilakukan penandaan hewan percobaan adalah bentuk karakteristik hewan satu spesies itu identik atau mempunyai identitas diri sama. Dan prinsip dilakukan perhitungan dosis adalah untuk meminimalisir terjadinya kesalahan pemberian dosis obat kepada hewan percobaan, karena dosis pada hewan percobaan berbeda dengan manusia.



C.



Dasar Teori Dasar dilakukan penandaan hewan percobaan adalah bentuk karakteristik hewan satu spesies itu identik atau mempunyai identitas diri sama dengan demikian dilakukan penandaan terhadap hewan percobaan karena dosis obat yang diberikan pada hewan percobaan dinyatakan dalam mg /g per kg bobot tubuh hewan sehingga perlu diketahui berat dari tiap hewan percobaan yang akan digunakan dalam percobaan dan tiap hewan diberi tanda (titik/garis) dengan pewarna untuk mengidentifikasinya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : 1. Diberi nama : dengan ditulis nomor pada tubuhnya. 2. Diberi tanda : pewarnaan pada bulu (dengan asam pikrat): tata letak dibagian tubuh tertentu misalnya : kaki kanan/kiri.



3. Tanda pada ekor berdasarkan tata nomor romawi. 4. Dengan tato nomor. Diekor dengan laser; animal identification marking system (AIMS). Untuk memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat pada setiap spesies hewan percobaan diperlukan data mengenai penggunaan dosis secara kuantitatif. Hal ini sangat diperlukan bila obat tersebut akan diaplikasikan pada manusia, dan pendekatan terbaik adalah menggunakan perbandingan luas permukaan tubuh. Pada tabel 1.1 ditunjukkan pola perbandingan luas permukaannya untuk beberapa spesies hewan percobaan yang sering digunakan. Table 1.1 perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis Hewan



20g



200g



400g



1,5g



2kg



4kg



12kg



70kg



Mencit



1,0



7,0



12,29



27,8



23,7



64,1



124,2



387,9



0,14



1,0



1,74



3,3



4,2



0,2



17,8



56,0



0,08



0,57



1,0



2,25



2,4



5,2



10,2



31,5



0,04



0,25



0,44



1,0



1,08



2,4



4,5



14,2



0,03



0,23



0,41



0,92



1,0



2,2



4,1



13,0



0,016



0,11



0,19



0,42



0,45



1,0



1,9



6,1



0,008



0,06



0,1



0,22



0,24



0,52



1,0



3,1



Manusia 0,0026



0,018



0,031



0,07



0,13



0,16



0,32



1,0



20g Tikus 20-0g Marmot 400g Kelinci 1,5 kg Kucing 2kg Kera 4kg Anjing 12kg



70kg



Volume pemberian obat pada hewan percobaan Volume cairan yang diberikan pada setiap jenis hewan percobaan tidak boleh melebihi batas maksimal yang telah ditetapkan, seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.2



Table 1.2 volume maksimal (ml) pemberian obat pada hewan (5) Hewan



IV



IM



IP



SC



PO



Mencit



0,5



0,005



1



0,5



1



Tikus



1



0,1



3



2



5



Kelinci



5-10



0,5



10



3



20



Marmot



2



0,2



3



3



10



Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan: 1. Faktor Internal a.



Variasi biologik (usia, jenis kelamin)



b.



Ras dan sifat genetik



c.



Status kesehatan dan nutrisi



d.



Bobot tubuh



e.



Luas permukaan tubuh



2. Faktor Eksternal a. Suplai oksigen b. Pemeliharaan lingkungan fisiologik dan isoosmosis c. Pemeliharaan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ untuk percobaan. 3. Faktor lainnya a. Keadaan kandang b. Suasana asing atau baru c. Pengalaman hewan dalam penerimaan obat



d. Keadaan ruang tempat hidup (suhu, kelembaban, ventilasi, cahaya, kebisingan) e. Penempatan hewan



D.



Alat dan Bahan 1. Sarung tangan



2. Kandang



3. Mencit



4. Kapas



5. Katenbat



6. Asam pikrat



E.



Prosedur Kerja 







Penandaan pada ekor menggunakan spidol permanen



1



2



3



4



5



6



7



8



9



10



Penandaan pada bulu dengan asam pikrat



F.



