Pendidikan Seumur Hidup [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pendidikan Seumur Hidup dan Belajar Seumur Hidup



1. Pendidikan Seumur Hidup “Pendidikan Seumur Hidup”/”Life-Long Education” (bukan “long life education”) adalah makna yang seharusnya benar-benar terkonsepsikan secara jelas serta komprehensif dan dibuktikan dalam pengertian, dalam sikap, perilaku dan dalam penerapan terutama bagi para pendidik di negeri kita. Pendidikan seumur hidup merupakan sebuah sistem pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Azas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu azas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinue, yang bemula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia dan tidak terbatas oleh waktu seperti pendidikan formal. Proses belajar seumur hidup tidak hanya dilakukan seorang yang terpelajar, tetapi semua lapisan masyarakat bisa melaksanakanya. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal, non formal maupun formal baik yang berlansung dalam keluarga, disekolah, dalam pekerjaan, dan dalam kehidupan masyarakat. Islam menekankan pentingnya pendidikan seumur hidup, Nabi bersabda : Tuntutlah ilmu dari buain sampai meninggal dunia. Pemerintah juga menekankan betapa perlu dan pentingnya pendidikan seumur hidup itu, melalui kebijakan Negara ( Tap MPR No. IV / MPR / 1970 jo. Tap No. IV/ MPR / 1978 Tentang GBHN ) maka dimulailah konsep tentang pendidikan seumur hidup. Didalam UU Nomor 20 tahun 2003, penegasan tentang pendidikan seumur hidup, dikemukakan dalam pasal 13 ayat (1). Dengan pendidikan seumur hidup manusia di tuntut untuk membantu individunya agar dapat mengikuti perubahan-perubahan sosial sepanjang hidupnya, yang terpenting adalah manusia dapat bertahan dari segi apapun di era globalisasi ini. Karena didasarkan betapa pentingnya pendidikan seumur hidup itu, maka memiliki beberapa urgensi antara lain: Aspek ideologis, setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan pengetahuan dan menambah keterampilannya. pendidikan seumur hidup akan membuka jalan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Aspek ekonomis, pendidikan seumur hidup akan memberi peluang bagi seseorang untuk meningkatkan produktivitas, memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya, hidup di lingkungan yang menyenangkan-sehat, dan memiliki motivasi dalam mendidik anak-anak secara tepat sehingga pendidikan keluarga menjadi penting. Aspek sosiologis, di negara berkembang banyak orangtua yang kurang menyadari pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya. Pendidikan seumur hidup bagi orang tua merupakan problem solving terhadap fenomena tersebut. Aspek politis, pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada seluruh rakyat untuk memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan lembaga-lembaga negara lainnya.



Tugas pendidikan seumur hidup menjadikan seluruh rakyat menyadari pentingnya hakhak pada negara demokrasi. Aspek teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana, teknisi dan pemimpin di Negara berkembang untuk memperbaharui pengetahuan dan keterampilan seperti dilakukan negara-negara maju. Aspek psikologis dan pedagogis, sejalan dengan makin luas, dalam dan kompleknya ilmu pengetahuan, tidak mungkin lagi dapat diajarkan seluruhnya di sekolah. Tugas pendidikan sekolah hanya mengajarkan kepada peserta didik tentang metode belajar, menanamkan motivasi yang kuat untuk terus-menerus belajar sepanjang hidup, memberikan keterampilan secara cepat dan mengembangkan daya adaptasi.



