Pengaruh Kebijakan Moneter Dan Fiskal Terhadap Permintaan Agregat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT



BAGAIMANA KEBIJAKAN MONETER MEMENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT Kurva permintaan agregat menunjukan jumlah permintaan barang dan jasa dalam perekonomian pada setiap tingkat harga. Seperti telah kita pelajari pada pembahasan sebelumnya, kemiringan kurva permintaan agregat bergerak menurun karena tiga alasan sebagai berikut: a.Pengaruh kekayaan: Tingkat harga yang lebih rendah menaikkan nilai riil uang yang dipegang oleh rumah tangga, sedangkan kesejahteraan yang lebih tinggi ini mendorong belanja konsumen. b. Pengaruh suku bunga: Tingkat harga yang lebih rendah menurunkan suku bunga karena orang berusaha untuk meminjamkan kelebihan uang yang mereka pegang, sedangkan suku bunga yang lebih rendah mendorong pengeluaran untuk investasi. c.Pengaruh nilai tukar: Apabila tingkat harga yang lebih rendah menurunkan tingkat suku bunga, investor memindahkan sebagian dari dana mereka ke luar negeri dan menyebabkan mata uang domestik mengalami depresiasi relatif dengan mata uang asing. Depresiasi ini membuat barangbarang didalam negeri menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang-barang luar negeri dan akibatnya mendorong belanja ekspor neto. Untuk memahami bagaimana kebijakan memengaruhi permintaan agregat, kita memepelajari pengaruh suku bunga secara mendalam. Disini, kita mengembangkan teori tentang bagaimana suku bunga ditentukan yang disebut dengan teori preferensi likuiditas (theory of liquidity preference). Setelah kita mengembangkan teori ini, kita menggunakannya untuk memahami kemiringan kurva permintaan agregat yang menurun serta bagaimana kebijakan moneter mengubah kurva ini. Dengan memberikan pemahaman tentang kurva permintaan agregat, teori preferensi likuiditas memperkaya pemahaman kita tentang fluktuasi ekonomi jangka pendek.



Teori Preferensi Likuiditas Teori preferensi likuiditas (theory of liquidity preference) –teori Keynes yang menyatakan bahwa suku bunga berubah-ubah untuk membuat jumlah uang yang beredar dan permintaan uang menjadi seimbang. Anda mungkin masih ingat bahwa para ekonom membagi suku bunga menjadi dua macam, yaitu suku bunga nominal –suku bunga yang umum dilaporkan dan suku bunga riil – suku bunga yang telah dikoreksi dengan pengaruh inflasi. Dalam analisis yang akan kita bahas, tingkat inflasi harapan diasumsikan konstan. Oleh karena itu, apabila suku bunga nominal naik atau turun suku bunga riil yang diinginkan oleh masyarakat juga naik atau turun. Sekarang, mari kita kembangkan teori preferensi likuiditas dengan memperhatikan jumlah uang yang beredar dan permintaan uang serta bagaimana masing-masing bergantunga pada suku bunga. Jumlah Uang yang Beredar. Bagian pertama dari teori preferensi likuiditas adalah jumlah uang yang beredar. Seperti telah kita bahas, jumlah uang yang beredar dikendalikan oleh Bank Sentral. Karena ditetapkan oleh kebijakan bank sentral, jumlah uang yang beredar tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel ekonomi lainnya. Secara khusus jumlah uang yang beredar tidak bergantung pada suku bunga. Setelah bank sentral memutuskan kebijakannya, jumlah uang yang beredar tidak berubah, tanpa memandang suku bunga yang berlaku. Kita menggambarkan jumlah uang yang beredar tetap dengan kurva penawaran vertikal.