1



2



3



4



5



6



7



8



9



10



20



30



40



50



60



70



80



90



100



Hasil Pengamatan Penandaan hewan percobaan merupakan suatu cara untuk membedakan hewan yang akan diujikan yang memiliki spesies identik atau identitas diri yang sama. Misal penguji akan melakukan pemberian obat pada 3 hewan mencit. Tentu untuk setiap hewan harus mempunyai suatu tanda yang dapat membedakan setiap mencit untuk setiap perlakuan yang berbeda. Cara penandaan hewan uji menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor 7 Tahun 2014 : Penandaan hewan uji dilakukan dengan cara memberikan larutan asam pikrat 10% dalam alcohol.Penandaan dilakukan dengan tujuan membedakan antara hewan satu dengan yang lainnya. Penandaan biasanya dilakukan seperti pada gambar di bawah :



Tabel tempat penandaan hewan uji :



No Hewan



Tanda



Tempat



1



A



Kepala



2



B



Punggung



3



C



Ekor



4



A&B



Kepala dan punggung



5



A&C



Kepala dan ekor



6



B&C



Punggung dan ekir



7



A,B &C



Kepala, punggung dan ekor



8



D



Kaki kanan depan



9



E



Kaki kiri depan



10



F



Kaki kanan belakang



11



G



Kaki kiri belakang



12



-



Tidak diberi tanda apapun



Penandaan hewan uji dilakukan dengan 4 tahap, yaitu : 1. Pemberian nama (penulisan nomor pada tubuh) 2. Pemberian tanda (pewarnaan pada bulu dengan asam pikrat 3. Tanda pada ekor berdasarkan tata nomor romawi 4. Tanda tato nomor dengan laser atau AIMS



Pada praktikum kali ini dilakukan penandaan pada point no 2 yaitu dengan penandaan menggunakan asam pikrat pada ekor hewan uji dan bulu hewan uji. Caranya dengan pemberian garis pada punggung hewan uji yang terdiri dari beberapa jenis garis yaitu pada ekor meliputi : 1. Satu garis horizontal pada ujung ke arah badan hewan 2. Dua garis horizontal pada ujung ke arah badan hewan 3. Tiga garis horizontal pada ujung ke arah badan hewan



4. Satu garis horizontal pada ujung ke arah badan hewan dengan satu garis vertical panjang pada tengah ekor Dan beberapa tanda yang telah disinggung pada laman sebelumnya. Kemudian penandaan pada bulu hewan uji. Yang telah diujikan yaitu pemberian garis vertical pada tengah badan hewan uji.



Kekurangan dan kelebihan zat warna asam pikrat : Asam pikrat adalah senyawa kimia secara yang secara resmi disebut 2,4,6trinitrofenol (TNP). Kristal padat berwarna kuning ini adalah salah satu fenol yang paling asam dan vinylogous untuk asam nitrat. Beberapa kegunaan dari asam pikrat dalam kimia organik adalah untuk pembuatan garam kristal dari basa organik (pikrat) untuk tujuan identifikasi dan karakterisasi. Lebih jarang, asam pikrat basah telah digunakan sebagai pewarna kulit atau bahan merek sementara. Zat ini bereaksi dengan protein di kulit untuk memberi warna coklat tua yang mungkin berlangsung selama satu bulan. Asam pikrat telah digunakan selama bertahun-tahun oleh lalat tyers untuk mewarnai kulit mol dan bulu gelap zaitun hijau. Ini yang menjadi alasan mengapa digunakan asam pikrat untuk penandaan hewan uji. Yang menjadi kekurangan dari senyawa ini karena sifat racunnya. Ketika senyawa ini akan digunakan, tidak menutup kemungkinan terjadinya kontak langsung dengan penguji.



