Perbaikan BAB I-III - 22-3-2021 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG



HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK DI RST. REKSODIWIRYO KOTA PADANG TAHUN 2021



PROPOSAL MINI TUGAS METODOLOGI PENELITIAN



SONIA KOMALA DEWI 183310827



Dosen Pembimbing: Ns. Hj. Tisnawati, S.St.M.Kes



PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES PADANG 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan proposal Mini ini dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Anak di Rst. Reksodiwryo Kota Padang pada tahun 2021”. Peneliti menyadari bahwa, peneliti tidak akan bisa menyelesaikan proposal mini ini tanpa bantuan dan bimbingan ibu Ns. Hj. Tisnawati, S.St.M.Kes yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti dalam pembuatan proposal mini



untuk menyelesaikan tugas



metodologi penelitian. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan support dan nasehat dalam menyelesaikan proposal mini untuk menyelesaikan tugas metodologi penelitian. Akhir kata peneliti berharap allah swt berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.semoga nantinya dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.



Padang, 04 Maret2021



Penulis



i



BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit diare berkepanjangan dapat menyebabkan berbagai hal seperti dehidrasi (kekurangan cairan), gangguan sirkulasi, yang akan menyebakan kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan, diare juga dapat menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah rendah), gangguan gizi, jika terus berlanjut maka akan menyebakan kematian (Milda dan Suci, 2019). Tingginya tingkat Kejadian diare dapat berdampak pada dehidrasi yaitu diare berat disertai nausea dan muntah sehingga asupan oral berkurang. Dan juga dapat menyebabkan syok hipovolemia yaitu dimana keadaan berkurangnya volume darah yang bersirkulasi dalam tubuh, kehilangan cairan pada syok hipovolemik bisa disebabkan oleh terbakar, diare, muntah-muntah, dan kekurangan asupan makan, jika terus berlanjut maka akan menyebabkan kematian (Ayu, 2016). Penyakit diare menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Diare adalah keadaan tidak normalnya pengeluaran feses yang ditandai dengan peningkatan volume dan keenceran feses serta frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (pada neonatus lebih dari 4 kali sehari) dengan atau tanpa lendir darah. Diare sering terjadi pada anak berusia kurang dari 2 tahun dengan insidensi tertinggi kelompok umur 6-11 bulan. (Nurul dan Nabila, 2016). Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi kematian 3,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah Tuberculosis dan Pneumonia (Kemenkes RI, 2011) Semua kelompok usia bisa diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang, anak1



2



anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian (Aman, 2004 dalam Zubir et al, 2006) Tingginya angka kejadian diare pada balita dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kurangnya pengetahuan ibu sebagai orangtua balita tentang penyakit diare dan penanganan yang masih kurang baik. Tingkat pengetahuan yang rendah akan menyebabkan ibu balita tidak dapat melakukan upaya pencegahan maupun perawatan pada anak diare . Sebuah penelitian menemukan bahwa faktor pengetahuan ibu merupakan faktor yang paling dominan daripada faktor lingkungan dan sosial ekonomi dalam mempengaruhi kejadian diare pada balita (Christy, 2014). Pengetahuan menurut Notoadmojo (2010:50) mengemukakan pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagiannya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengethuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan penglihatan (mata). Kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare. Balita rentan terserang penyakit yang disebabkan oleh daya tahan tubuh yang rendah. Resiko tinggi diare terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun. Balita yang berumur 12-24 bulan memiliki resiko terjadi diare 2,23 kali dibandingkan anak umur 25-59 bulan (Riset Kesehatan Dasar, 2013).



Berdasarkan data dari WHO pada tahun 2014, diare menjadi penyebab 1,5 juta kematian anak di dunia, 80% dari kasus tersebut adalah anak yang berusia dibawah dua tahun. Prosentase yang cukup mencengangkan, dalam sehari ada sekitar 460 balita meninggal karena diare. Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa diare mempunyai prevalensi yang sangat tinggi dan mempunyai andil yang besar dalam meningkatkan angka kematian balita di Indonesia. Faktor yang mempengaruhi kejadian diare, antara lain yang paling sering adalah ketersediaan air bersih, sanitasi



