Penatalaksanaan Dan Pencegahan Infeksi Oportunistik Yang Tersering Pada Penderita Hiv Di Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

0



PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI OPORTUNISTIK YANG TERSERING PADA PENDERITA HIV DI INDONESIA



Oleh : Putu Ayu Elvina Pembimbing: Dr.dr. AAGP Wiraguna, Sp.KK (K), FINDSDV, FAADV



PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR 2015



1



DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .................................................................................................... i



BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3 2.1 Definisi Infeksi Oportunistik .................................................................... 3 2.2 Epidemiologi Infeksi Oportunistik pada Penderita HIV .......................... 3 2.3 Patogenesis Infeksi Oportunistik pada Penderita HIV ............................. 4 2.4 Terapi Antiretroviral pada Penderita HIV dengan Infeksi Oportunistik .. 7 2.4.1 Saat Pemberian Terapi Antiretroviral pada Infeksi Oportunistik .... 7 2.4.2 Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome ............................ 9 2.5 Pencegahan dan Penatalaksanaan Spesifik Infeksi Oportunistik yang Tersering pada Penderita HIV di Indonesia ............................................. 11 2.5.1 Tuberkulosis .................................................................................... 11 2.5.1.1 Pencegahan Koinfeksi TB-HIV ......................................... 12 2.5.1.2 Penatalaksanaan Koinfeksi TB-HIV .................................. 13 2.5.2 Diare Kriptosporidial ....................................................................... 14 2.5.2.1 Pencegahan Diare Kriptosporidial ..................................... 14 2.5.2.2 Penatalaksanaan Diare Kriptosporidial .............................. 15 2.5.3 Kandidiasis Mukokutaneus.............................................................. 16 2.5.3.1 Pencegahan Kandidiasis Mukokutaneus ............................ 16 2.5.3.2 Penatalaksanaan Kandidiasis Mukokutaneus..................... 17 2.5.4 Ensefalitis Toksoplasmik ................................................................. 17 2.5.4.1 Pencegahan Ensefalitis Toksoplasmik ............................... 18 2.5.4.2 Penatalaksanaan Ensefalitis Toksoplasmik ........................ 20 2.5.5 Pneumonia Pneumocystis ................................................................ 20 2.5.5.1 Pencegahan Pneumonia Pneumocystis ............................... 21 2.5.5.2 Penatalaksanaan Pneumonia Pneumocystis ....................... 22 BAB III RINGKASAN .................................................................................... 23 DAFTAR PUSTAKA



2



BAB I PENDAHULUAN



Penyebaran infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin meningkat dan menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 36,9 juta orang di dunia terinfeksi virus ini pada tahun 2014 dengan 2 juta infeksi baru setiap tahunnya.1 Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan jumlah kumulatif infeksi HIV di Indonesia dari tahun 1987 hingga September 2014 mencapai 150.296 kasus, dengan 22.869 kasus baru pada tahun 2014.2 Bali menempati urutan kelima dengan 9.637 kasus kumulatif, yang sebagian terdata dari Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah sebanyak 2.965 kasus mulai tahun 2004 hingga 2014 dengan 304 kasus baru pada tahun 2014.2,3 Perjalanan alami infeksi HIV yang tidak diterapi menyebabkan penurunan imunitas pejamu berkelanjutan hingga menimbulkan infeksi oportunistik (IO) yang menandakan terjadinya acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).4,5 Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan jumlah kumulatif penderita AIDS di Indonesia dari tahun 1987 hingga September 2014 mencapai 55.799, atau sekitar 36,7% dari keseluruhan kasus HIV.2 Infeksi oportunistik dideskripsikan sebagai infeksi yang mengalami peningkatan frekuensi dan keparahan pada individu dengan HIV/AIDS.6 Infeksi ini disebabkan oleh patogen yang tidak bersifat invasif pada orang sehat, namun dapat menyerang tubuh apabila sistem imunitas menurun.7 Jenis patogen penyebab IO bervariasi pada masing-masing wilayah. Penelitian di India mendapatkan bahwa secara umum kandidiasis orofaringeal, tuberkulosis (TB) dan diare oleh kriptosporidia merupakan IO yang tersering.8 Hal yang serupa juga didapatkan di Indonesia. Laporan Surveilans AIDS Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1987 sampai dengan 2009 mendapatkan bahwa IO yang terbanyak adalah TB, diare kronis dan kandidiasis orofaringeal.9 Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar Bali pada tahun