Hasil pengamatan dosis 1. Diketahui dosis simvastatin untuk dewasa 10 mg. Bobot tablet rata2 125 mg. Ditanyakan : a. Dosis pada mencit 30 gram b. Berat tablet yang diserbukkan yang harus ditimbang untuk membuat larutan stok 100 ml c. Volume pemberian sediaan utk mencit 20 gram jawab : a. Konversi kemencit = 10 × 0,0026 = 0,026/20 g BB mencit



30 g



Konversi BB = 20 g × 0,026 = 0,039 mg/30 g BB mencit 0,039



b. Konversi ke tablet = 10 mg × 125 mg = 0,4875 mg Larutan stok 100 ml =



100 ml 0,2 ml



× 0,4875 = 243,75 mg 20 g



c. Volume pemberian mencit 20 g = 30 g × 0,2 = 0,1333 ml 2. Diketahui dosis paracetamol utk mencit 20 gram 1.3 mg/20gram bb mencit a. Berapakah dosis tikus 300 gram? b. Buat larutan stok 100 ml c. Berapa volume pemberian tikus 400 gram jawab : a. Konversi ketikus = 1,3 mg × 7,0 = 9,1 mg/200 g BB tikus 300 g



Konversi BB = 200 g × 9,1 = 13,65 mg/300 g BB tikus b. Larutan stok =



100 ml 2 ml



× 9,1 = 455 mg 400 ml



c. Volume pemberian mencit 20 g = 200 ml × 2 = 4 ml 3. Diketahui dosis furosemid untuk dewasa 20mg. Bobot rata2 tablet 135mg.



Ditanyakan : a. Dosis pada mencit 28 g? b. Berat tablet yang diserbukan yg harus ditimbang untuk membuat larutan stok 100 ml c. Berapa volume pemberian sediaan untuk mencit 35g? Jawab : a. Konversi ke mencit = 20 mg × 0,0026 = 0,052 mg / 20 g BB mencit 28 g



Konversi BB mencit = 20 g × 0,052 = 0,0728 mg/28 g BB mencit b. Konversi ke tablet = Larutan stok =



0,0728 g



100 ml 0,2 ml



20 g



× 135 mg = 0,49 mg



× 0,49 mg = 245 mg/100 ml 35 g



c. Volume pemberian untuk mencit 35 g = 28 g × 0,2 ml = 0,25 ml 4. Diketahui dosis ketorolac injeksi untuk 70 kgbb manusia adalah 30mg/ml.



Ditanyakan : a.



Berapakah dosis tikus 270 gram?



b.



Berapa volume ketorolac injeksi yg harus diambil untuk membuat larutan stok 100 ml



c.



Berapa volume pemberian tikus 150 gram Jawab : a. Konversi ke tikus = 30 mg × 0,018 = 0,54 mg / 200 g BB tikus konversi BB =



270 g 200 g



× 0,54 mg = 0,729 mg / 270 g BB Tikus



b. Konversi ke injeksi = Larutan stok =



100 ml 1 ml



0,729 mg 30 mg



× 1 ml = 0,0243 ml /2 ml



× 0,0243 ml = 2,43 ml / 100 ml 150 g



c. Volume pemberian tikus 150 g = 200 g × 1 ml = 0,75 ml 5. Diketahui dosis asam mefenamat untuk tikus 200 gram 9 mg/200gram bb tikus a. Berapakah dosis mencit 32 gram? b. Buat larutan stok 50 ml c. Berapa volume pemberian mencit bobot 22 gram Jawab : a. konversi ke mencit = 9 mg × 0,14 = 0,99 mg / 20 g BB mencit 32 g



konversi BB = 20 g × 0,99 mg = 1,584 mg / 32 g BB mencit 50 ml



b. larutan stok 50 ml = 0,2 ml × 0,99 mg = 247,5 mg/50 ml 22 g



c. volume pemberian mencit 22 g = 20 g × 0,2 ml = 0,22 ml 6. Diketahui dosis metamizole sodium injeksi untuk dewasa 15 mg/kgBB. Sediaan yang tersedia adalah bentuk ampul 2 ml dimana tiap ml mengandung 500 mg metamizol sodium. Ditanyakan : a. Berapakah dosis pada mencit 26 gram? b. Berapa volume metamizol injeksi yg harus diambil untuk membuat larutan stok 50 ml c. Berapa volume pemberian untuk mencit 20 gram



Jawab : a. Konversi kemencit = 1000 mg × 0,0026 mg = 2,6 mg / 20g BB mencit 26 g



Konversi BB = 20 g × 2,6 mg = 3,38 mg / 26g BB mencit 3,38 mg



b. Konversi sediaan keinjeksi = 1000 mg × 2 ml = 0,00676 ml / 2 ml 50 ml



Larutan stok 50 ml = 0,2 ml × 3,38 mg = 8,45 mg / 50 ml 20 g



c. Volume pemberian mencit 20 g = 20 g × 0,2 ml = 0,2 ml



G.