Permintaan Uang. Bagian ke dua dari teori preferensi likuiditas adalah permintaan uang. Meskipun ada banyak faktor yang memengaruhi jumlah permintaan uang, faktor yang digaris bawahi oleh teori preferensi likuiditas adalah suku bunga. Alasannya adalah suku bunga merupakan biaya kesempatan untuk memiliki uang. Artinya, apabila kita memiliki kekayaan berupa uang tunai didompet, bukan berupa obligasi berbunga, kita kehilangan bunga yang seharusnya kita peroleh. Kenaikan suku bunga menaikkan biaya kepemilikan uang sehingga mengurangi jumlah permintaan uang. Penurunan suku bunga mengurangi biaya kepemilikan



uang dan menaikkan jumlah permintaan. Oleh karena itu, kurva permintaan uang miring ke bawah. Keseimbangan dalam Pasar Uang. Menurut teori preferensi likuiditas, suku bunga berubahubah untuk menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dan permintaan uang. Ada dua jenis suku bunga yang disebut dengan suku bunga keseimbangan yang menyebabkan jumlah permintaan uang tepat seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Apabila suku bunga berada ditingkat lain, orang akan berusaha menyesuaikan portofoloio asset mereka sehingga mendorong suku bunga ke titik keseimbangannya.



Kemiringan ke Bawah Kurva Permintaan Agregat Analisis pengaruh suku bunga terhadap permintaan agregat barang dan jasa dapat dirangkum menjadi 3 langkah, (1) tingkat harga yang lebih tinggi meningkatkan permintaan uang, (2) permintaan uang yang lebih tinggi menyebabkan suku bunga menjadi lebih tinggi, (3) suku bunga yang lebih tinggi mengurangi jumlah permintaan barang dan jasa. Hasil akhir analisis ini adalah hubungan negatif antara tingkat harga dan jumlah permintaan barang dan jasa yang diilustrasikan oleh kurva permintaan agregat yang miring ke bawah.



Perubahan Jumlah Uang yang Beredar Sejauh ini, kita telah menggunakan teori preferensi likuiditas untuk menjelaskan bagaimana jumlah keseluruhan permintaan barang dan jasa dalam perekonomian berubah seiring dengan berubahnya tingkat harga. Artinya, kita mengamati pergerakan disepanjang kurva permintaan agregat yang miring ke bawah. Namun, teori ini juga menjelaskan beberapa peristiwa lain yang mengubah jumlah permintaan barang dan jasa. Setiap jumlah permintaan barang dan jasa berada pada tingkat harga tertentu, kurva permintaan agregat pun bergeser.



Satu variabel penting yang menggeser kurva permintaan agregat adalah kebijakan moneter: Apabila bank sentral menaikkan jumlah uang yang beredar, suku bunga turun dan jumlah permintaan barang dan jasa untuk tingkat harga tertentu naik yang menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kanan. Sebaliknya, apabila bank sentral menurunkan jumlah uang yang beredar, suku bunga naik dan jumlah permintaan barang dan jasa untuk tingkat harga tertentu turun, yang menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kiri.



Peranan Target Suku Bunga dalam Kebijakan Moneter Bagaimana bank sentral memengaruhi perekonomian? Sebelumnya telah kita bahas bahwa bank sentral memberlakukan jumlah uang yang beredar sebagai instrumen kebijakan moneter. Cara lain bagi bank sentral untuk melakukan kebijakan moneter adalah dengan menargetkan suku bunga pinjaman jangka pendek bagi bank-bank. Keputusan bank sentral untuk menargetkan suku bunga pada dasarnya tidak mengubah analisis kita terhadap kebijakan moneter. Teori preferensi likuiditas memberi satu prinsip penting: Kebijakan moneter dapat dijelaskan, baik dalam terminologi jumlah uang yang beredar maupun terminologi suku bunga. Apabila target suku bunga telah ditetapkan, misalnya 6 persen, penjual obigasi bank sentral seakan-akan diberitahu:”Lakukan segala operasi pasar terbuka yang diperlukan untuk memastikan bahwa suku bunga keseimbangan sama dengan 6 persen”. Dengan kata lain, apabila bank sentral menetapkan target suku bunga, bank sentral berkomitmen untuk menyesuaikan jumlah uang yang beredar untuk membuat keseimbangan dipasar uang guna mencapai target tersebut. Hasilnya, perubahan kebijakan moneter dapat dipandang, baik sebagai target suku bunga yang berubah-ubah maupun sebagai perubahan jumlah uang yang beredar. Prinsipnya: Perubahan kebijakan moneter yang bertujuan untuk memperluas permintaan agregat dapat dijabarkan, baik sebagai kenaikan jumlah uang yang beredar atau sebagai penurunan suku bunga. Perubahan kebijakan moneter yang bertujuan untuk menurunkan permintaan agregat dapat dijabarkan, baik sebagai penurunan jumlah uang yang beredar maupun sebagai kenaikan suku bunga.