3



buruk dan perilaku hidup tidak sehat, sedangkan secara klinis dapat disebabkan oleh infeksi, malabsorbsi, makanan, dan psikologis (Piogoma, 2008). Pada tahun 2018 jumlah penderita diare balita yang dilayani di sarana kesehatan sebanyak 1.637.708 atau 40,90% dari perkiraan diare di sarana kesehatan. Target cakupan pelayanan penderita diare semua umur yang datang ke sarana kesehatan adalah 10% dari perkiraan jumlah penderita diare semua umur (insiden semua umur di kali jumlah penduduk di suatu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun tahun). tahun 2017 jumlah penderita diare semua umur yang dilayani di sarana kesehatan 4.274.790 penderita dan terjadi peningkatan pada tahun 2018 yaitu menjadi 4.504.524 penderita atau 62,93% dari perkiraan diare di sarana kesehatan. Insiden diare semua umur secara nasional adalah 270/1.000 penduduk (Rapid Survey Diare tahun 2015). Insiden cakupan pelayanan penderita diare balita secara nasional pada tahun 2018, dengan cakupan tertinggi yaitu provinsi Nusa tenggara barat 75,88% , DKI Jakarta 68,54% dan Kalimantan Utara 55,00%, sedangkan provinsi cakupan terendah yaitu Maluku 9,77% Sumatera Utara 16,70% dan kepulauan Riau 18,68%. (Kemenkes RI,2018). Jumlah kasus prevalansi diare di provinsi sumatera barat dengan 3 provinsi tertinggi terdapat di kepulauan mentawai 11,92%, pesisir selatan 10,70%, dan pasaman barat 10,44%, sedangkan prevalansi diare terendah di provinsi sumatera barat terdapat di kota solok 3,91%, (RISKESDAS,2018). Menurut Dinas Kesehatan Kota Padang (2019). Penemuan kasus diare pada tahun 2019 adalah 25.674 kasus dari 950.871 penduduk kota Padang sementara jumlah perkiraan penderita diare balita datang ke sarana kesehatan dan kader adalah sebesar 20% dari angka kesakitan di kali jumlah balita di satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun, jumlah kasus yang ditemukan pada balita sebanyak 2.248 kasus pada tahun 2019, tidak jauh beda dengan kasus sebelumnya 2247 kasus dan jumlah ditemukan pada semua umur sebanyak 9.452 kasus jumlah penemuan kasus ini meningkat dibandingkan tahun 2018 (8.656) kasus.



4



Berdasarkan hasil penelitian Habzah,Inke Ayomi Nur.,dkk,.(2019). menyebutkan pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan diare pada anak balita lebih banyak pada kategori di pengetahuan baik sebanyak 57,4%. Klasifikasi diare pada anak sebagian besar termasuk dalam kategori diare tanpa dehidrasi 72,3%. Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan diare dan klasifikasi diare pada anak di wilayah puskesmas kasihan 1 dengan nilai P= 0,029 (P 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi lebih cair atau setengah padat) dengan atau tanpa lendir atau darah. (Ayu Putri Ariani, 2016). Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malaborsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem



gastrointestinal



atau



penyakit



lain



diluar



saluran



pencernaan.



(Ngastyah,2014). Diare merupakan suatu keadaan dimana tinja kehilangan konsistensi normal, yang lazim di sertai kenaikan frekuensi buang air besar BAB. (Lilis Lisnawati, 2013). Diare merupakan peradangan mukosa lambung dan usus halus yang menyebabkan meningkatnya frekuensi BAB dan berkurangnya konsistensi feses. (Taufan Nugroho, 2011). Diare adalah gangguan Buang Air Besar (BAB) ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah (Riskesdas, 2013). Menurut WHO (2013). Diare merupakan suatu konndisi dimana individu mengalami buang air besar dengan frekunsi sebanyak 3 atau lebih per hari dengan konsistensi tinja dalam bentuk cair . ini biasanya merupakan gejala infeksi saluran pencernaan. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai bakteri, virus dan parasit. Infeksi menyebar melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi. Selain itu, dapat terjadi dari orang ke orang sebagai akibat buruknya kebersihan diri (personal hygiene) dan lingkungan (sanitasi). Diare berat menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak dan orang-orang yang kurang gizi atau memiliki gangguan imunitas. Menurut Kementrian Kesehatan RI (2010), Diare adalah suatu kondisi dimana seeorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam



8



satu hari. Diare terdiri dari 2 jenis yaitu diare akut dan diare persisten/kronik. Diare akaut berlangsung kurang dari 14 hari. Diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari. 2. Klasifikasi Diare a. Diare dengan dehidrasi 1. Diare dengan Dehidrasi Berat Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara cepat dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutakan dengan rehidrasi intravena secara cepat dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera setelah anak membaik. Terdapat 2 tanda-tanda atau lebih sebagai berikut: 1) Letargis atau tidak sadar 2) Mata cekung 3) Tidak bisa minum atau malas minum 4) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥ 2 detik) Tindakan atau Pengobatannya : 1) Diare tidak berat Rehidrasi (pengobatan C) 2) Beri Zinc 3) Jika anak mempunyai klasifikasi beserta lain 



Rujuk Segera







Berikan ASI dan Oralit



4) Jika ada korela beri antibiotik untuk korela 2. Diare ringan/ sedang Pada umumnya ank-anak dengan dehidrasi ringan/sedang harus diberi larutan oralit, dalam waktu 3 jam pertama di klinik saat anak berada dalam pemantauan dan ibunya diaajari cara menyiapakan dan memberi larutan oralit. Terdapat 2 atau lebih dari tanda dibawah ini: 1) Gelisa rewel/ mudah marah 2) Mata cekung 3) Haus, minum dengan lahab 4) Cubitan kulit perut kembali lambat



9



Tindakan atau pengobatannya: 1) Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi B dan tablet Zinc 2) Klasifikasi berat: rujuk segera, jika masih bisa minum berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan 3) Kunjungan ulang 5 hari jika masih diare 3. Diare tanpa dehidrasi Anak yang menderita diare tetapi tidak mengalami dehidrasi harus mendapatkan cairan tambahan dirumah guna mencegah terjadinya dehidrasi. Tanda dan gejala: Tidak ada gejala diare berat Tindakan atau pengobatannya: 1) Beri cairan dan makan untuk menangani diare dirumah. 2) Nasihati ibu kapan kembali segera 3) Kunjungan ulang dalam waktu 5 hari jika tidak membaik b. Diare 14 hari atau lebih 1. Diare persisten berat Ada dehidrasi Tindakan atau pengobatannya : atasi dehidrasi sebelum dirujuk kecuali diare persisten berat RUJUK 2. Diare persisten Tanpa Dehidrasi Tindakan atau pengobatannya: 1) Nasehati pemberian makan anak pada diare persisten 2) Periksa ulang 5 hari c. Diare dengan darah dalam tinja Disentri Ada darah pada kotoran anak Berikan antibiotic yang sesuai kapan periksa kembali segera periksa ulang 2 hari. 3. Etiologi 1. Faktor Infeksi



10



a. Infeksi enternal Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: 1) Infeksi Bakteri Vibrio, Escheria Coli, Salmonella Typii, Shigella, Campylobacter Jejuni, dan sebagaianya. 2) Infeksi Virus Virus terbanyak penyebab diare adalah Rotavirus, Adenovirus, Enterovirus, Astrovirus, Minirotavirus, Calicivirus, dan sebagaianya. 3) Infeksi Parasit Cacing



(Ascaris,



Trichiuris,



Oxyyuris,



Strongloides),



Protozoa



(Entamoeba Histolytica, Giardia Lamblia, Trichomonas Hominis), Jamur (Candida Albicans). b. Infeksi Parenteral Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsolofaringitis, BronkoPneumonia, Endefalitis san sebagiannya. Keadaan ini terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun. 2. Faktor Malabsorbsi a. Malabsorbsi Karbohidrat (Intoleransi Laktosa) Karbohidrat dapat dibagi dalam monosakarida (glukosa, galaktosa dan fruktosa disakarida (laktosa atau gula susu, sukrosa atau gula pasir dan matosa) serta polisakarida (glikogen, amilum, tepung). b. Malabsorbsi lemak c. Malabsorbsi protein 1) Gangguan pakreas (enzim pencernaan terganggu) 2) Kelaianan mukosa usus pada pemeriksaan d. Malabsorbsi asam empedu 1) Terutama pada bayi pasca reseksi illeum 2) Asam empedu yang tidak diabsorbsi 3. Faktor makanan dan minum yang dikonsumsi Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum yang tidak dimasak dapat