Pembahasan Pada praktikum ini yaitu tentang penandaan hewan uji dilakukan penandaan hewan uji dengan memberikan tanda pada ekor dan tubuh hewan menggunakan spidol permanen dan asam pikrat. Penandaan ini dilakuakan dengan tujuan sebagai bentuk karakteristik hewan satu spesies yang identic dan mempunyai identitas yang sama dengan demikian dilakukan penendaan. Pada praktikum ini dilakukan penandaan menggunakan sepidol permanen yang diberikan pada ekor hean uji dan bentuknya berdasarkan tata nomor romawi. Sedangkan penandaan pada bulu hewan uji dalam praktikum ini menggunakan asam pikrat. Penggunaan spidol permanen juga dilakukan agar tanda yang dibuat pada ekor hewan uji tahan lama tidak mudah pudar. Pada tubuh atau bulu hewan menggunakan asam pikrat karena ketahanannya lebih lama (±1 bulan) dibandingkan menggunakan spidol pada punggung hewan uji. Asam pikrat digunakan sebagai cat warna pada hewan ataupun mikroorganisme karena pewarnaan asam dapat terjadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negative pada dasarnya pewarnaan adanya ikatan ion pada komponen seluler dengan senyawa aktif pewarna yang disebut kromogrn. Asam pikrat lebih tahan lama dibandingkan dengan spidol bila dioleskan pada bulu hewan uji, hal ini terjadi karena asam pikrat memiliki warna yang cukup terang dan non iritasi pada mencit sehingga untuk menandai mencit satu dengan yang lain akan terlihat.



Penandaan juga digunakan untuk membedakan pemberian dosis dari tiap hewan uji karena bobot dari tiap hewan uji akan bebeda satu sama lain meskipun secara langsung akan terlihat sama sehingga diperlukan penandaan baik pada punggung atau pada ekor hewan uji. Biasanya pada kelompok hewan percobaan dalam penelitian berjumlah sekitar 5 ekor. Dan dari tiap kelompoknya tersebut memiliki klasifikasi tertentu baik bobot hewan uji maupun perlakuan berbeda hinggga pada dosis pemberian sediaan kepada hewan uji tersebut. Pemberian tanda ini juga berpengaruh pada pemberian dosis sediaan pada hewan uji karena penandaan ini dapat membedakan hewan uji dengan bobot tertentu untuk mempermudah pemberian sediaan. Pemberian dosis pada hewan uji harus sesuai dengan bobot hewan uji yang berarti setiap hewan memiliki dosis yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhu bioavailabilitas obat, yaitu jumlah obat dalam persen terhadap dosis yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh atau aktif. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu faktor obat itu sendiri misalnya sifat fisiko kimia nya. Kebutuhan dosis untuk ukuran hewan uji dapat dihitung dengan cara dosis dari manusia yang telah diketahui lalu dikonversi ke dosis hewan uji dapat dilihat dari table luas permukaan hewan uji sehingga di dapat dosis hewa uji. Selanjutnya untuk mengetahui volume larutan yang diperlukan dapat dihitung dengan cara mengalikan jumlah dosis dengan jumlah hewan coba dan ditambah dengan pembawa.



H.



Kesimpulan pada praktikum penandaan dan perhitungan dosis ini dapat disimpulkan bahwa penandaan dilakukan untuk menandai hewan uji berdasarkan karakteristiknya baik itu berat badan ataupun yang lainnya, penandaan dilakukan untuk memisahkan hewan uji swsuai karakteristiknya. Penandaan hewan uji ini menggunakan spidol permanen pada ekor hewan uji dengan pola sesuai dengan angka romawi. Dan penandaan dengan asam pikrat dilakukan



dengan mengoleskan asam ikrat pada bulu hewa uji sesuai pola, asam pikrat lebih tahan lama dibandingkan dengan sepidol. Pada perhitungan dosis penandaan berhubungan karena perhitungan dosis didasarkan pada berat badan hewan uji dan berat badan setiap hewan uji pasti berbeda-beda oleh karena itu diberikan penanndaan. Perhitungan dosis juga dilakukan dengan mengkonversi dari berat badan manusia ke berat badan hewan uji.