2. Belajar Seumur Hidup Belajar seumur hidup sering menjadi semboyan. Namun sungguh sayang jika ini hanya menjadi semboyan saja. Karena belajar seumur hidup bisa menjadi filsafat hidup yang sangat ampuh. Belajar seumur hidup bukan berarti kita harus terus sekolah sepanjang hidup kita. Belajar banyak diartikan oleh masyarakat sebagai tugas belajar yang terperangkap dalam sebuah “ruang” yang bernama kelas, setiap harinya hanya duduk mendengarkan Guru/Dosen dan diakhir materi mendapatkan ujian, bukan itu yang dimaksud. Paradigma belajar seperti ini harus segera kita rubah. Pengertian belajar bukan hanya berada dalam ruangan tapi belajar disemua tempat, semua situasi dan semua hal. Belajar berarti berlatih diri kita sehingga kita memiliki sesuatu kemampuan yang baru atau kemampuan yang semakin tinggi. Ini bisa belajar ilmu pengetahuan, keterampilan fisik, dan belajar bersikap. Kalau kita mau, kita bisa memandang segala hal yang kita alami sehari-hari sebagai kesempatan belajar. Ini menjadi semacam filsafat hidup. Hidup seperti sekolah raksasa. Mata pelajaran: bebas. Kurikulum: kehidupan yang produktif, indah dan bermakna. Kepala sekolahnya: Tuhan sendiri. Setiap hari kita menyempurnakan rutinitas kita, tindakan kita, trik-trik kita. Kita sempurnakan hubungan kita dengan orang yang kita sayang. Hidup seperti sekolah raksasa. Mata pelajaran: bebas. Kurikulum: kehidupan yang produktif, indah, dan bermakna. Kepala sekolahnya: Tuhan sendiri. Tujuan belajar seumur hidup: 1. Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembaurannya seoptimal mungkin. 2. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup. Belajar baru berhasil bila kita mampu membuat Habits / kebiasaan baru. Hal yang kita lakukan sehari-hari yang meningkatkan kualitas hidup kita. Tentunya akan sia–sia belajar tinggitinggi, susah-susah, kalau tidak ada perubahan dalam tingkah laku kita, akal budi kita, kepribadian kita, sifat-sifat kita, dan kebiasaan kita sehari-hari. Dan hal yang paling harus kita perhatikan adalah perubahan Habits ini. Karena ia adalah identitas diri yang sebenarnya. Kita boleh bilang apa saja, mengklaim apa saja tentang diri kita. Tapi kita yang sebenarnya, the real me, adalah kebiasaan atau habits kita itu. Itu hal yang kita lakukan, sadar atau tidak. Belajar berarti memfungsikan hidup, orang yang tidak belajar berarti telah kehilangan hidupnya, paling tidak telah kehilangan hidupnya sebagai manusia. Karena hidup manusia itu bukan hanya individu dalam dirinya saja tapi juga interaksi dengan sesamanya, dengan antar generasi dan kehidupan secara universal. Dalam belajar terdapat interaksi antara tantangan (challenge) dari alam luar diri manusia dan balasan (response) dari daya dalam diri manusia. Dalam belajar juga terjadi interaksi komunikasi antara manusia dan berlangsungnya



kesinambungan antar generasi serta belajar melestarikan hidup, mengamankan hidup dan menghindari pengrusakan hidup. Belajar berarti menghargai hidup kita. Belajar merupakan tugas semua manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin semua mempunyai tugas tersebut. Kita belajar mengetahui apapun yang ada di dunia ini untuk kemajuan individu atau universal. Belajar memberi, belajar menerima, belajar bersabar, belajar menghargai, belajar menghormati dan belajar semua hal.