BAGAIMANA KEBIJAKAN FISKAL MEMENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT Pemerintah dapat memengaruhi perilaku ekonomi tidak hanya melalui kebijakan moneter, tetapi juga melalui kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal merujuk pada pilihan-pilihan pemerintah mengenai tingkat pembelanjaan atau pajak Negara secara keseluruhan. Dalam jangka pendek, pengaruh utama kebijakan fiskal adalah terhadap permintaan agregat barang dan jasa. Perubahan-perubahan dalam Pembelanjaan Negara Ketika mengubah jumlah uang yang beredar atau tingkat pajak, pemerintah mengubah kurva permintaan agregat dengan memengaruhi keputusan belanja perusahaan atau rumah tangga. Sebaliknya, ketika mengubah belanja barang dan jasanya sendiri, pemerintah mengubah kurva permintaan agregat secara langsung. Ada dua efek ekonomi makro yang menyebabkan pergeseran kurva permintaan agregat berbeda dengan perubahan belanja pemerintah. Pertama –efek pengganda. Kedua –efek pembatasan paksa. Efek Penggandaan Efek Penggandaan (multiplier effect) –pergeseran tambahan pada permintaan agregat yang muncul jika kebijakan fiskal ekspansif meningkatkan pendapatan yang menyebabkan kenaikan belanja



konsumen.



Ketika



belanja



konsumen



meningkat,



perusahan-perusahan



yang



memproduksi barang-barang konsumen mempekerjakan lebih banyak orang dan meraih keuntungan. Pendapatan dan keuntungan yang lebih tinggi kembali moendorong belanja konsumen, begitu seterusnya.Oleh karena itu, ada umpan balik positif terhadap permintaan yang meningkat yang menimbulkan kenaikan pendapatan dan menyebabkan permintaan menjadi lebih meningkat. Apabila seluruh efek ini digabungkan, efek totalnya terhadap jumlah permintaan barang dan jasa dapat lebih besar daripada rangsangan awal dari belanja pemerintah yang lebih besar.



Rumus Penggandaan Belanja Angka penting dalam rumus ini adalah kecenderungan konsumsi marginal (marginal propensity to consume –MPC). Pengganda = 1 / (1 – MPC) Rumus penggandaan ini memberikan kesimpulan penting: Besar pengganda bergantung pada kecenderungan konsumsi marginal. Oleh karena itu, MPC lebih besar berarti pengganda lebih besar. Untuk melihat kebenaran dari pernyataan ini, ingat bahwa pengganda muncul karena pendapatan yang lebih besar menyebabkan belanja konsumen meningkat. Semakin besar MPC, semakin besar pula pengaruh yang ditimbulkan terhadap konsumsi dan semakin besar pula penggandanya. Penerapan Lain dari Efek Penggandaan Akibat efek penggandaan, satu dolar belanja pemerintah dapat menghasilkan lebih dari satu dolar permintaan agregat. Namun, dasar pemikiran dari efek penggandaan ini tidak terbatas pada perubahan belanja pemerintah. Sebaliknya, logika tersebut berlaku terhadap segala peristiwa yang mengubah semua komponen PDB –konsumsi, investasi, belanja pemerintah, atau ekspor neto. Sebagai contoh, anggap bahwa ledakan pasar saham meningkatkan kekayaan rumah tangga dan meningkatkan belanja barang dan jasa mereka sebesar $20 miliar. Tambahan belanja rumah tangga ini meningkatkan pendapatan nasional yang kemudian menghasilkan lebih banyak lagi belanja konsumen. Apabila kecenderungan mengonsumsi marginal adalah ¾ dan penggandanya 4 maka rangsangan awal belanja konsumen sebesar $20 miliar diterjemahkan menjadi peningkatan permintaan agregat sebesar $80 miliar. Penggandaan merupakan konsep penting dalam ekonomi makro karena memperlihatkan bagaimana perekonomian dapat menggandakan dampak perubahan belanja. Perubahan awal yang kecil dalam konsumsi, investasi, belanja pemerintah atau ekspor neto dapat berdampak