11



juga terjadi sewaktu mandi dan berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat berlangsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian



dimasukkan



ke



mulut



dipakai



untuk



memegang



makanan.kontaminasi alat makan dan dapur. 4. Faktor terhadap Laktosa (susu kaleng). Tidak memberikan ASI secara penuh selama 6 bulan pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar. Menggunakan botol susu akan memudahkan pencemaran oleh kuman sehingga menyebabkan diare. 4. Patofisiologi Infeksi yang berkembang di usus menyebabkan hipersekresi air dan elktrolit yang berada di isi usus sehingga terjadilah diare. Makanan yang masuk toksin tak dapat diserap sehingga terjadi hiperperistaltik menyebabkan penyerapan di usus menurun timbulah diare. Psikologi juga dapat menimbulkan ansietas sehingga terjadi hiperperistaltik menyebabkan penyerapan makanan di usus menurun lalu timbulah diare. Malabsorbsi KH, Lemak, Protein menyebabkan pergeseran air dan elektrolit ke usus kemudian terjadilah diare. Diare juga dapat menyebabkan frekuensi buang air besar meningkat menimbulkan hilangnya cairan dan elektrolit berlebihan sehingga menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit terjadi dehidrasi dan munculah masalah keperawatan kekurangan volume cairan dan resiko syok hipovolemia, frekuensi buang air besar meningkat menimbulkan hilang cairan dan elektrolit berlebihan sehingga timbul masalah keperawatan kerusakan integritas kulit perianal. Frekuensi buang air besar meningkat menimbulkan hilang cairan dan elektrolit dan asidosis metabolik menyebabkan sesak sehingga muncuk masalah keperawatan gangguan pertukaran gas, diare juga dapat menimbulkan distensi abdomen dan menyebabkan mual muntah sehingga nafsu makan menurun dan muncul masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 5. Manifestasi Klinis Pasien dengan diare akut akibat infeksi seriing mengalami naurea, muntahm nyeri perut, demam dan diare. Terjadinya renjatan hipovolenik harus dihindari.



12



Kekurangan cairan mneyebabkan pasien akan haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, tugor kulit menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti asidoses metabolic akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi hipovolemik berat makan denyut nadi cepat (lebih ddari 120x/menit). Tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujungujung ekstermitas dingin, kadang sianosis, kekurangan kalium menyebabkan aritmia jatung perfusi ginjal menurun sehingga timbul anuria,sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul penyakit berupa nekrosis tubulus akut. Secara klinis diare karena infeksi akut terbagi menjadi 2 golongan : 1) Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja 2) Didentriform, pada diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah a) Dehidrasi b) Asidosismetabolik c) Gangguan gizi akibat muntah dan berak-berak d) Hipoglikemi e) Gangguan sirkulasi darah akibat yang banyak keluar sehingga terjadi syok. (Ridha, 2014). Manifestasi klinis Diare lainnya: 1) Mula-mula anak/bayi cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang 2) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata 3) Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu 4) Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laknat 5) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, tugor kulit jelas (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan disertai penuruna berat badan 6) Perubahan tanda-tanda vital, nai dan respirasai cepat tekanan darah menurun, denyut jantung cepat, pasien sangat lems, kesadaran menurun (apatis, somnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovolemk



13



7) Deuresis berkurang (oliguria sampai anuria) 8) Bila terjadi asidosis metabolic klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (kusmaul). (Sari& Wijayaningsih, 2013). 6. Tanda-tanda Bahaya Diare 1) Timbul demam 2) Ada darah dalam tinja 3) Diare makin sering 4) Muntah terus-menerus 5) Bayi terlihat sangat haus 6) Bayi tidak mau makan dan minum 7. Cara Pencegahan Diare 1. Pencegahan Primer (Primary Prevention) Pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama ini dilakukan pada masa prepatogenesis dengan tujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap diare. Adapun tindakan-tindakan dilakukan dalam pencegahan primer yaitu: a. Pemberian ASI b. Pemberian MP-ASI c. Mengunakan jamban sehat 2. Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention) Ditujukan kepada si anak yang telah menderita diare atau tang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya efek samping dan komplikasi. Pencegahan sekunder, sasarannya adalah yang terkena penyakit diare. Upaya yang dilakukan adalah: a. Egera setelah diare, berikan penderita lebih banyak cairan dari pada biasanya untuk mencegah dehidrasi. Gunakan cairan yang dianjurkan, seperti lauratan oralit, makanan yang cair (sup, air tajin) dan kalau tidak ada berikan air matang b. Jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang dari pada makanan cair