Pengertian Pendidikan Seumur Hidup



A. Pengertian Pendidikan Seumur Hidup “Pendidikan Seumur Hidup” atau “Life-Long Education” bukan “(long life education”) adalah makna yang seharusnya benar-benar terkonsepsikan secara jelas serta komprehensif dan dibuktikan dalam pengertian, dalam sikap, perilaku dan dalam penerapan terutama bagi para pendidik di negeri kita. Pendidikan seumur hidup atau belajar seumur hidup bukan berarti kita harus terus sekolah sepanjang hidup kita. Sekolah banyak diartikan oleh masyarakat sebagai tugas belajar yang terperangkap dalam sebuah “ruang” yang bernama kelas, bukan itu yang dimaksud. Paradigma belajar seperti ini harus segera kita rubah. Pengertian belajar bukan hanya berada dalam ruangan tapi belajar disemua tempat, semua situasi dan semua hal. Pendidikan seumur hidup bersifat holistik, sedangkan pengajaran bersifat spesialistik, terutama pengajaran yang terpilih dan terinferensikan dalam berbagai bentuk kelembagaan belajar. Holistik memiliki arti lebih mengarah kepada pengutuhan atau penyempurnaan. Manusia selalu berusaha uintuk mencapai titik kesempurnaan dalam segala hal, namun seberapa besar usahapun kita tidak akan sampai pada kesempurnaan itu. Karena kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta Alam. Belajar berarti memfungsikan hidup, orang yang tidak belajar berarti telah kehilangan hidupnya, paling tidak telah kehilangan hidupnya sebagai manusia. Karena hidup manusia itu bukan hanya individu dalam dirinya saja tapi juga interaksi dengan sesamanya, dengan antar generasi dan kehidupan secara universal. Dalam Pendidikan atau Belajar terdapat interaksi antara tantangan (challenge) dari alam luar diri manusia dan balasan (response) dari daya dalam diri manusia. Dalam belajar juga terjadi interaksi komunikasi antara manusia dan berlangsungnya kesinambungan antar generasi serta belajar melestarikan hidup, mengamankan hidup dan menghindari pengrusakan hidup. Belajar berarti menghargai hidup kita. Dalam agama sering kita dengar kalimat ” Belajarlah (tuntutlah ilmu) dari ayunan sampai liang lahat”. Belajar merupakan tugas semua manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin semua mempunyai tugas tersebut. Kita belajar mengetahui apapun yang ada di dunia ini untuk kemajuan individu atau universal. Belajar memberi, belajar menerima, belajar bersabar, belajar menghargai, belajar menghormati dan belajar semua hal. B. Asas Pendidikan Seumur Hidup Asas pendidikan seumur hidup merumuskan bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinu yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia.



Dasar-Dasar Pendidikan Seumur Hidup: 1. Menurut GBHN 1978 dinyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat sehingga pendidikan seumur hidup merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. 2. Secara yuridis formal konsepsi pendidikan seumur hidup dituangkan dalam Tap MPR No. IV/MPR/1973 jo Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN, dengan prinsip-Prinsip pembangunan nasional : a. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang). b. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. c. Konsepsi manusia Indonesia seutuhnya merupakan konsepsi dasar tujuan pendidikan nasional (UU Nomor 2 tahun 1989 Pasal 4) yakni pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. C. Pendidikan Seumur Hidup Dalam Berbagai Perspektif Dasar-dasar pemikiran life long education: 1. Tinjauan ideologis Setiap manusia hidup mempunyai hak asasi yang sama dalam hal pengembangan diri, untuk mendapatkan pendidikan seumur hidup, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan hidup. 2. Tinjauan ekonomis Pendidikan seumur hidup dalam tinjauan ekonomi memungkinkan seseorang untuk : a. Meningkatkan produktivitasnya; b. Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya; dan c. Memungkinkan hidup dalam lingkunganyang sehat dan menyenangkan 3. Tinjauan sosiologis Pendidikan seumur hidup yang dilakukan oleh orangtua merupakan solusi untuk memecahkan masalah pendidikan. Dengan orang tua bersekolah maka anak-anak mereka juga bersekolah. 4. Tinjauan Filosofis Pendidikan seumur hidup secara filosofi akan memberikan dasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. 5. Tinjauan Teknologis Semakin maju jaman semakin berkembang pula ilmu pengetahuan dan teknologinya. Dengan teknologi maka pendidikan seumur hidup akan semakin mudah. Begitu pula sebaliknya. 6 . Tinjauan Psikologis dan Paedagogis Pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang hidup yang disebut development. Konseptualisasi pendidikan seumur hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan belajar seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.