besar terhadap permintaan agregat. Begitu pula dengan produksi barang dan jasa dalam perekonomian. Efek Pembatasan Paksa Efek pembatasan paksa (crowding out effect) –imbangan permintaan agregat yang muncul apabila kebijakan fiskal yang mengekspansi menaikkan suku bunga dan akibatnya menurunkan belanja investasi. Dengan meningkatnya pendapatan,rumah tangga berencana untuk membeli lebih banyak barang sehingga memilih untuk memiliki kekayaan mereka yang lebih banyak dalam bentuk likuid. Artinya, kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh ekspansi fiskal meningkatkan permintaan uang. Tingkat pendapatan yang lebih tinggi menggeser kurva permintaan uang ke kanan, suku bunga harus naik untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Kenaikan suku bunga menurunkan jumlah permintaan barang dan jasa, terutama barang-barang investasi. Sebagian dari investasi yang mendesak mengimbangi ekspansi fiskal, permintaan agregat. Apabila Negara menaikkan belanjanya sebesar $20 miliar, permintaan agregat barang dan jasa dapat naik sebesar lebih kurang dari $20 miliar, tergantung apakah efek penggandaan atau efek pemaksaan lebih besar. Perubahan-perubahan dalam Perpajakan Perangat kebijakan fiskal penting lainnya, selain tingkat belanja pemerintah, adalah tingkat perpajakan. Penurunan pajak meningkatkan belanja konsumen dan menggeser kurva permintaan agregat ke kanan. Kanaikan pajak menekan belanja konsumen dan menggeser kurva permintaan agregat ke kiri. Besarnya pergeseran permintaan agregat yang ditimbulkan oleh perubahan pajak juga dipengaruhi oleh efek penggandaan dan pembatasan paksa. Ketika pemerintah menurunkan pajak dan belanja konsumen, penghasilan dan keuntungan meningkat yang juga mendorong belanja konsumen. Ini merupakan efek penggandaan. Pada saat yang bersamaan, pendapatan



lebih tinggi meningkatkan permintaan uang yang cenderung menaikkan suku bunga. Suku bunga yang lebih tinggi membuat pinjaman lebih mahal sehingga menurunkan belanja investasi. Ini merupakan efek pembatasan paksa. Tergantung besar efek penggandaan dan efek pembatasan paksa, pergeseran permintaan agregat dapat lebih besar atau lebih kecil daripada pajak perubahan yang menyebabkannya. MENGGUNAKAN KEBIJAKAN UNTUK MENSTABILKAN PEREKONOMIAN Pendukung Kebijakan Stabilisasi Aktif Keynes dan banyak pengikutnya berpendapat bahwa permintaan agregat berfluktuasi akibat gelombang pesimisme dan optimisme yang irasional. Pada prinsipnya, pemerintah dapat mengubah kebijakan moneter dan fiskalnya untuk merespon gelombang optimisme dan pesimisme ini sehingga menstabilkan ekonomi. Sebagai contoh, ketika orang bersikap pesimis secara berlebihan, bank sentral dapat meningkatkan jumlah uang yang beredar untuk menurunkan suku bunga dan meningkatkan permintaan agregat. Ketike mereka bersikap optimis secara berlebihan, bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang beredar untuk meningkatkan suku bunga dan menurunkan permintaan agregat. Studi Kasus Lembaga Mata Uang di Hongkong dan Singapura Hongkong dan Singapura sama-sama memliki catatan kinerja ekonomi makro yang membuat iri dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat,inflasi yang rendah menurut standar dunia dan surplus yang seimbang. Namun hanya hong kong yang menerapkan sistem lembaga uang. Lembaga mata uang tidak lebih dari sebuah organisasi,baik dibentuk sendiri oleh pemerintah maupun diberi izin oleh pemerintah menerbotkan uang kertas dan uang logam domestik untuk ditukar dengan mata uang lain atas pesanan dengan tingkat yang bersifat tetap dan tidak berubah. Lazimnya, demi kesederhanaan dan transparansi publik, hanya satu mata uang yang digunakan dan mata uang tersebut merupakan mata uang rekan dagang utama atau mata uang yan paling banyak digunakan untuk transaksi internasional.