14



c. Beri makanan sedikitnya 6 kali sehari untuk mencegah kurang gizi. Teruskan pemberian ASI bagi anak yang masih menyusui dan bila ana tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan. d. Segera bawa anak kepada petugas kesehatan bila tidak membaik dalam 3 hari atau menderita hal berikut yaitu BAB cair lebih sering, muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit dengan atau tinja berdarah. e. Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi dengan tetap mengutamakan rehidrasi. 3. Pencegahan Tersier (Tertiary Prevention) Pencegahan tersier adalah penderita penyakit diare dengan maksud jangan samapai bertambah berat penyakitnya atau terjadi komplikasi. Bahaya yang dapat diakibatkan oleh diare adalah kurang gizi dan kematian. Kematian akaibat diare disebabkan oleh dehidrasi, yaitu kehilangan banyak cairan dan garam dari tubuh. Diare dapat menyebabkan kurang gizi dan memperburuk keadaan gizi yang telah ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena selama diare biasanya penderita susah makan dan tidak merasa lapar sehingga masukan zat gizi berkurang atau tidak sama sekali. Jadi, pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha reahabilitas untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Udaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Upaya yang dilakukan adalah: a. Pengobatan dan perawatan diare dilakukan sesuai dengan derajat dehidrasi. Penilaian derajat dehidrasi dilakukan oleh petugas kesehatan dengan menggunakan tabel penilaian derajat dehidrasi, bagi penderita diare dengan dehidrasi berat segera diberikan cairan IV dengan RL. b. Berikan makanan secukupnya selama serangan diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. c. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama dua minggu untuk membantu pemulihan penderita.



15



8. Pengobatan untuk diare 1. Kemoterapi Untuk terapi kausal yang memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan Sulfonamide atau antibiotik 2. Obstipansia Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan cara: a. Menekan peristaltik usus (Loperamid). b. Pemberian adsorben untuk menyerap racun yang dihasilkan bakteri atau racun penyebab diare yang lain. c. Pemberian Mucilage untuk menlindungi selaput lendir usus yang luka d. Menciutkan selaput usus atau adstringen (Tannin) 3. Spasmolitik Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare. 4. Probiotik Lactobacillus dan Bifidobacteria (Lactid Acid Bacterial/LAB) merupakan probiotik yang dapat menghasilkan antibiotik alami yang dapat mencegah atau menghambat pertumbuhan bakteri patogen. LAB dapat menghasilkan adam laktat yang menyebabkan pH usus menjadi asam, suasana asam akan menghambat pertumbuhan bakteri patogen. LAB ini dapat membantu memperkuat dan memperbaiki pencernaan bayi dan mencegah diare. B. Konsep Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Menurut Notoadmojo (2010:50) mengemukakan pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagiannya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengethuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi



16



terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan penglihatan (mata). Wawan dan Dewi (2011:12) mengemukan pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal, hal ini berhubungan erat karena diharapkan dengan pendidikan tinggi, maka pengetahuan akan semakin luas. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak hanya dari pendidikan formal, tetapi juga pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang mengenai suatu objek mengandung aspek positif dan aspek negatif, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui akan menimbulkan sikap positif terhadap objek tertentu. 2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan memiliki tingkatan. Menurut Notoadmodjo (2010:50) pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seeorang (ovent behavior) mempunyai enam tingkatan, yaitu: 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat asuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar-benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seeorang untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.