3



2014 yang mendapatkan IO tersering adalah TB, Toksoplasmosis, kandidiasis oral, IO multipel dan pneumonia.10 Infeksi oportunistik merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pasien dengan HIV/AIDS. Sistem imun yang sangat rendah dapat menyebabkan IO berakhir dengan kematian kecuali mendapat terapi adekuat.10 Penatalaksanaan terhadap IO yang paling bermakna adalah terapi antiretroviral (antiretroviral therapy/ART) di samping terapi antimikrobial spesifik untuk IO.4,11 Angka kejadian IO menurun drastis sejak diperkenalkannya ART pada tahun 1996 dan diimplementasikannya profilaksis IO pada pertengahan tahun 1990, sehingga meningkatkan harapan dan kualitas hidup penderita HIV.12,13 Pemberian ART di sisi lain juga berpotensi menimbulkan immune reconstitution inflammatory syndrome (IRIS) atau sindrom pulih imun yang berkaitan dengan beban penyakit yang lebih berat sehingga perlu dipertimbangkan dalam menentukan dimulainya rejimen ART.6,14 Berdasarkan data tersebut, mengetahui strategi dalam pencegahan dan penatalaksanaan IO merupakan hal yang penting dalam menangani kasus HIV/AIDS. Tinjauan pustaka ini akan membahas mengenai pathogenesis, pencegahan dan penatalaksanaan IO yang sering dijumpai di negara berkembang, khususnya di Indonesia, serta pertimbangan pemberian ART pada IO. Diharapkan tinjauan pustaka ini dapat menambah wawasan serta mengoptimalkan penanganan pasien dengan HIV/AIDS.



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Definisi Infeksi Oportunistik Infeksi oportunistik adalah infeksi oleh patogen yang biasanya tidak bersifat invasif namun dapat menyerang tubuh saat kekebalan tubuh menurun, seperti pada orang yang terinfeksi HIV/AIDS.7,12 Infeksi ini dapat ditimbulkan oleh patogen yang berasal dari luar tubuh (seperti bakteri, jamur, virus atau protozoa), maupun oleh mikrobiota sudah ada dalam tubuh manusia namun dalam keadaan normal terkendali oleh sistem imun (seperti flora normal usus).10 Penurunan sistem imun berperan sebagai “oportuniti” atau kesempatan bagi patogen tersebut untuk menimbulkan manifestasi penyakit. Centers for Disease Control (CDC) mendefinisikan IO sebagai infeksi yang didapatkan lebih sering atau lebih berat akibat keadaan imunosupresi pada penderita HIV.14,15 Infeksi oportunistik yang digolongkan CDC sebagai penyakit terkait AIDS (AIDS-defining illness) adalah kriptosporidiosis intestinal (diare kronis >1 bulan); Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP); strongiloidosis selain pada gastrointestinal (GI); toksoplasmosis dan CMV selain pada hati, limfa dan kelenjar getah bening (KGB); kandidiasis esofagus, bronkus atau paru; kriptokokosis sistem saraf pusat (SSP) atau diseminata; Mycobacterium avium dan M. kansasii selain pada paru dan KGB; virus herpes simpleks mukokutaneus kronis, paru dan GI; progressive multifocal leucoencephalopathy (PML); sarkoma Kaposi pada usia 10%).28 Gambaran radiologis dada dapat dijumpai infiltrat fibronoduler pada lobus paru atas dengan atau tanpa kavitasi (Gambar 1).15 Infeksi TB dapat terjadi pada jumlah CD4+ berapapun, namun pasien dengan jumlah CD4+