Agar komitmennya terjaga lembaga mata uang akan berusaha untuk menjaga agar cadangan mata uang asing setara dengan sedikitnya seratus persen mata uang domestik yand ditrbitkan. Lembaga mata uang hanya dapat menerbitkanmata uang domestik apabila terdapat mata uang asing sebagai cadangan. Lembaga mata uang Hong Kong sekarang yang telah menetapkan nilai tukar dolah Hong Kong setara dengan7,80 dolar AS,dibentuk pada tahun 1983 saat penjualan mata uang domestik dilanda kepanikan selama sino british mengenai masa depan wilayah tersebut. Pada waktu itu dolar Hong Kong kehilanmgan 50 persen nilainya., sedangkan pasar saham dan properti bank ambruk. Lembaga mata uang dan sistem nilai tukar tetap pun diperkenalkan untuk mengembalikan kredibilita dan stabilitas perekonomian Hong Kong yang saat itu dan sekarang sanagt bergantung pada perdagangan dan dana internasional. Meskipun telah menjalankna sistem mata uang sebelum tahun 1973 an kini masih memiliki lembaga mata uang Dewan Komisioner Mata Uang Singapura (BCCS) bertanggung jawab dalam menerbitkan mata uang. Singapura sebenarnya tidak menjalankan sistem lembaga mata uang. Keruntuhan efektif sistem lembaga mata uang dapat ditelusuri sejak bulan juni 1973 ketika Singapura negara- negara lain,memutuskan untuk mengambangkan mata uangnya termasuk Singapura. Agar suatu mata uang dinyatakan sebagai mata uang lembaga mata uang,kita perlu menjawab tiga pertanyaan sederhana berikut : apa mata uang cadangannya ; pada tingkat berapa mata uang lokal dapat dikonversi menjadi mata uang tersebut, dan siapa yang dapat untuk memperoleh mata uang cadangan dari penerbit mata uang lokal? Di Hong Kong jawabnnya mudah : dolar AS 7,80 dolar Hong Kong perdolar dan tiga penerbit mata uang. Namun di Singapura tidak memiliki nilai terhadap mata uang cadangan dan tida ada lembaga yang bersedia untuk mengonversi sejumlah tak terbats dolar Singapura atas pesanan dengan tingkat tetap dan tidak berubah. Kesalahpaman bahwa Singapura memiliki sistem lembaga mata uang kemungkinan muncul karena kebijakan moneter. Singapura yang hati-hati dan sangat sukses sejak tahun 1981 penerbitan uang berdasarkan undang-undang melalui BCCS mencegah agar pemerintah tidak mencetak uang untuk mendanai defisit anggaran.



Sistem mana yang lebih baik? Sebenarnya tidak ada rezim nilai tukar asing yang paling baik. Sebaliknya suatu negara seharusnya berupaya untuk menjalankan rezim mata uang yang paling sesuai dengan kondisi perekonomiannya dan memberikan kinerja ekonomi terbaik. Seperti diperlihatkan pada figur 6, baik Hong Kong maupun Singapura telah mencapainya sejak pertengahan tahun 1980-an. Bagi Hong-Kong, tujuan utamanya setelah ekonomi menjadi tidak stabil pada tahun 1983 sudah memberikan nilai tukar yang stabil untuk menarik modal asing dan mendorong perdagangan dan investasi jangka panjang. Tidak seperti Hong Kong,sistem nilai tukar Singapura tidak membatasi sistem lembaga mata uang. Secara spesifik,dolar singapura dapat bergerak bebas sepanjang patok target yang ditetapkan olwh MAS yang membantu mencegah salah pemindaan dan memungkinkan pasar menyerap sebagian guncangan eksternal. Penentang Kebijakan Stabilisasi Aktif Sebagian ekonom berpendapat bahwa pemerintah seharusnya tidak menggunakan kebijakan moneter dan fiskal aktif untuk menstabilkan perekonomian. Mereka menyatakan bahwa kedua perangkat kebijakan itu seharusnya dibuat untk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang, misalnya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan inflasi yang rendah, dan behwa perekonomian harus dibiarkan menghadapi fluktuasi ekonomi jangka pendek. Meskipun para ekonom ini mengakui bahwa kebijakan moneter dan fiskal ini secara teoritis dapat menstabilkan perekonomian, mereka meragukan apakah pada praktiknya kedua kebijakan itu dapat melakukannya. Para kritikus kebijakan stabilisasi berpendapat bahwa karena keterlambatan selalu ada, bank sentral tidak seharusnya berusaha untuk memperbaiki perekonomian. Kebijakan fiskal juga dapat menghadapi kelambanan, namun tidak seperti kalambanan kebijakan moneter, kelambanan kebijakan fiskal sebagian besar disebabkan oleh proses politik. Kelambanan kebijakan fiskal dan moneter ini menyebabkan masalah karena sebagian prakiraan ekonomi sangat tidak tepat. Apabila para peramal dapat memprediksi kondisi perekonomian setahun sebelumnya maka pembuat kebijakan moneter dan fiskal dapat memandang ke depan