17



Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kritera-kriteria yang telah ada. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam Wawan dan Dewi (2011:14) menurut berbagai sumber dari berbagai literatur yang berhubungan, berikut adalah beberpa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal: 1) Umur Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saai ia akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarkat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya. Hal ini sebagai akibat dari penglaman dari kematangan jiwanya. 2) Pendidikan Pendidikan berati bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah dalam menerima informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup serta semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaiknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal. 3) Lingkungan Lingkungan adalah kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkemabangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan adalah input ke dalam diri seeorang sehingga sistem adaptif yang melibatkan baik faktor internal maupun faktor eksternal. Seseorang yang



18



hidup dalam lingkungan yang berfikiran sempit. Lingkungan merupakan kondisi yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 4) Pekerjaan Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau diselesaikan oleh seseorang seusai dengan habatan atau profesi masingmasing. Merupakan kegiatan mencari nafkah untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga yang dilakukan berulang dan banyak tantangan dan umumnya menyita waktu. Status pekerjaan yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pekerjaan biasanya sebagai simbol status sosial di masyarakat. Masyarakat akan memandang seseorang dengan penuh penghormatan apabila pekerjaan sudah pegawai negri atau pejabat di pemerintahan. 5) Sosial ekonomi Variabel ini sering dilihat angka kesakitan dan kematian, variabel ini mengambarkan tingkat kehidupan seseorang yang ditentukan unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh serta ditentukan pula oleh tempat tinggal karena hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan. 6) Informasi yang diperoleh Ilmu



pengetahuan



dan



teknologi



membutuhkan



informasi



sekaligus



menghasilkan informasi. Jika pengetahuan berkembang sangat cepat maka informasi berkembang sangat cepat pula. Adanya ledakan pengetahuan sebagai akibat perkembangan dalam bidang ilmu dan pengetahuan, maka semakin banyak pengetahuaan baru bermunculan. Pemberian informasi seperti cara-cara pencapaian hidup sehat akan meningkatkan pengetahuan masyarakat yang dapat menambah kesadaran untuk berprilaku sesuai dengan pengethuan yang dimiliki.



C. Kerangka Teori Tingakatan pengetahuan Ibu



19



Tanda dan Bahaya : Faktor mempengaruhi :



1) Timbul demam



yang



2) Ada darah dalam tinja 3) Diare makin sering



1. Faktor infeksi 2. Faktor malabsorbsi 3. Faktor makanan dan minum yang dikonsumsi 4. Faktor terhadap laktosa



4) Muntah terus-menerus



Kejadia n Diare



5) Bayi terlihat sangat haus 6) Bayi tidak mau makan dan minum



Pencegahan Diare : 1. Pencegahan primer 2. Pencegahan Sekunder 3. Pencegahan Tersier



D. Kerangaka Konsep



Variabel Independen



Variabel Dependen



Tingkat Pengetahuan Ibu



Kejadian Diare



E. Defenisi Operasional No



1.



Variabel



Defenisi



penelitian



operasional



Alat ukur



Cara ukur



Hasil Ukur



ukur



Tingkat



Untuk



Kuesioner



Angket



1. Pengetahuan



Ordinal



pengetahu



mengetahui



Rendah



an ibu



segala



(jika,75%



diare



jawaban benar)



2



Kejadian



Anak yang Kuesionar



diare



pernah



(pernah



mengalami



terkena



diare



penyakit



berdasarkan



diare



diagnosa



bulan



medis



Angket



6



1. Ya,



Diare Nominal



6



terakhir)



bulan



2. Tidak diare



terakhir



F. Hipotesa Hipotesa pada penelitian ini adalah adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada anak di RS TK III Dr Reksodiwryo Kota Padang



BAB III Metode Penelitian A. Desain Penelitian dan Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian Cross sectional merupakan penelitian dengan menggunakan



21



subjek yang sama dan dilakukan pada waktu yang sama (Johni Dimyati,2013) atau dengan kata lain jenis penelitian cross sectional menggunakan subjek yang baru pada tahun-tahun berikutnya akan mucul diganti dengan subjek laon yang umumnya bertingkat. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Ruang Anak RS TK III Dr. Reksodiwiryo Kota Padang Tahun 2021. Waktu penelitian dimulai bulan Februari sampai dengan Maret 2021. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitinya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study sensus (Sabar, 2007). Populasi penelitian ini adalah seluruh Ibu yang memiliki anak berumur (0-6 tahun) yang dirawat di Rumah Sakit TK III Dr.Reksodiwiryo Kota Padang. Populasi berjumlah 150 orang dalam waktu 6 bulan terkahir. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti, yang sudah tentu mampu secara repsentatif dapat mewakili populasi lainnya. (Sabar, 2007). Kriteria sampel yaitu: a. Kriteria Inklusi 1) Anak yang pernah diare dalam 6 bulan terakhir yang dirawat dibangsal anak di RST TK III Dr.Reksodiwiryo Kota Padang 2) Anak yang berusia (0-6 tahun) 3) Orang tua yang bersedia jadi partisipan b. Kriteria Ekslusi Kriteria ekslusi merupakan kebalikan dari kriterian inklusi, yaitu semua penderita yang tidak memenuhi kriteria inklusi atau penderita yang memenuhi kriteria inklusi, tetapi tisak bersedia dalam penelitian (Budiarto, 2004). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah responden yang tidak bersedia dijadikan sampel penelitian.