Mengapa Pendidikan Seumur Hidup (PSH) diperlukan? Alasan keadilan Terselenggaranya PSH secara meluas di kalangan masyarakat dapat menciptakan iklim lingkungan yang memungkingkan terwujudnya keadilan sosial. Masyarakat luas dengan berbagai stratanya merasakan adanya persamaan kesempatan memperoleh pendidikan. Selanjutnya berarti pula paersamaan sosial,ekonomi dan politik. Hinsen menunjukkan konteks yang lebih luas yaitu dengan terselenggaranya PSH yang lebih baik akan membuka peluang bagi perkembangan nasional untuk mencapai tingkat persamaan internasional. Dalam hubungan ini Bowle mengemukakan statemen bahwa PSH pada prinsipnya dapat mengeliminasi peranan sekolah sebagai alat untuk melestarikan ketidakadilan sosial. Alasan ekonomi Persoalan PSH dikaitkan dengan biaya penyelenggaraan pendidikan,produktivitas kerja, dan peningkatan GNP. Di negara sedang berkembang biaya untuk perluasan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan pendidikan hampir-hampir tak tertanggulangi. Di satu sisi tantangan untuk mengejar keterlambatan pembangunan dirasakan, sedangkan di sisi lain keterbatasan biaya dirasakan menjadi penghambat. Tidak terkecuali di negara yang sudah maju teknologinya yaitu dengan munculnya kebutuhan untuk memacu kualitas pendidikan dan jenisjenis pendidikan. Alasan perkembangan IPTEK Bahwa sudah dijelaskan bahwa betapa luasnya pengaruh perkembangan Iptek dalam semua sektor pembangunan. Meskipun diakui bahwa pengaruh tersebut di dalam dunia pendidikan belum sejauh yang terjadi pada dunia pertanian, industri,transportasi & komunikasi, namun intervensinya di dalam dunia pendidikan telah menggejala dalam banyak hal. Alasan sifat pekerjaan Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan Iptek di satu sisi dalam skala besar menyita pekerjaan angan diganti dengan mesin,tetapi tak dapat dipungkiri di sisi lain juga memberikan andil kepada munculnya pekerjaan – pekerjaan baru yang menyerap tenaga kerja dan munculnya cara-cara baru untuk memproses pekerjaan. Akibatnya pekerjaan menuntut persyaratan kerja yang selalu saja berubah. Untuk dapat tetap menangani pekerjaan yang menuntut persyaratan – persyaratan baru seseorang harus berkemauan untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan secara terus menerus.



Pendidikan Seumur Hidup



Pendidikan seumur hidup didasarkan pada konsep bahwa seluruh individu harus memiliki kesempatan yang sistematik, terorganisir untuk “instrucktion”, studi dan “learning” di disetiap kesempatan sepanjang hidup mereka. Pendidikan seumur hidup sering pula disebut pendidikan sepanjang jaga. Konsep pendidikan seumur hidup sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar pendidikan dari zaman ke zaman. Apalagi bagi umat islam, jauh sebelum orang barat mengangkatnya islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup. Pada zaman nabi Muhammad SAW 14 abad yang lampau, ide dan konsep itu telah disiarkannya dalam bentuk himbauan. Yaitu “Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat” (HR. Muslim) “. Hakekatnya manusia selalu belajar di sepanjang hidupnya, meskipun dengan cara yang berbeda dan melalui proses yang tidak sama. Dorongan pendidikan/ belajar sepanjang hayat itu terjadi karena dirasakan sebagai suatu kebutuhan. Pendidikan itu merupakan bagian integral dari hidup itu sendiri. Prinsip pendidikan seperti itu mengandung makna bahwa pendidikan itu lekat dengan diri manusia. Pendidikan seumur hidup berfungsi sebagai peningkatan pengetahuan masyarakat yang pada umumnya masyarakat makin lama makin berkembang, dan pada perkembangannya itu selalu mengalami kemajuan dan makin banyak pula tuntutan. Di dalam UUD Nomor 20 tahun 2003, penegasan tentang pendidikan seumur hidup dikemukakan dalam pasal 13 ayat (1) yang berbunyi : “ Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya “ Dikatakan pula oleh Silva, 1973, “ Pendidikan seumur hidup berkenaan dengan prinsip pengorganisasian yang akhirnya memungkinkan pendidikan untuk melakukan fungsinya”. Fungsinya adalah “ Proses perubahan yang menuntut perkembangan individu”. Dalam garis-garis Besar Haluan Negara dikatakan : Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, daan pemerintah. Macam-macam Pendidikan Seumur Hidup Menurut Philip. H. Combs Pendidikan Seumur Hidup meliputi : 1. Pendidikan informal, yaitu pendidikan yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. 2. Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang berlangsung dengan teratur. Terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan atas/tinggi. Dan pendidikan ini mencakup pendidikan umum, kejujuran, akademik profesi, vokasi, keagamaan dan khusus. 3. Pendidikan Non formal, yaitu merupakan pendidikan yang berlangsung secara teratur, disengaja, tetapi tidak mengikuti peraturan dan persyaratan yang ketat. Pendidikan ini diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan



sepanjang hayat. Pendidikan Non formal berfungsi mengembalikan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta mengembangkan sikap kepribadian hidup. Pendidikan ini meliputi pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan peserta didik. Menurut Prof. Darji Darmodiharjo, SH. secara garis besar tahapan pendidikan yang diterima manusia selama hidupnya adalah dengan tahapan sebagai berikut : 1. Pendidikan dalam keluarga Tahap ini dimulai sejak manusia di dalam kandungan sampai masuk sekolah. Apapun yang ditanamkan orang tua kepada anaknya asalkan dilakukan dengan kasih sayang dan penuh tanggung jawab maka akan berpengaruh terhadap perkembangan anak di masa mendatang. Pendidikan keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, ketrampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan. Peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dengan belajar setiap saat sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya masingmasing. 2. Pendidikan di sekolah Pendidikan ini merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Pada tahap ini pendidik ada 2 yaitu orang tua waktu anak di rumah dan guru waktu mereka di sekolah. Terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan atas/tinggi. Dan pendidikan ini mencakup pendidikan umum, kejujuran, akademik profesi, vokasi, keagamaan dan khusus. Selain nilai dari orang tua dan guru yang dengan teratur masuk pada anak, masih terdapat beragam nilai-nilai yang disadari atau tidak masuk pada anak. Nilai tersebut masuk/ diterima anak dari masyarakat bebas. Semuanya mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. 3. Pendidikan di masyarakat Pendidikan masyarakat diperlukan karena sekolah tidak mampu lagi dapat memenuhi tuntutan-tuntutan perkembangan manusia akan pendidikan. Pada tahap ini terdapat 2 kelompok manusia, yaitu : a. Mereka yang telah tamat dari sekolah, tetapi memerlukan pendidikan lain. b. Mereka yang karena keterbatasan daya tampung sekolah tidak terpenuhi tuntutannya akan pendidikan di sekolah. Kedua kelompok diatas sudah mendapatkan pendidikan dari keluarga langsung dan masyarakat. Termasuk pendidikan pematangan profesi dan tanggung jawab kemasyarakatan sebagai warga Negara. Prinsip dasar pendidikan seumur hidup Pendidikan seumur hidup dilaksanakan atas dasar prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Peranan subyek manusia untuk mendidik dan mengembangkan diri secara wajar merupakan kewajiban kodrati manusia 2. Lembaga penanggung jawab adalah tri pusat pendidikan 3. Proses dan waktu pendidikan berlangsung seumur hidup sejak dari kandungan sampai akhir hayat 4. Belajar tidak ada batas waktu, sehingga tidak ada konsep terlambat belajar karena sudah tua 5. Belajar atau mendidik diri adalah proses alamiah sebagai integral atau merupakan totalitas kehidupan