saat membuat kebijakan tersebut. Dalam kasus ini, pemerintah dapat menstabilkan perekonomian meskipunmenghadapi kelambanan. Hal terbaik yang dapat dilakukan pemerintah setiap saat adalah merespon perubahan ekonomi ketika terjadi. Stabilisator Otomatis Stabilisator otomatis (automatic stabilizers) –perubahan-perubahan kebijakan fiskal yang mendorong permintaan agregat ketika perekonomian mengalami resesi yang tidak mengharuskan pemerintah melakukan tindakan yang disengaja. Stabilisator otomatis terpenting adalah sistem pajak. Belanja pemerintah juga bertindak sebagai stabilisator otomatis. Stabilisator otomatis tidak cukup tangguh untuk mencegah resesi sepenuhnya. Meskipun demikian, tanpa stabilisator otomatis, output dan lapangan kerja jauh lebih rawan. Oleh karena itu, banyak ekonom yang menentang legislasi yang mengharuskan pemerintah menetapkan anggaran seimbang, seperti yang diusulkan oleh sebagian politisi. Ketika perekonomian mengalami resesi, pajak menurun, belanja pemerintah meningkat, dan anggaran pemerintah besar kemungkinan mengalami defisit. Jika pemerintah menghadapi aturan anggaran berimbang yang ketat maka pemerintah dapat terpaksa mencari cara untuk menaikkan pajak atau mengurangi belanja selama resesi. Dengan kata lain, aturan anggaran berimbang dapat menghapuskan stabilisator ekonomi.



SOAL DAN APLIKASI 1. Jelaskan pengaruh dari masing-masing perkembangan berikut terhadap jumlah uang yang beredar, permintaan uang, dan suku bunga. Gambarkan jawaban anda dalam bentuk diagram. a. Penjual obligasi bank sentral membeli obligasi dalam operasi pasar terbuka. b. Penigkatan ketersediaan kartu kredit menguragi uang tunai yang dimiliki oleh orang. c. Bank sentral menurunkan syarat cadangan minimum yang harus dimiliki oleh bank. d. Rumah tangga memutuskan untuk menyimpan lebih banyak uang tunai untuk keperluan pada musim liburan.



e. Gelombang optimisme meningkatkan investasi bisnis dan permintaan agregat. f. Naiknya harga minyak menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek ke kiri. 2. Bayangkan jika bank-bank memasang lebih banyak mesin ATM dan, dengan menyediakan lebih banyak uang, menurunkan jumlah uang tunai yang dipegang oleh masyarakat. a. Asumsikan bahwa bank sentral tidak mengubah jumlah uang yang beredar. Menurut teori preferensi likuiditas, apa yang terjadi dengan suku bunga? Apa yang terjadi dengan permintaan agregat? b. Jika bank sentral hendak menstabilkan permintaan agregat, bagaimana seharusnya respons bank sentral? 3. Amati dua kebijakan berikut : Penurunan pajak yang berlangsung hanya selama setahun dan peurunan pajak yang diperkirakan bersifat permanen. Kebijakan mana yang akan mendorong peningkatan belanja konsumen? Kebijakan mana yag akan berdampak paling besar terhadap permintaan agregat? Jelaskan. 4. Perekonomian sedang mengalami resesi dengan tingkat pengangguran yang tinggi dan output yang rendah. a. Gunakan grrafik permintaa dan penawaran agregat untuk mengilustrasikan situasi yang ada. Pastikan anda mayertakan kurva permintaa agregat kurva pennawaran agregat jangka pendek dan kurva penawaran agregat jangka panjang. b. Tunjukkan operasi pasar terbuka yang dapat mengembalikan perekonomian menuju keadaan alamiahnya. c. Gunakan grafik pasar uang untuk mengilustrasikan pengaruh operasi pasar terbuka ini. Tunjukkan prubahan suku bunga yang ditimbulkan. d. Gunakan grafik yang serupa seperti pada butir (a) untuk memperlihatkan pengaruh operasi pasar terbuka terhadap tingkat output dan harga. Jelaskan dengan kalimat mengapa kebijakan tersebut memiliki pengaruh seperti yang anda tunjukkan pada grafik tersebut. 5. Peraturan baru diperkenalkan yang memperbolehkan bank-bank membayar bunga deposito cek, yang sebelumnya tidak apat mereka lakukan. a. Jika difinisi uang mencakup deposito cek, apa pegaruh peraturan ini terhadap permintaan uang? Jelaskan.