22



Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik Accidental Sampling diambil berdasarkan kejadian. Accidental sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil sampel yang kebetulan ada pada saat sedang melakukan penelitian. (Fathnur Sani, 2018). Adapun besar sampel yang dihitung menggunakan rumus slovin dalam Notoadmojo (2005). : n=



N 1+N(d2) Keterangan : N: Besar Populasi n: Besar Sampel D: Tingkat Kepercayaan yang diinginkan (0,05 atau 0,01) n=



150 1+150 (0,12)



n=



150 1+1,5



n=



150 2,5



n = 60



DAFTAR PUSTAKA Abdiana, Arsurya, Yessi, dan Rini, Eka Gustin. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penangganan Diare dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. Halaman



452-456.



Diperoleh



dari



http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/720/576 diakses pada tanggal 04 Maret 2021 Alam, Syamsul dan Syahrir, Sukrfitrianti. (2017). Hubungan Personal Hygiene Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian Diare Pada Bayi di Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba Tahun 2016. Higiene.Vol 3, No 2, Tahun



2017



Halaman:



76-86.



Diperoleh



dari



http://103.55.216.56/index.php/higiene/article/view/3699 diakses pada tanggal 04 Maret 2021 Andi Adriani. 2018. Metodelogi Penelitian Kesehatan dan Pendidikan. Yogyakarta: Media Pustaka Ayu Putri Ariani, 2016 .Diare Pencegahanya & Pengobatannya.Yogyakarta: Nuha Medika Fathur Sani. 2018. Metodologi Penelitian Farmasi Komunitas dan Eksperimental. Yogyakarta: CV. Budi Utama Hapzah, Inke Ayomi Nur, Hutasoit, Masta dan Susilowati Latifah. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pengelolaan Diare Dengan Klasifikasi Diare Di Puskesmas Kasihan Bantul. Jurnal Medika Respati. Vol 14 No 3 Juli 2019. Halaman: 265-277.



Diperoleh



http://medika.respati.ac.id/index.php/Medika/article/view/252/223



dari diakses



pada



tanggal 04 Maret 2021 Hastuty, Milda dan Utami, Suci Nugrahi. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Bangkinang Kota Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota Tahun 2017. Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. Vol 3, No2 tahun 2019. Hal : 32-37. Diperoleh dari https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/doppler/article/view/432 pada tanggal 04 Maret 2021 Kementrian Kesehatan RI. (2018). RISKESDAS 2018. Jakarta Kementrian Kesehatan RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta



diakses



Lilis Lisnawati, 2013. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta: CV.Trans Info Media Manotar Sinaga. 2017. Riset Kesehatan Panduan Praktis Menyusun Tugas Akhir Bagi Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta: CV. Budi Utama Mudlikah, Siti & Putri, Lidia Aditama. (2019). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Pada Anak. Jakarta: Gepedia Ngastiyah,2014.Perawatan Anak Sakit Edisi 2.Jakarta:Buku Kedokteran EGC. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.Dinas Kesehatan Kota Padang. Rosyidah, Alif Nurul. (2019). Hubungan Perilaku Cuci Tangan Terhadap Kejadian Diare Pada Siswa di Sekolah Dasar Negri Ciputan 02. JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi).



Vol



3



No.



1



(2019).



Hal



10-15.



Diakses



oleh



http://ejournal.akperfatmawati.ac.id/index.php/JIKO/article/view/25 Salma dan Sudiarti, Eka Putri. (2020). Gambaran Kejadian Diare Pada Anak Usia