Tujuan Pendidikan Seumur Hidup Pendidikan seumur hidup dimaksudkan sebagai pendidikan manusia seutuhnya, alasanya : a. Secara filosofis, hakekatnya kodrat martabatmanusia itu merupakan kesatuan integral potensi-potensi esensialnya sebagai makhluk pribadi, social, dan makhluk susila b. Secara psikofisik realitasnya pribadi manusia itu merupakan kesatuan dan berada dalam suatu lingkungan, baik alamiah maupun sosial budaya c. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajib berlangsung seumur hidup Konsep Dasar Pendidikan Seumur Hidup Pendidikan seumur hidup bermula dari laporan th 1972 Komisi Internasional Pengembangan Pendidikan, dipublikasikan oleh UNESCO dan sekarang dikenal dengan istilah “LAPORAN FAURE” yang memuat rekomendasi pertama untuk perencanaan-perencanaan pendidikan. Mengapa dikatakan pendidikan seumur hidup, hal ini didasarkan pada : Ø Keadilan Keadilan dalam memperoleh pendidikan seumur hidup diusahakan oleh pemerintah. Dalam konteks keadilan pendidikan seumur hidup pada prinsipnya bertujuan untuk mengeliminasi pesanan sekolah sebagai alat untuk melestarikan ketidakadilan. Dengan masyarakat yang berpengetahuan, secara otomatis masyarakat akan menghasilkan kerja yang baik. Disamping itu dengan pendidikan seumur hidup maka masyarakat akan mampu memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimiliki. Ø Factor-faktor sosial Pendidikan seumur hidup dapat melengkapi kerangka organisasi yang memungkinkan pendidikan mengambil alih tugas yang dulunya pendidikan ditangani oleh keluarga. Pendidikan seumur hidup harus berisi elemen penting yang kuat dan memainkan peranan social yang bermacam-macam untuk mempermudah individu melakukan penyesuaian terhdap perubahan hubungan antara mereka/ orang lain. Ø Perubahan teknologi Pertumbuhan teknologi menyebabkan meningkatnya persediaan informasi, merubah sifatsifat pekerja, meningkatkan urbanisasi, dan waktu luang. Ketidakpastian peranan social dan hubungan interpersonal di masa depan. Akibatnya basis keorganisasian baru pendidikan menjadi penting dan diperlukan dimana-mana. Ø Factor Vocational/ pekerjaan Pendidikan dalam rangka menghadapi perubahan mengatakan : “Ketrampilan atau pengetahuan yang telah diperoleh di masa sekarang, akan tidak sesuai setelah ada perkembangan dan kemajuan zaman”. Pendidikan vocational diberikan utk mempersiapkan tenaga kejuruan yang handal, trampil utk menghadapi tantangan masa depan. Ø Kebutuhan-kebutuhan orang dewasa Orang dewasa mengalami efek cepatnya perubahan dalam bidang ketrampilan yang mereka miliki, maka diupayakan system pendidikan yang mampu mendidik orang dewasa. Secara radikal perubahan pandangan mengenai kapan seseorang harus disekolahkan dan sekolah apa. Hal ini memerlukan politik pendidikan seumur hidup. Ø Kebutuhan anak-anak awal Sebenarny anak kecil memiliki karakter tersendiri dan bukan semata-mata hanya masa penantian untuk menuju/ masuk periode anak-anak, remaja, dan dewasa. Masa anak-anak awal merupakan basis untuk perkembangan kejiwaan selanjutnya meskipun dalam tingkat tertentu pengalaman-pengalaman yang datang belakangan dapat memodifikasi perkembangan yang pondasinya sudah diletakkan oleh pengalaman sebelumnya. Hal ini sesuai dengan konsep pendidikan di Indonesia bahwa pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan berlangsung sepanjang masa/ seumur hidup.



Ø Implikasi dari pendidikan seumur hidup · Pendidikan baca tulis fungsional Program ini penting bagi pendidikan seumur hidup, tetapi pada kenyataanya di Negaranegara yang berkembang banyak penduduk yang buta huruf. Mereka lebih suka menonton TV, mendengarkan radio, mengakses internet daripada membaca dan menulis. · Pendidikan vokasional Pendidikan vocational diberikan untuk mempersiapkan tenaga kejuruan yang handal, trampil untuk menghadapi tantangan masa depan. · Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan Diketahui bahwa di era globalisasi dan informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan iptek, telah mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dengan cara masak yang serba menggunakan mekanik, sampai dengan cara menerobos angkasa luar. Kenyataan ini tentu saja konsekuensinya menurut pendidikan yang berlangsung secara continue (lifelong education). Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan social dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari azas pendidikan seumur hidup. · Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik Disamping tuntutan penguasaan ilmu IPTEK, dalam kondisi sekarang dimana pola pikir masyarakat yang semakin maju dan kritis, diperlukan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga Negara. Pendidikan seumur hidup yang bersifat continue dalam konteks ini merupakan konsekuensinya.