b. Jika bank sentral mempertahanka jumlah uang yang beredar tetap dengan adanya perubahan ini, apa yang akan terjadi dengan suku bunga? Apa yang akan terjadi denga permintaan dan output agregat? c. Jika bank sentral mempertahankan suku bunga pasar tetap (suku buga aset dan moneter) dengan adanya perubahan ini, perubahan jumlah uang yang beredar apa yang diperlukan? Apa yang akan terjadi dengan permintaan dan output agregat? 6. Bab ini menjelaskan bahwa kebijakan ekspansi moneter menurunkan suku bunga sehingga mendorong permintaan barang investasi. Jelaskan mengapa kebijakan seperti itu juga mendorong permintaan agregat ekspor netto. 7. Anggap bahwa para ekonom mengamati bahwa kenaikan belanja pemerintah sebesar $10 miliar meningkatkan permintaan total barang dan jasa sebesar $30miliar a. Jika para ekonom ini mengabaikan kemungkinan efek pembatasan paksa, bagaimana estimasi mereka terhadap kecenderungan mengonsumsi marginal (MPC)? b. Jika para ekonom ini diasumsikan memperhitungkan kemungkinan efek pembatasan paksa, apakah estimasi MPC baru mereka lebih besar atau lebih kecil ? 8. Anggap bahwa pemerintah menurunkan pajak sebesar $20miliar , tidak ada efek pembatsan paksa, dean kecenderungan mengonsumsi marginal sebesar ¾ a. Apa pengaruh awal penurunan pajak terhadap permintaan agregat? b. Apa dampak lain yang menyusul dampak awal ini? Berapa dampak total penurunan pajak ini terhadap permintaan agregat? c. Bagaimana dampak total penurunan pajak sebesar $20 miliar ini dibandingkan dengan dampak total kenaikan belanja pemerintahan sebesar $20miliar? Mengapa? 9. Anggap bahwa pemerintah meningkatkan belanja pemerintah. Apakah dampak terhadap permintaan agregat menjadi lebih besar jika bank sentral tidak merespons, atau jika bank sentral berkomitmen untuk mempertahankan suku bunga tetap ? Jelaskan. 10. -13???? JAWABAN 2. a. Jika bank sentral tidak merubah jumlah uang yang beredar saat bank-bank memasang lebih banyak mesin ATM dan dengan menyediakan lebih banyak uang



sehingga



menurunkan jumlah uang tunai yang dipegang masyarakat maka menurut teori preferensi likuiditas suku bunga harus turun agar permintaan uang mengalami kenaikan dan menjadi seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena suku bunga yang rendah menurunkan biaya pinjaman dan tingkat pengembalian dari tabungan maka jumlah permintaan agregat akan mengalami kenaikan. b. Jika bank sentral hendak menstabilkan permintaan agregat yang telah mengalami kenaikan tadi maka bank sentral harus menurunkan jumlah uang yang beredar sehingga suku bunga naik dan jumlah permitaan agregat turun. 3. Di antara kebijakan penurunan pajak yang berlangsung hanya selama setahun dan penurunan pajak yang diperkirakan bersifat permanen, kebijakan yang akan mendorong peningkatan belanja konsumen yaitu kebijakan penurunan pajak yang berlangsung hanya selama setahun. Karena sebagai contoh jika pajak penghasilan yang turun maka penghasilan masyarakat akan menjadi lebih banyak sehingga membuat uang yang beredar di masyarakat akan menjadi meningkat sehingga permintaan agregat juga akan meningkat. Jika pajak untuk pembelian barang yang mengalami penurunan yang mengakibatkan turunnya harga barang maka masyarakat akan berlomba lomba untuk membeli barang tersebut yang mengakibatkan meningkatnya permintaan agregat. Kebijakan penurunan pajak selama setahun juga akan memberi dampak paling besar terhadap permintaan agregat karena masyarakat hanya memiliki waku satu tahun dibandingkan jika penurunan pajak tersebut bersifat permanen, yang membuat masyarakat berlomba lomba sesegera mungkin dalam waktu setahun untuk membeli barang barang yang mengalami penurunan harga sehingga permintaan agregat akan menjadi meningkat degan cepat. 4. a. Kurva Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang b. Agar perekonomian kembali menuju keadaan semula maka operasi pasar terbuka yang harus dilakukan yaitu bank sentral membeli obligasi pemerintah yang akan meningkatkan jumlah uang yang beredar, menurunkan suku bunga dan meningkatkan permintaan agregat sehingga perekonomian menjadi stabil.



5. Permintaan Agregat 6. Kurva permintaan agregat menunjukan jumlah permintaan barang dan jasa dalam perekonomian pada setiap tingkat harga. Seperti telah kita pelajari pada pembahasan sebelumnya, kemiringan kurva permintaan agregat bergerak turun karena ketiga alasan berikut a. pengaruh kekayaan : Tingkat harga lebih rendah menaikan nilai riil uang yang dipegang oleh rumah tangga , sedangkan kejahteraan yang lebih tinggi ini mendorong belanja konsumen. b. pengaruh suku bunga: Tingkat harga yang lebih rendah menurun suku bunga karena orang berusaha untuk meminjamkan kelebihan uang yang mereka pegang, sedangkan suku bunga yang lebih rendah mendorong pengeluaran untuk investasi c. pengaruh nilai tukar: Apabila tingkat harga yang lebih rendah menurunkan tingkat suku bunga, investor memindahkan sebagaian dari dana mereka ke luar negri dan menyebabkan mata uang domestic mengalami depresiasi ini membuat barang-barang didalam negri menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang-barang luar negri dan akibatnya mendorong belanja ekspor netto. 7. a. Efek penggandaan kelihatnya menunjukan bahwa jika pemerintah melakukan belanja kontrak konstruksi dengan Buildit sebesar $20 miliar, ekspansi permintaan agregat yang ditimbulkan pasti lebih besar dari $20 miliar. Namun ada efek lain yang muncul dari arah berlawanan. Meskipun mendorong permintaan agregat barang dan jasa, kenaikan belanja pemerintah juga menyebabkan suku bunga naik, sedangkan suku bunga lebih tinggi menurunkan belanja investasi dan menghambat permintaan agregat. Penurunan permintaan agregat yang terjadi apabila ekpansi ekspansi fiscal menaikkan suku bunga disebut dengan efek pembatasan paksa. b. Rumus penggandan ini memberikan kesimpulan pentinhg besar penggandaan bergantiung pada kecenderungan mengonsumsi marginal. Meskipun MPC sebesar ¾ menghasilkan penggandaan sebesar 4, MPC sebesar ½ hanya menghasilkan pengganda sebesar 2. Oleh karena itu MPC lebih besar berarti penggandaan lebih besar. 8.



a. Apabila pemerintah menurunkan pajak pendapatan perseorangan, misalnya pendapatan bersih rumah tangga pun menjadi meningkat. Rumah tangga akan menabung sebagian dari pendapatan tambahan ini , namun mereka juga akan membelanjakan sebagian untuk barang-barang konsumsi. Karena meningkatkan belanja konsumen penurunan pajak menggeser kurva permintaan agregat ke kiri. b. Pada saat yang bersamaan pendapatan lebih tinggi meningkatkan permintaan uang yang cenderung menaikan suku bunga , suku bunga ini lebih tinggi yang membuat pinjaman lebih mahal sehingga menurunkan belanja investasi dan ini merupakan efek pembatasan paksa.



c. Apabila Negara menaikkan belanjanya sebesar $20 miliar, permintaan agregat barang dan jasa dapat naik sebesar lebih atau kurang dari $20 miliar, tergantung apakah efek pengadaan atau efek pembatasan paksa lebih besar 9. Cara lain bank sentral untuk melakukan kebijakan monetere adalah dengan menargetkan suku bunga pinjaman jangka pendek bagi bank-bank daripada menargetkan jumlah uang yang beredar , sebgaimana karena jumlah uang yang beredar sulit diukur dengan cukup ketat.